Edi Noersasongko

72
Ringkasan Disertasi ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, KEWIRAUSAHAAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEMAMPUAN USAHA SERTA KEBERHASILAN USAHA PADA USAHA KECIL BATIK DI JAWA TENGAH Edi Noersasongko PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERDEKA MALANG 2005

Transcript of Edi Noersasongko

  • Ringkasan Disertasi

    ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, KEWIRAUSAHAAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN

    TERHADAP KEMAMPUAN USAHA SERTA KEBERHASILAN USAHA PADA

    USAHA KECIL BATIK DI JAWA TENGAH

    Edi Noersasongko

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

    2005

  • ii

    ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU,

    KEWIRAUSAHAAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEMAMPUAN USAHA SERTA

    KEBERHASILAN USAHA PADA USAHA KECIL BATIK DI JAWA TENGAH

    DISERTASI

    Untuk Memperoleh Gelar Dokor

    Dalam Ilmu Ekonomi Pada Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang

    dan dipertahankan dihadapan Sidang Ujian Doktor Terbuka

    O l e h : Edi Noersasongko

    03.78.0001

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

    2005

  • iii

    PEMBIMBING DISERTASI

    Promotor : Prof. Dr. H. Imam Syakir, SE

    Ko promotor : Dr. Harsono, Ir., MS

  • iv

    Telah diuji pada Ujian Akhir Tahap I Tanggal, 16 Juni 2005

    PANITIA PENGUJI DISERTASI:

    Ketua : Prof. Dr. H. Imam Syakir, SE

    Anggota : 1. Dr. Harsono, Ir., MS

    2. Dr. Nurdin Kaimuddin, Ir., MS

    3. Dr. Tanto G. Sumarsono, MS

    4. Dr. Widji Astuti, MM

    5. Dr. Prihat Assih, Ak., Msi

    6. Dr. Nazief Nirwanto, MA

    Ditetapkan dengan Surat Keputusan DIREKTUR PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS MERDEKA MALANG No.: Kep. 15 / PPS-UM/V/2005

    Tanggal 29 MEI 2005

  • v

    Dipersembahkan buat: Istri tercinta,

    yang tak pernah kering akan doa Anak-anak tersayang,

    Dimana kusimpan sejuta harapan

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

    hidayah dan karunia-Nya, sehingga disertasi ini yang merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi pada Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang dapat diselesaikan dan disusun dengan baik. Dalam kesempatan ini, dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. H. Imam Syakir, SE, Guru Besar Ilmu Ekonomi yang berkenan menjadi

    promotor. Kepada beliaulah pertama kali kami mengajukan rencana kajian disertasi ini dan memperoleh banyak petunjuk yang bermanfaat. Beliau telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang berharga sampai terselesaikan penulisan disertasi ini.

    2. Dr. Ir. Harsono, MS, selaku ko promotor, atas segala bimbingannya dalam penyelesaian disertasi ini. Dalam kesibukan beliau sebagai teoritis yang memiliki wawasan luas dan kritis, tetapi masih meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan bimbingan, dan senantiasa mendorong kepada penulis untuk segera menyelesaikan disertasi ini dan tidak patah semangat.

    3. Dr. Nurdin Kaimuddin, Ir. MS, selaku konsultan pengolahan data dalam penyelesaian desertasi ini. Dengan kualitas kepakarannya, beliau sangat menguasai kajian disertasi ini. Secara ikhlas beliau telah banyak membantu antara lain memberikan arahan pengumpulan data, diskusi-diskusi pengkajian teoritis dan analisis. Beliau selalu memberikan arahan-arahan bermanfaat serta memberi waktu berkonsultasi dimanapun beliau berada.

    4. Rektor Universitas Merdeka Malang, Drs. H. Budi Siswanto MM. dan mantan Rektor, dr. Roesman, DSKJ serta Direktur Program Pascasarjana, Dr. Aloysius R. Entah, SH dan mantan Direktur Program Pascasarjana Prof. Drs. Wilson Sitinjak yang memberi kesempatan kepada kami untuk mengikuti Program Doktor Ilmu Ekonomi, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

    5. Dr. Nazief Nirwanto, M.A, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang yang secara tidak mengenal lelah selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pelayanan akademis maupun administrasi yang bermanfaat mendorong motivasi sehingga dapat diselesaikan penulisan disertasi ini.

    6. Dr. Tanto G. Sumarsono, MS; Dr. Widji Astuti, MM; Dr. Prihat Assih, Ak., Msi. Sebagai Panitia penguji proposal, seminar hasil penelitian telah sangat banyak membantu memberikan koreksi yang bermanfaat dalam perumusan masalah, tujuan penelitian dan perumusan model serta koreksi interpretasi hasil analisis. Koreksi dan pengarahan tersebut telah memberikan penyempurnaan yang sangat berarti dalam disertasi ini.

    7. Dr. Winifred L.W. Subandi; Dr. H.Abdul Manan, MS; Dr. Hj. Djumiati, M.S; Dr. Anwar Sanusi, SE, M.Si; Prof Budiman Christiananta, MA. PhD ; Prof. HM. Syafei Idrus, Mec. PhD, dan seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Merdeka Malang yang telah memberikan dasar-dasar teoritis dan bimbingan yang sangat bremanfaat bagi penyusunan disertasi ini.

  • vii

    8. Dr. Ritha F. Dalimunthe, Staf pengajar Universitas Sumatra Utara yang dengan kearifan dan kebijaksanaannya, mengijinkan penulis untuk melakukan uji ulang terhadap disertasi yang telah dilakukannya dengan ditambah beberapa arahan dan harapan yang sangat bermanfaat.

    9. Pimpinan pengusaha kecil batik dan sablon di Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Solo dan Kabupaten Sragen, serta instansi terkait atas bantuan dan kerjasamanya dalam memberikan data dan mengisi kuestioner penelitian.

    10. Seluruh Staf Akademika Universitas Dian Nuswantoro Semarang, atas segala bantuan dalam pemecahan masalah, sumbangan pemikiran, perhatian, harapan dan doa yang telah diberikan dalam penyusunan disertasi ini.

    11. Para sahabatku kelas khusus angkatan ke-3 program S3 Ilmu Ekonomi kerja sama UDINUS dan UNMER yang merupakan teman dalam susah dan senang semasa menempuh kuliah yang telah memberikan sumbangan pemikiran, inovasi dan motivasi tanpa pamrih. Semoga persahabatan ini terjalin selamanya.

    12. Secara khusus, kepada almarhum & almarhumah Eyang R. Maktal Soeprapto kakung dan putri. Semoga Allah SWT berkenan memberi rahmad dan tempat terbaik dipangkuan-Nya yang telah memberikan kasih dan sayangnya kepada penulis hingga akhir hayatnya serta menumbuh kembangkan nilai-nilai ke imanan, ketaqwaan dan rasa syukur kepada Allah SWT.

    13. Lebih khusus, kepada almarhumah Ibunda Hj. Koen Badariah dan almarhum Ayahanda H. R. Pamoedji; Semoga Allah SWT berkenan memberi rahmad dan tempat terbaik dipangkuan-Nya yang telah memberikan kasih dan sayang kepada penulis hingga akhir hayatnya serta menanamkan nilai-nilai keagamaan, kejujuran, kesederhanaan, keuletan, kerendahan hati dan ketegaran didalam mengarungi hidup.

    14. Lebih khusus, kepada almarhum Bapak Djapar Roesanto, semoga Allah SWT berkenan memberi rahmad dan tempat yang terbaik di pangkuan-Nya demikian pula kepada Ibu Sunarti tercinta, yang dengan tulus iklas beliau berdua selalu mendoakan dan mengarahkan penulis agar selalu berjalan dijalan yang lurus dan benar.

    15. Tri Rustanti, SE Istri tercinta yang telah mendampingi penulis dengan penuh kesabaran, kesetiaan, pengorbanan serta keikhlasan dan iringan doa yang tak pernah kering, lebih-lebih selama penulis menjadi mahasiswa program S3. Anak-anakku tersayang, Pulung Nurtantio Andono, Rindang Nurtantio Swasono, Retnowati Nurtanti Astari dan Rinowati Nurtanti Astari yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa untuk keberhasilan penulis.

    16. Kakak-kakaku dan adik-adikku bersama keluarganya masing-masing, yang telah memberikan doa dan semangat pada penulis selama menjadi mahasiswa S3 di Universitas Merdeka Malang.

    17. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu demi satu yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan moril maupun materiil serta mendoakan untuk kebrehasilan penulis

    Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mendoakan semoga Allah SWT menerima semua amalan ini dan berkenan memberikan balasan dengan yang jauh lebih baik, dan semoga disertasi ini memberikan manfaat khususnya bagi ilmu pengetahuan. Amin ya Robbal Alamin.

    Semarang, 9 April 2005 Edi Noersasongko

  • viii

    ABSTRACT

    This research is designed to analyze the relationships between entrepreneurship and business performance as well as to determine .the predominant variable amongst the entrepreneur's characteristics, entrepreneurship, leadership, and business competence that influence the business performance. It employs both descriptive and explanatory analysis. The indicators of the variables being estimated are as follows :

    1. Entrepreneur's characteristics are education, gender, training, experience, and age. 2. Entrepreneurship are vision, planning, motivation, innovation, opportunity, self-

    recognition, risk, ethics, and adaptation. 3. Leadership style are authoritarian, participation, delegation, and consideration. 4. Business competence are production, marketing, and finance. 5. Business performance are sales growth, investment, and personnel and learning.

    Using Structural Equation Modelling (SEM) the contribution of entrepreneur characteristics, entrepreneurship, and leadership to the business performance is analysed. Hence, the relationship between those dependent and independent variables are also analysed to predict the direct as well as indirect influence through business competence.

    The results of the study are the following:1. Leadership has non-significant influence on business performance.2. Entrepreneurs characteristics and entrepreneurship have significant influence on

    business competence but non-significant on business performance. 3. Business competence has significant influence on business performance. 4. Entrepreneurship is the dominant variable.

    Key words: Entrepreneurship

    Leadership Business performance

  • ix

    DAFTAR ISI Halaman

    UCAPAN TERIMA KASIH . ABSTRACT DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

    BAB 1. PENDAHULUAN .. 1.1. Latar Belakang Masalah .... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ..

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil ............................................................ 2.2. Karakteristik Individu 2.2.1. Pendidikan .... 2.2.2. Jenis Kelamin 2.2.3. Pelatihan ........

    2.2.4. Lama Berusaha ......................... 2.2.5. Umur ..........

    2.3. Kewirausahaan .... 2.3.1. Visi . ....

    2.3.2. Perencanaan 2.3.3. Motivasi ...... 2.3.4. Inovasi .............. 2.3.5. Peluang ................................................................................... . 2.3.6. Percaya Diri ............................................................................... 2.3.7. Risiko ............... 2.3.8. Etika........... 2.3.9. Adaptasi ....... 2.4. Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan ............... 2.4.1. Diktaktor .......... 2.4.2. Partisipasi ............ 2.4.3. Delegasi ........... 2.4.4. Konsiderasi ............... 2.5. Kemampuan Usaha . 2.6. Keberhasilan Usaha ..

    BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................................................................................

    3.1. Kerangka Konseptual Penelitian .. 3.2. Model Analisis 3.3. Hipotesis Penelitian

    vi viii ix xii xii

    1 1 2 3 3

    4 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 12 13 13 13 15

    16 16 18 19

  • x

    BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian .. 4.2. Populasi Penelitian ...................... 4.3. Metode Sampling .. ................... 4.4. Identifikasi Variabel ............................................................... 4.5. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........ 4.5.1. Cara Pengumpulan Data... 4.5.2. Instrumen Penelitian . 4.5.2.1. Uji Validitas .... 4.5.2.2. Uji Realibilitas ... 4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ........ 4.6.1. Lokasi Penelitian . 4.6.2. Waktu Penelitian ........... 4.7. Teknik Analisis Data ..

    BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

    5.1. Hasil Penelitian . 5.1.1. Batik . 5.1.1.1. Proses Pembuatan Batik Tulis, Cap dan Sablon 5.1.1.2. Teknologi Pembuatan Batik .. 5.1.1.3. Dampak Negatip Usaha Batik 5.1.2. Profil Pengusaha Kecil Batik di Jawa Tengah .......................... 5.1.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas Dengan Alpha Cronbach. ............ 5.1.4. Deskripsi Variabel Penelitian 5.1.4.1. Deskripsi Karakteristik Individu Pengusaha .. 5.1.4.2. Deskripsi Kewirausahaan .......................................................... 5.1.4.3. Deskripsi Gaya Kepemimpinan ............................................... 5.1.3.4. Deskripsi Kemampuan Usaha .................................................... 5.1.3.5 Deskripsi Keberhasilan Usaha ................................................

    5.2. Analisis Hasil Penelitian .................................................................. 5.2.1. Uji Model SEM .............................................................................. 5.2.2. Uji Validitas Konvergen............................................................

    5.2.3. Uji loading factor dan regression weight . 5.2.3.1 Uji loading factor 5.2.3.2. Analisis regression weight .................................................................

    BAB 6. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    6.1. Karakteristik Individu Pengusaha ............. 6.1.1. Pendidikan ................................................................................ 6.1.2. Jenis Kelamin ....................................................................................... 6.1.3. Pelatihan .................................................................................... 6.1.4. Lama Berusaha .......................................................................... 6.1.5. Umur ............................................................................................ 6.2. Kewirausahaan ........................................................................... 6.2.1. Visi .............................................................................................

    20 20 20 20 21 24 24 24 24 24 25 25 25 25

    26 26 26 26 28 28 28 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31 33 33 35

    38 38 38 38 38 39 39 40 40

  • xi

    6.2.2. Perencanaan ................................................................................... 6.2.3. Motivasi .............................................................................................. 6.2.4. Inovasi ...................................................................................... 6.2.5. Peluang ..................................................................................... 6.2.6. Percaya Diri ............................................................................. 6.2.7. Risiko ....................................................................................... 6.2.8. Etika ......................................................................................... 6.2.9. Adaptasi ..................................................................................... 6.3. Gaya Kepemimpinan .......................................................................... 6.3.1. Diktator .................................................................................... 6.3.2. Partisipasi ................................................................................. 6.3.3. Delegasi 6.3.4. Konsiderasi . 6.4 Kemampuan Usaha ............ 6.5. Keberhasilan Usaha ............................................................................ 6.6. Pengaruh Karakteristik individu, Kewirausahaan

    dan Gaya kepemimpinan terhadap Kemampuan Usaha .................... 6.7. Pengaruh Langsung Karakteristik individu, Kewirausahaan,

    Gaya kepemimpinan dan Kemampuan Usaha terhadap Keberhasilan Usaha ....................................................................... 6.8. Pengaruh Tidak Langsung Karakteristik individu,

    Kewirausahaan, dan Gaya kepemimpinan terhadap Keberhasilan Usaha melalui Kemampuan Usaha ................

    BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ..........

    7.1. Kesimpulan ................ 7.2. Saran-saran ...............

    DAFTAR PUSTAKA ..................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

    49 49 49 49 49 50 50 50 51 51 51 51 51 52 52 52 53

    54

    55

    56

    57

    61 61 62

    63

    69

    40 40 40 41 41 41 42 42 42 42 42 43 43 44 45

    45

    46

    48

    50 50 51

    53

    58

  • xii

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Halaman

    4.1 Jumlah Sampel Proporsional . 4.2 Variabel Penelitian, Variabel Indikator & Item ...................................... 5.1 Karakteristik Pengusaha Kecil Batik di Jawa Tengah.................................. 5.2 Validitas Convergen Indikator Karakteristik Individu ............................. 5.3 Validitas Convergen Indikator Kewirausahaan ......................................... 5.4 Validitas Convergen Indikator Gaya Kepemimpinan .............................. 5.5. Validitas Convergen Indikator Kemampuan Usaha.................................... 5.6. Validitas Convergen Indikator Keberhasilan Usaha . 5.7. Standardized Rregression Weight .. 5.8 Standardized Direct Effects- Estimates . 5.9. Standardized Indirect Effects- Estimates ..

    21 21 29 32 32 33 33 33 36 36 37

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Halaman

    1.1. Batik Merupakan Salah Satu Produk Unggulan ......................................... 2.1 Variabel Penentu Kemampuan Usaha ......................................................... 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................................. 3.2. Model Analisis SEM ...................................................................................... 5.1. Proses Gambar Dengan Pensil dan Canting Pada Batik Tulis . 5.2. Lempengan Tembaga & Proses Pelilinan Pada Batik Cap .......................... 5.3. Proses Pewarnaan dan Pelarutan Lilin. .......................................................... 5.4 Proses Pembuatan Sablon ..

    1 14 17 18 26 27 27 27

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah Krisis yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an

    merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak terparah dan langsung dirasakan adalah: meningkatnya tingkat inflasi dan melemahnya nilai rupiah yang menyebabkan tidak sedikit perusahaan yang menutup usahanya (BPS, 2002). Namun demikian, krisis ekonomi juga memberi dorongan positif bagi pertumbuhan Usaha Kecil. Efek positif ini didapat melalui pasar tenaga kerja karena pertumbuhan jumlah unit usaha, jumlah pekerja dan pengusaha baru khususnya di Usaha Kecil, akibat banyaknya jumlah pekerja di sektor formal pada Usaha Besar ataupun Usaha Menengah yang terkena pemutusan hubungan kerja. Akibat desakan untuk mempertahankan hidup, maka banyak mantan karyawan yang kemudian melakukan kegiatan ekonomi apa saja yang dapat dikerjakan dengan modal dan sumber daya lainnya yang dimiliki saat itu, termasuk membuka Usaha Kecil ataupun bekerja di Usaha Kecil milik orang lain yang masih beroperasi (Tambunan, 2002: 13).

    Usaha Kecil merupakan bagian dari potensi setiap kabupaten dan kota di Jawa Tengah dan batik merupakan salah satu produk unggulan yang dimilikinya (jawatengah.go.id, 2004). Batik telah dikenal sejak abad XVII, kini sudah menjadi pakaian nasional, bahkan baju lengan panjang batik menjadi pakaian resmi pria yang disejajarkan dengan setelan jas di acara-acara formal (Kompas, 17 November 2003). Usaha Batik di Jawa Tengah pada umumnya bermula dari skala rumahan, lama kelamaan berubah menjadi industri kerajinan yang berorientasi bisnis, dan kemudian berhasil menembus pasar Jepang, Amerika, Belanda dan pasar Eropa. (Kompas, 20 Mei 2003; Sinar Harapan, 16 Juni 2003).

    1

    Gambar 1.1 : Batik Merupakan Salah Satu Produk Unggulan Sumber : jawatengah.go.id (2004)

  • 2Menurut Hitt (1997: 19), perusahaan yang ingin berhasil dalam usaha harus

    memiliki kemampuan yang merupakan sekumpulan sumber daya yang secara interaktif melakukan aktifitas untuk mencapai keunggulan bersaing. Agar perusahaan dapat memahami dan menganalisis dengan tepat sumber daya yang dimiliki, serta memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja sebagai kemampuan dasar keunggulan bersaing, diperlukan adanya seorang pemimpin (Robbins, 2002: 163). Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinannya (seperti seberapa besar semangat partisipasi para pemimpin, seberapa ekstrovet mereka, apakah mereka sangat berapi-api atau malah sangat tenang) antara satu pemimpin dengan pemimpin lain sangat berbeda (Locke & Associates, 1997: 14) . Karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar dalam menghadapi tugas sampai tuntas akan memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. (Gibson, 1996 dalam Dalimunthe, 2002: 43). Kao (2001: 28) menyatakan, ada keterkaitan antara pengembangan Usaha Kecil dengan kewirausahaan. Suatu perusahaan kecil yang ingin berkembang harus memiliki semangat kewirausahaan agar dapat membuat keputusan dalam mengatasi masalah dan melihat peluang yang ada, dengan kata lain, pengusaha kecil harus terus membangun semangat wirausahanya.

    Penelitian ini mengkaji kemampuan usaha dan keberhasilan usaha kecil batik, dan menguji pengaruh karakteristik individu, kewirausahaan, dan gaya kepemimpinan terhadap kemampuan usaha dan keberhasilan usaha kecil batik di Jawa Tengah

    1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Pelatihan, Lama Berusaha dan Umur

    pengusaha memberi kontribusi pada Karakteristik Individu? 2. Apakah Visi, Perencanaan, Motivasi, Inovasi, Peluang, Percaya Diri, Risiko, Etika

    dan Adaptasi memberi kontribusi pada sikap Kewirausahaan pengusaha Batik? 3. Apakah kepemimpinan diktaktor, partisipasi, delegasi dan konsiderasi memberi

    kontribusi pada gaya kepemimpinan pengusaha Batik? 4. Apakah Kemampuan Produksi, Kemampuan Pemasaran dan Kemampuan Keuangan

    memberi kontribusi pada Kemampuan Usaha Batik? 5. Apakah Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Investasi serta Pertumbuhan dan

    Pembelajaran Personalia memberi kontribusi pada Keberhasilan Usaha Batik? 6. Mana di antara variabel Karakteristik Individu, sikap Kewirausahaan, dan Gaya

    Kepemimpinan yang berpengaruh langsung terhadap Kemampuan Usaha Batik, dan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh dominan?

    7. Mana di antara variabel Karakteristik Individu, sikap Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan Usaha yang berpengaruh langsung terhadap Keberhasilan Usaha Batik, dan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh dominan?

    8. Mana di antara variabel Karakteristik Individu, sikap Kewirausahaan, dan Gaya Kepemimpinan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap Keberhasilan Usaha melalui Kemampuan Usaha, dan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh tidak langsung dominan?

  • 31.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsi dan menganalisis kontribusi tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,

    Pelatihan, Lama Berusaha dan Umur pengusaha terhadap Karakteristik Individu. 2. Untuk mendeskripsi dan menganalisis kontribusi Visi, Perencanaan, Motivasi,

    Inovasi, Pelung, Percaya Diri, Risiko, Etika dan Adaptasi terhadap sikap Kewirausahaan pengusaha Batik

    3. Untuk mendeskripsi dan menganalisis kontribusi Gaya Kepemimpinan Diktator, Partisipasi, Delegasi dan Konsiderasi terhadap Gaya Kepemimpinan pengusaha Batik

    4. Untuk mendeskripsi dan menganalisis kontribusi Kemampuan Produksi, Kemampuan Pemasaran dan Kemampuan Keuangan terhadap kemampuan Usaha Batik

    5. Untuk mendeskripsi dan menganalisis kontribusi Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Investasi serta Pertumbuhan dan Pembelajaran Personalia terhadap Keberhasilan Usaha Batik

    6. Untuk menganalisis pengaruh langsung Karakteristik Individu, Kewirausahaan, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kemampuan Usaha Batik, dan membuktikan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh langsung dominan

    7. Untuk menganalisis pengaruh langsung Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan Usaha terhadap Keberhasilan Usaha Batik, dan membuktikan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh langsung dominan

    8. Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya Kepemimpinan terhadap Keberhasilan Usaha melalui Kemampuan Usaha, dan membuktikan mana di antara variabel tersebut yang memiliki pengaruh tidak langsung dominan

    1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

    bagi para pelaku Usaha Kecil khusunya pengusaha Batik untuk meningkatkan kemampuan dan keberhasilan usahanya dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan teori yang berkaitan dengan karakteristik individu, kewirausahaan, gaya kepemimpinan, kemampuan usaha dan keberhasilan usaha.

    3. Manfaat kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mengambil kebijakan yang berkaitan pengembangan Usaha Kecil khususnya Usaha Kecil Batik melalui pemberdayaan masyarakat untuk berwirausaha, sehingga sektor riil dapat tumbuh dan dapat mengatasi pengangguran.

    4. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan karakteristik individu, kewirausahaan, gaya kepemimpinan, kemampuan usaha dan keberhasilan usaha.

  • 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Usaha Kecil

    Proses pembangunan ekonomi di suatu negara secara alami menimbulkan kesempatan besar yang sama bagi semua jenis kegiatan ekonomi untuk semua skala usaha. Besarnya suatu usaha tergantung pada sejumlah faktor, dua diantaranya yang sangat penting adalah pasar dan teknologi. Apabila pasar yang dilayani kecil, yakni untuk jenis-jenis produk tertentu yang jumlah pembelinya memang terbatas atau sifatnya musiman, maka unit usaha yang cocok adalah Usaha Kecil (Panandiker, 1996 dalam Tambunan, 2002: 2).

    Di Indonesia, Usaha Kecil yang menggeluti jenis-jenis barang konsumsi tertentu seperti makanan dan minuman, pakaian jadi, tekstil, alas kaki, dan alat-alat rumah tangga, tetap dapat bertahan di pasar dan bahkan menikmati pertumbuhan volume produksi yang cukup baik, walaupun harus menghadapi persaingan yang ketat dari Usaha Menengah ataupun Usaha Besar yang juga membuat jenis barang-barang yang sama dan persaingan dari barang-barang impor. Hal ini disebabkan karena Usaha Kecil walaupun memproduksi barang-barang yang sama seperti yang diproduksi oleh Usaha Menengah ataupun Usaha Besar, tetapi ada perbedaannya, baik secara alami maupun rekayasa. Perbedaan tersebut misalnya dalam hal warna, bentuk, rasa, kemasan, harga atau pelayanan. Dalam kata lain, walaupun jenis barangnya sama, Usaha Kecil tetap memiliki segmentasi pasar tersendiri yang melayani kelompok pembeli tertentu.

    Perbedaan pola konsumsi dalam masyarakat untuk barang yang sama juga sangat menentukan besar kecilnya pasar Usaha Kecil. Sebagai contoh, ada kelompok masyarakat yang lebih suka kain batik yang dibuat secara tradisional dengan tangan, ada kelompok masyarakat yang lebih menyenangi batik yang dicetak dengan mesin modern di pabrik besar. Ada yang lebih suka membuatkan baju ke tukang jahit dipinggir jalan, ada yang lebih suka membeli pakaian impor di toko-toko baju yang mahal.

    Di dalam Undang-Undang Nomor: 9/1999 ditetapkan bahwa, Usaha Kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Bentuk badan usaha dari Usaha Kecil bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS, 1988) mendefinisikan Usaha Kecil dengan ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. 2.2. Karakteristik Individu

    Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Seseorang sempat dipengaruhi oleh karakteristik individunya baik ketika sebagai manajer ataupun sebagai bawahan yang kontribusinya dalam pengambilan

  • 5keputusan dan bertindak yang sangat erat kaitannya dengan kinerja organisasi. Adapun yang mempengaruhi individu tersebut antara lain: kapasitas belajar, kemampuan dan ketrampilan latar belakang keluarga, umur, jenis kelamin, pengalaman (Gibson, 1996 dalam Dalimunthe, 2002: 43).

    Karakteristik pimpinan perusahaan yang meliputi: pendidikan, kemampuan (keahlian) sangat mempengaruhi pimpinan tersebut dalam membuat keputusan di samping gaya kepemimpinannya. (Supriono, 1999; Utama,1996; Dester, 1997; Wahyudi, 1995 dalam Dalimunthe, 2002: 44) Dalam hal-hal di atas, dapat dikemukakan bahwa yang sangat mempengaruhi kemampuan seorang individu yakni: pendidikan, jenis kelamin, pelatihan, pengalaman (lamanya berusaha) dan umur pengusaha.

    2.2.1. Pendidikan

    Perkembangan Usaha Kecil Menengah ditentukan oleh sejumlah faktor, diantaranya adalah tingkat pendidikan pengusaha. Hal tersebut karena pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat merubah sikap dan perilaku, meningkatkan dan mengembangkan pola pikir, wawasan serta memudahkan pengusaha menyerap informasi yang sifatnya membawa pembaharuan dan kemajuan bagi usahanya. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengertian yang meliputi pengembangan mental dan ketrampilan yang digunakan oleh seseorang dalam memecahkan masalah secara efektif. Pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses belajar yang merupakan proses perubahan struktur kognitif. Apabila seorang belajar maka akan bertambah pengetahuannya. Menurut Tambunan (2002: 54), sebagian besar pengusaha Usaha Kecil Menengah hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD)

    2.2.2. Jenis Kelamin

    Penelitian awal menunjukkan, bahwa para pengusaha kecil khususnya pengusaha batik di Jawa Tengah lebih banyak didominasi oleh perempuan. Menurut Tambunan (2002: 85), jumlah perempuan yang terlibat sebagai wirausaha di Usaha Kecil Menengah, khususnya Usaha Kecil di Indonesia jumlahnya cukup signifikan, baik sebagai pemilik, sebagai pimpinan usaha atau sebagai manajer bersama dalam usaha suami. Kewirausahaan perempuan memiliki tradisi yang kuat terutama di sektor perdagangan kecil (eceran), dan industri makanan dan minuman, pakaian jadi termasuk batik, industri kayu dan barang dari kayu, bambu, rotan, dan termasuk perabot rumah tangga dan kosmetika yang memang merupakan bisnis didominasi oleh perempuan.

    Menurut Sitterly (2002: 4), mulai tahun 1990-an dinamakan dengan dekade milik/ untuk wanita, apa yang dibutuhkan sekarang dalam bisnis adalah nilai-nilai yang tersosialisasi dalam wanita yang siap ditawarkan. Nilai-nilai wanita ini adalah kepedulian, intuisi, dan pertimbangan bagi dunia usaha sebagai organisasi yang melakukan transformasi. Longenecker (2001: 11) menambahkan, meskipun dunia wirausaha dan dunia bisnis dikuasai oleh lelaki dalam dekade ini, situasi tersebut mulai berubah. Berdasar penelitian yang disponsori oleh National Foundation for Women Business Owners, jumlah wanita pemiliki bisnis bertumbuh 78% antara tahun 1987 dan 1996, dan wanita sekarang memiliki 37% dari bisnis yang ada.

    ADB TA (2001) telah melakukan survei terhadap 482 Usaha Kecil Menengah di dua kota besar yakni Medan (Sumatra Utara) dan Semarang (Jawa Tengah) yang memfokuskan pada kinerja dan permasalahan yang dihadapi perempuan pengusaha. Di dalam sampelnya terdapat 85 perusahaan yang secara resmi terdaftar dengan nama wanita

  • 6sebagai pemilik/ pengusaha. Alasan untuk melakukan survei ini khusus tentang gender adalah terutama karena kelangkaan data yang spesifik gender, khususnya yang terpusat pada data kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha-usaha yang dipimpin oleh seorang perempuan atau oleh seorang perempuan dan seorang laki-laki bersama lebih berhasil dari pada usaha-usaha yang dipimpin oleh laki-laki.

    2.2.3. Pelatihan

    Perusahaan memberikan pelatihan karena banyak hal, misalkan untuk mengorientasikan pegawai baru terhadap lingkungan perusahaan atau untuk mengajarkan tata cara yang berlaku di perusahaan. Pelatihan juga untuk meningkatkan kinerja pegawai yang dianggap masih kurang efektif atau untuk mempersiapkan mereka agar dapat memenuhi tuntutan pekerjaan yang baru (Fisher et al., 1999 dalam Fernald et al., 1999: 312). Pelatihan dapat membantu keberhasilan perusahaan dalam banyak hal, yakni: menunjang implementasi strategi dengan cara membekali pegawai dengan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas mereka, membantu pegawai untuk dapat mengatasi permasalahan usaha dengan segera, dan agar tetap kompetitif dalam lingkungan yang terus berubah, program pelatihan akan menunjang budaya pembelajaran secara kontinyu dan menstimulasi manajer memperbarui usaha mereka (Martocchio & Baldwin, 1997 dalam Fernald et al., 1999: 312).

    Menurut Fernald et al. (1999: 317), pada intinya mereka yakin bahwa agar dapat bersaing lebih efektif, pegawai perlu mendapatkan pelatihan tentang bagaimana cara meningkatkan penjualan (64%). Pegawai juga perlu dilatih bagaimana cara memajukan usaha kecil dengan efektif (59%), riset pasar (49%), menjalankan analisis dan kontrol keuangan (39%), mendapatkan modal (36%) dan kontrak pemerintah (25%). Bidang-bidang lain yang juga dirasa perlu mendapatkan pelatihan tambahan adalah sistem komputer (29%), akuntansi dan pembukuan (41%), perdagangan internasional (11%), pengelolan inventori (21%), personalia (18%) dan penerapan litbang (5%).

    2.2.4. Lama Berusaha

    Pada setiap pelaksanaan tugas, pendidikan dan pengalaman memiliki peran yang sangat penting seperti kata pepatah pengalaman adalah guru yang terbaik. Artinya seseorang yang berpengalaman akan lebih mudah memahami sesuatu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan memiliki pengalaman seseorang akan memiliki wawasan yang luas, sehingga dapat melakukan pekerjaan lebih baik dan menyesuaikan dengan lingkungan kerja. Seorang individu yang memiliki pengalaman cukup baik, akan lebih mudah melaksanakan perencanaan kegiatan yang sesuai dengan tujuan, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, tugas dalam organisasi, berkomunikasi, dan sebagainya. Menurut Acar (1993) dalam Dalimunthe (2002: 46) dalam salah satu studinya menyatakan, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja Usaha Kecil adalah pengalaman pimpinan.

    Manajer-manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman dalam bidang yang akan dimasukinya. Sebagai contoh, bila seseorang ingin membuka bisnis retail pakaian, pertama kali ia harus bekerja di toko pakaian. Hal ini akan memberikan pengalaman praktis dan pengetahuan tentang seluk beluk bisnis tersebut. Pengalaman jenis ini benar-benar berpengaruh atas kegagalan atau keberhasilan usaha (Zimmerer & Scarborough, 2004: 24). Kolb (1984) dalam Rae & Carswell (2001: 152) mendefinisikan pembelajaran sebagai sebuah proses dimana konsep-konsep dihasilkan dan secara berkelanjutan

  • 7dimodifikasi dengan pengalaman. Mumford (1995) dalam Rae & Carswell (2001: 153) menyatakan bahwa pembelajaran dapat bersifat reaktif atau sengaja, dan responsif atau proaktif berdasarkan pada tingkat kesadaran dan niat.

    2.2.5. Umur

    Umur pengusaha memang merupakan faktor yang harus dipertimbangkan ketika menganalisis pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dan perilaku kewirausahaan. Usia yang paling tepat untuk memulai usaha baru antara pertengahan 20-an dan 30-an. Pada usia tersebut ada keseimbangan antara persiapan pengalaman dan kewajiban terhadap keluarga (Longenecker, 2001: 21). Umur pemilik ketika mendirikan bisnis sangat bervariasi, tetapi hasil penelitian Zimmerer & Scarborough (2004: 11) menyatakan terbanyak pada usia antara 25-39 tahun. Setelah Pemilik Usaha Kecil mencapai usia 40 tahun, ternyata niat mereka untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil akan menurun seiring dengan pertambahan usia. Di samping itu, keinginan untuk menjual/ menggabungkan perusahaannya ataupun mempertahankan posisi statis juga meningkat,

    2.3. Kewirausahaan

    Meskipun sampai sekarang belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujutkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan usahanya dengan tangguh (Drucker, 1994 dalam Suryana 2003: 10). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing). Para wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Meredith et al., 2002: 5). Longenecker (2001: 6) menyebut, wirausaha adalah kemampuan untuk melihat adanya suatu peluang dan keberanian untuk merubah peluang tersebut menjadi sesuatu yang bernilai dengan cara pengerahan ide kreatif dan inovatif serta menanggung risiko untung ataupun rugi. Wirausaha itu lebih dari sekedar berusaha, wirausaha berusaha dengan cerdas, kreatif dan penuh dengan inovasi (mengadakan pembaharuan dalam berbagai hal: marketing, produksi, administrasi dan lain-lain) ditambah keberanian mengambil risiko.

    Penelitian ini akhirnya menetapkan sembilan indikator yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu: (1) visi, (2) perencanaan, (3) motivasi, (4) inovasi, (5) peluang, (6) percaya diri, (7) risiko, (8) etika, (9) adaptasi.

    2.3.1. Visi

    Visi adalah sebuah ideal dan pencitraan unik dari masa depan. Visi juga merupakan sebuah perjalanan mental dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui, menciptakan masa depan dari gabungan berbagai fakta sekarang, harapan, impian, bahaya dan peluang (Kauzes & Posner, 1987; Hickman and Silvia, 1984 dalam Locke & Assosiates, 1997: 70). Untuk memilih arah, seorang pemimpin pertama-tama harus mengembangkan suatu pencitraan mental mengenai bentuk organisasi yang mungkin dan diinginkan untuk masa depan. Pencitraan ini yang disebut visi, mungkin sama kaburnya dengan impian, atau sama mendetailnya dengan sebuah sasaran atau misi. Poin terpenting disini adalah, sebuah

  • 8visi mengartikulasikan sebuah pandangan mengenai masa depan organisasi yang realistis, bisa dipercaya, dan atraktif, suatu kondisi yang lebih baik untuk beberapa hal penting dibandingkan dengan yang sekarang ada. Sebuah visi merupakan target yang memberikan berbegai petunjuk (Benis & Nanus, 1984 dalam Locke & Assosiates, 1997: 70)

    Wirausaha memiliki naluri kuat untuk mencari serta menemukan peluang-peluang. Mereka melihat jauh ke depan, dan mereka kurang begitu memperhatikan apa saja yang telah dilakukan kemarin, dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan besok. Wirausaha melihat adanya potensi-potensi, dimana orang lain hanya melihat adanya masalah-masalah atau tidak melihat apa-apa (Winardi, 2003: 19). Wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide serta visi bisnis yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usahanya maupun dengan pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan. (Suryana, 2003: 62).

    2.3.2. Perencanaan

    Menurut Mintzberg (1994) dalam Hannon & Atherton (1998: 104) perencanaan berasal dari kata rencana, yang sebagai kata kerja berarti memperhitungkan masa depan, baik secara formal ataupun informal. Mintzberg yakin perencanaan dapat membantu wirausaha bersiap-siap menghadapi hal-hal yang akan terjadi; mencegah hal-hal yang tidak diinginkan; dan mengendalikan hal-hal yang dapat dikendalikan.

    Suryana (2003: 61) menyatakan, wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana usaha. Sebagai perencana (planner) wirausaha ber berperan: (1) merancang perusahaan (corporate plan) , (2) mengatur strategi perusahaan (corporate strategy), (3) memprakarsai ide-ide perusahaan (corporate image), dan (4) memegang visi untuk memimpin (visioner leader). Sebagai pelaksana wirausaha berperan sebagai: (1) menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide-ide baru yang berbeda (create the new and different), (2) meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating), (3) meniru dan memodifikasi (imitating and modification), dan (4) mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru dan organisasi baru.

    2.3.3. Motivasi

    Setiap individu yang sukses berwirausaha tidak terjadi secara kebetulan, tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu yang mereka miliki, yaitu: (a) Kebutuhan akan prestasi yang tinggi, (b) kebutuhan akan kekuasaan, dan (c) Kebutuhan untuk berafiliasi (McCelland, 1960 dalam Suryana, 2003: 33).

    Motivasi akan membuat seseorang bekerja keras untuk melakukan pembentukan ide atau gagasan baru, kemudian diimplementasikan menjadi usaha baru dan produk baru melalui aktifitas sekelompok orang. Motivasi merupakan semangat dan wawasan dalam menciptakan keaneka ragaman dalam berbisnis dan menghasilkan keuntungan (Rumelt, 1974: 1982; Christensen dan Montgomery, 1981; Montgomery, 1982; Palepu, 1985 dalam Gray, 2002: 65). Menurut Wirasasmita (1994) dalam Suryana (2003: 35) terdapat beberapa alasan mengapa seorang menjadi wirausaha: 1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, mencari

    pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keluarga.

  • 92. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan

    dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak

    3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberikan pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapat kesetiaan suami/istri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.

    4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

    2.3.4. Inovasi

    Inovasi adalah suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses atau jasa. Jadi semua inovasi menyangkut perubahan, tetapi tidak semua perubahan harus mencakup gagasan baru atau mendorong kesuatu perbaikan yang menyolok (Robbins, 2002: 11). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedang inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara . Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keuanggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha . Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha look at old and think something new or different (Suryana, 2003: 2)

    Antonic and Hisrich (2003: 13) mengemukakan, inovasi dalam kewirausahaan berkaitan dengan konsep organisasi. Inovasi organisasi adalah sebuah konsep dari literatur manajemen yang dapat dianggap paling dekat ke konsep kewirausahaan. Schumpeter menempatkan wirausaha sebagai agen perubahan, yang perilaku kreatifnya dalam hal aspek-aspek inovasi yang berbeda dianggap sebagai sebuah gangguan (sebagai penghancuran kreatif) dalam keseimbangan ekonomi dari sebuah industri. Drucker (1985) dikutip Antonic and Hisrich (2003: 13) juga menganggap inovasi sebagai fungsi spesifik dari kewirausahaan. Dalam pandangan ini, inovasi membedakan apa itu kewirausahaan dari apa itu manajerial. Bahkan inovasi ala Schumpeter yang membedakan perilaku para wirausahawan dari para manajer non-wirausaha (Carland, et al., 1984) dalam Antonic and Hisrich (2003: 13), yang menjadikan entrepreneurship dan inovasi hampir tak terpisahkan.

    2.3.5. Peluang

    Salah satu ciri wirausaha adalah bisa memanfaatkan peluang yang ada, dan untuk memanfaatkan peluang, wirausaha harus memiliki berbagai ide, kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru. Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam wirausaha. Menurut Zimmerer (1966) dalam Suryana (2003: 57), ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha.

  • 10Menurut Kotler (2002: 99), dalam melihat peluang diperlukan naluri tajam dan memperkirakan pertumbuhan laba sebelum memilih pasar dan sasaran. Seorang wirausaha lebih memikirkan dimana terdapat peluang, bagaimana mengkapitalisasikan peluang tersebut sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan kemampuan sebagai inti. Dapat dinyatakan, bahwa wirausahawan selalu mencari perubahan, menanggapinya dan mengeksplotasinya sebagai suatu peluang.

    Peluang atau kesempatan biasanya tidak datang berulang-ulang tapi mungkin hanya satu kali saja dalam waktu yang sangat singkat. Karena itu, tindakan mengidentifikasi serta mengevaluasi sebuah peluang, merupakan pekerjaan yang sangat sulit dan lebih merupakan dampak dari sikap kehati-hatian serta kewaspadaan seorang wirausaha terhadap kemungkinan-kemungkian yang ada, atau pada kasus-kasus tertentu, melalui upaya membentuk mekanisme guna mengidentifikasi peluang-peluang yang potensial.

    2.3.6. Percaya Diri

    Salah satu karakteristik wirausaha adalah sangat yakin akan diri mereka sendiri. Mereka memiliki keyakinan pada diri sendiri yang mampu menjawab semua tantangan yang ada di depan mereka. Mereka memiliki pemahaman atas segala jenis masalah yang mungkin muncul dan mereka juga mengakui adanya masalah didalam peluncuran produk atau perusahan atau cara-cara barunya, tetapi mereka percaya bahwa mereka bakal mampu mengatasi masalah tersebut (Longenecker, 2001: 10). Beberapa penelitian yang dilakukan pada wirausaha telah mengukur besarnya keyakinan terhadap kemampuan yang mereka miliki. Wirausaha yang mempercayai bahwa kesuksesannya tergantung pada usaha mereka sendiri disebut internal locus of control (kepercayaan bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada usahanya sendiri).

    Riset yang telah dilakukan banyak pihak telah menunjukkan bahwa mereka beranggapan (berkeyakinan) bahwa mereka sendiri yang mengendalikan nasib perusahaan mereka, dan bukan kekuatan-kekuatan luar. Para wirausaha juga bersikap amat realistik tentang kekuatan serta kelemahan mereka sendiri dan rekanan mereka dan apa saja yang dapat dilakukan mereka, dan apa yang tidak mungkin dilakukan mereka. (Winardi, 2003: 39). Menurut Wijandi (1988) yang dikutip oleh Suryana (2003: 20), bahwa kepercayaan diri merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1966 dalam Suryana, 2003: 20).

    2.3.7. Risiko

    Kebanyakan orang takut mengambil risiko, karena mereka ingin hidup aman dan menghindari kegagalan, dalam hal ini pengambilan risiko justru merupakan suatu unsur kewirausahaan yang sangat penting. Sejak Cantillon (1734) seperti dikutip Antonic and Hisrich (2003: 17), yang pertama kali mengembangkan istilah kewirausahaan dan mendefinisikan hal ini sebagai seseorang yang menanggung risiko keuntungan atau kerugian, pengambilan risiko dianggap sebagai elemen fundamental dari wirausaha dan kewirausahaan (Knight, 1921; Schumpeter, 1934; McClelland, 1961; Hisrich, 1986; Hisrich and Peters, 1998 dalam Antonic and Hisrich, 2003: 17).

  • 11Risiko yang diambil wirausaha dalam memulai dan/ atau menjalankan bisnisnya

    berbeda-beda. Dengan menginvestasikan uang miliknya, mereka mendapat risiko keuangan. Jika mereka meninggalkan pekerjaannya dan kemudian memulai berwirausaha, mereka mempertaruhkan kariernya. Saat memulai usaha barunya, dibutuhkan adanya kerja keras dan kekuatan emosi serta adanya tekanan pribadi yang tidak menyenangkan, yaitu kebutuhan lebih banyak untuk menginvestasikan waktu dan tenaga yang semuanya ini mendatangkan risiko bagi keluarganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha, dan tidak pernah ada jaminan kesuksesan. Tak seorangpun yang ingin gagal dalam bisnis, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu bisnis. (Longenecker, 2001: 10).

    Walaupun begitu, patut diingatkan bahwa wirausaha bisa diibaratkan sebagai pilot pesawat udara, yang senantiasa menghadapi risiko yang telah diperhitungkan. Mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk mengurangi risiko yang tengah dihadapi; mempersiapkan diri sebaik mungkin, memperhitungkan dan mengatasi problem-problem yang mungkin timbul. Mereka mengkonfirmasi peluang yang ada dan apa yang diperlukan untuk meraih keberhasilan; mereka menciptakan cara-cara untuk berbagi risiko dengan rekanan, para pelanggan, para investor, para kreditor dan bahkan para partner dagang mereka. Mereka dengan hati-hati mengendalikan peran pokok dalam hal melaksanakan operasi-operasi perusahaan mereka (Winardi, 2003: 40)

    2.3.8. Etika

    Etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi orang-orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak yang berkepentingan dalam organisasi. (Zimmerer & Scarborough, 2004: 492).

    Menurut Hitt (1997: 69), perusahaan yang memajukan dan mememelihara praktek etis lebih memungkinkan mencapai daya saing strategis dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Alasan kunci ialah bahwa reputasi mereka dalam praktik etis akan menarik pelanggan-pelanggan loyal. Bertindak dengan penuh kejujuran dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik, mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha bila ingin usahanya maju. Kejujuran adalah harga diri, kehormatan, dan kemuliaan bagi siapapun dan sebaliknya, tipu daya, licik, bohong justru akan menghancurkan kredibilitas perusahaan kita (Gymnastiar, 2004: 8).

    2.3.9. Adaptasi

    Wirausaha adalah individu yang fleksibel atau mempunyai kemampuan secara cepat untuk beradaptasi guna menghadapi semua tantangan dari perubahan-perubahan pesat yang menerpa usahanya dan dunia perekonomian pada umumnya (Bass, 1990; Boyatzis, 1982 dalam dalam Locke & Associates,1997: 43). Perubahan yang cepat dan pesat merupakan kata kunci pada era 1980-an dan juga tahun 1990-an. Untuk menangani dan memacu perubahan, para wirausaha harus fleksibel, luwes dan pandai beradaptasi. Fleksibilitas menunjukkan kemampuan untuk mengadaptasi keadaan yang berubah; kata ini tidak ada hubungannya dengan sikap yang tidak tegas.

  • 122.4. Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002: 181). Pemimpin seharusnya dapat membujuk, memerintah, mempengaruhi dan memberi semangat bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Bila bawahan tidak temotivasi untuk bekerja, tingginya absensi, rendah moral, serta ketidakpuasan menandakan pemimpin tidak dapat memotivasi bawahan karena penerapan gayanya yang tidak sesuai dengan lingkungan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya pemimpin harus dapat menunjukkan cara / gaya supaya bawahan dapat bekerja dengan baik.

    Keberhasilan atau efektifitas kepemimpinan tidak saja diukur bagaimana memberdayakan bawahannya tapi juga kemampuannya menjalankan/ melaksanakan kebijakan perusahaan melalui cara/ gaya kepemimpnannya. Pola atau gaya kepemimpinan sangat tergantung pada karakteristik individu pimpinan, bagaimana memandang bawahannya. Gaya kepemimpinan adalah perilaku pimpinan menghadapi bawahan berdasarkan fungsinya sebagai atasan.

    Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini kriteria perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha kecil yang akan diteliti ada empat yaitu: (1) gaya kepemimpinan diktaktor, (2) gaya kepemimpinan partisipasi, (3) gaya kepemimpinan delegasi, (4) gaya kepemimpinan konsiderasi.

    2.4.1. Diktaktor

    Pada kepemimpinan diktaktor atau otokratis, pemimpin membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang. Ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat, langsung dan tepat. Keputusan dipaksakan dengan menggunakan imbalan dan kekhawatiran akan dihukum. Jika ada, maka komunikasi bersifat turun kebawah. Bila wewenang dari pemimpin diktaktor menjadi menekan, bawahan menjadi takut dan tidak pasti. Pemimpin diktaktor atau otokratis bisa menjadi otokrat kebapak-bapakan. Bawahan ditangani dengan efektif dan dapat memperoleh jaminan dan kepuasan. Otokrat yang kebapakan, dapat saja hanya memberikan perintah, memberikan pujian, dan menuntut loyalitas bahkan dapat membuat bawahan merasa mereka sebenarnya ikut serta dalam membuat keputusan walaupun mereka mengerjakan apa yang dikehendaki atasan (Timpe, 2002: 122)

    2.4.2. Partisipasi

    Pola kepemimpinan partisipasi adalah pola kepemimpinan dimana atasan memotivasi bawahan untuk berperan serta dalam organisasi terutama dalam pengambilan keputusan sehingga akan mendatangkan gairah bagi para bawahan. Pada kepemimpinan ini pendelegasian wewenang sangat diutamakan, sedangkan komunikiasi berjalan baik untuk mencari solusi dalam setiap permaslahan yang ada. Pada kepemimpinan partisipasi, pemimpin cenderung memberikan perhatian kepada bawahan dan pekerjaan sehingga komunikasi berjalan berbagai arah (situasional dan diagonal). Kepemimpinan

  • 13partisipasi ini tidak efektif bila bawahan tidak menunjang keberhasilan perusahaan karena bawahan tidak matang. Davis (1997) dalam Dalimunthe (2002: 80) menyatakan partisipasi adalah keterlibatan dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan sumbangan pada tujuan kelompok dan ikut serta bertanggungjawab.

    2.4.3. Delegasi

    Mendelegsaikan adalah memberi tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan meminta pertanggungan jawab dari pelaksanaan pekerjaan. Seorang pemimpin berhak mendelegasikan wewenang kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan penyelesaian pekerjaan. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya melakukan sedikit kontak dengan bawahan.

    2.4.4. Konsiderasi

    Konsiderasi yang diberikan oleh pimpinan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan organisasi. Sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuan memberikan perhatian pada bawahan, agar menghasilkan kerja yang optimal. Konsiderasi yang diberikan merupakan motivasi kepada para bawahan untuk lebih giat bekerja sehingga prestasi kerjanya akan lebih baik. Para bawahan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, perbedaan ini seringkali didasarkan oleh tujuan dan kebutuhan masing-masing yang berbeda dari bawahan.

    2.5. Kemampuan Usaha

    Kemampuan usaha seyogianya dimiliki oleh suatu perusahaan dan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas, dalam arti sejauh mana suatu perusahaan dapat mencapai hasil yang maksimal tergantung dari kemampuan yang dimiliki. Dalam meningkatkan kemampuannya, perusahaan harus memperhatikan tiga fungsi utama yang saling berkaitan erat (Stevenson, 1993 dalam Dalimunthe, 2002: 84) yaitu: (1) fungsi produksi / operasi, (2) fungsi marketing, dan (3) fungsi keuangan.

    Kelancaran proses produksi tergantung banyak faktor, namun pada umumnya lebih banyak berhubungan dengan: tenaga kerja, bahan mentah / bahan baku, mesin-mesin dan kapasitas produksi. Perusahaan dengan kapabilitas penelitian dan pengembangan serta desain yang matang akan mewujudkan keunggulan kompetitifnya melalui kualitas produk yang dimilikinya (Porter, 1980 dan Vickery, 1993 dalam dalam Dalimunthe, 2002: 86)

    Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendekatkan produsen kepada konsumen. Oleh karena itu fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang sangat vital dalam memberi nilai tambah pada produk yang dihasilkan produksi sehingga dengan adanya kegiatan pemasaran diharapkan perusahaan dapat memperoleh laba, berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidupnya (Kotler, 2002: 18)

    Selanjutnya Zimmerer & Scarborough (2004: 166) melihat adanya unsur-unsur utama dalam strategi pemasaran yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Product (produk), adalah barang atau jasa, yang digunakan untuk memuaskan

    kebutuhan konsumen.

  • 142. Place (tempat atau metode distribusi), saluran distribusi biasanya melibatkan

    sejumlah perantara, yang menjalankan peran-peran khusus yang menambahkan manfaat peningkatan nilai tambah terhadap barang dan jasa tersebut.

    3. Price (Harga), merupakan faktor kunci dalam keputusan pembelian. Harga juga merupakan alat untuk mengubah citra perusahaan dalam waktu relatif cepat.

    4. Promotion (promosi), menyangkut periklanan maupun penjualan secara pribadi. Tujuannya adalah menginformasikan dan membujuk pelanggan.

    Selanjutnya Tensire (1985) dalam Dalimunthe (2002: 90) mengatakan, fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi utama yang berkaitan dengan fungsi produksi, pemasaran, sumber daya manusia dalam satu perusahaan. Fungsi keuangan merupakan penyediaan modal dan dana (capital and funds) yang menjadi faktor pendukung beroperasinya suatu produksi sehingga menghasilkan barang dan jasa. Sedang fungsi pemasaran mendistribusikan dan melakukan penjualan produk yang dihasilkan.

    Dengan demikian, kemampuan usaha dalam penelitian ini juga bisa diartikan sebagai: kemampuan produksi, kemampuan pemasaran dan kemampuan keuangan yang harus dimiliki perusahaan Usaha kecil. Kemampuan produksi menggunakan tiga indikator yakni: bahan baku, tenaga kerja, serta peralatan dan treknoklogi. Kemampuan pemasaran menggunakan empat indikator yakni: strategi produk, strategi harga, strategi saluran distribusi, dan strategi bauran promosi. Kemampuan keuangan menggunakan empat indikator yakni: persediaan kas, persediaan modal sendiri, persediaan modal pinjaman atau modal asing, perputaran piutang

    Variabel-variabel kemampuan usaha dapat dijabarkan dalam bentuk gambar seperti tampak pada gambar 2.1.

    Kemampuan Produksi

    Kemampuan Pemasaran

    Gambar 2.1. Variabel Penentu Kemampuan Usaha Sumber : `Hasil Pra Survey (2004)

    Bahan Baku Tenga Kerja Plt & Tnologi

    Str.Harga

    Str.Distribusi

    Str.Baur.Promo

    Str.Produk

    Kemampuan Usaha

    Kemampuan Keuangan

    Persdiaan Kas

    Persdiaan Mdl Sd

    Persdiaan Mdl Pin

    Prputaran Piutanr j g

  • 152.6. Keberhasilan Usaha

    Menurut Dalimunthe (2002: 94), kita dapat menganalisis keberhasilan usaha dengan mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor di atas yang oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya. Kinerja usaha perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha. Apapun targetnya, kinerja usaha merupakan tolok ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.

    Menurut Georgellis et al. (2000: 7), Usaha Kecil yang termotivasi untuk meningkatkan penjualan dan atau jumlah pegawai, akan bertahan dalam lingkungan kompetitif yang dinamis. Senada dengan Jarvis et al. (2000: 126) yang menyatakan, perusahaan yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang cukup panjang, tentu menghasilkan keuntungan normal secara ekonomis dan dapat pula mempertahankan pertumbuhan penjualan.

    Tujuan memaksimalkan laba biasanya dihubungkan dengan skala waktu jangka pendek, yaitu bagaimana mendayagunakan kapasitas perusahaan yang tersedia saat ini seoptimal mungkin, diikuti dengan pengendalian seefektif mungkin, sehingga laba yang dicapai dapat maksimal. Untuk hal tersebut, perusahaan dapat melakukan berbagai hal, diantaranya dengan melakukan investasi. Investasi secara umum dapat diartikan sebagai keputusan untuk mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang (Haming & Basalamah, 2003: 3). Investasi dapat dibagai dalam beberapa pengertian, diantaranya adalah: (1) Investasi Bisnis Tetap yang mencakup pembelian peralatan dan struktur untuk keperluan proses produksi; (2) Investasi Residential mencakup pembelian perumahan baik untuk ditempati ataupun disewakan (3) Investasi Persediaan yang mencakup pembelian barang-barang yang ditempatkan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000: 25).

    Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan selalu diikuti dengan perubahan struktur lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa, yang selanjutnya akan mempengaruhi pula permintaan terhadap pekerja. Perubahan permintaan terhadap pekerja di Indonesia lebih dikenal dengan kesempatan kerja, yang semata-mata mencerminkan perubahan jumlah orang yang bekerja. Perubahan dalam permintaan jumlah pekerja akan terlihat dalam perubahan upah/penghasilan yang diperoleh pekerja. Para pakar mengartikan employement atau kesempatan kerja sebagai demand for labour, yang merupakan fungsi dari perubahan perekonomian (Anwar, 1997 dalam Dalimunthe, 2002: 96).

    Berdasarkan uraian di atas, maka keberhasilan usaha kecil dapat dilihat dari (1) Pertumbuhan Penjualan (2) Pertumbuhan Investasi (3) Pembelajaran dan Pertumbuhan Personalia

  • 16

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

    Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan pada Bab 2, dapat dikemukakan bahwa penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini ditujukan untuk mengkaji pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lain yang dituangkan dalam suatu konsep, sehingga konsep merupakan kerangka berfikir yang menjelaskan keterkaitan antar variabel. Konsep keilmuan diperlukan untuk menentukan tingkat masalah, pendekatan yang digunakan dan teori yang didapat dari suatu penelitian. Sedangkan metodologi diperlukan untuk penetapan metode yang digunakan dalam perumusan, pengukuran dan analisis terhadap konsep variabel-variabel penelitian sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

    Suatu penelitian disebut sebagai penelitian berkonsep apabila diawali, diproses, dan diakhiri dengan konsep yang jelas. Penelitian yang demikian akan menampakkan konsep keilmuan yang jelas, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu. Konseptual penelitian ini bertolak dari teori yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu, yaitu Dalimunthe (2002: 115) tentang faktor karakteristik individu, kewirausahaan dan gaya kepemimpinan terhadap keberhasilan Usaha Kecil.

    Menurut konsep ini, Karakteristik Individu terdiri atas: pendidikan, pelatihan, lamanya berusaha dan umur. Penelitian ini mengakses konsep Dalimunthe tentang ke empat variabel indikator tersebut, dan kemudian memasukkan lagi satu variabel indikator yakni jenis kelamin. Penambahan satu variabel indikator ini sesuai dengan penelitian awal yang menyatakan para pengusaha kecil batik di Jawa Tengah banyak didominasi oleh perempuan, demikian pula halnya menurut penelitian ADB TA (2001); Tambunan (2002: 85) dan Sitterly (2002: 4). Lama Berusaha diduga memberi kontribusi dominan dibandingkan Pendidikan, Pelatihan, Jenis Kelamin dan Umur karena wirausahawan lebih banyak belajar dari pengalaman lapangan dibanding belajar di dalam kelas.

    Menurut Dalimunthe, faktor kewirausahaan terdiri atas: Visi, Perencanaan, Motivasi, Inovasi, Peluang, Percaya Diri, Risiko dan Adaptasi. Penelitian ini kemudian menambah Etika sebagai salah satu indikator kewirausahaan sesuai dengan pernyataan Keraf (1991: 20); Boatright (1996: 19); Hitt et al. (1997: 33); Zimmerer & Scarborough (2004: 491) dan Gymnastiar (2004: 8) yang menyatakan: Perusahaan yang memajukan dan mememelihara praktek etis lebih memungkinkan mencapai daya saing strategis dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Alasan kunci ialah bahwa reputasi mereka dalam praktik etis akan menarik pelanggan-pelanggan loyal. Bertindak dengan penuh kejujuran dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik, mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha bila ingin usahanya maju. Berani Risiko dianggap memiliki kontribusi dominan dibanding Visi, Perencanaan, Motivasi, Inovasi, Peluang, Percaya Diri, Etika dan Adaptasi, karena ciri khas seorang wirausaha identik dengan keberaniannya mengambil Risiko.

    Gaya Kepemimpinan terdiri atas: Diktator, Partisipasi, Delegasi, Konsiderasi. Konsiderasi dianggap memberi kontribusi dominan dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi obyek penelitian dimana para pegawai batik pada umumnya merupakan usaha keluarga yang turun temurun yang senantiasa ramah dan dekat dengan karyawan.

  • 17Kemampuan Usaha terdiri atas: Kemampuan Produksi, Kemampuan Pasar, dan

    Kemampuan Keuangan. Dalam penelitian ini, Kemampuan Pemasaran dianggap memberi kontribusi dominan karena usaha batik merupakan usaha turun temurun yang tentunya produksi telah mereka kuasai namun yang terpenting adalah Kemampuan Pemasaran guna pengembangan usaha.

    Keberhasilan Usaha terdiri atas: Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Investasi, dan Pertumbuhan serta Pembelajaran Personalia. Dalam penelitian ini pertumbuhan dan Pembelajaran Personalia dianggap memiliki kontribusi dominan karena faktor personalia merupakan motor penggerak utama dalam organisasi sehingga Pertumbuhan dan Pembelajaran Personalia sangat mempengaruhi Keberhasilan Usaha.

    Dalam penelitian ini karakteristik individu, kewirausahaan, dan gaya kepemimpinan sebagai variabel laten eksogen akan diuji pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha secara langsung maupun secara tidak langsung melalui kemampuan usaha dan kewirausahaan dianggap memiliki pengaruh yang dominan. Alasannya sesuai dengan penelitian Kao (2001: 28) yang menyatakan perusahaan kecil yang ingin berkembang harus memiliki semangat kewirausahaan; disamping Gray (2002: 70) mempetegas bahwa dengan semangat kewirausahaan yang dimiliki para pemilik usaha kecil bisa mengungguli pesaing-pesaingnya. Georgellis et al. (2000: 7) menyatakan, kapasitas mereka untuk berinovasi dan keberanian mengambil risiko, menjadikan usaha dapat berkembang dengan sukses.

    Gambar 3.1: Kerangka Konseptual Penelitian

  • 18Demikian pula pendapat Rae & Carswell (2001: 157) bahwa belajar untuk

    berprestasi dan pembelajaran dari pencapaian / prestasi adalah vital dalam proses pembentukan wirausahawan. Wirausaha (Antonic & Hisrich, 2003: 7) lebih tepat didefinisikan dengan acuan pada tujuan perilaku yang berkembang.

    Berdasarkan uraian teoritis pada bab sebelumnya berikut ini dikemukakan suatu

    kerangka konseptual berupa desain penelitian yang berfungsi sebagai penuntun untuk memudahkan memahami alur pikir dalam penelitian. Selain sebagai gambaran penelitian, kerangka konseptual dapat sebagai gambaran umum dari mekanisme penelitian. Kerangka konseptual penelitian merupakan bagian terpenting yang mengarahkan analisis dan pengolahan data. Kerangka konsep penelitian yang diajukan dapat dilihat pada Gambar 3.1. 3.2. Model Analisis

    Setelah model berbasis teori dikembangkan pada kerangka konseptual penelitian maka langkah berikutnya model tersebut disajikan dalam bentuk path diagram sebagai model yang researchable agar dapat dianalisis dan diestimasi dengan menggunakan SEM. Pengaruh variabel sesuai kerangka konseptual penelitian di atas dianalisis dengan SEM (structural equation modeling) menggunakan software AMOS 4.0 dengan kerangka model analisis seperti dikemukakan pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2.: Model Analisis SEM

    Kar.Inx4 d4 1x3 d3 1x2 d2 1x1

    1d1

    1

    1

    Ga.Pimx18 d18 1x17 d17 1x16 d16 1x15 d15 1

    1

    Kew.Usx11 d11 1x10 d10 1x9d9

    1 x8d81

    x7d71

    x6d6

    1

    1

    Kemp.Us

    y3

    e3

    1y2

    e2

    1y1

    e1

    1

    Keb.Us

    y4 e41

    y5 e51

    y6 e61

    z1

    1z2

    x12d121

    x13d131

    x14d141

    1

    1

    1

    1

    x5 1d5

  • 193.3. Hipotesis Penelitian

    1. Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Pelatihan, Lama Berusaha, dan Umur memberi kontribusi signifikan terhadap Karakteristik Individu, dan Lama Berusaha memberi kontribusi dominan.

    2. Visi, Perencanaan, Motivasi, Inovasi, Peluang, Percaya Diri, Risiko, Etika, Adaptasi memberi kontribusi signifikan terhadap Kewirausahaan, dan Risiko memberi kontribusi dominan.

    3. Gaya Diktator, Partisipasi, Delegasi, Konsiderasi, semuanya memberi kontribusi signifikan terhadap Gaya Kepemimpinan wirausahawan, dan Gaya Kepemimpinan Konsiderasi memberi kontribusi dominan.

    4. Kemampuan Produksi, Kemampuan Pasar dan Kemampuan Keuangan memberi kontribusi signifikan terhadap Kemampuan Usaha, dan Kemampuan Pasar memberi kontribusi dominan.

    5. Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Investasi, serta Pertumbuhan dan Pembelajaran Personalia memberi kontribusi signifikan terhadap Keberhasilan Usaha, dan Pertumbuhan dan Pembelajaran pPersonalia memberi kontribusi dominan.

    6. Karakteristik individu, kewirausahaan dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuan usaha, dan kewirausahaan memiliki pengaruh dominan.

    7. Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan Usaha memiliki pengaruh langsung terhadap Keberhasilan Usaha, dan Kewirausahaan memiliki pengaruh dominan.

    8. Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya Kepemimpinan juga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap Keberhasilan Usaha melalui Kemampuan Usaha, namun yang memiliki pengaruh tidak langsung dominan adalah Karakteristik Individu

  • 20

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Usaha Kecil Batik, sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi para pengusaha dan menemukan langkah-langkah perubahan ke arah keadaan yang lebih baik, sehingga usaha batik menjadi komoditi andalan Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Sesuai dengan rumusan tujuan penelitian, digunakan kombinasi rancangan penelitian, yakni: 1. Berdasarkan tujuannya (purpose of study) penelitian ini tergolong descriptive dan

    hypothesis testing. Penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi tentang sifat-sifat variabel Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan, Kemampuan Usaha dan Keberhasilan Usaha. Pengujian hipotesis (hypothesis testing) dilakukan agar peneliti dapat menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis. Sebagai salah satu contoh dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis: tingkat pendidikan, jenis kelamin, pelatihan, lama berusaha, dan umur memberi kontribusi signifikan terhadap karakteristik individu wirausahawan, dimana lama berusaha memberi kontribusi dominan (Kuncoro, 2003: 69).

    2. Berdasarkan metode penelitian (research method), penelitian ini tergolong penelitian survei. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 2000: 3)

    3. Satuan analisis (unit of analysis) adalah tanggapan pengusaha dari Usaha Kecil Batik, dan data yang dikumpulkan adalah cross-sectional (silang tempat) yaitu dilaksanakan satu kali dan mencerminkan potret dari satu keadaan pada satu saat tertentu (Kuncoro, 2003: 70), data penelitian ini dilakukan pada tahun 2004.

    Dalam penelitian ini akan diuji beberapa hipotesis yang berkenaan dengan indikator (indicator variable) maupun hubungan regresi dalam struktur hubungan yang dianggap berpengaruh baik secara langsung (direct effect) mapun pengaruh secara tidak langsung (indirect effect). Pembuktian hipotesis dengan menggunakan analisis SEM (structural equation modeling) dengan bantuan software AMOS versi 4.0.

    4.2. Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah pengusaha Usaha Kecil Batik yang ada di wilayah Jawa Tengah, dengan kriteria: Jumlah tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi 5 sampai 19 orang temasuk pemilik perusahaan dan telah beroperasi lebih dari tiga tahun sampai dengan penelitian ini berlangsung. 4.3. Metode Sampling

    Dalam penelitian ini terdapat 24 parameter yang diestimasi masing-masing: 5 pada karakteristik individu wirausahawan, 9 pada kewirausahaan, 4 pada gaya kepemimpinan, 3 pada kemampuan usaha, dan 3 pada keberhasilan usaha. Sehubungan data crossectional maka jumlah ukuran sampel minimal yang digunakan sebesar: n = 24 X 5 = 120 ukm.

  • 21Penelitian ini kemudian menggunakan sampel sebesar 160 pengusaha kecil batik,

    dengan pertimbangan agar lebih mewakili populasi. Di Kabupaten Pekalongan dan Sragen hanya memiliki anggota yang kecil, sehingga dengan jumlah 160 pengusaha kecil maka sampelnya akan meningkat dan diharapkan lebih mewakili unit populasi. Unit populasi hanya dibedakan antar Kota / Kabupaten, sehingga diperoleh sampel minimum pengusaha batik sebagaimana dikemukakan pada Tabel berikut:

    Tabel 4.1 Jumlah Sampel Proporsional

    Sumber: Hasil Pra-survey (2004)

    4.4. Identifikasi Variabel Variabel laten eksogen, variabel laten endogen dan indikator, serta item yang

    akan diteliti dari model teoritis pada bab III diuraikan dalam Tabel 4.2: Tabel 4.2

    Variabel Penelitian, Variabel Indikator & Item

    Variabel laten Variabel Indikator ItemKarakteristik

    Individu

    Variabel Eksogen

    X1 Pendidikan X2 Jenis Kelamin X3 Pelatihan X4 Lama Berusaha X5 Umur

    X1 Pendidikan X2 Jenis Kelamin X3 Pelatihan X4 Lama Berusaha X5 Umur

    Kewirausahaan

    Variabel Eksogen

    Visi (X6 )

    Perencanaan (X7)

    Motivasi (X8)

    X6.1 Miliki visi masa depan X6.2 Visi difahami karyawan X6.3 Yakin visi berhasil X6.4 Pertimbangan resiko X6.5 Langkah antisipasi bila gagal

    X7.1 Miliki rencana prod. & penj. X7.2 Berdasarkan pengeluaran X7.3 Difahami karyawan X7.4 Pertimbangan keberhasilan X7.5 Punya strategi implementasi X8.1 Mengejar keuntungan X8.2 Uang hal yang sangat penting X8.3 Bisa berhasil bila kerja keras X8.4 Keinginan menambah asset X8.5 Siap dan sanggup bersaing

    Unit Populasi

    Populasi Ni

    Sampel: )(1 n

    NNn i ==

    Kota Pekalongan 645 112 Kab. Pekalongan 20 4 Kota Surakarta 226 39 Kab. Sragen 28 5 Total 919 160

  • 22Tabel 4.2

    Variabel Penelitian, Variabel Indikator & Item

    Variabel laten Variabel Indikator ItemKewirausahaan

    Variabel Eksogen

    Inovasi (X9)

    Peluang (X10)

    Percaya Diri (X11)

    Risiko (X12)

    Etika (X13)

    Adaptasi (X14)

    X9.1 Mengembangkan modal X9.2 Mendapat pelanggan baru X9.3 Pertahankan Pelanggan setia X9.4 Menata dagangan X9.5 Cari cara-cara baru

    X10.1 Peluang promosi X10.2 Memanfaatkan pasar organisasi X10.3 Manfaatkan lingkungan industri X10.4 Manfaatkan kondisi keramaian X10.5 Memanfaatkan saluran distribusi eksport

    X11.1 Yakin mampu menjual X11.2 Yakin mampu bayar karyawan X11.3 Yakin mampu bayar pemasok X11.4 Yakin mampu bayar hutang

    X11.5 Yakin mampu atasi masalah

    X12.1 Usaha unggul X12.2 Dukungan keluarga X12.3 Mudah dapat pinjaman X12.4 Berani spekulasi X12.5 Siap tanggung resiko

    X13.1 Pantang menipu pelanggan X13.2 Tunjuk perbedaan kualitas X13.3 Sedia tunjangan kesehatan X13.4 Sedia fasilitas K3 X13.5 Sedia lahan untuk limbah

    X14.1 Mengikuti selera pasar X14.2 Kreatif dan efektif X14.3 Tidak terjebak kemapanan X14.4 Bersedia kaji ulang X14.5 Mampu memodifikasi

    Gaya Kepemimpinan

    Variabel Eksogen

    Diktator (X15)

    X15.1 Keputusan ditangan pimpinan X15.2 Aturan secara rinci X15.3 Terlalu mengatur prosedur kerja X15.4 Kurang delegasi wewenang X15.5 Pengendalian terlalu ketat

  • 23Tabel 4.2

    Variabel Penelitian, Variabel Indikator & Item

    Variabel laten Variabel Indikator ItemGaya

    Kepemimpinan

    Variabel Eksogen

    Partisipasi (X16)

    Delegasi (X17)

    Konsiderasi (X18)

    X16.1 Ada kesempatan partisipasi X16.2 Ada pengarahan X16.3 Dekat dengan bawahan X16.4 Suka memberi informasi X16.5 Empati / bersahabat

    X17.1 Pendelegasian tugas X17.2 Beri kesempatan mengetahui bidang tugas X17.3 Percaya kemampuan bawahan X17.4 Beri wewenang ambl keputusan X17.5 Sedikit pengendalian

    X18.1 Ada perhatian ats pekerjaan bwh X18.2 Suasana kerja menyenangkan X18.3 Memberi motivasi X18.4 Ramah/ dekat dengan karyawan

    X18.5 Perhatikan kesejahteraan Kemampuan

    Usaha

    Variabel Endogen

    Kemampuan Produksi (Y1)

    Kemampuan Pemasaran (Y2)

    Kemampuan Keuangan (Y3)

    Y1.1 Persediaan bahan Y1.2 Pengadaan tenaga kerja Y1.3 Peralatan dan Teknologi

    Y2.1 Strategi produk Y2.2 Strategi harga Y2.3 Strategi saluran distribusi Y2.4 Strategi bauran promosi

    Y3.1 Persediaan kas Y3.2 Persediaan modal sendiri Y3.3 Persediaan modal pinjaman Y3.4 Perputaran Piutang

    Keberhasilan Usaha

    Variabel Endogen

    Pertumbuhan Penjualan (Y4)

    Pertumbuhan investasi (Y5)

    Pertumbuhan dan Pembelajaran Personalia (Y6)

    Y4.1 Penjualan tunai Y4.2 Penjualan kredit Y4.3 Penjualan konsinyasi

    Y5.1 Pertumbuhan modal kerja Y5.2 Pertamabahan alat usaha Y5.3 Perkembangan asset

    Y6.1 Perkembangan personalia Y6.2 Perkembangan kualitas SDM Y6.3 Produktivitas tenaga kerja

    Sumber: Hasil Pra-survey (2004)

  • 244.5. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 4.5.1. Cara Pengumpulan Data

    Cara pengumpulan data digunakan metode kuesioner, wawancara, pengamatan (observasi) dan dokumentasi. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer melalui didapat melalaui wawancara dan observasi pada pengusaha batik, sedang data sekunder diperoleh dari berbagai tulisan dan publikasi dokumen yang dikeluarkan oleh instansi terkait.

    4.5.2. Instrumen Penelitian

    Instrumen sebagai alat pengumpulan data primer dalam penelitian yang digunakan adalah kuesioner (daftar pertanyaan lampiran 1) yang berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan observed variable dan item tentang karakteristik individu, kewirausahaan, gaya kepemimpinan, kemampuan usaha, serta keberhasilan usaha. Agar kualitas data yang diperoleh tersebut terpercaya maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SEM sebagai berikut:

    4.5.2.1. Uji Validitas

    Uji validitas untuk mengetahui apakah indikator-indikator sebagai penyusun konsep itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini menggunakan convergent validity yang dapat dinilai dari measurement model yang dikembangkan yakni dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diuji. Menurut Anderson dan Gerbing dalam Ferdinand (2002:187) menyebutkan bahwa sebuah indikator dimensi menunjukkan validitas konvergen yang signifikan apabila indikator itu memiliki critical ratio yang lebih besar dua kali dari standar errornya. Atau dapat dikatakan indikator tersebut valid dalam mengukur apa yang seharusnya diukur dalam model yang disajikan apabila:

    SeCR .2 ...10) Nilai critical ratio ( yang identik dengan nilai t hitung dalam regresi) dapat

    diperoleh melalui penerapan program AMOS yang sekaligus dianalisis dengan SEM untuk menguji hipotesis.

    4.5.2.2. Uji Reliabilitas.

    Uji reliabilitas yang digunakan adalah construct reliability untuk mengetahui sejauh mana konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk; jadi reliabilitas menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing indikator mengindikasi fenomena sebuah konstruk / faktor latent. Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks reliabilitas instrumen yang digunakan (composite reliability) dari model SEM yang dianalisis dengan rumus berikut:

    += jloadingstdLoadingstd

    Konstrukliabilitas 22

    ).().(

    Re ...11)

    Keterangan: 1) Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator

    (dari perhitungan AMOS) yaitu nilai lambda () yang dihasilkan oleh masing-masing indikator.

  • 252) i adalah measurement error dari tiap-tiap indikator. Measurement error sama

    dengan 1 reliabilitas indikator, yaitu pangkat dua dari standardized loading setiap indikator yang dianalisis.

    Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0.70. Menurut Ferdinand (2002:191) angka reliabilitas 0,70 tersebut bukanlah sebuah ukuran yang mati; artinya, bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai di bawah 0.70 masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein dalam Ferdinand (2002: 193) memberi pedoman interpretasi reliabilitas bahwa reliabilitas 0,50 0,70 sudah cukup reliabel untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan setelah kesesuaian model diuji (model fit). 4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.6.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini mengambil lokasi di Jawa Tengah. Berdasar data yang diperoleh dari situs resmi Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (jawatengah.go.id, 2004), kemudian dipilih daerah yang memiliki potensi pengembangan Usaha Kecil Batik, yaitu: Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen.

    4.6.2. Waktu Penelitian

    Data dalam penelitian ini adalah data crossectional dimana pengumpulan data lapangan dari penelitian ini dilakukan mulai pertengahan September 2004 sampai dengan akhir November 2004 4.7. Teknik Analisis Data

    Jawaban yang diperoleh dari responden sesuai nilai variabel yang telah ditetapkan akan dianalisis dengan menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan menggunakan paket program AMOS 4.0. Menurut Ferdinand (2002: 6) Model Persamaan Struktural atau Strctural Equation Model (SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Ghozali (2004: 5) menjelaskan, model persamaan structural terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) bagian pengukuran yang menggabungkan observed variabel dengan laten variabel lewat confirmatory factor model dan (2) bagian struktur yang menghubungkan antar laten variabel lewat persamaan regresi simultan. AMOS adalah perpendekan dari Analisis of Moment Structure (Ferdinand, 2002: 68).

  • BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

    5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Batik

    Batik berasal dari kata tik yang terdapat di dalam kata titik. Titik berarti juga tetes di dalam membuat kain batik, memang dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih. Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya. (Wolff et al., 1992). 5.1.1.1. Proses Pembuatan Batik Tulis, Cap dan Sablon

    Menurut Riyanto (1993, 19), proses pembuatan batik dapat dibagi menjadi 3, yaitu: (1) batik tulis, (2) batik cap, dan (3) sablon atau printing. Perbedaan utama antara proses pembuatan batik tulis dan proses pembuatan batik cap, terletak pada saat penempelan lilin cair pada kain. Untuk pewarnaan kain dan pelorotan lilin, proses tetap sama. Proses pembuatan batik tulis, didahului dengan pembuatan gambar pada kain yang akan dibatik dengan menggunakan pensil 4B. Setelah selesai diberi gambar, kain kemudian dibatik dengan menggunakan canting untuk menyendok lilin cair yang panas, dan berfungsi sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna (Gambar 5.1.)

    31

    Gambar 5.1.: Proses Gambar Dengan Pensil dan Canting Pada Batik Tulis

    Sumber : Hasil Penelitian (2004) Proses pemberian gambar dan pelilinan pada batik cap, dilakukan dengan

    menggunakan lempengan tembaga yang sebelumnya telah dibentuk sesuai dengan gambar/motif batik tertentu. Lempengan tembaga ini pada awalnya diletakkan diatas wajan datar yang berisi lilin cair, dan kemudian diteruskan pada kain yang akan dibatik (Gambar 5.2.)

  • 27

    Gambar 5.2. : Lempengan Tembaga & Proses Pelilinan Pada Batik Cap Sumber : Hasil Penelitian (2004) Tahap berikutnya adalah merendam seluruh kain kedalam cairan berwarna. Kain

    yang terkena lilin tetap terlindung dari