Eco Office

29
 PANDUAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN ECO OFFICE Green Building Council Indonesia Januari 2014 DI INDONESIA

description

Eco Office

Transcript of Eco Office

  • PANDUAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN

    ECO OFFICE

    Green Building Council IndonesiaJanuari 2014

    DI INDONESIA

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014 i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas telah tersusunnya Panduan dan Pedoman Pelaksanaan Eco-Office untuk digunakan oleh pihak yang berkepeningan seperti perusahaan, instansi, kantor pemerintahan, institusi, organisasi serta pihak-pihak terkait lainnya.

    Pedoman ini disusun dalam rangka melakukan tindakan perbaikan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini terkait penyelenggaraan Eco-Office di lingkungan perusahaan, instansi dan kantor pemerintahan terkait lainnya, yang sifatnya masih secara parsial, belum terdokumentasikan dengan baik serta belum dikomunikasikan secara optimal dengan semua unit kerja yang ada.

    Pelaksanaan Eco-Office memerlukan dukungan dan kerjasama dengan semua unit kerja yang aktif terlibat. Kondisi ini tentunya tidak akan terwujud tanpa komitmen dari setiap individu yang berada di lingkungan tempat kerja atau badan usaha tersebut, melalui perubahan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan dari suatu kegiatan yang paling sederhana yang dapat dilakukan kesehariannya di dalam kegiatan perkantoran.

    Komitmen bersama dalam mewujudkan penerapan kantor peduli lingkungan atau Eco-Office ini diharapkan dapat membuktikan suatu kinerja lingkungan perkantoran yang baik, dan dapat menjadi contoh bagi lingkungan perusahaan/institusi/asosiasi/badan usaha lainnya.

    Panduan dan Pedoman Pelaksanaan Eco-Office ini sebagai salah satu alat untuk menuju pada perubahan lingkungan di suatu lingkungan perkantoran ke arah lebih baik. Masukan, saran dan kerjasama dalam pelaksanaan Panduan dan Pedoman ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.

    Jakarta, Januari 2014

    Green Building Council Indonesia

  • ii Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    1. Pendahuluan 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Penyelenggaraan Eco Office 2

    1.3. Bentuk Penyelenggaraan Eco Office 2

    2. Kategori Penilaian 3

    2.1. Komitmen dan Kebijakan Manajemen 3

    Pengadaan dan Pembelanjaan yang Ramah Lingkungan 3

    2.2. Efisiensi Energi 5

    2.3. Efisiensi dan Kualitas Air 5

    2.4. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang 6

    2.5. Pengelolaan Limbah Padat (Sampah) 7

    2.6. Pengelolaan Limbah Cair 8

    2.7. Penghijauan 9

    2.8. Pergerakan dan Konektivitas 11

    Formulir Isian

    Lampiran Formulir Isian

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014 1

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Konsep green building adalah bagian dari pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Di dalam konsep green building tersebut, pandangan untuk menjaga prinsip-prinsip ekologis menjadi bagian untuk memberikan manfaat kepada pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. Lebih luas lagi, perpaduan konsep tersebut tentunya tidak hanya akan bermanfaat kepada aspek lingkungan, tetapi juga kepada aspek ekonomi maupun aspek sosial.

    Penerapan prinsip ekologis di dalam bangunan gedung selain bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan, juga berguna dalam menciptakan kualitas dan kenyamanan suatu ruang sebagai wadah aktivitas manusia, yang hampir 80 - 90% hidupnya berada di dalam ruangan. Untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan, dapat dilakukan dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi bahkan meniadakan kesempatan generasi selanjutnya dalam menggunakan sumber daya di masa yang akan datang. Sedangkan untuk menciptakan kualitas dan kenyamanan suatu ruang, dapat dilakukan pemantauan terhadap sumber pencemaran, pengendalian pengkondisian udara, penyedian sistem ventilasi yang cukup serta strategi aktif lainnya.

    Untuk perihal bangunan dengan fungsi perkantoran, penerapan green building dalam menjaga prinsip-prinsip ekologis akan mencakup kinerja, aktivitas dan operasional di dalamnya. Penerapan konsep tersebut diwujudkan dalam suatu acuan yang berguna mengatur dan menjalankan operasionalnya sehari-hari, yang dapat dikategorikan sebagai pendekatan Eco-Office.

    Penerapan konsep Eco-Office ini dapat dilakukan dalam tahap operasional dan pemeliharaan baik dengan melakukan renovasi bangunan atau pun dengan melakukan peningkatan manajemen sumber daya manusia yang berada didalamya. Konsep Eco-Office diharapkan dapat diterapkan secara menyeluruh dimulai dari kesadaran, komitmen dan kebijakan manajemen, efisiensi penggunaan energi, efisiensi dan kualitas air, konsisten menjaga kualitas udara dalam ruang untuk kesehatan dan kenyamanan pengguna, pengelolaan limbah secara terpadu, kegiatan penghijauan hingga isu transportasi, yang kesemuanya harus diterapkan secara terarah.

    Penerapan konsep Eco-Office sangat dirasakan pentingnya guna mendukung gerakan green building yang selama ini sudah banyak diterapkan. Banyak keuntungan yang akan diperoleh; antara lain produktivitas dari penghuni gedung yang semakin meningkat, penghematan dan efisiensi, hingga isu pengurangan degradasi lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya.

    Mereka yang akan menggunakan parameter ini adalah pemeran utama dalam pelaksanaan Eco-Office. Diharapkan penerapan Eco-Office sendiri memberikan suatu budaya yang positif bagi penghuni bangunan didalamnya dengan mengajak para pengguna gedung untuk:

    1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemakaian sumber daya listrik, air, energi sehingga meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan

    2. Menurunkan biaya operasional dan pemeliharaan dari bangunan gedung 3. Mengubah perilaku pengguna gedung dari konvensional menjadi perilaku hijau (green behaviour) 4. Menciptakan lingkungan perkantoran yang bersih, sehat, aman dan nyaman untuk mendukung

    aktivitas kerja 5. Menjadi contoh nyata aktivitas dari suatu perusahaan, lembaga, pemerintah, institusional atau

    organisasi yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup

  • 2 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    6. Mempertahakan daya dukung lingkungan untuk dapat mengakomodasikan aktivitas manusia baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Khususnya untuk di dalam bangunan, ditujukan pula untuk dapat meningkatkan kesehatan penggunanya sehingga produktivitas kerja meningkat

    1.2. Penyelenggaraan Eco Office

    Penyelenggaraan kegiatan ini diperuntukkan untuk seluruh instansi, lembaga, perusahaan, pemerintah, organisasi, asosiasi ataupun seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh Green Building Council Indonesia untuk bersama-sama membentuk suatu konsep Eco-Office sebagai contoh pengembangan pelaksanaan perkantoran berwawasan lingkungan di Indonesia.

    1.3. Bentuk Penyelenggaraan Eco Office

    Green Building Council Indonesia sebagai organisasi yang bergerak dalam upaya penegakan pembangunan berkelanjutan sangat mendukung pelaksanaan program Eco-Office. Oleh karena itu, Green Building Council Indonesia turut membantu memberikan panduan dan terlibat bersama-sama dalam proses evaluasi program tersebut sehingga dapat berbagi pengalamannya kepada semua pihak yang ingin menggunakan parameter Eco-Office sebagai standar yang dapat digunakan untuk kantor-kantor pemerintahan lainnya.

    Dengan bergerak pada konsep inilah maka kami Green Building Council Indonesia sangat mendukung untuk mengembangkan konsep Eco-Office menuju ke arah lebih dekat kepada konsep green building, dimulai dari identifikasi aktivitas dan kegiatan yang paling sederhana yang kesehariannya dapat dilakukan dalam suatu perkantoran.

  • Green Building Council Indonesia - Eco-Office, 2014 3

    2. KATEGORI PENILAIAN

    2.1. Komitmen dan Kebijakan Manajemen

    Komitmen dari menajemen puncak memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan green pada bangunan. Komitmen dari manajemen puncak ini menjadi pedoman bagi tim di bawahnya dalam mengimplementasikan green pada kegiatan dan aktivitas di perkantoran. Adanya komitmen yang tinggi pada lingkungan dan kesehatan pengguna ini dapat direalisasikan dalam keseharian melalui kebijakan-kebijakan. Kebijakan ini dapat dimulai dari penerapan green pada bangunan dan diteruskan selama masa operasional.

    Komitmen dan kebijakan penerapan green pada perkantoran dapat dilihat dari segi: upaya mencapai efisiensi dalam penggunaan air dan energi, pengelolaan limbah padat (sampah) dan limbah cair, mengutamakan penggunaan produk lokal, optimalisasi fungsi penghijauan bagi lingkungan dan pengguna, usaha untuk menciptakan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang bagi pengguna, serta kemudahan pergerakan dan konektivitas.

    Penerapan green pada bangunan perkantoran akan optimal bila pengguna bangunan memiliki komitmen, pengetahuan dan aksi yang sejalan. Adanya promosi atau kampanye dapat membantu untuk membentuk kesadaran dan pengingat bagi penggunanya. Bentuk promosi atau kampanye dapat berupa poster, stiker maupun media lainnya. Sedangkan untuk peningkatan pengetahuan pengguna akan pentingnya menerapkan aktivitas ramah lingkungan dan bagaimana dapat berpartisipasi di dalam suatu bangunan, dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan tentang cara hidup green secara berkala. Sedangkan untuk perwujudan aksi hidup green dalam aktivitas sehari-hari, dapat diarahkan dengan hanya menggunakan peralatan, perlengkapan, sarana dan prasarana gedung yang hemat dalam pemakaian energi dan air

    Agar penerapan aktivitas green ini dapat dilihat ke-kontinuitas dan perkembangannya, maka diperlukan adanya target sejauh mana penerapan green hendak dilakukan, serta adanya pemantauan. Dengan adanya proses pemantauan, akan terlihat sejauh apa aktivitas ramah lingkungan sudah diterapkan dan apa yang dapat dikembangkan lebih jauh.

    Pengadaan dan Pembelanjaan yang Ramah Lingkungan

    Pelaksanaan pengadaan dan pembelanjaan bahan/barang kebutuhan perkantoran akan terkait dengan proses bagaimana bahan/barang tersebut diproduksi, didistribusikan, dipergunakan, disimpan hingga dibuang sesuai dengan mata rantai distribusi. Siklus distribusi produk perlu diketahui agar dapat memberikan gambaran bagaimana menggunakan sumber daya alam yang akan digunakan dan seberapa besar pengolahan limbah yang akan dibutuhkan. Secara umum kegunaan yang diperoleh dari proses pengelolaan suatu produk yang bertanggung jawab adalah untuk kedepannya menghemat biaya operasional dan perawatan yang akan disediakan.

  • 4 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Manfaat nyata lainnya yang dapat dirasakan antara lain berupa jalinan hubungan yang baik dengan komunitas sekitar yang telah ikut serta mendukung kegiatan pengadaan barang untuk kebutuhan gedung. Selanjutnya hubungan yang sudah terjalin akan memupuk kepercayaan diantara para penyedia jasa pelayanan sehingga dapat memperkuat kedudukan pengelola gedung terhadap masyarakat lokal.

    Prinsip dasar dari pelaksanaan pengadaan dan pembelanjaan yang bertanggung jawab antara lain:

    a) Mengurangi konsumsi dan ketergantungan terhadap suatu produk, sehingga hanya membeli apa yang di butuhkan bukan yang diinginkan

    b) Mencari sumber daya dan produk lokal yang akan digunakan untuk melestarikan bisnis lokal, industri kreatif kecil sekitar, sehingga dapat menghemat penggunaan energi dan transportasi untuk pengadaannya

    c) Membeli hanya produk yang ramah lingkungan dimulai dari proses produksinya, pemakaian hingga pembuangannya

    d) Membeli produk dalam jumlah besar guna menghemat kemasan serta mengurangi pengolahan sampah yang dihasilkannya

    e) Dalam penyediaan kebutuhan barang, sebaiknya dipertimbangkan untuk menyewa dari perusahaan penyediaan jasa penyewaan/ menggunakan pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Antara lain seperti: kebutuhan untuk acara tahunan, event waktu tertentu dan sejenisnya, sehingga tidak perlu mengadakan pembelian barang baru

    f) Memilih produk yang mempunyai kegunaan ganda dan fleksibiltas yang tinggi untuk digunakan dalam di berbagai kebutuhan sehingga menghemat biaya dan konsumsi energi. Dengan adanya penghematan tersebut dapat digunakan untuk pengadaan kebutuhan barang yang lain. Sebagai contoh adalah mesin fotokopi yang sekaligus mempunyai fungsi sebagai mesin scanner, faximili serta alat komunikasi lainnya

    g) Memilih barang-barang elektronik untuk keperluan operasional gedung yang mempunyai label hemat energi yang dapat menghemat penggunaan sumber energi listrik

    Langkah-langkah Pengadaan/Pembelanjaan Bahan Operasional Gedung terutama untuk fungsi perkantoran yang ramah lingkungan dapat ditempuh, antara lain:

    a) Pemilihan barang yang berkualitas baik dan dapat diperbaiki b) Pemilihan bahan yang tidak berlebihan dalam kemasan dan seminimal mungkin

    menggunakan kemasan plastik (sepanjang kualitas bahan dapat terjaga) c) Pemilihan bahan operasional kantor yang tidak merusak lingkungan dan mudah didaur ulang d) Pengadaan bahan operasional kantor yang tidak mengandung unsur kimia tinggi, asbestos

    dan merkuri e) Mencari bahan pengganti alternatif untuk pestisida dan herbisida yang lebih ramah

    lingkungan secara bertahap hingga bahan tersebut f) Pemilihan produk operasional kantor yang bersertifikat setara SNI atau Eko Laboratorium

    Indonesia g) Pembelian alat pemadam kebakaran dengan bahan yang ramah lingkungan h) Peralatan makanan dan minuman yang habis sekali pakai, disarankan untuk tidak dibeli

  • Green Building Council Indonesia - Eco-Office, 2014 5

    2.2. Efisiensi Energi

    Identifikasi penggunaan energi pada bangunan perkantoran merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk melakukan efisiensi energi. Konsumsi energi paling besar terdapat pada operasional sistem tata udara, transportasi vertikal (lift/eskalator), dan tata cahaya. Sedangkan konsumsi energi pada bangunan umumnya memakan sekitar 25 persen dari total biaya operasi bangunan. Untuk itu

    diperlukan adanya praktik-praktik green yang diterapkan sejak tahap desain hingga pengoperasian gedung, sehingga peningkatan efisiensi konsumsi energi dapat dilakukan. Pendekatan praktik-praktik green ini juga akan mengurangi jejak karbon, potensi pemanasan global, serta potensi penipisan lapisan ozon.

    Berdasarkan data penelitian AMPRI 2004 index konsumsi energi pada bangunan gedung di Indonesia sebesar 250 kWh/m2.tahun. Angka ini dapat dijadikan dasar penetapan target penghematan energi pada bangunan. Penghematan dapat dilakukan pada sistem tata udara, tata cahaya, sistem transportasi vertikal, serta pada peralatan listrik dan mekanikal yang digunakan.

    Pendekatan pada tahapan desain misalnya ditandai dengan perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi efisien energi sampai kepada pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan energi yang efisien.

    Pada tahapan pengoperasian gedung, diharapkan suatu bangunan menggunakan sistem pengoperasian yang efisien energi. Identifikasi penggunaan energi pada bangunan perkantoran merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk melakukan efisiensi energi.

    Identifikasi dapat dilakukan dengan mendata berapa penggunaan energi untuk sistem tata udara, tata cahaya dan peralatan lainnya. Pemasangan kWh meter pada setiap jenis penggunaan energi akan sangat membantu proses pemantauan (monitoring) penggunaan energi.

    Dengan pemasangan kWh meter pada setiap jenis penggunaan energi maka akan diketahui konsumsi energi masing-masing dan dapat terlihat dimana penghematan dapat dilakukan. Dari evaluasi pemanfaatan energi ini, dapat disusun strategi dan peluang untuk melakukan penghematan energi serta target peningkatan efisiensi dalam rangka konservasi energi.

    2.3. Efisiensi dan Kualitas Air

    Penggunaan air bersih pada bangunan secara umum adalah untuk mengakomodasi aktivitas-aktivitas konsumsi meliputi konsumsi untuk minum, memasak, aktivitas kebersihan, sampai dengan aktivitas pemeliharaan seperti penyiraman tanaman dalam ruang atau pun irigasi untuk lansekap. Sumber air bersih yang sering digunakan adalah berasal dari PDAM, sumur tanah dalam dan dari sungai. Kebergantungan terhadap sumber air bersih ini seringkali tidak diiringi dengan perilaku yang mendukung penghematan air dan pelestarian sumber dayanya.

  • 6 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Konsep green pada bangunan salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penghematan air serta penggunaan air di bangunan.

    Langkah-langkah yang dapat diupayakan antara lain dengan adanya desain dan perencanaan sistem air berupa pengadaan meteran air dan pemasangan fitur air efisiensi tinggi sebagai upaya penghematan air, sebagai contoh pada penggunaan fitur kran air otomatis yang dalam jangka waktu tertentu, penggunaan kloset dengan

    sistem dual flush dan masih banyak inovasi lainnya.

    Selain itu pengadaan unit daur ulang air, pemanfaatan air hujan dan penggunaan air alternatif sebagai upaya mengurangi penggunaan air bersih dari tanah maupun PDAM juga merupakan langkah bijak yang dapat ditempuh. Air hujan, air permukaan (danau, sungai) dan air bekas pakai (grey water) kini, telah banyak digunakan sebagai sumber air alternatif pengganti dari air tanah. Namun, kualitas air yang akan digunakan harus dikontrol dan dilakukan pengujian agar sesuai dengan standar.

    Upaya penghematan air menjadi salah satu fokus utama dalam agenda pihak manajemen gedung. Identifikasi penggunaan air dan audit air merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk melakukan efisiensi air. Dari sini dapat disusun strategi untuk mencapai efisiensi air dan target yang hendak dicapai. Untuk mengetahui sejauh mana efisiensi yang telah dicapai, diperlukan adanya proses pemantauan (monitoring). Pemasangan meteran air akan membantu proses monitoring penggunaan air lebih mudah dan terarah sesuai dengan target penghematan yang direncanakan.

    2.4. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang

    Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang merupakan hal yang sangat penting dipertahankan, terutama karena manusia sebagai pengguna bangunan; menghabiskan hampir 80% - 90% dari aktivitasnya berada di dalam ruangan. Jika kualitas udara di dalam ruang terkondisikan buruk, maka akan sangat rentan berpengaruh langsung pada kesehatan penggunanya. Kesehatan pengguna akan sangat berpengaruh kepada tingkat produktivitas dan absensi seorang karyawan.

    Pencegahan terjadinya masalah kualitas udara dalam ruang memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan mencari solusi penyelesaian bila suatu masalah telah terjadi.

    Dalam melakukan upaya preventif maupun korektif yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan pengguna, pihak manajemen perkantoran yang tergabung dalam satu gugusan Green Team harus melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kinerja gedung perkantoran tersebut. Hasil dari pemantauan dan pengawasan ini dijadikan dasar dalam melakukan upaya korektif

  • Green Building Council Indonesia - Eco-Office, 2014 7

    kedepan. Pemantauan dan pengawasan yang direncanakan harus ikut melibatkan seluruh pengguna perkantoran tanpa terkecuali. Hal utama yang seringkali menjadi acuan bagaimana usaha menciptakan kualitas udara dalam ruang adalah pengkondisian ruang yang bebas dari asap rokok. Hal tersebut dapat diciptakan dengan melarang keras penghuni untuk merokok di seluruh area gedung dan tidak menyediakan bangunan /area khusus di dalam gedung untuk tempat merokok. Disertai dengan pemberian kampanye peraturan dilarang merokok dengan minimal pemasangan kampanye tertulis secara permanen di setiap lantai, berupa stiker, poster, surat pernyataan, brosur, email harian dan media jenis lainnya. Kualitas udara di dalam ruangan dapat diciptakan dengan pendekatan pasif maupun aktif dan dijaga dengan adanya perawatan berkala.

    Pendekatan dengan cara pasif dapat dilakukan dengan cara memberikan lubang ventilasi untuk kebutuhan sirkulasi udara bergerak yang lebih luas, sehingga udara panas, polusi udara kotor didalam ruangan seperti CO2, formaldehida, VOCs (Volatile Organic Compounds), partikel-partikel dari produk-produk yang digunakan serta senyawa organik yang mudah menguap dapat cepat berganti dengan udara yang bersih dan segar. Sedangkan pendekatan dengan cara aktif dapat dilakukan dengan menerapkan bantuan desain dan teknologi tata udara, tata cahaya, sistem akustik, dan sebagainya, untuk ikut membantu menciptakan kondisi yang diinginkan.

    Selain itu, pemilihan produk pembersih untuk proses perawatan yang digunakan juga perlu menjadi perhatian. Produk tersebut tidak boleh sampai mengganggu kualitas udara yang diciptakan dalam ruang; karena kandungan zat kimia, pelarut, efek samping yang kasat mata. Produk tersebut juga harus ramah lingkungan dan ramah terhadap pengguna, berbahan dasar air, tidak beracun, tidak mudah menguap dan bereaksi diaplikasikan atau ketika tercampur dengan bahan lainnya.

    Agar maksimal, proses pemantauan dan perawatan harus dilakukan secara rutin dan mendalam, terutama pada instalasi tata udara, pemipaan, lubang masuk dan lubang keluar dari udara serta sistem penyaringannya. Jika dimungkinkan, dapat pula dilakukan beberapa tes laboratorium secara berkala untuk memastikan tidak adanya bakteri, virus dan kuman berbahaya dari udara yang dihasilkan.

    Dapat pula dengan cara menanyakan respon kepada pengguna gedung tentang tingkat kenyamanan yang mereka inginkan dan rasakan seperti halnya suhu, tingkat penerangan, dan kebisingan. Dan setiap tindakan dan hasil yang didapatkan, harus tertulis, tersimpan dan terdokumentasi dengan baik, sebagai bukti otentik verifikasi.

    2.5. Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)

    Masih rendahnya kesadaran pengguna gedung dalam melakukan pemilahan sampah menyebabkan volume sampah yang semakin meningkat dari hasil buangan dalam berbagai bentuk. Pengelolaan sampah menjadi penting karena akan membantu pihak manajemen bangunan perkantoran untuk mengurangi beban limbah, yaitu dengan membatasi pemakaian material yang berlebihan dan dapat memanfaatkan kembali limbah yang masih mempunyai nilai guna, sehingga akan berdampak terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk mengelola limbah tersebut.

  • 8 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Pengelolaan sampah dimulai dengan melakukan pemilahan sampah. Dengan melakukan pemilahan dari tahap awal, proses daur ulang akan dimulai lebih cepat sehingga beban TPA dapat berkurang. Pemilahan sampah dapat dilakukan dengan menyesuaikan jenis sampah yang ada di perkantoran. Pertimbangan pemilahan dapat dilakukan berdasarkan sampah mana yang mau dilakukan pengolahan lebih lanjut, mana yang bisa di daur ulang, mana yang mau diolah menjadi kompos, mana yang langsung disalurkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

    Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang terpisah antara tempat sampah organik dan anorganik untuk memudahkan proses pengolahan sampah selanjutnya mengacu konsep 3R. Pengelolaan sampah yang baik dan benar adalah pengelolaan yang meliputi kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan. Hal ini bisa dilakukan dengan memastikan bahwa sampah tetap terpisah hingga ke proses pengolahan lebih lanjut.

    Pengelolaan sampah ini perlu kerjasama dari pengguna, karena percuma bila tempat sampah telah disediakan terpisah tetapi sampah tetap dibuang tercampur. Disini peran manajemen harus kuat dalam mendorong pengguna dengan kampanye maupun pelatihan (training). Pengguna gedung juga akan terdorong untuk memiliki sikap, kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkan, sehingga tidak hanya menjadi tanggung jawab manajemen gedung saja namun juga setiap pengguna gedung yang menghasilkan sampah.

    2.6. Pengelolaan Limbah Cair

    Limbah cair yang dihasilkan perlu diolah hingga kualitas-nya sesuai dengan standar. Bila air limbah hasil olahan akan dibuang ke drainase kota maka kualitasnya harus disesuaikan dahulu dengan kualitas buangan dengan melalui beberapa evaluasi yang terstandarisasi.

    Kriteria lainnya yang dirasakan penting adalah:

    1. Sebuah perkantoran dirasakan perlu memiliki izin pembuangan limbah cair (IPLC)

    2. Saluran air limbah harus dipisahkan antara buangan dari black water, grey water, air hujan. Dan saluran-saluran tersebut harus kedap air

    3. Tidak melakukan pengenceran air limbah dan tidak melakukan By Pass air limbah

    4. Jika diperlukan, pihak manajemen gedung dapat melakukan pencatatan secara berkala (pH dan debit harian air limbah)

    5. Menyediakan Instalasi Pengolah Air Limbah (STP) dan pemasangan Grease Trap pada bak penampungan air buangan dari dapur sebelum dialirkan ke STP.

    Bila air limbah hasil olahan hendak digunakan kembali sebagai sumber air alternatif, perlu dilakukan pengolahan lanjutan yang lebih komprehensif, sehingga kualitas keluarannya dapat sesuai dengan standar air untuk keperluan penggunaan kembali, serta dianjurkan untuk memasang flowmeter dibagian keluaran hasil (outlet) IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk kemudahan pengukuran dan pemantauan penggunaan air hasil olahan yang masijh dapat digunakan untuk kebutuhan sekunder bangunan.

  • Green Building Council Indonesia - Eco-Office, 2014 9

    2.7. Penghijauan

    Saat ini dengan semakin banyaknya kebutuhan akan ruang perkantoran dan semakin terbatasnya lahan yang tersedia, banyak diantaranya yang dibangun dengan kondisi yang terbatas, dengan jendela sempit dan lubang ventilasi yang tidak seimbang, sehingga peredaran udara kurang lancar. Untuk menukar udara pengap dalam ruangan dengan udara segar di luar tidak selamanya berhasil. Udara di luar rumah kebanyakan tercemar oleh gas buangan kendaraan bermotor dari arah jalan yang padat. Oleh karenanya, terpaksalah jendela ditutup rapat-rapat, agar ruangan tidak sampai terkontaminasi polusi dari luar.

    Dibukanya hanya pada waktu pagi sebelum jalanan mulai penuh dengan kendaraan bermotor. Akibatnya bertambah runyam. Ketika ruangan sempit kita makin banyak menjebak gas CO2 (karbon dioksida) hasil pernapasan kita yang terkurung seharian dan semalaman. Juga gas CO (karbon monoksida) dan NO (nitrogen monoksida) hasil gas buangan kendaraan bermotor di jalan dekat jendela serta polutan lain sebagai hasil penguapan material bangunan dan produk keseharian yang kita pakai. Menghalau gas pencemar udara dari ruangan tidak mungkin dengan membuka jendela yang sempit itu lebar-lebar, tetapi bisa dengan bertanam tanaman hijau dalam wadah/pot yang ditaruh dalam ruangan.

    Tanaman dengan fungsinya yang baik bagi manusia dan lingkungan dapat dijadikan salah satu faktor untuk mendukung terciptanya kondisi perkantoran yang sehat. Fungsi tanaman dalam menjaga kualitas udara, pemelihara keberlangsungan persediaan air tanah dan pengendali pencemaran akan menjadi solusi untuk mewujudkan lingkungan dan manusia yang sehat. Selain itu, adanya tanaman dapat meningkatkan kenyamanan, menstimulasi kreatifitas dan produktivitas, serta menjadi media komunikasi dan rekreasi bagi pengguna. Ada beberapa jenis gas udara yang berbahaya (polutan) yang betah bersarang di dalam ruangan dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Tidak hanya di dalam rumah, tapi juga gedung dan perkantoran.

    Ada tiga racun utama (benzena, trichloroethylene dan formaldehida) yang mengakibatkan masalah kesehatan yang serius yang umumnya timbul di ruangan-ruangan dengan keterbatasan akan pertukaran udara, seperti: asma, kanker, berbagai alergi.

    Penelitian dari NASA dan Associated Landscape Contractors of America (ALCA) menemukan berbagai macam tanaman hias produktif yang sesuai ditempatkan untuk dalam ruangan, dapat membuat udara bersih dan menjaga kelembaban dalam ruangan, serta sebagai penyerap polutan udara yang dapat diandalkan. Beberapa diantaranya adalah:

    Tanaman Lidah Mertua

    Tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias, Sansevieria Trifasciata merupakan tanaman tahan musim dan dapat hidup dengan kebutuhan air minimum. Para ilmuwan di NASA telah menemukan bahwa tanaman ini memiliki kemampuan luar biasa untuk menyerap formaldehida, nitrogen oksida dan berbagai bahan kimia lain yang hadir di udara.

  • 10 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Tanaman Spider Plant

    Tanaman hias seperti rumputan dengan daun panjang, Chlorophytum Comosum juga merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat. Menghilangkan gas beracun serta pengotor lain seperti formalin dan xylene. Efektif di tempatkan di dapur atau dekat perapian, tempat dimana karbon monooksida terakumulasi banyak.

    Tanaman Golden Pothos

    Tanaman jenis ini adalah tanaman yang sangat invasif. Dengan daun hijau dan batang mudah tumbuh menjalar. Sangat efisien dalam menghilangkan polutan dalam ruangan seperti formaldehida, benzena dan xilena. Namun tanaman ini beracun bagi hewan kecil dan dikehendaki untuk dijauhkan dari jangkauan anak kecil atau hewan peliharaan.

    Tanaman Lady Palm

    Tanaman ini mudah untuk dirawat, tidak membutuhkan banyak cahaya sehingga cocok diletakkan di dalam ruangan serta tahan terhadap hama dan tumbuhnya perlahan-perlahan. Tanaman ini juga berfungsi untuk membersihkan udara.

    Masih banyak jenis tanaman lainnya yang tidak disebutkan di dalam buku ini yang sangat berguna untuk menghilangkan racun dan polutan yang tersebar dalam bangunan.

    Sebagai catatan; dalam memilih jenis tanaman dalam ruang, kenali dahulu jenis dan fungsi tanaman yang dapat menyerap racun berbahaya di udara, tahan terhadap hama, memerlukan sedikit air, dapat hidup dengan keterbatasan cahaya matahari bila tanaman tersebut tidak memungkinkan untuk mendapatkan cahaya matahari setiap hari, mudah dalam pemeliharaan, serta memiliki transpiration route yang tinggi, sehingga dapat dengan mudah membuat suasana disekitarnya sejuk dan nyaman.

    Saat ini, ada pula beragam pilihan perletakan tanaman sebagai alternatif bila lahan terbatas untuk membangun sebuah taman, yaitu dengan menggunakan green roof, vertical greenery dan salah satunya mengusahakan tanaman dalam ruang (indoor plant). Tanaman-tanaman tersebut, baik yang ditempatkan di luar bangunan maupun di dalam bangunan sudah dipastikan memerlukan perawatan, walaupun seminimal mungkin sesuai dengan jenis dan karakternya. Perawatan tanaman perlu dilakukan secara berkala dengan bahan-bahan yang alami dan bebas dari racun serta bahan kimia berbahaya, agar tanaman terhindar dari gulma serta tidak mudah rentan terhadap penyakit, sekaligus melindungi lingkungan dan habitat sekitar yang mungkin akan terganggu dengan adanya pemakaian bahan-bahan kimia pestisida dan insektisida yang berbahaya.

  • Green Building Council Indonesia - Eco-Office, 2014 11

    2.8. Pergerakan dan Konektivitas

    Adanya sarana transportasi umum dan sarana transportasi alternatif yang nyaman, layak dan memadai menuju perkantoran akan mendorong pengguna untuk memilih untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Hal ini akan membantu mengurangi kepadatan lalu lintas dan polusi udara yang sudah tidak terkontrol.

    Selain itu, jika dapat direncanakan dari awal, pemilihan lokasi untuk dijadikan perkantoran yang strategis seperti dekat dengan fasilitas umum, akan memudahkan penggunanya dalam beraktivitas. Apalagi bila pengguna dapat menuju ke fasilitas umum tersebut dalam jangkauan jarak berjalan kaki yang nyaman, sudah dapat dipastikan, pengguna tersebut akan lebih memilih berjalan kaki dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.

  • PETUNJUK PENGISIAN

    1. Pemenuhan variabel upaya (a) dapat dilihat dari adanya indikator pada kolom (c).

    2. Setiap variabel upaya (a) memiliki bobot masing-masing (b).

    3. Setiap variabel upaya (a) memiliki rentang skor (f) dari 0 s/d 100. Nilai 0 diberikan bila tidak memenuhi, dan bila memenuhi maka dapat diberikan nilai hingga 100.

    4. Centang pada kolom checklist (d), indikator (c) mana saja yang diterapkan.

    5. Isi kolom skor (f) dengan rentang nilai 0 s/d 100. Pengisian dengan mempertimbangkan nilai indikator (e) sesuai dengan indikator yang diterapkan.

    6. Total skor diperoleh dengan penjumlahan perkalian antara bobot (b) dengan skor (f).

    7. Total skor berkisar dari 0 s/d 10000.

    8. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat, ketegori mana yang sudah dilaksanakan dan mana yang perlu ditingkatkan.

    Komitmen dan Kebijakan Manajemen 12.0 0 01. Adanya daftar aktivitas ramah lingkungan yang diterapkan. 20

    Adanya arahan kebijakan mengenai aktivitas tersebut. 20

    Adanya SOP (Standard Operating Procedure) mendukung aktivitas tersebut. 40

    2.

    3.

    4.

    Efisiensi Energi 17.6 0 01.

    2.

    3. Penghematan pada sistem tata udara.

    FORMULIR ISIAN

    2.4 -

    Instalasi instrumen untuk pengukuran konsumsi

    energi.2.2 -

    -

    Skor (f)

    Menggunakan AC hemat energi (berteknologi inverter) dengan daya sesuai dengan

    besarnya ruangan.50

    Melakukan servis pembersihan AC secara rutin dan tercatat. 50

    Mencatat dan mendokumentasikan hasil kWh meter secara rutin setiap bulan. 40

    Pengenalan langkah awal penghematan energi.

    2.8 -

    Mempromosikan aktivitas ramah lingkungan kepada

    pengunjung.1.1

    Adanya kampanye untuk mendukung aktivitas ramah lingkungan (contoh: poster,

    stiker).100 -

    Menjamin rasa aman.

    Melakukan evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi

    serta rekomendasi peningkatan efisiensi dalam rangka konservasi energi (audit energi).70

    Memasang kWh meter sesuai dengan jenis pemakaian energi (misal: tata udara, tata

    cahaya, peralatan pendukung).60

    Melakukan identifikasi penggunaan energi (jenis dan konsumsi energi).

    Memperkaya pengetahuan tim mengenai aktivitas

    ramah lingkungan yang diterapkan.2.8

    (b x f)

    Memiliki program pemantauan (monitoring) dari

    aktivitas ramah lingkungan. 2.6 -

    Mengaplikasikan aktivitas ramah lingkungan dalam

    kegiatan sehari-hari (contoh: efisiensi energi,

    efisiensi air, pengelolaan limbah, penggunaan

    produk lokal)

    Adanya program untuk memantau dan mengevaluasi aktivitas ramah lingkungan, yang

    meliputi: pengukuran, pencatatan, penyiapan laporan dan usulan tindakan perbaikan.100

    Adanya pelatihan/training mengenai aktivitas tersebut.

    Adanya laporan/dokumentasi pelatihan yang dilakukan.

    60

    40

    4.1 -

    Variabel (a) Bobot (b) Indikator (c)Checklist (d) Skor Maks

    (e)

    Memiliki target yang hendak dicapai dari pelaksanaan aktivitas ramah lingkungan. 20

    5.1.3

    Adanya program penanggulangan bencana untuk kondisi prabencana, tanggap darurat,

    dan pascabencana.100

    30

    1 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

  • 4. Penghematan pada sistem tata cahaya.

    5.

    Menggunakan sensor gerak atau sleep mode pada escalator. 50

    Efisiensi dan Kualitas Air 16.3 0 01. Pengenalan langkah awal penghematan air. Melakukan identifikasi penggunaan air (sumber dan konsumsi air). 30

    70

    2.

    3.

    4. Penggunaan water fixture hemat air. Menggunakan fitur auto stop atau aerator pada keran air. 30

    Menggunakan sistem sensor/otomatis pada keran air. 35

    Menggunakan dual flush pada water closet. 35

    5. Penggunaan sumber air alternatif.

    7. Penanganan limpasan air hujan.

    Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang 18.5 0 01. Bebas asap rokok.

    -

    6. Menjaga kualitas air yang digunakan.1.3

    Melakukan pengecekan kualitas air yang digunakan secara rutin (tabel kualitas air lihat

    lampiran).100 -

    -

    -

    Pengurangan pemakaian deep well (air tanah

    dalam).

    2.8 -

    Penghematan pada sistem transportasi vertikal.

    Memiliki dan menerapkan sistem pemantauan dan sistem tanggap terhadap larangan

    merokok.35

    3.1

    Melakukan usaha pengurangan limpasan air hujan dengan meresapkan ke dalam tanah

    (contoh: sumur resapan).40

    - Melakukan usaha pengurangan limpasan air hujan dengan memanfaatkan kembali

    (contoh: penyiraman lansekap).

    1.7 Menggunakan sumber air selain dari PDAM dan air tanah untuk memenuhi kebutuhan

    air bersih.100 -

    60

    4.4 -

    0.9 Menggunakan air tanah dalam, maksimal 20% dari penggunaan air keseluruhan. 100

    Mencatat dan mendokumentasikan hasil meteran air secara rutin setiap bulan. 40

    Instalasi instrumen untuk pengukuran konsumsi air.

    2.2

    Memasang meteran air pada setiap sumber air bersih yang digunakan. 60

    Menempatkan saklar yang mudah dilihat dan dijangkau pada saat buka/tutup pintu. 10

    3.1 Menggunakan traffic management system atau regenerative drive system pada lift. 50

    -

    Mengatur saklar berdasarkan kelompok area, sehingga sesuai dengan pemanfaatan

    ruangan.

    Menggunakan lux sensor dan/atau motion sensor, yang dilengkapi dengan

    pengelompokan penempatan lampu.30

    20

    Melakukan evaluasi pemanfaatan air dan identifikasi peluang penghematan air serta

    rekomendasi peningkatan efisiensi dalam rangka konservasi air (audit air).

    1.5 Menggunakan peralatan elektrik dengan konsumsi tenaga listrik rendah. 100

    Menggunakan lampu hemat energi (contoh LED, T5). 20

    5.7 -

    Menggunaan pencahayaan alami minimal 30% luas lantai untuk bekerja, dengan

    intensitas cahaya alami minimal 300 lux.20

    3.7 - Menyediakan area merokok di luar gedung yang berjarak minimal 5m dari bukaan

    gedung.30

    Penghematan pada peralatan elektrik.6.

    Menerapkan dilarang merokok di seluruh area gedung. 35

    2 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

  • 2. Perawatan berkala.

    Melakukan pembersihan ruangan secara rutin. 25

    Kenyamanan penghawaan.

    Adanya ventilasi alami maupun mekanik untuk sirkulasi udara. 50

    5. Kenyamanan visual.

    6. Kenyamanan pendengaran.

    7.

    Penghijauan 10.7 0 01. Pengadaan taman.

    3. Usaha penambahan penghijauan. Menggunakan green roof. 50

    Menggunakan vertical greenery 50

    4. Pengelolaan Lahan.

    5. Penghijauan di dalam ruangan.

    Penghijauan sebagai peneduh.2.1.1 Menggunakan vegetasi sebagai pelindung sarana pejalan kaki. 100 -

    Pengaturan udara pada ruang berkepadatan tinggi.

    4.

    3.5

    1.7

    Strategi peningkatan "breathing zone ".3.

    -

    1.1

    Melakukan penyetelan suhu (25 oC + 1 oC) dan kelembaban (60% + 10%). 50

    4.6

    Menggunakan jenis tanaman yang dapat mengundang kehadiran burung, kupu-

    kupu,dll.

    -

    Menggunakan bahan pembersih ramah lingkungan untuk pemeliharaan (kriteria ramah

    lingkungan lihat lampiran).

    2.4 -

    3.1 -

    3.1

    Menanam kombinasi jenis tanaman (pohon, perdu, semak, penutup tanah). 35

    -

    Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) pengendalian hama

    penyakit dan gulma tanaman.

    1.3Menerapkan desain/teknologi yang dapat menjaga tingkat kebisingan dalam ruangan

    (ruang kantor umum/terbuka 40-45 dBA, ruang kantor pribadi 35-40 dBA).100 -

    Menerapkan desain/teknologi yang dapat menjaga tingkat pencahayaan pada meja

    kerja, dengan intensitas cahaya minimal 350 lux.55

    - 2.4

    45Memberikan akses untuk pengguna dalam ruangan dapat melihat pemandangan

    keluar ketika berativitas.

    100 -

    35

    Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) pemeliharaan

    tanaman dalam ruang (indoor plant ).40

    Menggunakan tanaman budidaya lokal. 30

    Menggunakan tanaman dalam ruang (indoor plant) di ruangan. 60

    1.3Memasang CO2 sensor pada ruangan berkepadatan tinggi (seperti ruang serba guna,

    ruang rapat umum). 100 -

    Menerapkan larangan makan di ruang kerja, untuk memudahkan pengendalian hama

    (pest control) .20

    -

    Melakukan perawatan secara berkala dan tercatat pada sistem penghawaan sesuai

    Standard Operating Procedure (SOP).30

    Mempunyai Material safety data sheet (MSDS) dari semua produk pembersih yang

    digunakan.

    Melakukan perawatan secara berkala dan tercatat pada toilet sesuai Standard

    Operating Procedure (SOP).25

    Menggunakan material rendah volatile organic compound (VOC) dan formaldehida

    pada komponen langit-langit, dinding, lantai.

    30

    30

    40

    3 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

  • Pengelolaan Limbah Padat (sampah) 10.0 0 01. Usaha pengurangan sampah.

    2. Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis pemilahan sampah. 55

    3. Pengolahan sampah organik.

    4. Pengolahan sampah anorganik.

    5. Pengolahan sampah B3.

    Pengelolaan Limbah Cair 7.8 0 01. Mengidentifikasi sumber limbah cair. 40

    Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan limbah cair. 60

    2. Pengolahan limbah cair. Melakukan pengolahan seluruh limbah cair yang dihasilkan. 60

    3. Penggunaan kembali air daur ulang. Menggunakan kembali air daur ulang untuk kebutuhan irigasi. 60

    Pergerakan dan Konektivitas 7.0 0 01. Pemilihan lokasi yang strategis.

    1. Pendidikan anak usia dini, TK, taman bermain, 500 m;

    2. Sekolah (perpustakaan umum/taman bacaan, SD-SMA), 1500 m;

    4. Sarana peribadatan, 1000 m;

    5. Perbankan (Bank, ATM), 500 m;

    6. Warung/toko, 300 m;

    7. Tempat makan/kantin/restoran, 300 m;

    8. Sarana perdagangan (pertokoan, pusat pertokoan, pasar, pusat perbelanjaan,

    1500 m;

    9. Sarana niaga jasa (jasa perbengkelan, reparasi, fotokopi, salon, pangkas rambut,

    binatu), 1500 m;

    10. Balai warga/balai pertemuan, balai serbaguna, gedung pertemuan/gedung

    serbaguna, 1000 m;

    11. Sarana olahraga dan rekreasi (taman umum, bioskop, lapangan, kolam renang,

    museum), 1000 m;

    3. Pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik, praktek doktek, rumah sakit, apotek),

    1500 m;

    0.9 100 -

    -

    1.3 Melakukan pengolahan sampah organik (memiliki dokumen kerja sama dengan pihak

    ketiga atau dapat dikelola sendiri).100 -

    35

    -

    Lokasi berdekatan dengan 7 (tujuh) jenis fasilitas umum, dengan jarak maksimal dari

    pintu utama gedung:

    Memastikan kualitas keluaran air daur ulang yang digunakan telah sesuai dengan

    peraturan yang berlaku.40

    2.8

    Pengelolaan limbah cair.2.2 -

    2.8 - Melakukan pengukuran tes hasil keluaran pengolahan sesuai peraturan yang berlaku. 40

    1.7 Melakukan pengolahan sampah B3 (memiliki dokumen kerja sama dengan pihak ketiga

    atau dapat dikelola sendiri).100 -

    1.3 Melakukan pengolahan sampah anorganik (memiliki dokumen kerja sama dengan

    pihak ketiga atau dapat dikelola sendiri).100 -

    30

    Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan

    penggunaan kertas bolak-balik.35

    Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) pengumpulan sampah terpilah oleh

    petugas.

    Melakukan pemilahan sampah berdasarkan organik,

    anorganik, B3. 2.4 - 45

    3.3

    Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan untuk tidak

    memesan makanan dengan kemasan styrofoam dan plastik.

    Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan untuk tidak

    menggunakan kemasan sachet.

    4 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

  • 2. Ketersedian sarana transportasi umum.

    3. Ketersediaan sarana transportasi alternatif. Menyediakan shuttle bus. 35

    Menyediakan car pooling. 30

    Menyediakan tempat parkir sepeda. 35

    100.0

    TOTAL SKOR -

    Menyediakan jalur pedestrian yang aman dan nyaman ke halte atau stasiun

    transportasi umum.60

    12. Kantor pelayanan prasarana umum (kantor pelayanan listrik, telepon, air, loket

    pembayaran, pos, pemadam kebakaran, pos polisi, kantor kelurahan/kecamatan),

    1000 m;

    3.7 -

    2.4

    Lokasi berdekatan dengan halte atau stasiun transportasi umum, maksimal 300 m. 40

    -

    0.9 100 -

    5 Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    LAMPIRAN FORMULIR ISIAN

    Lampiran 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran

    Air.

    PARAMETER SATUAN KELAS

    Keterangan I II III IV

    FISIKA

    Temperatur 0C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 Deviasi temperatur

    dari keadaan

    alamiahnya

    Residu

    Terlarut

    mg/L 1000 1000 1000 2000

    Residu

    Tersuspensi

    mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air

    minum secara

    konvensional, residu

    tersuspensi < 5000

    mg/L

    KIMIA ORGANIK

    pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9 Apabila secara

    alamiah di luar

    rentang tersebut,

    maka ditentukan

    berdasarkan

    kondisi alamiah

    BOD mg/L 2 3 6 12

    COD mg/L 10 25 50 100

    DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

    Total fosfat

    sbg P

    mg/L 0,2 0,2 1 5

    NO3 sebagai

    N

    mg/L 10 10 20 20

    NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi Perikanan,

    kandungan amonia

    bebas untuk ikan yang

    peka < 0,02 mg/L

    sebagai NH3

    Arsen mg/L 0,05 1 1 1

    Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

    Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

    Boron mg/L 1 1 1 1

    Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

    Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Lampiran 1. (lanjutan)

    Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

    Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air

    minum secara

    konvensional, Cu <

    1 mg/L

    Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air

    minum secara

    konvensional, Fe <

    5

    mg/L

    Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air

    minum secara

    konvensional, Pb <

    0,1 mg/L

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Lampiran 2. Persyaratan Kualitas Air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

    A24416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

    No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

    yang diperbolehkan

    Keterangan

    A. Fisika

    1 Bau - - Tidak berbau

    2 Jumlah zat padat terlarut (TDS)

    mg/L 1500 -

    3 Kekeruhan Skala NTU 25 -

    4 Rasa - - Tidak berasa

    5 Suhu oC Suhu udara + 3oC -

    6 Warna Skala TCU 50

    B. Kimia

    a. Kimia Anorganik

    1 Air Raksa mg/L 0,001

    2 Arsen mg/L 0,05

    3 Besi mg/L 1,0

    4 Fluorida mg/L 1,5

    5 Kadmium mg/L 0,005

    6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500

    7 Klorida mg/L 600

    8 Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05

    9 Mangan mg/L 0,5

    10 Nitrat, sebagai N mg/L 10

    11 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0

    12 pH - 6,5-9,0

    Merupakan batas minimum dan maksimum, khusus air hujan pH minimum 5,5

    13 Selenium mg/L 0,01

    14 Seng mg/L 15

    15 Sianida mg/L 0,1

    16 Sulfat mg/L 400

    17 Timbal mg/L 0,05

    b. Kimia Organik

    1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007

    2 Benzena mg/L 0,01

    3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001

    4 Chlordane (total isomer) mg/L 0,007

    5 Coloroform mg/L 0,03

    6 2,4 D mg/L 0,10

    7 DDT mg/L 0,03

    8 Detergen mg/L 0,5

    9 1,2 Discloroethane mg/L 0,01

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Lampiran 2. (lanjutan)

    No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

    yang diperbolehkan

    Keterangan

    10 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003

    11 Heptaclor dan heptaclor epoxide

    mg/L 0,003

    12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001

    13 Gamma-HCH (Lindane) mg/L 0,004

    14 Methoxychlor mg/L 0,10

    15 Pentachlorophanol mg/L 0,01

    16 Pestisida Total mg/L 0,10

    17 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01

    18 Zat organik (KMnO4) mg/L 10

    C. Mikro biologik

    1

    Total koliform (MPN)

    Jumlah per 100 ml

    50 Bukan air perpipaan

    Jumlah per 100 ml

    10 Air perpipaan

    D. Radio Aktivitas

    1 Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)

    Bq/L 0,1

    2 Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

    Bq/L 1,0

    Keterangan:

    Mg = milligram

    Ml = mililiter

    L = liter

    Bq = Bequerel

    NTU = Nephelometrik Turbidity Units

    TCU = True Colour Units

    Logam berat merupakan logam terlarut

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Lampiran 3. Kriteria Bahan Pembersih Ramah Lingkungan

    Terdapat 3 kriteria bahan ramah lingkungan yang harus dipenuhi suatu produk bahan pembersih,

    yaitu1:

    1. Sistem manajemen lingkungan (SML) pada proses produksinya. Hal ini tentunya terkait dengan sumber daya yang digunakan, keamanan pekerja pabrik saat bekerja, dan sistem pengelolaan

    limbah yang dilakukan. Pada umumnya, produsen yang telah memiliki sistem manajemen yang

    baik pada proses produksinya memiliki sertifikat SML yang diakui baik secara lokal maupun

    internasional, seperti PROPER atau ISO 14001.

    2. Tidak mengandung B3 apabila digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dapat dibuktikan dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dimiliki setiap produk pembersih.

    Definisi B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

    Berbahaya dan Beracun, yaitu:

    Mudah meledak Berbahaya

    Pengoksidasi Korosif

    Sangat mudah sekali menyala Menyebabkan Iritasi

    Sangat mudah menyala Berbahaya bagi lingkungan

    Mudah menyala Karsinogenik

    Amat sangat beracun Teratogenik

    Sangat beracun Mutagenik

    Beracun

    Tabel berikut ini merupakan daftar nama B3 yang dilarang digunakan berdasarkan Peraturan

    Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun pada

    Lampiran II.

    Tabel 18. Daftar Nama B3 yang Dilarang Digunakan pada Bahan Pembersih

    No No. Reg. Chemical

    Abstract Serv.

    Nama Bahan

    Kimia Sinonim / Nama Dagang

    Rumus

    Molekul

    1 309-00-2 Aldrin HHDN C12H8Cl6

    2 57-74-9 Chlordane CD68; Velsicol 1068; Toxichlor;

    Niran; Octachlor; Orthoclor;

    Synclor;Belt; Corodane.

    C10H6Cl8

    3 50-29-3 DDT Dichlorodiphenyltrichloroethane; D-

    58; Chlorophenothane; Clofenotane;

    Dicophane; pentachlorin; p,p-DDT;

    Agritan; Gesapon; Gesarex; Gesarol;

    Guesapon; Neocid.

    C14H9Cl5

    4 60-57-1 Dieldrin Compound 497; ENT 16225; HEOD;

    Insectiside No.497; Octalox

    C12H8Cl6O

    5 72-20-8 Endrin Compound 269; ENT 17251;

    Mendrin; Nendrin; Hexadrin

    C12H8Cl6O

    6 76-44-8 Heptachlor E3314, Velsicol 104; Drinox;

    Heptamul

    C10H5Cl7

    7 2385-85-5 Mirex C6-1283; ENT 25719; Dechlorane; C10Cl12

  • Green Building Council Indonesia Eco Office, 2014

    Hexachloropentadienedimer

    8 8001-35-2 Toxaphene Hercules 3956;

    Polychlorocamphene;

    Clorinatedcamphene; Campheclor;

    Altox; Geniphene; Motox;

    Penphene; Phenacide; Phenatox;

    Strobane-T; Toxakil.

    C10H10Cl8

    9 118-74-1 Hexachlorobe

    nzene

    Polychlorobenzene; Anticarie; Bunt-

    cure; Bunt-no-more; Julins Carbon

    Chloride

    C6Cl6

    10 1336-36-3 PCBs Polychlorinated Biphenyls;

    Chlorobiphenyls; Aroclor; Clophen;

    Fenclor; Kenachlor; Phenochlor;

    Pyralene; Santotherm.

    C12X

    X=H or Cl

    3. Memiliki fitur ramah lingkungan berupa: a. Dapat mendukung pengurangan sampah kemasan, seperti:

    Berasal dari produk daur ulang Berasal dari bahan mentah yang merupakan sumber terbarukan dengan masa panen

    kurang dari 10 tahun.

    Mudah terurai apabila dibuang ke TPA Dapat didaur ulang atau digunakan kembali dengan catatan produsen memiliki program

    yang mendukung hal tersebut.

    b. Dapat mendukung pengurangan konsumsi air pada saat digunakan.

    Referensi:

    (1) GREENSHIP Panduan Teknis Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Ruang Interior versi 1.0. Green Building Council Indonesia. April 2012.

  • Green Building Council Indonesia Jl. RC Veteran No. 3a/1 Pesanggrahan - Bintaro Jakarta Selatan 12330 Indonesia P : 021 734 3077 | 021 3777 0037 F : 021 734 3133 E : [email protected] : www.gbcindonesia.org

    ECO OFFICE FULL.pdf0. ECO OFFICE COVER (1)

    ECO OFFICE FULL.pdf5. eco office -selingan

    ECO OFFICE FULL.pdf1. eco office print3 FIX2. eco office print3 FIX3. eco office -selingan4. eco Office 2013 start! print draft 35. eco office -selingan6. LAMPIRAN Eco Office