Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki...

12
SWADAYA consultant INFO PEMBERDAYAAN benar. Administrasi organisasinya belum ada, hak-hak anggota dak pernah diketahui, pertemuan anggota sebagai wahana saling belajar dan wahana transparansi serta penghimpunan modal swadaya juga belum berjalan sehingga daya ikat (kohesif) dan daya padu (integritas) kelompok masih lemah. Dalam konteks ini, guna menjembatani kondisi kelompok yang ada saat ini, Bina Swadaya Konsultan selama lebih kurang dua bulan (minggu kedua Desember 2008 hingga minggu kedua Februari 2009) telah melakukan pelahan kepada kelompok- kelompok dampingan yang ada di ga desa di atas yang berjumlah 24 kelompok masing-masing selama 2 (dua) hari. Ini sejalan dengan salah satu kegiatan utama Program Investasi Masyarakat (CIP) yang diselenggarakan Bina Swadaya Konsultan, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis kelompok. Pelahan yang menggunakan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) Buletin INFO PEMBERDAYAAN Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki Pemerintah yang “Pincang” Kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Kutai Timur, khususnya di Kecamatan Kaliorang, sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar. Sebut saja misalnya, Kelompok Perikanan atau Kelompok Tani. Jika dua kelompok ini didampingi dengan benar tentu saja banyak hal yang bisa dikembangkan dari usaha yang mereka gelu selama ini. Namun potensi tersebut belum tergali secara maksimal karena berbagai alasan. Diantara penyebabnya adalah masih minimnya perhaan pihak-pihak terkait terhadap perkembangan dan peningkatan kapasitas kelompok-kelompok tersebut. Perhaan yang diberikan oleh pemerintah lewat dinas terkait berupa bantuan fisik yang diterima seap tahun, namun belum diiku pemberdayaan sumber daya manusia untuk mengelola bantuan tersebut secara baik sesuai dengan kebutuhan kelompok. Akibatnya, keberadaan kelompok swadaya masyarakat (Kelompok Tani dan Nelayan) di Kecamatan Kaliorang, tepatnya di Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera, belum berjalan semesnya. Keberadaan kelompok masih sebatas simbol, penerima bantuan dan sebatas wahana penyuluhan pertanian. Dalam kelompok yang menonjol hanya pengurus. Keberadaan pengurus pun juga sebatas simbol yang belum berjalan secara akf apalagi memajukan anggota kelompoknya. Para pengurus belum mengetahui fungsinya dalam menjalankan organisasi secara ini dilaksanakan secara simultan di seap desa dampingan. Pelahan yang dipandu oleh m Bina Swadaya Konsultan ini terlihat lebih hidup dan dinamis karena peserta diajak untuk bisa lebih akf. Peserta yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok juga terlihat cukup antusias dalam mengiku pelahan, dan mereka dak enggan menanyakan hal- hal yang dak mereka ketahui. Tingkat kehadiran mereka terbilang nggi. Desa Kaliorang ngkat kehadirannya mencapai 88%, Desa Selangkau 82%, dan Desa Bumi Sejahtera 89%. Selain m Bina Swadaya Konsultan, pelahan dasar KSM ini dihadiri juga oleh m BPP Kec. Kaliorang sebagai narasumber. Diantara materi yang disampaikan m dalam pelahan kali ini adalah : Dasar-dasar KSM, Pedoman Dasar KSM, Strategi Pengembangan KSM (Organisasi, Administrasi, Permodalan, Usaha Produkf, dan Akseptasi/ Pengakaran). Sementara materi yang disampaikan oleh m Kelompok Nelayan Karang Tunjai Abadi foto bersama dengan Pendamping Ari Fonda (kanan berdiri) sekaligus fasilitator dalam Pelahan Dasar KSM. (Foto: CO Kaliorang) Fasilitator Ade Suparman (pakai topi) saat memberikan materi pelahan kepada kelompok perempuan Anggrek Jingga. Pelahan berlangsung di Balai Desa Bumi Sejahtera. (Foto: CO Bumi Sejahtera)

Transcript of Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki...

Page 1: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

11

benar. Administrasi organisasinya belum ada, hak-hak anggota tidak pernah diketahui, pertemuan anggota sebagai wahana saling belajar dan wahana transparansi serta penghimpunan modal swadaya juga belum berjalan sehingga daya ikat (kohesif) dan daya padu (integritas) kelompok masih lemah.

Dalam konteks ini, guna menjembatani kondisi kelompok yang ada saat ini, Bina Swadaya Konsultan selama lebih kurang dua bulan (minggu kedua Desember 2008 hingga minggu kedua Februari 2009) telah melakukan pelatihan kepada kelompok-kelompok dampingan yang ada di tiga desa di atas yang berjumlah 24 kelompok masing-masing selama 2 (dua) hari. Ini sejalan dengan salah satu kegiatan utama Program Investasi Masyarakat (CIP) yang diselenggarakan Bina Swadaya Konsultan, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis kelompok. Pelatihan yang menggunakan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD)

BuletinINFO PEMBERDAYAAN

Edisi II April 2009SWADAYA consultant

Menopang Kaki Pemerintah yang “Pincang”

Kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Kutai Timur, khususnya di Kecamatan Kaliorang, sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar. Sebut saja misalnya, Kelompok Perikanan atau Kelompok Tani. Jika dua kelompok ini didampingi dengan benar tentu saja banyak hal yang bisa dikembangkan dari usaha yang mereka geluti selama ini. Namun potensi tersebut belum tergali secara maksimal karena berbagai alasan. Diantara penyebabnya adalah masih minimnya perhatian pihak-pihak terkait terhadap perkembangan dan peningkatan kapasitas kelompok-kelompok tersebut. Perhatian yang diberikan oleh pemerintah lewat dinas terkait berupa bantuan fisik yang diterima setiap tahun, namun belum diikuti pemberdayaan sumber daya manusia untuk mengelola bantuan tersebut secara baik sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Akibatnya, keberadaan kelompok swadaya masyarakat (Kelompok Tani dan Nelayan) di Kecamatan Kaliorang, tepatnya di Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera, belum berjalan semestinya. Keberadaan kelompok masih sebatas simbol, penerima bantuan dan sebatas wahana penyuluhan pertanian. Dalam kelompok yang menonjol hanya pengurus. Keberadaan pengurus pun juga sebatas simbol yang belum berjalan secara aktif apalagi memajukan anggota kelompoknya.

Para pengurus belum mengetahui fungsinya dalam menjalankan organisasi secara

ini dilaksanakan secara simultan di setiap desa dampingan.

Pelatihan yang dipandu oleh tim Bina Swadaya Konsultan ini terlihat lebih hidup dan dinamis karena peserta diajak untuk bisa lebih aktif. Peserta yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok juga terlihat cukup antusias dalam mengikuti pelatihan, dan mereka tidak enggan menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tingkat kehadiran mereka terbilang tinggi. Desa Kaliorang tingkat kehadirannya mencapai 88%, Desa Selangkau 82%, dan Desa Bumi Sejahtera 89%. Selain tim Bina Swadaya Konsultan, pelatihan dasar KSM ini dihadiri juga oleh tim BPP Kec. Kaliorang sebagai narasumber.

Diantara materi yang disampaikan tim dalam pelatihan kali ini adalah : Dasar-dasar KSM, Pedoman Dasar KSM, Strategi Pengembangan KSM (Organisasi, Administrasi, Permodalan, Usaha Produktif, dan Akseptasi/Pengakaran). Sementara materi yang disampaikan oleh tim

Kelompok Nelayan Karang Tunjai Abadi foto bersama dengan Pendamping Ari Fonda (kanan berdiri) sekaligus fasilitator dalam Pelatihan Dasar KSM. (Foto: CO Kaliorang)

Fasilitator Ade Suparman (pakai topi) saat memberikan materi pelatihan kepada kelompok perempuan Anggrek Jingga. Pelatihan berlangsung di Balai Desa Bumi Sejahtera. (Foto: CO Bumi Sejahtera)

Page 2: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

2

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

BPP Kec. Kaliorang diantaranya adalah; 1) Pengorganisasian dan penguatan kelompok versi Dinas Pertanian, 2) Permodalan, akses dan mekanisme bantuan program Dinas Pertanian.

Di samping pembekalan dalam bentuk Pendidikan Orang Dewasa (POD) dan melibatkan peserta secara aktif, peserta juga diberikan bahan bacaan tentang Dasar-dasar Kelompok Swadaya Masyarakat”. Dengan adanya bahan bacaan tersebut diharapkan peserta bisa tercerahkan dan akan menambah wawasan serta pengetahuan yang memadai tentang bagaimana cara berkelompok dan mengelolanya dengan baik.

Diakui bahwa sebagian kelompok dampingan sudah pernah mendapatkan bantuan dari dinas terkait. Namun pada kenyataannya, bantuan tersebut belum dikelola dengan baik. Sehingga kegiatan keberlanjutan dan pengembangannya tidak muncul dari bantuan tersebut. Minimnya kapasitas kelompok dalam mengelola sebuah bantuan di satu sisi dan belum adanya pelatihan peningkatan kapasitas dari pemerintah kepada kelompok di sisi lain adalah salah satu jawaban kenapa ini terjadi. Pelatihan ini adalah salah satu jalan keluar untuk menopang kaki pemerintah yang ”pincang” tersebut. (ya)

Dari Redaksi

Tidak terasa Bina Swadaya

Konsultan (BSK) sudah delapan bulan mendampingi kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) di Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera - Kecamatan Kaliorang sejak Agustus 2008 yang lalu. Ada yang menarik untuk diperhatikan selama pendampingan ini, yaitu perubahan perilaku, pola pikir, dan kesadaran akan pentingnya berkelompok.

Pelatihan Dasar-Dasar KSM yang diselenggarakan secara simultan pada Desember 2008 hingga Februari 2009 di 24 KSM ikut membantu perubahan dalam kelompok, diantaranya adalah membenahi keorganisasian, administrasi, dan pengumpulan modal swadaya kelompok.

Di bidang organisasi, misalnya, keanggotaan kelompok sudah terseleksi sesuai dengan Pedoman Dasar Kelompok. Struktur kepengurusan kelompok sudah jelas dan mulai menjalankan fungsinya masing-masing. Anggota pun sudah

SUSUNAN REDAKSI

PenasehatPasrah Marta Karya

Tim RedaksiYosfialdiSasmito

Ade Suparman

Diterbitkan OlehTim Bina Swadaya Konsultan

Alamat RedaksiJl. Poros Perdau – Kalindo, Desa

Sepaso Barat RT. 03 RW. 01Kec. Bengalon Kab. Kutai Timur

Kalimantan TimurHp. 0818707469.

Email: [email protected]

SWADAYA consultant

mengerti hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.

Begitu juga dengan administrasi kelompok. Semua kelompok dampingan sudah memiliki buku-buku administrasi organisasi. Sebut misalnya, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Buku Notulen, Daftar Hadir Pertemuan, Buku Induk, dan Buku Tamu. Begitu juga dengan administrasi keuangan, seperti Buku Anggota Simpan dan Pinjam, dan Buku Kas Harian, semuanya sudah mulai dikerjakan. Begitu pula dalam penghimpunan modal sebagai daya ikat dalam berkelompok juga sudah berjalan di masing-masing kelompok dampingan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Perkembangan ini patut dijaga dan dikembangkan oleh semua pihak terkait, terutama oleh kelompok sendiri. Dengan perkembangan yang positif ini diharapkan kelompok bisa menuju kelompok yang mandiri; tidak bergantung pada bantuan pemerintah, bisa menghidupkan kelompok sendiri, dan yang tak kalah pentingnya bisa menyejahterakan anggota kelompoknya. Semoga!

DAFTAR ISI :Menopang Kaki Pemerintah yang “Pincang” .............................................1Kelompok Mulai Membenahi Diri ...............................................................3Kebutuhan Saluran Irigasi .........................................................................4Pentingnya Administrasi Kelompok ...........................................................5Membangkitkan Semangat Gotong-Royong .............................................6Ingin Setara dengan Laki-laki ....................................................................7Mendampingi di Luar Dampingan ..............................................................8Golo, Dusun Potensial yang Kurang Mendapat Perhatian ........................9Membangun Kesepahaman Lintas Sektoral ............................................10Kelompok sebagai Wadah Belajar .......................................................... 11Mendampingi Kelompok Tanpa Kenal Waktu ..........................................12

Page 3: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

3

Kelompok Mulai Membenahi Diripada Oktober 2008 dan disetujui oleh Tim BPP Kaliorang. Sehingga setiap desa ada 8 kelompok yang basisnya adalah domisili anggota yang menjadi fokus dampingan Program CIP-BSK. Perubahan ini lebih cepat setelah pelatihan dasar KSM pada Desember 2008 hingga Februari 2009 yang lalu.

Di bidang organisasi, misalnya, anggota mulai terseleksi sesuai dengan Pedoman Dasar Kelompok yang telah disepakati. Kepengurusannya pun sudah ada dan mulai menjalankan tugas sesuai dengan porsinya masing-masing. Tak hanya itu, pertemuan kelompok yang membahas berbagai persoalan menyangkut kepentingan kelompok sudah berjalan sesuai dengan jadual masing-masing. Pertemuan-pertemuan kelompok ini selalu didampingi/didatangi oleh tenaga pendamping Bina Swadaya Konsultan yang ada di masing-masing desa, meskipun pertemuannya malam hari dan kondisi jalan yang becek.

Di bidang administrasi, semua kelompok dampingan sudah mempunyai buku-buku administrasi organisasi. Sebut misalnya, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Buku Notulen, Daftar Hadir Pertemuan, Buku Induk, dan Buku Tamu. Begitu juga dengan administrasi keuangan, seperti Buku Anggota Simpan dan Pinjam, dan Buku Kas Harian.

Penghimpunan modal sebagai salah satu daya ikat kelompok (kohesif) lewat iuran tabungan telah dilakukan karena termotivasi pada saat pelatihan dasar KSM dilakukan. Di Desa Bumi Sejahtera (SP V), misalnya, simpanan pokok sudah terkumpul dana sebesar Rp. 3.220.000,-. Simpanan wajibnya

sebesar Rp. 505.000,-. Di Desa Selangkau simpanan pokoknya sudah terkumpul sebesar Rp. 2.479.000,-. Simpanan wajibnya sebesar Rp. 1.449.000,-. Sementara di Desa Kaliorang simpanan pokok dan simpanan wajib sudah terkumpul masing-masing sebesar Rp. 2.150.000,- dan 686.000,- (data kelompok hingga Februari 2009).

Jumlah uang mungkin relatif kecil namun yang penting adanya perubahan sikap dan pola pikir masyarakat untuk mau menabung di kelompok dan percaya bahwa uangnya tidak akan hilang karena ada pembukuan dan transparansi pengelolaannya kepada anggota kelompok.

Kepercayaan anggota kepada pengurus dalam mengumpulkan dana swadaya sudah mulai terlihat. Bahkan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib, kelompok juga mengumpulkan apa yang dinamakan dengan Simpanan Sukarela dan Simpanan Hari Raya. Pendampingan Bina Swadaya Konsultan selama ini ikut membantu dalam menumbuhkan kepercayaan anggota kepada pengurus. Selama ini anggota mengalami krisis kepercayaan terhadap pengelolaan dana yang berasal dari masyarakat karena dinilai tidak transparan dan laporannya pun tidak jelas. (ya)

Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa keberadaan kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) di Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera terbilang sudah ada semenjak lama, jauh sebelum Bina Swadaya Konsultan datang di tiga desa ini. Kegiatannya hanyalah sebagai kelompok penyuluhan dan penerima bantuan. Pengurus dan anggota belum tahu mana hak dan kewajibannya. Pengurus juga belum mengerti mana tugas yang mesti dikerjakannya. Singkatnya, secara kelembagaan kelompok-kelompok yang sudah ada belum berjalan sesuai dengan keorganisasian KSM.

Tapi biarlah kita lupakan dulu masalah yang satu ini, itu masa lalu. Biarlah masa lalu itu sebagai pelajaran dan cambuk untuk melihat masa depan. Yang perlu kita pikirkan sekarang adalah bagaimana kelompok-kelompok itu bisa berkembang sebagai organisasi yang bisa menyejahterakan anggotanya. Perhatian dari berbagai pihak tentu saja sangat diperlukan untuk membantu mengembangkan kelompok.

Kondisi kelompok yang disebutkan di atas sekarang sudah mulai berubah, semenjak reposisi atau pembentukan kelompok di masing-masing desa tersebut

Peserta pelatihan serius memperhatikan dan mencatat materi yang diberikan oleh fasilitator. (Foto: CO Selangkau)

Salah satu kelompok dampingan sudah mulai menjalankan kegiatan simpan-pinjam. Pengumpulan modal swadaya ini sebagai wujud daya ikat kelompok (Foto: CO Selangkau)

Page 4: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

4

Siang itu, Kamis (19/3), cuaca cukup panas. Jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WITA. Langit Kaliorang terlihat biru. Gunung Sekerat dari jauh juga terlihat jelas. Tidak ada iring-iringan awan di sekitarnya. Nampaknya tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Belakangan ini curah hujan agak menurun bila dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Maklum, saat itu masih musim hujan. Kelihatannya sekarang sudah memasuki musim kemarau.

Sementara di sela-sela tanaman kakao dan pisang terdapat sebuah rumah panggung berlantai papan. Rumahnya cukup besar. Di situ orang sudah berkumpul menunggu kedatangan Tim BPP Kecamatan Kaliorang dan tim Bina Swadaya Konsultan. Sebagian mereka terlihat mengipas-ngipas wajahnya dengan topi menahan panas yang menyengat. Sebagian lagi asyik dengan obrolan yang ditemani kepulan asap rokok.

Sang pemilik rumah berikut keluarganya sibuk di dapur mempersiapkan hidangan bagi tamu-tamu mereka yang akan menggelar rapat pertemuan kelompok, tepatnya pertemuan antarkelompok. Ya, pertemuan tiga kelompok yang ada di Dusun Golo. Kelompok tersebut adalah Tunas Harapan, Masagenae, dan Subur Abadi.

Menurut informasi dari tenaga pendamping Bina Swadaya Konsultan, belum pernah terjadi pertemuan seramai ini dan melibatkan beberapa kelompok KSM. Tenaga pendamping Bina Swadaya Ari Ponda pun heran dengan kehadiran mereka. Tidak kurang 55 anggota kelompok yang hadir saat itu. Untung saja rumah Pak Yusup, sang pemilik rumah, bisa menampung tamu-tamunya.

Agenda yang dibicarakan dalam pertemuan ini adalah masalah pembuatan saluran irigasi. Membicarakan pentingnya saluran irigasi tak lepas dari kebutuhan dalam mengairi sawah mereka. Selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan. Musim tanam pun maksimal bisa dinikmati tak lebih dari dua kali. Padahal

kurang lebih 500 m dari lahan sawah mereka terdapat aliran sungai yang kalau dimanfaatkan cukup mengairi sawah ketiga kelompok tersebut.

Dalam konteks ini Bina Swadaya Konsultan mendorong pihak dinas, dalam hal ini BPP Kecamatan Kaliorang, dan kelompok untuk pembuatan saluran irigasi. Dorongan ini diharapkan bisa diteruskan ke Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur. Sementara dorongan kepada kelompok diupayakan dalam bentuk penumbuhan keswadayaan. Keswadayaan ini sudah terwujud dimana kelompok sudah mulai melakukan rintisan dan penggalian saluran irigasi yang difasilitasi oleh BPP Kecamatan Kaliorang. Saluran irigasi tersebut membentang di lahan ketiga kelompok di atas sepanjang ± 2 km. 995 m sudah dikerjakan oleh Kelompok Subur Abadi atas bantuan Dinas Pertanian pada 2007 Sisanya ±1010 m sedang dikerjakan (dalam bentuk rintisan dan penggalian) secara swadaya dan bertahap oleh masyarakat.

Pembuatan saluran irigasi ini berawal dari rencana Bina Swadaya Konsultan yang akan menawarkan dana demplot kepada ketiga kelompok ini. Ketiga kelompok ini mengusulkan untuk penangkaran benih, namun kendalanya adalah masalah irigasi. Seringkali lahan sawah ketiga kelompok ini terendam akibat meluapnya air sungai. Dari persoalan ini Koordinator Pendamping Ade Suparman mendiskusikan masalah ini dengan Pak Muslim (Kepala BPP Kec. Kaliorang). Akhirnya Pak Muslim minta kepada Bina Swadaya untuk mendorong kelompok berswadaya. Sinergi program antara Dinas Pertanian dan Bina Swadaya pun terbentuk; dinas dalam bentuk fisik sementara Bina Swadaya dalam bentuk non fisik.

Menurut Pak Muslim, jelas Koordinator Pendamping Ade Suparman, anggaran pembuatan saluran irigasi itu memang ada. Tapi tidak mencukupi kalau tidak ada keswadayaan dari kelompok. Model keswadayaan ini memang

diperlukan guna merubah pola pikir masyarakat akan bantuan. Sebagian besar masyarakat biasanya terpolakan bahwa bantuan itu harus diberikan 100% tanpa ada keswadayaan.

Semangat keswadayaan kelompok nampaknya menunjukkan hasil yang memuaskan. Ketika tulisan ini ditulis, untuk minggu pertama, mereka sudah menggali sepanjang 230 m dari target 200 m per minggu. Penggalian dilakukan dengan lebar 4 m dan kedalaman 80 cm.

Kebutuhan akan saluran irigasi sudah sangat mendesak. Banyak lahan pertanian yang tidak produktif gara-gara saluran irigasi belum ada. Sekarang kebutuhan itu sudah di depan mata. Mudah-mudahan dengan adanya saluran yang sedang direncanakan dan mulai dilaksanakan ini akan membawa manfaat besar bagi petani terutama dalam hal peningkatan produksi padi yang selama ini, masih sawah tadah hujan, baru berproduksi 1,5 ton per hektar. Semoga! (ya)

Kebutuhan Saluran Irigasi

Suasana pertemuan antarkelompok di Dusun Golo, Desa Kaliorang. Ketiga kelompok itu adalah Tunas Harapan, Masagenae, dan Subur Abadi. (Foto: Info Pemberdayaan)

Tim BPP Kaliorang, tim Bina Swadaya dan ketiga kelompok Dusun Golo meninjau lokasi saluran irigasi yang akan dikerjakan. (Foto: Info Pemberdayaan)

Page 5: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

55

Pentingnya Administrasi Kelompokharus dalam bentuk uang,” jelasnya saat memberikan kata sambutan dalam pertemuan antarkelompok di Dusun Golo, Desa Kaliorang, Kamis (19/3). ”Bagaimana orang akan membantu kalau kondisi kelompoknya belum siap secara administrasi,” ujarnya lebih lanjut.

Dia juga mendorong kelompok supaya menunjukkan kemauan yang keras dalam mengembangkan kelompoknya. Oleh sebab itu, katanya, pendampingan yang sudah dilakukan Bina Swadaya hendaknya dijalankan dengan baik, termasuk masalah administrasi kelompok. ”Kelengkapan administrasi akan dirasakan sendiri manfaatnya suatu saat oleh kelompok bukan sekarang,” jelasnya sambil memegang salah satu pembukuan kelompok.

Sementara dalam kata sambutannya PPL Desa Kaliorang Andik mengucapkan terima kasih kepada Bina Swadaya atas pendampingannya kepada kelompok. Dalam pandangannya kelompok yang ada di Desa Kaliorang sudah mulai mengalami kemajuan-kemajuan. Dia meng-ingatkan kelompok agar jangan terlalu berharap pada bantuan pemerintah. ”Dana pemerintah sangat terbatas karena Kutai Timur hanya mengandalkan tambang, yaitu sumberdaya alam yang tidak

bisa diperbaharui,” ujarnya. Kalau pun ada bantuan dari pemerintah kelompok hendaknya siap dengan bantuan tersebut. Caranya adalah dengan mempersiapkan segala administrasi kelompok.

Pertemuan antarkelompok yang diadakan di rumah Pak Yusup (Ketua Kelompok Tunas Harapan) Dusun Golo Desa Kaliorang ini dihadiri oleh tim BPP Kaliorang yang terdiri dari PPL se-Kec. Kaliorang, Keswan Kaliorang Agus Muhammad Barunah, SP2AB, Kelompok Tunas Harapan, Masagenae, Subur Abadi, Tenaga Pendamping Ari Ponda, dan Koordinator Pendamping Ade Suparman.

Disamping administrasi Pak Muslim juga tak lupa mengingatkan kelompok untuk tidak malu bertanya kapan dan dimana saja bertemu dengan PPL dan Bina Swadaya. Dan yang tak kalah pentingnya juga adalah antara warga atau kelompok hendaknya menjaga komunikasi supaya kelak tidak terjadi salah pengertian antara kedua belah pihak. Salah satu cara menjaga komunikasi ini, menurut Bina Swadaya Konsultan, adalah PPL sebaiknya hadir dalam Pertemuan Anggota yang setiap bulan dilaksanakan di masing-masing kelompok. (ya)

Kepala BPP Kaliorang Muslim (berdiri) memberikan kata sambutan saat pertemuan antarkelompok di Dusun Golo. (Foto: Info Pemberdayaan)

Obrolan lepas usai pertemuan antarkelompok. (Dari kiri-kanan) Pak Yusup (Ketua Kelompok Tunas Harapan, Pak Baco (Ketua Kelompok Masagenae), Pak Usman (Bendahara Tunas Harapan), dan anggota Kelompok Subur Abadi. (Foto: Info Pemberdayaan)

Ada hal yang bertolak belakang antara Dinas Pertanian dan kelompok di Kutai Timur. Gejala ini mungkin berlaku juga di banyak tempat di luar Kutai Timur. Di satu sisi pemerintah siap menyalurkan bantuan kepada kelompok. Sementara di sisi lain kelompok belum siap menerima bantuan karena belum memenuhi persyaratan administrasi. Salah satu alasan teknisnya lebih kepada kelengkapan administrasi yang dimiliki kelompok.

Keberadaan Bina Swadaya Konsultan di Kecamatan Kaliorang adalah untuk memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat melalui KSM. Di dalamnya terdapat pembenahan alat-alat kelengkapan administrasi kelompok. Semenjak dilakukannya pelatihan dasar-dasar KSM beberapa waktu yang lalu sudah terjadi perubahan-perubahan dalam kelompok, termasuk administrasi kelompok.

Hal ini juga sangat disadari oleh Dinas Pertanian Kutai Timur. Bahkan Kepala BPP Kaliorang (Pak Muslim) menghimbau kelompok guna mempersiapkan dan melengkapi administrasinya. ”Kelompok hendaknya mempersiapkan segala administrasinya. Sebab administrasi itu adalah modal besar bagi kelompok, dan tidak

Page 6: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

6

Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan Membangkitkan

RoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyongRoyonggotong-royong. Baginya tidak semua kegiatan diukur dengan uang, dan tidak semua orang punya uang. ”Dengan gotong-royong ada banyak manfaat yang bisa dirasakan. Disamping biaya murah dan pekerjaan jadi ringan, warga pun merasa memiliki terhadap pekerjaannya,” jelas Ichsanul Fikri kepada warga.

Warga menerima usulan dari pendamping Bina Swadaya yang sudah delapan bulan bersama masyarakat Selangkau ini. Akhirnya warga dari RT 5 dan RT 7 rapat membahas perbaikan pipa dengan jalan gotong-royong. Untuk memperlancar jalannya pekerjaan ini, maka dibentuklah pengurus yang terdiri dari ketua pelaksana, penanggung jawab, dan bendahara.

Hasil rapat memutuskan bahwa gotong-royong diadakan setiap hari Sabtu. Bagi warga yang tidak ikut gotong-royong dia wajib membayar Rp 35 ribu sebagai dendanya. Dalam rapat itu juga dipilih dua orang petugas masing-masing mewakili RT 5 dan RT 7 untuk pemeliharaan. Jika ada pipa yang rusak dua orang ini akan bertanggung jawab melihatnnya ke saluran atas.

Sementara biaya pembelian pipa berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 20 juta. Dari dana ini mereka merencanakan, mengerjakan, dan mengelola sendiri pekerjaan pipanisasi terutama dalam hal merumuskan aturan-atauran, sanksi yang disepakati dan sistem pemeliharaanya di masa yang akan datang. Untuk pemeliharaan ke depan setiap rumah akan dipungut biaya sebesar Rp 5 ribu

per bulan. Gotong-royong pipanisasi

yang murni swadaya dan melibatkan kedua RT ini kini telah membuahkan hasil. Air sudah mengalir dengan lancar dan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga tercukupi tanpa harus menunggu sampai dua hari. Dengan adanya air bersih ini bisa membantu para nelayan dari luar yang sering ke kampung Muara Selangkau untuk mengambil air bersih yang diperlukan.

Budaya rapat dan gotong-royong yang dulu nyaris hilang ini kini mulai dihidupkan kembali. Kalau ada masalah masyarakat sudah mulai terbiasa menyelesaikannya lewat jalan rapat dan musyawarah. ”Ternyata setelah Bina Swadaya masuk ke Desa Selangkau warga sudah terbiasa mengadakan rapat dan membuat keputusan. Bahkan kalau ada masalah warga langsung memutuskan untuk rapat. Mereka secara tidak langsung sudah mulai terpolakan seperti itu,” jelas Pak Mahmud, Kaur Pemerintahan Desa Selangkau. Semoga semangat gotong-royong dan kebersamaan ini tetap berkembang. (ya)

Diantara rumah warga RT 5 (kiri) dan RT 7 (kanan) yang akan dialiri air bersih yang berasal dari Gunung Sekarat. (Foto: Info Pemberdayaan)

Warga dari RT 5 dan 7 Muara Selangkau semangat mengerjakan pipanisasi yang rusak. Semangat gotong-royong mulai dibangkitkan lagi oleh warga kedua RT ini. (Foto: CO Selangkau)

Keberadaan Bina Swadaya Konsultan di Kecamatan Kaliorang, khususnya di Desa Selangkau, nampaknya punya dampak yang positif bagi masyarakat setempat. Diantara dampak positifnya adalah adanya perubahan cara pikir dan perilaku masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan bangkitnya rasa kebersamaan dan semangat gotong-royong dimana nilai-nilai ini sebelumnya nyaris hilang di tengah masyarakat.

Semua ini berawal dari masalah sulitnya mendapatkan air bersih di RT 5 dan RT 7. Kedua RT ini berada di Muara Selangkau, di bibir pantai Selat Makasar. Air yang mengalir ke desa ini berasal dari Gunung Sekerat. Gunung ini menjadi sumber kehidupan bagi desa-desa sekitarnya. Mungkin tidak bisa dibayangkan kalau Gunung Sekerat tidak ada. Kebutuhan air bersih mungkin tidak akan terpenuhi. Suatu kali pipa yang mengaliri air ke RT 5 dan RT 7 rusak. Akibatnya warga sulit mendapatkan air bersih. Air bersih jarang mengalir bahkan warga sering menunggu hingga dua hari. Kondisi ini berlangsung cukup lama. Setelah diketahui ternyata kondisi pipa yang sering pecah. Kala itu kebersamaan masyarakat dalam pemeliharaan boleh dikatakan kurang. Sehingga kondisi pipa yang rusak juga kurang menjadi perhatian.

Kondisi pipa yang rusak akan diperbaiki dan rencananya akan diupahkan. Begitu yang terlintas dalam pikiran warga. Tenaga pendamping Ichsanul Fikri kurang sepakat dengan cara ini. Pria yang juga menetap di RT 7 ini menyarankan agar dilakukan

Page 7: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

7

alamat sekretariatnya yang berada di Jl. Anggrek dengan menambahkan Jingga di belakangnya.

Dari 8 kelompok dampingan yang ada di Desa Bumi Sejahtera, Anggrek Jingga adalah satu-satunya kelompok perempuan. Ada 32 orang anggota dan pengurus di dalamnya. Rata-rata mereka petani sebagaimana masyarakat lain yang ada di desa yang akrab disebut SP V itu. Hanya sebagian kecil yang punya usaha kecil seperti membuat kue yang dijual di desa setempat.

Kelompok yang berada di Dusun II RT 08 ini dibentuk pada 15 September 2008 lalu. Sebetulnya kelompok perempuan di desa ini sudah ada semenjak lama, jauh sebelum Bina Swadaya Konsultan datang di Bumi Sejahtera. Kelompok perempuan yang sebagian anggota Anggrek Jingga ini sudah ada semenjak 1992. Kegiatannya masih sederhana, yaitu arisan dan simpan-pinjam. Begitu juga dengan kepengurusannya, belum tertata rapi. Bahkan di desa ini juga ada Kelompok Perempuan bernama Bunda Sejahtera yang mempunyai kegiatan simpan dan pinjam serta telah berbadan hukum Koperasi.

Atas dukungan BPP Kaliorang dan semenjak Bina Swadaya Konsultan membenahi dan mendampingi kelompok ini, nampaknya sudah ada perubahan-perubahan yang berarti. ”Administrasi organisasi dan keuangan sudah mulai jalan. Rapat anggota sebulan sekali sudah dijalankan. Walaupun masih ada kekurangan, kami tetap akan memperbaikinya dan dampingan Bina Swadaya Konsultan masih tetap dibutuhkan,” jelas Ibu Yantumi kepada tim Info Pemberdayaan saat berkunjung ke kelompok ini, Jumat (13/3).

Kelompok Anggrek Jingga yang diketuai Ibu Yamtuni ini mungkin bisa dijadikan contoh. Pasalnya, kelompok yang sudah menjalankan simpan pinjam ini menerapkan sistem transparansi. ”Kalau kelompok mau maju, prinsip transparansi harus diterapkan. Kalau sistem ini tidak diterapkan, maka tingkat kepercayaan anggota akan luntur, jelas perempuan yang ramah ini dan juga mantan Ketua BPD Desa Bumi Sejahtera. ”Segala sesuatu yang menyangkut kepentingan kelompok harus diputuskan lewat rapat anggota,” katanya lebih lanjut.

Tidak hanya itu, kelompok perempuan ini juga tidak mau ketinggalan dengan kelompok lain yang didominasi oleh laki-laki. Disamping simpan pinjam yang sudah berjalan, kelompok ini juga telah membuka lahan ditanami

sayur-sayuran dan palawija yang dikerjakan oleh semua anggota secara bergotong-royong. Kegiatan ini mendapat bantuan dan bimbingan teknis dari BPP Kaliorang (Bapak Muslim) yang menaruh perhatian terhadap semangat dan kegiatan ibu-ibu dengan bertani secara kelompok.

Tadinya lahan ini bisa dikatakan lahan mati yang tidak difungsikan secara produktif. Panen perdana sayuran (bayam dan sawi) sudah dinikmati Kelompok Anggrek Jingga dan menghasilkan uang Rp. 150.000,- Dalam waktu dekat ini Kelompok Anggrek Jingga akan memperluas penanaman sayur-sayuran, masih tahap pengumpulan modal. Saat ini kebun Kelompok Anggrek Jingga dipenuhi tanaman bayam, sawi, kacang panjang, timun, buncis dan jagung .

”Ke depan, sesuai dengan kesepakatan kelompok, kami akan mengembangkan usaha keripik pisang. Pisang yang berlimpah kenapa tidak kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka memajukan kelompok,” katanya.

Bagi Kelompok Anggrek Jingga, perempuan harus percaya diri. Kemampuan perempuan juga tidak kalah dengan laki-laki. Prinsip yang dipegang oleh kelompok ini adalah perempuan harus percaya diri. Kalau laki-laki bisa kaum perempuanpun juga bisa. Dalam berorganisasi juga begitu, Kelompok Anggrek Jingga ingin setara dengan kelompok laki-laki. (ya)

Kelompok-kelompok tani hampir identik dengan kaum laki-laki. Walaupun perempuan banyak yang bertani, biasanya mereka jarang bergabung dan terlibat dalam sebuah wadah organisasi yang biasa disebut dengan kelompok. Salah satu bukti, ketika rapat-rapat kelompok yang hadir nyaris laki-laki semua, perempuan bisa dihitung dengan jari sebelah tangan.

Fenomena semacam ini lazim terjadi dimana-mana. Perempuan mungkin dianggap tidak cocok berorganisasi oleh sebagian orang. Mungkin juga perempuan lebih memilih kegiatan lain yang sesuai dengan kodrat mereka dan menyerahkan segalanya kepada suami mereka termasuk masalah berkelompok. Atau bisa juga kesadaran untuk berkelompok dan berorganisasi belum tumbuh di kalangan kaum hawa karena beberapa sebab. Salah satunya adalah faktor budaya yang membentuk pikiran kita bahwa perempuan cukup di rumah saja, persoalan di luar rumah serahkan saja kepada laki-laki.

Nampaknya pendapat di atas tidak semuanya benar. Buktinya Ibu Yantumi (39) dari Desa Bumi Sejahtera. Dia bersama teman-temannya sesama perempuan membentuk kelompok perempuan yang difasilitasi oleh tenaga pendamping Bina Swadaya Konsultan Winardi. Nama kelompoknya Anggrek Jingga. Nama kelompok ini diambil dari

Pengurus Anggrek Jingga sedang memetik sayur-sayuran di lahan yang kini sudah dimanfaatkan sebagai usaha produktif kelompok. (Foto: Info Pemberdayaan)

Anggota dan pengurus Anggrek Jingga sedang membuka lahan mati yang akan ditanami sayur-sayuran dan palawija. (Foto: CO Bumi Sejahtera)

Foto bersama Kelompok Anggrek Jingga usai membuka lahan mati. Terlihat Kepala BPP Kaliorang Pak Muslim (baju biru) dan Pendamping Desa Bumi Sejahtera Winardi (baju putih). (Foto: CO Bumi Sejahtera)

InginInginIngin

Setara Setara Setara

dengandengandengan

Laki-lakiLaki-lakiLaki-lakiLaki-lakiLaki-lakiLaki-laki

Page 8: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

8

Bagi pria yang sudah menggeluti dunia pemberdayaan selama 11 tahun ini, mendampingi kelompok di luar kelompok dampingan bukanlah sesuatu masalah, bahkan dianggap sebagai nilai tambah (value added). Baginya, justru dengan adanya Bina Swadaya Konsultan di sini (Desa Selangkau, Bumi Sejahtera, dan Kaliorang, red) diharapkan ada manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat termasuk di luar fokus kelompok dampingan.

Keinginan kelompok PKK untuk didampingi akhirnya terwujud. Semangat dan rasa ingin tahu mereka memang luar biasa, paling tidak terlihat saat kehadiran mereka. Tak kurang 58 anggota dan pengurus hadir dalam pertemuan ini. Menurut Ketua PKK Nur Hafidah, pertemuan bulanan biasanya dihadiri sekitar 30-an anggota. Bahkan dalam pertemuan ini pengurus bersama pendamping Bina Swadaya Konsultan sudah menjadualkan pertemuan bulan depan dengan agenda, membuat aturan berkelompok dan menawarkan apakah masih mempertahankan arisan atau mau menerima kegiatan simpan pinjam seperti yang sudah dilakukan kelompok lain. (ya)

Berbicara tentang kelompok dampingan Bina Swadaya Konsultan yang ada di Desa Selangkau mungkin terasa kurang variatif bila dibandingkan dengan Desa Bumi Sejahtera dan Desa Kaliorang. Pasalnya, jika di dua desa terakhir (Bumi Sejahtera dan Kaliorang) ada kelompok perempuan, maka tidak begitu hal yang terjadi di Desa Selangkau. Dari 8 kelompok dampingan, tak satu pun kelompok perempuan di dalamnya walaupun di masing-masing 8 kelompok tersebut banyak anggota perempuannya.

Hal ini mengundang ”kecem-buruan” di kalangan ibu-ibu PKK tingkat desa. ”Kenapa 8 kelompok dampingan Bina Swadaya didominasi oleh kelompok laki-laki, kenapa kami tidak dimasukkan menjadi kelompok dampingan,” tanya Ibu Nur, Bendahara PKK Desa Selangau saat pertemuan bulanan PKK, Senin (23/3).

Menurut Ibu Nur, kelompok PKK di Desa Selangkau sebenarnya sudah ada semenjak 2002, namun kepengurusan dan kegiatannya tidak aktif. Kalau pun ada kegiatan masih sebatas arisan. Ke depan, jelasnya dengan semangat, Kelompok PKK yang masih mempertahankan kegiatan arisan ini ingin bergerak lebih maju lagi. ”Kami Kelompok PKK Desa Selangkau sangat lemah dalam pengetahuan organisasi. Kami butuh dampingan dari Bina Swadaya,” ujarnya kepada tim Bina Swadaya Konsultan yang dihadiri oleh Tenaga Pendamping Ichsanul Fikri dan Koordinator Pendamping Ade Suparman.

Sore itu, tepatnya pukul 14.30, ibu-ibu PKK berkumpul di sebuah bangunan sederhana yang berada di RT III Dusun I, Desa Selangkau. Bangunan ini bisa dikatakan sebagai bangunan serba guna. Pertemuan-pertemuan warga seringkali diadakan di bangunan

Pendamping Ichsanul Fikri menjelaskan program-program Bina Swadaya Konsultan kepada ibu-ibu PKK Desa Selangkau. Dihadiri Ketua RT 3 Mansur S. (tengah) dan Koordinator Pendamping Ade Suparman. (Foto: Info Pemberdayaan)

Ibu-ibu PKK Desa Selangkau semangat hadir dan antusias mendengarkan penjelasan dari Pendamping Ichsanul Fikri. (Foto: Info Pemberdayaan)

yang dulunya bekas Taman Pendidikan al-Quran (TPA) ini. Di sebelah ruangan ini terdapat bekas Kantor Desa Selangkau.

Pertemuan ini tak lepas dari pertemuan bulanan PKK tingkat desa. Tapi agenda yang paling penting adalah penjelasan atau sosialisasi program Bina Swadaya Konsultan kepada kelompok PKK. Jadual pertemuan PKK sedianya diselenggarakan setiap tanggal 2, namun karena ingin mendengarkan penjelasan dari tenaga pendamping jadual berubah menjadi tanggal 23 setiap bulannya.

Dalam pertemuan itu Ichsanul Fikri menjelaskan bahwa Bina Swadaya Konsultan fokus mendampingi 8 kelompok di Desa Selangkau yang dikepalai oleh H. Marjuki ini. Salah satu fokus kegiatannya, lanjut pria kurus asal Sumatera Selatan ini, adalah penguatan kapasitas kelompok dampingan. Walaupun fokus pada 8 kelompok, namun tidak menutup kemungkinan ada kelompok lain yang akan didampingi. ”Kita siap mendampingi kelompok lain di luar kelompok yang telah dilakukan oleh Bina Swadaya Konsultan,” jelas ayah dua putri ini.

Mendampingi di Luar Dampingan

Page 9: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

9

Golo satu diantara tiga dusun yang ada di Desa Kaliorang. Dusun ini cukup jauh dari Dusun Kaliorang Kampung dan Dusun Camp Pasir. Boleh dikatakan Golo adalah dusun yang paling ”terisolasi” diantara dusun yang lain. Butuh ”perjuangan” ekstra mencapai dusun yang didominasi oleh suku Bugis ini. Bila hujan tiba kendaraan apa pun tidak akan bisa melewatinya. Akses jalan yang kurang baik dan berlumpur bila musim hujan menuju dusun ini adalah satu diantara masalah yang dialami warga setempat.

Dari data sekunder desa Tahun 2007, jumlah penduduk di Dusun Golo hanya 214 jiwa; 97 jiwa perempuan dan 117 jiwa laki-laki. Golo terhitung sebagai dusun berpenduduk terkecil bila dibandingkan dengan dua dusun lainnya. Memang bila kita ke Golo tak banyak rumah di dusun ini. Kiri-kanan jalan menuju dusun ini dipenuhi dengan pohon pisang dan coklat. Ini menandakan bahwa mata pencaharian warga Golo lebih diarahkan ke dua komoditi ini disamping menanam padi.

Tidak banyak yang tahu (bagi orang luar) atau orang sudah banyak yang tahu (bagi masyarakat Kaliorang dan sekitarnya) bahwa Dusun Golo punya potensi mata pencaharian yang cukup besar. Sebut saja misalnya pisang, coklat, dan padi. Diantara yang tiga ini pisang adalah komoditi andalan mereka.

Petani pisang di Kaliorang, termasuk di Dusun Golo, memang pernah trauma dengan virus Fusarium yang terjadi beberapa tahun lalu. Perekonomian warga ikut terpukul dan warga banyak yang kecewa. Tapi itu dulu, kini mereka coba bangkit lagi dengan penuh semangat dan optimisme.

Produksi pisang di dusun ini per bulan memang luar biasa. Panen pisang untuk satu orang petani per bulannya bisa mencapai tiga ribu sisir dengan harga per sisir Rp. 2.500,-. Bisa dibayangkan pendapatan kotor warga Golo per bulan mencapai Rp. 7.500.000,-. Paling tidak begitu penjelasan dari Pak Yusup, Ketua Kelompok Tunas Harapan kepada Info Pemberdayaan.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan. Desa Kaliorang sempat mewakili Kabupaten Kutai Timur dalam perlombaan pisang terbaik tingkat Provinsi Kalimantan Timur tahun lalu. Pisang yang dilombakan itu berasal dari Dusun Golo ini. Alhasil Kutai Timur meraih juara II dalam perlombaan itu. Menurut informasi dari Pak Baco, Ketua Kelompok Masagenae, pisang dari Golo hanya kalah dari segi jumlah sisirnya saja. Sementara dari sisi kualitas rasa pisang dari Golo masih unggul. Bahkan pada 13 Januari 2009 yang lalu tim Provinsi Kaltim yang terdiri dari Dinas Pertanian, Staf Karantina, dosen Unmul yang didampingi PPL Kaliorang dan tenaga pendamping Bina Swadaya Konsultan sempat ke rumah Pak Baco mengambil contoh pisang yang akan dibawa ke kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk diteliti lebih lanjut.

Selain pisang, coklat menjadi salah satu komoditi unggulan warga Golo. Tapi 3 tahun belakangan ini produksi coklat menurun drastis. Hama Penggerek Batang Kakao (PBK) dan Virus VSD dengan

ganas menyerang tanaman coklat petani. Dalam keadaan normal petani bisa memanen coklat 5 kwintal coklat per hektarnya. Tapi sekarang, menurut warga, jangankan 1 kwintal per hektar, 50 kilogram saja susah.

Kalau dikalkulasikan dengan rata-rata 20 ribu per kilogram berarti pendapatan masyarakat per hektar bisa mencapai Rp 10 juta, dengan asumsi 5 kwintal per hektarnya. Bagaimana dengan mereka yang punya lahan lebih dari 1 hektar? Wah, sudah terbayang hasil yang didapat per bulannya. Sayang kakao ini terserang hama yang parah dan pohonnya kelihatan sudah meranggas, tidak diurus oleh petani sehingga produksinya merosot.

Namun, dusun potensial ini tak luput dari berbagai masalah. Akses jalan yang berlumpur adalah salah satunya. Seringkali setiap hujan datang petani merasa rugi karena tidak ada pengumpul/pedagang yang mau membeli pisang karena pengumpul tidak mau ambil resiko. Begitu juga dengan kelangkaan pupuk. Sudah selang berapa lama petani tidak mendapatkan pupuk. Dalam beberapa pertemuan kelompok terungkap bahwa pupuk menjadi keluhan petani.

Sayangnya, tak banyak pihak yang melirik dusun potensial ini. Kurangnya perhatian dari pihak terkait menyebabkan potensi yang ada hanya berjalan di tempat. Pisang yang melimpah belum dikembangkan semestinya, ketersediaan kebutuhan petani dalam mengembangkan coklat sangat terbatas, perbaikan jalan dari pemerintah entah menunggu sampai kapan. Bahkan warga rela mengeluarkan kocek sendiri alias swadaya untuk memperbaiki jalan walaupun masih sebatas penimbunan lumpur dengan batu-batuan. (ya)

Golo satu diantara tiga dusun Golo satu diantara tiga dusun

Petani pisang di Kaliorang, termasuk di Dusun Golo, memang pernah trauma dengan virus Fusarium yang terjadi beberapa tahun lalu. Perekonomian warga ikut terpukul dan warga banyak yang kecewa. Tapi itu dulu, kini mereka coba bangkit lagi dengan penuh semangat dan optimisme.

Produksi pisang di dusun ini per bulan memang luar biasa. Panen pisang untuk satu orang petani pisang untuk satu orang petani per bulannya bisa mencapai tiga

Golo, Dusun Potensial yang Kurang Mendapat Perhatian

Page 10: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

10

bukanlah investasi dalam bentuk materi melainkan dalam bentuk non materi, yaitu peningkatan kemampuan atau pengembangan kapasitas masyarakat. Sementara fokus pendampingan hanya berada di tiga desa, yaitu Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kutai Timur Wijaya Rahman menyambut baik kehadiran Bina Swadaya Konsultan beserta program yang dijalankannya. Dia juga berterima kasih karena Bina Swadaya Konsultan sudah membantu pemerintah dalam hal penguatan kapasitas kelompok-kelompok yang ada di Kecamatan Kaliorang. Hal senada juga disampaikan oleh Camat Kaliorang H. Hormansyah dan Kepala BPP Kecamatan Kaliorang Muslim.

Selain Dinas Pertanian Kutai Timur (4 orang), UPTD BPP Kaliorang (4 orang) dan tim Bina Swadaya Konsultan (8 orang) hadir juga Dinas Kelautan dan Perikanan (2 orang), Dinas Perkebunan (1 orang), Camat Kaliorang, dan Korlap Dinas Perkebunan Kaliorang.

Masing-masing pihak memapar-kan secara ringkas diantara program-program yang sedang dan akan dijalankan. Dinas Kelautan dan Perikanan, misalnya, menjelaskan bahwa fokus program yang dijalankan adalah penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil. Sementara Dinas Perkebunan menjelaskan tentang percepatan program revitalisasi perkebunan karet dan kakao. Hal ini merujuk pada kebijakan pemerintah pusat dalam pengembangan bidang perkebunan. Sementara Kadis Pertanian juga menyinggung bahwa pada tahun ini dinas yang dipimpinnya berencana akan

membangun Balai Benih Utama (BBU) yang menyediakan benih sebanyak 7,5 ton.

Rapat koordinasi formal yang melibatkan banyak pihak ini memang baru pertama kali dilakukan Bina Swadaya Konsultan semenjak program CIP dilakukan. Koordinasi lebih banyak dilakukan dengan cara informal. Namun demikian, koordinasi lintas sektoral ini diharapkan bisa melahirkan kesamaan pemahamaan terhadap kegiatan CIP yang dilaksanakan di Kecamatan Kaliorang serta adanya dukungan dan kerjasama yang lebih erat di tingkat kabupaten.

Koordinasi dengan stakeholder terkait di Tingkat Kabupaten Kutai Timur merupakan bagian dari komitmen Bina Swadaya Konsultan dalam implementasi kegiatan CIP. Kegiatan Koordinasi ini direncanakan akan dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan setiap tiga bulan dengan melibatkan dinas terkait di jajaran Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur, stakeholder tingkat kecamatan, pelaku usaha, dan lain-lain. (ya)

Kepala Dinas Pertanian Kutai Timur Wijaya Rahman (tengah) saat membuka rapat koordinasi lintas sektoral. (Foto: Info Pemberdayaan)

Dari kiri-kanan, Kepala BPP Kaliorang Muslim, Keswan Kaliorang M. Agus Barunah, Camat Kaliorang H. Hormansyah, PPL Desa Selangkau Mustafa, Korlap Dinas Perkebunan Kaliorang, PPL Desa Kaliorang Andik, dan Moderator Ade Suparman. (Foto: Info Pemberdayaan)

Selama ini ada kecenderungan bahwa bantuan dari pemerintah, melalui dinas-dinas, kepada masyarakat (baca: kelompok) masih bersifat sementara. Belum nampak tanda-tanda kalau bantuan dari pemerintah tersebut akan bermanfaat untuk jangka waktu yang lama. Keberadaan kelompok belum jelas, kalaupun ada penguatan kapasitas pengurus kelompok mungkin belum ada. Sehingga dengan demikian, keberadaan bantuan tidak akan terkelola dengan baik

Kondisi ini tentu sangat disayangkan karena bantuan tidak berkelanjutan. Selang beberapa lama tidak terdengar lagi bagaimana nasib bantuan itu. Bantuan yang diberikan tidak berkembang dengan semestinya. Padahal satu bantuan diharapkan bisa berkembang menjadi dua, dua menjadi tiga, dan seterusnya.

Untuk mewujudkan supaya bantuan bisa berkelanjutan dan berdaya guna, Bina Swadaya Konsultan ingin bekerjasama dengan pihak-pihak terkait di tingkat Kabupaten Kutai Timur dan Kecamatan Kaliorang, sebut misalnya Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan, dan lain-lain. Upaya ke arah ini tercermin ketika rapat koordinasi Bina Swadaya Konsultan dengan stakeholder terkait di ruangan rapat Dinas Pertanian Kutai Timur, Selasa (24/3).

Dalam kesempatan ini Bina Swadaya Konsultan memaparkan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan selama delapan bulan terakhir dan rencana kegiatan ke depan. Team Leader Pasrah Martakarya mengatakan bahwa program CIP (Community Investment Programme)

bukanlah investasi dalam bentuk Dari kiri-kanan, Kepala BPP Kaliorang Muslim, Selama ini ada kecenderungan

Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Membangun Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas Kesepahaman Lintas

SektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoralSektoral

Page 11: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

11

di antara anggota kelompok. Namun lebih dari itu, kelompok juga bisa dijadikan sebagai wadah belajar.

Menurut perempuan asal Bengkulu ini, proses belajar yang bisa diambil dari berkelompok ini adalah bagaimana anggota bisa berdemokrasi, saling menghargai satu sama lain, memutuskan sesuatu berdasarkan kesepakatan bersama, dan lain-lain. ”Kalau pun anggota kelompok masih punya kelemahan dalam berkelompok, anggaplah itu sebagai proses yang mesti dilalui. Semua ini masih proses untuk menjadi kelompok yang lebih baik,” terangnya lebih lanjut.

Terkait dengan masalah di atas, Team Leader CIP-Bina Swadaya Konsultan Pasrah Martakarya yang juga hadir dalam kesempatan ini menjelaskan bahwa kelompok ibarat sebuah rumah; jika tidak pernah dihuni, maka rumah akan cepat rusak. Begitu juga dengan kelompok; bila tidak pernah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka kelompok tidak akan ada manfaatnya. ”Kelompok tidak perlu menunggu hingga anggota hadir semua. Mulailah

pertemuan meski hanya 5 orang yang datang,” ujarnya seraya memotivasi Kelompok Masagenae yang hadir 12 orang dari 17 orang anggota.

Koordinator Pendamping Ade Suparman yang memfasilitasi Rapat Anggota ini juga menjelaskan bahwa tidak ada masalah yang tidak muncul dalam sebuah kelompok. Untuk itu, mintanya kepada Kelompok Masagenae, setiap ada masalah yang berkaitan dengan kepentingan kelompok hendaknya dibicarakan. Masalah, ujarnya lebih lanjut, jangan dipendam sehingga akan menyusahkan kelompok sendiri di kemudian hari.

Menurut pria yang mudah senyum ini, Rapat Anggota yang berlangsung di rumah Pak Madong kali ini merupakan rapat pertama semenjak pelatihan yang diadakan pada awal bulan Januari 2009 yang lalu. Agendanya adalah memilih wakil sekretaris dan wakil bendahara. Dalam pemilihan yang dimulai pada pukul 14.30 ini berjalan lancar. Hasilnya Syamsudi dan Hamzah terpilih masing-masing sebagai wakil sekretaris dan wakil bendahara. (ya)

Tim CIP-BSK yang terdiri dari Supervisor, Team Leader dan Koordinator Pendamping memeriksa alat kelengkapan administrasi Kelompok Masagenae yang sudah mulai berjalan. (Foto: Info Pemberdayaan)

Kelompok bukan hanya tempat berkumpulnya beberapa orang dalam menjalankan suatu kegiatan. Bukan juga sebagai alat untuk mendapatkan bantuan semata. Tapi kelompok bisa dijadikan sebagai wadah belajar di antara anggotanya. ”Jadikanlah kelompok sebagai wadah belajar, berdemokrasi, dan saling tukar pikiran sehingga anggota kelompok diharapkan bisa mengambil manfaat,” jelas Supervisor CIP-Bina Swadaya Konsultan, Ayu Bulan, saat berkunjung ke Kelompok Masagenae yang tengah melakukan Rapat Anggota Bulanan dalam rangka memilih Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara, Minggu (15/3).

Anggapan-anggapan seperti di atas hendaknya dibuang jauh-jauh. Ini bukan berarti bahwa Kelompok Masagenae yang diketuai oleh Pak Baco ini berpikiran seperti itu. Pernyataan Ayu Bulan tersebut lebih bersifat mendorong kelompok agar bisa memanfaatkan kelompok tidak hanya sekedar organisasi yang bisa dijadikan alat mendapatkan bantuan atau ajang tatap muka (baca: silaturahmi) sebulan sekali

Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Kelompok sebagai Wadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah BelajarWadah Belajar

Page 12: Edisi II April 2009 SWADAYA consultant Menopang Kaki ...binaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/buletin... · Sepaso Barat RT. 03 RW. 01 Kec. Bengalon Kab. ... (ART),

SWADAYA consultantI N F O P E M B E R D AYA A N

12

Mendampingi Kelompok Tanpa Kenal Waktu

kelompok dampingan khususnya. Salah satunya adalah sudah terjadualnya pertemuan bulanan kelompok di masing-masing desa dampingan.

Desa Selangkau, misalnya, delapan kelompok dampingan sudah melakukan beberapa kali rapat bulanan kelompok. Tidak semua rapat anggota dilaksanakan pada siang hari.

Beberapa kelompok dampingan mengadakan rapat pada malam hari. Maklum, siang hari adalah waktu mencari nafkah untuk keluarga mereka. Alasan logis ini sangat berpengaruh pada penentuan jadual pertemuan kelompok.

Untuk mencapai KSM yang lebih mandiri tentu saja berbagai upaya pendampingan terus dilakukan. Penguatan administrasi kelompok adalah salah satunya. Waktu pendampingannya pun tidak mengenal jam kerja layaknya jam kerja seorang pegawai. Namun, tenaga pendamping selalu siap kapan pun waktunya asal tidak bentrok dengan jadual pendampingan kelompok lainnya.

Ichsanul Fikri, misalnya, adalah pendamping Desa Selangkau yang ”menanggung” resiko keputusan

pertemuan malam. Pasalnya, lokasi kelompok dampingannya cukup jauh dari Muara Selangkau tempat ia tinggal. Kondisi jalan antar RT sangat berjauhan. Bila hujan motor tidak bisa diandalkan untuk sampai ke lokasi. Kalau sudah begitu jalan kaki adalah satu-satunya alternatif. Tak kurang 5 km untuk sampai ke lokasi tempat pertemuan.

Jadual pertemuan kelompok tidak selalu tepat waktu. Kelompok Suka Damai, misalnya, ditetapkan pada pukul 20:00 WITA, namun kenyataannya pertemuan baru bisa dilaksanakan pada pukul 22:00 WITA karena menunggu anggota yang belum hadir. Kerusakan genset sehingga harus meminjam lampu petromax untuk penerangan juga menjadi penyebab molornya waktu pertemuan disamping jalan yang berlumpur dan jarak rumah antarwarga yang berjauhan. Pertemuan berakhir pada pukul 24:00 WITA bahkan lebih. Itu yang pernah dialami Ichsanul Fikri, tenaga pendamping Desa Selangkau ketika mendampingi Kelompok Ekstra Maju, Kembang Kemiri, Damai Maju, dan Sejahtera Bersama.

Mendampingi kelompok dalam pertemuan malam nampak harus mempunyai keberanian. Pasalnya, untuk sampai ke lokasi kelompok dampingan, dan sebaliknya, kita menyusuri kebun kakao dan kelapa serta lahan sawah yang tidak ada rumah penduduk. Kondisinya gelap dan jalan penuh lumpur. Waktu tidur bisa-bisa lewat jam 1 malam. Tapi itulah pendamping sejati; mendampingi tanpa kenal waktu dan siap mendampingi kapan pun kelompok membutuhkannya. Sayang sekali, pendamping Ichsanul Fikri ini cuma sendirian, akan lebih baik berpartner dengan PPL yang kehadirannya juga diharapkan oleh pengurus kelompok. (ya)

Tidak terasa Bina Swadaya Konsultan sudah menginjakkan kaki selama lebih kurang delapan bulan di Kecamatan Kaliorang, tepatnya di tiga desa; Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera. Selama itu pula Bina Swadaya Konsultan masih tetap setia mendampingi 24 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) setelah dilakukannya reposisi atau

pembentukan kelompok pada Oktober 2008. Pendampingan dilakukan oleh tenaga pendamping Bina Swadaya Konsultan yang tinggal di masing-masing desa tersebut.

Mendampingi masyarakat dalam program pemberdayaan tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang perlu diperhatikan; kebiasaan masyarakat, karakter masyarakat, kondisi sosial, dan sebagainya. Bahkan tidak jarang seorang pendamping harus mengikuti maunya kelompok. Misalnya, menentukan jadual rapat anggota.

Semenjak diselenggara-kannya pelatihan dua bulan yang lalu sudah banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat umumnya dan

Pendamping Desa Selangkau Ichsanul Fikri mendampingi Kelompok Suka Damai hingga larut malam. Alat penerang pun seadanya. (Foto: CO Selangkau)