Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya....

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 11 April - Juni 2015 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Peserta ToT Modul III, praktik mengajar di sekolah dengan menerapkan strategi ‘membaca bersama’ dengan menggunakan media big book. Modul III SD/MI Perkuat Literasi Siswa Bandung – 168 fasilitator pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk SD dan MI, kembali dilatih untuk melanjutkan pengembangan sekolah bermutu dengan Modul III. Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS, menyebut pelatihan ini merupakan bagian dari upaya terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. “Paket pelatihan modul III ini lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi siswa. Siswa didorong untuk mampu menuliskan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” tutur Stuart di sela-sela pelatihan (26/4). Menurutnya, upaya mendorong tingkat kemampuan literasi siswa sekolah dasar ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Guru didorong untuk lebih kreatif sehingga strategi pembelajaran lebih bervariasi untuk memberi kesempatan siswa membaca dalam proses pembelajaran dan lebih intensif memeriksa pemahaman siswa dalam membaca. Dalam pelatihan modul III, USAID PRIORITAS juga akan memberikan buku-buku bacaan untuk siswa kelas awal SD/MI dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah mitra. Bambang Suryadi PhD, Sekretaris Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) Kemdikbud RI yang hadir dalam acara ini menyampaikan, “BSNP menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada USAID atas kemitraan dengan pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.” (Ds/Anw) UNTUK menunjukkan dampak program kemitraan dengan LPTK (lembaga pendidik dan tenaga kependidikan), USAID PRIORITAS memfasilitasi kegiatan Unjuk Karya Praktik yang Baik di LPTK Mitra. Unjuk karya tersebut berupa pameran keberhasilan pembelajaran aktif yang diterapkan para dosen untuk membekali para mahasiswa calon guru agar terbiasa dengan penerapan PAKEM/pembelajaran kontekstual. Selain itu, sekolah dan madrasah mitra dampingan LPTK juga memamerkan perubahan pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah hasil pelatihan dan pendampingan dosen LPTK mitra USAID PRIORITAS. Presentasi hasil karya siswa, mahasiswa, dan talkshow yang menghadirkan rektor, dosen, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, ditampilkan dalam acara tersebut. (Anw) Unjuk Karya Praktik yang Baik di LPTK PHOTO “BSNP menyampaikan apresiasi setinggi- tingginya kepada USAID atas kemitraan dengan pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.” Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim, bermain titik koordinat kartesius bersama siswa MIN Rukoh, Aceh pada acara Unjuk Karya Praktik yang Baik LPTK mitra Provinsi Aceh. Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com Berita lainnya di halaman 20. Berita lainnya di halaman 2.

Transcript of Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya....

Page 1: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 11April - Juni

2015 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Peserta ToT Modul III, praktik mengajar di sekolah dengan menerapkan strategi ‘membaca bersama’ dengan menggunakan media big book.

Modul III SD/MIPerkuat Literasi Siswa Bandung – 168 fasilitator pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk SD dan MI, kembali dilatih untuk melanjutkan pengembangan sekolah bermutu dengan Modul III. Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS, menyebut pelatihan ini merupakan bagian dari upaya terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. “Paket pelatihan modul III ini lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi siswa. Siswa didorong untuk mampu menuliskan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” tutur Stuart di sela-sela pelatihan (26/4).

Menurutnya, upaya mendorong tingkat kemampuan literasi siswa sekolah dasar ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Guru didorong untuk lebih kreatif

sehingga strategi pembelajaran lebih bervariasi untuk memberi kesempatan siswa membaca dalam proses pembelajaran dan lebih intensif memeriksa pemahaman siswa dalam membaca. Dalam pelatihan modul III, USAID PRIORITAS juga akan memberikan buku-buku bacaan untuk siswa kelas awal SD/MI dalam rangka

meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah mitra.

Bambang Suryadi PhD, Sekretaris Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) Kemdikbud RI yang hadir dalam acara ini menyampaikan, “BSNP menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada USAID atas kemitraan dengan pemerintah

Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.” (Ds/Anw)

UNTUK menunjukkan dampak program kemitraan dengan LPTK (lembaga pendidik dan tenaga kependidikan), USAID PRIORITAS memfasilitasi kegiatan Unjuk Karya Praktik yang Baik di LPTK Mitra.

Unjuk karya tersebut berupa pameran keberhasilan pembelajaran aktif yang diterapkan para dosen untuk membekali para mahasiswa calon guru agar terbiasa dengan penerapan PAKEM/pembelajaran kontekstual. Selain itu, sekolah dan madrasah mitra dampingan LPTK juga memamerkan perubahan pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah hasil pelatihan dan pendampingan dosen LPTK mitra USAID PRIORITAS.

Presentasi hasil karya siswa, mahasiswa, dan talkshow yang menghadirkan rektor, dosen, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, ditampilkan dalam acara tersebut.

(Anw)

Unjuk Karya Praktik yang Baik di LPTK

PHOTO

“BSNP menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada

USAID atas kemitraan dengan pemerintah

Indonesia dalam peningkatan mutu

pendidikan nasional.”

Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim, bermain titik koordinat kartesius bersama siswa MIN Rukoh, Aceh pada acara Unjuk Karya Praktik yang Baik LPTK mitra Provinsi Aceh.

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com

Berita lainnya di halaman 20.

Berita lainnya di halaman 2.

Page 2: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20152 3

PRIORITAS - Nasional

Bandung - Pelatihan modul III berfokus pada pengembangan kemampuan literasi siswa dalam pembelajaran. Pada kelompok pembelajaran kelas tinggi, guru difasilitasi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga siswa mampu mencari berbagai informasi dan membuat laporan dari hasil kegiatan proyek seperti membuat kegiatan perpisahan sekolah, yang di dalamnya menghitung anggaran, membuat denah tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya.

Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan, untuk membuat laporan kegiatannya yang ditulis dengan menggunakan kata-kata siswa sendiri.

Menurut Prof Dr Patta Bundu, peserta dari Universitas Negeri Makassar, pelatihan modul III ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa sejak dini. Karena, siswa dibiasakan

menuliskan laporan kegiatan percobaan, atau observasi dengan kata-katanya sendiri. ”Saya banyak menemukan mahasiswa yang mengalami kesulitan menuangkan ide-idenya dalam tulisan karena mereka tidak terbiasa menulis. Kalau sejak SD siswa dibiasakan menulis secara terstruktur dengan kata-katanya sendiri maka mereka akan terbiasa mengekspresikan ide-idenya dalam tulisan,” katanya.

Dari hasil praktik mengajar yang dilakukan selama 4 x 35 menit, karya siswa yang dihasilkan dalam pembelajaran tampak sangat terstruktur. Banyak siswa yang sudah mampu menulis panjang, rinci, dan cermat dalam mendeskripsikan laporan hasil kegiatan pembelajaran. ”Pada pelajaran matematika tadi saya membuat laporan rencana perpisahan sekolah untuk memper-tanggung-jawabkan keuangan yang seolah-olah sudah dipakai,” kata Devilla Aprilia siswa kelas V SDN Sosial II, Cimahi, Jawa Barat. (Anw)

Terampil Literasi melalui Pembelajaran Proyek

Kelas Awal Gunakan Buku Bacaan Berjenjang

PADA pelatihan modul III untuk SD/MI, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pembelajaran membaca kelas awal, pembelajaran kelas tinggi, dan MBS. Pada kelompok pembelajaran membaca kelas awal, peserta difasilitasi memanfaatkan buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Sekolah dan madrasah mitra juga akan diberi 600 buku bacaan berjenjang, yang terdiri dari 6 jenjang untuk siswa kelas awal.

Mawarni guru SDN 2 Lhoksukon, Aceh Utara, mengaku kini merasa lebih jelas cara untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca siswa. ”Buku bacaan berjenjang ini sangat membantu saya mendampingi anak yang memiliki kemampuan membaca berbeda,” tukasnya. (Anw)

Peserta pelatihan modul III, praktik mengajar dengan strategi membaca

terbimbing menggunakan buku bacaan berjenjang. Buku-buku bacaan

tersebut akan dibagikan ke seluruh SD/MI mitra USAID

PRIORITAS untuk meningkatkan

kemampuan dan minat baca siswa.

Peserta ToT Modul III SD/MI melakukan simulasi pembelajaran dan praktik mengajar di sekolah dengan menerapkan keterampilan informasi yang memfasilitasi siswa membuat laporan dari hasil percobaan, membaca referensi, wawancara, dan kegiatan lain yang mendorong siswa untuk belajar aktif.

Devilla Aprilia siswa kelas V SDN Sosial II, membuat laporan kegiatan perpisahan sekolah yang menerapkan konsep matematika dalam kehidupan.

Jakarta - Untuk membahas hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK), USAID PRIORITAS memfasilitasi pertemuan 32 guru dan 32 dosen dari 7 provinsi dalam Lokakarya Kajian dan Penyusunan Laporan PTK, yang dilaksanakan selama 4 hari di Jakarta (22-25/6). Pada kegiatan tersebut, mereka mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan bersama antara guru dan dosen, merefleksi kegiatan tindakan kelas, dan menulis draft laporan akhir PTK

”Kolaborasi dosen dan guru dalam PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, dan kegiatan ini bermanfaat untuk keduanya. Dosen melakukan PTK untuk publikasi ilmiah dan membantu peningkatan mutu pembelajaran di kelas sebagai pengalaman nyata untuk bahan perkuliahan. Sedangkan guru melakukan PTK sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan meningkatkan profesionalismenya,” kata Lynne Hill Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Prof Dr Hari Amirullah, mewakili Pusat Pengembangan Program Profesi Pendidik (Pusbangprodik) BPSDMPK-PMP Kemendikbud, yang hadir dalam lokakarya menyampaikan bahwa PTK merupakan bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) pada jenis publikasi ilmiah. ”Program PTK USAID PRIORITAS ini sangat membantu guru untuk menghasilkan laporan penelitian yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan dapat diajukan untuk kenaikan pangkat guru,” kata Hari di sela-sela lokakarya.

Menurut guru besar Universitas Negeri Yogyakarta itu, Per 1 Januari 2013 sudah diberlakukan Permenpan 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Para guru mulai golongan kepangkatan III-A untuk naik pangkat harus

melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), yang salah satu kegiatannya melakukan PTK. Untuk itu guru perlu difasilitasi agar terbiasa melakukan penelitian dan kegiatan PKB lainnya untuk peningkatan kompetensi, perbaikan kualitas pembelajaran, dan untuk kenaikan pangkatnya.

Tingkatkan Hasil BelajarMusrian, guru kelas V-C SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah, mempresentasikan hasil PTK bersama Petra Kristi Mulyani, dosen Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya tentang pemodelan bacaan ternyata sangat signifikan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa.

”Siswa yang terampil dan mahir menulis karangan narasi pada siklus kedua meningkat menjadi 77,5% siswa, dibanding pada pra siklus yang hanya 5% siswa saja,” kata Musrian. Rencananya, semua hasil PTK ini akan dipublikasikan pada konferensi nasional PTK mendatang di Jakarta. (Anw)

Musrian (berdiri), guru SDN Kalibanteng Kidul 01, Semarang, Jawa Tengah, mempresentasikan hasil PTKnya dengan Petra Kristi Mulyani, dosen Universitas Negeri Semarang (kanan).

Guru dan Dosen Presentasikan Hasil PTK

Program di Papua Barat Dimulaibaik kepada lebih dari 2.500 siswa SD.

“Salah satu fokus program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan membaca siswa di kelas awal menggunakan buku berjenjang dan memanfaatkan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP), maka itu sangat sesuai dengan kebutuhan kita,” kata Wakil Gubenur Papua Barat, Irene Manibuy. Ia menyebut rendahnya kemampuan membaca siswa di sekolah dasar merupakan tantangan terberat pendidikan di Papua Barat. Dibutuhkan metode khusus untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

USAID PRIORITAS akan mendukung STKIP Muhammadiyah Manokwari menyediakan calon guru yang berkualitas. Sedangkan dengan Pemkab Manokwari Selatan, USAID PRIORITAS akan meningkatkan kapasitas pemda dalam menyediakan akses pendidikan dasar yang bermutu. “Kami akan bekerjasama guru, kepala sekolah, komite sekolah dan siswa untuk mengatasi

Irene Manibuy, Wakil Gubernur Papua Barat, meluncurkan program USAID PRIORITAS di Papua Barat.

tantangan besar dalam menyediakan akses yang layak terhadap pendidikan bermutu bagi siswa dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar,” terang Penasehat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS Mark Heyward (1/7).

USAID PRIORITAS akan memberikan dukungan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta manajemen berbasis sekolah di 26 SD mitra, yaitu 10 SD reguler, 10 SD Kelas jauh, dan 6 SD mitra STKIP Muhammadiyah Manokwari.

Staf khusus Mendikbud, Ahmad Rizali, mengatakan program USAID PRIORITAS sesuai dan mendukung rencana strategis Mendikbud. Program ini memperkuat keterampilan guru untuk membantu siswa berhasil dalam pembelajaran. “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan USAID PRIORITAS,” katanya.

(Eh)

Manokwari, Papua Barat - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Papua Barat, dan USAID PRIORITAS meluncurkan program PRIORITAS. Peluncuran ini menjadikan Papua Barat sebagai provinsi kesembilan yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS. Kemitraan ini akan memberikan kesempatan belajar yang lebih

Page 3: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20152 3

PRIORITAS - Nasional

Bandung - Pelatihan modul III berfokus pada pengembangan kemampuan literasi siswa dalam pembelajaran. Pada kelompok pembelajaran kelas tinggi, guru difasilitasi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga siswa mampu mencari berbagai informasi dan membuat laporan dari hasil kegiatan proyek seperti membuat kegiatan perpisahan sekolah, yang di dalamnya menghitung anggaran, membuat denah tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya.

Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan, untuk membuat laporan kegiatannya yang ditulis dengan menggunakan kata-kata siswa sendiri.

Menurut Prof Dr Patta Bundu, peserta dari Universitas Negeri Makassar, pelatihan modul III ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa sejak dini. Karena, siswa dibiasakan

menuliskan laporan kegiatan percobaan, atau observasi dengan kata-katanya sendiri. ”Saya banyak menemukan mahasiswa yang mengalami kesulitan menuangkan ide-idenya dalam tulisan karena mereka tidak terbiasa menulis. Kalau sejak SD siswa dibiasakan menulis secara terstruktur dengan kata-katanya sendiri maka mereka akan terbiasa mengekspresikan ide-idenya dalam tulisan,” katanya.

Dari hasil praktik mengajar yang dilakukan selama 4 x 35 menit, karya siswa yang dihasilkan dalam pembelajaran tampak sangat terstruktur. Banyak siswa yang sudah mampu menulis panjang, rinci, dan cermat dalam mendeskripsikan laporan hasil kegiatan pembelajaran. ”Pada pelajaran matematika tadi saya membuat laporan rencana perpisahan sekolah untuk memper-tanggung-jawabkan keuangan yang seolah-olah sudah dipakai,” kata Devilla Aprilia siswa kelas V SDN Sosial II, Cimahi, Jawa Barat. (Anw)

Terampil Literasi melalui Pembelajaran Proyek

Kelas Awal Gunakan Buku Bacaan Berjenjang

PADA pelatihan modul III untuk SD/MI, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pembelajaran membaca kelas awal, pembelajaran kelas tinggi, dan MBS. Pada kelompok pembelajaran membaca kelas awal, peserta difasilitasi memanfaatkan buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Sekolah dan madrasah mitra juga akan diberi 600 buku bacaan berjenjang, yang terdiri dari 6 jenjang untuk siswa kelas awal.

Mawarni guru SDN 2 Lhoksukon, Aceh Utara, mengaku kini merasa lebih jelas cara untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca siswa. ”Buku bacaan berjenjang ini sangat membantu saya mendampingi anak yang memiliki kemampuan membaca berbeda,” tukasnya. (Anw)

Peserta pelatihan modul III, praktik mengajar dengan strategi membaca

terbimbing menggunakan buku bacaan berjenjang. Buku-buku bacaan

tersebut akan dibagikan ke seluruh SD/MI mitra USAID

PRIORITAS untuk meningkatkan

kemampuan dan minat baca siswa.

Peserta ToT Modul III SD/MI melakukan simulasi pembelajaran dan praktik mengajar di sekolah dengan menerapkan keterampilan informasi yang memfasilitasi siswa membuat laporan dari hasil percobaan, membaca referensi, wawancara, dan kegiatan lain yang mendorong siswa untuk belajar aktif.

Devilla Aprilia siswa kelas V SDN Sosial II, membuat laporan kegiatan perpisahan sekolah yang menerapkan konsep matematika dalam kehidupan.

Jakarta - Untuk membahas hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK), USAID PRIORITAS memfasilitasi pertemuan 32 guru dan 32 dosen dari 7 provinsi dalam Lokakarya Kajian dan Penyusunan Laporan PTK, yang dilaksanakan selama 4 hari di Jakarta (22-25/6). Pada kegiatan tersebut, mereka mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan bersama antara guru dan dosen, merefleksi kegiatan tindakan kelas, dan menulis draft laporan akhir PTK

”Kolaborasi dosen dan guru dalam PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, dan kegiatan ini bermanfaat untuk keduanya. Dosen melakukan PTK untuk publikasi ilmiah dan membantu peningkatan mutu pembelajaran di kelas sebagai pengalaman nyata untuk bahan perkuliahan. Sedangkan guru melakukan PTK sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan meningkatkan profesionalismenya,” kata Lynne Hill Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Prof Dr Hari Amirullah, mewakili Pusat Pengembangan Program Profesi Pendidik (Pusbangprodik) BPSDMPK-PMP Kemendikbud, yang hadir dalam lokakarya menyampaikan bahwa PTK merupakan bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) pada jenis publikasi ilmiah. ”Program PTK USAID PRIORITAS ini sangat membantu guru untuk menghasilkan laporan penelitian yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan dapat diajukan untuk kenaikan pangkat guru,” kata Hari di sela-sela lokakarya.

Menurut guru besar Universitas Negeri Yogyakarta itu, Per 1 Januari 2013 sudah diberlakukan Permenpan 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Para guru mulai golongan kepangkatan III-A untuk naik pangkat harus

melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), yang salah satu kegiatannya melakukan PTK. Untuk itu guru perlu difasilitasi agar terbiasa melakukan penelitian dan kegiatan PKB lainnya untuk peningkatan kompetensi, perbaikan kualitas pembelajaran, dan untuk kenaikan pangkatnya.

Tingkatkan Hasil BelajarMusrian, guru kelas V-C SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, Jawa Tengah, mempresentasikan hasil PTK bersama Petra Kristi Mulyani, dosen Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya tentang pemodelan bacaan ternyata sangat signifikan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa.

”Siswa yang terampil dan mahir menulis karangan narasi pada siklus kedua meningkat menjadi 77,5% siswa, dibanding pada pra siklus yang hanya 5% siswa saja,” kata Musrian. Rencananya, semua hasil PTK ini akan dipublikasikan pada konferensi nasional PTK mendatang di Jakarta. (Anw)

Musrian (berdiri), guru SDN Kalibanteng Kidul 01, Semarang, Jawa Tengah, mempresentasikan hasil PTKnya dengan Petra Kristi Mulyani, dosen Universitas Negeri Semarang (kanan).

Guru dan Dosen Presentasikan Hasil PTK

Program di Papua Barat Dimulaibaik kepada lebih dari 2.500 siswa SD.

“Salah satu fokus program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan membaca siswa di kelas awal menggunakan buku berjenjang dan memanfaatkan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP), maka itu sangat sesuai dengan kebutuhan kita,” kata Wakil Gubenur Papua Barat, Irene Manibuy. Ia menyebut rendahnya kemampuan membaca siswa di sekolah dasar merupakan tantangan terberat pendidikan di Papua Barat. Dibutuhkan metode khusus untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

USAID PRIORITAS akan mendukung STKIP Muhammadiyah Manokwari menyediakan calon guru yang berkualitas. Sedangkan dengan Pemkab Manokwari Selatan, USAID PRIORITAS akan meningkatkan kapasitas pemda dalam menyediakan akses pendidikan dasar yang bermutu. “Kami akan bekerjasama guru, kepala sekolah, komite sekolah dan siswa untuk mengatasi

Irene Manibuy, Wakil Gubernur Papua Barat, meluncurkan program USAID PRIORITAS di Papua Barat.

tantangan besar dalam menyediakan akses yang layak terhadap pendidikan bermutu bagi siswa dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar,” terang Penasehat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS Mark Heyward (1/7).

USAID PRIORITAS akan memberikan dukungan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta manajemen berbasis sekolah di 26 SD mitra, yaitu 10 SD reguler, 10 SD Kelas jauh, dan 6 SD mitra STKIP Muhammadiyah Manokwari.

Staf khusus Mendikbud, Ahmad Rizali, mengatakan program USAID PRIORITAS sesuai dan mendukung rencana strategis Mendikbud. Program ini memperkuat keterampilan guru untuk membantu siswa berhasil dalam pembelajaran. “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan USAID PRIORITAS,” katanya.

(Eh)

Manokwari, Papua Barat - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Papua Barat, dan USAID PRIORITAS meluncurkan program PRIORITAS. Peluncuran ini menjadikan Papua Barat sebagai provinsi kesembilan yang menjadi mitra program USAID PRIORITAS. Kemitraan ini akan memberikan kesempatan belajar yang lebih

Page 4: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20154 5

PRIORITAS - Nasional

Jakarta – Untuk mengoptimalkan peran institusional LPTK sebagai service provider (penyedia layanan), USAID PRIORITAS bersama perwakilan 16 LPTK mitra yang terdiri dari rektor, dekan, dan dosen mengadakan Lokakarya Nasional LPTK Sebagai Service Provider: Peluang dan Tantangan di Jakarta (28-29/4). Dalam lokakarya dua hari tersebut dibahas berbagai peluang LPTK sebagai service provider, termasuk di dalamnya identifikasi dan pemetaan mitra potensial, sumber daya dan donor yang bisa diakses, serta berbagai jenis layanan yang bisa diberikan.

“LPTK memiliki peran sebagai service provider untuk memberikan berbagai layanan baik secara nasional, regional, dan daerah masing-masing,” jelas Prof Dr

Muchlas Samani Konsultan Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS saat memaparkan program layanan yang dikembangkan Universitas Negeri Surabaya.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pun bersiap melakukan pembenahan LPTK secara besar-besaran. Pembenahan itu diwujudkan dalam sebuah program reformasi. ''Kita sebut sebagai program reformasi LPTK,'' kata Sekjen Kemenristekdikti Ainun Naim di sela-sela lokakarya (28/4).

Ainun menuturkan, pembenahan LPTK harus dilaksanakan maksimal. LPTK harus bisa menghasilkan guru berkualitas. Proses perkuliahan harus dijalankan dengan

Dari kiri ke kanan: Irjen Kemendikbud Haryono Umar, Sekjen Kemenristekdikti Ainun Naim, dan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, narasumber lokakarya.

penjaminan mutu yang bagus. Selain itu, LPTK diharapkan menerapkan penyaringan mahasiswa baru calon guru dengan selektif.

Dukung Peningkatan Mutu Praktik Mengajar Mahasiswa

Pada kegiatan lainnya, USAID PRIORITAS juga memfasilitasi pertemuan untuk membahas peningkatan mutu program praktik mengajar mahasiswa melalui program PPG (pendidikan profesi guru) dan PPLK (praktik pengalaman lapangan kependidikan). Lokakarya tiga hari di Yogyakarta itu, dihadiri perwakilan Direktorat Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikti, para ketua PPG, ketua PPL, dan dosen LPTK mitra (21-23/5).

Dr Makbul Muksar Kepala Pusat PPG Universitas Negeri Malang, menyebut kegiatan ini menginspirasinya untuk mengembangkan PPG yang lebih banyak menekankan pada kegiatan praktik. ”Model pelatihan USAID PRIORITAS dapat diadopsi dalam program PPG,” tukasnya. Pertemuan ini akan berlanjut untuk merancang standar PPG dan PPLK yang lebih berkualitas dan menekankan kegiatan praktik. (Tif/Anw)

Merancang Program Pengembangan Keprofesian Guru

Yogyakarta – USAID PRIORITAS melatih 93 fasilitator dari 8 provinsi mitra untuk membantu meningkatkan kapasitas kabupaten/kota dalam penyusunan rencana strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru. “Kami memfasilitasi cara menganalisis kebutuhan pelatihan guru secara komprehensif dengan memanfaatkan data pokok pendidikan,” kata penasehat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS Mark Heyward di Yogyakarta (3/6).

Dalam merencanakan pelatihan yang komprehensif diperlukan informasi jumlah guru yang perlu dilatih, jenis pelatihan yang diprioritaskan, harga satuan pelatihan, besar dan sumber pendanaan yang tersedia, serta sumberdaya pelatihan lainnya. Produk akhirnya adalah setiap guru mendapatkan pelatihan sesuai dengan kebutuhan, baik untuk jenjang karir maupun untuk meningkatkan kompetensinya. “Kami harapkan dengan regulasi dan perencanaan PKB yang dilatihkan oleh USAID

PRIORITAS, tidak ada lagi guru yang berhenti jenjang karirnya. Selain itu, setiap peningkatan karier guru, akan bertambah pula kompetensinya,” kata Dian Wahyuni Kepala Bidang Pengembangan Profesi Pendidikan Dasar Pusbangprodik, Kemendikbud yang menjadi narasumber.

Dalam lokakarya 3 hari tersebut (3-5/6), Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Drs Musta’in, juga berbagi tentang strateginya dalam meningkatkan mutu guru di daerahnya. Musta'in menyebutkan dukungan Pemerintah Daerah Sidoarjo setiap tahun untuk peningkatan kompetensi guru mencapai 5 miliar. “Bupati juga mengeluarkan aturan agar guru menyisihkan 5% dari tunjangan profesi pendidik (TPP) untuk kepentingan peningkatan kompetensi. Kami juga mendorong diseminasi modul-modul USAID PRIORITAS untuk dikembangkan di setiap gugus,” ungkap Musta'in. (Arz)

Kepala dinas pendidikan Sidoarjo, Drs. Musta’in memberi testimoni.

Direktur Misi USAID Indonesia:

”Belajar IPA dengan Praktik, Buat Siswa Termotivasi”

Cimahi, Jawa Barat – Andrew Sisson, Direktur Misi USAID Indonesia, terkesan melihat pembelajaran IPA di SMPN 3 Cimahi. Sisson berbaur dengan siswa kelas VII yang sedang melakukan percobaan perpindahan kalor konduksi dan konveksi. Setiap kelompok siswa sedang mencoba merakit perahu bertenaga uap dengan bahan sterofom, kaleng bekas, dan lilin. Usai dirakit, setiap perahu dicoba dijalankan di atas air kolam. Riuh para siswa, guru, dan Andrew Sisson bertepuk tangan merayakan keberhasilan percobaan.

Di kelas VIII, Sisson mendapati siswa juga sedang asyik melakukan percobaan mengamati tekanan zat cair pada sistem peredaran darah manusia sebagai implementasi hukum pascal. Setiap kelompok melakukan percobaan tekanan dengan menggunakan alat suntik yang ukurannya bervariasi, selang air, minyak, dan air untuk membuktikan terjadinya tekanan.

Sisson berinteraksi dengan siswa dan

terlibat dalam percakapan. Hevina, siswa kelas VII, tidak canggung bercakap-cakap bahasa Inggris dengan Sisson. Ia mengaku senang belajar di sekolah karena pembelajarannya asyik, menyenangkan, dan mudah diikuti. “IPA mudah dipahami dengan praktik percobaan seperti ini,” katanya. Mendengar Havina fasih berbahasa Inggris, Sisson memberikan penguatan, “Havina, kamu cocok jadi diplomat.”

Eriko, siswa lain, bertanya kepada Sisson, “Apakah menurut Bapak pembelajaran kami tadi, bagus atau tidak?” Sisson menjawab, hanya dalam beberapa menit berada di tengah siswa, ia sudah mendapat kesan positif. “Pembelajarannya luar biasa,” pujinya.

Sisson terkesan dengan pembelajaran yang dilihatnya. Siswa tampak belajar dalam kelompok kecil, pembelajaran berbasis inkuiri, siswa berdiskusi, dan guru memfasilitasi siswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

Kunjungan Andrew Sisson ke SMPN 3 Cimahi untuk melihat secara langsung dampak pelatihan dan pendampingan program USAID PRIORITAS. “Belajar IPA dengan praktik membuat siswa lebih senang dan termotivasi. Kecermatan siswa dalam melakukan percobaan sains menunjukkan kemajuan yang menggembirakan,” ujar Sisson.

Tata Wikanta, Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Cimahi, mengatakan, kinerja siswa merupakan bukti program USAID PRIORITAS berdampak positif. Ia juga tengah berupaya keras meningkatkan mutu pendidikan dan USAID PRIORITAS mendorong proses pembelajaran yang bermakna guna meningkatkan mutu pendidikan. “Jadi, ini bagai gayung bersambut,” tuturnya.

Mengunjungi UPI

Andrew Sisson juga mengunjungi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk berdialog dengan dosen dan pejabat FMIPA UPI. Prof Dr Asep Kadarohman, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UPI, mengaku pihaknya melihat kemajuan penting kinerja dosen dalam mengampu perkuliahan. Para dosen, menurut Asep, lebih detail dan praktis dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dan tenaga kependidikan. Sisson tampak puas dengan dampak program, USAID PRIORITAS di sekolah dan di perguruan tinggi.

(Ds/Anw)

Optimalkan Potensi LPTK sebagai Service Provider Pendidikan Berkualitas

Andrew Sisson (kiri) berdialog dengan siswa kelas VIII SMPN 3 Cimahi yang sedang melakukan percobaan didampingi gurunya Dian Surdijani (berjilbab).

JAKARTA - Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan BPSDMPK dan PMP Kemendikbud bekerjasama dengan USAID PRIORITAS kembali melatih 280 fasilitator SMP untuk program SBSNP (Sekolah Berbasis Standar Nasional Pendidikan) yang akan melatih di 33 provinsi di seluruh Indonesia (13-16/6). “Kami bekerja sama dengan USAID PRIORITAS dengan menggunakan modul III melatih fasilitator praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam rangka pengembangan SBSNP,” jelas Dr Bastari Kepala PPMP-BPSDMPK dan PMP Kemendikbud.

Program ini merupakan kelanjutan dari

Modul III untuk 280 Fasilitator SBSNP SMP

Peserta modul III untuk fasilitator SBSNP sedang simulasi mengajar.

pelatihan modul 1 dan II yang diadaptasi untuk program SBSNP. Pelatihan ini, lanjut Bastari, merupakan bagian dari upaya agar

mutu sekolah mencapai standar nasional pendidikan. Para fasilitator pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) USAID PRIORITAS melatih para calon fasilitator SBSNP yang berasal dari LPTK, widyaiswara LPMP, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Prof Dr Astin Lukum, dosen Universitas Negeri Gorontalo, mengaku pelatihan yang diikutinya ini sangat menarik. ”Saya jadi paham pentingnya keterampilan informasi pada pembelajaran IPA selain pada aspek saintifiknya,” tukasnya.

(Anw)

Page 5: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20154 5

PRIORITAS - Nasional

Jakarta – Untuk mengoptimalkan peran institusional LPTK sebagai service provider (penyedia layanan), USAID PRIORITAS bersama perwakilan 16 LPTK mitra yang terdiri dari rektor, dekan, dan dosen mengadakan Lokakarya Nasional LPTK Sebagai Service Provider: Peluang dan Tantangan di Jakarta (28-29/4). Dalam lokakarya dua hari tersebut dibahas berbagai peluang LPTK sebagai service provider, termasuk di dalamnya identifikasi dan pemetaan mitra potensial, sumber daya dan donor yang bisa diakses, serta berbagai jenis layanan yang bisa diberikan.

“LPTK memiliki peran sebagai service provider untuk memberikan berbagai layanan baik secara nasional, regional, dan daerah masing-masing,” jelas Prof Dr

Muchlas Samani Konsultan Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS saat memaparkan program layanan yang dikembangkan Universitas Negeri Surabaya.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pun bersiap melakukan pembenahan LPTK secara besar-besaran. Pembenahan itu diwujudkan dalam sebuah program reformasi. ''Kita sebut sebagai program reformasi LPTK,'' kata Sekjen Kemenristekdikti Ainun Naim di sela-sela lokakarya (28/4).

Ainun menuturkan, pembenahan LPTK harus dilaksanakan maksimal. LPTK harus bisa menghasilkan guru berkualitas. Proses perkuliahan harus dijalankan dengan

Dari kiri ke kanan: Irjen Kemendikbud Haryono Umar, Sekjen Kemenristekdikti Ainun Naim, dan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, narasumber lokakarya.

penjaminan mutu yang bagus. Selain itu, LPTK diharapkan menerapkan penyaringan mahasiswa baru calon guru dengan selektif.

Dukung Peningkatan Mutu Praktik Mengajar Mahasiswa

Pada kegiatan lainnya, USAID PRIORITAS juga memfasilitasi pertemuan untuk membahas peningkatan mutu program praktik mengajar mahasiswa melalui program PPG (pendidikan profesi guru) dan PPLK (praktik pengalaman lapangan kependidikan). Lokakarya tiga hari di Yogyakarta itu, dihadiri perwakilan Direktorat Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikti, para ketua PPG, ketua PPL, dan dosen LPTK mitra (21-23/5).

Dr Makbul Muksar Kepala Pusat PPG Universitas Negeri Malang, menyebut kegiatan ini menginspirasinya untuk mengembangkan PPG yang lebih banyak menekankan pada kegiatan praktik. ”Model pelatihan USAID PRIORITAS dapat diadopsi dalam program PPG,” tukasnya. Pertemuan ini akan berlanjut untuk merancang standar PPG dan PPLK yang lebih berkualitas dan menekankan kegiatan praktik. (Tif/Anw)

Merancang Program Pengembangan Keprofesian Guru

Yogyakarta – USAID PRIORITAS melatih 93 fasilitator dari 8 provinsi mitra untuk membantu meningkatkan kapasitas kabupaten/kota dalam penyusunan rencana strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru. “Kami memfasilitasi cara menganalisis kebutuhan pelatihan guru secara komprehensif dengan memanfaatkan data pokok pendidikan,” kata penasehat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS Mark Heyward di Yogyakarta (3/6).

Dalam merencanakan pelatihan yang komprehensif diperlukan informasi jumlah guru yang perlu dilatih, jenis pelatihan yang diprioritaskan, harga satuan pelatihan, besar dan sumber pendanaan yang tersedia, serta sumberdaya pelatihan lainnya. Produk akhirnya adalah setiap guru mendapatkan pelatihan sesuai dengan kebutuhan, baik untuk jenjang karir maupun untuk meningkatkan kompetensinya. “Kami harapkan dengan regulasi dan perencanaan PKB yang dilatihkan oleh USAID

PRIORITAS, tidak ada lagi guru yang berhenti jenjang karirnya. Selain itu, setiap peningkatan karier guru, akan bertambah pula kompetensinya,” kata Dian Wahyuni Kepala Bidang Pengembangan Profesi Pendidikan Dasar Pusbangprodik, Kemendikbud yang menjadi narasumber.

Dalam lokakarya 3 hari tersebut (3-5/6), Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Drs Musta’in, juga berbagi tentang strateginya dalam meningkatkan mutu guru di daerahnya. Musta'in menyebutkan dukungan Pemerintah Daerah Sidoarjo setiap tahun untuk peningkatan kompetensi guru mencapai 5 miliar. “Bupati juga mengeluarkan aturan agar guru menyisihkan 5% dari tunjangan profesi pendidik (TPP) untuk kepentingan peningkatan kompetensi. Kami juga mendorong diseminasi modul-modul USAID PRIORITAS untuk dikembangkan di setiap gugus,” ungkap Musta'in. (Arz)

Kepala dinas pendidikan Sidoarjo, Drs. Musta’in memberi testimoni.

Direktur Misi USAID Indonesia:

”Belajar IPA dengan Praktik, Buat Siswa Termotivasi”

Cimahi, Jawa Barat – Andrew Sisson, Direktur Misi USAID Indonesia, terkesan melihat pembelajaran IPA di SMPN 3 Cimahi. Sisson berbaur dengan siswa kelas VII yang sedang melakukan percobaan perpindahan kalor konduksi dan konveksi. Setiap kelompok siswa sedang mencoba merakit perahu bertenaga uap dengan bahan sterofom, kaleng bekas, dan lilin. Usai dirakit, setiap perahu dicoba dijalankan di atas air kolam. Riuh para siswa, guru, dan Andrew Sisson bertepuk tangan merayakan keberhasilan percobaan.

Di kelas VIII, Sisson mendapati siswa juga sedang asyik melakukan percobaan mengamati tekanan zat cair pada sistem peredaran darah manusia sebagai implementasi hukum pascal. Setiap kelompok melakukan percobaan tekanan dengan menggunakan alat suntik yang ukurannya bervariasi, selang air, minyak, dan air untuk membuktikan terjadinya tekanan.

Sisson berinteraksi dengan siswa dan

terlibat dalam percakapan. Hevina, siswa kelas VII, tidak canggung bercakap-cakap bahasa Inggris dengan Sisson. Ia mengaku senang belajar di sekolah karena pembelajarannya asyik, menyenangkan, dan mudah diikuti. “IPA mudah dipahami dengan praktik percobaan seperti ini,” katanya. Mendengar Havina fasih berbahasa Inggris, Sisson memberikan penguatan, “Havina, kamu cocok jadi diplomat.”

Eriko, siswa lain, bertanya kepada Sisson, “Apakah menurut Bapak pembelajaran kami tadi, bagus atau tidak?” Sisson menjawab, hanya dalam beberapa menit berada di tengah siswa, ia sudah mendapat kesan positif. “Pembelajarannya luar biasa,” pujinya.

Sisson terkesan dengan pembelajaran yang dilihatnya. Siswa tampak belajar dalam kelompok kecil, pembelajaran berbasis inkuiri, siswa berdiskusi, dan guru memfasilitasi siswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

Kunjungan Andrew Sisson ke SMPN 3 Cimahi untuk melihat secara langsung dampak pelatihan dan pendampingan program USAID PRIORITAS. “Belajar IPA dengan praktik membuat siswa lebih senang dan termotivasi. Kecermatan siswa dalam melakukan percobaan sains menunjukkan kemajuan yang menggembirakan,” ujar Sisson.

Tata Wikanta, Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Cimahi, mengatakan, kinerja siswa merupakan bukti program USAID PRIORITAS berdampak positif. Ia juga tengah berupaya keras meningkatkan mutu pendidikan dan USAID PRIORITAS mendorong proses pembelajaran yang bermakna guna meningkatkan mutu pendidikan. “Jadi, ini bagai gayung bersambut,” tuturnya.

Mengunjungi UPI

Andrew Sisson juga mengunjungi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk berdialog dengan dosen dan pejabat FMIPA UPI. Prof Dr Asep Kadarohman, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UPI, mengaku pihaknya melihat kemajuan penting kinerja dosen dalam mengampu perkuliahan. Para dosen, menurut Asep, lebih detail dan praktis dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dan tenaga kependidikan. Sisson tampak puas dengan dampak program, USAID PRIORITAS di sekolah dan di perguruan tinggi.

(Ds/Anw)

Optimalkan Potensi LPTK sebagai Service Provider Pendidikan Berkualitas

Andrew Sisson (kiri) berdialog dengan siswa kelas VIII SMPN 3 Cimahi yang sedang melakukan percobaan didampingi gurunya Dian Surdijani (berjilbab).

JAKARTA - Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan BPSDMPK dan PMP Kemendikbud bekerjasama dengan USAID PRIORITAS kembali melatih 280 fasilitator SMP untuk program SBSNP (Sekolah Berbasis Standar Nasional Pendidikan) yang akan melatih di 33 provinsi di seluruh Indonesia (13-16/6). “Kami bekerja sama dengan USAID PRIORITAS dengan menggunakan modul III melatih fasilitator praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam rangka pengembangan SBSNP,” jelas Dr Bastari Kepala PPMP-BPSDMPK dan PMP Kemendikbud.

Program ini merupakan kelanjutan dari

Modul III untuk 280 Fasilitator SBSNP SMP

Peserta modul III untuk fasilitator SBSNP sedang simulasi mengajar.

pelatihan modul 1 dan II yang diadaptasi untuk program SBSNP. Pelatihan ini, lanjut Bastari, merupakan bagian dari upaya agar

mutu sekolah mencapai standar nasional pendidikan. Para fasilitator pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) USAID PRIORITAS melatih para calon fasilitator SBSNP yang berasal dari LPTK, widyaiswara LPMP, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Prof Dr Astin Lukum, dosen Universitas Negeri Gorontalo, mengaku pelatihan yang diikutinya ini sangat menarik. ”Saya jadi paham pentingnya keterampilan informasi pada pembelajaran IPA selain pada aspek saintifiknya,” tukasnya.

(Anw)

Page 6: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20156 7

PRIORITAS - ProvinsiPRIORITAS - Provinsi

Gubsu dan USAID PRIORITASTingkatkan Mutu Pendidikan

“Saya sangat mengapresiasi pencapaian program USAID PRIORITAS di 15 kabupaten/kota di Sumatera Utara,” terang Gatot saat menerima Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Agus Marwan di Kantor Gubsu, Selasa (20/4).

Bupati Aceh Utara: Libatkan Warga Sekolah

Bupati Aceh Utara menyaksikan pajangan hasil implementasi pelatihan modul 1 di sekolah dan madrasah Kabupaten Aceh Utara.

Hasil Baseline Awal dan Akhir Kelas 1 SD

Nama Sekolah

Menulis (kata) Membaca (kata) Berhitung (soal)

B2 awal

B2 akhir

Peningkatan

B4 awal

B4 akhir

Peningkatan

M3 awal

M3 akhir

Peningkatan

SD Alfa Agape 2.0 3.0 1.0 0.5 4.7 4.2 5.8 11.5 5.8

SD Inpres Moai 1.5 3.0 1.5 3.2 8.3 5.1 4.2 13.6 9.4

SD YPPK Bunda Maria Pikhe 0.1 3.3 3.2 3.8 22.2 18.4 1.7 20.3 18.6

SD YPPGI Hitigima 0.1 2.0 1.9 0.0 10.0 10.0 0.6 8.5 7.9

SD Inpres Megapura 1.7 4.1 2.4 3.9 17.9 14.0 7.4 30.6 23.2

SD YPPK St. Petrus Holima 0.1 2.5 2.5 1.3 7.8 6.5 0.0 7.5 7.5

Rata-rata 0.9 3.0 2.1 2.1 11.8 9.7 3.3 15.3 12.1

Belajar dengan BPKP, Calistung Kelas 1 Meningkat Pesat

Pemanfaatan BPKP di SD YPPK Bunda Maria Pikhe, Wamena, ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan Calistung siswa.

Cimahi, Jawa Barat - Ada suasana berbeda di Aula MI Asih Putera Cimahi (20/4). Beragam alat peraga/media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan kelas, sebagian lagi tergeletak di lantai yang beralaskan karpet berwarna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan alat/media pembelajaran buatannya. “Kami melaksanakan lomba membuat media pembelajaran kreatif yang

diikuti oleh semua guru. Selama dua hari, para guru mempresentasikan media pembelajaran buatannya, “ tutur Iis Siti Aisyah SS, Kepala MI Asih Putera.

“Setiap tim guru, diberi bantuan seratus ribu rupiah untuk membeli bahan

Guru kelas III presentasikan sejumlah media pembelajaran buatannya.

Lomba Kreativitas Guru MI Asih Putera Cimahi

Jayawijaya, Papua - Setelah setahun belajar dengan buku paket kontekstual Papua (BPKP), Yayasan Kristen Wamena (YKW) dan USAID PRIORITAS melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa kelas 1 di enam sekolah mitra yang dipilih secara acak. Pada pengambilan data awal (Baseline) pada Mei 2014, siswa kelas 1 di enam sekolah tersebut di atas hanya mampu menulis rata-rata kurang dari satu kata (0,9 kata). Data yang diambil pada Maret 2015, siswa mampu menulis rata-rata 3 kata dengan tepat. Untuk kemampuan membaca siswa juga mengalami peningkatan rata-rata 9,7 kata. Awalnya para siswa rata-rata dapat membaca 2,1 kata dan diakhir program tahun pertama kemampuan membaca siswa meningkat menjadi rata-rata 11,8 kata.

Untuk kemampuan berhitung, siswa kelas 1 juga mengalami peningkatan. Para siswa diberikan soal penjumlahan dan pengurangan yang masing-masing harus dikerjakan dalam satu menit. Dalam waktu yang diberikan, siswa-siswi yang pada awalnya hanya mampu mengerjakan sebanyak 3,3 soal dengan benar. Kini mereka dapat menyelesaikan rata-rata 15,3 soal dengan benar pada akhir program tahun pertama. (Rd/Jp)

pembuatan media pembelajaran. Dari media yang kami buat ternyata berhasil membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ratu Siti Nurkhotimah, Guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif. Imas Wina Triana, ketua panitia cukup puas dengan hasil karya para guru. Setidaknya ada lebih dari 12 unit media pembelajaran untuk berbagai mata pelajaran.

Berikut beberapa hasilnya. Matematika: tangga satuan ukuran, jam serba guna, kotak operasi hitung, botol pengukur debit, dan kantong nilai tempat. IPS dan bahasa Indonesia: roda berputar, kartu kosa kata, puzzle kalimat, big book, papan kata dan kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: pohon rukun islam, kwartet sejarah nabi, dan papan muamalah syar'iyah. (Smd)

Aceh Utara, Aceh – Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaib menegaskan pentingnya keterlibatan warga sekolah mulai guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat untuk peningkatan mutu pembelajaran.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan. Semua warga sekolah harus dilibatkan,” kata bupati yang lebih akrab dipanggil Cek Mad di hadapan 45 peserta pelatihan manajemen berbasis sekolah jenjang SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS Kabupaten Aceh Utara (22/5).

“Pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS ini sangat penting,” lanjutnya, “Kenyataan yang ada saat ini manajemen sekolah di daerah kita belum mampu, bahkan ada yang belum mau melibatkan seluruh komponen terkait dalam merumuskan kebijakan tingkat sekolah. Bahkan ada sekolah yang sama sekali belum memfungsikan komite sekolah,” katanya.

Menurut Cek Mad, hal tersebut akan berdampak buruk bagi sekolah dan mutu pembelajaran. ”Tidak melibatkan warga sekolah akan mengakibatkan minimnya rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat

dalam meningkatkan mutu pembelajaran,” katanya lagi. Secara terbuka pula, Cek Mad mempersilakan warga sekolah terutama komite sekolah untuk berdiskusi dengan dirinya

”Saya mengundang komite sekolah untuk berbicara demi kemajuan sekolah kapan saja, silakan datang ke pendopo, kita sholat Maghrib bersama dan membicarakan hal-hal yang menyangkut sekolah dan pendidikan,” jelas Cek Mad yang mengedepankan peningkatan SDM dalam visi misinya.

(Tmk)

Medan, Sumatra Utara - Kemitraan yang dibangun Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugoroho, ST MSi dengan USAID PRIORITAS telah mampu meningkatkan mutu pendidikan di Sumatera Utara. Ribuan guru-guru yang dilatih USAID PRIORITAS telah menunjukkan kinerja yang terus membaik. Guru-guru itu telah mampu mendesain, melaksanakan, dan menilai hasil pembelajaran aktif (active learning).

Gatot mengatakan terus mendorong pemerintah daerah di 15 daerah mitra USAID PRIORITAS untuk melakukan perluasan penerima manfaat program USAID PRIORITAS. Ia meminta pemkab untuk mengalokasikan APBD untuk

meningkatkan kapasitas lebih banyak tenaga pendidik dan kependidikan. “Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga akan melakukan penyebarluasan melalui APBD Provinsi. Saya minta kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk melakukan perluasan program USAID PRIORITAS kepada kabupaten/kota di luar mitra USAID PRIORITAS,” tambahnya.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara, Agus Marwan mengatakan, pihaknya telah berhasil mengembangkan mutu 929 SD, SMP dan madrasah. Selain itu USAID PRIORITAS telah meningkatkan kapasitas lebih dari 4.902 tenaga pendidik dan kependidikan. “Porsi terbesar yang

mendapatkan manfaat dari program ini adalah guru sebanyak 72 persen dan kepala sekolah sebanyak 13 persen,” terangnya.

Agus Marwan menyebut dukungan Gubsu sebagai salah satu kunci keberhasilan program USAID PRIORITAS. Gubsu selalu mendorong kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS agar terus berkomitmen untuk menyediakan layanan pendidikan bermutu. Komitmen itu direalisasikan kabupaten/kota dengan mengalokasikan APBD untuk melakukan diseminasi. Pada tahun 2015 sebanyak 10 kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS telah mengalokasikan 20 miliar dari APBD untuk diseminasi program. (Eh)

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugoroho ST MSi menerima laporan tahunan USAID PRIORITAS yang diserahkan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Agus Marwan di Kantor Gubsu.

Hasil Baseline dan Monitoring Tahunan dalam Pemanfaatan BPKP

Page 7: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20156 7

PRIORITAS - ProvinsiPRIORITAS - Provinsi

Gubsu dan USAID PRIORITASTingkatkan Mutu Pendidikan

“Saya sangat mengapresiasi pencapaian program USAID PRIORITAS di 15 kabupaten/kota di Sumatera Utara,” terang Gatot saat menerima Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Agus Marwan di Kantor Gubsu, Selasa (20/4).

Bupati Aceh Utara: Libatkan Warga Sekolah

Bupati Aceh Utara menyaksikan pajangan hasil implementasi pelatihan modul 1 di sekolah dan madrasah Kabupaten Aceh Utara.

Hasil Baseline Awal dan Akhir Kelas 1 SD

Nama Sekolah

Menulis (kata) Membaca (kata) Berhitung (soal)

B2 awal

B2 akhir

Peningkatan

B4 awal

B4 akhir

Peningkatan

M3 awal

M3 akhir

Peningkatan

SD Alfa Agape 2.0 3.0 1.0 0.5 4.7 4.2 5.8 11.5 5.8

SD Inpres Moai 1.5 3.0 1.5 3.2 8.3 5.1 4.2 13.6 9.4

SD YPPK Bunda Maria Pikhe 0.1 3.3 3.2 3.8 22.2 18.4 1.7 20.3 18.6

SD YPPGI Hitigima 0.1 2.0 1.9 0.0 10.0 10.0 0.6 8.5 7.9

SD Inpres Megapura 1.7 4.1 2.4 3.9 17.9 14.0 7.4 30.6 23.2

SD YPPK St. Petrus Holima 0.1 2.5 2.5 1.3 7.8 6.5 0.0 7.5 7.5

Rata-rata 0.9 3.0 2.1 2.1 11.8 9.7 3.3 15.3 12.1

Belajar dengan BPKP, Calistung Kelas 1 Meningkat Pesat

Pemanfaatan BPKP di SD YPPK Bunda Maria Pikhe, Wamena, ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan Calistung siswa.

Cimahi, Jawa Barat - Ada suasana berbeda di Aula MI Asih Putera Cimahi (20/4). Beragam alat peraga/media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan kelas, sebagian lagi tergeletak di lantai yang beralaskan karpet berwarna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan alat/media pembelajaran buatannya. “Kami melaksanakan lomba membuat media pembelajaran kreatif yang

diikuti oleh semua guru. Selama dua hari, para guru mempresentasikan media pembelajaran buatannya, “ tutur Iis Siti Aisyah SS, Kepala MI Asih Putera.

“Setiap tim guru, diberi bantuan seratus ribu rupiah untuk membeli bahan

Guru kelas III presentasikan sejumlah media pembelajaran buatannya.

Lomba Kreativitas Guru MI Asih Putera Cimahi

Jayawijaya, Papua - Setelah setahun belajar dengan buku paket kontekstual Papua (BPKP), Yayasan Kristen Wamena (YKW) dan USAID PRIORITAS melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa kelas 1 di enam sekolah mitra yang dipilih secara acak. Pada pengambilan data awal (Baseline) pada Mei 2014, siswa kelas 1 di enam sekolah tersebut di atas hanya mampu menulis rata-rata kurang dari satu kata (0,9 kata). Data yang diambil pada Maret 2015, siswa mampu menulis rata-rata 3 kata dengan tepat. Untuk kemampuan membaca siswa juga mengalami peningkatan rata-rata 9,7 kata. Awalnya para siswa rata-rata dapat membaca 2,1 kata dan diakhir program tahun pertama kemampuan membaca siswa meningkat menjadi rata-rata 11,8 kata.

Untuk kemampuan berhitung, siswa kelas 1 juga mengalami peningkatan. Para siswa diberikan soal penjumlahan dan pengurangan yang masing-masing harus dikerjakan dalam satu menit. Dalam waktu yang diberikan, siswa-siswi yang pada awalnya hanya mampu mengerjakan sebanyak 3,3 soal dengan benar. Kini mereka dapat menyelesaikan rata-rata 15,3 soal dengan benar pada akhir program tahun pertama. (Rd/Jp)

pembuatan media pembelajaran. Dari media yang kami buat ternyata berhasil membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ratu Siti Nurkhotimah, Guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif. Imas Wina Triana, ketua panitia cukup puas dengan hasil karya para guru. Setidaknya ada lebih dari 12 unit media pembelajaran untuk berbagai mata pelajaran.

Berikut beberapa hasilnya. Matematika: tangga satuan ukuran, jam serba guna, kotak operasi hitung, botol pengukur debit, dan kantong nilai tempat. IPS dan bahasa Indonesia: roda berputar, kartu kosa kata, puzzle kalimat, big book, papan kata dan kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: pohon rukun islam, kwartet sejarah nabi, dan papan muamalah syar'iyah. (Smd)

Aceh Utara, Aceh – Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaib menegaskan pentingnya keterlibatan warga sekolah mulai guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat untuk peningkatan mutu pembelajaran.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan. Semua warga sekolah harus dilibatkan,” kata bupati yang lebih akrab dipanggil Cek Mad di hadapan 45 peserta pelatihan manajemen berbasis sekolah jenjang SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS Kabupaten Aceh Utara (22/5).

“Pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS ini sangat penting,” lanjutnya, “Kenyataan yang ada saat ini manajemen sekolah di daerah kita belum mampu, bahkan ada yang belum mau melibatkan seluruh komponen terkait dalam merumuskan kebijakan tingkat sekolah. Bahkan ada sekolah yang sama sekali belum memfungsikan komite sekolah,” katanya.

Menurut Cek Mad, hal tersebut akan berdampak buruk bagi sekolah dan mutu pembelajaran. ”Tidak melibatkan warga sekolah akan mengakibatkan minimnya rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat

dalam meningkatkan mutu pembelajaran,” katanya lagi. Secara terbuka pula, Cek Mad mempersilakan warga sekolah terutama komite sekolah untuk berdiskusi dengan dirinya

”Saya mengundang komite sekolah untuk berbicara demi kemajuan sekolah kapan saja, silakan datang ke pendopo, kita sholat Maghrib bersama dan membicarakan hal-hal yang menyangkut sekolah dan pendidikan,” jelas Cek Mad yang mengedepankan peningkatan SDM dalam visi misinya.

(Tmk)

Medan, Sumatra Utara - Kemitraan yang dibangun Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugoroho, ST MSi dengan USAID PRIORITAS telah mampu meningkatkan mutu pendidikan di Sumatera Utara. Ribuan guru-guru yang dilatih USAID PRIORITAS telah menunjukkan kinerja yang terus membaik. Guru-guru itu telah mampu mendesain, melaksanakan, dan menilai hasil pembelajaran aktif (active learning).

Gatot mengatakan terus mendorong pemerintah daerah di 15 daerah mitra USAID PRIORITAS untuk melakukan perluasan penerima manfaat program USAID PRIORITAS. Ia meminta pemkab untuk mengalokasikan APBD untuk

meningkatkan kapasitas lebih banyak tenaga pendidik dan kependidikan. “Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga akan melakukan penyebarluasan melalui APBD Provinsi. Saya minta kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk melakukan perluasan program USAID PRIORITAS kepada kabupaten/kota di luar mitra USAID PRIORITAS,” tambahnya.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara, Agus Marwan mengatakan, pihaknya telah berhasil mengembangkan mutu 929 SD, SMP dan madrasah. Selain itu USAID PRIORITAS telah meningkatkan kapasitas lebih dari 4.902 tenaga pendidik dan kependidikan. “Porsi terbesar yang

mendapatkan manfaat dari program ini adalah guru sebanyak 72 persen dan kepala sekolah sebanyak 13 persen,” terangnya.

Agus Marwan menyebut dukungan Gubsu sebagai salah satu kunci keberhasilan program USAID PRIORITAS. Gubsu selalu mendorong kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS agar terus berkomitmen untuk menyediakan layanan pendidikan bermutu. Komitmen itu direalisasikan kabupaten/kota dengan mengalokasikan APBD untuk melakukan diseminasi. Pada tahun 2015 sebanyak 10 kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS telah mengalokasikan 20 miliar dari APBD untuk diseminasi program. (Eh)

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugoroho ST MSi menerima laporan tahunan USAID PRIORITAS yang diserahkan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Agus Marwan di Kantor Gubsu.

Hasil Baseline dan Monitoring Tahunan dalam Pemanfaatan BPKP

Page 8: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Eka Vashanti Lubis, SPd, Guru Kelas IV B SDN 050728 Tanjung Pura mengajari murid-muridnya mengingat dan mengenal pantun

dengan bermain dadu.

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20158 9

Langkat, Sumatra Utara - Alat yang digunakan dadu besar terbuat dari gabus atau karton, guntingan-guntingan kertas yang di dalamnya ditulis macam-macam pantun (harus banyak), dan kertas instruksi yang berisi perintah yang harus dilakukan siswa sesuai dengan angka yang muncul saat dadu di lempar. Kertas perintah ini berisi 6 instruksi yang isinya berbeda-beda. Agar bisa lebih variatif, kertas perintah ini dibuat beberapa dan digunakan berganti-ganti.

Cara bermainnya, siswa bergantian melempar dadu. Jika angka yang keluar adalah angka 5, maka carilah instruksi nomor 5 pada kertas instruksi. Siswa yang melempar dadu tadi harus melakukan instruksi yang terdapat pada kertas. Misal, “Carilah 5 buah pantun jenaka.” Jika instruksi ini yang didapat, si murid harus mencari 5 buah pantun jenaka yang terdapat pada guntingan-guntingan kertas berisi bermacam-macam pantun.

Sebelum masuk ke permainan ini, guru terlebih dahulu menjelaskan tentang pantun dan bermacam-macam jenis pantun kepada murid-muridnya. Pelajaran bisa dimulai juga dengan membuat lembar kerja menarik garis-garis untuk mengelompokkan pantun sesuai dengan jenisnya. Misalnya, jodohkanlah pantun di bawah ini dengan menarik garis!

1.Banyak batang sagu rumbia a. Agama

Banyak bersagu sangat berguna

Bersenang-senang hidup di dunia

Banyak menimba ilmu berguna

2.Kemuning di dalam semak b. Nasehat

Jatuh melayang ke dalam paya

Meski ilmu setinggi tegak

Tidak sembahyang apa gunanya. (Eka)

Salah satu murid memegang dadu untuk memilih instruksi.

Lempar Dadunya, Cari Pantunnya

Blitar, Jawa Timur - Kathryn Trijatha Putri Rahayu, dikenal sebagai anak yang pandai di kelasnya, namun Kepala SDN Kalipang 1 Kabupaten Blitar Witarti Prasiwi SPd tak menduga bahwa siswanya tersebut bakal meraih nilai sempurna 300, dari 3 pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika

Siswa SDN Kalipang 1 Blitar, Kathryn Trijatha Putri Rahayu

Raih Nilai Sempurna Ujian Nasional Mengukur Debit Kran Air di Sekolah

Produk laporan individu siswa setelah menghitung debit air kran sekolah.

Semarang, Jawa Tengah – USAID PRIORITAS memfasilitasi kerja sama LPTK di Jawa Tengah (Universitas Negeri Semarang/UNNES) dengan universitas di Amerika (Florida State University/FSI) untuk mengembangkan program literasi kelas awal di sekolah dasar. Program tersebut direalisasikan dalam lokakarya bertema Translating Research into Practice: New Directions in Literacy yang diikuti para dosen UNNES, UPGRIS, UKSW Salatiga, UNY, dan UIN Walisongo Semarang, serta pengawas dan guru dari sekolah mitra UNNES (13-17/5).

Lokakarya tersebut difasilitasi langsung oleh Dr Marion Fesmire dan Dr Norma Evans perwakilan dari FSU Amerika. Menurut Marion Fesmire, LPTK perlu mengembangkan penelitian tentang bagaimana seorang siswa belajar mengembangkan keterampilan literasinya, baik dalam membaca, menulis, dan berbicara, serta bagaimana seorang guru dapat mendukung keterampilan literasi dan mengembangkan media pembelajaran serta

alat ukurnya. “Kita juga perlu mengembangkan panduan-panduan bagi sekolah tingkat dasar berdasar pengalaman praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran membaca dan literasi,” ungkapnya lebih lanjut.

Lokakarya tersebut juga membahas perkuliahan literasi kelas awal yang telah diberikan di LPTK dan mendiskusikan topik-topik yang penting untuk dibahas terkait dengan pembelajaran literasi kelas awal. Mereka mereviu silabus-silabus yang selama ini sudah ada untuk memperkenalkan penelitian dasar dan mengetahui kesenjangan yang ada serta cara mengembangkannya.

Selain itu, peserta mengidentifikasi suplemen sumber pembelajaran (modul, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lain-lain) yang dibutuhkan untuk mengembangkan serta proses kolaboratif dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pengembangan sumber pembelajaran tersebut.

Dorong Literasi LPTK Lintas Negara

Dr Marion memandu peserta memberikan pendapat tentang pentingnya konsep bahan tercetak dalam pembelajaran literasi di kelas awal.

Wakil Rektor IV UNNES Prof Dr Rustono menyampaikan harapannya kemitraan UNNES dan FSU melalui lokakarya tersebut dapat menghasilkan produk yang bisa digunakan secara bersama-sama antara FSU, UNNES, dan LPTK lainnya. ”Kami ingin memastikan bahwa lulusan LPTK mampu mendampingi siswa dalam menguasai kemampuan literasi,” katanya. (Arz)

Cilegon, Banten - “Anak-anak, pelajaran matematika kita kali ini akan membahas pengukuran volume,” sapa Nani Muryati, S.Pd., guru kelas VI SDSN Sumampir Cilegon mengawali pembelajaran. Lalu ia bertanya, “Jika sebuah kran air mampu mengalirkan air sebanyak 100 liter dalam waktu 20 menit. Berapakah banyaknya air yang dialirkan kran tersebut dalam sehari?” Untuk menjawab pertanyaan, Nani meminta siswa secara berkelompok melakukan eksplorasi dengan peralatan yang ada seperti ember atau galon untuk menampung air, stopwatch dan penggaris.

Kemudian siswa diajak keluar kelas menuju kran air sekolah yang tampak berjejer di dekat taman sekolah. “Sekarang secara berkelompok, kita akan mengamati dan mencatat volume air yang keluar dari kran. Silakan kalian meletakkan ember dan galon di bawah kran air!” Siswa pun mengikuti instruksi yang diberikan Nani.

Selanjutnya, siswa mengamati perbedaan aliran air yang memenuhi ember dan galon hingga terisi penuh. Langkah pertama, siswa menghidupkan kran air dengan aliran kecil hingga tempat penampungan air seperti ember dan galon terisi penuh. Siswa pun mencatat waktu yang diperlukan agar ember dan galon terisi penuh dengan stopwatch. Langkah kedua, siswa pun melakukan hal yang sama untuk aliran besar. Hasil perhitungan kedua perbedaan aliran air dicatat dan dibandingkan.

“Agar kalian bisa menemukan banyaknya air yang dialirkan kran dalam kasus yang sudah ibu bagikan, kini hitunglah kecepatan air yang keluar dari kran dengan membagi volum ember atau galon, tempat kalian menampung air dengan waktu yang sudah dicatat!” seru Nani. Kemudian siswa pun menghitung volum dari ember atau galon yang mereka miliki dengan rumus matematika. “Sekarang, simpulkan hasil perhitungan kalian sebelum menjawab contoh kasus yang sudah ibu berikan sebelumnya!” lanjut Nani sekali lagi. Di akhir pembelajaran siswa membuat laporan ketepatan pengukuran dan kesimpulan berdasar fakta yang diperoleh. (Anl)

dan IPA) yang diujikan saat ujian nasional (UN) tingkat SD.

Nilai itu sekaligus mengukuhkan Kathryn Trijatha Putri Rahayu sebagai peraih nilai tertinggi se-Jawa Timur untuk rayon 24 Kabupaten Blitar. Prestasi tersebut menjadi prestasi tertinggi di sekolahnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, SDN Kalipang 1 biasanya

hanya puas berada di urutan 5 tingkat kabupaten atau urutan 1 di tingkat kecamatan saja. “Ini benar-benar luar biasa. Saya sangat bersyukur atas pencapaian prestasi ini,” ujar wanita ramah itu.

Satu siswa lainnya yakni Aziza Putri

Syaharani juga meraih prestasi yang sama, dan berada di urutan dua dengan nilai 298.

Prestasi yang diraih SDN Kalipang 1 dan Kathryn Trijatha Putri Rahayu, tidak lepas dari komitmen kepala sekolah dan guru menerapkan pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS. Kepala sekolah telah melakukan beberapa perubahan. Seperti menerapkan pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca. “Sangat terasa bedanya. Sekarang anak-anak jadi merasa lebih nyaman dan senang saat belajar di sekolah. Artinya dengan semangat itu, kita berharap kualitas pendidikan siswa jadi lebih bagus,” ujarnya.

Sementara pada tingkat daerah, salah satu daerah mitra USAID PRIORITAS, yaitu Kabupaten Sidoarjo, berhasil mencapai nilai rata-rata tertinggi di Provinsi Jawa Timur, dengan nilai total 263,58. Sidoarjo selama ini juga aktif mendiseminasikan pelatihan USAID PRIORITAS.

(Hr)

Pembelajaran aktif di SDN Kalipang Blitar, berhasil membuat siswanya meraih nilai tertinggi ujian nasional.

Page 9: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Eka Vashanti Lubis, SPd, Guru Kelas IV B SDN 050728 Tanjung Pura mengajari murid-muridnya mengingat dan mengenal pantun

dengan bermain dadu.

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 20158 9

Langkat, Sumatra Utara - Alat yang digunakan dadu besar terbuat dari gabus atau karton, guntingan-guntingan kertas yang di dalamnya ditulis macam-macam pantun (harus banyak), dan kertas instruksi yang berisi perintah yang harus dilakukan siswa sesuai dengan angka yang muncul saat dadu di lempar. Kertas perintah ini berisi 6 instruksi yang isinya berbeda-beda. Agar bisa lebih variatif, kertas perintah ini dibuat beberapa dan digunakan berganti-ganti.

Cara bermainnya, siswa bergantian melempar dadu. Jika angka yang keluar adalah angka 5, maka carilah instruksi nomor 5 pada kertas instruksi. Siswa yang melempar dadu tadi harus melakukan instruksi yang terdapat pada kertas. Misal, “Carilah 5 buah pantun jenaka.” Jika instruksi ini yang didapat, si murid harus mencari 5 buah pantun jenaka yang terdapat pada guntingan-guntingan kertas berisi bermacam-macam pantun.

Sebelum masuk ke permainan ini, guru terlebih dahulu menjelaskan tentang pantun dan bermacam-macam jenis pantun kepada murid-muridnya. Pelajaran bisa dimulai juga dengan membuat lembar kerja menarik garis-garis untuk mengelompokkan pantun sesuai dengan jenisnya. Misalnya, jodohkanlah pantun di bawah ini dengan menarik garis!

1.Banyak batang sagu rumbia a. Agama

Banyak bersagu sangat berguna

Bersenang-senang hidup di dunia

Banyak menimba ilmu berguna

2.Kemuning di dalam semak b. Nasehat

Jatuh melayang ke dalam paya

Meski ilmu setinggi tegak

Tidak sembahyang apa gunanya. (Eka)

Salah satu murid memegang dadu untuk memilih instruksi.

Lempar Dadunya, Cari Pantunnya

Blitar, Jawa Timur - Kathryn Trijatha Putri Rahayu, dikenal sebagai anak yang pandai di kelasnya, namun Kepala SDN Kalipang 1 Kabupaten Blitar Witarti Prasiwi SPd tak menduga bahwa siswanya tersebut bakal meraih nilai sempurna 300, dari 3 pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika

Siswa SDN Kalipang 1 Blitar, Kathryn Trijatha Putri Rahayu

Raih Nilai Sempurna Ujian Nasional Mengukur Debit Kran Air di Sekolah

Produk laporan individu siswa setelah menghitung debit air kran sekolah.

Semarang, Jawa Tengah – USAID PRIORITAS memfasilitasi kerja sama LPTK di Jawa Tengah (Universitas Negeri Semarang/UNNES) dengan universitas di Amerika (Florida State University/FSI) untuk mengembangkan program literasi kelas awal di sekolah dasar. Program tersebut direalisasikan dalam lokakarya bertema Translating Research into Practice: New Directions in Literacy yang diikuti para dosen UNNES, UPGRIS, UKSW Salatiga, UNY, dan UIN Walisongo Semarang, serta pengawas dan guru dari sekolah mitra UNNES (13-17/5).

Lokakarya tersebut difasilitasi langsung oleh Dr Marion Fesmire dan Dr Norma Evans perwakilan dari FSU Amerika. Menurut Marion Fesmire, LPTK perlu mengembangkan penelitian tentang bagaimana seorang siswa belajar mengembangkan keterampilan literasinya, baik dalam membaca, menulis, dan berbicara, serta bagaimana seorang guru dapat mendukung keterampilan literasi dan mengembangkan media pembelajaran serta

alat ukurnya. “Kita juga perlu mengembangkan panduan-panduan bagi sekolah tingkat dasar berdasar pengalaman praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran membaca dan literasi,” ungkapnya lebih lanjut.

Lokakarya tersebut juga membahas perkuliahan literasi kelas awal yang telah diberikan di LPTK dan mendiskusikan topik-topik yang penting untuk dibahas terkait dengan pembelajaran literasi kelas awal. Mereka mereviu silabus-silabus yang selama ini sudah ada untuk memperkenalkan penelitian dasar dan mengetahui kesenjangan yang ada serta cara mengembangkannya.

Selain itu, peserta mengidentifikasi suplemen sumber pembelajaran (modul, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lain-lain) yang dibutuhkan untuk mengembangkan serta proses kolaboratif dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pengembangan sumber pembelajaran tersebut.

Dorong Literasi LPTK Lintas Negara

Dr Marion memandu peserta memberikan pendapat tentang pentingnya konsep bahan tercetak dalam pembelajaran literasi di kelas awal.

Wakil Rektor IV UNNES Prof Dr Rustono menyampaikan harapannya kemitraan UNNES dan FSU melalui lokakarya tersebut dapat menghasilkan produk yang bisa digunakan secara bersama-sama antara FSU, UNNES, dan LPTK lainnya. ”Kami ingin memastikan bahwa lulusan LPTK mampu mendampingi siswa dalam menguasai kemampuan literasi,” katanya. (Arz)

Cilegon, Banten - “Anak-anak, pelajaran matematika kita kali ini akan membahas pengukuran volume,” sapa Nani Muryati, S.Pd., guru kelas VI SDSN Sumampir Cilegon mengawali pembelajaran. Lalu ia bertanya, “Jika sebuah kran air mampu mengalirkan air sebanyak 100 liter dalam waktu 20 menit. Berapakah banyaknya air yang dialirkan kran tersebut dalam sehari?” Untuk menjawab pertanyaan, Nani meminta siswa secara berkelompok melakukan eksplorasi dengan peralatan yang ada seperti ember atau galon untuk menampung air, stopwatch dan penggaris.

Kemudian siswa diajak keluar kelas menuju kran air sekolah yang tampak berjejer di dekat taman sekolah. “Sekarang secara berkelompok, kita akan mengamati dan mencatat volume air yang keluar dari kran. Silakan kalian meletakkan ember dan galon di bawah kran air!” Siswa pun mengikuti instruksi yang diberikan Nani.

Selanjutnya, siswa mengamati perbedaan aliran air yang memenuhi ember dan galon hingga terisi penuh. Langkah pertama, siswa menghidupkan kran air dengan aliran kecil hingga tempat penampungan air seperti ember dan galon terisi penuh. Siswa pun mencatat waktu yang diperlukan agar ember dan galon terisi penuh dengan stopwatch. Langkah kedua, siswa pun melakukan hal yang sama untuk aliran besar. Hasil perhitungan kedua perbedaan aliran air dicatat dan dibandingkan.

“Agar kalian bisa menemukan banyaknya air yang dialirkan kran dalam kasus yang sudah ibu bagikan, kini hitunglah kecepatan air yang keluar dari kran dengan membagi volum ember atau galon, tempat kalian menampung air dengan waktu yang sudah dicatat!” seru Nani. Kemudian siswa pun menghitung volum dari ember atau galon yang mereka miliki dengan rumus matematika. “Sekarang, simpulkan hasil perhitungan kalian sebelum menjawab contoh kasus yang sudah ibu berikan sebelumnya!” lanjut Nani sekali lagi. Di akhir pembelajaran siswa membuat laporan ketepatan pengukuran dan kesimpulan berdasar fakta yang diperoleh. (Anl)

dan IPA) yang diujikan saat ujian nasional (UN) tingkat SD.

Nilai itu sekaligus mengukuhkan Kathryn Trijatha Putri Rahayu sebagai peraih nilai tertinggi se-Jawa Timur untuk rayon 24 Kabupaten Blitar. Prestasi tersebut menjadi prestasi tertinggi di sekolahnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, SDN Kalipang 1 biasanya

hanya puas berada di urutan 5 tingkat kabupaten atau urutan 1 di tingkat kecamatan saja. “Ini benar-benar luar biasa. Saya sangat bersyukur atas pencapaian prestasi ini,” ujar wanita ramah itu.

Satu siswa lainnya yakni Aziza Putri

Syaharani juga meraih prestasi yang sama, dan berada di urutan dua dengan nilai 298.

Prestasi yang diraih SDN Kalipang 1 dan Kathryn Trijatha Putri Rahayu, tidak lepas dari komitmen kepala sekolah dan guru menerapkan pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS. Kepala sekolah telah melakukan beberapa perubahan. Seperti menerapkan pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca. “Sangat terasa bedanya. Sekarang anak-anak jadi merasa lebih nyaman dan senang saat belajar di sekolah. Artinya dengan semangat itu, kita berharap kualitas pendidikan siswa jadi lebih bagus,” ujarnya.

Sementara pada tingkat daerah, salah satu daerah mitra USAID PRIORITAS, yaitu Kabupaten Sidoarjo, berhasil mencapai nilai rata-rata tertinggi di Provinsi Jawa Timur, dengan nilai total 263,58. Sidoarjo selama ini juga aktif mendiseminasikan pelatihan USAID PRIORITAS.

(Hr)

Pembelajaran aktif di SDN Kalipang Blitar, berhasil membuat siswanya meraih nilai tertinggi ujian nasional.

Page 10: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201510 11

Membuat Perahu Pegas dari Botol Plastik

Labuhanbatu, Sumatera Utara - Siswa juga menyukai belajar di luar kelas karena menurut mereka belajar di luar kelas sesekali akan menjauhkan dari rasa bosan. Apalagi belajar tentang IPA. Kegiatan praktik langsung yang sederhana membuat pembelajaran IPA jauh lebih menyenangkan. Untuk menjelaskan pola penggunaan dan perpindahan gaya terutama untuk hubungan antara gaya dan gerak saya menggunakan ketapel dan perahu pegas. Karena membuat ketapel sudah pernah saya ajarkan, kali ini saya mengajarkan siswa membuat perahu pegas.

Saya selalu suka mengajak para murid untuk melakukan praktik-praktik sederhana di luar kelas agar para murid dapat dengan mudah memahami pelajaran.

Alat dan Bahan:

- Botol plastik bekas atau batang pohon pisang- Selotip- Sepasang sumpit kayu/bambu- Karet gelang- 2 lembar plastik mika/ triplek berukuran 2 cm x 6 cm- 1 baskom berisi air bersih- Gunting

Cara membuatnya:

- Potonglah bagian tengah dari kedua plastik mika/triplek dengan menyisakan sebagiannya agar keduanya bisa saling bertaut. Tautkanlah kedua plastik mika atau triplek tersebut sehingga bentuknya bisa menyerupai baling-baling.

- Rekatkanlah sumpit di bagian kanan dan kiri botol plastik dengan menggunakan selotip

- Rentangkanlah karet gelang pada ujung sumpit dan dan sisipkanlah baling-baling dari triplek atau plastik mika yang sudah dibuat sebelumnya.

- Putarlah baling-baling dengan karet pada ujung sumpit hingga karet mengencang.

- Masukkanlah perahu pegas yang sudah jadi tersebut ke dalam baskom berisi air bersih.

- Perahu pegas siap meluncur. Biarkanlah para siswa memperhatikan dan mempraktikkannya berulang-ulang.

Dengan alat-alat yang sudah ada, siswa kemudian dibagi dalam kelompok kecil untuk membuat perahu pegasnya masing-masing dan kemudian mintalah mereka mengamati perahu pegas pada baskom yang berisi air.

Untuk membuat kesimpulan, siswa diberi pertanyaan,” Coba amati apa yang menyebabkan perahu bergerak lebih cepat?” Pada akhirnya siswa sampai kepada kesimpulan:

- Yang menyebabkan perahu pegas dapat bergerak adalah karet gelang yang ditarik mengencang dengan bantuan baling-baling dari triplek atau plastik mika,

- Semakin banyak karet gelang yang digunakan, maka perahu semakin bergerak cepat.

Dari praktik sederhana ini diharapkan para siswa dapat menyebutkan pengertian tentang gaya, siswa dapat menjelaskan

faktor yang mempengaruhi gerak benda, siswa mampu membuat alat-alat sederhana sendiri yang berhubungan dengan gaya, siswa mampu pula menjelaskan cara

pembuatannya, dan siswa dapat menjelaskan hubungan gaya dan gerak pada alat sederhana yang mereka buat tersebut. (eka)

Berhasil membuat perahu pegasnya, masing-masing

siswa menguji apakah perahu pegasnya bisa

berfungsi dengan baik.

Para siswa menikmati belajar di halaman sekolah saat membuat perahu pegas.

Oleh Jelita Hati Harahap SPd, Guru Kelas VI MIN Urung Kompas, Labuhanbatu, Sumatra Utara

Maros, Sulawesi Selatan - Untuk memudahkan siswa mengingat pelajaran yang diberikan guru, haruslah ada momen tersendiri yang dapat mengantarkan siswa untuk mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan. Dengan momen tersebut, peserta didik akan terkesan mendalam terhadap suatu pelajaran.

Menurut sebagian orang, pelajaran bahasa Indonesia susah untuk dibuatkan medianya. Untuk menepis anggapan tersebut, maka perlu dirancang teknik dan metode pembelajaran yang kreatif, yakni belajar sambil bermain. Salah satunya adalah dengan penerapan teknik permainan PTK dan PTC. PTK, bukan penelitian tindakan kelas, tetapi “Papan Temu Kata”, sedangkan PTC adalah “Papan Temu Cerita”.

PTK dan PTC, adalah suatu teknik pembelajaran dengan menggunakan papan catur. Namun, papan catur tersebut bukanlah papan catur yang biasa digunakan. Akan tetapi, papan catur yang dibuat dan dirancang sendiri oleh guru sesuai dengan kalimat dan cerita yang telah diskenariokan.

PTK dan PTC, Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Alat dan bahan yang digunakan

1. Kartu kontrol. Berisi petunjuk dan panduan untuk mengetahui kata dan kalimat serta letak kata tersebut. Berikut contoh kartu kontrol:

2. Penutup botol air mineral. Gunanya untuk meletakkan huruf-huruf. Berikut contohnya:

S A Y U R

M A Y U R

Aku terdiri dari dua kata, dan termasuk kata ulang bervariasi. Aku berada pada baris keempat

Cara memainkan

PTK dan PTC dimainkan secara berpasangan. Tiap pemain memiliki batas daerah masing-masing. Semua huruf yang ada pada tutup botol, dan kalimat yang ada pada kartu kontrol, telah diskenariokan dan disusun oleh guru. Kedua pemain ini masing-masing memiliki kartu kontrol yang berbeda yang nantinya akan membentuk kata.

Pemain pertama memulai permainan dengan membaca kartu kontrol. Setelah membaca kartu kontrol, pemain pertama mengikuti petunjuk yang ada pada kartu kontrol tersebut. Jika huruf yang ada ada di daerahnya tidak ada, maka pemain pertama boleh mencari dan mengambil huruf yang ada pada daerah pemain kedua. Demikian juga sebaliknya. Demikian dilakukan sampai semua kartu kontrol habis dibaca dan membentuk kata yang tepat. Jika yang dimainkan adalah PTC, maka kedua pemain akan menemukan cerita singkat dari tutup botol tersebut. Permainan PTK dan PTC ini sangat menarik, karena perpaduan antara permainan catur dan permainan kuartet. Permainan yang sudah dikenal oleh siswa.***

Oleh Hajerah Kadir, Guru SD Negeri No. 2 Maros

Dalam setiap pembelajaran, seharusnya seorang guru

menerapkan pembelajaran yang bermakna. Artinya

pembelajaran tersebut dapat membekas dalam pikiran, dan

tingkah laku peserta didik. Untuk menciptakan suatu

pembelajaran bermakna, guru harus merancang pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara maksimal.

3. Papan Catur

Tutup botol

Kartu kontrol

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 11: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201510 11

Membuat Perahu Pegas dari Botol Plastik

Labuhanbatu, Sumatera Utara - Siswa juga menyukai belajar di luar kelas karena menurut mereka belajar di luar kelas sesekali akan menjauhkan dari rasa bosan. Apalagi belajar tentang IPA. Kegiatan praktik langsung yang sederhana membuat pembelajaran IPA jauh lebih menyenangkan. Untuk menjelaskan pola penggunaan dan perpindahan gaya terutama untuk hubungan antara gaya dan gerak saya menggunakan ketapel dan perahu pegas. Karena membuat ketapel sudah pernah saya ajarkan, kali ini saya mengajarkan siswa membuat perahu pegas.

Saya selalu suka mengajak para murid untuk melakukan praktik-praktik sederhana di luar kelas agar para murid dapat dengan mudah memahami pelajaran.

Alat dan Bahan:

- Botol plastik bekas atau batang pohon pisang- Selotip- Sepasang sumpit kayu/bambu- Karet gelang- 2 lembar plastik mika/ triplek berukuran 2 cm x 6 cm- 1 baskom berisi air bersih- Gunting

Cara membuatnya:

- Potonglah bagian tengah dari kedua plastik mika/triplek dengan menyisakan sebagiannya agar keduanya bisa saling bertaut. Tautkanlah kedua plastik mika atau triplek tersebut sehingga bentuknya bisa menyerupai baling-baling.

- Rekatkanlah sumpit di bagian kanan dan kiri botol plastik dengan menggunakan selotip

- Rentangkanlah karet gelang pada ujung sumpit dan dan sisipkanlah baling-baling dari triplek atau plastik mika yang sudah dibuat sebelumnya.

- Putarlah baling-baling dengan karet pada ujung sumpit hingga karet mengencang.

- Masukkanlah perahu pegas yang sudah jadi tersebut ke dalam baskom berisi air bersih.

- Perahu pegas siap meluncur. Biarkanlah para siswa memperhatikan dan mempraktikkannya berulang-ulang.

Dengan alat-alat yang sudah ada, siswa kemudian dibagi dalam kelompok kecil untuk membuat perahu pegasnya masing-masing dan kemudian mintalah mereka mengamati perahu pegas pada baskom yang berisi air.

Untuk membuat kesimpulan, siswa diberi pertanyaan,” Coba amati apa yang menyebabkan perahu bergerak lebih cepat?” Pada akhirnya siswa sampai kepada kesimpulan:

- Yang menyebabkan perahu pegas dapat bergerak adalah karet gelang yang ditarik mengencang dengan bantuan baling-baling dari triplek atau plastik mika,

- Semakin banyak karet gelang yang digunakan, maka perahu semakin bergerak cepat.

Dari praktik sederhana ini diharapkan para siswa dapat menyebutkan pengertian tentang gaya, siswa dapat menjelaskan

faktor yang mempengaruhi gerak benda, siswa mampu membuat alat-alat sederhana sendiri yang berhubungan dengan gaya, siswa mampu pula menjelaskan cara

pembuatannya, dan siswa dapat menjelaskan hubungan gaya dan gerak pada alat sederhana yang mereka buat tersebut. (eka)

Berhasil membuat perahu pegasnya, masing-masing

siswa menguji apakah perahu pegasnya bisa

berfungsi dengan baik.

Para siswa menikmati belajar di halaman sekolah saat membuat perahu pegas.

Oleh Jelita Hati Harahap SPd, Guru Kelas VI MIN Urung Kompas, Labuhanbatu, Sumatra Utara

Maros, Sulawesi Selatan - Untuk memudahkan siswa mengingat pelajaran yang diberikan guru, haruslah ada momen tersendiri yang dapat mengantarkan siswa untuk mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan. Dengan momen tersebut, peserta didik akan terkesan mendalam terhadap suatu pelajaran.

Menurut sebagian orang, pelajaran bahasa Indonesia susah untuk dibuatkan medianya. Untuk menepis anggapan tersebut, maka perlu dirancang teknik dan metode pembelajaran yang kreatif, yakni belajar sambil bermain. Salah satunya adalah dengan penerapan teknik permainan PTK dan PTC. PTK, bukan penelitian tindakan kelas, tetapi “Papan Temu Kata”, sedangkan PTC adalah “Papan Temu Cerita”.

PTK dan PTC, adalah suatu teknik pembelajaran dengan menggunakan papan catur. Namun, papan catur tersebut bukanlah papan catur yang biasa digunakan. Akan tetapi, papan catur yang dibuat dan dirancang sendiri oleh guru sesuai dengan kalimat dan cerita yang telah diskenariokan.

PTK dan PTC, Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Alat dan bahan yang digunakan

1. Kartu kontrol. Berisi petunjuk dan panduan untuk mengetahui kata dan kalimat serta letak kata tersebut. Berikut contoh kartu kontrol:

2. Penutup botol air mineral. Gunanya untuk meletakkan huruf-huruf. Berikut contohnya:

S A Y U R

M A Y U R

Aku terdiri dari dua kata, dan termasuk kata ulang bervariasi. Aku berada pada baris keempat

Cara memainkan

PTK dan PTC dimainkan secara berpasangan. Tiap pemain memiliki batas daerah masing-masing. Semua huruf yang ada pada tutup botol, dan kalimat yang ada pada kartu kontrol, telah diskenariokan dan disusun oleh guru. Kedua pemain ini masing-masing memiliki kartu kontrol yang berbeda yang nantinya akan membentuk kata.

Pemain pertama memulai permainan dengan membaca kartu kontrol. Setelah membaca kartu kontrol, pemain pertama mengikuti petunjuk yang ada pada kartu kontrol tersebut. Jika huruf yang ada ada di daerahnya tidak ada, maka pemain pertama boleh mencari dan mengambil huruf yang ada pada daerah pemain kedua. Demikian juga sebaliknya. Demikian dilakukan sampai semua kartu kontrol habis dibaca dan membentuk kata yang tepat. Jika yang dimainkan adalah PTC, maka kedua pemain akan menemukan cerita singkat dari tutup botol tersebut. Permainan PTK dan PTC ini sangat menarik, karena perpaduan antara permainan catur dan permainan kuartet. Permainan yang sudah dikenal oleh siswa.***

Oleh Hajerah Kadir, Guru SD Negeri No. 2 Maros

Dalam setiap pembelajaran, seharusnya seorang guru

menerapkan pembelajaran yang bermakna. Artinya

pembelajaran tersebut dapat membekas dalam pikiran, dan

tingkah laku peserta didik. Untuk menciptakan suatu

pembelajaran bermakna, guru harus merancang pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara maksimal.

3. Papan Catur

Tutup botol

Kartu kontrol

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 12: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201512 13

Tangerang, Banten - Nelis Setiawati SPd, guru bahasa Inggris SMPN 1 Cisoka merencanakan aktivitas yang menyenangkan dengan tema “Animals” pada siswa kelas VIII. Dengan kompetensi dasar mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esai pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, siswa diajak untuk meringkas suatu bacaan dan menyusun kalimat berdasarkan gambar yang sudah dibuat. Aktivitas ini mendorong siswa untuk mampu memahami teks dan menulis dalam bahasa Inggris.

“Okay class, I'd like to know about your

Mudah Pahami Teks dan Menulis dalam Bahasa Inggris

Guru mendampingi siswa menuliskan gambaran hewan

dalam bahasa Inggris dari hasil bacaannya.

favorite animals. Bayu, what is your favorite animal's?” tanya Nelis kepada Bayu, siswa yang sedang duduk di hadapannya.

“My favorite animal is elephant,” seru Bayu. Sontak siswa yang lain pun tertawa.

Beberapa siswa pun mulai mengacungkan jari dan merespon pertanyaan Nelis dengan menyebutkan nama-nama hewan. Kemudian Nelis mengeksplorasi gagasan siswa lagi dengan meminta siswa mendeskripsikan hewan favorit yang sudah disebutkannya. Beberapa siswa ada yang tidak tahu kosakata dalam bahasa inggris dan Nelis memperbaikinya. Namun, ada pula siswa yang berhasil menyebutkan kosakata yang

benar tentang deskripsi hewan favoritnya. Nelis meminta siswa bertepuk tangan jika ada siswa yang berhasil menyebutkan dengan benar.

“Okay class, I have some articles on my hand now. Please discuss within your group about this text!” pinta Nelis kepada seluruh siswa. Ia meminta siswa mendiskusikan artikel berbahasa Inggris dan memahami teks tersebut. Siswa pun mengumpulkan informasi tentang hewan yang terdapat dalam teks. Tiap kelompok memiliki teks tentang hewan yang berbeda. Mereka pun mulai menebak hewan yang dimaksud sesuai teks yang dibaca.

“Finish?” tanya Nelis setelah melihat sebagian besar siswa berhenti mendiskusikan teks. Sekarang Nelis meminta tiap kelompok siswa menggambarkan hewan yang dimaksud dalam bacaan yang baru saja dibaca. Setelah menggambar hewan yang dimaksud, secara berkelompok siswa diminta untuk memberi judul pada gambar tersebut.

Nelis mengamati tiap kelompok siswa yang mulai menggambar hewan. Ia tidak meminta siswa menggambar hewan secara sempurna tetapi berharap siswa mampu memahami teks yang dimaksud. Selesai menggambar hewan, Nelis meminta siswa menempelkan hasil kelompoknya di papan tulis.

Kemudian ia membagikan kertas potongan kecil kepada masing-masing siswa. Secara berkelompok siswa diminta untuk menuliskan deskripsi hewan yang di pajang di papan tulis dan menuliskannya di post-it. Siswa tidak boleh menuliskan deskripsi hewan milik kelompoknya sendiri, melainkan kelompok lain. Hasil deskripsi setiap hewan tidak boleh sama.

Siswa diperbolehkan bertanya kepada siswa yang lain atau membuka kamus jika ada kosakata yang tidak diketahui. Nelis juga beberapa kali memperbaiki struktur kalimat siswa yang kedapatan salah menuliskannya.

Sebelum pembelajaran berakhir, Nelis meminta siswa menuliskan hasil pengalaman hari ini ke dalam lembar refleksi. Sebagian besar siswa merasa senang dan puas dengan pembelajaran bahasa Inggris yang baru saja mereka ikuti. (Anl)

Bandung Barat, Jawa Barat - Siswa kelas VIII-C SMP Pataruman, tampak sibuk menata makanan yang tersedia di atas meja untuk dijual. Mereka akan belajar materi permintaan, penawaran, dan harga pasar. Nurlelah, guru IPS mengajak siswanya bermain peran proses terjadinya transaksi. Peran-peran sebagaimana layaknya aktivitas di pasar mereka mainkan. Ada yang berperan sebagai pembeli, dan ada juga yang menjadi penjual. Di meja tampak makanan ringan yang sering mereka konsumsi seperti kue basah, gorengan, dan minuman.

Penjual melakukan aktivitas layaknya penjual, misalnya merapikan barang dagangan dan melayani pembeli. Sementara pembeli sibuk memilih barang, kemudian menanyakan harga. Ketika cocok antara barang dan harga, transaksi jual beli terjadi. Ketika toko tutup, penjual merapikan barang yang belum terjual dan menghitung keuntungan yang diperoleh.

22

Makassar, Sulawesi Selatan – Bahan-bahan pembersih lantai selama ini yang dibuat oleh pabrik mengandung bahan kimia yang menjadi limbah berbahaya. Kandungan kimianya telah menurunkan kualitas air, meresap, dan mencemari sumur-sumur di sekitar sungai sehingga airnya tak layak untuk diminum. Senyawa-senyawa dari zat kimia pembersih lantai itu juga bertahan lama dan sulit.

Berkaca dari pengamatan tersebut, siswa MTsN Model Makassar membuat detergen pembersih lantai yang ramah lingkungan. Mereka menciptakannya dari bahan-bahan yang berasal dari alam. “Dijamin daya bersihnya tak kalah dengan detergen

Cegah Pencemaran, Ciptakan Deterjen Ramah Lingkungan

Siswa MTsN Model Makassar mendemontrasikan hasil karyanya detergen pembersih lantai yang ramah lingkungan.

“Seperti di Pasar Beneran”

Hasil karya siswa, menggambarkan binatang dan mendeskripsikan dari hasil bacaannya dalam bahasa Inggris.

Para siswa sedang bermain peran sebagai penjual dan pembeli yang melakukan transaksi di pasar dengan

barang dagangannya.

sintesis berbahan kimia,” kata Alif Farhan, siswa kelas VIII yang menemukan bahan tersebut. Untuk membuat detergen tersebut, alat yang dibutuhkan botol bekas, ember, dan pengaduk (sendok). Bahannya terdiri atas setengah galon air panas atau sekitar 9,5 liter, garam 125 mg, cuka 70 mili, setengah kilogram jeruk nipis, 40 Ml botol kecil soda kue, dan pewarna makanan secukupnya.

Cara membuatnya, air panas dimasukkan ke dalam ember. Lalu masukkan soda kue dan cuka ke dalamnya dan diaduk sampai rata. Disusul dengan memasukkan garam dan air jeruk. Setelah itu, campuran didinginkan dan berikan secukupnya pewarna makanan ke

dalam pembersih yang dingin tersebut. “Reaksi percampuran garam dan jeruk nipis memiliki tingkat efektivitas membersihkan bahan-bahan lantai dengan baik,” ujar Tharisya Amiharna, siswa lain yang ikut menemukan bahan ini.

“Kami juga menggunakan soda kue karena soda kue ini ternyata memiliki PH 8, yang bisa membunuh bakteri yang hanya bisa hidup pada kondisi PH 7 ke bawah,” tambahnya.

Sementara pewarna makanan hijau berguna agar warnanya mirip dengan pembersih lantai lain. “Warna hijau pembersih ini berasal dari pewarna makanan yang bahan dasarnya adalah daun pandan,” jelasnya.

Mereka menunjukkan hasilnya dengan langsung membersihkan ubin dan membandingkan dengan pembersih sintetis lain berbahan kimia di hadapan ratusan pengunjung yang memadati pameran unjuk karya praktik yang baik di LPTK yang diselenggarakan di Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar (12/5). Hasilnya ternyata sama. MTsN Model Makassar adalah sekolah mitra UIN Alaudin Makassar yang bermitra dengan USAID PRIORITAS. (Ajb)

Tampak ramai suasana kelas saat itu. Ekspresi para siswa, termasuk guru, tampak begitu menikmati suasana pembelajaran. Apa yang menyebabkan suasana seperti itu terjadi? Ternyata, Nurlelah mencoba membawa dunia nyata ke dalam pembelajaran. Siswa dibawa untuk merasakan langsung menjadi penjual dan pembeli. Kemasan pembelajarannya pun sistematis. Mulai mengamati kondisi pasar, termasuk aktvitas jual beli. Kemudian siswa membuat pertanyan-pertanyaan tentang pasar. Mencari informasi tentang pasar juga menjadi aktivitas yang menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.

Pada tahap selanjutnya siswa mengelaborasi informasi dengan cara diskusi dan bermain peran. Presentasi juga dilakukan sebagai tahap akhir kegiatan. Mereka saling menyampaikan rangkuman materi dan pengalamannya ketika melaksanakan bermain peran. Terjadi diskusi di antara mereka.

Itulah sesungguhnya gambaran pembelajaran kontekstual. Pada proses di atas, siswa langsung merasakan dunia sesungguhnya sehingga betul-betul merasakan manfaat belajar IPS untuk kehidupannya. “Seperti di pasar beneran,” tukas salah seorang siswa. (Ds)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 13: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201512 13

Tangerang, Banten - Nelis Setiawati SPd, guru bahasa Inggris SMPN 1 Cisoka merencanakan aktivitas yang menyenangkan dengan tema “Animals” pada siswa kelas VIII. Dengan kompetensi dasar mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esai pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, siswa diajak untuk meringkas suatu bacaan dan menyusun kalimat berdasarkan gambar yang sudah dibuat. Aktivitas ini mendorong siswa untuk mampu memahami teks dan menulis dalam bahasa Inggris.

“Okay class, I'd like to know about your

Mudah Pahami Teks dan Menulis dalam Bahasa Inggris

Guru mendampingi siswa menuliskan gambaran hewan

dalam bahasa Inggris dari hasil bacaannya.

favorite animals. Bayu, what is your favorite animal's?” tanya Nelis kepada Bayu, siswa yang sedang duduk di hadapannya.

“My favorite animal is elephant,” seru Bayu. Sontak siswa yang lain pun tertawa.

Beberapa siswa pun mulai mengacungkan jari dan merespon pertanyaan Nelis dengan menyebutkan nama-nama hewan. Kemudian Nelis mengeksplorasi gagasan siswa lagi dengan meminta siswa mendeskripsikan hewan favorit yang sudah disebutkannya. Beberapa siswa ada yang tidak tahu kosakata dalam bahasa inggris dan Nelis memperbaikinya. Namun, ada pula siswa yang berhasil menyebutkan kosakata yang

benar tentang deskripsi hewan favoritnya. Nelis meminta siswa bertepuk tangan jika ada siswa yang berhasil menyebutkan dengan benar.

“Okay class, I have some articles on my hand now. Please discuss within your group about this text!” pinta Nelis kepada seluruh siswa. Ia meminta siswa mendiskusikan artikel berbahasa Inggris dan memahami teks tersebut. Siswa pun mengumpulkan informasi tentang hewan yang terdapat dalam teks. Tiap kelompok memiliki teks tentang hewan yang berbeda. Mereka pun mulai menebak hewan yang dimaksud sesuai teks yang dibaca.

“Finish?” tanya Nelis setelah melihat sebagian besar siswa berhenti mendiskusikan teks. Sekarang Nelis meminta tiap kelompok siswa menggambarkan hewan yang dimaksud dalam bacaan yang baru saja dibaca. Setelah menggambar hewan yang dimaksud, secara berkelompok siswa diminta untuk memberi judul pada gambar tersebut.

Nelis mengamati tiap kelompok siswa yang mulai menggambar hewan. Ia tidak meminta siswa menggambar hewan secara sempurna tetapi berharap siswa mampu memahami teks yang dimaksud. Selesai menggambar hewan, Nelis meminta siswa menempelkan hasil kelompoknya di papan tulis.

Kemudian ia membagikan kertas potongan kecil kepada masing-masing siswa. Secara berkelompok siswa diminta untuk menuliskan deskripsi hewan yang di pajang di papan tulis dan menuliskannya di post-it. Siswa tidak boleh menuliskan deskripsi hewan milik kelompoknya sendiri, melainkan kelompok lain. Hasil deskripsi setiap hewan tidak boleh sama.

Siswa diperbolehkan bertanya kepada siswa yang lain atau membuka kamus jika ada kosakata yang tidak diketahui. Nelis juga beberapa kali memperbaiki struktur kalimat siswa yang kedapatan salah menuliskannya.

Sebelum pembelajaran berakhir, Nelis meminta siswa menuliskan hasil pengalaman hari ini ke dalam lembar refleksi. Sebagian besar siswa merasa senang dan puas dengan pembelajaran bahasa Inggris yang baru saja mereka ikuti. (Anl)

Bandung Barat, Jawa Barat - Siswa kelas VIII-C SMP Pataruman, tampak sibuk menata makanan yang tersedia di atas meja untuk dijual. Mereka akan belajar materi permintaan, penawaran, dan harga pasar. Nurlelah, guru IPS mengajak siswanya bermain peran proses terjadinya transaksi. Peran-peran sebagaimana layaknya aktivitas di pasar mereka mainkan. Ada yang berperan sebagai pembeli, dan ada juga yang menjadi penjual. Di meja tampak makanan ringan yang sering mereka konsumsi seperti kue basah, gorengan, dan minuman.

Penjual melakukan aktivitas layaknya penjual, misalnya merapikan barang dagangan dan melayani pembeli. Sementara pembeli sibuk memilih barang, kemudian menanyakan harga. Ketika cocok antara barang dan harga, transaksi jual beli terjadi. Ketika toko tutup, penjual merapikan barang yang belum terjual dan menghitung keuntungan yang diperoleh.

22

Makassar, Sulawesi Selatan – Bahan-bahan pembersih lantai selama ini yang dibuat oleh pabrik mengandung bahan kimia yang menjadi limbah berbahaya. Kandungan kimianya telah menurunkan kualitas air, meresap, dan mencemari sumur-sumur di sekitar sungai sehingga airnya tak layak untuk diminum. Senyawa-senyawa dari zat kimia pembersih lantai itu juga bertahan lama dan sulit.

Berkaca dari pengamatan tersebut, siswa MTsN Model Makassar membuat detergen pembersih lantai yang ramah lingkungan. Mereka menciptakannya dari bahan-bahan yang berasal dari alam. “Dijamin daya bersihnya tak kalah dengan detergen

Cegah Pencemaran, Ciptakan Deterjen Ramah Lingkungan

Siswa MTsN Model Makassar mendemontrasikan hasil karyanya detergen pembersih lantai yang ramah lingkungan.

“Seperti di Pasar Beneran”

Hasil karya siswa, menggambarkan binatang dan mendeskripsikan dari hasil bacaannya dalam bahasa Inggris.

Para siswa sedang bermain peran sebagai penjual dan pembeli yang melakukan transaksi di pasar dengan

barang dagangannya.

sintesis berbahan kimia,” kata Alif Farhan, siswa kelas VIII yang menemukan bahan tersebut. Untuk membuat detergen tersebut, alat yang dibutuhkan botol bekas, ember, dan pengaduk (sendok). Bahannya terdiri atas setengah galon air panas atau sekitar 9,5 liter, garam 125 mg, cuka 70 mili, setengah kilogram jeruk nipis, 40 Ml botol kecil soda kue, dan pewarna makanan secukupnya.

Cara membuatnya, air panas dimasukkan ke dalam ember. Lalu masukkan soda kue dan cuka ke dalamnya dan diaduk sampai rata. Disusul dengan memasukkan garam dan air jeruk. Setelah itu, campuran didinginkan dan berikan secukupnya pewarna makanan ke

dalam pembersih yang dingin tersebut. “Reaksi percampuran garam dan jeruk nipis memiliki tingkat efektivitas membersihkan bahan-bahan lantai dengan baik,” ujar Tharisya Amiharna, siswa lain yang ikut menemukan bahan ini.

“Kami juga menggunakan soda kue karena soda kue ini ternyata memiliki PH 8, yang bisa membunuh bakteri yang hanya bisa hidup pada kondisi PH 7 ke bawah,” tambahnya.

Sementara pewarna makanan hijau berguna agar warnanya mirip dengan pembersih lantai lain. “Warna hijau pembersih ini berasal dari pewarna makanan yang bahan dasarnya adalah daun pandan,” jelasnya.

Mereka menunjukkan hasilnya dengan langsung membersihkan ubin dan membandingkan dengan pembersih sintetis lain berbahan kimia di hadapan ratusan pengunjung yang memadati pameran unjuk karya praktik yang baik di LPTK yang diselenggarakan di Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar (12/5). Hasilnya ternyata sama. MTsN Model Makassar adalah sekolah mitra UIN Alaudin Makassar yang bermitra dengan USAID PRIORITAS. (Ajb)

Tampak ramai suasana kelas saat itu. Ekspresi para siswa, termasuk guru, tampak begitu menikmati suasana pembelajaran. Apa yang menyebabkan suasana seperti itu terjadi? Ternyata, Nurlelah mencoba membawa dunia nyata ke dalam pembelajaran. Siswa dibawa untuk merasakan langsung menjadi penjual dan pembeli. Kemasan pembelajarannya pun sistematis. Mulai mengamati kondisi pasar, termasuk aktvitas jual beli. Kemudian siswa membuat pertanyan-pertanyaan tentang pasar. Mencari informasi tentang pasar juga menjadi aktivitas yang menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.

Pada tahap selanjutnya siswa mengelaborasi informasi dengan cara diskusi dan bermain peran. Presentasi juga dilakukan sebagai tahap akhir kegiatan. Mereka saling menyampaikan rangkuman materi dan pengalamannya ketika melaksanakan bermain peran. Terjadi diskusi di antara mereka.

Itulah sesungguhnya gambaran pembelajaran kontekstual. Pada proses di atas, siswa langsung merasakan dunia sesungguhnya sehingga betul-betul merasakan manfaat belajar IPS untuk kehidupannya. “Seperti di pasar beneran,” tukas salah seorang siswa. (Ds)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 14: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201514 15

Blitar, Jawa Timur – Kabupaten Blitar memiliki sekolah-sekolah kecil dalam jumlah besar. Akibatnya, guru kelas yang ada tidak dapat melayani seluruh kelas. Sejumlah 222 sekolah dasar (41% dari angka keseluruhan) memiliki rata-rata siswa 16 atau kurang. Kelas-kelas kecil tersebut tidak efisien dan kurang efektif untuk proses pendidikan.

Kabupaten Blitar memutuskan untuk menggabungkan sekolah-sekolah kecil ini yang berada dalam jarak yang dekat, dan memperkenalkan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah kecil yang tidak mungkin digabung. Hal ini telah diformalkan dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2014. “Melalui Perbub ini kami ingin memastikan bahwa semua anak di Kabupaten Blitar mendapatkan akses pendidikan,” kata Bupati Blitar, Herry Noegroho di kantornya beberapa waktu lalu.

Sebagai langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran kelas rangkap (PKR), Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mengadakan program percontohan kelas rangkap. Pada pelatihan selama tiga tentang pembelajaran aktif (PAKEM) untuk 10 SD kecil. Empat sekolah terpilih dari 10 SD tersebut untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan program kelas rangkap. Program tersebut dibiayai sepenuhnya oleh Kabupaten Blitar.

Dalam PKR, para guru perlu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Kabupaten Blitar Danai Program Kelas Rangkap

Pembelajaran kelas rangkap menjadi salah satu solusi untuk mengefektifkan pembelajaran di sekolah kecil yang tidak mungkin digabung.

Kuningan, Jawa Barat - Penataan dan pemerataan guru (PPG) di Kuningan dapat ditempuh dengan kebijakan penataan dan pemerataan PNS, alih fungsi PNS struktural menjadi fungsional guru, penyesuaian rombel dengan ruang kelas, kerja sama dengan Kemenag dalam pemerataan guru pendidikan agama Islam, optimalisasi tenaga sukwan,

merger (regrouping), dan pembelajaran kelas rangkap. Di antara tujuh alternatif itu, kebijakan merger

menjadi prioritas kebijakan PPG di Kuningan karena mengacu pada PP 74 Tahun 2008 tentang rasio guru-siswa ideal 20:1, masih ada 30% sekolah kecil dengan rasio di bawah 20 siswa per rombel (SPR) yang tersebar di empat belas kecamatan di Kuningan.Demikian disampaikan Dedi Supardi, sekretaris Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kuningan, pada lokakarya perencanaan implementasi kebijakan PPG di Kuningan (20/5).

Dedi menyebut, kebijakan merger akan diatur dalam peraturan bupati. Forum lokakarya ini dimaksudkan untuk membahas pengajuan rancangan perbup tersebut. Perbup ini mengacu pada Permendikbud Nomor 161 Tahun 2014 tentang Juknis BOS 2015, Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-1019, PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagai Pemegang Sertifikat Pendidik, dan Juknis Sertifikasi 2015 tentang urutan penetapan peserta.

Jajang Kusnendar, dosen UPI Bandung, menyebut bahwa kebijakan merger merupakan langkah paling tepat bagi upaya PPG di Kuningan. “Upaya merger sudah dimulai di Kuningan beberapa tahun lalu dan seyogianya kebijakan ini lebih diformalkan dan dioptimalkan melalui kebijakan bupati,” tuturnya. (Ds)

khusus karena menggabungkan pembelajaran lebih dari satu kelas. Para guru perlu mengidentifikasi kompetensi dasar untuk setiap tingkat kelas dan menyiapkan tugas atau lembar kerja berbeda. Untuk mendukung implementasi PKR di kelas, dinas pendidikan menyediakan sejumlah kunjungan pendampingan oleh fasilitator dan pengawas. Mereka juga membentuk kelompok kerja guru (KKG) yang mempertemukan empat sekolah pada setiap bulannya. Pada pertengahan April 2015, sekitar 90 orang dari Kabupaten Semarang mengunjungi dua dari empat sekolah percontohan di Kabupaten Blitar. Mereka antusias dengan hasil yang terjadi.

Menurut data Kemendikbud (2014), sekitar 19.800 sekolah di Indonesia memiliki kurang dari 80 siswa. Banyak dari sekolah tersebut terisolasi dan tidak dapat digabung dengan sekolah lain. Pemerintah telah menyadari pentingnya kelas rangkap untuk sekolah-sekolah kecil, di samping guru mata pelajaran rangkap, penyatuan sekolah, dan sejumlah pendekatan lain untuk mengatasi masalah penyebaran guru yang tidak merata.

Kebijakan ini ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disetujui Presiden pada bulan April 2015.

Pada bulan April 2015, satu tim dari USAID PRIORITAS mengunjungi Kabupaten Blitar. “Kami mendapat kesan yang luar biasa positif terhadap empat sekolah tersebut dan dukungan yang diberikan dinas pendidikan dan UPTD di setiap sekolah,” kata Dr Mark Heyward, ketua tim. Kabupaten Blitar juga berkomitmen mengalokasikan lebih dari Rp 850 juta untuk mengembangkan program kelas rangkap di tahun 2016 yang diperuntukkan bagi 50 sekolah terpilih.

(Mh)

Banda Aceh, Aceh - Zia dan Husniati, dua mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah dengan lugas menerangkan media pembelajaran yang mereka demonstrasikan dengan menggunakan dadu. Media Ular Tangga Penggolongan Hewan (UTPH) tersebut untuk pembelajaran IPA kelas IV. “Permainan ular tangga sangat sering digunakan oleh anak-anak sehingga lebih mudah mereka memainkannya,” kata Zia.

Zia juga menjelaskan bahwa permainan ini bukan saja mengasah otak anak untuk berpikir dan mengenal pengelompokan hewan tetapi juga mengajak mereka peduli lingkungan. “Setelah siswa menemukan jawabannya, maka kita mengajak siswa untuk berbagi cerita tentang hewan dan makanannya serta memberikan pengetahuan tentang perlunya rantai

Mahasiswa PGSD Unsyiah Ajak

Siswa Bermain Ular tangga

Penggolongan Hewan

Ular tangga penggolongan hewan karya mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah.

Praktikkan Pembelajaran Aktif SMP di LPTK

Mahasiswa sedang mengukur tinggi gedung, mempraktikkan prinsip kesebangunan segitiga. Materi ini terkait dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan aktif di SMP.

Semarang, Jawa Tengah - Para mahasiswa semester empat, Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang (Unnes), tampak sedang bekerja sama di kelompok-kelompok kecil, bereksprimen mengukur tinggi gedung secara tidak langsung dan memperkirakan luas lapangan kampusnya. Caranya, tongkat ditancapkan sedalam 10 cm di samping gedung yang akan diukur ketinggiannya. Panjang bayangan gedung dan panjang bayangan tongkat dihitung dengan meteran. Dengan prinsip kesebangunan segitiga, data yang diperoleh dihitung dengan rumus. Mahasiswa berhasil menemukan tinggi gedung kampusnya.

”Percobaan ini untuk mengetahui tinggi gedung dan luas lapangan kampus dengan

makanan bagi makluk hidup,” katanya lagi.

Cara bermainnya sebagai berikut, siswa melemparkan dadu dan melangkahkan bidak sesuai angka pada dadu. Jika berada dalam kotak tangga, berarti naik dan jika berada dalam kotak ekor ular berarti turun. Penentuan pemenang bukan siapa yang lebih dulu mencapai kotak angka tertinggi (100), tetapi siapa yang lebih banyak mengumpulkan poin angka.

Kriteria penilaian atau cara perhitungan poin angkanya yaitu bagi siswa yang bidaknya berada dalam kotak tertentu (kotak Q) maka ia harus menjawab sesuai dengan hewan dan makanannya atau menjawab sesuai dengan pengolongan hewan. Misalnya, pada kotak 15 tertulis “monyet-pisang” maka siswa harus menjawab hewan tersebut dalam

penggolongan hewan herbivora. Kotak lainnya, misal kotak 20 tertulis “herbivora daun” maka siswa harus menjawab jenis hewan dan hal lain yang sesuai dengan golongan hewan tersebut. Jika jawaban benar, maka siswa akan memperoleh skor 2, jika jawaban salah tetapi bidaknya berada pada kotak Q maka diberikan skor 1, bagi bidak yang tidak berada pada kotak Q maka ia tidak memperoleh skor dan menunggu giliran selanjutnya.

Penentuan pemenangnya, setelah bidak mencapai kotak 100, maka akan dijumlahkan berapa skor yang diperoleh. “Jadi penentuannya bukan berdasarkan siapa yang lebih dulu bidaknya mencapai kotak 100 seperti permainan ular tangga lazimnya,” jelas Husniati.

(Tmk)

menggunakan prinsip kesebangunan segitiga. Kami mempraktikkan materi yang ada di dalam buku sumber pembelajaran matematika SMP di LPTK yang dikembangkan USAID PRIORITAS,” kata Ardhi Prabowo, dosen Universitas Negeri Semarang.

Menurut Ardhi, hari itu mahasiswa sedang belajar mata kuliah geometri dasar. Perkuliahannya dilaksanakan dengan lebih banyak praktik. ”Kami memanfaatkan buku sumber pembelajaran USAID PRIORITAS untuk memberikan contoh model pembelajaran aktif di sekolah. Kalau nanti menjadi guru, mereka sudah terbiasa mengajar dengan pembelajaran aktif,” katanya lagi. (Anw)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Penggabungan Jamin Kualitas Sekolah

Dedi Supardi, Sekretaris Dikpora Kuningan.

Page 15: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201514 15

Blitar, Jawa Timur – Kabupaten Blitar memiliki sekolah-sekolah kecil dalam jumlah besar. Akibatnya, guru kelas yang ada tidak dapat melayani seluruh kelas. Sejumlah 222 sekolah dasar (41% dari angka keseluruhan) memiliki rata-rata siswa 16 atau kurang. Kelas-kelas kecil tersebut tidak efisien dan kurang efektif untuk proses pendidikan.

Kabupaten Blitar memutuskan untuk menggabungkan sekolah-sekolah kecil ini yang berada dalam jarak yang dekat, dan memperkenalkan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah kecil yang tidak mungkin digabung. Hal ini telah diformalkan dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2014. “Melalui Perbub ini kami ingin memastikan bahwa semua anak di Kabupaten Blitar mendapatkan akses pendidikan,” kata Bupati Blitar, Herry Noegroho di kantornya beberapa waktu lalu.

Sebagai langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran kelas rangkap (PKR), Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mengadakan program percontohan kelas rangkap. Pada pelatihan selama tiga tentang pembelajaran aktif (PAKEM) untuk 10 SD kecil. Empat sekolah terpilih dari 10 SD tersebut untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan program kelas rangkap. Program tersebut dibiayai sepenuhnya oleh Kabupaten Blitar.

Dalam PKR, para guru perlu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Kabupaten Blitar Danai Program Kelas Rangkap

Pembelajaran kelas rangkap menjadi salah satu solusi untuk mengefektifkan pembelajaran di sekolah kecil yang tidak mungkin digabung.

Kuningan, Jawa Barat - Penataan dan pemerataan guru (PPG) di Kuningan dapat ditempuh dengan kebijakan penataan dan pemerataan PNS, alih fungsi PNS struktural menjadi fungsional guru, penyesuaian rombel dengan ruang kelas, kerja sama dengan Kemenag dalam pemerataan guru pendidikan agama Islam, optimalisasi tenaga sukwan,

merger (regrouping), dan pembelajaran kelas rangkap. Di antara tujuh alternatif itu, kebijakan merger

menjadi prioritas kebijakan PPG di Kuningan karena mengacu pada PP 74 Tahun 2008 tentang rasio guru-siswa ideal 20:1, masih ada 30% sekolah kecil dengan rasio di bawah 20 siswa per rombel (SPR) yang tersebar di empat belas kecamatan di Kuningan.Demikian disampaikan Dedi Supardi, sekretaris Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kuningan, pada lokakarya perencanaan implementasi kebijakan PPG di Kuningan (20/5).

Dedi menyebut, kebijakan merger akan diatur dalam peraturan bupati. Forum lokakarya ini dimaksudkan untuk membahas pengajuan rancangan perbup tersebut. Perbup ini mengacu pada Permendikbud Nomor 161 Tahun 2014 tentang Juknis BOS 2015, Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-1019, PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagai Pemegang Sertifikat Pendidik, dan Juknis Sertifikasi 2015 tentang urutan penetapan peserta.

Jajang Kusnendar, dosen UPI Bandung, menyebut bahwa kebijakan merger merupakan langkah paling tepat bagi upaya PPG di Kuningan. “Upaya merger sudah dimulai di Kuningan beberapa tahun lalu dan seyogianya kebijakan ini lebih diformalkan dan dioptimalkan melalui kebijakan bupati,” tuturnya. (Ds)

khusus karena menggabungkan pembelajaran lebih dari satu kelas. Para guru perlu mengidentifikasi kompetensi dasar untuk setiap tingkat kelas dan menyiapkan tugas atau lembar kerja berbeda. Untuk mendukung implementasi PKR di kelas, dinas pendidikan menyediakan sejumlah kunjungan pendampingan oleh fasilitator dan pengawas. Mereka juga membentuk kelompok kerja guru (KKG) yang mempertemukan empat sekolah pada setiap bulannya. Pada pertengahan April 2015, sekitar 90 orang dari Kabupaten Semarang mengunjungi dua dari empat sekolah percontohan di Kabupaten Blitar. Mereka antusias dengan hasil yang terjadi.

Menurut data Kemendikbud (2014), sekitar 19.800 sekolah di Indonesia memiliki kurang dari 80 siswa. Banyak dari sekolah tersebut terisolasi dan tidak dapat digabung dengan sekolah lain. Pemerintah telah menyadari pentingnya kelas rangkap untuk sekolah-sekolah kecil, di samping guru mata pelajaran rangkap, penyatuan sekolah, dan sejumlah pendekatan lain untuk mengatasi masalah penyebaran guru yang tidak merata.

Kebijakan ini ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disetujui Presiden pada bulan April 2015.

Pada bulan April 2015, satu tim dari USAID PRIORITAS mengunjungi Kabupaten Blitar. “Kami mendapat kesan yang luar biasa positif terhadap empat sekolah tersebut dan dukungan yang diberikan dinas pendidikan dan UPTD di setiap sekolah,” kata Dr Mark Heyward, ketua tim. Kabupaten Blitar juga berkomitmen mengalokasikan lebih dari Rp 850 juta untuk mengembangkan program kelas rangkap di tahun 2016 yang diperuntukkan bagi 50 sekolah terpilih.

(Mh)

Banda Aceh, Aceh - Zia dan Husniati, dua mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah dengan lugas menerangkan media pembelajaran yang mereka demonstrasikan dengan menggunakan dadu. Media Ular Tangga Penggolongan Hewan (UTPH) tersebut untuk pembelajaran IPA kelas IV. “Permainan ular tangga sangat sering digunakan oleh anak-anak sehingga lebih mudah mereka memainkannya,” kata Zia.

Zia juga menjelaskan bahwa permainan ini bukan saja mengasah otak anak untuk berpikir dan mengenal pengelompokan hewan tetapi juga mengajak mereka peduli lingkungan. “Setelah siswa menemukan jawabannya, maka kita mengajak siswa untuk berbagi cerita tentang hewan dan makanannya serta memberikan pengetahuan tentang perlunya rantai

Mahasiswa PGSD Unsyiah Ajak

Siswa Bermain Ular tangga

Penggolongan Hewan

Ular tangga penggolongan hewan karya mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah.

Praktikkan Pembelajaran Aktif SMP di LPTK

Mahasiswa sedang mengukur tinggi gedung, mempraktikkan prinsip kesebangunan segitiga. Materi ini terkait dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan aktif di SMP.

Semarang, Jawa Tengah - Para mahasiswa semester empat, Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang (Unnes), tampak sedang bekerja sama di kelompok-kelompok kecil, bereksprimen mengukur tinggi gedung secara tidak langsung dan memperkirakan luas lapangan kampusnya. Caranya, tongkat ditancapkan sedalam 10 cm di samping gedung yang akan diukur ketinggiannya. Panjang bayangan gedung dan panjang bayangan tongkat dihitung dengan meteran. Dengan prinsip kesebangunan segitiga, data yang diperoleh dihitung dengan rumus. Mahasiswa berhasil menemukan tinggi gedung kampusnya.

”Percobaan ini untuk mengetahui tinggi gedung dan luas lapangan kampus dengan

makanan bagi makluk hidup,” katanya lagi.

Cara bermainnya sebagai berikut, siswa melemparkan dadu dan melangkahkan bidak sesuai angka pada dadu. Jika berada dalam kotak tangga, berarti naik dan jika berada dalam kotak ekor ular berarti turun. Penentuan pemenang bukan siapa yang lebih dulu mencapai kotak angka tertinggi (100), tetapi siapa yang lebih banyak mengumpulkan poin angka.

Kriteria penilaian atau cara perhitungan poin angkanya yaitu bagi siswa yang bidaknya berada dalam kotak tertentu (kotak Q) maka ia harus menjawab sesuai dengan hewan dan makanannya atau menjawab sesuai dengan pengolongan hewan. Misalnya, pada kotak 15 tertulis “monyet-pisang” maka siswa harus menjawab hewan tersebut dalam

penggolongan hewan herbivora. Kotak lainnya, misal kotak 20 tertulis “herbivora daun” maka siswa harus menjawab jenis hewan dan hal lain yang sesuai dengan golongan hewan tersebut. Jika jawaban benar, maka siswa akan memperoleh skor 2, jika jawaban salah tetapi bidaknya berada pada kotak Q maka diberikan skor 1, bagi bidak yang tidak berada pada kotak Q maka ia tidak memperoleh skor dan menunggu giliran selanjutnya.

Penentuan pemenangnya, setelah bidak mencapai kotak 100, maka akan dijumlahkan berapa skor yang diperoleh. “Jadi penentuannya bukan berdasarkan siapa yang lebih dulu bidaknya mencapai kotak 100 seperti permainan ular tangga lazimnya,” jelas Husniati.

(Tmk)

menggunakan prinsip kesebangunan segitiga. Kami mempraktikkan materi yang ada di dalam buku sumber pembelajaran matematika SMP di LPTK yang dikembangkan USAID PRIORITAS,” kata Ardhi Prabowo, dosen Universitas Negeri Semarang.

Menurut Ardhi, hari itu mahasiswa sedang belajar mata kuliah geometri dasar. Perkuliahannya dilaksanakan dengan lebih banyak praktik. ”Kami memanfaatkan buku sumber pembelajaran USAID PRIORITAS untuk memberikan contoh model pembelajaran aktif di sekolah. Kalau nanti menjadi guru, mereka sudah terbiasa mengajar dengan pembelajaran aktif,” katanya lagi. (Anw)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Penggabungan Jamin Kualitas Sekolah

Dedi Supardi, Sekretaris Dikpora Kuningan.

Page 16: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201516 17

Pandeglang, Banten - “Sebetulnya hari ini sekolah libur karena ada rapat sekolah dengan pengurus yayasan. Hanya hari ini saya terlanjur janji memberi les kepada Bintang sehingga saya datang lebih awal untuk membimbing Bintang sebelum rapat,” kata Hayati Nufus SPdI, guru kelas I SD IT Al Khaerunas.

Bintang merupakan salah seorang siswa berkebutuhan khusus (ABK) yang duduk di kelas I. Menurut Hayati, saat ini ada dua siswa ABK, yaitu Bintang dan Rivaldo. Keduanya siswa kelas I namun berbeda ruang kelas. Bintang masih belum lancar bicara, sulit membedakan warna dan hanya ada 3 warna yang dia kenal, yaitu merah, kuning, dan hijau. Bintang juga belum hafal angka 1 sampai 10, atau menuliskan abjad.

“Memang tidak mudah mendidik ABK. Namun ini sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai guru untuk membimbing mereka,” tukasnya saat ditanya kesulitannya membimbing ABK.

Hayati menyampaikan beberapa upaya yang dilakukan agar siswa ABK tidak tertinggal jauh dari teman-temannya, di antaranya:

1. Memberikan tambahan pelajaran di luar jam pelajaran misalnya siang hari setelah jam belajar berakhir atau pada hari libur.

2. Menyediakan buku-buku yang sesuai

Kerja Sama Guru dan Orang Tua untuk Perkembangan ABK

dengan kemampuan Bintang karena buku-buku yang disediakan sekolah untuk teman-temannya di kelas I tidak cocok untuk Bintang.

3. Bekerja sama dengan orang tua untuk mengkomunikasikan perkembangan anak secara periodik dan mendiskusikan alternatif-alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan belajar anaknya

4. Hasil konsultasi orang tua dengan psikolog diinformasikan kepada guru.

5. Melibatkan teman-teman satu kelas untuk membantu kesulitan ABK dalam proses pembelajaran maupun ketika bermain pada jam istirahat.

Hayati Nufus sedang membimbing Bintang di luar

jam pelajaran.

Transparansi, Buat MIN Pattiro Banggae Maju Luar Biasa

Papan Operasional Kegiatan yang berisi kegiatan dan alokasi dananya dipajang besar-besar di MIN Pattiro Banggae sehingga mudah dibaca dan diketahui kegiatan dan alokasi dananya. Dampak dari keterbukaan sekolah, kemajuan pembelajaran, manajemen madrasah, dan prestasi menjadi lebih meningkat.

”Kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS.”

Langkat, Sumatera Utara - Thomas Nanulaitta bekerja sehari-hari sebagai dosen teologi di salah satu sekolah calon pendeta di Sumatera Utara. Kecintaan kepada pendidikan, membawanya menjadi bendahara komite. Semenjak itu Thomas Nanulaitta membantu sekolah membangun banyak fasilitas baru.”Kami membeli tanah, membangun ruang kelas baru, merevonasi mushola, dan melengkapi sarana kegiatan-kegiatan ektra kurikuler,” kata pria berdarah Ambon itu.

Menurut Thomas Nanulaitta komite hadir untuk mendukung peningkatan mutu sekolah. Karena itu setiap program komite selalu disesuaikan dengan program sekolah. Agar seirama maka program sekolah musti direncanakan secara partisipatif. “Kami juga tidak pernah melakukan pungutan wajib

Komite Sekolah adalah Mitra

Ruang kelas baru yang dibangun oleh alumni karena dimoderatori oleh komite sekolah.

Takalar, Sulawesi Selatan - Transparansi dan akuntabilitas anggaran, serta melibatkan peran serta masyarakat dalam program madrasah, memantik pesatnya kemajuan MIN Pattiro Banggae, Desa Banggae, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kemajuan pembangunan dan prestasi yang dicapai membuat madrasah ini jadi pilihan favorit para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Secara fisik, madrasah mitra USAID PRIORITAS ini tampak sangat asri dan nyaman untuk belajar. Taman-taman tertata rapi dan indah. Dua kolam ikan beserta pancurannya menyegarkan lingkungan sekolah. Guru dan siswa menikmatinya karena dibuatnya sebagai sumber belajar kontekstual. Halaman bersih dengan beberapa inovasi taman baca unik, bangunan dan ruang kelas yang bersih serta pagar yang mengelilingi bangunan madrasah telah membuat guru dan siswa betah dan rajin ke sekolah. Semua terjadi karena besarnya peran serta masyarakat ke madrasah.

Kemajuan lainnya adalah peningkatan prestasi yang dicapai madrasah. “Dulu sampai tahun 2010, hanya satu piala yang ada di lemari ini. Semenjak tahun 2013, puluhan piala kami dapatkan,” ujar Zulfikah, Kepala Madrasah MIN Pattiro Banggae sambil memperlihatkan piala yang berjejer di lemarinya. Di antaranya juara satu wiyata mandala tingkat kabupaten tahun 2015, juara I lomba sains tingkat madrasah se-Kabupaten Takalar, dan juara II lomba matematika dua tahun berturut-turut yaitu 2014- 2015, dan masih banyak lagi.

Lantas, bagaimana Zulfikah memajukan sekolahnya? “Harus kami akui secara jujur bahwa kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS,” tegasnya.

Namun, yang paling utama bagi Zulfikah adalah menerapkan secara sungguh-sungguh transparansi dan akuntabilitas sekolah yang didapatkan dari pelatihan. “Saya berusaha untuk merangkul masyarakat mulai dari sosialisasi program, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bahkan pelaporan,” ujar kepala madrasah inovatif itu. “Tidak ada satupun anggaran baik yang rutin maupun dari masyarakat yang tidak saya laporkan kepada masyarakat,” ujarnya.

Pajangkan Dana MadrasahDi dinding madrasah, terpajang papan operasional kegiatan sepanjang 2 x 2 meter yang berisi perincian anggaran yang masuk di tahun kerja dan alokasi penggunaannya termasuk belanja pegawai, belanja modal dan barang. Realisasinya senantiasa dilaporkan pada rapat pertemuan dengan perwakilan orang tua, komite sekolah, pengawas dan pihak-pihak lain yang terkait. Setiap kelas diwakili oleh 10 orang tua. Mereka membahas pelaksanaan dana berjalan, kebutuhan-kebutuhan madrasah, kegiatan yang akan dilakukan dan alokasinya.

Dalam eksekusi program, komite sekolah dan orang tua juga terlibat penuh. Mereka membantu mengeksekusi seperti membuat taman, ikut mengecat, mengawasi penggunaan keuangan dan juga ikut membuat laporan. Laporan tersebut juga dipajang di papan dekat pintu masuk sekolah sehingga semua orang mudah mengaksesnya.Menurut Zulfikah, praktik transparansi itu telah mengubah segalanya. Guru-guru menjadi termotivasi dan kreatif berinovasi dalam pembelajaran. Siswa semakin fokus dan menikmati pembelajaran. Karya-karya siswa di setiap pembelajaran menunjukkan kalau kompetensi yang diajarkan dapat tercapai.

Selain prestasi sekolah dan peningkatan peran serta masyarakat, terbangunnya kepercayaan orang tua dan masyarakat pada madrasah merupakan dampak yang paling besar. Orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya. Menurut dia, keterbukaan menghindarkan madrasah dari fitnah, isu, atau gosip tak sedap terkait penggunaan dana sekolah. “Dulu waktu belum terbuka seperti ini, kalau datang wartawan, kami mengambil jarak jauh-jauh. Namun sekarang ini, mereka malah kami rangkul untuk memberitakan kegiatan madrasah kami,” pungkasnya. (Ajb)

6. Guru perlu ekstra sabar dan memberikan perhatian lebih saat proses pembelajaran berlangsung karena di SD IT Al Khaerunas belum ada guru pembimbing khusus (GPK).

“Bintang sebetulnya memiliki kemampuan yang baik hanya terlambat perkembangannya sehingga harus terus didorong dan sekolah umum ini merupakan pilihan yang tepat,” kata Hayati. Sekarang Bintang sudah bisa diajak komunikasi oleh guru dan teman-temannya. Perkembangan ini sangat menggembirakan kami, terlebih orang tuanya. “Kerjasama yang baik dengan orang tua dapat mempercepat proses perkembangan ABK,” kata Hayati lagi.

(Wsa)

“Komite sekolah adalah mitra. Kami selalu mendukung setiap program yang diajukan sekolah,” terang Pdt Dr Thomas Johanis Nanulaitta MTh

DMis, Bendahara Komite SMP Negeri 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara.

bagi orangtua. Semua harus bersifat sukarela, karena itu kami mendorong masyarakat sekolah untuk menyumbang. Karena bentuknya sumbangan maka ada yang memberi dan ada juga yang tidak memberi,” tukasnya.

Thomas Nanulaitta bilang komite selalu bekerja akuntabel dan transparan. Setiap proses pengumpulan dana dan pengadaan barang dilakukan secara terbuka. Laporan pertanggungjawaban juga disampaikan terbuka, baik kepada orangtua, alumni dan masyarakat. “Karena komite yang memfasilitasi, maka komite pula yang mempertanggungjawabkannya. Kami selalu terbuka memberi informasi dan penjelasan kepada semua pihak yang ingin mengetahui kinerja komite,” tambahnya. (Eh)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 17: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201516 17

Pandeglang, Banten - “Sebetulnya hari ini sekolah libur karena ada rapat sekolah dengan pengurus yayasan. Hanya hari ini saya terlanjur janji memberi les kepada Bintang sehingga saya datang lebih awal untuk membimbing Bintang sebelum rapat,” kata Hayati Nufus SPdI, guru kelas I SD IT Al Khaerunas.

Bintang merupakan salah seorang siswa berkebutuhan khusus (ABK) yang duduk di kelas I. Menurut Hayati, saat ini ada dua siswa ABK, yaitu Bintang dan Rivaldo. Keduanya siswa kelas I namun berbeda ruang kelas. Bintang masih belum lancar bicara, sulit membedakan warna dan hanya ada 3 warna yang dia kenal, yaitu merah, kuning, dan hijau. Bintang juga belum hafal angka 1 sampai 10, atau menuliskan abjad.

“Memang tidak mudah mendidik ABK. Namun ini sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai guru untuk membimbing mereka,” tukasnya saat ditanya kesulitannya membimbing ABK.

Hayati menyampaikan beberapa upaya yang dilakukan agar siswa ABK tidak tertinggal jauh dari teman-temannya, di antaranya:

1. Memberikan tambahan pelajaran di luar jam pelajaran misalnya siang hari setelah jam belajar berakhir atau pada hari libur.

2. Menyediakan buku-buku yang sesuai

Kerja Sama Guru dan Orang Tua untuk Perkembangan ABK

dengan kemampuan Bintang karena buku-buku yang disediakan sekolah untuk teman-temannya di kelas I tidak cocok untuk Bintang.

3. Bekerja sama dengan orang tua untuk mengkomunikasikan perkembangan anak secara periodik dan mendiskusikan alternatif-alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan belajar anaknya

4. Hasil konsultasi orang tua dengan psikolog diinformasikan kepada guru.

5. Melibatkan teman-teman satu kelas untuk membantu kesulitan ABK dalam proses pembelajaran maupun ketika bermain pada jam istirahat.

Hayati Nufus sedang membimbing Bintang di luar

jam pelajaran.

Transparansi, Buat MIN Pattiro Banggae Maju Luar Biasa

Papan Operasional Kegiatan yang berisi kegiatan dan alokasi dananya dipajang besar-besar di MIN Pattiro Banggae sehingga mudah dibaca dan diketahui kegiatan dan alokasi dananya. Dampak dari keterbukaan sekolah, kemajuan pembelajaran, manajemen madrasah, dan prestasi menjadi lebih meningkat.

”Kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS.”

Langkat, Sumatera Utara - Thomas Nanulaitta bekerja sehari-hari sebagai dosen teologi di salah satu sekolah calon pendeta di Sumatera Utara. Kecintaan kepada pendidikan, membawanya menjadi bendahara komite. Semenjak itu Thomas Nanulaitta membantu sekolah membangun banyak fasilitas baru.”Kami membeli tanah, membangun ruang kelas baru, merevonasi mushola, dan melengkapi sarana kegiatan-kegiatan ektra kurikuler,” kata pria berdarah Ambon itu.

Menurut Thomas Nanulaitta komite hadir untuk mendukung peningkatan mutu sekolah. Karena itu setiap program komite selalu disesuaikan dengan program sekolah. Agar seirama maka program sekolah musti direncanakan secara partisipatif. “Kami juga tidak pernah melakukan pungutan wajib

Komite Sekolah adalah Mitra

Ruang kelas baru yang dibangun oleh alumni karena dimoderatori oleh komite sekolah.

Takalar, Sulawesi Selatan - Transparansi dan akuntabilitas anggaran, serta melibatkan peran serta masyarakat dalam program madrasah, memantik pesatnya kemajuan MIN Pattiro Banggae, Desa Banggae, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kemajuan pembangunan dan prestasi yang dicapai membuat madrasah ini jadi pilihan favorit para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Secara fisik, madrasah mitra USAID PRIORITAS ini tampak sangat asri dan nyaman untuk belajar. Taman-taman tertata rapi dan indah. Dua kolam ikan beserta pancurannya menyegarkan lingkungan sekolah. Guru dan siswa menikmatinya karena dibuatnya sebagai sumber belajar kontekstual. Halaman bersih dengan beberapa inovasi taman baca unik, bangunan dan ruang kelas yang bersih serta pagar yang mengelilingi bangunan madrasah telah membuat guru dan siswa betah dan rajin ke sekolah. Semua terjadi karena besarnya peran serta masyarakat ke madrasah.

Kemajuan lainnya adalah peningkatan prestasi yang dicapai madrasah. “Dulu sampai tahun 2010, hanya satu piala yang ada di lemari ini. Semenjak tahun 2013, puluhan piala kami dapatkan,” ujar Zulfikah, Kepala Madrasah MIN Pattiro Banggae sambil memperlihatkan piala yang berjejer di lemarinya. Di antaranya juara satu wiyata mandala tingkat kabupaten tahun 2015, juara I lomba sains tingkat madrasah se-Kabupaten Takalar, dan juara II lomba matematika dua tahun berturut-turut yaitu 2014- 2015, dan masih banyak lagi.

Lantas, bagaimana Zulfikah memajukan sekolahnya? “Harus kami akui secara jujur bahwa kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS,” tegasnya.

Namun, yang paling utama bagi Zulfikah adalah menerapkan secara sungguh-sungguh transparansi dan akuntabilitas sekolah yang didapatkan dari pelatihan. “Saya berusaha untuk merangkul masyarakat mulai dari sosialisasi program, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bahkan pelaporan,” ujar kepala madrasah inovatif itu. “Tidak ada satupun anggaran baik yang rutin maupun dari masyarakat yang tidak saya laporkan kepada masyarakat,” ujarnya.

Pajangkan Dana MadrasahDi dinding madrasah, terpajang papan operasional kegiatan sepanjang 2 x 2 meter yang berisi perincian anggaran yang masuk di tahun kerja dan alokasi penggunaannya termasuk belanja pegawai, belanja modal dan barang. Realisasinya senantiasa dilaporkan pada rapat pertemuan dengan perwakilan orang tua, komite sekolah, pengawas dan pihak-pihak lain yang terkait. Setiap kelas diwakili oleh 10 orang tua. Mereka membahas pelaksanaan dana berjalan, kebutuhan-kebutuhan madrasah, kegiatan yang akan dilakukan dan alokasinya.

Dalam eksekusi program, komite sekolah dan orang tua juga terlibat penuh. Mereka membantu mengeksekusi seperti membuat taman, ikut mengecat, mengawasi penggunaan keuangan dan juga ikut membuat laporan. Laporan tersebut juga dipajang di papan dekat pintu masuk sekolah sehingga semua orang mudah mengaksesnya.Menurut Zulfikah, praktik transparansi itu telah mengubah segalanya. Guru-guru menjadi termotivasi dan kreatif berinovasi dalam pembelajaran. Siswa semakin fokus dan menikmati pembelajaran. Karya-karya siswa di setiap pembelajaran menunjukkan kalau kompetensi yang diajarkan dapat tercapai.

Selain prestasi sekolah dan peningkatan peran serta masyarakat, terbangunnya kepercayaan orang tua dan masyarakat pada madrasah merupakan dampak yang paling besar. Orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya. Menurut dia, keterbukaan menghindarkan madrasah dari fitnah, isu, atau gosip tak sedap terkait penggunaan dana sekolah. “Dulu waktu belum terbuka seperti ini, kalau datang wartawan, kami mengambil jarak jauh-jauh. Namun sekarang ini, mereka malah kami rangkul untuk memberitakan kegiatan madrasah kami,” pungkasnya. (Ajb)

6. Guru perlu ekstra sabar dan memberikan perhatian lebih saat proses pembelajaran berlangsung karena di SD IT Al Khaerunas belum ada guru pembimbing khusus (GPK).

“Bintang sebetulnya memiliki kemampuan yang baik hanya terlambat perkembangannya sehingga harus terus didorong dan sekolah umum ini merupakan pilihan yang tepat,” kata Hayati. Sekarang Bintang sudah bisa diajak komunikasi oleh guru dan teman-temannya. Perkembangan ini sangat menggembirakan kami, terlebih orang tuanya. “Kerjasama yang baik dengan orang tua dapat mempercepat proses perkembangan ABK,” kata Hayati lagi.

(Wsa)

“Komite sekolah adalah mitra. Kami selalu mendukung setiap program yang diajukan sekolah,” terang Pdt Dr Thomas Johanis Nanulaitta MTh

DMis, Bendahara Komite SMP Negeri 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara.

bagi orangtua. Semua harus bersifat sukarela, karena itu kami mendorong masyarakat sekolah untuk menyumbang. Karena bentuknya sumbangan maka ada yang memberi dan ada juga yang tidak memberi,” tukasnya.

Thomas Nanulaitta bilang komite selalu bekerja akuntabel dan transparan. Setiap proses pengumpulan dana dan pengadaan barang dilakukan secara terbuka. Laporan pertanggungjawaban juga disampaikan terbuka, baik kepada orangtua, alumni dan masyarakat. “Karena komite yang memfasilitasi, maka komite pula yang mempertanggungjawabkannya. Kami selalu terbuka memberi informasi dan penjelasan kepada semua pihak yang ingin mengetahui kinerja komite,” tambahnya. (Eh)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 18: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201518 19

Banjarnegara, Jawa Tengah - Program budaya baca di SDN 1 Semarang, Banjarnegara, terbagi dalam dua hal. Pertama, wajib membaca setiap hari selama 10 menit yang dilaksanakan pada awal pembelajaran. Kedua, pada setiap Kamis semua warga sekolah wajib membaca selama 45 menit. Selain itu sekolah juga mengembangkan jam bebas membaca yang waktu dan tempatnya diatur sendiri oleh siswa.

Untuk mendukung program tersebut, sekolah telah menyediakan sudut-sudut baca yang mudah diakses di setiap sisi sekolah. Siapa pun, baik siswa, guru, kepala sekolah, atau wali murid yang mengantar anaknya, bisa singgah untuk membaca.

Biasanya, pada waktu istirahat anak-anak akan membaca atau bisa sebelum mulai pelajaran, bahkan setelah selesai pembelajaran sambil menunggu jemputan.

10 dan 45 Menit Wajib Baca di SDN 1 Semarang

Pada saat jam wajib membaca selama 45 menit, siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid yang ada di sekolah, kompak membaca buku bacaan yang disukainya.

Lalu dari mana sekolah memperoleh buku-buku tersebut? Banyak hal yang dilakukan oleh sekolah, meskipun selama ini sekolah telah mendapatkan dari 5% alokasi BOS yang dianggarkan untuk buku.

Sekolah juga memfasilitasi infak siswa untuk membeli buku, sumbangan buku dari orang tua siswa, sumbangan buku dari siswa kelas 6, dan mengupayakan sumbangan buku dari lembaga-lembaga lain. (Nj)

Gerobak Buku Tumbuhkan Budaya Baca

Setelah mengambil buku di gerobak, siswa mencari tempat yang nyaman untuk membaca.

Pelatihan modul II USAID PRIORITAS pada unit 14a menjadi

awal mula dilaksanakan program budaya baca di SMPN 13 Binjai

Sumatera Utara. Menjadikan membaca menjadi sebuah budaya

di sekolah membutuhkan bukan hanya sarana semata. Faktor

suasana juga memiliki peran yang tidak kecil. Berikut beberapa hal

yang telah dilakukan SMPN 13 Binjai Sumatera Utara untuk

menumbuhkan budaya baca yang juga mungkin efektif untuk

dilakukan di tempat lain.

Oleh Syamsul Agus Kepala SMPN 13 Binjai, Sumatera Utara

Siswa memilih buku bacaan dari gerobak membaca yang dibuat SMPN 13 Binjai.

Bandung Barat, Jawa Barat - Saya mendekati salah seorang murid di kelas VIII-1 SMPN 1 Cihampelas pada saat kegiatan pembelajaran karena terlihat tidak seaktif siswa lainnya. “Alika, kok seperti nggak bersemangat nih belajarnya, mengapa?” Dia memandang saya sambil tersenyum, “Hehe....males, Bu. IPS banyak yang harus dibaca. Saya nggak suka banyak baca Bu!”

Masalah yang diungkapkan Alika tentunya merupakan masalah klasik yang harus segera diatasi. Saya berupaya agar siswa gemar membaca dan aktif bertanya. IPS merupakan pelajaran interdisipliner yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu dengan “segudang” materi yang harus dibaca. Tanpa membaca, akan nihil hasil belajarnya.

Setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS tentang literasi, sekarang dalam setiap pembelajaran saya selipkan kegiatan membaca senyap selama 10 menit pada KBM, terutama dalam kegiatan mengumpulkan informasi dengan diberi nama ”Basoka” (baca senyap oke punya).

Membaca Senyap dengan “Basoka”Oleh Dian Diana, Guru SMPN 1 Cihampelas, Bandung Barat

Hasil karya siswa dalam pembelajaran IPS yang

diperkaya dengan membaca senyap dengan “Basoka”.

1. Doktrin PersuasifDoktrin persuasif dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan berupa baliho atau spanduk yang berisi manfaat membaca. Baliho atau spanduk ini diletakkan di tempat strategis di lingkungan sekolah sehingga warga sekolah “merasa rugi” jika tidak melakukan aktivitas membaca. Salah satu kalimat doktrin persuasif ini misalnya lebih baik sekarang kutu buku dari pada nanti mati kutu. Atau dapat berupa kalimat menarik lainnya.

2. Human Model dan Jam Wajib BacaMenjadi human model di lingkungan sekolah jauh lebih efektif dibanding hanya memberikan instruksi untuk membaca. Agar budaya baca tumbuh di kalangan siswa, maka para guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya juga melakukan aktivitas membaca pada jam wajib baca yang telah ditentukan jadwalnya.

Jam wajib baca perlu ditentukan jadwalnya. Hal ini untuk menumbuhkan komitmen

bersama untuk melakukan aktivitas membaca bagi semua warga sekolah. Dengan demikian, pada waktu yang telah ditetapkan jadwalnya tersebut sangat terasa bahwa semua warga sekolah berada pada suasana yang sama yakni aktivitas membaca.

3.Melibatkan Orang Tua dan Pemangku KepentinganDalam membudayakan membaca keterlibatan orang tua dapat dilakukan dengan cara menggunakan buku penghubung budaya baca. Isi dari buku penghubung ini disesuaikan dengan keberadaan siswa secara kemampuan intelektual. Artinya bisa saja tuntutan dari hal-hal yang tertera dalam buku penghubung tersebut sederhana maupun kompleks. Substansi dari buku penghubung ini adalah mendeskripsikan bahwa siswa telah melakukan aktivitas membaca dan orang tua atau keluarga inti ikut terlibat dan mengetahui aktivitas membaca siswa.

Pemangku kepentingan yang sangat relevan dengan program budaya baca ini di tingkat kabupaten/kota adalah kepala perpustakaan daerah. Keterlibatan pihak perpustakaan daerah bisa

dalam bentuk membantu ketersediaan jumlah buku dengan sistem pinjam pakai secara berkala.

Dalam hal membantu ketersediaan jenis dan jumlah buku dan motivasi membaca dapat pula dilakukan dengan meminta partisipasi tokoh-tokoh berpengaruh di daerah untuk menyumbangkan buku yang dimiliki dan pernah dibacanya. Motivasi bagi siswa sebagai pembaca buku tersebut dapat tumbuh karena ternyata buku yang berada di tangannya dan sedang dibacanya itu juga adalah buku yang dibaca oleh tokoh terkenal dan berpengaruh.

4. Membuat Gerobak Buku Gerobak buku yang digunakan di SMPN 13 Binjai pada dasarnya adalah untuk memudahkan siswa mengakses buku untuk dibaca. Dengan ketersediaan gerobak buku, siswa seolah-olah berada di “swalayan” atau sedang menikmati makanan semisal bakso.

Setiap pagi, sebelum jam masuk sekolah, petugas yang bertanggung jawab terhadap gerobak buku ini telah mendorongnya ke tempat strategis dan berpindah-pindah di lingkungan sekitar sekolah. Dengan demikian siswa dapat membaca kapan pun sesuai dengan waktu yang memungkinkan bagi setiap orang. Apabila siswa tersebut tertarik untuk membacanya lebih lanjut maka dapat meminjamnya kepada petugas untuk dibawa pulang ke rumah, tentunya dengan terlebih dahulu dicatatkan pada buku catatan peminjam buku. ***

Ketika membaca senyap berlangsung, kelas dikondisikan sampai betul-betul hening. Siswa diperbolehkan memilih tempat membaca sesuai dengan keinginannya sebelum mereka kembali ke kelompoknya untuk berdiskusi. Selain itu, lembar kerja yang dibuat menuntut peserta didik untuk menuangkan apa yang telah dibacanya dengan pemahaman mereka sendiri dalam lembar kerja.

Hasil dari membaca senyap dalam pembelajaran ini selama dua minggu, siswa menunjukkan keaktifandalam mengerjakan tugas. Hasil karya siswa

juga tampak lebih kreatif.

Kegiatan ini juga dapat melatih keterampilan sosial siswa karena mereka saling berinteraksi membahas hasil bacaannya. Mereka juga terlatih mengasah keterampilan informasi dan memiliki keterampilan untuk berpartisipasi dalam masyarakat sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. ***

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 19: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 2015 Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201518 19

Banjarnegara, Jawa Tengah - Program budaya baca di SDN 1 Semarang, Banjarnegara, terbagi dalam dua hal. Pertama, wajib membaca setiap hari selama 10 menit yang dilaksanakan pada awal pembelajaran. Kedua, pada setiap Kamis semua warga sekolah wajib membaca selama 45 menit. Selain itu sekolah juga mengembangkan jam bebas membaca yang waktu dan tempatnya diatur sendiri oleh siswa.

Untuk mendukung program tersebut, sekolah telah menyediakan sudut-sudut baca yang mudah diakses di setiap sisi sekolah. Siapa pun, baik siswa, guru, kepala sekolah, atau wali murid yang mengantar anaknya, bisa singgah untuk membaca.

Biasanya, pada waktu istirahat anak-anak akan membaca atau bisa sebelum mulai pelajaran, bahkan setelah selesai pembelajaran sambil menunggu jemputan.

10 dan 45 Menit Wajib Baca di SDN 1 Semarang

Pada saat jam wajib membaca selama 45 menit, siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid yang ada di sekolah, kompak membaca buku bacaan yang disukainya.

Lalu dari mana sekolah memperoleh buku-buku tersebut? Banyak hal yang dilakukan oleh sekolah, meskipun selama ini sekolah telah mendapatkan dari 5% alokasi BOS yang dianggarkan untuk buku.

Sekolah juga memfasilitasi infak siswa untuk membeli buku, sumbangan buku dari orang tua siswa, sumbangan buku dari siswa kelas 6, dan mengupayakan sumbangan buku dari lembaga-lembaga lain. (Nj)

Gerobak Buku Tumbuhkan Budaya Baca

Setelah mengambil buku di gerobak, siswa mencari tempat yang nyaman untuk membaca.

Pelatihan modul II USAID PRIORITAS pada unit 14a menjadi

awal mula dilaksanakan program budaya baca di SMPN 13 Binjai

Sumatera Utara. Menjadikan membaca menjadi sebuah budaya

di sekolah membutuhkan bukan hanya sarana semata. Faktor

suasana juga memiliki peran yang tidak kecil. Berikut beberapa hal

yang telah dilakukan SMPN 13 Binjai Sumatera Utara untuk

menumbuhkan budaya baca yang juga mungkin efektif untuk

dilakukan di tempat lain.

Oleh Syamsul Agus Kepala SMPN 13 Binjai, Sumatera Utara

Siswa memilih buku bacaan dari gerobak membaca yang dibuat SMPN 13 Binjai.

Bandung Barat, Jawa Barat - Saya mendekati salah seorang murid di kelas VIII-1 SMPN 1 Cihampelas pada saat kegiatan pembelajaran karena terlihat tidak seaktif siswa lainnya. “Alika, kok seperti nggak bersemangat nih belajarnya, mengapa?” Dia memandang saya sambil tersenyum, “Hehe....males, Bu. IPS banyak yang harus dibaca. Saya nggak suka banyak baca Bu!”

Masalah yang diungkapkan Alika tentunya merupakan masalah klasik yang harus segera diatasi. Saya berupaya agar siswa gemar membaca dan aktif bertanya. IPS merupakan pelajaran interdisipliner yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu dengan “segudang” materi yang harus dibaca. Tanpa membaca, akan nihil hasil belajarnya.

Setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS tentang literasi, sekarang dalam setiap pembelajaran saya selipkan kegiatan membaca senyap selama 10 menit pada KBM, terutama dalam kegiatan mengumpulkan informasi dengan diberi nama ”Basoka” (baca senyap oke punya).

Membaca Senyap dengan “Basoka”Oleh Dian Diana, Guru SMPN 1 Cihampelas, Bandung Barat

Hasil karya siswa dalam pembelajaran IPS yang

diperkaya dengan membaca senyap dengan “Basoka”.

1. Doktrin PersuasifDoktrin persuasif dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan berupa baliho atau spanduk yang berisi manfaat membaca. Baliho atau spanduk ini diletakkan di tempat strategis di lingkungan sekolah sehingga warga sekolah “merasa rugi” jika tidak melakukan aktivitas membaca. Salah satu kalimat doktrin persuasif ini misalnya lebih baik sekarang kutu buku dari pada nanti mati kutu. Atau dapat berupa kalimat menarik lainnya.

2. Human Model dan Jam Wajib BacaMenjadi human model di lingkungan sekolah jauh lebih efektif dibanding hanya memberikan instruksi untuk membaca. Agar budaya baca tumbuh di kalangan siswa, maka para guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya juga melakukan aktivitas membaca pada jam wajib baca yang telah ditentukan jadwalnya.

Jam wajib baca perlu ditentukan jadwalnya. Hal ini untuk menumbuhkan komitmen

bersama untuk melakukan aktivitas membaca bagi semua warga sekolah. Dengan demikian, pada waktu yang telah ditetapkan jadwalnya tersebut sangat terasa bahwa semua warga sekolah berada pada suasana yang sama yakni aktivitas membaca.

3.Melibatkan Orang Tua dan Pemangku KepentinganDalam membudayakan membaca keterlibatan orang tua dapat dilakukan dengan cara menggunakan buku penghubung budaya baca. Isi dari buku penghubung ini disesuaikan dengan keberadaan siswa secara kemampuan intelektual. Artinya bisa saja tuntutan dari hal-hal yang tertera dalam buku penghubung tersebut sederhana maupun kompleks. Substansi dari buku penghubung ini adalah mendeskripsikan bahwa siswa telah melakukan aktivitas membaca dan orang tua atau keluarga inti ikut terlibat dan mengetahui aktivitas membaca siswa.

Pemangku kepentingan yang sangat relevan dengan program budaya baca ini di tingkat kabupaten/kota adalah kepala perpustakaan daerah. Keterlibatan pihak perpustakaan daerah bisa

dalam bentuk membantu ketersediaan jumlah buku dengan sistem pinjam pakai secara berkala.

Dalam hal membantu ketersediaan jenis dan jumlah buku dan motivasi membaca dapat pula dilakukan dengan meminta partisipasi tokoh-tokoh berpengaruh di daerah untuk menyumbangkan buku yang dimiliki dan pernah dibacanya. Motivasi bagi siswa sebagai pembaca buku tersebut dapat tumbuh karena ternyata buku yang berada di tangannya dan sedang dibacanya itu juga adalah buku yang dibaca oleh tokoh terkenal dan berpengaruh.

4. Membuat Gerobak Buku Gerobak buku yang digunakan di SMPN 13 Binjai pada dasarnya adalah untuk memudahkan siswa mengakses buku untuk dibaca. Dengan ketersediaan gerobak buku, siswa seolah-olah berada di “swalayan” atau sedang menikmati makanan semisal bakso.

Setiap pagi, sebelum jam masuk sekolah, petugas yang bertanggung jawab terhadap gerobak buku ini telah mendorongnya ke tempat strategis dan berpindah-pindah di lingkungan sekitar sekolah. Dengan demikian siswa dapat membaca kapan pun sesuai dengan waktu yang memungkinkan bagi setiap orang. Apabila siswa tersebut tertarik untuk membacanya lebih lanjut maka dapat meminjamnya kepada petugas untuk dibawa pulang ke rumah, tentunya dengan terlebih dahulu dicatatkan pada buku catatan peminjam buku. ***

Ketika membaca senyap berlangsung, kelas dikondisikan sampai betul-betul hening. Siswa diperbolehkan memilih tempat membaca sesuai dengan keinginannya sebelum mereka kembali ke kelompoknya untuk berdiskusi. Selain itu, lembar kerja yang dibuat menuntut peserta didik untuk menuangkan apa yang telah dibacanya dengan pemahaman mereka sendiri dalam lembar kerja.

Hasil dari membaca senyap dalam pembelajaran ini selama dua minggu, siswa menunjukkan keaktifandalam mengerjakan tugas. Hasil karya siswa

juga tampak lebih kreatif.

Kegiatan ini juga dapat melatih keterampilan sosial siswa karena mereka saling berinteraksi membahas hasil bacaannya. Mereka juga terlatih mengasah keterampilan informasi dan memiliki keterampilan untuk berpartisipasi dalam masyarakat sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. ***

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 20: Edisi 11 PRIORITAS PENDIDIKAN · tempat acara dengan skala, dan membuat laporan kegiatannya. Kegiatan literasi lainnya adalah siswa membaca beberapa teks, berwawancara, membuat percobaan,

DOKUMENTASI USAID PRIORITAS

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201520

USAID PRIORITAS bersama LPTK mitra mengadakan unjuk karya praktik yang baik di LPTK (TTI Showcase Meeting). Pada April-Juni 2015, beberapa LPTK yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut di antaranya Universitas Negeri Makassar dan UIN Alaudin Makassar Sulawesi Selatan, UIN Ar-Raniry dan Universitas Syah Kuala Aceh, Universitas Negeri Medan dan IAIN Sumatra Utara, Universitas Negeri Semarang, IAIN Walisongo Jawa Tengah, Universitas Negeri Yogyakarta, serta

LPTK Pamerkan Dampak Hasil Kemitraan

Universitas Negeri Malang Jawa Timur.

Kegiatan ini melibatkan seluruh sekolah lab, sekolah mitra LPTK, dan LPTK konsorsia. ”Showcase ini bertujuan untuk memberi kesempatan bagi LPTK, sekolah lab, dan sekolah mitra LPTK untuk menunjukkan dampak dan manfaat dari implementasi program USAID PRIORITAS. Mereka menunjukkan praktik-praktik yang baik dalam perkuliahan, manajemen, dan hasil pendampingan di sekolah lab LPTK," kata

Dr Djufri MSi, Dekan FKIP Universitas Syiah Kuala mendengarkan penjelasan hasil percobaan siswa MTsN Tungkop, madrasah mitra UIN Ar-Raniry, Aceh (16/4).

Rektor UNY, Prof Dr Rochmat Wahab (tengah) mencoba alat pendeteksi tsunami di stan sekolah mitra Universitas Negeri Yogyakarta (21/4).

Mahasiswa FMIPA UM memeragakan proses gesekan menjadi listrik dengan alat peraga buatannya pada showcase LPTK mitra Universitas Negeri Malang, Jawa Timur (6/6).

Konsul AS untuk Pulau Sumatra Y Robert Ewing diminta mencoba uji coba

kandungan borax dalam makanan oleh siswa SMP Al-Azhar Medan yang menjadi sekolah mitra Universitas Negeri Medan. SMP Al-Azhar telah dilatih praktik yang

baik dalam pembelajaran dan MBS untuk menjadi tempat praktik mengajar

mahasiswa Universitas Negeri Medan (13/5).

Konsul AS untuk Pulau Sumatra Y Robert Ewing diminta mencoba uji coba

kandungan borax dalam makanan oleh siswa SMP Al-Azhar Medan yang menjadi sekolah mitra Universitas Negeri Medan. SMP Al-Azhar telah dilatih praktik yang

baik dalam pembelajaran dan MBS untuk menjadi tempat praktik mengajar

mahasiswa Universitas Negeri Medan (13/5).

Talkshow kemitraan LPTK dan sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan MBS yang dipandu Dr Syamsuduha dosen UIN Alauddin, (paling kiri), menghadirkan Rektor UNM Prof Dr Arismunandar, Pembantu Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Dr Muh Amri Tajuddin, Kepala Sekolah SMPN II Makassar Rosdiana Amir MPd, Kepala MI Madani Gowa Dra Andi Besse, dan Ketua Komite MTs Ballang Kamari K. Daeng Ramma. Kegiatan ini diadakan di Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar (12/5).

Stuart Weston saat mengikuti unjuk karya LPTK di Universitas Negeri Malang (6/6).

Wakil gubernur, bupati/walikota, rektor, dekan, dinas pendidikan, Kemenag, perwakilan Kemendikbud, Kemenag, dan Menko PMK, kepala sekolah. guru, komite sekolah, serta pemangku kepentingan di provinsi dan kabupaten/kota, hadir dalam kegiatan tersebut. Berikut beberapa foto yang menggambarkan kegiatan unjuk karya praktik yang baik di LPTK. (Anw)

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di

Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah

di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.