e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret...

16
1 Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu Sistem Informasi Kesehatan Hewan Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tim Redaksi: Penanggung Jawab: drh. Boethdy Angkasa, M.Si Kontributor: drh. M. M. Hidayat, M. Sc; AIPEID Penyunting: drh. Albertus T. Muljono, M. Sc Penerjemah: AIPEID Desain Grafis: Nanda Aprilia Fotografi: Dokumentasi AIPEID Daftar Isi Volume 3 | Maret 2018 e-Buletin iSIKHNAS Gedung C Lantai 9, Kementerian Pertanian, Ragunan. Jakarta Selatan - Indonesia Telp: +62 21 7815783 Email: [email protected] http://keswan.ditjenpkh.pertanian.go.id/ Lembar Fakta iSIKHNAS 3 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis 4 Program Percepatan Peningkatan Populasi Ternak Sapi dan Kerbau (SIWAB) 9 Pemotongan Ternak di RPH 10 Analisis Data iSIKHNAS 11 Informasi apa yang dapat diperoleh dari kegiatan surveilans helmintiasis di Kalimantan Barat? 11 Apa pengaruh ras sapi betina terhadap tingkat kehamilan setelah inseminasi buatan pertama? 12 Apa yang kita ketahui tentang pelaporan HPAI di Indonesia? 13 Siapa saja pengguna situs web iSIKHNAS? 15

Transcript of e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret...

Page 1: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

1

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Sistem Informasi Kesehatan HewanDirektorat Kesehatan HewanDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tim Redaksi:

Penanggung Jawab: drh. Boethdy Angkasa, M.SiKontributor: drh. M. M. Hidayat, M. Sc; AIPEIDPenyunting: drh. Albertus T. Muljono, M. ScPenerjemah: AIPEIDDesain Grafis: Nanda ApriliaFotografi: Dokumentasi AIPEID

Daftar Isi

Volume 3 | Maret 2018

e-Buletin iSIKHNAS

Gedung C Lantai 9, Kementerian Pertanian, Ragunan. Jakarta Selatan - IndonesiaTelp: +62 21 7815783Email: [email protected]://keswan.ditjenpkh.pertanian.go.id/

Lembar Fakta iSIKHNAS 3

Kewaspadaan Dini

Penyakit Hewan Menular Strategis 4

Program Percepatan Peningkatan Populasi

Ternak Sapi dan Kerbau (SIWAB) 9

Pemotongan Ternak di RPH 10

Analisis Data iSIKHNAS 11

• Informasi apa yang dapat diperoleh dari kegiatan

surveilans helmintiasis di Kalimantan Barat? 11

• Apa pengaruh ras sapi betina terhadap tingkat kehamilan

setelah inseminasi buatan pertama? 12

• Apa yang kita ketahui tentang pelaporan HPAI di

Indonesia? 13

• Siapa saja pengguna situs web iSIKHNAS? 15

Page 2: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

2

Buletin ini menyediakan informasi singkat mengenai kegiatan dan juga laporan yang masuk ke dalam Sistem Informasi Peternakan dan Kesehatan Hewan (iSIKHNAS) selama Februari 2018. Untuk Informasi lebih lengkap, silakan akses www.isikhnas.com menggunakan akun anda.

Page 3: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

3Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Lembar Fakta

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu (iSIKHNAS) mengumpulkan data dari lapangan dan segera menyediakannya bagi para pemangku kepentingan di berbagai tingkat. Berbagai laporan dan analisis data disampaikan secara otomatis dalam bentuk yang bermakna dan dapat segera dimanfaatkan. Integrasi berbagai sistem pengelolaan informasi memperkuat data dalam iSIKHNAS dan memberi manfaat lebih besar bagi para pengambil keputusan.

TENTANG ISIKHNAS

iSIKHNAS menerima 2 juta SMS per bulan, atau 1 SMS per 2 detik.

www.iSIKHNAS.com menampung 1 log-in per 2 detik atau sekitar 1500 log-in per hari.

Ada 477 jenis laporan dalam iSIKHNAS, antara lain: • penyakit umum• sindrom prioritas • pengobatan• perkembangan kasus• investigasi penyakit• lalu-lintas hewan • pemotongan hewan• uji laboratorium• program surveilans• program vaksinasi• populasi hewan • identifikasi hewan • inseminasi buatan • pemeriksaan kebuntingan • kelahiran dan keguguran• distribusi nitrogen cair dan semen beku • stok bibit hijauan dan konsentrat pakan ternak• asuransi hewan

5 provinsi dengan jumlah laporan SMS terbanyak (s.d. 20 Maret 2018): Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra Utara.

Jumlah pengguna: • Non-peternak : 19.592 orang• Peternak : 3.262.333 orang

PRINSIP DAN MANFAAT ISIKHNAS

• iSIKHNAS dirancang untuk mudah dioperasikan dan dengan menggunakan teknologi sehari-hari.

• Integrasi data membuat berbagai data terhubung dan menghasilkan informasi yang baik, jelas, dan kuat untuk mendukung pengambilan keputusan.

• Otomatisasi laporan dan analisis memungkinkan petugas berfokus pada tugas-tugas utamanya dalam pengendalian penyakit dan peningkatan kesehatan hewan.

• Perekaman dan penyampaian data real-time menciptakan transparansi serta mempercepat respons

• Perekaman data semua penyakit memberikan peta penyakit di semua tingkat, pada setiap saat.

• Data yang tersedia merupakan data individual (data disagregat), dan bukannya data terangkum, sehingga memudahkan analisis dan tinjauan terhadap data.

• Data terkirim dalam bentuk yang terstandarkan dapat langsung diolah tanpa perlu dilakukan pembersihan data terlebih dahulu.

• Setiap orang yang mengirimkan laporan sms kepada iSIKHNAS harus turut merasakan manfaatnya – antara lain dengan tidak lagi harus menyusun dokumen-dokumen yang dapat diproduksi secara otomatis oleh iSIKHNAS.

APLIKASI PENDUKUNG

Untuk memudahkan pengguna mengirimkan laporan, telah dikembangkan dua aplikasi pendukung bagi mereka yang menggunakan telepon cerdas: • Aplikasi iSIKHNAS, yang memungkinkan pelapor mengirimkan

laporan dengan mengklik pilihan-pilihan pada serangkaian menu.• Aplikasi AIM (Animal Identification Management), yang

membantu pelaporan ternak dengan identifikasi individual.

Laporan SMS

Laporan Web Email

Sharing Data: Infolab; iSIKHNAS;

IVM OnlineSpreadsheets

iSIKHNAS

SMS

Page 4: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

4

Kewaspadaan DiniPenyakit Hewan Menular StrategisKolom ini menyediakan laporan dari gejala klinis, diagnosis banding, maupun diagnosis definitif dari petugas lapangan. Laporan dari petugas lapangan ini dapat dijadikan sebagai kewaspadaan dini dari setiap kabupaten/kota dan provinsi.

(Laporan iSIKHNAS No. 1 dan No. 26)

AVIAN INFLUENZA - HPAILaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

Kalimantan Selatan Tanah Laut

Lampung Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Pringsewu, Tanggamus

Sulawesi Selatan Sindeng Rappang Maros, Wajo

Sumatera Selatan Muara Enim

Page 5: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

5Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

RABIESLaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

Bali Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, Jembrana, Karang Asem, Tabanan

Jawa Barat Bandung

Kalimantan Barat Landak

Kalimantan Selatan Balangan Banjar, Banjarbaru, Hulu Sungai Selatan

Nusa Tenggara Timur Ende, Nagekeo

Riau Bengkalis Kampar

Sulawesi Selatan Kota Palopo, Pangkajene Kepulauan, Selayar, Sinjai Enrekang, Maros, Tana Toraja, Toraja Utara

Sumatera Barat Agam, Lima Puluh Koto, Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Sijunjung

Sumatera Selatan Muara Enim

Page 6: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

6

BRUCELLOSISLaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

Jawa Tengah Pati

Jawa Timur Kota Probolinggo

Sulawesi Selatan Gowa

Lampung Lampung Tengah

Page 7: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

7

JEMBRANALaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

Bengkulu Bengkulu Utara, Mukomuko

Jawa Tengah Banyumas

Riau Dumai Kampar

Jambi Batanghari, Sarolangun, Tebo

Sumatera Selatan Musi Rawas Muara Enim

Kalimantan Selatan Tanah Laut

Kalimantan Tengah Kapuas

Lampung Lampung Tengah

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Page 8: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

8

HOG CHOLERALaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

Sulawesi Tengah Sigi

ANTHRAXLaporan Dugaan Kasus Positif Laporan Kasus Positif

Provinsi Kabupaten Kabupaten

DI Yogyakarta Sleman

Sulawesi Selatan Bone

Page 9: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

9Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Laporan ini dapat digunakan untuk membandingkan data yang masuk ke dalam iSIKHNAS dengan target yang telah disepakati. Bagi Provinsi yang belum mencapai target, agar dapat ditelusuri apakah memang kegiatan dilapangan belum optimal atau pelaporan ke ISIKHNAS yang belum optimal. Pelatihan pengguna dan pelaporan susulan melalui spreadsheet dapat menjadi solusi untuk perbaikan pelaporan ke ISIKHNAS.

Catatan: 0 pada data iSIKHNAS merupakan (-), yaitu tidak ada laporan.

Program Percepatan Peningkatan Populasi Ternak Sapi dan Kerbau (SIWAB)Laporan iSIKHNAS No. 337

Provinsi Inseminasi Buatan Pemeriksaan Kebuntingan Kelahiran Abortus

Aceh 2.801 2.281 1.217 8

Sumatra Utara 10.818 7.255 2.193 15

Sumatra Barat 9.279 4.928 2.606 24

Riau 2.969 2.685 1.147 31

Jambi 1.593 789 582 2

Sumatra Selatan 3.711 1.238 561 6

Bengkulu 842 471 255 5

Lampung 20.938 10.969 4.205 25

Bangka Belitung 134 173 46 0

Kepulauan Riau 57 82 59 0

Dki Jakarta 143 21 14 0

Jawa Barat 14.869 8.846 4.603 109

Jawa Tengah 69.837 13.584 7.522 76

Di Yogyakarta 13.440 5.149 2.498 41

Jawa Timur 162.239 64.889 14.086 85

Banten 268 245 91 0

Bali 8.577 3.423 1.374 2

Nusa Tenggara Barat 7.477 7.329 3.080 10

Nusa Tenggara Timur 209 317 21 0

Kalimantan Barat 2.410 1.536 913 6

Kalimantan Tengah 460 181 205 3

Kalimantan Selatan 2.093 1.598 1.190 7

Kalimantan Timur 787 664 411 2

Kalimantan Utara 135 32 98 3

Sulawesi Utara 404 141 89 0

Sulawesi Tengah 3.225 1.189 540 3

Sulawesi Selatan 7.346 4.049 1.543 34

Sulawesi Tenggara 2.020 1.260 832 0

Gorontalo 688 340 335 1

Sulawesi Barat 882 462 156 25

Maluku 80 17 8 0

Maluku Utara 272 613 218 0

Papua Barat 103 137 9 1

Papua 109 60 51 0

Total 351.215 146.953 52.758 524

Page 10: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

10

Pemotongan Ternak di RPH

Sebaran pemotongan ternak di RPH.

Jumlah dan komposisi ternak besar dipotong di RPH.

Laporan iSIKHNAS No. 122 dan 213

37

33.472

19.091

1.3311.049

701

13.095

Page 11: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

11Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Analisis Data iSIKHNAS1. Informasi apa yang dapat diperoleh dari kegiatan surveilans helmintiasis di Kalimantan Barat?

Helmintiasis merupakan diagnosis banding pada sapi yang paling sering dilaporkan di Kalimantan (lihat Studi 14 untuk melihat data klinis). Surveilans untuk mendeteksi keberadaan organisme ini terus dilakukan di provinsi Kalimantan Barat. Studi ini meringkas hasil kegiatan tersebut dalam rentang waktu dua tahun terakhir.

METODOLOGI

Studi ini mengambil data iSIKHNAS yang diperoleh dari laboratorium di Kalimantan Barat pada periode 1 Juni 2015 hingga 31 Mei 2017 dengan menggunakan laporan Web nomor 107. Aplikasi Excel digunakan untuk memilih data yang relevan: Studi ini hanya menggunakan sampel yang dikirim untuk keperluan uji helmintiasis (cestoda, nematoda, dan/atau trematoda) dalam rangka pelaksanaan surveilans.

HASIL DAN INTERPRETASI

Sebanyak 1.217 sampel surveilans menjalani uji helmintiasis selama periode studi ini. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, spesies utama yang disertakan adalah sapi (91%) dengan jenis sampel utama berupa feses (91%).

Sebanyak 1.883 pengujian telah dilakukan terhadap sampel-sampel tersebut.

Gambar 1. Spesies dan jenis sampel yang diuji selama periode studi.

Sedimentasi merupakan teknik yang paling sering digunakan (64%), diikuti oleh mikroskopi langsung dan pengapungan (masing-masing 18%). Prevalensi infeksi helmintiasis secara keseluruhan pada sampel yang diuji mencapai 38%. Dari 468 sampel dengan setidaknya satu spesies helmin yang terdeteksi, jumlah spesies yang terdeteksi bervariasi antara 1 hingga 9 dengan nilai median lima. Hasil uji parasitologi spesifik ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Spesies helmin yang terdeteksi.

Fasciola sp. adalah genus helmin yang paling banyak terdeteksi: Jenis ini terdeteksi dalam 33% sampel surveilans. Paramphistomum sp., jenis parasit lain pada ruminan, terdeteksi dalam 16% sampel. Secara keseluruhan, nematoda menjadi kelompok helmin yang paling banyak terdeteksi dimana 34% sampel menunjukkan hasil positif untuk setidaknya satu spesies nematoda. Diantara genus yang paling sering ditemukan termasuk Ascaris sp., Strongylus sp. dan Toxocara sp. dengan prevalensi masing-masing 26%. Cacing pita tergolong jarang ditemukan dan hanya terdeteksi dalam 2% sampel yang menunjukkan hasil positif untuk Monezia sp.

Hasil surveilans ini memastikan bahwa helmintiasis adalah penyakit yang menyebar luas diantara hewan produksi di Kalimantan Barat sesuai dengan data klinis yang telah ada. Kondisi ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Sebaiknya dilakukan pemantauan prevalensi parasit ini seiring berjalannya waktu dan penilaian efikasi obat-obatan antelmintik yang sering digunakan.

SpesiesJenis Spesimen

Darah Feses Serum Total

Sapi 58 995 49 1102

Kambing 0 40 0 40

Babi 0 75 0 75

Total 58 1110 49 1217

Page 12: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

12

Ras Jumlah sapi betina

Jumlah sapi betina yang bunting setelah inseminasi pertama

Aceh 197 194

Angus 22 18

Bali 1.240 1.129

Brahman 276 247

Brangus 16 15

Persilangan 761 684

Freisian 1.022 960

Limousin 847 790

Madura 47 36

Ongole 118 105

Lainnya 600 540

Pasundan 198 188

Pesisir 43 37

Simental 818 730

Sumbawa 32 30

Total 6.237 5.703

2. Apa pengaruh ras sapi betina terhadap tingkat kehamilan setelah inseminasi buatan pertama?

Indonesia tengah melaksanakan kampanye inseminasi buatan berskala besar pada sapi melalui program SIWAB. Setiap kegiatan inseminasi dan tes kehamilan dilaporkan ke sistem iSIKHNAS bersama dengan semua perincian mengenai sapi betina dan pemiliknya. Studi ini menggunakan informasi tersebut untuk menilai pengaruh jenis ras terhadap tingkat kehamilan.

METODOLOGI

Data diperoleh dari iSIKHNAS dengan menggunakan laporan Web nomor 238. Data yang digunakan berupa laporan terperinci mengenai semua kegiatan inseminasi yang dilakukan di Indonesia selama bulan Februari hingga Maret 2017, apabila tes kehamilan dapat dilakukan. Studi ini menggunakan hasil (hamil atau tidak) dari inseminasi pertama (hamil atau tidak). Sapi betina yang diinseminasi lebih dari satu kali dalam minggu yang sama dianggap mendapatkan satu kali inseminasi (ovulasi yang sama). Sapi betina yang diinseminasi lebih dari satu kali dalam jangka waktu lebih dari satu minggu dianggap tidak hamil setelah inseminasi pertama.

HASIL DAN INTERPRETASI

Selama periode studi, terdapat 6.237 ekor sapi betina yang mendapatkan paling sedikit satu kali inseminasi. Jumlah inseminasi dan kehamilan berdasarkan jenis ras dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2 menunjukkan bahwa proporsi sapi betina yang terdeteksi hamil setelah inseminasi pertama bervariasi berdasarkan jenis ras.

Gambar 2. Proporsi sapi betina yang hamil setelah inseminasi pertama (batang hijau) dengan interval kepercayaan 95% (batang kesalahan abu-

abu), diurutkan ke atas berdasarkan tingkat kehamilan.

Gambar 1. Inseminasi dan kehamilan berdasarkan ras.Tingkat kehamilan rata-rata setelah inseminasi pertama mencapai 91%.

Sapi Aceh memiliki tingkat kehamilan tertinggi setelah inseminasi pertama (98%) dan lebih tinggi dari ras lainnya. Sementara sapi Madura memiliki tingkat kehamilan terendah (77%) dan lebih rendah secara statistik dari ras lainnya. Secara keseluruhan, interval kepercayaan relatif cukup besar karena beberapa jenis ras memiliki ukuran sampel yang kecil.

Studi ini memiliki dua keterbatasan utama. Pertama, sekitar dua pertiga sapi betina yang mendapatkan inseminasi selama periode studi tidak memiliki catatan tes kehamilan. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam analisis; misalnya hasil kehamilan negatif yang kemungkinan tidak tercatat dalam iSIKHNAS. Kedua, adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kehamilan seperti teknik inseminator dan kualitas rantai dingin dalam penyimpanan semen. Parameter yang kedua tidak selalu tersedia, akan tetapi lokasi inseminasi dapat menjadi patokan karena sistem rantai dingin yang seringkali sama dalam satu daerah. Apabila tersedia cukup banyak data dari masing-masing daerah, analisis ini dapat dilakukan kembali dengan menyertakan variabel-variabel lainnya.

Page 13: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

13Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

Gambar 1. Ringkasan hasil dari laporan 150. Tanda dan sindrom suspek yang dipertimbangkan untuk HPAI adalah: Kematian mendadak atau

peningkatan kematian pada flok.

3. Apa yang kita ketahui tentang pelaporan HPAI di Indonesia?

Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) pertama kali terdeteksi di pulau Jawa pada tahun 2003. Saat ini penyakit tersebut telah menjadi endemik di banyak daerah dan menimbulkan kerugian besar bagi produsen unggas. Studi ini menggambarkan pelaporan penyakit tersebut di tingkat daerah sepanjang tahun 2016.

METODOLOGI

Data penyakit dan laboratorium diperoleh dari iSIKHNAS dengan menggunakan laporan Web nomor 150. Data diperoleh melalui laporan terpisah dari delapan daerah di Indonesia pada periode tanggal 01/01/2016 hingga 31/12/2016 dan HPAI sebagai penyakit yang menjadi perhatian.

Data tersebut kemudian diringkas dengan menggunakan aplikasi Excel (lihat Gambar 1). Tampilan grafis laporan Web ditunjukkan pada Gambar 2 hingga 5. Batang grafik berwarna abu-abu ("Tanda") menunjukkan jumlah hewan yang dilaporkan memiliki riwayat kematian mendadak atau peningkatan kematian pada flok. Batang grafik berwarna biru ("Ddx") menunjukkan jumlah hewan yang menjadi kasus suspek HPAI sesuai dengan diagnosis banding yang dibuat oleh petugas kesehatan hewan. Batang grafik berwarna hijau ("Lab") menunjukkan jumlah hewan yang terdiagnosis sebagai kasus HPAI melalui pengujian laboratorium atau uji diagnostik cepat di lapangan. Skala grafik "Lab" jauh lebih kecil dari dua grafik lainnya karena terbatasnya jumlah sampel yang dikirim ke laboratorium dalam setiap kejadian wabah.

 

Jumlah hewan terdampak Proporsi di setiap daerah

Tanda dan sindrom suspek

Diagnosis banding

Konfirmasi laboratorium

Tanda dan sindrom suspek

Diagnosis banding

Konfirmasi laboratorium

Jawa 56.665 39.751 15 54,2% 49,1% 2,5%

Kalimantan 1795 1326 35 1,7% 1,6% 5,9%

Sulawesi 31.976 26.248 23 30,6% 32,4% 3,9%

Sumatera 14.207 13.325 514 13,6% 16,5% 87,3%

Daerah lain 0 317 2 0,0% 0,4% 0,3%

Total 104.643 80.967 589      

HASIL DAN INTERPRETASI

Page 14: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

14

Kasus-kasus suspek dilaporkan sepanjang tahun di pulau Jawa. Terdapat jumlah kasus dugaan klinis yang cukup banyak pada bulan Februari dan Maret di Sulawesi dan Sumatera, namun sangat sedikit pada periode lainnya di tahun yang sama. Secara umum tidak banyak terdapat kasus suspek di Kalimantan (13 wabah suspek) dan tidak ada pola temporal yang jelas di daerah tersebut. Akan tetapi, hasil konfirmasi laboratorium reguler untuk HPAI di daerah ini (23 pengiriman dengan setidaknya satu sampel positif) mengindikasikan rendahnya pelaporan kasus-kasus klinis. Di Jawa dan Sulawesi, jumlah kasus suspek klinis jauh lebih tinggi daripada jumlah kasus yang terkonfirmasi dengan hasil uji positif (rasio wabah suspek berbanding wabah terkonfirmasi adalah 13 berbanding 9). Sumatera memiliki rasio yang lebih kecil dengan hanya dua kasus suspek untuk setiap kasus yang terkonfirmasi. Beberapa kemungkinan penyebab tingginya jumlah wabah yang tidak terkonfirmasi di Jawa dan Sulawesi adalah kurangnya pengujian laboratorium dalam beberapa kasus serta adanya penyakit unggas lain dengan tanda-tanda klinis yang hampir sama seperti penyakit Newcastle.

Semua laporan kasus kematian mendadak pada unggas atau peningkatan jumlah kematian pada flok berasal dari empat daerah berikut ini: Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera (lihat gambar 1). Secara khusus, pulau Jawa menyumbang hampir setengah dari jumlah laporan dugaan klinis dan Sulawesi melaporkan sekitar 30% dari total jumlah kasus. Sumatera melaporkan sebagian besar kasus dengan hasil uji diagnostik positif (87% dari seluruh hasil positif). Namun hanya empat flok ayam di daerah ini yang menjadi sumber pengambilan sampel dalam jumlah besar untuk keperluan diagnostik sehingga mendistorsi jumlah keseluruhan hasil positif jika dibandingkan dengan daerah lain di mana sejumlah kecil sampel diambil dari setiap flok suspek. Perbedaan ini menggarisbawahi keterbatasan dalam membandingkan daerah-daerah dengan prosedur investigasi penyakit yang berbeda-beda. Hanya ada sedikit sekali laporan suspek HPAI atau kasus yang terkonfirmasi di Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan Riau sehingga daerah-daerah tersebut tidak disertakan dalam analisis ini.

Gambar 2. Dugaan dan kasus HPAI di Jawa sepanjang 2016.

Gambar 5. Dugaan dan kasus HPAI di Kalimantan sepanjang 2016.

Gambar 4. Dugaan dan kasus HPAI di Sulawesi sepanjang 2016.

Gambar 3. Dugaan dan kasus HPAI di Sumatera sepanjang 2016.

Empat daerah yang melaporkan dugaan HPAI dan konfirmasi laboratorium sepanjang 2016 yaitu: Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Hasil yang dipaparkan dalam studi ini menunjukkan perbedaan prosedur investigasi penyakit di masing-masing daerah.

Page 15: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

15Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

4. Siapa saja pengguna situs web iSIKHNAS?

Situs web iSIKHNAS merupakan salah satu cara untuk mengakses pangkalan data iSIKHNAS yang sangat besar. Situs web ini memiliki ratusan jenis laporan—termasuk tabel, grafik, dan peta—yang dapat menampilkan data terkini dengan hanya beberapa klik saja. Pada umumnya, pengguna dapat memilih lokasi dan periode waktu yang diinginkan. Laporan-laporan tersebut dapat memberikan informasi mengenai berbagai aspek kesehatan hewan, produksi ternak, pengendalian penyakit, dan kegiatan operasional lainnya. Jadi...siapa saja pengguna situs web iSIKHNAS?

Pengguna yang dapat mengakses laporan "monitoring" iSIKHNAS bisa menggunakan Laporan 11 untuk melihat data penggunaan situs web. Berikut adalah grafik dari Laporan 11 yang menampilkan data bulanan dari Januari hingga Mei 2017, tabel pivot Excel digunakan untuk mengkompilasi dan membuat grafik keluarannya.

Gambar 1. Jumlah pengguna situs web iSIKHNAS berdasarkan bulan dan

kelompok pengguna antara Januari-Mei 2017.

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah pengguna situs web iSIKHNAS dari masing-masing kelompok masih relatif rendah. Perlu dicatat bahwa beberapa kelompok pengguna seperti administrator sistem ("Admin") dan Champions memang tidak memiliki banyak anggota sehingga kemungkinan semuanya telah menggunakan situs web iSIKHNAS. Di sisi lain, terdapat ratusan Dokter Hewan Dinas yang telah terdaftar di iSIKHNAS dan menjadi pengguna laporan SMS iSIKHNAS pada periode yang sama tetapi sedikit sekali (hanya sekitar ~15) anggota kelompok ini yang mengakses data iSIKHNAS melalui situs webnya.

Gambar 2. Jumlah login situs web iSIKHNAS berdasarkan kelompok pengguna

dan bulan antara Januari-Mei 2017.

Gambar 2 menunjukkan bahwa situs web iSIKHNAS paling banyak digunakan (200–300 kali setiap bulan) oleh administrator sistem (Admin), Champions, dan Dokter Hewan Dinas.

Gambar 3. Jumlah login situs web iSIKHNAS untuk setiap pengguna berdasarkan

kelompok dan bulan antara Januari-Mei 2017.

Page 16: e-Buletin iSIKHNAS...Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu e-lein iK Volume 3 | Maret 2018 4 Kewaspadaan Dini Penyakit Hewan Menular Strategis Kolom ini menyediakan laporan

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu

e-Buletin iSIKHNASVolume 3 | Maret 2018

16

Gambar 3 menunjukkan bahwa masing-masing Champion dan Administrator Sistem mengakses situs web iSIKHNAS sebanyak 20–40 kali setiap bulan; dalam kata lain, mereka menggunakan sistem ini setiap hari. Yang menarik, satu-satunya pengguna dari kelompok Lab-B menggunakan sistem ini sebanyak 60¬–90 kali setiap bulan: Ini mungkin mengindikasikan bahwa pengguna tersebut mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari situs web iSIKHNAS, tetapi pengguna Lab-B lain belum mengetahuinya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

• Situs web iSIKHNAS—www.isikhnas.com—memiliki ratusan grafik, tabel, dan peta yang dapat memberikan informasi berharga dalam membantu petugas kesehatan hewan melakukan tugas-tugasnya dengan lebih baik.

• Seperti yang diharapkan, Champions dan administrator sistem menggunakan situs web iSIKHNAS setiap hari.

• Tampaknya hanya sedikit sekali Dokter Hewan Dinas yang menggunakan situs web iSIKHNAS. Ini adalah kelompok pengguna yang sangat penting karena mereka berperan besar dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan penyediaan dukungan bagi tenaga paravet. Ada baiknya untuk mencari tahu mengapa banyak sekali Dokter Hewan Dinas yang tidak menggunakan situs web iSIKHNAS dan mengambil langkah untuk meningkatkan kesadaran dan/atau pemggunaan situs web iSIKHNAS.

• Tampaknya hanya sedikit Koordinator Provinsi yang menggunakan situs web iSIKHNAS. Mereka memegang peranan kunci dalam mendukung iSIKHNAS dan diharapkan menjadi pengguna rutin situs web iSIKHNAS. Seperti halnya Dokter Hewan Dinas, ada baiknya untuk mencoba mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan yang menyebabkan kelompok ini tidak banyak menggunakan situs web iSIKHNAS.

• Beberapa pengguna (misalnya satu-satunya pengguna Lab-B) mungkin telah mengetahui manfaat situs web iSIKHNAS dalam membantu tugas-tugasnya. Ada baiknya untuk mengembangkan "komunitas" pengguna iSIKHNAS sehingga pengguna rutin dapat berbagi pengalaman dengan mereka yang belum sepenuhnya memahami manfaat dari situs web iSIKHNAS.