eddy.pdf

9
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Sektor pertanian di Propinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung perekonomian daerah, oleh karena itu sektor pertanian akan mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan perekonomian Bengkulu. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, tenaga kerja, benih, dan pestisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 30 orang petani padi pada bulan Oktober sampai dengan November 2011. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara produksi dan 7 variabel faktor produksi yaitu luas lahan penggunaan pupuk urea, SP-36, NPK Phonska, tenaga kerja, benih, dan pestisida digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama- sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi sawah. secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. Kata kunci : padi sawah, faktor produksi, Kabupaten Seluma PENDAHULUAN Salah satu komoditas strategis sektor pertanian adalah padi, sebagai komoditas terpenting di dalam pembangunan pertanian maka berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi padi. Tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Kabupaten Seluma. Kabupaten Seluma merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu dengan luas panen 15% dari total propinsi. Produktivitas padi di Propinsi Bengkulu masih tergolong rendah. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha (BPS Bengkulu, 2011). Besar kecilnya produksi padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan, antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja, benih dan pestisida. Oleh karena itu, pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Bengkulu menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang meliputi luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, jenis benih, dan pestisida terhadap produktivitas tanaman padi di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 dengan metode survei. Penentuan lokasi di Desa Bukit Peninjauan II dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu Desa penghasil padi di Kecamatan Sukaraja.

Transcript of eddy.pdf

Page 1: eddy.pdf

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA

Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit

Peninjauan II Kecamatan Sukaraja

Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

ABSTRAK

Sektor pertanian di Propinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung perekonomian daerah, oleh karena itu

sektor pertanian akan mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan perekonomian

Bengkulu. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, tenaga kerja, benih,

dan pestisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah di Desa Bukit Peninjauan

II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 30 orang petani padi pada bulan

Oktober sampai dengan November 2011. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara produksi dan

7 variabel faktor produksi yaitu luas lahan penggunaan pupuk urea, SP-36, NPK Phonska, tenaga kerja, benih, dan pestisida

digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-

sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi sawah. secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3)

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap

produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah

benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah.

Kata kunci : padi sawah, faktor produksi, Kabupaten Seluma

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas strategis sektor pertanian adalah padi, sebagai komoditas terpenting di

dalam pembangunan pertanian maka berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi padi.

Tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Kabupaten

Seluma. Kabupaten Seluma merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu dengan

luas panen 15% dari total propinsi.

Produktivitas padi di Propinsi Bengkulu masih tergolong rendah. Pada tahun 2010 Badan

Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan

produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah

produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha (BPS Bengkulu, 2011).

Besar kecilnya produksi padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang

digunakan, antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja, benih dan pestisida. Oleh karena itu, pengaruh

faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Bengkulu menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang meliputi luas lahan,

pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, jenis benih, dan pestisida terhadap produktivitas

tanaman padi di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilakukan di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 dengan metode survei. Penentuan lokasi di Desa

Bukit Peninjauan II dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu Desa penghasil padi

di Kecamatan Sukaraja.

Page 2: eddy.pdf

Responden ditentukan secara acak sebanyak 30 orang petani. Data yang dikumpulkan

meliputi produktivitas padi dan 7 faktor produksi yang mempengaruhinya yaitu luas lahan (X1),

penggunaan pupuk urea (X2), pupuk SP-36 (X3), pupuk KCl (X4), tenaga kerja (X5), jumlah benih

(X6), dan pestisida (X7). Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan regresi linier

berganda. Untuk mengetahui pengaruh keseluruhan faktor produksi terhadap produktivitas padi

digunakan uji F, sedangkan uji t dipakai untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi

terhadap produktivitas. Data diolah dengan menggunakan software SPSS versi 17. Persamaan

regresinya adalah:

Y = a0 + b1X1 + ………… + b5X5 + b6X6 + b7X7 + U Dimana :

Y = Produksi (kg/GKP)

a0 = Intersep

X1 = Luas Lahan

X2 = Jumlah Pupuk Urea (kg)

X3 = Jumlah Pupuk SP-36 (kg)

X4 = Jumlah Pupuk KCL (kg)

X5 = Jumlah Tenaga Kerja (Hari Kerja Setara Pria - HKSP)

X6 = Jumlah Benih (kg)

X7 = Jumlah Pestisida (ml).

bi = Koefisien regresi

U = Kesalahan pengganggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Data deskripsi lokasi penelitian bersumber dari Profil Desa Bukit Peninjauan II Tahun 2011

Desa Bukit Peninjauan II merupakan wilayah administrasi Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma,

sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidosari dan Desa Niur, sebelah Selatan berbatasan dengan

Desa Kayu Arang dan Desa Padang Pelawi, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sarimulyo dan

sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kayu Arang.

Penggunaan lahan di Desa Bukit Peninjauan II untuk lahan persawahan seluas 172 hektar

(11%), umumnya lahan sawah di Desa Bukit Peninjauan II didukung oleh irigasi yang memadai

berasal dari Sungai Siabun dan memungkinkan petani dapat menanam padi 2-3 kali setahun.

Jumlah penduduk Desa Bukit Peninjauan II pada tahun 2011 adalah 1.965 Jiwa dengan 439

Kepala Keluarga (KK). Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 940 jiwa sedangkan

perempuan 1.025 jiwa (sex ratio 0,92%). Dari sini diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

sedikit atau 0,92 kali dari jumlah penduduk perempuan atau dapat dikatakan bahwa jumlah komposisi

penduduk relatif berimbang. penduduk berusia 15-54 tahun sebanyak 1.386 jiwa atau 70,53% dari

jumlah penduduk Desa Bukit Peninjauan II. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah

penduduk usia produktif di Desa Bukit Peninjauan II cukup tinggi. Menurut Yuzzsar (2008), umur

seseorang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Umur produktif (16-55 tahun) akan relatif

lebih baik produktifitasnya dibandingkan dengan umur lanjut (diatas 55 tahun). Sedangkan Jumlah

petani di Desa Bukit Peninjauan II mencapai 465 orang (53,57%) dari total jumlah penduduk.

Kondisi irigasi teknis untuk usahatani padi di Desa Bukit Peninjauan II cukup baik yang

airnya bersumber dari Sungai Siabun. Kelembagaan pendukung usahatani juga cukup memadai. Desa

Bukit Peninjauan II memiiki 2 buah koprasi, 8 buah industri kerajinan, 6 buah industri alat rumah

tangga, 1 buah industri bahan bangunan, 3 buah usaha peternakan, 1 buah kios saprodi, 3 buah

penggilingan padi dan 2 buah kelompok simpan pinjam, namun tidak memiliki pedagang pengumpul

beras. Karena letaknya di pinggiran perkotaan maka meskipun jumlah kios saprodi relatif terbatas

disamping juga tidak memiliki pedangan pengumpul beras, namun petani tidak mengalami kesulitan

dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil panen.

Page 3: eddy.pdf

Keragaan Usahatani Padi Sawah

1. Lahan

Lahan pertanian adalah tanah yang disiapkan untuk diusahakan sebagai usahatani,

misalnya lahan sawah, tegalan dan perkarangan. Ukuran lahan pertanian dinyatakan dalam hektar,

akan tetapi petani di pedesaan sering menggunakan istilah petak atau depa.

Rata-rata luas lahan sawah responden adalah 0,93 ha. Ditinjau dari kepemilikan lahan

sebanyak 28 orang responden (93,33%) merupakan petani pemilik lahan, sedangkan sisanya 2

orang (6,67%) merupakan petani penggarap/sewa dengan sistem bagi hasil. Tabel 1 menyajikan

luas lahan sawah dan status kepemilikan responden.

Tabel 1. Luas lahan sawah dan status kepemilikan.

No. Luas dan Kepemilikan Lahan Jumlah

Orang Persentase (%)

1. Luas lahan (ha)

- 0,50 – 0,80

- 0,81 – 1,00

- 1,01 – 2,00

6

23

1

20,00

76,67

3,33

2. Kepemilikan lahan

- Milik sendiri

- Garap

28

2

93,33

6,67

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa umumnya luas lahan sawah yang diusahakan responden

relatif luas yaitu antara 0,81 – 1 ha. Kepemilikan lahan sebagian besar (93,33%) merupakan milik

sendiri, sedangkan 6,67% adalah garapan dengan sistem bagi hasil terhadap hasil bersih produksi

gabah kering panen setelah dikurangi biaya perontokan gabah. Terdapat 2 pola bagi hasil yang

diterapkan di lokasi penelitian yaitu bagi 2 atau bagi 3. Bagi 2 berarti bahwa pemilik lahan dan

penggarap masing-masing mendapatkan 50% hasil bersih produksi gabah kering panen. Dalam

pola ini, pemilik lahan menanggung biaya pengolahan lahan. Bagi 3 berarti bahwa pemilik lahan

menerima 1/3 bagian hasil bersih produksi gabah kering panen, sedangkan penggarap

mendapatkan 2/3 bagian. Seluruh biaya produksi pada pola ini ditanggung oleh penggarap.

2. Penggunaan pupuk

Pupuk yang digunakan oleh responden merupakan pupuk tunggal terdiri atas Urea (46%

N), SP-36 (36% P2O5) Kedua pupuk tersebut merupakan pupuk bersubsidi dan pupuk KCL (60%

K2O) merupakan pupuk non subsidi. Rata-rata penggunaan pupuk petani per hektar adalah Urea

198,21 kg, SP-36 96,43 kg, KCl 32,14 kg. Penggunaan jenis pupuk oleh petani responden

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan penggunaan dosis pupuk petani dan pupuk rekomendasi.

No Dosis per ha Kandungan (kg)

N P2O5 K2O

1. Petani

- Urea (198,21 kg)

- SP-36 (96,43 kg)

- KCL (32,14 kg)

91,18 34,71 19,28

2. Rekomendasi (Permentan NO. 40/2007)

- Urea (250 kg)

- SP-36 (75 kg)

- KCL (50 kg)

115,00 27,00 30,00

3. Selisih kandungan - 23,82 + 7,71 - 10,72 Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Page 4: eddy.pdf

Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim tanam.

Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST, pemupukan susulan I

umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45 HST.

Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah.

Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Bengkulu (2009), pupuk N diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu

meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman berbungan.

Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun

untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas.

Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber

utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan

Sembiring (2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman

padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat

mengurangi jumlah anakan tanaman padi.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani padi

sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita. Maka dibuat

standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP) dimana 1 HKSP meliputi 8

jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari

dalam dan luar keluarga tani, di Desa Bukit Peninjauan II deskripsi penggunaan tenaga kerja

dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani padi

sawah per hektar.

No Uraian Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (dalam HKSP)

Pria Wanita Jumlah %

1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91

2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48

3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32

4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01

5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97

6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22

7.

8.

Panen (diluar bawon)

Pengangkutan hasil

12,79

10,57

30,50

-

43,29

10,57

32,23

7,87

Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00

Keterangan : Analisis data primer Tahun 2012.

HKSP : Hari Kerja Setara Pria

Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan

pemanenan yaitu 43,29 HKSP (32,23%) dan penanaman yaitu 31,54 HKSP (23,48%) adalah

dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP (55,71%) dari total curahan tenaga

kerja dalam usahatani padi.

4. Penggunaan benih

Benih padi yang digunakan petani di Desa Bukit Peninjauan II pada umumnya berlabel

mencapi 80% dan tidak berlabel 20%, sebagian besar sudah menggunakan varietas Ciherang dan

rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kg/ha. (Tabel 4).

Page 5: eddy.pdf

Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Riak Siabun II Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma.

No. Penggunaan Benih Padi Jumlah

Orang %

1. Varietas selain IR yang pernah ditanam

30

100 Ciherang

2. Jenis benih

Berlabel

Tidak berlabel

24 80

6 20

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan

pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh

hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan

usahatani mereka.

Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi.

No. Sistem tanam Jumlah Pengguna

Orang Persentase (%)

1. Tegel 27 90,00

2. Jalur 2 6,67

3. Tidak beraturan 1 3,33

Jumlah 20 100,00

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di lokasi

pengkajian umumnya sistem tegel (90%). Sistem tanam merupakan salah satu komponen teknologi

yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk menerapkan sistem tanam legowo

(4:1 atau 2:1). Dimana pada sistem legowo jumlah tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan

sistem tegel, jumlah benih yang digunakan juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada

sistem tegel dengan jarak tanam 20x20 cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada

sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm

terdapat 300.000 tanaman/ha (Daliani dan Taufik, 2011).

5. Penggunaan pestisida

Petani padi di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan pestisida yang terdiri atas

insektisida, herbisida, fungisida dan moluskasida selama siklus pertanaman padi. Penggunaan

pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama penyakit pada pertanaman

padi, seperti tergambar pada Tabel 6.

Tabel 6. Keragaan penggunaan pestisida petani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Jenis pestisida Jumlah (ml/)

1. Insektisida 200,00

2. Herbisida 1.151,79

3. Fungisida 22,86

4. Moluksisida 7,14

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Page 6: eddy.pdf

Dari Tabel 6 diketahui bahwa, Herbisida paling banyak digunakan yaitu sebanyak

1.151,79 ml, kemudian disusul oleh Insektisida sebanyak 200 ml, Fungisida sebanyak 22,86 ml

dan Moluksisida sebanyak 7,14 ml. Herbisida dan insektisida juga cukup banyak dipakai untuk

membasmi gulma dan mengendalikan serangga hama yang cukup banyak jenisnya di sawah seperti

belalang, ulat, wereng dan kepinding tanah. dan moluskasida relatif sedikit digunakan sesuai

dengan kebutuhan.

6. Analisa usahatani padi sawah

Hasil kajian menggambarkan nilai tingkat keuntungan dan kelayakan usahatani padi

sawah di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan nilai R/C dan B/C, dimana terlihat bahwa hasil

perhitungan R/C usahatani padi senilai 1,67 dan B/C 0,67 (Tabel 7). Menurut Suwasono (2004),

R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya, R/C = 1 artinya suatu usaha

impas, R/C > 1 berarti usaha tani memperoleh keuntungan, sedangkan R/C < 1 berarti usaha

mengalami kerugian. Selanjutnya dikatakan bahwa B/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.

Dari hasil perhitungan tersebut artinya bahwa usahatani padi sawah memperoleh keuntungan dan

tidak rugi, tapi kurang layak untuk dilaksanakan.

Tabel 7. Analisis usahatani padi sawah per hektar di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan

Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Uraian Satuan Harga Satuan

(Rp)

Jumlah

Harga (Rp)

A. Saprodi

a. Benih (kg) 31,07 6.700 208.169

b. Pupuk (kg)

- Urea

- SP-36

- KCl

198,21

96,43

32,14

1.800

2.300

6.250

356.778

221.789

200.875

c. Pestisida (ml)

- Insektisida

- Herbisida

- Fungisida

- Moluksisida

200

1.151,79

22,86

7,14

151

57

500

230

30.200

65.652

11.430

1.642

d. Tenaga Kerja (HKSP)

- Pengolahan lahan

- Penanaman

- Penyiangan dan penyulaman

- Pemupukan

- Penyemprotan PHT

- Pengairan

- Panen (diluar bawon)

- Pengakutan hasil

16,00

31,54

13,86

5,39

9,36

4,32

43,29

10,57

50.000

50.000

50.000

50.000

50.000

50.000

50.000

50.000

800.000

1.577.000

693.000

269.500

468.000

216.000

2.164.500

528.500

Jumlah biaya produksi 7.813.035

B Hasil GKP (kg) 3.739 3.500 13.086.500

C Keuntungan (B-A) 5.481.634

D R/C (Hasil / Biaya Produksi) 1,67

E B/C (Keuntungan / Biaya Produksi) 0,67

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Produktivitas Padi Sawah

Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal,

sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu tercapai maka penggunaan input

produksi yang tepat menjadi sangat penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani. Deskripsi

penggunaan faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 8.

Page 7: eddy.pdf

Tabel 8. Deskripsi penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitas padi sawah di Desa Bukit

Peninjauan II.

No Faktor-Faktor Produksi Deskripsi Penggunaan

1. Luas lahan 0,93 ha

2. Pupuk Urea 214,29 kg

3. Pupuk SP-36 107,14 kg

4. Pupuk KCl 42,86 kg

5. Tenaga kerja 134,33 HKSP

6. Benih 31,07 kg

7. Pestisida 1.381,79 ml

8. Produksi (GKP) 3,7 ton

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Terlihat pada Tabel 8., bahwa produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II hanya

mencapai 3,7 ton/ha GKP. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Propinsi

Bengkulu yang mencapai 3,9 ton/ha. Hasil pengolahan data faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Bukit

Peninjauan II.

No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung

1. Konstanta 162,687 0,308

2. Luas lahan 236,890 0,264 ns

3. Jumlah Pupuk Urea Kg 13,271 2,511 *

4. Jumlah Pupuk SP-36 Kg 11,391 2,801 **

5. Jumlah Pupuk KCl Kg 3,913 1,098

6. Jumlah Tenaga Kerja HKSP -5,823 -1,464 ns

7. Jumlah Benih Kg 5,802 0,543 ns

8. Jumlah Pestisida Ml 0,055 0,461 ns

9. R 0,922

10. R2

0,849

11. F-hitung 17,735

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 99% ns = tidak berbeda nyata

t-tabel (0,01) = 2,75000

t-tabel (0,05) = 2,04227

F-tabel (0,01) = 3,71

F-tabel (0,05) = 2,52

Dari Tabel 8 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,849 menunjukkan

korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi adalah

kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas disebut kuat

apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = 162,687+236,890 X1+13,271 X2+11,391 X3+3,913 X4-5,823 X5+5,802 X6+0,055 X7

Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,849. Hal ini berarti bahwa 7 faktor

produksi mampu menjelaskan 84,9% keragaman dari produkstivitas usahatani padi sawah, sedangkan

sisanya 15,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung 18,212 > F-tabel 3,71 pada tingkat kepercayaan 99%, yang

berati secara keseluruhan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk

KCl, tenaga kerja, benih, dan pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Desa Bukit

Page 8: eddy.pdf

Peninjauan II. Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh

terhadap produktivitas padi sawah, yang diuraikan di bawah ini.

1. Luas lahan (X1)

Dari hasil uji t ternyata penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap

produktivitas padi sawah dengan t hitung (0,264) < t tabel (2,04227) pada selang kepercayaan

95%. Koefisien regresi sebesar 236,890 menjelaskan bahwa kontribusi penggunaan luas lahan

menunjukkan arah positif.

2. Pupuk Urea (X2)

Pada variabel penggunaan pupuk Urea, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap

produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,511) > t tabel

(2,04227). Nilai koefisien regresinya 13,271, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti

bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas

padi sawah sebesar 13,271 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.

3. Pupuk SP-36 (X3)

Variabel pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah

sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,801) > t tabel (2,75000). Nilai koefisien

regresinya 11,391, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk SP-36 ditambah satu unit sampai

batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 11,391 satuan dengan

asumsi faktor lain dianggap tetap.

4. Pupuk KCl (X4)

Variabel pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada

taraf kepercayaan 95% dimana t hitung (1,098) < t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya

3,913, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk KCL ditambah satu unit sampai batas tertentu

maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 3,913 satuan dengan asumsi faktor

lain dianggap tetap.

5. Tenaga kerja (X5)

Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi

sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,464) < t tabel (2,04227), dengan nilai

koefisien regresinya 5,823, menunjukan bahwa konstribusi penggunaan tenaga kerja menunjukan

arah negatif. Penggunaan tenaga kerja banyak mengunakan sistem kekeluargaan yang ikut

membantu dalam usahatani.

6. Benih (X6)

Pada variabel penggunaan benih, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap

produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,543) > t tabel

(2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti

bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas

padi sawah sebesar 5,802 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.

7. Pestisida (X7)

Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap

produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,461) < t tabel

(2,04227). Dengan nilai koefisien regresinya 0,055 yang menunjukan bahwa kontribusi

penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata

terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan hama dan

penyakit.

Page 9: eddy.pdf

KESIMPULAN

1. Secara bersama-sama luas lahan (X1), jumlah pupuk Urea (X2), jumlah Pupuk SP-36 (X3), jumlah

Pupuk KCL (X4), jumlah tenaga kerja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7)

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah;

2. Secara individual variabel jumlah Pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap

produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap

produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah

tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap

produktivitas padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Bengkulu. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

BPTP Bengkulu. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

Daliani, S. D. dan Taufik. H. 2011. Persepsi dan Minat Petani Terhadap Padi Varietas Unggul Baru

Inpari melalui Kegiatan Gelar Teknologi. Kumpulan Makalah Penelitian, Pengkajian,

Pengembangan dan Penerapan Inovasi Teknologi. BPTP Bengkulu, Bengkulu.

Gani dan H Sembiring. 2007. Respon padi Varietas Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K

ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi.nsw.gov.au/data/

assets/pdf_file/0018/202770/Respon-Ciherang-dan-Mendawak-terhadap-N,-P-dan K-di-tanah-

Tanjung,-Lhoknga.pdf.html (download, 06 Juni 2011).

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Suwasono, S. 2004. Analisa Finansial Pembuatan Sirup Mengkudu (Morinda citrifolia L), Tinjauan

dari Jenis Gula yang diugunakan. Jurnal Agritek Volume 12 Nomor 1, Januari 2004.

Universitas Tribuana Tunggadewi. Malang.

Yuzzsar, 2008. Kependudukan dan Kehidupan Keluarga http://yuzzsar.wordpress.com/ materi-viii/.