E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

84
BAGIAN - E PENDEKATAN , METODOLOGI PENDEKATAN , METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA DAN PROGRAM KERJA E.1 METODOLOGI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN E.1.1 PRASARANA DAN SARANA (INFRASTRUKTUR) Prasarana dan sarana atau infrastruktur diartikan sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara yang sering disebut pekerjaan umum (Grigg, 1988). Pekerjaan Umum (public works) telah didefinisikan oleh Ameican Public Works Association (APWA) sebagai berikut (Stone, 1974): Public works are the physical structures and facilities that are developed or acquired by the public agencies to houise governmental functions and provide water, power, waste disposal, transportation, and similar services to facilitate the achievement of common social and economic objectives. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) mendefinisikan prasarana dan sarana sebagai berikut (CBUIM, 2002): Prasarana dan sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama- sama dalam suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya. Secara lebih lugas dapat dikatakan bahwa infrastruktur (perkotaan) adalah bangunan atau fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan kehidupan sosial ekonomi

description

contoh metodologi pekerjaan

Transcript of E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Page 1: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

BAGIAN - EPENDEKATAN , METODOLOGI PENDEKATAN , METODOLOGI DAN PROGRAM KERJADAN PROGRAM KERJA

E.1 METODOLOGI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

E.1.1 PRASARANA DAN SARANA (INFRASTRUKTUR)

Prasarana dan sarana atau infrastruktur diartikan sebagai fasilitas fisik suatu

kota atau negara yang sering disebut pekerjaan umum (Grigg, 1988). Pekerjaan

Umum (public works) telah didefinisikan oleh Ameican Public Works Association

(APWA) sebagai berikut (Stone, 1974):

Public works are the physical structures and facilities that are developed or acquired by the public agencies to houise governmental functions and provide water, power, waste disposal, transportation, and similar services to facilitate the achievement of common social and economic objectives.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil)

mendefinisikan prasarana dan sarana sebagai berikut (CBUIM, 2002):

Prasarana dan sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.

Secara lebih lugas dapat dikatakan bahwa infrastruktur (perkotaan) adalah

bangunan atau fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang

dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang

dirancang dalam sistem, sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat. Sebagai suatu sistem, komponen infrastrukur pada dasarnya sangat

luas dan banyak, namun secara umum terdiri dari 12 komponen sesuai dengan

sifat dan karakternya, yaitu:

1. Sistem air bersih, termasuk bendungan, waduk, transmisi, instalasi pengolah

air, dan fasilitas distribusinya;

Page 2: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, pengolah,

pembuangan (disposal), dan sistem pakai ulang (reuse);

3. Fasilitas manajemen limbah padat atau persampahan;

4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, rel kereta api, dan lapangan

terbang;

5. Sistem transit publik;

6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusinya;

7. Fasilitas gas alam;

8. Fasilitas drainase/pengendalian banjir;

9. Bangunan umum seperti pasar, sekolahan, rumah sakit, kantor polisi, dan

fasilitas pemadam kebakaran;

10. Fasilitas perumahan;

11. Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion;

12. Fasilitas telekomunikasi.

Dari keduabelas komponen tersebut, dapat dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh)

grup infrastruktur, yaitu: kelompok air, jalan, sarana transportasi, pengelolaan

limbah, bangunan kota, energi dan telekomunikasi. Kelompok air; meliputi air

bersih, sanitasi, drainase, dan pengendalian banjir.

Sebagai suatu sistem yang terdiri dari banyak komponen, maka perencanaan

infrastruktur harus mempertimbangkan keterkaitan dan keterpengaruhan antar

komponen, beserta dampak-dampaknya. Perencanaan infrastruktur merupakan

proses dengan kompleksitas tinggi, multi disiplin, multi sektor, dan multi user.

Oleh karena itu, perencanaan infrastruktur tidak bisa sektoral, namun juga tidak

bisa terlalu global. Jika terlalu spesifik (bersifat sektoral) tanpa memperdulikan

komponen lain, maka akan banyak bertabrakan dengan komponen lainnya.

Sebaliknya jika terlalu global, hasilnya tidak akan terlalu efektif (Grigg, 1988).

Perencanaan yang (mungkin) paling baik adalah yang berada diantaranya, yaitu

perancangan yang didasarkan pada pendekatan permasalahan secara global pada

tingkatan yang tepat dengan mempertimbangkan secara matang segala dampak

Page 3: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

eksternalnya, namun masih berkonsentrasi secara fisik pada persoalan utama

yang ingin dipecahkan.

Drainase Perkotaan

Infrastruktur air perkotaan meliputi tiga sistem, yaitu sistem air bersih (urban

water supply), sistem sanitasi (waste water), dan sistem drainase air hujan (storm

water system). Ketiga sistem tersebut saling terkait, sehingga idealnya dikelola

secara integral. Drainase yang berasal dari bahas Inggris Drainage mempunyai

arti mengalirkan, menguras, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil,

drainase secara umum dapAt didefiniskan sebagai suatu tindakan teknis untuk

mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun

kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan

tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagi usaha untuk mengontrol

kualitas air tanah dalam kaitannya denga salinitas. Jadi drainase menyangkut

tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.

Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan

air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari

suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima

(interceptor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima

(receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti

gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air,

bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap,

sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah air

limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah

memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima,

sehinggga tidak merusak lingkungan.

Pekerjaan drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi

memerlukan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan

pekerjaan pengendalian banjir. Secara fungsional, kita sulit memisahkan secara

jelas antara sistem drainase dan pengendalian banjir. Namun, secara praktis kita

Page 4: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dapat mengatakan bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke

alur-alur besar atau sungai.

Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang

sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem

drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kora dari

genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok,

menjadi sarng nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat

menurunkan kulitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat.

Permasalahan Drainase Perkotaan

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya di musim

hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.

Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat

ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekwensinya,

luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk

yang sangat cepat, diatas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi, baik

migrasi musiman maupun permanen. Pertumbuhan penduduk yang tidak

diimbangi dengan penyediaan prasrana dan sarana perkotaaan yang memadai

mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak tertib yang menyebabkan

persolaan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali

juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan acuh

tak acuh terhadap penting dan perlunya memecahkan permasalahan yang

dihadapi di kota. Sebagian besar masyarakat masih terfokus pada permasalahan

yang lebih penting dan mendesak, yaitu pemenuhan kebutuhan primer. Selain

itu, masih belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum, perundangan, dan

kaidah-kaidah yang berlaku. Belum konsistennya pelaksanaan hukum

menambah kompleks masalah yang di hadapi di kota-kota di Indonesia.

Kecenderungan ini timbul karena proses pembangunan yang selama ini

berlangsung kurang melibatkan masyarakat secara aktif. Oleh karena itu, muali

sekarang segala kebijakan publik harus melibatkan masyarakat, baik itu yang

Page 5: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal munculnya ide

pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembanugnan drainase perkotaan

adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur

yang lain. Sehingga, sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan

pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering

juga dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak

prasarana yang telah lebih dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya

informasi yang akurat, arsip/dokumen tidak ada, atau perencanaan dan/atau

pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang.

E.1.2 KONSTELASI PRASARANA DAN SARANA DASAR KOTA ENREKANG

Jalan Kota

Secara umum kondisi prasarana jalan masih dalam kategori baik dan sedang,

walaupun ada beberapa ruas kondisinya jelek, namun masih mampu berperan

melayani lalu lintas keluar masuk kota maupun sirkulasinya di dalam wilayah

kota.

Prioritas pengembangan penyediaan sarana jalan yang diterapkan pada Kota

Enrekang diarahkan terhadap pembangunan jalan kolektor primer, kolektor

sekunder, lokal primer, lokal sekunder dan arteri sekunder termasuk

peningkatan pelebaran jalan.

1. Sektor Air Bersih

strategi pengembangan air minum di Indonesia, masih difokuskan kepada

pertumbuhan sarana dan prasarana berdsarkan pada perhitungn standar

kebutuhan yang ditetapkan dan digeneralisasikan. Akibat krisis yang belum

kunjung berakhir, maka beberapa pembiayaan pembangunan dan kebijakan yang

diambil lebih variatif antara lain ;

a. Program pembangunan penyediaan air bersih minum dengan bantuan luar

negeri. Kebijakan pemanfaatan bantuan luar negeri ini dituangkan dalam GBHN

1999-2004, yang berisi bahwa PHLN dimanfaatkan secara optimal untuk

Page 6: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

kegiatan ekonomi produktif dan mekanisme prosedurnya harus dengan

persetujuan DPR serta diatur oleh :

Undang-undang, yaitu UU No. 22 dan No. 25 tahun 1999 yang menyatakan

bahwa daerah otonomi dapat meminjam dari sumber dana luar negeri

melalui pemerintah pusat sesuai dengan kemampuan;

Peraturan pemerinta (PP), yaitu PP No. 25 dan No. 107 tahun 2000 yang

menyatakan bahwapemerintah pusat menetapkan bahwa pedoman

pinjaman luar negeri setelah usulan proyek disahkan oleh DPR dan

disetujui oleh menteri keuangan. Kebijakan ini harus memenuhi kriteria-

kriteria yang telah ditetapkan, antara lain; berkelanjutan, layak secara

ekonomi, layak untuk dilaksanakan, berdampak sosial.

b. Program penyediaan air bersih/air minum diperkotaan.pola dasar program

penyediaan air miunum diperkotaan khususnya penyediaan sarana dan

prasarana didasarkan pada prinsip-prinsip :

Desentralisasi, yang menempatkan tanggung jawab penyediaan fasilitas dan

pelayanan tanggung jawab operasional dan pemeliharaannya pada kota

atau kabupaten.

Integrasi, adalah sifat pembangunan yang merupakan integrasi dari

berbagai program pembangunan, dengan pola ini diharapkan membatasi

over-lapping/duplikasi dan mencegah timbunya pengaruh negatif dari

usaha pembangunan yang terbatas, integrasi juga berkaitan adanya

keseimbangan investasi dari berbagai sektor pembangunan.

2. Sektor Air Limbah

Rumusan kebijakan dan strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana

pembuangan air limbah domestik berzaskan; kesehatan dan kesejahteraan,

keseimbangan dan keadilan, pelayanan dan pengusahaan,, prinsip pencemaran

harus membayar (poluter pay principle), kelestarian lingkungan, pendayagunaan

dan pemanfaatan serta pemberdayaan.

a. Arah kebijakan umu antara lain;

Penetapan sasaran konservasi lingkungan keairan

Pengembangan sistem sewerage skala kecil sampai menengah lengkap

dengan IPAL di kota besar dan metropolitan

Page 7: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pengembangan sistem tangki septic komun dengan media penyaringan di

kota kecil dan sedang

Meningkatkan kemampuan prasarana yang ada dengan fasilitas penyedot

lumpur tinja, sumur resapan, tangki septic, IPAL/IPLT skala kecil

b. Arah kebijakan dan strategi teknis antara lain;

Sasaran konservasi lingkungan keairan lebih ditingkatkan kepada

pengembangan prasarana dan sarana air limbah pasca 2015

Pengembangan prasarana air limbah harus mengacu kepada Master Plan.

Optimalisasi pemanfaatan kapasitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

dan merehabilitasi sistem yang ada merupakan prioritas utama.

Sistem setempat ditingkatkan kualitasnya dan mulai diintegrasikan dan

sistem terpusat secara bertahap.

Pembangunan sarana dan prasarana air limbah memperhatikan budaya

lokal

Pengembangan lembaga pengelolaan prasarana dan sarana air limbah

didasarkan pada prinsip efisiensi dan efektifitas

Jasa pemeliharaan sistem sanitasi setempat dan pelayanan sanitasi terpusat

dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Peraturan yang bersifat operasional dipercepat penyusunannya

Norma Standar Pedoman Manual (NSPM) yang berhubungan dengan air

limbah digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan peraturanyang

bersifat operasional

Pembangunan prasarana dan sarana air limbah di daerah pada PDRB

perkapita dan pola pengembangan yang dicapai sebelumnya

Penyelenggaraan air limbah berdasarkan prinsip pencemar harus

membayar (pulluter pay principle)

12, rasio investasiprasarana sarana air limbah diupayakan sekurang-

kurangnya 3,8 US $ / kapita/tahun/atau sekitar 1,54% dari

PDRB/kapita/tahun sedemikian rupa sehingga kondisi kualitas linkungan

keairan tidak semakin memburuk.

Perlindungan kualitas air baku PDAM terhadap pencemaran air limbah

lebih ditingkatkan

Page 8: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Peran serta masyarakat dalam pembiayaan dan pengelolaan prasarana dan

sarana air limbah ditingkatkan dari 43%hingga menjadi 70%.

Prasarana sarana iar limbah di kawasan permukiman baru yang

dikembangkan oleh swasta

Kampaye dan promosi ditingkatkan

Pengetahuan masyarakat tentang penyelenggaraan prasaran dan sarana air

limbah ditingkatkan

3. Sektor Persampahan

a. Kebijakan yang perlu diterapkan adalah

Kebijakan umum

Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten

dengan peran serta masyarakat/swasta dan sangat diharapkan tanggung

jawab pemerintah kota/kabupaten dengan peran serta masyarakat/swasta

dan sangat diharapkan pemerintah provinsi menfasilitasi

Kelembagaan,

Tersedianya institusi pengelolaan yang efektif dan efesiensi, dan

tersedianya SDM yang memadai

Teknis

Sampah di pusat-pusat kota dan tempat-tempat tertentu harus diangkut

dengan angkutan yang bersifat padat modal. Pelayanan perlu diberikan

lebih kepada daerah yang padat permukiman, komersial, dan tempat umum

penting, serta jalan-jalan pertokol dengan dukungan pendanaan yang

cukup.sampah yang berada di pedesaan yang tidak terjangkau, pelayanan

perlu diberikan lebih kepada wilayah strategis, penerapan teknologi

pengelolaan perlu ditingkatkan agar tidak tergantung dengan TPA

saja.perencanaan TPA harus memenuhi segala aspek

Pembiayaan

Pembiayaan pengelolaan sedepat mungkin di dapat dari pungutan retribusi

dan pendapatan tidak langsung didapat dari pajakdan sumber lainnya

pengelolaan sampah harus mengadopsi sistem, “siapa yang mengotori dia

yang membayar”, penetuan tarif retribusi harus memperhatikan prinsip

keadilan

Hukum

Page 9: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Harus tersedia perangkat hukum untuk menciptakan faktor jera bagi

masyarakat yang melanggar ketentuan. Tersedianya perda yang dapat

mengakomodasi seluruh aspek pengaturan

Peran serta masyarakat

Tersedinya pembinaan dan pendidikan kepada masyarakat untuk

menunjang pengelolaan sampah. Kerjasama dengan pihak swasta perlu

ditingkatkan dalam pengelolaan.

b. Peran Stakeholder antara lain

Peran pemerintah Provinsi, melaksanakan pembinaan dan menfasilitasi

pemerintah kota/kabupaten, membantu koordinasi penyediaan,

pembangunan dan pengelolaan yang bersifat regional, memantau kinerja

pengelolaan bila diperlukan.

Peran swasta, bekerjasama dengan pemerintah kota/ kota kabupaten

secara profesional dalam pngelolaan sampah sebagai perencana pengawas

dan bidang swasta lainnya

Peran masyarakat, bekerjasama denga pemerintah kota/kabupaten

melakukan ketentuan penanganan sampah sesuai peraturan yang berlaku

4. Sektor Drainase

Kebijakan pembangunan prasarana dan sarana drainase diarahkan kepada

penyelenggaraan pembangunan secara terpadu yang dilakukan secara terpadu

yang dilakukan secara efektif dan efisien denga memprioritaskan optimasi

terhadap sistem yang ada untuk dapat menciptakan lingkungan permukiman yang

aman terhadap genangan, baik karena hujan lokal maupun banjir dan luapan

sungai, sasaran penyediaan parasarana dansarana drainase antara lain;

a. Memprioritaskan kawasan kumuh, rawan penyakit menular dan rawan

keamanan serta stabilitas

b. Daerah yang secara rutin tergenang akibat hujan lokal dan “backwater” air laut.

c. Peningkatan kualitas pelayanan eksisteng untuk mencegah terjadinya

degredasi lingkungan

Peningkatan peran serta masyarakat, kemitraan dengan dunia usaha,

perencanaan yang berbasis tata ruang, pelestarian lingkungan, kegiatan

penelitian, pengembangan perangkat peraturan dan pemanfaatan kelembagaan

Page 10: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

harus terus diperdalam, dilanjutkan dan diperluas untuk memperolah suatu

sistem penanganan bidang drainase yang berkelanjutan.

Isu-isu dan akar permasalahan

Tabel. Isu dan akar permasalahan Sistem Drainase Kab. Enrekang

No. Sektor Isu permasalahan Akar Permasalahan

1 Drainase Banjir

Daerah genangan

Pelayanan saluran primer

masih rendah

Pembangunan jaringan

drainase belum terencana

secara maksimal

Pemeliharaan saluran

terbatas

Partisipsi masyarakat

dalam hal pemeliharaan

masih rendah

E.2.3 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT

Penyusunan Master Plan Sistem Drainase Kab. Enrekang mengacu kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain:

1. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

2. Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

3. Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tenang Penataan Ruang

4. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Page 11: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

5. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

6. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air

7. Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 1999 tentang Kawasan Siap bangun

dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri

8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-56

tahun 1994 tentang Pedoman mengenai Ukuran Dampak Lingkungan

9. Peratuan Menteri pekerjaan Umum No. 6699/PRT/1995 tentang

Pedoman teknis AMDAL Proyek bidang Pekerjaan Umum

10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 173/MENKES/PER/VIII/1997 tentang

Pengawsan Pencemaran Air untuk Berbagai Kegunaan yang berhubungan

dengan Kesehatan

11. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep tahun 1994 tentang Pedoman

mengenai Ukuran Dampak Penting

E.2.4 TUJUAN STUDI IDENTIFIKASI KAWASAN GENANGAN DAN DED

DRAINASE KOTA Bulukumba

Penyusunan Master Plan Sistem Drainase Kab. Enrekang bertujuan:

Jangka Panjang

a. Pembangunan drainase akan memiliki master plan yang terarah sampai

suatu tahun horison atau akhir periode perencanaan, dalam hal ini hingga

tahun 2020, yang disesuaikan dengan Rencana Induk Kota Bulukumba. Selain

itu pula akan diperoleh rencana pembangunan drainase setiap lima tahun ke

depan.

b. Terhindarnya tumpang tindih dengan sektor pembangunan kota lainnya.

Kejadian tumpang tindih hendaknya dihindari dengan melaksanakan strategi

Pembangunan Prasarana Perkotaan Terpadu (P3KT). Dengan demikian

sektor Pembangunan Drainase juga akan memenuhi strategi dalam P3KT ini,

yang antara lain berwujud dalam pokok-pokok bahasan:

Page 12: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Perencanaan investasi memenuhi kaidah bottom up planning, dalam arti

kata usulan pengadaan investasi berasal dari masyarakat, yang kemudian

naik pada tingkat kelurahan, kecamatan, dan seterusnya sampai pada

Bappeda Tingkat I

Memiliki Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) yang berwawasan

selama lima tahun, berisikan prioritas pengadaan investasi sektor yang

ada dalam P3KT

Rencana investasi pada RPJM tersebut harus layak dari berbagai tinjauan,

yaitu:

- Layak ekonomis, artinya investasi tersebut memberikan suatu

pendapatan bagi Pemerintah Daerah guna mengadakan O & M

(Operation & Maintenance) pada investasi tersebut;

- Layak lingkungan, artinya rencana investasi ini tidak akan merusak

lingkungan hidup, dan diterima oleh komisaris Daerah dan Komisi

Pusat;

- Layak kelembagaan, artinya rencana investasi rencana ini akan

mampu ditangani oleh pemerintah Daerah, dngan kelembagaan yang

ada, yaitu setelah diadakan pembenahan seperlunya

Adapun petunjuk penentuan tahapan pembangunan adalah:

1. Kerangka Acuan dari perencanaan sistem drainase

2. Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan di

bidang drainase.

Jangka Pendek

Ada beberapa hal pokok yang mendasari suatu Rencana Program Jangka

Menengah dan Pendek pada pembangunan sistem drainase, yaitu:

a. Program tersebut sesuai dengan outline plan yang telah ditetapkan, dan

memenuhi serta memperhitungkan Rencana Detail Tata Ruang Kota, yang

meliputi:

Page 13: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Menormalisasi saluran-saluran yang ada

Rencana program darurat, memperhatikan hasil analisis jaringan sistem

drainase di lokasi yang diprioritaskan penanganannya.

b. Program jangka pendek ini merupakan usulam bottom up planning dari

masyarakat, dan dalam Perencanaan Teknis telah dievaluasi sebagi prioritas

pertama yang dapat dikategorikan sebagai kawasan mendesak untuk

ditangani, karena genangan banjir pada kawasan tersebut sudah parah.

Hal ini dapat dilakukan bersama masyarakat, terutama dalam

mengadakan inspeksi, pada waktu terjadi hujan lebat, dan pada Instansi

Pengelola Sungai dan Bangunan Drainase dimintakan perhatian untuk

memasang suatu sistem pemberitahuan keadaan darurat dan bahaya,

yang dikaitkan dengan kenaikan muka air, baik di hulu maupun di hilir.

Oleh karena itu, diperlukan suatu keterkaitan antara Perencana Teknis

Terperinci drainase perkotaan dengan Direktorat Sungai Ditjen Pengairan

yang menangani masalah flood control.

5.2.5 GAMBARAN KHUSUS PERMASALAHAN DRAINASE KOTA BULUKUMBA

Jaringan drainase merupakan suatu jaringan yang digunakan untuk mengalirkan

air hujan dan air buangan, baik air buangan rumah tangga maupun air buangan

industri. Hal ini berfungsi agar tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan

banjir dalam wilayah tersebut.

Salah satu permasalahan pembangunan di Kabupaten Bulukumba adalah

bencana banjir dan genangan air di kawasan perkotaan Bulukumba, hal ini

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

Drainase perkotaan yang ada dalam wilayah Kabupaten Bulukumba hanya

sebagian desa/kelurahan yang mempunyai drainase tersier yang permanen,

yaitu: pada ibukota kecamatan dan seluruh wilayah ibukota kabupaten (lihat

gambar-gambar kondisi drainase dan outline Kota Bulukumba),

Beberapa bagian wilayah Kabupaten Bulukumba jaringan drainase yang ada

berfungsi ganda yaitu sebagai jaringan irigasi tersier dan drainase itu sendiri,

Page 14: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Kawasan perkotaan Bulukumba berada pada dua muara aliran sungai besar,

yang mana kedua sungai tersebut memiliki hulu pada kawasan pegunungan

di sebelah Barat Kabupaten Bulukumba. Kedua sungai-sungai tersebut saling

berhubungan dan memiliki anak-anak sungai. Pada saat musim hujan sungai-

sungai di Kabupaten Bulukumba memiliki debit yang sangat tinggi, hal inilah

diindikasikan sebagai salah satu penyebab banjir tahunan di Kota Bulukumba,

khususnya di kawasan perkotaan. Perlunya diterapkan konsep manajemen

Pengelolaan Sungai yang Terpadu pada Kabupaten Bulukumba, dan beberapa

kabupaten lainnya yang dilintasi oleh kedua sungai tersebut. Pemilihan

konsep ‘1 sungai 1 manajemen’ didasarkan pada pertimbangan bahwa aliran

limpahan air yang menggenangi kawasan perkotaan Bulukumba disebabkan

oleh rusaknya atau adanya penyalahgunaan pemanfaatan lahan di

sepanjang aliran sungai-sungai tersebut.

Belum terdapatnya jaringan drainase primer atau kanal yang berfungsi

sebagai jaringan drainase utama yang berada pada kawasan perkotaan Kota

Bulukumba.

Berkembangnya kawasan Built Up Area di Kota Bulukumba juga memberikan

andil terhadap genangan air yang terjadi pada kawasan perkotaan,

berkurangnya daerah resapan air pada dua muara sungai besar akibat

besarnya permukaan tanah yang telah ditutupi oleh bangunan-bangunan.

Kondisi aliran sungai yang berkelok-kelok di kawasan perkotaan dan

membawa debit air yang cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya

limpahan air sungai yang melintas di daratan dan kemudian aliran tersebut

bertemu lagi pada kelokan-kelokan berikutnya, juga menjadi penyebab

terjadinya banjir di kawasan perkotaan. Diperlukan konsep Normalisasi

Sungai untuk kawasan perkotaan di Kota Bulukumba sebagai upaya untuk

mengarahkan pengaliran air agar tidak melimpah ke daratan. Konsep

Normalisasi ini hanya untuk kawasan perkotaan, sedangkan untuk daerah

lainnya tetap mempertahankan kelokan-kelokan alam.

Page 15: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

E.2.6 FASILITAS PENDUKUNG DAN PENJELASAN PELAKSANAAN

INVESTIGASI

a. Peralatan

No. Alat Tipe Alat Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Waterpass

Theodolite

Global Positioning Sistem (GPS)

Kompas Geologi

Roll Meter

Baak Ukur

SOKKISHA C3E

NIKON NT-2D

Garmin Etrex 12

channel

Brunton

50 Meter

2 Meter

2

1

1

2

3

6

Kalibrasi alat :

Kalibrasi alat adalah hak direksi, walaupun demikian tetap pelaksana kerja

melakukan kalibrasi alat sebelum dan setelah alat siap digunakan di lapangan.

Kalibrasi alat dimaksudkan untuk mengecek kelengkapan dan kelayakan alat

yang akan digunakan dengan pertimbangan frekuensi pemakaian dan umur

alat yang akan disewa. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaran pekerjaan

dan akurasi data yang akan diambil.

b. Pengukuran/Survey Topografi

Sebelum melakukan pengukuran topografi terlebih dahulu mengumpulkan

data topografi yang telah dimiliki daerah kerja, antara lain :

Peta Topografi Skala 1 : 50.000 (2110-42) Lembar Bulupodo dan (2110-

43) Lembar

Peta Geologi Skala 1 : 25.000 Kota Bulukumba

Peta Sistem Jaringan Jalan Kota Bulukumba

Peta Sistem Drainase Kota Bulukumba

Peta Tata Guna Lahan Kota Bulukumba

Page 16: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pengumpulan data tersebut dimaksudkan sebagai referensi pemetaan untuk

mendukung pembuatan kerangkan utama jalur survey topografi, menentukan

titik ikat sekaligus melakukan koreksi peta yang sudah dimiliki daerah kerja.

1. Pemetaan situasi lokasi :

Secara umum akan diterapkan metode Sport Hight di mana semua

daerah/medan diambil secara menyeluruh untuk keperluan perencanaan.

Pemetaan situasi wilayah kerja akan diterapkan pendekatan pengukuran

kerangka horizontal, beda tinggi dan pengukuran detail, rancangan

sebagai berikut:

Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan alat ukur sudut dan jarak (theodolite)

Merancang kerangka utama atau polygon primer dengan

menggunakan batas wilayah administrasi, jalan provinsi, sungai,

pantai dan drainase (saluran primer dan sekunder) serta batas

wilayah pemukiman lainnya sebagai polygon utama (Gambar F-1)

Merancang pembuatan poligon cabang/kring dengan menggunakan

jalan semi permanen, saluran tersier, bukit, pemukiman, dan lembah

sebagai kring untuk mendapat data situasi.

Sepanjang jalur dilakukan pengukuran jarak optis, sudut vertikal dan

sudut dalam baik untuk jalur utama maupun detail.

Bila pada jalur pengukuran terdapat saluran disisi lintasan akan

dilakukan pengambilan detail untuk membatu rancangan pengukuran

situasi saluran.

Untuk memposisikan hasil pengukuran dalam koordinat bumi perlu

dilakukan pengambilan titik ikat, titik triangulasi yang akan gunakan

adalah (Bench Mark) TTG–0162 (5O4’37.2“LS–120O15’0.0“BT)

BAKOSURTANAL.

Diawal dan akhir pengukuran dilakukan pengambilan azimut dengan

kompas dan koreksi matahari (Lihat Gambar)

Page 17: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Gambar. Model kerangka pengukuran jaring primer dan sekunder

Gambar. Model pengukuran azimut matahari AT = AM + B

Perlu pemasangan pilar beton (reference point) dibeberapa tempat

yang mempunyai kondisi topografi yang berbeda untuk memudahkan

perencanaan dan pemutakhiran peta kelak. (Gambar F-4)

Disampng itu akan dilakukan pengambilan pada titik-titik tertentu

dengan alat GPS, dan juga akan dilakukan route traking.

U ( G eografi )

U

M atahari

Q ( Target )

M erid ian P

AT

AM

B

lm

ltP

Page 18: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Gambar. Model pilar beton yang dianjurkan

Pencatatan dan Perhitungan

Pencatatan meliputi titik target, arah, pembacaan rambu (ba,bb), sudut

vertikal (biasa, luar biasa), sudut horisontal (biasa, luar biasa), sudut

dalam, tinggi alat, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat.

Sketsa lintasan pengukuran dan posisi detail.

Perhitungan jarak horizontal (Gambar 4) :

∆d = (ba-bb) x Cos ….......(i)

Perhitungan Beda Tinggi

∆h = (ba – bb) x Sin .......(ii)

ba : Benang Atas; bb : Benang Bawah; Sv: Sudut Vertikal

Page 19: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Gambar. Pengukuran jarak optis theodolite

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sket dan hasil perhitungan data lapangan.

Penggambaran kerangka peta/titik-titik polygon dilakukan dengan

menggunakan sistem jaring triangualsi (Gambar F-5).

Detail-detail hasil pengukuran situasi di gambar dengan cara polar

Peta digambar pada Skala 1 : 20.000, 1 : 10.000, 1 : 500 dan 1: 2.000

Kontur dibuat dengan cara interpolasi dengan interval contur didapat

dari rumus : ………………… (iii)

Kontur digambar dengan pena 0,1 mm dan untuk setiap kenaikan

5,0 meter digunakan pena 0,3 mm

Draft penggambaran situasi yang telah selesai kemudian dipindahkan

pada kertas kalkir dengan ukuran kertas disesuaikan dengan skala

peta.

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

Pada tiap lembar peta digambarkan keterangan detail menurut

legenda yang lazim digunakan pada peta topografi.

Sistem koordinat yang akan digunakan adalah sistem proyeksi

koordinat geografi dan UTM (universal tranverse mercator).

Page 20: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

2. Pemetaan Situasi Trase Saluran

Pengkajian ulang seluruh sistem jaringan purnalaksana supaya seluruh

sistem jaringan drainase tatap dijadikan acuan untuk pemetaan situasi

saluran, menggambarkan sistem saluran primer, sekunder dan primer,

saluran permananen dan non permanen, koreksi belokan dan pertemuan

saluran.

Gambar. Metode pengukuran dan penggambaran triangulasi

Pengukuran

Wilayah pemetaan merupakan suatu catchment area dari saluran yang

telah ada di wilayah kerja.

Metode pemetaan yang akan diterapkan adalah metode sifat datar

memanjang dengan kombinasi alat theodolite pada seksi yang lurus.

Pengambilan titik ikat berdasarkan reference point pemetaan situasi

lokasi, menentukan titik untuk pemasangan pilar bench mark.

Pengukuran dilakukan sepanjang saluran per seksi dengan melakukan

pembacaan muka, belakang dan detail.

Sepanjang pengukuran dilakukan pengambilan detail lebar, level kiri

atas/bawah, level kanan atas/bawah, garis tengah saluran untuk

dimensi dan gradient saluran.

Page 21: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pengambilan detail saluran yang belum tersambung, gorong-gorong,

siphon, bangunan yang berhubungan langsung dengan drainase

seperti : bangunan pembuangan persil rumah.

Mencatat situasi saluran seperti : saluran permanen, saluran non

permanen, gorong-gorong dsb.

Data survei lainnya adalah jaringan telpon, jaringan PDAM, gorong-

gorong dsb.

Pencatatan dan Perhitungan

Pencatatan meliputi titik, arah, pembacaan rambu belakang, rambu

muka, detail tinggi garis bidik tinggi titik, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat.

Pencatatan dan sketsa bangunan-bangunan yang berhubungan dengan

bangunan drainase seperti bahu jalan, gutter inlet jalan, jarur

pertemuan saluran, gorong-gorong siphon dsb.

Rumus yang digunakan untuk beda tinggi (h) :

∆ ……………………………

…..(iv)

ba = benang atas

bb = benang bawah

bt = benang tengah

Ta = Tinggi alat

= sudut miring β

Rumus yang digunakan untuk jarak horizontal (d):

∆ …………………………………………………. (v)

Page 22: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sketsa dan hasil perhitungan data lapangan.

Pengambaran dengan skala 1 : 200 dan 1 : 500 dengan harapan

bangunan akan tergambar dalam peta.

Pengambaran profil melintang menggunakan perbandingan skala H : V

= 1 : 2

Interval kontur berdasarkan rumus (iii)

Semua aspek situasi peta akan di buat keterangan seperti sesuai dengan

aturan penggambaran peta topografi.

Sistem koordinat yang akan digunakan adalah sistem proyeksi

koordinat UTM (universal tranverse mercator).

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

3. Pemetaan situasi khusus

Pemetaan situasi khusus dimaksudkan untuk membuat peta situasi

daerah yang berfungsi sebagai utilitas khusus disekitar saluran seperti

pemukiman dan perkantoran, pasar, bangunan PLN, PDAM dsb.

Pengukuran

Karena hasil yang diharapkan adalah peta kontur dengan skala besar

maka pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran sudut dan

jarak (theodolit)

Membuat polygon tertutup disekitar objek yang akan diukur.

Melakukan pengikatan terhadap pilar sekunder atau primer yang

terdekat yang telah ditentukan pada pemetaan situasi lokasi.

Semua sudut bangunan akan dijadikan target detail

Pencatatan dan Perhitungan

Page 23: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pencatatan meliputi titik target, arah, pembacaan rambu (ba,bb), sudut

vertikal (biasa, luar biasa), sudut horisontal (biasa, luar biasa), sudut

dalam, tinggi alat, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat

Sketsa lintasan dan objek bangunan

Perhitungan jarak sesuai dengan rumus (i) dan beda tinggi (ii)

sedangkan titik ketinggian akan dihitung dengan jumlah beda tinggi

suatu titik dengan tinggi titik ikat.

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sket dan hasil perhitungan data lapangan.

Pengambaran dilakukan dengan metode triangulasi berdasarkan

hubungan segitiga dari titik polygon dengan detail.

Untuk menggambarkan kontur dilakukan interpolalsi antar tinggi titik

yang diketahui.

Interval kontur berdasarkan rumus (iii)

Sistem koordinat yang akan digunakan adalah sistem proyeksi

koordinat geografi dan UTM (universal tranverse mercator).

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

c. Pengukuran Jalur Rencana

Pengukuran jalur rencana dimaksudkan untuk mengukur jalur saluran baru

dan jalur saluran lama yang belum saling berhubungan untuk perencanaan

sistem drainase. Terutama saluran primer dan saluran sekunder. Pengukuran

Page 24: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

jalur rencana meliputi pengukuran profil memanjang, profil melintang dan

pengukuran 1 Ha.

1. Pengukuran profil/penampang memanjang saluran :

Metode pengukuran yang akan diterapkan adalah metode pengukuran

sipat datar profil (Gambar F-7). Pemilihan metode pengukuran tersebut

untuk memberikan informasi kepada perencana dalam menentukan arah

dan gradient jalur rencana dan perhitungan volume pekerjaan.

Gambar . Metode pengukuran sifat datar memanjang

Pengukuran

Perintisan/perencanaan pengukuran dengan meteran dan

pemasangan patok jalur pengukuran untuk memudahkan pekerjaan .

Patok-patok dibuat dari kayu dolken dengan ukuran 5 x 7 cm, ditanam

kuat ke dalam tanah dan dicat merah serta diberi nomor kode yang

teratur.

Patok ditandai dengan paku payung yang dipasang di atasnya sebagai

titik pengukuran.

a1

a2

a3 a4

Page 25: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pengukuran dilakukan sepanjang garis tengah jalur rencana/drainase

Pengukuran memanjang saluran per-section jarak 100 meter

Pada jalur belokan dilakukan per 50 meter

Pada jalur lurus dilakukan 200 s/d 250 meter.

Akan dilakukan pengambilan detail sepanjang route sehingga dapat

memenuhi sayarat pengambaran garis kontur.

Pencatatan dan Perhitungan

Pencatatan meliputi titik, arah, pembacaan rambu belakang, rambu

muka, detail, tinggi garis bidik tinggi titik, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat.

Sketsa jalur situasi jalur rencana

Perhitungan beda tinggi sesuai rumus iv dan jarak sesuai rumus v

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sket dan hasil perhitungan data lapangan.

Penggambaran dilakukan dengan skala 1 : 500 (dikondisikan dengan

panjang profil)

Draft gambar dibuat dalam grid 1 cm

Untuk menampakkan potongan melintang dilakukan pengambaran

sayatan tegak lurus profil melintang berdasarkan posisi titik

pengukuran profil melintang.

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

Page 26: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Gambar . Arah pengukuran profil memanjang jalur rencana

2. Pengukuran profil melintang (cross section) :

Sebelum melakukan pengukuran profil melintang terlebih dahulu

membuat setting dengan bantuan prisma sehingga garis tegak lurus

dengan potongan profil memanjang. Secara teknis metode pengukuran

sebagai berikut :

Pengukuran

Melakukan pengukuran dengan pita ukur untuk membuat titik ikat

profil melintang, spasi potongan per 50-100 meter sesuai kondisi trase

saluran

Jika pada titik ikat terjadi belokan, maka perlu dibuat dua buah

potongan melintang, masing-masing tegak lurus arah profil

memanjang dan belokan selanjutnya (Gambar F-8).

Pengukuran terhadap semua perubahan disepanjang garis potong

Pengukuran diusahakan sesuai dengan kaidah bentuk saluran

(Lihat Gambar)

Gambar. Profil melintang tampak samping suatu jalur rencana saluran

Page 27: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pencatatan dan Perhitungan

Pencatatan meliputi titik, arah, pembacaan rambu belakang, rambu

muka, detail, tinggi garis bidik tinggi titik, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat.

Perhitungan beda tinggi sesuai rumus (iv) dan jarak sesuai rumus (v)

Gambar. Contoh penggambaran potongan memanjang dan melintang

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sket dan hasil perhitungan data lapangan.

Pengambaran disesuaikan dengan jumlah garis potong atau titik ikat

yang telah dibuat/diukur.

Untuk menampakkan potongan melintang dilakukan sayatan

memotong lintasan, skala penampang H :V = 1 : 2 (Gambar F-9).

Kenampakan gambar diusahakan tampak saping dan atas potongan

melintang (Contoh Gambar).

Page 28: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

Gambar. Contoh bentuk profil melintang drainase

3. Pengukuran luas 1 Ha :

Pengukuran I Ha biasanya diperuntukkan untuk pola penampungan air

sementara (detensi) seperti taman dan retensi serta daerah-daerah yang

mempunyai bangunan yang berhubungan lansung dengan sitema

drainase.

Pengukuran

Pengukuran dengan metode sudut dan luas dengan membuat

kerangka jalur utama dan jalur trase 10 m untuk saluran primer dan

sekunder serta tersier (disesuaikan dengan kondisi lapangan).

Pengambilan detail pada lokasi-lokasi tamann kota (detensi) dan

retensi/sumur peresapan.

Melakukan pengikatan terhadap pilar sekunder atau primer yang

terdekat yang telah ditentukan pada pemetaan situasi lokasi.

Page 29: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Pencatatan dan Perhitungan

Pencatatan meliputi titik target, arah, pembacaan rambu (ba,bb), sudut

vertikal (biasa, luar biasa), sudut horisontal (biasa, luar biasa), sudut

dalam, tinggi alat, jarak.

Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dicatat di lembar/blanko

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, meliputi nama

pengukur/pengamat, tanggal, daerah pengukuran, nama alat, nomor

alat, nomor lembar, dan penjelasan lain yang dianggap perlu, dan

harus ditandatangani oleh pengukur/pengamat.

Sketsa lintasan dan objek bangunan

Perhitungan jarak sesuai dengan rumus (i) dan beda tinggi (ii)

sedangkan titik ketinggian akan dihitung dengan jumlah beda tinggi

suatu titik dengan tinggi titik ikat.

Penggambaran

Penggambaran kerangka dasar dibuat pada kertas milimeter

berdasarkan sket dan hasil perhitungan data lapangan.

Skala peta disesuaikan dengan luas wilayah, sedangkan profil 10 m

menggunakan perbandingan H : V = 1 : 2.

Penggambaran akan dilanjutkan pada software Auto Cad Map/Arview

3.2 untuk menjadikan gambar digital.

5.3 ANALISA PERHITUNGAN DATA DAN HASIL LABORATORIUM

Analisa Debit Banjir Rancangan

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Review Master Plan Dan

DED Drainase Kota Bulukumba maka analisa debit banjir rancangan

diperlukan. Analisa ini merupakan satu bagian analisis awal dalam

perencanaan - perencanaan bangunan pengairan. Informasi dan nilai besaran

yang diperoteh dalam analisis ini merupakan masukan penting terhadap

faktor – faktor perekayasaan seperti kelayakan teknis, pemilihan terhadap type

Page 30: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor

kelayakan ekonomis dan lingkungan dalam tinjaunnya terhadap faktor

pembiayaan. Untuk mendapatkan hasil analisis yang memadai beberapa

aspek yang periu diperhati'kan adalah:

1. Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik daerah aliran

sungai

2. Pemilihan model dan metode analisis

3. Tingkat resiko yang ditanggung

Analisis Hujan Rancangan

Data yang tercatat pada stasiun pencatatan hujan adalah merupakan hujan titik

(point reinstall). Dalam analisis selanjutnya yang periu diketahui adalah besamya

hujan rerata DAS. Sebelum data hujan digunakan terietxh dahulu harus

melewati pengujian ujntuk konsistensi data karena hal ini dapat mempengamhi

ketelitian hasil analisis. Data hujan tidak konssten dapat terjadi karena beberapa

hal, ini dapat mempengaruhi ketetitian hasil analisis. Data hujan yang tidak

konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :

1. Penggantian alat yang memiliki spesifikasi berbeda

2. Pemindahan tokasi alat

3. Perubahan lingkungan mendadak

Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini.

Metode umum yang dilakukan dobte mass analisis dengan menggambarkan

besaran hujan kumulatif stasiun yang diuji dengan besaran kumulatif rata - rata

hujan dan beberapa stasiun acuan disekitamya tidak kesesuaian data

ditunjukkan dari penyimpangan garisnya dari garis lurus.

Lengkung masa ganda yaitu kurva kumulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau,

dibandingkan dengan kurva kumulatif hujan tahunan referensi / acuan.

Pengujian dilakukan dari tahun data terkedl sampai dengan data terbesar. Rumus

yang dipakai adalah :

Page 31: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

DMCt = (Xt, Yt)

Dimana :

Xt = Komulatif hujan stasiun A pada tahun ke t

Yt = Kumulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t

Ri = Rata-rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t

Rat = Curah hujan tahunan distsiun A

DMQ = Titik koordinat kurve lengkung masa ganda tahun ke t

Metode ini masih sering menimbulkan keraguan karena masih terdapat

kemungkinan tidak konsistennya stasiun - stasiun referensi. Untuk

mengetahui hal tersebut digunakan metode pembanding yang menguji ketidak

sesuaian data sesuatu staaun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan

mendeteksi penggeseran nilai rata - rata ( mean ).

Salah satu cara klasik yang digunakan metode RAPS ( Rescaled Adjasted

Partial Sums) yaitu pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu

sendiri yaftu pengujian dengan komulatif penyimpangan kuadrat terhadap

nilai reratanya.

Hujan Rerata DAS

Untuk menghitung rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal

beberapa metode yaitu :

1. Rata-rata aljabar

2. Poligon Thiessen

3. Isohyet

Dalam studi ini metode yang digunakan dalam menghitung hujan rerata DAS

adalah metode Poligon Thiessen. Cara ini memberikan bobot tertentu untuk

Page 32: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

sedap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap hujan dianggap mewakili

hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut

merupakan, faktor kreasi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.

Persamaan umum yang dipergunakan :

dimana :

Pi = Kedalaman hujan di stasiun I

FK = Faktor Koreksi

Ai = Luas daerah yang di wakili stasiun

A = Luas Total

P = Hujan rata-rata DAS

Analisis Frekuensi

Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari

kesesuaian parameter statistik dari data yang bersangkutan atau dipilih

berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa jenis distribusi dalam

analisis frekuensi yaitu :

1. Distribusi normal

2. Distribusi log normal

3. Distribusi Log Person Type III

4. Distribusi Gumbel

Dalam studi ini distribusi frekuensi yang digunakan adalah distribusi EJ Gumbd

Type I dan Log Pearson tipe III

Page 33: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Metode E. J,. Gumbel Type I

Metode pendekatam untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan

metode EJ. Gumbel Type I, persamaan sebagai berikut:

dimana :

Xt = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu curah hujan rancangan untuk

periode ulang T tahun

= Harga rerata dari data

St = Standart deviasi

K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang ( return

periode).

Untuk menghitung faktor frekuensi E. J Gumbe) Type digunakan rumus :

dengan :

Yt = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T

= - Ln (-Ln (T - 1)

Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n

Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n

Page 34: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Dengan mensubtitusikan ketiga persamaam diatas diperoleh :

Jika :

Persamaan diatas menjadi:

Metode Log Person Type III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Person Type ini

adalah dengan mengkonversikan rangkaian datannya menjadi bentuk logaritmis.

Nilai rerata :

Atau dengan cara

dengan:

Standart deviasi:

Page 35: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Koefisien Asimetri:

Nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dihitung dari:

Pemeriksaan Uji Kesesuaiaan Distribusi Frekwensi

Metode Smomov Kolmogorov

Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran

hipotesa distribusi frekwensi. Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui

beberapa hal, diantaranya :

1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan modede distribusi yang

diharapkan atau yang diperolen secara teoritis.

2. Kebenaran hipotesa (diterima ditolak), Hipotesa suatu rancangan awal

adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang dibuat

dan untuk menjeiaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk

mengadakan pemeriksaan uji tersebut teriebih dahulu harus diadakan

plotting data dan hasil pengamatan di kertas probabilitas dan garis durasi

yang sesuai.

Plotting data pengamatan dan garis durasi pada kertas probabilitas tersebut

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil

ke besar.

2. Probabilitas dihitung dengan persamaan Webull sebagai berikut:

Page 36: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dimana :

P = Probabilitas

m = nomor urut data dari seri yang telah disusun

n = besamya data

3. Plot data hujan Xi dan probabilitas

4. Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai

5. Bandingkan hasilnya dengan nilai Ddta kritis untuk uji sumemov

Kai — Kuadrat

Uji ini diterapkan untuk menguji simpang dalam arah vertikal, agar

distribusi frekwensi yang dipilih bisa diterapkan :

dimana :

X2 = Harga Kai-Kuadrat

Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan

pembangian

Of = Frekuensi yang terbaca pada kdas yang sama

Nilai x2 yang terdapat ini harus lebih dari harga X2 cr (Kai - Kuadrat Krisis) pada

tabel, untuk suatu derajat nyata tertentu (Level of significance), yang sering

diambil sebesar 5%.

Derajat kebesaran ini secara umum dapat dihitung dengan:

dimana :

DK = Derajat kebebasan

K = Banyaknya data

P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang

Page 37: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

untuk sebaran Kai-Kuadrat adalah sama dengan dua (2).

Distribusi Hujan

Untuk mentransformasi curah hujan rancangan menjadi debt banjir rancangan

diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia

pada suatu meteorologi adalah data hujan harian, artinya data yang tercatat

secara kumulatif selama 24 jam.

Namun demikian jika tersedia data hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder,

ARR), maka pola distribusi hujan jam - jaman dapat dibuat dengan

mengggunakan metode Mass Curve untuk tiap kejadian hujan lebat dengan

mengabaikan waktu kejadian. Setiap kejadian ini diplot untuk mendapatkan

distribusi hujan harian menjadi setiap jam.

Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi

daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh didaerah tersebut Adalah

kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :

1. Keadaan hujan,

2. Luas dan bentuk daerah aliran,

3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,

4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah,

5. Kebasahan tanah,

6. Suhu udara dan angin serta evaporasi dan

7. tata guna tanah

Koefisien pengaliran yang disajikan pada Tabel berikut, didasarkan dengan suatu

pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor - faktior

fisik.

Hujan Netto

Page 38: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Hujan netto adalah hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run

- off). Limpasan langsung ini terdiri atas limpasan permukaan ( surface run - off)

dan interview ( air yang masuk kedalam lapisan tjpis dibawah permikaan

tanah dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ditempat yang tetxh

rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).

Dengan menganggap bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan

langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oteh waktu, maka hujan

netto ( Rn ) dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana :

Rn = Hujan netto

C = Koefisien Hmpasan

R = Intensrtas curah hujan

Hidrograf Satuan

Untuk menentukan hidrograf satuan Daerah Alir Sungai Pampang akan

dipergunakan metode Nakayasu. Dimana pendekatan tersebut akan dipilih yang

sesuai dengan karakteristik banjir di sungai yang bersangkutan, penggunaan

metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa karakterisdk

parameter daerah alirannya, seperti :

1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to

peak magnitude)

2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time

log)

3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph )

4. Luas daerah aliran

5. Panjang aliran sungai utama terpanjang (length of the longest channel)

6. Koefisien pengukuran

Page 39: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :

dimana :

Qp = Debit puncak banjir ( m3 / set)

Ro = Hujan satuan ( mm )

Tp = Tegangan waktu dari permulaan hujan samp» puncak banjir (jam)

T0,3 = Waktu yang diperiukan oteh penurunan debit dari debit puncak

sampai menjadi 30 % dari debit puncak

Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatar ijmus sebagai berikut:

Tg adalah time tog yaitu waktu antara hujan sampai puncak (jam).

Tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

Sungai dengan panjang tebih dari 15 Km, mate ': = 0,4 + 0,08 L

Sungai dengan panjang kurang dari 15 Km, maka Tg = 0,21 L °'70

= Parameter hidrograf

Tr = Satuan waktu hujan (1 jam )

Persamaan satuan hidrograf antara lain :

Pada waktu naik: 0 ≤ + ≤ Tp

Qt = Qmaks (t/Tp)2,4

Pada kurva turun:

Page 40: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

0 < t < (Tp+TO,3)

Tp + T0,3 ≤ (Tp +T0,3 + T0,32)

T ≤ (Tp +T0,3 + 1,5 T0,3)

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, olen karena itu dalam

penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan

parameter-parameter yang sesuai seperti Tp, a, dan pola distribusi hujan.

Hidrograf Banjir Rancangan

Dengan hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Qk = U1 Ri + U2 Ri-1 + U3 Ri-2 + ... + Un Ri-n+1 + Br

dimana:

Qk = Ordinat hidrogaf banjir pada jam ke k

Un = Ordinat hdrtigraf satuan

Ri = Hujan netto pada jam ke I

Br = Aliran Dasar (Base Flow)

Evapotranspirasi

Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi

potensial (Eto), diantaranya : rumus Blaney Cnddle, Radiasi dan rumus Penman

yang oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk

dipakai. Dalam menghitung evapotranspirasi potensial (Eto) ketiga rumus

tersebut menggunakan prinsip yang sama yaitu :

Eto = c Eto

Page 41: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Besar Eto sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Sementara itu diketahui, bahwa

iklim suatu daerah sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah.

Indonesia yang terletak disekitar garis khatulistiwa, tentunya mempunyai

keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak jauh dari

khatulistiwa.

Perhitungan Eto membutuhkan data iklim yang benar-benar terjadi di suatu

tempat (selanjutnya disebut sebagai data terukur). Untuk rumus Penmann

perhitungan Eto membutuhkan data terukur yaitu :

1. t, suhu butan rata-rata (C)

2. RH, ketembaban retetif bulanan rata-rata (%)

3. n/N, kecerahan angin bulanan rata-rata (m/dt)

4. Letak lintang daerah yang ditinjau, dan

5. Angka koreksi (c)

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan persamaan Penman modifikasi

FAO dirumuskan sebagai berikut:

Eto = c [W Rn + (1 – W) f(u) (ea –ed)]

dimana:

Eto = Evapotranspirasi tanaman ( mm / hari )

W = Weighing faktor tergantung dari suhu dan daerah

Rn = Radiasi netto ( mm / hari)

f(u) = Faktor kecepatan angin

ea-ed = Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata - rata

dengan tekanan uap air jenuh ( mbar)

c = Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang

dan malam

Page 42: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dengan:

W =

= 0,368 x (P/L)

L = 595 – 0,51 T

P = 1013 – 0,1055 E

= 2 x (0,00738 x T + 0,8072)T-0,00116

Rn = Rns – Rn1

Rns = ( 1 - ) Rs

Rs = (0,25 + 0,28 n/N) x Ra

Rn1 = f(r) x f(ed) x f(n/M) x Ra

ed = ea x Rh

ea = 33,8639 x ((0,00738 T + 0,8072)8 – 0,000019 x (1,8 x T + 48) + 0,00136))

c = 0,6 + 0,0095 Rhmax + 0,018125 – 0,068 Ud + 0,013 Ur + 0,0097 Ud Ur + 0,43

10-4 Rhmax Rs Ud

Ud = (U2 x Ur)/(43,2 x (1 + Ur)

Ur = Ud/Un

dimana:

E = Elevasi diatas muka laut

Ur = Kecepatan rasto

Ud = Keoepatan angin siang

Un = Kecepatan angin malam

Nilai fungsi:

f(u) = 0,27 (1+ u/100)

f(T) = 11,25 . 1,0133T

f(ed) = 0,34 – 0,044

Page 43: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N

Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah

pengaliran diambil menurut rumus :

T = (X – 0,006 H)oC

dimana :

T = Suhu udara (°C)

X = Suhu udara didaerah pencatatan Klimatologi (°C)

H = Perbedaan etevasi antara tokasi dengan satasiun pencatat (m)

Koreksi kecepatan angin karena perbedaan etevasi diambil menurut rumus:

U1 = Up 9L1/Lp)1/7

Dimana:

U1 = kecepatan angin dilokasi perencanaan (m/dt)

Up = Kecepatan angin dilokasi pengukuran (m)

L1 = Elevasi lokasi perencaznaan (m)

Lp = Elevasi lokasi pengukuran

Analisis Debit Aliran Rendah

Apakah data debit tidak tiersedia karena tkjkak terdapat stasiun debit pada

tokasi daerah kajian, maka data debit bisa didapatkan dengan mentransformasi

data hujan yang dianggap mewakili untuk DAS yang bersangkutan menjadai data

debit

Adapun metode umum yang bisa digunakan adalah :

Metode NRECA

Metode simulasi Mock's modifikasi

Metode simple water Balance

Dalam sudut ini metode yang akan digunakan adalah Metode Mock's

modifikasi

Page 44: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Metode FJ Mock

Kriteria perhitungan dan asumsi yang digunakan dalam analisis diuraikan

sebagai berikut:

Evapotranpirasi Terbatas

Curah hujan bulanan ( P) diambil hujan bulanan ( mm ), dan jumlah hari

hujan (n) = jumlah hujan pada bulan yang bersangkutan

Evapotranpirasi Terbatas adalah Evapotranpirasi aktual dengan

mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta vrekwensi

curah hujan

Dengan:

E = Perbedaan antara evapotranspirasi potiensial dengan

evapotranwrasi terbatas

Ep = Evapotranspirasi potensial

d = Jumlah hari kering atau tanpa hujan dalam 1 bulan

m = Prosentase lahan yang tak tertutup vegetasi, ditaksir dan peta tata

guna tanah, diambil:

m = 0 % untuk lahan dengan hutan tebat

m = 0% pada akhir musim hujan, dan pertambahan 10 % setiap bulan

kering untuk lahan dengan hutan sekunder

m = 10-40% untuk lahan yang tererosi

m = 30 - 40 % untuk lahan pertanian yang diotah (misal sawah, ladang)

Berdasarkan frekuaensi curah hujan di Indonesia dan sifat mf»r» serta

penguapan dari tanah permukiman, didapat hubungan :

d= 3/2 (18 - n) atau d = 27 - 3/2 n

Page 45: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

n = Jumlah hari hujan dalam sebulan

Subtitusikan dari persamaan (2) ke (1) diperoleh:

E/Ep = (m/20)(18-n)

Et = (Ep – E)

Et = Evapotranspirasi terbatas

Soui surplus adalah volume air yang akan masuk ke permukaan tanah. Soil Water

Surplus - (P – Et) - Soil Storage, dan 0 jika defisit (P - Et) > dari Soil Storage.

Initial Storage surplus adalah besamya volume air pada saat permulaan

mulainya perhitungan. Ditaksir sesuai dengan keadaan musim, seandainya

musim hujan tea sama dengan soil moisture capasity dan tebih keil pada

musim kemarau.

Keseimbangan Air di Permukaan tanah

Curah hujan yang mencapai permukaan tanah

S = P - Et

Harga positif bila P > Et, air masuk ke dalam tanah

Harga negatif bila P > Et, seagai air tanah akan keluar. terjadi defisit

Perubahan kandungan air tanah

Soil moisture capasity Sutan sekarang dengan bulan sebdumnya. Soil

moisture ini berdasarkan kondisi pnr"«acas tapisan tanah atas dan

catchment area. Basanya ditaksir berdasarkan 50 s/d 25i- Tvn, yartu

kapasitas kandungan air dalam tanah per m2. Jika porositas lapisan tarur

atas dan tersebut makin besar, maka soil moisture capacity makin besar pula.

Debit dan Storage Air Tanah

Koefisien infiltrasi (I) ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan

kemiringan daerah pengaliran.

Lahan yang portous muka infiltrasi akan besar, lahan yang terjal dimana air

tidak sempat infittrasi kedalam tanah infiltrasi akan kecil. Besamya koefisien

Page 46: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

infiltrasi kedl dan 1.

Rumus-rumus storage air tanah :

Vn = (k Vn-1 + qo 1+k) In

dimana:

Vn = Volume air tanah

k = qt/qo = Fdt-aor resesi aliran air tanah

qt = Aliran air tanah pada waktu t (bulan ke t)

qo = Aliran air tanah pada awal (bulan ke-0)

Vn = Vn-Vn

Vn =Volume air tanah bulan ke-n

Vn-1 = Volume air tanah bulan ke n-1

Aliran sungai:

Aliran dasar = infittrasi dikurangi perubahan volume aliran air dalam tanah

Aliran permukaan water surplus – infiltrasi

Aliransungai aliran permukaan + aliran dasar

Debit efektif aliran sungai dinyatakan dalam m3/det.

5.4 DASAR PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DRAINASE

Dalam perhitungan perencanaan ini diutamakan untuk saluran drainase pada

kawasan-kawasan yang rawan banjir/genangan dan mendesak untuk ditangani.

Dalam perhitungan perencanaan ini dipergunakan data-data terbaik dari:

Hasil pengukuran topografi yang berupa peta situasi, gambar potongan

memanjang dan potongan melintang.

Hasil analisa hidrologi yang berupa kurva Intensitas Curah Hujan Kota

Bulukumba,

Hasil perhitungan stabilitas dan kekuatan konstruksi yang berupa daftar

stabilitas dinding saluran dan tabel dimensi plat beton bertulang.

Page 47: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Perhitungan perencanaan drainase meliputi:

Perhitungan debit banjir rencana (debit puncak),

Perhitungan dimensi saluran danbangunan penunjangnya (Plat

pelintas/gorong-gorong).

Menghitung Debit Banjir Rencana (Debit Puncak)

Debit banjir rencana (debit puncak) dihitung dengan memakai metode Rational

yang dimodifikasi (Modified Rational Method).

dimana :

Qp = Debit banjir (debit puncak) yang terjadi dalam priode ulang T tahun

(m3/det).

C = Koefisien pengaliran ( run off coeffisient).

Cs = Koefisien penampungan (storage coeffisient).

I = Intenskas Curah Hujan ( mm/jam) dengan durasi sebasar waktu konsentrasi

(tc) dan periode ulang T tahun.

A = Luas daerah pengaliran ( Ha).

Priode Ulang Perencanaan

Priode Ulang Perencanaan ditentukan dari jenis (kategori) kota.

Prediksi jumlah penduduk kota Bulukumbahingga tahun 2015 dilakukan untuk

mengkategorikan kota Bulukumba, apakah termasuk dalam kategori kota kecil

atau kota sedang. Selanjutnya ditentukan periode ulang perencanaan pada:

Saluran primer

Saluran sekunder

Saluran tersier

Page 48: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Koefisien Pengaliran ( C )

Besarnya koefisien pengaliran ditentukan dari tataguna lahan (land use) yang ada

dalam daerah pengaliran. Besarnya dapat dilihat pada Tabel F-48.

Tabel F-48. Koefisien Pengaliran ( C )

Tata Guna Lahan Koefisien Pengaliran

Urban (Perkotaan)

Pusat Perkotaan

Industri

Pemukiman

- Kepadatan Rendah 20 rumah/ha

- Kepadatan Cukup 20 - 60 rumah/ha

- Kepadatan Tinggi 60-160 rumah/ha

Taman-taman dan tempat rekreasi

Rural

Daerah dengan kemirmgan > 20

percent

Daerah dengan kemirmgan < 20

percent

Daerah beterasering

Daerah persawahan

0.90 - 0.95

0.80 - 0.90

0.25 - 0.40

0.40 - 0.70

0.70 - 0.80

0.20 - 0.30

0.50 - 0.60

0.40 - 0.50

0.25 - 0.35

0.45 - 0.50

Somber : BUDS

Page 49: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Koefisien Penampungan ( Cs )

Besarnya koefisien penampungan dihitung dengan rumus:

dimana: tc = waktu konsentrasi ( menit)

td = waktu pengaliran air dalam saluran ( menit)

Waktu Konsentrasi ( tc )

Besarnya waktu konsentrasi diliitung dengan rumus :

tc = to + td

dimana : to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah (menit). Besarnya

dianalisa dari gambar.

Td = Waktu pengaliran air pada saluran (menit).

Besarnya dianalisa berdasarkan rumus :

Ld = Jarak aliran air dari tempat masuknya air sampai ketempat yang

ditinjau (meter),

V = Kecepatan aliran air (m/det).

Intensitas Curah Hujan ( I)

Besarnya Intensitas Curah Hujan (mm/jam) dengan durasi sebesar waktu

konsentrasi (TC) dan priode ulang T tahun dianalisa berdasarkan perhitungan.

Page 50: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Menghitung Dimensi Saluran

Untuk merencanakan saluran drainase Kota Bulukumba dipilih jenis konstruksi:

Dinding dan lantai saluran, apakah dibuat dari pasangan batu kali/gunung

dengan campuran 1 semen : 4 pasir dan 1 semen : 3 pasir ( pada plat

pelintas, atau sesuai perencanaan.

Permukaan pasangan (dinding) disiar dan lantai diplester dengan campuran

1 semen : 3 pasir.

Dan digunakan tipe penampang Trapesium dengan kemirmgan talud ( S ) :

- Saluran sekunder

- Saluran tersier

Dimensi saluran ditentukan berdasarkan rumus manning, atas asumsi aliran

seragam.

dimana : Q = Debit / kapasitas ( nr'/det)

n = Koefisien Kekasaran Manning

A = Luas penampang basah ( m2)

R = Jari -jari hidrolis ( m )

I = Kemiringan dasar saluran

Koefisien Kekasaran Manning ( n )

Besarnya koefisien kekasaran manning diarnbil :

Pasangan batu kali/gunung tidak diplester = 0,020

Pasangan batu kali/gunung diplester = 0,018

Page 51: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Kecepatan Aliran Dalam Saluran ( V )

Besamya kecepatan aliran dalam saluran tidak boleh melebihi kecepatan

maksimum 3,0 m/detik (agar tidak menimbulkan erosi) dan tidak boleh kurang

dari 0,3 m/detik (agar tidak terjadi penumpukan sedimen/ kotoran dalam

saluran).

Besarnya kecepatan aliran daiam saluran dihitung dengan rumus :

dimana : Q = debit / kapasitas ( mVdet )

A = luas penampang basah ( m2)

Luas Penampang Basah ( A )

Untuk penampang trapesium :

Besarnya dihitung dengan rumus :

A = 1/2 ( B + B') D

dimana : B = lebar dasar saluran ( m)

B' = lebar permukaan air ( m )

- untuk kemiringan talud ( S ) = 0,33 : B' = B + 2 < 0,33 .D)

- untuk kemiringan talud ( S ) = 0,25 : B' = B + 1 ( 0,25 . D )

D = Kedalaman air ( m )

Untuk penampang segi empat ( talud tegak ).

Besarnya dihitung dengan rumus :

A = B x D

dimana : B = lebar dasar saluran = lebar permukaan air ( m )

D = kedalaman air ( m )

Page 52: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Jari - Jari Hidrolis ( R )

Besarnya dihitung dengan rumus :

dimana : A = luas penampang basah ( m )

P = keliling basah ( m )

Kemiringa Dasar Saluran ( I)

Kermiringan dasar saluran direncanakan sedemikian rupa, sehingga memberikan

kecepatan aliran yang terdekat diantara kecepatan maksimum dan minimum.

Besarnya dianalisa dari peta situasi dan gambar potongan memanjang/melintang

hasil pengukuran topografi.

Menghitung Dimensi Gorong-Gorong

Untuk merencanakan gorong-gorong ditentukan tipe penampangnya dan jenis

konstruksinya.

Dinding dan lantai gorong-gorong dibuat dari pasangan batu kali/gunung

dengan campuran 1 semen : 3 pasir.

Plat terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton K. 175 dan mutu baja U.

24.

Beberapa tipe yang dapat digunakan antara lain:

Tipe tenggelam (submerged) : dipakai pada tempat-tempat datar, dimana

elevasi muka air pada saluran drainase terlalu tinggi. Gorong-gorong

dipasang pada elevasi yang agak rendah dengan jarak antarajalan dan puncak

gorong-gorong ± 0,60 m, atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Tipe tidak tenggelam (unsbmerged) : dipakai bila tinggi elevasi muka air pada

saluran drainase relatif rendah terhadap elevasi jalan. Jarak antara jalan dan

puncak gorong-gorong diambil ± 0,60 m, atau disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

Page 53: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Perhitungan kehilangan energi

Akibat Pemasukan

Digunakan rumus :

dimana :

he = kehilangan tinggi akibat pemasukan ( m)

V2 = kecepatan air di dalam gorong-gorong (m/det)

V1 = kecepatan air di hulu gorong-gorong (m/det)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

Akibat gesekan di dalam gorong-gorong

Digunakan rumus :

dan

dimana :

hf = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)

n = koefisien kekasaran manning

R = jari-jari hidrolis (m)

P = panjang gorong-gorong (m)

V2 = kecepatan air di dalam gorong-gorong (m/det)

Akibat Pengeluaran

Digunakan rumus :

Page 54: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dimana

ho = kehilangan tinggi akibat pengeluaran (m)

V2 = kecepatan air di dalam gorong-gorong (m/det)

h3 = kecepatan air di hilir gorong-gorng (m/det)

g = 9,81 m/det2

Akibat Transisi

Jika perbedaan ketinggian sangat kecil, maka untuk praktisnya diabaikan dalam

perhitungan.

5.5 METODOLOGI

Metodologi Penyusunan Review Master Plan Dan DED Drainase Kota Bulukumba

dibagi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:

1/. Tahapan Tinjauan Studi (Review Study)

2/. Tahapan Pembuatan Master Plan Dan Detail Engineering Design (DED);

3/. Supervision (Pengawasan).

Pada tahapan tinjauan studi: survey yang diperlukan pada tahapan tinjauan study

adalah mempelajari kondisi existing sistem, layout banjir/genangan lokal,

pemetaan, dan data hydrologi. Diperlukan pula persiapan pengadaan peta lokasi

1 : 5000 dengan countur yang memadai. Selain itu pula perlu juga mempelajari

design manual drainase yang ada dan mengaplikasikan modifikasi-modifikasi

tertentu sesuai keperluan, untuk selanjutnya dibuatkan alternatif sistem disertai

dengan Preliminary Design. Pemilihan alternatif terpilih master/outline plan

dilakukan setelah diadakan diskusi dengan pemberi tugas dan konsultasi denan

instansi terkait, yakni: Bappeda, Pemda, Dinas PU, dan Kimpraswil.

Selanjutnya pada tahapan Detail Engineering Design (DED), dilakukan survey

pengukuran dan pemetaan (longitudinal dan cross section) pada jalur-jalur

saluran induk drainase. Data pendukung sistem makro lainnya seperti tata guna

lahan, genangan, curah hujan, topografi dan flow catchment digunakan dalam

Page 55: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

perhitugan desain dan perencanaan teknis drainase, dengan tetap mengacu pada

standart desain yang ada hingga diperoleh draft design. Pada tahapan ini pula

dilakukan detail design saluran dan bangunan-bangunan air yang diperlukan,

baik yang menyangkut perhitungan maupun penggambaran. Perhitungan juga

mencakup tentang volume pekerjaan dan Rencana Anggaran biaya (RAB). Final

design diperoleh setelah melakukan konsultasi terhadap instansi terkait tentang

draft desain.

Dalam tahapan Supervision (pengawasan), dilakukan tentang persiapan kontrak

dokumen yang mencakup dokumen tender dan spesifikasi umum. Alternatif

terpilih diperoleh setelah melakukan diskusi dan persetujuan dari pemberi tugas,

serta konsultasi dengan instansi terkait.

Secara terperinci metodologi Penyusunan Master Plan Dan DED Drainase Kota

Bulukumba ditunjukkan pada Gambar berikut ini.

Page 56: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Gambar F-12. Bagan Alir Penyusunan Review Master Plan Dan DED Drainase Kota Bulukumba

E - 56

Page 57: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

5.7. PROGRAM KERJA

Program kerja sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi personil

pelaksana untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk

mengkoordinasi kegiatan-kegiatan agar tidak terjadi kegiatan yang dikerjakan

dua kali, sehingga akan menghemat biaya dan waktu pelaksanaan. Rencana kerja

akan kami sajikan dalam bentuk Bagan Alir Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan

Pekerjaan.

Pembuatan Program Kerja dimaksudkan untuk mencapai sasaran sebagai

berikut :

- Menjamin tercapainya sasaran, maksud dan tujuan pekerjaan yang

ditentukan dengan tahapan kegiatan yang terarah dan efisien, dengan

pelaksana masing-masing kegiatan yang terorganisir dan sesuai jadwal, serta

penggunaan peralatan yang tepat sesuai jenis, jumlah, dan waktu.

- Dengan demikian diharapkan akan tercapai penyelesaian pekerjaan sesuai

batas waktu yang sudah ditetapkan, dengan hasil yang optimal.

Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari

konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan.

Dalam program kerja ini akan diuraikan urutan-urutan pekerjaan, konsep

penanganan masalah, tanggung jawab dan personil yang terlibat, pengerahan

sarana maupun personil pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan, serta

schedule personil.

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, diperlukan suatu metode kerja dan

rencana kerja yang efisien dan sederhana, sehingga akan menghasilkan suatu

produk kerja yang baik. Oleh karena itu pada pekerjaan “Penyusunan Review

Master Plan Dan DED Drainase Kota Bulukumba”, PT. DANA consultant akan

mengerahkan personil-personilnya yang sudah berpengalaman dalam bidangnya

masing-masing dan mempunyai kemampuan serta berdedikasi tinggi. Secara

garis besar akan kami uraikan hubungan kerja dan tugas dari masing-masing

E - 57

Page 58: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

personil, baik hubungan dengan proyek dan instansi terkait maupun dengan

anggota tim.

5.6.1. Bagan Alir Pelaksanaan

Bagan alir pelaksanaan pekerjaan merupakan pedoman bagi personil

pelaksana untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk

mengkoordinasi kegiatan-kegiatan agar tidak terjadi kegiatan yang

dikerjakan dua kali, sehingga akan menghemat biaya dan waktu pelaksanaan.

5.6.2 Strukktur Organisasi Pelaksana

Struktur organisasi konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan ini

dipimpin oleh seorang Team Leader yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab mengkoordinasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan, dengan

didukung oleh beberapa tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya yang

sesuai dengan bidangnya masing-masing.

5.6.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan jadwal yang mengatur kapan

suatu kegiatan harus dilaksanakan dan harus selesai sehingga waktu

pelaksanaan yang diberikan dapat tercapai dengan tidak mengurangi mutu

teknisnya. Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan bagan alir

pelaksanaan pekerjaan dan item-item pekerjaan sesuai dengan yang

disyaratkan dalam KAK. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan tersaji pada Tabel

yang akan disajikan.

5.6.4 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Jadwal penugasan tenaga ahli akan disusun berdasarkan rencana tahap-

tahap kegiatan yang telah diuraikan dalam bab pendekatan dan metodologi.

Secara garis besar jadwal penugasan tenaga ahli pekerjaan dalam

“Penyusunan Review Master Plan Dan DED Drainase Kota Bulukumba”

disajikan dalam Tabel.

5.6.5 Pelaporan

Tujuan suatu sistem pelaporan adalah untuk mengetahui perkembangan

proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian diperlukan sistem

pelaporan dengan prinsip-prinsip manajemen, serta cepat dan tepat sehingga

E - 58

Page 59: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

dapat dimanfaatkan untuk pengendalian dan pengambilan keputusan pada

setiap tahapan kegiatan pelaksanaan.

5.6.7 Peralatan

Kebutuhan fasilitas dan peralatan akan disiapkan Konsultan untuk

menunjang kegiatan, baik di lapangan maupun di kantor. Mobilisasi

peralatan disesuaikan dengan jadwal peralatan yang telah disusun bersama

dengan penyusunan rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan pengerahan

personil. Penentuan kebutuhan akan fasilitas dan peralatan sangat erat

hubungannya dengan kelancaran pekerjaan, sehingga tidak ada kendala

peralatan dan fasilitas yang dihadapi oleh pelaksana pekerjaan pada saat

pelaksanaan nantinya.

5.8 Strukktur Organisasi Pelaksanaan

Pelaksanaan Pengawasan ini melibatkan beberapa tenaga profesional, tenaga

sub profesional, dan tenaga pendukung dengan tugas dan tanggung jawab

masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk memperjelas alur

koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka dibuat bagan organisasi

agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai KAK dan tidak terjadi salah

koordinasi. Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme

kontrol terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.

Dibuatnya bagan organisasi untuk Pekerjaan “Penyusunan Review Master

Plan Dan DED Drainase Kota Bulukumba”, dimaksudkan untuk membuat

jalur koordinasi untuk semua personil pelaksana. Di dalam bagan organisasi

tersebut Team Leader membawahi semua personil pelaksana, baik tenaga

ahli maupun staf pendukung.

Pengorganisasian konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan

terhadap tugas, tanggung jawab dan koordinasi masing-masing tenaga ahli

dengan Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan dan Instansi lain yang terkait

dengan Organisasi Kerja Konsultan, dimana dalam melaksanakan pekerjaan

ini diharapkan konsultan dapat melaksanakan pekerjaan secara optimal.

E - 59

Page 60: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

Bagan organisasi untuk pelaksanaan Pekerjaan ini dimaksudkan untuk

mencapai sasaran sebagai berikut :

- Menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini seperti yang tertera pada

ruang lingkup pekerjaan sehingga dapat diselesaikan pada waktunya.

- Pelaksanaan pekerjaan dapat terkoodinir dengan baik sehingga

penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan secara sistimatis dan efektif.

- Setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga ahli

akan saling berkesinambungan dan berada dibawah koordinasi Team

Leader. Dengan demikian pengeluaran biaya pelaksanaan pekerjaan atau

lebih efektif dan dapat mencapai sasaran aspek teknis yang dituju.

Adapun pihak-pihak yang saling terkait dan harus saling berkoordinasi

berkaitan dengan pekerjaan ini antara lain :

1. Pihak Pemilik/ Pemrakarsa Kegiatan

Satuan kerja : Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman Provinsi Sulawesi Selatan.

Tahun Anggaran : 2013

2. Pihak Penyedia Jasa/ Konsultan

Dalam struktur konsultan biasanya terdiri dari Direktur Utama, Direktur,

PT. DANA consultant selalu mengadakan rapat mingguan dan bulanan

agar jalur koordinasi antar direktur dan karyawan selalu terjalin dengan

baik.

3. Tenaga Ahli/ Profesional Staf

Berkaitan dengan pekerjaan ini, pihak konsultan menyediakan Tenaga

Ahli yang sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, antara lain:

Professional Staff :

1. Team Leader

2. Ahli Lingkungan

3. Ahli Hidrolika

4. Ahli Struktur

E - 60

Page 61: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

5. Ahli Estimasi Biaya

6. Ahli Geodesi

7. Ahli Sosial Ekonomi

Tenaga Penunjang :

1. Operator Komputer

2. Drafter

Struktur organisasi konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan ini

dipimpin oleh seorang Team Leader yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab mengkoordinasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan, dengan

didukung oleh beberapa tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya yang

sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan hubungan timbal balik

antara Team Leader dengan Direksi Pekerjaan. Apabila konsultan

memerlukan data-data dari instansi lain, maka konsultan harus memberi

tahu Direksi terlebih dahulu dengan harapan pihak pemberi pekerjaan bisa

menghubungkan ke pihak yang terkait/ instansi tersebut.

E - 61

Page 62: E - Pendekatan, Metedologi & Prog Kerja.doc

E - 62

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN KEGIATAN PENYUSUNAN REVIEW MASTER PLAN DAN DED DRAINASE KOTA BULUKUMBA

PT. DANA consultant

Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Provinsi

Sulawesi Selatan

TEAM LEADER (Teknik Sipil)

PENYUSUNAN REVIEW MASTER PLAN DAN DED DRAINASE KOTA BULUKUMBA

Ahli Lingkungan

Tenaga Penunjang :1. Operator Komputer 2. Juru Gambar

Ahli Geodesi Ahli Hidrolika Ahli Estimasi Biaya Ahli Struktur Ahli Sosial Ekonomi