Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai landasan dari...
-
Upload
dina-haya-sufya -
Category
Business
-
view
776 -
download
0
description
Transcript of Early theory, the foundations of modern leadership (teori-teori awal sebagai landasan dari...
LOGO
Teori-teori awal sebagai landasan dari kepimipinan modern
Dina Haya SufyaMagister Sains Psikologi
Uin Syarif HidayatullahJakarta
• Mengidentifikasi tiga era dalam studi kepemimpinan dan kontribusi mereka terhadap kepemimpinan modern.
Menjelaskan metode, hasil, kelemahan, dan kontribusi pendekatan sifat dan perilaku kepemimpinan dan mengidentifikasi dampaknya terhadap pendekatan saat ini.
Menyajikan teori-teori awal yang paling signifikan dari kepemimpinan dan implikasinya terhadap teori dan praktik kepemimpinan.
Setelah mempelajari bab ini, Anda akan dapat:
History of Modern Leadership Theory
www.themegallery.com
The Trait Era: - leaders are born
• Late 1800’s to Mid-1940’s The Behavior Era: - leadership can be taught
• Mid-1940’s to Early 1970’s The Contingency Era: - leadership style is dependent upon situation
• Early 1970’s to Present
Suatu kemampuan atau potensi kepemimpinan dibawa atau diperoleh sejak lahir
More than 40 years of study provided little evidence to justify the assertion that leaders are born and that leadership can be explained through either one or a collection of traits. Some traits do emerge as important. Which of the traits are most relevant, however, seems to depend on the requirements of the situation.
The Trait Era: Late 1800s to Mid-1940s
The Trait Era: Late 1800s to Mid-1940s
Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis
Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar
Kelemahan Teori Sifat
Tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan
Situasi dan kondisi tertentu yang ternyata memerlukan sifat tertentu pula berbeda dari yang lain
Teori Perilaku (Behavior Theories)
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi
The Behavior Era: Mid-l940s to Early 1970s
Pendekatan perilaku mempunyai beberapa keunggulan daripada pendekatan sifat (traits):Perilaku dapat diamati lebih obyektif daripada sifat.Perilaku dapat diukur lebih tepat dan lebih akurat daripada sifat.Berbeda dengan traits, baik yang bawaan atau berkembang di awal kehidupan, perilaku dapat diajarkan.
TEORI KEPEMIMPINANTEORI KEPEMIMPINANLeader are born and not made : Teori Genetis
Leader are made not born : Teori Sosial
Bakat (Pemimpin)Berkembang melalui
Pendidikan dan Pengalaman
BERHASIL
SIFAT YANGDIBUTUHKAN
Memiliki pengetahuan & teknologi, mampu
menghub. Ilmu dan teknologi yang dimiliki
dengan tugas, kemandirian mantap, teguh dalam prinsip-
prinsip kerja, kreativitas tinggi, cermat, berani
bertindak, kepribadian menarik, kecerdasan
tinggi
Kriteria yang harus dimiliki(Terry – 1960)
Kekuatan, keseimbangan emosi, pengetahuan
hubungan kemanusiaan, motivasi pribadi, kecakapan berkomunikasi, kecakapan
mengajar kecakapan bergaul, kemampuan teknis
The Behavior Era: Mid-l 940S to Early 1970s
Hampir sama dengan pendekatan sifat, pendekatan perilaku kepemimpinan, dengan berkonsentrasi hanya pada perilaku dan mengabaikan unsur-unsur situasional yang kuat, memberikan pandangan sederhana dari proses yang sangat kompleks dan, karena itu, gagal untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang fenomena kepemimpinan.
• Pertimbangan (consideration), yang menggambarkan perilaku pemimpin yang empati & sensitif terhadap bawahan, menghormati ide & perasaan mereka, berusaha menciptakan kepercayaan timbal balik dengan bawahan.
• Inisiasi struktur (initiating structure), menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada penyelesaian tugas, mengarahkan aktivitas org secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi
HASIL PENELITIAN OHIO STATE UNIVERSITY
Univ. Ohio melakukan survey untuk memahami perilaku pemimpin dalam mempengaruhi bawahan. Hasil survey mengemukakan 2 kategori dari dimensi perilaku pemimpin, yaitu :
The Contingency Era: Early 1960s to Present
Pada tahun 1960 , dipelopori oleh Fred Fiedler , Model Kepeimpinan Kontingensi yangakan dibahas dalam bab ini , penelitian kepemimpinan beralih dari model sederhana hanya didasari pada pemimpin untuk model yang lebih kompleks yang mengambil titik pandang kontingensi . Model-model lain seperti Teori Path- Goal dan Model Keputusan normatif, juga akan dibahas dalam bab ini. Asumsi utama dari pandangan kontingensi adalah bahwa kepribadian, gaya, atau perilaku pemimpin yang efektif tergantung pada kebutuhan situasi di mana para pemimpin menemukan diri mereka .
www.themegallery.com
Early Theories
Fiedler’s Contingency Model Normative Decision Model Path-Goal theoryAtributional model Substitutes LMX
Model Kontingensi Fiedler
Model Kontingensi Fiedler: bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana situasi tersebut menghasilkan kendali dan pengaruh untuk pemimpin tersebut;
Kuesioner rekan kerja yang paling tidak disukai (least preferred coworker-LPC): instrumen yang digunakan untuk mengukur apakah seorang berorientasi tugas atau hubungan
Tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya, menentukan faktor-faktor situasional kunci yang menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor2 tersebut adalah hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas, dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut:
- Hubungan Pemimpin-anggota: Tingkat Kepatuhan, Kepercayaan, dan rasa hormat para anggota terhadap pemimpin mereka.
- Struktur Tugas: Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (yaitu, terstruktur dan tidak terstruktur);
- Kekuatan Posisi: tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin atas variabel2 kuasa seperti perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi dan kenaikan gaji
Model Kontingensi Fiedler
Differences Between Task-and Relationship Motivated Individuals
Task-Motivated (Low LPC) Relationship-Motivated (High LPC)
Draws self-esteem from completion of task
Draws self-esteem from interpersonal relationships
Berorientasi pada tugas Berorientasi pada karyawan
Pemimpin cenderung bersikap keras dalam menilai bawahan mereka ketika kelompok mereka gagal dalam penyelesaian tugas
Suka menyenangkan orang lain
Mempertimbangkan kompetensi kerja karyawan
Mempertimbangkan loyalitas rekan kerja
Suka detail (enjoys details) Bosan dengan rincian (gets bored with details)
Temuan-temuan dari model Fiedler
www.themegallery.com
Leader Style and Behaviors in Different Levels of Sit Con
High Sit Con Moderate Sit Con Low Sit Con
Task-motivated (low LPC) leader
Pasti, penuh pertimbangan dan mendukung, menghilangkan hambatan dan tidak ikut campur
Tegang, fokus pada tugas, suka menguasai/memaksa dan terlalu mengontrol, menuntut apa yang telah dikerjakannya
Memerintah, fokus pada tugas, serius, sedikit perhatian dengan karyawan lain
Relationship-motivated (high-LPC) leader
Bosan, jauh dan individualis, agak bersifat otokrasi
Penuh pertimbangan, terbuka dengan ide-ide dan saran, fokus pada pemecahan konflik
Tegang dan gugup, hurt by group conflict, bimbang/ragu-ragu
The Normative Decision Model
www.themegallery.com
Suatu model bentuk pengambilan keputusan yang menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan dan sejauh mana karyawan akan menerima keputusan tersebut.
Decision Style in the Normative Decision Model
www.themegallery.com
www.themegallery.com
Decision Style in the Normative Decision ModelDecision Making Style Description
Autocratic l (Al) membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
Autocratic ll (All) membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
Consultative l (Cl) berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
Consultative ll (Cll) berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
Group ll (Gll) berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok (Vroom & Yetton, 1973)
Implikasi Model “Normative Decision
Pemimpin harus memahami situasi dan memahami bagaimana dan kapan harus menggunakan metode keputusan yang berbeda
Partisipasi tidak harus selalu digunakan pada gaya kepemimpinan
Pemimpin harus memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan karyawan dan reaksi mereka ketika membuat keputusan.
Path-Goal Theory
Teori kepemimpinan Path-Goal, dikembangkan pada awal tahun 19705, mengusulkan bahwa peran pemimpin adalah untuk menjelaskan jalan bawahan guna mencapai tujuan (House, 1971; House and Dessler, 1974)
Pemimpin membolehkan bawahannya untuk memenuhi kebutuhannya dan, sebagai hasilnya, para pemimpin mencapai tujuan mereka sendiri.
Pemimpin dan pengikut membangun hubungan yang berkisar pada pertukaran bimbingan atau dukungan untuk produktivitas dan kepuasan.
Path-Goal Theory
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya.
Teorinya disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
Path-Goal Theory
Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan.
Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness).
Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi.
Model path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
The Atributional Model
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin mengelola sifat-sifat/ ciri/ latar belakang orang-orang yang dipimpinnya sehingga dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu demi kepentingan organisasi.
Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku bawahannya, ia mutlak perlu mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka.
Melakukan hal tersebut tidaklah mudah karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat kompleksitas. Kemampuan kepemimpinan yang fenomenal dan cerdas merupakan dasar dari teori atribusi kepemimpinan
Substitusi kepemimpinan (Substitutes for leadership)
Substitusi kepemimpinan adalah faktor-faktor yang membuat kepemimpinan tidak perlu atau bahkan tidak mungkin.
Substitusi (pengganti) kepemimpinan dapat mencakup:
- Kelompok kerja yang kohesif (erat)
- Tugas-tugas yang memiliki umpan baliknya sendiri
- Tingkat kemampuan, pengalaman dan
pengetahuan para bawahan yang tinggi
Leadership Substitutes and Neutralizers
Pendekatan Leader –Member Exchange
Tidak ada konsistensi perilaku pemimpin terhadap setiap bawahannyaSetiap hubungan adalah unikHubungan orang-per-orang menentukan perilaku
bawahan Mengelompokkan bawahan ke dalam:
Anggota in-groupAnggota out-group
Leader-Member Exchange Model
www.themegallery.com
Stages of Relationship Development Between Leaders and Their Followers
www.themegallery.com
Pendekatan Leader-Member Exchange
Anggota in-group Anggota out-group
• Memiliki ikatan dan sistem nilai
sama
• Interaksi reguler dengan
pemimpin
• Menerima penugasan dan
imbalan lebih baik
• Berpandangan positif tentang
organisasi dan punya kinerja
dan kepuasan kerja lebih tinggi
• Sedikit kesamaan dengan
pemimpin
• Interaksi terbatas dengan
pemimpin
• Jarang menerima penugasan
dan imbalan
• Menjadi bosan dan sering
resign
Summary
LOGO