Edisi 19 Oktober 2012

12

description

Edisi 19 Oktober 2012

Transcript of Edisi 19 Oktober 2012

  • 19 OKTOBER 2012 | NOMOR 40

    089966272XXXSelamat siang pak, kami perkumpulan remaja , tolong ya pakkami ingin bekerjatapi jangan ijaza SMU nya di tahan, kami bukan bekerja untuk main main tapi kami ingin serius dan bisa orang tua kam. Xekian dan terima kasih

    0879915XXXKepada Yth, Bapak Gubernur Sumatera Selatan.Assalam Mualaikum Wr Wb. Pka gubernur yang terhormat, pak tolong dong buat lapangan kerja yang bermutu agar seluru masyarakat sumsel khususnya kota Palembang dapat hidup dengan sejahtera.

    08217703XXXXKepada Yth Kepala Dinas PU Kota Palembang Pak kami mintak tolong agar kiranya jalan kami di KH.Balqi Sudah rusak parah apalagi kalau mobil molen yang massuk ngecor gang disekitar sealama ini masayarakat benar ke jalan dengan car swadayakemana dana pemeiliharaan yang ada?

    08217803XXXKepada Yth. Bapak Kapolresta Palembang.Pak mohon di tindak Anggota Satlantas yang ngepos di Depan IP (International Plaza), karena mereka suka cari cari kesalahan pengendara bukan menjalankan

    tugas. Wassalam. Bravo Polisi..

    08566930XXXXKepada Yth. Bapaka PimpinaN pln Wilaya Ampera.Pak kami mohon jangan memadamkan listrik saat kami sedang menunaikan sholat magrib, apa lagi sampai berkali-kali, itu artinya sengaja.Kepada Yth, Bapak Gubernur Sumatera Selatan. Pak Mohon di tegur Pimpinan PLN SU 1yang sering memadamkan Listrik secara mendadaksampai berulang kali, kamiw arga 15 ulu banyak barang elektronik kami yang rusak.

    0898215XXXKepada Yth Bapak Anggota Dewan. Pak tolong tegur PLN karena sering memadamkan listrik saat warga sedang lagi melaksanakan sholat magrib.

    583843XXXKepada Yth. Bapak Pemerintah Kota PalembangPak mungkin aku perkenalkan dulu siapa aku, Aku ni anak dari M .Nur, ayah aku anak dari Ishak Salami (Mang Haq). Aku ada keluhan soal tanah yang ada peninggalan dari kakek aku (Mang Haq)soalnyo samping kiri tempat kami tinggal sedang ada pembuatan gedung, tapi sudah beberapa kali di mintak untuk

    tidak melakukan penggalian tetapi masih tetap dilakukan, sedangkan aku sudah melakukan upaya untuk menjelaskan kepada yang bekerja jangan mengambil atau memakai tanah yang ada mana yang sudah aku tunjukan , tetapi masih dilakukan. Jadi bagaimaan pakjalan keluarnya. Sedangkan aku ni perna menandatangani kontrak dengan KONI Sumsel untuk PON 2004, di gagalkan oleh tidak inginnya aku ikut dalam PON pada waktu itu dengan jalan halus. Aku mintak maaf jika ada kesalahan kata-kata dan mohon bantuannya bapak atau ibu pemerintah kota Palembangatau Provinsi Sumsel.

    NARKOBA makin tak bisa diberangus. Ironisnya, SBY justru mengeluarkan statement soal penghapusan hukuman mati terhadap gembong narkoba. Lebih mengejutkan lagi mendengar statement Menlu Marty Natalegawa yang mengatakan bahwa ada peningkatan tajam negara-negara yang menghapus hukuman mati dari hukum nasionalnya. Menurut data yang dikoleksinya, pada tahun 1977, 19 negara telah menghapus hukuman mati. Kemudian pada 2010, sebanyak 96 negara menghapus hukuman mati. Bahkan 140 dari 193 negara anggota PBB telah menghapus hukuman mati (melakukan moratorium/red). Detailnya, 97 negara menghapus hukuman mati, 8 negara menghapus hukuman mati untuk kasus khusus, 35 negara melakukan moratorium, dan 58 negara termasuk Indonesia masih memberlakukan hukuman mati.

    Bisa jadi, pemberian grasi kepada terpidana mati narkoba oleh Presiden SBY mungkin adalah salah satu strategi untuk menggelontorkan isu baru agar bisa lebih mencuat. Ada pihak-pihak tertentu yang sengaja meredam pokok isu yang sebenarnya. Strateginya, adalah mencuatkan isu kecil yang dianggap besar, jika isu kecil yang bisa berdampak besar hanya disikapi biasa-biasa saja oleh publik, artinya isu yang tadinya hanya sebatas isapan jempol justru dapat dijadikan tujuan yang sebenarnya, yaitu mengalihkan suatu kasus yang besar. Ini masalah klasik, semua orang tahu, bahkan seorang penarik becak pun mengetahuinya. Misal, isu soal pemberangusan kasus besar yang menggasak pejabat besar.

    Dikerdilkannya institusi KPK karena telah berani mengusik kasus korupsi simulator SIM yang disinyalir telah melibatkan beberapa pejabat tinggi, menyebabkan Mabes Polri menjadi gerah. Hal inilah barangkali yang menyebabkan isu-isu baru bermunculan untuk menenggelamkan kasus yang sebenarnya.

    Terkait statement SBY baru-baru ini, MUI pun angkat bicara. Koordinator harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin sangat menyayangkan keputusan Presiden SBY yang telah memberikan grasi dan Mahkamah Agung (MA) yang membebaskan gembong narkoba. Ma'ruf menilai hukuman mati tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan UUD 45.

    MUI sudah mengeluarkan fatwa bernomor 10/munas-VII/MUI/14/2005, bahwa negara boleh menjatuhkan hukuman mati dalam tindak pidana tertentu.

    Seperti diketahui, Hakim Agung Imron dan Achmad Yamanie membatalkan hukuman mati pemilik pabrik ekstasi, Hengky Gunawan, dan mengubahnya menjadi 15 tahun penjara. Selain itu, Imron juga membatalkan vonis mati kepada warga Nigeria Hillary K Chimezie, pemilik 5,8 kilogram heroin dan mengubah hukumannya menjadi penjara 12 tahun.

    Yang tak kalah mencengangkan adalah Hakim Agung Brigjen TNI (Purn) Imron Anwari Cs yang telah membebaskan bandar narkotika jenis sabu-sabu, Naga Sariawan Cipto Rimba alias Lion-liong, dari hukuman 17 tahun menjadi hukuman bebas.

    Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsuddin justru mengatakan hanya empat permohonan yang berasal dari terpidana mati kasus narkoba. Dan tak satu pun yang gembong narkoba, rata-rata mereka hanya kurir.

    Seperti diketahui, sebelumnya, Presiden telah memberikan grasi berupa pembatalan hukuman mati Deni Setia Maharwan alias Rapi Mohammed Majid dan Merika Pranola alias Ola alias Tania.

    Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi di Republik Indonesia?

    Hanya satu jawaban, yaitu ketegasan.

    Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan: Van Duvil. Pemimpin Redaksi: Doni. Redaktur Pelaksana: Abbas Sani Adham. Redaktur: Adam, Doni. Reporter: Aji Y.K Putra, Iir Sugiarto, Andriansyah Muba: Wahyu Kurniawan, Herry Kepala Bagian Desain & Layout: Adam. Desain & Layout: Rudy Kurniawan, Choirul Adiansyah, J Jefry LG Kepala Bagian IT: Egi Saputra. Kepala Bagian Iklan: Aseh. Account Executive: Endang, Amir Hamzah, Muhammad Ridwan. Keuangan: Sri Maryati. Kepala Bagian Pemasaran & Sirkulasi: Kemas Nureffendy. Sirkulasi: Edi Sahromi, Apriansyah Wijaya. Alamat Redaksi: Jl. Brigjend H.M. Dhani Effendy (Jl. Radial) No. 2880, Palembang. Telepon: 0711-3267123 , Faksimile: 0711-371357. Telepon Iklan: 0711-3267123. Pencetak: PT Sumeks Intermedia. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Telepon Pengaduan: Redaksi 0711-8881471 (Sdr Adam), Iklan: 085764428342 (Sdr Aseh), Pemasaran: 081623323355 (Sdr Kemas).

    WARTAWAN SURAT KABAR HARIAN UMUM KORAN LOKAK NAMANYA TERTERA DALAM BOX REDAKSI DAN SELALU DIBEKALI KARTU ID PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MEMINTA ATAU MENERIMA IMBALAN DALAM BENTUK APAPUN.

    LAPORKAN JIKA ANDA MENEMUI WARTAWAN SURAT KABAR HARIAN UMUM KORAN LOKAK YANG MENYIMPANG KE NOMOR 0711-8881471

    TERBIT TIAP HARISENIN - SABTU

    Narkoba Lagi, Lagi Narkoba

    EJARAH peradaban diwarnai oleh Sberbagai

    pembantaian buku di berbagai ruang. Pembantaian buku dilakukan rezim penguasa dengan dalih stabilisasi dan penjernihan pikir manusia di ruang publik. Buku-buku yang mengancam kemapanan penguasa dilarang terbit, dibakar, maupun dibumihanguskan. Sejarah kusam atas nasib panjang perjalanan buku ini menghiasi berbagai catatan sejarah lintas zaman. Rezim penguasa dengan mudah membantai buku dengan instruksi dan dalil hukum yang dilakukan untuk memberangus peredaran buku. Kitab-kitab penting yang membantu pencerahan pikir manusia di berbagai fase zaman menjadi korban karena menyuarakan kebenaran yang pahit: penulis dan karya yang dihasilkan jadi minoritas yang terpinggirkan.

    Namun, tak semua pembantaian buku menghadirkan ajal bagi teks dan penulisnya. Buku yang disensor adalah buku yang mendapatkan penghargaan iklan gratis secara masif. Dalam catatan sejarah, sensor dan pelarangan karya intelektual adalah bumerang bagi kemapanan penguasa.

    Sensor buku menjadi ironi di tengah era kebebasan informasi. Indonesia dewasa ini juga dipayungi mendung hitam pelarangan buku. Kejagung melarang lima buku melalui Keputusan Jaksa Agung Nomor Kep-139-143/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 dan Instruksi Jaksa Agung RI Nomor: INS-(002-006)/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009. Lima buku itu adalah Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto (John Roosa, diterbitkan Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta

    Mitra), Suara Gereja bagi Umat Penderitaan Tetesan Darah dan Cucuran Air Mata Umat Tuhan di Papua Barat Harus Diakhiri (Socratez Sofyan Yoman, diterbitkan Reza Enterprise), Lekra Tak Membakar Buku Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 (Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan, diterbitkan Merakesumba Lukamu Sakitku), Enam Jalan Menuju Tuhan (Darmawan, diterbitkan Hikayat Dunia), dan Mengungkap Misteri Keragaman Agama (Syahruddin Ahmad, diterbitkan Yayasan Kajian Alquran Siranindi).

    Berdasar catatan lembar sejarah, kejaksaan sudah beberapa kali melarang peredaran buku. Pada 2006, kejaksaan memeriksa dan mengawasi buku Menembus Gelap Menuju Terang 2, Atlas Lengkap Indonesia (33 Provinsi) dan Dunia, serta Aku Melawan Teroris. Pada 2007, kejaksaan melarang peredaran sejumlah buku pelajaran sejarah untuk sekolah. Alasannya, antara lain, tidak menyebutkan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 1948 dan hanya memuat keterlibatan G 30 S tanpa menyebut PKI pada 1965. Pelarangan buku merupakan mimpi buruk yang terus berulang bagi pembaca dan manusia

    Indonesia.Buku-buku yang

    mengungkap catatan terpendam pada masa awal kemerdekaan dan era Soeharto susah untuk menemukan gelanggang. Buku-buku bernada PKI, guncangan kuasa, dan konflik kuasa masa awal kemerdekaan masih dianggap membahayakan stabilitas kuasa masa kini. Imajinasi manusia Indonesia sedang diuji oleh catatan-catatan masa silam.

    Buku-buku tentang PKI-Lekra menjadi memoar untuk mengungkap kesaksian dan fakta sejarah. Buku yang dianggit Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan hasil riset atas lembar kebudayaan Harian Rakjat, membuka celah kesaksian atas perjalanan Lekra dalam panggung politik dan kebudayaan negeri ini. Buku itu merupakan kajian atas 15 ribu artikel di Harian Rakjat pada kurun April 1950-Oktober 1965. Namun, pemegang kuasa masih sensitif atas buku-buku bertema PKI-Lekra. Sensitivitas dan prasangka ini seolah menutup pintu bagi hadirnya fakta baru yang menyusun historiografi Indonesia modern.

    Sejarawan Dr M. Syafi'i Ma'arif pada endorsment buku itu menulis, ''Di era Demokrasi Terpimpin (1959-1965), langit kebudayaan Indonesia

    dikuasai oleh Lekra dengan mengusung panji-panji agar semuanya diabdikan untuk mencapai tujuan revolusi yang belum rampung. Buku ini telah mencoba mengungkap kembali apa sebenarnya yang terjadi di era yang sarat gesekan itu.'

    Sensitivitas memori masa silam atas sejarah Indonesia menutup pintu terhadap pembacaan dan tafsir ulang. Imajinasi manusia Indonesia masih diselimuti kabut tebal dengan informasi miskin atas catatan sejarah yang dipanggungkan di ruang publik. Pelarangan buku dengan fondasi hukum Kejaksaan Agung menjadi ironi bagi proyek pencerdasan manusia Indonesia.

    Relasi buku dan penguasa menghasilkan ketegangan serta kompromi sekaligus. Ketegangan hadir ketika penguasa tak memberikan ruang kepada penulis dan buku untuk menafsirkan ulang fakta sejarah. Buku dilarang terbit, dibakar, dan diberangus dari ruang publik. Pramoedya Ananta Toer adalah saksi egoisme rezim penguasa yang mengancam kebebasan intelektual dan keterbukaan informasi. Sastrawan ini merasakan sakit hati dan tragedi ketika buku-bukunya diberangus, disita, dan dilarang terbit.

    Buku Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik

    Skandal Bank Century (2009) hadir untuk memberi pertanyaan bagi manusia Indonesia yang suntuk dengan kasus korupsi tiada akhir. Skandal hukum, konflik politik, dan ancaman korupsi tiada ujung masih menyelimuti imajinasi manusia Indonesia. Buku karya George Junus Aditjondro ini hadir di tengah rumitnya skandal Century yang melibatkan tokoh-tokoh penting. Korupsi jadi musuh besar, namun susah dimusnahkan dari panggung kehidupan manusia Indonesia. George Junus, doktor sosiologi korupsi ini, dikenal rajin menulis penyimpangan ekonomi-penguasa pada masa Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY.

    Buku Membongkar Gurita Cikeas menjadi fenomena dan isu politik yang seksi. Buku ini menjadi referensi untuk mengungkap aliran dana di sekeliling dan halaman istana SBY. Relasi penguasa dan buku masih belum selesai menuliskan riwayatnya. Bagaimana nasib buku di ruang reformasi dan rezim penguasa saat ini? Politik pelarangan buku merupakan tragedi bagi kreativitas berpikir dan kebebasan informasi. (*)

    Teks Yang Mengguncang Penguasa Oleh Munawir Aziz

    koranlokak koranlokak

    Setiap artikel atau tulisan yang dikirim ke Redaksi hendaknya ditandatangani, dan disertai identitas (kalau ada, cantumkan nomor telepon dan faksimile; juga alamat email atau facebook serta twitter). Untuk format digital, dikirim ke alamat [email protected]. Setiap artikel/tulisan/foto atau materi apa pun yang telah dimuat di KORAN LOKAK dapat diumumkan/dialihwujudkan kembali dalam format digital yang tetap merupakan bagian dari KORAN LOKAK.

    Pembaca Koran Lokak yang budiman, saran dan kritik Anda sangat diharapkan.

    Silahkan Kirim SMS ke No 0711- 3267123dengan menyertakan nama serta nomor KTP/SIM yang masih berlaku.

    SMS yang mengandung unsur SARA tidak akan dimuat di koran ini. Pembaca Juga bisa menyampaikan keluhan lewat email : [email protected] atau bisa mengirimkan keluhan melalui surat ke kantor Redaksi Koran Lokak, Jalan Brigjend HM Dhani Effendy (Jl. Radial) No 2880 Palembang.

    Setiap bangsa memiliki tradisi libur yang berbeda - beda. Bangsa Arab menganggap hari Jum'at adalah hari untuk ibadah sehingga hari Jum'at bangsa Arab libur. Lain lagi dengan bangsa Yahudi yang menganggap hari sabtu adalah hari ibadah, sehingga mereka libur pada hari Sabtu. Trus bagaimana dengan hari minggu yang merupakan hari libur di Indonesia dan mayoritas negara di dunia? Sebenarnya, tradisi libur di hari Minggu berasal dari tradisi Romawi Kuno di Italia. Pada saat itu orang Romawi Kuno beribadah di hari Minggu. Oleh kerena itu, orang Romawi libur di hari Minggu. Selain itu, orang Romawi selalu menandai hari libur dan hari penting lainnya dengan warna merah.

    Mengapa Hari Minggu Libur ? Produser: Alex Garland, Andrew MacDonald, Allon ReichProduksi: RELIANCE ENTERTAINMENT COMPANY | Sutradara: Pete Travis | Pemain: Karl Urban, Rachel Wood, Andile Mngadi, Porteus Xandau Steenkamp, Jason Cope

    Hakim Dredd (Karl Urban) adalah tim elit penegak hukum Amerika. Ia terkenal dan ditakuti di seluruh kota dimana ia harus menyingkirkan kejahatan setiap harinya. Kali ini, sebuah epidemi obat berbahaya, SLO-MO, menyebarluas. Untuk menghentikan kelompok-kelompok yang terlibat jual beli obat tersebut, Dredd bekerjasama dengan Cassandra Anderson (Olivia Thirlby), seorang cenayang handal.

    Dredd 3D (2012)Resensi FilmBaiknya Anda Tahu

    POJOK LOKAK

    Penulis adalah, esais,peneliti, dan penikmat buku

    EvHa Caiiankk gilo nian klo model hakim kayak geto.. hakim kayak apo tu, klo wong pny berpendidikan gak mungkin dy melakukan hal yg gak bener kayak geto..wajar aja klo masyarakat ikut gak bener, toh seorg hakim nya aja kayak geto..astagfirullahalazim...!!

    lokakers on fesbuk

    www.koranlokak.com

  • 8 19 OKTOBER 2012 | NOMOR 40KARTUNIKAKerokJon Matkoja

    ICANWO

    MK

    TAMU AG

    HI INI

    Raso Plemban

    g Aseli

    Mang EGI

    OniSi

    Poldan

    Ada yang bisa saya bantu pak??

    dak katek ponakan, akutu cuman nak nanyo katonyo bs minjem duit disini ye,,kalo bener aku nak minjem!!

    pak,pak sini dulu!!kalo persennya bisa nego nantinya pak,,pak

    Bank Shy Me On nak gilo minjem cuma seratus balek kenyo lebih dem2 lah

    waw gayakau mat,samo cakdulu nian , manteb besok jadi ye!! ku tunggu

    astagffirulah!!ngapo mak ini,clanokoyak galo, ngapokau digebuki uong apo,,hoi idak wak

    aji,,celano samobaju aku basah belum kering

    heeee,e hheeee auuuu

    loh ngapo mas belom di tilang kok la nangis ?????????

    bukan pak,tadi aku abes keno

    palak !!

    sialan !!!!! siapo nian yang malak kau ??!!.. agek ku cekiske kepalaknyo

    disanonah pak,,,wak rohmat preman di pasar cinde !!

    oohh !!!!! salah kau nian dek ngapo liwat sano!!yoh sudah,,,!!!! bapak nak tugas dulu

    aduh pereman besak itu

    oni !!nak

    kmano

    aku nak kerumah allah es!! nak naek haji !!

    weeeee hebat itu keren!!

    Ternyata ayo pak haji !!! kito ke masjid!! haiya kuda

    nak gilo nian budak ini

    yang waras ngalah be !!

    ican ingung nak adi apolah ecak agek yo

    macih tangeh can, mending ito aen bowa be

    nah au yeh !! nak awan ican ember gas yeh ingoklah e !!

    nah ye,,icang lonaldo ,!!! ingoklah ee tendangan si makmun

    alangke lamo nyo oi !!!

    nak nggunting model mak mano kak !!

    guntingke model yang cak ariel noah ye,,,,,, buat semirip mungkin dengan dio,,

    ai !! mano ye

    disini dakado!!

    sebenernyo akuni bingung naknyari apo ??

    Susilo Bambang Yudhoyono

    presiden telahmemberikan grasipembatalanhukuman mati bagi gembong narkoba

    bukankah MUI sudah mengeluarkan fatwa bernomor 10/munas-

    VII/MUI/14/2005, bahwa negara boleh

    menjatuhkan hukuman mati dalam tindak pidana

    tertentu? Fatwa itu dikeluarkan pada

    tanggal 12 Juli 2005. Berarti dilanggar

    dong...