Dummy Urbanus Buletin 16112010

18
TATA KOTA TATA KITA gratis #1001. november 2010

description

URBAN

Transcript of Dummy Urbanus Buletin 16112010

Page 1: Dummy Urbanus Buletin 16112010

U R B A N U STATA KOTA TATA KITA

gratis #1001.november 2010

Page 2: Dummy Urbanus Buletin 16112010
Page 3: Dummy Urbanus Buletin 16112010

salam urban !Buletin ini hadir dari sebuah komunitas kecil di Jalan Veteran I,

buletin ini hadir sebagai bentuk provokasi dari diskusi dan pemikiran kaum urban terhadap isu perkotaan dewasa ini,

buletin ini hadir untuk memberikan visi dan wawasan baru pada para pengambil keputusan dan masyarakat Indonesia secara umum,

buletin ini hadir dalam rangka menciptakan tata kota yang lebih baik dari yang telah ada,

buletin ini ada karena URBANUS, TATA KOTA TATA KITA.

/kaum urban

m e n usalam urban!

m e n upenggiat

reportase acara:Pemindahan Ibu Kota Baru

denyut kota:jalan veteran I

sudut pandang:potret kota dunia

urban lounge:buku rekomendasi

p e n g g i a tt a u f i k . r a h z e n / r i z a l . s y a r i f u d d i n / e k o . l a k s o n o / d a r m a n i n g t y a s /m o h a m m a d . a r i f i n / a r i e f . t a u f i q q u r a h m a n / t h o w a f . z u h a r o n /i n d a l . f i t r i / s a f i t r i . a h m a d / n i c k y . n u g r o h o s o e t a r t o /l a r a s a t i / u c o k . j u n i a r t u m a n g g o r / s i s w a n t o / u z h m a / c o r i . e s t a d i a n s u l i s t i a n i /d e f i . r e i s n a / d h i c i . d w i c a h y a s a n i / u t a m i . w i d y a n i n g s i h / s y u k r i /r i m a . n u r u l z a k y r a h m a h / y a n t r i . a b s h a r d i n i i a / m e i t h a . g r a c e t a n i a /r a n i n d i t a . p r a s i d h a / w a h i d . r a s i d i / t i a r a . k u s u m a r i n i / y u l i . i s t a n t o /n u r w a h y u . y u l i a n t o / a f r e t . n o b e l / a b d u l . m a z i d / f e b i a n i e /a n w a r . m a j i d / a s e p . w i b o w o / a g u s . r a h m a n / s u p r i y a d i / p u p u . p u l i h a h /s i n g a l . s i r a i t / b a c h r u d d i n / j o k o . b i n t o r o / n o v e n d i / s u c i /

3

3

4

8

13

17

Page 4: Dummy Urbanus Buletin 16112010

PEMINDAHAN IBU KOTA INDONESIACatatan dari Seminar Babad Ibu Kota Baru: Menemukan Kembali Iabadiou

/Rizal Syarifuddin

Selasa, 2 November 2010, Urbanus Antara Institute bekerja sama dengan Indonesia Culture Observatory menyelenggarakan seri seminar bertajuk Babad Ibu Kota Baru: Menemukan Kembali Iabadiou. Bertempat di Mata hari DOMUS Cafe Jalan Veteran I No. 33 Jakarta Pusat.

Adapun topik yang diangkat adalah isu perkotaan yang sedang hangat dalam ku-run waktu belakangan ini. Seperti kita telah ketahui dan rasakan bersama, Jakarta telah menjadi kota yang besar yang penuh dengan berbagai komplikasi. Penataan kotanya ma-kin jauh dari harapan, ruang hijau justru makin sempit, situasi jalan-jalan utama ibukota In-donesia itu makin sulit dikendalikan, dan ber-bagai problematika kependudukannya juga makin membelit, dari masalah pengangguran, ketertiban, minimnya fasilitas umum, sampai ke-amanan. Jakarta sepertinya memerlukan solusi yang lebih strategis. Salah satu wacana yang berkembang sekarang adalah pembangunan ibu kota baru.

Melalui diskusi ini, maka kita akan mem-peroleh tidak hanya solusi, tapi juga visi baru yang maju dalam konteks wacana pembangunan ibukota baru itu nanti.

Seminar yang rencananya digelar 3 seri ini akan membahas wacana pemindahan ibu kota In-donesia, dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat dari beragam disiplin ilmu dan latar belakang.

Pada seri pertama ini hadir sebagai pembi-cara antara lain Prof. Dr. Damarjati Supad-jar, doktor filsafat dari UGM Yogyakarta, Fa-chri Hamzah, SE, anggota DPR dari FPKS, Prof. Danang Parikesit, staf ahli Menteri PU yang sekaligus Ketua MTI (Masyarakat Trans-portasi Indonesia), Rizal Syarifuddin, Sekjen IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), Kusumo Har-tami Ketua HPK (Himpunan Penghayat Keper-cayaan), Martono Yuwono, IAI, Kepala Dinas Tata Kota Jakarta Utara dan Sadeli Suryaman-gun (Pemuka adat Sunda dari Ciomas).Dengan moderator Taufik Rahzen, budayawan.

Page 5: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Sesi pertama seminar tersebut dibuka kurang lebih pukul 10.00 wib dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan pengiba-ran merah putih oleh salah satu staff DOMUS Cafe. Dengan khidmat para hadirin pun turut me-nyanyikan tiap baitnya mengikuti iringan lagu.Selanjutnya moderator memperkenalkan tiga pembicara, yaitu Prof. Dr. Damarjati Su-padjar, doktor filsafat dari UGM Yogyakarta, Fachri Hamzah, SE, anggota DPR dari FPKS, Prof. Danang Parikesit, staf ahli Menteri PU yang sekaligus Ketua MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia).

Diawali oleh Prof. Dr. Damarjati Supadjar yang memberi pendekatan secara filsafat tentang suatu pemindahan ibu kota. Menurutnya, pemin-dahan ibu kota harus disertai dengan pergerak-kan budaya. Jangan hanya disertai pemindahan secara material dan fisik, hanya pemindahan gedung-gedung semata. Sebelumnya kita harus menyiapkan ‘ibu’ kota, yakni kota tersebut memi-liki sifat keibuan-- yang menjadi rahim bagi uni-versal.

Perpindahan ibukota dapat menjadi lebih ber-makna hakiki, perpindahan jiwa mental manusia dari materialistik menjadi lebih manusiawi dan berbudi luhur. Seperti lakon wayang di kebuday-aan Jawa yang disampaikan olehnya pula, Pan-dawa dan Kurawa. Perpindahan mental Pan-dawa ke Kurawa. Dengan Perpindahan seperti itulah manusia akan mencapai puncaknya yang sesungguhnya.

Sementara itu pendekatan yang berbeda dipa-parkan oleh Fachri Hamzah. Ia memulainya den-gan menyebutkan tiga hal yang menjadi kota ideal. Pertama, suatu kota menurutnya harus mampu menjaga hubungan antar manusianya yakni terdapat public space, ruang-ruang ko-munal. Lalu, sebuah kota itu memiliki alamnya sendiri, berdiri di atas air dan tanah. Terakhir, kota itu ideal itu memang seharusnya memeli-hara lingkungan kita dengan Tuhan, tambahnya.

Baginya, perpindahan ibu kota itu bukan han-ya karena hal-hal teknis, tetapi harus memiliki impian dan visi yang besar. Ia pun dengan lu-gas beropini tentang pemerintahan saat ini yang seakan tidak memiliki visi. Berjalan tanpa arah. Istanbul Turki diambilnya sebagai studi kasus masalah perkotaan. Kota tersebut den-gan pola kepemimpinan yang baik dan tegas dapat berubah dari kota yang chaos, pelacuran dimana-mana, dapat berubah menjadi kota maju dan modern di antara kota-kota di Eropa.

Lain halnya dengan Prof. Danang Parikesit, telaah dari segi mobilitas perkotaan dikemas dengan menampilkan slide presentasi. Ia men-gajak seluruh elemen masyarakat untuk men-gantar ibu kota baru ke arah yang lebih efek-tif, fungsional dan lebih lestari (sustainable). Perlu dipikirkan dampak dari pemisahan antara pusat ekonomi dengan pusat pemerintahan. Perlu dibentuk sistem kota yang manusiawi, yang memungkinkan perkembangan ekologi, sosial budaya, keanekaragaman manusia serta sistem transportasi yang efisien dan nyaman.

5

“Menolak alasan pemindahan ibukota..., bila alasannya tidak tepat..”

“Jakarta sesungguhnya mau jadi seperti apa? Pemda DKI sepertinya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini membuat Jakarta seperti sekarang,”

Page 6: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Waktupun berlalu sekitar dua jam pada sesi pertama tersebut. Setelah ditutup dengan tanya jawab dari hadirin, kemudian dilanjutkan dengan istirahat menyantap hidangan siang prasmanan. Pada kesempatan ini pula, terdapat pameran panel-panel yang berisikan provokasi pemindahan ibu kota baru. Enam buah panel posisi potrait terpampang dengan frontalnya dari area masuk tempat hidan-gan prasmanan berada. Tiga panel pertama bercerita tentang idealnya sebuah kota yang mengam-bil studi kasus beberapa negara di dunia yang mengalami pemindahan ibu kota. Lalu, tiga panel selanjutnya tak kalah menarik, pembacanya dibawa untuk berutopia seandainya ibu kota negara kita dipindahkan ke Jatiluhur.

6

Panel pameran Babad Ibu Kota Baru yang berisikan studi kasus di negara lain tentang pemindahan ibu kota

Page 7: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Sekitar pukul 14.00 wib sesi kedua dari acara ini pun berlanjut. Empat pembicara selanjut-nya adalah Rizal Syarifuddin, Kusumo Hartami, Sadeli Suryamangun dan Martono Yuwono.

Pada sesi kedua ini pembahasan lebih me-nitik beratkan kepada filsafat, visi serta budaya masyarakat terhadap keberadaan suatu kota. Lebih kepada mengingatkan kembali ingatan kita akan kearifan lokal yang mulai pudar.

Menurut Sadeli Suryamangun, sistem pemerin-tahan di Indonesia seharusnya berkonsep ‘silah-turahmi’. Yakni, ibu kota berada di suatu tempat namun para menterinya yang berkunjung serta memantau kegiatan-kegiatan yang terjadi di setiap pulau/daerah.

Kusumo Hartami kemudian memberikan pendekatan lebih kepada budaya Jawa dengan mengaitkan ramalan Jangka Jayabaya dengan lahirnya sebuah kota.

Dua jam kemudian, acara seminar Babad Ibu Kota Baru : Menemukan Kembali Iabadiou usai, diakhiri dengan berfoto bersamaantara pembicara dengan hadirin.**

Sesi pertama acara seminar

Sesi kedua acara seminar

Suasana acara seminar yang penuh antusiasme peserta

Page 8: Dummy Urbanus Buletin 16112010

denyut kota :

ja lan veteran I

..di lokasi ini Westerling pernah berkunjung dan bersembunyi dari kejaran TNI.

Page 9: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Melangkahkan kaki di Jalan Veteran I menjadi suatu kesempatan berhar-ga yang tidak akan terlewati begitu saja bagi kami, para arsitek muda yang ber-studio di Pejaten 31A ini. Kumpulan ide arsitektural yang brilian bertemu dengan seloyang pizza di Domus mengawali ketertarikan kami akan kisah panjang sejarah budaya bangsa ini yang dituturkan oleh Taufik Rahzen, seorang buday-awan. Beliau melestarikan bangunan bersejarah di kawasan tersebut, dengan perpaduan antara bisnis dan idealisme.

Di setiap penuturannya, ia seakan memberi pesan kepada kami, bahwa sejarah budaya bang-sa itu merupakan bagian dari arsitektur nusanta-ra. Tak terpisahkan. Seperti beberapa bangunan lama di Jalan Veteran I yang turut mengambil per-an penting bagi sejarah budaya bangsa negeri ini.

Citadelweg : Jalan Veteran I

Citadelweg, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Jalan Veteran I, terletak di kotamadya Jakarta Pusat, bersebelahan dengan Masjid Istiqlal. Dulunya jalan ini digunakan sebagai jalur untuk menuju lokasi benteng (Citadel) Frederik Hendrik yang berada ditengah Taman Wilhelmina (Kawasan bekas benteng dan Taman Wilhelmina saat ini digunak-an sebagai tempat berdirinya sebuah masjid terbesar di Asia Tenggara bernama Masjid Istiqlal).

Menyusuri Citadelweg dari arah Koningsplein (atau sekarang Lapangan Monas), kita akan menemui sederetan wisata kuliner bertema kolonial dan beberapa bangunan bergaya Indies yang dibuat sejak tahun 1923. Gudeg Bu Tjitro, Newseum Cafe, Domus Cafe, Dapur Babah, Tao Cafe, sampai es krim Ragusa yang tetap eksis tak lekang oleh waktu.

Mata hari Domus,

hingga kinimasih

menjadi saksi bisu

bermulanya suatu

provokasiide brilian.

9

Page 10: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Ruangan utama Newseum Cafe Jakarta dengan panggung rendah di salah satu ujungnya yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik atau acara lainnya. Suasana yang cozy menjadi daya tarik utama ruangan ini.

Mata hari, Westerling dan Hamid II

Berdasarkan cerita yang ada, cafe dan bar ber-tingkat dua yang berlokasi di Jalan Veteran I No.33 ini merupakan tempat sosialisasi berbagai kalangan menengah Batavia. Tokoh-tokoh fenomenal sekelas agen rahasia Perancis Margarethe Gertruide Zelle (Mata hari), serta otak pembantaian massal di Sulawesi Selatan, Raymond Pierre Paul Westerling di kisahkan sering berkunjung ke lokasi ini, ungkap Taufik Rahzen.

Mata hari DOMUS Cafe, sebelumnya pernah ber-nama Cuba Libre masih menyimpan sejarahnya. Bulan Januari 1948, di tempat yang dulunya ber-nama Au Chat Noir (atau juga disebut Black Cat Noir) ini, dua nama yang dianggap hitam dalam sejarah Indonesia bertemu. Mereka adalah Kap-ten komando Belanda bernama Westerling dan satunya lagi adalah Sultan Hamid II dari Ponti-anak. Hamid, yang sering disapa Max, bukan orang baru di kalangan orang Belanda masa itu. Dia bekas perwira KNIL dengan pangkat Letnan Satu sebelum Perang Pasifik.

Hamid juga ikut bertempur melawan Jepang di Balikpapan. Masuknya NICA ke Indonesia, serta pembunuhan balatentara Jepang terhadap Ke-luarga Kesultanan Pontianak, membuat Hamid memegang tahta Kesultanan keturunan Arab itu. Artinya, pertemuan dua orang yang kesohor karena pemberontakan APRA di Bandung dan Jakarta itu berawal di cafe yang pernah berna-ma Cuba Libre ini.

Di tempat ini, Westerling bisa mengobrol dengan orang-orang berpengaruh, juga mencari infor-masi intelejen karena naluri intelejen Westerling juga menginginkannya. Hamid, yang mungkin sudah dicap Belanda juga bisa mengobrol den-gan orang-orang Belanda atau orang-orang berpengaruh lainnya. Bergaul dengan orang Be-landa tuntutan bagi Hamid, karena istri Hamid juga wanita Belanda berambut blonde.

Disini juga Hamid bisa meneguk minuman favoritnya, Jenewer. Tidak diketahui secara pasti berapa kali Westerling dan Hamid berkun-jung dan bertemu di cafe tersebut. Mereka berdua orang sibuk yang kerap meninggalkan Jakarta. Hamid harus mengurusi Kesultan-an Pontianak, walau jauh diluar Pontianak.

Hamid Juga memimpin BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg: Persekutuan Negara Federal) Menjelang Pengembalian Kedaulatan RI 1949, Hamid lebih sibuk lagi karena harus menghadiri beberapa pertemuan penting. Salah satunya Konferensi Meja Bundar untuk mewakili BFO.

10

Page 11: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Newseum Cafe: Dinding yang ‘berbicara’

Suatu ketika kami diundang pemilik The Blora Institute tersebut ke cafe di lantai dua. Perlahan kami menapaki tangga masuk, karena banyaknya gambar yang memenuhi dinding sepanjang tangga menarik minat kami. Sampai di atas ternyata gambar-gambar itu belumlah berganti tema. Setelah diperhatikan dengan seksama, rasa kagum tertuju pada pemilihan desain di dinding cafe itu. Dinding Newseum Cafe di-penuhi oleh gambar/foto dari cover koran dan majalah dari seluruh percetakan yang ada di In-donesia sejak awal adanya koran atau majalah hingga saat ini.

Tata pencahayaan yang temaram juga mengingatkan kita akan kehebatan masa silam. Intuisi kearsitekan kami tak ter-henti sampai disitu, kami mengamati seluruh interior pada cafe itu. Sebagian dinding bagian belakang cafe itu ada gambar foto bergaya Warhol dari orang-orang terkenal seperti (kalau tidak salah ingat) Madonna, Clark Gable, Edie Murphie, Maryln Monroe dan Che Guevara. Seba-gian dinding lagi dipenuhi gambar cover-cover koran dari masa lalu hingga kini. Di bagian dinding sebelah kiri hingga podium depan juga dipenuhi cover-cover koran, tabloid dan majalah dari masa yang telah le-wat dan masa kini. Dinding-dinding cafe itu seakan berbicara tentang bagaimana sejarah dan perkembangan pers di Indonesia mulai dari awal kemunculannya hingga saat ini.

Es krim Ragusa : sebuah semangat yang tak leleh oleh waktu

Penyusuran kami kemudian berujung di sebuah kedai es krim yang mulai dirintis tahun 1932, oleh dua bersaudara Italia Luigi dan Vicenzo Ragusa. Awal mulanya berada di wilayah Gambir. Namun tahun 1947, es krim Ragusa memu-tuskan membuka kedai pertamanya di daerah Citadelweg (Jalan Veteran I No.10) yang juga dijadikan sebagai pabrik utama.

Hingga kini, kedai itu masih ada di tempat yang sama, dengan kondisi yang tentunya sudah ha-rus menyesuaikan perkembangan jalan./larasatiwork alone will efface the footsteps of work, but we..

11

Page 12: Dummy Urbanus Buletin 16112010
Page 13: Dummy Urbanus Buletin 16112010

13

POTRET KOTA DUNIAEko Laksono

Mengapa semua pemimpin-pemimpin terbesar dunia ingin membangun sebuah kota-kota besar yang hebat? Kota-kota yang tidak ada tandingannya di seluruh dunia? Para pemimpin besar seperti Soekarno, George Washington dan Jefferson di Amerika, Napoleon, Pericles yang membangun Akropolis dan Partenon, keluarga Medici di era Renaissance Italia, atau Lee Kuan Yew di Singapura?

Sebuah kota sebagai titik pusat peradaban tidak hanya merupakan konstruksi bangunan-bangunan fisik yang megah, jalan raya, transportasi, dan segala fasilitas penunjangnya. Atau juga sekedar kon-sep penataan kota strategis yang sekarang banyak diusung seperti intelligent city, garden city, high-tech city, atau eco city, kota yang ramah lingkungan.

Page 14: Dummy Urbanus Buletin 16112010

Apple Store, Pudong Shanghai

14

Sebuah kota utama, atau ibu kota, bagi para pemimpin besar memiliki signifikansi yang jauh lebih besar dari itu. Membangun ibu kota, adalah membangun sebuah bangsa. Sebuah ibu kota adalah wahana dan kanvas raksasa yang akan menjadi model dalam membangkitkan inspirasi raksasa bagi peradabannya, bagi kemegahan sejarah dan kecemerlangan impian-impian masa depan bangsanya.

Athena, Baghdad di abad 8-12, Florence di Italia, Paris, Washington DC, Singapura, Wina di Aus-tria, Jakarta di masa Soekarno, semua kota-kota besar adalah kota yang mampu membangkit-kan semangat dan kepercayaan diri rakyat dan bangsanya.

Sebuah ibu kota harus mampu menginspi-rasi keunggulan, membuat rakyatnya menjadi manusia-manusia yang berpikir besar, berjiwa besar, mencintai keindahan, menginspirasi ke-cerdasan dan daya pikir, membangkitkan rasa bangga dan percaya diri (confidence), dan nasi-onalisme yang kuat. Sebuah ibu kota juga akan mampu memancarkan semangat, optimisme, kebahagiaan dan etentraman dalam hidup war-ga dan seluruh bangsanya.

Seperti Florence dan keluarga Medici, para pa-tron dari seni, ilmu pengetahuan, dan filosofi yang membangkitkan seluruh peradaban Barat. Florence menjadi kota yang merubah keterbe-lakangan dan kebodohan Eropa menjadi keung-gulan. Seperti Pericles, yang membuat Yunani (abad 5 SM) bersama Socrates memicu ke-bangkitan kecerdasan seluruh umat manusia. Pericles tidak hanya ingin membangun proyek-proyek raksasa seperti Akropolis dan Parthenon, tapi sekaligus memberi pekerjaan bagi raky-atnya dan meningkatkan kualitas hidup rakyat Athena, sebuah masa cemerlang yang disebut Athenian Golden Age, atau The Age of Pericles.

Lee Kuan Yew, pemimpin Singapura dengan sengaja membangun sebuah kota yang pal-ing manusiawi, efisien, dan menyenangkan. Itu membuat produktifitas warganya menjadi ung-gul. Bahkan banyak orang dari seluruh dunia yang jadi ingin berwisata, bekerja, atau tinggal menetap di negara kota yang menyenangkan itu. Singapura sekarang, walaupun kecil, adalah salahsatu negara tersukses dan paling makmur di dunia.

Kita sekarang mempunyai dasar alasan yang kuat, tidak hanya untuk menciptakan sebuah ibukota baru, tapi untuk merancang masa de-pan Indonesia yang baru. Sebuah kota masa depan yang sempurna, sebuah model dari Indo-nesia yang modern, visioner, dan futuristis. Kota

Singapura, Marina Bay Sands

Kingdom Centre, Riyadh

Pentominium Tower, Dubai

Page 15: Dummy Urbanus Buletin 16112010

15

abad 21 yang seperti kota-kota terhebat dalam sejarah manusia akan menjadi titik awal dari ke-bangkitan kembali peradaban Indonesia. Saat ini bangsa Indonesia memerlukan intelligent city yang mendorong terciptanya intelligent society dan intelligent nation.

Di era ini yang lebih dibutuhkan bukan alat, infra-struktur, dan sistem, tapi strategi kepemimpinan dalam pengelolaan dan penyebaran kecerdasan yang visioner yang memungkinkan terciptanya tujuan besar diatas. Diperlukan program strat-egis untuk menciptakan masyarakat cerdas yang memiliki kemampuan dan semangat tinggi dalam mengakses, mengelola, memanfaat-kan, dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi maju.

INTELLIGENT SOCIETY

Sistem pembelajaran strategis dan IT di kota ini memungkinkan untuk mendapatkan informasi perkembangan sains dan teknologi termaju di dunia secara global dan realtime, dan menye-barkannya secara cerdas ke seluruh Indonesia. Kita juga akan mampu melakukan kolaborasi dengan pusat-pusat sains global untuk memper-cepat pengembangan ilmu pengetahuan.

Dengan ini seluruh rakyat Indonesia, para ilmu-wan, pendidik, dan anak didik bisa mendapat-kan ilmu pengetahuan yang termaju di dunia, tidak saja secara cepat tapi instan, dan mendo-rong terciptanya inovasi-inovasi baru dengan ke-cepatan yang tinggi.

INTELLIGENT ECONOMYDengan proses pelatihan entrepreneurship dan teknologi secara strategis, serta manajemen teknologi informasi baru yang visioner, pemer-intah bisa membentuk puluhan juta intelligent workforce yang mempunyai produktifitas berni-lai tinggi, dan kemampuan memanfaatkan se-gala potensi ekonomi global secara cepat dan optimal.

Pemerintah juga akan bisa mendapatkan data bisnis, ekonomi, dan teknologi terbaik global secara realtime, dan menyebarkannya secara efektif ke seluruh Indonesia. Ini memungkinkan kekuatan ekonomi Indonesia berkembang se-tara dengan kecepatan global, menciptakan in-telligent economy, dan membentuk daya saing yang makin kuat.

INTELLIGENT GOVERNMENTMemiliki database yang lengkap dan dikelola secara efisien yang memungkinkan terjadinya proses birokrasi secara realtime dan decision making yang lebih cepat di semua bidang.

INTELLIGENT DEMOCRACYMasyarakat bisa dengan mudah mengakses, mengetahui, menilai, dan memberi feedback secara langsung pada pemimpin dan wakil-wakilnya terhadap kinerja yang telah dicapai dan visi yang akan diraih bagi kemajuan bangsa Indonesia. **

Sidney, Australia

Page 16: Dummy Urbanus Buletin 16112010
Page 17: Dummy Urbanus Buletin 16112010

17

urban lounge : buku rekomendasi

Time-Saver Standards for Urban DesignWatson, Donald Watson

Hardcover: 960 halamanPublisher: McGraw-Hill ProfessionalISBN: 007068507X; 1st edition (November 15, 2002)Time-Saver Standards for Urban Design mencakup spe-ktrum-penuh disiplin ilmu seperti perencanaan transpor-tasi, bioregionalisme, pengelolaan air hujan, parkir, desain universal, akustik perkotaan, dan grafis.

Buku ini ditulis untuk kemudahan referensi oleh para per-encana kota dan desainer, arsitek, profesional lanskap, insinyur lingkungan, insinyur sipil dan transportasi, serta pemerintah kota dan pejabat perencanaan. Juga menye-diakan referensi lengkap dalam satu volume yang sangat diperlukan untuk kebijakan desain perkotaan dan praktek.

The Image of The CityKevin Lynch

Publisher: MIT Press (MA)202 halamanISBN: 0262620014; (Juni 1960)Apa bentuk kota sebenarnya berarti orang-orang yang tinggal di sana? Apa yang bisa perencana kota lakukan untuk membuat gambar kota lebih hidup dan berkesan kepada penghuni kota? Untuk menjawab pertanyaan-per-tanyaan ini, Mr Lynch, didukung oleh penelitian dari Los An-geles, Boston, dan Jersey City, merumuskan kriteria imagibil-itas-baru-dan menunjukkan nilai potensial sebagai panduan untuk membangun dan pembangunan kembali kota. Ruang lingkup yang luas dari studi ini mengarah ke metode yang asli dan penting untuk evaluasi bentuk kota. Arsitek, perencana, dan tentunya penghuni kota semua akan ingin membaca buku ini.

Kota Rumah KitaMarco Kusumawijaya

Penerbit: BorneoSoftcover: 372 halamanISBN: 9199947227 (Juli 2006)Minat terhadap kota dari berbagai kalangan be-lakangan ini meningkat karena terdorong oleh kes-adaran bahwa kota menentukan kualitas hidup kita semua, dan kita inginkan perubahan, karena yang sekarang tidak lagi sesuai dengan aspirasi kita. Buku ini menjawab kebutuhan wawasan dan pengetahuan perkotaan yang muncul dari meningkatnya minat tersebut. Keragaman isi rampaian ini menawarkan penglihatan atas kota dari berbagai ketinggian, sudut dan analogi

Page 18: Dummy Urbanus Buletin 16112010

/dapur produksiURBANUS ANTARA INSTITUTE

Jalan Veteran I No.23 Jakarta PusatT. +6221 344 72 88 | F. +6221 344 72 89

[email protected] | http://urbanusantara.wordpress.com