Dwi Perdana - 1301455 - Ptk
-
Upload
dwi-perdana -
Category
Documents
-
view
27 -
download
8
description
Transcript of Dwi Perdana - 1301455 - Ptk
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa SMK salah satunya adalah
mengenai proses metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. SMK
merupakan sekolah yang berupaya untuk membentuk keterampilan yang dimiliki
oleh para siswanya. Pada praktek di lapangan guru-guru SMK kurang
memperhatikan metode pembelajaran yang beliau gunakan untuk membentuk
keterampilan tersebut, karena pada hakikatnya metode pembelajaran yang
digunakan untuk mengajarkan teori akan berbeda dengan metode pembelajaran
yang digunakan dalam mengajar praktik. Hal ini berimbas pada hasil prestasi
belajar siswa pada materi vokasionalnya, contoh pada materi pembubutan
konvensional berikut:
Nilai Hasil Belajar Kompetensi Pembubutan Konvensional
No. Rentang Nilai
Perolehan Nilai
Banyak Siswa Persentase (%)
1 91 100 0 0
2 81 90 7 26
3 71 80 15 56
4 < 70 5 18
Jumlah 27 100
-
2
(Sumber: Nilai hasil belajar siswa kelas XI di salah satu SMK Kutawaringin
Subang bidang teknik pemesinan tahun ajaran 2012/2013)
Hasil yang kurang memuaskan ini dikarenakan siswa hanya diberikan
pemahaman teori-teori dan kurang mengaplikasikan teori-teori yang telah
diperolehnya ke dalam praktikum, sejauh ini pendidik hanya memberikan materi
dengan cara metode klasikal. Hal tersebut merupakan salah satu faktor siswa
kurang dalam memahami pengaplikasian materi ke dalam praktisi kerja.
Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan metode lain untuk dapat melihat hasil belajar
siswa dalam menguasai kompetensi pembubutan konvensional, dalam hal ini
peneliti menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, di mana siswa
dituntut lebih aktif dalam proses belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis melakukan penelitian
dalam sebuah judul Upaya Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi Pembubutan Konvensional.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional?
C. Tujuan
Meningkatkan kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional.
-
3
D. Manfaat
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kompetensi pembubutan konvensional yang dimiliki oleh
siswa.
b. Memberikan jam praktikum lebih banyak dengan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing.
c. Memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Bagi Guru
a. Membantu guru memperbaiki metode pembelajaran di bidang vokasional.
b. Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan
masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas
pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa.
-
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Phillips (Arnyana, 2007:39), mengemukakan Inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang
pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi
penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir
kritis., sedangkan menurut Syaiful Sagala (2011:196), Metode inkuiri
merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar
berpikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah., dan menurut
Winataputra (1992), pengertian pembelajaran berbasis inkuiri adalah Metode
yang dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains sebagai para saintis mempelajari dunia alamiah.. Berdasarkan definisi-
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah metode
pembelajaran yang menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan
cara proses berpikir logis dan analitis untuk memecahkan suatu masalah.
4
-
5
b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Inkuiri
Pada penerapannya dalam bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode
inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa,
2006 : 109) bahwa :
1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai
pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan
bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan
permasalahan.
2) Inkuiri Bebas (Free Inquiry)
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaimana seorang
ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya
adalah inquiry role appoach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu.,
setiap anggota kelompok tugas, memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator
kelompok, pembimbing teknis, pencatat data, dan pengevaluasi proses.
3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan
kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.
-
6
1. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut W. Gulo (2008:84-85), menyebutkan bahwa Metode
pembelajaran inkuiri pada hakikatnya merupakan proses penemuan atau
penyelidikan.. Tujuan utamanya adalah untuk mendorong siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Proses pembelajarannya berubah dari dominasi guru (teacher dominated)
menjadi dominasi oleh siswa (student dominated), karena dalam metode
Guided Inquiry yang lebih aktif belajar adalah siswa (sebagai subjek belajar),
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Metode Guided Inquiry merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta, melainkan
juga dari menemukan sendiri. Pada prosesnya, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut. Proses
pembelajaran inkuiri meliputi lima langkah yaitu: merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik
kesimpulan.
2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Secara umum Sanjaya (2012:199), mengemukakan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
-
7
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk
berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung
pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan
yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang sedang di
kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya. Dalam
langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah
diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan
jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa
akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta
-
8
keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan
logis.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan
data meliputi percobaan atau eksperimen. Metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual, oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan hal yang utama dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang
diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak di pecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapaikan
-
9
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
2. Kompetensi
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi, kompetensi adalah
Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas- tugas di bidang pekerjaan tertentu., sedangkan definisi kompetensi
menurut Amstrong & Murlis dalam Ramelan (2003:47), dia mendefinisikan
Kompetensi sebagai karakteristik mendasar individu yang secara kausal
berhubungan dengan efektivitas atau kinerja yang sangat baik..
Menurut Wahjosumidjo (1995:34), kompetensi adalah merupakan kinerja
tugas rutin yang integratif, yang menggabungkan resources (kemampuan,
pengetahuan, asset dan proses, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat) yang
menghasilkan posisi yang lebih tinggi dan kompetitif.
3. Pembubutan Konvensional
a. Pengertian Pembubutan Konvensional
Menurut B. Sentot Wijanarka (2000:18), pembubutan konvensional adalah
Proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk
silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut.. Bentuk
dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda
silindris atau bubut rata :
-
10
1) Benda kerja yang berputar.
2) Satu pahat bermata potong.
3) Gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.
b. Teknik Dasar Pembubutan Konvensional
Menurut Hoiri (2008:23-31), beberapa teknik dasar dalam pembubutan
konvensional adalah:
1) Membubut muka
2) Membubut lurus
3) Membubut tirus (konis)
4) Membubut bentuk
5) Membubut bentuk (memotong)
6) Membubut ulir
7) Membubut dalam
8) Mengebor
4. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini
diperoleh informasi sebagai kajian dalam melakukan penelitian ini, menurut Asep
(2013;14)
Rerata hasil belajar praktik membubut kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Bantul
pada mata diklat praktik pemesinan yang diajar dengan pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran inkuri (kelas eksperimen) dan tidak
menggunakan metode pembelajaran inkuiri (kelas kontrol) berbeda. Rerata nilai
kelas eksperimen mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu eksperimen 81,64 >
-
11
kontrol 78,56. Hasil belajar praktik membubut kelas yang menggunakan metode
pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibanding dengan kelas yang tidak
menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
Sedangkan dalam penelitiannya, Harnendro (2013;56), mengatakan bahwa
Penggunaan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran kompetensi permesinan mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dapat meningkatkan hasil
belajar berupa kompetensi pembubutan siswa kelas X TP (Teknik Permesinan)
SMK Slamet Riyadi Gemolong tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian
yang telah dilaksanakan oleh peneliti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari
setiap siklusnya. Pada siklus 1 nilai rata-rata siswa sebesar 69,92 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 72%. Dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir siklus 1
sebanyak 7 siswa yang belum tuntas. Pada siklus 2 nilai rata-rata siswa meningkat
menjadi 78,30 dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,92%.
Mujabirul Khoir (2013;14) dalam penelitian yang telah dilakukannya,
mengatakan
Penerapan pembelajaran inkuiri yang dilakukan dengan memberikan soal latihan, pemberian tugas secara kelompok dan praktik dengan menggunakan mesin bubut
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan
dengan keaktifan siswa pada siklus I 65.8% meningkat pada siklus III menjadi
79.9%.
B. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing akan meningkatkan
kompetensi siswa pada materi pembubutan konvensional.
-
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini ditujukan kepada siswa kelas XI SMK
Kutararingin bidang teknik pemesinan yang berjumlah 27 orang.
2. Lokasi
Melakukan penelitian tentunya harus menentukan lokasi penelitian
terlebih dahulu, hal tersebut untuk membantu penulis untuk melakukan penelitian.
Adapun lokasi penelitian yang penulis akan gunakan adalah salah satu SMK
Kutawaringin Subang di Jl. Marsinu No. 3 Cigadung Subang.
B. Rencana Tindakan
1. Siklus 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan Ke- : 6
12
-
13
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan.
KKM : 75
Indikator : a. Menjelaskan cara pemasangan pahat rata pada mesin
bubut.
b. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada
proses pembubutan.
c. Melakukan pembubutan rata sesuai dengan prosedur.
d. Melakukan pembubutan bertingkat sesuai dengan
prosedur.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pemasangan pahat rata sesuai dengan langkah kerja dalam
SOP.
-
14
2. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses
pembubutan.
3. Melakukan pembubutan rata sesuai dengan prosedur.
4. Melakukan pembubutan bertingkat sesuai dengan prosedur.
B. Materi Pembelajaran
Pembubutan adalah Proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian
mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin
bubut.. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan
permukaan luar benda silindris atau bubut rata :
1. Benda kerja yang berputar.
2. Satu pahat bermata potong.
Gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.
Beberapa teknik dasar dalam pembubutan konvensional adalah:
1. Membubut muka
2. Membubut lurus
3. Membubut tirus (konis)
4. Membubut bentuk
5. Membubut bentuk (memotong)
6. Membubut ulir
7. Membubut dalam
8. Mengebor
-
15
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
4. Praktikum
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Metode Waktu
Guru Siswa
Kegiatan
Pembuka
Membuka kelas dengan salam,
berdoa dan mengecek resensi
Menjawab salam,
berdoa bersama
dan menjawab
kabar dari guru
Tanya
jawab
15 menit
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Memperhatikan
Ceramah
Memberikan pertanyaan tentang
ruang lingkup materi
Menjawab
pertanyaan
Tanya
jawab
Menyampaikan ruang lingkup
materi dan kegiatan
pembelajaran
Memperhatikan
penjelasan guru Ceramah
Kegiatan
Inti
Menjelaskan tentang langkah-
langkah pemasangan pahat rata
pada mesin bubut
Memperhatikan
penjelasan guru
Ceramah
150 menit
-
16
Menjelaskan keselamatan dan
kesehatan kerja pada proses
pembubutan
Memperhatikan Ceramah
Menjelaskan cara melakukan
proses pembubutan rata dan
pembubutan bertingkat
Memperhatikan Ceramah
Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa
Bertanya tentang
materi yang
belum dipahami
Tanya
Jawab
Membimbing siswa melakukan
praktikum proses pembubutan
rata
Melakukan
pembubutan rata
Praktikum
Kegiatan
Penutup
Melakukan refleksi bersama
terhadap pembelajaran yang
sudah dilakukan
Menyimak Ceramah
15 menit
Mengakhiri pertamuan dengan
doa dan salam
Berdoa dan
menjawab salam
Tanya
Jawab
E. Sumber Belajar
1. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV
Wacana Prima.
2. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
-
17
F. Media
1. Mesin bubut
2. Perlengkapan mesin bubut
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis
b. Tes Praktikum
2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay
b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)
Instrumen Penilaian
a. Tes Tertulis
1. Berapa kecepatan putaran mesin jika digunakan untuk membubut bahan
ST37, 2 x 120 mm?
2. Mengapa Ujung pahat dibuat radius pada pahat bentuk radius?
3. Mengapa batang pemegang pahat dalam diameternya lebih kecil dibanding
diameter dalam yang akan dibuat?
4. Bagian mana yang menunjukkan pahat ulir untuk membuat ulir segitiga?
Kunci Jawaban
1. 156,7 rpm 160 rpm
-
18
2. Karena ujung pahat bentuk dibuat sesuai dengan bentuk permukaan benda
kerja yang diinginkan, untuk permukaan beradius maka ujung pahat
bentuk dibuat radius.
3. Karena batang pemegang pahat harus membawa pahat masuk dalam
lubang yang dibuat.
4. Pada bagian ujung pemakanan pahatnya.
Teknik
Penilaian
No. Soal Instrumen Penilaian Skor
Tes
Tertulis
1
Berapa kecepatan putaran mesin jika digunakan
untuk membubut bahan ST37, 2 x 120 mm? 25
2
Mengapa Ujung pahat dibuat radius pada pahat
bentuk radius?
30
3
Mengapa batang pemegang pahat dalam
diameternya lebih kecil dibanding diameter
dalam yang akan dibuat?
25
4
Bagian mana yang menunjukkan pahat ulir untuk
membuat ulir segitiga?
20
Jumlah skor Maksimum 100
-
19
Pedoman Penilaian:
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A Lulus sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
80 89
B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja dengan bimbingan
< 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
remedial dan bimbingan lebih serius
-
20
b. Tes Praktik
-
21
Pedoman Penilaian
No Hasil pekerjaan Skor
1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4
2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
satu toleransi
3
3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
dua toleransi
2
4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
tiga toleransi
1
5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
empat atau lebih dari toleransi
0
Kriteria Penilaian
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A Lulus sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja > 90% sesuai gambar kerja
80 89 B Lulus baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja 80% - 90% sesuai gambar
kerja
75 79 C Lulus cukup
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja 75% - 79% sesuai gambar
kerja
< 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
-
22
remedial dan bimbingan lebih serius
Bandung, 10 Mei 2015
Peneliti:
Dwi Perdana
NIM: 1301455
Mengetahui
Dosen Pembimbing:
Drs. Haryadi, M.Pd.
NIP:.....................................
Guru Pamong:
Junaedi, ST.
NIP: 19660501 200501 2
2. Siklus 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan Ke- : 7
-
23
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis
pekerjaan.
KKM : 75
Indikator : a. Menjelaskan prosedur pembubutan tirus.
b. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada
proses pembubutan.
c. Melakukan pembubutan tirus sesuai dengan prosedur.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan prosedur proses pembubutan tirus SOP.
2. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses
pembubutan.
3. Melakukan pembubutan tirus sesuai dengan prosedur.
B. Materi Pembelajaran
-
24
Benda kerja berbentuk tirus (taper) dihasilkan pada proses bubut apabila
gerakan pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Cara
membuat benda tirus ada beberapa macam, seperti dijelaskan berikut ini.
Dengan memiringkan eretan atas pada sudut tertentu, gerakan pahat
(pemakanan) dilakukan secara manual (memutar handle eretan atas).
Pengerjaan dengan cara ini memakan waktu cukup lama, karena gerakan pahat
kembali relatif lama (ulir eretan atas kisarnya lebih kecil dari pada ulir
transportir). Dengan alat bantu tirus (taper attachment), pembuatan tirus
dengan alat ini adalah untuk benda yang memiliki sudut tirus relatif kecil
(sudut sampai dengan 9).
Pembuatan tirus lebih cepat karena gerakan pemakanan (feeding) bisa
dilakukan otomatis Dengan menggeser kepala lepas (tail stock), dengan cara
ini proses pembubutan tirus dilakukan sama dengan proses membubut lurus
dengan bantuan dua senter. Benda kerja tirus terbentuk karena sumbu kepala
lepas tidak sejajar dengan sumbu kepala tetap. Untuk cara ini sebaiknya hanya
untuk sudut tirus yang sangat kecil, karena apabila sudut tirus besar bisa
merusak senter jalan yang dipasang pada kepala lepas.
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
4. Praktikum
-
25
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Metode Waktu
Guru Siswa
Kegiatan
Pembuka
Membuka kelas dengan salam,
berdoa dan mengecek resensi
Menjawab salam,
berdoa bersama
dan menjawab
kabar dari guru
Tanya
jawab
15 menit
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Memperhatikan
Ceramah
Memberikan pertanyaan tentang
ruang lingkup materi
Menjawab
pertanyaan
Tanya
jawab
Menyampaikan ruang lingkup
materi dan kegiatan
pembelajaran
Memperhatikan
penjelasan guru Ceramah
Kegiatan
Inti
Menjelaskan tentang langkah-
langkah kerja pembubutan tirus.
Memperhatikan
penjelasan guru
Ceramah
150 menit
Menjelaskan keselamatan dan
kesehatan kerja pada proses
pembubutan
Memperhatikan Ceramah
Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa
Bertanya tentang
materi yang
belum dipahami
Tanya
Jawab
Membimbing siswa melakukan Melakukan Praktikum
-
26
praktikum proses pembubutan
tirus
pembubutan tirus
Kegiatan
Penutup
Melakukan refleksi bersama
terhadap pembelajaran yang
sudah dilakukan
Menyimak Ceramah
15 menit
Mengakhiri pertamuan dengan
doa dan salam
Berdoa dan
menjawab salam
Tanya
Jawab
E. Sumber Belajar
3. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV
Wacana Prima.
4. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
F. Media
3. Mesin bubut
4. Perlengkapan mesin bubut
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis
b. Tes Praktikum
2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay
b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)
-
27
Instrumen Penilaian
a. Tes Tertulis
1. Apa yang dimaksud dengan pembubutan tirus?
2. Didalam pembubutan tirus diketahui, D = 50 mm, d = 34 mm, panjang
ketirusan L = 60 mm, berapa pergeseran eretan atasnya?
3. Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada mesin bubut, yaitu panjang
total benda kerja 150 mm, panjang tirus efektif 80 mm, diameter tirus yang
besar (D) 25 mm, dan ukuran diameter tirus yang kecil (d) 21 mm. Berapa
jarak pergeseran kepala lepasnya?
4. Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada mesin bubut, mempunyai
diameter ketirusan yang besar (D) = 30 mm, dan diameter ketirusan yang
kecil (d) = 13 mm, panjang ketirusanya (P) = 50 mm Hitunglah berapa
strip alat pembawa pada attachment harus harus digeser?
Kunci Jawaban
1. Pembubutan tirus adalah Proses pembubutan yang dimana proses
pengerjaannya serupa dengan pembubutan lurus hanya bedanya gerakan
pahat disetel mengikuti sudut tirus yang dikehendaki baik menggunakan
eretan atas, penggeseran kepala lepas, dan atau dengan alat bantu taper
attachment (perlengkapan tirus).
2. (
2) =
2= 0,133
= 7o
3. =
2= 3,75
-
28
4. () =
2= 0,17
Teknik
Penilaian
No. Soal Instrumen Penilaian Skor
Tes
Tertulis
1 Apa yang dimaksud dengan pembubutan tirus? 15
2
Didalam pembubutan tirus diketahui, D = 50
mm, d = 34 mm, panjang ketirusan L = 60 mm,
berapa pergeseran eretan atasnya?
25
3
Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada
mesin bubut, yaitu panjang total benda kerja 150
mm, panjang tirus efektif 80 mm, diameter tirus
yang besar (D) 25 mm, dan ukuran diameter tirus
yang kecil (d) 21 mm. Berapa jarak pergeseran
kepala lepasnya?
30
4
Sebuah benda kerja akan dibubut tirus pada
mesin bubut, mempunyai diameter ketirusan
yang besar (D) = 30 mm, dan diameter ketirusan
yang kecil (d) = 13 mm, panjang ketirusanya (P)
= 50 mm Hitunglah berapa strip alat pembawa
pada attachment harus harus digeser?
30
Jumlah skor Maksimum 100
-
29
Pedoman Penilaian:
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A Lulus sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
80 89
B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja dengan bimbingan
< 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
remedial dan bimbingan lebih serius
-
30
b. Tes Praktik
-
31
Pedoman Penilaian
No Hasil pekerjaan Skor
1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4
2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
satu toleransi
3
3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
dua toleransi
2
4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
tiga toleransi
1
5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
empat atau lebih dari toleransi
0
Kriteria Penilaian
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A
Lulus
sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda
kerja > 90% sesuai gambar kerja
80 89 B Lulus
baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda
kerja 80% - 90% sesuai gambar kerja
75 79 C Lulus
cukup
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran benda
kerja 75% - 79% sesuai gambar kerja
< 75 D
Tidak
lulus
Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
remedial dan bimbingan lebih serius
-
32
Bandung, 10 Mei 2015
Peneliti:
Dwi Perdana
NIM: 1301455
Mengetahui
Dosen Pembimbing:
Drs. Haryadi, M.Pd.
NIP:.....................................
Guru Pamong:
Junaedi, ST.
NIP: 19660501 200501 2
3. Siklus 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Pemesinan Dasar
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan Ke- : 8
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
-
33
Kompetensi Inti : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
Kompetensi Dasar : Menggunakan mesin bubut untuk berbagai jenis pekerjaan.
KKM : 75
Indikator : a. Menjelaskan prosedur pembubutan ulir luar.
b. Menjelaskan prosedur pengartelan.
c. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja pada
proses pembubutan.
d. Melakukan pembubutan ulir sesuai dengan prosedur.
e. Melakukan pengartelan sesuai dengan prosedur.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan prosedur proses pembubutan ulir luar sesuai SOP.
2. Menjelaskan prosedur pengartelan sesuai SOP.
3. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk melakukan proses
pembubutan.
4. Melakukan pembubutan ulir sesuai dengan prosedur.
-
34
5. Melakukan pengartelan sesuai dengan prosedur.
B. Materi Pembelajaran
Proses pembuatan ulir bisa dilakukan pada mesin bubut. Pada mesin bubut
konvensional (manual) proses pembuatan ulir kurang efisien, karena
pengulangan pemotongan harus dikendalikan secara manual, sehingga proses
pembubutan lama dan hasilnya kurang presisi. Dengan mesin bubut yang
dikendalikan CNC proses pembubutan ulir menjadi sangat efisien dan efektif,
karena sangat memungkinkan membuat ulir dengan kisar (pitch) yang sangat
bervariasi dalam waktu relatif cepat dan hasilnya presisi. Ulir segi tiga
tersebut bisa berupa ulir tunggal atau ulir ganda. Pahat yang digunakan untuk
membuat ulir segi tiga ini adalah pahat ulir yang sudut ujung pahatnya sama
dengan sudut ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir Metris sudut ulir adalah
60, sedangkan ulir whitwoth sudut ulir 55. Identifikasi ulir biasanya
ditentukan berdasarkan diameter mayor dan kisar ulir. Misalnya ulir M5 0,8
berarti ulir metris dengan diameter mayor 5 mm dan kisar (pitch) 0,8 mm.
Selain ulir Metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir whitworth (sudut ulir
55).
Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diameter mayor ulir dan jumlah ulir
tiap inci. Misalnya untuk ulir Whitwoth 3/8 jumlah ulir tiap inchi adalah 16
(kisarnya Selain ulir Metris pada mesin bubut bisa juga dibuat ulir whitworth
(sudut ulir 55). Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamater mayor ulir dan
jumlah ulir tiap inchi (Tabel 6.7). Misalnya untuk ulir Whitwoth 3/8 jumlah
-
35
ulir tiap inchi adalah 16 (kisarnya 0,0625). Ulir ini biasanya digunakan untuk
membuat ulir pada pipa (mencegah kebocoran fluida).
Kartel / Knurling adalah proses pengasaran yang merata dan membentuk
sebuah profil pada mesin bubut.
1. Buat ukuran diameter sesuai dengan gambar kerja, diminuskan 0.5.
Misal ukuran diameter 30, dibuat menjadi 29.5. Chamfer ujung
diameter.
2. Pasang roda kartel menggunakan tool holder, kemudian senterkan.
3. Setting rpm dengan putaran rendah, dan feeding rendah. putar spindle
kemudian kencangkan baut pengencang roda kartel sampai
membentuk profil yang diminta. (pengencangan roda kartel hanya
boleh dilakukan saat benda berputar) gerakkan roda kartel dengan
feeding otomatis 0.03mm/put.
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
4. Praktikum
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Metode Waktu
Guru Siswa
-
36
Kegiatan
Pembuka
Membuka kelas dengan salam,
berdoa dan mengecek resensi
Menjawab salam,
berdoa bersama
dan menjawab
kabar dari guru
Tanya
jawab
15 menit
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Memperhatikan
Ceramah
Memberikan pertanyaan tentang
ruang lingkup materi
Menjawab
pertanyaan
Tanya
jawab
Menyampaikan ruang lingkup
materi dan kegiatan
pembelajaran
Memperhatikan
penjelasan guru Ceramah
Kegiatan
Inti
Menjelaskan tentang langkah-
langkah kerja pembubutan ulir
luar.
Memperhatikan
penjelasan guru
Ceramah
150 menit
Menjelaskan tentang langkah-
langkah kerja pengartelan
Memperhatikan
penjelasan guru
Ceramah
Menjelaskan keselamatan dan
kesehatan kerja pada proses
pembubutan
Memperhatikan Ceramah
Memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa
Bertanya tentang
materi yang
belum dipahami
Tanya
Jawab
Membimbing siswa melakukan Melakukan Praktikum
-
37
praktikum proses pembubutan
ulir luar
pembubutan ulir
luar
Membimbing siswa melakukan
praktikum proses pengartelan
Melakukan
pengartelan
Praktikum
Kegiatan
Penutup
Melakukan refleksi bersama
terhadap pembelajaran yang
sudah dilakukan
Menyimak Ceramah
15 menit
Mengakhiri pertamuan dengan
doa dan salam
Berdoa dan
menjawab salam
Tanya
Jawab
E. Sumber Belajar
1. Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV
Wacana Prima.
2. Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
F. Media
1. Mesin bubut
2. Perlengkapan mesin bubut
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : a. Test tertulis
b. Tes Praktikum
-
38
2. Bentuk Instrumen : a. Soal essay
b. Gambar kerja (pengecekan ukuran)
Instrumen Penilaian
a. Tes Tertulis
1. Lonceng ulir pada pembubutan ulir berguna untuk?
2. Proses penyayatan ulir segitiga dengan mesin bubut, jika kedudukan pahat
bergeser dapat disetel kembali dengan cara?
3. Ulir segi empat tunggal (1 jalan) dengan diameter luar 20 mm dan kisar 8
gang/inchi, diameter kakinya sebesar?
4. Alur seperti gambar dibuat dengan mesin bubut menggunakan pisau?
Kunci Jawaban
1. Memberikan tanda bahwa panjang ulir tercapai.
2. Menggeser pahat dengan memutar spindel eretan atas.
3. 13,12 mm
4. Kartel
Teknik
Penilaian
No. Soal Instrumen Penilaian Skor
Tes
Tertulis
1
Lonceng ulir pada pembubutan ulir berguna
untuk?
25
-
39
2
Proses penyayatan ulir segitiga dengan mesin
bubut, jika kedudukan pahat bergeser dapat
disetel kembali dengan cara?
25
3
Ulir segi empat tunggal (1 jalan) dengan
diameter luar 20 mm dan kisar 8 gang/inchi,
diameter kakinya sebesar?
25
4
Alur seperti gambar dibuat dengan mesin bubut
menggunakan pisau?
30
Jumlah skor Maksimum 100
Pedoman Penilaian:
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A Lulus sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
80 89
B Lulus baik Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja tanpa bimbingan
76 79 C Lulus cukup Memenuhi kriteria lulus, dapat
bekerja dengan bimbingan
< 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
remedial dan bimbingan lebih serius
-
40
b. Tes Praktik
-
41
Pedoman Penilaian
No Hasil pekerjaan Skor
1 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran sesuai toleransi 4
2 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
satu toleransi
3
3 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
dua toleransi
2
4 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
tiga toleransi
1
5 Benda kerja dikerjakan dengan ukuran menyimpang sebesar
empat atau lebih dari toleransi
0
Kriteria Penilaian
Nilai
Predikat Keterangan
Angka Huruf
90 100 A Lulus sangat
baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja > 90% sesuai gambar kerja
80 89 B Lulus baik
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja 80% - 90% sesuai gambar
kerja
75 79 C Lulus cukup
Memenuhi kriteria lulus, hasil ukuran
benda kerja 75% - 79% sesuai gambar
kerja
< 75 D Tidak lulus Tidak memenuhi kriteria lulus, perlu
-
42
remedial dan bimbingan lebih serius
Bandung, 10 Mei 2015
Peneliti:
Dwi Perdana
NIM: 1301455
Mengetahui
Dosen Pembimbing:
Drs. Haryadi, M.Pd.
NIP:.....................................
Guru Pamong:
Junaedi, ST.
NIP: 19660501 200501 2
C. Data dan Cara Pengumpulannya
Untuk tujuan penelitian tentang kebenaran hipotesis yang diajukan, maka
diperlukan metode, mengenai metode Surakhmad (1990:131) menjelaskan
sebagai berikut :
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik
serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidikan serta
dari situasi penyelidikan adalah pengertian yang luas, yang biasanya dijelaskan
lebih eksplisit di dalam setiap penyelidikan..
-
43
Berdasarkan kutipan di atas metode yang dipergunakan oleh penulis adalah
metode deskriptif dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Pada penelitian
kuantitatif, menurut Arikunto (2010:28), Analisis data dilakukan setelah data
terkumpul., sedangkan Dalam metode deskriptif pada umumnya dilakukan
dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat., Margono (2009:120).
Metode deskriptif perlu dipilih desain yang tepat dengan kebutuhan yang
terkandung dalam tujuan penelitian tersebut, maka peneliti memilih desain
penelitian deskriptif murni atau survei karena penelitian ini hanya memaparkan
apa yang terdapat dan terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah
tertentu. Menurut S. Margono (2009 :29), Survei ialah pengamatan atau
penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik
terhadap persoalan tertentu dan di dalam daerah tertentu..
a. Rancangan Penelitian
Penelitian yang penulis laksanakan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(Action Research) yang terdiri dari beberapa siklus dan tiap siklusnya terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Desain PTK berbentuk siklus-siklus. Menurut Arikunto (2010:137) siklus
terdiri atas empat fase, yaitu: 1) fase perencanaan (planning), 2) fase pelaksanaan
(action), 3) fase pengamatan (observation), dan 4) fase refleksi (reflection).
Hubungan keempat fase dapat digambarkan sebagai berikut :
-
44
Sumber: Arikunto (2010, 137)
b. Tahapan Penelitian
Berdasarkan rencana penelitian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Fase perencanaan (Planning). Pada siklus pertama, perencanaan tindakan
(Planning) dikembangkan berdasarkan hasil observasi awal. Dari masalah
yang ada dan cara pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat
perencanaan kegiatan belajar mengajarnya (KBM). Perencanaan ini persis
dengan KBM yang dibuat oleh guru sehari-hari, termasuk penyiapan
media, dan alat-alat pemantauan perkembangan pengajaran seperti lembar
observasi, tes, catatan harian, dan lain-lain.
-
45
2. Fase tindakan (Action). Fase ini adalah pelaksanaan KBM yang telah
direncanakan, bersamaan dengan ini dilakukan juga fase observasi atau
pemantauan.
3. Fase observasi atau pemantauan (Observation). Fase observasi dilakukan
beberapa kegiatan seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Untuk
mendapatkan data ini diperlukan instrumen dan prosedur pengumpulan
data (dibahas oleh pemakalah lain). Fase ini juga dilakukan analisis
terhadap data, dan interpretasinya. Fase ini berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan (action) dan pada akhir tindakan. Data yang diambil
selama pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada
akhir tindakan dapat dilakukan tes maupun wawancara.
4. Fase refleksi (Reflection). Menurut Zuber-Skerrit, fase ini terdiri atas
refleksi kritis dan refleksi diri. Refleksi kritis adalah pemahaman secara
mendalam atas temuan siklus tersebut, dan refleksi diri adalah mengkaji
kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus berlangsung, dengan
demikian, fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis, pembahasan,
penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi tindak lanjut
selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan (planning)
siklus berikutnya.
1. Instrumen Penelitian
Data-data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur sebagai
media atau pengumpul data. Arikunto (2006: 168) mengatakan, Instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
-
46
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nurhasan (1994: 2)
mengatakan, Dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur, dengan alat
pengukur ini kita mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran,
sedangkan Arikunto (2006: 212), mengatakan Jika sebuah instrumen
berhasil digunakan untuk mengumpulkan data yang benar sesuai dengan
keadaan senyatanya, maka instrumen tersebut sudah handal..
Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan, alat pengumpulan data
yang penulis gunakan adalah menggunakan observasi dan tes.
a. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen,
Arikunto (2006:272). Pada proses observasi, peneliti memberikan tanda di
dalam kolom di mana kejadian tersebut berlangsung. Menurut Arikunto
(2006:200) menyatakan bahwa:
Cara bekerja seperti ini disebut sistem tanda (sign system). Sign system
digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran, sebagai
sebuah potret sesuai pengajaran, sebagai sebuah potret selintas (snapshot).
Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel misalnya: guru
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya, dan lainnya.
b. Tes
Menurut Arikunto (2010:193), Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
-
47
atau kelompok.
Khusus untuk tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar.
1) Tes buatan guru
Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi
belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan
kebaikannya.
2) Tes terstandar
Tes terstandar yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing,
yang sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar adalah tes yang sudah
mengalami uji coba berkali-kali, di revisi berkali-kali sehingga dapat
dikatakan cukup baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menetapkan tes buatan guru
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.
2. Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen bertujuan untuk menguji kelayakan instrumen
sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tahapan
pengujian instrumen adalah sebagai berikut:
a. Validitas
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas tinggi. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus
diukur., Sugiyono (2009). Suatu tes kimia dikatakan mempunyai validitas
tinggi jika tes itu benar-benar mengukur taraf penguasaan konsep siswa
-
48
terhadap materi pelajaran kimia yang telah diajarkan. Uji validitas yang
dilakukan oleh peneliti adalah validitas isi.
Menurut Sugiyono (2009), Secara teknis pengujian validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matriks
pengembangan instrumen., dalam kisi-kisi itu terdapat instrumen yang
diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Validitas isi dilakukan
dengan judgment (pertimbangan) para ahli yang berkompeten, Firman
(2008). Peneliti melakukan konsultasi dengan satu dosen dan meminta
saran atas hasil validasi dengan pembimbing. Hasil yang diperoleh dari
validasi yaitu berupa soal tes tertulis yang sudah diperbaiki dan siap
digunakan untuk penelitian. Tahap selanjutnya yaitu uji reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran pada soal tes tersebut.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah Ukuran sejauh mana alat ukur memberikan gambaran
yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang, Firman
(2000). Menurut Sugiyono (2009), Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama..
D. Analisis dan Refleksi
Penentuan ketercapaian hasil belajar siswa ditentukan oleh nilai dari hasil
praktikum yang telah dilakukan dengan kriteria kelulusan minimal sebesar 75.
-
49
Metode yang digunakan adalah metode praktikum, hasil benda kerja yang dibuat
oleh siswa akan di lakukan pengecekan terhadap ukuran yang didapat dengan
gambar kerja.
-
50
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Hoiri. 2010. Bahan Ajar Bekerja dengan Mesin Bubut. Ngawi: CV
Wacana Prima.
Widarto. 2008. Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arnyana. 2007. Metode Pembelajaran di dalam Kelas. Bandung: PT Sentosa
Jaya.
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pnedidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Sagala, Syaiful. 2011. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jakarta: CV
Anugrah Citra
Sanjaya. 2012. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran. Yogyakarta: PT Gilang
Ramadhan.
Susilana, Rudi. 2009. Media Pembalajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Mulyasa. 2006. Sekolah Berbasis Vokasional. Bandung: PT Kirana Abadi.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. 1992. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Tri Indriawan, Asep. 2013. Pengaruh Penggunaan Work Preparation Sheet dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Membubut pada Mata Diklat
Ppraktik Pemesinan di SMK Muhammadiyah 1 Bantul. Yogyakarta: Tidak.
-
51
Prasetyawan, Harnendro. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi
Pemesinan Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Siswa Kelas X
Menggunakan Media Audio Visual. Semarang: Tidak.
Ramelan. 2003. Vokasional dalam Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.
Wahjosumidjo. 1995. Kompetensi dalam Bidang Pemesinan. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
-
52
Lampiran
1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Juli Agustus September
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Merumuskan Kisi-kisi
2 Menyusun Instrumen
3 Uji Coba Instrumen
4 Analisis Instrumen
5 Uji Coba Instrumen
6 Pengambilan Data
7 Pengolahan Data
2. Anggaran
No Komponen/Kegunaan Jumlah Satuan
Harga
Satuan
Jumlah Harga
1 Bahan Habis Pakai
a. Kertas
b. Pulpen
c. Klip kertas
d. Map plastic
2
2
10
13
Rim
Pak
Buah
Buah
Rp 35.000
Rp 20.000
Rp 1000
Rp 4.200
Rp 70.000
Rp 40.000
Rp 10.000
Rp 54.000
-
53
e. Kantong plastik besar
f. Tinta (hitam dan
berwana)
2
2
Pak
Set
Rp. 25.000
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 70.000
2 Perjalanan
a. Transportasi ke
lokasi selama 60 hari
b. Akomodasi
-
-
-
-
Rp 50.000
Rp 500.000
Rp 3.000.000
Rp 500.000
3 Lain-lain
a. Perizinan
b. Dokumentasi
c. Biaya tak terduga
-
-
-
-
-
-
Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 500.000
Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 500.000
Jumlah Rp 4.444.000