Edisi 4 Mitra
-
Upload
buletin-mitra-kmm -
Category
Documents
-
view
172 -
download
11
Transcript of Edisi 4 Mitra
LE 2,00
Aktualita
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013
Tari Indang Hoyak Shalah Kamil
Oleh : Abdul Rahman Taufiq
Ahad (21/04/2013) auditorium Shalih Kamil
dipenuhi oleh warga KMM Mesir. Ke-
hadiran warga Minangkabau yang ada di
bumi Kinanah ini bertujuan untuk menjalin
kembali tali silaturrahmi sesama warga dan
juga menyaksikan penampilan-penampilan
budaya minangkabau dan mencicipi bazar
makanan khas Minang dalam acara Alek
Gadang KMM Mesir dan Grand Closing
HUT KMM Mesir ke-56. Acara yang per-
tama kali diadakan dalam sejarah perjalanan
KMM Mesir ini juga dihadiri Duta Besar
Republik Indonesia untuk Mesir yang dalam
hal ini diwakili oleh Atase Pendidikan dan
Kebudayaan KBRI Kairo Bapak Dr. Fahmy
Lukman dan Presiden PPMI Mesir Jamiel
Abdul Lathif.
Tema yang diangkatkan dalam acara ini
adalah mahimpun nan taserak, basamo
mambangkik batang tarandam. Seperti yang
dijelaskan oleh ketua panitia, acara ini ber-
tujuan untuk mengumpulkan seluruh warga
KMM Mesir yang tersebar di penjuru bumi
kinanah ini, terbukti hadir dalam acara ini
warga KMM Mesir yang tinggal di dalam
kota Kairo dan di luar kota Kairo yaitu dari
Zaqaziq dan lain lain. Dan juga dalam acara
ini bisa membangkitkan bakat-bakat warga
KMM Mesir yang selama ini terpendam.
Acara yang dimulai pukul 19:30 ini di awali
dengan pembacaan Alquran oleh Muham-
mad Raihan Mustaqim, kemudian dilanjut-
kan dengan penampilan Tari Pasambahan
oleh Tim Tari Pasambahan KMM Mesir dan
pemutaran film dokumenter sejarah KMM
Selengkapnya hal 17
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 2
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbillamin. Segala puji bagi Allah atas lim-pahan rahmat dan karunia-Nya yang tak bertepi, menun-dukkan alam ini dan isinya hanya untuk manusia. Shalawat dan Salam marilah selalu kita doakan akan tercu-rahkan buat pemimpin umat, Nabi Muhammad Saw. Berkat kegigihan, semangat, dan keteladan yang beliau con-tohkan, kita bisa menikmati indahnya cahaya kehidupan saat ini. Beberapa waktu yang lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan ‘fatwa’ yang melarang kegiata khitan bagi perempuan. Sementara, agama Islam telah mensyari-atkannya. Lalu, bagaimanakah solusinya? Temukan ulasan menarik tentang pembahasan khitan perempuan ini di ru-bric Bahtsun. Di samping itu, Mitra juga mengangkat biografi Syekh Buthi, seorang ulama Turki yang hijrah ke Suriah dan tewas di sana saat mengisi pengajian di sebuah masjid. Selain itu, kali ini MItra juga mengangkat 2 rubrik wa-wancara sekaligus yaitu Taufiq Ismail, seorang sastrawan Minangkabau dan Humaira, salah seorang warga Minang yang saat ini berdomisili di Jerman.
Supaya Anda semua tidak makin penasaran, silakan lang-
sung lahap Mitra kali.
Selamat Menikmati!
Iftitah
Daftar Isi
Pelindung: Presiden PPMI
Penanggungjawab: Ketua KMM Mesir
Pengarah: Muhammad Zakaria Darlin
Pemimpin Redaksi: Ahwazy Anhar
Sekretaris: Muhajir Muslim
Dewan Redaksi: Boris Ahmadi Sikumbang, Imam Mursyid, Irham Amir, Muhammad Fadhlil Abrar, Muhammad Fadhli, Muhammad Irsyad, Dirga Indah Muharani, Humairah Bahar, Nisaul Mujahidah, Rahmiy Naylu Syaha-dah
Editor: Muhammad Rakhmat Alam, Zihkrul Syukri Zulkifli
Reporter: Abdul Rahman Taufiq, Bunga Shiba
Layouter & Ilustrator: Fakhry Emil Habib Al-Fatih
Sirkulasi: Alfi Hidayat
Pembantu Umum: Keluarga Pers KMM Mesir
Alamat Redaksi: Block 502 Building 8 First Settlement, New Cairo - Helwan, Egypt
Telp./HP: 202-2757821
E-mail: [email protected]
Aktualita 1
Iftitah 2
Salam Mitra 3
Risalatukum 3
Bahtsun 4
Nahrul Ilmi 5
Syakhsiyah 6
Afaq 7
Wawancara 8
Nasyathi 10
Suara DP 11
Bundo Kanduang 12
Opini 13
Wawancara 14
Tabassam 19
Lapeh Panek 20
Cerpen 21
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 3
Assalamualaikum wr. wb. Apa kabar Sobat Mitra semua? Semoga semuanya sehat selalu ya.
Beberapa hari yang lalu, seorang sastrawan Minangkabau, Taufiq Ismail
diudang ke Mesir oleh universitas Canal Suez untuk membacakan pui-
sinya. Di sela-sela kepadannya, kru Mitra berhasil menemui dan mewa-
wancarai Taufiq Ismail secara eksklusif. Untuk itu, silakan baca ulasan
lengkapnya di rubrik wawancara kali ini.
Alhamdulilah, sampai saat ini Mitra sudah terbit 5 kali. Semua itu, tentu
berkat dukungan warga KMM Mesir seluruhnya dan kerja keras para kuli
tinta Mitra.
Meski sudah 5 kali, tapi kami belum puas. Insyaallah, sudah ujian nantik kita akan kembali bertemu dalam edisi dan
tema yang berbeda.
Tak lupa pula kami sampaikan bahwa prinsip kami adalah „Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami‟. Anda puas
membaca Mitra, berarti Kuli Tinta Mitra akan selalu siap dan bersemangat untuk menghadirkan hal-hal baru ditengah
para pembaca semua. Terakhir, selamat melahap lembaran demi lembaran yang sudah tersajikan.
Salam Mitra
Assalamualaikum wr. wb.
Apa kabar Mitra? Semoga selalu baik ya… Semoga seluruh kuli tinta Mitra tidak
bosan-bosan menyuguhkan hal-hal penting dan terbaru ke tengah warga KMM Me-
sir.
Dari beberapa edisi ana perhatikan, Mitra tampil semakin indah dan keren. Mulai
dari tampilan halaman depan, sampai halaman belakang. Keren abizz dah…
Salut banget untuk seluruh kru Mitra.
Semangat selalu untuk seluruh kru Mitra. Meski banyak rintangan dalam menghadirkan sebuah tulisan utuh,
tapi yakinlah, semua itu benar-benar ana nikmati dan begitu juga dengan pembaca lainnya. Chayooooo….!
By: Angin Sepoi
Alaikumsalam wr. Wb
Alhamdulillah, meski cuaca masih belum menentu, tapi Mitra tetap sehat. Mitra doakan, agar Angin Sepoi
juga selalu sehat wal afiat dan selalu berada dibawah naungan Allah.
Alhamdulillah, semua itu memang merupakan karunia Allah. Terima kasih atas apresiasinya. Meski
dikatakan keren, tapi Mitra paham masih banyak kekurangan dan itulah yang bersama akan kita perbaiki.
Insyallah Mitra akan selalu semangat untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik.
By: Redaksi
Risalatukum
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 4
Oleh : Fakhry Emil Habib Bahtsun
Polemik agama yang sebenarnya telah diatur dan diselesaikan oleh ulama-ulama terdahulu kembali diobok-obok oleh pihak yang tid-
ak bertanggung jawab. Poligami, isu gender dan kini khitan wanita, seolah menjadi celah kelemahan Islam di mata pengusung SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberal-isme) yang kebanyakan berkiblat pada kajian orientalis. Namun
benarkah syariat khitan pada
wanita merupakan kelemahan Islam? Khitan Wanita Menurut Ulama Mazhab yang Empat
Adanya pensyariatan khitan bagi wanita adalah ijma’ ulama yang tidak bisa lagi diganggu gugat, meskipun para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Praktek khitan wanita sendiri di dalam Mausu`atu’l Fiqhi’l Islam-
iy karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhailiy didefinisikan dengan ―memotong lapisan kulit teratas pada bagian teratas kemaluan (klitoris), dan tidak boleh menghilangkan
seluruh bagian klitoris ter-
sebut.‖ Rasulullah saw bersabda, ―Ada lima hal fitrah: 1)Mencukur bulu yang tumbuh di bagian bawah perut, 2)Khitan, 3)
Memotong kumis, 4)Mencabut bulu ketiak, 5)Memotong kuku.‖ Khitan wanita sendiri menurut Imam Syafi‘i (Mazhab yang umum dipakai di Indonesia)
hukumnya wajib, sama seperti wajibnya khitan bagi laki-laki. Mazhab Syafi‘iyah berdalil dengan
hadits Nabi saw yang disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar, ―Siapapun yang masuk Islam, maka hendaklah ia berkhitan!‖.
Menilik pada hadits-hadits yang telah disebutkan, maka khitan, baik bagi laki-laki maupun per-
empuan hukumnya wajib karena tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di dalam syariat kecuali beberapa perma-
salahan yang secara jelas dibedakan antara keduanya. Posisi khitan sebagai syiar Islam juga membedakan antara muslim dan non-muslim, maka otomatis, hukumnya sama dengan syiar
Islam lain seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya. Mazhab Hambali sepakat dengan pendapat ini. Lain halnya dengan mazhab Mal-
iki dan Hanafi. Meskipun dua ma-zhab ini mengakui adanya pen-syariatan khitan wanita di dalam Islam, namun
hukumnya tidak sampai pada taraf wajib. Khitan bagi wanita di dalam mazhab ini adalah makru-
mah, yang jika diinterpretasikan ke dalam hukum fiqih adalah sunnah.
Pernyataan WHO Mengenai Female Genital Mutilation (FGM)
Sumber mengenai bahaya khitan bagi wanita yang banyak digunakan oleh oknum yang melarang khitan wanita adalah
pandangan WHO (World Health Organization) dalam website resminya www.who.int/mediacentre/factsheets/fs241/en/
mengenai female genital mutila-tion (FGM). Praktek FGM sendiri menurut WHO terbagi atas be-berapa bentuk:
Clitoridectomy, yaitu FGM dengan membuang sebagian atau seluruh
klitoris. Prosedur ini
(menurut WHO) sangat jarang dilakukan. Eksisi, yaitu FGM dengan membuang seluruh atau
sebagian klitoris serta bibir kemaluan bagian dalam. Dalam beberapa kasus, bibir kemaluan bagian luar juga ikut dibuang. Infibulasi, yaitu FGM
yang menyempitkan muara kemaluan dengan semacam ―segel‖ yang dibuat dari pemotongan bibir kemaluan.
Proses FGM lainnya
berupa menusuk, menindik, menoreh dan mengikis area kelamin wanita.
Menurut WHO, praktek FGM ini
terjadi paling banyak di kawasan Afrika. Sekilas praktek FGM yang dijelaskan oleh WHO terdengar
mengerikan. Tak heran jika WHO menyebutkan bahwa praktek FGM ini tidak memiliki manfaat
sama sekali, bahkan men-imbulkan bahaya kesehatan, juga dampak psikologis berupa trauma
terhadap korban FGM. Kesalahpahaman dalam Me-
mahami Praktek Female Geni-tal Mutilation (FGM) dan Kai-
Lelucon Berkedok Teori Kedokteran
di dalam Permasalahan Khitan
Bersambung ke hal. 14
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 5
Nahrul Ilmi Oleh : Nisaul Mujahidah
M anusia merupakan ma-khluk Allah yang pal-ing mulia. Makhluk mulia yang
menyanggupi untuk menjadi kha-lifah di bumi. Makhluk mulia yang dihormati penciptaannya oleh malaikat dan jin. Pada awal pen-ciptaannya, manusia juga diajar-kan oleh Allah nama-nama benda yang belum pernah
diketahui oleh makhluk sebelumnya. Jika kita per-
hatikan manu-sia pada
hakikatnya memiliki sifat mengeluh dalam kondisi apapun. Miskin menge-luh, kaya
mengeluh, sakit mengeluh, sehat mengeluh. Apabila sifat keluh ini terus menumpuk maka pada akhirnya jiwa, hati dan ucapan tidak dapat lagi ter-kontrol. Akibat keputusasaan
akan hidup itu, banyak manusia
yang menyalahkan-artikan keburukan tersebut, seakan semuanya sudah takdir yang diberikan Allah padanya. Mereka berkata, ―Toh, saya jadi pencuri,
korupsi, pembunuh, pezina ini kan sudah takdir Tuhan, ya sudah terima saya apa adanya!‖ Na’udzubillah, Astaghfirullah. Melihat fenomena tersebut, ada baiknya kita memahami konsep
af’alul ibad, sebelum prasangka buruk tersebut menggerogoti hati dan pikiran kita. Insan Mukhayyar Sebelum kita mengabsahkan
bahwa manusia itu mukhayyar,
haruslah kita mengerti apa yang dimaksud mukhayyar dan apa itu musayyar. Manusia musayyar berarti semua perbuatan manusia yang bukan
didasari keinginan mereka. Sep-erti bersin, gugup, sakit, ke-lahiran, kematian dan terjatuh tanpa alasan. Ini sama artinya
dengan pohon yang digerakan oleh angin, perputaran orbit di angkasa dan lain sebagainya. Yang jadi persoalan di sini ada-
lah, apakah manusia itu Mukhay-yar? Mukhayyar berarti manusia
memiliki keinginan tersendiri
yang berbuah tindakan. Seperti keinginan manusia untuk mene-gakkan shalat dan segala peker-jaan yang dilakukan atas dasar keinginan.
Dari sinilah kebanyakan manusia menganggap semua perbuatann-ya telah ditetapkan Allah, semua sudah takdir. Mereka belum dapat membedakan mana per-buatan yang musayyar dan mana
yang mukhayyar. Manusia dikatakan mukhayyar, ketika Al-lah telah menciptakan manusia dalam keadaan suci, kemudian dia diberi akal untuk dapat mem-ilih antara kebaikan dan
keburukan.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw. bersabda: ―Manusia diciptakan dalam keadaan suci, sedangkan bapak-nyalah yang menjadikan ia
Nasrani, Yahudi, dan Majusi.‖ Dari hadis ini, dapat kita pahami bahwa Allah sudah menjadikan manusia suci pada awal ke-
lahirannya. Lalu bagaimana jika ia terlahir dari keluarga dan ling-kungan kafir? Di sinilah peran akal dan ilmu menjadi acuan manusia mendapatkan hidayah. Karena Allah memberi hidayah
kepada siapa yang Ia ke-
hendaki. Sering pula kita dengar berapa
banyak muallaf yang masuk Is-
lam sedang ia berasal dari
keluarga kaf-ir. Allah mencip-takan alam
beserta isinya, mentakdirkan
kelahiran dan ke-matian, menciptakan
kebaikan dan keburukan. Semua itu bertujuan agar
manusia selalu berfikir dan terus mencari hikmah dari semua pen-ciptaan tersebut. Dari sini peran
manusia untuk memilih antara
kebaikan dan keburukan. ―Dan jiwa serta penyem-purnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.(QS. Al-Syams: 7-8) Permisalan ini dapat kita kiaskan kepada guru yang menguji muridnya ketika ujian. Sang guru pasti selalu berharap keberhasi-
lan muridnya, dengan selalu berdoa dan mengerahkan seluruh tenaga untuk mengajarkan ilmu demi keberhasilan muridnya. Na-mun pilihan di tangan murid. Muridlah yang memilih antara
keberhasilan dan kegagalan. Jika
ingin berhasil, maka ia pasti akan berusaha dengan gigih. Se-baliknya jika ia malas belajar maka kegagalan pulalah yang
Mengenal Sifat Manusia
Bersambung ke hal. 15
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 6
Al-Buthi, Sang Mujtahid Kontemporer
Syakhsiyah Oleh : Muhammad Fadhlil Abrar
M uhammad Sa‟id Rama-
dhan Buthi atau yang
sering dikenal dengan
nama Syekh Buthi lahir
di lahir di Buthan (Turki) pada tahun
1929 M/ 1347 H. Ia lahir dari sebuah
keluarga religius. Ayahnya adalah
Syekh Mula Ramadhan, seorang ula-
ma besar di Turki. Pada umur 4 tahun,
al-Buthi kecil dibawa keluarganya
pindah ke Damaskus tepatnya di dae-
rah Ain Dewar, perbatasan Turki dan
Suriah.
Al-Buthi belajar agama pertama kali
dari Ayah beliau sendiri. Mulanya ia
diajarkan Aqidah, sejarah nabi,
kemudian mempelajari ilmu alat,
Nahwu dan Sharaf. Pada umur 4 ta-
hunan, ia sudah menghafal kitab Al-
fiyah Ibnu Malik dan di usia 6 tahun
ia mengkhatamkan hafalan
Alqurannya.
Syekh Buthi sangat terkesan dengan
pendidikan yang diberikan langsung
oleh ayahnya. Dalam karyanya yang
mengupas biografi kehidupan sang
ayah, Al Fiqh Al Kamilah li Hayah
Asy Syaikh Mula Al Buthi Min Wila-
datihi Ila Wafatihi, Syekh Buthi men-
gurai awal perkembangan Syekh Mula
dari masa kanak-kanak hingga masa
remaja saat turut berpe-rang dalam
Perang Dunia Pertama. Ke-mudian
menceritakan pernikahan ayah-nya,
berangkat haji, hingga alasan ber-
hijrah ke Damaskus, yang di kemudi-
an hari menjadi awal kehidupan baru
bagi keluarga asal Kurdi tersebut.
Al-Buthi menyelesaikan pendidikan
menengahnya di Institut At Tawjih Al
Islami di Damaskus. Selanjutnya pada
tahun 1953 ia pindah ke Mesir untuk
melanjutkan studinya di Universitas al
-Azhar Cairo. Dalam jangka waktu 2
tahun ia berhasil menyelesaikan gelar
S1 di bidang Syariah. Pada tahun beri-
kutnya ia melanjutkan ke Uni-
versitas yang sama dengan
mengambil jurusan Ba-
hasa Arab dan mampu
menyelesaikannya
dengan cepat. Selain
menguasai bahasa
Arab, ia juga men-
guasai bahasa
Turki, Kurdi,
bahkan bahasa
Inggris.
Setelah
menamatkan pendidikan di Universi-
tas al-Azhar, al-Buthi kembali ke
Damaskus. Ia pun diminta untuk
membantu mengajar di Fakultas
Syari‟ah pada tahun 1960, hingga ber-
turut-turut menduduki jabatan
struktural, dimulai dari pengajar tetap,
menjadi wakil dekan, hingga menjadi
dekan di fakultas tersebut pada tahun
1960.
Karena ia memilik iilmu yang luas,
pemahaman tentang keagamaan yang
teliti, ia dipercaya untuk memimpin
sebuah lembaga penelitian theologi
dan agama-agama di universitas ber-
gengsi di Timur Tengah itu.
Tak lama kemudian, Syekh Buthi diu-
tus pimpinan rektorat kampusnya un-
tuk melanjutkan program doktoral
bidang ushul syari’ah di al-Azhar
hingga lulus dan berhak mendapatkan
gelar doktor di bidang ilmu-ilmu
syari’ah.
Aktivitasnya sangat padat. Ia aktif
mengikuti berbagai seminar dan konfe
-rensi tingkat dunia di berbagai negara
di Timur Tengah, Amerika, maupun
Eropa. Selain itu, ia juga menjabat
salah seorang anggota di lembaga
penelitian kebudayaan Islam Kerajaan
Yordania, anggota Majelis
Tinggi Penasihat
Yayasan Thabah
Abu Dhabi, dan
anggota di Majelis
Tinggi Senat di
Universitas Oxford
Inggris.
Dan tahun 2012 lalu, beliau menjadi
ketua Ikatan Ulama Bilad Asy Syam.
Di kalangan para ulama, Syekh Buthi
dianggap sebagai tokoh ulama Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah yang gencar
membela kon-sep-konsep Mazhab
yang Empat dan aqidah Asy‟ariyah,
Maturidiyah, Al Gha-zali, dan lain-
lain. Karena itulah beliau pernah
berselisih dengan Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani. Berbekal
pengetahuannya yang amat men-
dalam dan diakui berbagai pihak, ia
meredam berbagai permasalahan yang
timbul dengan fatwa-fatwanya yang
bertabur hujjah dari sumber yang sa-
ma yang dijadikan dalil para lawan
debatnya.
Syaikh al-Buthi juga seorang penulis
produktif. Karyanya melebihi 60
kitab, mencakup bidang sastra, ke-
budayaan, ilmu syar'i, filsafat dan lain
-lain. Di antara karyanya yang terke-
nal adalah Syarh wa Tahlil al-Hikam
Al ‘Atha‘iyah, Kubra al-Yaqiniyyat al-
Kauniyyah, Fiqh as-Sirah, Salafiyyah;
Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La
Madzhab Islami, Al-La Madzhabiy-
yah Akhtaru Bid‟atin Tuhaddidu as-
Syari‟ah Al Islamiyyah, dan masih
banyak lagi karya-kayra lainnya.
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 7
T hailand biasa disebut juga Muangthai, Siam, atau negeri gajah putih. Thai-land berarti negeri yang
merdeka, karena memang meru-pakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dija-jah oleh kekuasaan barat atau Negara lain. Negara ini juga terkenal sebagai tujuan wisata para turis dari seluruh dunia. Bi-
dang pertanian juga merupakan salah satu andalan dari negeri ini. Hampir seluruh hasil pertanian dan perkebunan yang berasal
dari Thailand merupakan produk unggulan.
Secara umum, penduduk Thai-land beragama Budha. Menurut sensus penduduk pada tahun 2000, mayoritas warga
Negara Thailand be-r agama Budha (94,6%), kemudian Islam (4,6%), dan sisanya adalah Kris-ten dan Konghucu. Namun saat ini ang-
ka pemeluk agama Islam melebihi ang-
ka 10%, atau sekitar 7,4 juta dari 67 juta jiwa penduduk Thai-land. Hal ini menun-jukkan bahwa per-
tumbuhan pemeluk agama Islam di negeri ini terus meningkat. Gambaran Umum Kehidupan Islam
Ketika bicara tentang Muslim Thai, lazimnya orang langsung merujuk kepada Muslim di Pat-tani, Yala, ٍ Songkhla dan
Narathiwat di Thailand selatan. Amat wajar bahwa komunitas ini dianggap sebagai representasi
Muslim Thai. Secara budaya dan penampakan fisik, mereka lebih dekat kepada masyarakat Mela-
yu. Jika kita melihat sejarah yang telah berlalu, wilayah-wilayah tersebut tadinya bukan merupa-kan bagian dari Thailand. Namun
sejak tahun 1808, Thailand men-jajah wilayah tersebut dan men-jadikannya sebagai wilayah kekuasaannya. Tentu saja banyak
pertentangan yang terjadi karena Thailand merupakan negeri Budha yang menganggap raja sebagai keturunan dewa. Sehing-ga banyak ritual syirik yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Pemberontakan pun
pernah terjadi, dan hingga saat ini masih ada pertentangan-pertentangan yang terjadi karena perbedaan prinsip tersebut.
Mayoritas muslim ada di bagian
selatan negara Thailand -yang dilukiskan dipeta sebagai bunga yang mekar diatas sebuah
tangkai-. Namun bukan berarti di
bagian lain Thailand tidak ada muslim. Di Bangkok, kita dengan
mudah dapat menemui masjid. Kebanyakan muslim di Bangkok adalah pendatang dari bagian selatan dan menjadi agama kedua terbesar setelah Budha. Umat Islam Thailand sering
mendapat serangan dari umat Budha (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan
masal. Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah
Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti keberhasi-lan bangsa Arab dalam mendiri-
kan Daulah Islamiyah Pattani, menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.
Dukungan Kerajaan Thailand terhadap Islam Meskipun Thailand merupakan negeri Budha, namun kerajaan cukup mendukung kehidupan Is-l am pa r a p enduduknya .
Tanggungjawab urusan mengenai agama Islam di Thailand diemban oleh seorang mufti yang mendapat gelar Syaikhul Islam
(Chularajmontree). Mufti ini be-rada di bawah kementerian da-
lam negeri dan juga kementerian pendidikan dan bertanggungja-wab kepada raja. Mufti bertugas
untuk mengatur ke-bijakan yang berkai-tan dengan ke-hidupan muslim, sep-
erti penentuan awal dan akhir bulan hijri-y a h . S e c a r a u m u m , masyarakat Thailand juga sangat toleran
terhadap muslim.
Mereka cukup peduli dengan makanan yang dapat kita makan, dan mereka juga sangat mudah
memberi izin untuk melakukan shalat. Namun karena Thailand merupakan Negara Budha, sehingga hari besar kaum muslimin (Idul Fitri dan Idul Ad-ha) tidak mereka liburkan. Hal ini terkadang menjadi kendala bagi
para pelajar atau pegawai yang ingin melaksanakan sholat Ied berjama‘ah. Namun biasanya tiap institusi memberikan keringanan untuk ―membolos‖ pada waktu-waktu tersebut.
Menjadi seorang Muslim di Thailand Hidup menjadi seorang muslim di Thailand penuh dengan per-
Afaq Oleh : Bunga Shiba
Thailand, Bunga Mekar di atas Sebuah Tangkai
Bersambung ke hal. 14
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 8
Wawancara
Taufiq Ismail: Bacalah dan Tulislah!
Dalam rangka apa Baapak datang
ke Mesir?
Saya diundang untuk menghadiri se-
buah seminar mengenai „Naratif da-
lam Sastra‟ oleh universita Suez Canal
di Ismailiah selama tiga hari, yaitu
tanggal 10, 11, 12 April kemarin.
Bagaimana mereka tahu karya
Bapak?
Puisi-puisi saya diterjemahkan ke
bahasa Arab oleh Prof. Dr. Nabilah
Abdul Fattah Lubis, seorang guru
besar di UIN Ciputat. Puisi itu lebih
dari 100 buah. Dan selesai mener-
jemahkan itu, Prof. Sangidu, Atdik
Cairo kebetulan ke Jakarta, dan ber-
temu Ibu Nabilah yang bercerita telah
menerjemahkan puisi-puisi saya.
Kemudian rekaman CD dari puisi
saya diberikan pada Pak Sangidu dan
dibawa ke Kairo. Dan di Kairo
rekaman itu diberikan pada kalangan
guru besar sastra di Kairo. Kemudian
mereka membaca terjemahan itu dan
tertarik sekali dan kemudian
mengundang saya untuk datang ke
universitas Suez Canal untuk sebuah
seminar. Tapi yang menyebabkan itu
ialah mereka ingin sekali menerbitkan
puisi-puisi saya itu di Cairo, dan
kemudian melalui email saya diun-
dang, untuk berbicara mengenai karya
saya.
Bagaimana tanggapan mereka ten-
tang puisi Bapak?
Mereka gembira betul, karena ini ada-
lah pertama kali karya puisi Indonesia
dibawa ke Mesir, kemudian dibaca
mereka dan jumlahnya cukup banyak.
Itu meliputi lebih dari 40 tahun saya
berkarya dalam puisi, jumlahnya 111
puisi. Mereka senang sekali dan
kemudian ingin mendengar saya
membacakan puisi itu. Bagi saya itu
adalah suatu hal yang sangat asyik.
Jadi bagi saya puisi tidak cukup di-
tulis kemudian dibaca oleh parap em-
baca. Puisi itu juga dibaca oleh para
penyairnya, dan didengar oleh pen-
dengarnya. Dan sambutannya baik
sekali, alhamdulillah.
Di daerah Padang Panjang ada
Rumah Puisi yang Bapak bangun.
Untuk apa itu?
Saya dan istri saya mendirikan sebuah
rumah puisi di Aia Angek, 6 Km dari
Padang Panjang. Buku-buku saya,
saya pindahkan semua ke sana dan
tempat itu menjadi tempat pelatihan
membaca dan menulis.
Bagaimana cara sastra membangun
karakter bangsa?
Dalam hal ini, tentu saja karya itu
harus ada dan dibaca oleh khalayak
bangsa dan diajarkan di sekolah. Pe-
san-pesan dari puisi itu tertanam di
hati mereka sehingga ketika mereka
masuk ke masyarakat dalam umur
dewasa, pesan itu sudah sampai. Hen-
daknya karya itu tidak dibaca ketika
sudah bekerja, itu baik saja, tetapi
kalau Anda menyebutkan tentang
karakter bangsa, itu harus melalui
dunia pendidikan yaitu pada SD,
SMP, SMA. Pada waktu itulah karya-
karya ini mereka baca. Dalam hal ini,
Indonesia tertinggal.
Menurut Bapak apa yang perlu
ditingkatkan supaya tidak terting-
gal lagi?
Pelajaran bahasa dan sastra di sekolah
-sekolah yang sekarang ini sangat
didominasi oleh pengajaran tata baha-
sa. Jadi pengajaran tata bahasa itu
memenuhi seluruh jam-jam dari
pengajaran bahasa di SD, SMP dan
SMA. Kalau di SD dan SMP itu me-
mang perlu tata bahasa diajarkan sep-
erti sekarang, akan tetapi di SMA
tidak lagi. Di SMA seharusnya dua
saja pelajaran bahasa dan sastra ini,
yang nomor satu membaca buku,
membaca buku, membaca buku dan
yang nomor dua menulis karangan,
menulis karangan, menulis karangan.
Nah ini tidak terdapat (di SMA red.).
Padahal dulu waktu tahun 20-an 30-
an, mereka (Para pelajar red.) harus
membaca 25 judul buku dalam waktu
3 tahun. 9 buku tahun pertama, 8 buku
tahun kedua, 8 buku tahun ketiga di
dalam kurikulum. Kemudian menulis
1 karangan seminggu, dibuat di ru-
mah, disetorkan kepada guru, dinilai,
dikembalikan. 18 karangan dalam
waktu 1 semester. 36 karangan dalam
waktu 1 tahun, dalam waktu tiga ta-
hun, seorang tamatan SMA sudah
menulis 108 karangan. Dan itu sama
nilainya dengan apa yang terjadi di
Eropa dan Amerika pada hari ini.
Ukuran hebatnya lihat hasil dari mere-
ka yang tamat AMS atau SMA pada
zaman itu. Siapa orang-orang itu?
Agus Salim, Sukarno, Hatta,
Syafrudin Prawiranegara, Muhammad
Natsir, Ali Sastro Amijoyo, Sumitro
Joyohadikusumo, Muhammad Yamin,
Rustam Effendi, Tan Malaka. Ini
orang-orang hebat pada waktu itu.
Ketika mereka tamat SMA mereka
sudah membaca 25 judul buku, sudah
mengarang 108 kali sehingga mereka
itu semuanya penulis.
Apakah Bapak menuliskan puisi
karena kondisi, suatu kejadian atau
dalam artian kalau tidak ada ke-
jadian Bapak tidak menulis puisi?
Atau bagaimana?
Apa yang menjadi renungan saya da-
Oleh : Ahwazy Anhar
M enulis adalah identitas
mahasiswa. Ba-
rangkali itulah kalimat
yang sering
didengungkan oleh para penulis-
penulis handal saat ini. Seorang ma-
hasiswa memang dituntut menulis-
kan apa yang ia rasakan dan ada di
dalam pikirannya. Tapi, banyak dari
mahasiswa, terutama orang Minang
di Mesir mengalami kesulitan tatkala
diminta untuk menulis.
Untuk itu, kru Mitra bersama Radio
Cairo Seksi Indonesia dan kru Tero-
bosan berkesempatan untuk mewa-
wancarai seorang sastrawan nasional
yang berasal dari Minangkabau, Tau-
fiq Ismail beberapa waktu yang lalu.
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 9
lam hidup saya, itu saya tulis dalam
puisi tapi. Kan saya tidak bisa berjalan
sendiri, saya hidup seperti tuan-tuan
dan puan di sini, ini hidup dalam satu
lingkungan dan di dalam lingkungan
itu terjadi berbagai macam hal terus
menerus. Apalagi kalau mengikuti
media masa. Ketika ada hal-hal sema-
cam itu timbul, saya merasa saya juga
berkewajiban untuk memberikan pen-
dapat mengenai itu dan kemudian
menulis mengenai itu. Akhirnya
ndak habis-habis. Wah, kok begini ya?
Capek kadang-kadang. Capek, teruta-
ma dalam lima tahun yang terakhir
ini. Indonesia dalam tahun terkahir,
mengalami bagian sejarah yang tidak
ada bandingannya. Saya merasa
saya sudah tidak ada peranan lagi
sekarang. Peranan saya, saya pernah
menyebut dalam hati, saya menga-
takan “Peranan saya cukuplah abad
20 saja, abad 21 tak lagi lah, aku
mau bersenang senang dengan cu-
cu.”
Ternyata tidak bisa. Si Ariel muncul
lagi, dia dengan begitu. Ya Allah,
saya melihat Ariel kan seperti
melihat anak atau melihat cucu, kok
kelakuannya kayak begitu. Yah saya
ndak bisa diam. Tayangannya itu,
apa yang dilakukannya dengan Lu-
na Maya dan Cut Tari begitu itu
masuk ke ini (Handphone red.) da-
lam waku satu bulan, 49 perkosaan
terjadi terhadap anak anak kecil.
Jadi dalam satu hari hampir dua
orang. Jadi kenapa anak kecil? Karena
pada waktu sesudah anak SMP atau
SMA melihat yang di handphone ini
kelakuannya Ariel itu dengan dua
orang pacarnya itu.
Ini hebat sekali ini bisa mencapai
jumlah publik yang 49. Dan si Ariel
tidak pernah minta maaf. Setahu saya
dia meminta maaf kepada pemirsa
televisi, tapi dia tidak minta maaf
kepada orang tua anak -anak yang-
menjadi korban akibat menonton dia.
Nah, masalah Ariel ini keluar, saya
sebagai seorang penyair mendengar
ini saya ndak terima. Bagaimana cara
saya menyatakan tidak terima? Saya
tulis puisi. Itu kewajiban saya.
Kapan Bapak mulai tertarik
dengan bidang kepenulisan dan
tindakan apa yang bapak lakukan?
Ketika itu saya melihat sebuah maja-
lah kaum perempuan. Di kulit
luarnya itu ada 3 buah pantun dan di
bawahnya itu ada nama Tinur Mu-
hammad Nur. Lah... Tinur ini kan Ibu
saya.. Kemudian saya ambil majalah
tu dan saya tanyakan pada ibu saya.
Waktu saya saya di SD kelas 1.
“Ma..ma.. ini yang menulis ini mama?
“ “Iya, mama yang nulis.” Kagum
saya pada ibu saya. Lalu akibatnya
saya ingin meniru. Kemudian dalam
buku tulis yang masih baru, pulang
sekolah saya duduk di beranda rumah
kemudian saya mulai menulis novel
saya itu, waktu kelas 2 SD. Novel itu
satu baris. Ndak selesai. Itulah cita-
cita yang saya kira menarik sekali
karena saya termotivasi untuk meniru
orang tua saya.
Itu pada masa SD. Pada masa SMP
atau SMA, apakah Bapak aktif
dibidang penulisan?
Tentu saja.
Apa kegiatan bapak saat ini?
45 tahun yang lalu, ada 5 orang yang
mendirikan sebuah majalah sastra.
Nama majalah itu Horison. Mukhtar
lubis, P.K Ojong, Zaini, Arief Budi-
man dan saya. Alhamduliallah maja-
lah itu masih terbit. Dan ini adalah
majalah sastra satu-satunya di Indone-
sia.
Apa bekal pertama yang harus di-
miliki oleh seorang sastrawan ?
Membaca! Dia harus membaca ban-
yak, karena itu ibarat bensin, ibarat
bahan bakar, tapi bahan bakar itu di
sini (kepala red.) disimpannya.
Kemudian menulis. Berlatih menulis
dan berlatih menulis, itu setiap hari.
Kemampuan saya menulis puisi sep-
erti sekarang ini didukung oleh kepe-
nulisan yang tidak jemu-jemu. Berapa
banyak itu puisi yang saya tulis tapi
tulisannya masuk keranjang sampah?
Banyak sekali! Jadi tidak semuanya
yang saya tulis itu jadi.
Siapa atau apa yang paling ber-
pengaruh dalam puisi Bapak?
Kalau penyair Indonesia tentu saja
Chairil Anwar. Kalau yang dari luar
Walt Whitman, Edgar Allan Poe,
Muhammad Iqbal, penulis Hayah
Muhammad yaitu Muhammad Hu-
sain Haikal
Bagaimana peranan sastrawan
Minangkabau di pentas nasional
dari dulu sampai sekrang?
Kontribusi dari sastrawan Minang
pada waktu tahun 20-an 30-an itu
kan menonjol sekali. Itu wajar saja.
Apa sebabnya? Pada tahun 20-an
30an bahasa Indonesia belum diajar-
kan di sekolah sekolah. Bahasa Indo-
nesia yang dipakai waktu itu adalah
bahasa Melayu kan. Dan bahasa
Melayu ini untuk kawasan Riau, Su-
matera Barat, Sumatera pada
umumnya itu kan menguasai. Jadi
banyak sekali sastrawan dari sana.
Jadi sangat logis. Pada waktu itu ba-
hasa Indonesia di provinsi yang lain
itu baru dikenal saja sebagai bahasa
persatuan tapi belum diajarkan di
sekolah. Sesudah diajarkan di
sekolah kemudian bermunculan dari
daerah yang lain itu dan malah karena
daerah lain itu jumlah penduduknya
jauh lebih banyak, sastrawannya lebih
banyak lagi. Saya melihat itu bukan
sesuatu yang harus diherankan.
.
Apa pesan bapak itu calon sastra-
wan dari Minang?
Banyak-banyak membaca. Dan
kemudian berlatih menulis. Semoga
kalian cepat selesai kuliahnya dan
dapat jodoh yang baik dan dapat
pekerjaan yang baik.
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 10
Oleh : Muhammad Syukron
S abtu, 9 Maret 2013 KMM
Mesir mengadakan acara
pembukaan HUT KMM Me-
sir yang ke-56 di Kairo.
Agenda yang dijadwalkan tepat pada
waktunya bisa dimulai dan berjalan
sesuai dengan rencana.
Kali ini, kontin-
gen Pekan
Olahraga Dae-
rah
(Porda) dibagi
menjadi enam
zona kedae-
rahan, yang
terdiri dari ; I.
Kontingen Ka-
bupaten 50 Ko-
ta-Kota Paya-
kumbuah yang
dipimpin oleh
Oktaf Yandi, II.
Kontingen Ka-
bupaten Agam-
Kota Bukitting-
gi yang dipim-
pin oleh Syukri
Hamdi Saputra,
III. Kontingen
Kabupaten Tanah Datar-Kota Padang
Panjang yang dipimpin oleh Syariful
Amri, IV. Kontingen Kabupaten
Pesisir Selatan-Kota Padang yang
dipimpin oleh Riki Saputra, V.
Kontingen Kabupaten Padang Pari-
aman-Kota Pariaman-Kabupaten
Pasaman-Kabupaten Pasaman Barat
yang dipimpin oleh Muhajir Muslim,
dan VI. Kontingen Kabupaten Solok-
Kota Solok-Kabupaten Solok Selatan-
Kab.Sijunjung-Kota Sawahlunto-
Kabupaten Dharmasraya yang dipim-
pin oleh Imam Mursyid.
Acara yang dimulai tepat pada pukul
09.00 clt ini diawali dengan pem-
bacaan ayat suci Alquran oleh Asnal
Hadi. Lalu dilanjutkan dengan sam-
butan sekaligus pembukaan acara
HUT ke-56 secara resmi oleh Gu-
bernur Sumatera Barat cab. Kairo
Muhammad Syukron Darmis.
Dalam sambutannya ia mengatakan
bahwa HUT KMM Mesir ke-56 kali
ini adalah agenda perdana yang be-
lum pernah sama sekali diadakan pa-
da tahun-tahun sebelumnya, sebagai
organisasi tertua di lingkungan Maha-
siswa Indonesia di Mesir tentu KMM
sudah selayaknya memperlihatkan
contoh dan teladan yang baik kepada
organisasi kedaerahan lainnya. Dalam
usia yang ke-56 ini KMM menarget-
kan akan terwujudnya silaturahim
yang kental dan komuniasi yang aktif
serta pemikiran yang prioduktif dari
masyarakat Sumatera Barat yang ada
di Mesir ini, sesuai dengan tajuk da-
lam HUT kali ini adalah mahimpun
nan baserak, basamo mambangkik
batang nan tarandam.
Setalah acara dibuka secara resmi
oleh Muhamamd Syukron Darmis,
acara lansung dimulai dengan diawali
pertandingan Bola Futsal dan diterus-
kan kepada cabang perlombaan
lainnya.
Meskipun pada siang itu terik ma-
tahari yang semakin menyengat, para
pemain tetap antusias berjuang demi
menjaga nama baik daerahnya masing
-masing. Sampai akhirnya hari per-
tamapun usai dengan perolehan
medali sementara sebagai berikut ;
1. Kontingen Kab. Padang Pari-
aman, Kota Pariaman, Kab. Pasa-
man dan Kab Pasaman Barat : 3
(tiga) emas
2. Kontingen Kab.
Tanah Datar dan
Kota Padang Pan-
jang : 1 (satu) Perak
dan 2 (dua)
perunggu
3. Kontingen Kab.
Agam dan Kota
Bukitting : 1 (satu)
perak dan 1 (satu)
perunggu
4. Kontingen Kab.
Solok, Kota Solok,
Kab. Solok Selatan,
Kab. Sijunjung, Kota
Sawahlunto dan
Kab. Dharmasraya :
1 (satu) perak
5. Kontingen Kab.
Pesisir Selatan dan
Kota Padang : ( - )
6. Kontingen Kab.
50 Kota dan Kota Payakumbuah :
( - )
Sementara pertandingan dan perlom-
baan yang akan dilaksanakan akan
tetap berlansung dengan berbagai
rentetan acara indoor dan outdoor,
baik internal maupun eksternal sam-
pai pertengahan bulan April menda-
tang, dan Insya Allah akan ditutup
secara resmi dengan malam Gebyar
HUT KMM Mesir ke-56 dengan pen-
ampilan seni dan budaya asli
Minangkabau hasil dari keterampialn
dan bakat Mahasiswa Minang yang
berada di Mesir itu sendiri.
Nasyathi
KMM Adakan Porda ke-III
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 11
Suara DP Oleh : Riki Saputra
Mahimpun nan Baserak,
Basamo Mambangkik Batang Tarandam
B ismillah, salam hangat dari kami DP KMM 2012-2013.
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang masih menitipkan rasa cinta dan ukhu-wah islamiyah di dalam hati kita, sehingga sampai saat ini kita semua masih merasakan hangat dan indahnya nikmat ukhuwah itu
sendiri. Dan mudah-mudahan
kelak kita dikumpulkan oleh Allah SWT di firdaus-Nya. Aamiin. Mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua kata-kata ―ulang
tahun‖. Ya, itulah yang menjadi salah satu agenda besar DP KMM Mesir 2012-2013, dan insya Allah akan menjadi perhelatan besar kita sebagai warga KMM tahun ini. Dimulai setelah ujian term pertama atau di awal-awal term
kedua, DP KMM sudah mulai m e m p e r s i a p k a n s e g a l a sesuatunya untuk merayakan Hari Ulang Tahun KMM Me-sir yang ke-56. Segala
perlombaan diada-kan, mulai dari in-
door maupun out-door. Dan tidak hanya itu, kali ini kita mencoba melebarkan sa-yap dengan
m e m b u k a acara HUT ini untuk ka-l a n g a n m a s i s i r . K a r e n a mungk i n
selama ini K M M d i k e n a l
―agak t e r -
tutup‖ atau eksklusif di kalangan masisir. Jadi kita mencoba menghilangkan mitos itu dan menyatakan bahwa KMM juga
―maftuh‖ untuk semua. Tepat tanggal 9 Maret 2013 acara HUT resmi dimulai dengan tema ―Mahimpun nan taserak, basamo mambangkik batang tarandam‖. Hari itu di nadi sentral 2 Zahra‘,
pukul 09.00 waktu Kairo dimulai
acara HUT sekalian melang-sungkan PORDA KMM 2013, berbagai cabang perlombaan dilangsungkan. Beberapa hari setelah itu dilanjutkan dengan
pelombaan indoor kemudian juga dilanjutkan dengan perlombaan eksternal KMM, .yaitu perlom-baan terbuka untuk masisir. Se-lanjutnya diakhiri dengan grand closing ―Gebyar HUT KMM‖ pada tanggal 21 April 2013 di auditori-
um Sholih
Kamil, Nasr City. Jadi kalau kita singgung mengenai tanggal pas hari Ulang
Tahun KMM sendiri, jatuh pada tanggal 23 Juni 2013 mendatang. Dan dikarenakan bulan tersebut bertepatan dengan masa-masa ujian kita, maka kami berinisiatif acara dilaksanakan di bulan Maret agar ujian tidak terganggu
oleh HUT. Semenjak 9 Maret itu-
lah rentetan acara-acara KMM untuk menyambut Hari Ulang Tahun KMM ke-56. Dan Alham-dulillah semua acara terlaksana dengan baik dan lancar.
Terakhir, pesan dari kami DP
KMM Mesir 2012-2013 selamat
menempuh ujian semester genap
tahun ini. Mudah-mudahan kita
semua najah 100% dengan pred-
ikat yang memuaskan tentunya.
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 12
T ujuh belas kekeluargaan yang ada di Masisir mem-iliki arti sangat penting, khususnya bagi kita, para
pelajar Indonesia di universitas Al-Azhar. Kekeluargaan berperan sebagai ‗keluarga substitusi‘, yang menghimpun darah-darah dari tanah lahir yang senada. Sa-tu ikatan rasa dan emosi yang sedikitnya meringankan ker-
induan akan kampung halaman. Di tengah geliat aktif kekeluar-gaan di ranah Masisir, eksistensi
keputrian tiap kekeluargaan pun tidak bisa dipandang sebelah ma-
ta. Adanya keputrian adalah se-bagai wadah unjuk gigi Masisir-wati dalam meng-upgrade be-berapa skill, termasuk skill organ-isasI dan wawasan mereka, se-bagaimana sepak terjang KMM (Kesepakatan Mahasiswa
Minangkabau) akan terasa ham-bar tanpa ikut-andilnya Bundo Kanduang, keputrian KMM. Bundo Kanduang dalam se-jarahnya, juga mengalami pasang surut dan perubahan-perubahan
haluan yang menjadi ciri khasnya
pada tiap masa. Bundo Kanduang atau yang biasa disingkat BK, pada periode awal memiliki hub-ungan yang ‗lumayan akrab‘ dengan organisasi induknya KMM,
dibanding dengan periode-periode akhir ini. Sama halnya dengan rata-rata keputrian di Masisir saat ini yang cenderung agak bebas atau tidak saklek me-nyikapi interaksi dan koordinasi lintas gender. Seperti bekerja,
bercengkrama dalam satu kesekretariatan dan kentalnya ukhuwah yang terjalin sehingga acap kali kebablasan dari rambu-rambu syari‘at dan kode etik per-gaulan antar lawan jenis.
Seiring waktu, BK mulai diiden-tikkan dengan pakaian serba gelap, lengkap dengan cadar dan pola interaksi yang ketat, bahkan cenderung kaku sehingga men-ciptakan kesan eksklusif di be-
berapa kalangan. Tapi di sisi lain, hal tersebut adalah poin unik yang dapat kita jadikan sorotan, baik dari dalam maupun luar
KMM. Dalam kacamata objektif, kita harus mengupas suatu permasa-lahan dari segi positif dan segi negatifnya. Sebagai transformasi nilai-nilai agama yang didalami,
urgensi menyempurnakan hijab menjadi hal yang tak dapat dita-war-tawar. Hijab lahiriah yang berarti menutup atau melindungi
tubuh dengan cara berpakaian yang syar’i dan hijab batiniah
yang berarti melindungi hati dari panah-panah syahwat yang dilepaskan syaithan dengan sega-la metodenya. Dari dua jenis hi-jab ini, tampak usaha Bundo Kan-duang untuk konsisten menerap-kannya dan menghindari segala
upaya yang bisa mengikis ben-teng pertahanan anggotanya da-lam penyempurnaan hijab. Selain cara berpakaian mereka yang tertutup rapat, tidak mencolok juga longgar, kita dapat lihat dari acara-acara gabungan yang di-
adakan selalu memakai sitar atau
pembatas antara ikhwan dan akhwat. Bundo Kanduang yang statusnya adalah keputrian KMM dalam re-
alitanya bisa mandiri mengada-kan beberapa kegiatan tanpa ker-ja sama secara langsung dengan KMM, begitu juga sebaliknya. Komunikasi-komunikasi intens sedapat mungkin dihindari sela-ma masih banyak cara yang bisa
dijadikan alternatif. Secara kasat mata, keharmoni-san Bundo Kanduang dan KMM cocok menjadi sasaran empuk untuk dipertanyakan. Namun,
harmoni bukan berarti harus
selalu bersama, harus dekat dan akrab. Harmoni adalah keselarasan visi dan misi yang men-capainya bisa dengan segala cara yang tidak
bertentangan satu sama lain. Bundo Kanduang dan KMM telah bersinergi dengan cukup baik da-
lam hal ini. Penilaian secara zahir mungkin hampir mendekati sem-purna untuk poin menjaga hijab, meski kita tidak tahu apa yang terjadi di balik layar dan di balik jubah lebar.
Terkadang pola interaksi yang kaku di luar memancing pelampi-asan keliaran di belakang publik, apalagi pada masa-masa keema-
san puberitas. Tidak jarang juga pola interaksi dan koordinasi sep-
erti itu menuai miss communica-tion dari dua belah pihak yang berakibat fatal dan menjengkel-kan. Juga cara berpakaian yang digandrungi anggota BK, sedikit banyaknya menciptakan diskrimi-nasi serta sekat dalam bergaul
dengan mereka yang berbeda, baik dari dalam maupun luar BK. Sehingga wajar jika beberapa pihak pernah menilai BK menjadi kelompok dengan corak tersendiri yang enggan berbaur dan cender-ung pasif dalam partisipasi acara-
acara skala Masisir.
Setelah menilik Bundo Kanduang dari segi hijab, kita akan menco-ba menguliti karirnya sebagai sebuah organisasi resmi di
Masisir ini.
Akhir-akhir
ini, BK
Bundo Kanduang Oleh : Humairoh Bahar
Bundo Nan Talupoan
Bersambung ke hal. 16
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 13
B eberapa tahun belakangan, kebudayaan di Ranah Minang sudah mulai terkikis sedikit
demi sedikit oleh budaya luar (baca:asing), baik itu budaya yang muncul dari daerah lain seperti budaya barat dan budaya lainnya yang katanya adalah bu-daya modern. Sopan santun, tata krama, basa basi yang biasanya
menjadi ciri khas pada masyara-kat minang, kini sudah jarang ditemukan. Rumah Gadang yang
biasanya menjadi tempat bercengkrama keluarga besar kini tidak lagi ditemukan melain-
kan sebagai tempat pariwisata. Selain itu, tak sedikit anak per-empuan calon Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Gadang yang berpakaian setengah jadi, duduk mengangkang dan keluyuran pa-da siang bolong atau tengah mal-
am dengan laki-laki yang bukan mahram,dan itu telah menjadi pemandangan sehari-hari dan hal yang biasa. Tapi sebaliknya, para pemuda dan remaja yang senan-tiasa solat di mesjid, menggeng-gam al-Qur`an di tangan kanan
sudah jarang ditemukan bahkan
menjadi hal yang sedikit tabu di masyarakat minang saat ini, sea-kan solat ke mesjid dan tilawah al-Qur‘an hanyalah untuk para lansia yang sedang menunggu
ajal maut menjemputnya. Seolah-olah slogan Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabul-lah saat ini sudah tak cocok dengan realita kebiasaan masyarakat minang modern.
Bisa jadi hal ini disebabkan se-makin berkurangnya regenerasi budaya di kalangan masyarakat minang dan juga bergugurannya pemuka-pemuka adat.
Penyebabnya tentu banyak, bisa karena jauhnya masyarakat dari
adat itu sendiri, konflik yang mengikis rasa simpati masyara-kat terhadap sesama, hilangnya semangat para pemuka dalam mewarisi kebaikan yang mereka miliki. Lantas, apa tindakan
kongkrit yang dapat membangun kembali kebudayaan masyarakat minang yang begitu kental Islami dahulunya?
Tentunya dengan cara mewaris-kan kebudayaan tersebut kepada generasi muda. Cara ini menjadi satu-satunya cara yang paling ampuh dalam meningkatkan kembali jiwa ―minang‖ dalam diri
generasi muda. Maka wajar saja jika sekolah-sekolah di Sumatera Barat memberi mata pelajaran
Budaya Alam Minang Kabau (BAM) dalam kurikulumnya. Na-mun yang jadi permasalahan
berikutnya adalah sebagian masyarakat menganggap bahwa mempelajari dan menguasai ke-budayaan minang sudah tidak lagi penting. Alasannya, itu su-dah terlalu tertinggal dan kuno, zaman sudah moderen (baca
dengan logat minang), urusan adat istiadat tidak lagi diperlukan karena sekarang sudah ada yang serba instan. Kurangnya seman-gat para pemuda ini membuat para tetua cemas akan hilangnya penerus mereka dalam mene-
gakkan adat dan budaya. Tapi
tentu saja kecemasan itu akan terus menghantui jika tetua han-ya berdiam dan menggigit jari melihat kemunduran ini. Harus ada semacam pergerakan yang
membuat pemuda kembali me-mandang hormat dan mencintai kebudayaan dan adat minang kabau. Ada persepsi yang perlu dilurus-kan dalam memahami makna
budaya. Budaya minang itu bukan sebatas randai, bukan rabab, bukan saluang, bukan pasambahan. Budaya itu luas, mencakup cara hidup ber-
masayarakat, cara bersikap da-lam pergaulan. Oleh karena itu,
slogan masyarakat minang mengatakan Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabul-lah. Adat basandi Syarak, menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat minang tidak akan
jauh dari nor-ma-norma yang diajar-kan oleh
agama serta tidak berten-tangan dengan nilai-nilai agama. Sementara Syarak basan- di
Kitabullah mengatakan kepada kita, bahwa agama
berpedoman pada kitab Allah Swt., al-Qur`an. Maka dengan begitu, adat dan budaya yang
seharusnya diajarkan kepada para pemuda adalah tentang bu-daya yang berbasis pada syariat, berupa akhlak-akhlak baik dan tatanan hidup bermasyarakat. Adapun randai, rabab, saluang, petatah petitih, tidak lebih dari
sekedar kesenian. Tidak ada hub-ungannya dengan kelancaran hidup bermasyarakat. Tidak ada randai pun masyarakat bisa hidup dengan damai. Rabab pun tidak bisa menyelesaikan masa-lah tanah ulayat.
Wajar saja sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa mempelajari budaya alam minang kabau bukanlah hal yang penting atau malas mempela-
jarinya, jika memang dalam ku-rikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah hanya berisi tentang kesenian-kesenian dan sejarah. Begitu juga dengan ketidakingi-nan pemuda mempelajari adat dan budaya minang, jika me-
mang yang diajarkan kepada mereka hanya bagaimana menepuk kaki dalam randai dan bagaimana menyusun kata dalam pasambahan. Mengajarkan kese-
nian itu adalah hal yang gam-pang, namun menyampaikan
makna yang terkandung di da-lamnya adalah hal yang membu-tuhkan ilmu terhadapnya. Karena dari makna yang tersimpan di
Opini
Belajar Budaya Minang “Tidak Penting”(?)
Oleh : Rahmiy Nailu Syahadah
Bersambung ke hal. 16
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 14
Wawancara
Kru Mitra (KM): Apo kisahnyo Ibuk bisa tibo ka Jerman? Narasumber (NS): Ikuik suami, sampai di Jerman bulan Novem-
ber tahun 1982. Sabalun ka Jer-
man Kami bulan madu di Singa-pura 2 bulan, salamo di sinan takana anak didik di kampuang, dulu Ambo maaja di TK Batang Agam. Tabayang-bayang wajah anak nan lucu-lucu dan sadang
tunjuk tangan ingin mambaco do‘a supayo capek pulang. Satalah bulan madu kami ba-rangkek ka Moscow, di sinan jatuah sakik karano udaro di bawah 20 derajat celcius. Siap tu
ka Jerman jo pesawat Aeroflot, tibo di sinan banyak manangih, indak tahan cuaca dingin. Tapi kabaa juo l a i , ikuik apak
anak, kan lah punyo
suami. Awa l nyo memang s u s a h t i n g g a di Jer-man,
Am-b o
indak bisa bahaso Jerman. Ambo Tingga di Jermannyo di Bremen bahagian utara dakek kota Ham-burg.
KM: Lah bara lamo Ibuk ting-ga di Jerman? Ado kanalan Ibuk nan asli urang Jerman? NS: Bulan November tahun 2013 ko lah 31 tahun di Jerman, dulu lai acok pulang kampuang, tapi
kini rang tuo indak ado, jadi lah patah hati untuak pulang kampu-ang. Awal tibo di Jerman indak ado
urang Jerman Muslim nan Ambo kenal. Saraso asiang sajo. Kalau
kini lah sabana banyak bule Muslim di siko, saliah pulo
lai dari urang Islam asal
Turki, Arab maupun In-donesia. KM: Apo kesan Ibuk jo Muslim di Jer-
man?
NS: Basamo mere-ka banyak kesan rancak yang ban-
yak menyadarkan diri surang. Con-tohnyo: bilo ambo atau anak ambo
sakik, inyo mara-wat, masak nasi dan dagiang, nyo
baok ka rumah. Tapi indak urang Islam se nan elok doh, tetangga Ambo non Muslim elok juo, ado malah yang
Atheis pun suko manolong dan
ramah. Bule nan Muslim ko sangat per-hatian, bilo Ambo punyo masa-lah, mereka akan membantu. Apo sajo masalah, katiko dulu inyo tolongan ambo mambuekan
surek lamaran masuak sikola. Ambo dulu maambiak pendidikan jurusan Turistik, nan ditarimo urang Jerman rato-ratonyo, sab-ab sikola ko derajatnyo samo jo pegawai. Bilo salasai pendidikan
bisa karajo langsuang. Nah, katiko itu surek lamaran Ambo dibuekan bule karano Am-bo ado punyo bayi samaso itu, dan Alhamdulillah ambo ditarimo.
Mako Ambo berhak tarimo gaji 67% dari gaji yang ditarimo sala-
mo pendidikan sebab barnak ketek. Sikola tu langsuang dapek gaji. Karano sikola kejuruan, penerimaan terbatas. Di Jerman, sadonyo serba tera-tur, disiplin, barasiah, ke dokter
pun dokternyo ramah, tapek waktu, bisa miliah dokter, tampek balanjo ado yang murah dan ado yang maha, tingga piliah. Aman kamano sajo pai siang malam, indak ado tukang
todong sarupo Jakarta, copet alun ado nampak lai, mau kursus ado nan gratis ado pulo nan bay-
ia. Kini Ambo baraja bahaso Perancis sakali saminggu dan kursus computer juo. Kalau nio pemerintah yang bayiaan juo
bisa, cuma Ambo maleh dek lah
P erkembangan Islam di Jerman dari
tahun ka tahun samakin pesat, kara-
no urang-urang yang dulunyo
baragamo non Islam di nagari Hitler
itu kini alah baansua-ansua mandalami Islam,
sahinggo tertarik jo Islam dan memeluk aga-
ma nan rahmatan lil ‘alamin ko.
Sabaliaknyo, urang Minang banyak yang ru-
sak di Eropa, inyo maniru kalakuan urang
baraik, yang lapang marapek, yang rapek
malakek, yang malakek mangetek.
Bakato urang Piaman: ‖Oi Piak iyaik! Nan
ketek bulek kamek pendek padek bakilek
singkek ebaik”.
Muslim Jerman Butuh Guru Agama
Oleh : Irham Amir El-Ikromi
Namo: Humaira binti Ahmad
Suku : Pili
TTL: Canduang, 7 Oktober
1958
Status: Istri, 2 orang anak
Kampuang: Bukiktinggi
Alamat sekarang: Bremen,
Jerman
Bersambung ke hal. 17
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 15
tannya dengan Khitan Wanita Pernyataan resmi WHO yang
seolah menolak syariat khitan wanita bagai minyak tanah yang menyiram api kebencian di dalam hati para pembenci Islam. Dengan media yang mereka kuasai, dimunculkanlah isu-isu gagalnya syariat yang satu ini. Berhasilkah?
Tentu, karena memang watak masyarakat Indonesia saat ini yang begitu mudah terpengaruh dengan opini-opini yang belum tentu kebenarannya. Namun jika kembali diteliti, tern-
yata pernyataan WHO tersebut bukan merujuk pada khitan wanita yang disyariatkan oleh Is-lam, karena WHO hanya menolak praktek Female Genital Mutilation,
yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara benar
adalah mutilasi organ vital wanita. Faktanya praktek khitan wanita yang dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam –yang hanya me-nyingkirkan lapisan kulit teratas klitoris- tidak akan menimbulkan
trauma, pendarahan, ataupun kanker. Malah sebaliknya, khitan wanita memberi banyak manfaat, seperti mencegah terjadinya kanker dan menambah kenik-matan dalam berhubungan suami
-istri. Contoh kongkritnya, tidak pernah ada pengaduan mengenai dampak-dampak negatif tersebut di komunitas Islam Indonesia,
yang memang mempraktekkan khitan wanita. Tak heran, jika Majlis Ulama Indo-nesia (MUI) tetap mengambil keputusan bahwa khitan bagi wanita adalah bentuk makrumah
(perbuatan mulia) yang diter-jemahkan sebagai sunnah di da-lam kajian fiqih. Bagaimana Menyikapi Se-rangan-serangan Terhadap
Syariat Serangan-serangan terhadap syariat yang kini tengah gencar dilancarkan sebenarnya tak lebih dari lelucon berkedok ilmiah, ka-
rena kesadaran untuk kembali kepada syariat sudah mulai
mewabah bagi kalangan umat Islam, khusunya pasca krisis ekonomi dan sosial yang men-impa Amerika Serikat dan Benua Eropa 2011 silam. Hal ini menggugah para pemikir barat, bahwa hanya dengan sistem Is-
lamlah keadaan dapat kembali distabilkan. Kenyataan inilah yang membuat gentar dada mereka yang benci dengan pesatnya perkembangan Islam.
Meskipun jika diteliti, Islamlah yang unggul dari segi teori dan fakta lapangan, tetap saja Islam kalah dari segi media untuk
menyampaikan kebenaran terse-but kepada masyarakat. Sebagai contoh terdekat adalah fitnah ter-hadap organisasasi keislaman di sekolah-sekolah, ROHIS, yang dijadikan kambing hitam sebagai lahan perekrutan teroris. Namun
beruntung, aktivis ROHIS, melalui media-media yang minim, dapat menepis tuduhan keji tersebut. Mengikuti perkembangan berita
tentu sangat penting, namun
lebih penting lagi adalah
menganalisa serta memastikan
bahwa berita yang diterima itu
benar adanya. Hal inilah yang
sangat diwanti-wanti Allah SWT di
dalam surat Al-Hujurat ayat 6,
yang artinya, ―Hai orang-orang
beriman! Jika datang kepadamu
seorang fasiq membawa sebuah
kabar, maka pastikanlah kebena-
ran kabar tersebut sebelum ada
pihak yang kamu rugikan (dengan
tuduhan, kecurigaan maupun tin-
dakan) dan kemudian kamu me-
nyesal atas apa yang kamu
lakukan!‖. Wallahu a’lam
bishawwab.
juangan yang berat. Seperti kita ketahui bahwa Thailand merupa-
kan negeri yang bebas. Mayoritas penduduknya menyukai ke-hidupan malam, pergaulan bebas, dan minum minuman keras. Selain itu dentuman musik dapat kita temui di mana saja. Para pemudi pun berpakaian sangat
minim. Bagi seseorang yang se-dang lemah imannya, tentu saja serbuan kemaksiatan yang ada di lingkungan merupakan tantangan yang berat.
Secara kepercayaan pun, kita
dapat menemui praktik syirik ter-sebar di mana-mana. Hampir di setiap rumah ada kuil kecil di ma-na mereka meletakkan sesaji. Bahkan biasanya para pedagang pun meletakkan sesaji itu di toko
mereka. Pengagungan mereka pada kerajaan pun sudah
melampaui batas. Raja dianggap sebagai keturunan dewa sehingga mereka menjadikannya sesemba-han. Biksu pun mendapatkan per-
lakuan yang sangat istimewa. Mereka akan memberikan apapun jika bertemu biksu, hanya untuk mendapatkan berkat dari mereka. Tentu saja praktik syirik yang bertebaran di seluruh bumi Thai-land ini terus bertentangan
dengan hati kaum muslimin. ―Walaupun islam di Thailand mi-noritas tetapi kami tidak merasa terkekang apalagi terpaksa untuk menganut agama yg dijunjung
tinggi Rasulullah saw, yang ada
kami merasa bangga dan sangat bersyukur atas hidayah-Nya telah memberikan kami setitik cahaya yang menerangi kegelapan kami. Disinilah letak kualitas iman seseorang muslim itu, apakah ia
bertahan atau malah sebaliknya. Dan dengan bekal semangat jihad
kami kan terus berjuang mem-pertahankan aqidah islamiyyah. Berharap ilmu yang kami tempa di bumi kinanah ini bisa menjadi
benteng pertahanan bagi saya, kami, dan seluruh masyarakat di tanah kelahiran kami.‖ Tutur Fa-thonah Mahsiswi Al-Azhar asal Pattani, jurusan Ushuluddin. Karena itu, biasanya kaum mus-
limin di Thailand hidup berke-
lompok supaya dapat saling men-
jaga. Di dekat masjid biasanya
ada perkampungan muslim.
Selain itu, ada juga beberapa
daerah di Bangkok yang memiliki
persentase penduduk muslim
yang cukup besar. Mereka be-
rusaha membuat lingkungan yang
baik supaya dapat hidup di luar
gelimang kemaksiatan tadi
Sambungan dari hal. 4
Sambungan dari hal. 7
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 16
akan diperoleh.
Di sini manusia di uji dengan segala sarana-sarana yang diberi-kan Allah untuk kebaikan ham-banya. Karena sejatinya Allah tidak ingin hambanya berada da-lam kesesatan.Maka manusia hendaknya bersungguh-sungguh
untuk mencapai jalan kebenaran tersebut. Kebenaran yang diyakini oleh hati nurani, dengan akal se-bagai alat berfikir, dan ilmu se-bagai pembuka kunci kebenaran tersebut.
―Tiap-tiap yang berjiwa akan me-rasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan ke-baikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikemba-
li” (QS. Al-Anbiya‘: 35). Allah juga menciptakan mata batin untuk manusia. Jika ia sela-lu memupuk kelakuan buruk, maka mata batin itu akan keruh bahkan saking keruhnya Allah
menutup hati itu, hingga sulit un-tuk dimasuki sinar hidayah-Nya. Mereka sulit untuk mencapai kebenaran. Mengapa dapat terjadi demikian?. Sebab mereka selalu tunduk pada nafsu.―Dan jangan-
lah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati ba-tas‖ (QS.Al-Kahfi 57).
Dengan adanya kebaikan dan keburukan ini, Allah memerinta-hkan kepada manusia untuk sela-lu berlomba dalam kebaikan, ―Berlomba-lombalah dalam ke-baikan.‖ (QS. al-Baqarah 148), berlomba mencintai yang Maha
Esa dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika manusia berkeinginan un-tuk melakukan suatu tindakan,
maka dari keinginan manusia ter-sebut muncullah suatu tindakan (kasb). Dalam Alquran, kata kasb diartikan sebagai tindakan hati. ―Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyan-tun.‖( QS.Al-Baqarah 225). Jika terdapat ayat Alquran yang menisbatkan kata ―Kasb‖ kepada tangan, seperti dalam surat as-Syura ayat 30 ―Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, itu
disebabkan oleh perbuatan tan-ganmu sendiri, dan Allah me-maafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu”, hal ini berarti majaz ‘aqli. Semisal ka-limat ―Musim semi menyuburkan
tanaman‖.Dalam kalimat ini yang menyuburkan bukanlah musim semi tapi Allah yang Maha Kuasa. Setelah kita pahami bahwa manu-
sia mukhayyar atas segala tinda-kannya, lalu bagaimana takdir
yang telah ditetapkan Allah di lauhil mahfudz? Apakah di antara qadha dan qadar dapat mengha-pus keinginan (‘azm) yang ada pada manusia? Qadha dan Qadar
Memang Qadha secara bahasa berarti suatu hukum, atau dapat disebut hakim memutuskan suatu hukum. Namun secara terminolo-gi, Qadha Allah adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah
pada hamba-Nya, tanpa ada sangkut-pautnya pada keinginan
dan pilihan setiap insan. Adapun Qhadar berarti, kemunculan sega-la sesuatu perbuatan atas dasar keinginan manusia dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
di azali. Doa merupakan senjata ampuh sebagai penolak bala, kemudian bertawakal pada takdir setelah usaha dan doa dikerahkan. Dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad
dan Nasa‘i, Rasulullah Saw. bersabda: ―Seorang diharamkan bagianya rezki atas maksiat yang dilakukannya, dan takdir dapat berubah dengan doa, maka tam-bahlah sisa umur dengan ke-
baikan.‖ Arti qhada dan qadar dalam hadis ini adalah takdir yang direalisasikan dengan ikhtiyar manusia sendiri. Dari pemaparan di atas jelas bah-wa manusia memiliki ikhtiyar un-
tuk melakukan apa yang dia ingini. Manusia diuji dengan sega-la yang ada di depannya berupa kebaikan dan keburukan.―Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada di-rimu sendiri melainkan telah ter-tulis dalam kitab (Lauhul Mah-fuzh) sebelum Kami mencip-takannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jan-gan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira ter-hadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. dan Allah tidak me-nyukai Setiap orang yang som-bong lagi membanggakan diri.‖ (QS. al-Hadid 22-23)
Telah banyak Allah memberi dalil
atas Kuasa-Nya. Apalagi Allah
menurunkan Alquran sebagai pe-
doman hidup manusia, sudah
banyak berbicara tentang kebena-
ran dan pekerjaan yang diridhai
Allah. Di tambah lagi dengan di-
angurahkan kepada umat manu-
sia insan mulia, yaitu Baginda
Rasulullah Saw. Maka haruslah
bagi manusia untuk selalu berji-
had mencari kebenaran tersebut
agar hidayah Allah selalu menun-
tun kepada kebaikan. Sebab, ke-
baikan dan kebenaran akan beru-
jung kepada keburuntungan
manusia itu sendiri. ―Barangsiapa
yang berjihad, Maka
Sesungguhnya jihadnya itu ada-
lah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta
alam.‖ (QS. al-Ankabut: 6). Oleh
karena itu marilah kita selalu
mengingat Allah agar hati kita
dapat teriringi dengan cahaya
kebenaran. Hati, akal dan
pikirannya akan selalu tentram.
Sebab barang siapa yang
mengenal Allah, maka ia akan
mengenal dirinya sendiri.Wallahu
ta’ala a’la wa a’lam.
Sambungan dari hal. 5
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 17
balik kesenian itulah budaya minang dikisahkan. Akan sangat
malu rasanya jika sebagian besar generasi muda minang tidak tau apa seperti apa hakikat budaya minang yang sebenarnya. Dengan begini, bagaimana jadinya bumi minang di masa yang akan da-tang?
Dengan begitu, maka sejatinya pembelajaran terhadap budaya minang adalah hal yang sangat urgen, di pandang dari segi manapun. Seperangkat budaya
yang kian lama kian terkikis dan akhirnya hilang itu harus segera dikembalikan dan dibangkitkan. Hingga nantinya, peninggalan-peninggalan para leluhur tidak
hanya menjadi tempat pariwisata atau kisah historis bahkan hanya
menjadi legenda semata. Se-bagaimana perintah Rasulullah Saw. kepada umat beliau untuk mewarisi kebaikan, maka mewari-
si budaya adalah sebuah kewajiban bagi para pemuka adat. Meyadarkan dan menum-buhkan kembali semangat belajar
dan akhlak baik pada diri masyarakat minang. Cara yang paling ampuh adalah dengan teladan. Menjadikan karakter dan budaya asli minang tertanam ko-koh di dalam diri kita hingga bisa dijadikan contoh bagi generasi
berikutnya. Karena kata pepatah, ―pandai urang dek baraja”. Dan pada akhirnya, akan hadir
generasi muda minang bersifat
seperti yang digambarkan dalam
filosofi adat berikut: ―Adopun nan
di sabuik rang mudo, tapakai
taratik dengan sopan. Mamakai
baso jo basi. Tahu di ereang jo
gendeang. Mamakai raso jo pare-
so. Manaruah malu dengan
sopan. Manjauhi sumbang jo sa-
lah. Muluik manih baso katuju.
Kato baiak kucindan murah, pan-
dai bagaua samo gadang. Hormat
kapado ibu bapo. Khidmat kapado
urang tuo-tuo. Takuik kapado Al-
lah, manuruik parentah
Rasulullah. Tahu di korong
dengan kampuang, tahu di ru-
mah dengan ranggo. Takuik di
budi katajua. Malu di paham ka
tagadai. Tahu di mungkin dengan
patuik. Malatakkan sasuatu pado
tampeknyo. Tahu di tinggi dengan
randah, Bayang-bayang sapan-
jang badan. Bulieh ditiru
dituladan. Kasuri tuladan kain,
kacupak tuladan batuang. Maleleh
bulieh dipalik, manitiak bulieh
ditampuang. Satitiak bulieh di-
lauikkan, sakapa dapek digunu-
angkan. Capek kaki ringan tan-
gan. Namuah di suruah di sarayo.
Iyo dek urang di nagari.”. wallla-
hua’lam.
seolah memberi angin segar da-lam peningkatan mutu dan citra
sebagai keputriannya KMM, yang pastinya juga berdampak pada nama baik KMM. Banyak prestasi yang ditoreh oleh BK, baik dalam akademik maupun ajang-ajang perlombaan yang diadakan oleh
organisasi besar seperti WIHDAH
atau sejenisnya. BK tampak sela-lu antusias dan tak mau ketingga-lan dalam setiap event-event ber-harga tersebut dan terkenal dengan kekompakannya. Terbukti dari prestasinya menyabet
penghargaan keputrian terbaik dalam WIHDAH Sparkling Day yang diadakan WIHDAH masa bakti 2012-2013. Juga terlihat dari partisipasi anggota BK yang terjun aktif dalam berbagai or-ganisasi dan menduduki posisi-
posisi penting dalam organisasi tersebut.
Bundo Kanduang mulai naik daun.
Gerakan perluasan sayap dan jaringan BK membuat image ek-sklusivitasnya perlahan memudar. Namun hal itu tentunya juga tak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Anggota BK seolah
menguatkan cakarnya di satu sisi dan kendur di sisi yang lain. Da-lam artian, terdapat ketimpangan dalam kontribusi eksternal dan
internalnya. Bisa jadi salah satu yang melatarbelakanginya yaitu karena anggota-anggota potensial BK kurang terasah kemampuan organisasinya dalam lingkup in-ternal. Acara-acara yang diada-
kan kurang menyedot perhatian
para anggota. Profesionalitas ser-ta follow up dari skill yang disang-garkan, baik skill keterampilan, skill keahlian, atau skill olahraga juga kurang memadai, ditambah kurang mendapat perhatian dari
KMM sendiri. Kecakapan dan ke-mandirian KMM dalam men-gusung mayoritas kegiatan, teru-tama kegiatan besar membuat BK tak perlu ambil pusing dalam mencari-cari porsi kerja. Sehing-ga sering berdampak juga pada
psikis anggota BK yang malu, ciut, serta tak merasa berkepent-ingan menyuarakan apa saja jika dalam forum-forum gabungan
seperti sidang, diskusi dan lainnya.
Peran dan kontribusi kita sejat-inya dituntut saat kita kembali dan mengabdi di tanah air kita,
Indonesia dan di kampung hala-man kita, Sumatera Barat. Di Me-sir ini sebenarnya adalah ladang berbekal kita sebanyak-
banyaknya dan seefektif mung-kin. Bibit ilmu kita harus mumpuni, bibit organisasi kita juga harus ada dan bibit dakwah juga harus punya. Sehingga saat waktu bertunas, tunas terbaiklah
yang akan muncul dari bibit-bibit
tersebut.
Oleh karena itu, kita tidak bisa mengabaikan satu bibit dan masa
bodo dengan bibit yang lain. Kita tidak seharusnya cuek dengan gonjang-ganjing pelayaran organ-isasi kita, baik itu BK maupun KMM.
Sebagai mahasiswa, kita dituntut
bersuara dan bersikap kritis da-
lam pergerakan demi mem-
bangun organisasi yang solid dan
oke punya. Agar kiprah Bundo
Kanduang dan KMM di tanah air
nantinya cerah dan dapat mengi-
kuti jejak-jejak sukses tokoh-
tokoh Minangkabau yang naman-
ya harum tak lekang ditelan ma-
sa.
Sambungan dari hal. 12
Sambungan dari hal. 11
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 18
tuo. Banyak kamudahan di nega-ra Jerman ko karano lah maju.
KM: Apo sajo kalabiahan umat Muslim Jerman dalam menga-malkan Islam manuruik Ibuk? NS: Banyak kelompok Muslim di Jerman ko, tagantuang bagaima-no mereka kenal Islam dan
malalui sia. Jikok suami mereka Salafi mako Salafiyah bule tu. Kalau laki atau bini nyo Syi‘ah mako Syi‘ah lah pasangannyo. Nan baguru jo ahli Sufi mako jadi Sufiyah lah bini nyo. Tiok duduak
jo tagak bazikia taruih. Con-tohnyo nan baguru ka Syeikh Nazim dari Cyprus, mako pangikuik Tariqat Naqshabandi lah mereka.
Bagaimana pun kelompok macam
tu, Alhamdulillah mereka akur, cuma pendatang yang bikin ma-salah. Ambo netral, mengamalkan madzhab Syafi‘i. Ambo bisa ber-gaul jo sia sajo, nan Atheis pun bakawan karano keyakinan urang alun bisa ito rubah. Cuman kito
ado prinsip, bilo wakatu shalat datang yo pai shalat. Agamo kan mandidiak kito untuak kenal jo Allah, sarupo manutuik aurat wajib hukumnyo, indak ado alasan untuak manantang pera-
turan Allah. Tapi itulah banyak kawan-kawan Minang nan basua-
mi jo urang asiang, pakaian lah samo jo urang Barat, bilo di ingekan katonyo saliah surang se lah.
KM: Sia guru agamo yang bi-aso Ibuk mangaji di sinan?
NS: Kadang-kadang ka Hamburg ikuik hadir dalam Majlis Zikir bule, bisuak ko nio ka rumah Pak Gery ado pangajian kitab kuniang, inyo
tamatan pesantren, kini kuliah di Hannover jurusan Robot. Beko sore rencana maaja induak-induak Turki mangaji. Pak Gery ko urang Semarang, insinyur pe-sawat, karajo di Airbus.
Dulu Ambo aktif juo maaja bule mangaji wakatu Aziza (anak par-tamo) umua 5 tahun. Induak-induak Turki juo acok maadoan pangajian di rumah Ambo, bagabuang jo induak-induak Mus-
lim Indonesia dan asli Jerman. Kalompok ko makin gadang, akhirnyo kini lah tabagi-bagi. Kalompok Jerman bukak pan-gajian surang, juo aktif pangajian
tiok hari Kamis sampai Minggu di siko. Acaro hari minggu pelajaran
tajwid dan menghafal Al-Qur‘an, guru nyo Aisyah mahasiswi kedokteran asal Mesir dengan paspor Libia. Hari sabtu bisuak ambo ado acara baranang sasamo muslimah di
siko, tantu padusi sadonyo dan pakaian ranang muslimah yang manutuik aurat dari kapalo sam-pai kaki. Anak Ambo nan laki-laki si Afif beko sore ka Hamburg ado acara sasamo urang muslim, inyo
panyanyi qasidah.
Ado carito ceik, katiko itu bule batanyo,‖dari mana kamu? Ambo jawek : dari Bremen‖. Tanyo inyo liak, ‖orang tua kamu?‖ Ambo jawek: orang tua Saya sudah
wafat, sekarang dalam tanah, nanti Kamu juga akan kembali ke
tanah, asal Kamu kan juga seperti Saya dari tanah.‖ Inyo maiyoan kecek Ambo, sabananyo inyo ba-tanyo mode itu karano Ambo pa-
kai cadar. Acok bule yang awal-nyo indak sanang jo pakaian am-bo, bilo Ambo ajak mangecek jo bagarah akhirnyo jadi kawan elok, malahan maundang Ambo ka rumahnyo.
Bangsa Jerman ko dingin sikap-nyo, jikok diajak mangecek, inyo akan suko dan sangaik sanang. Nah, kalau urang alah sanang aman pai kamano sajo dan apo pun situasinyo. Pernah katiko itu
Ambo indak ado tiket di ateh ken-daraan, dan lupo pulo baok pitih, tibo-tibo ado panumpang mang-garuak sakunyo dan diagiahan pitih tu ka Ambo untuak mambali
tiket, padahal Ambo indak ma-minta, urangnyo juo Ambo indak
kenal. Baitulah bangsa Jerman, aman, pemurah dan ramah. KM: Apo sajo ilmu agamo yang Ibuk palajari di sinan? NS: Ilmu agamo babaco di buku, ko ado Ihya ‘ulumuddin, Riyadhus
Shalihin. Nan jaleh kini Ambo su-sah malawan rintangan nan manggaduah, iman nan turun naiak, karano di siko masih ban-yak maksiaik.
KM: Apo manuruik Ibuk yang kurang jo Muslim Jerman kini?
NS: Kakurangan guru agamo. Baitulah wawancara singkek Ka-mi, dapek Kito ambiak kasim-pulan, mereka butuah urang mode Kito-kito untuak maajaan ilmu agamo.
Mesir dari awal berdirinya sampai
sekarang. Setelah itu acara beralih
kepada sambutan-sambutan, sambutan
pertama oleh Ketua panitia oleh
Rendiyan Saputra, sambutan Ketua
KMM Mesir Muhammad Syukron,
sambutan Presiden PPMI Mesir Ja-
miel Abdul Lathif, terakhir sambutan
oleh Bapak Atase Pendidikan dan Ke-
budayaan KBRI Kairo Dr. Fahmy
Lukman. Setelah itu, acara dilanjutkan
dengan penampilan dari anak-anak TK
ABA, lagu-lagu Minang yang dinyan-
yikan oleh Saudara Yahdi Ilal Haq dan
Rahmat Indra Sakti, Pencak Silat,
Grup Nasyid Nuzha Capella, puisi dari
FLP Mesir, Grup angklung dari
KPMJB, dan penampilan terakhir ada-
lah Tari Indang oleh Tim Tari Indang
KMM Mesir. Kemudian acara ditutup
dengan pembagian hadiah kepada
pemuncak-pemuncak dalam perlom-
baan Rentetan Gebyar HUT KMM
Mesir ke-56 internal dan eksternal,
penyerahan medali oleh Tim Minang
Saiyo yang telah meraih juara runner
up dalam ajang Sumatera CUP dan
juara 1 dalam ajang Celebes CUP da-
lam rangaka HUK KKS dan acara pun
berakhir pukul 23:00 dengan foto ber-
sam seluruh panitia, peserta dan warga
KMM Mesir.
Sambungan dari hal. 13
Sambungan dari hal. 1
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 19
A nda Orang Minang Sejati Kalau: 1. Tidak bisa melihat dan membiarkan trotoar
kosong atau nganggur. 2. Berjalan/mengendarai mobil lebih pelan di perempatan/pertigaan untuk melihat peluang membuka rumah makan. 3. Mengeluh bila belum makan masakan Padang minimal sekali
sehari. 4. Tidak bisa makan tanpa cabe atau sambal pedas serta selingan
kerupuk jengkol. 5. Kalo makan berkeringat, tapi kalo kerja maunya tidak
berkeringat. 6. Hal pertama yang ditanya be-gitu sampai di suatu kota adalah di mana ada rumah makan Pa-dang terdekat. 7. Membawa nasi rames Padang ke dalam pesawat sejak Airlines
di Indonesia tidak lagi menye-diakan makanan. 8. Lebih memilih rendang jengkol dan sambel pete daripada menu daging, ayam atau sambel ABC. 9. Pada saat makan pagi, anda sudah mengetahui ke mana dan
makanan apa yang akan dimakan
untuk siang dan malam harinya. 10. Makanan kesukaan anda di daftar menu adalah yang paling murah dan paling banyak por-sinya.
11. Terhimpit maunya di atas, terkurung maunya di luar. 12. Masih menawar harga barang di swalayan atau department store yang sudah ada Price Tag-nya dengan harapan bisa dapat lebih murah.
13. Hal pertama yang muncul di pikiran saat membeli barang ada-lah apakah bisa dijual kembali dengan sedikit keuntungan. 14. Berhasil dengan sukses
menjual serta meyakinkan seseorang untuk membeli
barang kelas kaki lima dengan harga swalayan. 15. Tahu perkembangan naik turun harga barang di pasar, harga emas, harga kain, upah jahit baju,
ongkos cetak dan sewa tempat di pasar. 16. Berkunjung ke department store, swalayan atau toko hanya
untuk mengetahui perbandingan harga barang untuk kemudian mencarinya di kaki lima. 17. Simbol matematika yang pal-ing dikenal adalah tanda + (tambah) dan tanda X (kali), tid-ak mengenal tanda - (kurang)
dan tanda : (bagi). 18. Lancar mengucapkan kalimat satu 5 ribu, dua 7 setengah, tiga
10 ribu. 19. Hasil perhitungan 2+2=7 karena 4 pulang modal, 2 keun-
tungan dagang, 1 untuk sewa tempat/ongkos. 20. Tangan menerima uang lebih cepat dan tangkas daripada tan-gan membayar. 21. Pelajaran yang paling dimina-ti di sekolah adalah aritmatika,
hitung dagang, harga pokok dan marketing. 22. Tempat duduk favorite anda waktu berkunjung ke cafe atau restoran adalah di dekat kasir atau pintu masuk, untuk melihat penerimaan uang
masuk dan
j u m l a h pengunjung yang da-tang. 2 3 .
Perintah t a m b a -han anda
saat menyuruh seseorang mem-beli barang di toko atau warung adalah cari harga yang paling murah dan usahakan untuk
menawar. 24. Selalu naik angkutan umum atau angkot yang ada musiknya. 25. Menyetop taxi, membuka pintu depan, kemudian bertanya ke sopir taxi-nya "Jurusan mana Bang??".
26. Lebih memilih tarif taxi sis-tem tawar menawar daripada sistem argometer demi alasan
kepastian harga dan kepuasan menawar. 27. Selalu memilih duduk paling
depan kalo naik angkutan umum, bus atau pesawat dengan tujuan supaya bisa sampai lebih cepat dan lebih dulu. 28. Pesta pernikahan anda belum terasa lengkap tanpa ada panggung orgen tunggal yang
menampilkan penyanyi terkenal se-kecamatan atau kabupaten. 29. Begitu keluar dari kampung halaman, langsung bisa berbaha-sa Indonesia Raya yang baik dengan logat Minang yang kental serta gimana gitu.
30. Selalu berprinsip "Dimana
Bumi Dipijak, Disitu Langit
Dijunjung, tapi kampung
halaman dan pulang
kampung tetap nomor
satu".
Sumber: SiMbahdOt-
Com.
Tabassam Oleh : Boris Ahmadi Sikumbang
Anda Orang Minang Sejati Kalau...
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 20
E nemy at the Gates — Lah tibo lawan di pintu. Batman Forever — Kalalauang Remember the Titans — Lai Takana jo si
Titan The Italian Job — Karajo maliang Die Hard — Payah matinyo Die Hard II — Alun Juo Mati Lai…? Die Hard III With A Vengeance — Ondeh Mandeh.. ndak juo mati mati doh…? Bad Boys — Anak Kalera
Sleepless in Seattle — Mangantuak. Lost in Space — Ilang di awang awang Brokeback Mountain — Gunuang patah tulang
lcheaper by Dozens — Bali salusin tambah murah.. You‘ve got Mail — Ado surek tuh ha… Paycheck — Pitih Gaji
Independence Day — Hari Rayo The Day After Tomorrow — Saisuak Die Another Day — Ndak kini matinyo..? There is Something About Marry — Manga si Merry yo..? Silence of the Lamb — Kambiang pangambok
All The Pretty Horses — Kudonyo rancak-rancak Planet of the Apes — Planet Siamang Gone in Sixty Seconds — Barangkek lah waang Lai Original Sin — Sabana-bana doso…
Mummy Returns — Lah Baliak si One tadi..? Crash — Balago kambiang Copycat — Kopi Kuciang Seabiscuit — Makan Biskuit di Lauik Freddy vs Jason — Bacakak Just in Heaven — Lah di Surgo Air Bud — aia si Budi
How To Lose A Guy in 10 Days — Baa caronyo manyipak urang.. Lord Of The Ring — Juragan batu cincin
Deep Impact — Taraso dalamnyo Million Dollar Baby — Anak Rangkayo Blackhawk Down — Buruang itam si Don
Saving Private Ryan — Mahagia les ka si Ryan Dumb and Dumber — Pakak jo sabana Pandia..
Sumber: SiMbahdOtCom.
Lapeh Panek Oleh : Boris Ahmadi Sikumbang
Film Luar Versi Minang
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 21
Cerpen
Hangat! Terlalu nyaman! Lama aku berada dalam perse-medianku ini. Jutaan detik, ribu-
an jam, ratusan hari, puluhan minggu atau beberapa bulan? Entahlah. Selama berada dalam balutan lembut ini, banyak sekali kejadian dan peristiwa yang tak kuketahui. Canda tawa terdengar begitu akrab, cengkrama antar
sesama begitu asyik dan santai, kicauan burung-burung diiringi belaian angin yang menyejukkan membentuk harmonisasi indah lagi menenteramkan.
Seringkali aku bertanya pada hati kecilku, siapakah aku? Kenapa aku ada di dalam balutan benang halus ini? Untuk siapa aku hidup? Beragam pertanyaan terus mengacak saraf sensorikku, hingga sel otakku kusut berge-
lumit tak karuan. Pikiranku berkecamuk merambat ke sanubari. Hingga pertanyaan konyol terlontar dari diri ini. Bergunakah aku wahai Yang Ma-ha Bijaksana? Kapan aku bisa bersinar seperti bintang-bintang?
Berapa lama lagi aku menanti kesempatan itu Ya ‘Aziz? Masih
adakah harapan? Astaghfirullahal’azhim. Berkata apa aku ini? Hak seperti apa
yang ku punya sampai mera-gukan titah Yang Maha Kuasa? Kulanjutkan komunikasi dengan kalbu kecilku. Saat itu kupa-hami , mungkin di balik balutan kepompong ini tersimpan berbagai kisah menakjubkan.
Siapa tahu? Setelah kehangatan ini tersingkap berbagai keajaiban yang membuat banyak makhluk terkesima. Ku kan tetap sabar menanti.
********
―Jelek amat sich! Aiih, menjijik-kan. Blassshh…‖ Pukulan keras menyambar ranting yang aku tapaki, membuatku hilang kese-imbangan.
―Aaaaa…aaaaa…aaaa, plug, arrrghh…‖ Aku terjatuh dari pun-cak pohon, terhempas, sakit sekali. Untung saja rerumputan
subur menyelamatkanku. Kalau tidak, bisa hancur tubuh ini ber-lumuran darah. Kenapa tidak? Serpihan kayu runcing dan akar pepohonan besar turut menanti-ku. Sejajar dengan kawanan rumput hijau ini. Atau tenggelam
ke salah satu kolam yang dikeli-lingi pohon rambutan nan ranum buahnya. ―Pergi sana! Enyah kau!‖ Sesosok
raksasa masih saja mengumpat-
ku. Manis sekali rambutan di jarinya. Dengan angkuh dia lahap setiap petikan buah itu. Postur tubuhnya seribu kali lebih besar dibanding ragaku. Takut diburu, aku segera mengambil langkah seribu, merayap di sela-sela per-
madani hijau lahan bengkuang. Aha! Di balik pohon jati ini seper-tinya aman. Terlintas di benakku, begitu kejamkah makhluk yang bernama manusia itu? Nafasku tersenggal-senggal. Per-
lahan kuatur temponya yang masih terengah-engah. Ku lihat
si raksasa dengan asyiknya me-lahap seranting rambutan tadi. Diam-diam tertanam kebencian terhadap si raksasa, jauh dalam
lubuk hatiku. Rasanya aku sudah berlari se-cepat cheetah. Bedanya, kalau cheetah berburu mengejar mang-sa, aku berlari menyelamatlan diri dari amukan pemburu. Ber-
harap di seberang lahan persegi bengkuang ini akan menjadi persembunyian teraman untuk-ku. Tapi apalah daya, usahaku belum
selaras dengan harapanku. Ada
pemburu baru dengan gelagat berbeda. Tak kalah dengan har-dikan si raksasa. Siulan "kukuruyuk merdu‖ setiap fajar adalah rutinitasnya. Kenapa di saat seperti ini makhluk itu ma-
lah mengagetkanku? Beberapa
langkah di depan, makhluk pengais berkaki dua itu mematok-matok tanah mencari makan sambil mendekat ke arahku.
Lengkap sudah, tiga cakaran di masing-masing kakinya menam-bah daftar pemburu berbahaya bagiku. Semut yang menetap dalam lubang tanah lebih kecil dari ukuran badanku pun bisa
disantapnya. Mata tajam si ayam jago spontan mentransforma-sikan target secepat mungkin. Apa boleh buat, keluarga semut tewas seketika.
Gawat! Sorot matanya fokus pa-daku. Sesekali berkedip. Oh tid-ak! Ya Rabb! Kemana aku harus melarikan diri? Adakah secercah harapan untuk bisa bersembun-yi? Hidupku bukan untuk menjadi pemanis mulutnya. Sekujur
tubuhku gemetaran. Keringat dingin membasahi badanku. Si pengais semakin dekat dan ba-danku sungguh kaku mati rasa. Ya Tuhan! Aku sangat ingin melihat pelangi tujuh warna. Jika Engkau perkenankan,
selamatkanlah diriku yang kerdil ini.
Kltuk… bunyi patokan si pengais mengenai akar pohon jati yang kokoh. Mungkin ini memang
akhir riwayat hidupku. Aku menggeliat-geliat di paruhnya. Jantungku semakin berdebar. Semakin kencang hingga tiga degupan per detik. Satu lahapan lagi, hancur jasadku di mulutnya. Pasrah menjadi satu-satunya pili-
han yang tak bisa dinegosiasi. Kupejamkan mata, lalu mulai menghitung sambil mengingat semua memori pahit yang pernah kulalui. Three… two…one… kltuk… blugh… tamat sudah perjalanan
hidupku. Si pengais mengu-
nyahku hingga lumat. Tidaak! Tubuhku bergelimang darah, hancur sedikit demi sedikit. Habislah sudah. Eh, tunggu dulu. Cairan merah mengalir di sekujur tubuhku.
Uuuurgh. Sakit sekali. Belum
MEJIKUHIBINIU
Oleh : Muslim Yoniki
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 22
sempat buka mata, blug, kaki si pengais yang nakal menyibakkan serpihan kayu di tanah hingga mengenaiku. Aku terpental ke
lubang kayu kecil di bawah akar pohon jati lainnya. Kemudian, tak sadarkan diri.
******** Perlahan-lahan kubuka mata
yang masih perih. Kugerakkan badan yang masih didera ke-letihan. Sakitnya tiada tara, remuk bak dihimpit pohon tum-bang. Perlahan, kulayangkan pandangan ke sekeliling pohon.
Aha! Aku masih ingat. Untung saja aku tidak amnesia setelah kejadian menegangkan itu. Teta-pi gua apa ini? Namun, aku san-gat bersyukur pada-Mu Ya Rabb!
Engkau masih memberikan kes-empatan untuk melihat pelangi
tujuh warna itu. Alhamdulillah, Engkau Yang Maha Pengasih, Engkau Yang Maha Penyayang. ―Sudah sembuh kawan?‖ Subha-nallah begitu lembut suaranya. Siapakah gerangan yang
menyapaku? Tapi aku belum mampu bergerak banyak. ―Tak apa kawan. Tak usah dipaksakan.‖ What? Suara ini berbeda 180 derajat dengan
yang sebelumnya. Dua suara yang memiliki genre berbeda.
Bagaikan aliran air yang mene-nangkan pikiran dengan suara motor tahun tujuh puluhan yang mengusik pikiran.
―Kemarin kami berdua melihat kejadian mengerikan itu. Kami sangat khawatir akan kesela-matanmu. Tapi kami tak punya kekuatan untuk menolong walau hanya sekedar menggigit.‖ Ya Rabb! Begitu indah suaranya.
Aku penasaran makhluk seperti apa dia? ―Untung ada dua pengais yang berebutan hingga paruh keduan-
ya berbenturan. Kamu pun ter-
lempar ke tanah. Cakaran kaki mereka yang kalang-kabut mem-porak-porandakan serpihan kayu dan mengenaimu, lalu kau terhempas ke gua ini. Sekali lagi maafkan kami yang tak bisa ban-yak membantu.‖ Bukannya pen-
asaran siapa yang mengucap-kannya. Malah aku terfokus dengan suaranya. Suram.
Alhamdulillah. Segala puji hanya bagi-Mu Ya Rabbal ‘Izzati. Engkau selamatkan nyawaku dan engkau anugerahkan aku dua teman baru lagi baik hati. Semo-ga ini awal dari kisah per-sahabatan kami bertiga.
Sampai detik ini, aku belum tahu keberadaan kedua orang tuaku dan kakak laki-lakiku. Kami terpisah saat hujan badai be-berapa minggu yang lalu. Aku
berharap bisa berkumpul kembali bersama mereka. Banyak hal yang ingin kutanyakan pada mereka. Cukuplah apa yang ku-punya saat ini. Maka, nikmat Tu-
han manakah yang kamu dustakan? Nikmat tak berbilang
agaknya mendapatkan dua orang teman yang halus pekertinya. Mataku berbinar. Aduh, men-dadak kepalaku pusing. Aku me-rasakan kantuk yang sangat. Ada percakapan sayut-sayut sampai, hampir tak terdengar sama
sekali. ―Lia… sudah waktunya kita pu-lang.‖ Persis suara lembut yang kudengar tadi. Namun, sebe-lumnya lebih anggun, opss..
menurutku.
―Oh tidaak… kenapa ia pergi be-gitu cepat? Padahal aku belum berkenalan atau pun melihat wajahnya barang sedetik. Jaaa…ng..aaa…n.‖ Lirihku. Mataku
kembali berulah, pusing serta kantuk tak karuan. Perlahan, lambat laun, mataku sangat berat. Tak kuasa lagi menahan pusing dan kantuk, aku pun tertidur kembali. Mungkin
dalam waktu yang cukup lama.
******** ―Hasta kawanku, terima kasih
banyak atas bantuanmu. Banyak
makna kehidupan yang kudapati darimu. Kamu sahabat terbaik yang pernah kumiliki.‖ Kupeluk erat tubuhnya yang sedikit licin. Maklum dia sejenis lumbriscus terestris dari cacing tanah.
―Hati-hati Rêve… selamat menempuh perjalanan yang lebih menarik di atas sana. Kuharap persahabatan kita tak lekang
terkena panas, tak pula lapuk terkena hujan.‖ Mata Hasta ber-linang. ―Insyaallah kawan.‖ Kupegang erat bahunya.
―Tak kan ku lupakan kebersa-maan kita, juga salammu pada Adelia.‖ Tambahku sambil menatap wajahnya dengan senyum lebar. Kemudian aku berjalan keluar.
―Cinta… kerja… harmoni…‖ Teriak lantang kami, sambil menggo-yang kepala ke kanan dan ke kiri. Beginilah nasib makhluk tak ber-
tangan, lambaian khas perpisa-han pun menjelma gelengan
kepala satu sama lain. Aku berjalan keluar, meninggal-kan gua yang menjadi saksi per-sahabatan antara Aku, Hasta, dan Adelia. Ya, ternyata nama makhluk yang berbeda genre
dengan Hasta itu adalah Adelia. ―Nama yang sangat cantik, se-cantik pribadinya.‖ Kata Hasta sahabatku. Walaupun belum pernah melihat wajahnya, tapi
aku yakin Hasta menilainya secara objektif.
Saatnya meninggalkan gua se-mentara waktu untuk memulai kehidupan baru. Tak lama me-langkah, sesosok laki-laki ber-
wibawa menyambutku. Ku ingat-ingat raut wajah itu. Ayaah! Son-tak kupercepat gerak tubuh ini. Lama sekali tak ku rasakan pe-lukan Ayahanda. Ternyata selama ini, Ayah dan
Ibu selalu mengkhawatirkanku dari atas pohon jati ini. Adelia pun diam-diam telah lama per-hatian kepadaku. Dia yang mem-beritahu Ayah kalau aku dirawat
di bawah akar pohon ini.
Berdua beriringan kami mendaki pohon jati yang cukup tinggi ini agar sampai ke tiga perempat-nya. Bayangkan saja, tingginya mencapai kurang lebih seratus lima puluh kaki. Bisa di-
“Militan, Inovatif, Terarah, Rancak, dan Aktual”
Edisi IV Th. XX 24 April –24 Mai 2013 23
perkirakan kami berdua akan mendaki setinggi seratus dua puluh kaki. Lumayan memakan waktu.
Dari Ayah aku mendengar ban-yak cerita menarik. Kisah tentang Ibu yang selalu memimpikanku dalam tidur nyenyaknya dan ka-kak laki-laki yang merindukan debat kusir denganku. Keduanya sedang dalam persemedian. Ten-
tang teman-teman Ayah, hy-blaela puera (jenis ulat yang ban-yak hidup di dedaunan pohon jati). Tentang semut-semut yang baik hati sebagai tetangga. Satu cerita yang tak kalah ro-
mantisnya, kisah saranghae Ayah dan Ibu. Mendengarnya langsung dari Ayah membuat hidupku se-makin bergairah. Kusimpan semua cerita itu dalam bungku-
san kalbuku. Special about my family.
Setelah asyik bercengkerama dan tertawa riang. Kami sampai di lubang tiga perempat pohon jati, lokasi yang kami jadikan gua tempat persemedian. Gua per-singgahan saat-saat penantian kami menyaksikan pelangi tujuh
warna. Aku melirik ke dalam gaa. Semuanya sudah terbungkus ra-pi. ―Ayah…‖ Panggilku pelan. ―Ya Rêve… mereka semua dalam
persemedian sebelum beralih ke dunia indah berikutnya. Paling
kanan Ibumu, di sebelahnya ka-kak laki-lakimu dan teman-teman keluarga kita.‖ Tutur Ayah seolah mengerti apa yang kumaksud. ―Adelia ada di sudut sana.‖ Tam-
bah Ayah sambil menatap wajahku. ―Ah Ayah bisa aja.‖ Responku malu dengan rona wajah memerah. ―Rêve masuk duluan ya, Ayah ada urusan sebentar sama teman
di ranting sana.‖ ―Tapi… Aku kan masih rindu Ayah.‖ Kataku protes. ―Ck.. ck.. ck..‖ Sambil geleng-geleng kepala.
―Cuman sebentar kok. Owh ya, di
dalam ada dedaunan segar, had-iah dari teman-teman semut. Kamu pasti lapar.‖ Tambah Ayah sambil tersenyum berbalik arah menuju ranting di depan gua. Aduh! Kenapa mataku berdebu begini. Astaghfirullah. Angin de-
bu! Aku harus segera ke dalam gua. Tapi, Ayah! Batinku beron-tak. Aku tidak mau kehilangan ayah. Bukan untuk kedua kali-
nya. ―Ayaaaah… Ayaaaaah.. Aaa..yaaah!‖ teriakku dari pintu gua sambil menatap fokus ke Ayah yang berada 150 cm di de-panku. ―Rêve! Ayah akan ke sana, tetap
tenang. Oke?!‖ Ayah meya-kinkanku. ―Rêve akan susul ke sana yah, Rêve nggak mau kehilangan Ayah.‖ Ucapku lantang. ―Ayah tau itu nak, makanya Rêve
tetap di sana. Kalau Rêve ke sini, kita berdua nggak akan selamat. Ayah percaya pada Rêve dan Rêve percaya pada Ayah. Oke?!‖ Ayah tetap tenang.
―Hikss.. hikss… Aa..ya..aaa…aaahh…‖ Tapi aku masih saja tak
kuasa menahan isak tangis. ―Rêve harus kuat nak! Harus op-timis! Jangan mudah menyerah! Ayah sangat mencintai Rêve, Ma-ma, dan kakakmu.‖ Wuuussshh… Angin semakin kencang dan tam-paknya kaki Ayah tak cukup kuat
untuk menahannya. ―Rêveeeee! Sampai ketemu di pelangi tujuh warna!‖ Ayah pun tergelincir lalu melayang bersa-ma gumpalan debu. ―Ayaaaaa…aaaa…aaaah.‖ Angin
kencang pun membuatku ter-lempar ke dalam gua sambil me-
nangis menahan rasa pilu. Entah bagaimana nasib Ayahku. Aku benar-benar merasakan ke-hilangan. ********
Sekarang saatnya melihat dunia dengan wajah baru, semangat baru, harapan baru. Kulihat lubang kecil dari dalam selimutku. Perlahan aku mulai mengoyak lubang itu. Sedikit demi sedikit kudorong diriku
keluar dari selimut tebal ini. ―Kamu harus bisa Rêve!‖ Terngiang pesan Ayahku.
Proses demi pros-
es berlalu dengan syahdunya. Aku harus bisa melewati saat-saat sulit ini. Per-lahan kurasakan cairan dari
tubuhku mengaliri sayapku, ku-rasakan fase pengokohan sendi-sendi tubuhku. Aku terus menco-ba melewati proses yang tinggal
sedikit lagi, demi momen yang indah, pelangi tujuh warna. Terus kudorong dan krusshh! Alham-dulillah! Akhirnya aku berhasil melewati proses dari Allah untuk membuat aku lebih kuat.
Aku mulai mengepakkan sayap yang baru saja mekar dan mele-bar ini. Cukup kuat untuk pen-erbangan perdana, destination pelangi tujuh warna. Kulirik sekitarku. Rupanya semua
selimut hangat sudah kosong. Aku tak sabar ingin bertemu dengan mereka, Ibu, kakak, dan Adelia. Tapi sebelum itu aku ha-rus saksikan impian pertamaku,
pelangi tujuh warna. Bergegas aku menuju gerbang
gua yang diintip mentari pagi. Aku ucapkan basmalah sambil menari-nari keluar goa. Ya Rabb! Begitu indah dan menakjubkan segala yang Engkau ciptakan. Waktunya menuju first destina-tion. Aku terus mengepakkan
sayap indahku sambil me-mandangi alam hijau penuh kedamaian. This is my dream! Di atas lautan warna-warni itu, aku terkesima, terdiam seribu baha-sa. Betapa elok dan cantiknya.
Ribuan bunga dengan perbedaan corak dan warna nan unik.
Sungguh menawan dan mem-pesona. Aku sadar, inilah tujuan hidupku sebenarnya. Kenapa aku berada di atas bumi ini. Dan inilah aku,
makhluk cantik yang akan selalu bersahabat dengan bunga, saling menghidupi satu sama lain. Beta-pa menakjubkan perpaduan da-lam ragam warna mejikuhibiniu.