Edi Witono_0410U005.pdf
Transcript of Edi Witono_0410U005.pdf
TINJAUAN IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR
JAWA BARAT NO. 8 TAHUN 2012 PADA
SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM
DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
PROVINSI JAWA BARAT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam
Menempuh Tugas Akhir Diploma III Program Studi Manajemen
Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen
Universitas Widyatama
Disusun Oleh
NAMA : Edi Witono
NPM : 0410U005
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi Peringkat “B”
Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 006/BAN-PT/AK-V/DPI-IV/I/2009
Bandung
2013
ABSTRAK
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian
dengan mengambil judul “ Tinjauan Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Barat
No.8 Tahun 2012 Pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian
Peraturan Gubernur Jawa Barat No.8 Tahun 2012 Pada Sub Bagian Kepegawaian
dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat. Metode
yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan,
penelitian lapangan observasi dan pengumpulan data, dimana penulis dapat
mengumpulkan data yang akurat di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder, penulis menggunakan
studi kepustakaan dan studi lapangan.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan
produktivitas dan motivasi adalah dengan memberikan Tunjangan Tambahan
Penghasilan yang merupakan tunjangan remunerasi berbasis kinerja guna
meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja pegawai yang diselenggarakan
setiap bulan. Tunjangan tersebut diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Calon Pegawai Negeri Sipil saja.
Dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur Jawa Barat No.8 Tahun 2012,
terdapat hambatan yaitu besaran tunjangan tidak sesuai dengan harapan pegawai
dan tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai, yang mengakibatkan
kinerja pegawai menjadi kurang disiplin.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdapat hambatan dalam
pengimplementasian Peraturan Gubernur yang pada pelaksanaannya dinilai masih
belum optimal dalam meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja pegawai,
oleh karena itu penulis memberikan saran kepada pihak yang memberikan
kebijakan, dalam hal ini Gubernur agar besaran dari tunjangan jika dapat
ditingkatkan menjadi minimal 50% dari gaji pokok pada tiap masing-masing
golongan, maka pegawai akan lebih produktif dan termotivasi untuk bekerja lebih
giat dan diharapkan akan meningkatkan disiplin dalam bekerja.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkembang banyak melakukan usaha
pembangunan di segala bidang. Dalam melancarkan proses pembangunan selama
ini, semua turut terlibat di dalamnya baik rakyat yang berperan sebagai sumber
daya maupun pihak pemerintah sebagai pendukung pelaksana pembangunan
tersebut. Masyarakat luas sudah mengetahui pada saat-saat sekarang ini kondisi
perekonimian di dalam negeri sedang mengalami masa transisi, dimana
perekonomian di Indonesia mengalami keterpurukan di berbagai sektor
(Nurkholiq; 2012).
Untuk menghadapi kondisi yang seperti sekarang ini, Indonesia dituntut
untuk melakukan perbaikan di segala bidang tanpa kecuali. Hal ini dilakukan
karena saat ini sedang berada di era globalisasi, dimana seluruh negara di dunia
sedang memasuki perdagangan bebas. Dalam hal ini setiap individu maupun
perusahaan dituntut untuk siap menghadapi kondisi tersebut. Perusahaan harus
dapat bersaing dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya, salah satunya
adalah sumber daya manusia (Nurkholiq; 2012).
Sumber daya manusia sangat penting dalam setiap aktivitas organisasi,
baik organisasi perusahaan, instansi pemerintah ataupun organisasi – organisasi
lainnya. Dengan kata lain, sumber daya manusia harus dikembangkan dan
diarahkan agar tujuan perusahaan bisa tercapai. Karena itu sumber daya manusia
dan manajemen perusahaan harus saling bekerjasama agar tujuan perusahaan
tersebut bisa tercapai (Wiludjeng; 2008:5).
Sumber daya manusia merupakan asset yang dimiliki setiap perusahaan.
Oleh karena perusahaan harus mampu memberdayakan pegawainya agar mau
bekerjasama dalam mencapai tujuan perusahaan, baik perusahaan negeri ataupun
swasta (Harsono; 2011:82). Sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan
negeri atau instansi pemerintah adalah Pegawai Negeri Sipil. Pada Bab I
Ketentuan umum, Pasal I Undang-undang No. 43 Tahun 1999 Pada angka 1
disebutkan “Pegawai Negeri adalah Warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diberi
tugas dalam suatu jabatan negeri atau diberi tugas lainnya, digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Selain itu juga Pegawai Negeri
Sipil merupakan unsur pelaksana pemerintah, perekat, pemersatu bangsa dan
negara dan juga dipercaya pemerintah untuk mencapai tujuan nasional. Karena itu
Pegawai Negeri Sipil disebut sebagai unsur aparatur negara yang mempunyai
tugas menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan.
Pengelolaan sumber daya manusia yang baik sebenarnya bertujuan untuk
mendapatkan orang yang tepat bagi suatu jabatan tertentu atau Right man on the
right job. (Hasibuan; 2008:14).
Agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satu upaya yang
dilakukan perusahaan adalah dengan membentuk aturan-aturan ataupun standar
kerja yang wajib dilaksanakan oleh pegawainya, sehingga pegawainya mau
bekerja secara disiplin. Disiplin kerja sangat diperlukan bagi setiap individu
maupun perusahaan. Namun pada kenyataannya tidak semua pegawai memiliki
kinerja yang baik, hal ini terjadi karena tingkat disiplin kerja tiap individu
berbeda-beda.
Untuk meningkatkan disiplin kerja, organisasi bisa memberikan
kompensasi berupa pemberian kebijakan yang secara tidak langsung akan
meningkatkan produktivitas dan semangat kerja. Kompensasi adalah semua
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang
diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan
(Hasibuan; 2008:117).
Besarnya balas jasa telah ditentukan dan diketahui sebelumnya, sehingga
pegawai secara pasti akan mengetahui besarnya balas jasa / kompensasi yang akan
diterimanya. Besar kecilnya balas jasa ditentukan oleh jabatan seseorang, semakin
tinggi jabatan seseorang, maka balas jasa yang diterimanya pun semakin besar.
Dengan demikian maka kepuasan kerja pegawai akan tercapai. Disinilah letak
pentingnya kompensasi bagi pegawai (Hasibuan; 2008:116).
Salah satu bentuk kompensasi yang ada di instansi pemerintah adalah
dengan memberikan tunjangan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas kerja pegawai. Sejak awal Januari 2010, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat memberlakukan kebijakan pemberian tunjangan remunerasi berbasis
kinerja. Dasar hukumnya adalah Peraturan Gubernur Jawa barat No.119/2009
tentang Pedoman Pengukuran Kinerja dalam pemberian Tunjangan Tambahan
Penghasilan (TTP) bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil.
Sampai sekarang, kebijakan tersebut sudah memasuki perubahan ketiga yaitu
menjadi “Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 119 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pengukuran Kinerja Dalam Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat”.
Salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi Jawa Barat
yang mendapatkan kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan
(TTP) tersebut adalah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan akan meningkatkan produktivitas
dan akan memotivasi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa staf di Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum di instansi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
kebijakan tersebut dinilai belum terlalu berpengaruh dalam meningkatkan
produktivitas dan motivasi kerja pegawainya. Hal ini diindikasikan dengan tingkat
kedisiplinan masih belum optimal. Dalam hal ini tingkat absensi, misalnya masih
ada pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan dan disiplin saat jam masuk
kerja, misalnya masih ada pegawai yang masuk diatas jam kerja yang seharusnya
yaitu jam 7.30. Indikator ini diperkuat dengan kuesioner yang penulis bagikan
kepada beberapa staf di Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana upaya peningkatan produktivitas dan motivasi kerja di instansi
pemerintahan yakni Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
Selain itu juga penulis akan mencoba menyajikan dalam bentuk laporan tugas
akhir dengan judul ”TINJAUAN IMPLEMENTASI PERATURAN
GUBERNUR JAWA BARAT NO. 8 TAHUN 2012 PADA SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN DAN UMUM DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR PROVINSI JAWA BARAT”
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk lebih memahami upaya peningkatan produktivitas dan motivasi
kerja pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, maka
penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengimplementasian Peraturan Gubernur pada Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat.
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengimplementasian
Peraturan Gubernur pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengimplementasian Peraturan Gubernur pada Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pengimplementasian Peraturan
Gubernur pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian dan pengumpulan data yang kemudian dituangkan
dalam bentuk laporan tugas akhir, penulis berharap dapat memberikan manfaat
bagi :
1. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan
informasi mengenai upaya peningkatan produktivitas dan motivasi kerja di
perusahaan sehingga dapat mengurangi terjadinya penyimpangan.
2. Implikasi Akademik
Penulis berharap hasil laporan tugas akhir ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan acuan bagi pihak lain umumnya, khususnya bagi pihak
Akademik.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian,
wawancara dan pengambilan data pada instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, yang beralamat di jalan Braga no. 137
Bandung. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini adalah waktu pelaksanaan
yang fleksibel yakni di sela-sela jeda kuliah yang sedang penulis tempuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompensasi
2.1.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan hal yang kompleks dan sulit, karena di dalamnya
melibatkan dasar kelayakan, logika, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kompensasi diberikan dengan tujuan memberikan rangsangan dan motivasi
kepada tenaga kerja untuk meningkatkan prestasi kerja. Kepuasan kerja pegawai
terletak pada salah satu faktor yaitu kompensasi yang merupakan segala sesuatu
yang diterima tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah mereka
lakukan.
Kompensasi bisa dirancang secara benar untuk mencapai keberhasilan
bersama sehingga pegawai merasa puas dengan jerih payah mereka dan
termotivasi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama manajemen. Tingkat
kompensasi akan menentukan skala kehidupan ekonomi pegawai, sedangkan
kompensasi relatif menunjukan status dan harga pegawai. Dengan demikian,
apabila pegawai memandang bahwa bila kompensasi tidak memadai, maka
produktivitas, prestasi kerja, dan kepuasan kerja pegawai akan turun.
Penulis mengutip beberapa definisi mengenai kompensasi, antara lain :
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang,
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
(Hasibuan; 2008:116).
Kompensasi adalah salah satu cara organisasi untuk
meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja pada
karyawan (Rachmawati; 2008:144).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah
pemberian balas jasa kepada pegawai atau karyawan terhadap segala sesuatu yang
telah dipersembahkan kepada instansi atau perusahaan.
2.1.2 Tujuan pemberian kompensasi
Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Rachmawati
(2008:144), memaparkan bahwa tujuan organisasi memberikan kompensasi adalah
sebagai berikut :
1. Mendapatkan karyawan yang berkualitas
Organisasi saling bersaing di pasar tenaga kerja untuk mendapatkan karyawan
yang berkualitas dan memenuhi standar yang diminta organisasi.
2. Mempertahankan karyawan yang sudah ada
Dengan adanya kompensasi yang kompetitif, organisasi dapat mempertahankan
karyawan yang potensial dan berkualitas untuk tetap bekerja.
3. Adanya keadilan
Adanya administrasi kompensasi menjamin terpenuhinya rasa keadilan pada
hubungan antara manajemen dan karyawan.
4. Perubahan sikap dan perilaku
Adanya kompensasi yang layak dan adil bagi karyawan, hendaknya dapat
memperbaiki sikap dan perilaku yang tidak menguntungkan serta
mempengaruhi produktivitas kerja.
5. Efisiensi biaya
Program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan
dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak.
6. Administrasi legalitas
Dalam administrasi, kompensasi juga terdapat batasan legalitas karena diatur
oleh pemerintah dalam sebuah undang-undang.
Tujuan kompensasi hendaknya memberikan kepuasan kepada semua
pihak. Karyawan dapat memenuhi kebutuhannya, pengusaha mendapat laba,
peraturan pemerintah harus ditaati dan konsumen mendapat pelayanan yang baik.
2.1.3 Asas Kompensasi
Menurut Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2008:121),
program kompensasi atau balas jasa harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan
memperhatikan undang-undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat
perhatian dengan sebaik-baiknya supaya balas jasa yang akan diberikan dapat merangsang
gairah dan kepuasan kerja pegawai atau karyawan.
a. Asas adil
Besarnya kompensasi yang diberikan kepada karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan
pekerjaan. Jadi asas adil bukan berarti setiap karyawan menerima kompensasi
yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi dasar penilaian, perlakuan, dan
pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan. Dengan asas adil, akan
tercipta suasana kerja yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas
karyawan akan lebih baik.
b. Asas layak
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada
tingkat normatif yang ideal. Tolak ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya
kompensasi didasarkan atas batas upah minimum pemerintah.
Manajer personalia diharuskan selalu memantau dan menyesuaikan
kompensasi dengan eksternal konsistensi yang berlaku. Hal ini penting supaya
semangat kerja dan karyawan yang layak tidak terhenti.
2.1.4 Jenis Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi yang diberikan pada karyawan antara lain :
1. Kompensasi Ekstrinsik
a. Kompensasi ekstrinsik yang berbentuk uang antara lain misalnya :
Gaji
Upah
Honor
Bonus
Komisi
Insentif, dan lain-lain.
b. Kompensasi ekstrinsik yang bentuknya tunjangan antara lain contohnya :
Uang cuti
Uang makan
Uang transport
Asuransi
Uang pensiun
Rekreasi
Beasiswa melanjutkan kuliah, dan lain-lain.
2. Kompensasi Intrinsik merupakan kompensasi yang tidak berbentuk fisik dan
hanya dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, jenjang karir yang
jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik dan lain-lain.
2.2 Motivasi Karyawan
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu faktor
penentu dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Bartol yang dikutip oleh Wiludjeng
(2008:1) dalam bukunya Pengantar Manejemen, mendefinisikan “Motivasi berhubungan erat
dengan dorongan atau kekuatan yang berada dalam diri manusia dan tidak terlhat dari luar”.
Yang terlihat hanya tingkah laku manusia tersebut.
Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak.
Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada bawahan atau pengikut.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahannya agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuannya dan keterampilannya agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Pada dasarnya tujuan perusahaan bukan saja mengharapkan
karyawan yang mampu dan cakap, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja dengan giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan; 2008:2).
Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Hasibuan
(2008:143), ada beberapa definisi mengenai motivasi kerja, antara lain :
“Motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para
pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai”. (Flippo dalam Hasibuan;
2008:143)
“Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok
pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan
mengarahkan tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis
dan emosional”. (American Encyclopedia dalam Hasibuan; 2008:143)
“Motivasi secara umum didefiniskan sebagai inisiasi, pengarahan tingkah
laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku”.
(Moskowits dalam Hasibuan; 2008:143).
Perbedaan keinginan dan kebutuhan adalah keinginan dari setiap orang berbeda-beda
karena dipengaruhi oleh selera, latar belakang serta lingkungannnya, sedangkan kebutuhan
semua orang adalah sama. Misalnya semua orang butuh makan, tetapi jenis makanan yang
diinginkannya tidak selalu sama tergantung pada selera masing-masing individu. Hal inilah yang
menyulitkan manajer untuk memberikan alat motivasi yang tepat bagi setiap individu
bawahannya.
2.2.2 Aspek dan Tujuan Motivasi
Gairah kerja dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek
motivasi yang bersifat statis, menurut Hasibuan (2008:2) dua aspek motivasi yang bersifat statis
yaitu :
1. Aspek yang pertama tampak sebagai kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar bagi
harapan yang akan diperoleh lewat tercapainya tujuan organisasi.
2. Aspek yang kedua berupa alat perangsang atau insentif yang diharapkan dapat memenuhi
apa yang menjadi kebutuhan pokok yang diharapkan.
Motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai perangsang untuk dapat
mengarahkan dan menggerakan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang
diinginkan perusahaan. Tujuan motivasi kerja menurut Hasibuan (2008:2), antara lain :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
d. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
e. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
i. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
j. Meningkatkan efsiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Berdasarkan uraian diatas, maka aspek dan tujuan motivasi merupakan upaya untuk
menggerakkan sumber daya manusia agar mau bekerjasama dan secara produktif berhasil
mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
2.2.3 Dasar-dasar Motivasi
Menurut Wiludjeng (2008:1), mengemukakan dasar-dasar motivasi antara lain :
1. Mengikut sertakan bawahan
Untuk mendapat hasil yang baik, bawahan bisa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
merumuskan keputusan-keputusan. Sehingga bawahan dapat mengemukakan ide, saran dan
mereka akan merasa dirinya dimanusiakan, sehingga ia akan bertanggung jawab atas
tercapainya hasil yang maksimal.
2. Komunikasi
Tanpa adanya informasi, para bawahan tidak dapat bekerja secara maksimal. Untuk itu
manajer perlu melakukan kominikasi yang intensif dengan mereka-mereka yang tergabung
dalam organisasi.
3. Pengakuan
Untuk meningkatkan hasil yang maksimal, manajer perlu memberikan pengakuan dan
penghargaan atas sumbangan yang telah diberikan. Pengakuan ini bisa berupa materi ataupun
non materi.
4. Wewenang yang didelegasikan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu adanya delegasi wewenang yang baik,
karena tanpa wewenang, para bawahan akan sulit untuk melakukan apa yang harus
dikerjakan.
5. Perhatian timbal balik
Semakin banyak manajer membantu bawahannya dalam mencapai tujuan, maka semakin
besar motivasi bawahannya dalam mencapai tujuan perusahaan.
2.2.4 Teori Motivasi
Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia, Hasibuan (2008;2) mengemukakan
beberapa teori motivasi, antara lain :
1. Teori Motivasi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Frederik Winslow Taylor. Menurutnya, motivasi
para pekerja itu hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis
saja. Sedangkan kebutuhan biologis itu sendiri adalah kebutuhan yang
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang.
Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat, bilamana ia mendapat
imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan tugas-tugasnya. Manajer
menentukan bagaimana tugas dikerjakan dengan menggunakan sistem insentif
untuk memotivasi para pekerjanya. Semakin banyak mereka berproduksi,
semakin besar penghasilan mereka.
2. Teori Hirarki Kebutuhan (Abraham Maslow)
Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga
merupakan kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949)
yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasaan seseorang itu jamak
yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa material dan nonmaterial.
Adapun Hirarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Konsep hirarki kebutuhan menurut Maslow
a. kebutuhan fisik dan biologis
Adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang termasuk ke dalam
kebutuhan ini adalah makan, minum, udara, perumahan dan sebagainya.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang menjadi
lebih giat bekerja.
b. kebutuhan keamanan dan keselamatan
Adalah kebutuhan akan kebebasan yakni merasa aman dari ancaman
kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
c. kebutuhan sosial
Adalah kebutuhan sosial, teman, interaksi, dicintai dan mencintai, serta
diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungan.
d. kebutuhan akan penghargaan
Adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta
penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungan.
e. Aktualisasi diri
Adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan,
keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan.
3. Teori ERG (Clayton Alderfer)
Teori ini merangkum 5 kebutuhan dari teori Maslow menjadi 3 kebutuhan,
yaitu :
a. Existence Needs, yaitu kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum,
kondisi kerja.
b. Relatedness Needs, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
c. Growth Needs, yaitu kebutuhan untuk berkembang.
Alderfer tidak berpendapat bahwa kebutuhan yang telah terpenuhi akan
menghilangkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi
motivasinya untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan suatu level, misalnya
existence needs akan lebih besar apabila seseorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan level yang lebih tinggi, misalnya relatedness needs.
4. Teori Mc’Celland’s
Menurut David Mc’Celland’s ada 3 jenis kebutuhan, yaitu :
a. Need for power, yaitu kebutuhan untuk mengendalikan orang lain dan
mempengaruhi perilaku orang lain.
b. Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
c. Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk melakukan suatu tugas atau
masalah dengan lebih baik dan lebih efisien.
5. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang
berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu :
a. Upaya yang adil dan layak.
b. Kesempatan untuk maju / promosi jabatan.
c. Pengakuan sebagai individu.
d. Keamanan kerja.
e. Tempat kerja yang baik.
f. Penerimaan oleh kelompok.
g. Perlakuan yang wajar.
h. Pengakuan atas prestasi.
2.2.5 Faktor-Faktor Motivasi
Hal yang memotivasi semangat kerja karyawan adalah untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun nonmateriil yang diperolehnya
sebagai imbalan balas jasa dari yang diberikannya kepada perusahaan. Apabila
materiil dan nonmateriil yang yang diterimanya semakin memuaskan, semangat
kerja karyawan semakin meningkat.
Menurut Peterson dan Plowman yang dikutip oleh Hasibuan (2007:2),
mengatakan bahwa orang mau bekerja karena faktor-faktor antara lain :
1. Keinginan untuk hidup
Keinginan untuk hidup merupakan kegiatan utama dari setiap orang, manusia
bekerja untuk mendapatkan makan dan makan untuk melanjutkan hidup.
2. Keinginan untuk suatu posisi
Keinginan untuk suatu posisi atau jabatan di tempat dia bekerja dan ini salah
satu sebab mengapa manusia mau bekerja.
3. Keingian untuk kekuasaan
Keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah diatas keinginan
untuk memiliki yang mendorong orang mau bekerja.
4. Keinginan akan pengakuan
Keinginan akan pengakuan, penghormatan, dan status sosial, merupakan jenis
terakhir dari kebutuhan yang mendorong orang untuk bekerja. Dengan
demikian, setiap pekerja mempunyai motif keinginan dan kebutuhan tertentu
mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya.
2.2.6 Jenis-jenis dan Alat-alat Motivasi
Menurut Wiludjeng (2008:1), motivasi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Motivasi positif, adalah merupakan dorongan terhadap karyawan yang berupa
misalnya hadiah, pujian, insentif, piagam, dan lainnya yang bersifat memberi
semangat dalam bekerja.
b. Motivasi negatif, adalah dorongan terhadap karyawan atau bawahan yang
biasanya berupa ancaman, hukuman atau sanksi-sanksi.
Perusahaan harus menggunakan kedua jenis motivasi tersebut. Bagi
perusahaan yang lebih percaya bahwa kekuatan akan mengakibatkan karyawan
segera bertindak, mereka akan lebih banyak menggunakan motivasi negatif. Jika
perusahaan percaya “kesenangan” akan menjadi dorongan untuk bekerja,
perusahaan akan lebih banyak menggunakan motivasi positif.
Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi tersebut sering digunakan oleh
manajer perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan. Menurut Wiludjeng (2008:1), alat
motivasi yang diberikan pada bawahan atau pegawainya dapat berupa :
a. Material
Adalah merupakan motivasi yang bersifat material sebagai imbalan prestasi
yang diberikannya, dan hal ini dapat diberikan berupa gaji, barang-barang yang
lainnya.
b. Non material
Merupakan motivasi yang tidak berbentuk materi. Yang termasuk non materi
ialah promosi, diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan, pujian sertifikat,
piagam dan lainnya.
Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan yang memberikan antara
kombinasi material dan non material. Alat motivasi yang diberikan itu berupa
material (uang dan barang) dan non material (medali dan piagam), jadi sekaligus
dapat memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggan rohani.
2.2.7 Hambatan-hambatan Motivasi
Setiap individu karyawan mempunyai keinginan yang berbeda-beda, tetapi
ada kesamaan dalam kebutuhannya, yaitu setiap manusia ingin hidup dengan
layak, memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagai manusia normal ingin
mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia atau karyawan mengharapkan balas
jasa dari prestasi yang diberikannya serta ingi memperoleh pujian, perlakuan yang
baik dari atasannya.
Pada kenyataannya, dalam hal apapun akan ditemui kendala dalam
mewujudkan rencana-rencana awal perusahaan, termasuk dalam hal memberikan
motivasi bagi karyawannya. Tidak semua karyawan merasa puas terhadap balas
jasa yang telah diberikan oleh perusahaan.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, Hasibuan (2007:2), mengutarakan
secara garis besar hambatan atau kendala dalam memotivasi karyawan yaitu :
1. Sulitnya menentukan alat motivasi yang paling tepat, karena keinginan setiap
individu karyawan tidak sama.
2. Kemampuan peusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif.
3. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan.
4. Manager sulit memberikan insentif yang adil dan layak.
Kepuasan kerja dari karyawan itu sendiri akan mempengaruhi motivasi
kerja dalam dirinya untuk bekerja pada perusahaan. Kesediaan dan motivasi
seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditunjukan oleh aktivitas-aktivitas
pekerjaan yang dilakukan dengan giat dan berorientasikan tujuan. Jadi yang
disebut karyawan yang termotivasi adalah karyawan yang perilakunya dapat
diarahkan kepada tujuan organisasi dan tidak mudah terganggu oleh hambatan-
hambatan motivasi yang dihadapi oleh perusahaan (Wiludjeng; 2007:2).
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, yang menjadi objek penelitian
adalah pelaksanaan motivasi kerja pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat.
Penulis melakukan penelitian ini dengan alasan ingin mengetahui proses
pelaksanaan motivasi kerja karyawan yang bekerja di instansi pemerintah yaitu
Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu ada beberapa faktor mengapa penulis
memilih objek penelitian di instansi tersebut antara lain faktor biaya, waktu dan
kesediaan instansi untuk dijadikan tempat penelitian.
3.1.1 Sejarah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat
Saat ini Dinas PU Pengairan diganti menjadi Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2000. Untuk
mengetahui sejarah singkat mengenai berdirinya PU Pengairan Propinsi Jawa
Barat, kita harus mengetahui dasar-dasar dan landasan hukum terbentuknya Dinas
PU Pengairan sejak jaman penjajahan sampai sekarang. Perjuangan Dinas PU
Pengairan telah mengalami 3 (tiga) jaman yaitu :
a. Jaman Penjajahan Belanda
Pada jaman penjajahan Belanda yaitu pada tahun 1883 dibentuk Brigade
irigasi (Irigate Brigade) dibawah pimpinan Ir. Heskes. Setelah itu pada tahun
1889 dibentuk pula bagian irigasi (Agdeling Irigate) dalam Departemen Der
Burgeliyke Openbare Warken (B.O.W).
Setelah pemerintah Hindia Belanda mendirikan Depatremen B.O.W
kemudian terjadi perubahan menjadi Departemen V En W atau Departemen
Verken En Waterstaat ban West Java yang berkedudukan di Bandung. Dalam
V En W ini tergabung didalam jawatan pengairan, PTT (Post, Telegraf dan
Telepon) dan jawatan lalu lintas jalan raya. Khusus tugas di bidang pengairan
diatur dalam :
Algemene Waterglement tahun 1963 (Stb 1963 No. 498)
Algemente Waterbeheerverordening (Stb 1957 No. 559 Jo Stb 1941 No. 305)
Provincvial Waterglement 1940 (PWR) Provincial Blad Van Java tanggal 1
juni 1940 No. 7.
b. Jaman Penjajahan Jepang
pada jaman kependudukan Jepang, Dinas PU Pengairan bernama “Doboko
Jimuso” yang bentuk serta pembagian susunannya sama seperti jaman V En W.
Setelah Jepang kalah dan Indonesia memprokamasikan kemerdekaannya,
bentuk dan susunan Doboko Jimuso masih dipakai akan tetapi personalianya
yang dijabat oleh orang-orang Jepang yang diambil alih dengan paksa dan
diganti dengan tenaga kerja Indonesia. Setelah keadaan semakin buruk, maka
dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, V En W terutama para
pemudanya tidak ketinggalan untuk mempertahankan “Gedung Sate” sebagai
kantor pusat V En W.
c. jaman Setelah Kemerdekaan RI
pada tanggal 3 Desember 1945, di kota Bandung terjadi puncak
perjuangan fisik bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan yang telah diproklamasikan dari tangan penjajah Belanda dan
Jepang serta mengalami puncak perlawanan yang tidak sedikit menumpahkan
darah. Pada pertempuran melawan tentara sekutu dalam rangka
mempertahankan gedung pertama dari Dinas PU telah gugur 7 (tujuh) orang
pemuda warga Jawatan Pekerjaan Umum untuk mempertahankan gedung
tersebut yaitu “V En W” yang sekarang dikenal dengan sebutan “Gedung Sate”.
Oleh karena itu hingga jaman sekarang setiap tanggal 3 Desember dijadikan
hari Kebangkitan Pekerjaan Umum.
Setelah Negara Republik Indonesia terbentuk RIS dan Pembubaran Negara
Bagian dengan Undang-Undang Nomor 22/1945 tentang Otonomi Daerah
termasuk pembentukan Propinsi Jawa Barat tahun 1953 dengan PP No.
181/1953 dilaksanakan penyerahan tugas-tugas Pekerjaan Umum pada
Pemerintahan Daerah. Struktur organisasi Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I
Jawa Barat Otonom, setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 22/1945 dan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, jawatan ini diberi nama Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Kantor pusat Dinas PU sebelum perang kemerdekaan bertempat di Gedung
Sate Bandung, kemudian dipindahkan ke Jl. Asia Afrika No. 97 Bandung.
Dinas PU adalah suatu penunjang pembangunan fisik di seluruh nusantara.
Kemudian Dinas PU dibentuk menjadi 3 (tiga) Dinas yaitu :
1. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
2. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat.
3. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat.
Setelah mengalami perubahan-perubahan yang bersifat struktural,
Dinas PU Pengairan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibentuk
berdasarkan peraturan No. 4 Tahun 1988 tentang pembentukan organisasi dan
tata kerja Dinas PU Pengairan Daerah Tingkat I Jawa Barat di Jl. Braga No.
137 Bandung berdasarkan Peraturan Daerah No. 12/2000, Dinas PU Pengairan
namanya berubah menjadi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat.
3.1.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 35 Tahun 2009 tentang tugas pokok,
fungsi, rincian tugas unit dan tata kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat, adalah sebagai berikut :
1. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Daerah
bidang sumberdaya air berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Dinas mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis pengelolaan sumber daya air;
b. Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan teknis sumber daya air yang
meliputi, pembinaan perekayasaan, pembinaan konstruksi, pembinaan
operasi dan pemeliharaan, serta pembinaan pemanfaatan sumber daya air;
c. Penyelenggaraan fasilitasi dan sistem investasi pengusahaan sumber daya
air;
d. Penyelenggaraan saran pertimbangan teknis pemanfaatan air dan sumber air
serta pelaksanaan pelayanan umum pengelolaan sumber daya air;
e. Penyelengaraan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air;
f. Penyelenggaraan pengawasan, pengendalian dan evaluasi pengelolaan
sumber daya air;
g. Penyelenggaraan tugas-tugas sekretariat;
h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3.1.3 Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi yang ada di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah sebagai berikut :
a. Visi
“Dinas yang andal, Berkeadilan dan Berkesinambungan Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air Tahun 2013”
Penjelasan visi tersebut adalah sebagai berikut:
o Andal: diartikan Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat dengan jumlah aparatur
yang memadai memiliki kemampuan yang ada mampu melakukan pengelolaan
sumber daya air di Provinsi Jawa Barat.
o Berkeadilan: diartikan dalam pengelolaan sumber daya air yang dilakukan
Dinas PSDA menganut azas adil bagi semua pihak masyarakat pengguna
sumber daya air.
o Berkelanjutan: diartikan pengelolaan sumberdaya air berkesinambungan dari
tahun ke tahun mulai dari RPJMD ke RPJP selanjutnya karena air sebagai
kebutuhan hidup yang vital dan esential.
o Pengelolaan sumberdaya air: diartikan aktivitas Dinas PSDA yaitu mengelola
dan sumberdaya air sebagai obyeknya.
o Tahun 2013: merupakan tahun kesanggupan Dinas PSDA untuk pencapaian
visi di atas, dalam periode masa Renstra 2008-2013.
b. Misi
Sedangkan Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
2008-2013 adalah :
1. Merumuskan kebijakan dan membina pelaksanaan operasional serta
mengembangkan system pengelolaan sumber daya air secara holistic,
sistematik, dan berkelanjutan.
2. Melakukan konservasi, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya
rusak air, pemberdayaan masyarakat, serta pengembangan system informasi
sumber daya air.
3. Memberikan pelayanan secara optimal efektif dan efisien pada masyarakat
pengguna sumber daya air dalam rangka memenuhi semua kebutuhan air
dengan tepat waktu,ruang, jumlah dan mutu.
4. Melakukan perencanaan, pengawasan dan monitoring evaluasi pemanfaatan
sumber daya air.
3.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
Adapun ruang lingkup kegaiatan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan jaringan irigasi dalam rangka menunjang program Ketahanan
Pangan Nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani melalui peningkatan daya beli
2. Pengelolaan Waduk dan Situ dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui ketersediaan air baku untuk pertanian (irigasi), air bersih,
perkotaan dan industri
3. Penyediaan Air Baku untuk air bersih dalam rangka menunjang program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Pengelolaan Prasarana Pengamanan dan Pendayagunaan Sungai dalam rangka
mengembalikan kondisi dan fungsi sungai sebagai sumber air untuk menunjang
daya dukung lingkungan
5. Pengelolaan dan Pengendali Banjir dan Penanggulangan Daya Rusak Air
dalam rangka melindungi prasarana wilayah, pemukiman dan lingkungan
6. Pengelolaan Jaringan Hidrologi, Kualitas Air, Pengendalian Pencemaran Air
dalam rangka menunjang sistem informasi sumber daya air.
7. Peningkatan Koordinasi.
8. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat dan Peran Swasta.
3.2 Struktur Organisasi Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Struktur Organisasi Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat, dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Pada Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Sumber: Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi Jawa Barat.
3.3 Tugas Pokok, Fungsi Tiap Unit Bagian pada Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air
Adapun tugas pokok, fungsi tiap Unit bagian pada Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tugas Pokok, Fungsi Tiap Unit Bagian
No Posisi atau
Jabatan Tugas Pokok
1 Kepala Dinas a. Penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan rekayasa teknik,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta manfaat;
b. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan
SEKRETARIS
PELAKSANA
PELAKSANA
PELAKSANA
KEPALA SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN &
UMUM
KEPALA SUB BAGIAN
PERENCANAAN &
PROGRAM
KEPALA SUB
BAGIAN
KEUANGAN
No Posisi atau
Jabatan Tugas Pokok
rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan,
serta manfaat;
c. Penyelenggaraan fasilitasi pengelolaan sumber daya air
meliputi rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan, serta manfaat;
2 Sekertaris a. Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program
Dinas;
b. Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program
kesekretariatan;
c. Penyelenggaraan pengelolaan urusan
keuangan,kepegawaian,dan umum.
3 Sub Bagian
Keuangan
a. Pelaksanaan penyusunan bahan rencana anggaran belanja
langsung dan tidak langsung Dinas;
b. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknik
administrasi keuangan.
c. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan pada
UPTD.
4 Sub Bagian
Kepegawaian dan
Umum
a. Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan
mutasi,pengembangan karir, Kesejahteraan dan disiplin
pegawai,pengelolaan administrasi dan kepegawaian
lainnya;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan
pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah
tangga;
c. Pelaksanaan administrasi, dokumentasi peraturaan
perundang-undangan, kearsipan dan perpustakaan;
d. Pelaksanaan tugas kehumasan dinas;
e. Pengelolaan perlengkapandinas.
5 Bidang Rekayasa
Teknik
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan
teknisrekayasa teknik;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi
rekayasateknik;
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang rekayasa teknik.
6 Seksi Survey a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi survey;
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan
survey;
7 Seksi Desain
Irigasi
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi desain irigasi;
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan
desain irigasi.
8 Seksi Konstruksi a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
No Posisi atau
Jabatan Tugas Pokok
Sundawapan fasilitasi konstruksi sundawapan.
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan
konstruksi sungai, danau, waduk dan pantai.
9 Bidang
Konstruksi
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis
konstruksi;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi konstruksi;
c. Penyelenggaraan fasilitasi konstruksi.
10 Seksi Konstruksi
Irigasi
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi konstruksi irigasi.
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegiatan
konstruksi irigasi.
11 Seksi Tata
Teknik
a. Penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi tata
teknik.
b. Penyusunan dan pengolahan data kegiatan tata teknik.
12 Bidang Operasi
dan Pemeliharaan
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasi dan
pemeliharaan;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi operasi dan
pemeliharaan;
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang operasi dan
pemeliharaan.
13 Seksi Bencana
Alam SDA
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknisdan
fasilitasi pengelolaan bencana alam sumber daya air.
b. Pelaksanaan penyusunan danpengolahan data kegiatan
pengelolaan bencana alam sumber daya air.
14 Seksi Kerjasama a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi kerjasama;
b. Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kegaiatan
kerjasama.
(Sumber : www.psda.jabarprov.go.id)
3.4 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pegawai Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat sebanyak 33 orang dengan latar belakang yang berbeda satu
sama lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan pegawai Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Tabel 3.2 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Jabatannya
No Jabatan Jumlah
1
2
Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Pelaksana
1
32
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah pegawai Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat sebanyak 33 orang, dengan komposisi jabatan yang dominan
dalam menjalankan kegiatannya, yaitu terdiri dari 1 orang Kasubag, yang dibantu
oleh 32 orang Pelaksana. Jumlah tersebut di atas menurut pengamatan penulis
masih belum cukup, mengingat pelayanan meliputi seluruh PNS yang ada
dilingkungan Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat.
Tabel 3.3 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1
2
3
4
Pasca Sarjana (S2)
Sarjana (S1)
Sarjana Muda (D3)
SMA
-
6
2
25
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Tabel 3.3 diatas menunjukan keadaan jumlah pegawai berdasarkan jenjang
pendidikan, maka jumlah pegawai berpendidikan Sarjana (S1) sebanyak 6 orang,
Sarjana Muda (D3) sebanyak 2 orang, dan SMA sebanyak 25 orang. Data tersebut
menunjukkan masih adanya pegawai yang berpendidikan SMA. Rendahnya
pendidikan pegawai akan menentukan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan, hal
ini terlihat dari sikap, pola berpikir, beraksi dan berinteraksi akan berbeda sekali
dengan orang yang berpendidikan tinggi. Oleh sebab itu tingkat pendidikan
pegawainya harus di tingkat lagi, yaitu dengan cara memberikan dorongan atau
memberikan kesempatan kepada para pegawainya untuk melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi lagi.
Kemudian mengenai keadaan pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1
2
Laki-laki
Perempuan
23
10
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Tabel 3.4 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar pegawai Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air Provinsi Jawa Barat terdiri dari laki-laki sebanyak 23 orang dan
perempuan sebanyak 10 orang. Dengan komposisi seperti itu berarti terdapat
keseimbangan pekerjaan, baik yang dilakukan oleh kaum laki-laki maupun kaum
perempuan yang tekun dan ulet dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan
tugasnya.
Selanjutnya keadaan pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada
Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.5 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah
1
2
3
4
< ═ 10 Tahun
11 ─ 20 Tahun
21 ─ 30 Tahun
> ═ 30 Tahun
3
8
12
10
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Pada tabel 3.5 tersebut memperlihatkan bahwa keadan pegawai berdasar-
kan masa kerja pada umumnya telah cukup lama bekerja pada Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat, ada yang telah melalui masa kerja lebih dari sampai dengan
30 Tahun yaitu sebanyak 10 orang, dengan masa kerja antara 21 – 30 Tahun yaitu
sebanyak 12 orang, kemudian masa kerja antara 11 – 20 Tahun yaitu sebanyak 8
orang dan dengan masa kerja kurang dari sampai dengan 10 Tahun yaitu sebanyak
3 orang. Dengan demikian kreativitas, kemampuan dan pengalaman mereka
sebagai pekerja dapat diandalkan untuk melakukan berbagai kegiatan dalam
menjalankan Kepegawaian dan Umum apalagi kalau ditunjang dengan prestasi
kerja yang baik.
Kemudian keadaan pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada
Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
berdasarkan pangkat dan golongan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Pangkat Dan Golongan
No Pangkat Gol/Ruang Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Penata
Penata Muda Tk.1
Penata Muda
Pengatur Tk.1
Pengatur
Pengatur Muda Tk.1
Pengatur Muda
Juru TK.1
Juru
III/c
III/b
III/a
II/d
II/c
II/b
II/a
I/d
I/c
3
9
5
-
2
2
10
-
1
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Pada tabel 3.6 tersebut memperlihatkan bahwa keadan pegawai Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air Provinsi Jawa Barat berdasarkan pangkat dan golongan/ruang, maka 17
orang dengan pangkat Penata Muda sampai Penata atau gol/ruang III/a – III/c, dan
14 orang dengan pangkat Pengatur Muda sampai Pengatur atau gol/ruang II/a –
II/c, dan 1 orang dengan pangkat juru atau gol/ruang I/c.
Dengan melihat pangkat dan golongan para pegawai tersebut di atas, maka
penghasilan yang diterima oleh para pegawaipun cukup memadai untuk
kebutuhan hidup beserta keluarganya.
Selanjutnya keadaan pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada
Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7 Keadaan Pegawai Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Berdasarkan Tingkat Usia
No Tingkat Usia Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
20 ─ 25 Tahun
26 ─ 30 Tahun
31 ─ 35 Tahun
36 ─ 40 Tahun
41 ─ 45 Tahun
46 ─ 50 Tahun
51 ─ 55 Tahun
-
1
3
4
13
8
4
Jumlah 33
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
Pada tabel 3.7 tersebut memperlihatkan bahwa keadan pegawai Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air Provinsi Jawa Barat berdasarkan tingkat usia, maka dapat dikatakan
semuanya sudah mempunyai pemikiran dewasa dan termasuk pada usia produktif,
sehingga dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang sudah menjadi
garapan masing-masing dengan baik apalagi kalau ditunjang dengan prestasi kerja
yang baik
3.5 Keadaan Fasilitas Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada
Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Untuk dapat menunjang kelancaran tugas dan pekerjaan yang menjadi
beban dan tanggung jawab Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, maka keadaan fasilitas
kerja harus lengkap dan memadai. Hal ini dimaksudkan agar volume dan
kebutuhan mengenai tuntutan tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dan
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan memperhatikan fungsi dan tugas pokok yang harus dilaksanakan
oleh Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, maka menurut pengamatan penulis jumlah
fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai, namun sebaiknya ditingkatkan lagi
seperti komputer dan printer, karena selain wilayah garapan Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat cukup luas dan harus memberikan pelayanan yang cepat.
Untuk lebih jelasnya keadaan fasilitas kerja yang tersedia, dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8 Keadaan Fasilitas Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Pada
Sekretariat Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
No Nama Barang Jumlah Keadaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Telepon Meja
Faximile
Komputer
Printer
Mesin Tik
Filing Kabinet
Meja Kerja
Kursi Kerja
Kursi Tamu
Jam Dinding
Peta Wilayah
Kendaraan Dinas Roda Empat
Kendaraan Dinas Roda Dua
1
1
2
2
2
4
12
12
1 set
2
1
2
4
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2012.
3.6 Metode Laporan Tugas Akhir
Metode laporan tugas akhir yang akan digunakan oleh penulis untuk
melakukan kegiatan pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang
Untuk menunjang kesempurnaan laporan tugas akhir ini, penulis
melakukan peninjauan dan pengambilan data primer terhadap instansi Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, yaitu Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air. Penulis juga
melakukan metode wawancara dan membagikan kuesioner terhadap beberapa staf
di instansi terkait yang menjadi objek penelitian. Dari hasil pengambilan data dan
metode wawancara, penulis melakukan proses pencatatan setiap melakukan
kunjungan ke instansi tersebut hingga observasi dan pembuatan laporan tugas
akhir ini selesai.
3.6.1 Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian laporan tugas akhir ini, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Studi kepustakaan
Yaitu pengumpulan data sekunder dengan mempelajari buku-buku yang ada di
dalam perpustakaan, catatan mata kuliah, dan juga media cetak lainnya yang
memiliki hubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas dalam laporan
dan untuk membandingkan antara teori dengan keadaan yang sebenarnya di
dalam perusahaan.
b. Studi Lapangan
Yaitu dilakukan untuk memperoleh data primer yaitu data yang didapatkan
langsung dari objek penelitian. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara
memantau langsung keadaan yang ada di perusahaan.
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.9 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan Data Proses Pengumpulan Data
a. Data sekunder
Studi kepustakaan Dilakukan dengan cara mengambil
referensi dari buku-buku di
perpustakaan, media cetak ataupun
media internet.
b. Data primer
Wawancara dengan pegawai Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum.
Wawancara dengan pihak-pihak yang
bersangkutan dan berhubungan dengan
kegiatan perusahaan secara langsung
dengan masalah sumber daya manusia
sehingga data yang dibutuhkan akan
diperoleh dengan lengkap.
Observasi, kunjungan langsung ke
Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air di jalan Braga no. 137
Bandung.
Observasi secara langsung dengan
objek penelitian dengan maksimal
agar diperoleh data yang dibutuhkan
dan data yang lebih mendekati dengan
kebenarannya yaitu dengan
membandingkan antara wawancara
dan keadaan sebenarnya di
perusahaan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini penulis akan menyajikan hasil pengumpulan data yang
telah dilakukan di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
mengenai pengimplementasian Peraturan Gubernur nomor 8 tahun 2012 pada Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum. Data yang sudah terkumpul lalu dibandingkan
dengan teori yang berhubungan dengan upaya peningkatan produktivitas dan
motivasi kerja yang dilakukan di instansi terkait.
4.1 Pengimplementasian Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2012 di
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Upaya peningkatan motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Oleh karena itu, pemberian motivasi
akan efektif bila dalam diri para pegawai sendiri terdapat keyakinan bahwa
dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi, tujuan pribadi pun
akan ikut tercapai. Artinya motivasi merupakan proses usaha dalam memenuhi
kebutuhan tertentu. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil
termasuk salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
untuk meningkatkan motivasi adalah pemberian Tunjangan Tambahan
Penghasilan yang merupakan tunjangan remunerasi berbasis kinerja guna
meningkatkan motivasi kerja pegawai.
Sebelum berbicara mengenai TTP (Tunjangan Tambahan Penghasilan),
maka perlu diketahui terlebih dahulu dasar dalam pemberian TTP adalah penilaian
kinerja pegawai yang diselenggarakan setiap bulan. Dari hasil wawancara dengan
Ibu Ade dan Ibu Lia, pegawai Sub Kepegawaian Umum di Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air mengenai prosedur pelaksanaan pengukuran kinerja pegawai,
bisa diketahui bahwa prosedur pelaksanaan pengukuran kinerja pegawai dalam
pemberian Tunjangan di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
adalah sebagai berikut:
1. Setiap pegawai membuat laporan kegiatan harian sesuai dengan tupoksi (Tugas
Pokok dan Fungsi) yang telah ditetapkan oleh kepala Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air untuk setiap pegawainya.
2. Laporan harian kegiatan tersebut dikumpulkan dalam periode satu bulan dan
disampaikan ke atasan langsung pada tiap Sub Bagian/Bidang/Balai untuk
diperiksa hasil kinerjanya dan dimasukkan ke form TTP. Penyerahan laporan
tersebut dilakukan antara tanggal 1-5 pada bulan berikutnya.
3. Laporan harian kegiatan tiap pegawai yang telah diperiksa oleh atasan
langsung di masing-masing Sub Bagian/Bidang/Balai, diserahkan ke Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum untuk diverifikasi dan direkap ulang.
Penyerahan dilakukan pada tanggal 6 pada bulan berikutnya.
4. Laporan harian kegiatan yang telah diverifikasi dan direkap oleh petugas
pemeriksa hasil pengukuran kinerja di Sub Bagian Kepegawaian dan Umum,
kemudian diserahkan ke BKD (Badan Kepegawaian Daerah). Penyerahan
dilakukan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
5. BKD memverifikasi dan memvalidasi hasil akhir penilaian kinerja tiap
pegawai yang ada di setiap OPD di Provinsi Jawa Barat. Hasil akhir penilaian
kinerja berupa presentase.
6. Hasil akhir penilaian kinerja pegawai direkap dalam 3 (tiga) rangkap, antara
lain untuk BKD, untuk arsip Kepegawaian Umum, serta untuk Sub Bagian
Keuangan sebagai dasar untuk pengajuan SPP.
7. Tiap pegawai menerima Tunjangan Tambahan Penghasilan (TTP) sesuai
dengan hasil akhir kinerjanya. Tunjangan ditransfer ke rekening pegawai pada
tanggal 11 bulan berikutnya.
Instrumen pengukuran penilaian kinerja terbagi menjadi dua kategori.
Adapun salah satu contoh instrumen pengukuran penilaian kinerja untuk jabatan
Fungsional Umum adalah sebagai berikut :
1. Perilaku kerja, mencakup :
a. Tingkat kehadiran pegawai, dalam hal ini keterlambatan hadir ke kantor.
b. Tingkat loyalitas pegawai, dalam hal ini penilaian jam pulang kerja
pegawai.
c. Tingkat absensi pegawai, dalam hal ini penilaian terhadap pegawai jika
tidak masuk kerja tanpa alasan.
d. Tingkat kepatuhan pegawai, dalam hal ini penilaian terhadap pelaksanaan
tugas/perintah kedinasan dari atasan.
e. Tingkat disiplin kerja pegawai, dalam hal ini penilaian terhadap ketaatan
melaksanakan disiplin kerja sesuai PP no. 53 tahun 2010.
2. Prestasi kerja, mencakup :
a. Pelaksanaan tugas pokok menurut tugas, pokok dan fungsi masing-masing
jabatan.
b. Pelaksanaan tugas tambahan kedinasan dari atasan.
c. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan harian.
Hasil Pengukuran kinerja ini dijadikan dasar dalam pemberian tunjangan
tambahan penghasilan. Sebagai acuan, penulis melampirkan form penilaian
Tunjangan Tambahan Penghasilan di lembar lampiran. Untuk memperjelas
mengenai implementasi Tunjangan Tambahan Penghasilan maka digunakan
contoh ilustrasi adalah seorang pegawai dengan golongan II/b. Ilustrasi nya adalah
sebagai berikut :
1. Perilaku kerja
Untuk perilaku kerja maka instrumen pengukuran kinerjanya bisa dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Instrumen pengukuran kinerja dari kategori perilaku kerja
No Aspek yang dinilai Proporsi tambahan penghasilan (%) Nilai
1 Hadir terlambat tanpa
ijin
jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “keterlambatan” sebanyak 0
jam, maka akan memperoleh nilai 7,5.
7,5
2 Pulang lebih cepat
tanpa ijin
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “pulang lebih cepat tanpa
ijin” sebanyak 0 jam, maka akan
memperoleh nilai 7,5.
7,5
3 Tidak masuk kerja
tanpa ijin
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “tidak masuk kerja tanpa ijin”
sebanyak 0 hari, maka akan memperoleh
nilai 10.
10
4 Tidak melaksanakan
tugas/perintah
kedinasan dari atasan
tanpa alasan
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “tidak melaksanakan
tugas/perintah kedinasan dari atasan
tanpa alasan” sebanyak 0 kali, maka
akan memperoleh nilai 15.
15
5 Dikenai hukuman
disiplin sesuai PP no.
53 tahun 2010
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “dikenai hukuman disiplin
sesuai PP no. 53 tahun 2010”, sebanyak
0 kali, maka akan memperoleh nilai 20
20
Jumlah proporsi tambahan penghasilan 60
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah proporsi tambahan penghasilan adalah
sebesar 60. Ini merupakan hasil maksimum dari kategori perilaku kerja.
2. Prestasi kerja
Untuk prestasi kerja maka instrumen pengukuran kinerjanya bisa dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Instrumen pengukuran kinerja dari kategori prestasi kerja
No Aspek yang dinilai Proporsi tambahan penghasilan (%) Nilai
1 Pelaksanaan tugas
pokok
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “pelaksanaan tugas pokok”
sebanyak 21 hari atau lebih, maka akan
memperoleh nilai 30.
30
2 Pelaksanaan tugas
tambahan
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “pelaksanaan tugas
tambahan” sebanyak 8 kegiatan atau
lebih, maka akan memperoleh nilai 5
5
3 Ketepatan waktu
penyampaian laporan
harian
Jika dalam sebulan memperoleh
akumulasi “tepat waktu dalam
penyampaian laporan harian” pada
tanggal 1 bulan berikutnya, maka akan
memperoleh nilai 5
5
Jumlah proporsi tambahan penghasilan 40
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah proporsi tambahan penghasilan adalah
sebesar 40. Ini merupakan hasil maksimum dari kategori prestasi kerja.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Ade dan Ibu Lia, pegawai Sub
Kepegawaian dan Umum, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air mengenai cara
penghitungan jumlah tambahan penghasilan, dengan ilustrasi pegawai yang dinilai
adalah golongan II/b, maka bisa diketahui bahwa cara penghitungan proporsi
tambahan penghasilan adalah sebagai berikut :
Jumlah proporsi tambahan penghasilan
Jumlah proporsi tambahan penghasilan aspek Perilaku kerja 60 %
Jumlah proporsi tambahan penghasilan aspek Prestasi kerja 40 % +
Total tambahan penghasilan 100 %
Tabel 4.3. Penghitungan tambahan penghasilan
Jumlah tambahan penghasilan yang dibayarkan
Jumlah TP yang
dibayarkan langsung per
bulan
Jumlah TTP minimal = Rp. 1.085.000
Jumlah TTP maksimal = Rp. 1.550.000
Jumlah TP yang
dibayarkan berbasis
kinerja
TP max –
TP min
=Rp. 1.550.000 – Rp.
1085.000 = Rp. 465.000
Rp. 465.000 x
100 %
= Rp. 465.000
Maka jika pada jumlah penilalian TTP, pegawai tersebut memperoleh hasil
maksimum yaitu nilai 100%. Berdasarkan stándar biaya belanja pemerintah
Provinsi Jawa Barat tahun 2012, besaran tambahan penghasilan yang diterima
oleh pegawai tersebut dalam 1 bulan adalah 1.085.000 ditambah Rp 465.000 yaitu
Rp. 1.550.000.
Dengan hasil penilaian yang maksimum, besaran tunjangan yang diterima
oleh Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jawa Barat dengan golongan II/b dinilai
masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Pegawai Negeri
Sipil. Ini diperkuat dengan hasil kuesioner yang telah penulis bagikan kepada
beberapa pegawai di Sub Bagian Kepegawaian dan Umum di Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air.
4.1.1 Upaya Peningkatan Produktivitas dan Motivasi Kerja pada Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Pada dasarnya setiap Pegawai Negeri beserta keluarganya harus dapat
hidup layak dari gajinya sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan
perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan
kepadanya. Gaji yang diberikan kepada Pegawai Negeri dimaksudkan sebagai
balas jasa atau peghargaan atas hasil kerjanya (Harsono; 2011:142).
Untuk selanjutnya dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang nomor 43 tahun 1999,
dinyatakan bahwa ; “Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak
sesuai dengan tanggung jawabnya”. Sedangkan pada ayat (2) dinyatakan bahwa ;
“Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan
menjamin kesejahteraannya”.
Upaya peningkatan produktivitas dan motivasi kerja yang dilakukan di
instansi pemerintah yaitu dengan memberikan kompensasi-kompensasi yang
diterima oleh Pegawai Negeri Sipil. Adapun komponen kompensasi umum yang
diterima Pegawai Negeri Sipil antara lain :
Tabel 4.4. Kompensasi Pegawai Negeri
NO KOMPONEN KETERANGAN
1 Gaji Gaji yang layak seperti disebutkan dalam pasal 7 ayat 1 (satu)
Undang-undang nomor 43 tahun 1999, maka diharapkan bahwa :
a. Setiap Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya akan dapat
menikmati hidup layak dari gaji yang diterimanya.
b. Gaji yang diterimanya diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas kerja sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut
mampu memusatkan perhatian dan konsentrasinya untuk
melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Dengan gaji yang cukup, diharapkan dapat meningkatkan
status seseorang.
d. Dengan gaji yang cukup, diharapkan loyalitas/kesetiaan
pegawai terhadap instansi maupun negaranya semakin
meningkat.
e. Dengan gaji yang cukup, diharapkan pegawai dapat bekerja
dengan lebih baik dan senang sehingga kinerja organisasi
dapat meningkat pula.
2 Tunjangan Kesejahteraan yang disebutkan dalam ayat 2 (dua), meliputi
tunjangan-tunjangan umum yang diterima Pegawai Negeri Sipil,
antara lain :
a. Tunjangan keluarga, meliputi :
o Tunjangan suami/istri, yakni tunjangan yang diberikan
kepada suami/istri dari Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan. Adapun besarnya tunjangan tersebut adalah
10% dari gaji pokok.
o Tunjangan anak adalah tunjangan yang diberikan kepada
anak-anak Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Adapun besarnya tunjangan tersebut adalah 2% dari gaji
pokok dengan ketentuan diberikan pada 2 (dua) orang anak
termasuk anak angkat dan anak tersebut berusia dibawah
25 tahun yang belum menikah serta belum mempunyai
penghasilan sendiri.
b. Tunjangan pangan adalah tunjangan beras, yang diberikan
dalam bentuk uang yang besarnya ditentukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tunjangan
pangan ini diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan, istri dan 2 (dua) orang anaknya, masing-masing
setara dengan harga 10 (sepuluh) kilogram beras.
c. Tunjangan jabatan adalah tunjangan yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan yang terbagi
dalam :
o Tunjangan jabatan struktural adalah tunjangan jabatan yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
jabatan struktural mulai eselon Va, IVb, IVa, III/b, III/a,
II/b, II/a, I/b, I/a.
o Tunjangan jabatan fungsional adalah tunjangan yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
jabatan fungsional, antara lain mereka yang menjabat
NO KOMPONEN KETERANGAN
sebagai : dosen, peneliti, paramedis, pustakawan dan lain-
lain.
3 Cuti Pasal 8 Undang-undang nomot 43 tahun 1999, menyebutkan bahwa
: “Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti”. Jenis cuti yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a. Cuti tahunan
Cuti tahunan dapat diberikan maksimal selama 12 (dua belas)
hari kerja dalam satu tahun.
b. Cuti karena sakit
Pegawai Negeri Sipil yang sakit dapat memperoleh cuti sakit
selama 2 (dua) hari dengan memberikan informasi kepada
pimpinannya. Jika melebihi dari 3 (tiga) hari, maka Pegawai
Negeri Sipil yang sakit wajib melampirkan surat dari dokter.
c. Cuti karena alasan penting
Pegawai Negeri Sipil dapat memperoleh cuti karena alasan
penting setelah mengajukan permohonan tertulis dan
memperoleh ijin tertulis dari pejabat berwenang.
d. Cuti besar
Cuti besar adalah cuti yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang telah melaksanakan tugasnya selama 6 (enam)
tahun terus menerus.
e. Cuti bersalin
Pegawai Negeri Sipil wanita yang kandungannya sudah
mencapai 5 bulan atau lebih dapat mengajukan cuti secara
tertulis untuk mengajukan cuti bersalin.
4 Pemeliaharaan
Kesehatan
Program penyelenggaraan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,
penerimaan pensiun beserta keluarganya dicanangkan oleh
pemerintah. Untuk itu maka setiap Pegawai Negeri berkewajiban
membayar iuran kesehatan (premi asuransi kesehatan) yang
dipotong secara langsung pada setiap bulannya dari gaji pokok.
Keputusan Presiden no.230 tahun 1968 pasal 8, tentang
peraturan pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil,
penerimaan pensiun serta anggota keluarganya, menjelaskan :
a. Perawatan di rumah sakit atau rumah sakit bersalin kelas III
dibayar penuh, kelas II dibayar 60%, kelas I dibayar 40%.
b. Pengobatan/pertolongan dokter (termasuk dokter spesialis,
bidan, balai pengobatan) dibayar penuh.
c. Pembeli obat-obatan dan peralatan kesehatan berdasarkan
resep dokter dibayar penuh.
d. Pembeli kaca mata dibayar penuh (kecuali harga bingkai dan
ongkos pemasangan).
Asuransi Kesehatan (Askes)
Kartu Asuransi kesehatan ini sebagai syarat mutlak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan PT. Askes (Persero). Setiap peserta beserta anggota
keluarga yang terdaftar memiliki 1 (satu) kartu Askes.
5 Penghargaan Pasal 33 Undang-undang nomor 43 tahun 1999, menyatakan bahwa
“ Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah menunjukan kesetiaan
atau telah berjasa kepada Negara/Pemerinah atau telah menunjukan
NO KOMPONEN KETERANGAN
prestasi kerja yang luar biasa baiknya, dapat diberikan
penghargaan”. Adapun bentuk penghargaan yang diberikan oleh
pemerintah, lembaga kemasyarakatan, instansi dan lain-lain kepada
Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi, antara lain :
a. Bintang Jasa
Bintang jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada Pegawai
Negeri ini dilakukan secara selektif oleh Dewan Pertimbangan
Penghargaan yang bertugas untuk itu. Bintang jasa terdiri dari
:
o Satya Lencana Karya Satya sepuluh tahun terbuat dari
perunggu diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
yang telah bekerja secara terus menerus tanpa cacat selama
10 (sepuluh) tahun.
o Satya Lencana Karya Satya dua puluh tahun terbuat dari
perak diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang yang
telah bekerja secara terus menerus tanpa cacat selama 20
(dua puluh) tahun.
o Satya Lencana Karya Satya tiga puluh tahun
berlapis/disemprot emas diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang yang telah bekerja secara terus menerus tanpa
cacat selama 30 (tiga puluh) tahun.
b. Piagam penghargaan,
c. Medali/piala,
d. Kenaikan gaji istimewa,
e. Barang (cincin, bros lambang korpri yang terbuat dari emas),
f. Uang,
g. Kenaikan pangkat istimewa,
h. Kesempatan menunaikan ibadah haji dengan biaya negara,
i. Menempati rumah dinas,
j. Pemberian kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil,
k. Rumah/tanah dan lain-lain.
6 TASPEN (Tabungan
Asuransi Sosial
Pegawai Negeri)
TASPEN dibentuk untuk memberi jaminan pada masa pensiun,
asuransi kematian, dan nilai tunai asuransi sebelum pensiun dengan
memberikan suatu jumlah sekaligus kepada peserta atau ahli
warisnya.
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum pada Sekretariat Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
Jenis-jenis kompensasi yang diberikan oleh instansi pemerintah dalam
upaya meningkatkan motivasi kerja pegawai sudah cukup lengkap, sudah
mencakup hampir semua kebutuhan yang menunjang kesejahteraan pegawainya.
Akan tetapi jika dikaitkan dengan motivasi kerja dan produktivitas kinerja
pegawai, jenis-jenis kompensasi tersebut dinilai masih belum efektif dan belum
sebanding dengan kinerja pegawai itu sendiri karena menurut rekap tingkat
kehadiran di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air selama 3 (tiga) bulan terakhir,
menunjukan bahwa masih banyak pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan.
Penulis menyajikan rekap tingkat kehadiran pegawai yaitu pada bulan September,
Oktober dan November. Penulis melampirkan rekap absen tersebut di lembar
lampiran. Dari hasil rekapitulasi absensi tersebut terlihat bahwa motivasi pegawai
untuk datang dan pulang tepat waktu masih belum optimal.
4.1.2 Tanggapan Pegawai Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat Mengenai Peraturan Gubernur
Dengan adanya Peraturan Gubernur mengenai pedoman pengukuran
kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Calon Pegawai Negeri Sipil, diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja dan
produktivitas kerja. Untuk mengetahui tanggapan pegawai Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dalam
pengimplementasian Peraturan Gubernur, maka penulis membagikan kuesioner
sebanyak 21 eksemplar kepada pegawai di Bagian Kepegawaian dan Umum,
tetapi dari 21 eksemplar yang dibagikan, penulis hanya menerima 18 eksemplar.
Selain itu Penulis akan mencoba menyajikan hasil dari responden dalam bentuk
tabel.
Tabel 4.5. Tanggapan responden mengenai sosialisasi
Peraturan Gubernur
No Jawaban Responden Frekuensi Presentase
1 Mengetahui 15 83,3 %
2 Tidak mengetahui 3 16,7 %
Jumlah 18 100 %
Dari hasil tanggapan responden mengenai sosialisasi mengenai Peraturan
Gubernur Jawa Barat No. 8 Tahun 2012 tentang pedoman pengukuran kinerja
dalam pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu, 15
(lima belas) responden dengan presentase 83,3 % mengaku mengetahui Peraturan
Gubernur, sedangkan 3 (tiga) orang responden dengan presentase 16,7% mengaku
tidak mengetahui. Ini menunjukan bahwa sosialiasi peraturan Gubernur sudah
berjalan dengan baik. Adapun responden yang tidak mengetahui Peraturan
Gubernur tersebut merupakan pegawai honorer. Dan tunjangan TTP itupun
diperuntukan untuk PNS dan CPNS saja.
Tabel 4.6. Ketertarikan untuk melaksanakan Peraturan Guburnur
No Jawaban Responden Frekuensi Presentase
1 Sangat tidak tertarik 0 %
2 Tidak tertarik 0 %
3 Biasa saja 5 27,8 %
4 Tertarik 13 72,2 %
5 Sangat tertarik 0 %
Jumlah 18 100 %
Dari hasil tanggapan responden mengenai ketertarikan untuk melaksanakan
Peraturan Gubernur adalah, 13 (tiga belas) responden dengan presentase 72,2 %
mengaku tertarik terhadap Peraturan Gubernur, sedangkan 5 (lima) orang
responden dengan presentase 27,8% mengaku biasa saja menanggapi Peraturan
Gubernur. Ini menunjukan bahwa Peraturan Gubernur tersebut dapat menjadi alat
motivasi yang baik dalam meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, meskipun ada responden menganggap
biasa saja terhadap Peraturan Gubernur.
Tabel 4.7. Kesesuaian harapan pegawai mengenai Peraturan Gubernur
No Jawaban Responden Frekuensi Presentase
1 Sangat tidak sesuai 0 %
2 Tidak sesuai 3 16,7 %
3 Biasa saja 9 50 %
4 Sesuai 6 33,3 %
5 Sangat sesuai 0 %
Jumlah 18 100 %
Dari hasil tanggapan responden mengenai kesesuaian harapan pegawai
mengenai Peraturan Gubernur, dalam hal ini besaran tunjangan yang diterima oleh
pegawai yaitu, 3 (tiga) responden dengan presentase 16,7% mengaku Peraturan
Gubernur tersebut tidak sesuai dengan harapan, 9 (sembilan) responden dengan
presentase 50% mengaku biasa saja, sedangkan 6 (enam) responden dengan
presentase 33,3% mengaku sesuai. Ini menunjukan bahwa Peraturan Gubernur
belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pegawai. Sebagian besar pegawai sudah
termotivasi dengan adanya Peraturan Gubernur tersebut. Menurut hasil
wawancara dengan beberapa pegawai di instansi terkait, besarnya tunjangan
tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pegawai.
Tabel 4.8. Kesesuaian besaran tunjangan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari pegawai
No Jawaban Responden Frekuensi Presentase
1 Sangat tidak cukup 4 22,2 %
2 Tidak cukup 11 61,1 %
3 Cukup 3 16,7 %
Jumlah 18 100 %
Dari hasil tanggapan responden mengenai kesesuaian besaran tunjangan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai, yaitu 4 (empat) responden
dengan presentase 22,2% mengaku bahwa besarnya tunjangan sangat tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, 11 (sebelas) responden
dengan presentase 61,1% mengaku besarnya tunjangan tidak memenuhi
kebutuhan sehari-hari, 3 (tiga) responden dengan presentase 16,7% mengaku
besarnya tunjangan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini
menunjukan bahwa sebagian besar pegawai mengaku besarnya tunjangan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai.
Dengan mengacu pada hasil kuesioner, maka sosilalisasi Peraturan
Gubernur dinilai sudah cukup baik dan dapat menarik minat pegawai untuk mau
bekerja lebih disiplin, namun besarnya tunjangan yang diterima tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pegawai karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari pegawai yang mengakibatkan ketidakpuasan terhadap
besaran tunjangan tersebut.
4.2 Hambatan-hambatan dalam pengimplementasian Peraturan
Gubernur pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat
Dari hasil rekap kuesioner mengenai tanggapan responden terhadap
Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 8 Tahun 2012 tentang pedoman pengukuran
kinerja dalam upaya meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja, maka penulis
menemukan beberapa hambatan dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur.
Adapun hambatan-hambatan dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur di
Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan dinilai masih belum
optimal karena tunjangan belum memenuhi apa yang diharapkan oleh pegawai
sehingga pegawai kurang puas terhadap kebijakan tersebut. Tunjangan belum
memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawainya. Meskipun sebagian besar
pegawai mengaku termotivasi dengan adanya kebijakan terebut.
2. Kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan yang pada awalnya
bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja, dinilai belum
optimal dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai karena masih banyak
pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan.
4.3 Upaya yang dilakukan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur
Sebagaimana penulis telah memaparkan dalam pembahasan sebelumnya
bahwa dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 8 Tahun
2012 yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat, terdapat beberapa hambatan. Untuk menanggulangi hambatan-hambatan
tersebut, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pimpinan di instansi terkait agar
upaya pelaksanaan peningkatan produktivitas kerja tetap berjalan dengan baik.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan pimpinan terkait adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan berusaha memberi masukan kepada pihak terkait yang mengeluarkan
kebijakan, dalam hal ini Gubernur Jawa Barat. Sehingga diharapkan tunjangan
bisa memenuhi apa yang diharapkan oleh pegawai dan diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai. Pegawai mengharapkan besaran
tunjangan yang didapat adalah minimal 50% dari gaji pokok tiap bulannya.
2. Pimpinan berusaha memberi motivasi terhadap pegawainya bahwa pelaksanaan
pemberian tunjangan dapat memberi tambahan penghasilan tambahan, selain
itu juga pimpinan berupaya menindak tegas terhadap pegawai yang sering tidak
masuk kerja tanpa alasan dengan mengacu terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu undang-undang no. 53 tahun 2010 tentang
disiplin kerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari wawancara, pengumpulan data primer serta
kuesioner mengenai pengimplementasian Peraturan Gubernur pada Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengimplementasian Peraturan Gubernur dalam pemberian Tunjangan
Tambahan Penghasilan adalah penilaian kinerja pegawai yang diselenggarakan
setiap bulan. Instrumen-instrumen yang termasuk ke dalam penilaian terbagi
menjadi 2 kategori, antara lain :
3. Perilaku kerja, mencakup :
f. Tingkat kehadiran pegawai.
g. Tingkat loyalitas pegawai.
h. Tingkat absensi pegawai.
i. Tingkat kepatuhan pegawai.
j. Tingkat disiplin kerja pegawai.
4. Prestasi kerja, mencakup :
d. Pelaksanaan tugas pokok menurut tugas, pokok dan fungsi masing-
masing jabatan.
e. Pelaksanaan tugas tambahan kedinasan dari atasan.
f. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan harian.
Hasil Pengukuran kinerja ini dijadikan dasar dalam pemberian tunjangan
tambahan penghasilan yang setiap bulannya akan diterima oleh pegawai. Pegawai
yang menerima tunjangan adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri
Sipil, tidak termasuk pegawai yang berstatus honorer.
Dengan mengacu pada hasil kuesioner, maka penulis menyimpulkan
bahwa sosilalisasi Peraturan Gubernur dinilai sudah cukup baik dan dapat menarik
minat pegawai untuk mau bekerja lebih disiplin, namun besarnya tunjangan yang
diterima tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pegawai karena tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai yang mengakibatkan ketidakpuasan
terhadap besaran tunjangan tersebut.
2. Hambatan-hambatan dalam pengimplementasian Peraturan Gubernur pada Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat, antara lain :
1. Kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan dinilai masih
belum optimal karena tunjangan belum memenuhi apa yang diharapkan oleh
pegawai sehingga pegawai kurang puas terhadap kebijakan tersebut.
Tunjangan belum memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawainya. Meskipun
sebagian besar pegawai mengaku termotivasi dengan adanya kebijakan
terebut.
2. Kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan yang pada
awalnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja,
dinilai belum optimal dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai karena
masih banyak pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan.
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan diatas, penulis mencoba menyampaikan
beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dan menjadi bahan masukan bagi
pimpinan di instansi terkait dalam meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja
pegawai, saran dari penulis antara lain:
1. Kebijakan pemberian Tunjangan Tambahan Penghasilan dinilai sudah
memberikan motivasi kerja pegawai di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat, akan tetapi besaran tunjangan tersebut masih belum sesuai
dengan harapan pegawai dan belum memenuhi kebutuhan sehari-hari pegawai..
Dengan mengacu terhadap hasil kuesioner, maka penulis akan mencoba
memberi saran bahwa besaran tunjangan tambahan penghasilan jika dapat
ditingkatkan menjadi minimal 50% dari gaji pokok pada tiap masing-masing
golongan, maka pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih giat dan
diharapkan akan meningkatkan disiplin dalam bekerja.
2. Penegakan disiplin kerja akan meningkatkan efektivitas dalam bekerja karena
hal tersebut sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 8 tahun 2012,
dengan cara menindak tegas terhadap semua pegawai yang sering tidak masuk
kerja tanpa alasan secara objektif. Selain itu peraturan yang memperkuat
tentang disiplin kerja diatur dalam perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-undang no. 53 tahun 2010. Penulis mengharapkan dan memberi saran
agar peraturan yang ada benar-benar dilaksanakan dan ditegakkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 2011, Sistem Administrasi Manajemen, Bandung : Fokusmedia.
http://rifalnurkholiq.blogspot.com/2012/09/makalah-modernisasi-dan-
globalisasi.html?m=2
Ike Kusdyah Rachmawati, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Pertama, Yogyakarta : ANDI.
Malayu SP Hasibuan, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan 10,
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi Jawa Barat.
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 119 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengukuran Kinerja Dalam Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Sri Wiludjeng, 2008, Pengantar Manjemen, cetakan 2, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian.
www.psda.jabarprov.go.id