Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 1988 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan mengakibatkan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari 66,7 tahun untuk perempuan dan 62,9 tahun untuk laki-laki pada tahun 1995 menjadi 71 tahun untuk perempuan dan 67 tahun untuk laki-laki di tahun 2005. Tahun 2020 diproyeksikan jumlah penduduk yang berusia diatas 60 tahun akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia (Depkes RI,2005). Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan permasalahan di berbagai aspek kehidupan lansia, baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. Permasalahan tersebut berupa aspek kesehatan fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Dari sekian banyak

Transcript of Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

Page 1: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas

hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang No. 13

tahun 1988 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa lanjut usia

(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan

pembangunan dalam bidang kesehatan mengakibatkan meningkatnya Usia Harapan

Hidup (UHH) dari 66,7 tahun untuk perempuan dan 62,9 tahun untuk laki-laki pada tahun

1995 menjadi 71 tahun untuk perempuan dan 67 tahun untuk laki-laki di tahun 2005.

Tahun 2020 diproyeksikan jumlah penduduk yang berusia diatas 60 tahun akan berjumlah

28,8 juta jiwa atau 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia (Depkes RI,2005).

Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan permasalahan di

berbagai aspek kehidupan lansia, baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan

keluarga dan masyarakat. Permasalahan tersebut berupa aspek kesehatan fisik, psikologis,

sosial dan ekonomi. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi, kesehatan dan

kesejahteraan merupakan masalah yang mendominasi dalam kehidupan mereka.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik.

Perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dapat terjadi pada semua

orang pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu (Stanley, 2007). Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki

lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan

penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti

sistem saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,

Page 2: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

2

perasa, dam perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan

belajar keterampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah

pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada

penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari (Potter & Perry, 2005).

Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari

memberikan suatu data untuk menandakan kemampuan diri lansia. Untuk

merencanakan bantuan yang diberikan pada lansia dalam mencapai kembali tingkat

ketidak ketergantungan yang maksimal, dan untuk merencanakan pemberian

dukungan. Aktifitas dasar kehidupan sehari-hari diberikan keduanya (Stanhope,

1998).

Lansia yang masih melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain, faktor fisik, faktor psikis dan faktor lingkungan,

dimana faktor lingkungan salah satunya adalah keluarga yang sangat mendukung

mereka untuk tetap beraktifitas (Budiono, 1997). Dukungan keluarga sebagai suatu

proses hubungan antara keluarga dengan lingkingan sosialnya, ketiga dimensi

interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reprosiktas (timbal balik atau sifat dan

frekuensi hubungan timbal balik), umpam balik (kualitas dan kuantitas komunikasi)

dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan

sosial. Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai

kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana

permintaannya besar (Friedman, 1998).

Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik,

mental, psikososia maupun spiritual. Perubahan fisik yang terjadi seperti penurunan

kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, perubahan mental seperti mudah curiga

pada orang lain dan sering terjadi depresi, perubahan psikososial seperti

Page 3: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

3

menghadapi masa pensiun dan masa kesepian, perubahan spritual seperti bertindak

bijak dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan (Hurlock, 2000).

Kemandirian lansia pada aktifitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada

evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi

kekamar mandi, berpindah, kontinen, dan makan. Kemandirian berarti tanpa ada

pengawasan , pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik.

Ini didasarkan pada stasus aktual dan bukan pada kemampuan. Seorang klien yang

menolak untuk melakukan empat fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,

meskipun ia dianggap mampu melakukan aktifitas sehari-hari (lueckenotte, 1998).

Penelitian menurut (Darmojo dkk. 1991) menunjukkan bahwa para lansia

masih terlibat langsung dalam menentukan keputusan keluarga, terutama dalam hal-

hal yang penting (misal: pindah rumah, hari perkawinan cucu, dan sebagainya)

peran ini menurun dengan bertambahnya usia mereka. Tugas-tugas lain biasanya

mereka masih lakukan antara lain momong cucu (54,4%), membantu memasak

(58,6%), bersih-bersih rumah (59,3%), mencuci piring (53,1%), dan jahit menjahit

(18,3%). Lansia yang masih melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi

oleh beberapa faktor diaantara lain yaitu faktor fisik, faktor psikis, dan faktor

lingkungan, dimana faktor lingkungan sangat mendukung mereka untuk tetap

berktivitas sehingga diperlukan dukungan keluarga agar tetap daapat beraktivitas.

Dukungan keluarga merupakan dukungan natural yang memiliki makna penting

dalam kehidupan seseorang sehingga individu tersebut dapat menerima dukungan

sesuai dengan situasi dan keinginan khusus yang tidak didapatkan dari lingkungan

luar.

Berbagai proses dan fungsi keluarga mempengaruhi psikodinamika

interaksi keluarga pada semua usia. Kebutuhan psikologi anggota keluarga oleh

Page 4: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

4

anggota keluarga yang lain. Pada keluarga lansia, orang lain yang sering kali

mengisi fungsi afektif tersebut, terutama jika anggota keluarga lansia tersebut

tinggal seorang diri. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan kasih sayang.

Cinta dan kasih sayang harus dilihat secara terpisah sebagai dari asuhan dan

perhatian dalam fungsi afektif keluarga (Stanley, 2007).

Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami

problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga sangat di

butuhkan (Hurlock, 2000). Dukungan keluarga bagi lansia sangat diperlukan selama

lansia masih mampu memahami makna dukungan keluarga tersebut sebagai

penyokong kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari jika lansia karena berbagai

alasan sudah tidak mampu memahami makna dukungan keluarga, maka yang

diperlukan bukan hanya dukungan keluarga namun layanan atau pemeliharaan

secara sosial (social care) sepenuhnya, jika yang terakhir ini tidak ada yang

melaksanakan berarti lansia tersebut menjadi terlantar dalam kehidupannya

(Kuntjoro, 2002). Diantara lain bentuk dukungan keluarga menurut Friedman

(1998) adalah : Dukungan emosional, dukungan penghargaan (penilaian), dukungan

instrumental, dukungan informasi.

Dari data yang didapatkan di Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Palopo hasil

pendataan 2011, jumlah penduduk lanjut usia di kota Palopo sebanyak 6543 jiwa.

Tersebar diseluruh kecamatan, khususnya kecamatan Wara Barat terdapat 1684 jiwa

lansia yang semuanya tersebar di 5 kelurahan dan di khususnya dikelurahan

Tamarundung jumlah lansia sebanyak 622 jiwa. Jumlah lansia yang aktif ke

Posyandu sebanyak 314 jiwa lansia yang ada di kecamatan Wara Barat.

Walaupun usia lanjut bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan

proses penuaan, insiden penyakit kronik dan hendaya (distabilitas) akan semakin

Page 5: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

5

meningkat. Untuk menilai kemandirian usia lanjut digambarkan dengan kemampuan

melakukan aktivitas sehari-hari (Activies of Daily Life = ADL) apakah mereka

dapat tanpa bantuan misalnya ; bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, makan,

minum dsb, (http;//digilib.bi.itb.ac.id, 19 september 2006).

Pada lanjut usia diharapkan tetap mandiri secara primer, namun karena

bertambahnya usia dan mempunyai masalah yang kompleks sehingga mengalami

penurunan kemandirian dan meningkatkan ketergantungan lansia kepada orang lain

dalam mencukupi kebutuhannya (Roger Watson, 2003).

Peneliti menghubungkan kondisi di lapangan dengan pendapat

Mangoenprasodjo (2005) mengutip dari William bahwa keluarga adalah jembatan yang

menghubungkan seseorang dengan kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya dan

berperan dalam membentuk seseorang untuk mandiri mengambil keputusan dalam upaya

mempertahankan kualitas hidupnya.

Berdasarkan laporan Seksi Kesehatan Lansia dan KB Dinas Kesehatan Kota

Palopo, jumlah lansia yang terdaftar pada tahun 2011 mencapai 18.362 orang.

Diantaranya yang mengalami masalah dan diobati mencapai 18.002 orang atau 98%.

Bahkan diantaranya ada yang dirujuk yakni sebanyak 2.300 orang (12,8%).

Salah satu Kecamatan yang jumlah lansianya tinggi adalah Kecamatan Wara

Barat, yakni 1.684 orang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

salah satu keluarahan yang ada di Kecamatan Wara Barat, yaitu Kelurahan Tomarundung.

Lansia di kelurahan Tomarundung memiliki latar belakang profesi yang cukup beragam

sehingga menarik diteliti. Atas pertimbangan tersebut, sehingga peneliti akan meneliti

tentang dukungan keluarga terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari lansia di wilayah

kerja Puskesmas Wara Barat”.

Page 6: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana dukungan keluarga terhadap aktivitas sehari-hari lansia di Kelurahan

Tamarundung Kecamatan Wara Barat Kota Palopo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diperolehnya informasi tentang dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia di

kelurahan Tomarundung.

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya informasi secara mendalam tentang dukungan informasi keluarga

terhadap aktivitas sehari-hari lansia.

b. Diperolehnya informasi secara mendalam tentang dukungan penilaian keluarga

terhadap aktivitas sehari-hari lansia.

c. Diperolehnya informasi secara mendalam tentang dukungan instrumental

keluarga terhadap aktivitas sehari-hari lansia.

d. Diperolehnya informasi secara mendalam tentang dukungan emosional keluarga

terhadap aktivitas sehari-hari lansia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penentu kebijakan

Sebagai masukan bagi pemerintah dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan lansia melalui program posyandu lansia dan

meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi keluarga lansia.

2. Manfaat Ilmiah

Sebagai salah satu referensi dan bahan bacaan yang memperkayah khazanah

pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 7: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

7

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti, khususnya dalam mendalami masalah

kesehatan lansia.

Page 8: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Lansia

1. Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas

karena adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah

kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi

lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di

negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal

ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap

pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan

tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C.Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu

masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang

lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa

kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.

Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah

kelompok yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada

orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting tua dalam konteks eksistensi

manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan

untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang

memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif

dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam

Page 9: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

9

diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani

dan mental mereka sendiri.

Disamping itu untuk mendefenisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan

kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang

ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokkan lanjut

usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini

mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia

pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45-59

tahun, Lanjut usia (ederly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia

sangat tua (everly old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo

(2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah

orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya

mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Sapariah

(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur

yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan

daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan

timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang

tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1956 tentang pemberian bantuan

penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka

yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut

menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun keatas.

2. Kebutuhan hidup orang lanjut usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan

hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara

Page 10: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

10

lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,

perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-

kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua oramg dalam segala usia,

sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,berbagi

pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut

sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa

kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah

kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2)

Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan

ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,

kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah

kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui

paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olahraga dan kesamaan hobby dan

sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri

untuk diakui keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization

needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun

daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan

berperan dalam kehidupan.

Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan

psikologis dasar ( Setia, 2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia

membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap

lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri

orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut

tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang

akan menurunkan kemandiriannya.

Page 11: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

11

3. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Faktor

kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap

serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi

lanjut usia

a. Kesehatan Fisik

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Keadaan

fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,

pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap

tertentu ( Prasetyo, 1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan

diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai denyatgan

beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darakanah,

persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental.

Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan

saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indera dan menurunnya konsentrasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk

mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya

seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu

respon yang lamban. Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainuddin (2002) fungsi

kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan

lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin

lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan

kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang powerberakibat bahwa lanjut

usia kurang cekatan.

Page 12: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

12

b. Kesehatan Psikis

Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis

akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya

fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak dari

mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga mudah

menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri.

Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif.

Zainuddin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi

kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa

kepribadian lanjut usia sebagai berikut : (1) Tipe kepribadian Konstruktif, pada

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai tua (2) Tipe

kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power

syndrom, apabila pada masa lanjut usia ini tidak diisi dengan kegiatan yang

memberikan otonomi pada dirinya (3) Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga

harmonismaka pada masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak . Akan tetapi jika

pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi

merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan (4) Tipe Kepribadian

Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia tetap merasa tidak

puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak (5)

Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena

perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

Page 13: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

13

4. Faktor ekonomi

Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang produktif

lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu

golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono, 1997). Golongan mantap

adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati

kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut usia

dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang mantap

lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi, tetapi sempat

mengadakan investasi pada anak-anaknya kejenjang pendidikan tinggi, sehingga

kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjur usia

yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika

purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan

pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari pendapatan lanjut usia dan

kesempatan kerja.

B. Tinjauan Tentang Dukungan Keluarga

Bomar (2004) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah suatu bentuk

perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk perilaku melayani

yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan,

informasi, dan instrumental.

Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang

oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan oleh keluarga.

Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan.

Page 14: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

14

Menurut Roy (1997, dalam Wijayanti, 2005) perubahan aspek psikososial yang

dialami lansia merupakan suatu kondisi yang perlu dipahami dan membutuhkan perhatian

bagi perawat dengan adanya perubahan-perubahan dihadapi lansia, serta perlu melakukan

penyesuian atau beradaptasi seperti yang telah di jelaskan dalam teori adaptasi Roy

bahwa kemampuan seseorang dalam beradaptasi sangat dipengaruhi oleh stimulus yaitu

stimulus lokal, residual, dan kontekstual.

Stimulus konseptual yang dapat mempengaruhi respon lansia terhadap

kehilangan yang dihadapinya adalah dukungan keluarga yang dapat mempengaruhi

kesehataan keluarga dan juga dipengaruhi oleh keluarga.

Beberapa upaya intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kesehatan

psikososial lansia dan menurunkan dampak depresi pada lansia yaitu dengan

menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri memfasilitasi secara maksimal

kemandirian lansia, promosi terhadap kontrol diri serta memberikan dukungan sosial

terutama dari keluarga sebagai orang-orang terdekat ( Potter,dkk, 2005 ).

C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti

a. Dukungan Emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang

bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah-masalah kesehatan,

misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan

tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi ( Smet Bart,

1999).

b. Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi

tentang dunia (Friedman 1998). Apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah

yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat,

Page 15: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

15

dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah keluarga juga merupakan penyebar

informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta

pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari.

c. Dukungan Materil

Dukungan ini mencakup bantuan langsung baik barang maupun jasa yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah.

Page 16: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

16

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

1. Kesehatan Lansia

Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat,

serta sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya. Saat ini puskesmas di harapkan dapat melaksanakan berbagai macam

program dalam bentuk upaya kesehatan, pengembangan puskesmas yang lebih

mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif

dan rehabilitatif.

Upaya Kesehatan bagi lanjut usia

a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di

sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk

lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya

peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas

masyarakat lanjut usia.

b. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang di praktekkan atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga

dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Page 17: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

17

Menurut Dachroni tahun 1988, PHBS erat kaitannya dengan pemberdayaan

masyarakat karena bidang garapannya adalah membantu masyarakat yang

seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku

positif dalam bidang kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini sesuai

dengan Visi Promosi Kesehatan dan dapat di praktekkan pada masing-masing

tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,

melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan

lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

c. Gizi untuk lanjut usia

Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia

untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang

seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi

kesehatanyang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang

adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

- Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras,

jagung, ubi dan lainnya yang mengandung karbohidrat.

- Sumber zat pembangun atau ptotein penting untuk pertumbuhan dan

mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.

Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.

- Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang

berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran

dan buah.

d. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan

komplikasi akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan

Page 18: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

18

pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia

(posyandu lansia) atau puskesmas dengan menggunakan kartu menuju sehat

(KMS) lanjut usia.

e. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinkan dapat

dilakukan di kelompok lanjut usia atau posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut

ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas

pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas ataupun di pos kesehatan

desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan

fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke rumah sakit setempat.

f. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun

upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan

fungsional dan kepercayaan diri lamjut usia.

2. Dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Kane dalam Friedman (1998) mendefenisikan dukungan keluarga sebagai suatu

proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi

dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal

balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan

emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.

Page 19: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

19

Kaplan ( 1978) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis

dukungan, yaitu :

1) Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia

yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari

dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi

yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan

pemberian informasi.

2) Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,

diantaranya: memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.

3) Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya:

bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.

Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan

semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian

atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami

kesusahan atau penderitaan.

4) Dukungan Emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan

ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun

wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingin tahuan orang lain. Aspek-

Page 20: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

20

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta

didengarkan.

B. Pola Hubungan Antar Variabel

C. Definisi Konseptual

1. Dukungan informasi adalah dukungan keluarga berupa sikap, tindakan dan

penerimaan dalam melayani lansia memperoleh informasi yang diperlukan.

2. Dukungan penilaian adalah dukungan keluarga berupa sikap, tindakan dan

penerimaan dalam menilai aktivitas lansia.

3. Dukungan instrumental adalah dukungan keluarga berupa sikap atau tindakan konkrit

dalam membantu mengatasi masalah lansia.

4. Dukungan emosional adalah dukungan keluarga berupa sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap emosi lansia.

5. Aktivitas sehari-hari lansia adalah seluruh gerak-gerik lansia sehari-hari yang dapat

diamati.

Dukungan Keluarga:

Dukungan Informasi

Dukungan Penilaian

Dukungan Instrumental

Dukungan emosional

Aktivitas Sehari-hari

Page 21: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

21

BAB 1V

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan maksud

mengeksplorasi informasi tentang dukungan keluarga terhadap aktivitas sehari-hari lansia

di Kelurahan Tomarundung.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Tomarundung Kecamatan Wara

Barat Kota Palopo. Kelurahan yang paling banyak jumlah lansianya di Keluarahan Wara

Barat. Sedangkan pelaksanaannya akan berlangsung pada bulan Mei – Juni 2012.

C. Informan

Informan adalah orang yang memberi informasi pada saat penelitian sedang

berlangsung. Adapun informan pada penelitian adalah para lansia yang berada di

Kelurahan Tomarundung dengan Tehnik Snowballing Sampel (sedikit ke banyak).

Informan terdiri dari informan dan informan kunci (key informan).

Kriteria Informan:

1. Bersedia memberikan informasi

2. Yang tinggal bersama keluarga.

Kriteria Informan Kunci:

1. Bersedia memberikan informasi

2. Pengelola Lansia di Puskesmas Wara Barat.

Page 22: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

22

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth

interview) dengan informan maupun informan kunci.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Wara Barat, berupa

buku Laporan Tahunan dan data dari bagian pengelola lansia untuk melengkapi data

yang dibutuhkan dalam penelitian.

E. Pengolahan Dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis matriks, kemudian

diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk narasi dan naskah. Untuk memperkuat

validitas temuan, maka dilakukan pula Triangulasi Data. Penyajian data akan dilakukan

dalam bentuk narasi dan naskah.

Page 23: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

23

DAFTAR PUSTAKA

Dachrori, 2000, Penerapan Promosi Kesehatan dalam Pemberdayaan Keluarga.

Depkes RI: Jakarta.

Depkes RI, 2009,Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Biro

Hukum Depkes RI: Jakarta.

Dinkes Kota Palopo. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kota Palopo Tahun 2009. Palopo.

Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti: Jakarta.

FKM UVRI, 2012, Panduan Kerja Penyelesaian Studi, FKM UVRI: Makassar

Graeff, Judith A., Elder, J.P & Booth, E.M. 1993. Komunikasi untuk Kesehatan dan

Perubahan Perilaku. Terjemahan oleh Mubasyir Hasanbasri.1996,

Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Ismawati, Cahyo, 2010, Posyandu dan Desa Siaga, Numed: Bantul.

Jaladri, Iman, 2009, Kader Posyandu dan Visi Kita, Poltekkes: Pontianak.

Kalangie, Nico S. 1994, Kebudayaan dan Kesehatan, Kesaint Blanc Indah Corp:

Jakarta.

Moleong,J.Lexy, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT.Remaja

Rosdakarya: Bandung

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta:

Jakarta.

Prijono, Onny & Pranarka, AMW. 1998, Pemberdayaan (Konsep, Kebijakan dan

Implementasinya), CSIS: Jakarta.

Riduwan, 2003, Skala Pengukuran Variabel-Variabel, Alfabeta: Bandung.

Page 24: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

24

Sairin, Sjafri, 2002, Perubahan Sosial MasyarakatIndonesia, Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Sembiring, Nasap, 2004, Posyandu sebagai sarana peran serta masyarakat dalam usaha

peningkatan kesehatan masyarakat, USU: Medan.

Soekanto, Soerjono, 2002, Sosiologi, PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Usman, Sunyoto, 2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka

Pelajar: Yogyakarta.

Wahyutomo, Ahmad Hernowo, 2009, Hubungan karakteristik dan peran kader

posyandu dengan pemantauan tumbuh kembang balita di puskesmas

kalitidu-bojonegoro, USM: Surakarta.

Widagdo, Laksmono, dan Besar Tirto Husodo, 2009, Pemanfaatan buku kia oleh kader

posyandu:Studi pada kader posyandu di wilayah kerja puskesmas

Kedungadem kabupaten bojonegoro, FKM UNDIP: Semarang.

Widyastuti, Atin, 2007, Faktor – faktor yang berhubungan dengan Partisipasi kader

dalam kegiatan posyandu Di kelurahan gubug kecamatan gubug

abupaten grobogan tahun 2006, Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Page 25: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

25

PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Informan:

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

4. Jenis kelamin :

II. Dukungan informasional

1. Informasi yang dibutuhkan lansia

2. Cara yang ditempuh supaya informasi yang dibutuhkan terpenuhi

3. Bagaimana sikap keluarga?

4. Bagaimana tindakan keluarga?

5. Penerimaan lansia terhadap sikap dan tindakan yang diperoleh

6. Bagaimana Sikap atau tindakan lansia?

III.Dukungan penilaian

1. Aktivitas yang sering dilakukan lansia

2. Kenapa sering dilakukan?

3. Bagaimana penilaian keluarga terhadap aktivitas lansia?

4. Bagaimana sikap keluarga?

5. Bagaimana tindakan keluarga?

6. Bagaimana penerimaan lansia terhadap penilaian yang diperoleh?

IV. Dukungan instrumental

1. Aktivitas lansia sehari-hari atau sering dilakukan

2. Kenapa dia sering lakukan?

3. Apakah butuh alat tertentu? Sebutkan…………..

Page 26: Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan LANSIA-BARU

26

4. Apakah ada anggota keluarga yang berikan alat yang dibutuhkan?

5. Bagaimana cara menggunakan alat tersebut?

6. Adakah anggota keluarga yang bantu?

V. Dukungan emosional

1. Hal-hal yang membuat lansia gembira

2. Hal-hal yang membuat lansia sedih atau kecewa

3. Bagaimana dukungan keluarga terhadap emosi lansia?

4. Bagaimana konkritnya dukungan keluarga?

5. Apakah dukungan diberikan secara konsisten?

6. Bagaimana perasaan lansia terhadap dukungan yang diberikan?