Dukungan Sosial Orang Tua dan Kontrol Diri sebagai ... · Subjek dalam penelitian ini adalah siswa...

35
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN KONTROL DIRI SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI OLEH LINDA FRASISKA 80 2010 101 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Dukungan Sosial Orang Tua dan Kontrol Diri sebagai ... · Subjek dalam penelitian ini adalah siswa...

  • DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN KONTROL DIRI

    SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PROKRASTINASI

    AKADEMIK PADA SISWA SMA BHINNEKA

    KARYA 2 BOYOLALI

    OLEH

    LINDA FRASISKA

    80 2010 101

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN KONTROL DIRI

    SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PROKRASTINASI

    AKADEMIK PADA SISWA SMA BHINNEKA KARYA 2

    BOYOLALI

    Linda Frasiska

    Berta Esti Ari Prasetya

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    Abstrak

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan sosial orang tua dan

    kontrol diri dapat menjadi prediktor munculnya prokrastinasi akademik pada siswa.

    Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali yang

    berjumlah 134 siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik

    pengambilan sampel menggunakan teknik Insidental Sampling dan metode analisis

    regresi. Variabel dukungan sosial orang tua menggunakan skala dukungan sosial dari

    Weiss (1974) yang terdiri dari 24 item, variabel kontrol diri menggunakan skala dari

    Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) yang terdiri dari 36 item dan variabel

    prokrastinasi akademik menggunakan skala prokrastinasi dari Tuckman (1991) yang

    terdiri dari 35 item. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial orang

    tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi

    akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Namun hanya kontrol diri yang

    dapat menjadi prediktor secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.

    Kata kunci : Dukungan sosial orang tua, kontrol diri, prokrastinasi akademik

  • ii

    Abstract

    The purpose of this study was to know the social support of parents and self-control can

    be a predictor of the emergence of the students' academic procrastination. Subjects in

    this study were students amounting to 134 students SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

    This study uses quantitative methods with the sample collection technique using

    insidental sampling techniques and methods of regression analysis. Variable social

    support of parents using social support scale of Weiss (1974 ), which consists of 24

    items, Self-control variables using a scale from Tangney , Baumeister , and Boone

    (2004 ), which consists of 36 items and variable academic procrastination

    procrastination scale use of Tuckman ( 1991) which consists of 35 items. Results from

    this study indicate that the social support of parents and self-control together can be a

    predictor for students' academic procrastination. However, only self-control that can be

    predictors independently to academic procrastination on SMA Bhinneka Karya 2

    Boyolali.

    Keywords : parental social support , self-control , academic procrastination

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya

    manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal baru yang dapat

    dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai dengan

    perkembangan zaman. Pendidikan hendaknya mengarah pada upaya pembentukan

    manusia yang tanggap terhadap lingkungan dan peka terhadap perubahan. Di samping

    itu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan potensi siswa sebagai subjek

    pembelajaran. Hal ini menyebabkan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting

    untuk menjamin kelangsungan hidup manusia sehingga perlu dilakukan berbagai upaya

    untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum.

    Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan menyiapkan siswa untuk melanjutkan

    ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi atau dipersiapkan

    menjadi pekerja yang mempunyai kualitas baik. Hal ini sesuai dengan Hamalik (2008)

    yang menyatakan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pengajaran

    kepada murid, lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Kualitas

    siswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya selama di sekolah. Prestasi belajar siswa

    dapat ditunjukkan dengan nilai hasil tes belajar siswa.

    Siswa SMA termasuk individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia

    15 – 18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang

    dijalani seseorang sejak berakhirnya masa kanak – kanak sampai datangnya awal masa

    dewasa (Syamsuddin, 2007). Pada masa ini merupakan masa peralihan dari masa kanak-

    kanak menuju masa dewasa yang memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang

    guna mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada di dalam diri mereka. Dalam

  • 2

    proses pencarian identitas diri atau keutuhan diri tersebut, pada umumnya para remaja

    mengalami masalah. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan fisik dan psikis dalam

    diri mereka maupun pada lingkungan sosial tempat mereka berada. Perubahan terjadi di

    lingkungan sekolah yang mereka miliki, dalam hal ini bagi remaja lingkungan sekolah

    merupakan lingkungan sosial yang jauh lebih luas daripada lingkungan sosial di rumah

    atau wilayah tempat tinggal (Gunarsa, 2003). Dalam proses belajarnya di sekolah, tidak

    sedikit remaja yang mengalami masalah-masalah akademik seperti pengaturan waktu

    belajar, memilih metode belajar untuk mempersiapkan ujian, menyelesaikan tugas-tugas

    sekolah dan sebagainya.

    Tuntutan tugas yang dihadapi remaja terutama berkaitan dengan tugas akademik.

    Meskipun demikian tidak semua siswa SMA mampu menghadapinya. Banyak di antara

    mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan batas

    waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan segala

    sesuatu dengan berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu

    yang telah ditentukan.

    Siswa yang terlalu dibebani tugas sekolah mempunyai waktu yang sedikit untuk

    melakukan aktifitas lainnya. Hal tersebut menyebabkannya merasa jenuh, stress

    sehingga mengakibatkan turunnya produktifitas dalam belajar maupun aktifitas pribadi

    (Rumiani, 2006). Siswa yang kurang mampu beradaptasi dengan tuntutan yang ada pada

    dirinya merasa mendapatkan tekanan sehingga menyebabkannya melakukan aktifitas

    yang lebih menyenangkan daripada belajar. Aktifitas yang biasa dilakukan adalah

    melihat TV atau melakukan permainan game online dalam jangka waktu yang lama.

    Aktifitas tersebut terkadang menyebabkannya lalai dengan tugas utamanya, hal ini juga

  • 3

    dilakukannya dengan menunda menyelesaikan tugas sekolah yang dibebankan

    kepadanya atau yang bisa disebut prokrastinasi akademik.

    Prokrastinasi akademik merupakan kebiasaan atau kecenderungan secara umum

    untuk menunda atau menangguhkan sesuatu yang penting untuk mencapai beberapa

    tujuan (Ferrari, Johnson & Mc Cown, 1995). Hasil survei majalah New statement 26

    Februari 1999 menunjukkan bahwa kurang lebih 20% -70% pelajar melakukan

    prokrastinasi (dalam Ghufron, 2003, h.3). Individu yang mengalami prokrastinasi akan

    selalu mengatakan bahwa besok saja akan menyelesaikan tugas tersebut, tetapi ketika

    keesokan hari kembali mengulang kebiasaan tersebut dengan mengatakan nanti saja.

    Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang

    telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan

    sangat berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu

    yang telah ditentukan, sehingga prokrastinasi merupakan salah satu perilaku yang tidak

    efisien dalam menggunakan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera

    memulai sesuatu ketika menghadapi tugas-tugas tersebut.

    Menurut Steel (dalam Gunawinata, Hanik & Lasmono 2008) prokrastinasi bukan

    saja komponen dari menunda, tetapi juga menunda tugas-tugas yang terjadwal, yang

    prioritas atau yang penting untuk dilakukan, sehingga menimbulkan konsekuensi secara

    emosional, fisik dan akademik. Beberapa tahun terakhir banyak penelitian telah

    dilakukan yang menunjukkan bahwa prokrastinasi adalah masalah yang lebih umum

    terjadi di dunia akademis (Ellis & Knaus, dalam Gunawinata, dkk 2008). Prokrastinasi

    merupakan suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait, penundaan

    yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap pada seseorang dalam

    menghadapi tugas dan kebiasaan yang disertai dengan keyakinan irrasional.

  • 4

    Prokrastinasi akademik juga banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan

    banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan

    bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Solomon dan Rothblum (1984)

    mengemukakan bahwa prokrastinasi biasa terjadi pada enam area akademik yaitu

    menulis, belajar, membaca, tugas administratif, menghadiri pertemuan akademik dan

    kinerja akademik secara keseluruhan. Siswa yang melakukan prokrastinasi akademik,

    diasumsikan ketika jenjang yang lebih tinggi tingkat prokrastinasi akademiknya

    semakin meningkat.

    Masalah prokrastinasi atau penundaan menurut beberapa hasil analisis

    penelitian, merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota

    masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil. Sekitar 25%

    sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu

    masalah dalam lingkup akademis mereka (Ferrari dalam Ghufron, 2003). Di sekolah,

    pelajar selalu dihadapkan pada situasi penilaian keberhasilan, baik itu dari penilaian

    selama ulangan harian atau ujian, maupun keberhasilan siswa dalam melaksanakan

    seluruh tugas sekolah.

    Prokrastinasi melibatkan berbagai unsur masalah yang kompleks karena

    berkaitan satu dengan yang lainnya. Prokrastinasi bukan sekedar gambaran dari

    rendahnya kebiasaan belajar ataupun managemen waktu, tetapi melibatkan interaksi

    yang komplek dari komponen perilaku, kognitif dan afeksi. Siswa yang cenderung

    melakukan prokrastinasi secara signifikan akan mengganggu pencapaian akademis,

    kecakapan untuk menguasai materi kelas dan kualitas hidup mereka. Prokrastinasi

    akademik pada siswa sebagai bentuk perilaku yang disengaja dan lebih memilih

  • 5

    melakukan aktifitas lain meskipun individu mengetahui konsekuensi buruk yang akan

    diterima dikemudian hari (Steel, 2007).

    Menurut Ferrari (dalam Zakiyah, dkk. 2010) beberapa faktor yang menyebabkan

    munculnya perilaku prokrastinasi akademik berasal dari faktor internal dan eksternal.

    Faktor internal yang turut membentuk perilaku prokrastinasi, meliputi kondisi fisiologis

    yang meliputi kelelahan dan faktor psikologis seseorang yang meliputi tipe kepribadian,

    motivasi, kontrol diri dan regulasi diri. Faktor eksternal yang memengaruhi

    prokrastinasi antara lain tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir

    bersamaan, kondisi lingkungan yang rendah dalam pengawasan dan dukungan sosial

    orang tua serta teman sebaya.

    Sebuah penelitian menemukan bahwa kualitas internal individu memiliki peran

    penting dalam memengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang. Di antara berbagai

    kualitas diri, Janssen dan Carton (dalam Ursia, 2013) menjelaskan bahwa terdapat lima

    hal yang berkaitan dengan tingginya kecenderungan perilaku prokrastinasi, yaitu

    rendahnya kontrol diri (self-kontrol), self-consciousness, self-esteem, dan self-efficacy,

    serta adanya kecemasan sosial. Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) self-

    kontrol memiliki kapasitas besar dalam memberikan perubahan positif pada kehidupan

    seseorang. Tangney, dkk (2004) menyatakan self-control terdiri atas lima aspek yaitu

    self-discipline, deliberate/nonimpulsive, healthy habits, work-ethic, reliability.

    Menurut Steel (2007) prokrastinasi akademik adalah pengendalian diri individu

    terhadap waktu tunda penerimaan imbalan. Pengendalian diri ini berkaitan dengan

    perilaku prokrastinasi yang dilakukan. Kontrol diri yang dimiliki antara individu satu

    dengan individu lainnya tidak sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang

    tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Seseorang yang

  • 6

    mempunyai kontrol diri yang tinggi akan mampu mengubah kejadian dan dapat

    menggunakan waktu yang tepat dalam mengarahkan perilaku atau tugas yang utama.

    Akan tetapi jika pelajar memiliki kontrol diri yang rendah dalam proses belajarnya di

    sekolah, maka masalah yang ditimbulkan adalah munculnya kecenderungan

    prokrastinasi akademik. Sikap negatif yang dilakukan tersebut akan menjadi suatu trait

    atau kebiasaan seseorang terhadap respons dalam mengerjakan tugas.

    Terbentuknya perilaku negatif yang mengarah pada perilaku prokrastinasi selain

    dipengaruhi adanya faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal

    dari dukungan sosial orang tua. Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan

    tetapi cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian dan penghargaan untuk orang

    lain dan yang paling penting adalah bagaimana persepsi penerima terhadap makna dari

    bantuan itu.

    Lingkungan sosial dan dukungan sosial yang pertama dikenal anak adalah

    keluarga. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diterima oleh seseorang

    pertama kalinya karena keluarga merupakan orang yang berada di lingkungan paling

    dekat dari individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat memberikan

    bantuan, Levitt (dalam Andarini, 2013). Keluarga sebagai komunitas terkecil dari

    sebuah masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak.

    Lingkungan keluarga, khususnya orang tua diharapkan memiliki komitmen dan

    kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku dan

    sejenisnya yang semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak, Kartono

    (dalam Andarini, 2013).

    Dukungan dari orang tua berfungsi memberikan penguatan dalam

    menumbuhkan partisipasi aktif dan eksplorasi dalam kehidupan. Dukungan sosial

  • 7

    meliputi enam komponen yaitu Reliabel alliance, Guidance, Reassurance of worth,

    Attachment, Social integration, Opportunity to provide nurturance (Weiss 1974).

    Dukungan sosial orang tua mempunyai keterkaitan dengan hubungan yang dekat antara

    anak dan orang tua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik dan perkembangan

    moral yang baik pada anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muti’ah (2010) juga

    menyebutkan bahwa ada peran yang signifikan dukungan sosial keluarga terhadap

    prokrastinasi akademik sebesar β = 0,351 (p ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada

    peran yang signifikan antara dukungan sosial keluarga terhadap prokrastinasi akademik

    yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan kepada

    siswa, maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang dimiliki siswa,

    begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diberikan orang tua

    kepada anak secara umum berfungsi untuk memberikan perasaan diterima, diperhatikan,

    disayangi, dihargai dan dicintai. Anak juga akan merasa bahagia dan tenang karena ia

    merasa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam

    mengikuti pelajaran di sekolah. Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai reward

    dan dapat mengarahkan serta mendorong seseorang untuk berprestasi.

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian

    ini adalah

    1. Apakah dukungan sosial orang tua dapat menjadi prediktor secara mandiri bagi

    prokrastinasi akademik ?

    2. Apakah kontrol diri dapat menjadi prediktor secara mandiri bagi prokrastinasi

    akademik ?

  • 8

    3. Apakah dukungan sosial orang tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat

    menjadi prediktor bagi pokrastinasi akademik ?

    METODE PENELITIAN

    Identifikasi Variabel

    1. Variabel tergantung : prokratinasi akademik

    2. Variabel bebas : a. Dukungan sosial orang tua

    b. Kontrol diri

    Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali

    yang berjumlah 482 siswa, Sample dari penelitian ini adalah siswa kelas 3 yang terdiri

    dari 134 siswa dan teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan

    teknik Incidental Sampling.

    Metode Pengumpulan Data dan Alat Ukur

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan metode angket (kuesioner) untuk mengungkapkan data berupa dukungan

    sosial orang tua, kontrol diri, dan prokrastinasi akademik dengan menggunakan skala

    Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),

    TS ( Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

    Skala dukungan sosial orang tua

    Skala dukungan sosial orang tua diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek -

    aspek dukungan sosial menurut Weiss (1974), dukungan sosial di antaranya adalah

  • 9

    Reliable alliance, Guidance, Reassurance of worth, Attachment, Social Integration,

    Opportunity to provide nurturance. Skala dukungan sosial orang tua terdiri dari 24

    aitem, yakni 12 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem

    favorable yaitu SS (4), S (3), TS (2), STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS

    (1), S (2), TS (3), STS (4).

    Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti sebelumnya oleh Irmawati

    (2009) dengan daya diskiminasi aitem sebesar 0,359-0,884. Kemudian didapatkan hasil

    reliabilitas sebesar 0,967, maka alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam

    kategori reliabel dan baik digunakan sebagai alat ukur dukungan sosial orang tua.

    Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak

    tiga kali terhadap 24 aitem angket dukungan sosial orang tua, 20 aitem bertahan

    sedangkan 4 aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya

    dikriminasi aitem sebesar 0,258-0,667. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat

    ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil

    koefisien reliabilitas sebesar 0,742. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk

    dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial orang tua, semua aspek

    terwakili oleh 20 aitem yang bertahan.

    Skala kontrol diri

    Skala kontrol diri dalam penelitian ini diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek

    kontrol diri dari Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) yang kemudian diadaptasi

    oleh penulis. Kelima aspek tersebut yaitu Self-discipline, Deliberate/nonimpulsive,

    Healthy habits, Work ethic, dan Reliability. Skala kontrol diri terdiri dari 36 aitem.

    Yaitu 14 aitem favorable dan 22 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem favorable

  • 10

    yaitu SS (4), S (3), TS (2), STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS (1), S(2),

    TS (3), STS (4).

    Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti sebelumnya oleh Susanti (2014)

    didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,967 maka alat ukur kontrol diri termasuk dalam

    kategori reliabel dan baik digunakan sebagai alat ukur kontrol diri.

    Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak

    dua kali terhadap 36 aitem angket kontrol diri, 29 aitem bertahan sedangkan 7 aitem

    dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi aitem

    sebesar 0,271-0,587. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan

    menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien

    reliabilitas sebesar 0,736. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam

    kategori reliabel. Dalam alat ukur kontrol diri, semua aspek terwakili oleh 29 aitem

    yang bertahan.

    Skala prokrastinasi akademik

    Skala prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diadaptasi oleh penulis

    mengacu pada alat ukur yang dikembangkan oleh Tuckman, (1991) yang kemudian di

    adaptasi oleh penulis. Aspek-aspek tersebut meliputi : general self-description of the

    tendency to deal with things, A tendency to avoid unpleasantness and to have difficulty

    doing unpleasant things, A tendency to blame others for one’s own predicaments. Skala

    prokrastinasi akademik terdiri dari terdiri dari 35 aitem, yakni 14 aitem favorable dan

    21 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem favorable yaitu SS (4), S (3), TS (2),

    STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS (1), S(2), TS (3), STS (4).

  • 11

    Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak

    tiga kali terhadap 35 aitem angket prokrastinasi akademik, 21 aitem bertahan sedangkan

    14 aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya

    dikriminasi aitem sebesar 0,289-0,679. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat

    ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil

    koefisiens reliabilitas sebesar 0,743. Maka, alat ukur prokrastinasi akademik termasuk

    dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur kontrol diri, semua aspek terwakili oleh 21

    aitem yang bertahan.

    Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi dengan

    bantuan progam Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) for Windows release

    16.0. Analisis regresi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk

    mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel yang berupa hubungan kasual atau

    fungsional.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Data Deskriptif

    Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah

    nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian

    ini.

  • 12

    Tabel 1

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Dukungan sosial OT 134 32 78 65.41 7.220

    Kontrol Diri 134 45 102 78.96 9.667

    Prokrastinasi 134 28 76 56.56 8.312

    Valid N (listwise) 134

    Tabel 2

    Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua

    Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

    Sangat Tinggi 68 ≤ x ≤ 80 48 35,82%

    Tinggi 56 ≤ x < 68 74 55,24% 65,41 8,312

    Sedang 44 ≤ x < 56 11 8,21%

    Rendah 32 ≤ x < 44 1 0,75%

    Sangat Rendah 20 ≤ x < 32 0 0%

    Keterangan :

    x : skor subjek

  • 13

    Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 48 siswa

    (135,82%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sangat tinggi,

    74 siswa (55,24%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi,

    11 siswa (8,21%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang,

    1 siswa (0,75%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria rendah,

    dan tidak ada siswa (0%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria

    rendah. Rata-rata dari skor dukungan sosial orang tua sebesar 65,41. Berdasarkan hasil

    tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua

    yang masuk dalam kategori tinggi.

    Tabel 3

    Kategori Skor Skala Kontrol Diri

    Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

    Sangat Tinggi 98,6 ≤ x ≤ 116 3 2,24%

    Tinggi 81,2 ≤ x < 98,6 48 35,82%

    Sedang 63,8 ≤ x < 81,2 75 55,97% 78,96 7,220

    Rendah 46,4 ≤ x < 63,8 7 22%

    Sangat Rendah 29 ≤ x < 46,4 1 0,75%

    Keterangan :

    x : skor subjek

  • 14

    Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 3 siswa

    (2,24%) menyatakan bahwa kontrol diri dalam kriteria sangat tinggi, 48 siswa (35,82%)

    menyatakan bahwa kontrol diri dalam kriteria tinggi, 75 siswa (55,97%) menyatakan

    bahwa kontrol diri dalam kriteria sedang, 7 siswa (22%) menyatakan bahwa kontrol diri

    dalam kriteria rendah, dan 1 siswa (0,75%) menyatakan bahwa kontrol diri dalam

    kriteria sangat rendah. Rata-rata dari skor kontrol diri sebesar 78,96. Berdasarkan hasil

    tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki kontrol diri yang masuk

    dalam kategori sedang.

    Tabel 4

    Kategori Skor Prokrastinasi Akademik

    Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

    Sangat Tinggi 71,4 ≤ x ≤ 84 5 3,73%

    Tinggi 58,8 ≤ x < 71,4 48 35,82%

    Sedang 46,2 ≤ x < 58,8 68 50,75% 56,56 9,667

    Rendah 33,6 ≤ x < 46,2 11 8,21%

    Sangat Rendah 21 ≤ x < 33,6 2 1,49%

    Keterangan :

    x : skor subjek

  • 15

    Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 5 siswa

    (3,73%) menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria sangat tinggi, 48 siswa

    (35,82%) menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria tinggi, 68 siswa (50,75%)

    menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria sedang, 11 siswa (8,21%) menyatakan

    bahwa prokrastinasi dalam kriteria rendah, dan 2 siswa (1,49%) menyatakan bahwa

    prokrastinasi dalam kriteria sangat rendah. Rata-rata dari skor prokrastinasi sebesar

    55,56. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki

    prokrastinasi masuk dalam kategori sedang.

    Uji Normalitas

    Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari penelitian ini

    menunjukkan hasil bahwa ketiga variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel

    dukungan sosial orang tua dengan K-S-Z = 0,831 yang memiliki signifikansi 0,494 (p >

    0,05), variabel kontrol diri dengan K-S-Z = 0,831 yang memiliki signifikansi 0,495 (p >

    0,05), dan variabel prokrastinasi dengan K-S-Z = 0,706 yang memiliki signifikansi

    0,702 (p > 0,5)

    Uji Linearitas

    Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial

    orang tua dan kontrol diri (variabel bebas) terhadap variabel prokrastinasi akademik

    (variabel tergantung). Peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari kedua hubungan

    tersebut kedua variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri memiliki hubungan

    bersifat linear, yaitu uji linearitas dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dengan

    variabel prokrastinasi akademik (F beda = 1,540) yang memiliki signifikansi sebesar

  • 16

    0,60 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel kontrol diri dengan prokrastinasi

    akademik (F = 1,329) yang memiliki signifikansi sebesar 0,134 (p >0,05).

    Uji Multikolinearitas

    Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antar variabel bebas dengan

    nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson

    correlation. Nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan kontrol diri

    sebesar 0,414. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam korelasi antar

    variabel bebas dukungan sosial orang tua dengan kontrol diri menunjukkan bahwa tidak

    terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0.9.

    Uji Regresi

    Setelah dilakukannya uji statistik deskriptif, peneliti melakukan uji korelasi dari

    masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan

    masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Pearson correlation.

    Besarnya hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik

    sebesar r = 0,234 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel

    positif signifikan, artinya jika jumlah dukungan sosial orang tua meningkat, jumlah

    prokrastinasi akademik juga meningkat. Besarnya hubungan antara kontrol diri dengan

    prokrastinasi akademik sebesar r = 0,728 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

    hubungan kedua variabel positif signifikan, artinya jika jumlah kontrol diri meningkat

    maka jumlah prokrastinasi akademik juga meningkat.

    Setelah mengetahui korelasi masing-masing variabel, bahwa variabel dukungan

    sosial orang tua dan variabel kontrol diri berkorelasi positif signifikan dengan variabel

    prokrastinasi akademik, maka semua variabel ini diikut sertakan dalam pengujian

  • 17

    regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi melibatkan dua variabel bebas yaitu variabel

    dukungan sosial orang tua dan kontrol diri, serta satu variabel tergantung yaitu

    prokrastinasi akademik. Selain itu peneliti juga menguji kelayakan model regresi dalam

    penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).

    Tabel 5

    ANOVAb

    Model

    Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    1 Regression 4924.903 2 2462.452 75.650 .000a

    Residual 4264.119 131 32.551

    Total 9189.022 133

    a. Predictors: (Constant), Kontrol diri,

    Dukungn sosial orang tua

    b. Dependent Variable: Prokrastinasi

    Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan

    ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam hasil uji

    ANOVA, penelitian ini menghasilkan angka F = 75,650 dengan tingkat signifikansi

    sebesar 0,000 dan nilai R = 0,732. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model

    regresi ini sudah layak digunakan untuk memprediksi prokrastinasi akademik. Artinya,

    dukungan sosial orang tua dan kontrol diri berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik

    pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

    Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan kontrol diri

    berkorelasi dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2

  • 18

    Boyolali, peneliti menguji besarnya peranan variabel bebas yaitu dukungan sosial orang

    tua dan kontrol diri terhadap variabel tergantung yaitu prokrastinasi akademik.

    Tabel 6

    Model Summaryb

    Mo

    del R

    R

    Squar

    e

    Adjuste

    d R

    Square

    Std.

    Error of

    the

    Estimate

    Change Statistics Durbin

    -

    Watso

    n

    R

    Square

    Change

    F

    Chang

    e df1 df2

    Sig. F

    Change

    1

    .732a .536 .529 5.705 .536

    75.65

    0

    2 131 .000 2.071

    a. Predictors: (Constant), Kontrol

    Diri, Dukungan sosial OT

    b. Dependent Variable:

    Prokrastinasi

    Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,529. Angka tersebut

    menunjukkan bahwa 0,529 atau 52,9% prokrastinasi akademik dapat dijelaskan dengan

    menggunakan variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri. Maka dukungan

    sosial orang tua dan kontrol diri berperan sebanyak 52,9% terhadap prokrastinasi

    akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Dan pada bagian standar error

    of the estimate yang bernilai 5,705 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi

    prokrastinasi (8.312), hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan kontrol diri sudah

    cukup layak dijadikan prediktor untuk prokrastinasi akademmik.

  • 19

    Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya

    korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut

    dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) :

    1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 2,071 (1 < DW < 3).

    Yang berarti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.

    Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dalam

    memprediksi prokrastinasi akademik, peneliti menguji koefisien regresi.

    Tabel 7

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    T Sig.

    Collinearity

    Statistics

    B

    Std.

    Error Beta

    Toleranc

    e VIF

    1 (Const

    ant)

    10.984 5.108

    2.150 .033

    ORTU -.094 .075 -.082 -1.252 .213 .829 1.207

    KD .655 .056 .762 11.657 .000 .829 1.207

    a. Dependent Variable: Prokrastinasi akademik

  • 20

    Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients

    yang menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh

    variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.

    Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua -0,082 dengan nilai t = -

    1,252 (p < 0,05) dan sig = 0,213 (p > 0,05) maka dukungan sosial orang tua tidak

    signifikan untuk menjadi prediktor secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.

    Angka koefisien nilai Beta kontrol diri 0,762 dengan nilai t = 11,657 (p > 0,05)

    dan nilai sig = 0,000 (P < 0,05) maka kontrol diri signifikan untuk menjadi prediktor

    secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.

    PEMBAHASAN

    Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan

    sosial orang tua dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik

    pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

    Dari pengujian regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan

    sosial orang tua dan kontrol diri berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik pada

    siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian yang

    telah dilakukan, nilai R = 0,732 dengan nilai F = 75,650 dengan tingkat signifikansi

    sebesar 0,000 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel dukungan sosial

    orang tua dan kontrol diri sudah layak dijadikan prediktor bagi prokrastinasi akademik.

    Peranan atau pengaruh variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri (variabel

    bebas) terhadap variabel prokrastinasi akademik (variabel tergantung) sebesar 0,529

    atau 52,9%. Hal ini berarti 52,9% prokrastinasi akademik dapat dijelaskan oleh

    dukungan sosial orang tua dan kontrol diri. Maka dukungan sosial orang tua dan kontrol

  • 21

    diri berperan sebanyak 52,9% terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA

    Bhinneka Karya 2 Boyolali. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan

    hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi

    prokrastinasi akademik pada siswa. Jadi, dukungan sosial orang tua dan kontrol diri

    secara bersama-sama dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik pada siswa.

    Dari hasil penelitian di atas disebabkan karena dukungan sosial orang tua tidak

    bisa menjadi satu-satunya faktor tetapi harus ada kontrol diri pada siswa yang

    dikembangkan. Orang tua juga berperan dalam mengembangkan kontrol diri pada anak,

    jadi orang tua tidak hanya memberi dukungan sosial saja tetapi juga mengembangkan

    kontrol diri pada anak, sehingga anak akan terhindar dari prokrastinasi akademik.

    Seperti yang diungkapkan oleh (Kartono, dalam Andarini 2013) bahwa Lingkungan

    keluarga khususnya orang tua diharapkan memiliki komitmen dan kesadaran terhadap

    tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku dan sejenisnya yang

    semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak. Pembentukan perilaku yang

    dimaksud adalah perilaku supaya anak dapat mengontrol dirinya supaya terhindar dari

    prokrastinasi akademik.

    Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang

    tua dengan prokrastinasi akademik memiliki nilai Beta sebesar -0,082 dengan nilai t = -

    1,252 (p < 0,05) dan sig = 0,213 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

    dukungan sosial orang tua belum layak menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik

    secara mandiri. Jadi, dukungan sosial orang tua tidak dapat secara mandiri menjadi

    prediktor terhadap prokrastinasi akademik.

  • 22

    Dari hasil penelitian di atas dapat disebabkan kurangnya peran orang tua

    terutama dalam hal akademik anak. Dukungan sosial orang tua merupakan dukungan

    yang diterima oleh anak pertama kalinya karena orang tua merupakan orang yang

    berada di lingkungan paling dekat dari individu dan memiliki kemungkinan yang besar

    untuk dapat memberikan bantuan (Levitt dalam Andarini, 2013). Dengan adanya

    dukungan orang tua, anak akan merasa nyaman, dicintai, dan dihargai. Namun ketika

    anak tidak mendapatkan dukungan dari orang tua, anak akan mencari sosok figure yang

    paling dekat dengan dia yaitu dukungan sosial dari teman sebayanya. Karena teman

    sebaya juga merupakan lingkungan terdekat siswa ketika di sekolah maka siswa akan

    merasa nyaman dan terbuka. Tetapi dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada

    anak juga tidak boleh berlebihan, karena jika diberikan secara berlebihan anak akan

    manja kepada orang tua dan hal tersebut tidk seharusnya terjadi.

    Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa kontrol diri dengan

    prokrastinasi akademik memiliki nilai Beta sebesar 0,762 dengan nilai t = 11,657 dan

    sig = 0,000 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol diri layak

    menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik. Jadi, kontrol diri dapat secara mandiri

    menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik.

    Dari hasil penelitian diatas, kemungkinan disebabkan karena siswa mampu

    mengontrol dirinya dengan baik terutama dalam mengontrol prokrastinasi akademik,

    mengontrol keputusannya agar tidak memilih untuk melakukan prokrastinasi. Hal ini

    seperti yang diungkapkan oleh Chaplin (2002) yang menyatakan bahwa kontrol diri

    adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk

    menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Oleh karena itu

    dengan adanya kontrol diri yang tinggi siswa dapat menahan diri dari hal-hal yang

  • 23

    berbahaya seperti prokrastinasi dengan mempertimbangkan konsekuensi jangka

    panjang. Begitu pula sebaliknya, siswa dengan kontrol diri yang rendah, siswa akan

    kesulitan untuk menahan diri dari prokrastinasi dengan tidak mempertimbangkan

    konsekuensi jangka panjang.

    Selain hasil yang didapat dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial orang tua

    dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademi, Ferrari dkk (1995)

    juga berpendapat bahwa ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi

    akademik pada siswa seperti rendahnya motivasi, ketakutan dan kegagalan, kelelahan

    (fatigue), efikasi diri yang rendah, regulasi diri yang kurang baik, gaya pengasuhan

    orang tua, tugas terlalu banyak dan kondisi lingkungan.

    KESIMPULAN

    Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu dukungan

    sosial orang tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap

    prokrastinasi akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Kedua variabel

    bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan kontrol diri berkontribusi 52,9 % terhadap

    prokrastinasi akademik pada siswa, menurut pengujian yang telah dilakukan, variabel

    dukungan sosial orang tua dan kontrol diri sudah layak menjadi prediktor terhadap

    prokrastinasi akademik pada siswa. Namun hanya variabel kontrol diri yang secara

    mandiri dapat menjadi prediktor terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA

    Bhinneka Karya 2 Boyolali, sedangkan variabel dukungan sosial orang tua secara

    mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap prokrastinasi akademik pada siswa

    SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

  • 24

    SARAN

    Siswa

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan

    antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Dengan adanya informasi ini

    diharapkan siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan untuk mengontrol dirinya

    terutama dalam hal mengontrol perilaku, mengontrol kognitif, serta mengontrol

    keputusannya agar dapat menghidari melakukan prokrastinasi akademik.

    Peneliti selanjutnya

    Penelitian tentang psikologi pendidikan khususnya prokrastinasi akademik

    diharapkan dapat terus berkembang dan dapat mengurangi tingkat prokrastinasi

    akademik yang ada. Untuk kedepannya bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk

    meneliti menggunakan variabel lain selain kntrol diri misalnya gaya pengasuhan,

    kondisi lingkungan dan variabel lain yang dapat berpengaruh pada terjadinya

    prokrastinasi akademik. Atau jika ingin memperoleh hasil yang lebih mendalam,

    penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Andarini, SR & Fatma, A (2013). Hubungan antara distress dan dukungan Sosial

    dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.

    Surakarta: Jurnal Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan.

    Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Edisi Ke-5. Terjemahan: Kartini

    Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

    Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. (1995). Procrastination and Task

    Avoidance : Theory, research, and treatment. New York : Plenum Press.

    Ghufron, M. N. (2003). Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Tehadap

    Penerapan Disiplin Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik. Tesis (Tidak

    Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

    Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK. Gunung Mulia.

    Gunawinata, R., Hanik., & Lasmono, H. (2008). Perfeksionisme, Prokrastinasi

    Akademik, dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa. Anima, Indonesian

    Psychological Journal. 23 (3): 256-276.

    Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

    Muti’ah, N. (2010). Peran Belajar Berdasar Regulasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga

    dan Efikasi Diri Terhadap Prokrastinasi Akademik. Universitas Ahmad Dahlan :

    abstract-tesis pascasarjana, hal 1-29.

    Rumiani. (2006). “Prokrastinasi Akademik ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres

    Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Semarang. vol 3(2), 37-

    48.

    Solomom, L. J. & Rothblum, E. D. (1984). “Academic procrastination : Frequency and

    Cognitive Behavioral Correlates”. Journal of Counseling Psychology, Vol 31, No

    4, page 503 – 509.

    Steel, P. (2007). “The Nature of Procrastination :A Meta- analytic and theoretical

    review of Quintessential Self – Regulatory Failure”. Psychological Bulletin. 133,

    No. 1, page 65-94.

    Syamsudin, A. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

    Tangney, J.P, Baumeister, R.F & Boone. A.L. (2004). High Self-Control Predicts good

    Adjusment, Less Pathology, Getter Grades and Interpersonal Success. Journal of

    Reasoning. 72 page 271 – 324,

    http://lazypants.org/dl/files/public/TangneyBaumeisterBoone2004.pdf,diakses 25

    Maret 2015, pukul 18.35.

    http://lazypants.org/dl/files/public/TangneyBaumeisterBoone2004.pdf,diakses%2025

  • 26

    Tuckman, B. W. (1991). “The Development and Cuncurrent Validity of The

    Procrastination Scale”. Educational and Psychological Measurement. 51, 473-

    480.

    Ursia, N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik dan Self-

    Control Pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Jurnal

    Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1): 1-18.

    Weiss, R. (1974). The Provisious of Social Relationship. In 2. Rubin (td) Doing Unto

    Other (pp 17-26). Englowood. Cliffs, NJ : PrinticeHall.

    Zakiyah, N., Hidayati, F.N., & Setyawan, Imam. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian

    Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3

    Peterongan, Jombang. Semarang: Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.8

    No.2 Hal. 156 – 167.