DYNA.pdf
-
Upload
dyna-kholidaziah -
Category
Documents
-
view
58 -
download
0
description
Transcript of DYNA.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
EKSPLORASI KEHIDUPAN LALAT BUAH
Drosophila sp.
DYNA KHOLIDAZIAH
1210702018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
EKSPLORASI KEHIDUPAN LALAT BUAH (Drosophila sp.)
I. PENDAHULUAN
a. Tujuan
- Mengerti media pemeliharaan Drosophila
- Mengerti tata cara pembiusan dan pengisolasian Drosophila betina
- Mampu membedakan Drosophila jantan dan betina
- Mengetahui siklus hidup Drosophila
- Mengetahui ciri fisik hasil persilangan pertama
- Mengetahui ciri fisik hasil persilangan kedua (f1 dan f2)
- Mengetahui ciri fisik hasil persilangan f2 dan f3
b. Teori Dasar
Drosophila melanogaster memiliki klasifikasi phylum Arthropoda, kelas
Insecta, ordo Diptera, Sub Ordo Cyclorrhapha, series Acalyptrata,
FamiliaDrosophilidae dan Genus Drosophila (Strickberger, 1962). Drosophila
melanogaster (lalat buah) adalah suatu serangga kecil dengan panjang dua sampai
lima millimeter dan komunitasnya sering kita temukan di sekitar buah yang
rusak/busuk (Iskandar, 1987). Drosophila melanogaster seringkali digunakan
dalam penelitian biologi terutama dalam perkembangan ilmu genetika (Mulyati,
1985).
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat
ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-
tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan. Drosophila merupakan salah
satu marga dari Drosophilidae.
Drosophila memiliki ciri yang berdeba antara jantan dan betinanya. Pada
Drosophila jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang betina memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir
kelamin. Sedangkan pada yang betina ukuran relative lebih besar,memiliki 6 ruas
pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin (Soemartomo, 1979).
Pada drosophila diremuka 4 pasang kromosom. Pada lalat jantan dan lalat betina
umumnya adalah sama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu
kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing (Sepoetro, 1975).
Pada Drosophila jantan dan betina dapat mudah dipisahkan dalam bentuk segmen-
segmen abdomen. Abdomen betina mempunyai ujung meruncing dan pola garis-
garis yang berbeda dari pada abdomen jantan. Kelamin lalat ditentukan sebagian
oleh kromosom X yang dimiliki individu. Nomalnya lalat betina akan memiliki 2
kromosom X. Sedangkan lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X ditambah 1
Y heterokromatik. Pada lalat buah kromosom Y tidak memiliki peranan penting
dalam penentuan jenis kelamin. Pada kromosom Drosophilla hanya sedikit gen
aktif (Goodenough, 1984).
Ciri-ciri umum Drosophila menurut Shorrock (1976) dalam Warsini
(1996) adalah bentuk tubuhnya bulat panjang yang terbagi atas 3 bagian, yaitu
kepala, dada, dan perut. Drosophila melanogaster tergolong serangga, pada
umumnya ringan dan memiliki eksoskeleton atau integumen yang kuat. Jaringan
otot dan organ-organ terdapat di dalamnya. Di seluruh permukaan tubuhnya,
integumen serangga memiliki berbagai syaraf penerima rangsang cahaya, tekanan,
bunyi, temperatur, angin dan bau. Pada umumnya serangga memiliki 3 bagian
tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen. Kepala berfungsi sebagai tempat dan alat
masukan makanan dan rangsangan syaraf, serta untuk memproses informasi
(otak). Lalat memiliki tipe mulut spons pengisap. Toraks yang terdiri atas tiga
ruas memberikan tumpuan bagi tiga pasang kaki (sepasang pada setiap ruas), dan
jika terdapat sayap, dua pasang pada ruas kedua dan ketiga. Fungsi utama
abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat reproduksi.
Lalat buah ini memiliki sifat dimorfisme. Tubuh lalat jantan lebih kecil
dibandingkan betina dengan tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap
pada ujung abdomen, pada kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang
terdiri dari gigi hitam mengkilap (Shorrock, 1972). Ada beberapa tanda yang
dapat digunakan untuk membedakan lalat jantan dan betina, yaitu bentuk
abdomen pada lalat betina kecil dan runcing, sedangkan pada jantan agak
membulat. Tanda hitam pada ujung abdomen juga bisa menjadi ciri dalam
menentukan jenis kelamin lalat ini tanpa bantuan mikroskop. Ujung abdomen lalat
jantan berwarna gelap, sedang pada betina tidak. Jumlah segmen pada lalat jantan
hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb, berjumlah 10,
terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan pendek
(Demerec dan Kaufmann, 1961). Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada
permukaan atas abdomen, sedangkan pada lalat jantan hanya 3 garis hitam
(Wiyono, 1986).
Ketika serangga ini ditetaskan dari telur, dihasilkan serangga yang tidak
memiliki wujud sama dengan serangga dewasa. Drosophila melanogaster
tergolong Holometabola, memiliki periode istirahat yaitu dalam fase pupa. Dalam
perkembangannya D. melanogaster mengalami metamorfosis sempurna yaitu
melalui fase telur, larva, pupa dan D. Melanogaster dewasa (Frost, 1959). Lalat
betina setelah perkawinan menyimpan sperma di dalam organ yang disebut
spermatheca (kantong sperma). Lalat jantan dan betina adalah diploid. Setiap kali
pembelahan meiosis dihasilkan 4 sperma haploid di dalam testes lalat jantan
dewasa sedangkan pada lalat betina dewasa hanya dihasilkan 1 butir telur dari
setiap kali pembelahan (Wiyono, 1986). Lamanya siklus hidup Drosophila
melanogaster bervariasi sesuai suhu. Rata-rata lama periode telur-larva pada suhu
20oC adalah 8 hari; pada suhu 25
oC lama siklus menurun yaitu 5 hari. Siklus
hidup pupa pada suhu 20oC adalah sekitar 6,3 hari, sedangkan pada suhu 25
oC
sekitar 4,2 hari. Sehinga pada suhu 25oC siklus hidup Drosophila melanogaster
dapat sempurna sekitar 10 hari, tetapi pada suhu 20oC dibutuhkan sekitar 15 hari.
Pemeliharaan Drosophila sebaiknya berada dalam suhu ruang dimana temperatur
tidak dibawah 20oC atau diatas 25
oC. Suhu tinggi atau diatas 30
oC dapat
mengakibatkan sterilisasi atau kematian, dan pada temperatur rendah
keberlangsungan hidup dari lalat ini terganggu dan memanjangkan siklus hidup
(contoh, pada suhu 10oC untuk mencapai tingkat larva dibutuhkan sekitar 57 hari
dan pada suhu 15oC sekitar 18 hari). Hal yang perlu diingat adalah bahwa suhu di
dalam biakan botol dapat lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan sekitar di
luar botol, karena adanya peningkatan panas akibat fermentasi ragi (Demerec dan
Kaufmann, 1961).
II. METODE
a. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
- Botol kultur
- Timbangan digital
- Lumpang alu
- Batang pengaduk
- Panci
- Pembakar spirtus
- Kompor gas
- Gelas plastik
- Mikroskop stereo
- Mikroskop cahaya
- Penjepit
- Kaca arloji
- Lup
- Jarum serangga
- Kaca objek
- Kuas
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
- Kloroform
- Kain kassa
- Drosophila melanogaster
(Lalat buah)
- Alkohol 70 %
- Tissue
- Pisang
- Ragi
- Agar-agar
- Gula merah
- Aquadest
Secukupnya
1 helaian
1 botol
Secukupnya
Scukupnya
600 gram
½ bungkus
7 gram
150 gram
Secukupnya
b. Prosedur Kerja
Menyiapkan media APRG
Drosophila hasil tangkapan diamti mana jantan dan mana betina
Media dimasukkan dalam botol kultur, drosophila yang telah diketahui jantan dan betina
dimasukkan pada botol, tutup dengan menggunakan busa.
Amati dan cari f1, kemudian f1 x f1 untuk mencari f2, dan amati apakah ada mutan
III. HASIL
Foto media
Gambar 1
Botol jam telah di
autoclave dan siap isi
media
Gambar 2
Medium APRG (agar,
pisang, ragi, dan gula)
Gambar 3
sebelum diisi media,
disteril ulang
Gambar 4
Media
dituangkan ke
dalam botol jam
yang telah
disterrilkan
Gambar 5 botol
siap di jadikan
media drosophila
Foto hasil pengamatan drosophila jantan dan betina
Tabel hasil pengamatan siklus hidup
No Hari, tanggal Jam Perubahan yang
diamati Keterangan
1 Jumat, 13 April 2012
18.00 - Belum ada perubahan apapun
22.00 -
Belum ada perubahan apapun,
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
2 Sabtu, 14 April 2012
02.00 -
Belum ada perubahan apapun,
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
06.00 -
Belum ada perubahan apapun,
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
10.00 -
Belum ada perubahan apapun,
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
14.00 - Belum ada perubahan apapun,
Gambar 1
Drosophila jantan
Gambar 2
Drosophila betina
sayap
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
18.00 -
Belum ada perubahan apapun,
hanya terdapat jamur pada
mediumnya
22.00 Telur
Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol jam juga
kerta saring
3 Minggu, 15 April 2012
02.00 Telur Titik putih bertambah
06.00 Telur Titik putih bertambah
10.00 Telur Titik putih bertambah
14.00 Telur Titik putih bertambah
18.00 Telur Titik putih bertambah
22.00 Telur Titik putih bertambah banyak
4 Jumat, 20 April 2012 02.00 Mati Mati ( Karena tidak terlihat
perubahan)
5 Selasa, 24 April 2012 06.00 Mati Mati ( Karena tidak terlihat
perubahan)
6 Selasa, 01 Mei 2012
14.00 - Bikim medium dan
memasukkan 2 pasang
18.00 - Belum ada perubahan
22.00 - Belum ada perubahan
7 Kamis, 03 Mei 2012
06.00 - Belum ada perubahan
10.00 Drosophila (dari medium lama yg dianggap
mati)
14.00 Drosophila
semakin banyak
(dari medium lama yg dianggap
mati)
18.00 Drosophila
semakin banyak
(dari medium lama yg dianggap
mati)
22.00 Drosophila
semakin banyak,
(dari medium lama yg dianggap
mati), telur dari medium baru
dan telur
8 Sabtu, 05 Mei 2012
02.00
06.00
10.00 -
Hasil dari f1 di medium kedua
dijadikan parental untuk
mencari f2
14.00 - Belum ada perubahan apapun
18.00 - Belum ada perubahan apapun
9 Rabu, 09 Mei 2012
10.00 - Belum ada perubahan apapun
14.00 - Belum ada perubahan apapun
18.00 Telur Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol jam
22.00 Telur Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol jam
10 Jumat, 11 Mei 2012
14.00 Telur Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol jam
18.00 Telur Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol
22.00 Telur Terdapat titik titik berwarna
putih di dinding botol
11 Sabtu, 12 Mei 2012
10.00 Larva 1
14.00 Imago
18.00 Larva 8
22.00 mati Karena tidak ada perubahan
12 Senin, 14 Mei 2012
14.00 mati Karena tidak ada perubahan
18.00 mati Karena tidak ada perubahan
22.00 Imago
Taunya ada imago tdk terlihat
adanya pupa yang menempel di
dinding atau pun di bagian
bawah tutup
13 Rabu, 16 Mei 2012 18.00 Drosophila Banyak tetapi tidak ada yang
mutan
22.00 Drosophila Banyak tetapi tidak ada yang
mutan
14 Kamis, 17 Mei 2012
06.00 Mati Mati (karena medium yang
digunakan membusuk)
10.00 Mati Mati (karena medium yang
digunakan membusuk)
IV. PEMBAHASAN
Praktikum mengenai pengmatan silus drosophila ini, praktikan sebelum
pengmatan membuat medium yang akan digunakan untuk pembiakan drosophila
untuk mencari F1 dan F2.
Karena Menurut Bock (1976), Drosophila merupakan marga yang
memiliki jumlah paling besar bila dibandingkan dengan marga yang
lainnya.Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror,
1992) :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Media yang dijadikan media untuk pembiakan kultur drosophila ini terbuat
dari agar, pisang, ragi, dan gula merah. Dimana pisang yang telah halus ini di
masukkan ke larutan campuran agar, gula dan ragi ini diaduk rata keudian setelah
dingin di masukkan ke dalam botol jam yag telah disterilkan terlebih dahulu.
Kemudian pada botol tersebut di tambahkan permipan dan dimasukkannya kertas
saring. Setalah itu 2 pasang drosophila yang dijadikan parental ini dimasukkan ke
dalam botol tersebut dan diamati. Ketika proses pengmatan perubahan siklus
hidup drosophila ini, media setiap jam ketika pengamatan tersebut mengalami
perubahan. Yanag mana awalnya media tersebut tidak berjamur menjadi
berjamur, dan mengeluarkan sedikit cairan yang berasal dari agar tersebut, juga
terdapat bau yang tak enak apabila tutup pada botol tersebut dibuka.
Karena dari media tersebut dianggap tidak berhasil, sehingga praktikan
membuat media kembali dengan menggunakan papaya untuk mencari f1.
Sedangkan untuk mencari f2 ini media yang digunakan adalah papaya juga tetapi
keenceran akibat pembusukan atau penguapan dari papaya dimana ketika
pengumpanan (penangkapan) drosophila terlama sehingga papaya yang didalam
botol untuk F2 ini mengalami penguapan (pembusukan) lebih cepat. Karena
menurut pemaparan Aini (1992) apabila suatu medium ini kekentalan dan
keenceran dari suatu medium ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan dari
Drosophila. Pengenceran medium akan mempengaruhi jumlah telur yang
dihasilkan namun tidak berpengaruh pada siklus hidupnya. Sehingga drosophila
tidak bertahan hidup lama.
Pemberian media terhadap pemeliharaan dan perkembangbiakan pada
drosophila ini yaitu karena, di dalam tubuhnya itu, monosakarida langsung diserap
oleh dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam aliran darah. Semua
Karbohidrat dalam tubuh akhirnya akan diubah menjadi glukosa (Muchtadi,
1989). Drosophila melanogaster lebih menyukai makanan berkarbohidrat dengan
berbagai jenis ragi yang ada di dalamnya (Stricberger,1962 dan Shorrocks, 1972).
Drosophila melanogaster merupakan hewan yang umumnya hidup dan
berkembang di media fermentasi. Seperti di alam, D. melanogaster banyak
ditemukan di buah ranum dan lembut (soft fruits) seperti anggur, pisang dan plum,
terutama pada buah terlalu matang dan mulai terjadi fermentasi (Barnes dan
Kearsey, 1973). Pemeliharaan D. melanogaster dalam skala lab umumnya
melibatkan ragi dalam pembuatan media fermentasi atau menggunakan bahan
media yang cepat terfermentasi.
Sebelum dilakukan pengidentifikasian kelamin pada lalat Drosophila,
maka perlu dilakukan pembiusan terlebih dahulu dengan menggunakan
khloroform. Lalat yang berada di dalam botol kultur, dipindahkan ke dalam
kantong plastik putih. Ketika dipindahkan, botol kultur ditutup dengan telapak
tangan. Hal ini supaya lalat lebih mudah keluar ke kantong plastik, karena lalat
Drosophila lebih senang menuju ke arah cahaya. Setelah beberapa lalat berada di
dalam kantong plastik, maka dilakukan pembiusan dengan cara memasukkan
kapas yang telah ditetesi sedikit khloroform ke dalamnya selama beberapa saat
hingga pingsan.
Serta pemberian zat bius terhadap drosophila ini bertujuan untuk
mempermudah praktikan untuk mengamati fisiologi dari drosophila ini dan untuk
mengetahui apakah drosophila ini merupakan drosophila jantan atau betina. Pada
pembiusan, khloroform yang digunakan hanya beberapa tetes saja, karena jika
dosisnya terlalu banyak, dapat menyebabkan kematian pada lalat yang akan
diidentifikasi. Selain itu, pemindahan lalat dari botol kultur ke kantong plastik
memerlukan kesabaran karena terkadang lalat banyak yang hanya menempel di
gabus penutup botol. Khloroform yang digunakan hanya beberapa tetes saja,
karena jika dosisnya terlalu banyak, dapat menyebabkan kematian pada lalat yang
akan diidentifikasi. Selain itu, pemindahan lalat dari botol kultur ke kantong
plastik memerlukan kesabaran karena terkadang lalat banyak yang hanya
menempel di gabus penutup botol.
Setelah drosophila di bius dengan menggunakan cairan Kloroform ini
drosophila diamati di bawah mikroskop streo untuk mengetahui apakah drosohila
tersebut jantan dan betina.
Menurut Aini (1992) untuk membedakan antara Drosophila jantan dan
betina, terdapat beberapa ciri khusus yang dimiliki oleh individu jantan dan
betina. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Pada Drosophila jantan, memiliki sisir kelamin atau sex-comb yang
terletak pada bagian tarsus dan metatarsus. Sedangkan Drosophila betina
pada bagian tarsus dan metatarsus tidak terdapat bentukan seperti sisir
(sex-comb), tetapi hanya terdapat rambut-rambut halus.
2. Pada Drosophila betina bagian ujung posterior abdomen terdapat tonjolan
yang disebut ovopositor, sedangkan pada Drosophila jantan ujung
posterior abdomennya tampak tumpul. Pada jantan bagian posterior
abdomennya, di dekat lengkung genital terdapat kait seks yang berfungsi
sebagai alat kopulasi.
Hal tersebut sesuai dengan hasil amatan yang dilakukan oleh praktikan,
dimana drosophila jantang ini di ujung abdomennya tidak ada tonjolan (tumpul)
sedangkan pada drosophila betina terdapat tonjolon. Dan pada jantan ini terdapat
sisir kelamin.
Ketika parental pertal dari medium yang kedua akan menghasilkan f1
dimana f1 ini akan dikawinkan (dijadikan parental) lagi dengan sesamanya. Dan
f2 ini tidak mendapatkan adanya mutan karena kondisi warna mata dari si
drosophila ini tidak berwarna putih.
Tetapi f2 ini hanya bertahan sebentar, karena medium yang digunakan
ini telah membusuk dan bukan dari medium APRG, juga selain itu disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu siklus hidup Drosophila melanogaster bervariasi sesuai
suhu. Rata-rata lama periode telur-larva pada suhu 20oC adalah 8 hari; pada suhu
25oC lama siklus menurun yaitu 5 hari. Siklus hidup pupa pada suhu 20
oC adalah
sekitar 6,3 hari, sedangkan pada suhu 25oC sekitar 4,2 hari. Sehinga pada suhu
25oC siklus hidup Drosophila melanogaster dapat sempurna sekitar 10 hari, tetapi
pada suhu 20oC dibutuhkan sekitar 15 hari. Pemeliharaan Drosophila sebaiknya
berada dalam suhu ruang dimana temperatur tidak dibawah 20oC atau diatas 25
oC.
Suhu tinggi atau diatas 30oC dapat mengakibatkan sterilisasi atau kematian, dan
pada temperatur rendah keberlangsungan hidup dari lalat ini terganggu dan
memanjangkan siklus hidup (contoh, pada suhu 10oC untuk mencapai tingkat
larva dibutuhkan sekitar 57 hari dan pada suhu 15oC sekitar 18 hari). Hal yang
perlu diingat adalah bahwa suhu di dalam biakan botol dapat lebih tinggi
dibandingkan suhu lingkungan sekitar di luar botol, karena adanya peningkatan
panas akibat fermentasi ragi (Demerec dan Kaufmann, 1961).
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurul. 1992. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Aspek-aspek
Morfologi Drosophila (Sophophora) ananassae Doleschall. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang.
Barnes, B.W. and M.J. Kearsey, 1973. An Introduction to Drosophila
melanogaster Genetics. In Practical Genetics, edited by P.M.
Sheppard. John Wiley and Sons, New York.
Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga.
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.
Demerec dan Kaufmann. 1961. Drosophila Guide. Introduction to the Genetics
and Cytology of Drosophila melanogaster. Carnegie Institution of
Washington, Washington D.C.
Frost, S.W. 1959. Insect Life and Insect Natural History. Second Revised
Edition. Dover Publication, INC., New York.
Goodenough, Ursula. 1988. Genetika. Erlangga: Jakarta.
Iskandar, D.T. 1987. Petunuk Praktikum Genetika Pusat Antar Universitas
Bidang Ilmu Hayati, ITB Bandung.
Mulyati, M.A.S. 1985. Pengaruh Silang dalam terhadap heritabilitas dan
keragaman lebar thorax, jumlah bulu sternopleural dan jumlah anak
pada lalat buah. Skripsi. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Shorrocks, B. 1972. Drosophila, Ginn and Company Limited, London. Hal 31-
48;71-76; 103-116.
Strickberger, M.W. 1962. Experiments in Genetics with drosophila. John Wiley
and Sons Inc, New York.
Wiyono, H.T. 1986. Studi mengenai pentingnya lalat buah Drosophila
Melanogaster sebagai bahan praktikum genetika di SMA. Tesis.
Fakultas Pasca sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Malang.