e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 -...
Transcript of e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 -...
1
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK
DI KOTA SURAKARTA
Program Studi
Agribisnis
Oleh :
Erlina Kartika Dewi
H 0808095
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program
Sarjana:
Nama : Erlina Kartika Dewi
NIM : H 0808095
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan,
dengan / tanpa*) mencantumkan Tim Pembimbing sebagai Co Author.
Pembimbing Utama,
Erlyna Wida Riptanti, SP.MP NIP. 19780708 200312 2 002
Pembimbing Pendamping
Mei Tri Sundari, SP.M.Si NIP. 19780503200501 2 002
* ) Coret yang tidak perlu
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK DI KOTA SURAKARTA
Erlina Kartika Dewi(1)
Erlyna Wida Riptanti, S.P.,M.P.(2)
Mei Tri Sundari, S.P,M.Si..(3)
ABSTRAK Naskah publikasi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan menganalisis keuntungan, efisiensi, dan risiko usaha industri karak di Kota Surakarta. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) di Kota Surakarta, yaitu di Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Jebres. Kedua kecamatan tersebut dipilih karena usaha industri karak terdapat di dua kecamatan tersebut. Pengambilan jumlah sampel responden dilakukan dengan cara sensus yakni mengambil seluruh obyek penelitian yang ada di wilayah penelitian. Jumlah responden sebanyak 10, yang terdiri dari 3 responden industri karak mentah dan 7 responden industri karak matang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, pencatatan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan Maret 2012 rata-rata biaya total yang dikeluarkan setiap industri karak mentah di Kota Surakarta sebesar Rp.23.050.075,00, penerimaan Rp.30.240.00,00 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp.7.189.925,00. Sementara untuk industri karak matang mempunyai rata-rata total biaya sebesar Rp.25.671.859,00,penerimaan Rp.34.020.000,00 sehingga keuntungan yang diperoleh Rp.8.348.141,00. Industri karak termasuk usaha yang menguntungkan terbukti dari nilai profitabilitas industri karak mentah sebesar 31,19% dan industri karak matang sebesar 32,53%. Industri karak di Kota Surakarta telah efisien ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu 1,31 untuk industri karak mentah dan 1,33 untuk industri karak matang. Besarnya nilai koefisien variasi (CV) 0,18 dan nilai batas bawah keuntungan (L) adalah Rp.4.538.643,62, dapat diartikan bahwa industri karak mentah yang dijalankan memiliki risiko kecil. Industri karak matang dengan nilai koefisien variasi 0,77 dan batas bawah keuntungan sebesar -Rp.4.684.069,58 (L<0) berarti industri tersebut berpeluang mengalami risiko kerugian tinggi, karena nilai CV > 0,5.
Kata kunci : Usaha industri karak, Analisis keuntungan, Efisiensi, Risiko,
Surakarta Keterangan : 1. Mahasiswa S1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta dengan NIM H 0808095 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
4
BUSINESS ANALYSIS OF KARAK INDUSTRY IN SURAKARTA
Erlina Kartika Dewi(1)
Erlyna Wida Riptanti, S.P.,M.P.(2)
Mei Tri Sundari, S.P,M.Si..(3)
ABSTRACT
This paper is based on the research whose aims are to analyse the profit, the efficiency and the risk of industrial business “karak” in Surakarta. Basic method of the research is descriptive method. The sample area decision was by using purposive sampling in two subdistrict in Surakarta;Laweyan dan Jebres. The two subdistricts were chosen because of the existing industrial business “karak” in both of subdistricts. Total sample of respondent were taken by census. They took all of research area. There are 3 respondents of raw “karak” industry and 7 ripe “karak” industry respondents. The data collected were primary and secondary data, while the technique of data collection was done by interview, observation, registration and documentation. The result of this research shown that the total cost average iccured by each of raw industrial business Karak in Surakarta was Rp.23.050.075,00 during March 2012. The revenues was Rp.30.240.000,00 and profit obtained was Rp.7.189.925,00. Meanwhile, the ripe industrial business “karak” spent total cost average for amount karak Rp.25.671.859,00,00 with revenues Rp.34.020.000,00 so the average profit obtained was Rp.8.348.141,00. From that analysis, it is proven that industrial bussniness “karak” in Surakarta is profitable, due to the profitability values of raw “karak” industry in the amount of 31,19% and ripe “karak” industry in the amount of 32,53%. “Karak” industry that had been run allthis time was efficient as indicated by the R/C ratio of more than one but 1,31 for raw “karak” industry and 1,33 for ripe karak industry. The value of coefficient of variation was 0,18 and the value of minimum profit for amount Rp.4.538.643,62 can be meant that raw “karak” industry in Surakarta has little risk. While, ripe karak industry with variation coeffition value 0,77 (CV>0,5) and minimum profit for amount -Rp.4.684.049,58 (L <0) means that it there is a chance of having high risk for the industry.
Keywords : Bussiness of ‘Karak’ Industry, Profit Analyse, Efficiency, Risk, Surakarta
Description : 1. Student S1 of Agribussiness Faculty of Agriculture Sebelas Maret University
Surakarta with NIM H 0808095 2. Main Lecturer 3. Assistant Lecturer
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
5
I. PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung
pembangunan nasional. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri
dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani,
memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha.
Pembangunan pertanian dapat diupayakan melalui pengembangan
agribisnis. Menurut Arsyad, dkk dalam Soekartawi (2003) agribisnis adalah suatu
kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,
pengolahan hasil dan pemasaran yang ada kaitannya dengan pertanian dalam arti
luas. Pengolahan hasil pertanian menjadi salah satu sub sistem agribisnis.
Pentingnya kegiatan pengolah hasil pertanian didasari oleh beberapa alasan
diantaranya adalah dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen dan meningkatkan pendapatan
produsen.
Industri kecil merupakan salah satu komponen dari sektor industri
pengolahan hasil yang mempunyai andil sangat besar dalam menciptakan
lapangan pekerjaan di Indonesia. Salah satu usaha industri kecil yang berkembang
di Indonesia adalah di bidang pangan, salah satunya adalah usaha industri karak.
Karak yang juga dikenal dengan nama kerupuk gendar atau kerupuk nasi ini
terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta masyarakat kota pada umumnya,
termasuk di Kota Surakarta.
Usaha pembuatan karak di Kota Surakarta berupa industri skala kecil yang
masih berproduksi sampai sekarang menunjukkan kemampuan bersaing dengan
industri lainnya. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui dan
menganalisis usaha industri karak lebih lanjut.
5
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
6
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, yaitu
penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada
pada masa sekarang. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan,
kemudian dianalisis (metode ini sering disebut dengan metode analitik)
(Surakhmad, 1998. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan teknik survey,
yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan kuisioner.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive
(Singarimbun, 1995) yaitu di Kota Surakarta, dimana dipilih dua kecamatan
karena hanya di kedua kecamatan tersebut yang terdapat industri karak, yaitu
Kecamatan Laweyan di Kelurahan Pajang dan Kelurahan Jajar, serta Kecamatan
Jebres di Kelurahan Purwodiningratan dan Kelurahan Tegalharjo. Sampel
responden yang digunakan berjumlah 10 orang dan teknik pengambilan sampel
responden dengan metode sensus, yaitu mengambil secara keseluruhan obyek
penelitian yang ada di wilayah penelitian, yang terdiri dari responden industri
karak mentah dan responden industri karak matang. .
Metode analisis data yang digunakan antara lain:
1. Besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha industri karak di Kota
Surakarta dengan rumus:
Biaya :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Total Cost (biaya total) usaha industri karak (rupiah)
TFC = Total Fix Cost (biaya tetap) usaha industri karak (rupiah)
TVC = Total Variable Cost (biaya) variabel usaha industri karak (rupiah)
Penerimaan :
TR = Q x P
Dimana :
TR = Total Revenue (penerimaan total) usaha industri karak (rupiah)
6
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
7
Q = Quantity ( jumlah) karak yang dihasilkan (kg)
P = Price (harga) karak per kg (rupiah)
Dari hubungan antara biaya dan penerimaan, dapat dihitung keuntungan
dengan rumus :
π = TR – TC atau π = Q x P – (TFC + TVC)
Dimana :
π = keuntungan usaha industri karak (rupiah)
TR = Total Revenue (penerimaan total) usaha industri karak (rupiah)
TC = Total Cost (biaya total) usaha industri karak (rupiah)
Q = Quantity (jumlah) produksi karak (kg)
P = Price (harga) karak (rupiah)
TFC = Total Fix Cost (total biaya tetap) usaha industri karak (rupiah)
TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel) usaha industri karak
(rupiah)
Dengan diketahuinya nilai keuntungan, maka kita dapat menghitung
profitabilitasnya, yaitu dengan rumus :
Profitabilitas = %100 xTC
π
keterangan :
π = keuntungan usaha industri karak (rupiah)
TC = Total Cost (biaya total) usaha industri karak (rupiah)
2. Analisis efisiensi usaha industri karak di Kota Surakarta.
Efisiensi = R/C rasio
keterangan :
R = Revenue (penerimaan) usaha karak (rupiah)
C = Cost (biaya) yang dikeluarkan dari usaha karak (rupiah)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :
R/C > 1 berarti usaha industri karak yang dijalankan efisien.
R/C = 1 berarti usaha industri karak belum efisien atau usaha mencapai
titik impas.
R/C < 1 berarti usaha industri karak yang dijalankan tidak efisien.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
8
3. Analisis Risiko Usaha Industri Karak di Kota Surakarta.
Untuk menghitung risiko usaha, digunakan rumus :
CV = V E
Dimana :
CV = Coefficient of Variation (koefisien variasi) karak
V = simpangan baku keuntungan usaha industri karak
E = keuntungan rata–rata (mean) dari usaha industri karak (rupiah)
Keuntungan rata-rata dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
n
Ei
E
n
i∑
== 1
Dimana:
E = keuntungan rata–rata (mean) usaha karak (rupiah)
Ei = keuntungan usaha karak yang diterima oleh produsen (rupiah)
n = jumlah produsen karak (orang)
Selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode
analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :
V= 2V
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai
berikut:
V2 = )1(
)(1
21
−
−∑=
n
EEn
i
keterangan :
V2 = ragam
n = jumlah produsen karak (orang)
E = keuntungan rata-rata usaha karak (rupiah)
Ei = keuntungan usaha industri karak yang diterima produsen
(rupiah)
Untuk mengetahui batas bawah keuntungan usaha industri karak
digunakan rumus :
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
9
L = E – 2V
Dimana :
L = batas bawah keuntungan usaha karak
E = keuntungan rata–rata yang diperoleh usaha karak (rupiah)
V = simpangan baku usaha karak
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang harus
ditanggung semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa
produsen akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV ≥ 0,5 atau L ≤ 0 berarti
ada peluang akan menderita kerugian.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Identitas responden
Identitas rata-rata sepuluh responden usaha karak dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Identitas Rata-rata Responden Usaha Industri Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5
Umur reponden (th) Lama pendidikan (th) Jumlah anggota keluarga (org) Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan produksi (org) Lama mengusahakan (th)
46 12 4 2 12
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 1. menunjukkan bahwa umur rata-rata responden karak adalah
46 tahun, dengan rentang umur antara 38-60 tahun.Seluruh produsen karak
di Kota Surakarta pernah mengenyam pendidikan, walaupun pada tingkatan
yang berbeda–beda. Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh
produsen adalah 12 tahun atau setara dengan SMA (Sekolah Menengah
Atas), sehingga wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki responden
sudah cukup memadai. Jumlah rata-rata anggota keluarga pengusaha karak
adalah 4 orang, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang terlibat
9
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
10
dalam kegiatan produksi sebanyak 2 orang. Kegiatan usaha industri karak di
Kota Surakarta telah dijalankan selama 12 tahun, merupakan waktu yang
cukup lama sehingga pengalaman yang dimiliki responden pun juga cukup
banyak. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka responden akan
semakin mampu dalam menghadapi kendala-kendala selama kegiatan
industri ini berlangsung.
2. Usaha Industri Karak
Tabel 2. Status Usaha Industri Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 2.
Utama Sampingan
9 1
90 10
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa 90% usaha industri karak
berstatus sebagai usaha utama atau 9 industri karak, sedangkan 10%
berstatus usaha sampingan atau hanya 1 responden.
Tabel 3. Alasan Mengusahakan Usaha Industri Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. 2.
3. 4. 5.
Usaha warisan Lebih menguntungkan dari usaha lain Pengalaman sebagai buruh Tidak punya pekerjaan lain Lainnya
10 10 - - -
100 100
- - -
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2)
Seluruh responden karak di Kota Surakarta memiliki alasan yang
sama dalam mengusahakan industri ini yaitu karena merupakan usaha
warisan yang diperoleh secara turun-temurun dari keluarga dan juga dapat
menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
11
Tabel 4. Sumber Modal Usaha Industri Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. 2. 3. 4.
Modal sendiri Modal pinjaman
Bantuan orang lain Lainnya
10 - - -
100 - - -
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer
Mengenai hal permodalan, seluruh responden karak mengusahakan
usaha industri karaknya dengan menggunakan modal sendiri, karena jika
meminjam di bank memerlukan proses yang cukup lama dengan adanya
syarat-syarat tertentu.
Tabel 5. Tempat Untuk Melakukan Usaha Industi karak
No Uraian Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. 2. 3.
Khusus tempat industri Rumah sekaligus tempat industri Lainnya
1 9 -
10 90 -
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer
Tempat untuk melakukan kegiatan produksi karak sebagian besar
responden atau 90% responden dilakukan di rumah, dimana rumah
dijadikan sekaligus sebagai tempat usaha industri. Sementara 1 responden
atau 10% nya memiliki tempat usaha yang terpisah, tetapi hanya berjarak
500 m dari rumahnya.
Tabel 6. Frekuensi Produksi Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. 2. 3.
Tiap hari (kecuali hari Minggu) 2 hari sekali Lainnya
10 - -
100 - -
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer
Seluruh produsen karak memproduksi karaknya selama 6 hari
kerja, terkecuali hari Minggu. Hal ini dimaksudkan agar para tenaga
kerjanya memiliki waktu untuk beristirahat meskipun hanya satu hari.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
12
3. Bahan Baku Karak
Tabel 7. Pengadaan Bahan Baku Industri Karak di Kota Surakarta
No Uraian Jumlah (responden)
Persentase (%)
1. Pengadaan bahan baku a. Hasil sendiri b. Pedagang c. Lainnya Jumlah
-
10 -
10
-
100 -
100 2. Tempat pembelian
a. Pasar b. Toko pusat grosir (Selepan) c. Lainnya Jumlah
9 1
10
90 10
100 3. Sistem pengadaan
a. 1 kali produksi b. Lebih dari 1 kali produksi Jumlah
1 9 10
10 90 100
4. Cara pembayaran a. Kontan b. Bayar di belakang
c. Lainnya Jumlah
10 - -
10
100
- -
100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3)
Bahan baku yang digunakan dalam industri karak adalah beras C4.
Alasan penggunaan beras C4, karena beras ini memiliki sifat lebih mudah
mekar dibandingkan dengan beras lain, sehingga saat proses penggorengan
karak bisa mengembang karena hal tersebut.
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dalam pengadaan bahan baku
10 responden atau 100% mengandalkan pedagang. Pumumnya produsen
memperoleh bahan baku dari pasar dan toko pusat grosir. Sebanyak 90%
responden atau 9 responden lebih memilih membeli untuk lebih dari satu
kali produksi, biasanya untuk persediaan dua minggu hingga satu bulan ke
depan. Hal ini dikarenakan agar tetap memiliki stok bahan baku dan
menghindari kemungkinan kenaikan harga beras di waktu mendatang karena
industri karak ini berproduksi hampir setiap hari. Sementara 1 responden
lainnya memilih membeli untuk 1 kali produksi karena modal yang terbatas
sehingga modal diputar setiap harinya. Seluruh atau 100% responden
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
13
menggunakan sistem kontan dalam pembayaran bahan baku yang digunakan
dalam menjalan usaha industri karaknya.
4. Peralatan Industri Karak
Usaha industri karak di Kota Surakarta selain membutuhkan bahan
baku dan bahan penolong, juga membutuhkan peralatan dalam menjalankan
proses produksinya. Peralatan yang digunakan usaha industri karak matang
sebagian besar masih bersifat sederhana dan tradisional, seperti
pawonan/tungku, panci, dandang, alu dan lumpang, pisau, anjang, wajan
dan serok. Sementara industri karak mentah yang telah menggunakan mesin
pencetak dan mesin penggiling.
5. Proses Produksi Pembuatan Karak
Karak yang diproduksi di Kota Surakarta dibagi dalam 2 jenis, yaitu
produksi karak mentah dan produksi karak matang. Industri yang menjual
karaknya secara mentah memproduksi karak dengan ukuran 8cm x 4cm,
sementara untuk karak matang berukuran 6cm x 4 cm. Proses pembuatan
karak dimulai dengan persiapan bahan-bahan, seperti beras C4, tepung
tapioka, bleng, bawang putih, serta terasi dan ikan tengiri sebagai
penambah/penyedap rasanya. Industri karak mentah menggunakan 60 kg
beras setiap harinya, dan setiap 10 kg beras dicampur dengan 3 kg tepung
tapioka. Pencampuran beras dengan tepung tapioka ini bertujuan agar karak
memiliki tektur yang lebih lembut, sementara untuk industri karak matang
tanpa campuran bahan lain.
Mula-mula dilakukan pencucian beras kemudian beras dimasukkan
ke dalam dandang yang telah diisi air. Setelah beras setengah masak sekitar
15 menit kemudian dikeluarkan untuk dicampur dengan bumbu-bumbu
yang tadi telah disiapkan (dikaru). Proses pencampuran ini dilakukan di
panci yang telah diisi air yang telah mendidih. Kemudian dilakukan
pengadukan terus menerus selama kira-kira 20-30 menit agar bumbu
bercampur dan meresap merata ke dalam beras sampai beras agak masak.
Setelah diperkirakan cukup, kemudian beras tersebut dilakukan pengukusan
kembali di dalam dandang hingga menjadi nasi dengan estimasi waktu 15-
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
14
20 menit. Adonan yang telah matang kemudian dihaluskan dengan mesin
penggiling. Proses ini membutuhkan waktu antara 3-5 menit. Setelah
selesai, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak karak untuk
dilakukan pencetakan, hasil cetakan yang panjang kemudian dipotong
menggunakan pisau dengan panjang 8 cm setiap karaknya. Hasil dari
adonan yang telah selesai dicetak dan diiris tersebut kemudian ditata rapi
dan dijemur di atas anjang. Penjemuran biasanya dilakukan di halaman
rumah,karena industri karak mentah melakukan kegiatan produksinya di
rumah. Setelah karak selesai dijemur dan benar-benar kering, industri karak
mentah dapat langsung dilakukan pengemasan dengan plastik. Produk karak
mentah dikemas dalam ukuran 1,5 ons dan dijual dengan harga Rp.3.000,00
per bungkus atau Rp.20.000,00 per kg. sementara industri karak matang
diteruskan dengan kegiatan penggorengan karak. Penggorengan karak
dilakukan 2 kali, agar karak dapat mengembang dengan sempurna dan
mendapatkan warna yang bagus yaitu kuning kecoklatan. Setelah dilakukan
penggorengan ± 1 hingga 2 menit, kemudian karak ditiriskan, lalu dikemas
dengan kemasan per 1 kg. harga karak matang per kg antara Rp.22.000,00
hingga Rp.23.000,00.
6. Pemasaran Daerah pemasaran karak di Kota Surakarta meliputi pasar-pasar
tradisional, warung-warung makan, serta toko oleh-oleh. Ada juga yang
daerah pemasarannya sudah merambah ke daerah-daerah luar kota seperti
Boyolali, Jakarta, Surabaya, Magelang, Temanggung dan lain sebagainya.
Sistem pemasaran produk karak untuk dalam kota menggunakan
sistem pemasaran dengan saluran vertikal dimana pada sistem ini produsen,
grosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Grosir dan pengecer
merupakan pedagang perantara dimana merupakan pembeli/konsumen karak
yang datang langsung ke tempat usaha industri untuk membeli. Sistem ini
dilakukan secara langsung, artinya pedagang perantara yang akan menjual
kembali karaknya membeli langsung karak yang dibutuhkan secara kontan,
sehingga produsen tidak menanggung risiko selanjutnya apabila karak yang
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
15
dibeli pedagang perantara dari produsen tidak habis dalam satu hari.
Sementara apabila ada pesanan untuk luar kota dilakukan dengan perantara
agen pemasaran, seperti JNE, Tiki dan lain sebagainya. Karak dikirim
dengan paket melalui jasa agen-agen pengiriman barang yang terpercaya,
sehingga barang dapat sampat tanpa rusak dan tepat waktu, sehingga
konsumen luar kota pun merasa puas.
Usaha industri karak khususnya di Kota Surakarta tidak terlalu
bermasalah dengan persaingan, karena menurut mereka, setiap usaha
industri karak telah memiliki pangsa atau target pasar masing-masing,
sehingga tidak perlu was-was akan adanya ‘perebutan’ daerah pemasaran,
karena masing-masing telah memiliki pembeli atau konsumen tetap..
7. Analisis Usaha
a. Analisis Biaya
1) Biaya Tetap
Tabel 8. Rata-rata Biaya Tetap Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012.
No Uraian Karak mentah Karak matang
Rata-rata per responden
(Rp)
Persentase (%)
Rata-rata per
responden (Rp)
Persentase (%)
1. 2.
Penyusutan peralatan Bunga modal investasi
145.762
283.892
33,92
66,08
67.807
61.506
52,44
47,56
Jumlah 429.654 100 129.313 100
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 8. menunjukkan bahwa pada Bulan Maret 2012 biaya
bunga modal investasi merupakan biaya tetap terbesar pada industri
karak mentah dengan rata-rata per industri Rp.283.892,00. Sementara
untuk industri karak matang, biaya ini menempati posisi kedua sebesar
Rp.61.506,00. Biaya ini merupakan nilai bunga atas modal yang
dimiliki oleh produsen. Suku bunga riil yang digunakan dalam
perhitungan pada Bulan Maret 2012 ada sebesar 1,1% karena
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
16
penelitian menggunakan data bulan tersebut. Proporsi biaya kedua
industri karak mentah adalah biaya penyusutan peralatan yakni
Rp.145.762,00 atau 33,92%. Sementara untuk industri karak matang
biaya ini merupakan biaya tetap terbesar yaitu Rp.67.807,00 atau
52,44%. Biaya penyusutan alat dan biaya bunga modal investasi
sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha industri
karak, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan konsep
keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan.
2) Biaya Variabel
Tabel 9. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak Mentah Karak Matang
Fisik Rata-rata per responden
(Rp)
Persentase (%)
Fisik Rata-rata per responden
(Rp)
Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bahan baku a. Beras C4 b. Tepung
tapioka Bahan penolong a. STTP/Bleng b. Bawang putih
c. Penyedap rasa 1) Terasi 2) Tengiri d.Minyak goreng Bahan bakar
a. Kayu bakar b. Gas elpiji
Transportasi (bensin) Kemasan Tenaga kerja
1.620 kg 486 kg
47,7 kg 26,1 kg
15 kg 9 kg
- - -
27 liter
21.600lb
12.150.000 3.159.000
66.780 243.600
292.500 315.000
- -
2.220.300 121.500
1.058.400 2.993.333
53,71 13,96
0,3 1,08
1,29 1,39
- -
9,81 0,54
4,68 13,24
1658,57k
g
-
49,05 kg 6,75 kg 20,82 kg
- -
662,24kg 95 ikat
- 19,3 liter
1.635 lbr
12.439.286
-
68.680 94.500 93.729
- -
6.489.980
1.420.714 385.714 86.786
221.014
4.242.143
48,70
-
0,27 0,37 0,36
- -
25,41
5,56 1,51 0,34
0,87 16,61
Jumlah 22.620.413 100 25.542.546 100
Sumber : Analisis Data Primer
Besarnya biaya variabel selama Bulan Maret 2012 dalam
industri karak baik mentah maupun matang berkisar antara
Rp.11.639.625,00-Rp.35.446.200,00. Perbedaan ini terutama
dikarenakan adanya variasi dalam hal kapasitas penggunaan bahan
baku, bahan penolong, tenaga kerja dan variabel lain yang digunakan.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
17
Kisaran biaya penggunaan biaya bahan baku untuk 10 reponden yaitu
antara Rp.6.075.000,00-Rp.16.200.000,00. Berdasarkan Tabel 9
diketahui bahwa rata-rata biaya variabel per responden industri karak
mentah di Kota Surakarta pada Bulan Maret 2012 sebesar
Rp.22.620.421,00 dan untuk industri karak matang sebesar
Rp.25.542.546,00. Besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh jumlah
produk yang dihasilkan.
3) Biaya Total
Tabel 10. Rata-rata Biaya Total Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang Rata-rata
per responden
(Rp)
Persentase (%)
Rata-rata per
responden (Rp)
Persentase (%)
1. 2.
Total biaya tetap Total biaya variabel
429.654 22.620.421
1,86 98,14
129.313 25.542.546
0,5 99,5
Biaya Total 23.050.075 100 25.671.859 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa rata-rata biaya total per
industri karak mentah di Kota Surakarta pada bulan Maret 2012
sebesar Rp.23.050.075,00 untuk industri karak mentah dan sebesar
Rp.25.671.859,00 untuk industri karak matang. Biaya terbesar yang
dikeluarkan responden adalah biaya variabel, hal ini karena besarnya
biaya variabel yang dikeluarkan dipengaruhi oleh banyaknya produk
yang dihasilkan. Artinya semakin banyak produk yang dihasilkan
maka biaya variabel juga semakin meningkat.
b. Penerimaan dan Keuntungan
Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang 1. 2.
Rata-rata produksi (kg) Rata-rata harga (Rp)
1.512 20.000
1524 22.286
Rata-rata penerimaan (Rp) 30.240.000 34.020.000
Sumber : Analisis Data Primer
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
18
Penerimaan dalam industri karak di Kota Surakarta berasal dari
penerimaan karak mentah oleh tiga responden dan tujuh responden
lainnya mendapatkan penerimaan dari karak matang yaitu karak yang
telah digoreng. Produksi karak baik matang maupun mentah yang
dihasilkan dalam bulan penelitian berkisar antara 780 kg-2.080 kg per
bulannya, dengan rata-rata produksi karak mentah 1.512 kg dan karak
matang 1.524 kg.
Harga yang ditentukan masing-masing produsen bervariasi,
karak mentah dijual Rp.20.000,00 per kg sedangkan karak matang
antara Rp.22.000,00 hingga Rp.23.000,00 per kg. Selisih harga karak
mentah dan matang tidak terlalu besar, hanya berkisar antara
Rp.2.000,00 hingga Rp.3.000,00. Hal ini karena karak mentah sudah
menggunakan kemasan dan labeling yang rapi dalam pemasarannya
sehingga biaya kemasan untuk karak mentah cukup diperhatikan,
selain itu karak mentah memiliki tiga rasa yaitu rasa bawang, terasi
dan juga tengiri. sementara karak matang hanya memproduksi rasa
original yaitu rasa bawang dan pengemasannya hanya menggunakan
plastik tipis dan tanpa label/merk produk.
Penerimaan yang diperoleh produsen berkisar antara
Rp.16.038.000,00-Rp.47.196.000,00. Hasil penerimaan rata-rata tiga
industri karak mentah yang didapat dalam setiap bulannya adalah
Rp.30.240.000,00, sementara penerimaan tujuh industri yang menjual
karaknya secara matang yaitu sebesar Rp.34.020.000,00.
Tabel 12. Rata-rata Keuntungan Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang 1. 2.
Penerimaan total (Rp) Biaya total (Rp)
30.240.000 23.050.075
34.020.000 25.671.859
Keuntungan 7.189.925 8.348.141
Sumber : Analisis Data Primer
Biaya total yang dikeluarkan industri karak mentah sebesar
Rp.23.050.075,00 dan penerimaan rata-rata yang dihasilkan sebesar
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
19
Rp.30.240.000,00. Dengan demikian, keuntungan rata-rata per
responden sebesar Rp.7.189.925,00. Sementara untuk karak matang
menghasilkan penerimaan sebesar Rp.34.020.000,00 dengan biaya
total Rp.25.671.859,00 sehingga dihasilkan keuntungan rata-rata
sebesar Rp.8.348.141. Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka
dapat dihitung besarnya profitabilitas industri karak di Kota Surakarta.
c. Profitabilitas
Tabel 13. Rata-rata Profitabilitas Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang 1. 2.
Keuntungan Biaya total
7.189.925 23.050.075
8.348.141 25.671.859
Profitabilitas 31,19 % 32,53 %
Sumber : Analisis Data Primer
Keuntungan yang diperoleh produsen karak per bulan dalam
penelitian ini berkisar antara Rp.4.066.744,00-Rp.11.642.219,00.
Kegiatan usaha industri karak di Kota Surakarta memiliki nilai
profitabilitas atau tingkat keuntungan sebesar 31,19% untuk karak
mentah yang berarti setiap modal sebesar Rp.100,00 yang
diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp.31,19. Sementara
profitabilitas untuk industri karak matang sebesar 32,53%.
Berdasarkan kriteria yang digunakan, usaha industri karak sudah
menguntungkan karena nilai profitabilitasnya lebih dari 0. Hal ini
sesuai dengan pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian,
yaitu usaha industri karak di Kota Surakarta menguntungkan.
c. Efisiensi Usaha
Tabel 14. Efisiensi Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang 1. 2.
Penerimaan Biaya total
30.240.000 23.050.075
34.020.000 25.671.859
Efisiensi 1,31 1,33
Sumber : Analisis Data Primer
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
20
Tabel 14. menunjukkan bahwa efisiensi usaha industri karak
mentah di Kota Surakarta selama bulan Maret 2012 adalah sebesar
1,31 dan untuk usaha industri karak matang menunjukkan efisiensi
sebesar 1,33. Nilai 1,31 bahwa setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan
dalam suatu kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar
1,31 kali dari biaya yang telah dikeluarkan, begitupun dengan nilai
efisiensi 1,33.
Berdasarkan kriteria yang digunakan, dapat diketahui bahwa
usaha industri karak yang telah dijalankan di Kota Surakarta sudah
efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu.
Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan
yang akan diperoleh pengusaha. Hal ini sesuai dengan pendugaan
yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha industri karak di
Kota Surakarta efisien. Risiko Usaha serta Hubungan Antara Besarnya
Risiko dengan Keuntungan
f. Risiko Usaha
Tabel 15. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Industri Karak di Kota Surakarta Bulan Maret 2012
No Uraian Karak mentah Karak matang 1. 2. 3. 4.
Keuntungan Simpangan baku Koefisien variasi Batas bawah keuntungan
7.189.925 1.325.640,69
0,18 4.538.643,62
8.383.141 6.533.605,29
0,77 -4.684.069,68
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 15. menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang
diterima pengusaha industri karak mentah di Kota Surakarta selama
bulan Maret 2012 adalah sebesar Rp.7.189.925,00. Menurut
perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya
simpangan baku yaitu sebesar Rp.1.325.640,69. Koefisien variasi
dari usaha industri karak mentah sebesar 0,18. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha industri karak mentah tersebut memiliki risiko kecil
karena nilai koefisien variasi (CV) yang diperoleh lebih kecil dari
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
21
standar koefisien variasi yaitu 0,5. Hal ini sesuai dengan pendugaan
yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha industri karak
di Kota Surakarta memiliki risiko kecil.
Hasil lain didapatkan dari industri karak matang. Industri ini
memperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp.8.383.141,00, dengan
simpangan baku Rp. 6.533.605,29. Nilai koefisien variasi (CV) yang
dihasulkan sebesar 0,77. Hal ini menunjukkan bahwa usaha industri
karak matang tersebut berisiko tinggi, karena nilai koefisien variasi
yang diperoleh lebih besar dari standar koefisien variasi yaitu 0,5.
Menurut Hernanto (1993), semakin tinggi nilai CV, maka risiko yang
ditanggung juga semakin besar. Batas bawah keuntungan industri ini
sebesar -Rp 4.684.069,68. Angka ini menunjukkan bahwa pengusaha
industri karak matang di Kota Surakarta harus berani menanggung
kerugian sebesar Rp.4.684.069,68. Hal ini tidak sesuai dengan
pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha
industri karak di Kota Surakarta memiliki risiko kecil.
Besarnya nilai risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha
industri karak matang di Kota Surakarta tersebut juga dikarenakan
adanya berbagai risiko yang ada, antara lain :
a. Risiko Harga
Risiko usaha yang terkadang dihadapi oleh usaha industri
karak matang yaitu harga bahan baku yaitu beras C4 yang
terkadang naik. Harga bahan baku khususnya beras terkadang
mengalami kenaikan sekitar Rp.300-Rp.1500. Saat bulan
penelitian yaitu Maret 2012, harga beras C4 cukup stabil yaitu
Rp.7.500,00 per kg. pada beberapa bulan lalu tepatnya awal
tahun 2012, harga beras C4 sempat mengalami kenaikan
menjadi Rp.8.500,00 per kg, kemudian beberapa saat
selanjutnya turun menjadi Rp.8.000,00 per kg nya. Dengan
adanya kenaikan harga tersebut, pengusaha karak terpaksa harus
mengeluarkan biaya yang lebih banyak sehingga menyebabkan
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
22
kenaikan biaya bahan baku (biaya variabel) yang nantinya
menyebabkan penuruan keuntungan yang diperoleh pengusaha
karak.
b. Risiko Produksi
Risiko produksi biasanya terjadi saat penjemuran, karena
dalam pengeringannya, karak dilakukan dengan cara tradisional
yaitu dengan panas dari cahaya matahari. Jika cuaca mendung
atau musim penghujan, proses pengeringan atau penjemuran
karak membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 1 hingga 2
hari.
c. Risiko lain
Para pengusaha karak terkadang tidak melakukan
pembukuan secara lebih rinci tentang biaya dan penerimaan
yang diperoleh tiap periode produksi, sehingga tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya-biaya manakah yang masih dapat
ditekan lebih kecil lagi.
B. Kendala-Kendala Usaha Industri Karak di Kota Surakarta dan Solusi
Pemecahan Masalahnya
Salah satu kendala yang dihadapi oleh responden industri karak di
Kota Surakarta adalah harga bahan baku dan bahan penolong yang terkadang
tidak stabil, terkadang naik dan terkadang turun.Sejauh ini, langkah yang
dilakukan responden adalah memproduksi dalam kapasitas yang tetap, tetapi
dengan mengurangi volume, yaitu dengan mempertipis karak tetapi tetap
mempertahankan mutu dan rasa karaknya.
Kendala lainnya adalah industri karak matang masih menggunakan
peralatan sederhana dan tradisional, sehingga waktu yang dibutuhkan dalam
pembuatan/produksi karak juga lebih lama dibandingkan dengan
menggunakan mesin, misalnya mesin penggiling seperti pada industri karak
mentah. Sejauh ini hal yang dapat dilakukan pengusaha industri karak matang
dalam mengatasinya adalah dengan peningkatan kemampuan fisik dan
ketrampilan tenaga kerjanya dengan efektif.
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis usaha industri karak di Kota
Surakarta yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rata-rata biaya total industri karak mentah di Kota Surakarta yang
dikeluarkan selama Bulan Maret 2012 sebesar Rp.23.050.075,00.
Rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar dengan Rp.30.240.000,00
sehingga rata-rata keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7.189.925,00.
Sedangkan rata-rata biaya total industri karak matang sebesar
Rp.25.671.859,00 dengan rata-rata penerimaan Rp.34.020.000,00 sehingga
rata-rata keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.8.348.141,00.
Profitabilitas usaha industri karak mentah di Kota Surakarta sebesar
31,19% dan industri karak matang sebesar 32,53%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha industri karak di Kota Surakarta
menguntungkan.
2. Usaha industri karak di Kota Surakarta memiliki nilai R/C >1 yaitu sebesar
1,31 untuk industri karak mentah dan 1,33 untuk industri karak matang.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha industri karak yang dijalankan sudah
efisien.
3. Usaha industri karak mentah di Kota Surakarta mempunyai nilai koefisien
variasi (CV) < 0,5 yaitu 0,18 dan nilai batas bawah keuntungan (L) yang
positif (>0) yaitu sebesar Rp.4.538.643,62 yang berarti bahwa usaha
industri karak mentah memiliki risiko kecil. Sementara untuk industri
karak matang dengan nilai koefisien variasi 0,77 dan batas bawah
keuntungan sebesar -Rp.4.684.069,58 (L < 0) berarti bahwa industri
tersebut berpeluang mengalami risiko kerugian yang tinggi, karena nilai
CV lebih besar dari standar yang telah ditentukan yaitu 0,5.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan antara
lain:
23
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
24
1. Ada baiknya industri karak matang melakukan pengemasan yang lebih
baik seperti pada industri karak mentah, seingga akan menghasilkan
tampilan yang lebih bagus dan harga jual dapat ditingkatkan, dengan
begitu keuntungan juga dapat meningkat.
2. Ada baiknya industri karak matang juga menggunakan mesin penggiling
seperti yang dilakukan industri karak mentah, sehingga waktu yang
dilakukan dalam kegiatan produksi menjadi lebih efisien, dan biaya tenaga
kerja tidak terlalu besar, karena telah tergantikan oleh mesin
3. Meskipun usaha industri kecil karak yang dijalankan di Kota Surakarta
sudah efisien, sebaiknya pengusaha melakukan manajemen keuangan yang
lebih baik lagi sehingga efisiensi yang lebih tinggi masih memungkinkan
untuk diperoleh, misalnya dengan cara menekan biaya produksi, sehingga
akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Hernanto. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Singarimbun, M. Dan Efendi.1995. Metode Penelitian Survey. LP3S. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
24
e-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713 - http://agribisnis.fp.uns.ac.id Copyright © 2012 Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta