DUIT

4
Pengaruh Kortikosteroid Dosis Sedang dalam Mencegah Periode Eksaserbasi Berat pada Pasien Systemic Lupus Erythematous dengan Serologis Aktif, dengan Klinis Stabil. Temuan dari percobaan prospektif, random, double-blnd, placebo- controlled Tujuan. Pengukuran serial DNA anti-doublestranded (anti- dsDNA) dan komplemen (C3a) rutin dilakukan dalam pengelolaan lupus sistemik erythemato-sus (SLE), tetapi kegunaan mereka sebagai biomarker dalam terapi preemptive untuk mencegah eksaserbasi masih menjadi kontroversi. Kami mempunyai hipotesis bahwa seiring dengan elevasi dari anti-dsDNA dan C3a dapat memprediksi aktivitas SLE pada pasien yang stabil atau inaktif dan dengan pengobatan jangka pendek dengan kortikosteroid dapat mencegah eksaserbasi. Metode. Dalam percobaan prospektif, random, double-blind, plasebo-terkontrol, dengan 154 pasien dievaluasi setiap bulan hingga 18 bulan, dengan pengukuran dari C3a, C3, C4, CH50, dan tingkat anti-dsDNA. Pasien dengan gejala klinis stabil tapi menunjukkan bukti serologis eksaserbasi SLE (peningkatan dari kedua anti-dsDNA sebesar 25% dan tingkat C3a sebesar 50% selama 1-2 bulan kunjungan sebelumnya), secara acak menerima baik prednison atau terapi plasebo pada dosis 30 mg / hari selama 2 minggu, 20 mg / hari selama 1 minggu, dan 10 mg / hari selama 1 minggu.

description

duit

Transcript of DUIT

Page 1: DUIT

Pengaruh Kortikosteroid Dosis Sedang dalam Mencegah Periode Eksaserbasi

Berat pada Pasien Systemic Lupus Erythematous dengan Serologis Aktif, dengan

Klinis Stabil.

Temuan dari percobaan prospektif, random, double-blnd, placebo-controlled

Tujuan. Pengukuran serial DNA anti-doublestranded (anti-dsDNA) dan komplemen

(C3a) rutin dilakukan dalam pengelolaan lupus sistemik erythemato-sus (SLE), tetapi

kegunaan mereka sebagai biomarker dalam terapi preemptive untuk mencegah eksaserbasi

masih menjadi kontroversi. Kami mempunyai hipotesis bahwa seiring dengan elevasi dari

anti-dsDNA dan C3a dapat memprediksi aktivitas SLE pada pasien yang stabil atau inaktif

dan dengan pengobatan jangka pendek dengan kortikosteroid dapat mencegah eksaserbasi.

Metode. Dalam percobaan prospektif, random, double-blind, plasebo-terkontrol,

dengan 154 pasien dievaluasi setiap bulan hingga 18 bulan, dengan pengukuran dari C3a, C3,

C4, CH50, dan tingkat anti-dsDNA. Pasien dengan gejala klinis stabil tapi menunjukkan

bukti serologis eksaserbasi SLE (peningkatan dari kedua anti-dsDNA sebesar 25% dan

tingkat C3a sebesar 50% selama 1-2 bulan kunjungan sebelumnya), secara acak menerima

baik prednison atau terapi plasebo pada dosis 30 mg / hari selama 2 minggu, 20 mg / hari

selama 1 minggu, dan 10 mg / hari selama 1 minggu.

Hasil. Sebanyak 41 pasien (21 pasien dengan terapi prednison dan 20 dengan terapi

plasebo) mengalami kekambuhan serologis. Analisis dari eksaserbasi berat yang terjadi

kurang dari 90 hari dari pengacakan mengungkapkan bahwa 6 terjadi pada pasien yang

mendapat terapi plasebo dan tidak ada yang terjadi pada pasien yang mendapat prednison ( p

= 0.007). Eksaserbasi berat mengakibatkan peningkatan dosis prednison menjadi > 40 mg /

hari dan atau penambahan agen imunosupresif. Selanjutnya, peningkatan skoring pada

Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index, penurunan kadar anti-dsDNA

antibodi, dan peningkatan kadar C4 terjadi 1 bulan setelah memulai terapi prednison.

Kesimpulan. Hasil data pendahuluan tersebut mendukung hipotesis kami bahwa

dalam periode klinis stabil dari pasien SLE dengan kombinasi dari peningkatan C3a dan

kadar anti-dsDNA, terapi kortikosteroid jangka pendek mungkin dapat mencegah eksaserbasi

berat.

Page 2: DUIT

Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit kronis yang sering ditandai oleh

periode bergelombang dari remisi dan eksaserbasi. Sebab faktor penentu hasil jangka panjang

adalah kerusakan organ yang merupakan akibat dari kerusakan jaringan yang menyertai

aktivitas penyakit dan toksisitas terapi, identifikasi biomarker yang akurat memprediksi

aktivitas serologis akan menjadi sebuah kemajuan besar. Pengukuran serial dari kadar DNA

anti-doublestranded (anti-dsDNA) antibodi dan komplemen secara rutin dilakukan pada

pasien dengan klinis stabil untuk melacak aktivitas dan memprediksi kekambuhan, tetapi

kegunaannya dalam pengambilan keputusan dan pengobatan preemptive masih menjadi

subyek kontroversi.

Bootsma dkk, melaporkan bahwa pengobatan dengan prednisone mengurangi

kemungkinan dari eksaserbasi tanpa meningkatkan dosis kumulatif kortikosteroid pada

pasien asimptomatik yang menunjukkan peningkatan titer antibodi anti-dsDNA. Dalam studi

tersebut, pada kelompok pasien acak yang mendapat perlakuan, diperlukan terapi Immu-

nosuppressive yang lebih sedikit serta mengalami lebih sedikit eksaserbasi berat. Tetapi

perbedaan ini tidak mencapai signifikansi secara statistik. Oleh karena itu, meskipun

pengawasan serologi secara serial diberlakukan dalam manajemen praktek secara umum,

belum ada evidance-based data yang cukup untuk membenarkan upaya terapi untuk

menormalkan kadar komponen komplemen atau anti-dsDNA antibodi pada pasien yang

secara klinis asimtomatik atau stabil.

Dalam penelitian kali ini, kami menilai perubahan 2 biomarker serologi yaitu,

antibodi anti-dsDNA dan Plasma C3a, dimana sebagai prediktor eksaserbasi penyakit. Dan

kami berupaya untuk menentukan apakah intervensi dengan terapi dosis sedang

kortikosteroid akan mencegah eksaserbasi penyakit secara klinis. Kami menggunakan desain

percobaan yang meliputi kombinasi peningkatnya C3a dan kadar antibodi anti-dsDNA,

karena secara pathofisiologi, kompleks imun terdiri dari anti-dsDNA / DNA merupakan

complement-fixing dan cenderung untuk mempercepat kerusakan jaringan. Tujuan utama

dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas terapi jangka pendek

kortikosteroid dosis sedang dalam mencegah eksaserbasi berat ketika mengevaluasi

peningkatan kadar C3a sebesar 50% disertai peningkatan titer anti-dsDNA sebesar 25% pada

pasien SLE dengan kondisi klinis stabil atau inaktif.

Page 3: DUIT

SUBYEK DAN METODE PENELITIAN

Subyek. Subyek merupakan pasien yang terdaftar antara tahun 1997 dan 2002.

Desain penelitian disajikan pada Gambar 1. Institutional Review Board di semua lokasi

penelitian menyetujui protokol dan informed consent. Protokol penelitian diberikan kepada

praktek klinik maupun swasta, dan pasien yang memenuhi syarat yang memiliki sejarah anti-

dsDNA antibodi positif dan hasil laboratorium stabil atau penyakit SLE stabil dirujuk ke

dokter penelitian dalam ini. Setiap kunjungan pasien dalam penelitian akan dijelaskan

protokol penelitian yang diberikan oleh dokter penelitian. Setelah persetujuan tertulis

diperoleh, 180 pasien SLE merupakan yang disaring di lokasi berikut : klinik lupus di

Hospital for Joint Diseases (83 terdaftar; 26 acak), Bellevue Hospital di New York University

of Medicine (26 terdaftar; 5 acak), Rumah Sakit Bronx Municipal Center / Montefiore di

Albert Einstein School of Medicine (35 terdaftar; 7 acak), Lenox Hill Hospital (4 terdaftar; 1

acak), Long Island Jewish Health Center (6 terdaftar; 2 acak).