Drkpl 2013 Unilever Rungkut

13
RINGKASAN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PT UNILEVER INDONESIA Tbk. PABRIK RUNGKUT I. PENDAHULUAN PT. Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods terbesar di Indonesia. Sejarah Unilever di Indonesia diawali dari berdirinya Pabrik deterjen Rinso dan margarine Blue Band di lokasi Angke pada tahun 1933. Semenjak itu, PT Unilever Indonesia makin berkembang dan melebarkan bisnisnya di bagian timur Indonesia, yang dipusatkan di kota Surabaya. Saat ini di Surabaya PT Unilever Indonesia Tbk. beroperasi di kawasan industri SIER Rungkut. Di lokasi ini, PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Personal Care yang memproduksi pasta gigi (Pepsodent, Close Up) dan Pabrik Personal Wash yang memproduksi sabun mandi (Lifebuoy, Lux, Citra). Pabrik Rungkut menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) sebagai ways of working sejak tahun 1994. Selain itu, Pabrik Rungkut menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 pada tahun 1997, sistem manajemen K3 OHSAS 18001 pada tahun 1998, dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada tahun 1999 dan sejak itu secara konsisten selalu menerapkan sistem manajemen tersebut hingga saat ini. Unilever dalam visinya telah berkomitmen untuk mengurangi setengah dari dampak lingkungan dari pembuatan maupun penggunan produk yang dihasilkan. Sebagai bagian dari Unilever, Pabrik Rungkut secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk mengelola lingkungan sesuai ISO 14001 dan selalu melakukan perbaikan berkelanjutan di bidang lingkungan dan pengembangan masyarakat. Pabrik Rungkut telah berperan aktif dalam PROPER sejak pertama kali program ini diluncurkan dan telah meraih penghargaan Emas pada pertama kalinya di tahun 2012 setelah mendapatkan penghargaan Hijau sebanyak empat kali dan Biru sebanyak dua kali pada tahun-tahun sebelumnya.

description

nn

Transcript of Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Page 1: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

RINGKASAN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PT UNILEVER INDONESIA Tbk.

PABRIK RUNGKUT I. PENDAHULUAN

PT. Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods terbesar di Indonesia. Sejarah Unilever di Indonesia diawali dari berdirinya Pabrik deterjen Rinso dan margarine Blue Band di lokasi Angke pada tahun 1933. Semenjak itu, PT Unilever Indonesia makin berkembang dan melebarkan bisnisnya di bagian timur Indonesia, yang dipusatkan di kota Surabaya.

Saat ini di Surabaya PT Unilever Indonesia Tbk. beroperasi di kawasan industri SIER Rungkut. Di lokasi ini, PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Personal Care yang memproduksi pasta gigi (Pepsodent, Close Up) dan Pabrik Personal Wash yang memproduksi sabun mandi (Lifebuoy, Lux, Citra). Pabrik Rungkut menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) sebagai ways of working sejak tahun 1994. Selain itu, Pabrik Rungkut menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 pada tahun 1997, sistem manajemen K3 OHSAS 18001 pada tahun 1998, dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada tahun 1999 dan sejak itu secara konsisten selalu menerapkan sistem manajemen tersebut hingga saat ini.

Unilever dalam visinya telah berkomitmen untuk mengurangi setengah dari dampak lingkungan dari pembuatan maupun penggunan produk yang dihasilkan. Sebagai bagian dari Unilever, Pabrik Rungkut secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk mengelola lingkungan sesuai ISO 14001 dan selalu melakukan perbaikan berkelanjutan di bidang lingkungan dan pengembangan masyarakat. Pabrik Rungkut telah berperan aktif dalam PROPER sejak pertama kali program ini diluncurkan dan telah meraih penghargaan Emas pada pertama kalinya di tahun 2012 setelah mendapatkan penghargaan Hijau sebanyak empat kali dan Biru sebanyak dua kali pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 2: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

II. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

KOMITMEN UNTUK SUSTAINABILITY

“We work to create a better future everyday We help people feel good, look good and get more out of life with brands and services that are good for them and good for others. We will inspire people to take small everyday actions that can add up to a big difference for the world. We will develop new ways of doing business with the aim of doubling the size of our company while reducing our environmental impact.”

Cuplikan di atas adalah visi Unilever terhadap lingkungan. Sejalan dengan komitmen di atas, Unilever meluncurkan Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada November 2010. USLP inilah menjadi petunjuk untuk semua operasi Unilever di seluruh dunia tentang bagaimana melakukan bisnis dengan bertanggung jawab dan berkesinambungan. Unilever Sustainable Living Plan adalah komitmen dan rencana jangka panjang untuk mengembangkan bisnis dengan cara yang bertanggung jawab dengan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kemakmuran keluarga pada tahun 2020. Unilever Sustainable Living Plan bertujuan untuk mencapai tiga hasil utama yaitu membantu lebih dari 1 milyar orang untuk meningkatkan taraf kehidupannya, menurunkan dampak lingkungan dari produk dan proses hingga setengahnya, dan meningkatkan kemakmuran di setiap rantai suplai kita.

Sejalan dengan USLP, Management Lingkungan di PT Unilever Indonesia Tbk meninjau dari tahap awal sampai akhir atau satu lifecycle. Mulai dari design produk, penyediaan bahan baku, produksi, distribusi, pemakaian di konsumen hingga pembuangan sisa kemasan produk.

Pabrik Rungkut sebagai bagian dari PT Unilever Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga kesinambungan lingkungan dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004 di dalam operasinya. Komitmen tersebut dituangkan ke dalam kebijakan lingkungan yang di dalamnya meliputi skala, karakteristik, dampak kegiatan, komitmen untuk perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran, ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan pengembangan komunitas. Selain itu juga mencakup komitmen untuk melakukan upaya-upaya penghematan bahan baku, energi, air, pengurangan emisi, dan pengelolaan limbah, baik limbah B3 maupun non-B3. Kebijakan ini juga disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan pihak luar terkait.

Page 3: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Gambar 1. Unilever Sustainable Living Plan Target

PERENCANAAN

Semua aktivitas, produk dan jasa terkait di dalam ruang lingkup pabrik selalu dianalisa aspek dan dampaknya. Dari hasil analisa tersebut kemudian ditentukan aspek penting di setiap area. Penaatan terhadap peraturan juga menjadi salah satu criteria aspek penting. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan lingkungan adalah pengelolaan sludge ex WWTP dan penggunaan energi.

Aspek penting dan ketaatan kepada peraturan legal dan terkait menjadi masukan penting dalam penyusunan program dan target perusahaan.

Pabrik Rungkut memonitor 7 Target jangka panjang lingkungan meliputi 7 parameter yang harus dilaporkan secara bulanan kepada Unilever Regional melalui system online EPR (Environmental Performance report) yang meliputi:

1. COD (kg/ton Finish Product) 2. CO2 (kg/ton Finish Product) 3. Energi (GJ/ton Finish Product) 4. Hazardous Waste (kg/ton Finish Product) 5. Non Hazardous Waste (kg/ton Finish Product) 6. SOx (kg/ton finish Product) 7. Total water (m3/ton Finish Product)

Data yang dilaporkan juga diaudit secara berkala oleh auditor independen untuk memastikan keabsahan data tersebut. Dengan adanya monitoring regular di semua site di Unilever, maka performance masing masing parameter dan masing masing site di seluruh dunia dapat dipantau dan diperbandingkan (benchmark).

Dari target di atas, Pabrik Rungkut menyusun rencana program untuk pencapaiannya. Program tersebut diturunkan kepada masing masing departemen dan akhirnya menjadi target personal masing-masing karyawan di Pabrik Rungkut mulai dari level senior manager, manager, assisten manager sampai dengan tim leader. Rencana program ini dibuat pertahun dan dilengkapi dengan penenggung jawab, rentang waktu dan parameter kesuksesannya.

Page 4: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

STRUKTUR DAN SUMBER DAYA

Sebagai unit Manufacturing di PT Unilever Indonesia Tbk., General Manager Manufacturing bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lingkungan di dalam pabrik. Secara struktural, General Manager Manufacturing dibantu oleh Manufacturing Manager dan Engineering Manager di dalam menjalankan tugasnya.

Secara fungsional, Sustainability menjadi salah satu pillar CSHEC (Central Safety, Health and Environment Committee) yang beranggotakan Dewan Direksi PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tingkat perusahaan. Masing-masing Direktur akan membawahi DSHEC (Divisional SHE Committee) yang beranggotakan General Manager. General Manager di masing masing Factory akan membawahi USHEC (Unit SHE Committee) yang mengkoordinasi kegiatan SHE di Pabrik.

Komite SHE terdiri dari 7 pillar yaitu: 1. PRPS (Policy, Rules, Procedures and Standard); 2. Emergency Preparedness and Responses; 3. Environment and Sustainability; 4. Travel/Road Safety; 5. Health and Office Safety; 6. Business Partner and Contractor Safety; 7. Safety beyond workplace.

MR ISO 14001 sekaligus bertindak sebagai ketua Pillar Environment and Sustainability di Pabrik.

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan kita memastikan sistem dapat berjalan dengan:

- Pelatihan, kesadaran dan kompetensi; dengan cara melakukan gap analysis dan memastikan kompetensi dan skill karyawan mencukupi;

- Komunikasi; dengan cara mengatur komunikasi internal, eksternal dan penanganan masukkan dari luar termasuk PROPER;

- Dokumentasi dan Pengendalian Dokumen; dimana dokumen diatur agar mudah diakses dan jelas keterbaruannya dan keberlakuannya;

- Pengendalian Operasional; dengan cara mengidentifikasi operasi-operasi kritis dan memastikan pengelolaan terkendali dalam hal pencegahan maupun penanggulangan dampak lingkungan;

- Tanggap darurat: menjamin minimalisasi dampak akibat kondisi darurat baik dari segi fasilitas, prosedur, kompetensi manusia dan pelatihan.

CHECKING & CORRECTIVE ACTION DAN REVIEW MANAJEMEN

Dalam sistem manajemen lingkungan dilakukan checking dan corrective action melalui pemantauan dan pengukuran, ketidaksesuaian dan upaya perbaikan dan pencegahan, pencatatan dan audit baik secara internal maupun eksternal. Tinjauan management dilakukan secara periodik bersama General Manufacturing Manager untuk menjamin keberlangsungan, kesesuaian dan pelaksanaan sistem.

Page 5: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Sebagai bentuk dari tekad untuk memenuhi sistem manajemen lingkungan yang bertanggung jawab, PT Unilever Indonesia Tbk., Pabrik Rungkut menjalankan sistem ISO 14001:2004 sejak tahun 1999 secara konsisten dan disertifikasi oleh badan sertifikasi SAI Global. Ruang lingkup dari sistem manajemen lingkungan ini adalah seluruh aspek produksi dari mulai datangnya barang bahan baku sampai siap didistirbusikan sesuai dengan proses kerja di bawah.

Gambar 2 Ruang Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan PT. Unilever Indonesia

III. EFFISIENSI ENERGI

Energi di Pabrik Rungkut dikelola sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pabrik secara keseluruhan. Energi menjadi salah satu prioritas yang harus selalu dimonitor di dalam Performance pabrik Rungkut.

Kebijakan Unilever secara global terhadap pemakaian energi yang efisien dan sasaran jangka panjang unilever tercermin dalam Unilever sustainable living plan mengenai Green House gases “our target Halve the greenhouse gas impact of our products across the lifecycle by 2020” dan diselaraskan dalam cuplikan kebijakan Pabrik: “Menghemat pemakaian bahan baku, energi, dan air”. Dari sasaran jangka panjang Unilever global ini kemudian diturunkan kedalam KPI (Key Performance Indicator) Pabrik Rungkut yang direcord dalam sistem online Unilever:

Page 6: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Parameter 1.COD (Discharge to Municipal) (Kg/tonne) 2.Hazardous Waste (Kg /tonne) 3.Non-Hazardous Waste (Kg/tonne) 4.SOx From Boiler (Kg/tonne) 5. Energy (GJ/tonne) 6. CO2 from Energy (Kg/tonne) 7. Non-Potable Water (m3/tonne)

Gambar 3. KPI Lingkungan yang Direview dan Ditingkatkan Setiap Tahun Dalam KPI tersebut PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut juga memiliki proyeksi sasaran jangka panjang untuk efisiensi hingga tahun 2015.

Untuk menunjang program efisiensi energi, PT Unilever Indonesia mengundang konsultan Energi untuk melakukan audit pemakaian energi dipabrik Unilever Pabrik Rungkut pada tahun 2006 dan telah dilakukan audit kembali pada Desember tahun 2012.Secara internal, Efisiensi Energi di Unilever Pabrik Rungkut dilaporkan dalam satuan GJ/Tonnes product yang menunjukkan banyaknya energi yang diperlukan untuk menghasilkan satu ton produk Dalam grafik dibawah diperlihatkan konsumsi energi Pabrik Rungkut yang secara konsisten menurun setiap tahun berkat usaha-usaha perbaikan berkelanjutan yang dilakukan.

Dengan adanya database online untuk EPR record, internal benchmarking antar pabrik unilever menjadi sangat mudah untuk dilakukan. Berdasarkan hasil benchmark tahun 2013, PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut masuk ke dalam 5 besar terbaik untuk efisiensi energi dibandingkan dengan pabrik unilever lainnya.

IV. PENURUNAN EMISI

Unilever global memberikan tuntutan pada pabrik Rungkut untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dalam setiap aktifiasnya, hal ini mencakup dari penggunaan raw material hingga consumer use dan disposal. Tujuan jangka panjang adalah mengurangi hingga setengah dampak gas rumah kaca pada tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2008.

Target ini mencakup dari raw material hingga penggunaan di konsumen dan juga dampak pembuangannya (disposal). Manufacturing memiliki kontribusi terhadap dampak rumah kaca, hal ini berdasarkan hasil study yang dilakukan 14 negara oleh unilever.

Untuk bagian manufacturing, ditargetkan untuk dapat menggurangi emisi gas CO2 per ton product pada tahun 2020, dan juga memprakarsai penggunaan dari renewable energi. Di pabrik Rungkut, usaha-usaha telah dilakukan untuk mengurangi emisi dan gas rumah kaca, ditengah tuntutan bisnis yang makin ketat dan kebutuhan proses dan produk yang makin canggih, yang tertuang dalam kutipan Kebijakan Lingkungan Pabrik Rungkut: “Memantau dan mengurangi dampak pencemaran emisi udara dari Pabrik Rungkut”. Usaha-usaha yang dilakukan dimulai dengan proses assessment terhadap dampak lingkungan dan proses pemetaan emisi. Dari proses pemetaan emisi, pemakaian energi dan emisi yang terjadi dicatat dan dimonitor secara regular. Hasil monitoring regular tersebut dijadikan benchmark untuk perbaikan selanjutnya.

Page 7: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Salah satu komitmen kita untuk bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, kita menggunakan natural gas sebagai bahan bakar utama Boiler.

Selain usaha di atas, kita juga mencoba menggunaka sumber bahan bakar dari renewable sources yaitu dari solar heater untuk memanaskan air.

Selain itu Unilever juga berkomitmen untuk tidak menggunakan CFC dalam setiap operasinya dengan guidance sesuai Unilever Global Environmental Standard SHE 2 1992 Rev 1996, yang diantaranya mensyaratkan:

- Melarang penggunaan CFC sebagai refrigeran di semua alat refrigerasi baru dan sebagai blowing agent dalam foam insulation mulai 1 January 1996;

- Pembuangan CFC dan HCFC eks refiregerant maupun insulasi yang sesuai melalui perusahaan berijin mulai September 1992;

- Pencatatan CFC dan HCFC dari September 1992.

Pabrik Unilever Rungkut secara kontinu melakukan benchmarking dengan pabrik-pabrik sejenis secara nasional maupun global, pabrik Unilever Rungkut menduduki peringkat ketiga untuk emisi SOx dan kedelapan untuk emisi gas CO2 dengan 19 pabrik sejenis lainnya yang berlokasi di negara lain.

V. 3R LIMBAH B3

Dalam Unilever Sustainable Living Plan pengelolaan limbah B3 mengacu pada pengendalian waste yang dihasilkan (3R), yang tertuang juga dalam kutipan kebijakan: “Berusaha mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang limbah produksi, baik limbah B3 maupun sampah produksi Non-B3”. Secara global, pengelolaan limbah B3 ini dimonitor melalui sistem Environment Performance Report yang dilakukan tiap bulan dan diterbitkan tahunan kepada masyarakat dan stakeholder.

Limbah B3 dominan di Pabrik Rungkut adalah sludge hasil proses WWTP. Sludge ini sejak tahun 2009 telah dikelola dengan mengolahnya di coprocessor pabrik semen.

Selain itu, sludge WWTP juga diminimisasi dengan menggunakan belt press. Belt press dapat mengurangi kadar air di dalam sludge sehingga massa sludge yang dibuang lebih kecil.

VI. 3R LIMBAH PADAT NON B3

Pengelolaan Sampah di Unilever sesuai Unilever Sustainable Living Plan mengacu lifecycle penuh, dimana kegiatannya termasuk reuse, reduce, recycle dan eliminate, yang tertuang juga dalam kutipan kebijakan: “Mengembangkan produk maupun proses, termasuk bahan baku yang inovatif dan ramah lingkungan”. Secara global, penanganan sampah di ukur dengan waste per consumer use, dimana mencakup semua waste yang terjadi baik dari proses produksi sampai dengan sisa packaging di konsumen.

Page 8: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Di Pabrik Rungkut, semangat 3R ini diwujudkan dengan pengelolaan sampah pabrik dengan cara Reduce, Reuse dan Recycle.

Reduce

Tim Packaging Development selalu berusaha untuk melakukan perbaikan untuk mencari bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah Project Bristol dan interlock untuk mengurangi jumlah konsumsi material paper board. Inisiatif ini menghasilkan penghematan 1000 ton kertas/tahun, dan lebih sustainable dalam transport dan storage serta menyelamatkan 17000 pohon.

Reuse

Kita juga melakukan reuse untuk packaging material yang bisa dipakai kembali. Contoh upaya ini adalah pemanfaatan kembali kemasan packaging dalam bentuk box packaging material pasta gigi. Hal ini tentu saja dapat mengurangi jumlah sampah, serta memanfaatkan sampah yang ada untuk dipakai kembali.

Recycle

Dalam melakukan recycle kita melakukannya dalam skala pabrik untuk sampah pabrik dan juga melakukannya untuk memperbaiki recycleability dari packaging dan memakai packaging ex recycle.Selain itu, program komposter digalakan untuk mengurangi sampah kebun dan mengonversinya menjadi pupuk untuk gardening internal Unilever.

Untuk di pabrik kita melakukan pemilahan sampah pabrik. Dengan melakukan ini kita bisa menghasilkan tambahan income dari sampah yang dijual dan sampah tersebut diolah untuk menjadi peralatan rumah tangga yang berbahan dasar plastik seperti ember.

Dari sisi produk, kami juga menggunakan full recycle board untuk carton pasta gigi.

Monitoring sampah ini juga dilaporkan ke regional & global secara reguler, sehingga bisa didaptkan benchmarking non-hazardous waste dari setiap factory. Rungkut factory berada di posisi ke 8 untuk penghasil sampah non-hazardous waste terendah.

Dalam pengelolaan sampah selain memperhatikan aspek design dan proses produksi, juga perlu diperhatikan aspek recycle di area konsumen. Untuk hal ini Unilever melalui program Green and Clean, membantu komunitas untuk melakukan:

- Membantu masyarakat untuk pemilahan sampah di kampungnya dan melakukan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos

- Membantu masyarakat memanfaatkan sampah plastik melalui pendirian bank sampah - Unilever berperan juga dalam penciptaan TRASHION – from Trash to Fashion dan

membantu penyalurannya ke Hypermarket. - Membantu mengkampanyekan semangat pemilahan sampah melalui kejuaraan Green and

Clean di beberapa kota besar

Page 9: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

VII. KONSERVASI AIR DAN PENURUNAN BEBAN PENCEMARAN AIR

Air merupakan bahan baku sekaligus bahan pendukung dalam proses produksi pabrik Rungkut. Untuk itu, air harus dikelola di Pabrik Rungkut sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pabrik secara keseluruhan. Air menjadi salah satu prioritas yang harus selalu dimonitor di dalam Performance pabrik Rungkut.

Kebijakan Unilever secara global terhadap konservasi air berupa sasaran jangka panjang tercermin dalam Unilever sustainable living plan dengan motto “reducing our water use where it matter most” dan dalam Kebijakan Rungkut: “Menghemat pemakaian bahan baku, energi, dan air”. Dari sasaran jangka panjang Unilever global ini kemudian diturunkan kedalam KPI (Key Performance Indicator) Pabrik Rungkut yang direcord dalam online system Unilever. Untuk menunjang program konservasi air, PT Unilever Indonesia melakukan terobosan terobosan dalam proses reuse (melakukan proses resirkulasi air di vacuum pump), recycle (pengolahan air limbah menjadi air yang layak pakai di boiler, pemanfaatan kondensat dari blowdown boiler) dan reduce (dry cleaning policy in Processing, waste water for Belt Press)

Konsumsi air di pabrik Rungkut dilaporkan dalam satuan m3/ton yang menunjukkan banyaknya air yang tergunakan per satuan volume produksi produk. Detail Monitoring konservasi air dilaporkan secara berkala setiap minggu oleh team engineering dan setiap bulan di rekap oleh bagian finance dan kemudian bersama dengan volume produksi selama satu bulan digunakan untuk menghitung bagaimana trend penggunaan air dalam m3/tonnes yang direportkan dalam online system. Dalam grafik dibawah diperlihatkan konsumsi energi Pabrik Rungkut yang secara konsisten menurun setiap tahun. Pada tahun 2011, terlihat ada kenaikan dikarenakan ada perubahan metoda pelaporan, dimana air minum pada 2011 juga dimasukkan dalam monitoring.

Dengan adanya database online untuk EPR record, internal benchmarking antar pabrik unilever menjadi sangat mudah untuk dilakukan. Hasil benchmarking secara global untuk tahun 2013 bisa dilihat di bawah. PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut di-benchmark dengan pabrik unilever lain seluruh dunia dan masuk ke dalam 10 besar terbaik untuk konsumsi air nya.

Selain menjaga dan melakukan konservasi air, PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut juga berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pencemaran air dari proses produksi. Secara umum, seluruh air limbah yang dihasilkan di pabrik Rungkut diolah di WWTP Internal. Hasil olahan tersebut terdiri dari: Sludge B3 (diolah di pihak ketiga), Air Reverse Osmosis (dipergunakan kembali untuk boiler feed water), dan Air limbah (hasil olahan WWTP). Setelah itu, air limbah akan diolah di WWTP Industrial Estate setempat.

Walaupun PT Unilever Indonesia Pabrik Rungkut tidak secara langsung menyebabkan pencemaran air, perusahaan diminta kesanggupannya untuk menurunkan COD (Chemical Oxygen Demand) sebagai bentuk komitmen global untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan menjadi setengahnya.

VIII. PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PT Unilever Indonesia melanjutkan upaya untuk menjaga keanekaragaman hayati seperti yang juga termaktub dalam Sustainable Agriculture Code (SAC) dan juga Unilever Sustainable Living

Page 10: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Plan. Unilever Sustainable Agriculture Code; mencakup 11 parameter yang harus diikuti oleh Supplier Unilever yang meliputi: parameter of agrochemical dan pemakaian bahan bakar, air, biodiversity, energi, limbah, social and human capital, kesejahteraan hewani, value chain dan ekonomi local.

Pendekatan yang Unilever lakukan ialah kami sadar bahwa isu ketahanan pangan menjadi sangat penting mengingat tingginya populasi, perubahan iklim, ketersediaan air dan pada akhirnya praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.

Secara global,program jangka panjang Unilever dari Sustainable Sourcing yang dimiliki ialah pada tahun 2020 kami akan memiliki sumber 100 % untuk bahan mentah agrikultur yang dimulai dari 30% pada 2012, 50% pada 2015.

Di Unilever Indonesia, program sustainable sourcing termaktub dalam beberapa program yakni:

1. Pelestarian Kedele Hitam terus dilakukan secara intensif bermitra dengan Universtas Gajah Mada Jogjakarta (UGM). Pada tahun 2011, penanganan yang dilakukan juga mencakup kepada pengamatan hama dan penyakit tumbuhan yang ditangani secara langsung oleh Laboratorium Virologi Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM. Pada September 2012, Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia meluncurkan Buku Saku Panduan Praktis Kedele Hitam yang ditujukan kepada para petani.

2. Program Sustainable Palm Oil Unilever memiliki komitmen untuk melakukan pembelian minyak kelapa sawit dari pihak yang telah memiliki sertifikasi sustainable sourcing pada tahun 2015. Sejak tahun 2011, beberapa anggota kita telah memiliki sertifikasi dan keseluruhan dari supplier kita adalah anggota dari Roundtable Sustainable Palm Oil. Sejak tahun 2007, kami telah menggantikan 20% dari material komponen aktif dalam deterjen yang berasal dari crude palm oil dari palm oil derivatives. Selanjutnya kami berkomitmen untuk mengaplikasikan inisiatif ini kepada deterjen cair dan bubuk.

3. Sustainable Tea Supplies Unilever Indonesia juga sudah memulai program sustainable sourcing dan memiliki target untuk mendapatkan sumber yang mengalikasikan praktik keberlanjutan sejak tahun 2004 dengan mengacu langsung kepada Unilever Sustainable Agriculture Initiative. Sampai dengan Tahun 2012, dari 48 perkebunan teh yang memberikan pasokan kepada Unilever, 25 diantaranya sudah memiliki sertifikasi dari Rainforest Alliance.

4. Program Gula Kelapa Program gula kelapa sudah dimulai sedari tahun 2009. Hal ini dilanjutkan secara intensif dengan kesadaran akan

Page 11: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

rendahnya kuantitas bibit gula kelapa dalam. Upaya ini mendorong Unilever Indonesia agar keberlanjutan bibit kelapa dalam akan terus terjaga. Pada tahun 2012, tercatat 6000 bibit pohon gula kelapa sudah tertanam.

Untuk kesemua initiafif yang dimiliki Unilever Indonesia selama tiga tahun terakhir, Unilever Indonesia dianugrahi sebuah penghargaan dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) sebagai salah satu dari 25 perusahaan terbuka yang terdaftar dalam Sustainable Responsible Investment.

Di luar dari inisiatif diatas, Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia menjalankan program Green and Clean di 10 kota secara bertahap sejak tahun 2004. Di dalam program lingkungan ini, terdapat adanya upaya untuk penanaman pohon, urban farming dan juga pengelolaan sampah skala domestik maupun komunal. Adapun sampai dengan tahun 2012, kami melakukan penanaman bekerja sama dengan World Wide Fund di 5 hektar sebanyak 2000 pohon yang dilakukan secara bertahap. Sementara pada tahun 2010, bekerja sama dengan Green Radio, kita juga melakukan penanaman pohon di Gunung Gede dengan luasan yang sama.

IX. COMMUNITY DEVELOPMENT

Unilever merupakan perusahaan yang sedari awal pendirian berangkat dari inisiatif sosial. Hal ini terbukti dengan adanya produk Sunlight yang didorong kondisi pada era 1800an dimana para wanita sulit untuk membersihkan perangkat rumah tangga dan juga pakaian. Inovasi lanjutan yang dihasilkan seperti Blue Band yang tercipta dikarenakan tingginya harga mentega sehingga masyarkat sulit mendapatkan akses nutrisi yang cukup. Blue Band hadir sebagai margarine yang berisi nutrisi dengan harga terjangkau.

Sejarah tersebut akhirnya selalu membawa Unilever kepada tindakan operasi bisnis yang senantiasa mengedepankan “doing well by doing good” dimana sampai dengan tahun 2012 upaya tanggung jawab sosial perusahaan semakin mengukuhkan bahwa upaya Corporate Social Responsibility tidak lagi hanya sebagai upaya menjaga reputasi tetapi menjadi nafas operasi bisnis Unilever yang terurai dalam Unilever Sustainable Living Plan, yang juga diterjemahkan dalam Kebijakan Rungkut: “Mengembangkan daya hidup komunitas di lingkungan sekitar pabrik melalui program pengembangan komunitas (Community Development)”.

Unilever Sustainable Living Plan mengedepankan 3 poin utama yang akan dicapai pada tahun 2020 yaitu:

1. Kami akan menolong lebih dari 1 milliar orang untuk mengambil langkah nyata untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.

2. Kami akan mengurangi setengah dari dampak lingkujngan dari pembuatan maupun penggunan produk yang dihasilkan.

3. Kami akan meningkatkan kesejahteraan dari ratusan ribu orang yang terhubung dalam mata rantai operasi bisnis.

Page 12: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

Unilever Indonesia sedari tahun 2000 memiliki Yayasan Unilever Indonesia (YUI) yang bertugas menjalankan sebagian besar inisiatif corporate social responsibility atau kini dikenal sebagai Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Dalam menjalankan perannya, YUI kini memiliki 3 pilar yakni Program Health and Well Being, Program Enhancing Livelihood dan Program Environment. Namun diluar dari ketiga pilar tersebut, Yayasan Unilever Indonesia juga memiliki focus pada Humanitarian Aid maupun Care for Area Surrounding.

Dalam proses pelaksanaan program, YUI selalu bermitra dengan beragam pemangku kebijakan yakni LSM lokal, Universitas, Media Massa, Pemerintah Lokal maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan fokus program serta masyarakat itu sendiri.

Dalam proses pelaksanaan ada empat langkah yang senantiasa menjadi pendekatan kami yakni : 1) Mencari permasalahan yang relevan di masyarakat (relevance), 2) Menentukan model untuk implementasi program (model), 3) Menerapkan program dengan memberi dukungan secara komprehensif untuk menciptakan kemandirian (sponsor), dan 4) Melakukan replikasi ke yang lain (replicate).

PROGRAM CSR UNILEVER RUNGKUT

Dalam Pabrik Rungkut, kami berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan Community Development di area sekitar Kawasan Industri SIER, dengan mengadopsi program YUI di tingkat nasional dengan memilih konsep Pemberdayaan anak sekolah untuk PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Program Sistem Bank Sampah. Pada tahun 2012, Unilever Rungkut secara aktif dan fokus akan kegiatan CSR, perihal ini terbukti dengan pembentukan team CSR Rungkut yang diketuai oleh Bpk. Aditya Dena Kurniawan.

Saat ini, CSR Unilever Rungkut berfokus kepada 3 pilar dengan program unggulannya: 1) Improving Health & Well-Being: Aktivasi dokter kecil (PHBS); 2) Reducing Environmental Impact: Bank Sampah dengan klasifikasi Gold; 3)Enhancing Livelihoods: Investasi Mesin Cacah dengan pihak SMK 5:

1.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di 10 sekolah di sekitar SIER yang meliputi kegiatan:

a. Pemberdayaan Dokter Kecil sebagai kader sekolah; b. Revitalisasi UKS & Toilet Sehat; c. Edukasi PHBS; d. Green School dan Edukasi pengelolaan Sampah;

Gambar 15. Kegiatan CSR Rungkut

Page 13: Drkpl 2013 Unilever Rungkut

2. Program Sistem Bank Sampah di Kelurahan Kendangsari dan Manyar Sabrangan yang merupakan managemen/alur pengolahan sampah, khususnya anorganik, sejak dari sumbernya (Rumah tangga), dikelola secara kolektif dan sistematis, hingga manfaat kembali pada sumbernya dan bisa tercatat hasilnya (Kg dan Rp).Gagasan dari Sistem Bank Sampah tercetus melalui program lingkungan berkelanjutan berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh Yayasan Unilever Indonesia pada tahun 2001. Paradigma mengenai sampah hanya bisa dibuang ke lingkungan, perlahan mulai bergeser menjadi sesuatu yang perlu dipilah, diolah dan menjadi berkah serta penghasil. Perihal ini dikembangkan sebagai “Sistem Bank Sampah”. Program ini mampu mereduksi sampah hingga 30 ton pada Q3 2013 dengan nilai omset keseluruhan sebesar 40 juta rupiah.

Gambar 16. Mekanisme Sistem Bank sampah dan Ruang Lingkup Sistem Bank Sampah

Selain omset dari penjualan sampah, Bank Sampah telah mendatangkan hasil lain sebagai badan pemodal bersama dan telah menghasilkan satu pengusaha kerupuk, trashion dan taplak bagi anggota komunitasnya.

3. Sebagai kelanjutkan dari program Bank Sampah, CSR Unilever Rungkut merintis kerja sama dengan pihak SMK 5 untuk memproduksi mesin cacah pada tahun 2013. Hal ini memberikan keuntungan baik dari pihak Komunitas Bank Sampah karena sampah hasil cacah memiliki nilai jual yang lebih tinggi hingga 200% dari harga sebelumnya dan SMK 5 dapat menciptakan lapangan kerja dengan membuat mesin cacah tersebut. Berdasarkan catatan saat ini, SMK 5 telah menjual tiga mesin cacah ke komunitas Bank Sampah.

Gambar 17. Proses Pencacahan Sampah