DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET ... GABUNGAN MIA...dipengaruhi oleh banyak faktor, salah...

86
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI POLI PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAHMAS KARYA TULIS ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Oleh HARMIATIN P00320014014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2017

Transcript of DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET ... GABUNGAN MIA...dipengaruhi oleh banyak faktor, salah...

  • DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIETDIABETES MELITUS PADA PENDERITA DIABETESMELITUS DI POLI PENYAKIT DALAM DI RUMAH

    SAKIT UMUM BAHTERAHMAS

    KARYA TULIS ILMIAH

    Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    Jurusan Keperawatan

    Oleh

    HARMIATINP00320014014

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEPERAWATAN2017

  • RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    Nama : Harmiatin

    Nim : P00320014014

    Tempat, Tgl Lahir : Pondidaha, 01 Agustus 1997

    Suku/ Bangsa : Tolaki / Indonesia

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Jln Mekar Jaya 1 Btn Mekarindo

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri 2 Hongoa, tamat pada Tahun 2008

    2. SMP Negeri 1 Pondidaha, tamat pada Tahun 2011

    3. SMA Negeri 1 Pondidaha, tamat pada Tahun 2014

    4. Sejak Tahun 2014 melanjutkan pendidikan Diploma III (D.3) di

    Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan sampai sekarang.

  • MOTTO

    Jika kita selalu merasa ragu-ragu

    Niscaya ketika kereta berangkat kita masih tetap di stasiun

    Menjadi orang pintar lebih mudah dari pada menjadi orang baik

    Jika aku mampu mengapa aku harus katakan tidak

    Dan jika itu bisa mengapa aku tidak lakukan

    Karna mampu dan bisa adalah ukuran orang yang akan menjadi layak

    Kumulai hariku dengan petunjuk Mu Ya ALLAH….. Di kegelisahanku aku

    memohon perlindungan dari Mu Ya ALLAH….. Kujalani hariku tanpa kenal

    lelah untuk tetap memanjatkan doa dari Mu di setiap langkah dan rencanaku

    ….. Agar segala sesuatuku di mudahkan oleh Mu, doa dan harapa.n kedua

    Orang Tuaku dapat terwujudkan …….Amin……….

    Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu

    Sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang sabar

    (Q.S. Al-Baqarah:153)

    Karya tulis ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta,

    Bangsa, Negara, dan Almamaterku.

  • ABSTRAK

    Harmiatin (P00320014014). Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan DietDiabetes Mellitus Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit DalamDi RSU Bahteramas. Dibimbing oleh Lena Atoy,SST.,MPH selakupembimbing I dan Abdul Syukur Bau,S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing II(xiii +47 hal+5 tabel+10 lampiran). Dukungan keluarga pasien diabetes mellitusterkait kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan poin penting dalampenatalaksanaan diet diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untukmengidentifikasi dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet diabetes mellitusberjumlah 35 orang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif denganmenggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yangsedang memeriksakan diri di poli penyakit dalam RSU Bahteramas yangterdiagnosa diabetes mellitus. Sampel dalam penelitian ini diambil secaraaccidental sampling 35 responden. Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari35 responden dukungan keluarga emosional 100% mendukung, sedangkandukungan keluarga penghargaan dan dukungan keluarga informatif yangmendukung 97,14% sedangkan yang tidak mendukung 2,86%. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa dukungan keluarga pada pasien di poli penyakit dalam diRSU Bahteramas terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus secara keseluruhanmendukung. Tindakan yang dilakukan keluarga harus dipertahankan terhadapkepatuhan diet sehingga membantu dalam proses pengobatan dan penyembuhan.

    Daftar pustaka : 24 ( 2011 – 2015 )

    Kata kunci : DM, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan

    Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini dalam bentuk sederhana, yang

    merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III di

    Politehknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan dengan judul “Dukungan

    Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Pada Penderita

    Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam Di RSU Bahteramas”.

    Selama persiapan penyusunan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,

    penulis mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan dorongan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

    banyak terima kasih kepada Ibu Lena Atoy,SST.,MPH selaku pembimbing I dan

    Bapak Abdul Syukur Bau,S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing II yang telah

    banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama

    proses penyusun Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai.

    Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis ingin

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Petrus,SKM.,M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

    2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

    kepada penulis dalam penelitian ini.

    3. Bapak Muslimin, L.,A.,Kep., Spd.,Msi selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Kendari

  • 4. Bapak Muslimin L,A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku penguji I BapakH.

    Taamu,A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku penguji II, Ibu Dian Yuniar Syanti

    Rahayu,SKM.,M.Kep selaku penguji III yang telah membantu dan

    mengarahkan penulis dalam ujian proposal sehingga penelitian ini dapat

    terarah.

    5. Ibu dosen serta seluruh staft tata usaha di lingkungan Poltekkes Kemenkes

    Kendari Jurusan Keperawatan yang telah mendidik dan mengarahkan

    selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah

    6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Bapak Hardin dan Ibu

    Rianti dan adik-adik kutersayang Harmita, Harmifa Wati, Hermansyah,

    Herhan Fatir Jaya dan seluruh keluargaku yang telah memberikan

    dukungan, do’a restu serta kasih sayang yang besar kepada penulis.

    7. Orang-orang terdekatku khususnya untuk sepupuku tersayang Hafri

    Candra,SE, Habrien Kifli, Hasratin Lasaima,Amd.Kep serta Andhy Aswar

    Yunus,SH yang telah memberikan semangat kepada penulis.

    8. Terkhusus untuk sahabat terdekatku Fatmawati, Rosliana Arizal, Lola

    Putriana, Mirna Dwi Lestari, Veronica, Henisetya Wati, Uya Reniar, Anna

    Morriny Konggoasa, Elsa Septiani Putri yang telah banyak memberikan

    semangat kepada penulis

    9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Politekhnik Kesehatan Kendari Jurusan

    Keperawatan Angkatan 2014 khususnya Kelas A yang tidak dapat penulis

    sebutkan satu persatu yang paling banyak menemaniku selama 3 tahun

    teakhir dan takternilai harganya. Semoga Allah SWT membalas segala

  • budi baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam

    penyusunan Karya Tulis ini. Amin

    Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak

    luput dari kesalahan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun

    sangat di harapkan demi kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

    ini.

    Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

    bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan

    menyertai kita dalam segala keseharian kita, Amin.

    Kendari ,Agustus 2017

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..

    HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..

    HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....

    RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………..

    MOTTO …………………………………………………………………….

    ABSTRAK ………………………………………………………………….

    KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

    DAFTAR TABEL ………………………………………………………….

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang …………………………………………………..

    B. Rumusan Masalah ……………………………………………….

    C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….

    D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang DiabetesMelitus …………………........

    B. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga …………………………….

    C. Tinjauan Umum Tentang kepatuhan diet …………………………

    D. Tinjauan tentang Diet …………………………………………….

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran …………………………………………………

    B. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………

    C. Variabel Penelitian ………………………………………………

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ……………………..

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ………………………………………………….

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    ix

    x

    1

    4

    5

    5

    6

    19

    24

    27

    31

    31

    32

    32

    35

    35

  • B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….

    C. Populasi dan Sampel …………………………………………….

    D. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………

    E. Instrumen Penelitian ……………………………………………

    F. Jenis Data ……………………………………………………….

    G. Pengolahan Data ………………………………………………..

    H. Analisa Data …………………………………………………….

    I. Penyajian Data …………………………………………………..

    J. Etika Penelitian …………………………………………………

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Letak Geografis Penelitian ………………………………………

    B. Hasil Penelitian ………………………………………………….

    C. Pembahasan …………………………………………………….

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ……………………………………………………..

    B. Saran ……………………………………………………………..

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    35

    36

    36

    36

    37

    37

    38

    38

    39

    43

    47

    53

    53

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Hal

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Di Poli Penyakit

    Dalam Di RSU Bahteramas...................................................... 43

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Golongan Umur Responden

    Di Poli Penyakit Dalam Di RSU Bahteramas.............................. 44

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Emosional

    Di Poli Penyakit Dalam Di RSU Bahteramas.............................. 45

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga

    Penghargaan Di Poli Penyakit Dalam Di RSU Bahteramas.......... 45

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Informatif

    Di Poli Penyakit Dalam Di RSU Bahteramas.............................. 46

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap

    Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Pada Penderita Diabetes

    Melitus Poli Penyakit Dalam RSU Bahteramas........................... 46

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Permintaan Menjadi Responden

    Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

    Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4 Master Tabel Hasil Penelitian

    Lampiran 5 Lembar bebas pustaka

    Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Balitbang Sultra

    Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

    ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

    Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

    Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu

    hormone yang diproduksi pancreas, mengendalikan kadar gula dalam darah

    dengan mengatur produksi dan penyimpananya, (Soegondo, 2005)

    Diabetes melitus kini benar-benar telah menapaki era kesejagatan,dan

    menjadi masalah kesehatan dunia,insiden dan prevalensi penyakit ini tidak

    perna berhenti mengalir, terutama dinegara sedang berkembang dan negara

    yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi. Jumlah diabetes didunia yang

    tercatat pada tahun 1990 baru mencapai angka 80 juta (Slamet Suryono,

    2006), yaitu secara mencengangkan melompat ke angka 110,4 juta empat

    tahun kemudian (Slamet Suryono, 2007) menjelang tahun 2010 angka ini

    akan mengelembung hingga 239,3 juta dan diduga bakal terus melembung

    hingga mencapai angka 300 juta pada tahun 2025.

    Menurut data WHO (World Health Organization) prevalensi diabetes

    melitus diseluruh dunia tahun 2000 adalah 171 juta dan meningkat 2 kali lipat

    tahun 2030 menjadi 366 juta, sedangkan prevalensi diabetes di indonesia

    tahun 2000 adalah 8.426.000 dan di perkirakan meningkat pada tahun 2030

  • menjadi 21.257.000 penderita. Prevalensi penderita yang berada dalam status

    toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah 17, 1% - 25,8% atau sekitar 93

    juta jiwa. Menurut survey yang dilakukan WHO (World Health

    Organization), indonesia saat ini menempati urutan ke-4 dengan jumlah

    penderita diabetes melitus terbesar didunia setelah india, cina dan Amerika

    serikat (WHO, 2009)

    Indonesia merupakan salah satu dari 10 besar negara dengan jumlah

    diabetes terbanyak. Pada tahun 1993, negara yang tergolong tengah

    berkembang ini baru menempati peringkat ke-7, dengan jumlah pengidap

    diabetes sebanyak 4,5 juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik tingkat

    menjadi peringkat ke-5 pada tahun 2025, dengan perkiraan jumlah pengidap

    terbanyak 12,4 juta jiwa (International Diabetes Monitor, April 1999)

    prevalensi DM di jakarta pada tahun 1982 hanya menunjukan angka 1,7%

    selanjutnya, persentase ini terus berloncatan ke angka 5,7 % dan 13,6 %,

    berturut-turut pada tahun 1992 dan 2001 (Sartina, 2014).

    Manajement diabetes mandiri merupakan hal yang penting bagi pasien

    diabetes. Diperkirakan bahwa lebih dari 95% penanganan diabetes melitus

    terdiri dari perilaku perawatan mandiri yang baik terbukti memiliki kontrol

    glukosa darah yang lebih baik (Maulana, 2008). Salah satu manajemen

    diabetes mandiri adalah modifikasi diet dan kepatuhan diet serta dukungan

    dari keluarga.

    Kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan diet merupakan

    kunci utama kestabilan kondisi kesehatan pasien diabetes melitus (Nemes et

  • al,2009). Kepatuhan diet pasien diabetes melitus dalam melaksanakan diet

    dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah dukungan keluarga dari

    penderita diabetes melitus itu sendiri.

    Dukungan keluarga dalam peningkatan kepatuhan diet ini seperti

    pengaturan makanan yang baik, perubahan gaya hidup keluarga yang tidak

    sehat mulai diperbaiki dengan pengurangan makanan yang mengandung

    kadar gula yang tinggi dalam keluarga khususnya untuk penderita diabetes

    melitus (Armilawaty, 2007). Dukungan keluarga dalam pematuhan pemberian

    obat pada penderita diabates memiliki tujuan untuk mengetahui dampak dari

    perilaku peningkatan dukungan keluarga pada anti diabetes melitus kepatuhan

    pengobatan dan status kognitif pada pasien diabetes melitus.

    Bukan hanya dukungan keluarga dan kepatuhan diet diabetes melitus

    yang harus diperhatikan tetapi, pada pemberian diet pada pasien diabetes

    harus diberikan sesuai standar kebutuhan pasien berdasarkan diagnosa pada

    pasien, tetapi perlu diingat bahwa pasien mempunyai kekhususan, baik dalam

    hal kebutuhan gizi maupun kemampuan untuk mengkonsumsi dan mencerna

    makanan yang disajikan oleh keluarga. Oleh karena itu, kebutuhan

    perorangan tetap perlu diperhatikan dengan menyusun diet secara khusus.

    Untuk itu diperlukan pemantauan diet oleh kelurga, memberikan penyuluhan

    tentang pola makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pasien diabetes

    melitus kepada keluarga maupun penderita diabetes, serta kepatuhan pasien

    diabetes melitus, serta adanya dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet

    penderita diabetes melitus.

  • Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Bahterahmas

    tercatat pada tahun 2014 sebanyak 325 penderita, sedangkan pada tahun 2015

    menurun menjadi 282 penderita, kemudian untuk periode tahun 2016 jumlah

    penderita menurun menjadi 229 penderita. Dimana berdasarkan data awal

    yang diperoleh mengalami sedikit penurunan pada penderita diabetes melitus

    tiap tahunya.

    Terjadinya penurunan jumlah pasien diabetes melitus di RSU

    Bahterahmas menjadi salah satu indikator bahwa penanganan diet dan

    kepatuhan diet serta dukungan keluarga sehingga penanggulangan diabetes

    melitus optimal dalam masyarakat.

    Setelah melakukan wawancara awal pada pasien diabetes melitus Tn. R

    mengatakan bahwa “dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses diet

    penyakit diabetes melitus karena terkadang saya sebagai pasien lupa, kurang

    percaya akan hal-hal yang harus dilakukan dalam proses diet penyakit ini”

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai “Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes

    Melitus Pada Penderita Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah

    Sakit Umum Bahterahmas”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Dukungan Keluarga Terhadap

    Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Pada Penderita Diabetes Melitus Di Poli

    Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Bahterahmas?”

  • C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengidentifikasi Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet

    Diabetes Melitus Pada Penderita Diabetes Melitus Di Poli Penyakit

    Dalam Di Rumah Sakit Umum Bahterahmas Tahun 2017.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi dukungan emosional keluarga Terhadap kepatuhan

    diet diabetes melitus.

    b. Mengidentifikasi dukungan informatif keluarga terhadap Penderita

    diabetes melitus

    c. Mengidentifikasi dukungan penghargaan keluarga terhadap penderita

    diabetes melitus.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Dapat dijadikan informasi untuk masyarakat agar lebih memperhatikan

    kesehatan khususnya pada keluarga dan penderita penyakit diabetes

    melitus.

    2. Bagi institusi dapat dijadikan sebagai tambahan referensi perpustakaan.

    3. Bagi peneliti dapat menerapkan ilmu dan menambah wawasan.

    4. Sebagai bahan untuk peneliti selanjutnya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

    1. Pengertian

    Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes

    melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

    kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia Kronik pada diabates

    berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan

    beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh

    darah. Sedang sebelumnya WHO 1980 berkata bahwa DM merupakan

    suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan

    singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

    problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah

    faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

    gangguan fungsi insulin.

    Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

    seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah

    akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relative (Almatsier,

    2007 dalamSartina, 2014)

    Diabetes adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitaanya tidak

    bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula darah (glukosa) dalam

  • darahnya. Pada tubuh yang sehat, pangkreas melepas hormon insulin

    yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan

    lain untuk memasok energi. Diabetes merupakan gangguan metabolisme

    (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes

    tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak

    mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah

    kelebihan gula di dalam darah, kelebihan gula yang kronis di dalam

    darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh ( Lanny Sustrani, dkk

    2004)

    2. Klasifikasi Diabetes

    Ada beberapa klasifikasi diabetes melitus yang berbeda menurut

    (Tandra Hans, 2008) sebagai berikut :

    a. Diabetes tipe 1

    Diabetes tipe ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin

    tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya,

    insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi

    menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke

    dalam sel.

    Diabetes tipe ini juga disebut insulin dependent diabetes karena

    si pasien sangat bergantung pada insulin. Ia memerlukan suntikan

    insulin setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh.

    Karena biasanya terjadi pada usia yang sangat muda, dulu diabetes

    tipe ini di sebut juvenile diabetes. Namun, kedua istilah ini kini telah

  • ditinggalkan karena diabetes tipe ini kadang juga ditemukan pada

    usia dewasa. Di samping itu, diabetes tipe ini kadang juga ditemukan

    pada usia dewasa. Di samping itu, diabetes tipe lain bisa juga diobati

    dengan suntikan insulin. Oleh karena itu, sekarang istilah yang

    dipakai adalah diabetes tipe 1.

    b. Diabetes tipe 2

    Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.

    Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul

    pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95 persen penderita diabetes

    adalah penderita diabetes tipe 2.

    Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa masih bisa membuat

    insulin, tetapi kualitas insulinya buruk, tidak dapat berfungsi dengan

    baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel.

    Akibatnya glukosa dalam darah meningkat.

    c. Diabetes pada kehamilan

    Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut sebagai

    diabetes tipe gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi

    karena pembentukan beberapa hormon pada ibu hamil yang

    menyebabkan resistensi insulin.

    Diabetes semacam ini terjadi pada 2-5 persen kehamilan.

    Biasanya baru diketahui setelah kehamilan bulan keempat ke atas,

    kebanyakan pada trimester ketiga (tiga bulan terakhir kehamilan)

    setelah persalinan umunya glukosa darah akan kembali normal.

  • Sedangkan menurut (WHO, 1994) klasifikasi diabetes melitus

    terbagi menjadi 5 sebagai berikut :

    a. DM tipe 1, insulin dependent diabetes melitus (IDDM)

    Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel β pankreas.

    Dahulu, DM tipe 1 disebut juga diabetes onser anak (atau onser

    renaja) dan diabetes rentan-ketosis (karena sering menimbulkan

    ketosis). Onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun

    (tetapi tidak selalu demikian karena orang dewasa dan lansia yang

    kurus juga dapat mengalami diabetes jenis ini. Sekresi insulin

    menagalami defisiensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak sama

    sekali). Dengan demikian tanpa pengobatan dengan insulin

    (pengawasan dilakukan melalui pemberian insulin bersamaam

    dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah terjerumus ke

    dalam situasi ketoasidosis diabetik.

    Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan

    perjalananya sangat progresif, jika tidak diawasi, dapat berkembang

    menjadi ketoasidosis yang rendah, hasil tes deteksi antibodi islet

    hanya bernilai sekitar 50-80 %, dan kadar gula darah puasa > 140

    mg/dl.

    b. DM tipe 2non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM)

    Diabetes melitus jenis ini disebut juga onset-matur (atau onset-

    dewas) dan diabetes resisten-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya

    tidak perna karena istilah IDDM dan NIDDM tidak digunakan lagi

  • sejak tahun 1985 (WHO) Alasanya, penggunaan kedua istilah

    disebut didasarkan semata-mata pada observasi klinis yang terkait

    dengan derajat kekurangan insulin.

    Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-

    kadang belum menampakan gejala selama bertahun-tahun)

    progretivitas gejala berjalan lambat.

    c. DM tipe 3

    Diabtes tipe ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder,atau DM

    tipe lain. Etiologi diabetes jenis ini, meliputi (a) penyakit pada

    pankreas (b) sindrom hormonal yang menggangu sekresi dan/

    menghambat kerja insulin, seperti akromegali, fekromositoma, dan

    sindrom Cushing, (c) obat-obat yang menggangu sekresi insulin

    (Feniroin) atau menghambat kerja insulin (estrogen dan

    glukokortikoid) (d) kondisi tertentu yang jarang terjadi, seperti

    kelainan pada reseptor insulin.

    d. Diabetes Melitus kehamilan (DMK)

    Diabetes melitus kehamilan sebagai setiap intoleransi glukosa

    yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa

    memandang derajat intoleransi serta tidak memeperhatikan apakah

    gejala ini lenyap atau menetap selepas melahirkan (Sartina, 2014).

    e. Diabetes Melitus terkait malnutrisi (DMMal)

    Kategori inidiusulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali

    ditemukan dinegara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah

  • tropis. Diabetes jenis ini biasanya menampakan gejala pada usia

    muda, antara 10-40 tahun (lazimnya di bawah 30 tahun) sebagian

    pasien mengalami nyeri perut yang menjalar ke daerah punggung

    (pola jalaran nyeri ini mirip dengan pola jalaran nyeri akibat

    pankreatitis).

    3. Etiologi

    Etiologi diabetes melitus menurut (Hans Tandra, 2008) Diabetes tipe

    1 juga biasanya adalah penyakit otoimun, yaitu penyakit yang disebabkan

    oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh si pasien dan

    mengakibatkan rusaknya sel pankreas. Teori lain juga menyebutkan

    bahwa kerusakan pankreas adalah akibat pengaruh genetik (keturunan),

    infeksi virus, atau malnutrisi.

    Diabetes tipe 2 terjadi karena sel-sel jaringan tubuh dan otot si

    pasien tidak peka atau sudah resiten terhadap insulin (dinamakan

    resistensi insulin atau insulin resistense) sehinga glukosa tidak dapat

    masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.

    Diabetes kehamilan/gestasional disebabkan karena terjadinya

    peningkatan berbagai hormon yang menyebabkan efek metabolik

    terhadap toleransi gula. Serta adanya pembentukan beberapa hormon

    pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin.

    4. Fatofisiologi

    Menurut (Almatsier, 2007 dalam Sartina, 2014) fatofisiologi diabetes

    melitus adalah sebagai berikut:

  • a. Diabetes Tipe I

    Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk

    menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan

    oleh proses autoimun. Disamping itu, glukosa yang berasal dari

    makanan tidak dapat disimpan dalam hati sehingga tetap berada

    dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah

    makan).

    Jika konsetrasi gula darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

    menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya,

    glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa

    yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan

    disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan

    ini dinamakan dieres osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan

    yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

    berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

    Defisiensi insulin, juga menggangu metabolisme protein dan

    lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat

    mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunya

    simpanan kalori. Gejala lainya mencakup kelelahan dan kelemahan.

    Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis

    (pemecahan glukosa dari asam-amino serta substansi lain). Namun

    pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa

    hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di

  • samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

    peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping

    pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu

    keseimbangan asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

    Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan

    tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,

    hipereventilasi, napas berabau aseton, dan bila tidak ditangani akan

    menimbulkan perubahan kesdaran, koma bahkan kematian.

    Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai

    kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik

    tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia secara ketoadosis. Diet

    dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering

    merupakan komponen terapi yang penting.

    b. Diabetes Tipe II

    Pada diabetes Tipe II terdapat dua masalah utama yang

    berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan

    sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor

    khusus pada pemukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

    reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

    glukosa di dalam sel. Resitensi insulin pafa diabetes tipe II disertai

    dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin

    menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

    jaringan.

  • Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah glukosa dalam

    darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.

    Pada pasien toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat

    sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan

    dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

    Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi

    peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

    meningkat dan terjadi diabetes Tipe II.

    Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

    khas dari diabetes Tipe II namun masih terdapat insulin dengan

    jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemah dan

    produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis

    diabetik tidak terjadi pada diabetes Tipe II yang tidak terkontrol

    dapat menimbulkan masalah akut lainya yang dinamakan sindrom

    hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).

    Diabetes Tipe II paling sering terjadi pada pasien diabetes yang

    berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa

    yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,

    maka awitan diabetes Tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika

    gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan

    dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada

    kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau peradangan yang kabur

    (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

  • Untuk sebagian besar pasien (kurang-lebih 75 %), penyakit

    diabetes Tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja

    (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium

    yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit

    diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes

    jangka panjang (misalnya kalainan mata, neuropati ferifer, kelainan

    vaskuler ferifer ) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis

    ditegakan.

    Penanganan periper diabetes Tipe II adalah dengan menurunkan

    berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas.

    Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan

    efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika

    diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah.

    Jika penggunaan obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil

    mengendalikan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan,

    maka insulin dapat digunakan. Sebagai pasien memerlukan insulin

    umtuk sementara waktu selama periode stres fisiologik yang kuat,

    seperti selama sakit atau pembedahan.

    c. Diabetes dan Kehamilan

    Diabetesyang terjadi selama kehamilan perlu mendapat

    perhatian khusus. Wanita yang sudah diketahui menderita diabetes

    sebelum terjadinya pembuahan harus mendapatkan penyuluhan atau

    konseling tentang penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.

  • Pengendalian diabetes yang buruk (hiperglikemia) pada saat

    pembuahan dapat disertai timbulnya malformasi kongenital. Karena

    alasan inilah, wanita yang menderita diabetes harus mengendalikan

    penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi terjadi dan sepanjang

    kehamilan. Dianjurkan agar wanita yang menderita diabetes sudah

    memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar glukosa

    darah empat kali perhari dan pemberian suntikan insulin tinga hingga

    empat kali perhari) dengan maksud untuk mencapai kadar

    hemoglobin A1c yang normal tiga bulan sebelum pembuahan.

    Pemantauan yang ketat pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk

    kehamilan beresiko tingi sangat dianjurkan.

    Diabetes yang tidak terkontrol pada saat melahirkan akan

    disertai dengan peningkatan insiden makrosemia janin (bayi yang

    sangat besar), persalinan dan kelahiran yang sulit, bedah besar serta

    kelahiran mati (Stillbirth). Disamping itu, bayi yang dilahirkan oleh

    ibu yang menderita hiperglikemia dapat dapat mengalami

    hipoglikemia pada saat lahir. Keadaan ini dapat terjadi karena

    pankreas bayi yang normal telah mensekresikan insulin untuk

    mengimbangi keadaan hiperglikemia ibu. Bayi ini membutuhkan

    pemantauan yang ketat dalam kamar bayi, dan kadar glukosa

    darahnya harus sering diukur. Jika terjadi hipoglikemia, pemberian

    air gula harus segera dilakukan.

  • Diabetes gestational terjadi pada wanita yang tidak menderita

    diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama

    kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita

    hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27

    minggu untuk mendeteksi kemunginan diabetes. Pentalaksanaan

    pendahuluan mencakup modifikasi diet dan pemantauan kadar

    glukosa. Jika hiperglikemia tetap terjadi, preparat insulin harus

    diresepkan. Obat hipoglikemia tidak boleh digunakan selama

    kehamilan. Tujuan yang akan dicapai adalah kadar glukosa selama

    kehamilan yang berkisar dari 70 hingga 100 mg/dlterjadi pada

    wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.

    Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-

    hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada

    usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemunginan

    diabetes.

    Pentalaksanaan pendahuluan mencakup modifikasi diet dan

    pemantauan kadar glukosa. Jika hiperglikemia tetap terjadi, preparat

    insulin harus diresepkan. Obat hipoglikemia tidak boleh digunakan

    selama kehamilan. Tujuan yang akan dicapai adalah kadar glukosa

    selama kehamilan yang berkisar dari 70 hingga 100 mg/dl pada

    setiap 2 jam sesudah makan (kadar gula 2 jam postprandial).

    Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah wanita yang

    menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Walaupun

  • begitu, banyak wanita yang mengalami diabetes gestasional ternyata

    dikemudian hari menderita diabetes Tipe II. Oleh karena itu, semua

    wanita yang menderita diabetes gestasional harus mendapatakan

    konseling guna mempertahankan berat badan idealnya dan

    melakukan latihan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari

    awitan diabetes Tipe ( Arisman, 2010)

    5. Faktor Resiko Diabetes Melitus

    Secara singkat faktor-faktor yang mempertinggi resiko diabetes

    melitus antara lain:

    a. Usia lanjut

    Semakin bertambah usia semakin tinggi seseorang terkena

    diabetes ( resiko tinggi usia sejak usia 40 tahun)

    b. Keturunan

    Adanya riwayat diabetes dalam keluarga terutama orang tua dan

    saudara kandung maka kemungkinan seseorang DM makin tinggi

    (dominan bagi diabetes Tipe I)

    c. Obesitas

    80-85% pasien Tipe II mengidap kegemukan, tentu saja tidak

    semua orang yang gemuk menderita diabetes, tetapi penyakit ini

    mungkin muncul 10-20 tahun. Dikatakan obesitas bila seseorang

    kelebihan 20% dari berat badan normal.

  • d. Kemiskinan

    Meskipun belum diketahui dengan pasti hubunganya namun

    penenlitian telah membuktikan hal ini. Besar kemunkinan diabetes

    pada golongan miskin dikarenakan gangguan pankreas akibat gizi

    buruk

    e. Pola makan yang salah

    Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama

    meningkatkan risiko kena diabetes.kurang gizi (malnutrisi) dapat

    merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan)

    mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi urin).

    f. Gaya hidup stres

    Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan

    yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar

    seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek penenang sementara

    untuk meredahkan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang

    berbahaya bagi mereka yang beresiko kena diabetes.

    B. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga

    1. Pengertian Keluarga

    Menurut Departemen Kesehatan (2007), keluarga adalah unit

    terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa

    orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling

    ketergantungan. Ferdinan (2008), mendefiniskan keluarga sebagai dua

    atau lebih individu yang bergabung sebagai dua atau lebih individu yang

  • bergabung karena hubungan darah, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu

    rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-

    masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya, menurut

    Friedman (2003), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang

    tergabung karena ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan

    melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka

    sebagai bagian dari keluarga. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah

    dua orang lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah,

    mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,

    bertaqwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang

    sementara antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkunganya.

    2. Pengertian Dukungan Keluarga

    Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan

    penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

    informasional, dukungan penelitian, dukungan instrumental dan

    dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk

    hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

    terhadap anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa ada

    yang memerhatikan. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

    interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

    (kaplan, 2002).

    Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) dalam

    Zainudin (2011) yaitu infomasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau

  • tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek

    didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang

    dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah

    laku penerimaanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh

    dukungan sosial, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat

    saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Menurut Sarason

    (1983) dalam Zainudin (2011). Dukungan keluarga adalah keberatan,

    kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,

    menghargai dan menyayangi kita, pandangan yang sama juga

    dikemukakan oleh Cobb (2002) mendefinisikan dukungan keluarga

    sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong

    orang denga sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut

    diperoleh dari individu maupun kelompok.

    3. Fungsi Pokok Keluarga

    Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

    konsekuensi dari struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut

    adalah (Friedman, 2010):

    a. Fungsi afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk pemenuhan

    kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta

    kasih, serta saling menerima dan mendukung.

    b. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : proses

    perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota

    keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan dilingkungan

  • c. Fungsi Reproduktif : untuk meneruskan kalangsungan keturunan dan

    menambah sumber daya manusia

    d. Fungsi ekonomis : untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti

    sandang, pangan, dan papan

    e. Fungsi perawatan kesehatan : untuk merawat anggota keluarga yang

    mengalami masalah kesehatan.

    4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

    Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai

    tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman

    (2010) membagi 5 tugas dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan,

    yaitu :

    a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil

    apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

    menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

    menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,

    perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahanya.

    b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

    keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

    mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

    dengan pertimbangan siapa diantara keluarga maka segera dilakukan

    tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau

    bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya

    meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar.

  • c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

    dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu

    muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila kelurga

    memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

    pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan

    lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

    d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

    dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

    e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

    lembaga kesehatan. (pemanfaatan fasilitas kesehatn yang ada).

    5. Bentuk Dukungan Keluarga

    Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), terdapat

    empat tipe dukungan kelarga yaitu :

    a. Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan

    damai untuk beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap

    orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang

    menghadapi persoalan atau masalah yang sedang dihadapi.

    b. Dukungan penghargaan Keluarga bertindak sebagai penengah dalam

    pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan

    masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari

    keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan

    kepada individu.

  • c. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber

    pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga

    mencarikan solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan

    kegiatan.

    d. Dukungan Informatif Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan

    pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang

    disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi

    persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.

    C. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan Diet

    1. Pengertian Kepatuhan Diet

    Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu

    aturan dan perilaku yang disarankan (Smet, 2000). Kepatuhan dapat

    dibedakan dua yaitu :

    a. Kepatuhan penuh (total compliance) Pada keadaan ini penderita

    patuh secara sungguh-sungguh terhadap diit pada hipertensi.

    b. Penderita yang tidak patuh (non compliance) keadaan ini penderita

    tidak melakukan diit terhadap diabetes melitus (Azwar, 1996).

    2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

    a. Faktor predisposisi

    1) Kepercayaan atau agama yang dianut

    merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

    kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya

    akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta

  • dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik.

    Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat

    dipengaruhi oleh kepercayaan penderita, dimana penderita

    memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih baik tabah terhadap

    anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya (Sardiman, 2007).

    b. Faktor geografi (lingkungan yang jauh atau jarak)

    Lingkungan yang jauh atau jarak dari pelayanan kesehatan yang

    memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan.

    c. Individu

    1) Sikap atau motivasi individu ingin sembuh

    Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu

    sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

    kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

    berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

    penyakitnya (Hawari, 1996).

    2) Pengetahuan

    Menurut Schere dan Bruce (2001), mengikuti bahwa

    pengetahuan mempengaruhi kompetensi perasaan dalam

    mengatur gejala. Penelitian lain juga dilaporkan bahwa

    penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak

    teridentifikasi mempunyai gejala batuk dan sakit, mereka

    berfikir bahwa mereka sudah merasa sembuh sehat sehingga

    menghentikan minum obat sebelum waktunya.

  • 3) Faktor reinforcing

    a) Dukungan petugas

    Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi

    penderita, sebab petugas adalah pengelola penderita yang

    paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap

    kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering

    berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan

    menerima kehadiran petugas kesehatan dapat ditumbuhkan

    dalam diri penderita maka anjuran, perintah yang diberikan

    petugas akan dapat diterima oleh penderita dengan baik,

    begitu juga motivasi atgau dukungan yang diberikan

    petugas sangat besar artinya terhadap kepatuhan pasien

    untuk melakukan kontrol terhadap penyakit yang diderita

    (Friedman, 1998).

    b) Dukungan sosial keluarga

    Selain dukungan petugas, dukungan keluarga sangatlah

    tidak kalah pentingnya, karena keluarga merupakan bagian

    dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat

    dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram

    apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya,

    karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

    kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola

    penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau

  • menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

    penunjang pengelolaan penyakitnya (Friedman, 1998).

    Faktor enabling Fasilitas kesehatan merupakan sarana

    penting dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita

    diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga

    kesehatan yang meliputi : jumlah tenaga kesehatan, gedung

    serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain (Notoadmojo,

    2002).

    c) Faktor enabling

    Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam

    memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan

    penderita menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang

    meliputi : jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna

    untuk penyuluhan dan lain – lain (Notoadmojo, 2002).

    D. Tinjauan Tentang Diet

    Meskipun susunan macam-macam diet Diabetes berbeda-beda, tetapi

    setiap macam persyaratn sebagai berikut :

    1. Tujuan Terapi Diet

    Tujuan diet penyakit diabetes melitus adalah, membantu pasien

    memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol

    metabolik yang lebih baik, dengan cara :

    a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal

    dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin

  • (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan

    aktifitas fisik.

    b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

    c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

    badan normal.

    d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

    menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka

    pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan

    latihan jasmani.

    Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

    optimal (Almatsier. 2007).

    2. Syarat-syarat Diet DM

    Syarat-syarat diet penyakit Diabetes Melitus adalah :

    a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

    normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan

    kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus, misalnya dibagi

    dalam 3 porsi, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore

    (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing

    10-15%).

    b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

    c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total,

    dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak

    jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari

  • lemak tidak jenuh tunggal, asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu

    ≤ 300 mg/hari.

    e. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu

    60-70%

    f. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

    diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar

    glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula

    murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

    g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut

    air yang terdapat didalam sayur dan buah.

    h. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan

    mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang

    sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan

    garam harus dikurangi.

    i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

    penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak

    diperlukan (Sustrani Lanny dkk. 2004).

    3. Penatalaksanaan Diet DM

    a. Perencanaan makan

    Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah

    sebagai berikut:

    1) mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas

    normal.

  • 2) menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan

    remaja, ibu hamil dan janinya.

    3) mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.

    b. Latihan Jasmani

    Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang

    peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani

    yang teratur pada diabetes antara lain adalah : memperbaiki

    metabolisme ( menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah),

    meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,

    meningkatkkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, dan

    mengurangi resiko penyakit kardiovasksuler.

    c. Obat Hipoglikemik

    Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani

    secara teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum

    tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun

    insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dijumpai dalam bentuk

    golongan Sulfonilurea diberikan pada DM gemuk, dan inhibitor

    glukosidase alfa (acarbose) pada diabetes dengan kadar glukosa

    darah 2 jam sesudah makan yang tinggi.

    Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

    insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea

    merupakan pilihan utama pada pasien dengan berat badan normal

    atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang

  • berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golongan

    sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang sebaiknya dihindari.

    Biguanid (misalnya metformin) mempunyai efek utama merupakan

    puncak glikemik sesudah makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat

    ini disamping memperbaiki ambilan glukosa perifer, juga

    menghambat secara kompetitif absorbsi glukosa diusus makan

    dianjurkan pemberianya pada setiap mulai makan (Blecenta Miranda

    Varona, dkk : 2003).

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran

    Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

    seseorang yang mengalami penigkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

    kekurangan hormon insulin secara absolute atau relative. Diabates Melitus

    akan mengakibatkan timbulnya komplikasi akut dan kronis jika tidak

    ditangani dengan baik. Komplikasi yang bersifat akut maupun kronis dapat

    menyebabkan gangguan kualitas hidup dari penderita diabetes melitus.

    Progresifitas diabetes melitus ini akan terus berjalan bahkan dapat

    menyebabkan kematian akibat baik komplikasi akut maupun kronis. Melihat

    danpak atau akibat yang dapat timbul akibat penyakit diabetes melitus

    tersebut, maka sebaiknya setiap penderita penyakit diabetes melitus lebih

    aktif memeriksakan kondisi penyakitnya dan diarahkan pada pengontrolan

    kadar gula darah serta melaksanakan pencegahan komplikasi salah satunya

    yaitu terapi diet untuk mencapai kestabilan kondisi kesehatn pasien (Arisman

    2010).

    Dukungan keluarga diperlukan dalam kepatuhan diet diabetes melitus

    dalam memberikan perhatian kepada penderita. Dukungan keluarga yang

    dimaksud berupa dukungankeluarga emosional, dukungan keluarga

    penghargaan (penilaian), dan dukungan keluarga informatif.

  • B. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    C. Variabel penelitian

    Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan

    ukuran yag dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

    konsep pengertian tertentu (Notoatmojo,2005).

    Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah :

    1. Variabel bebas (Independen variabel)

    Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan

    mengakibatkan perubahan variabel lain (Notoatmojo,2005) yang

    termasuk variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga

    terhadap kepatuhan diet diabetes melitus terdiri dari dukungan keluarga

    emosional, dukungan keluarga penghargaan (penilaian), dukungan

    keluarga Informatif.

    2. Variabel Terikat (Dependent variabel)

    Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang berubah

    akibat perubahan variabel bebas (Notoatmojo,2010)yang termasuk

    variabel terikat dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap

    kepatuhan diet penderita diabetes melitus.

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Pasien yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan

    yang berkunjung dipoliklinik penyakit dalam RSU Bahterahmas yang

    Dukungan Keluarga Kepatuhan Diet Penderita diabetes

    melitus

  • telah didiagnosa oleh dokter menderita penyakit diabetes melitus

    berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang (laboratorium).

    2. Dukungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan

    yang dilakukan oleh keluarga untuk memberikan perhatian kepada

    penderita diabetes melitus berupa dukungan keluarga emosional,

    dukungan keluarga penghargaan (penilaian), dukungan keluarga

    Informatif.

    3. Keluarga yang dimaksud yaitu yang mengantar penderita diabetes

    melitus untuk berobat.

    4. Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

    afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

    Menurut Orford 1992 dalam dewi 2012, tipe dukungan ini lebih mengacu

    kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih, dan emosi. Cara

    perhitungan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert.

    Kriteria Objektif :

    a. Mendukung : apabila responden menjawab kuesioner diatas > 60%.

    b. Tidak mendukung : apabila responden menjawab kuesioner kurang

    dari ≤ 60%.

    3. Dukungan informasi Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disse

    minator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup memberi nasehat,

    petunjuk – petunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga

    yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian

  • nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari – hari dan

    pengobatan.

    Kriteria Objektif :

    a. Mendukung : apabila responden menjawab kuesioner diatas> 60%.

    b. Tidak mendukung :apabila responden menjawab kuesioner kurang

    dari≤ 60%.

    4. Dukungan penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan

    umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan

    sebagai sumber dan validator identitas anggota.

    Kriteria Objektif :

    a. Mendukung :apabila responden menjawab kuesioner diatas> 60%.

    b. Tidak mendukung : apabila responden menjawab kuesioner kurang

    dari ≤60%.

    Cara perhitungan pada penenlitian ini menggunakan skala likert

    yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

    atau sekelompok tentang fenomena social. Dalam skala ini, maka

    variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, yang

    indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item instrument.

    Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

    mempunyai gradasi dari sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata

    (Sugiyono, 2011).

    Sehingga jika didapatkan jawaban kuesioner dan diberikan poin

    berupa nilai maka;

  • Nilai 4 = selalu

    Nilai 3 = Sering

    Nilai 2 = kadang-kadang

    Nilai 1 = Tidak Pernah

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

    dengan pendekatan survey yang bertujuan untuk memperoleh suatu tujuan

    atau informasi secara objektif mengenai dukungan keluarga terhadap pasien

    diebetes melitus dipoliklinik RSU Bahteramas.

    B. Waktu dan Tempat

    1. Waktu

    Penelitian ini telah dilaksanakan Juli sampai Agustus 2017

    2. Tempat

    Penelitian ini dilaksankan di Poli Klinik Penyakit Dalam RSU

    Bahterahmas

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita diabetes

    melitus yang berkunjung ke Poli Penyakit dalam RSU Bahteramas.

    Berdasarkan data kunjungan pasien diabetes melitus tahun 2016

    sebanyak 229 pasien.

    2. Sampel

    Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

    accidental sampling yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan

    ada di poli klinik penyakit dalam RSU Bahetrahmas (Notoatmojo, 2007).

  • Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari total populasi. Hal

    ini disesuaikan dengan pendapat (Arikunto, 2007) bahwa apabila

    populasi > 100, maka sampel diambil 10 – 15% atau 20-25% dari jumlah

    populasi. Sehingga peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi yaitu

    229 x 15% sehingga diperoleh 35 orang. Sampel dalam penelitian ini

    adalah keluarga pasien diabetes melitus di poli klinik penyakit dalam

    RSU Bahteramas pada saat penelitian.

    Kriteria Sampel :

    a. Kriteria Inklusi

    1) Bersedia menjadi responden

    2) Pasien diabetes militus

    3) Berkunjung di Poli Penyakit Dalam RS Bahteramas.

    b. Kriteria Eksklusi

    1) Tidak bersedia menjadi responden

    2) Bukan pasien diabetes militus

    3) Tidak berkunjung di Poli Penyakit Dalam RS Bahteramas.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

    E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis Data

    Jenis data yang dikumpulkan dalam penenlitian ini meliputi data primer

    dan data sekunder.

  • a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui responden dengan

    menggunakan kuesioner

    b. Data sekunder adalah data yang diambil berdasarkan keterangan

    instansi yang terkait (RSU Bahteramas).

    2. Cara pengumpulan data

    Data dikumpulkan dengan cara membagi lembar kuesioner pada

    pasien penderita diabetes melitus.

    E. Pengelolaan Data

    Data yang dikumpulkan akan diolah dengan langkah-langkah sebagai

    berikut:

    1. Editing, adalah pengecekan atau pengoreksian data yan telah

    dikumpulkan.

    2. Koding, adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap tiap data yang

    termasuk kategori yang sama.

    3. Skoring, adalah memberikan skor pada jawaban yang telah diisi oleh

    responden.

    4. Tabulating, adalah membuat tabel yang berisikan data yan telah diberi

    kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

    F. Analisa Data

    Sesuai jenis ini yaitu deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, maka

    rumus yang digunakan dalam menganalis data guna mengetahui persentase

    setiap variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

    =

  • Keterangan:

    X :Presentase dari hasil yang dicapai

    F :frekuensi kategori variabel yang diteliti

    N :jumlah sampel

    K :konstanta

    G. Penyajian Data

    Data dalam penelitian ini di sajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi yang di presentasikan dan di uraikan secara narasi

    H. Etika Penelitian

    1. Informed Consent (persetujuan Responden)

    Lembar persetujuan diberikan kepada responden, tujuanya adalah

    supaya mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang

    diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek menolak diteliti makan

    peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati haknya.

    2. Anonymity ( Tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

    mencantumkan nama subjek. Lembar tersebut diberi kode tertentu

    3. Confidential (kerahasiaan)

    Masalah ini merupakan masalah etika, dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan hasil peneliti, baik informasi maupun masalah-masalah

    lainya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya

    oleh penenliti, hanya kelompok tertentu akan dilaporkan pada hasil riset.

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

    1. Letak Geografis

    Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara, sejak tanggal 21

    November 2012pindah lokasi dari di Jalan Dr.Ratulangi No. 151

    Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Piere Tendean

    No. 40 Baruga.Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan

    kendaraan umum dengan batas sebagai berikut :

    a. Sebelah Utara : Jalan Kapt. Piere Tendean

    b. Sebelah Timur : Perumahan Penduduk

    c. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

    d. Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi

    2. Lingkungan Fisik

    RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha. Luas seluruh

    bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai

    dengan akhir tahun 2012 adalah 35,410 m2. Bangunan yang ada

    mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Pengelompokkan ruangan

    berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok

    kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis,

    kelompok kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan

    administrasi.

  • 3. Status Rumah Sakit

    Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibangun

    secara bertahap pada tahun anggaran 1969/1970 dengan sebutan

    “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah Provinsi

    Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes

    No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Pebruari 1979. Susunan Struktur

    Organisasi adalah berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara

    No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.

    Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

    meningkat menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai dengan SK Menkes

    No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, dan ditetapkan dengan Perda No. 3 tahun

    1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada

    dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,dan secara taktis

    operasional berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur.

    Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

    telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,

    Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan

    Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.

    Akreditasi 12 Pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan

    Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan

    Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan

    Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan

    Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai

  • dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.tanggal 31 Desember

    2010.

    Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009

    dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah

    menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat

    Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010 tanggal

    15 Oktober 2010.

    Di akhir tahun 2012, tepatnya tanggal 21 November 2012 RSU

    Prov. Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit

    Umum Bahteramas Propinsi Sulawesi Tenggara (RSU Bahteramas

    Prov.Sultra), yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator

    Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hata Rajasa dan Gubernur

    Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE.

    4. Sarana Dan Prasarana

    a. Bangunan fisik

    RSU Bahteramas memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari

    bangunan fisik seluas 35.410 m2.

    b. Prasarana

    1) Listrik dari PLN tersedia 1 400 KVA dibantu dengan 2 unit genset

    (2 x 250 KVA).

    2) Air yang digunakan di RSU Bahteramas berasal sumur dalam, sumur

    bor dan PDAM.

    3) Sarana komunikasi berupa jaringan PABX dan jaringan internet.

  • 4) Sentral Instalasi Oksigen Cair untuk rungan yang membutuhkan.

    5) Sytem Alarm Kebakaran, Hidrant, dan Tabung Pemadam Kebakaran

    di semua gedung.

    6) Pembuangan limbah

    c. Luas Lahan dan Bangunan

    RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 69,000 m2. Luas

    seluruh bangunan adalah 22.577,38 m2. Halaman parkir seluas ± 1.500

    m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi.

    Disamping kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang

    tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi, pengelolaan

    makanan, pemeliharaan atau perbaikan instalasi listrik dan air,

    kebersihan dan lain-lain.

    5. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia (SDM) di RSU Provinsi Sultra hingga 31

    Desember 2012 berjumlah 703 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri

    atas tenaga medis, paramedis dan non medis. Tenaga kontrak berjumlah 80

    orang.

    Jumlah tenaga medis atau dokter adalah 68 orang, dimana dokter

    speseialis berjumlah 28 orang, dokter umum berjumlah 37 orang, dokter

    gigi berjumlah 3 orang. Dan jumlah para medis perawatan berjumlah 330

    orang, dimana sarjana (S1 dan D IV) berjumlah 26 orang, Akademi (DIII)

    berjumlah 276 orang, diploma (D1) berjumlah 3 orang dan SLTA (SPK)

    berjumlah 71 orang. Dan paramedis non perawatan berjumlah 207 orang,

  • dimana pasca sarjana (S2) berjumlah 22 orang, sarjana (S1 dan DIV)

    berjumlah 78 orang, Akademi (DIII) berjumlah 81 orang, Diploma (D1)

    10 orang dan SLTA berjumlah 16 orang. Sedangkan non medis berjumlah

    98 orang, dimana sarjana (S1) berjumlah 27 orang, akademi (DIII)

    berjumlah 4 orang, SLTA berjumlah 67 orang, SLTP berjumlah 1 orang.

    Jumlah keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar jumlah

    tenaga minimal untuk Rumah Sakit Umum Kelas B. Beberapa tenaga

    dengan keterampilan tertentu masih sangat diperlukanpada saat ini,

    sehingga disamping permintaan tambahan tenaga, perlu juga pelatihan dan

    pendidikan formal lanjutan untuk staf RSU Provinsi Sulawesi Tenggara.

    B. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik Umum Responden

    Karakteristik responden yang di teliti pada penelitian ini adalah

    golongan umur dan jenis kelamin untuk mengetahui dukungan keluarga

    pada penderita diabetes melitus dipoli penyakit dalam di rumah sakit

    umum bahterahmas

    a. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

    Adapun karakterisitik responden berdasarkan jenis kelamin

    sebagaimana pada tabel 5.1 dibawah ini :

  • Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di poli

    penyakit dalam di rumah sakit umum bahterahmas

    No Jenis kelamin Frekuensi Persentase1 Laki –laki 16 45,71 %2 Perempuan 19 54,29 %

    Total 35 100 %

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden yang paling

    banyak adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang

    (54,29%) sedangkan laki-laki sebanyak 16 orang (45,71%).

    b. Distribusi frekuensi responden berdasarkan golongan umur

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan

    Umur Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Umum Bahterahmas

    Kelompok Umur Frekuensi Persentase26 – 35 10 28,57 %36 – 45 13 37,14 %46 – 55 5 14,29 %56 – 65 5 14,29 %

    >65 2 5,71 %Total : 35 100%

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden yang paling

    banyak adalah yang berumur 36 – 45 tahun sebanyak 13 orang (37,14%)

    dan yang paling sedikit adalah umur >65 tahun sebanyak 2 orang (5,71%).

    2. Variabel Penelitian

    a. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Emosional

    Adapun distribusi frekuensi dukungan keluarga emosional sebagai

    mana diuraikan pada tabel 5.3

  • Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Emosional Di

    Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Umum

    Bahterahmas

    No Dukungan KeluargaEmosional

    Frekuensi Persentase

    1 Mendukung 35 100 %2 Tidak mendukung 0 0 %

    Total 35 100 %

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden, seluruh

    responden di kategorikan mendukung yaitu 35 0rang (100%)

    b. Distribusi frekuensi dukungan keluarga penghargaan

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penghargaan

    Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Umum

    Bahterahmas

    No Dukungan KeluargaPenghargaan

    Frekuensi Persentase

    1 Mendukung 34 97,14 %2 Tidak mendukung 1 2,86 %

    Total 35 100 %

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden sebagian besar

    dikategorikan mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak

    mendukung 1 orang (2,86%).

    c. Distribusi frekuensi dukungan keluarga informatif

  • Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Informatif Di

    Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Umum

    Bahterahmas

    No Dukungan KeluargaPenghargaan

    Frekuensi Presentase

    1 Mendukung 34 97,14 %2 Tidak mendukung 1 2,86 %

    Total 35 100 %

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden sebagian besar

    dikategorikan mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak

    mendukung 1 orang (2,86%).

    d. Distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet

    Diabetes Mellitus

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap

    Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Pada Penderita

    Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam RSU

    Bahteramas

    No Dukungan KeluargaTerhadap Kepatuhan Diet

    Diabetes Mellitus

    Frekuensi Presentase

    1 Mendukung 34 97,14 %2 Tidak mendukung 1 2,86 %

    Total 35 100 %

    Tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden sebagian besar

    dikategorikan mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak

    mendukung 1 orang (2,86%).

  • C. Pembahasan

    Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan persentase variabel penelitian

    tentang dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet diabetes melitus pada

    penderita diabetes melitus di poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum

    Bahterahmas dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Dukungan Keluarga Emosional Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah

    Sakit Umum Bahterahmas

    Tabel 5.3 menunjukan bahwa 35 responden dalam penelitian ini,

    seluruhnya mendapat dukungan keluarga sebanyak 35 orang (100%). Hasil

    penelitian yang telah dilakukan pada 35 responden berdasarkan dukungan

    keluarga emosional pada penderita diabetes melitus di poli penyakit dalam

    di rumah sakit umum bahterahmas adalah didapatkan hasil 35 responden

    yang mendapatkan (100%) dukungan dari keluarganya, dukungan

    emosional yang dimaksud adalah dukungan Keluarga sebagai tempat yang

    aman dan damai untuk beristirahat dan juga menenangkan pikiran.

    Dukungan emosional yang diberikan kepada penderita diabetes

    melitus adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

    beristirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

    Aspek - aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

    diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

    mendengarkan dan didengarkan.

    Efektivitas dukungan keluarga dipengaruhi oleh beberapa hal

    diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi :

  • a. Tahap perkembangan yang artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor

    usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan

    demkian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon

    terhadap perubahan kesehatan yang yang berbeda-beda.

    b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan dikarenakan keyakinan seseorang

    terhadap adanya bentuk dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang

    terdiri dari pengetahuan, dan pengalaman masa lalu.

    c. Faktor emosi. Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

    adanya dukungan dan cara melaksanakanya. Seseorang yang mengalami

    respon stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

    terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

    menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupan.

    d. Faktor spiritual. Aspek spiritual dapat terlihat bagaimana seseorang

    menjalani kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

    hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan

    dan arti dalam hidup.

    Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:

    a. Praktik dikeluarga berupa cara bagaimana keluarga memberikan dukungan

    biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatanya.

    b. Faktor sosial dan psikososial, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi cara

    seseorang mendefiniskan dan beraksi terhadap penyakitnya.

  • c. Latar belakang budaya. Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan,

    nilai, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan

    pribadi.( Andreas, 2008)

    Dukungan keluarga emosional dapat dikaitkan dengan terapi diet

    yang diberikan oleh keluarga. Contohnya, penderita diabetes melitus

    dalam menjalani dietnya keluarga bertindak sebagai pemberi semangat dan

    pemberi motivasi agar pasien mau menjalankan diet secara teratur sesuai

    jadwal yang telah ditentukan oleh keluarga. Karena, pada dasarnya dalam

    menjalankan diet yang telah dijadwalkan penderita tidak konsisten

    melakukan dietnya misalnya meminum obat tidak sesuai jadwal yang telah

    diberikan.

    2. Dukungan Keluarga Penghargaan Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah

    Sakit Umum Bahterahmas

    Tabel 5.4 menunjukan bahwa 35 responden dalam penelitian ini

    sebagian besar mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak mendukung

    1 orang (2,86%). Hasil penelitian pada 35 responden berdasarkan dukungan

    keluarga penghargaan pada penderita diabetes melitus dipoli penyakit dalam

    di rumah sakit umum bahterahmas adalah 1 orang yang tidak mendapat

    dukungan penghargaan dari Keluarganya dan 34 orang yang mendapat

    dukungan dari keluarga meliputi dukungan penghargaan.

    Dukungan yang dimaksud adalah dukungan keluarga yang

    bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan pemberi

    perhatian dan penghargaan, dan keluarga bertindak sebagai sebuah

  • bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

    sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya

    memberikan support, penghargaan dan perhatian.

    Dukungan keluarga penghargaan yang diberikan kepada penderita

    dapat berupa pujian contohnya penderita dapat menjalankan diet dengan

    baik sesuai jadwal yang telah ditentukan.

    3. Dukungan Keluarga Informatif Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah

    Sakit Umum Bahterahmas

    Tabel 5.5 menunjukan bahwa 35 responden dalam penenlitian ini

    sebagian besar mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak mendukung

    1 orang (2,86%). Hasil penelitian 35 responden berdasarkan dukungan

    keluarga informatif pada penderita diabetes melitus dipoli penyakit dalam

    di rumah sakit umum bahterahmas adalah 1 orang yang tidak mendapat

    dukungan informatif dari Keluarganya dan 34 orang yang mendapat

    dukungan dari keluarganya. Dukungan informatif yang dimaksud adalah

    dukungan yang diberikan oleh keluarga berupa keluarga sebagai penyebar

    dan pemberi informasi bagi penderita diabetes melitus.

    Bentuk dukungan informatif yang diberikan untuk penderita pasien

    diabetes melitus adalah berupa dukungan infomasional yaitu keluarga

    berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desminator (penyebar) informasi

    tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

    yang dapat digunakan mengungkapkan sesuatu masalah. Manfaat dari

    dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

  • informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus

    pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,

    saran, petunjuk dan pemberian informasi (Andreas .2008)

    Secara teori dukungan informatif yang diberikan keluarga dalam

    menjalankan terapi diet penderita adalah keluarga sebagai pemberi

    informasi bagi penderita contohnya keluarga memberikan informasi

    tentang makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi oleh

    penderita sesuai instruksi dokter.

    4. Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus

    Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam Rumah

    Sakit Umum Bahterahmas

    Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa dari 35 responden sebagian

    besar dikategorikan mendukung yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak

    mendukung 1 orang (2,86%).

    Dari data diatas menunjukan bahwa dukungan keluarga dapat

    meningkatkan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Hal ini

    disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang baik dalam menjalani

    terapi diet dan dengan dukungan keluarga yang baik membuat pasien

    diabetes melitus menjadi termotivasi untuk menjalani pola makan

    seimbang. Dalam penelitian ini, pasien diabetes melitus merasakan bahwa

    keluarganya telah mampu mewujudkan dukungan keluarga baik secara

    dukungan emosional, dukungan penghargaan, serta dukungan informatif.

  • Dukungan keluarga sangat membantu dalam proses diet diabetes

    melitus bagi penderita tetapi, Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah

    dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

    kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor - faktor yang

    berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya

    (Hawari, 1996).

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Dukungan Keluarga

    Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Pada Penderita Diabetes

    Melitus Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Umum Bahterahmas

    dapat ditarik kesimpulan:

    1. Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi dukungan keluarga

    emosional adalah keluarga yang mendukung sebanyak 35 orang

    (100%) dan yang tidak mendukung 0 orang (0%).

    2. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dukungan keluarga penghargaan

    bahwa dari 35 responden sebagian besar dikategorikan mendukung

    yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak mendukung 1 orang (2,86%).

    3. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dukungan keluarga informatif

    bahwa dari 35 responden sebagian besar dikategorikan mendukung

    yaitu 34 orang (97,14 %) dan tidak mendukung 1 orang (2,86%).

    B. Saran

    Dari kesimpulan tersebut peneliti menyarankan:

    1. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan keluarga lebih termotivasi

    untuk memberikan dukungan yang diberikan kepada penderita diabetes

    melitus dalam meningkatkan kepatuhan diet diabetes melitus.

    2. Diharapkan bagi instansi pendidikan khususnya jurusan keperawatan

    politehnik kemenkes kendari kiranya penelitian ini dapat dijadikan

  • bahan masukan atau referensi tentang dukungan keluarga terhadap

    kepatuhan diet diabetes melitus.

    3. Diharapkan bagi peneliti untuk tetap mengembangkan pengetahuan

    tentang dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet diabetes melitus.

    4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian ini dapat

    diajdikan sebagai gambaran awal untuk melakukan penelitian

    selanjutnya, sehingga kedepan akan ada hasil yang lebih baik dan

    dengan faktor-faktor yang lebih kompleks.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Almatzier, 2007. Diabetes melitus. PT Gramedia Pustaka Umum.

    American Diabetes Association, 2007. Diagnosis and Classification of DiabetesMelitus, Diabetes Care S.

    Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

    Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia. Jakarta: EGC.

    Armilawaty, 2007. Konsep Dukungan Keluarga Dalam Menangani DiabetesMelitus.Available:http://armilawaty,epris.konsep/232323/Ikeolaksdj/dukungankeluarga.737272.html.

    Depkes RI, 2007. Konsep dukungan Keluarga dan Dukungan Sosial. Available at:http://depkes.digilib.fk-keperawatan.123/9863/0937.sisi.skripsi.pdf.

    Ferdinan, 2008. Konsep Dasar Keluarga. Available at:http://ferdinan.google.artikel.123-studi-artikel/dasar/konsep/keluarga.html.

    Friedman. 2010. Pengertian Dukungan Keluarga dan Tingkatanya. Available at:http://friedman.digilib.fk-keperawatan.123/9863/0937.sisi.skripsi.pdf.

    Kaplan, 2002. Konsep Dukungan Keluarga. PT Gramedia Pustaka Umum.

    Maulana, 2008. Mengenal Diabetes Melitus: Panduan Praktis mengenai PenyakitKencing Manis, Jogjakarta: kata hati.

    Notoatmojo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

    Notoatmojo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

    Notoatmojo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

    Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,Jakarta: Salemba Medika.

    Sardiman, 2007. Konsep dan penerapan metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: EGC.

  • Sartina, 2014.StudiPengetahuan Tentang Diet Diabetes Melitus DiPoliklinikPenyakit Da;am RSUD Kota KendariTahun 2014.

    Siswanto, susila, & Suyono. 2015. Metodologi penelitian kesehatan dankedokteran, yogyakarta. Bursa Umum.

    Slamet Suryono, 2006. Penatalaksanaan diabetes terpadu, jakarta EGC.

    Soegondo, 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, sebagaipanduanpenatalaksanaan Bagi Dokter maupun Edukator, Jakarta: FKUI.

    Sugiyono. 2011metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung

    Alfaheta.

    Sustrani Lanny dkk. 2004. Diabetes. PT Gramedia Pustaka Umum.

    Tandra, Hans. 2008. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi DiabetesDengan Cepat dan Mudah. PT Gramedia Pustaka Umum.

    Varona, Miranda, Blecenta dkk. 2003 Penuntut Efektif Kepada Terapi Diet.Indonesia Publishing House.

    Zainudin, 2011. Konsep Dasar Persepsi dan Dukungan Keluarga Dalammenangani pasien Diabetes Melitus.

  • Lampiran I

    SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

    Kepada

    Yth. Responden

    Di-

    Tempat

    Dalam rangka meningkatkan kesehatan, maka saya :

    Nama : Harmiatin

    Nim : P00320014014

    Sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan,

    bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul “Dukungan Keluarga

    Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Di

    Rumah Sakit Umum Bahterahmas”.

    Sehubungan dengan hal ini, saya mohon pada bapak / ibu berhak untuk

    menyetujui atau menolak menjadi responden. Namun apabila bapak / ibu setuju,

    bapak / ibu diminta kesedianya untuk menandatangani surat persetujuan

    responden ini. Atas partisipasi dan kesedianya menjadi responden, saya

    mengucapkan terimakasih.

    Kendari, Juni 2017

    Peneliti

    Harmiatin

  • Lampiran 2

    SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

    (INFORMED CONCENT)

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini, tidak keberatan untuk menjadi responden

    dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi politehnik kesehatan kemenkes

    kendari jurusan keperawatan dengan judul “Dukungan Keluarga Terhadap

    Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit

    Umum Bahterahmas”.

    Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini

    dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan

    sebagaimana mestinya.

    Kendari, 2017

    Responden

  • Lampiran 3

    KUESIONER PENELITIAN

    A. Identitas Responden

    1.Nama :

    2. Umur :

    3.Jenis Kelamin :

    B. Dukungan Keluarga Emosional

    Istilah kuesioner ini dengan memberi tanda (√