dyslexia dalam pandangan islam

26
BAB III KERUSAKAN OTAK PADA ANAK DENGAN DYSLEXIA DITINJAU DARI DITINJAU DARI ISLAM 3.1 Pandangan Islam terhadap Kerusakan Otak pada Anak Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai berbagai fungsi. Otak merupakan pusat aktifitas pikiran manusia berada. Bila berbicara tentang otak, Al-Qur’an memiliki cakupan yang luas tentang otak, seperti pada ayat berikut ini : Artinya “(Orang yang berakal adalah) orang-orang yang mengingat (yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka,” [QS. Al-Imraan: 190-191]. 47

description

dyslexia dalam pandangan islam

Transcript of dyslexia dalam pandangan islam

Page 1: dyslexia dalam pandangan islam

BAB III

KERUSAKAN OTAK PADA ANAK DENGAN DYSLEXIA DITINJAU

DARI DITINJAU DARI ISLAM

3.1 Pandangan Islam terhadap Kerusakan Otak pada Anak

Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai

berbagai fungsi. Otak merupakan pusat aktifitas pikiran manusia berada. Bila

berbicara tentang otak, Al-Qur’an memiliki cakupan yang luas tentang otak,

seperti pada ayat berikut ini :

Artinya “(Orang yang berakal adalah) orang-orang yang mengingat (yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka,” [QS. Al-Imraan: 190-191].

Otak pada anak berfungsi untuk belajar dalam perjalanan masa kecilnya

(Zulkifli, 2003). Belajar adalah Syari’at Islam yang menjadi kewajiban bagi

seluruh umat Islam, termasuk anak pada perkembangan hidupnya, melalui firman

Allah SWT, yaitu ayat yang pertama kali turun dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :

47

Page 2: dyslexia dalam pandangan islam

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-Alaq (96) 1-5).

Berdasarkan ayat diatas, kita sebagai umat Nabi Muhammad harus selalu

belajar dan belajar. Terlebih lagi pada usia anak-anak, karena pada masa itu

proses pembelajaran sangatlah mudah diterima atau mendapat respon yang baik

dari anak-anak. Akan tetapi, banyak sekali proses pembelajaran yang dilakukan

oleh anak-anak yang dibimbing oleh seorang guru, menghasilkan hanya sedikit

perubahan yang dialami oleh anak, bahkan tidak sama sekali. Hal itu disebabkan

adanya kesulitan anak tersebut dalam belajar. Tentunya banyak faktor yang dapat

mempengaruhinya salah satunya yaitu dengan adanya kerusakan pada otak pada

seorang anak.

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Adapun kesulitan

belajar sendiri, dapat diartikan sebagai hambatan dan gangguan belajar pada anak

dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf

integensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Dapat dikatakan

kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis

maupun fisiologis (Tadjab, 1994 ; Wasty, 2006).

48

Page 3: dyslexia dalam pandangan islam

Macam kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang sangat luas,

diantaranya :

1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses

belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang

bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,

potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau

terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga

hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya

(Tadjab, 1994).

2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang

dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya

siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,

gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.

3. Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat

potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi

belajarnya tergolong rendah.

4. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses

belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan

sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang

sama.

5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala

dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga

hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami

49

Page 4: dyslexia dalam pandangan islam

kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak

dari berbagai gejala (Tadjab, 1994).

3.1.1 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Terjadinya proses belajar, atau apakah suatu aktivitas itu memberikan

pengalaman belajar, itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis

besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut,

dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intern, yang ada dan berasal

dari dalam diri pelajar {yang belajar}; dan faktor ekstern, yaitu kondisi dan situasi

di luar diri si pelajar (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007). Faktor nya antara lain :

1.      Faktor internal

a. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. Sebagai

halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadahuntuk mencapai hasil

belajar tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk

suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam

belajar.

b. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan dasar (intelegensia) merupakn wadah bagi kemungkinan

tercapainya hasil belajar yang diharapkan.jika kemampuan dasar

rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga

menimbulkan kesulitan dalam belajar (Hasbullah, 1997 ; Puspasari,

2007).

50

Page 5: dyslexia dalam pandangan islam

c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa adanya

motivasi yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan

dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan

belajar. Persaingan yang sehat antar individu maupun antar kelompok

dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

d. Faktor jasmaniah tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan

kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran

dan lain sebagainya.

e. Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar,

seperti buta warna, kidal, cacat tubuh dan lain sebagainya (Hasbullah,

1997 ; Puspasari, 2007)

2.      Faktor eksternal

a. Faktor lingkungan sekolah yang tidak memadai bagi situasi belajar

peserta didik, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi

yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik

evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman dan

sebagianya. 

b. Situasi keluarga yang kurang mendukung situasi belajar peserta didik,

seperti rumah tangga yang kacau (broken home), kurangnya perhatian

orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya kemampuan

orang tua dalam memberikan pengarahan dan lain sebagainya.  

51

Page 6: dyslexia dalam pandangan islam

f. Situasi lingkungan sosial yang menggangu kegiatan belajar siswa,

seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang

kurang memadai, gangguan kebudayaan, film, bacaan, permainan

elektronik dan sebagainya (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007).

52

Page 7: dyslexia dalam pandangan islam

3.2 Pandangan Islam tentang Dyslexia

Dyslexia ialah kesukaran atau ketidakupayaan menguasai kemahiran

membaca oleh seseorang individu walaupun telah menerima pendidikan yang

mencukupi (Mercer 1997 & Smith 1999). Dyslexia adalah gangguan yang paling

sering terjadi pada masalah belajar. Kurang lebih 80% penderita gangguan belajar

mengalami disleksia. Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada

anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukan kemampuan dan motivasi

untuk membaca secara fasih dan akurat. (IDAI, 2009).

Kesulitan membaca dapat muncul dalam berbagai bentuk, ada yang dapat

mengeja tetapi tidak dapat membaca dalam kata. Misalnya putih dibaca putu, kaki

dibaca kika. Ada juga yang membaca terbalik, topi dibaca ipot, minum dibaca

munim. Sulit membedakan huruf b dan d, q dan p, khususnya pada penulisan

huruf kecil. Akibatnya, mereka menulis dapak untuk kata bapak. Gangguannya

terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur, sehingga sulit dipahami.

Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Diluar aspek bahasa, pada anak dengan

disleksia seringkali terdapat gangguan perkembangan lain. Misalnya, konsentrasi

yang buruk, kontrol diri yang kurang, dan clumsy. Misalnya, terkadang anak

mengalami kesulitan dalam permainan melempar tangkap bola atau mengikat tali

sepatu (Chairani, 2003).

Penyakit gangguan belajar dapat berujung kepada suatu penyakit seperti

yang dijelaskan sebelumnya, yaitu dapat menyebabkan gangguan dalam

pembelajaran dalam jangka panjang. Menurut pandangan Islam, faktor penyebab

53

Page 8: dyslexia dalam pandangan islam

penyakit itu ada dua yaitu : Penyakit yang disebabkan karena faktor medis

(jasmani atau tubuh) dan faktor non medis.

Penyakit karena faktor medis jelas tidak pada kasus ini yang biasanya

disebabkan oleh suatu infeksi penyakit. Namun, sakit karena faktor non medis

yang dibiarkan lama di dalam tubuh manusia maka efeknya menjadi penyakit

medis, padahal apabila penyakit tersebut sudah menyerang jaringan sel-sel organ

tubuh maka proses penyembuhannya selain sangat sulit juga membutuhkan waktu

yang sangat lama (Assegaf, 2004).

Penyebab utama munculnya penyakit non medis adalah jiwa. Allah SWT

berfirman:

Artinya : “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. As-Syams (91) : 7-10).

Segala sesuatu yang ada di alam semesta termasuk segala macam penyakit

adalah ciptaan Allah SWT. Sakit bisa dalam bentuk yang paling ringan sampai

pada sakit yang berat. Bencana dan musibah yang menimpa manusia semuanya

adalah kehendak Allah dan sudah ditentukan Allah sebelumnya, sebagaimana

Firman Allah SWT:

54

Page 9: dyslexia dalam pandangan islam

Artinya : “Sekali-sekali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal” (Q.S. At Taubah {9}: 51).

Dari ayat-ayat di atas jelas bahwa segala yang terjadi adalah karena

kehendak Allah SWT, begitu juga dengan ciptaan-Nya. Allah menciptakan

manusia dengan segala kekurangan serta kelebihannya. Sebagai hamba yang

beriman harus sabar dalam menghadapi penyakit khususnya penyakit yang

disebabkan dalam gangguan belajar ini (disleksia), dan berprasangka baik kepada

Allah SWT. Di dalam tubuh manusia diketahui telah ada respon terhadap

gangguan dalam perkembangan otak, namun gangguan ini (disleksia) dapat di

deteksi dan diobati sedini mungkin. Bila tidak diobati dengan baik penyakit

gangguan belajar ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut pada bagian

tubuh yaitu dalam proses berpikir. Dalam menjalani hidup, manusia tidak lepas

dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT (Abdurrahman, 2007).

Di antara ayat yang dapat dijadikan dalil, dianggap sebagai upaya menjaga

kehidupan dan menghindari dari yang dapat membinasakannya, antara lain

dinyatakan dalam Al-Quran :

55

Page 10: dyslexia dalam pandangan islam

Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…. (Q.S Al-Maidah {5} : 32).

Berdasarkan ayat ini, Allah menghargai setiap upaya mempertahankan

kehidupan manusia, menjauhkan diri dari hal yang dapat membinasakannya,

berobat dengan obat-obatan yang ada, dalam hal ini terhadap gangguan dalam

belajar dilakukan dengan tujuan tersebut.

Obat-obatan yang dapat diberikan di atas tidak merugikan bagi manusia,

sebaliknya dapat mempertahankan kehidupan manusia. Sehingga dalam ajaran

Islam obat-obatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Berobat dengan barang atau

obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam Islam, seorang muslim tidak

diperbolehkan berobat dengan barang yang haram. Hal ini sesuai dengan ajaran

Islam yang melarang umatnya berobat dengan barang yang haram dan Islam

menganjurkan umatnya untuk berobat apabila sakit, dan berobatlah pada dokter

yang menguasai medis sebagai ahlinya, sehingga upaya penyembuhan mendapat

hasil yang maksimal (Assegaf, 2004).

Hal utama dari sebuah pengobatan terutama terhadap gangguan belajar,

tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya berupa kesembuhannya belaka, tetapi lebih

56

Page 11: dyslexia dalam pandangan islam

karena berobat merupakan suatu proses di mana seorang hamba, berupaya sekuat

tenaga untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan berusaha untuk menjaga

kesehatan badan yang dititipkan Allah SWT kepadanya dan berupaya

menghilangkan penyakit sehingga ia menjadi sehat kembali. Ayat tersebut

menekankan bahwa agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran

agama. Al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit

secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji (Zuhroni et al, 2003).

Kesembuhan penyakit itu sendiri juga atas izin Allah seperti yang terdapat

dalam sabda Rasulullah yaitu :

Artinya :“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat untuk penyakitnya, maka kesembuhan itu atas izin Allah” (HR. Muslim).

Pengobatan pada gangguan belajar hanyalah sebuah wasilah (perantara).

Penggunan obat bisa menyembuhkan, bisa juga tidak menyembuhkan jika Allah

belum menghendaki atau menunda suatu penyembuhan. Atau bisa saja terjadi

Allah memberikan penyembuhan tanpa menggunakan atau melalui pengobatan

apapun. Tanpa kehendak dan izin Allah maka suatu penyakit tidak dapat

disembuhkan. Allah SWT berfirman :

57

Page 12: dyslexia dalam pandangan islam

Artinya :“Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapa tmelenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karunia-Nya…” (QS. Yunus {10}: 107).

Seseorang yang ingin sembuh dari suatu penyakit selain berobat, maka

harus kembali kepada pelindung dan penolong manusia yaitu Allah SWT. Dalam

hal berobat maka dokterlah ahlinya, karena itu ketika seseorang sakit dianjurkan

baginya jika mampu untuk memeriksakan diri kepada dokter sebagai ahlinya yaitu

dokter spesialis anak. Dalam mencapai tujuan kesehatan menurut Islam maka

perlu kiranya dalam hal ini untuk berobat kepada dokter muslim yaitu seseorang

yang mempunyai kualifikasi baik dalam ilmu pengetahuan, keterampilan sesuai

dengan agama Islam (Zuhroni et al, 2003).

58

Page 13: dyslexia dalam pandangan islam

3.3 Kaitan kerusakan Otak dengan Disleksia dalam Islam

Dalam menjalani hidup, manusia tidak lepas dari ujian yang diberikan oleh

Allah SWT, seperti ujian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Telah

dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S. Al Baqarah {2}:155).

Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan

kebaikan dan keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka

bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada

mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan

seperti sakit dan kemiskinan, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan

serta berdoa kepada-Nya.

Apabila seorang muslim sakit, maka hendaknya ia berusaha untuk berobat

dan yakin bahwa kesembuhannya hanya karena Allah SWT. Namun dalam

menyikapi penderitaan penyakit, disamping dianjurkan berusaha mengobatinya

juga disarankan agar bersabar dan bertawakkal. Begitu juga halnya pada penderita

penyakit yang disebabkan gangguan dalam kesulitan belajar. Untuk menghibur

orang yang menderita penyakit, ketika Nabi ditanya tentang penyakit yang

59

Page 14: dyslexia dalam pandangan islam

menimpa kaum Muslimin, ditegaskan bahwa penderitaan atas penyakit itu

merupakan kaffarat (penebus dosa), meskipun sakitnya ringan (Zuhroni, 2010).

Obat-obatan yang dapat diberikan di atas tidak merugikan bagi manusia,

sebaliknya dapat mempertahankan kehidupan manusia. Sehingga dalam ajaran

Islam obat-obatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Berobat dengan barang atau

obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam Islam, seorang muslim tidak

diperbolehkan berobat dengan barang yang haram. Hal ini sesuai dengan ajaran

Islam yang melarang umatnya berobat dengan barang yang haram. Sebagaimana

hadits Rasulullah SAW:

Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obatnya, dan diadakan-Nya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, namun janganlah berobat dengan yang haram” (HR. Abu Dawud).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, demikianlah Islam menganjurkan

umatnya untuk berobat apabila sakit, dan berobatlah pada dokter yang menguasai

medis sebagai ahlinya, sehingga upaya penyembuhan mendapat hasil yang

maksimal. Hal utama dari sebuah pengobatan terutama terhadap gangguan dalam

belajar, tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya berupa kesembuhannya belaka,

tetapi lebih karena berobat merupakan suatu proses di mana seorang hamba,

berupaya sekuat tenaga untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan berusaha

untuk menjaga kesehatan badan yang dititipkan Allah SWT kepadanya dan

60

Page 15: dyslexia dalam pandangan islam

berupaya menghilangkan penyakit sehingga ia menjadi sehat kembali (Zuhroni, et

al, 2003). Allah SWT berfirman :

Artinya :”Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Q.S Asy-Syu’ara {26}: 80).

Ayat tersebut menekankan bahwa agar orang yang sakit mengupayakan

sehat sebagai anjuran agama. Al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya

penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji

(Zuhroni, 2003).

Kesembuhan penyakit itu sendiri juga atas izin Allah seperti yang terdapat

dalam sabda Rasulullah yaitu :

Artinya :“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat untuk penyakitnya, maka kesembuhan itu atas izin Allah” (HR. Muslim).

Allah SWT berfirman :

Artinya :“Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapat melenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karunia-Nya…” (QS. Yunus {10}: 107).

61

Page 16: dyslexia dalam pandangan islam

Seseorang yang ingin sembuh dari suatu penyakit selain berobat, maka

harus kembali kepada pelindung dan penolong manusia yaitu Allah SWT. Allah

SWT berfirman :

Artinya : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah” (QS. Ash-Shura{42}: 30-31).

Ajaran Islam juga telah mewajibkan tiap-tiap muslim untuk meminta

nasehat kepada ahlinya dan mengerjakan nasehat tersebut sesuai dengan

kesanggupannya (Djamaludin, 2004). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Al-Qur’an :

Artinya :“Dan Kami tidak mengutus sebelumnya kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami berikan wahyu kepada mereka, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nahl (16): 43).

Anjuran dalam agama Islam, orang yang sakit harus mengupayakan untuk

sehat, yaitu dengan cara berobat. Obat-obatan dalam gangguan belajar yang dapat

diberikan pada seorang anak yang sakit tidak merugikan bagi nya, sebaliknya

62

Page 17: dyslexia dalam pandangan islam

dapat mempertahankan kehidupan manusia. Karena tidak membahayakan dan

dapat mempertahankan kehidupan manusia, sehingga dalam ajaran Islam obat-

obatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Manusia harus ingat berobat dengan

barang atau obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam ajaran Islam,

seorang muslim tidak diperbolehkan berobat dengan barang yang haram.

Dalam pandangan Islam, kerusakan otak merupakan salah satu bentuk

cobaan dari Allah SWT, kita sebagai umatNya harus dapat menerima segala

cobaan yang Dia berikan kepada umatNya. Kerusakan otak yang terjadi pada anak

dapat berakibat pada berbagai hal, ada yang menderita penyakit serius maupun

yang tidak, salah satu akibatnya yaitu penyakit disleksia. Kerusakan otak yang

berakibat disleksia merupakan suatu cobaan yang diberikan Allah SWT kepada

manusia. Namun cobaan ini hanya cobaan kecil yang Allah SWT berikan kepada

umatNya.

Tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya anak dengan disleksia

mengalami hambatan dalam perkembangan kehidupannya, khususnya dalam

membaca dan melihat suatu tulisan, dan kehidupan sehari-harinya, namun tidak

semua hambatan tersebut berakibat fatal, bahkan tidak sedikit anak yang

mengalami kerusakan otak dan menjadi disleksia menjadi orang yang sukses pada

masa depannya. Sebagai orangtua yang memiliki anak dengan disleksia juga

diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan untuk menstimulasi kegiatan

belajar anak, yaitu dengan cara medical care dan intervensi, baik yang dilakukan

orangtua di rumah, atau kegiatan di sekolah. Kegiatan medical care kepada anak

dan intervensi berupa pelatihan stimulasi baca bagi anak, kegiatan yang bersifat

63

Page 18: dyslexia dalam pandangan islam

agama, khususnya agama Islam juga dapat meningkatkan rangsangan ke otak,

sehingga diharapkan dengan adanya tindakan-tindakan yang bersifat stimulasi

dapat meningkatkan dan mempercepat kesembuhan pada anak dalam melakukan

kegiatan membaca dan pemahaman dalam berfikir.

Dalam menghadapi segala sesuatu cobaan dari Allah SWT, kita haruslah

tetap bersyukur dan berdoa untuk memujaNya, agar terhindar dari marabahaya

dan selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki sekarang, sehingga kekurangan

yang dialami seorang anak yang menderita kerusakan otak dan disleksia dapat

menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dan menggunakan kekurangannya

menjadi pribadi yang lebih kuat lagi.

64