Ecc Reny Dan Khairil

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Campuran dua cairan yang tidak bercampur dapat dipisahkan dengan metode pemisahan analitis yaitu ekstraksi pelarut atau ekstraksi cair-cair. Tujuan primer pemisahannya bukan hanya secara analitis namun juga secara preparatif, ektraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun peralatan yang digunakan cukup rumit namun seringkali yang diperlukan hanya sebuah corong pisah sehingga ekstraksi cair-cair dapat diselesaikan dalam beberapa menit. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan- bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ini juga digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.

description

teknik kimia

Transcript of Ecc Reny Dan Khairil

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangCampuran dua cairan yang tidak bercampur dapat dipisahkan dengan metode pemisahan analitis yaitu ekstraksi pelarut atau ekstraksi cair-cair. Tujuan primer pemisahannya bukan hanya secara analitis namun juga secara preparatif, ektraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun peralatan yang digunakan cukup rumit namun seringkali yang diperlukan hanya sebuah corong pisah sehingga ekstraksi cair-cair dapat diselesaikan dalam beberapa menit.

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ini juga digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.

Ekstraksi cair-cair digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui prinsip dari ekstraksi cair-cair, mengetahui koefisien distribusi ekstraksi serta untuk mengetahui jumlah stage yang diperlukan pada ekstraksi cair-cair berdasarkan percobaan, perhitungan dan grafik.1.2 Tujuan Mengetahui prinsip ekstraksi cair-cair Mengetahui koefisien distribusi ekstraksi Mengetahui jumlah stage yang diperlukan pada ekstraksi cair-cair berdasarkan percobaan, perhitungan dan grafik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksimerupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapatdigunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).

Ekstraksi cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik). Ekstraksi cair dapat juga disebut ekstraksi pelarut. Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air (Yazid, E, 2005).

Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain pelarut organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air, sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom (Yazid, E. 2005).

Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbontetra klorida, dan karbon disulfida. Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode yang paling baik dan popular, karena metode ini dapat dilakukan baik tingkat mikro maupun makro. Pemisahannya tidak memerlukan khusus atau canggih, melainkan hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk melakukan pemisahan hanya dilakukan beberapa menit. (Yazid, E, 2005.)

Ekstraksi multi tahap bersilang arah (multi stage cross current extraction):

y5S3S2y5y5S1

R3R2R1F1x321

x2x3x1

E3y3E2y2E1y1

S= solven L = Light phaseF= feed H = Heavy phaseE= extractR= raffinatePerubahan pada E dan R dapat diabaikan sehingga massa F = R dan S = E.Konsentrasi ekstrak dan raffinat dapat diduga dengan cara yang sama dengan ekstraksi satu tahap.

Ekstraksi multi tahap berlawanan arah (multi stage counter current extraction):

L1X0 = 0L1X1L1X2L1Xn-1L1Xn

12n 1 n

H1y1H1y2H1y3H1ynH1yn+1

1. Persamaan Kesetimbanganxn = Kyn2. Neraca MassaHYn+1 + LXn 1 = HYn + LXn

LxnL

xn-1Tahap ke-n

HH

ynyn+1

Tahap ke-1 :y2 = (1+E)y1Tahap ke-2 :y3 = (1+E)y2 Ey1= (1 + E + E2)y1Tahap ke-n

Fraksi Yang Terekstrak

(Yazid, E, 2005).

Menurt Soebagio (2010), berdasarkan hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut :KD = C2/C1atau KD = Co/Ca........................................ 2.1

Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula sebaliknya. Rumus tersebut hanya berlaku bila:a. Solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarutb.Solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarutc. Zat terlarut tidak dapar bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi- reaksi lain.Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka harga KDsama dengan D (Triyas, 2012).

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang sangat penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Titik lebur 0 C (273.15 K) (32 F) Titik didih 100 C (373.15 K) (212 F). Air juga biasanya sering disebut sebagai zat pelarut universal karena air (H2O) mampu melarutkan banyak zat-zat kimia (Atiniwahyu. 2012).

Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 200 C dan 300 C. Minyak tanah atau disebut juga parafin. Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor, sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet. Kerosin dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket. Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair. Kerosin didestilasi langsung dari minyak mentah dan memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox atau hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene dapat juga diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan bagian minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak. Minyak tanah sifatnya berada antara minyak gas dan bensin. Sifat fisik minyak tanah yaitu memiliki titik didih 175-284 dan memiliki berat jenis 0,7-0,83. Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin, naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta bau dan warna yang khas (Hulfa, 2011).

Sifat fisik Natrium hidroksida (NaOH) diantaranya berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%, bersifat lembab cair, secara spontan menyerapkarbon dioksidadari udara bebas, sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, larut dalametanoldanmetanol, tidak larut dalamdietil eterdan pelarut non-polar lainnya, Larutannatrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas, Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur, Titik leleh 318C, titik didih 1390C, NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, densitas NaOH adalah 2,1, Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida sedangkan Sifat kimiaNatrium hidroksida (NaOH) ialah Dengan larutan natrium hidroksida, (HCl) asam klorida dinetralkan dimana akan terbentuk garam dan air (Anonim 1, 2011).

Asam oksalat,Ethanedioic Acidmerupakan salah satu anggota dari asam kkarboksilat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4. secara kormersial asam oksalat dikenal dalam bentuk padatan dihidrat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4.2H2O. Kegunaan asam oksalat sangat banyak antara lain bahan pencampur zat warna dalam industry tekstil dan cat,menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagaibleaching.Asam oksalat pada industry logam dipakai sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak, sedangkan dalam pabrik polimer dipakai sebagai inisiator. Sifat fisik dan kimia asam oksalat C2H2O4.2H2O, yaitu berwarna putih, krista dan tidak berbau, melting point 101,5 0C, densitas 1,653 gr/cm3, Hf (18oC) 1422 kj/mol, berat molekul 126 gr/mol, pH(0,1M) 1,3 (Alief, 2014).

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalahsenyawa kimiaasamorganikyang dikenal sebagai pemberi rasaasamdanaromadalammakanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni disebutasam asetat glasialadalahcairanhigroskopistak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Adapun sifat fisika dan kimia dari asam asetat adalah sebagai nama alternatif Asetil Hidroksida, rumus molekul CH3COOH, massa molar 60,05 g/mol, massa jenis 1,049 g/cm3, fase cairan 1,266 g/cm3, titik lebur 16,50C (289.6 0.5 K) (61.6F), titik didih 118.1C (391.2 0.6 K) (244.5F), keasaman (pKa) 4,76, pada 250C penampilan jernih, cairan tak berwarna. (Anonim 2, 2011).

Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar 318,329 gr/mol, massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 320C, titik leleh : 262,50C. Indikator asam basa menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa, indikator PP (fenolftalein) mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH tertentu yang ditunjukan dengan perubahan warna indikator. Bila indikator PP, merupakan indikator yang menunjukan pH basa, berarti ia berada pada rentang pH antara 8,3 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah pink). Indikator PP tidak larut dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter (Dogra, 1984).

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1Alat dan Bahan3.1.1 Alat-alat Corong pemisah 250 mL Labu ukur 500 mL Gelas kimia 250 mL Buret 50 mL Corong gelas Batang pengaduk Klem dan statif Labu erlenmeyer Piknometer Pipet tetes Botol semprot Bulp Pipet volume 10 mL Gelas ukur 100 mL Neraca analitik Termometer

3.1.1Bahan-bahan NaOH Akuades H2C2O4 Kerosin CH3COOH Indikator PP

3.2 Cara kerja Ditimbang NaOH dengan neraca analitik. Dibuat larutan NaOH sebanyak 500 mL. Dimasukkan larutan NaOH kedalam buret. Dimasukkan 5 mL H2C2O4 kedalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Dititrasi larutan hingga warna larutan berubah menjadi pink. Diulangi titrasi hingga 3 kali (dilakukan triplo) lalu dihitung volume rata-rata NaOH yang dibutuhkan. Dihitung Normalitas NaOH setelah dibakukan. Dibuat larutan asam asetat dengan konsentrasi tertentu dengan metode pengenceran Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret sebanyak 50 ml Dititrasi sebanyak 3 kali 5 ml larutan asam asetat dengan NaOH. Diukur densitas kerosin dan larutan asam asetat dengan piknometer Dimasukkan larutan asam asetat sebanyak 100 ml dengan konsentrasi tertentu ke dalam corong pemisah kemudian ditambahkan 100 ml kerosin Dikocok campuran kerosin dan asam asetat tersebut sampai terjadi kesetimbangan atau kurang lebih 20 menit Dipisahkan kedua lapisan larutan Dititrasi 5 ml raffinat 1 dengan larutan NaOH sebanyak 3 kali Diukur densitas dari reffinat 1 Dimasukkan kembali sisa raffinat 1 ke dalam corong pemisah dengan volume tertentu kemudian masukkan pula kerosin sebanyak 100 ml Dikocok campuran reffinat dengan kerosin sampai terjadi kesetimbangan atau kurang lebih 20 menit Dipisahkan kedua lapisan larutan yang terjadi Dititrasi 5 ml raffinat 2 dengan larutan NaOH sebanyak 3 kali Diukur densitas dari reffinat 2 Dimasukkan kembali sisa reffinat 2 ke dalam corong pemisah dengan volume tertentu kemudian masukkan pula kerosin sebanyak 100 ml Dikocok campuran reffinat dengan kerosin sampai terjadi kesetimbangan atau kurang lebih 20 menit Dipisahkan kedua lapisan larutan yang terjadi Dititrasi 5 ml raffinat 3 dengan larutan NaOH sebanyak 3 kali Diukur densitas dari raffinat 3

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan a.Membuat larutan NaOH Massa NaOH yang diambil: 2,055 gramVolume larutan: 500mLBerat Molekul: 40 gram/molNormalitas: 0,10275 N

b.Membuat larutan asam oksalat (diencerkan dari H2C2O4 0,1 N)Volume larutan: 100mLVolume H2C2O4 0,1 N diambil: 30mLVolume akuades diambil: 60mLNormalitas: 0,05 N

c.Membuat larutan asam asetat 0,1 NVolume larutan: 250mLDensitas CH3COOH pekat: 1,01gram/mLKadar CH3COOH: 100 %Volume asam asetat pekat diambil: 1,5mL

d.Menentukan densitasT aquadest: 27 oCMassa picno kosong: 23,3516grMassa picno+aquadest: 48,0210grMassa picno+asam asetat: 48,0180grMassa picno+kerosin: 43,612gr

e. Titrasi 5 mL H2C2O4 0,05 N dengan larutan NaOH 0,10275 N

Tabel 4.1 Data Titrasi Titrasi 5 mL H2C2O4 0,05 N dengan larutan NaOH 0,10275 NVolume H2C2O4(mL)NormalitasH2C2O4(N)Volume NaOH yang diperlukan (mL)

IIIIIIRata-rata

50,051,61,61,61,6

f.Titrasi 5 mL CH3COOH 0,1 dengan larutan NaOH 0,10275 N

Tabel 4.2 Data Titrasi 5 mL CH3COOH 0,1 N dengan Larutan NaOH 0,15625 NVolumeCH3COOH (mL)NormalitasNaOH (N)Volume NaOH yang diperlukan (mL)

IIIIIIRata-rata

50,156254,5554,83

g.Titrasi Rafinat dengan larutan NaOH 0,10275 N

Tabel 4.3 Data Titrasi Rafinat dengan larutan NaOH 0,15625 NRafinatNo.VolumeRaffinat (mL)NormalitasNaOH (N)Volume NaOH yang diperlukan(mL)

IIIIIIRata-rata

I50,156254,34,84,84,63

II50,1562554,34,54,6

III50,156254,24,54,84,5

h.Menentukan densitas rafinat

Tabel 4.4 Data Densitas RafinatRaffinatNo.Volume rafinat sisa(mL)Massa picno + rafinat(gram)

I9947,4588

II8147,4385

III6247,1431

i.Volume kerosin yang ditambahkan (extraction solvent)Stage 1 : 100 mLStage 2 : 100mLStage 3 : 100mL

4.2 Perhitungana.Normalitas larutan NaOHN =

= = 0,10275 grek/liter = 0,10275 N

b.Normalitas larutan NaOH setelah dibakukan dengan H2C2O4VH2C2O4 x NH2C2O4 = VNaOH x NNaOH5 mL x 0,05 N = 1,6 mL x NNaOHNNaOH = 0,15625 N

c.Normalitas larutan CH3COOHN = = = 1,01 grek/liter= 1,01 N

d.Menentukan volume piknometerMassa aquadest = (massa piknometer + aquadest) (massa piknometer kosong) = 48,0210 gram 23,3516 gram = 24,6694 gramSuhu aquadest = 27oC

Densitas air pada suhu 29 C yaitu 996,513 kg/m3 = 0,996513 gram/cm3Volume piknometer = = = 24,7557 mL

e.Menentukan densitas kerosin kerosin = = 0,8184 gram/mL

f.Konsentrasi larutan asam asetat mula-mulaN feed, 0 = = = 0,1509375 N

= = 0,9964 gram/mL

Massa CH3COOH = = 0,91 gram

Massa campuran, 0 = feed, 0 x Vol. Campuran, 0 = 0,9964 gram/mL x 100 ml = 99,6392 gram

Massa aquadest = massa campuran, 0 massa CH3COOH = 99,6392 gram 0,91 gram = 98,7322 gram

Xo = = = 0,00919

g.Konsentrasi larutan asam asetat setelah di ekstrakRaffinate stage 1N CH3COOH, 1= = = 0,1447 N

= = 0,9738 gram/mL

Raffinate stage 2N CH3COOH, 2= = = 0,14375 N

= = 0,973 gram/mL

Raffinate stage 3N CH3COOH, 3=

= 0,1406 N

= = 0,961 gram/mL

h.Menghitung rasio berat asam asetat dalam fase rafinat bebas solutRaffinat 1Massa CH3COOH,1 = = = 0,8602 gram

Massa raffinat, 1 = , 1 x Vol. Raffinat, 1 = 0,9738 gram/mL x 99 mL = 96,4062 gram

Massa aquadest, 1 = massa raffinat massa CH3COOH,1 = 96,4062 gram 0,8602 gram = 95,546 gram

X1 = = = 0,00900

Raffinat 2Massa CH3COOH,2 = = = 0,6992 gram

Massa raffinat, 2 = , 2 x Vol. Raffinat, 2 = 0,973 gram/mL x 81 mL = 78,813 gram

Massa aquadest, 2 = massa raffinat,2 massa CH3COOH,2 = 78,813 gram 0,6992 gram = 78,1138 gram

X2 = = = 0,00895

Raffinat 3Massa CH3COOH,3 = = = 0,5235 gram

Massa raffinat, 3 = , 3 x Vol. Raffinat, 3 = 0,961 gram/mL x 62 mL = 59,582 gram

Massa aquadest, 3 = massa raffinat,3 massa CH3COOH,3 = 59,582 gram 0,5236 gram = 59,0584 gramX3 = = = 0,00886

i.Menghitung perbandingan F/SStage 1V kerosin, 1 = 100 mL,1 = 0,8184 gram/mL,1 = V kerosin,1 x ,1= 100 mL x 0,8184 gram/mL= 97,38 gram,1= = = 1,1675,1= - 1,1675

Stage 2V kerosin, 2 = 100 mL,2 = 0,8184 gram/mL,2 = V kerosin,2 x ,2= 100 mL x 0,8184 gram/mL= 81,84 gram

,2 =

= 0,9545 ,2 = -0,9545

Stage 3V kerosin, 3 = 100 mL,3 = 0,8184 gram/mL,3 = V kerosin,3 x ,3 = 100 mL x 0,8184 gram/mL = 81,84 gram ,3 =

= 0,7216 ,3 = -0,7216

j.Menghitung Ratio berat bebas solute dalam fase ekstrak S Yo S Yo S Yo Xo X1 X2X3 F

Y1 Y2 Y3

Neraca massa pada :Stage IXo . F + Yo . S = Y1 . S + X1 . F

Y1 = ( Xo X1 ) = 1,1675 x (0,00919 0,00900) = 0.000222

Analog dengan cara di atas :Stage II

Y2 = ( X1 X2 )= 0,9545 x (0,00900 0,00895)= 0,000047725 Stage III

Y3 = ( X2 X3)= 0,7216 x (0,00895 0,00886)= 0,000064944

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Rasio Berat Asam Asetat dan Feed Solvent pada Fase Raffinate dengan Rasio Berat Asam Asetat dari Extraction Solvent pada Fase ExtractY = aX dengan a = slope = KdY= 0,01215XMaka nilai a = Kd = 0,01215k.Menghitung N teoritis Dengan menggunakan persamaan Dari gambar diatas didapat nilai ( Kd ) adalah sebesar 0,01215Stage 1 ,1 = 1,1675 ,1= 0,8565

N1 =

N1 = 2,01796 Stage 2 ,2 = 0,9545 ,2= 1,0477

N2 =

N2 = = 0, 4404

Stage 3 ,3 = 0,7216 ,3= 1,3858

N3 =

N3 = = 0,6053

N Total = N1 + N2 + N3 = 2,01796 + 0,4404 + 0,6053 = 3,06366

4.3Grafik

Gambar 4.2Grafik Mc Cabe Thiele untuk Cross Current

4.4 PembahasanPercobaan yang dilakukan yaitu ekstraksi cair-cair. Prinsip ekstraksi cair-cair yaitu didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar dua pelarut yang tidak saling bercampur. Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang terdapat di dalam corong pisah yaitu akuades, asam asetat dan kerosin.

Pada percobaan yang telah dilakukan larutan NaOH yang diperlukan untuk menitrasi CH3COOH sebelum diekstraksi yaitu 4,83 mL dan jumlah NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan CH3COOH setelah ekstrak yaitu 4,63 mL, 4,6 mL dan 4,5 mL. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa NaOH yang diperlukan untuk menitrasi CH3COOH sebelum diekstraksi lebih besar dari jumlah NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan CH3COOH setelah ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah massa asam asetat dalam feed solvent berpindah ke extraction solvent.

Dalam corong pemisah terdapat akuades, CH3COOH dan minyak tanah. Pada percobaan ini akuades dan minyak tanah berfungsi sebagai diluent dan solvent masing-masing dalam fase feed dan extraction solvent. Sedangkan CH3COOH merupakan solute yang terdistribusi pada akuades dan minyak tanah. Bila kecepatan distribusi ini tetap maka dikatakan terjadi kesetimbangan distribusi perbandingan konsentrasi CH3COOH dan pelarut menjadi tetap dan disebut koefisien distribusi. Pada percobaan ini diperoleh harga Kd dari harga slope x-y (rasio berat asam asetat extraction solvent bebas solute) yaitu sebesar 0,01215.

Percobaan ini menggunakan perbandingan volume solvent dan feed bebas solute yang berbeda-beda tiap stage. Harga densitas setiap stage turun hal ini karena pada percobaan ini terjadi perpindahan massa asam asetat dari fase diluent ke fase solvent yang ditandai dengan menurunnya konsentasi rafinat tiap stage.

Berdasarkan hasil perhitungan, N teoritis yang didapatkan yaitu sebesar 3,06366. Sedangkan pada penentuan jumlah stage menggunakan diagram Mc. Cabe-Thiele diperoleh jumlah stage 3 seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2. Dari data rasio berat solvent dan feed solvent pada fase rafinat (x) dan rasio berat solute dan extraction solvent fase ekstrak (y) diplotkan membentuk garis kesetimbangan. Dari garis kesetimbangan dapat diperoleh jumlah stage dengan cara memplotkan rasio solute terhadap solvent (y) terhadap rasio solute terhadap diluent (x).

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar dua pelarut yang tidak saling Koefisien distribusi ekstraksi cair-cair berdasarkan percobaan yaitu 0,01215. Jumlah stage yang diperlukan berdasarkan percobaan yaitu 3, berdasarkan perhitungan yaitu 3,06366 dan berdasarkan metode Grafik Mc. Cabe Thiele adalah 3.

5.2Saran Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya menggunakan pelarut lain seperti n-heksana agar lebih mengetahui perbedaan koefisien distribusi yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dogra, S.K. 1984. Kimia Fisika dan Soal Soal. Jakarta : UI Press

Yazid,. E,. 2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Andi. Yogyakarta.

Anonim 1. 2014. Caustik Soda. http://membagiilmutekim-meirina.blogspot.com/2011/05/caustic-soda.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015 pukul 19.35 WITA.

Anonim 2. 2012. Jurnal Kimia Fisika Penentuan Entalpi. https://catatanaldehida.wordpress.com/2012/04/28/jurnal-kimia-fisika-penentuan-entalpi-adsorpsi.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015 pukul 19.30 WITA.

Hulfa. Lustyya. 2011. Tentang Kerosin. http://lustyyahulfa.blogspot.com/2011/03/tentang-kerosin.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015 pukul 19.30 WITA.

Triyas. 2012.Koefisien Distribusi.http://triyasrahayu.blogspot.com/2012/02/ praktikum-kimia-analitik-koefisien.html. Diakses pada tanggal 15 November 2013. Pukul 20.00 WITA.

Utami. Wahyu. 2012. Sifat Fisika dan Kimia Air. 2012. https://atiniwahyuutami09303241038.wordpress.com/2012/12/25/sifat-fisika-dan-kimia-air.html. Diakses tanggal 28 April 2015 pukul 17.30 WITA.

Wibawads, Indra. 2012.Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads.wordpress.com/2012/ekstraksi-cair-cair.html. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015 pukul 19.30 WITA.

Yaaf. Alief. 2014. Sintesis Asam Oksalat Dari Gula Pasir. http://aliefyaaf.blogspot.com/2014/03/sintesis-asam-oksalat-dari-gula-pasir.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015 pukul 19.30 WITA.