Dwi Perdana - 1301455 - Ptk

53
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi oleh siswa SMK salah satunya adalah mengenai proses metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. SMK merupakan sekolah yang berupaya untuk membentuk keterampilan yang dimiliki oleh para siswanya. Pada praktek di lapangan guru-guru SMK kurang memperhatikan metode pembelajaran yang beliau gunakan untuk membentuk keterampilan tersebut, karena pada hakikatnya metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan teori akan berbeda dengan metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar praktik. Hal ini berimbas pada hasil prestasi belajar siswa pada materi vokasionalnya, contoh pada materi pembubutan konvensional berikut: Nilai Hasil Belajar Kompetensi Pembubutan Konvensional No. Rentang Nilai Perolehan Nilai Banyak Siswa Persentase (%) 1 91 100 0 0 2 81 90 7 26 3 71 80 15 56 4 < 70 5 18 Jumlah 27 100

description

Penelitian Pendidikan

Transcript of Dwi Perdana - 1301455 - Ptk

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Permasalahan yang dihadapi oleh siswa SMK salah satunya adalah

    mengenai proses metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. SMK

    merupakan sekolah yang berupaya untuk membentuk keterampilan yang dimiliki

    oleh para siswanya. Pada praktek di lapangan guru-guru SMK kurang

    memperhatikan metode pembelajaran yang beliau gunakan untuk membentuk

    keterampilan tersebut, karena pada hakikatnya metode pembelajaran yang

    digunakan untuk mengajarkan teori akan berbeda dengan metode pembelajaran

    yang digunakan dalam mengajar praktik. Hal ini berimbas pada hasil prestasi

    belajar siswa pada materi vokasionalnya, contoh pada materi pembubutan

    konvensional berikut:

    Nilai Hasil Belajar Kompetensi Pembubutan Konvensional

    No. Rentang Nilai

    Perolehan Nilai

    Banyak Siswa Persentase (%)

    1 91 100 0 0

    2 81 90 7 26

    3 71 80 15 56

    4 < 70 5 18

    Jumlah 27 100

  • 2

    (Sumber: Nilai hasil belajar siswa kelas XI di salah satu SMK Kutawaringin

    Subang bidang teknik pemesinan tahun ajaran 2012/2013)

    Hasil yang kurang memuaskan ini dikarenakan siswa hanya diberikan

    pemahaman teori-teori dan kurang mengaplikasikan teori-teori yang telah

    diperolehnya ke dalam praktikum, sejauh ini pendidik hanya memberikan materi

    dengan cara metode klasikal. Hal tersebut merupakan salah satu faktor siswa

    kurang dalam memahami pengaplikasian materi ke dalam praktisi kerja.

    Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan metode lain untuk dapat melihat hasil belajar

    siswa dalam menguasai kompetensi pembubutan konvensional, dalam hal ini

    peneliti menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, di mana siswa

    dituntut lebih aktif dalam proses belajar.

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis melakukan penelitian

    dalam sebuah judul Upaya Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi Pembubutan Konvensional.

    B. Rumusan Masalah

    Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

    meningkatkan kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional?

    C. Tujuan

    Meningkatkan kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional.

  • 3

    D. Manfaat

    1. Bagi Siswa

    a. Meningkatkan kompetensi pembubutan konvensional yang dimiliki oleh

    siswa.

    b. Memberikan jam praktikum lebih banyak dengan metode pembelajaran

    inkuiri terbimbing.

    c. Memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

    keterampilannya.

    2. Bagi Guru

    a. Membantu guru memperbaiki metode pembelajaran di bidang vokasional.

    b. Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan

    masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas

    pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa.

  • 4

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri

    Phillips (Arnyana, 2007:39), mengemukakan Inkuiri merupakan

    pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang

    pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi

    penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir

    kritis., sedangkan menurut Syaiful Sagala (2011:196), Metode inkuiri

    merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar

    berpikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga

    dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,

    mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah., dan menurut

    Winataputra (1992), pengertian pembelajaran berbasis inkuiri adalah Metode

    yang dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

    sains sebagai para saintis mempelajari dunia alamiah.. Berdasarkan definisi-

    definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah metode

    pembelajaran yang menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan

    cara proses berpikir logis dan analitis untuk memecahkan suatu masalah.

    4

  • 5

    b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Inkuiri

    Pada penerapannya dalam bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode

    inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa,

    2006 : 109) bahwa :

    1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

    Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai

    pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan

    bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian

    besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan

    permasalahan.

    2) Inkuiri Bebas (Free Inquiry)

    Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaimana seorang

    ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan

    merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya

    adalah inquiry role appoach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu.,

    setiap anggota kelompok tugas, memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator

    kelompok, pembimbing teknis, pencatat data, dan pengevaluasi proses.

    3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)

    Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan

    kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui

    pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

  • 6

    1. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    Menurut W. Gulo (2008:84-85), menyebutkan bahwa Metode

    pembelajaran inkuiri pada hakikatnya merupakan proses penemuan atau

    penyelidikan.. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong siswa dalam

    mengembangkan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-

    pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

    Proses pembelajarannya berubah dari dominasi guru (teacher dominated)

    menjadi dominasi oleh siswa (student dominated), karena dalam metode

    Guided Inquiry yang lebih aktif belajar adalah siswa (sebagai subjek belajar),

    sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

    Metode Guided Inquiry merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran

    dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

    siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta, melainkan

    juga dari menemukan sendiri. Pada prosesnya, siswa tidak hanya berperan

    sebagai penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan

    untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut. Proses

    pembelajaran inkuiri meliputi lima langkah yaitu: merumuskan masalah,

    mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik

    kesimpulan.

    2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    Secara umum Sanjaya (2012:199), mengemukakan bahwa proses

    pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat

    mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  • 7

    1) Orientasi

    Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

    pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk

    berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung

    pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam

    memecahkan masalah.

    2) Merumuskan Masalah

    Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan

    yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

    menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat. Proses

    mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan

    memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

    mengembangkan mental melalui proses berpikir.

    3) Merumuskan Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang sedang di

    kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya. Dalam

    langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah

    diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan

    kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan

    berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan

    jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa

    akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta

  • 8

    keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang

    mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan

    logis.

    4) Mengumpulkan Data

    Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

    dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan

    data meliputi percobaan atau eksperimen. Metode inkuiri, mengumpulkan data

    merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan

    intelektual, oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

    berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

    5) Menguji Hipotesis

    Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

    diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

    pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari

    tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Di samping itu,

    menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

    6) Merumuskan Kesimpulan

    Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

    diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan

    merupakan hal yang utama dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang

    diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap

    masalah yang hendak di pecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapaikan

  • 9

    kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data

    mana yang relevan.

    2. Kompetensi

    Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

    nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi, kompetensi adalah

    Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang

    sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

    tugas- tugas di bidang pekerjaan tertentu., sedangkan definisi kompetensi

    menurut Amstrong & Murlis dalam Ramelan (2003:47), dia mendefinisikan

    Kompetensi sebagai karakteristik mendasar individu yang secara kausal

    berhubungan dengan efektivitas atau kinerja yang sangat baik..

    Menurut Wahjosumidjo (1995:34), kompetensi adalah merupakan kinerja

    tugas rutin yang integratif, yang menggabungkan resources (kemampuan,

    pengetahuan, asset dan proses, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat) yang

    menghasilkan posisi yang lebih tinggi dan kompetitif.

    3. Pembubutan Konvensional

    a. Pengertian Pembubutan Konvensional

    Menurut B. Sentot Wijanarka (2000:18), pembubutan konvensional adalah

    Proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk

    silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut.. Bentuk

    dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda

    silindris atau bubut rata :

  • 10

    1) Benda kerja yang berputar.

    2) Satu pahat bermata potong.

    3) Gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu

    sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.

    b. Teknik Dasar Pembubutan Konvensional

    Menurut Hoiri (2008:23-31), beberapa teknik dasar dalam pembubutan

    konvensional adalah:

    1) Membubut muka

    2) Membubut lurus

    3) Membubut tirus (konis)

    4) Membubut bentuk

    5) Membubut bentuk (memotong)

    6) Membubut ulir

    7) Membubut dalam

    8) Mengebor

    4. Penelitian yang Relevan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini

    diperoleh informasi sebagai kajian dalam melakukan penelitian ini, menurut Asep

    (2013;14)

    Rerata hasil belajar praktik membubut kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Bantul

    pada mata diklat praktik pemesinan yang diajar dengan pembelajaran

    menggunakan metode pembelajaran inkuri (kelas eksperimen) dan tidak

    menggunakan metode pembelajaran inkuiri (kelas kontrol) berbeda. Rerata nilai

    kelas eksperimen mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu eksperimen 81,64 >

  • 11

    kontrol 78,56. Hasil belajar praktik membubut kelas yang menggunakan metode

    pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibanding dengan kelas yang tidak

    menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

    Sedangkan dalam penelitiannya, Harnendro (2013;56), mengatakan bahwa

    Penggunaan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran kompetensi permesinan mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dapat meningkatkan hasil

    belajar berupa kompetensi pembubutan siswa kelas X TP (Teknik Permesinan)

    SMK Slamet Riyadi Gemolong tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian

    yang telah dilaksanakan oleh peneliti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari

    setiap siklusnya. Pada siklus 1 nilai rata-rata siswa sebesar 69,92 dengan

    ketuntasan klasikal sebesar 72%. Dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir siklus 1

    sebanyak 7 siswa yang belum tuntas. Pada siklus 2 nilai rata-rata siswa meningkat

    menjadi 78,30 dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,92%.

    Mujabirul Khoir (2013;14) dalam penelitian yang telah dilakukannya,

    mengatakan

    Penerapan pembelajaran inkuiri yang dilakukan dengan memberikan soal latihan, pemberian tugas secara kelompok dan praktik dengan menggunakan mesin bubut

    dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan

    dengan keaktifan siswa pada siklus I 65.8% meningkat pada siklus III menjadi

    79.9%.

    B. Hipotesis Tindakan

    Penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing akan meningkatkan

    kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional.

  • 12

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Setting Penelitian

    1. Subjek Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini ditujukan kepada siswa kelas XI SMK

    Kutararingin bidang teknik pemesinan yang berjumlah 27 orang.

    2. Lokasi

    Melakukan penelitian tentunya harus menentukan lokasi penelitian

    terlebih dahulu, hal tersebut untuk membantu penulis untuk melakukan penelitian.

    Adapun lokasi penelitian yang penulis akan gunakan adalah salah satu SMK

    Kutawaringin Subang di Jl. Marsinu No. 3 Cigadung Subang.

    B. Rencana Tindakan

    1. Siklus 1

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    (RPP)

    Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar

    Kelas / Semester : XI / 1

    Pertemuan Ke- : 6

    12

  • 13

    Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

    Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

    ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

    melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan

    langsung.

    Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis

    pekerjaan.

    KKM : 75

    Indikator : a. Menjelaskan cara pemasangan pahat rata pada mesin

    bubut.

    b. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada

    proses pembubutan.

    c. Melakukan pembubutan rata sesuai dengan prosedur.

    d. Melakukan pembubutan bertingkat sesuai dengan

    prosedur.

    A. Tujuan Pembelajaran

    Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan pemasangan pahat rata sesuai dengan langkah kerja dalam

    SOP.

  • 14

    2. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses

    pembubutan.

    3. Melakukan pembubutan rata sesuai dengan prosedur.

    4. Melakukan pembubutan bertingkat sesuai dengan prosedur.

    B. Materi Pembelajaran

    Pembubutan adalah Proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian

    mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin

    bubut.. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan

    permukaan luar benda silindris atau bubut rata :

    1. Benda kerja yang berputar.

    2. Satu pahat bermata potong.

    Gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu

    sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.

    Beberapa teknik dasar dalam pembubutan konvensional adalah:

    1. Membubut muka

    2. Membubut lurus

    3. Membubut tirus (konis)

    4. Membubut bentuk

    5. Membubut bentuk (memotong)

    6. Membubut ulir

    7. Membubut dalam

    8. Mengebor

  • 15

    C. Metode Pembelajaran

    1. Ceramah

    2. Tanya Jawab

    3. Demonstrasi

    4. Praktikum

    D. Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan Pembelajaran

    Metode Waktu

    Guru Siswa

    Kegiatan

    Pembuka

    Membuka kelas dengan salam,

    berdoa dan mengecek resensi

    Menjawab salam,

    berdoa bersama

    dan menjawab

    kabar dari guru

    Tanya

    jawab

    15 menit

    Menyampaikan tujuan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    Ceramah

    Memberikan pertanyaan tentang

    ruang lingkup materi

    Menjawab

    pertanyaan

    Tanya

    jawab

    Menyampaikan ruang lingkup

    materi dan kegiatan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    penjelasan guru Ceramah

    Kegiatan

    Inti

    Menjelaskan tentang langkah-

    langkah pemasangan pahat rata

    pada mesin bubut

    Memperhatikan

    penjelasan guru

    Ceramah

    150 menit

  • 16

    Menjelaskan keselamatan dan

    kesehatan kerja pada proses

    pembubutan

    Memperhatikan Ceramah

    Menjelaskan cara melakukan

    proses pembubutan rata dan

    pembubutan bertingkat

    Memperhatikan Ceramah

    Memberikan kesempatan

    bertanya bagi siswa

    Bertanya tentang

    materi yang

    belum dipahami

    Tanya

    Jawab

    Membimbing siswa melakukan

    praktikum proses pembubutan

    rata

    Melakukan

    pembubutan rata

    Praktikum

    Kegiatan

    Penutup

    Melakukan refleksi bersama

    terhadap pembelajaran yang

    sudah dilakukan

    Menyimak Ceramah

    15 menit

    Mengakhiri pertamuan dengan

    doa dan salam

    Berdoa dan

    menjawab salam

    Tanya

    Jawab

    E. Sumber Belajar

    1. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV

    Wacana Prima.

    2. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Kejuruan. Jakarta.

  • 17

    F. Media

    1. Mesin bubut

    2. Perlengkapan mesin bubut

    G. Penilaian Hasil Belajar

    1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis

    b. Tes Praktikum

    2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay

    b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)

    Instrumen Penilaian

    a. Tes Tertulis

    1. Berapa kecepatan putaran mesin jika digunakan untuk membubut bahan

    ST37, 2 x 120 mm?

    2. Mengapa Ujung pahat dibuat radius pada pahat bentuk radius?

    3. Mengapa batang pemegang pahat dalam diameternya lebih kecil dibanding

    diameter dalam yang akan dibuat?

    4. Bagian mana yang menunjukkan pahat ulir untuk membuat ulir segitiga?

    Kunci Jawaban

    1. 156,7 rpm 160 rpm

  • 18

    2. Karena ujung pahat bentuk dibuat sesuai dengan bentuk permukaan benda

    kerja yang diinginkan, untuk permukaan beradius maka ujung pahat

    bentuk dibuat radius.

    3. Karena batang pemegang pahat harus membawa pahat masuk dalam

    lubang yang dibuat.

    4. Pada bagian ujung pemakanan pahatnya.

    Teknik

    Penilaian

    No. Soal Instrumen Penilaian Skor

    Tes

    Tertulis

    1

    Berapa kecepatan putaran mesin jika digunakan

    untuk membubut bahan ST37, 2 x 120 mm? 25

    2

    Mengapa Ujung pahat dibuat radius pada pahat

    bentuk radius?

    30

    3

    Mengapa batang pemegang pahat dalam

    diameternya lebih kecil dibanding diameter

    dalam yang akan dibuat?

    25

    4

    Bagian mana yang menunjukkan pahat ulir untuk

    membuat ulir segitiga?

    20

    Jumlah skor Maksimum 100

  • 19

    Pedoman Penilaian:

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A Lulus sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    80 89

    B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja dengan bimbingan

    < 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

    remedial dan bimbingan lebih serius

  • 20

    b. Tes Praktik

  • 21

    Pedoman Penilaian

    No Hasil pekerjaan Skor

    1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4

    2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    satu toleransi

    3

    3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    dua toleransi

    2

    4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    tiga toleransi

    1

    5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    empat atau lebih dari toleransi

    0

    Kriteria Penilaian

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A Lulus sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja > 90% sesuai gambar kerja

    80 89 B Lulus baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja 80% - 90% sesuai gambar

    kerja

    75 79 C Lulus cukup

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja 75% - 79% sesuai gambar

    kerja

    < 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

  • 22

    remedial dan bimbingan lebih serius

    Bandung, 10 Mei 2015

    Peneliti:

    Dwi Perdana

    NIM: 1301455

    Mengetahui

    Dosen Pembimbing:

    Drs. Haryadi, M.Pd.

    NIP:.....................................

    Guru Pamong:

    Junaedi, ST.

    NIP: 19660501 200501 2

    2. Siklus 2

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    (RPP)

    Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar

    Kelas / Semester : XI / 1

    Pertemuan Ke- : 7

  • 23

    Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

    Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

    ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

    melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan

    langsung.

    Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis

    pekerjaan.

    KKM : 75

    Indikator : a. Menjelaskan prosedur pembubutan tirus.

    b. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada

    proses pembubutan.

    c. Melakukan pembubutan tirus sesuai dengan prosedur.

    A. Tujuan Pembelajaran

    Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan prosedur proses pembubutan tirus SOP.

    2. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses

    pembubutan.

    3. Melakukan pembubutan tirus sesuai dengan prosedur.

    B. Materi Pembelajaran

  • 24

    Benda kerja berbentuk tirus (taper) dihasilkan pada proses bubut apabila

    gerakan pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Cara

    membuat benda tirus ada beberapa macam, seperti dijelaskan berikut ini.

    Dengan memiringkan eretan atas pada sudut tertentu, gerakan pahat

    (pemakanan) dilakukan secara manual (memutar handle eretan atas).

    Pengerjaan dengan cara ini memakan waktu cukup lama, karena gerakan pahat

    kembali relatif lama (ulir eretan atas kisarnya lebih kecil dari pada ulir

    transportir). Dengan alat bantu tirus (taper attachment), pembuatan tirus

    dengan alat ini adalah untuk benda yang memiliki sudut tirus relatif kecil

    (sudut sampai dengan 9).

    Pembuatan tirus lebih cepat karena gerakan pemakanan (feeding) bisa

    dilakukan otomatis Dengan menggeser kepala lepas (tail stock), dengan cara

    ini proses pembubutan tirus dilakukan sama dengan proses membubut lurus

    dengan bantuan dua senter. Benda kerja tirus terbentuk karena sumbu kepala

    lepas tidak sejajar dengan sumbu kepala tetap. Untuk cara ini sebaiknya hanya

    untuk sudut tirus yang sangat kecil, karena apabila sudut tirus besar bisa

    merusak senter jalan yang dipasang pada kepala lepas.

    C. Metode Pembelajaran

    1. Ceramah

    2. Tanya Jawab

    3. Demonstrasi

    4. Praktikum

  • 25

    D. Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan Pembelajaran

    Metode Waktu

    Guru Siswa

    Kegiatan

    Pembuka

    Membuka kelas dengan salam,

    berdoa dan mengecek resensi

    Menjawab salam,

    berdoa bersama

    dan menjawab

    kabar dari guru

    Tanya

    jawab

    15 menit

    Menyampaikan tujuan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    Ceramah

    Memberikan pertanyaan tentang

    ruang lingkup materi

    Menjawab

    pertanyaan

    Tanya

    jawab

    Menyampaikan ruang lingkup

    materi dan kegiatan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    penjelasan guru Ceramah

    Kegiatan

    Inti

    Menjelaskan tentang langkah-

    langkah kerja pembubutan tirus.

    Memperhatikan

    penjelasan guru

    Ceramah

    150 menit

    Menjelaskan keselamatan dan

    kesehatan kerja pada proses

    pembubutan

    Memperhatikan Ceramah

    Memberikan kesempatan

    bertanya bagi siswa

    Bertanya tentang

    materi yang

    belum dipahami

    Tanya

    Jawab

    Membimbing siswa melakukan Melakukan Praktikum

  • 26

    praktikum proses pembubutan

    tirus

    pembubutan tirus

    Kegiatan

    Penutup

    Melakukan refleksi bersama

    terhadap pembelajaran yang

    sudah dilakukan

    Menyimak Ceramah

    15 menit

    Mengakhiri pertamuan dengan

    doa dan salam

    Berdoa dan

    menjawab salam

    Tanya

    Jawab

    E. Sumber Belajar

    3. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV

    Wacana Prima.

    4. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Kejuruan. Jakarta.

    F. Media

    3. Mesin bubut

    4. Perlengkapan mesin bubut

    G. Penilaian Hasil Belajar

    1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis

    b. Tes Praktikum

    2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay

    b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)

  • 27

    Instrumen Penilaian

    a. Tes Tertulis

    1. Apa yang dimaksud dengan pembubutan tirus?

    2. Didalam pembubutan tirus diketahui, D = 50 mm, d = 34 mm, panjang

    ketirusan L = 60 mm, berapa pergeseran eretan atasnya?

    3. Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada mesin bubut, yaitu panjang

    total benda kerja 150 mm, panjang tirus efektif 80 mm, diameter tirus yang

    besar (D) 25 mm, dan ukuran diameter tirus yang kecil (d) 21 mm. Berapa

    jarak pergeseran kepala lepasnya?

    4. Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada mesin bubut, mempunyai

    diameter ketirusan yang besar (D) = 30 mm, dan diameter ketirusan yang

    kecil (d) = 13 mm, panjang ketirusanya (P) = 50 mm Hitunglah berapa

    strip alat pembawa pada attachment harus harus digeser?

    Kunci Jawaban

    1. Pembubutan tirus adalah Proses pembubutan yang dimana proses

    pengerjaannya serupa dengan pembubutan lurus hanya bedanya gerakan

    pahat disetel mengikuti sudut tirus yang dikehendaki baik menggunakan

    eretan atas, penggeseran kepala lepas, dan atau dengan alat bantu taper

    attachment (perlengkapan tirus).

    2. (

    2) =

    2= 0,133

    = 7o

    3. =

    2= 3,75

  • 28

    4. () =

    2= 0,17

    Teknik

    Penilaian

    No. Soal Instrumen Penilaian Skor

    Tes

    Tertulis

    1 Apa yang dimaksud dengan pembubutan tirus? 15

    2

    Didalam pembubutan tirus diketahui, D = 50

    mm, d = 34 mm, panjang ketirusan L = 60 mm,

    berapa pergeseran eretan atasnya?

    25

    3

    Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada

    mesin bubut, yaitu panjang total benda kerja 150

    mm, panjang tirus efektif 80 mm, diameter tirus

    yang besar (D) 25 mm, dan ukuran diameter tirus

    yang kecil (d) 21 mm. Berapa jarak pergeseran

    kepala lepasnya?

    30

    4

    Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada

    mesin bubut, mempunyai diameter ketirusan

    yang besar (D) = 30 mm, dan diameter ketirusan

    yang kecil (d) = 13 mm, panjang ketirusanya (P)

    = 50 mm Hitunglah berapa strip alat pembawa

    pada attachment harus harus digeser?

    30

    Jumlah skor Maksimum 100

  • 29

    Pedoman Penilaian:

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A Lulus sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    80 89

    B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja dengan bimbingan

    < 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

    remedial dan bimbingan lebih serius

  • 30

    b. Tes Praktik

  • 31

    Pedoman Penilaian

    No Hasil pekerjaan Skor

    1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4

    2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    satu toleransi

    3

    3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    dua toleransi

    2

    4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    tiga toleransi

    1

    5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    empat atau lebih dari toleransi

    0

    Kriteria Penilaian

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A

    Lulus

    sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda

    kerja > 90% sesuai gambar kerja

    80 89 B Lulus

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda

    kerja 80% - 90% sesuai gambar kerja

    75 79 C Lulus

    cukup

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda

    kerja 75% - 79% sesuai gambar kerja

    < 75 D

    Tidak

    lulus

    Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

    remedial dan bimbingan lebih serius

  • 32

    Bandung, 10 Mei 2015

    Peneliti:

    Dwi Perdana

    NIM: 1301455

    Mengetahui

    Dosen Pembimbing:

    Drs. Haryadi, M.Pd.

    NIP:.....................................

    Guru Pamong:

    Junaedi, ST.

    NIP: 19660501 200501 2

    3. Siklus 3

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    (RPP)

    Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar

    Kelas / Semester : XI / 1

    Pertemuan Ke- : 8

    Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

  • 33

    Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

    ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

    melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan

    langsung.

    Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan.

    KKM : 75

    Indikator : a. Menjelaskan prosedur pembubutan ulir luar.

    b. Menjelaskan prosedur pengartelan.

    c. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada

    proses pembubutan.

    d. Melakukan pembubutan ulir sesuai dengan prosedur.

    e. Melakukan pengartelan sesuai dengan prosedur.

    A. Tujuan Pembelajaran

    Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan prosedur proses pembubutan ulir luar sesuai SOP.

    2. Menjelaskan prosedur pengartelan sesuai SOP.

    3. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses

    pembubutan.

    4. Melakukan pembubutan ulir sesuai dengan prosedur.

  • 34

    5. Melakukan pengartelan sesuai dengan prosedur.

    B. Materi Pembelajaran

    Proses pembuatan ulir bisa dilakukan pada mesin bubut. Pada mesin bubut

    konvensional (manual) proses pembuatan ulir kurang efisien, karena

    pengulangan pemotongan harus dikendalikan secara manual, sehingga proses

    pembubutan lama dan hasilnya kurang presisi. Dengan mesin bubut yang

    dikendalikan CNC proses pembubutan ulir menjadi sangat efisien dan efektif,

    karena sangat memungkinkan membuat ulir dengan kisar (pitch) yang sangat

    bervariasi dalam waktu relatif cepat dan hasilnya presisi. Ulir segi tiga

    tersebut bisa berupa ulir tunggal atau ulir ganda. Pahat yang digunakan untuk

    membuat ulir segi tiga ini adalah pahat ulir yang sudut ujung pahatnya sama

    dengan sudut ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir Metris sudut ulir adalah

    60, sedangkan ulir whitwoth sudut ulir 55. Identifikasi ulir biasanya

    ditentukan berdasarkan diameter mayor dan kisar ulir. Misalnya ulir M5 0,8

    berarti ulir metris dengan diameter mayor 5 mm dan kisar (pitch) 0,8 mm.

    Selain ulir Metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir whitworth (sudut ulir

    55).

    Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diameter mayor ulir dan jumlah ulir

    tiap inci. Misalnya untuk ulir Whitwoth 3/8 jumlah ulir tiap inchi adalah 16

    (kisarnya Selain ulir Metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir whitworth

    (sudut ulir 55). Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamater mayor ulir dan

    jumlah ulir tiap inchi (Tabel 6.7). Misalnya untuk ulir Whitwoth 3/8 jumlah

  • 35

    ulir tiap inchi adalah 16 (kisarnya 0,0625). Ulir ini biasanya digunakan untuk

    membuat ulir pada pipa (mencegah kebocoran fluida).

    Kartel / Knurling adalah proses pengasaran yang merata dan membentuk

    sebuah profil pada mesin bubut.

    1. Buat ukuran diameter sesuai dengan gambar kerja, diminuskan 0.5.

    Misal ukuran diameter 30, dibuat menjadi 29.5. Chamfer ujung

    diameter.

    2. Pasang roda kartel menggunakan tool holder, kemudian senterkan.

    3. Setting rpm dengan putaran rendah, dan feeding rendah. putar spindle

    kemudian kencangkan baut pengencang roda kartel sampai

    membentuk profil yang diminta. (pengencangan roda kartel hanya

    boleh dilakukan saat benda berputar) gerakkan roda kartel dengan

    feeding otomatis 0.03mm/put.

    C. Metode Pembelajaran

    1. Ceramah

    2. Tanya Jawab

    3. Demonstrasi

    4. Praktikum

    D. Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan Pembelajaran

    Metode Waktu

    Guru Siswa

  • 36

    Kegiatan

    Pembuka

    Membuka kelas dengan salam,

    berdoa dan mengecek resensi

    Menjawab salam,

    berdoa bersama

    dan menjawab

    kabar dari guru

    Tanya

    jawab

    15 menit

    Menyampaikan tujuan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    Ceramah

    Memberikan pertanyaan tentang

    ruang lingkup materi

    Menjawab

    pertanyaan

    Tanya

    jawab

    Menyampaikan ruang lingkup

    materi dan kegiatan

    pembelajaran

    Memperhatikan

    penjelasan guru Ceramah

    Kegiatan

    Inti

    Menjelaskan tentang langkah-

    langkah kerja pembubutan ulir

    luar.

    Memperhatikan

    penjelasan guru

    Ceramah

    150 menit

    Menjelaskan tentang langkah-

    langkah kerja pengartelan

    Memperhatikan

    penjelasan guru

    Ceramah

    Menjelaskan keselamatan dan

    kesehatan kerja pada proses

    pembubutan

    Memperhatikan Ceramah

    Memberikan kesempatan

    bertanya bagi siswa

    Bertanya tentang

    materi yang

    belum dipahami

    Tanya

    Jawab

    Membimbing siswa melakukan Melakukan Praktikum

  • 37

    praktikum proses pembubutan

    ulir luar

    pembubutan ulir

    luar

    Membimbing siswa melakukan

    praktikum proses pengartelan

    Melakukan

    pengartelan

    Praktikum

    Kegiatan

    Penutup

    Melakukan refleksi bersama

    terhadap pembelajaran yang

    sudah dilakukan

    Menyimak Ceramah

    15 menit

    Mengakhiri pertamuan dengan

    doa dan salam

    Berdoa dan

    menjawab salam

    Tanya

    Jawab

    E. Sumber Belajar

    1. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV

    Wacana Prima.

    2. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Kejuruan. Jakarta.

    F. Media

    1. Mesin bubut

    2. Perlengkapan mesin bubut

    G. Penilaian Hasil Belajar

    1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis

    b. Tes Praktikum

  • 38

    2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay

    b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)

    Instrumen Penilaian

    a. Tes Tertulis

    1. Lonceng ulir pada pembubutan ulir berguna untuk?

    2. Proses penyayatan ulir segitiga dengan mesin bubut, jika kedudukan pahat

    bergeser dapat disetel kembali dengan cara?

    3. Ulir segi empat tunggal (1 jalan) dengan diameter luar 20 mm dan kisar 8

    gang/inchi, diameter kakinya sebesar?

    4. Alur seperti gambar dibuat dengan mesin bubut menggunakan pisau?

    Kunci Jawaban

    1. Memberikan tanda bahwa panjang ulir tercapai.

    2. Menggeser pahat dengan memutar spindel eretan atas.

    3. 13,12 mm

    4. Kartel

    Teknik

    Penilaian

    No. Soal Instrumen Penilaian Skor

    Tes

    Tertulis

    1

    Lonceng ulir pada pembubutan ulir berguna

    untuk?

    25

  • 39

    2

    Proses penyayatan ulir segitiga dengan mesin

    bubut, jika kedudukan pahat bergeser dapat

    disetel kembali dengan cara?

    25

    3

    Ulir segi empat tunggal (1 jalan) dengan

    diameter luar 20 mm dan kisar 8 gang/inchi,

    diameter kakinya sebesar?

    25

    4

    Alur seperti gambar dibuat dengan mesin bubut

    menggunakan pisau?

    30

    Jumlah skor Maksimum 100

    Pedoman Penilaian:

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A Lulus sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    80 89

    B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja tanpa bimbingan

    76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat

    bekerja dengan bimbingan

    < 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

    remedial dan bimbingan lebih serius

  • 40

    b. Tes Praktik

  • 41

    Pedoman Penilaian

    No Hasil pekerjaan Skor

    1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4

    2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    satu toleransi

    3

    3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    dua toleransi

    2

    4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    tiga toleransi

    1

    5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar

    empat atau lebih dari toleransi

    0

    Kriteria Penilaian

    Nilai

    Predikat Keterangan

    Angka Huruf

    90 100 A Lulus sangat

    baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja > 90% sesuai gambar kerja

    80 89 B Lulus baik

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja 80% - 90% sesuai gambar

    kerja

    75 79 C Lulus cukup

    Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran

    benda kerja 75% - 79% sesuai gambar

    kerja

    < 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu

  • 42

    remedial dan bimbingan lebih serius

    Bandung, 10 Mei 2015

    Peneliti:

    Dwi Perdana

    NIM: 1301455

    Mengetahui

    Dosen Pembimbing:

    Drs. Haryadi, M.Pd.

    NIP:.....................................

    Guru Pamong:

    Junaedi, ST.

    NIP: 19660501 200501 2

    C. Data dan Cara Pengumpulannya

    Untuk tujuan penelitian tentang kebenaran hipotesis yang diajukan, maka

    diperlukan metode, mengenai metode Surakhmad (1990:131) menjelaskan

    sebagai berikut :

    Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik

    serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidikan serta

    dari situasi penyelidikan adalah pengertian yang luas, yang biasanya dijelaskan

    lebih eksplisit di dalam setiap penyelidikan..

  • 43

    Berdasarkan kutipan di atas metode yang dipergunakan oleh penulis adalah

    metode deskriptif dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Pada penelitian

    kuantitatif, menurut Arikunto (2010:28), Analisis data dilakukan setelah data

    terkumpul., sedangkan Dalam metode deskriptif pada umumnya dilakukan

    dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan

    karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat., Margono (2009:120).

    Metode deskriptif perlu dipilih desain yang tepat dengan kebutuhan yang

    terkandung dalam tujuan penelitian tersebut, maka peneliti memilih desain

    penelitian deskriptif murni atau survei karena penelitian ini hanya memaparkan

    apa yang terdapat dan terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah

    tertentu. Menurut S. Margono (2009 :29), Survei ialah pengamatan atau

    penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik

    terhadap persoalan tertentu dan di dalam daerah tertentu..

    a. Rancangan Penelitian

    Penelitian yang penulis laksanakan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas

    (Action Research) yang terdiri dari beberapa siklus dan tiap siklusnya terdiri dari

    empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

    Desain PTK berbentuk siklus-siklus. Menurut Arikunto (2010:137) siklus

    terdiri atas empat fase, yaitu: 1) fase perencanaan (planning), 2) fase pelaksanaan

    (action), 3) fase pengamatan (observation), dan 4) fase refleksi (reflection).

    Hubungan keempat fase dapat digambarkan sebagai berikut :

  • 44

    Sumber: Arikunto (2010, 137)

    b. Tahapan Penelitian

    Berdasarkan rencana penelitian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Fase perencanaan (Planning). Pada siklus pertama, perencanaan tindakan

    (Planning) dikembangkan berdasarkan hasil observasi awal. Dari masalah

    yang ada dan cara pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat

    perencanaan kegiatan belajar mengajarnya (KBM). Perencanaan ini persis

    dengan KBM yang dibuat oleh guru sehari-hari, termasuk penyiapan

    media, dan alat-alat pemantauan perkembangan pengajaran seperti lembar

    observasi, tes, catatan harian, dan lain-lain.

  • 45

    2. Fase tindakan (Action). Fase ini adalah pelaksanaan KBM yang telah

    direncanakan, bersamaan dengan ini dilakukan juga fase observasi atau

    pemantauan.

    3. Fase observasi atau pemantauan (Observation). Fase observasi dilakukan

    beberapa kegiatan seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Untuk

    mendapatkan data ini diperlukan instrumen dan prosedur pengumpulan

    data (dibahas oleh pemakalah lain). Fase ini juga dilakukan analisis

    terhadap data, dan interpretasinya. Fase ini berlangsung bersamaan dengan

    pelaksanaan tindakan (action) dan pada akhir tindakan. Data yang diambil

    selama pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada

    akhir tindakan dapat dilakukan tes maupun wawancara.

    4. Fase refleksi (Reflection). Menurut Zuber-Skerrit, fase ini terdiri atas

    refleksi kritis dan refleksi diri. Refleksi kritis adalah pemahaman secara

    mendalam atas temuan siklus tersebut, dan refleksi diri adalah mengkaji

    kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus berlangsung, dengan

    demikian, fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis, pembahasan,

    penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi tindak lanjut

    selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan (planning)

    siklus berikutnya.

    1. Instrumen Penelitian

    Data-data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur sebagai

    media atau pengumpul data. Arikunto (2006: 168) mengatakan, Instrumen

    dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

  • 46

    mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nurhasan (1994: 2)

    mengatakan, Dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur, dengan alat

    pengukur ini kita mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran,

    sedangkan Arikunto (2006: 212), mengatakan Jika sebuah instrumen

    berhasil digunakan untuk mengumpulkan data yang benar sesuai dengan

    keadaan senyatanya, maka instrumen tersebut sudah handal..

    Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan, alat pengumpulan data

    yang penulis gunakan adalah menggunakan observasi dan tes.

    a. Observasi

    Dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah

    melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen,

    Arikunto (2006:272). Pada proses observasi, peneliti memberikan tanda di

    dalam kolom di mana kejadian tersebut berlangsung. Menurut Arikunto

    (2006:200) menyatakan bahwa:

    Cara bekerja seperti ini disebut sistem tanda (sign system). Sign system

    digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran, sebagai

    sebuah potret sesuai pengajaran, sebagai sebuah potret selintas (snapshot).

    Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel misalnya: guru

    menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya, dan lainnya.

    b. Tes

    Menurut Arikunto (2010:193), Tes adalah serentetan pertanyaan atau

    latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

    pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

  • 47

    atau kelompok.

    Khusus untuk tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar.

    1) Tes buatan guru

    Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi

    belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan

    kebaikannya.

    2) Tes terstandar

    Tes terstandar yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing,

    yang sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar adalah tes yang sudah

    mengalami uji coba berkali-kali, di revisi berkali-kali sehingga dapat

    dikatakan cukup baik.

    Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menetapkan tes buatan guru

    untuk digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

    2. Pengujian Instrumen

    Pengujian instrumen bertujuan untuk menguji kelayakan instrumen

    sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tahapan

    pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

    a. Validitas

    Alat ukur yang baik harus memiliki validitas tinggi. Valid berarti

    instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus

    diukur., Sugiyono (2009). Suatu tes kimia dikatakan mempunyai validitas

    tinggi jika tes itu benar-benar mengukur taraf penguasaan konsep siswa

  • 48

    terhadap materi pelajaran kimia yang telah diajarkan. Uji validitas yang

    dilakukan oleh peneliti adalah validitas isi.

    Menurut Sugiyono (2009), Secara teknis pengujian validitas isi dapat

    dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matriks

    pengembangan instrumen., dalam kisi-kisi itu terdapat instrumen yang

    diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau

    pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Validitas isi dilakukan

    dengan judgment (pertimbangan) para ahli yang berkompeten, Firman

    (2008). Peneliti melakukan konsultasi dengan satu dosen dan meminta

    saran atas hasil validasi dengan pembimbing. Hasil yang diperoleh dari

    validasi yaitu berupa soal tes tertulis yang sudah diperbaiki dan siap

    digunakan untuk penelitian. Tahap selanjutnya yaitu uji reliabilitas, daya

    pembeda dan tingkat kesukaran pada soal tes tersebut.

    b. Reliabilitas

    Reliabilitas adalah Ukuran sejauh mana alat ukur memberikan gambaran

    yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang, Firman

    (2000). Menurut Sugiyono (2009), Instrumen yang reliabel adalah instrumen

    yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan

    menghasilkan data yang sama..

    D. Analisis dan Refleksi

    Penentuan ketercapaian hasil belajar siswa ditentukan oleh nilai dari hasil

    praktikum yang telah dilakukan dengan kriteria kelulusan minimal sebesar 75.

  • 49

    Metode yang digunakan adalah metode praktikum, hasil benda kerja yang dibuat

    oleh siswa akan di lakukan pengecekan terhadap ukuran yang didapat dengan

    gambar kerja.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV

    Wacana Prima.

    Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

    Kejuruan. Jakarta.

    Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

    Arnyana. 2007. Metode Pembelajaran di dalam Kelas. Bandung: PT Sentosa

    Jaya.

    Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pnedidikan. Jakarta: PT Grasindo.

    Sagala, Syaiful. 2011. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jakarta: CV

    Anugrah Citra

    Sanjaya. 2012. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran. Yogyakarta: PT Gilang

    Ramadhan.

    Susilana, Rudi. 2009. Media Pembalajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

    Mulyasa. 2006. Sekolah Berbasis Vokasional. Bandung: PT Kirana Abadi.

    Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

    Gulo, W. 1992. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.

    Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi

    Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

    Tri Indriawan, Asep. 2013. Pengaruh Penggunaan Work Preparation Sheet dalam

    Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Membubut pada Mata Diklat

    Ppraktik Pemesinan di SMK Muhammadiyah 1 Bantul. Yogyakarta: Tidak.

  • 51

    Prasetyawan, Harnendro. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi

    Pemesinan Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Siswa Kelas X

    Menggunakan Media Audio Visual. Semarang: Tidak.

    Ramelan. 2003. Vokasional dalam Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.

    Wahjosumidjo. 1995. Kompetensi dalam Bidang Pemesinan. Yogyakarta: Rineka

    Cipta.

  • 52

    Lampiran

    1. Jadwal Penelitian

    No Kegiatan

    Bulan

    Juli Agustus September

    Minggu Ke

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Merumuskan Kisi-kisi

    2 Menyusun Instrumen

    3 Uji Coba Instrumen

    4 Analisis Instrumen

    5 Uji Coba Instrumen

    6 Pengambilan Data

    7 Pengolahan Data

    2. Anggaran

    No Komponen/Kegunaan Jumlah Satuan

    Harga

    Satuan

    Jumlah Harga

    1 Bahan Habis Pakai

    a. Kertas

    b. Pulpen

    c. Klip kertas

    d. Map plastic

    2

    2

    10

    13

    Rim

    Pak

    Buah

    Buah

    Rp 35.000

    Rp 20.000

    Rp 1000

    Rp 4.200

    Rp 70.000

    Rp 40.000

    Rp 10.000

    Rp 54.000

  • 53

    e. Kantong plastik besar

    f. Tinta (hitam dan

    berwana)

    2

    2

    Pak

    Set

    Rp. 25.000

    Rp 35.000

    Rp 50.000

    Rp 70.000

    2 Perjalanan

    a. Transportasi ke

    lokasi selama 60 hari

    b. Akomodasi

    -

    -

    -

    -

    Rp 50.000

    Rp 500.000

    Rp 3.000.000

    Rp 500.000

    3 Lain-lain

    a. Perizinan

    b. Dokumentasi

    c. Biaya tak terduga

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Rp 50.000

    Rp 100.000

    Rp 500.000

    Rp 50.000

    Rp 100.000

    Rp 500.000

    Jumlah Rp 4.444.000