Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

8

Click here to load reader

description

This articles told about Eco village system in Bandung Regency. Eco Village in our daily life is so important. Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita.

Transcript of Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

Page 1: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province
Page 2: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 1

Iwang, Fasilitator Ecovillage dan Narasumber

Talkshow Ecovillage Kec. Kertasari

Antusiasme kader Ecovillage yang sangat tinggi

dalam mengikuti acara Talkshow Ecovillage

Talkshow Ecovillage Kecamatan Kertasari

“Daerah Pegunungan Kok Banjir !”

Pada tanggal 22 Mei merupakan hari

pertama Talkshow Ecovillage menuju Citarum

Bestari bersama Badan Pengelolaan Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

Bertempat di Lapangan Volly Desa Sukapura,

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Tema

yang diangkat dalam Talkshow tersebut adalah

Perlindungan Mata Air.

Narasumber yang hadir dalam pencangan

Talkshow Ecovillage menuju Citarum Bestari

2014 adalah Perum Perhutani, Kehutanan yang

diwakilkan, Kepala Desa Sukapura, Kabid

Konservasi SDA dan Mitigasi Bencana BPLHD

serta Fasilitator Kampung Berbudaya Lingkungan

(Ecovillage).

Iwang selaku Fasilitator Ecovillage

menyampaikan bahwa Ecovillage membentuk

kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap

lingkungan. Untuk mencapai lingkungan beresih,

sehat, indah dan lestari (Bestari) harus adanya

sinegritas masyarakatnya itu sendiri. “Janteunkeun

ieu ruang (Ecovillage) pikeun kontribusi

kahirupan urang sadaya, pikeun ngajaga

lingungan,” jelas Iwang.

Permasalahan demi permasalahan

disampaikan oleh masyarakat Kecamatan

Kertasari selama Talkshow berlangsung. Salah

satunya seperti yang disampaikan oleh Adang

Agus Setia. Permasalahan yang menimpa

Kecamatan Kertasari adalah banyaknya

penjarahan hutan oleh masyarakat kaya, tanah kehutanan dijadikan perkebunan kentang, bawang

merah dan lainnya namun tidak menggunakan

terasering yang baik dan benar. Sehingga setiap

kali hujan di daerah pegunungan tersebut

mengalami banjir leutak (lumpur).

Selain masalah diatas ada juga masalah

yang disampaikan oleh Imas Salamah selaku ibu

kader Desa Sukapura. Imas menyampaikan bahwa

bayaknya penebangan pohon Kina yang

merupakan identitas masyarakat Kertasari dan

Pangalengan kini semakin berkurang. Perkebunan

Kina dirusak oleh masyarakat yang tidak

bertanggung jawab untuk dijadikan lahan

perkebunan. Sehingga hutan menjadi gundul.

Kesadaran masyarakat untuk menjaga alamnya

semakin berkurang, kini masyarakat memilih

hidup instan untuk memperkaya diri mereka

masing-masing. Mereka merusak alam yang

seharusnya mereka jaga.

Suasana Talkshow Ecovillage Kec. Kertasari

Page 3: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 2

Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si. Kabid Konservasi

SDA dan Mitigasi Bencana, BPLHD Provinsi Jawa

Barat

Talkshow Ecovillage Kecamatan Pacet yang

diselenggarakan di Desa Cipeujeuh Kecamatan

Pacet

Selain adanya penyampaian masalah-masalah yang menimpa Kertasari ada juga

masyarakat yang menyampaikan apa yang

seharusnya masyarakat lakukan untuk menjaga

alam Kertasari. Yaitu yang disampaikan oleh Ade

Juhana yang berasal dari Desa Cihawuk. Ade

mengatakan bahwa untuk mencapai program yang

diadakan oleh pemerintah yaitu perinsip otak

masyarakat yang harus dibangun terlebih dulu.

Keluhan masyarakat tersebut ditanggapi

oleh para narasumber yang hadir. Seperti yang

disamikan oleh Erlan Herlan selaku perwakilan

Perhutani bahwa untuk menangani permasalahan

yang menimpa Kecamatan Kertasari saat ini tiada

lain harus melindungi mata air. Erlan mengatakan

perlindungan mata air saat ini hukumnya wajib

untuk dipertahankan dan harus dijaga pula. Untuk

melindungi mata air saat ini tiada lain masyarakat

harus menjaga kondisi hutan yang ada.

Mengubah sikap masyarakat untuk

membangun kampung berbudaya lingkungan

(Ecovillage) adalah tujuan utama kelompok

Ecovillage. Kegiatan Ecovillage yang ditangani

oleh BPLHD ini bertujuan untuk membangun

mindset masyarakat agar sadar lingkungan. Kita

jaga alam, alam jaga kita. Ecovillage merupakan

suatu wadah untuk mengembalikan budaya yang

hilang. Yaitu Budaya jaga lembur.

“Ecovillage ini bertujuan untuk

membangun mindset masyarakat, budaya yang

hilang harus dikembalikan kembali. Seperti

leuwung pek kaian, gawir pek awian, walungan

pek ruwateun,” jelas Dewi selaku Kabid

Konservasi SDA dan Mitigasi Bencana BPLHD

Provinsi Jawa Barat. (pspbplhd).

Talkshow Kecamatan Pacet

“Harus Adanya Hubungan Lahir Batin!”

Talkshow Ecovillage (kampung berbudaya

lingkungan) yang ke tiga bertempat di Lapangan

Bola Cipejeuh, Desa Cipeujeuh, Kecamatan Pacet

Kabupaten Bandung. Tema dalam Talkshow

tersebut adalah Penanaman Pohon Berbasis

Masyarakat. Kecamatan Pacet memiliki lahan

hutan rakyat seluas 1.700 Ha dan 1.200 lahannya

mengalami kritis akut, sehingga mengajak

masyarakat untuk lebih peduli terhadap alam

sekitar khusnya menjaga penggundulan hutan

dengan cara menanam pohon sejak dini. Menanam

pohon merupakan salah satu tindakan yang harus

dilakukan untuk keberlanjutan lingkungan.

Seluruh lapisan masyarakat harus prihatin

dengan kondisi alam saat ini. Begitu banyak

penebangan pohon secara liar sehingga

menyebabkan kawasan Pacet mempunyai lahan

kritis yang sangat memprihatinkan. Itu semua

harus menjadi perhatian seluruh lapisan

masyarakat. Erik selaku Fasilitator mengatakan

pacet memiliki begitu banyak lahan kritis yang

belum terakomodir berbasisi penanaman pohon

keras. Kesadaran masyarakat pun masih tergolong

rendah untuk menjaga lingkungan.

Page 4: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 3

Peserta Riungan Warga Ecovillage Desa

Mekarwangi Kecamatan Ibun

Untuk menjaga hutan yang berada di

kawasan Pacet Ali selaku Direktur Utama BUMN

Hijau Lestari menjelaskan, bahwa sudah 5 tahun

menjalankan program pengelolaan hutan rakyat.

Dari tahun 2009 sampai sekarang sudah 3 juta

pohon yang sudah ditanam. “Karena Betapa

pentingnya penghijauan dan membangkitkan

semangat masyarakat dalam menjaga alam” tutur

Ali menambahkan.

Penanaman pohon di daerah Pacet ini

sedang gencar di lakukan oleh berbagai pihak dan

dinas yang berkaitan. Dalam satu tahun terakhir

Camat Pacet menjelaskan banyak sekali bantuan

yang datang untuk mengembalikan lahan kritis.

Dalam 5 bulan yang lalu masyarakat Pacet

mendapatkan bantuan 80.000 bibit pohon dari

Kodam Siliwangi. Setiap tahunnya M. Isaq selalu

mengajak masyarakat untuk menanam pohon di

tiap-tiap Desa.

Masyarakat yang ingin melakukan

penanaman pohon dan tidak bingung harus minta

kemana mencari bibit pohon. Tidak usah sungkan

atau ragu ajukan saja propsal ke dinas kehutanan.

Bibit pohon tersebut bisa didaptkan secara gratis

untuk kelompok tani dan swasta. Mari wujudkan

Pacet menuju penghijauan. Penanaman bibit

pohon tersebut akan didampngi oleh dinas yang

berkaitan selama 3 tahun, untuk melihat

perkembangan sejauh mana penanaman pohon

tersebut berlangsung.

Adapun pesan yang disampaikan oleh

Dedi selaku ketua komunitas adat Cikondang,

Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan. Bahwa

setiap individu harus menjaga alamnya dari tiga

aspek yakni harus peka terhadap benda yang

cicing (hutan) dan yang nyaring (hewan). Serta

selaku manusia yang berakal harus eling (sadar)

terhadap lingkungan.

Selain semua pihak harus bersama-sama

mewujudkan Citarum Bestari. Juga harus adanya

hubungan lahir batin untuk mewujudkan Citarum Bestari. Itulah pesan yang disampaikan oleh Ali

sebagai narasumber dalam Talkshow Ecovillage

untuk seluruh masyarakat.

Bank Sampah Pada Dasarnya

Bertujuan untuk Mencerdaskan

Masyarakat

Riungan ke-6 (11/8) di aula kantor Desa

Mekarwangi, Kecamatan Ibun mengangkat tema

mengenai apa itu Bank Sampah. Tema tersebut

disampaikan oleh narasumber Deni Riswandani

dan. H. Tarna selaku Fasilitator Kecamatan Ibun

dan Majalaya. Penyampaian materi kepada 20

relawan Ecovillage dan aparat Desa yang ikut

serta dalam riungan berlangsung seru.

Untuk penyampain materi Bank Sampah

dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama

penyampaian teori, kedua simulasi dan ketiga

praktek. Pemaparan teori mengenai Bank Sampah

telah membuka wawasan para kader Ecovillage.

Contohnya setiap kader bisa mengetahui 3R

(Reduce, Reuse, and Recyle). Reduce adalah

mengurangi penggunaan bahan-bahan yang susah

diuraikan seperti kantong plastik, dll. Reuse

adalah menggunakan kembali barang-barang yang

masih dapat digunakan. Dan Recyle adalah

Page 5: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 4

Diskusi yang dilakukan oleh kelompok pada

riungan warga Ecovillage

Deni Riswandani,

Narasumber dalam

Riungan Warga Ecovillage

Desa Mekarwangi

Tintin (42) ketua kader

Ecovillage Desa

Mekarwangi

mendaur ulang kembali seperti botol-botol,

kaleng-kaleng dll untuk digunakan kembali.

Setelah penyampaian teori maka diadakan

simulasi pembentukan Bank Sampah untuk di

Desa Mekarwangi. Dalam simulasi tersebut para

kader Ecovillage di bagi enjadi 3 kelompok.

Yakni kelompok rumah tangga (Nasabah) yang

menghasilkan sampah, pengangkut dan angkutan

sampah dari masyarakat (Depkolektor) dan

pembentukan penangung jawab Bank Sampah itu

sendiri. Pembentukan simulasi berlangsung seru,

setiap anggota berperan aktif dalam pembentukan

Bank Sampah di Desa Mekarwangi.

Setiap kelompok melakukan diskusi untuk

mengetahui tugasnya masing-masing. Barang apa

yang dibutuhkan hingga pembahasan dana untuk

membangunan Bank Sampah di Desa

Mekarwangi. Setelah melakukan diskusi dalam

kelompoknya, maka setiap kelompok pun

mempresentasikan hasil diskusi sehingga

menghasilkan mufakat bersama

Struktur organisasi dalam pembentukan

Bank Sampah di Desa Mekarwangi ini seperti

bank-bank pada umumnya. Seperti adanya

General Manager (GM), Depkolektor, dan

Nasabah. Sehingga membuat para kader

Ecovillage mudah untuk menyampaikan

pemahaman mengenai apa itu Bank Sampah

terhadap masyarakat.

Untuk mengetahui apa maksud dan tujuan

tema Bank Sampah yang disampaikan oleh

fasilitator. Deni mengatakan bahwa budaya

membuang sampah sembarang sangat melekat di

kehidupan masyarakat sehari-hari. Adanya Bank

Sampah pada dasarnya bertujuan untuk

mencerdaskan masyarakat dan dengan adanya

Bank Sampah sebagai sarana untuk meningkatkan

ekonomi masyarakat. “Tema pembentukan Bank

Sampah disetiap Desa tiada lain untuk

mencerdaskan masyarakat, karena saat ini budaya

buang sampah

sembarangan masih

sangat melekat di

kehidupan

masyarakat. Apabila

di Indonesia ini setiap

di setiap desanya

memiliki Bank

Sampah, maka

Indonesia akan

terhindar dari banjir

dan masalah

lingkungan lainnya”,

jelas Deni.

Tintin (42) selaku ketua kader Ecovillage

Desa Mekarwangi mengatakan bahwa materi

pembentukan Bank Sampah ini sangatlah

berharga. Karena telah membuat Tintin dan

relawan lainnya mendapatkan wawasan baru

mengenai cara menangani

permasalahan sampah.

Sampah kini bukan lagi

masalah, tapi sampah juga

sebagai penunjang

ekonomi. “Tema riungan

tentang apa itu Bank

Sampah yang disampaikan

oleh Kang Deni, membuat

saya bersyukur karena kini

saya jadi tahu cara

Page 6: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 5

Praktek Pembuatan Lubang Biopori

Peserta Riungan Warga Ecovillage Desa

Sukamantri, Kecamatan Paseh

Ode, Kepala Desa

Sukamantri Kec. Paseh

memilah-milah sampah dan lain sebagainya. Pada

dasarnya membuat saya dan teman-teman menjadi

banyak tahu dan menambah wawasan baru bagi

saya”, ujar Tintin

Acara ketiga merupakan praktek

pembentukan Bank Sampah. Selain pembentukan

Bank Sampah setiap kader Ecovillage belajar

membangun resapan Biopori. Praktek pembuatan

resapan biopori didampingi oleh bpk. H. Tarna.

Praktek tersebut dilakukan di halaman kantor

Desa Mekarwangi. (pspbplhd).

Jangan Mezholimi Alam, Karena

Manusia Rohmatan Lil alamain

Riungan warga (13/8) di Desa Sukamantri

Kecamatan Paseh merupakan riungan terakhir.

Kelomok Ecovillage di Desa Sukamantri

melaporkan beberapa masalah yang ada di Desa

kepada kepala Desa Ode Rahman Hakim.

Beberapa permasalahan diantaranya lahan milik

pribadi semakin berkurang, kurangnya sumber

mata air, 6 RW di Desa Sukamantri berlangganan

Banjir.

Untuk mewujudkan Citarum yang bersih,

sehat, indah dan lestari BPLHD Provinsi Jawa

Barat membetuk kelompok kampung berbudaya

lingkungan (Ecovillage). Ecovillge dibentuk tiada

lain untuk mengubah prilaku masyarakat agar

sadar lingkungan. “Bahwa harapan utama

terhadap kelompok Ecovillage tiada lain bisa

mengajak masyarakat untuk mengubah prilaku

sadar terhadap lingkungan” jelas Didin selaku

fasilitator Desa Sukamantri.

“Tugas manusia di dunia ini tiada lain

adalah untuk bisa menjaga alamnya.

Sesungguhnya manusia itu rohmatan lilalamin.

Barang siapa yang merusak alamnya

sesungguhnya dia telah

menzholimi alamnya

menuju kehancuran” jelas

Ode selaku Kades Desa

Sukamantri. Program yang

ada di kelompok

Ecovillage memiliki

hubungan erat dengan

program desa. Sehingga

membantu desa dalam

mengidentifikasi masalah-

masalah lingkungan dan

menyatukan masalah perbaikan.

Elis Listia (54) salah satu kader Ecovillage

mengatakan selama dia berada di kelompok

Ecovillage telah memberinya banyak ilmu dan

pengetahuan dalam menjaga alam. Materi

Page 7: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 6

Peserta Riungan Warga Ecovillage Desa Santosa,

Kecamatan Kertasari

Drs. M. Hasbulloh,

narasumber Riungan

Warga Ecovillage Desa

Santosa

pengetahuan dan pengalaman yang didapat dalam

riungan telah membuat Elis paham dan tahu

mengenai kondisi alam saat ini. Apalagi masalah

yang ada di Desa Elis yaitu kurangnya sumber

mata iar bersih akibat dari penggundulan hutan.

(pspbplhd).

Masalah Sampah Tidak Ada Ujungnya

“Mengatasi sampah itu mudah dikatakan,

namun susah untuk diimplementasikan”, jelas

Igor Darojatun selaku Kepala Desa Santosa

Kecamatan kertasari.

Riungan ke 8 atau terakhir (14/8) di

Madrasah Diniah, Nurul Iman Desa Santosa

Kecamatan Kertasari. Materi yang disampaiakn

oleh Ustad Drs. M. Hasbulloh adalah mengenai

praktek pengolahan sampah dengan sistem pilah

atasi sampah dengan tuntas. Para kader Ecovillage

begitu antusias dalam mendengarkan materi yang

disampaikan oleh narasumber.

Sebelum penyampaian materi oleh ustad (

Red.sebutan akrab Drs. M Hasbullah). Saefullah

selaku fasilitator Desa Santosa mengajak para

kader Ecovillage dalam game hipnoterapi yang

bersifat melatih konsentrasi setiap peserta riungan.

Yang bertujuan untuk mengajak para kader lebih

fokus dalam menerima materi yang disampaikan

oleh narasumber. Hipnoterapi tersebut membuat

seluruh kader merasa lebih rilek dan siap untuk

menerima materi.

Karena sebenarnya peradaban modern saat

ini telah membentuk masyarakat bergaya hidup

instan. Dengan gaya hidup instan tersebut pola

prilaku masyarakat pun menjadi instan. Kebiasaan

masyarakat saat ini pada umumnya bukan berarti

membuang sampah melainkan hanya

memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat

lain. Pola prilaku pemindahan sampah tersebut

harus diubah. Masyarakat harus bisa memilah-

milah samapah, mana sampah organik dan

unorganik.

Sampah unorganik

(plastik, botol botol, dll)

jangan di buang

sembarangan karena bisa

menghasilkan nilai

ekonomi. Sedangkan

sampah unorgnaik bisa

dijadikan kompos yang

bisa digunakan sebagai

pupuk. Untuk

permasalahan sampah

unorganik Desa Santosa

telah memiliki kerjasama

dengan Bank Sampah

yang berada di Pangalengan. Kegiatan operasi

bersih lingkungan pun sudah dilakukan.

Program Ecovillage yang menjadi fokus

utama adalah membangun karakter masyarakat.

Harapan Igor selaku kades Santosa semoga

program Ecovillage ini masyarakat kami

(Red.Desa Santosa) untuk lebih peduli terhadap

lingkungan kami. Para kader Ecovillage yang 20

orang semoga bisa mengajak masyarakat dan

menjadi contoh. (pspbplhd).

Page 8: Edisi 3 Warta Ecovillage BPLHD West Java Province

W A R T A E C O V I L L A G E | 7

Nani (34) Kader

Ecovillage Desa

Sukamanah, Kec. Paseh

Iwan (36)

Pendamping Lokal

Ecovillage Desa

Sukamanah

Pendidikan Merupakan Modal Utama

dalam Meningkatkan Perekonomian

Masyarakat

Riungan warga kelompok Ecovillage di

Desa Sukamanah Kecamatan Pacet (13/8). Materi

yang disampaikan oleh narasumber Didin

Komarudin adalah mengenai kemiskinan.

Mayoritas masyarakat di Desa Sukamanah bekerja

sebagai buruh pabrik dan menjadi pedagang kaki

lima.

Nani (34) salah

satu kader Ecovillage

mengatakan para buruh

pabrik yang ada di

desanya berpenghasilan

sangat minim. Dalam

satu minggu para buruh

hanya mendapatkan Rp.

280.000,00 itu pun

kalau dikalkulasikan

sama kerja lembur.

Kurangnya pendidikan

menyebabkan

masyarakat yang berada di Desa Sukamanah

menjadi buruh pabrik kang Haji (Kang Haji:

sebutan untuk para pengusaha ).

Penyampaian

materi kemiskinan oleh

narasumber tiada lain

bertujuan untuk

membangkitkan

masyarakat dalam meraih

pendidikan yang lebih

tinggi. Karena pendidikan

merupakan modal utama

dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat.

Karena dengan

menyenyam bangku

sekolah setidaknya bisa mebaca, menulis dan

berhitung.

Dengan adanya pembentukan kelompok

Ecovillage di Desa Sukamanah telah membuka

pikiran sebagian masyarakat untuk sadar

lingkungan. Meskipun memerlukan proses yang

cukup lama. Iwan (36) selaku pendamping lokal

menjelaskan bahwa di Desa Sukamanah ini

padat penduduk. Sehingga sampah yang

didapatkan dalam sehari-harinya pun sangat

banyak. Kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan pun sangat rendah.

“Desa Sukamanah ini padat penduduk,

sehingga sampah rumah tangga yang dihasilkan

pun sangat banyak. Untuk saat ini kesadaran

masyarakat pun masih sangat kurang”, tutur Iwan.

Didin menjelaskan bahwa kemiskinan itu

harus di dobrak. Karena lingkaran kemiskinan itu

merupakan lingkaran setan yang tiada akhirnya.

Diharapkan untuk generasi muda Desa

Sukamanah untuk mengenyam pendidikan yang

sudah ditentukan pemerintah. Sehingga bisa

bersaing untuk dimasa yang akan datang.

(pspbplhd).

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

Provinsi Jawa Barat

Tim Penyusun

Ketua :

Ir. Hj. Dewi Nurhayati, M.Si

Anggota :

Nita Nilawati Walla, S.P

Papa Samrotul Puadah

Desain dan Tataletak :

M. Rezha Sofiyana, A.Md

Jl. Naripan No. 25 Bandung

www.bplhdjabar.go.id

[email protected]

[email protected]