Edisi 8

2
Edisi: 8/II/2014 da yang barusan sadar kalau demokrasi tidak hanya menggeluti dunia ekonomi bisnis kita itu demokrasi kapitalis. namun juga terjun ke ranah politik praktis. A Sehingga para pebisnis, pedagang, pelaku “Pasti ini jawaban partai politik dan politisi industri dan pemilik mediapun berpolitik. yang tidak memiliki kemampuan modal, Kiai.” “Melalui kekuatan modal itu politisi karbitan Bahkan sekarang masyarakatpun sadar hadir.” betul dengan demokrasi kapitalis. Sehingga jika “Politisi karbitan CEPAT MATANG, CEPAT ada yang mengatas namakan partai politik atau BUSUK,” Santri Cungkring merapikan buah politisi yang datang, masyarakat tidak hanya pisang yang barusan diberi karbit agar cepat ingin mendengar visi dan misi tapi sudah siap matang. dengan kontrak politik. Inilah demokrasi kapitalis, dimana kapitalis epublik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. RRepublik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa! Tak penting jumlahnya, tak penting siapanya. Setiap orang wajib dilindungi. Janji pertama Republik ini: melindungi segenap bangsa Indonesia. Saat ada warga negara yang harus mengungsi di negeri sendiri, bukan karena dihantam bencana alam tetapi karena diancam saudara sebangsa, Republik ini telah ingkar janji. Akhir- akhir ini nyawa melayang, darah terbuang percuma ditebas saudara sebahasa di negeri kelahirannya. Kekerasan terjadi dan berulang. Lalu berseliweran kata minoritas, mayoritas di mana-mana. Bangsa ini harus tegas: berhenti bicara minoritas dan mayoritas dalam urusan kekerasan. Kekerasan ini terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Ini soal sekelompok warga negara menyerang warga negara lainnya. Kelompok demi kelompok warga negara secara kolektif menganiaya sesama anak bangsa. Mereka merobek tenun kebangsaan! Tenun kebangsaan itu dirobek, diiringi berbagai macam pekikan seakan boleh dan benar. Kesemuanya terjadi secara amat eksplisit, terbuka dan brutal. Apa sikap negara dan bangsa ini? Diam? Membiarkan? Tidak! Republik ini tak pantas loyo-lunglai menghadapi warga Oleh: Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Paramadina dan Dewan pembimbing Sciena Madani) SCIENA MADANI (Mengabdi dan Mengkaji) Tim Redaksi: Lukni, Munif, Zainul, dan Ambar Banjardowo Rt 2 Rw 6 Genuk Semarang Email: [email protected] Web: www.scienamadani.org Sms Center: 085 6419 57127 Present By: SCIENA MADANI SERI KISAH, “Kiai Cilik dan Santri Cungkring “ Mengeluti Politik Transaksional ukrasana memiliki seoarang kakak yang Sukrasana adalah sosok luar biasa yang tidak sangat tampan bernama Bambang memiliki mentalitas kekuasaan yang hanya ia SSumantri. Keduanya adalah putera Resi inginkan mengajak kakaknya untuk kembali ke Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan pertapaan di Kahyangan Untarasegara. Berbeda Dewi Darini. Namun berbeda dengan dengan Kakaknya yang menginginkan Sukrasana berwujud raksasa kerdil dan wajah kekuasaan dan kekuasaan ala Harjuna adalah yang seram. kekuasaan dengan mentalitas borjuis dan Namun begitu Sukrasana memiliki hedonis.” kesaktian yang luar biasa dan hati mulia. “Lain lagi dinegeriku Kiai, elit politik sangat Sukrasana mengabdi pada Bathara Wisnu dan mencintai kekuasaan dan bahkan sama dengan bertugas sebagai juru taman Sriwedari di elit kekuasaan Raja Agung Harjuna Sasrabahu. Kahyangan Untarasegara. Sedangkan Elit politik saling berebut, menjatuhkan lawannya kakaknya Sumantri menjadi elite kekuasaan satu sama lain,” kata Santri Cungkring Raja Agung Harjuna Sasrabahu. Kiai Cilik mengungkapkan, Sukrasana Ia bisa menjadi bagian keluarga elit adalah sosok manusia yang mampu kerajaan semata-mata karena bantuan adiknya melenyapkan ego dan superegonya. Ia berusaha Sukrasana, pada saat itu Raja Agung Harjuna untuk menjadi hamba Tuhan dengan segala Sasrabahu meminta untuk memindahkan ketundukan dan memiliki kearifan. Di akhirnya taman Sriwedari ke Maesapati dan Sukrasana ajalnya, ia masih mengatakan kerindauan berhasil memindahkannya. Namun karena kepada Kakaknya Sumantri dan diajaknya hidup memiliki wajah buruk rupa, Sumantri meminta di surga bersamanya. adiknya untuk pergi dan bahkan menakutinya “Mereka suka menonjolkan kemewahan, dengan panah. Tanpa sengaja busur panah itu dikelilingi wanita-wanita cantik, suka dunia melesat dan menusuk perut Sukrasana. pencitraan dan menghamburkan kas negara Sekilas cerita Kiai Cilik kepada Santri untuk perjalanan dinas dan dikorupsi,” sahut Cungkring di ruang Taman Baca Sciena Santri Cungkring Madani. Lalu Kiai Cilik bertutur, “Sosok Sukrasana di Panggung Kekuasaan www.wartamadani.com Diterbitkan oleh: Sciena Madani www.scienamadani.org Ini Soal Tenun Kebangsaan. Titik ! Hidup ini perjuangan. Hidup ini perkaderan. Hidup ini perlawanan dan hidup ini adalah kemampuan untuk bertahan. Hanya mereka yang berani berjuang, mendidik dan melawanlah yang akan bertahan. Bagi para MUZAKI yang ingin (Zakat, Sedekah, Infak, dan Wakaf) bisa mensalurkan amal ibadahnya. Segera Hubungi: Agus Munif (0852 9331 2474) Zainul Muttaqin (0856 4263 7662) LAYANAN JEMPUT ZAKAT Badan Wakaf Nusantara Tupperware Sophie Paris Genuk - Semarang Hubungi: 086 640 329 970

description

Artikel: 1. Ini Soal Kebangsaan. Titik1, Oleh: Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Paramadina dan Dewan pembimbing Sciena Madani) Kisah Santri Cungkring dan Kiai Cilik 1. Meneluti Politik Transaksional 2. Sukrasana di Panggung Kekuasaan

Transcript of Edisi 8

Page 1: Edisi 8

Edisi: 8/II/2014

da yang barusan sadar kalau demokrasi tidak hanya menggeluti dunia ekonomi bisnis kita itu demokrasi kapitalis. namun juga terjun ke ranah politik praktis. A Sehingga para pebisnis, pedagang, pelaku

“Pasti ini jawaban partai politik dan politisi industri dan pemilik mediapun berpolitik.yang tidak memiliki kemampuan modal, Kiai.” “Melalui kekuatan modal itu politisi karbitan

Bahkan sekarang masyarakatpun sadar hadir.”betul dengan demokrasi kapitalis. Sehingga jika “Politisi karbitan CEPAT MATANG, CEPAT ada yang mengatas namakan partai politik atau BUSUK,” Santri Cungkring merapikan buah politisi yang datang, masyarakat tidak hanya pisang yang barusan diberi karbit agar cepat ingin mendengar visi dan misi tapi sudah siap matang.dengan kontrak politik.

Inilah demokrasi kapitalis, dimana kapitalis epublik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. RRepublik ini dirancang untuk melindungi setiap

warga negara, melindungi setiap anak bangsa!Tak penting jumlahnya, tak penting siapanya. Setiap

orang wajib dilindungi. Janji pertama Republik ini: melindungi segenap bangsa Indonesia. Saat ada warga negara yang harus mengungsi di negeri sendiri, bukan karena dihantam bencana alam tetapi karena diancam saudara sebangsa, Republik ini telah ingkar janji. Akhir-akhir ini nyawa melayang, darah terbuang percuma ditebas saudara sebahasa di negeri kelahirannya. Kekerasan terjadi dan berulang. Lalu berseliweran kata minoritas, mayoritas di mana-mana.

Bangsa ini harus tegas: berhenti bicara minoritas dan mayoritas dalam urusan kekerasan. Kekerasan ini terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Ini soal sekelompok warga negara menyerang warga negara lainnya. Kelompok demi kelompok warga negara secara kolektif menganiaya sesama anak bangsa. Mereka merobek tenun kebangsaan!

Tenun kebangsaan itu dirobek, diiringi berbagai macam pekikan seakan boleh dan benar. Kesemuanya terjadi secara amat eksplisit, terbuka dan brutal. Apa sikap negara dan bangsa ini? Diam? Membiarkan? Tidak! Republik ini tak pantas loyo-lunglai menghadapi warga

Oleh: Anies Baswedan, Ph.D(Rektor Paramadina dan Dewan pembimbing Sciena Madani)

SCIENA MADANI(Mengabdi dan Mengkaji)Tim Redaksi: Lukni, Munif, Zainul, dan Ambar

Banjardowo Rt 2 Rw 6 Genuk SemarangEmail: [email protected] Web: www.scienamadani.orgSms Center: 085 6419 57127

Present By:SCIENA MADANI

SERI KISAH, “Kiai Cilik dan Santri Cungkring “

Mengeluti Politik Transaksional

ukrasana memiliki seoarang kakak yang Sukrasana adalah sosok luar biasa yang tidak sangat tampan bernama Bambang memiliki mentalitas kekuasaan yang hanya ia SSumantri. Keduanya adalah putera Resi inginkan mengajak kakaknya untuk kembali ke

Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan pertapaan di Kahyangan Untarasegara. Berbeda Dewi Darini. Namun berbeda dengan dengan Kakaknya yang menginginkan Sukrasana berwujud raksasa kerdil dan wajah kekuasaan dan kekuasaan ala Harjuna adalah yang seram. kekuasaan dengan mentalitas borjuis dan

Namun begitu Sukrasana memiliki hedonis.”kesaktian yang luar biasa dan hati mulia. “Lain lagi dinegeriku Kiai, elit politik sangat Sukrasana mengabdi pada Bathara Wisnu dan mencintai kekuasaan dan bahkan sama dengan bertugas sebagai juru taman Sriwedari di elit kekuasaan Raja Agung Harjuna Sasrabahu. Kahyangan Untarasegara. Sedangkan Elit politik saling berebut, menjatuhkan lawannya kakaknya Sumantri menjadi elite kekuasaan satu sama lain,” kata Santri CungkringRaja Agung Harjuna Sasrabahu. Kiai Cilik mengungkapkan, Sukrasana

Ia bisa menjadi bagian keluarga elit ada lah sosok manus ia yang mampu kerajaan semata-mata karena bantuan adiknya melenyapkan ego dan superegonya. Ia berusaha Sukrasana, pada saat itu Raja Agung Harjuna untuk menjadi hamba Tuhan dengan segala Sasrabahu meminta untuk memindahkan ketundukan dan memiliki kearifan. Di akhirnya taman Sriwedari ke Maesapati dan Sukrasana ajalnya, ia masih mengatakan kerindauan berhasil memindahkannya. Namun karena kepada Kakaknya Sumantri dan diajaknya hidup memiliki wajah buruk rupa, Sumantri meminta di surga bersamanya.adiknya untuk pergi dan bahkan menakutinya “Mereka suka menonjolkan kemewahan, dengan panah. Tanpa sengaja busur panah itu dikelilingi wanita-wanita cantik, suka dunia melesat dan menusuk perut Sukrasana. pencitraan dan menghamburkan kas negara

Sekilas cerita Kiai Cilik kepada Santri untuk perjalanan dinas dan dikorupsi,” sahut Cungkring di ruang Taman Baca Sciena Santri Cungkring Madani. Lalu Kiai Cilik bertutur, “Sosok

Sukrasana di Panggung Kekuasaan

www.wartamadani.com

Diterbitkan oleh: Sciena Madani www.scienamadani.org

Ini Soal Tenun Kebangsaan. Titik !

Hidup ini perjuangan.Hidup ini perkaderan.Hidup ini perlawanan dan hidup ini adalah

kemampuan untuk bertahan. Hanya mereka yang

berani berjuang, mendidik dan melawanlah

yang akan bertahan.

Bagi para MUZAKI yang ingin (Zakat, Sedekah, Infak, dan Wakaf)bisa mensalurkan amal ibadahnya.

Segera Hubungi:Agus Munif (0852 9331 2474)

Zainul Muttaqin (0856 4263 7662)

LAYANAN JEMPUT ZAKAT

Badan Wakaf Nusantara

TupperwareSophie Paris

Genuk - SemarangHubungi:

086 640 329 970

Page 2: Edisi 8

menangkap ”pengikut” keyakinan yang Negara harus berani dan menang melakukan kekerasan. ”bertarung” melawan para perobek.

Menjaga tenun kebangsaan dengan Saat tenun kebangsaan terancam m e m b a n g u n s e m a n g a t s a l i n g itulah negara harus membuktikan di menghormati serta toleransi itu baik dan Republik ini ada kebebasan berserikat, perlu. Di sini pendidikan berperan penting. berkumpul, dan mengeluarkan Namun, itu semua tak cukup dan takkan pendapat tetapi tak ada kebebasan pernah cukup. melakukan kekerasan.

Menjaga tenun kebangsaan itu juga Aturan hukumnya ada, aparat dengan menjerakan setiap perobeknya. penegaknya komplet. Jadi, begitu ada Bangsa dan negara ini boleh pilih: warga negara yang pilih melanggar dan menyerah atau ”bertarung” menghadapi meremehkan aturan hukum untuk para perobek itu. Jangan bangsa ini dan merobek tenun kebangsaan, sikap pengurus negaranya mempermalukan diri negara hanya satu: ganjar mereka sendiri di hadapan penulis sejarah bahwa d e n g a n h u k u m a n y a n g a m a t bangsa ini gagah memesona saat menjerakan. Bukan cuma tokoh-mendirikan negara bineka tetapi lunglai tokohnya yang dihukum. Setiap gelintir saat mempertahankan negara bineka. orang yang terlibat dihukum tanpa

Membiarkan kekerasan adalah pesan pandang agama, etnis, atau partaipaling eksplisit dari negara bahwa Itu sebagai pesan pada semua: kekerasan itu boleh, wajar, dipahami, dan jangan pernah coba-coba merobek dilupakan. Ingat, kekerasan itu menular. tenun kebangsaan! Ketegasan dalam Dan, pembiaran adalah resep paling m e n j e r a k a n p e r o b e k t e n u n mujarab agar kekerasan ditiru dan meluas. kebangsaan membuat setiap orang

Pembiaran juga berbahaya karena tiap sadar, memilih kekerasan sama dengan robekan di tenun kebangsaan efeknya amat memilih diganjar dengan hukuman lama. Menyulam kembali tenun yang robek m e n j e r a k a n . A d a k e p a s t i a n hampir pasti tak bisa memulihkannya. konsekuensi.Tenun yang robek selalu ada bekas, selalu Ingat, Republik ini didirikan oleh ada cacat. para pemberani: berani dirikan negara

Ada seribu satu pelanggaran hukum di yang bineka. Kini pengurus negara Republik ini, tetapi gejala merebaknya diuji. ke ke ra s a n d a n p e ro b e ka n te n u n kebangsaan itu harus jadi prioritas utama untuk dibereskan. Untuk menyejahterakan bangsa semua orang boleh ”turun-tangan”, tetapi menegakkan hukum hanya aparat yang boleh ”turun-tangan”.

Penegak hukum dibekali senjata tujuannya bukan untuk tampil gagah saat upacara, melainkan untuk melindungi warga negara saat menegakkan hukum.

negara yang pil ih pakai pisau, ribuan tahun dan ada di seluruh dunia.pentungan, parang, bahkan pistol untuk Perbedaan ini masih berlangsung ekspresikan perasaan, keyakinan, dan terus dan belum ada tanda akan selesai pikirannya. Mereka t idak sekadar minggu depan. Jadi, di satu sisi, negara melanggar hukum, tetapi merontokkan t a k p e r l u b e r p r e t e n s i a k a n ikatan kebangsaan yang dibangun amat menyelesaikan perbedaan alirannya. lama dan amat serius ini. Di sisi lain, aliran atau keyakinan bisa

Mereka bukan cuma kriminal, mereka saja berbeda tetapi semua warga perobek tenun kebangsaan. Tenun negara republik sama. kebangsaan itu dirajut dengan amat berat Konsekuensinya, seluruh tindakan dan penuh keberanian. Para pendiri mereka dibatasi aturan dan hukum republik sadar bahwa bangsa di Nusantara republik yang sama. Di sini negara bisa ini amat bineka. Kebinekaan bukan barang berperan.baru. Negara memang tak bisa mengatur

Sejak negara ini belum lahir semua perasaan, pikiran, ataupun keyakinan sudah paham. Kebinekaan di Nusantara warganya. Namun, negara sangat bisa adalah fakta, bukan masalah! Tenun mengatur cara mengekspresikannya.kebangsaan ini dirajut dari kebinekaan Jadi, dialog antar-pemikiran, aliran suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, atau keyakinan setajam apa pun boleh, geografis yang sangat unik. Setiap benang begitu berubah jadi kekerasan, maka membawa warna sendiri. Persimpulannya pelakunya berhadapan dengan negara yang erat menghasilkan kekuatan. dan hukumnya. Negara jangan Perajutan tenun ini pun belum selesai. mencampuradukkan friksi/konflik

Ada proses terus-menerus. Ada dialog antarpenganut aliran/keyakinan dan tawar-menawar antar-unsur yang dengan friksi/konflik antarwarga berjalan amat dinamis di tiap era. Setiap senegara.keseimbangan di suatu era bisa berubah Dalam menegakkan hukum, negara pada masa berikutnya. harus melihat semua pihak semata

sebagai warga negara dan hanya Warga Negara, Penganut Agama berpihak pada aturan. Aparat

Dalam beberapa kekerasan belakangan keamanan harus hadir melindungi ini, salah satu sumber masalah adalah ”warga-negara” bukan melindungi kegagalan membedakan ”warga negara” ”pengikut” keyakinan/ajaran tertentu. dan ”penganut sebuah agama”. Perbedaan Begitu pula jika ada kekerasan, aparat aliran atau keyakinan tak dimulai bulan lalu. hadir untuk menangkap ”warga-Usia perbedaannya sudah ratusan, bahkan negara” pelaku kekerasan, bukan

FB: www.facebook.com/NinikMart

Punyakah keberanian untuk menjaga dan merawat kebinekaan itu secara

tanpa syarat.Biarkan kita semua

dan kelak anak cucu kita bangga bahwa Republik ini

tetap dirawat oleh para pemberani.

Iklan Hubungi:Sms Center:

085 641 957 127