drWidyastuti Soerojo, MSc Ketua Badan Khusus Pengendalian...
Transcript of drWidyastuti Soerojo, MSc Ketua Badan Khusus Pengendalian...
dr Widyastuti Soerojo, MSc
Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau, PP IAKM1
Surabaya, 6 Mei 2018
Tahun 2030, 10 juta
kematian, >70% akan
terjadi di negara-
negara berkembang
The Tobacco Epidemic:Breaking Traditional Boundaries
Tembakau membunuh
100 juta orang abad 20
Kalau tidak
dikendalikan akan terus
meningkat dan
membunuh 1 Milyar
orang di abad 21
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1970-72 1980-82 1990-92
Tren Konsumsi Rokok Per Kapita Orang
Dewasa di tingkat Global 1970-1990
Negara Maju Negara Berkembang Dunia
Sumber: WHO, 1997. Tobacco or Health: a Global Status Report, Geneva, Switzerland
Kon
sum
siro
kok
sigare
tpe
r ta
hun
orang d
ewasa
Pendekatan Kesmas Konvensional tidak mampu melawan agresifitas
promosi industry rokok multinasional dengan dana tak terbatas.
1993: Ruth Roemer and Allyn L Taylor mendesak WHO agar memanfaatkan
Otoritas Konstitusionalnya untuk Menggunakan PENDEKATAN LEGAL sebagai
Pendekatan Kesehatan Masyarakat untuk mengatasi Masalah Kesehatan Global
“….you know this is very nice fight to have
because the enemy is very clear.
The tobacco companies have been absolutely vicious in
concealing what they knew about the addictiveness of
tobacco and about pushing the marketing to children in
the developing world ….”
(Ruth Roemer, 1993)
Tembakau: EPIDEMI GLOBAL
dengan Dampak Lintas Batas
Dibutuhkan
Instrumen
Pengendalian
Epidemi Global
FCTC
➢ Pemasaran Global
➢ Perdagangan Bebas
➢ Investasi Multinasional
International LEGAL
APPROACH to combat
Tobacco Epidemic →
Dalam bentuk KONVENSI
KERANGKA KERJA
Penyusunan
1999-2003
192 Negara
ADOPSI
FCTC di
Sidang WHA
ke 56
21 Mei 2003
TANDA
TANGAN
Negara2
Anggota
WHO
16/6/’03-
29/6/’04
RATI
FIKA
SI
YA
168
AKSESITDK
Negara Angg
FCTC → COP
Instrumen
Hukum
Internas
27/2/05
• 180 Negara sudah ratifikasi /aksesi FCTC
➔ 90% populasi dunia
• INDONESIA ikut menyusun FCTC
Source: WHO Indo presentation, 13/2/16
7 NEGARA YANG TIDAK TTD DAN BELUM AKSESI FCTC
Source: quoted from WHO Indonesia presentation,
13/2/16
http://www.who.int/tobacco/mpower/graphs/en/
SAMPAI DENGAN 2004 INDONESIA TIDAK TANDA TANGAN FCTC
ORGANISASI PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI) LAYAK PEDULI
TS--
Peran*
FASE-3
TID
FASE-2
FASE-1 Membangun Infrastrukturdan Landasan yang Efektif untuk
Merespon secara SistematikEpidemi Tembakau di Indonesia
2005-2009
2010-2014
2014-2018
s/d 2004 Indonesia
tidak TTD FCTCJuml Perokok No 3 didunia
(1995-2004 27%→34,4%
Sebab Kegagalan Pengendalian
Tembakau di Indonesia
• Produk Tembakau dianggap Normal
• Industri Rokok diperlakukan SAMA
DENGAN Industri Normal lainnya
TANTANGAN
KIPRAH IAKMI DALAM PENGENDALIAN TEMBAKAU
2005ANALISIS SITUASI
• INDONESIA: Konsumen rokok no 3 di dunia
▪ Perokok remaja naik 144% (1995-2004)
• Pengendalian Tembakau prioritas rendah dalam
agenda Kesehatan Masyarakat
• Pengaruh industri rokok sangat kuat
• Tidak ada komitmen pemerintah
• Kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok kurang
• Lemahnya Infrastruktur dan Advokasi Civil Society
• LSM Bergerak sendiri2 – Kegiatan ad-hoc
• Tidak ada Common Goals dan Strategic Direction
• Tidak ada Intellectual Leadership
• Under-resourced
Kunjungan tim
SEATCA-OSI:
Assessment on
Indonesia
FASE-1
2005SEATCA Regional
Training on TC
Advocacy
(3 peserta Indonesia)
Langkah-1*
Mengusulkan mengikut
sertakan KETUA IAKMI
sebagai peserta
Pelatihan Advokasi
Pengendalian
Tembakau Regional di
Bangkok
*Langkah= pembenahan /
konsolidasi ke dalam
Pasca Pelatihan
SEATCA
Langkah-2
KETUA IAKMI Membentuk POKJA
Pengendalian
Tembakau
(SK PP IAKMI No
09/IAKMI PUSAT/
2005 tgl 10 Juli 2005)
Kunjungan Lapangan ke Cirebon
Diskusi teman2 UNSRI, UI, UNDIP,
UGM, UNAIR (UNPAD berhalangan)
dg tokoh setempat
Aplikasi Hasil Pelatihan di
Kota Cirebon
Berbagi KONSEP Advokasi KTR
dengan teman2 Univ & IAKMI Daerah
2005Kunjungan OSI ke Indonesia
Pokja PMT IAKMI
memfasilitasi
pertemuan OSI dg
WHO, FKMUI dan
Key NGOs
Materi Diskusi:
“Situasi LSM
Tembakau di
Indonesia”
2006-2007OSI Small Grant
Tujuan:
To Support NGO
Advocacy for
FCTC Accession
by 2007
Langkah 3:
UJI COBA-1 : Efektifitas JEJARING LSM untukPengendalian Tembakau di Indonesia
GOAL
FCTC Accession by 2007
OBJECTIVE
Strong leadership and effective networking of skilled tobacco control players
ACTIVITIES
▪ Build TC Networking
▪Capacity building (advocacy training)
▪Data Center on Tobacco
▪ TC Advocacy
IDI
YLKIWITT
YKI
YJI
KOMNAS
P ANAK
KUIS
KOMNAS
PT
LM3
Awal Pengembangan Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia
IFPPD
POKJA PT
Mid- 2005
IAKMI
ISMKI
FAKTA
PRAMUKAIPS Mitra Inti
PKBI
ISMKMI
LDUI
LP3ES
UGMUNDIP
UNAIRUNSRI
UNPAD
UI
Pertemuan 1: “Temb & Remaja”
Pelatihan advokasi diikuti 14 LSM
(difasilitasi SEATCA + IAKMI)
Dana stimulan utk aplikasi
advokasi pasca pelatihan
Meningkatkan
kemampuan remaja-
sekolah utk membela
hak kesehatannya:
dengan Advokasi
UU Pengend.Temb
Di DPR RI
Remaja menyatakan pendapat
& meminta perlindungan hukum
Meningkatkan Kesadaran
Remaja Sekolah
Remaja di Komisi VIII DPR RI
Contoh Implementasi Hasil Pelatihan oleh peserta: Komnas Perlindungan Anak)
Dihadiri Komnas HAM, Ketua Komnas PA,
DPR Komisi IX, DR Imam Prasodjo,
DR Sarlito Wirawan, Orgns Profesi,
Lembaga pendidikan, LSM, WHO
Media Massa (TV dan media cetak)
Rapat Konsolidasi Jaringan Pengendalian Tembakau di
Sekretariat IAKMI
HASIL EVALUASI
UJI COBA-1
Jaringan Kepemimpinan
LSM (14) yg terlatih &
trampil→ pendekatan
efektif PT di Indonesia.
Dorongan kuat dr OSI,
SEATCA, CTFK, Health
Bridge, JW → IAKMI
Pengembangan
Proposal BI → Uji Coba-2:
….TCRC →… TCSC
Langkah-4
UJI COBA -2 IAKMI sebagai Support Center Pengendalian Tembakau di Indonesia
Objectives: To build the infrastructure and lay the foundation for a systematic response to tobacco epidemic in Indonesia
Strategy❑ A. Networking and Building Leadership❑ B. Improve Technical & Advocacy Capacity❑ C. Provide Evidences (Center for Data &
Information)❑ D. Technical Assistance (for Advocacy by
trained NGOs)
Technical Assistance & Narasumber bagiPemerintah, LSM dan Komunitas PengendalianTembakau DN/LN
2007-2009Penandatanganan
Kontrak Proyek
TCSC antara Ketua
IAKMI dan the
UNION (BI partner)
Membentuk
TCSC Advisory
Board:
Ketua IAKMI
Dekan FKMUI
2 Senior PH Expert:
• Prof Does
Sampoerno (alm)
• Prof Hasbullah T
Founder (Dr Kemal NS)
Sejenak menjelang rapat rutin
FCTC Accesionby 2009
The enactment of Tobacco Control Law
1. Inclusion of draft TC BILL in 2007 Legislation Agenda (IFPPD- supported
by all TC NGOs)
2. SMOKE FREE POLICY at LOCAL
LEVELS (IPHA, IFPPD, LM3, WITT, MOH, local allies, …….)
3. TOTAL ADVERTISING BAN → TI
Surveillance and Policy Advocacy(KOMNAS P. Anak, FAKTA, YLKI, …)
4. HEALTH WARNING: Amendment of Govern. Regulation No19/2003
(IPHA, YJI, YKI, FKMUI, MOH, FDA…)
5. PRICE and TAX: → Countering
Arguments: - Preliminary Work on Consumption-Employment & Farming studies (LDUI, LP3ES, ……)
Strategic Direction, Corporate Goals and Objectives*)
*)Lanjutan/Pengembangan OSI
Antisipasi penetrasi industri tembakau
ke dunia akademik
Mengembangkan Support Center di
2 Propinsi High-Risk:
• Jawa Tengah – IAKMI / UNDIP
• Jawa Timur – IAKMI / UNAIR
Pencanangan SK Walikota tentang KTR
oleh Gubernur Sumsel saat KONAS IAKMI-X 2007
Pertemuan dg Dinas Pariwisata
“KTR & Visit Musi 2008”
Langkah-5:Pelembagaan Pengendalian Tembakau dalam Struktur Organisasi PP IAKMI
dengan nama: Badan Khusus Pengendalian Tembakau.
(SK PP IAKMI No 001/IAKMI /2007 tgl 31 Okt2007)
▪Studi: Hubungan Peningkatan Cukai dan Tenaga Kerja
▪Studi: Kehidupan Petani Tembakau*)
▪Survey: Remaja, Tembakau dan Kemiskinan*)
▪Survey: Tren Penyakit Barkaitan dengan KonsumsiTembakau di RSUP Persahabatan*)
▪Fact Sheets
▪TC Source Book
▪KTR KIT
▪ *) video cassete
Usulan
Draft
REVISI
PP
19/2003*
terutama
Pasal2
PHW
diterima
oleh
Kemkes
* Pra UU
36/2009
ttg Kes.
Tantangan:
I. Efektifitas Jaringan menciptakan pemimpin2
Pengendalian Tembakau
• 34 anggota jaringan (terdaftar)
• Komnas P Anak→ LO untuk Larangan I/P/S
• LD FEUI → LO untuk Cukai & Ekonomi Tembakau
• Meningkatnya Kepemimpinan Daerah → KTR
II. Pergeseran Sikap Media terhadap Pengend.TembMonitoring 35 media cetak th 2008: 1.453 liputan
Nov–Dec: 2007 vs 2008 = 126 vs 208 liputan (naik 65% )
III. Perubahan Sikap Otoritas Kesehatan
Kebutuhan akan IAKMI: Pendampingan teknis PP, Narsum
Pelatihan Nasional, Saksi Ahli di MK
IV. Penggalangan Advokasi LSM di DPR:
RUU PDPTK masuk Prolegnas 2010
Pencapaian 2007-2009 --
1. Intervensi Industri Temb
sistematis, massif,
ekspansif
2. Industri Tembakau
dianggap industr normal
3. Keberpihakan
Pemerintah?
4. Miskinnya pengetahuan
masyarakat VERSUS
“edukasi” Industri +
karakteristik produk
5. Ketidak seimbangan
kekuatan LSM VERSUS
Kekuatan Industri
Raksasa
2015---IAKMI-SEATCA:
Assessment • Status Terkini
• Akar Penyebab
Kegagalan PT di
Indonesia
• Kepemimpinan
IAKMI Daerah
• Sumber Dana
Daerah
• Indonesia belum Aksesi FCTC
• UU PDPTK DIDROP 2011 → Diganti RUU
Pertembakauan versi Industri Rokok (versi KNPK)
• PP 109/2012 banyak celah hukum; Implementasi ??
• Prilaku Merokok di Ruang Publik masih permisif
• Prevalensi Perokok Remaja 10-14 th naik 10x lipat
selama 2001-2013 dari 0,4% menjadi 3,7%
Industri Rokok sebagai VEKTOR EPIDEMI
TEMBAKAU DIANGGAP sebagai
INDUSTRI NORMAL
• Industri Rokok berdalih “INDUSTRI LEGAL”→
memberikan keuntungan ekonomi dengan cepat
• Intervensi Kebijakan: Menolak, Melemahkan, Menunda
• Intimidasi Pemerintah dengan Mitos Provokatif
• Menjual Citra dengan CSR
FASE-3 --
2015-2018
IAKMI, Badan
Khusus Pengend.
Tembakau
Denormalisasi
Industri Tembakau
(TID)
FASE-3
Denormalisasi Industri Temb. (TID)
1. KEPEMIMPINAN PENGDA IAKMI: CAPACITY
BUILDING Workshop (5 angkatan: 2015-2017)
• Fokus pada 2 Kebijakan PT di Daerah
• Pemanfaatan Pajak Rokok DaerahWS-1: Pengda IAKMI-Dispenda-Bappeda-Kemkes
Asupan Kemkes-Dagri-Kemkeu: PENGDA agar
memfasilitasi kerjasama Penggunaan Pajak Rokok
Daerah Bagi Kesehatan u/ Prev/Prom → **
• Pengda agar memfasilitasi kerjasama Universitas-
Dinkes untuk Monitoring/Penegakan Hukum KTR
2. REGULASI Pelarangan kerjasama bentuk apapun
dg Industri Tembakau termasuk CSR
3. + Respon Profesi terhadap perkembangan
masalah tembakau
2015-2018
IAKMI, Badan
Khusus Pengend.
Tembakau
Denormalisasi
Industri Tembakau
(TID)
2. REGULASI Pelarangan kerjasama bentuk apapun
dg Industri Tembakau termasuk CSR → Hasil:
1) Permendikbud No 64 tahun 2015 tentang “Kawasan
Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah”
2) Permenkes No 50 tahun 2016 tentang “Penanganan
Benturan Kepentingan dengan Industri Tembukau di
lingkungan Kementerian Kesehatan”
3) Draft SE Mendagri ttg “Koordinasi Penanganan
Benturan Kepentingan dengan Industri Tembakau di
Lingkungan Pemerintah Daerah” → dalam proses
Advokasi ke Kemenristek Dikti: “Tobacco Free Campus”
(KTR+Larangan CSR) - Perguruan Tinggi belum berhasil
→ TEROBOSAN ke Perguruan Tinggi: Peraturan Rektor→ Lokakarya “Kampus Tanpa Rokok” untuk PENGDA di
Perguruan Tinggi (MUKERNAS IAKMI XIV & FIT III, Manado)
2015-2018
IAKMI, Badan
Khusus Pengend.
Tembakau
Denormalisasi
Industri Tembakau
(TID)
3. Respon Profesi terhadap perkembangan• Surat ke Mensos: Kritisi Bagi2 Rokok Gratis
• Surat ke Menperin: Membatalkan Permenperin 63/2015
• Surat ke Ketua DPR/Ketua Baleg: Penolakan RUUP; Surat
Ke Presiden: Penolakan SURPRES RUUP, Press Release
IAKMI, Ketum IAKMI RDPU dengan Pansus RUUP DPR RI
• Surat ke Menkes: Tanggapan thd Permenkes 53/2017 →
pengalihan alokasi prev/prom Pajak Rokok Daerah Bid
Kes utk menutup deficit JKN
• Bantuan teknis u/Peningkatan luas PHW: 1) Policy
Paper, 2) Koordinasi survey efektifitas dan preferensi
masy; 3) Kajian pasal-pasal PHW → usulan perubahan
• Respon terhadap Ancaman Kesmas : ✓ Perkembangan varian baru produk tembakau→usulan
Menkes mengeluarkan Permen Pengendalian E-Cig
✓ Promosi Terselubung Philip Morris: Foundation for
Smoke Free World → PH alert
IAKMI
PERGURUAN
TINGGI
OTORITAS
KESEHATAN
TOBACCO FREE
GENERATION
KESIMPULAN
1. Membangunan Fondasi dan
Infrastruktur untuk memberi
Respon Sistematik terhadap
Epidemi Temb di Indonesia
2. Melengkapi dan
meningkatkan kemampuan
internal organisasi
3. Wawasan – Antisipatif
4. Pendampingan Teknis,
Kerjasama Pengend.Tembakau,
Motivator
5. Kontrol Sosial