e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

34
BULETIN PPSU TAIWAN Persatuan Pelajar Sumatera utara Indonesia Raya Wawasan kebangsaan (Indonesia Asli) Berbagi Pengalaman Ucapan Selamat Sekilas wawasan Indonesia Hanya ada di Indonesia Merayakan 17 Agustus 2015

description

 

Transcript of e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Page 1: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

BULETIN

PPSU TAIWAN Persatuan Pelajar Sumatera utara

• Indonesia Raya

• Wawasan kebangsaan

(Indonesia Asli)

• Berbagi Pengalaman

• Ucapan Selamat

• Sekilas wawasan Indonesia

• Hanya ada di Indonesia

• Merayakan

17 Agustus 2015

Page 2: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015
Page 3: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

A) Ditinjau dari segi geografis

Negara kepulauan terdiri dari 17.000 pulau, terletak pada posisi dunia ( diantara dua

benua dan dua samudra)

B) Ditinjau dari ketatanegaraan

Mencapkup tanah air (wilayah) bangsa dan pemerintahan sebagai kesatuan yang

bulat, utuh dan menyeluruh

Indonesia Tanah Airku Tanah Tumpah Darahku

Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia terhadap wilayah negaranya sebagai tempat dimana

dia dilahirkan, dibesarkan dan tempat mengabdikan diri kepada bangsa dan Negara

Disalah Aku Berdiri Jadi Pandu Ibuku

Dimanapun bangsa Indonesia berada (di dalam/ Di Luar Negri) akan selalu siap

mempertahankan kedaulatan Negara dan Bangsanya.

Setiap saat, dimanapun warga Negara berada akan selalu berusaha menjungjung

tinggi dan mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Kerelaan berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara

Indonesia Kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku

Pengakuan berbangsa dna bernegara Indonesia

Kepadamu kami mengabdi dan kepadamu pula berbhakti

Marilah kita berseru, Indonesia bersatu

Sebagai Bangsa dan Negara yang berdaulat, henaknya kita mampu meningkatkan

kehidupan dna penghidupan kita dan mampu menyongsong hari depan, yaitu bertekad

untuk berkembang.

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya Untuk Indonesia Raya

Untuk dapat mewujudkan hari depan yang lebih baik dalam berbagsa dan bernegara, marilah

kita bertekad mengisi kemerdekaan kita ini dengan melaksanakan pembangunan disegala

Bidang lahir maupun batin

Indonesia Raya Merdeka Merdeka, Tanahku Negriku Yang kucinta, Indonesia Raya

Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya.

Kebanggaan berbangsa dan bernegara Indonesia Berdaulat

Tekad untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dimiliki tanpa mengenal menyerah.

File ini diunduh dari www.kahlilpooh.wordpress.com

Page 4: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Weilin Han adalah Konsultan Sekolah dan

Pelatih Guru, termasuk di Gerakan Indonesia

Mengajar.

Kira-kira satu tahun yang lalu saya

mengunjungi seorang Pengajar Muda di

daerah penempatannya di sebuah pulau kecil

di Halmahera Selatan. Ketika saya tiba di

rumah keluarga angkatnya, saya dipersilahkan

duduk di ruang tamu. Seorang Ibu datang,

tersenyum, kemudian langsung masuk ke

dalam. Tidak lama lagi, seorang ibu lainnya

juga datang, senyum, masuk juga ke dalam…..

Teruuuuus sampai dengan beberapa Ibu. Dan

sayapun tetap sendirian di ruang tamu. Tiba-

tiba Pengajar Muda di sana memanggil nama

saya dari dapur, “Ibu Weeeeiiiiii….., masuk ke

dalam! Ibu-ibu ada pertanyaan niiiih!” Ketika

saya masuk, para ibu-ibu itu sedang

tersenyum dan kelihatan seperti malu tapi

ingin tahu. Kemudian, Pengajar Muda itu

berkata, “Ibu Wei, para Ibu di sini tadi ramai

baku-tanya. Mereka ingin tahu. Ibu Wei Cina

kah?” Langsung saya tertawa terbahak-bahak,

dan merekapun tertawa bersama dengan

saya. Dengan ringan saya jawab, “Iyaaa…,

saya Cina Indonesia. Sama seperti Ibu-ibu

toh? Kitorang orang Indonesia samua.”

Selidik punya selidik, rupanya mereka belum

pernah kedatangan seorang perempuan Cina

di pulau itu.

Ada banyak sekali pengalaman-pengalaman

lain yang membuat saya sangat terharu. Di

Jombang saya ditampung menginap di sebuah

rumah, yang tidak saya kenal sama sekali,

hanya karena mereka tahu saya ingin

bersilaturahmi ke Pesantren Tebu Ireng. Di

Sumenep saya masuk ke Mesjid Agung

dengan leluasa ditemani beberapa mahasiswa

IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang aslinya dari

Madura. Di Bukit Tinggi saya diterima sebagai

bagian keluarga seorang Wali Nagari. Ah,

tidak ketinggalan juga, beberapa bulan lalu di

Pematang Siantar saya disurduk - lengkap

dengan Manuk na niatur dan ikan Mas Arsik!

Tidak jarang teman-teman bertanya, “Wei,

kamu tidak takut?” atau, “Wei, apakah kamu

diperlakukan dengan baik?” Perlu waktu

beberapa lama untuk saya bisa menguasai

keheranan saya. Tentu saja saya tidak perlu

takut karena saya diperlakukan sangat baik.

Dan ketika mereka menanggapi, “tapi kan

Page 5: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

kamu minoritas”, saya lebih bingung lagi, “apa

maksudnya minoritas?” Bukankah saya

termasuk salah satu dari 252 juta penduduk

Indonesia, yang lahir dan tumbuh di

Indonesia, berwarga Negara Indonesia, dan

bukankah saya mengunjungi sesama anggota

keluarga BESAR saya, yaitu orang-orang

Indonesia lainnya di pelbagai bagian Tanah

Air Indonesia yang sangat luas ini?

Ah! Mari kita pikirkan. Bila saya bukan orang

Indonesia, lantas, saya orang apa? Bila Anda

melihat KTP dan passport saya, apakah

identitas keindonesiaan saya di sana adalah

hasil yang dibuat-buat saja? Bila kalender

menunjukkan tanggal 17 Agustus, apakah

saya tidak boleh mengakui bahwa hari itu juga

adalah hari kemerdekaan Negara SAYA? Jadi,

akan aneh sekali bila saya tidak mau

mengakui identitas diri saya sendiri.

Tidak dapat dipungkiri ada hal-hal yang

membuat saya sering merasa tidak nyaman

bila sedang berkeliling ke pelosok Indonesia.

Saya tidak dapat tidur ketika di tengah-tengah

perkebunan sawit yang luas, ada banyak

sekali anak-anak usia sekolah yang mimpinya

sebatas “mandor kebun”. Saya tidak dapat

menutupi kemurungan saya mendapati begitu

banyak perempuan-perempuan muda,

berpendidikan sangat terbatas, sudah

mengasuh anak-anak mereka dalam

kemudaan usia dan pengalaman mereka,

karena pernikahan yang sangat belia. Saya

termangu karena konsumsi mie instan

merasuk sampai ke pelosok-pelosok padahal

negeri kita bukan penghasil gandum. Hati

saya perih melihat bagaimana lebih banyak

orang luar (daerah dan negeri) yang

menguasai pertambangan, membangun

kompleks pertambangan yang mewah,

sementara kehidupan di luar kompleks begitu

kumuh. Saya juga tidak dapat menutupi

kegusaran saya melihat bagaimana para

petani menjual tanah mereka karena anak

remaja mereka merengek bahkan mengamuk

minta dibelikan motor – untuk bergaya, atau,

kalaupun menghasilkan uang, digunakan

sebagai ojek. Saya sampai tidak habis pikir

mengapa penduduk di beberapa daerah di

Samosir, di tepi Danau Toba, yang

merupakan danau terbesar di Indonesia, bisa

kekurangan air? Hal-hal seperti itu yang

memenuhi otak dan hati saya, membuat dada

saya pengap dan kepala berat – bukan

identitas mata sipit atau iman saya yang

kemudian dipertentangkan dengan identitas

keindonesiaan.

Beberapa orang kemudian mengatakan, “tapi

kan Indonesia itu kacau. Peringkat

pendidikannya memalukan. Korupsinya

mendarah daging. Anggota DPRnya lebih

mementingkan diri sendiri dan memanfaatkan

rakyatnya – malah lebih banyak

berkelahinya”. Betul! Saya setuju. Negri ini

memang banyak sekali masalahnya dan

rasanya tidak pernah selesai. Hmmm…., apa

yang saya sudah lakukan untuk

memperbaikinya ya? Kalau saya hanya

berdiam diri, bukankah artinya, saya

bertanggung jawab juga atas pemeliharaan

masalah-masalah tersebut? Bukankah negeri

ini bermasalah karena banyak orang baik diam

dan mendiamkan? Bila saya sudah melakukan

dan masalah tetap saja banyak, dan ketika

orang berkomentar “bukankah itu seperti

membuang garam ke laut”, biasanya saya

bercerita mengenai kisah seorang anak yang

mengembalikan bintang laut-bintang laut

yang terdampar ke laut

(www.esc16.net/users/0020/FACES/Starfish%

20Story.pdf) dan lebih dari itu, saya

mengajaknya berpikir lebih jauh serta bekerja

sama untuk mengurangi masalah

(http://www.ssireview.org/blog/entry/social_

entrepreneurs_must_stop_throwing_starfish

Perlu berapa lama dan sampai kapan jantung

ini bisa kuat menghadapi kebusukan-

kebusukan yang terjadi? Berapa banyak biaya,

sumber daya manusia, program-program yang

Page 6: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

begitu saja terbuang – dan Indonesia (seakan-

akan) tetap begini-begini saja. Well, mereka

yang mengikuti Kongres Pemoeda tahun 1928

sudah mengikrarkan Sumpah Pemuda bahkan

sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia

ada. Mereka berani melakukan sesuatu yang

bagi banyak orang dianggap tidak masuk akal.

Bukankah sebetulnya apa yang mereka

lakukan, di dalam usia muda mereka, bisa

menjadi cermin untuk “saya” tidak berputus

asa dalam mencintai negri dan bangsa ini?

Biasanya saya bertemu dengan beberapa tipe

orang dalam keindonesiaan mereka. Ada yang

bersikap “transactional” – kalau pemerintah

baik pada saya, kalau saya mendapatkan

keuntungan dari kebijakan mereka, baru saya

mau taat. Atau, baru saya mau melakukan

sesuatu untuk negeri ini. Ada juga yang

menunjukkan “wait and see” – kalau sudah

banyak orang-orang yang melakukan kebaikan

lebih dahulu, dan kalau mereka berhasil, baru

saya mau ikut. Tapi, kalau saya harus memulai

lebih dahulu? Bah! Tidak perlu itu! Selain itu,

ada juga kelompok yang taat bila diawasi –

taat pakai helm karena takut ditilang, taat

bayar iuran listrik karena takut diputuskan

alirannya, taat ikut upacara bendera karena

takut tidak naik pangkat. Ketakutan – bukan

kecintaan pada negeri, menjadi stimulus

semu. Ketika tidak ada lagi yang perlu

ditakuti, maka orang-orang ini menjadi liar

seakan-akan tidak pernah mengenal aturan-

aturan yang baru saja dilakukan. Yang

sekarang ini menjadi “negative trend” adalah

kelompok “haters”. Hanya karena orang atau

kelompok mereka tidak menang, maka

apapun yang “lawan” mereka katakan dan

lakukan akan mereka kecam dan lecehkan.

Kelompok ini menempatkan diri sebagai

superior dan merasa paling benar sendiri.

Ironisnya, biasanya kelompok haters akan

berhadapan dengan haters mereka lainnya,

yang malah memperburuk keadaan.

Orang sering bertanya mengapa saya tidak

mau mengganti nama saya dengan nama

“Indonesia”. Biasanya hal itu saya jawab

sambil bergurau “Mau diganti apa?

Weiliningsih? Atau Ida Ayu Weilin? Apakah

kemudian, setelah ganti nama, saya akan

menjadi lebih Indonesia?” Bukankah, nama

Indonesia tidak menjamin seseorang punya

wawasan kebangsaan Indonesia? Bila orang

bertanya, “Anda orang apa?” maka dengan

bangga saya selalu menjawab “Saya orang

Indonesia!”

Anda?

Han Wei Lin (Weilin Han)

Praktisi Pendidikan

Page 7: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Bersyukur dan berterima kasih kepada

Tuhan yang telah memimpin dan

memberikan kekuatan kepadaku sampai saat

ini. Terima kasih atas doa dan dukungan

orang tua, saudara dan sahabat-sahabat

semua. Tidak menyangka ternyata sudah

berjalan sampai sejauh ini dan hampir

mencapai garis finish. Sudah banyak sekali

masa-masa sulit yang terlewati dalam proses

pembelajaran selama perkuliahan master di

Taiwan ini tapi semua itu adalah ilmu.

Research yang dikerjakan sungguh membuat

badan dan pikiran sangat lelah. Ya tapi

itulah pilihan kita sebelum berangkat untuk

study. Siap dalam segala rintangan dan

konsekuensi yang akan dihadapi

kedepannya. Bersyukur juga Tuhan masih

bisa berikan kesempatan kepadaku untuk

bisa menang dalam poster presentation in

TMU Research Symphosium tahun 2015 ini.

Siapa yang sangka ternyata bisa menang

peringkat ke-4. Ya walaupun hanya

peringkat terakhir, tapi itu semua sangat

berharga bagiku. Bisa menang dari ratusan

students di TMU yang ikut kompetisi ini

sangatlah luar biasa bagiku walaupun

mungkin bagi yang lain terlihat hanya biasa

saja. Ini bisa menjadi pengalaman yang tak

terlupakan bagiku. Harapannya saya juga

bisa publish paper SCI di Master ku ini. Ya

tidak gampang memang, tapi mencoba lebih

baik dari tidak berbuat sama sekali.

Berharap dengan ilmu yang di dapat di sini

dapat dibagikan demi membangun dan

mengembangkan ilmu di negara sendiri.

Sangat banyak pengalaman yang luar biasa

yang ku dapat selama di Taiwan, di kampus

TMU secara khusus yang tak akan mungkin

bisa terlupakan. Semangat buat semuanya ^^

Tuhan memberkati

Oleh : Yenni Tarigan

Page 8: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Nama saya Albert Daniel Saragih, saya alumni dari Universitas Sumatera Utara jurusan Fisika

Material. Genap 4 tahun saya menyelesaikan kuliah S-1, tepatnya bulan Juli 2012. Setelah lulus saya

memiliki keinginan untuk lanjut studi S-2, tetapi masih memiliki banyak kekuatiran. Sambil

mematangkan persiapan untuk lanjut studi S-2 ke Taiwan, saya pun kuliah akta-4 di Universitas Dharma

Agung selama 6 bulan. Berkat kegigihan bang Mula yang selalu memotivasi, saya pun memberanikan diri

mendaftar ke NTUST, bulan oktober 2013 saya kirim berkas ke Taiwan. Puji Tuhan, bulan Desember

pengumuman kelulusan, saya pun dinyatakan lulus di NTUST dengan full-scholarship. Setelah

menyelesaikan akta-4 bulan Januari 2013, saya berangkat ke Taiwan bulan Febuari tepatnya tanggal 12.

Ingat sekali, hari bersejarah dan penerbangan ke dua saya dan langsung ke luar negeri.

Dengan tidak memiliki banyak keunggulan jika dibandingakn dengan para pelamar beasiswa

yang lainnya, saya saya bersyukur boleh memperoleh beasiswa dan belajar di Taiwan. Mungkin sudah

jalan Tuhan karena melalui lulusnya saya ke Taiwan ada banyak teman-teman yang di SUMUT

termotivasi dan semakin bersemangat untuk mendaftarkan beasiswa di Taiwan. Ini juga langkah awal

bang Mula untuk memulai pelayananannya untuk membimbing anak-anak SUMUT untuk melamar

beasiswa ke Taiwan dengan lulusnya saya.

Kuliah di luar negeri memang terasa bedanya ketika kuliah di Indonesia. Khususnya di Taiwan,

kita kuliah based on riset. Mata kuliah hanya sebagai bahan kita untuk memantapkan teori yang akan kita

aplikasikan di laboratorium kita masing-masing. Awal saya menjalaninya memang sangat berat karena

saya tidak mempunyai pengalaman, misalnya dalam memakai alat-alat laboratorium. Tetapi berdasarkan

pengalaman saya, ketika kita mau belajar dan berusaha pastilah kita bisa. Sekarang saya dapat

mengoperasikan hampir 90% peralatan yang ada di lab saya dan menjadi penanggung jawab untuk

menangani sampel XRD dari lab. Semua ini tidak akan saya peroleh jika saya tidak dapat mengalahkan

rasa ketakutan dan kekuatiran saya sebelum datang ke Taiwan. Ingat pesan bang Mula sewaktu

memotivasi saya “Kesinila dulu kau, permasalahan disini ya nanti kita pecahkan disini bukan di

Indonesia”.

Bulan Januari 2015 lalu saya berhasil menyelasaikan program master saya. Sekarang saya

melanjutkan kuliah saya ke jenjang S-3 di kampus dan professor yang sama. Kalau saya saja yang orang

biasa dapat melakukannya, saya yakin pasti teman-teman juga bisa. Salam semangat dari saya buat

teman-teman yang sedang berjuang mengerjakan studinya di Taiwan dan teman-teman di Indonesia yang

sedang mempersiapakan diri untuk studi lanjut ke Taiwan. Xie-xie.

Oleh : Albert Daniel Saragih

Page 9: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Oleh : Sadvent Martondang

Email : [email protected]

TANGGUNG JAWAB

Hidup bukan sebatas kata maaf tapi tanggung jawab, maka berusaha dan mencoba adalah kata paling

pantas untuk mewujudkannya nyata.

Hallo guys, terimakasih telah menyempatkan waktu untuk membaca testimoni ini. Saya Sadvent,

mahasiswa master jurusan Teknik Sipil di NTUST (National Taiwan University of Science and Technology)

angkatan Fall 2013 yang lulus Juli 2015 ini.

Banyak hal yang membuat saya berbeda dan terasa lebih baik setelah saya menempuh kuliah abroad

selama dua tahun. Tak sedikit pula makna dan nilai yang saya peroleh terutama tentang mengenal lebih

jauh diri saya sendiri dan tentang orang lain. Meskipun dulu, suatu pergumulan sukar untuk melanjutkan

studi lanjut karena sudah terlalu nyaman dengan keadaan terdahulu. Tapi satu langkah yang sangat saya

syukuri adalah karena saya berani untuk keluar dari sesuatu yang sudah saya peroleh, meninggalkan

pekerjaan baik dan memutuskan untuk studi lanjut dengan harapan kedepan, pekerjaan terbaik sedia di

depan mata.

Pengalaman menarik selama menempuh kuliah dan riset disini adalah tentang tanggung jawab. Saya

belajar tentang hidup, ternyata hidup bukan tentang diri kita sendiri tapi juga tentang orang lain. Semua

hal yang kita kerjakan adalah suatu tanggung jawab kita di akhir kelak. Maka studi lanjut ini merupakan

satu langkah dari fase-fase mengenai diri saya sendiri, lebih tepatnya menemukan diri sendiri.

Tinggal dan hidup di Taiwan, dengan bahasa, aksara dan orang-orang baru mengajarkan saya tentang

keberagaman, baik budaya ataupun kebiasaan. Baru pertama kali disini saya menemukan banyaknya

orang yang atheist, yang dulunya menurut saya itu sangatlah tidak masuk akal, tapi akhirnya sekarang

saya bisa terima. Pilihan untuk bertuhan atau tidak membukakan mata saya tentang indahnya perbedaan

pilihan asalkan disikapi dengan damai. Sebuah pelajaran mahal.

Tantangan dan rasa lelah tak terhitung seringnya datang menghadang terutama ketika masa-masa ujian

dan mengerjakan tesis. Tapi saya bersyukur luar biasa berada diantara orang-orang yang bersemangat,

ada sahabat dan professor yang sangat bersahaja dan siap mambantu di setiap rintangan. Hingga

akhirnya, bisa lulus dan segera bisa melangkah ke fase hidup selanjutnya.

Kerja part-time dan menghemat dalam urusan biaya juga menjadi pelajaran berharga yang saya peroleh

selama disini. Saya menjadi lebih mengerti bahwa waktu bahkan lebih berharga dari uang. Tentang

bertahan dengan dollar yang terbatas dari bulan ke bulan dan belajar untuk memilih mana kebutuhan

yang utama dan mana yang terutama. Sungguh, ternyata kesulitan merupakan kejadian nyata yang

darinya kita langsung cepat mengambil pelajaran.

Pesan saya kepada teman-teman yang belum lulus yang sedang berkutat dengan riset, agar tetap

semangat dalam menjalani segala sesuatunya. Tantangan dan rintangan dating untuk menempa kita

menjadi kuat. Seperti quote yang pernah saya baca “Success in life comes when you simply refuse to give

up, with goal so strong that obstacles, failure and loss only act as motivation.”

Page 10: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Halo teman2 PPSU semua! Perkenalkan nama saya Yopie Yutama Surbakti, mahasiswa double

degree Universitas Gadjah Mada dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST)

Taiwan. Kalo ditanya pengalaman study, intinya buat saya cuma satu, “tuntutlah ilmu dengan pergi

sejauh mungkin dari rumahmu”. Hal ini karena saya melihat diluar saya banyak orang2 hebat dan

berprestasi dimana saya harus bisa membuktikan bahwa saya harus bisa menjadi orang yang sama

bahkan lebih dari mereka. Cita-cita saya simple saja, “kerjakanlah bagianmu dan mari bangun Indonesia”.

Sejak SMP saya telah terbiasa dengan perjalanan yang jauh ke sekolah dan jauh dari orang tua.

Bahkan lebih lagi sewaktu melanjutkan ke jenjang Universitas. Saya ingin keluar dari zona nyaman,

dimana ada orang tua yang selalu membangunkan di pagi hari ini, teman sepermainan dan rumah yang

nyaman. UGM merupakan tempat yang luar biasa, dimana jarak yang jauh dari orang tua dan rumah,

sendirian tidak kenal siapa2 dan lebih lagi, banyak orang2 hebat dan berprestasi yang selalu memicu

saya untuk terus maju dan terus belajar. Setelah lulus S1 dan Fasttrack S2 di UGM, NTUST menawarkan

beasiswa untuk saya untuk berkuliah disana. Sekali lagi jarak yang “jauh” memicu saya untuk terus

melaju. Study abroad merupakan pilihan yang sangat baik untuk melihat sejauh apa diri kita and

remember “there is always a room for improvement”. Kuliah di NTUST melatih mental dan fisik saya

untuk dapat terus meraih cita2 saya. “You are stupid”, “I don’t trust you”, “you lose your credibility”,

ketiga kalimat itu yang sering saya dapatkan disini dari advisor saya, tapi… Fine, itu adalah motivasi saya

untuk bisa terus belajar dan membuktikan bahwa saya adalah bukan mahasiswa yang biasa dan tidak

mudah jatuh dengan keadaan tersebut. Finally, Thanks be to God! Saya berhasil menyelesaikan studi di

Taiwan dan mendapatkan tawaran S3 di Kyushu University dimana keduanya “jauh” dari rumah. Ingatlah,

jalan masih sangat panjang dan jangan pernah kehilangan semangat untuk selalu belajar dan berjuang.

Majulah Sumatera Utara! Majulah terus Indonesia!

Oleh : Yopie Yutama Surbakti

Page 11: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

NIKMATNYA HIDUP WALAU TIDAK SEINDAH PELANGI

Oleh : Robetmi Jumpakita Pinem

Awal Sampai di Taiwan

Ketika sampai di Taiwan tepatnya 8 Februari 2014 disambut hujan yang begitu deras

di Taoyuan International Airport, hati ini berkata terima kasih Tuhan akhirnya aku mendapat

kesempatan untuk belajar di negeri orang untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik,

sangat bersyukur karena abang-abang di National Taiwan University of Science and

Technology (NTUST) sudah menyiapkan kasur, bantal dan selimut ketika saya masih di

Indonesia sehingga setelah sampai di dormitory sudah bisa langsung tidur, 3 minggu sebelum

berangkat Bang Mula Sigiro langsung menghubungi saya kalau segalanya sudah mereka

sediakan mungkin karena saya berangkat hanya dengan beasiswa bebas uang kuliah sehingga

harus membiayai biaya hidup sendiri.

Dengan perbekalan uang yang dibawa dari Indonesia memang sudah cukup

membiayai hidup saya selama setahun tapi hati ini selalu berkata saya harus kembalikan uang

orang tua saya dan harus berjuang sendiri untuk biaya hidup sendiri dan itu bisa saya lakukan

setelah sebulan mendarat di Taiwan, Puji Tuhan dengan perjuangan yang tidak mudah aku

bisa melewati kerasnya perjuangan hidup di Taiwan. Terima kasih Tuhan Yesus aku diberi

tenaga yang begitu luar biasa.

Ada yang didapatkan tapi harus ada yang dikorbankan, ketika saya sibuk mencari

biaya tambahan diluar jam kuliah memang tidak sedikit bilang saya makin sombong, saya

pelit, sudah tidak mau gabung-gabung lagi dan lain-lainlah becampur semua. Saya hanya bisa

tersenyum menjawab semua kata-kata itu, kalau saya sering kumpul kapan kerjanya?, kalau

saya tidak irit yang sering dianggap pelit, kalau saya kurang uang emang ada yang mau kasih

uang? Tidak ada kan? Saya hanya memberi masukan untuk kawan-kawan yang lagi berjuang

dengan study dan tidak mendapat beasiswa penuh di Taiwan, tidak usah pusing ketika ada

bilang ngak mau gabung-gabung atau pelit karena hidup itu pilihan dan saya memilih untuk

menggunakan waktu untuk bekerja dan irit karena saya tidak mau pulang karena kurang uang

dan itulah pilihan saya dan saya bisa buktikan dengan biaya sendiri saya berhasil

mendapatkan gelar master. Selagi Tuhan masih ada disampingmu jangan pernah takut.

Page 12: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Pertengahan Study di Taiwan

Awal perkuliahan sampai awal semester dua itu adalah semester yang sedikit sulit

bagi saya, di Indonesia selalu bicara bahasa Indonesia dan di rumah dulu bahasa Karo

sedangkan sekarang setiap hari di kelas pakai bahasa Inggris, dulu kawan sekelas dari Dairi,

Taput, Medan, Simalungun, Nias, Pekan baru, Aceh, Madina tapi sekarang dari berbagai

Negara seperti France, Germany, Slovakia, Czech Republic, Ukraine, Russia, Mexico,

Dominic Republic, Australia, Estonia, Poland, Korea, Thailand, Vietnam, Malaysia dan lain-

lain, saya merasa sulit karena dulu di Universitas Sumatera Utara (USU) kalau kuliah itu

selalu berusaha aktif dalam kelas dan berusaha ngomong setiap pertemuan tapi kali ini

kebanyakan diam di kelas, ibaratnya Robet yang sekarang bukan yang dulu lagi.

Di kelas itu rasanya tidak berdaya karena hanya bisa ngomong sekali-sekali karena

takut salah, takut bahasa inggrisnya salah tapi Puji Tuhan setelah memasuki semester dua itu

berangsur-angsur kembali ke track yang dulu hingga akhirnya bisa kembali seperti yang dulu.

Satu poin penting yang harus dipikirkan adalah jangan berpikir apa yang akan kau kerjakan

sekarang tapi kita harus memikirkan dua atau tiga step di depan kita. Sebenarnya salah satu

kunci kenapa saya bisa cepat tamat karena topic thesis yang mau diangkat sudah saya

pikirkan sejak semester 7 S1 dulu sehinngga ketika saya menjalaninya sudah mudah karena

sudah say abaca banyak refrensi tentang apa yang akan saya kerjakan nantinya.

Selesai Study

Mungkin sedikit mengejutkan banyak orang karena saya bisa sidang meja hijau (oral

defense) belum genap 1 tahun 2 bulan di Taiwan karena normalnya 2 tahun untuk master, tapi

itu semua terjadi bukan dengan gratis, saya harus bayar dengan dikitnya waktu istirahat yang

berujung masuk rumah sakit sampai dua kali walaupun banyak orang tidak tahu tapi untung

roommate saya Bang Jason Widagdo peduli saya dan membawa saya ke rumah sakit dan

membayar duluan waktu itu karena saya sudah macam tidak sadar begitu tapi begitulah

kerasnya perjuangan hidup, tapi saya sarankan kepada kawan-kawan tetap jaga kesehatan itu

paling utama. Yang terpenting Badai pasti berlalu sebesar apapun itu dan pastikan ketika

badai berlalu kita jauh lebih kuat untuk menghadapi badai yang lebih besar.

Page 13: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Akhirnya, saya wisuda 13 Juni 2015 kemaren sebagai puncak perjuangan pendidikan master

saya dan Puji Tuhan dulu Robetmi Jumpakita Pinem awal sampai di Taiwan banyak diam

dikelas karena takut salah dan dengan segala alasannya tapi tepatnya 12 Juni 2015 sehari

sebelum wisuda saya menang The best speaker diacara International Forum in Business and

Management 2015 dan sore harinya masih tanggal yang sama kampus kami National Taiwan

University of Science and Technology (NTUST) mengumumkan saya diterima di PhD

Business Administration betapa baiknya Tuhan memberikan hadiah bertubi-tubi dalam hidup

ini. Tuhan Yesus Baik begitu luar biasa dalam hidupku, Terima kasih Kepada Bapakku si

Mehuli dan Mamakku si Melias dan seluruh keluarga besarku yang sudah mendukung selama

ini.

DOKUMENTASI

Page 14: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

PPSU-TAIWAN Mengucapkan

Selamat Atas kelulusan

Saudara – Saudari Kami

semoga Ilmu yang telah dipelajari,

boleh di aplikasikan

di tengah – tengah Masyarakat.

Page 15: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

well congratulation Pal...!! semoga semakin jaya kedepannya serta apa yang kamu dapat

selama dalam pendidikanmu selama ini bisa bermanfaat buat masyarakat terlebih buat

negaramu. God bless..!!

To: Sadvent (NTUST )

From: Roni Chandra Arun Siagian ( NTOU )

To: Robetmi Pinem ( NTUST )

From: Asnidar Siahaan ( CCU )

Page 16: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

To: Yopie Surbakti (NTUST)

From: Susan Meliala (National Ilan University)

To : Lusi Lumbangaol (NTOU) From : Liska Simamora (NCYU)

Page 17: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

To: Albert Saragih ( NTUST )

From: Delvina Sinaga ( TMU )

To: Yenni Tarigan ( TMU )

From: Sri Handayani ( NCYU )

Page 18: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Dear : Antony Valentino Hutahaean (NTUST)

From : Herta Novalina Sipayung ( NCHU)

This is your moment, this is your year

2015! You are awesome! May your

graduation be the beginning of a future

filled with succes and happiness!

Page 19: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

1. Pra Kemerdekaan

Bung Karno begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. “Pating greges” (tidak enak badan, demam), keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.

“Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. Masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

2. Proklamasi

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun! 3. Menteri Pribumi Pertama

Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet

Page 20: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Pembangunan V (1988-1993). 4. Pulau Kalimantan

Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei). ************************ Info unik lainnya:

Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno.

Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood. Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marilyn Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno!” ************************ 5. Film Pertama Tentang Indonesia

Ada lagi hubungan yang erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing! 6. Naskah Proklamasi Asli di tong sampah

Page 21: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah, seorang putera asal Aceh yang juga tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari. 7. Komentar pertama Sokarno setelah pengasingan Ketika tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung Karno mengeluarkan komentar pertama yang janggal didengar. Setelah menjalani pengasingan dan pembuangan oleh Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru tidak membicarakan strategis perjuangan menentang penjajahan. Masalah yang dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas! “Potongan jasmu bagus sekali!” komentar Bung Karno pertama kali tentang jas double breast yang dipakai oleh bekas iparnya Anwar Tjokroaminoto, yang menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh nasionalis. 8. Presiden pertama pernah bermandikan air seni Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding father Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang. Byuuur… 9. Dokumentasi Proklamasi selamat karena kebohongan

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman kantor Harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang? 10. Wapres berbohong demi negara

Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan

Page 22: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar!” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru. 11. 17 Agustus tanggal Merdeka dan wafatnya Pencetus Bahasa Indonesia dan Pencipta Lagu Kebangasaan

Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) telah meninggal dunia. 12. Bendera dan Tanggal Kemerdekaan

Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus

1960. 13.Tak ada nama jalan Proklamator hingga 1985

Jakarta, tempat diproklama-sikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985. Nama mereka pun baru diabadikan menjadi nama bandar udara 40 tahun setelah Indonesia merdeka, Bandara Sukarno-Hatta. Lebih parahnya lagi, pemerintah baru secara resmi menyematkan gelar “proklamator” kepada mereka pada tahun 1986, atau 16 tahun setelah Soekarno wafat. 14. Gelar Proklamator setelah 41 tahun Bung Karno dan Bung Hatta adalah Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Mereka berdualah yang menjadi proklamator bagi bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya.

Namun gelar Proklamator untuk Bung Karno dan

Page 23: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah Indonesia baru memberikan gelar Pahlawan Proklamator secara resmi kepada mereka. Dan gelar kedua sebagai Pahlawan Nasional Indonesia baru diberikan pada tahun 2012, tepatnya pada hari Rabu 7 November 2012. Penyerahan gelar Pahlawan Nasional Indonesia diselenggarakan di Istana negara dan diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada keluarga kedua pahlawan nasional Indonesia dan juga sekaligus proklamator Indonesia tersebut. Penyerahan dilakukan di Istana Negara setelah Presiden SBY pulang dari kunjungan ke Inggris memenuhi undangan kenegaraan Ratu Elizabeth-II dan pertemuan para pemimpin-pemimpin negara pada KTT Asia-Europe Meeting (ASEM) ke-9 di Laos, yang mengambil tema ‘Teman bagi Perdamaian, Mitra untuk Kesejahteraan’. Mengapa baru sekarang Soekarno dan Hatta mendapat gelar pahlawan nasional setelah 64 Indonesia merdeka? Kedua orang ini seperti diasingkan saat pemerintahan zaman orde baru. Hal tersebut disebabkan pada dampak tercemarnya nama Soekarno dalam pemberontakan G-30-S/PKI. Soekarno diduga terlibat dalam pemberontakan yang menewaskan beberapa Jenderal tersebut. Bahkan, dugaan keterlibatan Soekarno tertulis dalam pertimbangan TAP XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno. Bahwa ada petunjuk-petunjuk, yang Presiden Sukarno telah melakukan kebijaksanaan yang secara tidak langsung menguntungkan G-30-S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G-30-S/PKI, demikian isi dari ketetapan yang dikeluarkan tanggal 12 Maret 1967. Meskipun Soeharto telah lengser, namun dampak politik ketetapan TAP XXXIII/MPRS/1967 itu dinilai belum selesai, masih perlu adanya upaya rehabilitasi sesuai UUD NKRI 1945. 15. Proklamator hampir lebih dari dua orang Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta. Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta

karena usulnya ditolak. 16. Menteri pertama yang di tembak Belanda

Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda. Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi disebuah pancuran air terjun. 17. Ibukota pindah 3 kali hanya dalam 4 tahun

Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948) dan Bukittinggi (1948-1949).

Page 24: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

18. Panglima Perang tidak punya jabatan

Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun! Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia) menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang

menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkaca dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI.

**************************** 19. Perintah pertama setelah jabat Presiden: memanggil tukang sate

Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate!!! Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). “Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari. 20. Bom, hadiah dari Belanda untuk Sukarno

Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh Bung Karno. Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda

Page 25: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

memberikan hadiah Natal di Minggu pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. 21. Perdana Menteri wafat diluar negeri jadi Pahlawan Nasional

Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian, statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 22. Indonesia masuk piala dunia atas nama Hindia Belanda

Sepakbola merupakan salah satu olahraga paling digemari di Indonesia, namun tim nasionalnya tidak pernah menang Piala Dunia FIFA. Hanya sekali tampil pada tahun 1938, itu pun bukan membawa bendera Indonesia, melainkan Hindia Belanda. Meskipun Indonesia memiliki jumlah penduduk paling banyak ke-4 di dunia dan Brazil di peringkat ke-5, namun prestasi sepakbola kedua negara tersebut berbeda jauh.

23. Hutan Indonesia masuk rekor

kerusakan

Indonesia terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang luas. Hutan Indonesia yang luasnya mencapai 138 juta hektar merupakan tempat hidup bagi 11% spesies tumbuhan dunia, 10% spesies mamalia dunia, dan 16% spesies burung dunia. Meskipun demikian, Guinness World Records pada tahun 2008 menyematkan rekor pada Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia, yakni kehilangan 1,8 juta hektar hutan setiap tahun. 24. Negara Kepulauan namun batas daratan dengan 4 Negara Dengan 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Disinilah 3 dari 6 pulau terbesar di dunia berada: Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Namun jangan heran bahwa hampir 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa, padahal luasnya hanya 7% dari seluruh wilayah Indonesia. Uniknya lagi, ada empat pulau yang kedaulatannya dikuasai bersama-sama dengan pemerintah negara tetangga. Pulau Kalimantan secara administratif dikuasai tiga pemerintahan yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pulau Papua dikuasai Indonesia dan Papua Nugini. Pulau Timor dikuasai Indonesia dan Timor Leste, dan yang terakhir Pulau Sebatik dikuasai Indonesia dan Malaysia. 25. Penyebutan angka dalam huruf Bahasa Indonesia Penyebutan angka 1-9 dalam huruf Bahasa Indonesia mengandung misteri. Jika kita menjumlahkan dua angka yang huruf awalannya sama, maka hasilnya selalu sepuluh. Berawalan S -> Satu + Sembilan = Sepuluh Berawalan D -> Dua + Delapan = Sepuluh Berawalan T -> Tiga + Tujuh = Sepuluh Berawalan E -> Empat + Enam = Sepuluh Bahkan Lima + Lima = Sepuluh 26. Latah menjadi trend Latah merupakan penyakit syaraf yang gejalanya muncul ketika dikageti, atau tanpa sadar suka

Page 26: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

mengulangi perkataan atau gerakan orang lain. Selain di Indonesia, penyakit ini hanya ditemukan pada suku Ainu di Jepang, masyarakat gurun pasir di Gobi, dan sebuah suku di Perancis. Di Indonesia sendiri, awalnya penyakit ini hanya ditemui pada suku-suku di Pulau Jawa, Sumatera, dan pedalaman Kalimantan. Namun uniknya, lama-kelamaan latah di Indonesia dianggap keren dan menjadi trend, terutama di kalangan selebriti. Sebagian kaum selebriti memanfaatkan latah sebagai modal ketenaran atau ciri khas selaku entertainer. 27. Negara murah senyum

Selain karena keindahan alamnya, banyak wisatawan mancanegara memuji keramahan orang Indonesia. Berdasarkan survey The Smiling Report 2009, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia. Indonesia, bersama Hongkong, juga dinobatkan sebagai negara yang terbaik dalam mengucapkan salam. Namun hal ini tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik terhadap indutri pariwisatanya. Buruknya birokrasi dan tingginya tingkat korupsi juga sangat menakutkan bagi para investor untuk berbisnis di negara paling murah senyum ini. 28. Ibukota dengan pusat belanja terbanyak di dunia

Jakarta sebagai ibu kota Indonesia memiliki tata ruang yang sangat-sangat berantakan. Di kota ini berdiri 130 pusat perbelanjaan, terbanyak diantara kota-kota besar lainnya di seluruh dunia. Banyak wilayah di Jakarta yang tadinya direncanakan untuk kawasan hunian, konservasi, bahkan resapan air namun diubah menjadi pusat perbelanjaan. 29. Negara satu-satunya yang pernah keluar & masuk lagi di PBB

Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang pernah keluar dari PBB. Bergabung pertama kali tahun 1950 sebagai anggota ke-60 PBB, kemudian Indonesia menarik keanggotaannya pada tahun 1965. Soekarno, presiden Indonesia saat itu sangat berang dengan keputusan PBB mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Lalu kemudian Soekarno mendirikan Conefo (Konferensi Negara-Negara Kekuatan Baru) sebagai tandingan PBB. Sebelum keluar dari PBB, Soekarno sempat menyampaikan pidato dengan berapi-api di Sidang Umum PBB yang isinya meminta agar badan dunia tersebut dipindahkan markas besarnya ke luar Amerika Serikat. Bukan hanya pidatonya saja yang berhasil mendapat berkali-kali tepukan tangan, namun Soekarno juga sukses menyelenggarakan Ganefo (tandingan Olimpiade, versi Conefo) yang diikuti 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing. Saat-saat itulah terakhir kali Indonesia memiliki pemimpin superpower dan menjadi salah satu negara yang paling disegani di seluruh dunia.

Page 27: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

30. Memiliki banyak hewan unik di dunia

Indonesia memiliki kekayaan fauna yang luar biasa. Hewan purba yang masih hidup di Indonesia adalah komodo, kadal terbesar di dunia dengan berat 90kg dan panjang 3 meter. Terdapat juga ikan terkecil di dunia sebesar nyamuk yang ditemukan di Sumatera. Di Sulawesi masih hidup primata terkecil di dunia yang mirip monyet yakni Tarsier Pygmy (Tarsius Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Di pulau yang sama ditemukan pula ular terpanjang di dunia sepanjang 10 meter yaitu Ular Sanca Kembang (Python Reticulates). 31. Suku bangsa dan bahasa daerah terbanyak di dunia

Indonesia merupakan negara yang memiliki suku bangsa terbanyak di dunia. Dengan lebih dari 740 suku bangsa/etnis, maka dari itu tidak heran bahwa Indonesia juga merupakan negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yakni 583 bahasa dan dialek. Sadar bahwa bentrokan antar etnis sangat berpotensi terjadi, maka pendiri Republik ini menyepakati semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” (yang artinya “Berbeda-beda tapi tetap satu juga”). 32. Dunia mistik dan ramalan Indonesia

Indonesia termasuk negara yang kaya dengan dunia mistis alias gaib, termasuk soal ramal-meramal. Salah satunya tercatat nama Prabu Jayabaya, yang memerintah Kerajaan Kediri sekitar tahun 400-an Masehi. Dari sekian banyak ramalan Jayabaya, yang sangat tersohor adalah ramalan tentang siapa orang yang akan memimpin Indonesia (baca: Presiden Indonesia).

Pemimpin pertama yakni Soekarno, digambarkan sebagai orang yang : – memakai kopiah warna hitam (kethu bengi) – sudah tidak punya ayah (yatim) – suaranya menggelegar – berkharisma – bergelar serba mulia (Pemimpin Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi ABRI) – kebal terhadap berbagai senjata (sering lolos dari percobaan pembunuhan) – punya kelemahan mudah dirayu wanita cantik – tidak berdaya terhadap anak-anak kecil yang mengelilingi rumah beliau (mundurnya Soekarno karena di demo para pelajar dan mahasiswa) – sering mengumpat orang asing (anti imperialisme)

Page 28: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Pemimpin kedua yakni Soeharto, digambarkan sebagai orang yang : – didukung oleh “Kartika Eka Paksi” (ini lambang yang digunakan ABRI) – memakai topi baja hijau atau tutup kwali lumuten (militer) – kaya raya – menjadi pemimpin dunia (Soeharto menggagas membentuk ASEAN, dimana konon menurut sejarahnya, ASEAN merupakan kesatuan dari kerajaan Majapahit) – digantikan oleh “Raja dari negeri seberang” (Soeharto digantikan oleh BJ. Habibie yang berasal dari Nusa Srenggi, Sulawesi)

Setelah era kedua pemimpin tersebut, Jayabaya meramalkan akan muncul pemimpin yang digambarkan sebagai Raja yang : – bergelar Satriya Piningit – sudah tidak punya ayah-ibu – telah lulus Weda Jawa – bersenjatakan Trisula Karena ramalan-ramalan sebelumnya berupa kiasan, kita pun tidak mengerti siapa yang dimaksud dengan Satriya Piningit.

Ramalan Jayabaya yang tak kalah terkenalnya pula adalah 2 huruf akhir/sebagian kata nama pemimpin Indonesia yang dirangkum dalam sebuah kata NOTONOGORO. Dan hal itu sudah pula terbukti dengan 3 periode masa pemerintahan presiden Indonesia, yaitu: SoekarNO, SoeharTO, Susilo Bambang YudhoyoNO. Bagaimana dengan BJ Habibie, Megawati dan Abdurahman Wahid atau Gus Dur? Tiga Presiden itu tidak dihitung karena tidak memerintah selama satu masa pemerintahan penuh. Konon katanya seorang presiden yang akan menjadikan Indonesia makmur dan sejahtera, dipandang dunia dan dihormati adalah seorang presiden dengan huruf akhir “GO”. Siapakah dia? JoGoWi ? Sudahkah kita Tahu Tentang semua yang Disebutkan diatas, kalau belum,,, Mari sama- sam belajar tentang Bangsa Kita tercinta. Dengan begitu kita akan Semakin mencintai Negeri kita. Masih Banyak lagi yang belum kita Ketahui, Ayoo terus belajar tentang Indonesia

Page 29: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015
Page 30: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015
Page 31: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Sibuk dengan lab, kuliah, research.. dan mungkin jg udah lupa caranya senyum..

boleh di lirik sejenak gan..

Maybe Hanya ada di Indonesia…

Indonesia Funny and True

Page 32: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015
Page 33: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015

Sumber Informasi Tentang Wawasan Kebangsaan dan Keunikan

Indonesia ;

https://indocropcircles.wordpress.com/2011/08/09/fakta-fakta-unik-tentang-indonesia/

http://www.scoopsofjoy.com/12-unique-facts-about-indonesia/

http://www.scoopsofjoy.com/12-unique-facts-about-indonesia/

http://www.albabalpachino.com/2013/09/7-fakta-unik-indonesia-yang-mendunia.html

http://www.indoboom.com/2013/stories/11-facts-about-indonesia-that-indonesians-can-be-proud-

of.html

http://sauus.com/b/10-Fakta-Unik-Orang-Indonesia

Page 34: e-Buletin PPSU Taiwan Edisi II juli 2015