e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

96
PENDEKA E.1 PENDEKATAN PEMB Konsep pembangunan yang dilibatkan secara aktif mulai d dan sarana tersebut. Keikutsertaan masyarakat pa disesuaikan dengan kondisi m mengorbankan kualitas dari p E.2 RENSTRADA DA Perencanaan Strategik (Ren merupakan bagian yang tidak Selatan. Dalam kaitan itu, m untuk lima tahun kedepan ada Terwujudnya pendayagunaan pelayanan secara adil, mer kemandirian dan kesejahteraa Visi di atas mengandung peng BAGIAN – E ATAN UMUM, METODOLOG PROGRAM KERJA BANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT Realita menunjukkan bahw prasarana dan sarana yan tidak sesuai dengan k setempat, hal ini terjad perencanaannya tidak me lokasi tersebut, sehingga bangun oleh Pemerintah ti yang dibutuhkan oleh masy berbasis kepada pemberdayaan masyarakat ada dari tahap perencanaan, pembangunan dan pema ada tahap-tahap perencanaan, pembangunan masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutse prasarana dan sarana tersebut. AN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR nstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Pro k terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah D maka visi Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Pro alah: n SDA yang berhasil guna dan berdaya guna mela erata dan berkelanjutan sampai dengan tahun aan masyarakat. gertian: E - 1 GI DAN wa sering terjadi bahwa ng dibangun kadangkala kebutuhan masyarakat di karena proses dan elibatkan masyarakat di a terjadi apa yang di idak sesuai dengan apa yarakat. alah dimana masyarakat anfaatan dari prasarana dan pemanfaatan tadi ertaan masyarakat tidak ovinsi Sulawesi Selatan Daerah Provinsi Sulawesi opinsi Sulawesi Selatan alui peningkatan kualitas un 2020 untuk menuju

Transcript of e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

PENDEKATAN

E.1 PENDEKATAN PEMBANGUNAN

Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat

dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana

dan sarana tersebut.

Keikutsertaan masyarakat pada tah

disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak

mengorbankan kualitas dari prasarana dan sarana tersebut.

E.2 RENSTRADA DAN

Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan. Dalam kaitan itu, maka

untuk lima tahun kedepan adalah:

Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas

pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Visi di atas mengandung pengertian:

BAGIAN – E

PENDEKATAN UMUM, METODOLOGI DAN

PROGRAM KERJA

EMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

Realita menunjukkan bahwa sering terjadi bahwa

prasarana dan sarana yang dibangun

tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat, hal ini terjadi karena proses dan

perencanaannya tidak melibatkan masyarakat di

lokasi tersebut, sehingga terjadi apa yang di

bangun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan apa

yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat

dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana

Keikutsertaan masyarakat pada tahap-tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan tadi

disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak

mengorbankan kualitas dari prasarana dan sarana tersebut.

ENSTRADA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan. Dalam kaitan itu, maka visi Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Selatan

untuk lima tahun kedepan adalah:

Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas

pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Visi di atas mengandung pengertian:

E - 1

UMUM, METODOLOGI DAN

Realita menunjukkan bahwa sering terjadi bahwa

prasarana dan sarana yang dibangun kadangkala

tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat, hal ini terjadi karena proses dan

perencanaannya tidak melibatkan masyarakat di

lokasi tersebut, sehingga terjadi apa yang di

bangun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan apa

masyarakat.

Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat

dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana

tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan tadi

disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak

Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Selatan

Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas

pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun 2020 untuk menuju

(a) Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara

efektif dan efisien, merata serta berkecukupan;

(b) Peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran

serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan

Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi

membina organisasi penerima manfaat sumberdaya air;

(c) Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan

sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya

air kepada masyarakat seca

(d) Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh

masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;

(e) Kemandirian masyarakat, kondisi di mana masyarakat melal

sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya

dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.

E.3 MAKSUD , TUJUAN

E.3.1 Maksud

Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi

potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi

serta menentukan alternatif atau solusi dalam penyediaan air

permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin

ketersediaan air baku bagi kehidupan penduduk di masa yang akan datang.

Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan

Kerja (KAK) adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi lokasi sumber

menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada

wilayah studi, sehingga di

disesuaikan dengan besarnya kebutuhan.

b. Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku

pada wilayah study

E.3.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini

a. Menjamin kebutuhan air baku

Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara

efektif dan efisien, merata serta berkecukupan;

litas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran

serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan

Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi

membina organisasi penerima manfaat sumberdaya air;

Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan

sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya

air kepada masyarakat secara selektif dan demokratis;

Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh

masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;

Kemandirian masyarakat, kondisi di mana masyarakat melalui suatu organisasi penerima manfaat

sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya

dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.

UJUAN DAN KELUARAN

Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi sumber

potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi

menentukan alternatif atau solusi dalam penyediaan air baku bagi k

permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin

bagi kehidupan penduduk di masa yang akan datang.

yang hendak dicapai dari kegiatan ini sesuai dengan yang tercantum dalam

sebagai berikut :

Mengidentifikasi lokasi sumber-sumber air yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna

menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada

wilayah studi, sehingga diharapkan memperoleh suatu besaran debit sepanjang tahun dan

disesuaikan dengan besarnya kebutuhan.

Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah :

baku bagi masyarakat;

E - 2

Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara

litas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran

serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan

Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi-instansi yang

Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan

sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya

Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh

masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;

ui suatu organisasi penerima manfaat

sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya

dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.

sumber-sumber air yang

potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi

bagi kawasan-kawasan

permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin

sesuai dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan

sumber air yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna

menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada

harapkan memperoleh suatu besaran debit sepanjang tahun dan

Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku

b. Mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan air

c. Meningkatkan pelayanan air

yang bersumber dari air baku

d. Memperoleh contoh upaya mendapatkan air bersih pada daerah

e. Meningkatkan taraf hidup dan kegiatan ekonomi masyarakat pada

musim kemarau.

Dengan adanya kegiatan ini, kasus

secara bertahap, sistematis, fundamental dan efektif.

E.3.3 Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam

penyediaan air baku untuk Kabupaten Luwu Timur khususnya pada

pada musim kemarau dan

pelayanan air baku, yang berupa :

a. Produk/dokumen gambar perencanaan bangunan pengambilan dan

termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan

untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

b. Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi

biaya pelaksanaan dengan jasa yang meliputi :

• Identifikasi dan inventarisasi s

kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,

termasuk semua potensi sumber daya air

sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.

• Program jangka menengah dan jangka panjnag

status penanganan yang telah dilakukan terhadap obyek prasara

pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan

sumber daya air di wilayah tersebut.

E.4 PENDEKATAN U

Agar diperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilakukan langkah

melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

a. Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,

pengelolaan pemanfaatan air dan pengembangan sumber daya air.

Mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan air baku pada musim kemarau;

Meningkatkan pelayanan air bersih dalam mengurangi dampak perkembangan

baku;

Memperoleh contoh upaya mendapatkan air bersih pada daerah studi; serta

Meningkatkan taraf hidup dan kegiatan ekonomi masyarakat pada daerah studi

i, kasus-kasus kesulitan air bersih pada musim kemarau dapat ditangani

secara bertahap, sistematis, fundamental dan efektif.

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam

untuk Kabupaten Luwu Timur khususnya pada kawasan rawan air/kekeringan

menetapkan prioritas program pembangunan dan pengembangan

baku, yang berupa :

Produk/dokumen gambar perencanaan bangunan pengambilan dan jaringan pipa air baku

termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan

untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi

ksanaan dengan jasa yang meliputi :

dan inventarisasi sumber daya air dan berbagai permasalahan mengenai :

kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,

termasuk semua potensi sumber daya air eksisting yang dapat dikembangkan sebagai

sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.

menengah dan jangka panjnag berupa usulan-usulan pekerjaan SID menurut

status penanganan yang telah dilakukan terhadap obyek prasarana dan sarana dasar (PSD)

pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan

sumber daya air di wilayah tersebut.

UMUM DAN TEKNIS

h hasil yang maksimal, maka perlu dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,

pengelolaan pemanfaatan air dan pengembangan sumber daya air.

E - 3

pada musim kemarau;

dalam mengurangi dampak perkembangan penyakit menular

; serta

daerah studi khususnya pada

kasus kesulitan air bersih pada musim kemarau dapat ditangani

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam

kawasan rawan air/kekeringan

menetapkan prioritas program pembangunan dan pengembangan

jaringan pipa air baku

termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan

Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi

ir dan berbagai permasalahan mengenai :

kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,

yang dapat dikembangkan sebagai

sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.

usulan pekerjaan SID menurut

na dan sarana dasar (PSD)

pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan

langkah pendekatan dalam

Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,

b. Pendekatan teknis meliputi kebijakan dan

khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,

serta menyusun suatu rumusan perencanaan.

E.5 LINGKUP KEGIATAN

Untuk menentukan tugas dan

pembatasan masalah, hal ini

untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.

Batasan-batasan masalah yang diambil dalam pekerjaan ini sebagai berikut

a. Wilayah studi pada pekerjaan ini adalah Kabupaten

b. Lingkup kajian adalah indentifikasi potensi air serta perm

daerah tersebut.

c. Pekerjaan ini berisikan survey i

wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan

dengan menggunakan data

d. Perencanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan

berdasarkan indentifikasi daerah

e. Pekerjaan-pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan

pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik d

laboratorium, pengambilan sampel kualitas air dan penelitian kualitas air.

f. Data-data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi

berwenang yang menerbitkan.

Dalam melaksanakan pekerjaan

Timur, akan dilaksanakan oleh Konsultan pelaksana

yang dibentuk oleh Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang

Tugas dan fungsi Konsultan Pelaksana adalah :

- Melaksanakan pengumpulan data/tinjauan lapangan.

- Melaksanakan penyusunan Buku Laporan dan album

Kerangka Acuan Kerja (KAK).

- Melakukan asistensi kepada

perencanaan.

- Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan

dikembangkan potensinya tentang kegiatan yang dilakukan

- Melaksanakan diskusi pembahas

Pendekatan teknis meliputi kebijakan dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk umum dan

khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,

serta menyusun suatu rumusan perencanaan.

EGIATAN KONSULTAN

tugas dan lingkup kegiatan yang akan dilakukan oleh konsultan,

, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas arah kegiatan

untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.

yang diambil dalam pekerjaan ini sebagai berikut :

Wilayah studi pada pekerjaan ini adalah Kabupaten Luwu Timur.

Lingkup kajian adalah indentifikasi potensi air serta permasalahan pengembagan sumber air di

Pekerjaan ini berisikan survey investigasi dan desain jaringan air baku dari potensi sumber air di

wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan

dengan menggunakan data-data yang ada (data sekunder).

Perencanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan

berdasarkan indentifikasi daerah study.

pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan

pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik d

laboratorium, pengambilan sampel kualitas air dan penelitian kualitas air.

data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi

berwenang yang menerbitkan.

Dalam melaksanakan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Jaringan Air Baku di Kabupaten Luwu

, akan dilaksanakan oleh Konsultan pelaksana yang akan didampingi oleh

Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang

an Pelaksana adalah :

Melaksanakan pengumpulan data/tinjauan lapangan.

Melaksanakan penyusunan Buku Laporan dan album gambar yang telah ditetapkan pada

Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Melakukan asistensi kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap produk laporan dan

Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan

dikembangkan potensinya tentang kegiatan yang dilakukan oleh Konsultan.

pembahasan setiap Laporan.

E - 4

peraturan yang berlaku untuk umum dan

khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,

yang akan dilakukan oleh konsultan, perlu dilakukan

kegiatan dan program kerja

untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.

salahan pengembagan sumber air di

nvestigasi dan desain jaringan air baku dari potensi sumber air di

wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan

prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan

pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan

pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik dan analisa

data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi-instansi yang

Desain Jaringan Air Baku di Kabupaten Luwu

didampingi oleh Direksi Pekerjaan

Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang.

yang telah ditetapkan pada

untuk setiap produk laporan dan gambar-gambar

Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan

oleh Konsultan.

Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu

melakukan koordinasi, konsultasi dan konsolidasi dengan instansi

provinsi maupun kabupaten.

Beberapa kegiatan dan aktivitas yang

dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar

didapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka

diperlukan secara detail tentang lingkup pekerjaan yang meliputi :

a. Pekerjaan persiapan/pendahuluan

b. Pekerjaan inventarisasi dan Indentifikasi

c. Pekerjaan pengukuran

d. Indentifikasi geologi

e. Pekerjaan analisa hidrologi

f. Pekerjaan kualitas air dan parameter

g. Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan

h. Pekerjaan planning dan desain

i. Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi Teknik

j. Penyusunan laporan.

E.5.1 Azas dan Prinsip

Azas yang digunakan didalam upaya penyediaan air

wilayah studi ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,

keterbukaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu prinsip

agar masyarakat dapat dengan mudah dan murah dalam mendapatkan air

a. mendekatkan lokasi pengambilan air

b. Memudahkan akses mendapatkan air

c. Mendorong kemandirian masyarakat

d. Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.

E.5.2 Tugas dan Kegiatan Konsultan

Kegiatan 1 : Pendahuluan

Kegiatan ini merupakan tahap awal yang akan dilaksanakan oleh Konsultan.

yang akan dilakukan oleh Konsultan

� Mobilisasi tenaga ahli dan peralatan lainnya

� Pendalaman pemahaman kerangka acuan kerja (KAK).

Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu

melakukan koordinasi, konsultasi dan konsolidasi dengan instansi-instansi yang terkait

an dan aktivitas yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan survey identifikasi

dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar

yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka

secara detail tentang lingkup pekerjaan yang meliputi :

/pendahuluan

Pekerjaan inventarisasi dan Indentifikasi

Pekerjaan analisa hidrologi

Pekerjaan kualitas air dan parameter-parameternya

Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan

dan desain

Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi Teknik

Azas dan Prinsip

Azas yang digunakan didalam upaya penyediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya

ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,

keterbukaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu prinsip-prinsip yang harus dianut adalah upaya

agar masyarakat dapat dengan mudah dan murah dalam mendapatkan air baku

mendekatkan lokasi pengambilan air baku,

Memudahkan akses mendapatkan air baku berdasarkan kebutuhan masyarakat,

Mendorong kemandirian masyarakat dan pemerintah Kabupaten/Kota, dan

Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.

Tugas dan Kegiatan Konsultan

Pendahuluan

tahap awal yang akan dilaksanakan oleh Konsultan. Pada tahap ini kegiatan

yang akan dilakukan oleh Konsultan meliputi antara lain :

Mobilisasi tenaga ahli dan peralatan lainnya.

Pendalaman pemahaman kerangka acuan kerja (KAK).

E - 5

Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu

instansi yang terkait baik di tingkat

diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan survey identifikasi

dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar

yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka

di Kabupaten Luwu Timur khususnya

ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,

harus dianut adalah upaya

baku dengan cara:

berdasarkan kebutuhan masyarakat,

dan pemerintah Kabupaten/Kota, dan

Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.

Pada tahap ini kegiatan

� Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi

pelaksanaan.

� Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan

dengan pekerjaan ini.

� Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana

daerah pelayanan air baku, irigas

Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja

maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan

masukan tambahan dari Pemberi Tugas serta Instansi terkai

Kegiatan 2 : Inventarisasi dan Identifikasi

Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serang

kegiatan survei dan juga wawancara.

Adapun survei dan pengumpulan data yang akan dilakukan mencakup :

• Wilayah studi dan wilayah pelayanan

• Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi

• Menyusun semua bangunan keairan yang ada dalam wilayah studi

• Memperkirakan besarnya potensi ketersediaan sumber air (hidrologi)

• Geoklilmatologi dan topografi

• Demografi

• Merencanakan kemungkinan pemanfaatan untuk air baku, irigasi dan lain

Dalam Kegiatan ini tercakup pula menyiap

diperlukan) .

Kegiatan 3 : Pengukuran dan

Setelah ditentukan lokasi-lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan

menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh

Konsultan adalah melakukan survey topografi. Kegia

� Pengumpulan peta topografi skala 1 :

� Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan

melintang sejauh 500 m yaitu

� Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang

rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah

belokan 25 m.

Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi

Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan

Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana

daerah pelayanan air baku, irigasi dan lain-lain.

Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja

maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan

masukan tambahan dari Pemberi Tugas serta Instansi terkait lainnya.

Inventarisasi dan Identifikasi

Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serang

survei dan juga wawancara.

Adapun survei dan pengumpulan data yang akan dilakukan mencakup :

Wilayah studi dan wilayah pelayanan

Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi

Menyusun semua bangunan keairan yang ada dalam wilayah studi

Memperkirakan besarnya potensi ketersediaan sumber air (hidrologi)

Geoklilmatologi dan topografi

Merencanakan kemungkinan pemanfaatan untuk air baku, irigasi dan lain-

Dalam Kegiatan ini tercakup pula menyiapkan bahan untuk sosialisasi dan kuesioner

Pengukuran dan Pemetaan Topografi

lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan

menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh

Konsultan adalah melakukan survey topografi. Kegiatan tersebut akan meliputi sebagai berikut :

Pengumpulan peta topografi skala 1 : 50.000 dan atau 1 : 25.000 pada daerah pekerjaan

Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan

melintang sejauh 500 m yaitu 300 m ke hulu dan 200 m ke hilir

Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang

rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah

E - 6

Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi kerja dan jadwal

Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan

Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana

Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja

maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan

Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serangkaian

Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi

-lain.

sosialisasi dan kuesioner ( jika

lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan

menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh

tan tersebut akan meliputi sebagai berikut :

pada daerah pekerjaan

Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan

Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang

rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah

� Pengukuran jalur pipa dari

situasi 1 : 1.000 ; memanjang V = 1 : 1000 dan H = 1 : 1.000

� Laporan penunjang bidang topografi dan survey.

Kegiatan 4 : Survey Geologi Teknik

Survey mengenai kondisi geo

antara lain :

� Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :

1.000 dan area genangan dengan skala 1 : 5.000.

� Analisa bahan timbunan meliputi

dengan 2 (dua) sample dari tiap rencana bangunan.

Kegiatan 5 : Analisis Hidrologi

Pekerjaan Analisa Hidrologi meliputi antara lain :

a. Pengumpulan data hidrologi

- Data karakteristik daerah tangkapan hujan

- Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.

b. Analisa Hidrologi meliputi :

- Perhitungan Evaportransprasi dengan metode “Penman Modifikasi”.

- Hujan bulanan rata-

mempengaruhi daerah

- Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia

kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub D

metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ.

- Kebutuhan air.

- Potensi tampungan dan volume tampungan rencana.

- Perhitungan debit banjir rencana (Q50).

Kegiatan 6 : Analisis Kualitas Air

Pekerjaan Analisa Kualitas Air

a. Kualiatas air untuk domesti

mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan

maupun kotoran lainnya.

b Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia

penyediaan air bersih.

c. Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air baku layak diko

maupun untuk tanaman dengan mengadakan peneliti

Pengukuran jalur pipa dari bangunan pengambilan ke bangunan penjernihan dengan skala

situasi 1 : 1.000 ; memanjang V = 1 : 1000 dan H = 1 : 1.000

Laporan penunjang bidang topografi dan survey.

Survey Geologi Teknik dan Penyelidikan Mekanika Tanah

geologi teknik dan penyelidikan mekanika tanah dalam kegiatan ini

Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :

000 dan area genangan dengan skala 1 : 5.000.

Analisa bahan timbunan meliputi ys, yd, C, φ, dan K masing-masing minimung 3 (tiga) set pit

dengan 2 (dua) sample dari tiap rencana bangunan.

Analisis Hidrologi

Pekerjaan Analisa Hidrologi meliputi antara lain :

Pengumpulan data hidrologi antara lain :

Data karakteristik daerah tangkapan hujan

Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.

Analisa Hidrologi meliputi :

Perhitungan Evaportransprasi dengan metode “Penman Modifikasi”.

-rata dipakai cara Aljabar atau yang lain diambil dari stasiun yang

h tangkapan.

Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia

kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub D

metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ.

an dan volume tampungan rencana.

ngan debit banjir rencana (Q50).

Analisis Kualitas Air

jaan Analisa Kualitas Air meliputi :

Kualiatas air untuk domestik sangat diperlukan dalam rangka menjamin kesehatan yang

mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan

maupun kotoran lainnya.

Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia

Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air baku layak dikonsumsi penduduk, ternak,

maupun untuk tanaman dengan mengadakan penelitian kualitas air di laboratorium

E - 7

bangunan pengambilan ke bangunan penjernihan dengan skala

dan Penyelidikan Mekanika Tanah

dan penyelidikan mekanika tanah dalam kegiatan ini meliputi

Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :

masing minimung 3 (tiga) set pit

Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.

rata dipakai cara Aljabar atau yang lain diambil dari stasiun yang

Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia

kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub DAS bagian hulu dan

metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ. Mock atan NRECA).

sangat diperlukan dalam rangka menjamin kesehatan yang

mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan

Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia untuk

sumsi penduduk, ternak,

an kualitas air di laboratorium

d. Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :

- Parameter fisika

- Parameter kimia (kimia, anorganik, kimia organi

e. Hasil analisis di laboratorium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh

Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun

1995.

f. Pengambilan sample masing

Kegiatan 7 : Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan

Pekerjaan sosio ekonomi dan tata guna lahan meliputi :

• Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi

terdahulu (jika ada).

• Tataguna lahan dan status

penduduk yang kemungkinan terkena bangunan.

• Analisa ekonomi/kelayakan.

Kegiatan 8 : Planning dan Desain

Kriteria perencanaan yang digunakan m

bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap lainnya, meliputi :

� Penentuan lokasi

� Pengukuran / pemetaan

� Penentuan tata letak bangunan

� Analisis hidrologi

� Perencanaan bangunan intake dan fasilitasnya

� Perencanaan bangunan penjernihan

� Sistem distribusi

Kegiatan 9 : Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain

Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru

sesuai yang berlaku di daerah setempat.

Perhitungan rencana anggaran biaya, meliputi :

� Perhitungan volume pekerjaan berdasarkan hasil perencanaan

� Rencana anggaran biaya

� Menggunakan koefisien standard dalam perhitungan harga satuan.

Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :

Parameter kimia (kimia, anorganik, kimia organik, mikrobiologi dan radi

rium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh

Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun

masing-masing lokasi rencana diambil 2 (dua) titik sample.

Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan

Pekerjaan sosio ekonomi dan tata guna lahan meliputi :

Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi

Tataguna lahan dan status kepemilikan tanah serta cara pembebasan tanah dan pemindahan

penduduk yang kemungkinan terkena bangunan.

Analisa ekonomi/kelayakan.

Planning dan Desain

Kriteria perencanaan yang digunakan mengacu pada buku Pedoman Kriteria Desain jaringan pip

bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap lainnya, meliputi :

bangunan

Perencanaan bangunan intake dan fasilitasnya

Perencanaan bangunan penjernihan

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain

Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru

sesuai yang berlaku di daerah setempat.

rencana anggaran biaya, meliputi :

volume pekerjaan berdasarkan hasil perencanaan

Menggunakan koefisien standard dalam perhitungan harga satuan.

E - 8

Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :

radio aktif)

rium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh

Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun

masing lokasi rencana diambil 2 (dua) titik sample.

Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan

Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi

kepemilikan tanah serta cara pembebasan tanah dan pemindahan

ngacu pada buku Pedoman Kriteria Desain jaringan pipa,

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain

Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru

Kegiatan 10 : Pelaporan

Laporan pekerjaan yang diserahkan konsultan antara lain sebagai berikut :

� Laporan bulanan

� Laporan Awal (Pendahuluan)

� Laporan Sisipan

� Draft Laporan Akhir

� Draft Laporan Penunjang

� Laporan Akhir terdiri :

a. Laporan Utama ( Buku I )

b. Laporan Penunjang :

� Hidrologi ( Buku II )

� Pengukuran dan Diskripsi BM

� Geoteknik ( Buku IV )

� Perhitungan Planning dan Desain ( Buku V )

� Sosio Agro Ekonomi ( Buku VI )

� Evaluasi Kelayakan/Ekonomi ( Buku VII )

� Rencana Anggaran Biaya ( Buku VIII )

� Dokumen Tender ( Buku IX )

c. Laporan Ringkasan ( Executive Summary Report) ( Buku X )

d. Gambar-Gambar

e. Album Foto Lokasi

E.6 KRITERIA UMUM

Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan

oleh konsultan antara lain :

- Peta Topografi Skala 1: 50

- Peta Tataguna lahan

- Peta Geologi Regional

- Peta Tata Ruang Pengembangan

- Foto Udara (jika ada)

- Peta Citra Satelit (jika ada)

- Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan

- Peta Jenis Tanah

- Peta Kemampuan dan Kesusuaian Tanah

- Peta Potensi Banjir (jika ada)

- Peta Penyebaran Penduduk

- Peta Kemiringan Lereng

Pelaporan

Laporan pekerjaan yang diserahkan konsultan antara lain sebagai berikut :

n Awal (Pendahuluan)

Laporan Utama ( Buku I )

( Buku II )

Pengukuran dan Diskripsi BM ( Buku III )

( Buku IV )

Planning dan Desain ( Buku V )

Sosio Agro Ekonomi ( Buku VI )

Evaluasi Kelayakan/Ekonomi ( Buku VII )

Rencana Anggaran Biaya ( Buku VIII )

Dokumen Tender ( Buku IX )

Laporan Ringkasan ( Executive Summary Report) ( Buku X )

MUM

Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan

Peta Topografi Skala 1: 50.000

Peta Tata Ruang Pengembangan Wilayah Kecamatan / Kabupaten

Peta Citra Satelit (jika ada)

Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan

Peta Kemampuan dan Kesusuaian Tanah

Peta Potensi Banjir (jika ada)

Peta Penyebaran Penduduk

E - 9

Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan

- Data kejadian bajir

- Data curah hujan

- Data Tinggi Muka Air Sungai

- Data Klimatologi

- Data pengukuran Debit Sungai

- Hasil perhitungan debit Banjir rencanan (Study Terdahulu jika ada)

- Data produksi pertanian

- Data pola tanam

- Data jumlah penduduk

- Data penyebaran penduduk

- Perkiraan proyeksi Jumlah penduduk

- Data / Program Konservasi Dari Dinas Kehutanan

- Data rencana pembukaan Hutan dll.

Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa

referensi yang umum digunakan dalam pekerjaan

A. Kriteris Perencanaan

- KP-03 : Bagian Saluran

- KP-04 : Bagian Bangunan

- KP-06 : Bagian Parameter Bangunan

- KP-07 : Bagian Standart Penggambaran

B. Bangunan Irigasi

- BI-01 Tipe Bangunan Irigasi

- BI-02 Standart Bangunan Irigasi

C. Persyaratan Teknis

- PT-01 Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi

- PT-02 Bagian Pengukuran Topografi

- PT-03 Bagian Penyelidikan Geologi Teknik & mekTan & Batuan

D. Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia

E. Standart Nasional Indonesia (SNI)

Beberapa Standart Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai

referensi dalam pelaksanaan antara lain:

Data Tinggi Muka Air Sungai

Data pengukuran Debit Sungai

Hasil perhitungan debit Banjir rencanan (Study Terdahulu jika ada)

Data penyebaran penduduk

Perkiraan proyeksi Jumlah penduduk

Data / Program Konservasi Dari Dinas Kehutanan

Data rencana pembukaan Hutan dll.

Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa

referensi yang umum digunakan dalam pekerjaan antara lain:

03 : Bagian Saluran

04 : Bagian Bangunan

06 : Bagian Parameter Bangunan

07 : Bagian Standart Penggambaran

01 Tipe Bangunan Irigasi

02 Standart Bangunan Irigasi

agian Perencanaan Jaringan Irigasi

02 Bagian Pengukuran Topografi

03 Bagian Penyelidikan Geologi Teknik & mekTan & Batuan

Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia

Standart Nasional Indonesia (SNI)

Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai

referensi dalam pelaksanaan antara lain:

E - 10

Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa

Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia

Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai

Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan

Tata cara perencanaan umum bendung

Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk Bangunan di sungai

Metode perhitungan debit banjir

Metode pembuatan lengkung debit dan tabel sundengan analisa grafis

Metode pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan

Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk contoh tanah

Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan

Metode pengujian kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi tanpa drainase

Metode pengujian batas s

Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat hidrometer

Tata cara pemantauan tekanan air pori dengan alat pisometer penumatik

Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus dengan cetakan benda uji

Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif

Metode pengujian laboratorium untuk fisika pada contoh batu

Spesifikasi beton siap pakai

Tatacara perhitungan beton tidak bertulang struktural

Dan Lain-Lain

Tabel E-1

Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan

Judul Standart

Tata cara perencanaan umum bendung

Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk Bangunan di

Metode perhitungan debit banjir

Metode pembuatan lengkung debit dan tabel sungai/saluran terbuka

Metode pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan

Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk contoh

Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan

Metode pengujian kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi

Metode pengujian batas susut tanah

Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat

Tata cara pemantauan tekanan air pori dengan alat pisometer

Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus dengan cetakan

Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif

Metode pengujian laboratorium untuk menentukan parameter sifat fisika pada contoh batu

Spesifikasi beton siap pakai

Tatacara perhitungan beton tidak bertulang struktural

E - 11

Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan )

No. SNI/ SK. SNI

SNI 03-2401-1991 SK SNI T-02-1990-F

SNI 03-1724-1989 SKBI - 1.3.10.1987

SNI 03-2415-1991 SK SNI M-18-1989-F

SNI 03-2822-1992 SK SNI M-07-1991-03

SNI 03-2411-1991 SK SNI M-01-1989-F

SNI 03-2435-1991 SK SNI M 22-1990-F

SNI 03-2849-1992 SK SNI T-17-1991-03

SNI 03-3420-1994 SK SBNI M-20-1993-03

SNI 03-3422-1994 SK SNI M-22-1993-03

SNI 03-3423-1994 SK SNI M-23-1993-03

SNI 03-3453-1994 SK SNI T-11-1993-03

SNI 03-3637-1994 SK SNI M-07-1993-03

SNI 03-3638-1994 SK SNI M-08-1993-03

SNI 03-2437-1991 SK SNI M-24-1990-F

Pd. S-02-1996-03 SNI 03-4433-1997

Pd T-01-1997-03

E.7 KRITERIA PERENCANAAN

E.7.1 Umum

Tujuan dari pengembangan penyediaan

pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis

kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh

pihak-pihak lain yang berkepenting

kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut

haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.

Dengan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif

pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

penyediaan air baku adalah masalah

sosial ekonomi.

Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan

sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta

topografi yang ada diperoleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi

prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi

berupa lokasi bendung, bendungan, embung dan lain

sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim

kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan

dimusim hujan dapat mengurangi resiko banjir.

E.7.2 Formulasi Pengembangan

Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang

dikembangkan sebagai penduku

Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan di

menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih

perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Berdasarkan potensi pengembangan prasarana dan sarana

jaringan air baku di Kabupaten

jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan

pada sejumlah kriteria sebagai berik

• Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU

ERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN AIR

Tujuan dari pengembangan penyediaan jaringan air baku adalah mengidentifikasi dan merumuskan

pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis

kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh

pihak lain yang berkepentingan. Rencana tersebut merupakan alat perencanaan dan koordinasi

kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut

haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.

gan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif

pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

penyediaan air baku adalah masalah-masalah kependudukan, kondisi topografi, g

Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan

sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta

oleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi

prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi

berupa lokasi bendung, bendungan, embung dan lain-lain. Untuk mempertinggi ketersediaan

sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim

kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan

dimusim hujan dapat mengurangi resiko banjir.

Pengembangan

Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang

dikembangkan sebagai pendukung pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata

Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan di

menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih

perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Berdasarkan potensi pengembangan prasarana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan

air baku di Kabupaten Luwu Timur, formulasi pengembangan di bagi dalam tiga tahap yaitu

jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan

pada sejumlah kriteria sebagai berikut :

Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU

E - 12

IR BAKU

adalah mengidentifikasi dan merumuskan

pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis

kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh

an. Rencana tersebut merupakan alat perencanaan dan koordinasi

kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut

haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.

gan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif-alternatif

pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

masalah kependudukan, kondisi topografi, geologi, hidrologi dan

Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan

sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta

oleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi

prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi-lokasi tersebut dapat

lain. Untuk mempertinggi ketersediaan air baku

sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim

kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan

Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang

pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata

Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan digunakan untuk

menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih

perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

dasar pengairan untuk penyediaan

, formulasi pengembangan di bagi dalam tiga tahap yaitu

jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan

Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU-Pengairan, penduduk

setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang

dari atau 5 tahun dan perlu mendapat segera.

• Jangka menengah adalah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan

dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.

• Jangka panjang adalah jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan

dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.

E.7.3 Rencana Pengembangan Penyediaan

Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan

baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan yang ada.

Rencana pengembangan jangka pen

berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air

dalam bentuk embung skala kecil.

Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat

pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih

tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah

studi yang tidak dapat dilaksanakan dalam rencan

Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air

baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana

jangka pendek dan menengah berfungsi

E.7.4 Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi

Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala

atau hambatan dalam rangka

• Aspek Hidrologi

• Aspek Sosioekonomi

• Aspek Geologi

• Aspek Topografi

• Aspek Tanah

Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang

setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang

dari atau 5 tahun dan perlu mendapat segera.

alah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan

dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.

jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan

dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Kabupaten

Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan

baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas

pertimbangan yang ada.

Rencana pengembangan jangka pendek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air di

berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air

dalam bentuk embung skala kecil.

Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat

pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih

tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah

studi yang tidak dapat dilaksanakan dalam rencana pengembangan jangka pendek.

Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air

baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana

jangka pendek dan menengah berfungsi dengan baik.

Aspek Yang Mempengaruhi

Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala

atau hambatan dalam rangka Survey identifikasi dan desain jaringan air baku antara lain

Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang

E - 13

setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang

alah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan

dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.

jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan

dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.

Baku Kabupaten

Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan jaringan air

baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas

dek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air di

berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air

dimulai saat ini dan

pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih

tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah

a pengembangan jangka pendek.

Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air

baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana

Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala

Survey identifikasi dan desain jaringan air baku antara lain meliputi :

Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang

mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.

E.7.5 Potensi Ketersediaan Air

(1) Potensi Air / Ketersediaan Air

Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum

industri maupun PLTA dan lain

study ini perhitungan potensi air digunakan untuk mengetahui po

di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk

menghitung besaran debit air

(2) Karakteristik Wilayah atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS.)

Sebagai gambaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang

beberapa DPS. , digunakan

parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi p

Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai

Parameter

1. Hutan Perbandingan antara luas hutan dengan luas DPS

2. Curah hujan Curah hujan tahunan

3. Irigasi Perbandingan antara luas dengan luas sub DPS

4. Populasi Kerapatan penduduk

Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:

Kelas Hutan

(%)

1 12,5 – 30,0

2 30,0 - 46,0

3 46,0 - 63,0

4 63,0 - 80,0

5 > 80,0

Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai

mana disajikan seperti pada Gambar berikut:

mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.

Potensi Ketersediaan Air

Potensi Air / Ketersediaan Air

Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum

industri maupun PLTA dan lain-lain) dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam

study ini perhitungan potensi air digunakan untuk mengetahui potensi sumber daya air secara makro

di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk

debit air yang bias dimanfaatkan.

Karakteristik Wilayah atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS.)

mbaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang

digunakan suatu grafik radar yang merupakan hubungan antara empat (4)

parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi p

Tabel E-2

Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai

Rincian

Perbandingan antara luas hutan dengan luas DPS

12,5 %

Curah hujan tahunan 1.500

Perbandingan antara luas daerah irigasi dengan luas sub DPS

0 %

Kerapatan penduduk 0 -

Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:

Tabel E-3 Pembagian kelas Parameter DPS

Irigasi

(%)

Populasi

(orang/km2)

30,0 0 – 2,5 0 - 25

46,0 2,5 - 5,0 25 - 75

63,0 5,0 – 10,0 75 - 150

80,0 10,0 - 15,0 150 - 250

> 15,0 > 250

Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai

mana disajikan seperti pada Gambar berikut:

E - 14

mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.

Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum

lain) dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam

tensi sumber daya air secara makro

di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk

mbaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang terdiri atas satu atau

suatu grafik radar yang merupakan hubungan antara empat (4)

parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi penduduk.

Range

12,5 % - 80 %

1.500 - 3.000 mm/tahun

0 % - 15 %

250 orang/km2

Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:

Hujan

(mm/tahun)

< 1.500

1.500 - 2.000

2.000 - 2.500

2.500 - 3.000

> 3.000

Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai

Tipe vertikal mempunyai potensi air besar

Gambar E – 2

Klasifikasi DPS Jenis Tidak Berkembang

Tipe horisontal mempunyai potensi air kecil

Gambar E – 5 Klasifikasi DPS

Jenis Berkembang

Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing

masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai

rentang dari 1 untuk kelas terendah (1) sampai 5 untuk kelas te

semakin tinggi kelas semakin baik pula kondisi DPS tersebut.

kelas terendah (1) dan –5 untuk kelas tertinggi (5).

Berdasarkan Tabel diatas maka dibuat predikat berdasarkan jumlah

ini seperti terlihat pada Tabel berikut

Penduduk

Gambar E – 1

Klasifikasi DPS Jenis Rerata

Tipe vertikal mempunyai potensi air besar

Gambar E – 3 Gambar

Klasifikasi DPS Klasifikasi DPSJenis Tidak Berkembang Jenis Rural A Jenis U

Tipe horisontal mempunyai potensi air kecil

Gambar E – 6 Gambar Klasifikasi DPS Klasifikasi DPS

Jenis Rural A Jenis U

Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing

masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai

rentang dari 1 untuk kelas terendah (1) sampai 5 untuk kelas tertinggi (5), hal ini mengingat bahwa

semakin tinggi kelas semakin baik pula kondisi DPS tersebut. Sedangkan nilai hutan adalah

5 untuk kelas tertinggi (5).

Berdasarkan Tabel diatas maka dibuat predikat berdasarkan jumlah nilainya. Pemberian predikat nilai

ini seperti terlihat pada Tabel berikut :

Hutan

Irigasi

Hujan

Penduduk

E - 15

Gambar E – 4

Klasifikasi DPS Jenis Urban A

Gambar E – 7 Klasifikasi DPS

Jenis Urban A

Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing-

masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai

rtinggi (5), hal ini mengingat bahwa

Sedangkan nilai hutan adalah –1 untuk

nilainya. Pemberian predikat nilai

Jumlah Nilai

10 < nilai

8 < nilai 6 < nilai

(3) Kebutuhan Air baku

Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten

secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana

Dalam perhitungan kebutuhan air hal

• Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik

• Kebutuhan air untuk untuk pemeliharaan sungai

• Kebutuhan air untuk peternakan

• Kebutuhan air untuk perikanan

• Kebutuhan air untuk industri

• Kebutuhan air untuk irigasi

Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana

pengembangan jangka pendek/rencana konstruksi) , hal

• Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik

• Kebutuhan air untuk peternakan

• Kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain

Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis

kebutuhan air akan dilakukan dengan pendekatan

sejauh tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.

Keseimbangan air di wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat

ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.

Tabel E-4

Klasifikasi Predikat DPS

Jumlah Nilai Predikat

≥ 12 Sangat Berkembang

10 < nilai ≤ 12 Berkembang

8 < nilai ≤ 10 6 < nilai ≤ 8

Sedang BerkembangKurang Berkembang

≤ 6 Belum Berkembang

Kebutuhan Air baku

Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten

secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana bangunan penyediaan air baku

Dalam perhitungan kebutuhan air hal-hal yang akan dikaji meliputi :

Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik

Kebutuhan air untuk untuk pemeliharaan sungai

Kebutuhan air untuk peternakan

Kebutuhan air untuk perikanan

Kebutuhan air untuk industri

Kebutuhan air untuk irigasi

Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana bangunan penyediaan air

pengembangan jangka pendek/rencana konstruksi) , hal-hal yang akan dikaji meliputi :

Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik

Kebutuhan air untuk peternakan

tuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain-lain),

Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis

kebutuhan air akan dilakukan dengan pendekatan-pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis

sifat esensial dan masih bersifat normal.

wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat

ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.

E - 16

Sangat Berkembang

Sedang Berkembang Kurang Berkembang

Belum Berkembang

Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten

bangunan penyediaan air baku.

bangunan penyediaan air ( untuk rencana

hal yang akan dikaji meliputi :

Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis

pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis

wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat

ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.

E.8 METODOLOGI P

E.8.1 Pekerjaan Hidrologi Dan Keseimbangan Air

E.8.1.1 Umum

Kegiatan analisis hidrologi dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air

yaitu :

• Aliran masuk (inflow)

• Tampungan

• Banjir Desain untuk menentukan kapasitas

Dan untuk menghitung besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana

akan dikembangkan ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam

melakukan perhitungan hujan rata

tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan

harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat

daerah cekungan juga harus ditentukan.

Untuk menentukan debit banjir dan aliran masuk diperlukan :

• Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang

terdekat.

• Data evapotranspirasi dan eva

• Peta topografi daerah lokasi dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2.000

• Posisi lokasi rencana embung dalam bujur dan lintang geografik

• Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.

E.8.1.2 Analisis Potensi Air

Potensi air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko

kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk

mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersedia

diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang

jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.

Ada berbagai cara yang dipakai dalam menganalisa debit andalan. M

ciri khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan

pertimbangan antara lain : data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengala

PELAKSANAAN

Pekerjaan Hidrologi Dan Keseimbangan Air

dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air

Banjir Desain untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan pelimpah (

Dan untuk menghitung besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana sumber air permukaan yang

ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam

melakukan perhitungan hujan rata-rata dan evapotranspirasi sangat bergantung dari lokasi rencana

tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan

harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat bangunan air (embung) serta elevasi tertinggi di

daerah cekungan juga harus ditentukan.

Untuk menentukan debit banjir dan aliran masuk diperlukan :

Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang

Data evapotranspirasi dan evaporasi yang berlaku untuk wilayah studi.

Peta topografi daerah lokasi dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2.000

Posisi lokasi rencana embung dalam bujur dan lintang geografik

Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.

Analisis Potensi Air

air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko

rhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk

mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersedia

diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang

jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.

berbagai cara yang dipakai dalam menganalisa debit andalan. Masing-masing cara mempunyai

i khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan

pertimbangan antara lain : data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengalaman

E - 17

dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air meliputi tiga hal,

dan dimensi bangunan pelimpah (spillway)

sumber air permukaan yang

ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam

rata dan evapotranspirasi sangat bergantung dari lokasi rencana

tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan

serta elevasi tertinggi di

Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang

air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko

rhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk

mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersediaan air untuk embung

diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang

jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.

masing cara mempunyai

i khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan-

man-pengalaman.

Beberapa Metode Perhitungan Debit Andalan

No Catatan Debit

1a Data cukup ( 20 th atau lebih )

1b Data terbatas

2 Data minimal atau tidak ada

3 Data tidak ada

Sumber : KP-01

I. Data yang digunakan

Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun

hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.

II. Uji Konsistensi Data Hujan Yang Digunaka

Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (

analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan

digunakan terlebih harus melewati pengujian untuk konsiste

mempengaruhi ketelitian hasil analisis.

Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :

• Penggantian jenis alat yang memiliki spesifikasi berbeda

• Pemindahan lokasi alat

• Perubahan lingkungan mendadak.

Tabel E - 5

Beberapa Metode Perhitungan Debit Andalan

Metode

Data cukup ( 20 th atau Analisis frekuensi distribusi frekuensi normal

Debit rata2 tengah bulanan dg kemungkinan tak terpenuhi

Analisis frekuensi Rangkaian debit dihubungkan dengan rangkaian curah hujan yang mencakup waktu lebih lama

Seperti pada 1a dg ketelitian kurang dari itu

Data minimal atau tidak a. Model simulasi perimbangan air NRECA, Dr. Mock atau sejenisnya. Curah hujan di daerah aliran sungai, evapotranspirasi, vegetasi, tanah dan karakteristik geologis daerah aliran sebagai data masukan

b. Perbandingan dengan daerah aliran sungai di dekatnya

Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu

Metode Kapasitas Saluran Aliran rendah dihitung dari muka air rendah, pot. Melintang sungai & kemiringan yg sudah diketahui. Metode tidak tepat ; hanya sebagai pembanding

Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu

Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun

hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.

Uji Konsistensi Data Hujan Yang Digunakan

Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (

analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan

digunakan terlebih harus melewati pengujian untuk konsistensi data, karena hal ini dapat

mempengaruhi ketelitian hasil analisis.

Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :

Penggantian jenis alat yang memiliki spesifikasi berbeda

mendadak.

E - 18

Parameter Perencanaan

Debit rata2 tengah bulanan dg kemungkinan tak terpenuhi 1%

Seperti pada 1a dg ketelitian kurang dari itu

Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu

Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu

Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun

hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.

Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (point rainfall). Dalam

analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan

nsi data, karena hal ini dapat

Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :

Cara pengujian yang digunakan , yaitu :

a. Metode Lengkung kurva massa ganda

b. Metode RAP’S

A. Metode Lengkung Kurva Massa (

Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang

dilakukan adalah lengkung massa ganda

hujan komulatif stasiun yang diuji dengan besaran komulatif rata

acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.

Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan

kurva komulatif hujan tahunan refe

data tersebar. Rumus yang dipakai adalah :

I = 1 Xt = Σ R. At N = t

I = 1 Yt = Σ Ri N = t

DMCt = ( Xt , Yt )

Dimana :

Xt = Komulatif hujan stasiun A pada tahun ke t

Yt = Komulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t

Ri = Rata-rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t

RAt = Curah hujan tahunan di stasiun A

DMCt = Titik koordinat kurve lengkung massa ganda tahun ke t

Metode ini masih sering menimbulkan

konsistennya stasiun-stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding

yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan

mendeteksi penggeseran nilai rata

B. Metode RAP’S

Salah satu cara klasik yang digunakan adalah metode RAPS (

pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif

penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya.

Cara pengujian yang digunakan , yaitu :

Metode Lengkung kurva massa ganda

Metode Lengkung Kurva Massa ( Double Mass Analysis )

Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang

dilakukan adalah lengkung massa ganda ( double mass analysis ) dengan menggambarkan besaran

hujan komulatif stasiun yang diuji dengan besaran komulatif rata-rata hujan dari beberapa stasiun

acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.

Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan

kurva komulatif hujan tahunan referensi. Pengujian dilakukan dari tahun data terkecil sampai dengan

data tersebar. Rumus yang dipakai adalah :

Komulatif hujan stasiun A pada tahun ke t

Komulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t

rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t

Curah hujan tahunan di stasiun A

Titik koordinat kurve lengkung massa ganda tahun ke t

Metode ini masih sering menimbulkan keraguan karena masih terdapat kemungkinan tidak

stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding

yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan

geseran nilai rata-rata (mean).

Salah satu cara klasik yang digunakan adalah metode RAPS ( Rescaled Adjusted Partial Sums

pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif

rat terhadap nilai reratanya.

E - 19

Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang

dengan menggambarkan besaran

ujan dari beberapa stasiun

acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.

Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan

Pengujian dilakukan dari tahun data terkecil sampai dengan

rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t

keraguan karena masih terdapat kemungkinan tidak

stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding

yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan

Rescaled Adjusted Partial Sums ) yaitu

pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif

Persamaan-persamaan yang digunakan adalah :

So* = 0

KSk** = Σ i = 1

Sk*Sk** = ------ DY

n DY2 = Σ i = 1

Nilai Statistik Nilai Statistik

Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel

3-6 maka data masih dalam batasan

n 90 %

10 1,05

20 1,10

30 1,12

40 1,13

50 1,14

100 1,17

1,22

Sumber : Sri Harto : 1993 : 60

III. Hujan Rerata DAS

Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa

metode yaitu :

1. Rata-rata aljabar

2. Poligon Thiessen

3. Isohyet

persamaan yang digunakan adalah :

0

K ( Yi – Yr ) , k = 1,2,3, … n

i = 1

Sk* ------ Dengan k = 0 , 1 , 2 , … n DY

( Yi – Yr )2

i = 1

Q Q = Maks Sk** 0 < k < n

R R = Maks Sk** - Min Sk** 0 < k < n 0

Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel

6 maka data masih dalam batasan konsisten.

Tabel E - 6

Nilai Statistik Q dan R

Q/√n R/√n

90 % 95 % 99 % 90 % 95 %

1,05 1,14 1,29 1,21 1,28

1,10 1,22 1,42 1,34 1,43

1,12 1,24 1,46 1,40 1,50

1,13 1,26 1,50 1,42 1,53

1,14 1,27 1,52 1,44 1,55

1,17 1,29 1,55 1,50 1,62

1,22 1,36 1,63 1,62 1,75

Sumber : Sri Harto : 1993 : 60

Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa

E - 20

Min Sk** n 0 < k < n

Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel

99 %

1,38

1,60

1,70

1,74

1,78

1,86

2,00

Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa

Salah satu cara yang akan digunakan d

metode Poligon Thiessen.

Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap

hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut

merupakan factor koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.

Persamaan umum yang dipergunakan :

P = Σ ( pi. Fk )

Fk = Ai/A

Dimana :

Pi = Kedalaman hujan di stasiun i

Fk = Faktor koreksi

Ai = Luas daerah yang diwakili stasiun i

A = Luas total

P = Hujan rata-rata DAS

IV. Evapotranspirasi

Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),

diantaranya : rumus Blaney Criddle

Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk dipakai.

(Eto) ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip yang sama yaitu :

Besar Eto sangat dipengaruhi oleh keadaa

sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis

khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak

jauh dari khatulistiwa.

Perhitungan Eto membutuhkan data iklim yang benar

disebut sebagai data terukur).

yaitu :

1. t , suhu bulanan rata-rata (

2. RH , kelembaban relatif bulanan rata

3. n/N , kecerahan angin bulanan rata

4. Letak lintang daerah yang ditinjau, dan

5. Angka koreksi ( c )

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan persamaan

dirumuskan sebagai berikut :

Eto = c [ w . Rn + ( 1 – w ) . f(u) .

Salah satu cara yang akan digunakan dalam studi ini untuk menghitung hujan rerata DAS adalah

Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap

wakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut

merupakan factor koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.

Persamaan umum yang dipergunakan :

Kedalaman hujan di stasiun i

Luas daerah yang diwakili stasiun i

rata DAS

Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),

Blaney Criddle, Radiasi dan rumus Penman yang oleh Badan Pangan dan

Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk dipakai. Dalam menghitung evapotranspirasi potensial

(Eto) ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip yang sama yaitu :

Eto = c. ET*

Besar Eto sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Sementara itu diketahui, bahwa iklim suatu daerah

sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis

khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak

Perhitungan Eto membutuhkan data iklim yang benar-benar terjadi di suatu tempat (selanjutnya

disebut sebagai data terukur). Untuk rumus Penmann perhitungan Eto membutuhkan data terukur

rata ( oC )

kelembaban relatif bulanan rata-rata ( % )

n/N , kecerahan angin bulanan rata-rata (m/det)

Letak lintang daerah yang ditinjau, dan

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan persamaan Penmann Modifikasi FAO

w ) . f(u) . (ea – ed) ]

E - 21

menghitung hujan rerata DAS adalah

Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap

wakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut

Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),

rumus Penman yang oleh Badan Pangan dan

Dalam menghitung evapotranspirasi potensial

n iklim. Sementara itu diketahui, bahwa iklim suatu daerah

sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis

khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak

benar terjadi di suatu tempat (selanjutnya

perhitungan Eto membutuhkan data terukur

Penmann Modifikasi FAO yang

Dimana :

Eto = Evapotranspirasi tanaman ( mm/hari)

W = Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3

Rn = Radiasi netto (mm/hari)

= 0,75 Rs – Rn1

Rs = Radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)

= (0,25 + 0,54 n/N ) R

Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang

dipengaruhi oleh letak lintang daerah, harga Ra (Tabel 3

Hubungan Suhu dengan nilai e

Suhu (oC)

24,0

24,2

24,4

24,6

24,8

25,0

25,2

25,4

25,6

25,8

26,0

26,2

26,4

26,6

26,8

27,0

27,2

27,4

27,6

27,8

28,0

28,2

28,4

28,6

28,8

29,0

29,2

29,4

Evapotranspirasi tanaman ( mm/hari)

Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3

Radiasi netto (mm/hari)

Radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)

(0,25 + 0,54 n/N ) Ra

Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang

dipengaruhi oleh letak lintang daerah, harga Ra (Tabel 3-14)

Tabel 5 - 7

Hubungan Suhu dengan nilai ea, w dan f(t)

C) ea (mbar) W

29,85 0,735

30,21 0,737

30,57 0,739

30,94 0,741

31,31 0,743

31,69 0,745

32,06 0,747

32,45 0,749

32,83 0,751

33,22 0,753

33,62 0,755

34,02 0,757

34,42 0,759

34,83 0,761

35,25 0,763

35,66 0,765

36,09 0,767

36,50 0,769

36,94 0,771

37,37 0,773

37,81 0,775

38,25 0,777

38,70 0,779

39,14 0,781

39,61 0,783

40,06 0,785

40,47 0,787

40,88 0,789

E - 22

Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3-13)

Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang

f(t)

15,40

15,45

15,50

15,55

15,60

15,65

15,70

15,75

15,80

15,85

15,90

15,94

15,98

16,02

16,04

16,10

16,14

16,18

16,22

16,26

16,30

16,34

16,38

16,42

16,46

16,50

16,54

16,58

29,6

Sumber : FAO, 1997

Untuk Daerah Indonesia, antara 5

Bulan 5

Jan 13,0

Feb 14,0

Mar 15,0

Aprl 15,1

Mei 15,3

Jun 15,0

Jul 15,1

Agst 15,3

Sept 15,1

Okt 15,7

Nop 14,8

Des 14,6

Sumber : FAO,19971

Rn1 = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

= f(t) . f(ed) . f(n/N)

f(t) = Fungsi suhu ( σ

σ = Konstanta Bolzman (mm/hari)

Ta = Suhu (0 C)

F(ed) = Fungsi tekanan uap ( 0,34

f (n/N) = Fungsi kecerahan ( 0,1 + 0,9 n/N )

n = Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)

N = Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel

41,29 0,791

Sumber : FAO, 1997

Tabel E - 8

Besaran Angka Angot (Ra) (mm/hari) Untuk Daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100LS

Lintang Utara Lintang Selatan

5 4 2 0 2 4

13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8

14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0

15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6

15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7

15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4

15,0 14,4 14,2 13,9 13,5 13,2 12,8

15,1 14,6 14,3 14,1 13,7 13,4 13,1

15,3 15,1 14,9 14,8 14,5 14,3 14,0

15,1 15,3 15,3 15,3 15,2 15,1 15,0

15,7 15,1 15,3 15,4 15,5 15,6 15,7

14,8 14,5 14,8 15,1 15,3 15,5 15,8

14,6 14,1 14,4 14,8 15,1 15,4 15,7

Sumber : FAO,19971

Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

) . f(n/N)

σ . Ta4 )

Konstanta Bolzman (mm/hari)

Fungsi tekanan uap ( 0,34 – 0,44√ed )

Fungsi kecerahan ( 0,1 + 0,9 n/N )

Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)

Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel

E - 23

16,62

LS

Lintang Selatan

6 8 10

15,8 16,1 16,2

16,0 16,1 16,0

15,6 15,5 15,3

14,7 14,4 14,0

13,4 13,1 12,6

12,8 12,4 12,6

13,1 12,7 11,8

14,0 13,7 12,2

15,0 14,9 13,3

15,7 15,8 14,6

15,8 16,0 15,6

15,7 16,0 16,0

Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)

Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel 5 - 9

Lama Matahari Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah

LS Jan Peb Mar

0 12,0 12,0 12,0

5 12,3 12,2 12,1

10 12,6 12,4 12,1

15 12,9 12,6 12,2

20 13,2 12,8 12,3

25 13,5 13,0 12,3

30 13,9 13,2 12,4

40 14,3 13,5 12,4

42 14,7 13,7 12,5

44 14,9 13,9 12,6

44 15,2 14,0 12,6

46 15,4 14,2 12,6

48 15,6 14,3 12,6

50 15,9 14,5 12,7

LU Jul Agt Sep

Sumber : FAO, 1997

f( u ) = Faktor kecepatan angin

ea – ed = Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata

jenuh (mbar)

c = Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan

malam ( Tabel 5

Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman

Tabel E - 9 Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah

Apr Mei Jun Jul Agt Sep

12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0

12,0 11,9 11,8 11,8 11,9 12,0

11,8 11,6 11,5 11,6 11,8 12,0

11,8 11,4 11,2 11,3 11,6 12,0

11,7 11,2 10,9 11,0 11,5 12,0

11,6 10,9 10,6 10,7 11,3 12,0

11,5 10,6 10,2 10,4 11,1 12,0

11,3 10,3 9,8 10,1 11,0 11,9

11,2 10,0 9,3 9,6 10,7 11,9

11,1 9,8 9,1 9,4 10,6 11,9

11,0 9,7 8,9 9,3 10,5 11,9

10,9 9,5 8,7 9,1 10,4 11,9

10,9 9,3 8,3 8,8 10,2 11,8

10,8 9,1 8,1 8,5 10,1 11,8

Okt Nop Des Jan Peb Mar

Faktor kecepatan angin

Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata-rata dengan tekanan uap air

Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan

5 - 10)

Tabel E - 10 Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman

Bulan c

Januari 1,10

Pebruari 1,10

Maret 1,00

April 0,90

Mei 0,90

Juni 0,90

Juli 0,90

Agustus 1,10

September 1,10

Oktober 1,10

Nopember 1,10

E - 24

Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah

Sep Okt Nop Des

12,0 12,0 12,0 12,0

12,0 12,2 12,3 12,4

12,0 12,3 12,6 12,7

12,0 12,5 12,8 13,0

12,0 12,6 13,1 13,3

12,0 12,7 13,3 13,7

12,0 12,9 13,6 14,0

11,9 13,1 14,0 14,5

11,9 14,4 14,4 15,0

11,9 14,6 14,6 15,2

11,9 14,7 14,7 15,4

11,9 14,9 14,9 15,7

11,8 15,2 15,2 16,0

11,8 15,4 15,4 16,3

Mar Apr Mei Jun

rata dengan tekanan uap air

Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan

Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman

Sumber : FAO,1997

dengan :

W = ∆ / ( ∆ + γ )

γ = 0,368 x ( P / L )

L = 595 – 0,51 T

P = 1013 – 0,1055 . E

∆ = 2 x ( 0,00738 x T + 0,8072)

ed = ea x Rh

ea = 33,8639 x ((0,00738 T + 0,8072 )

c = 0,68 + 0,0095 . Rhmax + 0,018125

.10-4 . Rh max . Rs . Ud

Ud = ( U2 x Ur ) / ( 43,2 x ( 1 + Ur )

Ur = Ud / Un

Dimana :

E = Elevasi di atas muka laut (m)

Ur = Kecepatan rasio

Ud = Kecepatan angin siang

Un = Kecepatan angin malam

Nilai fungsi :

F( u ) = 0,27 ( 1 + u/100 )

f ( T ) = 11,25 . 1,0133T

f (ed) = 0,34 – 0,044 √ed

f( n/N) = 0,1 + 0,9 n/N

Reduksi pengurangan temperatur

rumus :

T = ( X – 0,006H)0

Dimana :

T = Suhu udara ( 0

X = Suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (

H = Perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat ( m )

Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :

U1 = Up . (L1 / Lp)

Desember 1,10

Sumber : FAO,1997

0,368 x ( P / L )

0,1055 . E

2 x ( 0,00738 x T + 0,8072)T – 0,00116

33,8639 x ((0,00738 T + 0,8072 )8 – (0,000019 x (1,8 T + 48 ) + 0,001316 ))

0,68 + 0,0095 . Rhmax + 0,018125 – 0,068 . Ud + 0,013 Ur + 0,0097 Ud . Ur + 0,43

. Rh max . Rs . Ud

) / ( 43,2 x ( 1 + Ur )

Elevasi di atas muka laut (m)

Kecepatan rasio

Kecepatan angin siang

Kecepatan angin malam

0,27 ( 1 + u/100 )

T

ed

Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut

C

C )

Suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (0 C )

Perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat ( m )

kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :

Up . (L1 / Lp)1/7

E - 25

(0,000019 x (1,8 T + 48 ) + 0,001316 ))

0,068 . Ud + 0,013 Ur + 0,0097 Ud . Ur + 0,43

karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut

kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :

Dimana :

U1 = Kecepatan angin di lokasi perencanaan (m/det)

Up = Kecepatan angin di lokasi pengukuran (m/det)

L1 = Elevasi lokasi perencanaan ( m )

Lp = Elevasi lokasi pengukuran ( m )

V. Analisis Debit Aliran Rendah

Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah

kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakil

untuk DAS yang bersangkutan menjadi data debit.

Adapun metode umum yang biasa digunakan adalah :

• Metode Simulasi NRECA

• Metode Simulasi Mock’s modifikasi

• Metode Simple Water Balance

Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.

Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang

turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (resapan), yang a

dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya

mengalir di atas tanah berupa aliran permukaan (

kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tamp

perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju

alur dan disebut aliran dasar (

yang disebut aliran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.

Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan

kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :

1. Nama bulan dari Januari sampai Desember tiap

2. Nilai hujan rerata bulanan (R

3. Nilai penguapan peluh potensial (PET atau Eto)

4. Nilai tampungan kelengasan awal (Wo), nilai ini harus dicoba

diambil 600 (mm/bulan) di bulan a

5. Tampungan kelengasan tanah (

Wo Wi = ---------- Nominal

Dimana :

Kecepatan angin di lokasi perencanaan (m/det)

Kecepatan angin di lokasi pengukuran (m/det)

Elevasi lokasi perencanaan ( m )

Elevasi lokasi pengukuran ( m )

Analisis Debit Aliran Rendah

Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah

kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakil

untuk DAS yang bersangkutan menjadi data debit.

Adapun metode umum yang biasa digunakan adalah :

Metode Simulasi Mock’s modifikasi

Metode Simple Water Balance

Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.

Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang

turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (resapan), yang akan mengisi pori

dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya

mengalir di atas tanah berupa aliran permukaan (run off). Jika pori tanah sudah mengalami

kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerakan air ini disebut

perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju

alur dan disebut aliran dasar (base flow). Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan

liran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.

Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan

kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :

dari Januari sampai Desember tiap-tiap tahun pengamatan

Nilai hujan rerata bulanan (Rb)

Nilai penguapan peluh potensial (PET atau Eto)

Nilai tampungan kelengasan awal (Wo), nilai ini harus dicoba-coba dan percobaan pertama

diambil 600 (mm/bulan) di bulan awal

Tampungan kelengasan tanah (Soil Moisture Storage – Wi), dan dihitung dengan rumus :

E - 26

Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah

kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakili

Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.

Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang

kan mengisi pori-pori tanah,

dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya

). Jika pori tanah sudah mengalami

ungan air tanah. Gerakan air ini disebut

perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju

). Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan

liran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.

Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan

kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :

coba dan percobaan pertama

Wi), dan dihitung dengan rumus :

Nominal = 100 + 0,2 R

Ra = hujan tahunan (mm)

6. Rasio Rb/PET (kolom 2 : 3)

7. Rasio AET/PET

AET = Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang

dapat diperoleh dari Gambar

8. AET = (AET/PET) x PET x koef. Reduksi (kolom 7 x 3 x koef.

Koef. Reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan seperti Tabel

Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)

Kemiringan Lahan (m/km)

0 51 101 > 200

9. Neraca air Rb – AET ( kolom 2

10. Rasio kelebihan kelengasan (

Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3

dengan memasukkan harga Wi ; dan jika neraca air negatif (

100 + 0,2 Ra

hujan tahunan (mm)

Rasio Rb/PET (kolom 2 : 3)

Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang

dapat diperoleh dari Gambar 5 - 8

Gambar E - 8 AET/PET Ratio

(AET/PET) x PET x koef. Reduksi (kolom 7 x 3 x koef. Reduksi)

Koef. Reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan seperti Tabel 5 - 11

Tabel E - 11 Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)

Kemiringan Lahan (m/km) Koefisien Reduksi

0 – 50

51 – 100 101 – 200 > 200

0.90.30.60.4

kolom 2 – 8 )

Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh sbb :

Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3

dengan memasukkan harga Wi ; dan jika neraca air negatif (-), rasio = 0

E - 27

Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang

Reduksi)

Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)

Koefisien Reduksi

0.9 0.3 0.6 0.4

Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3-57

11. Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )

12. Perubahan tampungan = neraca air

13. Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan (kolom

P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas

P1 = 0,1 untuk tanah kedap air (kedalaman 2

P1 = 0,5 untuk tanah lulus air

14. Tampungan air tanah awal yang harus dicoba

15. Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)

16. Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 15)

P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan

P2 = 0,9 untuk tanah kedap air ( kedalama

P2 = 0,5 untuk tanah lulus air

17. Larian langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan

18. Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika

satuan dalam m3/bulan nilai

Gambar E - 9

Ratio Tampungan Kelengasan Tanah

Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )

Perubahan tampungan = neraca air – kelebihan kelengasan ( kolom 9 – 11 )

Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan (kolom 11)

P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas

0,1 untuk tanah kedap air (kedalaman 2 – 10)

0,5 untuk tanah lulus air

Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal = 2

tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)

Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 15)

P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan

0,9 untuk tanah kedap air ( kedalaman 2 – 10 )

0,5 untuk tanah lulus air

Larian langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan – tampungan air tanah (kolom 11

Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika

/bulan nilai tersebut dikalikan dengan 10 x luas tadah hujan A (Ha).

E - 28

Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )

11 )

P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas

tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)

P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan

tampungan air tanah (kolom 11 – 13)

Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika

tersebut dikalikan dengan 10 x luas tadah hujan A (Ha).

Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan

berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

(i) Tampungan kelengasan

(ii) Tampungan air tanah

Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai

tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )

perhitungan perlu diulang mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan

awal ( Januari ) – tampungan kelengasan bulan Desember.

Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung

dari jumlah air permukaan dari sel

di atas permukaan kolam.

dinyatakan seperti berikut :

Vb = Σ Vj + 10 A Σ Rj

Dimana :

Vb = Volume air yang dapat mengisi kolam

Vj = Aliran bulanan pada bulan j (m

A = Luas permukaan kolam embung (Ha)

Rj = Curah hujan bulanan pada bulan j ( mm/bulan )

Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi

E.8.1.4 Analisa Kebutuhan Air

Analisis kebutuhan air dalam SID di Kabupaten

kebutuhan air di Kabupaten Luwu Timur

yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena

faktor kebutuhan.

Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan

berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan bulan sebelumnya + perubahan

tampungan ( kolom 4 + 12), semuanya dari bulan

sebelumnya

= tampungan air tanah bulan sebelumnya

(kolom 15-16), semuanya dari bulan sebelumnya.

Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai

tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )

ng mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan

tampungan kelengasan bulan Desember.

Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung

dari jumlah air permukaan dari seluruh daerah tadah hujan dan air hujan efektif yang langsung jatuh

di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung dapat

Volume air yang dapat mengisi kolam embung selama musim hujan (m

Aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) dengan cara NRECA

Luas permukaan kolam embung (Ha)

Curah hujan bulanan pada bulan j ( mm/bulan )

Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi

Analisa Kebutuhan Air

Analisis kebutuhan air dalam SID di Kabupaten Luwu Timur ini dimaksudkan untuk menghitung

Kabupaten Luwu Timur secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana embung

yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena

E - 29

Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan

berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan

tampungan kelengasan bulan sebelumnya + perubahan

tampungan ( kolom 4 + 12), semuanya dari bulan

tampungan air tanah bulan sebelumnya – aliran air tanah

16), semuanya dari bulan sebelumnya.

Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai

tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )

ng mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan

Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung

uruh daerah tadah hujan dan air hujan efektif yang langsung jatuh

Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung dapat

embung selama musim hujan (m3)

Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi kolam embung.

ini dimaksudkan untuk menghitung

secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana embung

yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena

Dalam perhitungan kebutuhan air di daerah kajian, hal

untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air

untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.

Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana embung, hal

kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk

perikanan dan kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain

air ini akan dilakukan dengan pendekatan

tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.

I. Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang

bermukim di wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan

perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana

dirumuskan sebagai berikut :

QDM = 365 hari x [{q( u ) / 1000 x P ( u ) } + {

Dimana :

QDM = Kebutuhan air domestik dan non domestik (m

q ( u ) = Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)

q ( r ) = Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari

P ( u ) = Jumlah penduduk perkotaan (jiwa) saat ini

P ( r ) = Jumlah penduduk pedesaan (jiwa) saat ini

Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan

standar Direktorat Jendral Cipta Karya seperti Tabel

Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan

Mathematical Method, antara lain sebagai berikut :

• Linier dengan cara arithmetic dan geometric

• Non linier cara exponential

Dalam perhitungan kebutuhan air di daerah kajian, hal-hal yang akan dikaji meliputi kebutu

untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air

untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.

Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana embung, hal-hal yang a

kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk

perikanan dan kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain-lain). Analisis mengenai kebutuhan

air ini akan dilakukan dengan pendekatan-pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis sejauh

tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.

Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang

wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan

perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana

365 hari x [{q( u ) / 1000 x P ( u ) } + { q ( r ) / 1000 + P ( r ) }]

Kebutuhan air domestik dan non domestik (m3/th)

Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)

Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari

Jumlah penduduk perkotaan (jiwa) saat ini

Jumlah penduduk pedesaan (jiwa) saat ini

Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan

standar Direktorat Jendral Cipta Karya seperti Tabel 5 - 12

Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan

, antara lain sebagai berikut :

arithmetic dan geometric

exponential

E - 30

hal yang akan dikaji meliputi kebutuhan air

untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air

untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.

hal yang akan dikaji meliputi

kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk

lain). Analisis mengenai kebutuhan

pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis sejauh

Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang

wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan

perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana

q ( r ) / 1000 + P ( r ) }]

Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)

Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari)

Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan

Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan

Standar

No Uraian

1 Kebutuhan Air Domestik :a. Sasaran Layananb. Rasio Pelayanan Air

Bersih - Sambungan rumah

(SR) - Hidran Umum (HU)c. Kapasitas Pelayanan - Sambungan Rumah

(SR) - Hidran Umum (HU)

2 Kebutuhan Air Non DomestikThd Domestik : a. Perkotaan - Penduduk < 100.000 - 100.000 < Penduduk < 500.000 - 500.000 < Pendudukb. Perdesaan

3 Kehilangan Air terhadap Kebutuhan Air

4 Cakupan Pelayanan

Sumber : Direktorat Air Bersih

a. Arithmetic Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara arithmetic adalah pertumbuhan

(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :

Pn = P0 ( 1 + m )

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = Angka pertumbuhan penduduk

n = Periode waktu

b. Geometric Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan

dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka

Tabel E - 12

Standar Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Satuan Sasaran Layanan

Perkotaan Perdesaan

Kebutuhan Air Domestik : Sasaran Layanan Rasio Pelayanan Air

Sambungan rumah

Hidran Umum (HU) Kapasitas Pelayanan

Sambungan Rumah

Hidran Umum (HU)

Unit % %

Lt/org/hr Lt/org/hr

SR & HU

80 20

90 50

SR & HU

8020

6030

Kebutuhan Air Non Domestik

Penduduk < 100.000 100.000 < Penduduk <

500.000 < Penduduk

% % % %

25 30

40 -

- - - 10

Kehilangan Air terhadap % 20 10

Cakupan Pelayanan % 75 75

Sumber : Direktorat Air Bersih

Arithmetic Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara arithmetic adalah pertumbuhan penduduk dengan jumlah

(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :

Jumlah penduduk pada tahun n

Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

Angka pertumbuhan penduduk

Periode waktu dalam tahun

Geometric Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan

dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka

E - 31

Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Sasaran Layanan Keterangan

Perdesaan

SR & HU

80 20

60 30

10

10

75

penduduk dengan jumlah

(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :

Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan

dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka

pertumbuhan penduduk (rate of growth) adalah sama un

sebagai berikut :

Pn = P0 ( 1 + r )n

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = Angka pertumbuhan penduduk

n = Periode waktu dalam tahun

c. Exponential Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara menerus (

yang konstan, dengan persamaan sebagai berikut :

Pn = Po em

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = Angka pertumbuhan p

n = Periode waktu dalam tahun

e = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (2,7182818)

II. Kebutuhan Air Untuk Pemeliharaan Sungai

Sungai disini maksudnya adalah sungai

Perkiraan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD

(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan

atau penggelontoran sungai per kapita. Menurut IWRD, besar kebutuhan air

sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung

sebagai berikut :

Qf = 365 hari x (q(f)/1000)x P(u) Dimana : Qf = Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m

q(f) = Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)

P(u) = Jumlah penduduk kota (jiwa)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya

pertumbuhan penduduk (rate of growth) adalah sama untuk setiap tahun dengan persamaan

Jumlah penduduk pada tahun n

Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

Angka pertumbuhan penduduk

Periode waktu dalam tahun

Exponential Rate of Growth

Pertumbuhan penduduk secara menerus (continuos) setiap hari dengan angka pertumbuhan

yang konstan, dengan persamaan sebagai berikut :

Jumlah penduduk pada tahun n

Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

Angka pertumbuhan penduduk

Periode waktu dalam tahun

Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (2,7182818)

Kebutuhan Air Untuk Pemeliharaan Sungai

Sungai disini maksudnya adalah sungai-sungai yang ada di lokasi studi beserta anak

kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD

(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan

atau penggelontoran sungai per kapita. Menurut IWRD, besar kebutuhan air untuk pemeliharaan

sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung

365 hari x (q(f)/1000)x P(u)

Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m

Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)

Jumlah penduduk kota (jiwa)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya

E - 32

tuk setiap tahun dengan persamaan

setiap hari dengan angka pertumbuhan

sungai yang ada di lokasi studi beserta anak-anak sungainya.

kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD

(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan

untuk pemeliharaan

sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung

Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m3/thn)

Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya

kebutuhan air untuk keperluan pemelih

III Kebutuhan Air Untuk Perikanan (

Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan

dengan pantai hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk areal tambak

kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan

IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang

dibutuhkan per hektar adalah 35 sampai 40 mm/hari,

pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka

besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari

kebutuhan air yang seharusnya, dan ditetapkan sebesar 7 mm/hari/ha.

Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Qfp

Dimana :

Q(fp) = Kebutuhan air untuk perikanan ( m

Q(fp) = Kebutuhan air untuk pembilasan ( 7 mm/hari/ha)

A(fp) = Luas kolam/tambak/empang ikan ( ha)

IV. Kebutuhan Air Untuk Industri

Besarnya kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi

pemakaian air per karyawan per hari.

jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah pendu

pada suatu DPS.

V. Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan

kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri

dari dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode

bulanan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Evapotranspirasi acuan ( ETo )

2. Kebutuhan air konsumtif tanaman ( Etc )

3. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )

4. Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )

kebutuhan air untuk keperluan pemeliharaan sungai adalah sebesar 66.242,64 m

Kebutuhan Air Untuk Perikanan (Fish Pond)

Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan

dengan pantai hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk areal tambak ikan. Estimasi besarnya

kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan

IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang

dibutuhkan per hektar adalah 35 sampai 40 mm/hari, air tersebut nantinya akan digunakan untuk

pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka

besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari

rusnya, dan ditetapkan sebesar 7 mm/hari/ha.

Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

= 365 x x { q (fp) / 1.000 } x A (fp) x 10.000

Kebutuhan air untuk perikanan ( m3/th)

Kebutuhan air untuk pembilasan ( 7 mm/hari/ha)

Luas kolam/tambak/empang ikan ( ha)

Kebutuhan Air Untuk Industri

air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi

pemakaian air per karyawan per hari. Jumlah karyawan industri dihitung berdasarkan perbandingan

jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah pendu

Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan

kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri

dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode

bulanan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

Evapotranspirasi acuan ( ETo )

Kebutuhan air konsumtif tanaman ( Etc )

penyiapan lahan ( IR )

Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )

E - 33

araan sungai adalah sebesar 66.242,64 m3/tahun.

Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan

ikan. Estimasi besarnya

kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan

IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang

air tersebut nantinya akan digunakan untuk

pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka

besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari

Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi

Jumlah karyawan industri dihitung berdasarkan perbandingan

jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah penduduk

Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan

kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri

dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode

5. Perkolasi ( P )

6. Hujan ( ER )

7. Efisiensi irigasi ( IE )

8. Luas areal irigasi dan pola tanam ( A )

Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung menurut persamaan berikut ini :

( Etc + IKebutuhan air irigasi = --------------------------------------- 1. Evapotranspirasi Acuan

Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode

Penman Modifikasi yang disederhanakan.

2. Kebutuhan Air Konsumtif ( Etc )

Evapotranspirasi konsumtif (

kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air

tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai

berikut :

Etc = ETo . kc

Dimana :

ETo = evapotranspirasi referensi

Kc = koefisien tanaman

Koefisien tanaman berbeda

lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian

Prosida/Nedeco dan FAO, seperti Tabel

3. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air

irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh

Van de Goor dan Zijlstra yaitu :

IR = M { ek / ( ek – 1 ) }

Dimana :

IR = Kebutuhan air irigasi tingkat sawah

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi

= Eo + P ; ( Eo = 1,1 ; P = perkolasi )

ek = M x ( T/S )

T = jangka waktu penyiapan lahan ( hari )

S = kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air 50 mm

Luas areal irigasi dan pola tanam ( A )

Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung menurut persamaan berikut ini :

( Etc + IR + RW – P – ER ) --------------------------------------- IE

Evapotranspirasi Acuan

Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode

disederhanakan.

Kebutuhan Air Konsumtif ( Etc )

Evapotranspirasi konsumtif ( Consimtive Evapotranspiration = Etc ) dan diartikan sebagai

kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air

tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai

evapotranspirasi referensi

Kc = koefisien tanaman

Koefisien tanaman berbeda-beda menurut jenis tanaman, waktu, kondisi tanaman dan kondisi

lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian

FAO, seperti Tabel 5 - 13

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air

irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh

Goor dan Zijlstra yaitu :

1 ) }

= Kebutuhan air irigasi tingkat sawah

= Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi

= Eo + P ; ( Eo = 1,1 ; P = perkolasi )

= jangka waktu penyiapan lahan ( hari )

= kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air 50 mm

E - 34

Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode

= Etc ) dan diartikan sebagai

kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air

tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai

beda menurut jenis tanaman, waktu, kondisi tanaman dan kondisi

lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air

irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh

= Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi

Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan

S = 200 mm untuk padi kedua.

Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman

Bulan ke

0,5

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

Jagung atau

0,5 0,58

1,0 0,68

1,5 1,10

2,0 1,21

2,5 1,17

3,0 1,09

3,5

4,0

4,5

Sumber : F A O

4. Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )

Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan KP

/ bulan selama dua bulan.

Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan

S = 200 mm untuk padi kedua.

Tabel E - 13

Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman

NEDECO/PROSIDA F A O

Varietas

Biasa

Varietas

Unggul

Varietas

Biasa

Padi Padi

1,20 1,20 1,10

1,20 1,27 1,10

1,32 1,33 1,10

1,40 1,30 1,10

1,35 1,30 1,10

1,24 0,00 1,05

1,12 0,00 0,95

0,00 0,00 0,00

Jagung atau Kc. Tanah

0,58 -

0,58 -

0,68 -

0,58 -

1,10 -

0,76 -

1,21 -

0,98 -

1,17 -

1,09 -

1,09 -

1,09 -

- -

1,09 -

- -

0,63 -

- -

0,63 -

Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )

Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan KP –

/ bulan selama dua bulan.

E - 35

Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan

Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman

F A O

Varietas

Unggul

Padi

1,10

1,10

1,05

1,05

0,95

0,00

0,00

0,00

01 Irigasi, yaitu 50 mm

5. Perkolasi ( P )

Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan

nilai perkiraan sebesar 2 mm / hari.

6. Hujan Efektif ( ER )

Untuk menghitung kebutuhan air tanaman p

hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode

ulang 5 tahun.

Dimana :

Re = Curah hujan efektif ( mm / hari )

R80 = Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi

R50 = Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija

Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study

diambil dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang

kemudian dicari urutan berapa nilai R

R 80 = N/5 + 1 →

R50 = N/2 + 1 →

N = Jumlah data

7. Efisiensi irigasi ( EI )

Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan

jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan

perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang

sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi

dan rembesan. Efesiensi irigasi keseluruhan rata

itu kebutuhan bersih air di sawah.

( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.

Dalam studi ini kehilangan air diambil sebagai berikut :

1. Saluran tersier =

2. Saluran sekunder =

3. Saluran utama =

Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi

jaringan sekunder x efisien

pelaksanaan pekerjaan diambil

Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan

nilai perkiraan sebesar 2 mm / hari.

Untuk menghitung kebutuhan air tanaman padi dan palawija, curah hujan efektif adalah curah

hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode

Re = 0,7/15 . R80 atau 0,7/15 . R50

= Curah hujan efektif ( mm / hari )

Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi

= Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija

Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study

dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang

kemudian dicari urutan berapa nilai R80 dan R50 dengan persamaan sebagai berikut :

untuk tanaman padi

untuk tanaman palawija

Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan

jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan

perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang

sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi

dan rembesan. Efesiensi irigasi keseluruhan rata-rata berkisar antara 59%

itu kebutuhan bersih air di sawah.

( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.

Dalam studi ini kehilangan air diambil sebagai berikut :

= 20%, sehingga efisiensi ≈ 80%

10%, sehingga efisiensi ≈ 90%

Saluran utama = 10%, sehingga efisiensi ≈ 90%

Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi

jaringan sekunder x efisiensi jaringan primer, sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan dalam

pelaksanaan pekerjaan diambil ≈ 65%

E - 36

Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan

adi dan palawija, curah hujan efektif adalah curah

hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode

Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi

= Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija

Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study

dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang

dengan persamaan sebagai berikut :

Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan

jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan – tujuan

perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang

sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi

59% - 73%. Oleh karena

( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.

Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi

si jaringan primer, sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan dalam

8. Luas areal Irigasi ( A )

Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang

ada ( Irigasi sederhana, irigasi desa non

irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan

pola tanam adalah Padi-

sawah dipergunakan untuk berkebun atau dibiarkan begitu saja.

VI. Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor

kebutuhan, faktor potensi dan faktor topografi.

Dalam perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan

meliputi antara lain :

• Kebutuhan air minum pedesaan

• Kebutuhan air ternak

• Kebutuhan air irigasi

• Kebutuhan ruangan sedimentasi

• Kebutuhan faktor penguapan

• Kebutuhan faktor resapan

E.8.1.4 Faktor Lain Tampungan

Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang

dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya

kebutuhan dan besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1

), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal

mengenai jumlah sediment ( Vc ) dan jumlah resapan ( Vc ).

1. Jumlah Sedimen ( Vs )

Perhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan

sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya

bergantung dari bentuk dan type tampungan serta usia waduk.

2. Jumlah Penguapan ( Vc )

Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit

Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang

sederhana, irigasi desa non-PU dan irigasi tadah hujan , irigasi berpengairan baik itu

irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan

Padi-Palawija, selebihnya waktu yang ada dalam sat

sawah dipergunakan untuk berkebun atau dibiarkan begitu saja.

Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor

kebutuhan, faktor potensi dan faktor topografi.

am perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan

Kebutuhan air minum pedesaan

Kebutuhan ruangan sedimentasi

Kebutuhan faktor penguapan

ktor resapan

Faktor Lain Tampungan Embung

Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang

dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya

besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1

), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal

mengenai jumlah sediment ( Vc ) dan jumlah resapan ( Vc ).

rhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan

sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya

bergantung dari bentuk dan type tampungan serta usia waduk.

Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit

E - 37

Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang

PU dan irigasi tadah hujan , irigasi berpengairan baik itu

irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan

Palawija, selebihnya waktu yang ada dalam satu tahun sebagian

Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor

am perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan

Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang

dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya

besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1

), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal-hal

rhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan

sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya

Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit

sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam

penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embu

dihitungh secara sederhana dengan formula sebagai berikut :

Vc = 10 . A. ∑ Ekj

Dimana :

Vc = Jumlah penguapan dari kolam embung ( m

A = Luas permukaan kolam embung pada setengah tinggi ( Ha )

Ekj = Penguapan bulanan di musim kemarau pada

Pada studi ini besarnya penguapan dihitung dengan rumus

pada Tabel 3-17

3. Jumlah Resapan ( VI )

Air didalam kolam embung akan meresap masuk kedalam pori

kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,

sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan

dinding kolam. Besaran resapan air

Vi = K . Vu

Dimana :

Vi = Jumlah resapan tahunan ( m

Vu = Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m

K = Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung

= 10 % jika dasar dan dinding kolam embung rapat air

= 25 % jika dasar dan dinding kolam embung semi lulus air

Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air

embung dalam penentuan kapasitas tampung efektif, hal

kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor

resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan

kebutuhan ( volume air minum, air ternak dan

kebutuhan jumlah resapan ( Vi ), untuk masing

E.8.1.5 Kesetimbangan Air

Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume

penguapan ( Vc ), dan dengan cara coba

dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran

masuk embung ( Vb ) dengan metode NRECA dan kapasitas ta

maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan

sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam

penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embu

dihitungh secara sederhana dengan formula sebagai berikut :

Jumlah penguapan dari kolam embung ( m3 )

Luas permukaan kolam embung pada setengah tinggi ( Ha )

Penguapan bulanan di musim kemarau pada bulan ke j ( mm/bulan )

Pada studi ini besarnya penguapan dihitung dengan rumus Penman

17

Air didalam kolam embung akan meresap masuk kedalam pori atau rongga didasar dan dinding

kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,

sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan

dinding kolam. Besaran resapan air kolam embung dapat dihitung dengan :

Jumlah resapan tahunan ( m3 )

Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m

Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung

10 % jika dasar dan dinding kolam embung rapat air

25 % jika dasar dan dinding kolam embung semi lulus air

Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air

embung dalam penentuan kapasitas tampung efektif, hal ini dilakukan karena semakin banyak

kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor

resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan

kebutuhan ( volume air minum, air ternak dan air irigasi terpenuhi 100% ), maka besarnya

kebutuhan jumlah resapan ( Vi ), untuk masing-masing lokasi embung seperti pada tabel.

Kesetimbangan Air

Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume

penguapan ( Vc ), dan dengan cara coba-coba didapat volume kebutuhan air irigasi fungsional( Vu3 )

dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran

masuk embung ( Vb ) dengan metode NRECA dan kapasitas tampung embung secara topografi (Vp

maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan

E - 38

sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam

penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embung dapat

bulan ke j ( mm/bulan )

Penman seperti terlihat

atau rongga didasar dan dinding

kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,

sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan

kolam embung dapat dihitung dengan :

Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m3 )

Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung

Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air

ini dilakukan karena semakin banyak

kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor

resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan

air irigasi terpenuhi 100% ), maka besarnya

masing lokasi embung seperti pada tabel.

Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume

coba didapat volume kebutuhan air irigasi fungsional( Vu3 )

dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran

embung secara topografi (Vp),

maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan

memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung

yang paling minimum. Kapasitas tampung embung yang t

desain bangunan embung.

memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung

yang paling minimum. Kapasitas tampung embung yang terpilih merupakan dasar untuk perencanaan

E - 39

memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung

erpilih merupakan dasar untuk perencanaan

E.8.1.6 Analisis Debit Banjir

I. Analisis Frekuensi

Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik

dari data yang bersangkutan atau dip

jenis distribusi dalam analisis frekuensi yaitu :

1. Distribusi Normal

2. Distribusi Log Normal

3. Distribusi Log Pearson Type III

4. Distribusi Gumbel Type I

Dalam studi ini distribusi frekuensi yang

Pearson Type III.

A Metode E.J Gumbel Type I

Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type

I, dengan persamaan sebagai berikut :

Xt = Xr + K. St

Dimana :

Xt = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode

ulang T tahun

Xr = Harga rerata dari data

Xr =

St = Standard deviasi

St =

K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang (

Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus :

K = Yt ---------

Dengan :

Yt = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T

Analisis Debit Banjir

Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik

dari data yang bersangkutan atau dipilih berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa

jenis distribusi dalam analisis frekuensi yaitu :

Distribusi Log Pearson Type III

Dalam studi ini distribusi frekuensi yang digunakan adalah distribusi E.J Gumbel Type I dan Log

Metode E.J Gumbel Type I

Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type

I, dengan persamaan sebagai berikut :

Xr + K. St

Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode

Harga rerata dari data

1 n Xi --- Σ

n i = 1

Standard deviasi

√ n

Xi2 n

Xi Σ - Σ i = 1 i = 1

Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang ( return period

Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus :

Yt – Yn ---------

Sn

Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T

E - 40

Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik

ilih berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa

digunakan adalah distribusi E.J Gumbel Type I dan Log

Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type

Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode

return period )

= -Ln (-Ln (T-1)/T)

Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n ( Tabel

Sn = Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas diperoleh :

Xt = Xr + ( Sx / Sn ) (

Jika :

1 =

Sx--- ------a Sn

b = Xr

Persamaan di atas menjadi :

Xt = b + ( 1/a ) . Yt

B. Metode Log Pearson Type III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan

mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :

- Mengubah data curah hujan rata

logaritma.

- Menghitung harga rata-rata logaritma dengan rumus :

Log Xrata = i = 1-----------------

- Menghitung simpangan baku dengan rumus :

S = √

- Menghitung koefisien kemiringan dengan rumus :

Cs = n x

1)/T)

Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n ( Tabel 5 -

Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas diperoleh :

Xr + ( Sx / Sn ) ( Yt – Yn )

Sx ------ Sn

- Sx

Yn ------ Sn

Metode Log Pearson Type III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan

mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :

Mengubah data curah hujan rata-rata maksimum tahunan sebanyak n buah kedalam bentuk

rata logaritma dengan rumus :

n Log X Σ

i = 1 -----------------

N

Menghitung simpangan baku dengan rumus :

√ n

( Log Xi – Log Xrata )2 Σ

i = 1 ------------------------------------

n – 1

Menghitung koefisien kemiringan dengan rumus :

n x

n ( Log Xi - Log Xrata )

3 Σ i = 1 ------------------------------------

( n – 1 ) . ( n – 2 ) . S3

E - 41

- 14)

Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel 5 - 15)

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan

Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :

rata maksimum tahunan sebanyak n buah kedalam bentuk

- Menghitung logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulangnya

Log Xt = Log Xrata

Dengan harga G diperoleh dari Cs dan tingkat probabilitasnya

- Cari antilog dari logaritma X

Dimana :

S = Simpangan baku

Log Xt = Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun

Log Xrata = Logaritma curah hujan rata

G = Koefisien frekuensi ( Tabel

n = Jumlah data

Cs = Koefisien kemiringan

III. Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

A. Metode Smirnov Kolmogorov

Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, diantaranya :

• Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang

diperoleh secara teoritis

• Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak)

Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal

yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan

pemeriksaan uji tersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di

kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai.

Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas

probabilitas dan garis durasi yang sesuai

1. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar

Propbabilias dihitung dengan persamaan Weibull sebaga berikut :

P = [ m / ( n +1) ] x 100 %

Dimana :

P = probabilitas ( % )

m = nomor urut

n = banyaknya data

2. Plot data hujan Xi dan probalitas

3. Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai

curah hujan rancangan dengan kala ulangnya

rata + G. S

G diperoleh dari Cs dan tingkat probabilitasnya

Cari antilog dari logaritma Xt untuk mendapatkan curah hujan rancangan

Simpangan baku

Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun

Logaritma curah hujan rata-rata (mm)

Koefisien frekuensi ( Tabel 5 – 16 dan Tabel 5 – 17

Jumlah data

Koefisien kemiringan

Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

Metode Smirnov Kolmogorov

Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, diantaranya :

Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang

Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak)

Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal

yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan

ersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di

kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai.

Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas

probabilitas dan garis durasi yang sesuai, dengan tahapan sebagai berikut :

Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar

Propbabilias dihitung dengan persamaan Weibull sebaga berikut :

P = [ m / ( n +1) ] x 100 %

probabilitas ( % )

nomor urut data dari seri yang telah diurutkan

banyaknya data

Plot data hujan Xi dan probalitas

Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai

E - 42

Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)

17 )

Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.

Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang

Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal

yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan

ersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di

Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas

Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar

4. Nilai delta kritis untuk uji smirnov kolmogorov dapat dilihat pada Tabel

Nilai Kritis (

n

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

n > 50

Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280

B Metode Kai - Kuadrat

Uji ini diterapkan untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih

bisa diterapkan :

X2 = Σ (Ef – Of)2 / Ef

Dimana :

X2 = Harga kai-kuadrat

Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian

Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih dari harga X

suatu derajat nyata tertentu (

Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan persamaan :

DK = K – ( P + 1 )

Dimana :

DK = Derajat Kebebasan

K = Banyaknya kelas

P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran

Nilai delta kritis untuk uji smirnov kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 5 -18

Tabel E - 18

Nilai Kritis (∆∆∆∆cr) dari Smirnov-Kolmogorov

αααα

0,20 0,10 0,05

0,45 0,51 0,56

0,32 0,37 0,41

0,27 0,30 0,34

0,23 0,26 0,29

0,21 0,24 0,27

0,19 0,22 0,24

0,18 0,20 0,23

0,17 0,19 0,21

0,16 0,18 0,20

0,15 0,17 0,19

1,07 1,22 1,36

---------- ----------- ----------

√n √n √n Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280

untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih

kuadrat

Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian

yang terbaca pada kelas yang sama

yang terdapat ini harus lebih dari harga X2 cr ( Kai – Kuadrat Kritis ) pada Tabel

suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering diambil sebesar 5 %.

a umum dapat dihitung dengan persamaan :

Derajat Kebebasan

Banyaknya kelas

Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran

E - 43

18

0,01

0,67

0,49

0,40

0,36

0,32

0,29

0,27

0,25

0,24

0,23

1,63

-------------

√n Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280

untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih

Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian

Kuadrat Kritis ) pada Tabel 5 - 19, untuk

), yang sering diambil sebesar 5 %.

Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran

Kai-Kuadrat adalah sama dengan dua (2).

DK

0,950

10 3,940

11 4,575

12 5,226

13 5,892

14 6,571

15 7,962

16 7,962

17 8,672

18 9,390

19 10,117

20 10,851

21 11,501

22 12,338

23 13,910

24 13,848

25 14,611

26 15,379

27 16,151

28 16,928

29 17,708

30 18,493

Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283

Kuadrat adalah sama dengan dua (2).

Tabel E - 19

Nilai ( X2 cr ) dari Chi – Kuadrat

Probabilitas dari X2

0,950 0,800 0,500 0,200 0,050

3,940 6,179 9,342 13,442 18,307

4,575 6,989 10,341 14,631 19,975

5,226 7,807 11,350 15,812 21,026

5,892 8,634 12,340 16,985 22,362

6,571 9,467 13,339 18,151 23,685

7,962 10,307 14,339 19,311 24,996

7,962 11,152 15,338 20,465 26,296

8,672 12,002 16,338 21,615 27,587

9,390 12,857 17,338 22,760 28,869

10,117 13,716 18,338 23,900 30,144

10,851 14,578 19.377 25,038 31,410

11,501 15,445 20,377 26,171 32,671

12,338 16,314 21,337 27,301 33,924

13,910 17,187 22,337 28,429 35,175

13,848 18,062 23,377 29,553 36,415

14,611 18,940 24,337 30,675 37,652

15,379 19,820 25,336 31,795 38,885

16,151 20,703 26,336 32,912 40,113

16,928 21,588 27,336 34,027 41,337

17,708 22,475 28,336 35,139 42,557

18,493 23,364 29,336 36,250 43,773

Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283

E - 44

0,050 0,001

18,307 29,588

19,975 31,264

21,026 32,909

22,362 34,528

23,685 36,123

24,996 37,697

26,296 39,252

27,587 40,790

28,869 42,312

30,144 43,820

31,410 45,315

32,671 46,797

33,924 48,268

35,175 49,728

36,415 51,179

37,652 52,620

38,885 54,052

40,113 55,476

41,337 56,893

42,557 58,302

43,773 59,703

Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283

IV. Analisis Debit Banjir Rancangan (

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan

analisis debit banjir rancangan.

perencanaan bangunan pengairan. Informasi dan nilai besaran yang dip

merupakan masukan penting terhadap faktor

terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan

ekonomis dan lingkungan dalam tinja

analisis yang memadai beberapa aspek yang perlu diperhatikan :

1. Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai

2. Pemilihan model dan metode analisis yang digunakan

3. Tingkat resiko yang di tanggung.

Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah

(spillway) yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah

tangkapan hujan untuk embung ini kecil, maka kapasi

kala ulang paling besar 50 tahun (Q

area kecil (A < 100 km2) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional

Singapura, metode Weduwen dan

A Metode Rasional Singapura

Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar

- 10 dan Gambar 5 - 11. Gambar

hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (i

Sedangkan Gambar 5 – 11 menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)

untuk berbagai kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun

dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.

Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapur

sebagai berikut :

1. Parameter daerah tadah hujan (u) dengan rumus:

u = n . L

------------ S0,5

Dimana :

u = Parameter daerah tadah hujan

n = Koefisien kekasaran Manning

L = Panjang daerah Overland (m)

Analisis Debit Banjir Rancangan (Design Flood)

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan

analisis debit banjir rancangan. Analisis ini merupakan satu bagian analisis awal dalam perencanaan

perencanaan bangunan pengairan. Informasi dan nilai besaran yang diperoleh dalam analisis ini

merupakan masukan penting terhadap faktor-faktor perekayasaan seperti kelayakan teknis, pemilihan

terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan

ekonomis dan lingkungan dalam tinjauannya terhadap faktor pembiayaan. Untuk mendapatkan hasil

analisis yang memadai beberapa aspek yang perlu diperhatikan :

Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai

Pemilihan model dan metode analisis yang digunakan

t resiko yang di tanggung.

Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah

yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah

tangkapan hujan untuk embung ini kecil, maka kapasitas bangunan pelimpahan direncana dengan

kala ulang paling besar 50 tahun (Q50). Design flood untuk perencanaan embung dengan catchment

) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional

Singapura, metode Weduwen dan analisis hidrograf satuan.

Rasional Singapura

Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar

. Gambar 5 - 10 menunjukkan hubungan antara parameter daerah tadah

hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (ie5) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun.

menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)

kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun

dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.

Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapur

Parameter daerah tadah hujan (u) dengan rumus:

Parameter daerah tadah hujan

Koefisien kekasaran Manning

Panjang daerah Overland (m)

E - 45

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan

Analisis ini merupakan satu bagian analisis awal dalam perencanaan-

eroleh dalam analisis ini

faktor perekayasaan seperti kelayakan teknis, pemilihan

terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan

Untuk mendapatkan hasil

Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai

Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah

yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah

tas bangunan pelimpahan direncana dengan

untuk perencanaan embung dengan catchment

) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional

Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar 5

menunjukkan hubungan antara parameter daerah tadah

) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun.

menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)

kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun

dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.

Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapura adalah

S = Kemiringan daerah Oeverland (m,m)

Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel

Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (ie5) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun

Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang

Kemiringan daerah Oeverland (m,m)

Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel

Gambar E - 10 Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif

) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun

Gambar E - 11 Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang

E - 46

Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel 5 -20

Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif ) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun

Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang

Rumput pendek

Rumput tinggi

Daerah tanpa tanaman

Daerah dengan tanaman yang

Daerah dengan tanaman beraneka ragam

Semak yang sangat jarang

Semak dan pohon yang jarang

Semak yang sedang sampai lebat

Pohon-pohon kecil yang lebat

Daerah tandus dengan tunggul

Daerah tandus dengan tunggul

Hutan kayu yang lebat & tanaman selingan

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

2. Dengan memplot parameter (u) pada Gambar

tahunan (ie5) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat

lulus air lahan seperti Tabel

1. Kedap air

2. Semi lulus air

3. Lulus air

Sumber :Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

3. Dari nilai ie5 untuk periode 5 tahun dapat intensitas hujan (i

i5 = ie5 + f

Dimana :

i5 = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).

ie5 = Intensitas hujan efekti 5 tahun (mm/jam)

f = Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.

4. Dengan intensitas hujan kala ulang 5 tahun

dengan menggunakan persamaan berikut :

te = (an/i5)1bn

dimana :

te = Durasi hujan atau waktu konsentrasi (menit),

sedangkan an dan bn untuk kala 5, 50 dan 100 tahun seperti pada tabel

Tabel E -20

Koefisien Kekasaran Manning n

Jenis Penutup Lahan

Daerah tanpa tanaman

Daerah dengan tanaman yang berjajar

Daerah dengan tanaman beraneka ragam

Semak yang sangat jarang

Semak dan pohon yang jarang

Semak yang sedang sampai lebat

pohon kecil yang lebat

Daerah tandus dengan tunggul-tunggul kayu

tandus dengan tunggul-tunggul kayu & tanaman selingan

Hutan kayu yang lebat & tanaman selingan

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

Dengan memplot parameter (u) pada Gambar 5 – 103 dapat diperoleh intensitas hujan efektif 5

) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat

lulus air lahan seperti Tabel 5 - 21

Tabel E - 21 Kecepatan Infiltrasi (f)

Sifat lulus air lahan (mm/jam)

Kedap air

Semi lulus air 10

Lulus air

:Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

untuk periode 5 tahun dapat intensitas hujan (i5) dengan rumus :

Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).

Intensitas hujan efekti 5 tahun (mm/jam)

Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.

Dengan intensitas hujan kala ulang 5 tahun (i5) dapat diperoleh durasi atau waktu konsentrasi

dengan menggunakan persamaan berikut :

Durasi hujan atau waktu konsentrasi (menit),

sedangkan an dan bn untuk kala 5, 50 dan 100 tahun seperti pada tabel E

E - 47

N

0.035

0.050

0.040

0.045

0.050

0.070

0.080

0.160

0.200

0.050

tunggul kayu & tanaman selingan 0.080

0.120

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

dapat diperoleh intensitas hujan efektif 5

) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat

f (mm/jam)

0

10 - 20

30

:Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering

) dengan rumus :

Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).

Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.

) dapat diperoleh durasi atau waktu konsentrasi

E - 22

Durasi hujan (menit)

tc

5 - 19

20 - 49

50 - 99

100 - 399

> 400

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

5. Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :

C = ie5/i5

Dimana :

C = koefisien limpasan

i5 = intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)

ie5 = intensitas hujan efektif 5 tahunan ( mm/jam)

6. Untuk menghitung intensitas hujan (I

konsentrasi te diplot pada sumbu x pada Gambar

iT = an tebn

Dimana :

iT = intensitas hujan pada kala ulang T (mm/jam)

te = durasi hujan (menit)

an dan bn parameter

7. Debit puncak banjir dengan kala ulang T dapat dihitung

Q = C . It . A ------------

360

Dimana :

Q = Debit puncak banjir untuk kala ulang T (mm/jam)

C = Koefisien limpasan

iT = Intensitas hujan kala hujan untuk ulang T tahun(mm/jam)

A = Luas daerah tadah hujan (Ha).

Tabel E - 22

Parameter an dan bn

Kala ulang (tahun)

5 50

an bn an bn

384 0,35 489 0,35

563 0,48 721 0,48

1.331 0,70 1.810 0,70

2.147 0,80 2.982 0,80

6.600 1,00 10.200 1,00

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :

koefisien limpasan

intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)

intensitas hujan efektif 5 tahunan ( mm/jam)

Untuk menghitung intensitas hujan (IT) dengan kala ulang tertentu, maka durasi hujan/waktu

diplot pada sumbu x pada Gambar 5 - 11 aatau dengan persamaan di bawah ini :

intensitas hujan pada kala ulang T (mm/jam)

durasi hujan (menit)

Debit puncak banjir dengan kala ulang T dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Debit puncak banjir untuk kala ulang T (mm/jam)

Koefisien limpasan

Intensitas hujan kala hujan untuk ulang T tahun(mm/jam)

Luas daerah tadah hujan (Ha).

E - 48

100

An bn

542 0,35

800 0,48

2.050 0,70

3.400 0,80

12.000 1,00

Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994

Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :

intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)

) dengan kala ulang tertentu, maka durasi hujan/waktu

aatau dengan persamaan di bawah ini :

dengan menggunakan rumus :

B Metode Weduwen

Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba

harga t, dengan persamaan sebagai berikut :

Q = α . β. qn. A

1 = 1 - ( β. Qn + 7)

120 + {( t +1)/(t+9)} Aβ = 120 + A Rn 67.65qn = 240 (t + 1.45) Harga t tersebut dicek dengan persamaan :

t = 0.25 . L. Q0-125 . 10.25

Dimana :

Qn = Debit banjir dengan periode ulang n tahun (m

Rn = Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis

frekuensi dengan metode Gumbell terpilih.

α = Koefisien limpasan air hujan

β = Koefisien pengurangan luas untuk curah hujan di daerah aliran sungai

qn = Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun (m

L = Panjang sungai (Km)

A = Luas DAS sampai 100 Km

1 = Kemiringan medan

C Hidrograf Satuan Nakayasu

Metode Hidrograf Satuan Nakyasu

menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).

Parameter-parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu

ini adalah :

1. Intensitas Curah Hujan

Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :

Rt = R24/24. (24/T)(2-3)

Dimana :

Rt = Rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam)

Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba

harga t, dengan persamaan sebagai berikut :

120 + {( t +1)/(t+9)} A =

67.65 qn =

Harga t tersebut dicek dengan persamaan :

Debit banjir dengan periode ulang n tahun (m3/dt)

Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis

frekuensi dengan metode Gumbell terpilih.

Koefisien limpasan air hujan

rangan luas untuk curah hujan di daerah aliran sungai

Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun (m3/dt.km2)

Luas DAS sampai 100 Km2

Hidrograf Satuan Nakayasu

Metode Hidrograf Satuan Nakyasu adalah metode yang berdasarkan teori hidrograf satuan yang

menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).

parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu

Intensitas Curah Hujan

Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :

3)

Rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam)

E - 49

Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba – coba

Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis

adalah metode yang berdasarkan teori hidrograf satuan yang

menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).

parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu

Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :

T = Waktu hujan dari awal sampai jam ke T (jam)

R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm/jam)

RT = T. Rt – ( T – 1 ). R

Dimana :

RT = Intensitas curah hujan pada jam T (mm/jam)

R(T+1) = Rerata cura hujan dari awal sampai jam ke (T

2. Hujan Efektif

Re = f. RT

Dimana :

Re = Hujan efektif (mm/jam)

f = Koefisien pengaliran sungai

RT = Intensitas curah hujan (mm/jam)

3. Hidrograf Satuan (UH)

A. RT Qmaks =

3,6 . 0,30 . Tp + T

Dimana :

Qmaks = Debit puncak banjir (m

RT = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas daerah pengaliran sungai

Tp = Waktu permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3 = Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)

TP = Tg + 0,8 Tr

T0,3 = α . Tg

Tg = 0,4 + 0,058 L =

Tg = 0,21 L

Tg = Waktu konsentrasi pada daerah aliran (jam)

Tr = Satuan waktu dari curah hujan (0,5

α = Koefisien (1,5 – 3,0)

L = Ruas sungai terpanjang (km)

4. Banjir Rencana

Banjir rencana dihitung dengan prinsip supeporsisi yaitu sebagai berikut :

Q1 = Re1 . UH1

Q2 = Re1 .UH2 + Re2 . UH

Q3 = Re1 .UH3 + Re2 . UH

Waktu hujan dari awal sampai jam ke T (jam)

an maksimum dalam 24 jam (mm/jam)

1 ). R(T-1)

Intensitas curah hujan pada jam T (mm/jam)

Rerata cura hujan dari awal sampai jam ke (T – 1)

Hujan efektif (mm/jam)

Koefisien pengaliran sungai

Intensitas curah hujan (mm/jam)

Hidrograf Satuan (UH)

+ T0,3

Debit puncak banjir (m3/dt)

Intensitas curah hujan (mm/jam)

Luas daerah pengaliran sungai (km3)

Waktu permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)

0,4 + 0,058 L = untuk L < 15 km

= untuk L > 15 km

Waktu konsentrasi pada daerah aliran (jam)

Satuan waktu dari curah hujan (0,5 – 3,0)

3,0)

Ruas sungai terpanjang (km)

Banjir rencana dihitung dengan prinsip supeporsisi yaitu sebagai berikut :

. UH1 .

. UH2 + Re3 . UH1

E - 50

Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)

untuk L < 15 km

= untuk L > 15 km

Qn = Re1 .UHn + Re2 . UH

5. Aliran Dasar

Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini

diabaikan) yang rumuskan sebagai berikut :

QB = 0,4751 A0.6444 D0.9430

D = L/A

Dimana :

Qn = Debit pada saat jam ke n (m

Re1 = Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam)

UH1 = Ordinat hidrografit satuan

Q1 = Total debit banjir pada jam ke I akibat limpasan hujan efektif (m

QB = Aliran dasar (m3/dt)

A = Luas DAS (km2)

D = Kerapatan jaringan sungai (km/km

L = Panjang seluruh sungai

V. Pemilihan Metode Perhitungan

Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas

palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk

menampung debit dominan dimana elevasi muka airnya tidak me

umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2

tahun (Q2 tahun).

Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :

Q = A . ( 1 / n ) . R

Dimana :

Q = Debit sungai ( m3

A = Luas penampang basah sungai ( m

= ( B + zH ) . H

R = Jari-jari hidrolis sungai ( m )

= A / P

P = Keliling basah sungai

= B + 2H ( 1 + z2 )1/2

I = Kemiringan dasar sungai

B = Lebar dasar sungai ( m )

H = Tinggi air di sungai ( m )

Z = Kemiringan talud / tebing sungai

. UH(n-1) + Re3 . UH(n-2) + ….. + Rn . UH1

didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini

diabaikan) yang rumuskan sebagai berikut :

0.9430

Debit pada saat jam ke n (m3/dt)

Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam)

Ordinat hidrografit satuan

Total debit banjir pada jam ke I akibat limpasan hujan efektif (m3/dt)

/dt)

Kerapatan jaringan sungai (km/km2)

Panjang seluruh sungai

Pemilihan Metode Perhitungan Debit Banjir

Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas

palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk

menampung debit dominan dimana elevasi muka airnya tidak melampaui tebing sungai.

umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2

Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :

A . ( 1 / n ) . R2/3 . S1/2

3/det )

Luas penampang basah sungai ( m2 )

jari hidrolis sungai ( m )

Keliling basah sungai

1/2

Kemiringan dasar sungai

Lebar dasar sungai ( m )

Tinggi air di sungai ( m )

Kemiringan talud / tebing sungai

E - 51

didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini

/dt)

Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas

palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk

lampaui tebing sungai. Pada

umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2

Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :

E.8.2. Survey dan Pengukuran

Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :

• Setting out intersection point dan pengukuran polygon

• Pengukuran profil memanjang dan melintang

• Pengukuran situasi

• Perhitungan dan penggambaran

1. Metode Pelaksanaan Di lapangan

A. Pemasangan Patok Kayu dan Bench Mark

Batas pengukuran dari rencana as bangunan adalah 300 m ke

Pengukuran tampang melintang setiap jarak 50 m kecuali sekitar as

ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku

payung serta diberi nomor refere

sebelah kanan dan kiri pada rencana as

dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (

20 x 20 x 100 cm ) dengan baut bagian atasnya.

B. Pengukuran Poligon Utama

Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya

dipakai sebagai kerangka peta.

Peta pengukuran polygon dilakukan dengan persyaratan :

• Dilakukan dengan pengukuran polygon tertutup.

• Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.

• Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai

orientasi arah peta.

• Pembacaan sudut dilakukan 2(dua) se

• Kesalahan penutup sudut < 30

• Kesalahan linier jarak < 1/10.000

Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang

dengan persyaratan :

• Merupakan polygon terikat semp

• Alat yang digunakan adalah Theodolite T2

• Pembacaan sudut dilakukan 1(satu) seri (B/LB)

• Kesalahan penutup sudut < 10

• Kesalahan linier jarak < 1/10.000

Survey dan Pengukuran Topografi

Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :

Setting out intersection point dan pengukuran polygon

ngukuran profil memanjang dan melintang

Perhitungan dan penggambaran

Metode Pelaksanaan Di lapangan

Pemasangan Patok Kayu dan Bench Mark

Batas pengukuran dari rencana as bangunan adalah 300 m ke arah hilir dan 200 m ke arah hulu.

Pengukuran tampang melintang setiap jarak 50 m kecuali sekitar as bangunan

ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku

ng serta diberi nomor referensi serta dibuat sketsanya. Bench Mark (BM) akan dipasang di

sebelah kanan dan kiri pada rencana as bangunan yang telah ditentukan pada tempat yang aman

dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (

x 100 cm ) dengan baut bagian atasnya.

Pengukuran Poligon Utama

Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya

dipakai sebagai kerangka peta.

Peta pengukuran polygon dilakukan dengan persyaratan :

dengan pengukuran polygon tertutup.

Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.

Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai

Pembacaan sudut dilakukan 2(dua) seri (B/LB/LB/B)

Kesalahan penutup sudut < 300 VN dengan N = jumlah titik polygon

Kesalahan linier jarak < 1/10.000

Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang

Merupakan polygon terikat sempurna pada kedua ujungnya dengan titik polygon utama

Alat yang digunakan adalah Theodolite T2

Pembacaan sudut dilakukan 1(satu) seri (B/LB)

Kesalahan penutup sudut < 10√N dengan N = jumlah titik polygon

Kesalahan linier jarak < 1/10.000

E - 52

Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :

arah hilir dan 200 m ke arah hulu.

bangunan diukur setiap 5 m

ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku

nsi serta dibuat sketsanya. Bench Mark (BM) akan dipasang di

yang telah ditentukan pada tempat yang aman

dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (

Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya

Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.

Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai

Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang

urna pada kedua ujungnya dengan titik polygon utama

C. Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar dilakukan untuk mendapatkan elevasi titik

pemasok dan control BM di lapangan, dengan ketentuan sebagai berikut :

• Pengukuran harus melalui titik

• Pengukuran dilakukan pergi

• Alat ukur yang dipakai adalah waterpass tipe otomatis

• Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba

+ Bb

• Kesalahan penutup beda tinggi harus lebih keci

dalam Km.

D. Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana

lokasi embung dan tempat

memakai alat theodolite T0.

2. Formula Yang dipergunakan untuk

Topografi

A. Perataan Kerangka Tampang

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode

perataan. Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.

� Perhitungan Perataan Waterpass

Rumus-rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :

h(n) = h’(n) = Σh = Σh’ = b =

Dimana :

h(n) = Selisih tinggi antara titik n dan (n 1) diukur pergi

BT(n) dan

BT(n-1) = Bacaan pada rambu diukur pergi

h’(n) = Selisih tinggi antara titik n dan (n

BT’(n) dan

BT’(n-1) = Bacaan pada rambu uku diukur pergi

L = Jarak pengukuran per seksi yang diukur pergi pulang

b = Besarnya koreksi yang diberikan pada tiap

n = Jumlah titik

Pengukuran sipat datar dilakukan untuk mendapatkan elevasi titik-titik polygon rencana saluran

pemasok dan control BM di lapangan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Pengukuran harus melalui titik-titik polygon rencana saluran dan BM yang

Pengukuran dilakukan pergi-pulang secara double stand

Alat ukur yang dipakai adalah waterpass tipe otomatis

Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba

Kesalahan penutup beda tinggi harus lebih kecil dari 10√D mm, dengan D = jumlah jarak

Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana

lokasi embung dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, dipakai metode tachimetri ser

memakai alat theodolite T0.

Formula Yang dipergunakan untuk Perhitungan, Penggambaran dan Pengukuran

Perataan Kerangka Tampang

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode

Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.

Perhitungan Perataan Waterpass

rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :

BT(n) belakang - BT(n-1) muka BT’(n’) belakang - BT’(n-1- muka h (1) + h (2)+ h(3) + ………..h (n) h ‘(1) + h’(2) + h’(3) + ………..h’ (n) (Σh -Σh)/2n

Selisih tinggi antara titik n dan (n 1) diukur pergi

Bacaan pada rambu diukur pergi

tinggi antara titik n dan (n-1) diukur pulang

Bacaan pada rambu uku diukur pergi

Jarak pengukuran per seksi yang diukur pergi pulang

Besarnya koreksi yang diberikan pada tiap-tiap titip

Jumlah titik-titik

E - 53

titik polygon rencana saluran

titik polygon rencana saluran dan BM yang terpasang

Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba

D mm, dengan D = jumlah jarak

Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana

tempat lain yang dianggap perlu, dipakai metode tachimetri serta

Perhitungan, Penggambaran dan Pengukuran

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode

Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.

rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :

� Perhitungan Polygon

Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Titik1 = diketahui koordinatnya (X

Ttitik2 = ditentukan koordinatnya

α 12 = azimuth sisi poligon 1

D12 = jarak sisi poligon 1

Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :

Toleransi kesalahan penutup sudut :

Toleransi kesalahan linier polygon

Dimana :

fβ = salah penutup sudut

fx = Σ Ji Sin α

fy = Σ Ji Cos α

β = sudut polygon

α = Azimuth

Ji = Jarak ke sisi

n = jumlah titik poligon

Dengan pertimbangan pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka

hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :

- Patokan dulu kesalahan sudut sudut rupa

- Koreksi diberikan pada jarak absis dan ordinat

Kx

Dimana :

X = (J. sin α) x (x akhir

Y = (J. sin α) x (x akhir

Ji = Jarak ke sisi

I = 1, 2, 3, …..

Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :

X2 = x1 + D12 Sin α 12

X2 = x1 + D12 Cos α 12

diketahui koordinatnya (X1, X1)

ditentukan koordinatnya

azimuth sisi poligon 1- 2

jarak sisi poligon 1 – 2

Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :

fβ = (β1 + β2 + β3 + …. + βn)n(n-2). 180

kesalahan penutup sudut :

fβ = 20” √n

Toleransi kesalahan linier polygon :

fe = √ [ fx2 + fy2 ] -----------------

J

= salah penutup sudut

pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka

hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :

Patokan dulu kesalahan sudut sudut rupa

Koreksi diberikan pada jarak absis dan ordinat

Ji Kx = -------- . fx Ky =

ΣJ

) x (x akhir - x awal)

) x (x akhir - x awal)

Jarak ke sisi

1, 2, 3, …..

E - 54

Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :

Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :

pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka

hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :

Ji ------- . fx

ΣJ

J = Jumlah jarak

� Perhitungan Tachymetri

Berdasarkan data ukur lapangan diperhitungan

embung dan situasi dengan menggunakan rumus tachymetri.

- Jarak Datar

D(dat) = d(mir) x Cos

D(mir) = (BA – BB) x 100

- Beda Tinggi

∆h = tg α x d(dat)

- Elevasi

H = H(dik) + ∆

Dimana :

d(dat) = Jarak

d(mir) = Jarak miring

α = Sudut miring atau zenith

BA dan BB = Bacaan rambu ukur atas dan bawah

∆h = beda tinggi

BT = Bacaan benang tengah

T(i) = tinggi alat ukur

H = elevasi yang dicari

H(dik) = elevasi yang diketahui

B. Penggambaran

1. Penggambaran tampang melintang lokasi

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampan

alur sungai untuk lokasi embung.

Skala gambar yang dipakai adalah :

- Jarak

- Vertikal

2. Penggambaran tampang memajang lokasi

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang

alur sungai untuk lokasi embung.

- Jarak

- Vertikal

3. Penggambaran situasi

Jumlah jarak

Perhitungan Tachymetri

Berdasarkan data ukur lapangan diperhitungan tampang melintang embung, memanjang

embung dan situasi dengan menggunakan rumus tachymetri.

d(mir) x Cos2 h

BB) x 100

(dat) – BT + T(i)

∆h

Jarak datar

Jarak miring

Sudut miring atau zenith

Bacaan rambu ukur atas dan bawah

beda tinggi

Bacaan benang tengah

tinggi alat ukur

elevasi yang dicari

elevasi yang diketahui

Penggambaran tampang melintang lokasi bangunan.

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampan

alur sungai untuk lokasi embung.

Skala gambar yang dipakai adalah :

= 1 : 2000

= 1 : 200

Penggambaran tampang memajang lokasi bangunan.

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang

alur sungai untuk lokasi embung.

= 1 : 1000

= 1 : 100

E - 55

tampang melintang embung, memanjang

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang

Penggambaran dilaksana

embung.

Skala gambar yang dipakai, jarak 1 : 500

C. Deskripsi Bench Mark ( BM )

Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control

Point (CP) yang dapat diamati dari salah satu BM tersebut.

E.8.3 Survey Geologi dan Mektan

E.8.3.1 U m u m

Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan

dilokasi as terutama meliputi pemetaan geologi permukaan,

fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.

E.8.3.2 Penyelidikan Geologi Permukaan

Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing

dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi

ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar

kekar dan sumber mata air serta soil penutup. Sehi

diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah

rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.

A Peralatan

1). Kompas Geologi

2). Palu Geologi

3). Cairan HCL 0,1 N

4). Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000

5). Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000

6). Peta Lokasi Rencana As Embung dan Peta Daerah Genangan.

7). Alat Tulus ( Busur, Penggaris, Pensil, Buku Catatan, Dll ).

8). Pita ukur

9). Kamera

10). Lup (Pembesaran 10X dan 20X)

Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1dan merupakan gambar situasi lokasi

Skala gambar yang dipakai, jarak 1 : 500

Deskripsi Bench Mark ( BM )

Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control

yang dapat diamati dari salah satu BM tersebut.

Survey Geologi dan Mektan

Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan

dilokasi as terutama meliputi pemetaan geologi permukaan, analisis geologi bawah permukaan, sifat

fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.

Geologi Permukaan

Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing

dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi

ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar

kekar dan sumber mata air serta soil penutup. Sehingga dari peta geologi permukaan dapat

diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah

rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.

Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000

Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000

Peta Lokasi Rencana As Embung dan Peta Daerah Genangan.

Alat Tulus ( Busur, Penggaris, Pensil, Buku Catatan, Dll ).

up (Pembesaran 10X dan 20X)

E - 56

kan pada kertas ukuran A1dan merupakan gambar situasi lokasi

Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control

Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan

analisis geologi bawah permukaan, sifat

fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.

Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing-masing dituangkan

dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi

ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar-

ngga dari peta geologi permukaan dapat

diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah-daerah yang

rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.

B Metode

Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak

terlewatkan. Dalam penilitian dilakukan pemetaan batas

penutup (pelapukan) dan keka

Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang

patahan), rekahan atau kekar dan mata air serta bentang alam.

Penyelidikan geologi dilakukan dengan

geomorfologi, stratigrafi (jenis

Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk

penampang melintang pada as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan

lereng di daerah genangan maupun di lokasi as.

Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya

dukung, kemantapan lereng, permeabilitas dan

untuk mengetahui urutan-urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan

untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan

kedalaman tumpuan pondasi.

Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada

dilapangan untuk mengetahui kemungkinan adanya patahan

memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhad

kegempaan.

E.8.3.3 Penyelidikan Geologi Bawah Permukaan

Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik

dengan kedalaman masing-masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as

dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit

dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik

maupun mekanik pada lokasi rencana as embung dan q

D.2113 – 70, ASSHO T.225 –

I Peralatan

Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,

peralatan tersebut terdiri dari :

a. Mesin bor hidrolis

Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak

terlewatkan. Dalam penilitian dilakukan pemetaan batas-batas batuan, aendapan alluvial, tallus, soil

penutup (pelapukan) dan kekar-kekar serta patahan-patahan disertai jurus dan kemiringannya.

Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang

patahan), rekahan atau kekar dan mata air serta bentang alam.

Penyelidikan geologi dilakukan dengan pemetaan geologi permukaan yang meliputi aspek

geomorfologi, stratigrafi (jenis-jenis batuan penyusunnya) dan struktur geologi.

Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk

as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan

lereng di daerah genangan maupun di lokasi as.

Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya

dukung, kemantapan lereng, permeabilitas dan kemungkinan adanya kebocoran. Stratigrafi ditinjau

urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan

untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan

ndasi.

Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada

dilapangan untuk mengetahui kemungkinan adanya patahan-patahan atau kekar

memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhad

Penyelidikan Geologi Bawah Permukaan

Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik

masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as

dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit

dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik

maupun mekanik pada lokasi rencana as embung dan quarry, sehingga, memenuhi standar ASTM

68, BS 4019.

Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,

peralatan tersebut terdiri dari :

E - 57

Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak

batas batuan, aendapan alluvial, tallus, soil

patahan disertai jurus dan kemiringannya.

Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang

pemetaan geologi permukaan yang meliputi aspek-aspek

jenis batuan penyusunnya) dan struktur geologi.

Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk

as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan

Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya

kemungkinan adanya kebocoran. Stratigrafi ditinjau

urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan

untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan

Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada

patahan atau kekar-kekar yang

memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhadap kestabilan dan

Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik

masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as embung

dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit

dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik

uarry, sehingga, memenuhi standar ASTM

Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,

b. Stan bor (panjang 3m, diameter luar 60,4 dan diameter dalam 50,8 mm)

c. Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan

diameter dalam 77,8 mm.

d. Mesin Penggerak

e. Core barrel (single, daouble, triple), mata bor (tungsten atau intan

luar 74, 70 mm dan diameter dalam 54,70mm.

f. Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih

dari 15 kg/cm2).

g. Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekani

meter, manometer dan stop watch).

II. Metode

Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana

embung, yang memenuhi standar ASTM D.2113

Singgle core barrel digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran

kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi

kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan denga

metode air sirkulasi dengan air bersih.

III. Kegiatan Penyelidikan Pengeboran Meliputi

A. Penyimpanan Contoh Core (Batuan Inti)

Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran

dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar

core sehingga batuan tidak mudah berubah posisi pada saat diangkat

contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang.

tiap-tiap jalur diberi kode kedalaman dan pada tutup dicantumkan :

1). Nama Proyek

2). Nama Lokasi

3). Nomor titik lubang bor

4). Kedalaman pengeboran

5). Tanggal pengeboran.

B. Pencatatan Hasil Pengeboran

Diskripsi core Contoh yang dituangkan dalam bor log berisi informasi

selama dalam proses pengeboran yaitu :

1). Nama proyek dan lokasi

2). Nama konsultan dan elient

3). Nomor lobang bor

g 3m, diameter luar 60,4 dan diameter dalam 50,8 mm)

Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan

diameter dalam 77,8 mm.

Core barrel (single, daouble, triple), mata bor (tungsten atau intan) tipe NX berukuran diameter

luar 74, 70 mm dan diameter dalam 54,70mm.

Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih

Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekani

meter, manometer dan stop watch).

Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana

embung, yang memenuhi standar ASTM D.2113 – 70, ASSHO T.225 – 68, BS 4019.

digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran

kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi

kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan denga

metode air sirkulasi dengan air bersih.

Kegiatan Penyelidikan Pengeboran Meliputi

Penyimpanan Contoh Core (Batuan Inti)

Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran

dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar

core sehingga batuan tidak mudah berubah posisi pada saat diangkat untuk dipindahkan. Untuk

contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang.

tiap jalur diberi kode kedalaman dan pada tutup dicantumkan :

pengeboran

Pencatatan Hasil Pengeboran

Diskripsi core Contoh yang dituangkan dalam bor log berisi informasi-informasi atau parameter

selama dalam proses pengeboran yaitu :

Nama proyek dan lokasi

Nama konsultan dan elient

E - 58

Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan

) tipe NX berukuran diameter

Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih

Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekanik /pompa, water flow

Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana

68, BS 4019.

digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran

kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi

kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan dengan

Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran

dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar

untuk dipindahkan. Untuk

contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang. Pada

informasi atau parameter

4). Tanggal mulai dan selesai pengeboran

5). Koordinat dan elevasi lobang bor

6). Tipe core barrel dan mata bor yang dipakai

7). Kedalaman dan diameter casing yang dipakai

8). Core revovery, RQD

9). Kedalaman muka air tanah

10). Klasifikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan

alterasi).

11). Kedalalaman dan hasil dari insitu test

12). Rembesan atau leakage selama proses pengeboran

13). Waktu kemajuan (unit : min) dan panjang kemajuan (unit cm).

C. Dokumentasi Contoh Bantuan Inti

Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar

gambar core, informasi tersebut adalah :

1). Nomor lobang bor

2). Kedalaman lobang bor

3). Setiap baris terdapat posisi keda

D. Klasifikasi Geoteknik Batuan

Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,

ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada

klassifikasi Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982.

tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta

weathering and alterration atau menggunakan klasifikasi bieniawaski

E. Pengukuran Muka Air Tanah

Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding

measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.

F. Pemberian Patok Lobang Bor

Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang

sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau

kedalaman air tanah guna pengukuran muka air tanah. Ukuran

adalah :

1). Berukuran 30 x 30 x 10 cm.

2). Bertanda kedalaman dan nomor lobang bor

Tanggal mulai dan selesai pengeboran

Koordinat dan elevasi lobang bor

Tipe core barrel dan mata bor yang dipakai

Kedalaman dan diameter casing yang dipakai

Kedalaman muka air tanah

fikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan

Kedalalaman dan hasil dari insitu test

Rembesan atau leakage selama proses pengeboran

Waktu kemajuan (unit : min) dan panjang kemajuan (unit cm).

Dokumentasi Contoh Bantuan Inti

Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar

gambar core, informasi tersebut adalah :

Setiap baris terdapat posisi kedalaman

Klasifikasi Geoteknik Batuan

Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,

ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada

Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982.

tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta

weathering and alterration atau menggunakan klasifikasi bieniawaski, 1973 dan skala Nespak, 1975

Pengukuran Muka Air Tanah

Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding

measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.

Lobang Bor

Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang

sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau

kedalaman air tanah guna pengukuran muka air tanah. Ukuran dan inisial patok beton tersebut

Berukuran 30 x 30 x 10 cm.

Bertanda kedalaman dan nomor lobang bor

E - 59

fikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan

Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar

Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,

ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada

Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982. Dalam Klassifikasi

tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta

, 1973 dan skala Nespak, 1975

Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding

measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.

Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang

sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau

dan inisial patok beton tersebut

No.

Lokasi

1

Embung

Total Kedalaman Pengeboran

IV In-Site Test

A. Standart Penetration Test (SPT)

Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis

perlapisan tanah.

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk uji penetrasi standar adalah :

1. Auomatic Drive Hamme” Assembly,

satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.

2. Split Spoon Sampler (tabung S

inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung

dan sepatu tabung.

2. Metode

Lobang bor yang telah dibersihkan dasarnya, automatic drive hammer

dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor

hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,

jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm tabung

adalah N1 + N3.

Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong

plastic transparan dan ditaruh dalam posisi kedalaman dalam core box.

B. Permeabilitas

1. Packer (Pressure Test)

Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan

interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah

permukaan tanah.

Tabel 5 – 23

Distribusi Pemboran Inti

Lokasi

No. Bore Hole

Kedalaman

(m)

BH – 01 20

BH – 02 20

BH - 03 20

Total Kedalaman Pengeboran 60

Standart Penetration Test (SPT)

Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis

digunakan untuk uji penetrasi standar adalah :

Auomatic Drive Hamme” Assembly, peralatan ini telah disetel sedimikian sehingga merupakan

satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.

Split Spoon Sampler (tabung SPT), peralatan ini berukuran panjang 32 inchi, diameter luar 2

inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung

Lobang bor yang telah dibersihkan dasarnya, automatic drive hammer dan asesorisnya dipasang atau

dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor

hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,

jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm tabung SPT masuk dicatat, yaitu N1, N

Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong

plastic transparan dan ditaruh dalam posisi kedalaman dalam core box.

(Pressure Test)

Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan

interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah

E - 60

Kedalaman

Posisi

Kanan

Tengah

Kiri

Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis

peralatan ini telah disetel sedimikian sehingga merupakan

satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.

peralatan ini berukuran panjang 32 inchi, diameter luar 2

inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung

dan asesorisnya dipasang atau

dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor

hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,

, N2 dan SPT adalah N

Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong

Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan

interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah

a. Peralatan

• Water Flow meter

• Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih

dari 15 m dibawah permukaan tanah.

• Electric sounding mesurement

b. Formula

• Constant Head

Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan a

suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada

suatu posisi muka air tertentu. Dicatat rata

waktu tidak kurang dari 10 menit.

Koefisien Permeabilitas dapat diperoleh dengan rumus :

K = Q

----------- 2,75.D.H

K =

Q --------------

2 . π . L . H

Keterangan :

K = Koefisien permebilitas (cm/det)

Q = Debit rata-rata (cm

L = Panjang interval terukur (cm)

H = diameter lubang bor (cm)

R = Jari – jari lobang bor (cm)

• Falling Head

Test ini dilakukan

kemudian dicatat penurunan muka air per satuan waktu.

K = r

-------- 4 x t

Keterangan :

K = Koefisien permeabilitas (cm/det)

t = Interval waktu (sec)

h1 = Kedalaman awal muka air tanah (cm)

h2 = Kedalaman muka air Tanah setelah t detik (cm)

r = Jari-jari lobang bor (cm).

Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih

dari 15 m dibawah permukaan tanah.

Electric sounding mesurement

Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan a

suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada

suatu posisi muka air tertentu. Dicatat rata-rata banyaknya air yang dituangkan dalam

waktu tidak kurang dari 10 menit.

Permeabilitas dapat diperoleh dengan rumus :

atau K = Q

Untuk pengukuran langusn ke dasar

--------- 5,5 r.H

ln ( L

+ √( 1 + (L

)2

------ --- ---

. L . H D D

K = Koefisien permebilitas (cm/det)

rata (cm3 / det)

L = Panjang interval terukur (cm)

H = diameter lubang bor (cm)

jari lobang bor (cm)

dengan cara menuangkan air kedalam lobang bor hingga penuh

kemudian dicatat penurunan muka air per satuan waktu.

log [ h1

] ---- h2

K = Koefisien permeabilitas (cm/det)

t = Interval waktu (sec)

= Kedalaman awal muka air tanah (cm)

= Kedalaman muka air Tanah setelah t detik (cm)

jari lobang bor (cm).

E - 61

Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih

Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan atau untuk

suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada

rata banyaknya air yang dituangkan dalam

Untuk pengukuran

) (2) Untuk pengukuran panjang tertentu

dengan cara menuangkan air kedalam lobang bor hingga penuh

IV Kegempaan dan Seimistas

Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik

untuk lokasi penyelidikan. Lihat gambar 2.1.

Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang

Pengairan.

Kh = ad/g

Ad = b1 x ( ac x Z )b2

V Eksplorasi Bahan Bangunan

Material konstruksi yang diperlukan dalam pembangunan embung terdiri

1). Material timbunan kedap air digunakan untuk inti embung

2). Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum

3). Material batuan (quarry) untuk pasangan batu, rip

4). Material pasir dan kerikil untuk beton dan filter

A. Peralatan

1). Kompas Geologi

2). Palu geologi

3). Keranjang

4). Cangkul, skop, linggis, belicong

5). Cairan HCL 0,1 N

6). Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000

7). Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000

8). Alat tulis (busur, penggaris, pensil, buku catatan,

9). Plastik Contoh, tabung Contoh

10). Kamera

Kegempaan dan Seimistas

Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik

penyelidikan. Lihat gambar 2.1.

Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang

Keterangan :

Kh = Koefisien gempa horisontal

Ad = percepatan gempa rencana (gal)

g = percepatan gravitasi (980cm/dt

1 cm / det2

ac = percepatan gempa dasar (gal)

Z = zona seismic

b1b2 = koefisien tipe pondasi

Eksplorasi Bahan Bangunan

Material konstruksi yang diperlukan dalam pembangunan embung terdiri dari :

Material timbunan kedap air digunakan untuk inti embung

Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum

Material batuan (quarry) untuk pasangan batu, rip-rap

Material pasir dan kerikil untuk beton dan filter

Cangkul, skop, linggis, belicong

Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000

Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000

Alat tulis (busur, penggaris, pensil, buku catatan, dll)

Plastik Contoh, tabung Contoh

E - 62

Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik

Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang

percepatan gempa rencana (gal)

ravitasi (980cm/dt2 1 gal =

percepatan gempa dasar (gal)

dari :

Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum

B. Metode Sampling

Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.

2488-69 (1972) terdiri dari :

1). Contoh terganggu :

Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic

transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

pengambilan sebanyak

2). Contoh asli (tak terganggu) :

Contoh ini diambil s

tipis dengan cara ditekan kedalam tanah secara hati

kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah

tetap terjaga. Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

pengambilan.

C. Metode Eksplorasi

Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan

dipetakan secara detail sehingga batas

dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius

tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan

dapat diperluas hingga radius 2

dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode

eksplorasi yaitu

E.8.3.4 Test Pitting

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji

dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan

keras, menembus muka air tanah dan dinding mudah runtuh.

Pendiskripsian masing-masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan

sample asli diambil pada setiap perubahan lapisan.

Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk

pembangunan embung dan embung dilokasi

tanggul, pasir serta batu untuk pasangan ataupun untuk agregat beton.

a. Tanah Bahan Timbunan

Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal

dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi

terdekat dengan daerah tanggul.

Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara

Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.

69 (1972) terdiri dari :

Contoh terganggu :

Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic

transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

pengambilan sebanyak ± 15 kg.

Contoh asli (tak terganggu) :

Contoh ini diambil sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan menggunakan tabung

tipis dengan cara ditekan kedalam tanah secara hati-hati sehingga contoh tidak rusak,

kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah

Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan

dipetakan secara detail sehingga batas-batasnya jelas. Pertama-tama survey dikonsentrasikan

dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius

tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan

dapat diperluas hingga radius 2 – 3 km. Dokumentasi diambil sehingga nampa dasar tespit

dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji

dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan

keras, menembus muka air tanah dan dinding mudah runtuh.

masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan

e asli diambil pada setiap perubahan lapisan.

Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk

pembangunan embung dan embung dilokasi-lokasi terpilih berupa tanah bahan timbunan untuk

uk pasangan ataupun untuk agregat beton.

Tanah Bahan Timbunan

Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal

dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi

dengan daerah tanggul.

Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara

E - 63

Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.

Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic

transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

umuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan menggunakan tabung

hati sehingga contoh tidak rusak,

kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah

Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal

Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan

ama survey dikonsentrasikan

dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius

tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan

diambil sehingga nampa dasar tespit

dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji ini

dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan

masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan

Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk

lokasi terpilih berupa tanah bahan timbunan untuk

Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal

dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi

Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara

kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan

hasil-hasil pengujian terdahulu yang perna dilakukan terha

b. Pasir

Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan

dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati

secara visual pasir dimaksud.

c. Batu

Bahan batu yang diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai

batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian

mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan

antara jenis batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.

E.8.3.5 Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan

Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan

pengambilan contoh tanah (test

uji ini untuk mendapatkan informasi mengenai sifat

Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan

dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan

engineering properties ).

Jenis

Material

Sifat-sifat IndeksBerat isi (Cn)Berat jenis (Gs)Kadar air (Wn)Analisa ukuran butir (m%)Batas Atterbert (W Sifat-sifat TeknikKompaksi (qD, OMC)Trixial atau Diret Shear Test (C,Konsolidasi ( Cc, Cv, Es)Permeabilitas (k)Inconfinined Comp. Test (qun, qur)

E.8.4 Penelitian Kualitas Air Dan Uji

Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air

kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan

hasil pengujian terdahulu yang perna dilakukan terhadap jenis tanah serupa.

Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan

dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati

secara visual pasir dimaksud.

ng diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai

batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian

mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan

batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.

Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan

Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan

pengambilan contoh tanah (test pit) di lokasi rencana embung dan dari inti batuan hasil pengeboran,

uji ini untuk mendapatkan informasi mengenai sifat-sifat indeks dan sifat-sfat teknik.

Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan

dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan

Tabel 5 - 24

Tabel Distribusi Uji Laboratorium

Jenis Test Prosedur Test

sifat Indeks (Cn)

Berat jenis (Gs) Kadar air (Wn) Analisa ukuran butir (m%) Batas Atterbert (W1, Wp, Ip)

sifat Teknik Kompaksi (qD, OMC) Trixial atau Diret Shear Test (C,∅) Konsolidasi ( Cc, Cv, Es) Permeabilitas (k) Inconfinined Comp. Test (qun,

ASTM ASTM D 854 – 58 ASTM D 2216 – 71 ASTM D 442 – 63 ASTM D 422 – 66 ASTM D 698 –70 ASTM D 2850 – 70 ASTM D 3080 – 79 ASTM D 2435 – 70 ASTM D2434 – 74 ASTM D 2166 – 72

Penelitian Kualitas Air Dan Uji Laboratorium

Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air

E - 64

kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan

dap jenis tanah serupa.

Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan

dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati

ng diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai

batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian

mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan

batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.

Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan

Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan

pit) di lokasi rencana embung dan dari inti batuan hasil pengeboran,

sfat teknik.

Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan

dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan

Jenis

Sample

74 ASTM

UDS UDS UDS DS DS

DS UDS UDS UDS UDS UDS

Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air

tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium

untuk mendapatkan gambaran tentang kandung

perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

a. Pengambilan sample pada lokasi rencana

b. Penelitian kualitas air di laboratorium, dengan parameter

• Parameter fisika

• Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).

Parameter Masalah Kualitas

Bau

Bau tanah

Bau besi

Bau sulfur

Bau lain

Rasa

Rasa asin/payau

Rasa besi

Rasa tanah tanpa kekeruhan

Coklat bersama dengan kekeruhan

Rasa lain

Kekeruhan

Kekeruhan sedang; coklat (dari lumpur)

Kekeruhan tinggi; coklat dari lumpur

Parameter Masalah Kualitas

Kekeruhan Putih

tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium

untuk mendapatkan gambaran tentang kandungan air baku tersebut. Selanjutnya dilakukan

perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik

meliputi :

Pengambilan sample pada lokasi rencana sumber mata air sebanyak 2(dua) titik sample

Penelitian kualitas air di laboratorium, dengan parameter-parameter yang meliputi :

Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).

Tabel 5 - 25

Evaluasi Kualitas Air

Masalah Kualitas Pengolahan

Kemungkinan dengan saringan karbon aktif

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Airasi + saringan pasir lambat

Bisa dipakai dengan pengolahan

Kemungkinan airasi

Kalau bau sekali tidak bisa dipakai; kalau bau sedikit bisa dipakai dengan pengolahan

Tergantung jenis bau Tidak busa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Rasa asin/payau Tidak mungkin Tergantung kadar C1 dan pendapat masyarakat

Airasi + saringan pasir lambat

Bisa dipakai dengan pengolahan

Rasa tanah tanpa Kemungkinan dengan saringan karbon aktif

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Coklat bersama dengan kekeruhan

Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan

Tergantung jenis rasa Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasi

Kekeruhan sedang; coklat (dari lumpur)

Saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan pengolahan

Kekeruhan tinggi; coklat dari lumpur

Dengan pembubuhan PAC

Bisa dipakai dengan pengolahan

Masalah Kualitas Pengolahan

Dengan pembubuhan PAC Mungkin bisa dipakai; perlu

E - 65

tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium

an air baku tersebut. Selanjutnya dilakukan

perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik

sebanyak 2(dua) titik sample

parameter yang meliputi :

Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).

Kesimpulan

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Bisa dipakai dengan pengolahan

Kalau bau sekali tidak bisa dipakai; kalau bau sedikit bisa dipakai dengan pengolahan

Tidak busa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Tergantung kadar C1 dan pendapat masyarakat

Bisa dipakai dengan pengolahan

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Sama dengan kekeruhan

Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasi

Bisa dipakai dengan pengolahan

Bisa dipakai dengan pengolahan

Kesimpulan

Mungkin bisa dipakai; perlu

Agak kuning sesudah air sebentaar di ember

Warna

Coklat tanpa kekeruhan

Coklat bersama dengan kekeruhan

Putih

Lain

Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Sistem

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Desember 1998

pengolahan percobaan dulu

Agak kuning sesudah air sebentaar di ember

Airasi + sistem saringan pasir

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Coklat tanpa Kemungkinan dengan saringan karbon aktif

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Coklat bersama dengan kekeruhan

Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan

Mungkin dengan pembubuhan PAC

Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Tergantung jenis warna Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Petunjuk Teknis Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan, Pekerjaan Umum,

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Desember 1998

E - 66

pengolahan percobaan dulu

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu

Sama dengan kekeruhan

Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil

Penyediaan Air Minum Perdesaan, Pekerjaan Umum,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Parameter

Fisika

Temperatur

Residu terlarut Kimia pH Barium ( Ba )Besi Total ( Fe )Mangan Total ( Mn )Tembaga ( Cu )Seng ( Zn )Krom heksavalen ( Cr )Kadrium ( Cd )Raksa total ( Hg )Timbal ( Pb )Arsen ( As )Selerium ( Se )Slarida ( CN )Sulfida ( S )Fluorida ( F ) Klorida ( Cl )Sulfat ( SOAmoniak (NH

Nitrat (NO

Nitrit (NO

Oksigen terlarut (DO) Kebutuhan oksigen biologi

(BOD)

Kebutuhan oksigen kimia

(COD)

Senyawa aktif biru-metilen

Fenol Minyak dan lemak Karbon klorofrom-ekstrak

PCB

Tabel E - 26

Standar Kualitas Air Baku

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Satuan Maksimum Yg

Dianjurkan Maksimum Yg Diperbolehkan

oC Temperatur air normal

Temperatur air normal

Mg/l 500 1.500

5 – 9 5 – 9 ( Ba ) Mg/l Nihil 1 ( Fe ) Mg/l 1 5 ( Mn ) Mg/l 0,05 0,5 ( Cu ) Mg/l Nihil 1 ( Zn ) Mg/l 1 15 ( Cr ) Mg/l Nihil 0,5 ( Cd ) Mg/l Nihil 0,01 ( Hg ) Mg/l 0,0005 0,001( Pb ) Mg/l 0,05 0,1 ( As ) Mg/l Nihil 0,05 ( Se ) Mg/l Nihil 0,01 CN ) Mg/l Nihil 0,05 ( S ) Mg/l Nihil Nihil ( F ) Mg/l - 1,5 ( Cl ) Mg/l 200 500

( SO4 ) Mg/l 200 400 (NH3 –

N) Mg/l 0,01 0,5

(NO3-N)

Mg/l 5 10

(NO2 – N)

Mg/l Nihil 1

(DO) Mg/l

(BOD) Mg/l 5 -

(COD) Mg/l 10 -

Mg/l Nihil 0,5

Mg/l 0,001 0,002Mg/l Nihil Nihil Mg/l 0,04 -

Mg/l Nihil -

E - 67

Maksimum Yg Diperbolehkan

Keterangan

Temperatur air

Minimum

Air permukaan dianjurkan > sama dgn Air tanah tdk dianjurkan

Parameter

Bakteriologi Coliform group Coliform tinja Radioaktifitas Aktifitas beta-total Strontium – 90 Radium – 225 Pestisida Aldrit Chlordane Dieldrin Endrine Heptachlor Heptachlor epoxide Lindane Metoxy Chlor Organophosphat dan Carbamate

Toxaphene

E.8.5 Sistem Planning dan Desain

E.8.5.1 Tata Letak Jaringan Air Baku

Dalam perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah

penyusunan tata letak jaringan air baku.

dibuatkan usulan lay out tersebut, mulai dari bangunan

dan peletakan bangunan-bangunan sepanjang jalur pengukuran.

setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan

hidrolika dan detail design. Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya

peta situasi walaupun dalam bentuk milimeter telah ada.

dan posisi-posisi bangunan berada.

Sistim tata letak (lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan

kondisi lapangan (kondisi existing) dengan mem

tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan

konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah

Satuan Maksimum Yg

Dianjurkan Maksimum Yg Diperbolehkan

MPN/100 ml 10.000 MPN/100 ml 2.000

PCl/l Nihil PCl/l Nihil PCl/l Nihil

Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil

Mg/l Nihil

Mg/l Nihil

Sistem Planning dan Desain

Jaringan Air Baku

perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah

penyusunan tata letak jaringan air baku. Sebelum tata letak jaringan air baku difinalkan perlu

tkan usulan lay out tersebut, mulai dari bangunan utama(pengambilan)

bangunan sepanjang jalur pengukuran. Dari hasil akhir tata letak jaringan

setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan

Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya

lam bentuk milimeter telah ada. Pekerjaan ini berisi mengenai dimana letak

posisi bangunan berada.

(lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan

kondisi lapangan (kondisi existing) dengan mempertimbangkan faktor teknis, biaya, kehilangan

tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan

konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah

E - 68

Maksimum Yg Diperbolehkan

Keterangan

perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah

Sebelum tata letak jaringan air baku difinalkan perlu

, jaringan pipa air baku

Dari hasil akhir tata letak jaringan

setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan

Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya

Pekerjaan ini berisi mengenai dimana letak

(lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan

pertimbangkan faktor teknis, biaya, kehilangan

tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan

konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah

Kabupaten untuk membantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta

penempatan-penempatan bangunannya.

Tahap I : Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan

semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berd

topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi

terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey

pendahuluan.

Tahap II : Mencakup penelusuran trase jalur pipa dan penyesuaia

dengan jalan melakukan pengukuran topografi.

Sebelum Tahap II dilaksanakan juga dilakukan

Direksi untuk menetapkan lay out jalur air baku.

Perencanaan sistem jaringan air baku

� Bangunan utama yang berupa bangunan embung atau

� Bangunan-bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :

1. Bangunan intake / bangunan pengambilan

2. Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan

distribusi

3. Bangunan pengumpul sementara / bak prasedimen / grit chamber

4. Bangunan IPA (instalasi pengolahan air) atau WTP

5. Bangunan reservoir / tampungan

6. Bak pelepas tekan (dalam pekerjaan ini tidak perlu)

7. Perlengkapan pipa dan accessorisnya (di semua jaringan)

8. Perlengkapan operasi dan pemeliharaan

9. Pompa, hidran umum dan lain

10. Dan lain-lain

Tata letak jaringan air baku yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam

yang terdiri atas skematisasi jalur dan lokasi bangunan

E.8.4.2 Perencanaan Bangunan Utama

Bangunan utama yang akan direncanakan untuk seti

airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan

bangunan broncaptering ( penangkap air).

1. Bangunan Intake/Broncaptering

• Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan

bantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta

penempatan bangunannya.

Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan

semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berd

topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi

terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey

Mencakup penelusuran trase jalur pipa dan penyesuaian hasil

dengan jalan melakukan pengukuran topografi.

Sebelum Tahap II dilaksanakan juga dilakukan pengecekan di lapangan

Direksi untuk menetapkan lay out jalur air baku.

Perencanaan sistem jaringan air baku (yang dilengkapi fasilitas jaringan air bersih) terdiri atas :

angunan utama yang berupa bangunan embung atau bangunan lain yang sejenisnya

bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :

Bangunan intake / bangunan pengambilan

Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan

Bangunan pengumpul sementara / bak prasedimen / grit chamber

Bangunan IPA (instalasi pengolahan air) atau WTP

Bangunan reservoir / tampungan

tekan (dalam pekerjaan ini tidak perlu)

Perlengkapan pipa dan accessorisnya (di semua jaringan)

Perlengkapan operasi dan pemeliharaan

Pompa, hidran umum dan lain-lain (disesuaikan dengan kebutuhan)

yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam

skematisasi jalur dan lokasi bangunan-bangunan tertentu pada jaringan air baku

Perencanaan Bangunan Utama

direncanakan untuk setiap sumber air yang akan dikembangkan potensi

airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan

bangunan broncaptering ( penangkap air).

Bangunan Intake/Broncaptering

Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan

E - 69

bantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta

Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan

semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berdasarkan peta

topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi

terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey

n hasil-hasil dari Tahap I

pengecekan di lapangan bersama-sama dengan

(yang dilengkapi fasilitas jaringan air bersih) terdiri atas :

bangunan lain yang sejenisnya

bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :

Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan

yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam peta ikhtisar

bangunan tertentu pada jaringan air baku.

ap sumber air yang akan dikembangkan potensi

airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan

Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan

broncaptering digunakan untuk menangkap air baku dari mata air.

• Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak

pada daerah belokan/lengkungan.

• Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan

terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa

kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman m

yang tidak boleh diganggu (diijinkan).

• Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.

• Dilihat dari jenis/tipe bangunan intake yang umum diterapkan, maka :

� Untuk bangunan intake yang dapat dibangun langsung di

lebih sesuai untuk kondisi :

* Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar

sekali.

* Aliran air relatif tenamg tidak ada turbelensi.

* Tidak banyak mengandung kotoran/sampah dan Lumpu

* Kemiringan tebing terhadap dasar sungai/danau tidak landai.

* Beda tinggi antara muka air maksimum dan relatif besar.

� Untuk bangunan

sungai/danau, tetapi harus dialirkan dulu melalui

sump well, maka lebih sesuai untuk kondisi :

* Beda tinggi muka air maksimum dan minimum tidak besar.

* Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.

* Aliran air minumnya tidak tenang.

* Banyak mengandung kotoran kasar/sampah dan Lumpur.

* Kedalaman air tidak cukup menjamin pemompaan langsung.

2. Bangunan Embung

a. Lebar Puncak Tubuh Embung

Lebar puncak tubuh embung diambil sebagai berikut :

Tipe

1. Urugan

2. Pasangan batu/beton

Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

broncaptering digunakan untuk menangkap air baku dari mata air.

Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak

lokan/lengkungan.

Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan

terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa

kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman m

yang tidak boleh diganggu (diijinkan).

Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.

Dilihat dari jenis/tipe bangunan intake yang umum diterapkan, maka :

Untuk bangunan intake yang dapat dibangun langsung di atas lokasi pinggir sungai/danau

lebih sesuai untuk kondisi :

Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar

Aliran air relatif tenamg tidak ada turbelensi.

Tidak banyak mengandung kotoran/sampah dan Lumpur.

Kemiringan tebing terhadap dasar sungai/danau tidak landai.

Beda tinggi antara muka air maksimum dan relatif besar.

intake yang tidak dapat dibangun langsung di atas lokaasi pinggir

sungai/danau, tetapi harus dialirkan dulu melalui saluran sebelum air baku terkumpul di

sump well, maka lebih sesuai untuk kondisi :

Beda tinggi muka air maksimum dan minimum tidak besar.

Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.

Aliran air minumnya tidak tenang.

Banyak mengandung kotoran kasar/sampah dan Lumpur.

Kedalaman air tidak cukup menjamin pemompaan langsung.

Lebar Puncak Tubuh Embung

Lebar puncak tubuh embung diambil sebagai berikut :

Tabel E - 27 Lebar Puncak Tubuh Embung

Tinggi (m)

1. < 5,00

2. 5,00 – 10,00

2. Pasangan batu/beton Sampai maksimal 7,00

Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

E - 70

Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak

Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan

terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa

kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman minimum

Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.

atas lokasi pinggir sungai/danau

Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar

intake yang tidak dapat dibangun langsung di atas lokaasi pinggir

saluran sebelum air baku terkumpul di

Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.

Lebar Puncak (m)

2,00

3,00

1,00

Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

Apabila puncak urugan akan digunakan

diberi bahu jalan masing-masing selebar 1,00 m

b. Kemiringan Lereng Tubuh Embung

Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap

longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan

urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, rem

tahan terhadap gempa.

No Material

Urugan

1

Urugan Homogen

2 2.1

2.2

Urugan MajemukUrugan batu dg inti lempung atau dinding diaprama. Kerikil-kerakal dg inti lempung atau dinding diaprama

Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung

c. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe

dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini.

No

1 Urugan homogen dan majemuk

2 Pasangan batu/beton

3 Komposit

Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan kanan badan jalan

masing selebar 1,00 m

Kemiringan Lereng Tubuh Embung

Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap

longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan

urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, rembesan langgeng, dan harus

Tabel E - 28

Kemiringan Lereng Urugan Untuk

Tinggi Maksimum 10,00 m

Material

Utama

Kemiringan Lereng

V : H

Hulu

Urugan Homogen

CH CL SC GC GM SM

1 : 3

Urugan Majemuk Urugan batu dg inti lempung atau dinding diaprama.

kerakal dg inti lempung atau dinding diaprama

Pecahan batu

Kerikil-kerakal

1 : 1,50

1 : 2,50

Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe

dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini.

Tabel E - 29

Tinggi Jagaan Embung

Tipe Tubuh Embung Tinggi Jagaan (m)

Urugan homogen dan majemuk 0,50

Pasangan batu/beton 0,00

Komposit 0,50

Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

E - 71

untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan kanan badan jalan

Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap

longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan

besan langgeng, dan harus

Kemiringan Lereng

V : H

Hilir

1 : 2,25

1 : 1,25

1 : 1,75

Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994

Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe

Tinggi Jagaan (m)

Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering

d. Tinggi Tubuh Embung

Tinggi tubuh embung harus

keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

Hd = tinggi tubuh embung d

Hk = tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)

Hb = tinggi tampungan banjir (m)

Hf = tinggi jagaan (m)

Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat

diambil 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu

terdalam, sedangkan untuk tipe pasangan beton hal ini tidak diperlukan.

e. Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi

Syarat-syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtr

kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.

♦♦♦♦ Formasi Garis Depresi

Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode

Cassagrande. Jika angka permeabilitas vertikaln

horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat

horisontalnya sebesar ♦

=♦(kv.kh).

Garis Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen

Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat

dengan sumbu-sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan

parabola bentuk dasar sebagai berikut :

ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan tampungan air, dan

keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Hd = Hk + Hb + Hf

tinggi tubuh embung desain (m)

tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)

tinggi tampungan banjir (m)

tinggi jagaan (m)

Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat

diambil 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu ditambahkan pada puncak embung di bagian lembah

terdalam, sedangkan untuk tipe pasangan beton hal ini tidak diperlukan.

Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi

syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtr

kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.

Formasi Garis Depresi

Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode

Cassagrande. Jika angka permeabilitas vertikalnya berbeda dengan angka permeabilitas

horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat

♦( kv/kh) kali. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai k, sehingga k

Gambar E - 12

Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen

Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat

sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan

parabola bentuk dasar sebagai berikut :

E - 72

ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan tampungan air, dan

keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat

Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat

ditambahkan pada puncak embung di bagian lembah

syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtrasi dan

kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.

Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode

ya berbeda dengan angka permeabilitas

horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat

( kv/kh) kali. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai k, sehingga k

Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen

Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat

sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan

y = ♦ ( 2y0 . x + y02 )

y0 = ♦ (h2 + d2 – d )

dimana :

h = jarak vertikal antara titik A dan B

d = jarak horisontal antara titik A dan B

l1 = jarak horisontal antara titik B dan E

l2 = jarak horisontal antara titik B dan A

A = ujung tumit hilir embung

B = titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung

B1 = titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal

melalui titik B

B2 = titik yang terletak sejauh horisontal ke arah hulu dari titik B

♦♦♦♦ Kapasitas Aliran Filtrasi

Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Qr

Dimana :

Qr = kapasitas filtrasi

Nr = angka pembagi garis trayektori aliran filtrasi

Np = angka pembagi garis equipotensial

k = koefisien filtrasi

H = tinggi tekanan air total

L = panjang profil melintang tubuh embung

Kapasitas filtrasi sebaiknya tidak melebihi antara 2

dalam waduk.

♦♦♦♦ Stabilitas Terhadap Bahaya Piping

Rembesan air melalui tubuh embung mempunyai batas

kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan

terhadap piping dipakai ket

i < ic

i = ( h / L )

ic = ( Gs-1 )/( 1+e )

dimana :

i = gradien hidrolis

)

jarak vertikal antara titik A dan B

jarak horisontal antara titik A dan B

jarak horisontal antara titik B dan E

jarak horisontal antara titik B dan A

ujung tumit hilir embung

titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung

titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal

melalui titik B

titik yang terletak sejauh horisontal ke arah hulu dari titik B

Kapasitas Aliran Filtrasi

Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

= Nr

K . H . L ------- Np

kapasitas filtrasi

pembagi garis trayektori aliran filtrasi

angka pembagi garis equipotensial

koefisien filtrasi

tinggi tekanan air total

panjang profil melintang tubuh embung

Kapasitas filtrasi sebaiknya tidak melebihi antara 2 – 5 % dari debit rata

Stabilitas Terhadap Bahaya Piping

Rembesan air melalui tubuh embung mempunyai batas-batas tertentu, maka perlu adanya

kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan

terhadap piping dipakai ketentuan sebagai berikut :

gradien hidrolis

E - 73

titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung

titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal

Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.

5 % dari debit rata-rata yang masuk ke

batas tertentu, maka perlu adanya

kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan

ic = gradien hidrolis kritis

H = perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik

keluarnya pada lereng hilir

L = panjang aliran filtrasi

Gs = berat jenis material timbunan

e = angka pori material timbunan

Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis

yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan seb

V = ( k. i ) / n

Dimana :

V = kecepatan aliran filtrasi (m/det)

k = koefisien permiabilitas

i = gradien hidrolis

n = porositas

Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :

Vc

Dimana :

Vc = kecepatan kritis aliran rembesan (cm/det)

W1 = berat butiran dalam air (gram)

d = diameter butiran terkecil ( cm )

g = gravitas (cm/det

F = luas permukaan butiran ( cm

γw = berat isi air ( gr/cm

3. Perencanaan Bangunan

a. Kapasitas Pengaliran Bangunan Pelimpah

Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Q = debit yang melewati pelimpah (m

L = lebar/panjang mercu

H = tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (m)

C = koefisien aliran untuk ambang lebar

Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :

gradien hidrolis kritis

perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik

keluarnya pada lereng hilir

liran filtrasi

berat jenis material timbunan

angka pori material timbunan

Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis

yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan seb

kecepatan aliran filtrasi (m/det)

koefisien permiabilitas

gradien hidrolis

Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :

= ♦ [ ( W1. g )

] ------------ ( F . γw )

kecepatan kritis aliran rembesan (cm/det)

berat butiran dalam air (gram)

diameter butiran terkecil ( cm )

gravitas (cm/det2)

luas permukaan butiran ( cm2 )

berat isi air ( gr/cm3 )

Bangunan Pelimpah

Kapasitas Pengaliran Bangunan Pelimpah

Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :

Q = C . L . H1.5

debit yang melewati pelimpah (m3/det)

lebar/panjang mercu pelimpah (m)

tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (m)

koefisien aliran untuk ambang lebar

Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :

E - 74

perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik

Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis

yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :

Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :

Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :

Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :

Cd = 2,20 - 0,0416

C = 1,60

1 + 2a [

------------------------

1 + a [

Dimana :

C = koefisien debit

Cd = koefisien debit pada saat h = Hd

h = tinggi air di atas mercu pelimpah (m)

Hd = tinggi tekanan rencana di atas

W = tinggi pelimpah dari dasar saluran pengarah ( m )

A = konstanta ( diperoleh pada saat h/Hd dan c = cd )

Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah

selebar pelimpah sebagai akibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada

pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :

Dimana :

Leff = lebar efektif pelimpah ( m )

L’ = lebar pelimpah sesungguhn

N = jumlah pilar

kp = koefisien kontraksi pilar

ka = koefisien kontraksi dinding samping

Hd = tinggi tekanan total di atas mercu ( m )

Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan

tampungan efektif waduk untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi

tampungan waduk.

Hd 0.99

----

W

h ] ---

Hd ------------------------

h ] ----

Hd

koefisien debit

koefisien debit pada saat h = Hd

tinggi air di atas mercu pelimpah (m)

tinggi tekanan rencana di atas mercu pelimpah ( m )

tinggi pelimpah dari dasar saluran pengarah ( m )

konstanta ( diperoleh pada saat h/Hd dan c = cd )

Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah

kibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada

pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :

Leff = L’ – 2 ( N. kp + ka ) . Hd

lebar efektif pelimpah ( m )

lebar pelimpah sesungguhnya ( m )

jumlah pilar

koefisien kontraksi pilar

koefisien kontraksi dinding samping

tinggi tekanan total di atas mercu ( m )

Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan

k untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi

E - 75

Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah

kibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada

pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :

Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan

k untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi

Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya

Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing

b Penelusuran Banjir

Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari

pelimpah dengan elevasi muka air waduk. Pada prinsipnya pen

berdasarkan persamaan kontinuitas :

Dimana :

I = debit yang masuk ke waduk ( m

: Tumpuan Pilar Bersudut

Gambar 5 - 13 Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya

Gambar E - 14

Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing

Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari

pelimpah dengan elevasi muka air waduk. Pada prinsipnya penelusuran banjir pada waduk

berdasarkan persamaan kontinuitas :

I + O = ( ds/dt)

debit yang masuk ke waduk ( m3/det)

Tumpuan Pilar Bersudut : Tumpuan Pilar Berbentuk bulat

E - 76

Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya

Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing-masing

Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari

elusuran banjir pada waduk

Tumpuan Pilar Berbentuk bulat

O = debit kelaur dari waduk (m

S = volume tampungan (m

T = waktu

(ds/dt) = perubahan tampungan tiap periode

Jika periode penelusurannya diubah dari dt menjadi

I = I1 + I2 ----------

2

I1 + I2 =

Q1 + Q2

--------- ----------- 2 2

I1 + I2 ∆t + S1 - ---------

2

I1 + I2 +

S1 -

Q--------- --- ---

2 ∆t 2 Jika :

S1 -

Q1

= Ψ --- --- ∆t 2

Dan :

S2 +

Q2 = ϕ --- ---

∆t 2 Maka :

I1 + I2 + Ψ = ϕ ---------

2 Dimana :

I1 = Inflow pada awal

I2 = Inflow pada akhir

Q1 = Outflow pada awal

Q2 = Outflow pada akhir

∆t = Periode penelusuran banjir ( 3600 detik )

debit kelaur dari waduk (m3/det)

volume tampungan (m3)

perubahan tampungan tiap periode waktu penelusuran (m3/det)

Jika periode penelusurannya diubah dari dt menjadi ∆t, maka :

Q = Q1 + Q2

dS = S2 - S1 ----------- 2

= S2 – S1

Q1

∆t = S2 + Q2

∆t ---- ---- 2 2

Q1

= S2

+ Q2

--- --- --- 2 ∆t 2

Inflow pada awal ∆t

Inflow pada akhir ∆t

Outflow pada awal ∆t

Outflow pada akhir ∆t

Periode penelusuran banjir ( 3600 detik )

E - 77

/det)

Penelusuran banjir dilakukan dengan

(original level) berada setinggi mercu pelimpah.

c. Perencanaan Bentuk Ambang Pelimpah

Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan

oleh Civil Departement US Army

hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung Harold :

Dimana :

Hd = tinggi tekan rencana

X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di

sebelah hilirnya (m)

Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah

hilirnya (m)

Sedangkan untuk profil di bagian hulu dapat dipero

X1 = 0,282 Hd

X2 = 0,175 Hd

R1 = 0,2 Hd

R2 = 0,5 Hd

d. Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah

Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :

Vz = ♦[2g ( z + Hd –

(Q/L) = Vz . Yz

Penelusuran banjir dilakukan dengan menganggap bahwa muka air waduk pada waktu bajir tiba

(original level) berada setinggi mercu pelimpah.

Perencanaan Bentuk Ambang Pelimpah

Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan

US Army. Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk penampang sebelah

hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung Harold :

Gambar E - 15

Bentuk Ambang Pelimpah Tipe Ogee

X1,85 = 2 . Hd0.85 . Y

tinggi tekan rencana (m)

jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di

sebelah hilirnya (m)

jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah

hilirnya (m)

Sedangkan untuk profil di bagian hulu dapat diperoleh dengan persamaan :

Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah

Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :

– Yz)]

E - 78

menganggap bahwa muka air waduk pada waktu bajir tiba

Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan

. Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk penampang sebelah

jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di

jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah

Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :

Fz = ( Vz / ♦ [ g . Yz ]

[♦2g(Z + Hd

Dimana :

Q = debit banjir rencana ( m

L = lebar pelimpah (m)

Vz = kecepatan pada titik sejauh z ( m/det)

Yz = kedalaman air pada titik sejauh Z (m)

Z = tinggi pelimpah dihitung da

Fz = bilangan froude pada titik sejauh z

Hd = tinggi kecepatan di sebelah hulu (m)

e Saluran Peluncur

Dalam merencanakan saluran peluncur (

- Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis

- Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang

timbul

- Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin

Guna memenuhi persyaratan tersebut di atas maka harus diperhatikan :

- Diusahakan agar tampak atasnya selurus mungkin

- Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat

- Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada b

landai dan ke arah hilir semakin curam.

Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran

kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk

mendapatkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :

Z1 + Y1 + V1

2

= ---- 2g

Untuk rumus Manning :

Sf = Vrata

2 x n2

----------- Rrata

4/3

hf = Sf . ∆x

[ g . Yz ]

2g(Z + Hd – Yz)] – [ Q / ( Yz . L )] = 0

debit banjir rencana ( m3/det)

lebar pelimpah (m)

kecepatan pada titik sejauh z ( m/det)

kedalaman air pada titik sejauh Z (m)

tinggi pelimpah dihitung dari mercu pelimpah sampai dengan lereng hilir pelimpah (m)

bilangan froude pada titik sejauh z

tinggi kecepatan di sebelah hulu (m)

Dalam merencanakan saluran peluncur (floodway) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis

Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang

Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin

persyaratan tersebut di atas maka harus diperhatikan :

Diusahakan agar tampak atasnya selurus mungkin

Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat

Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada b

landai dan ke arah hilir semakin curam.

Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran

kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk

atkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :

Y2 + V2

2

+ hf + he ---- 2g

E - 79

ri mercu pelimpah sampai dengan lereng hilir pelimpah (m)

) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis

Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang

Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat

Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada bagian hulu berlereng

Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran

kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk

atkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :

Dimana :

Y1,2 = kedalaman air di bidang 1 dan 2 ( m )

V1,2 = kecepatan aliran di bidang 1 dan 2 ( m/det)

Sf = kemiringan garis energi

g = percepatan gravitasi

hf = kehilangan tekan karena gesekan (m)

he = kehilangan tekan karena pusaran (m)

n = koefisien

R = jari-jari hidrolis (m)

∆X = jarak horizontal antara bidang 1 dan 2 ( m )

f. Peredam Energi

Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran

yang tinggi dalam kondisi superkritis tersebut

Ada beberapa tipe peredam energi untuk embung urugan, antara lain :

- Tipe loncatan ( water jump type )

- Tipe kolam olakan ( stilling basin type )

- Tipe bak pusaran ( ruller bucket type )

Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)

Peredam Energi Tipe Kolam Olakan (

kedalaman air di bidang 1 dan 2 ( m )

kecepatan aliran di bidang 1 dan 2 ( m/det)

kemiringan garis energi

percepatan gravitasi

kehilangan tekan karena gesekan (m)

kehilangan tekan karena pusaran (m)

kekasaran Manning

jari hidrolis (m)

jarak horizontal antara bidang 1 dan 2 ( m )

Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran

yang tinggi dalam kondisi superkritis tersebut harus diperlambat dan diubah pada kondisi subkritis.

Ada beberapa tipe peredam energi untuk embung urugan, antara lain :

water jump type )

( stilling basin type )

( ruller bucket type )

Gambar E - 16 Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)

Gambar E - 17 Peredam Energi Tipe Kolam Olakan (Stilling Basin Type

E - 80

Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran

harus diperlambat dan diubah pada kondisi subkritis.

Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)

Stilling Basin Type)

Peredam Energi Tipe Bak Pusaran (

g. Tebal Lantai

Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya

up-lift, dengan persamaan :

dx > Fs . Px – Wx

---------- γb

Px = Hx - Lx

H--- L

Dimana :

dx = tebal lantai pada titik yang ditinjau (

Fs = faktor keamanan ( 2,5 )

γb = berat jenis konstruksi ( t. m

Px = gaya angkat di titik x (t. m

Wx = kedalaman air di titik x ( m )

Hx = tinggi energi di hulu sampai titik x ( m )

H = beda tinggi pada hilir ( m )

L = panjang rayapan total (

Lx = panjang rayapan dari titik yang ditinjau ( m )

h Stabilitas Ambang Pelimpah

Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua

beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol

meliputi :

- Stabilitas terhadap guling

- Stabilitas terhadap geser

- Stabilitas terhadap daya dukung tanah

Gambar E - 18

Peredam Energi Tipe Bak Pusaran (Roller Bucket Type

Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya

H

tebal lantai pada titik yang ditinjau ( m )

faktor keamanan ( 2,5 )

berat jenis konstruksi ( t. m-1 )

gaya angkat di titik x (t. m-1 )

kedalaman air di titik x ( m )

tinggi energi di hulu sampai titik x ( m )

beda tinggi pada hilir ( m )

panjang rayapan total ( m )

panjang rayapan dari titik yang ditinjau ( m )

Stabilitas Ambang Pelimpah

Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua

beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol

Stabilitas terhadap daya dukung tanah

E - 81

Roller Bucket Type)

Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya

Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua

beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol-kontrol stabilitas yang

♦♦♦♦ Stabilitas terhadap guling

Kontrol stabilitas terhadap momen guling digunakan rumus :

Keadaan normal : SF = (M

Keadaan gempa : SF = (M

Dimana :

SF = Angka keamanan

Mt = Momen tahan ( kN.m )

Mq = Momen guling ( kN. m )

♦♦♦♦ Stabilitas terhadap geser

Untuk menentukan stabilitas geser, maka dipergunakan persamaan :

SF =c . A’ + Σ V . tg -----------------------

ΣH

Dimana :

SF = angka keamanan

Σ V = jumlah gaya-gaya vertikal

ΣH = jumlah gaya-gaya horizontal

θ = sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi

c = kohesi antara pondasi dan tanah pondasi

A’ = luas pembebanan efektif ( m

♦♦♦♦ Stabilitas terhadap daya dukung tanah

Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan

bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

E =Σ Mv - Σ MH

---------------- V

Jika E < ( L/6 ), maka :

σmaks

=Σ V

( 1 + ------ ---- σmin A

Jika E > ( L/6 ), maka :

σmaks =2. Σ V

< σijin-------- LX

Stabilitas terhadap guling

Kontrol stabilitas terhadap momen guling digunakan rumus :

Keadaan normal : SF = (Mt / Mq ) > 1,5

Keadaan gempa : SF = (Mt / Mq ) > 1,1

Angka keamanan

Momen tahan ( kN.m )

Momen guling ( kN. m )

Stabilitas terhadap geser

Untuk menentukan stabilitas geser, maka dipergunakan persamaan :

V . tg θ

-----------------------

angka keamanan

gaya vertikal

gaya horizontal

sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi

kohesi antara pondasi dan tanah pondasi

luas pembebanan efektif ( m2 )

Stabilitas terhadap daya dukung tanah

Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan

bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

- L

--- 2

6E

< σijin --- ) B

ijin

E - 82

Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan

bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

X = 3 [ (B/2) – e ]

Dimana :

σ = besar reaksi daya dukung

E = eksentrisitas pembebanan ( m )

σijin = daya dukung ijin tanah ( t.m

Σ V = jumlah gaya vertikal ( ton )

B = lebar pondasi ( m )

A = luas dasar pondasi permeter ( m

X = lebar efektif dari kerja reaksi pondasi ( m )

Daya dukung tanah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami

keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan

pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :

B’ = B = 2 eb

σ = ( qbatas / SF )

qbatas = C λCS . λCd . N

Dimana :

C = kohesi tanah

Nc ,Nq ,Nγ = koefisien daya dukung tanah

λCS ,λqS ,λγS = faktor bentuk

λCd ,λqd ,λγd = faktor kedalaman

5.8.4.3 Perencanaan Jaringan Transmisi

Sistem distribusi air dari bangunan pengambilan

mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain

sebagai pipa bertekanan. Hal ini dima

didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat

sangat terbatasnya sumber air yang tersedia.

1. Jaringan Pipa Transmisi

Syarat-syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi

adalah sebagai berikut :

1. Pengaliran dalam pipa sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi.

2. Jalur pipa trasnmis selurus dan sependek mungkin.

3. Pemakaian bend dan syphon

4. Kesulitan pelaksanaan konstruksi, sekecil mungkin.

5. Mudah dalam pengoperasiaan dan pemeliharaan.

6. Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).

e ]

besar reaksi daya dukung tanah ( t.m-2 )

eksentrisitas pembebanan ( m )

daya dukung ijin tanah ( t.m-2 )

jumlah gaya vertikal ( ton )

lebar pondasi ( m )

luas dasar pondasi permeter ( m-2 )

lebar efektif dari kerja reaksi pondasi ( m )

ah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami

keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan

pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :

L’ = L

. NC + q . λqS . λqd . Nq + 0,5 λγS . λqd . γ . B’ . Nγ

kohesi tanah

koefisien daya dukung tanah

faktor bentuk

faktor kedalaman

Jaringan Transmisi

bangunan pengambilan sampai dengan bak penampungan (reservoir) sebisa

mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain

sebagai pipa bertekanan. Hal ini dimaksudkan agar kehilangan selama pendistribusian kecil dan air

didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat

sangat terbatasnya sumber air yang tersedia.

Jaringan Pipa Transmisi

tentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi

Pengaliran dalam pipa sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi.

Jalur pipa trasnmis selurus dan sependek mungkin.

Pemakaian bend dan syphon diusahakan seminimum mungkin.

Kesulitan pelaksanaan konstruksi, sekecil mungkin.

Mudah dalam pengoperasiaan dan pemeliharaan.

Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).

E - 83

ah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami

keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan

pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :

sampai dengan bak penampungan (reservoir) sebisa

mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain

ksudkan agar kehilangan selama pendistribusian kecil dan air

didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat

tentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi

Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).

2. Perlengkapan Pipa

Syarat-syarat yang harus diperhatikan adalah :

1. Valve/katup

a. Berfungsi untuk membuka/menutup aliran dalam pipa.

b. Dipasang pada :

- Ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar.

- Pipa penguras (Wash Out/Blow Off).

- Persimpangan/percabangan pipa.

- Pipa outlet pompa.

- Bagian awal dari jembatan pipa.

c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

2. Check Valve

a. Berfungsi mencegah aliran balik.

b. Dipasang pada :

- Pipa outlet pompa.

- Tempat-tempat lain dimana diharapkan

c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

3. Air Valve/Katup Udara

a. Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa.

b. Dipasang pada :

- Titik tertinggi disepanjang jalur pipa.

- Jembatan pipa dengan perletakan

aliran.

c. Harus dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.

4. Wash Out/Blow Off

a. Berfungsi untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian

yang mengendap didasar pipa.

b. Dipasang pada :

- Tempat-tempat yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat

dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara

gravitasi.

- Ujung jalur pipa yang mendatar/menu

- Titik awal jembatan pipa.

c. Diameternya adalah (1/4

d. Dilengkapi dengan valve.

5. Pressure Reducing Valve

a. Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur

syarat yang harus diperhatikan adalah :

Berfungsi untuk membuka/menutup aliran dalam pipa.

Ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar.

Pipa penguras (Wash Out/Blow Off).

Persimpangan/percabangan pipa.

Pipa outlet pompa.

Bagian awal dari jembatan pipa.

c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

mencegah aliran balik.

pompa.

lain dimana diharapkan tidak terjadi aliran balik.

c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa.

Titik tertinggi disepanjang jalur pipa.

Jembatan pipa dengan perletakan ¼ L (L adalah panjang bentang jembatan), dari arah

dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.

untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian

mengendap didasar pipa.

yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat

dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara

Ujung jalur pipa yang mendatar/menurun.

Titik awal jembatan pipa.

Diameternya adalah (1/4 – 1/2) diameter pipa transmisi.

Dilengkapi dengan valve.

Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur

E - 84

¼ L (L adalah panjang bentang jembatan), dari arah

dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.

untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian

yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat-tempat

dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara

Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur

pengurangannya sampai dengan tekanan yang dikehendaki.

b. Dipasang pada titik-titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai

100 meter.

c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

3. Sistem Pengaliran (Hidrolis)

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Sistem gravitasi

Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi

statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku

disetiap titik sepanjang jalur pi

kriteria yang ditentukan.

2. Sistem pemompaan

a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir

mendatar.

b. Bila kedudukan titik awal pip

beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang

pipa transmisi.

c. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir

pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa

transmisi.

d. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi

pada jalur pipa transmisi ters

kecil dari syarat minimum dalam kriteria perencanaan.

Hukum-hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, k

kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi. P

pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan

kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.

Persamaan hidrolika aliran pada jaringan pipa adalah :

H1 = H2 + HL

V12

+ Z1 +P1

----- -----2g γ

dimana :

H = total energi pada suatu titik (m)

HL = kehilangan energi (m)

sampai dengan tekanan yang dikehendaki.

titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai

Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.

Sistem Pengaliran (Hidrolis)

hal yang perlu diperhatikan adalah :

Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi

statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku

disetiap titik sepanjang jalur pipa transmisi). Sedangkan tekanan akhir pipa transmisi memenuhi

a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir

Bila kedudukan titik awal pipa trasnmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa trasnmisi, tetapi

beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang

Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir

pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa

Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi

pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi/titik yang mempunyai sisa tekanan air lebih

kecil dari syarat minimum dalam kriteria perencanaan.

hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, k

kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi. Perlu dibedakan antara hukum kekekalan energi

pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan

kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.

aliran pada jaringan pipa adalah :

1 =

V22

+ Z2

P1 f L V2

----- ----- ----- ------- 29 γ 2 g D

total energi pada suatu titik (m)

kehilangan energi (m)

E - 85

titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai

Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi

statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku

pa transmisi). Sedangkan tekanan akhir pipa transmisi memenuhi

a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir

a trasnmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa trasnmisi, tetapi

beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang

Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi

pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa

Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi

ebut terdapat lokasi/titik yang mempunyai sisa tekanan air lebih

hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, kukum

erlu dibedakan antara hukum kekekalan energi

pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan

kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.

V = kecepatan aliran pada suatu

z = titik berat pipa terhadap suatu datum (m)

P = tekanan air pada suatu titik (t/m

G = gravitasi bumi (9.81 m/dt

γ = berat jenis air (1,00 t/m

f = koefisien kekasaran pipa

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

Persamaan kehilangan HL tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach,

tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen

William :

L x QHL = 10,666 x Ch1,85

dimana:

HL = Kehilangan Tekanan (m)

L = Panjang pipa (m)

Q = Debit air (m3/det)

D = Diamater pipa (m)

Ch = Koefisien kekasaran pipa

Sedangkan untuk menghitung kecepatan rata

Willeams sebagai berikut :

V = 1.318 ch R0.63

dimana :

V = Kecepatan rata-rata pada pipa (m/dtk)

ch = koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan

pada Tabel 4-4 untuk jenis pipa baru.

R = jari-jari hidroulik (m)

S = HL/L (kemiringan geser/garis

L = Jarak yang ditinjau (m)

Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.

Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan

distribusi. Pada jalur transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan

diameter pipa yang akan digunakan.

kecepatan aliran pada suatu titik (m/dtk)

titik berat pipa terhadap suatu datum (m)

tekanan air pada suatu titik (t/m2)

gravitasi bumi (9.81 m/dt2)

berat jenis air (1,00 t/m3)

koefisien kekasaran pipa

panjang pipa (m)

diameter pipa (m)

tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach,

tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen

L x Q1,85

1,85 x D4,87

Kehilangan Tekanan (m)

Panjang pipa (m)

/det)

Diamater pipa (m)

Koefisien kekasaran pipa

Sedangkan untuk menghitung kecepatan rata-rata pada aliran pipa digunakan persamaan Hazen

0.63 S0.54

rata pada pipa (m/dtk)

koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan

4 untuk jenis pipa baru.

jari hidroulik (m)

/L (kemiringan geser/garis energi)

Jarak yang ditinjau (m)

Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.

Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan

transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan

diameter pipa yang akan digunakan.

E - 86

tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach, Kehilangan

tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen-

rata pada aliran pipa digunakan persamaan Hazen

koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan

Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.

Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan

transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan

Koefisien Kekasaran Pipa Baru (c

No.

1. Cast iron

2. Concrete or concrete limid

3. Galvanized iron

4. Plastic

5. Steel

6. Vitrified clay

Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode

hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah

mencapai angka ≤ 0,005 m.

Tekanan sisa minimum pada jaringa

terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut

diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air

bertujuan, setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik

pada kran dan tidak diperlukan lagi pompa di rumah

perhitungan dilakukan pada jaringan pipa tunggal.

Dalam menentukan tekanan sisa

posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai

yang berkaitan dengan besarnya biaya konstruksi.

Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa

1. Minor losses yaitu pemasukan (h

diameter yang berbeda (h

2. Mayor losses yaitu geseran sepanjang pipa (h

Secara ringkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :

1. Kehilangan tekanan pada pemasukan

hi = 0,50 V2/g

dimana :

hi = Kehilangan tekanan pada pemasukan (m)

V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

Tabel 5 - 30

Koefisien Kekasaran Pipa Baru (ch)

Jenis Pipa

Cast iron

Concrete or concrete limid

Galvanized iron

Vitrified clay

Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode

hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah

Tekanan sisa minimum pada jaringan induk distribusi sebaiknya adalah 20 m kolam air. Pengecekan

terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut

diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air

setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik

pada kran dan tidak diperlukan lagi pompa di rumah-rumah. Tetapi dalam perencanaan ini

perhitungan dilakukan pada jaringan pipa tunggal.

Dalam menentukan tekanan sisa tersebut, selain tersebut di atas tentunya akan bergantung pada

posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai

yang berkaitan dengan besarnya biaya konstruksi.

Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa terdiri dari :

Minor losses yaitu pemasukan (hi), lengkung atau belokan (hl), sambungan antara pipa dengan

diameter yang berbeda (hs), pengeluaran, akibat adanya bends dan fittings (acessoris pipa).

Mayor losses yaitu geseran sepanjang pipa (hg).

ngkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :

Kehilangan tekanan pada pemasukan

Kehilangan tekanan pada pemasukan (m)

Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

E - 87

Nilai Ch

130 – 140

120 – 130

120

140 – 150

140 – 150

110

Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode

hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah

n induk distribusi sebaiknya adalah 20 m kolam air. Pengecekan

terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut

diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air

setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik

rumah. Tetapi dalam perencanaan ini

tersebut, selain tersebut di atas tentunya akan bergantung pada

posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai

), sambungan antara pipa dengan

), pengeluaran, akibat adanya bends dan fittings (acessoris pipa).

ngkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :

2. Kehilangan tekanan pada sambungan pipa dengan diameter berbeda.

hs = (Vt2 - Vr2)/2g

dimana :

hs = Kehilangan tekanan pada sambungan pipa

Vt = Kecepatan aliran yang tinggi pada pipa (m/dt)

Vr = Kecepatan aliiran yang rendah pada pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

3. Kehilangan tekanan pada lengkungan/belokan

hl = fi V2/g

dimana :

hi = Kehilangan tekanan pada lengkungan (m)

fi = Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut

lengkungan, seperti Tabel 4

V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

Hubungan Antara Sudut Lengkungan Dengan f

αααα ( 0 )

5 10 15 20 25 30 35 40 45 90

4. Kehilangan tekanan pada pengeluaran

hi = 1,00 V2/g

dimana :

hi = Kehilangan tekanan pada pengeluaran (m)

V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

5. Kehilangan tekanan akibat fittings

hL = K V2/2g

Kehilangan tekanan pada sambungan pipa dengan diameter berbeda.

)/2g

Kehilangan tekanan pada sambungan pipa

Kecepatan aliran yang tinggi pada pipa (m/dt)

Kecepatan aliiran yang rendah pada pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

Kehilangan tekanan pada lengkungan/belokan

Kehilangan tekanan pada lengkungan (m)

Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut

lengkungan, seperti Tabel 4-5

Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

Tabel 5 - 31

Hubungan Antara Sudut Lengkungan Dengan f1.

f1 Sketsa Pejelasan

0.013 0.030 0.048 0.067 0.080 0.115 0.146 0.184 0.234 0.250

α

Kehilangan tekanan pada pengeluaran

Kehilangan tekanan pada pengeluaran (m)

Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

akibat fittings

E - 88

Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut

Sketsa Pejelasan

α

dimana :

hL = Kehilangan tekanan akibat fittings (m)

K = Koefisien minor losses pada fittings

V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

Minor losses Coefisients for Selectid

Globe valve, fully open

Angle valve, fully open

Swing check valve, fully open

Gate valve, fully open

Short radius elbow

Medium radius elbow

Long radius elbow

45 degree elbow

Clossed return bend

Standart tee – flow throught run

Standart tee – flow throught branch

Square entrance

Exit

6. Kehilangan tekanan akibat geseran

f L V2 hg = D 2g

dimana :

hg = Kehilangan tekanan akibat geseran (m)

f = Koefisien kekasaran pipa (seperti pada Tabel 5.1)

D = Diameter pipa (m)

L = Panjang pipa (m)

V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)

g = Gravitasi (9.81 m/dt

Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa

transmisi dan distribusi antara lain adalah :

1. Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung

hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung

distribusi perpipaan air baku

pipa cukup menggunakan program sistim bercabang ( branch ).

Kehilangan tekanan akibat fittings (m)

Koefisien minor losses pada fittings

Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

Tabel 5 - 32 Minor losses Coefisients for Selectid Fittings

Fittings Loss Coefficients

Globe valve, fully open

Angle valve, fully open

Swing check valve, fully open

Gate valve, fully open

Short radius elbow

Medium radius elbow

Long radius elbow

45 degree elbow

Clossed return bend

flow throught run

flow throught branch

Kehilangan tekanan akibat geseran

Kehilangan tekanan akibat geseran (m)

Koefisien kekasaran pipa (seperti pada Tabel 5.1)

Diameter pipa (m)

Panjang pipa (m)

Kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)

Gravitasi (9.81 m/dt2)

Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa

transmisi dan distribusi antara lain adalah :

Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung

hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung

distribusi perpipaan air baku juga disertai program sewerage perkotaan. Untuk proyek jaringan

pipa cukup menggunakan program sistim bercabang ( branch ).

E - 89

Fittings

Loss Coefficients

10.0

5.0

2.5

0.2

0.9

0.8

0.6

0.4

2.2

0.6

1.8

0.5

1.0

Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa air

Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung

hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung

juga disertai program sewerage perkotaan. Untuk proyek jaringan

2. Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa

transmisi dan pipa distribusi dengan ju

untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).

3. Lain-lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel

atau pakai lotus).

Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk

pipa tunggal maupun bercabang, kecuali loop. Program Epanet

dengan alat bantu software yang dikeluarkan oleh Lewis A. R

Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet

selain paramater-parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,

valve, pompa), elevasi, debit, kualitas air dan lain

durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas

perhitungan lewat komputer berfasilitas windows.

4. Bahan Pipa

Bahan pipa untuk jaringan air

tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada

saat pemasangan.

Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvan

(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe

(PVC) untuk diameter ≤ 400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.

Dengan kondisi topografi daerah studi mak

segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang

terjadi tersebut masih dalam batas

sepanjang air yang akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,

maka jenis pipa manapun yang dipilh tidak akan jadi masalah.

Faktor kemudahan pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi

pipa. Untuk daerah yang terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang

ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau

satu persatu pada saat pemilihan jenis pipa dilakukan.

adalah faktor harga dan ketersediaan jenis pipa dipasaran.

Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa

transmisi dan pipa distribusi dengan jumlah loop lebih dari 2000 loop. Program ini terlalu boros

untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).

lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel

Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk

pipa tunggal maupun bercabang, kecuali loop. Program Epanet 2 adalah suatu model perhitungan

dengan alat bantu software yang dikeluarkan oleh Lewis A. Rossman dari National Risk Management

Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet

parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,

t, kualitas air dan lain-lain sudah memperhitungkan nilai koordinat dan

durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas

perhitungan lewat komputer berfasilitas windows.

Bahan pipa untuk jaringan air baku tersebut diatas akan dipilih berdasarkan faktor keadaan

tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada

Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvan

(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe

400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.

Dengan kondisi topografi daerah studi maka pipa yang akan digunakan adalah pipa PVC S10. Dari

segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang

terjadi tersebut masih dalam batas-batas yang diizinkan. Hal yang sama dengan kualitas air

ng akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,

maka jenis pipa manapun yang dipilh tidak akan jadi masalah.

pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi

terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang

ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau

satu persatu pada saat pemilihan jenis pipa dilakukan. Faktor lain yang tidak kalah penting

adalah faktor harga dan ketersediaan jenis pipa dipasaran.

E - 90

Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa

mlah loop lebih dari 2000 loop. Program ini terlalu boros

untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).

lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel

Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk

2 adalah suatu model perhitungan

ossman dari National Risk Management

Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet 2 tersebut

parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,

lain sudah memperhitungkan nilai koordinat dan

durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas

baku tersebut diatas akan dipilih berdasarkan faktor keadaan

tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada

Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvanized Iron Pipe

(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe

400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.

a pipa yang akan digunakan adalah pipa PVC S10. Dari

segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang

batas yang diizinkan. Hal yang sama dengan kualitas air

ng akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,

pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi

terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang

ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya

Jenis Tanah

Korosive

Tidak korosive

Keterangan : Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja di atas 10 atm.

5. Kedalaman Pemasangan Pipa

Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini

dimaksudkan untuk menghindar

tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah bebe

perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan

pasir sebagai alas dan penutup.

Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana

memungkinkan penyambungan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu

dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah

ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi

pipa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka

tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang

berbeda-beda.

No Jenis Pipa

1 Transmisi

2 Distribusi

Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan

pipa. Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal

lapisan pasir pada bagian bawah pipa adalah 10 cm pada sisi pipa

Tabel 5 - 33

Jenis-jenis Pipa

Cara Pemasangan

Tekanan Maks (atm) ≤≤≤≤

Ditanam Tidak tertanam

10 > 10

10

PVCDCIPGIP

Ditanam Tidak tertanam

10 > 10

10

PVCGIP GIP

Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja di atas 10 atm.

Kedalaman Pemasangan Pipa

Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini

untuk menghindari adanya kerusakan pipa yang disebabkan faktor alam (pohon

tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah bebe

perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan

pasir sebagai alas dan penutup.

Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana

ngan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu

dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah

ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi

pa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka

tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang

Tabel 5 - 34

Kedalaman Penanaman Pipa

Jenis Pipa Kondisi Lahan Yang Dilalui

Transmisi

Sawah, Lapangan Terbuka

Jalan Desa

Jalan Raya

Distribusi Sawah, Lapangan Terbuka

Trotoar

Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan

Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal

lapisan pasir pada bagian bawah pipa adalah 10 cm pada sisi pipa dan pada bagian atas pipa 10 cm

E - 91

φφφφ mm

≤≤≤≤ 400 ≥≥≥≥ 400

PVC DCIP

DCIP DCIP DCIP

PVC

GIP DCIP DCIP

Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang

Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini

kerusakan pipa yang disebabkan faktor alam (pohon

tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah beberapa hal

perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan

Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana

ngan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu

dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah φ pipa ditambah

ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi

pa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka

tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang

Kedalaman

(cm)

80

100

120

80

100

Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan

Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal

dan pada bagian atas pipa 10 cm

atau disesuaikan dengan diamater pipa, untuk pipa

sebaiknya direncanakan lebih tebal. Ketebalan ini bervariasi dari 10 cm

menentukan tebal lapisan pasir berg

pelaksanaan.

Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa

6. Perlengkapan Pipa

a. Katup pelepas udara (Air Released Valve)

Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim

Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari

jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang

berdampingan dengan katup penutup (Gate Valve atau Stop Valve)

ada katup sejenis. Untuk pipa dengan diameter

lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa

diameter ≥ 400 mm. Baik katup lubang tunggal maup

tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui

lubang pelepas udara.

b. Pencucian (Blow Off)

Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik

merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari

kotoran yang mengendap dalam jaringan.

pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan pe

pada setiap jarak 2.000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing

masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa

atau disesuaikan dengan diamater pipa, untuk pipa-pipa transmisi khususnya tebal lapisan pasir

sebaiknya direncanakan lebih tebal. Ketebalan ini bervariasi dari 10 cm –

menentukan tebal lapisan pasir bergantung juga dalam penentuan lebar galian dalam memudahkan

Gambar 5 - 19

Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa

Katup pelepas udara (Air Released Valve)

Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim

Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari

jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang

berdampingan dengan katup penutup (Gate Valve atau Stop Valve) bilamana didekatnya belum

ada katup sejenis. Untuk pipa dengan diameter ≤ 400 mm, dipasang katup pelepas udara jenis

lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa

400 mm. Baik katup lubang tunggal maupun katup lubang ganda dipasang lebih

tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui

Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik

merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari

kotoran yang mengendap dalam jaringan. Oleh karena itu perlengkapan ini harus ditempatkan

pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan pe

000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing

masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa

0,80 m

0,15 m

Dpipa

0,15 m

0,25 m 0,25 m

Dpipa

E - 92

pipa transmisi khususnya tebal lapisan pasir

25 cm. Namun dalam

antung juga dalam penentuan lebar galian dalam memudahkan

Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa

Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim perpipaan.

Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari

jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang

bilamana didekatnya belum

400 mm, dipasang katup pelepas udara jenis

lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa

un katup lubang ganda dipasang lebih

tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui

Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik, tetapi

merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari

Oleh karena itu perlengkapan ini harus ditempatkan

pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan perlengkapan pencucian

000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing-

masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa

pencucian diambil antara ¼

hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,

sehingga perlengkapan khusus pencucian tidak diperlukan lagi.

c. Katup Penutup (Stop Valve)

Pada pipa transmisi, katup

dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada

bagian tersebut. Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,

perlengkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah

katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada

pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal in

untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok

tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini

adalah jika dilakukan penutupan stop valve adalah tekana

d. Peralatan Pipa Lainnya

Peralatan pipa lainnya adalah peralatan

tee, dan coupling. Peralatan

horizontal (belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah

itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.

Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong

karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus

dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut.

disesuaikan dengan diam

yang kecil dan beton bertulang untuk diameter yang lebih besar.

7. Bangunan Penunjang Perpipaan

a. Bak Pelepas Tekanan (BPT)

a. Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat

mengakibatkan pipa pecah.

b. Ditempatkan pada :

- Titik-titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter

sampai 100 meter, terhadap titik awal transmisi.

- Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC

dan ACP, beda tinggi maksimum untuk

jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.

c. Waktu detensi (td) adalah (1

mbil antara ¼ - ½ diamater pipa yang akan dikuras. Pada jaringan distribusi,

hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,

sehingga perlengkapan khusus pencucian tidak diperlukan lagi.

Katup Penutup (Stop Valve)

katup penutup diperlukan pada setiap jarak maksimum 2.000 m. hal ini

dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada

Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,

ngkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah

katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada

pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal in

untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok

tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini

adalah jika dilakukan penutupan stop valve adalah tekanan yang bekerja pada pipa.

Peralatan Pipa Lainnya

Peralatan pipa lainnya adalah peralatan-peralatan penyambungan pipa (fitting) antara lain: bend,

tee, dan coupling. Peralatan bend diperlukan pada arah vertikal (naik turun) maupun pada arah

belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah

itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.

Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong

karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus

dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut.

disesuaikan dengan diameter pipa. Angker blok dibuat dari beton tidak bertulan

yang kecil dan beton bertulang untuk diameter yang lebih besar.

Bangunan Penunjang Perpipaan

Bak Pelepas Tekanan (BPT)

Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat

pecah.

titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter

sampai 100 meter, terhadap titik awal transmisi.

Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC

ACP, beda tinggi maksimum untuk penempatan BPT adalah 70 meter. Untuk pipa

jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.

c. Waktu detensi (td) adalah (1 – 5) menit.

E - 93

dikuras. Pada jaringan distribusi,

hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,

penutup diperlukan pada setiap jarak maksimum 2.000 m. hal ini

dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada

Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,

ngkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah

katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada

pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal ini dimaksudkan

untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok

tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini

n yang bekerja pada pipa.

peralatan penyambungan pipa (fitting) antara lain: bend,

bend diperlukan pada arah vertikal (naik turun) maupun pada arah

belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah

itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.

Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong

karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus

dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut. Ukuran anker blok

ter pipa. Angker blok dibuat dari beton tidak bertulang untuk diameter

Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat

titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter

Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC

penempatan BPT adalah 70 meter. Untuk pipa

jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.

b. Booster Stasiun

a. Berfungsi untuk menambah teka

b. Cara penerapan penambahan tekanan :

- Langsung dipasang pompa pada pipa.

- Menggunakan reservoir penampungan.

c. Ditempatkan pada :

Tempat-tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air

c. Jembatan Pipa

a. Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas

permukaan tanah/sungai.

b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa

Ductile Cast Iron (DCIP).

c. Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.

d. Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk

jembatan pipa.

d. Syphon

a. Merupakan bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/sa

b. Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast

Iron (DCIP).

c. Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk

sudut 45 derajat dan dieri blok penahan sebagai pondasi.

d. Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.

e. Manhole/Box

a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan

tertentu pada jaringan transmisi.

b. Ditempatkan pada tempat

sebagainya.

f. Thrust Block

a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve

yang berdiameter lebuh besar dari 40 mm.

b. Dipasang pada tempat

- Belokan pipa.

Berfungsi untuk menambah tekanan air dalam pipa dengan menggunakan pemompaan.

Cara penerapan penambahan tekanan :

Langsung dipasang pompa pada pipa.

Menggunakan reservoir penampungan.

tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air

Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas

permukaan tanah/sungai.

b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa

Ductile Cast Iron (DCIP).

Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.

Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk

bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/sa

Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast

Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk

derajat dan dieri blok penahan sebagai pondasi.

Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.

a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan

tertentu pada jaringan transmisi.

tempat-tempat pemasangan water meter. Pemasangan valves/katup dan

a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve

yang berdiameter lebuh besar dari 40 mm.

Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang, yaitu pada :

E - 94

nan air dalam pipa dengan menggunakan pemompaan.

tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air minum.

Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas

b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa

Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk

bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/saluran.

Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast

Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk

Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.

a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan-perlengkapan

tempat pemasangan water meter. Pemasangan valves/katup dan

a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve

tempat dimana perlengkapan pipa dipasang, yaitu pada :

- Persimpangan/percabangan pipa.

- Sebelum dan sesudah jembatan pipa syphon.

- Perletakan valve/katup.

c. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.

5.8.4.3 Perencanaan Bangunan

1. Bak Pra Sedimen / Grit Chamber

Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air

baku. Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang

disesuaikan dengan kondisi lapa

2. Reservoir

Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif

konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan

direncanakan sesuai dengan pedoman Perencanaan Sektor Air Ber

Nasional yaitu sebesar 12

dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih

(DAB) yaitu 50, 100, 200, 300, 500, 750, dan 1000

(untuk perhitungan galian dan timbunan serta keamanan bangunan).

Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan

distribusi bisa berlangsung dengan gravitasi. Disamping

ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan

penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan

akses jalan masuk.

Reservoir dapat dibuat dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung

pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis

dapat dilakukan.

Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontr

untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk

memungkinkan seorang masuk ke dalam reservoir.

Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa

penguras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian

bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap

ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besar

Persimpangan/percabangan pipa.

Sebelum dan sesudah jembatan pipa syphon.

Perletakan valve/katup.

Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.

Perencanaan Bangunan Penunjang Lainnya

Bak Pra Sedimen / Grit Chamber

Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air

Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang

disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif

konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan

direncanakan sesuai dengan pedoman Perencanaan Sektor Air Bersih yang berlaku secara

Nasional yaitu sebesar 12 – 15 % dari kebutuhan jam puncak. Disamping itu dalam menentukan

dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih

(DAB) yaitu 50, 100, 200, 300, 500, 750, dan 1000 m3 yang disesuaikan dengan kondisi lapangan

(untuk perhitungan galian dan timbunan serta keamanan bangunan).

Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan

distribusi bisa berlangsung dengan gravitasi. Disamping itu, juga akan diusahakan agar reservoir

ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan

penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan

t dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung

pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis

Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontr

untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk

memungkinkan seorang masuk ke dalam reservoir.

Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa

ras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian

bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap

ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besar

E - 95

Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air

Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang

Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif

konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan

sih yang berlaku secara

15 % dari kebutuhan jam puncak. Disamping itu dalam menentukan

dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih

yang disesuaikan dengan kondisi lapangan

Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan

itu, juga akan diusahakan agar reservoir

ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan

penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan

t dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung

pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis

Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontrol (man hole)

untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk

Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa

ras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian

bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap

ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besarnya dengan

pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan

reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam

sudut reservoir untuk memungkinkan kotoran terkumpul untuk dibuan

3. Bak Pembagi ( Hidran Umum)

Bak pembagi yang berfungsi

penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang

atau tidak melebihi 500 m) untuk meme

dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.

Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m

dengan ketinggian 1,50 m yang diisi den

berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air

yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,

misalnya bak penampungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan

elevasi yang dibutuhkan dapat dipenuhi.

Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T

standar ini tinggi bak minimal 1,50 dengan rincian sebagai be

• Tinggi bebas

• Tinggi air di atas media pasir

• Tebal pasir penyaring

• Tebal kerikil penahan

• Drain bawah

5.9 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Beberapa referensi yang akan digunakan dalam rencana anggaran

evaluasi proyek antara lain :

- Basic price yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.

- Katalog spesifikasi alat-alat berat dan harga

- Daftar harga pipa, peralatan mekanik, elektrik dan instrumentasi d

pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan

reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam

sudut reservoir untuk memungkinkan kotoran terkumpul untuk dibuang keluar.

Bak Pembagi ( Hidran Umum)

Bak pembagi yang berfungsi bangunan SIPAS ( Sistem penyaringan air sederhana) atau Bak

penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang

atau tidak melebihi 500 m) untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Struktur bak dapat dibuat

dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.

Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m

dengan ketinggian 1,50 m yang diisi dengan perlapisan saringan pasir lambat dan bagian kedua

berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air

yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,

ungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan

elevasi yang dibutuhkan dapat dipenuhi.

Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T

standar ini tinggi bak minimal 1,50 dengan rincian sebagai berikut :

: 0,20 m

Tinggi air di atas media pasir : 0,30 m

Tebal pasir penyaring : 0,40 m

: 0,20 m

: 0,25 m

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Beberapa referensi yang akan digunakan dalam rencana anggaran biaya, analisa harga satuan dan

yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.

alat berat dan harga

Daftar harga pipa, peralatan mekanik, elektrik dan instrumentasi dll.

E - 96

pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan

reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam ± 10 cm pada

g keluar.

bangunan SIPAS ( Sistem penyaringan air sederhana) atau Bak

penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang

nuhi kebutuhan air penduduk. Struktur bak dapat dibuat

dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.

Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m

gan perlapisan saringan pasir lambat dan bagian kedua

berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air

yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,

ungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan

Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T-09-1992-03. Untuk

biaya, analisa harga satuan dan

yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.