DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

76
1

description

PSIK Universitas Brawijaya 2010 SAP.Ebook ini merupakan kumpulan cerita Profesi Keperawatan yang di dedikasikan untuk mengenang perjuangan para pencari ilmu Keperawatan. Semoga perjuangan keras yang kita tempuh dapat memberikan manfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Semangat..!!!

Transcript of DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

Page 1: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

1

Page 2: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.... Apa khabar teman-teman sekalian?, semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindunganNya. Kangen ndak dengan Malang, khususnya Universitas kita tercinta Brawijaya? Bagaimana dengan PSIK FKUB? Sudah berapa lama kita berpisah? Oh.. masih dua tahun yah... rasanya koq ya sudah puluhan tahun... Yak sesuai dengan janji saya bertahun-tahun yang lalu, Alhamdulillah dengan mengucap “Bismillahirrohmanirrohim” buku dengan judul “DREAM, When Every Person Try to Break The Comfort Zone” resmi di rilis dalam bentuk E-Book pada 09 Mei 2014 Pukul 21:13 Saya meyakini bahwa rekan-rekan sekalian merupakan seseorang yang memiliki semangat juang tinggi. Menempuh perjalanan jauh dan berusaha keras agar dapat diterima di Universitas ini. Ya.. saya yakin semua yang mendaftarkan diri untuk diterima di sini telah berusaha keras, namun nampaknya usaha keras anda mengalahkan mereka yang tersingkir pada ujian masuk dan andalah yang berhak menduduki salah satu dari 50 kursi itu. Bahkan sebagian dari anda rela meninggalkan kenikmatan yang sudah diraih, baik berupa materi maupun ketenangan batin bersama keluarga dan rekan kerja untuk menggapai mimpi dan berjuang kembali bersama kami. Untuk itulah saya mencoba menggambarkan semangat anda dengan menuangkannya kedalam judul di atas. Sangat tidak mudah memutuskan mengambil langkah untuk melanjutkan S1, selalu saja ada hambatan baik dalam diri maupun lingkungan kita. Namun akhirnya anda memutuskan sesuatu yang penuh risiko dan berhasil melaluinya. Saya sangat senang mendengarkan. Saya sering mendengarkan bagaimana sulitnya bekerja di kampung halaman anda. Anda menceritakan fasilitas yang kurang memadai, jauh dari pusat kota dan harus berhadapan dengan beratus-ratus kepala keluarga seorang diri. Melakukan pengobatan hingga menolong persalinanpun hanya dengan berbekal kedua tangan dan do’a kepada Allah. Semakin anda bercerita tentang kesulitan-kesulitan yang anda hadapi, semakin saya meyakini bahwa anda memang diciptakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Anda juga bercerita jika tempat anda sangat terpencil, ha...x3 yaa... apakah anda yang dulu melepas sendal saat hendak masuk ke Matos...?. tidak tahu yang namanya flash disk, dan setelah beli flash disk marah-marah karena anda baru tahu kalau flash disk ukurannya hanya segede jempol, padahal anda berpikir bahwa dengan harga yang ratusan ribu itu anda bisa dapat yang ukurannya lebih gede. Menunggu teman saat hendak naik ke ruang kuliah lantai 4 karena tidak tau cara mengoperasikan lift? Dan tidak lama setelah lift meluncur anda merasa mual seperti orang mabuk. Ha....3x dibalik itu semua saya tetap kagum terhadap anda, karena semangat anda yang luar biasa. Saya ucapkan salut juga bagi teman-teman yang berasal dari kota. Anda memutuskan melanjutkan studi agar dapat menambah wawasan, menjadi lebih profesional karena memperjuangkan status agar tidak dipandang lebih rendah dari rekan kita dari profesi yang lain. Anda mempelajari mengenai hukum-hukum keperawatan, mempelajarinya agar tau mana yang boleh kita lakukan dan mana yang tidak. Anda juga banyak berjuang untuk PPNI agar segera dapat terwujud UU Keperawatan yang kita idam-idamkan. Anda mencari banyak informasi yang mungkin dapat diaplikasikan nanti di tempat anda bekerja. Yaah.. itu adalah semangat yang anda bawa ke dalam ruang kuliah ini.

Page 3: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

3

Dan akhirnya memang judul inilah yang pantas saya gunakan untuk menggambarkan kumpulan manusia yang berusaha menggapai cita-cita. Melepas segala bentuk kenyamanan, bekerja keras dan berjuang tak kenal lelah dan akhirnya tiada mimipi yang terlalu besar, karena mimpi merupakan separuh usaha. Selamat berjuang kawan...

Kepanjen, Mei 2014

Ttd Redaktur

Page 4: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

4

DAFTAR ISI

FLASH BACK, Selvie The 5

MELAJU, MELAMBAT, BERHENTI DAN MENINGGALKAN, Nanang Bagus Sasmito 7

PSYCHIATRI, DEPARTEMEN ASAM GARAMKU, Maman Suparman 14

PETIR BUATAN EMAK, Nasrullah 17

PSK, Ervi Setyorini 31

SESUATU YANG TIDAK TERLUPAKAN, MEMORIAM OF PROFESION, Lilik Nurhidayati 37

BEAUTIFUL STORY ABOUT MY PROFESION, Neneng Siti Robanah 40

BERLAYAR, Aini Moeffidah 42

INI WARNAKU, MANA WARNAMU?, Galuh Kumalasari 45

CATHETER, Gemi Rahayu 48

UPS SALAH, Winda Dwi Saputro 50

PERUBAHAN HARIMAU YANG MENAKUTKAN, Dwi Ari Shandy Widiawan Putra 52

WOUND, Mubin Barid 60

JUST A NOTE, Aguslan Efendi 65

JAS LAB!, Ni Putu Norma Yustisia 68

TO (bacco) DAY, Adinda Devi Amelia 71

GARA-GARA KAKEK-KAKEK, Insetiya Nesvi Wida 73

Page 5: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

5

FLASH BACK - Selvie The -

Hello hello…..!! Aloha….!!

Waaah… Benar-benar kangen juga, lama tak jumpa orang aneh yang satu ini dengan teman-

teman, bapak, ibu, semua……

Sebelumnya saya haturkan mohon maaf dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-

besarnya, karena yang saya bagikan disini agak menyimpang dari tema sebenarnya sesuai

kesepakatan bersama. Apa daya diri ini belum sempat mengecap dunia Profesi Keperawatan Ners

bersama teman-teman PSIK B 2010 saat tulisan ini dibuat hehehe…… (^υ^)

Kehidupan profesi D3 keperawatanku selama menuntut ilmu di Program Studi Keperawatan

Masohi di Maluku bisa dibilang aman-aman saja. Walaupun secara tak langsung pernah merasakan

semprot perawat senior sampai pembimbing klinik yang notabene orang Ambon atau Maluku secara

umum penganut paham kosakata sarkastik, volume layaknya ombak pecah di batu karang plus tidak

mengenal adanya tanda baca “titik”, “koma”, dll., mengalir saja seperti air terjun (alay gak ya…??

wkwkwk), tapi bersyukur semuanya bisa berjalan mulus dan tidak ada tanggungan. Harus pintar-

pintar menjaga sikap, sifat, rajin, patuh. Namanya juga mahasiswa praktik, ya ikut saja aturan

tempatnya. Karena kalau tidak, sekali kena semprot tuh rasanya sakiiiiiiiiit banget. Tak jarang rekan-

rekan yang jadi korban letusan gunung berapi bahkan di depan pasien dan keluarga pasien sekalipun

dibuat jadi down, apalagi kalau sampai terlibat masalah pribadi dengan mereka, ke tempat dinas pun

ikut terbawa-bawa. Namun tidak semua orang seperti itu, tergantung sikon apalagi kalau masalah

bersumber dari mahasiswa itu sendiri. Afterall, positif-negatifnya tetap menjadi sesuatu yang

mewarnai duniaku. Secara umum mungkin tak jauh berbeda dengan pengalaman teman-teman AON.

Ada beberapa poin favoritku saat menjalani program profesi waktu itu baik yang menye-

nangkan, menjengkelkan, bahkan yang tidak pernah kualami sebelumnya. So let’s cekidot:

Menjadi cleaning service adalah hal yang biasa. Kerja rodi di kamar mandi dan toilet bangsal

pasien kelas III pun pernah dirasakan hehehe. Mudah-mudahan generasi selanjutnya tidak lagi

merasakan seperti itu.

Beberapa kali menemui hal magic seperti teman yang “kerasukan roh/setan”. Lucunya ketika

bertemu dengan roh yang ngaku-ngaku penghuni Rumah Sakit Khusus menjelang waktu subuh.

Dari tampilan awalnya yang garang sampai bisa asyik ngobrol ketawa-ketawi dengan kita

sebelum dia pulang ke dunianya (jadi bingung, keadaannya harus menyeramkan atau lucu, yang

jelas ekspresiku biasa saja. Aneh….hehehe)

Page 6: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

6

Paling menjengkelkan: dimulai dari wilayah sendiri, luar kota, sampai magang ke ibukota negara

pun selalu mendengar pertanyaan yang sama dari mulut senior atau pasien dan keluarga yang

intinya: “Sebenarnya kamu orang mana sih?”,“Kenapa sih kamu pilih jadi perawat?”, dan embel-

embelnya lantaran mungkin terlihat sedikit beda dari orang Ambon asli serta jarang bertemu

perawat dengan latar belakang tampilan sepertiku. Serasa panas tiba-tiba, tapi anak aneh ini

cuma menjawab dengan senyuman khas yang memang aslinya tidak simetris dari sononya

sambil berkata “Aku lahir dan dibesarkan di Ambon. Memang ini keinginanku hehe…”, seraya

dalam hati ngomel “Lha kenapa? Memangnya itu pekerjaan yang buruk? Trus aku tak bisa hidup

kalo jadi perawat? Memangnya anda pikir siapa atau orang mana juga yang jadi perawat di negri

seberang yang anda maksud asalku itu?? Kan sama saja”. Semoga tidak lagi menemukan hal

yang sama ketika menjalankan profesi di Malang nanti.

Magang di ibukota negara sangat menyenangkan walaupun hanya dalam waktu yang singkat,

memberikan kesempatan mempelajari beberapa hal baru yang tidak sempat didapatkan di

Maluku dengan atmosfer yang berbeda pula.

Paling menyenangkan: setelah memilih dunia perawat, saya bisa agak terlepas dari kungkungan

tirani keluarga yang menjadikan diri ini “kuper” dan tidak bebas bersosialisasi. Sampai saat ini

pun tidak sedikit dampaknya membayang. Hmm….masih butuh proses untuk mengubah hal

nega-tifnya. But afterall, they’re my family, I’m soo proud of them and they’re still be my true

love.

Sebenarnya masih banyak yang bisa dituliskan, tapi kurasa itu saja yang berkesan dan bisa

kubagi dengan teman-teman AON (inipun kepanjangan, sorry ya….. v ^ υ ^ v).

Akhir kata, secara pribadi, sekali lagi mohon maaf bila anak aneh ini pernah melakukan

sesuatu yang menyinggung & menyakiti teman-teman AON semua, baik yang sengaja maupun tidak

disengaja, sadar maupun tak sadar. Kutitipkan SALAM MARISA & SALAM PERAWAT buat semua…

(^υ^)

Semoga dimudahkan kita jalan oleh-Nya untuk menggapai dan menjalankan cita-cita. Amien.

Malang, Januari 2013 With love, Selvie The

Page 7: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

7

MELAJU, MALAMBAT, BERHENTI DAN

MENINGGALKAN -Nanang Bagus Sasmito-

Makar merayap di kaki tetiang langit .

Bumi menangis takutkan awan hitam .

Selamanya bumi berselubung selimut hitam kelam .

Selamanya bumi diam dipijak malam .

Pengorbanan untuk Dunia padaku terlalu mahal

Kalau kerja mesti membawaku ke syurga

Apa artinya bekerja kalau akhirnya ke neraka

Maka keridhaan Allah adalah dasar sebenar kepada cinta.

Kalau selama ini matamu berat dibuka dari pejaman yang dalam, hari ini kau berada di posisi

yang berbeda. Entah apa yang merasuk sampai ribet dan kacau fikiranmu bila terjaga disisi Ibu

dinihari tadi yang mengharapkanmu untuk hidup lebih layak lagi. Engkau tidak meminta. Engkau

tidak pula berdo’a mengharapkannya. Tetapi engkau tidak terus lemas di dalam perasaan

kebimbangan yang mendalam. Jiwamu belum buta. Engkau tahu bahwa pekerjaan adalah pilihan,

bukan Allah Ta’ala yang perlu diutamakan. Maka engkau tidak harus terlalu lama membiarkan diri

bertarung dengan raksasa perasaan itu.

Al-Insan (Hamba/manusia), sangat erat pengakarannya dalam bahasa Arab dengan An-

Nisy’yan (Tempat lupa dan salah). Jadi jangan heran, jika kita sering mendengar kita sering disalahkan

karena memang kita salah dan tidak mau di bilang salah.

Cerita ini berawal ketika liburan pertengahan profesi lalu, lebih tepatnya pada saat Idul Fitri

1433 H. Seperti biasa Abu Nuril pulang ke daerah asalnya, Nganjuk. Karena pada saat pulang itu

masih bernuansa Ramadhan, maka Abu Nuril mengikuti adat sebagian ummat muslim yang giat

berlomba-lomba meningkatkan ibadah. Baik dengan memperbanyak shalat malam, meningkatkan

hafalan atau bertambah seringnya dalam mengikuti kajian. Atas ijin Allah Abu Nuril bertemu dengan

Ustadz yang lama sudah tidak berjumpa karena sang Ustadz sedang menimba ilmu di Darrul Hadits,

Dammaj, Yaman.

Seperti biasa karena Abu Nuril sudah lama tidak bertemu dengan Ustadz tersebut, maka

mereka berdua pun bersua dengan sangat akrabnya sampai tidak ada yang memisahkan dan yang

menjadi pemisah hanya ilmu diantara mereka berdua. Ah, terlalu berbellit-belit. Langsung saja,

sebenarnya, saya hanya ingin berbagi ilmu mengenai bukti kebenaran dari perbincangan itu.

Page 8: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

8

Perbincangan yang membedakan antara “Keperawatan” dan “Islam”. Kegalau-an ini berawal dari

sebuah nasehat yang sangat berisi kebenaran.

Ustadz : Yaa Abu Nuril.. Antum (kamu) sekolah atau bekerja?

Abu Nuril : Na’am (Iya) Ustadz, ana (saya) sedang kuliah dan insya Allah dalam tahap akhir.

Atas ijin dan Ridlo Allah insya Allah ana selesai akhir Januari.

Ustadz : Subhanallah wal hamdulillah.. Antum kuliah dimana? Ambil jurusan apa?

Abu Nuril : Ana di Malang, di Universitas Brawijaya ambil jurusan Keperawatan.

Ustadz : Subhanallah.. Keperawatan, berarti antum sanggup membantu kesembuhan

saudara-saudara kita yang sedang sakit?

Abu Nuril : Tidak Ustadz, semua kesembuhan hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ustadz : Jika sudah lulus, antum ingin bekerja dimana yaa Abu Nuril?

Abu Nuril : Iyaa Ustadz, insya Allah dalam jenjang S1 Keperawatan ada 2 mayoritas jalur yang

dapat dipilih. Yang pertama adalah bekerja di pelayanan seperti perawat yang ada

di Rumah Sakit dan jika tidak itu pilihan kedua adalah menjadi pengajar bagi siswa

keperawatan.

Ustadz : Antum rencana memilih jalan yang mana untuk menghidupi anak dan istrimu

kelak? Pilih yang terbaik yaa Abu, ingat banyak istri yang shalihah yang selalu

mengatakan “Saya dan anak-anakmu lebih sabar menahan lapar, tetapi kami tidak

sabar jika harus terlempar neraka karena memakan hartamu yang tidak halal”.

Abu Nuril : Insya Allah Ustadz, semoga ana mampu menjaga anak dan istri ana dari neraka

karena selalu memberi rizky yang halal. Insya Allah ana lebih memilih bekerja jadi

pendidik untuk mahasiswa keperawatan.

Ustadz : apakah antum sudah yakin yaa Abu Nuril atas pilihan tersebut? Ingat Abu, antum

kelak di akhirat tidak akan di-hisab (ditanya/diperhitungkan) ketika di dunia

bekerja jadi apa? Tapi yang akan di tanya tentang harta adalah darimana dan

bagaimana antum mendapatkan dan antum kemanakan harta yang antum dapat?

Abu Nuril : Maksudnya bagaimana Usdatz? (memasang wajah yang kepow dan mulai ragu

dengan pilihanny)

Ustadz : Begini yaa Abu, Apa antum yakin ketika mengajar di duni keperawatan kelak yang

antum dapatkan hanya manfaat saja? Ada kemudloratan yang besar, ada hal-hal

yang melanggar agama Allah Subhanahu wa ta’ala yang mungkin nanti akan

memberatkan dan memperlambat kita pada hari pembalasan kelak.

Abu Nuril : Bagaimana maksudnya Ustadz? Apa ini nanti akan berhubungan dengan

“ikhtilath” (larangan Ikhtilath dapat diartikan sebagai larangan percampuran atau

Page 9: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

9

dapat juga diartikan berdesak-desakan antara laki-laki dan perempuan yang

bukan mahram) dan “ghadul bashor” (menundukkan pandangan pada hal-hal

yang belum halal baginya)?

Ustadz : Na’am yaa Abu (Iyaa yaa Abu). Alhamdulillah antum tidak lupa masalah ikhtilath

dan ghadul bashar itu. Bukankah ketika ada dosen ikhwan mengajar dalam dunia

keperawatan, pastinya dosen itu bercampur dengan akhwat? Apakah nanti ketika

antum mengajar bisa benar-banar menjamin akan ghadul bashar?

Abu Nuril : (Menjadi semakin tegang dan bingung, karena harapan akan dunia yang sudah

ditata dalam hati Abu Nuril dan kedua orang tuanya sudah pasti sangat tinggi,

namun pada saat itu dia harus mulai menata untuk menghancurkan dan memilih

jalan yang insya Allah lebih di cintai Allah Subhanahu wa ta’ala dan Di Ridlo-i Allah

Subhanahu wa ta’ala).

Ustadz : Yaa Abu Nuril, antum tidak lupa akan pesan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam

kitab-Nya yang berbunyi :

1. “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah (Q.S Al-Ahzab : 33)

2. Katakanlah kepada orang Mukminat: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang zahir sahaja. Dan hendaklah

mereka menutupkan kain tudung ke dadanya. Dan janganlah menampakkan

perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah

suami mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak suami mereka (anak

tiri), atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau anak-anak saudara laki-laki

mereka, atau anak-anak saudara perempuan mereka, atau sesama wanita,

atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang

tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum

mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan

kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka tersembunyi. Dan

bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang yang beriman supaya

kamu beruntung. (Q.S An Nur :31)

3. “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau dan sesungguhnya Allah Subhanahu

wa ta’ala menjadikan engkau (hidup) silih berganti padanya, maka Dia

melihat apa yang engkau lakukan. Maka takutilah dunia an takutilah wanita,

Page 10: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

10

sesungguhnya permulaan fitnah bani Israel adalah wanita. (H.R Muslim

:2742)

4. “Aku tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya terhadap laki-laki

dari pada perempuan”. (H.R Bukhari : 2741)

Dari dalam ayat-ayat yang mulia ini yaa Abu, sudah sangat jelas akan larangan

untuk bercampur secara langsung antara ikhwan dan akhwat.

Abu Nuril : (Semakin bercampur rasa hatinya, antara memahami kebenaran dan pengingkaran

karena mimpinya yang tertanam sejak dulu harus segera mulai ditata ulang).

Lantas ana harus bagaimana Ustadz? Apa menjadi perawat pelaksana saja? Padahal

ana lebih paham banyak larangan yang ada pada perawat pelaksana itu. “Ikhtilath”

ada, ghadul bashar juga sulit dan bahkan ana sering menyentuh akhwat yang bukan

mahram ana, meski jelas niat ana menolong tapi ana juga paham pada saat

menolong itu belumlah daruri (darurat).

1. "Seseorangditusukkepalanyadenganjarumbesilebihbaikdaripadamenyentuhwa

nita yang tidak halal baginya.”

2. Sungguh,

jikaseseorangdipukulsampaimenembustulangkepalanyaadalahlebihbaikdaripadak

epalanyadisentuholehtanganseorangwanita yang tidak halal baginya. Dan

sungguh, seandainyaseseorangmenderitalepra yang

parahhinggamenembustulanglengannyaadalahjugalebihbaikbaginya,

daripadaiamembiarkanseorangwanitameletakkanlangannyake alas lengannya,

padahalwanitaitutidak halal baginya. "

Ustadz : Ana tau yaa Abu, berat untuk antum dalam memilih pada saat ini. Tapi sekarang

antum juga sudah tau akan semua ilmu, jika antum melanggar maka antum

tergolong orang yang fasik dan munafik. Ingat Abu, ancaman Allah Subhanahu wa

ta’ala terhadap golongan orang munafik dan golongan orang fasik. Antum masih

muda, antum belum menikah, jadi antum masih punya banyak pilihan tentang

dunia kerja. Peliharalah keturunanmu dengan dan dari harta yang benar-benar

halal. Abu, kehati-hatian dalam beragama itu sangat diperlukan maka berhati-

hatilah dalam memahami agama ini dan harus berdasarkan contoh orang shelih

sebelumnya.

Abu Nuril : Na’am Ustadz. Jazakallahu khair. (Iya, Ustazd, terimakasih dan semoga Allah

membalas dengan kebaikan).

Waassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 11: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

11

Ustadz : Barakallahu fiika...

Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bukankah Islam itu suci, sesuci embun pagi?

Bukankah Islam itu mulia dan tinggi?

Bukankah cinta itu datang dari kebersihan hati lalu melahirkan kemuliaan budi, kasih dan

kepekaan jiwa?

Semua menjadi rancu. Hari-hari dilalui hambar, yang lain bingung dengan profesi tapi Abu

Nuril bingung mengakhiri profesi. Hancurkanlah semua yang bisa dihancurkan, tapi tidak hati

seorang manusia yang takut pada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena di sanalah sesungguhnya Allah

Subhanahu wa ta’ala bertahta. Aku tidak ingin membela diri. Karena tidak punya kekuatan. Hatiku

bimbang dengan tak bertuan. Namun, masih dapat mencoba memahami dengan seraya mencari

solusi. Dalam masa ini, berdiam diri lebih baik untukku dari pada mengeluarkan diri dari kenyataan.

Solusi terus dicari, solusi terus dinanti. Akankah dunia keperawatan harus aku tinggalkan,

sedangkan aku yakin bahwa orang-orang perawatan memerlukan sentuhan Islam didalamnya. Saat

inilah, telah berada titik itu. Titik dimana aku merasa harus berhenti sama sekali. Dengan cara

bertanya orang yang dekat dan ahli dalam dunia keperawatan, sudah aku lakukan. Via skype aku

berkomunikasi dengan pembimbing yang juga sedang menemuh pendidikan keperawatan lanjutan

di luar negeri. Bardiskusi dengan teman yang sekiranya lebih dan telah melewati jembatan profesi

perawat dan lebih paham agama, juga sudah. Hingga bertamu di rumah pembimbing yang sekiranya

sepemahaman dalam memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala itu pun juga sudah. Hingga

aku juga sering diajak kajian bersama beliau, tapi semua tidak dapat membantah akan logikaku pada

keperawatan di tanganku kelak.

Tanpa sadar aku selama hidup dalam tekanan. Bukan karena beban terlalu berat, atau

kekuatan tak memadai. Namun, karena tidak mau berterus terang. Hidupku dalam kepura-puraan

tak memberikan kenyamanan. Bersikaplah apa adanya. Bila dalam kesulitan, jangan tolak bantuan.

Sikap terus terang membuka jalan bagi penerimaan orang lain. Kepura-puraan itu bagaikan bunga

mawar plastik dengan kelopak dan warna sempurna, namun tak mewangi. Meski mawar asli tak

seindah tiruannya dan segera layu, kita tetap saja menyukainya. Mengapa ? karena ada detak

kehidupan alam disana. Hidup dalam kejujuran adalah hidup alami yang sejati. Hidup berpura-pura

sama saja membohongi hidup itu sendiri. Anda bisa memilih untuk hidup apa adanya, dan berhak

menginjakkan kaki di bumi ini. Atau, hidup berpura-pura dalam dunia ilusi.

Page 12: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

12

Terjadilah lagi keinginan yang tak sehati, dimana yang satu ingin ke kanan, sedang yang lain

ingin menuju ke arah kiri. Tentu semua masih bisa dibicarakan. Tentu ia sesungguhnya masih bisa

memilih untuk melaju atau mungkin memperlambat kecepatan. Tapi pada akhirnya ia memilih

berhenti. Cukup dan selesai.

Bahwa aku sudah berusaha, aku tahu itu. Bahwa aku sudah mencoba berbagai cara, aku

mengerti itu. Bahwa pada akhirnya aku harus memutuskan berhenti, melepaskan semua, dan

berkata dirinya baik-baik saja, entah bagaimana aku melihatnya menjadi yang lebih ringan dan

menyenangkan. Tanpa ketakutan. Tanpa kekhawatiran akan kehilangan. Mungkin ini yang aku sebut

dengan melepaskan yang sementara demi kebahagiaan yang selamanya. Melepaskan ketakutan-

ketakutan dalam diri sendiri.

Aku melepaskan profesi keperawatan yang aku dalami demi yang kurasa lebih kekal, meski

aku mendambakannya sudah lama,” ujarku menutup cerita.

Aku tersenyum, lalu meralat kalimatku.

“Keperawatanlah yang telah melepaskan aku, karena kriteriaku dalam beramalan didalamnya tidak

dapat terkoalisikan. Dan itu luar biasa.”

“Kalimatmu aneh,” pikirku.

“Mungkin aku harus mengikuti cara Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mencari risky untuk

keluargaku. Karena istriku setiap aku akan bekerja selalu membisikan, “Saya dan anak-anakmu lebih

sabar menahan lapar, tetapi kami tidak sabar jika harus terlempar neraka karena memakan

hartamu yang tidak halal”!!!”, lanjutnya.

Sayapun menjadi tertawa, tapi bukan karena ingin menertawakan itu. Tapi memang yang aku

nantikan telah datang. Adzan Magribpun telah berkumandang. Dua nikmat yang luar biasa. Aku ingat

itu. Ketika berbuka dan ketika harus bertemu dengan Tuhannya.

Karena sebuah harapan, jika benar ia bisa menyentuh langit sedemikian tinggi.

Terwujud, lantas menjadi kenyataan.

Maka ia pun sangat mungkin untuk terhempas ke permukaan.

Lalu hancur, dan berserakan.

Mungkin itulah gunanya, untuk selalu melambungkan angan tinggi-tinggi, dengan menyisakan

hati yang cukup agar tetap berpijak pada kenyataan.

Agar kita selalu mempunyai tempat, ketika sudah terbang cukup tinggi, dan mesti terhempas ke

permukaan.

Cinta hanya menunda kehilangan.

Tapi kehilangan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan untuk mendapatkan.

Page 13: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

13

Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang

sama antara harapan dan hukum Allah Subhanahu wa ta’ala, aku tak perlu terluka.

Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti.

Pesanku :

Jazakumullah khair, telah menjadi teman kurang lebih selam 3 tahun terakhir. Mungkin aku tidak

akan menjumpai teman kuliah seperti kaliah lagi, karena prinsip hidup telah ditetapkan dan

terpilih, pantang untuk mundur meski sejangkah dan juga tidak untuk membiarkan tidak

melangkah kedepan. Selamat menggapai mimpi kalian, kebahagiaan kalian,.

Aku datang di malang untuk mencari ilmu, dan aku mendapatkannya tapi aku juga mendapatkan

keluarga.

Nanang Bagus Sasmito

Page 14: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

14

Psychiatri, Departemen Asam Garamku -Maman Suparman-

Jangan iri ‘PERLAKUAN ISTIMEWA ’ untukku ya, Kawan…?!

Hampir di setiap tempat yang aku pakai sebagai lahan praktek profesi, entah di Puskesmas,

Rumah Sakit Wlingi, RSJ Lawang atau apalagi di RSSA, Rumah Sakit darimana aku berasal, aku selalu

mendapatkan perlakuan yang lain dibanding dengan teman-teman seprofesi dalam kelompokku,

bahkan anggota kelompok lain yang kebetulan praktek barengpun, mereka merasakannya juga. Koq

tahu? Ya.., mereka cerita sih. Nyeritain gimana…gimana…gimana gitu, apa aja yang mereka

ceritakan? Ya, banyak… Kawan, kalian mau tahu? Mau tahu aja apa mau tahu banget? Hi hi hi

Kita mulai aja sesuai urutan lahan praktek yang ditempati dari masing-masing departemen

ya?

1. Departemen Keperawatan Management

Yang lucu dari departemen ini adalah, aku merupakan satu-satunya mahasiswa PSIK-B 2010

yang tergabung dalam 9 anggota praktikan, yang kebanyakan adalah mahasiswa angkatan kakak

kelas (lalu, kalau emang satu-satunya, apa aku harus bilang : Wow.., gitu?!) Dan karena ini

merupakan departemen pertama, aku masih belum bisa menempatkan diri bahwa saat ini aku

adalah mahasiswa, bukan karyawan, bukan pejabat apalagi penjahat.

Tapi pada kenyataannya, sekalipun saat berperan sebagai perawat associate pun, apalagi

didukung dengan rasa sungkannya perawat-perawat dimana ruangannya dipakai sebagai lahan

profesi management yang notabene masih juniorku semua, maka akupun tetap aja berperan

‘seolah-olah’ aku masih sebagai karyawan yang bisanya cuma nyuruh-nyuruh. Bahkan mahasiswa

yang saat itu berperan sebagai Karu pun aku suruh juga. Gendheng yo…?

2. Departemen Keperawatan Maternitas

Disini lebih unik lagi. Departemen dimana oleh sebagian besar mahasiswa dianggap sebagai

kandang harimau ini menyimpan cerita haru, unik sekaligus menggelitik. Betapa tidak?

Mahasiswa lelaki diperlakukan seperti raja di ruang 10 (disini terkenal sebagai syurganya

maternitas), termasuk aku tentunya. Sedangkan di ruang 9 yang Karu-nya katanya hobbynya

marah-marah, eh di depan mahasiswa lain beliau sering mengucapkan kata: “Aku sungkan mau

marah, ada seniorku nih, pak Maman…hehe.”

Nah, kalau di ruang 8 uniknya ada pekarya kesehatan yang tingkah polahnya over lapping

melebihi kapasitasnya, bahkan melampaui kewenangan Kepala ruang. Kadang nyuruh ngepel,

kadang membentak, dan perilaku aneh lainnya yang ditujukan pada mahasiswa, tapi anehnya,

Page 15: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

15

begitu ada aku di dekatnya, dia seperti terhipnotis duduk manis dan menulis ataupun

mengerjakan hal-hal lainnya. Hehehe, lucu kan? Kalau anda nggak kepingin tertawa, ya..tertawa

aja lah, apa salahnya sih menghargai cerita teman, hehe…

3. Departemen Keperawatan Gerontik

Disini gak usah diceritain ya? Nanti kebanyakan cerita, jadi bosan dech. Daripada aku

dikatakan Logorrea, ‘tul nggak?

4. Departemen Keperawatan Pediatrik

Dari departemen ini, sebetulnya banyak yang mau aku ceritakan. Tapi, yang paling

membuatku terkesan saat praktik di ruang 7B dimana tingkat stressornya lebih tinggi dari ruang

anak lainnya. Kenapa? Ya, kita semua tahu setiap pagi di ruang ini selalu melaksanakan pre

conference dengan bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Meskipun aku masih

nggratul-gratul ( boso opo iku?! ) tapi aku bisa juga melaluinya.

Di ruang ini pula, katanya, banyak binatang dan barang rongsokan yang sering diungkapan

oleh kepala ruang sebagai kalimat caci maki yang ditujukan pada mahasiswa. Tapi, sekali lagi,

selama aku praktek disitu, tak satu katapun binatang dan kata-kata kotor keluar dari mulut beliau.

Alhamdulillah…, bathinku bergumam. Aku betul-betul membawa ‘perubahan’ dalam pribadi

seseorang, walaupun hanya selama satu minggu. Sampai-sampai ada salah seorang mahasiswa

program A yang sedang orientasi karena minggu depan dia akan praktek di situ, yang bercanda

dengan nada setengah memohon: “Ayo pak, minggu depan bapak mengulang disini,

menemaniku…”

Nah, untuk departemen – departemen lainnya, nggak usah diceritain lagi ya, kebanyakan,

nanti BeTe dech…

5. Departemen Keperawatan Medikal

6. Departemen Keperawatan Surgikal

7. Departemen Keperawatan Emergency

8. Departemen Keperawatan Psychiatri

Eit..maaf kawan, ini departemenku. Jangan dilewatin dong, kan ‘ora ilok’ Kenapa? Ya…,

soalnya ini makananku sehari-hari ditempatku bekerja kawan. Tapi, apa yang mau aku ceritakan

ya? Cling, a-ha…, aku ada ide!

Ya, meskipun departemen ini tidak menceritakan pengalamanku tentang perlakuan

istimewa yang aku terima dari karyawan RSJ Lawang, tapi ada baiknya aku share-kan pada kawan

Page 16: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

16

semua, sebagai contoh negatif yang tidak boleh terulang, apalagi dijadikan contoh tauladan bagi

kawan-kawan. Bener lho, jangan kalian tiru ya? He he he

Pada departemen ini, salah satu dari kita pasti ada yang mendapatkan kasus dan sekaligus

menangani pasien gaduh gelisah yang mengalami perilaku kekerasan, sehingga kita dituntut untuk

bisa mengajarkan bagaimana pasien bisa mengontrol/mengendalikan perilaku amarah/kekerasan

yang dialaminya.

Seyogyanya emang begitu. Tapi entah kenapa, aku yang notabene sudah banyak makan

asam garam tentang amuk, amarah dan perilaku kekerasan selama bekerja di unit ruang

perawatan penderita psikiatri RSSA Malang, Lha koq malah aku sendiri yang mengalami episode

perilaku amarah terhadap salah seorang kawanku. Lho, gimana ceritanya?

Ya, sudahlah, pokok’e uakeh (baca: seabrek-abrek) faktor predisposisi yang pernah

diperbuat oleh kawanku yang satu ini (ya, sekalipun kawanku ini tidak merasa berbuat ‘sesuatu’

yang membuatku marah), sejak awal perjalanan professi sampai munculnya faktor presipitasi di

RSJ Lawang ini. Wes lah, jangan blak-blakan, nanti orangnya tersinggung. Nggak apa-apa kan

kawan?

Hanya saja, pada kesempatan ini, melalui media ini, aku mau mencoba asertif untuk minta

maaf, atas perbuatanku selama ini yang telah ‘nyatru’ lebih dari 3 hari (bahkan, lebih dari 33 hari

lho?!) terhadapmu kawan. Daripada tidak minta maaf sama sekali, sedikit terlambat nggak apa-

apa kan kawan? Peace, hehe…

9. Departemen Keperawatan Komunitas

Disini, enjoy – enjoy aja kawan, departemen terakhir ini banyak diisi kegiatan

merampungkan laporan departemen-departemen sebelumnya, demi mendapatkan selembar

kertas kontrol yang telah dibubuhi tanda tangan dosen PJMK sebagai syarat untuk mengikuti

yudisium.

Selamat jalan profesi…., selamat datang Wisudawan wisudawati Ners sarjana keperawatan

FKUB….Cherio !!!

Maman Suparman

Page 17: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

17

PETIR BUATAN EMAK -Nasrullah-

Tut…tut…tut….

Aku : Hallo Assalamu’alaikum….

Emak : Hallo Wa’alaikumussalam… apa khabar Le…?

(‘Tole’ atau biasa disingkat ‘Le’ adalah panggilan halus untuk anak laki-laki di Jawa)

Aku : Alhamdulilah baik Mak… Emak sendiri bagaimana…?

Emak : Alhamdulillah…. Subhanallah… Allahuakbar…..!!!!!

Cetaaarrrrrr……..

Aku : Yak…yak… mulai lebay Mak…

Emak : He..he..he… gpp Le menyesuaikan perkembangan zaman… yang penting masih dalam batas

wajar…

Oh.. iya bagaimana kerjamu Le…?

Aku : Alhamdulillah nyaman Mak.. baru beberapa bulan tapi perawat-perawat di sini sudah

seperti keluarga sendiri…

Emak : Syukurlah kalau begitu…

Ndak pengen coba test masuk S1 toh Le…?

Aku : Endak ah Mak…, udah kadung krasan… nanti wes kalau tabunganku sudah banyak tak

sekolah sendiri…

Emak : Aduh le… coba-coba test aja khan ndak ada salahnya, sekalian buat ngasah kemampuan

biar ndak lupa sama ilmunya..

Aku : Hmm… gitu yah Mak?, Ya sudah nanti aq coba ikut test…

Emak : Ya sudah… Emak do’akan supaya segala urusanmu di permudah, Aamiin…

Ya wes le, ndang istirahat. Kapan-kapan dilanjut lagi… Assalamu’alaikum..

Aku : Iya Mak… Wa’alaikumussalam…

Itulah awal dari semua kisah ini. Aku adalah mahasiswa keperawatan yang baru lulus dan

bekerja beberapa bulan disalah satu RS Swasta di Indonesia. Sebagian besar orang mengalami stress

jika baru masuk ke dunia kerja, yah.. begitu juga aku. Lingkungan baru, budaya baru, orang baru dan

segala macamnya memang membuat stress tersendiri, namun dukungan yang diberikan oleh rekan

kerja dan senior di ruangan membuatku merasa nyaman, terutama kepala ruangku yang sangat

bijaksana itu. Beliau benar-benar memberikan dukungan dan arahan yang membuatku lebih percaya

diri dan mudah beradaptasi. Semua hal itulah yang membuatku merasa betah dan nyaman bekerja.

Page 18: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

18

Singkat cerita karena telepon Emak tempo hari, akhirnya aku mencoba mendaftar test masuk

S1 Keperawatan di Universitas Brawijaya, salah satu PTN di Indonesia. Aku mulai belajar lagi agar

hasil test tidak terlalu aneh, meskipun judulnya hanya coba-coba. Alhamdulillah test tulis lulus, lanjut

test kesehatan lulus, test wawancara lulus dan yang terakhir psikotest, ternyata….!!! lulus juga.

Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan. Yah… dianggap try out, sebagai gambaran nanti jika

hendak daftar lagi untuk sekolah dengan biaya sendiri. Dan semenjak munculnya pengumuman

daftar ulang, aku sudah tidak mempedulikannya, anggap saja mengundurkan diri. Bayangkan untuk

daftar ulang saja harus menghabiskan uang hingga puluhan juta, padahal kami hanyalah keluarga

pas-pasan, pas pengen Makan, pas lauknya tinggal tahu dan tempe… :D

Tut..tut..tut…

Tut..tut..tut…

Aku : Hallo Assalamu’alaikum…

Apa khabar Mak…?

(Emak atau Mak adalah panggilan untuk Ibu, Umi, Mama, Mami, Mimi atau semacam

itulah…)

Emak : Wa’alaikumussalam….Alhamdulillah…. Subhanallah… Allahuakbar…..!!!!!

Cetaaarrrrrr……..

Aku : he….3x

Ada apa Mak, sore-sore begini telpon?

Emak : Endak… mau Tanya aja, bagaimana hasil testnya kemarin?

Aku : Alhamdulillah Mak lulus semua, tinggal daftar ulang saja…

Emak : Waahh… Alhamdulillah….

Berapa biaya daftar ulangnya le?

Aku : Yah… sekitar 20 juta…

Emak : Waduh… uang semua itu le….?

Aku : Ha…3x

Iyalah Mak… masak campur daun… :D

Emak : Terus gimana le.. mau lanjut sekolah?

Aku : Ah, ndak usah Mak…

Aku kerja aja dulu, lagian sudah enak kerja di sini..

Emak : APPPPAAAAAAAA…….!!!!!!!

JEGGEEERRRRRRR……….!!!!!!!!!!!

Page 19: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

19

Sontak terdengar suara petir menyambar memekakkan telinga, suasana mulai senyap…

gulungan awan hitam membuat suasana semakin gelap dan mencekam... Perlahan-lahan angin mulai

bertiup tak beraturan sembari mengeluarkan suara bising. Pikiranku mulai kalut dan kacau... hatiku

tercerai berai…. Perlahan ku tatap erat-erat telepon genggamku... sejenak aku mulai tersadar dari

fantasi liarku barusan….

Aku : Mak….

Suara apa itu tadi?

Emak : Oh… suara komentator sepak bola kelihatannya le… ada apa?

Aku : Oh… tak kirain petir, aku jadi kaget…

Jangan mainan petir loh mak… anakmu ini ndak siap…

Emak : Maksudmu seperti maknya Malin Kundang Le? Ndak lah… makmu ini sayang sama kamu…

le… kamu harus sekolah. Meskipun Emak ndak pernah sekolah sampai perguruan tinggi,

tapi kamu dan adek-adekmu harus menuntut ilmu setinggi langit.

Aku : tapi Mak, uang dari mana sebanyak itu?

Emak : ALLAH MAHA KAYA Le….!!!!

Aku : Trus…?

Emak : Yaa….hmm…..hmm....

Ya pokoknya itu urusan Emak sama Allah sudah…

Yang penting kamu harus sekolah dan menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa

dan Negara..!!

Aku : maaakk…….T.T (terharu…)

Emak : . . . .

Tut…tutt…tutt……

End

Sekolah di universitas merupakan pengalaman yang luar biasa bagiku, yang memulai

pendidikan dari jenjang D3, apa lagi rekan-rekan dari jenjang SPK. Universitas merupakan pusat dari

segala ilmu, sekolah di sini membuatku seperti orang purba, jauh tertinggal dari masanya. Rasanya

seperti di dalam rumah, pengen pipis, terus masuk kamar mandi, waktu keluar, ehh.. rumah sudah

menjadi mall. Ini memberi tahu bahwa betapa cepatnya ilmu berubah dan berkembang.

Aku masuk dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Seleksi Alih Program atau biasa disingkat

dengan PSIK SAP. Ini menunjukkan bahwa kami sebelumnya pernah mengenyam pendidikan Diploma

III Keperawatan. Program ini hanya menerima 1 kelas dalam setiap angkatan yang berisikan kurang

lebih 50 mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia. Hebatnya lagi, mahasiswa-mahasiswi yang

Page 20: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

20

datang dari luar Jawa merupakan orang-orang pilihan yang diberangkatkan dari daerah masing-

masing setelah dilakukan seleksi ketat. Tidak hanya itu, kami juga sering berhubungan dengan

program reguler atau biasa disebut program A. Mereka sangat luar biasa, beruntung kami dapat

belajar di sini dan mengenal mereka. Dalam keseharian mereka menunjukkan pribadi yang biasa-

biasa saja dan cenderung merendah di hadapan kami. Namun sebenarnya merekalah aktor utama

yang jika tiba saatnya nanti, mereka akan berubah menjadi Change agent.

Pernah suatu hari aku merasa menjadi mahasiswa terbodoh. Kejadian itu terjadi saat hari

pertama matrikulasi, saat tidak seorangpun dari kami yang saling mengenal satu sama lain, kecuali

yang berasal dari tempat yang sama. Betapa tidak terlihat bodoh, disaat dosen memberikan

pancingan untuk berdiskusi, umpan itu dilahap habis oleh teman-temanku itu. Mereka berdiskusi

hingga masuk tingkat sel. Rekan-rekan dari Madura, Nusa Tenggara, Kalimantan dan tempat-tempat

lain bersahutan dalam diskusi itu, sedangkan aku sendiri mersa berada di dunia lain, dunia yang tidak

pernah kudatangi. Sungguh aku tidak mengeti apa yang mereka katakan, aku berpikir mereka sedang

mendiskusikan sesuatu yang melebihi tingkat mahasiswa biasa sepertiku. Sejak saat itu aku merasa

sangat bodoh dan perlu banyak belajar.

End

Kurang lebih sudah 1,5 tahun aku menjalani pendidikan dan sekarang waktunya untuk

menempuh pendidikan profesi yang biasa disebut dengan Pendidikan Profesi Ners. Pendidikan ini

kita lalui selama 1 tahun.

Tut…tut….

Aku : Hallo… Assalamu’alaikum…

Alien : Hallo… Wa’alaikumussalam…

Nasrull…?

Aku : Iya benar…. Ini sia… (belum selesai bicara..)

Alien : Departemen pertama Keperawatan Jiwa yah? Di Lawang?

Aku : Iya bener..

Oh ya, ini siap.. (belum selesai lagi)

Alien : Oh ya, departemen baru khan butuh ketua, nanti kamu yah ketuanya!

Aku : Hah.., aku khan ndak tahu apa-apa, belum pernah masuk profesi… yang lain ndak ada toh?

Alien : Oh.. gpp nanti belajar bareng dan saling bantu koq (modus XD)

OK yah…yah…yah… ndak ada yang lain soalnya… (pemaksaan mode on)

Aku : Waduh… Tapi…..

Alien : Ok deh… sampai ketemu di Lawang…

Page 21: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

21

Jangan lupa diurusi surat-suratnya…

Assalamu’alaikum…

Tut…tut…tut….tut…

Itu adalah pertama kalinya aku berbicara dengan alien

Keperawatan Jiwa, ini merupakan gerbang pembuka perjalanan panjang profesi ners. Kami

dibentuk berkelompok-kelompok dan kelompokku beranggotakan 9 orang dari angkatan yang sama

serta mendapatkan tambahan anggota dari angkatan sebelumnya untuk mengikuti Departemen

Keperawatan Jiwa sebanyak 3 orang. RS Radjiman Widyodiningrat Lawang adalah tujuan kami,

tempat ini berjarak 25Km dari pusat kota Malang dan sangat terisolir dari dunia luar, meskipun

terisolir tapi suasana di sini memang cukup tenang. Satu yang unik dari Rumah Sakit ini saat itu,

yaitu... semua pasiennya memiliki gangguan jiwa.

Hari-hari pertama praktik keperawatan jiwa memang tidak membingungkan, malah terkesan

santai, kelompok kami depecah menjadi dua bagian dan ditempatkan di dua ruang yang berbeda.

Kegiatan rutin di sini adalah bersih-bersih ruangan, membagikan makan, membagikan obat dan

diulangi lagi pada siang harinya, pada hari-hari tertentu pasien di ajak untuk mendapatkan terapi

rehabilitasi yang berada di area lain. Banyak sekali waktu luang kami di sana sehingga tanpa terasa

kami sudah menghabiskan waktu dua minggu.

Setiap dua minggu kami melakukan seminar kasus. Waktu itu 2 orang dari kelompok kami

sudah ditunjuk untuk mempresentasikan kasus yang diambilnya, jadwal seminarpun sudah

ditentukan dengan baik dan rapih. Hari seminarpun tiba, seminar dijadwalkan mulai pada pukul

09.00 pagi, sedangkan pukul 08.30 rekan-rekan beserta pembimbing lahan sudah mulai berdatangan.

Rekan : “Hai rul.. apa khabar…?”

Aku : “Alhamdulillah baik mbak, sampean sendiri…?”

Rekan : “Alhamdulillah baik juga… Oh ya… Dosen apa sudah dihubungi…?”

Aku : “Hah..? Buat apa mbak…?” (respon bego’ orang yang gak ngerti apa-apa tapi jadi ketua..)

Rekan : “Lho… Dosennya apa ndak kamu undang seminar…?”

Aku : “Lha… apa dosennya juga diundang untuk datang seminar…?”

Rekan : “Yaa… kalau seminar di departemen lain sih begitu… “

Aku : “Whaaaa…. Kenapa ndak bilang dari kemarin-kemarin mbaaakk….?”

Rekan : “Tak kira kamu sudah tahu….”

Aku : “Tahu dari Hongkong….?! Aku khan baru pertama kali masuk profesi …., terus gimana ini?”

Rekan : “Ya kasih tau aja dosennya sekarang…”

Page 22: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

22

Aku : “Haahh…!!! SEKARAANGG….?!! Seminarnya jam 9 sekarang sudah jam 8.30, bisa dipenggal

kepalaku sama dosennya…”

Rekan : “Daripada ndak diberi tahu sama sekali, hayoo… lebih parah mana..? bilang aja kamu

kelupaan…”

Yah… nampaknya itu ide yang bagus “Lupa” adalah senjata dari segala khilaf. Akupun mencoba

menghubungi pembimbing akademik berkali-kali namun tidak diangkat... ternyata aku menelpon

pembimbing yang salah (hal ini wajar dilakukan oleh orang yang sedang panik ^_^). Ku ganti nomor

tapi tetap pembimbing tidak mengangkat telepon, akhirnya ada rekan yang menyarankan untuk sms

saja karena ada dosen yang lebih suka menjawab sms daripada telepon. Ku turuti saran mereka dan

memang benar smsku dibalas.

Aku : “Assalamu’alaikum ibu.. ini Nasrul Ketua Departemen Jiwa di RSJ Lawang. Hendak

menginformasikan jadwal Seminar untuk 2 minggu pertama bu...”

Dosen : “Oh iya mas... kapan...?”

Aku : “Hari ini bu pukul 09:00 di Ruang Garuda”

Dosen : “Sekarang jam berapa mas...?”

Aku : “Jam 08:30 bu..”

Dosen : “APPPPAAAAAA......!!!!??”

JEGGEEERRRRRRR……….!!!!!!!!!!! *Yaeelaahhh... mainan petir lagi... T.T “Perjalanan sini Lawang khan jauh mas... ndak bisa ditempuh dalam 30 menit, apa lagi

kalau macet, lagian kenapa baru bilang sekarang koq ndak kemarin-kemarin, dalpreaoelgei

daneo edaeeo dakealn @#$..!?/ #^( *2#@$ bla..bla.. blukutuk..blukutuk... *SAM TEX

MISING*

Setelah aku menghubungi sang dosen baru terbukti bahwa ide itu (“Lupa”) cukup ampuh, setidaknya

kepalaku tidak dipenggal oleh sang dosen, hanya saja aku harus menyiapkan telingaku agar lebih

tahan panas dari sebelumnya. Pasalnya beliau mengatakan tidak satupun dosen departemen jiwa

mengetahui jika ada mahasiswa yang sedang melaksanakan praktek profesi di RSJ, padahal sudah

dua minggu kami nangkring di RSJ, bisa dikatakan kami adalah mahasiswa ilegal selama 2 minggu di

sana. Beliau beranggapan ini adalah salah kelompok yang tidak memberitahukan terlebih dahulu

sebelum keberangkatan ke RSJ. Kesalahan dilimpahkan kepada kelompok, yang bertanggung jawab

atas kesalahan kelompok adalah ketua dan ketuanya adalah aku. Akupun menyiapkan telinga untuk

menghadap dosen, setelah bertemu beliau alhamdulillah beliau tidak marah-marah dan beliau dapat

mengerti kesalahan kami. Sejak saat itu, setelah kelompok kami selesai praktek, dosen Departemen

Jiwa jadi rutin seminggu sekali atau seminggu 2 kali mengunjungi mahasiswa, dan hal tersebut

membuat kelompok yang lain ikut-ikutan mengutuk perbuatan kelompok kami (ha...3x itu namanya

Page 23: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

23

takdir kawan.. :D) Dan departemen Keperawatan Jiwa ditutup dengan Rekreasi Ke sumber air

Purwosari, Rumahnya bu Sri Winarsih… trima kasih buu… ^_^

End

Kita skip Departemen Emergency di Wlingi dan Departemen Gerontik di Dau, mari kita bahas

departemen komunitas yang katanya adalah departemen “Liburan”. Di Departemen Komunitas ini

kami dibimbing oleh Dosen tercinta yang menjadi faforit khusus profesi karena beliau memberi

kemudahan dalam pengerjaan tugas, dan kami dipimpin oleh mahasiswa asal Sumbawa, beliau

bernama Abdurrakhman. Pak Abdurrakman ini tanggung jawabnya kuat tapi pembawaannya santai,

pembawaan inilah yang diikuti oleh anak buahnya, sehingga departemen “Liburan” sangat terasa.

Bagaimana tidak hingga minggu ke-4 progres kami hanya sekitar 40% padahal kami hanya memiliki

waktu 6 minggu, jadi kami harus menyelesaikan 60% dalam 2 minggu. Apakah berhasil..? Yaa...

buktinya kami sudah Yudisium sekarang, Wong 7 Askep dalam semalam saja bisa jadi kalau sudah

kepepet... (Ha...3x Pengalaman Departemen Emergency, Colek Mas Winda Dwi Saputro).

Kami memiliki base camp di desa yang bertempat di kantor balai desa. Kami termasuk

kelompok yang rajing mengadakan pertemuan dan rapat di base camp, anda tahu apa yang kami

kerjakan..?. Kami datang di base camp dengan cara

“nyicil” (satu-persatu), rapat tidak akan dimulai jika

anggota belum lengkap, padahal menunggu anggota

lengkap membutuhkan waktu lama, kami mengisi

waktu luang dengan ngobrol geje satu sama lain.

Ketika anggota lengkap.. hari sudah sore hal ini

menyebabkan perut keroncongan, selalu saja dalam

kondisi seperti ini tukang bakso lewat bagaikan pahlawan, yang terjadi kemudian adalah sudah

jelas... kami makan bakso berjamaah dengan alasan rapat tidak akan konsen jika perut keroncongan.

Perut sudah kenyang pak tukang bakso tersenyum manis sambil berlalu meninggalkan kami. Adzan

Magrib memanggil, sebagai muslim yang taat kami berbondong-bondong shalat jamaah di masjid.

Setelah shalat selesai hari sudah mulai malam, kelompok sepakat untuk menunda rapat sampai

besok atau besok lusa dan yang kami lakukan saat besok atau besok lusa adalah sama seperti di atas.

Sungguh.. kelompok kami sangat rajin mengerjakan rapat..., yang penting semua senang. :D

Kami mendapatkan tugas menangani masalah TBC di departemen ini. Hal yang tidak mudah

memang karena kebanyakan warga yang mengalami TBC di daerah ini sangat tertutup. Banyak

program yang kami canangkan termasuk program wajib yang pasti selalu ada adalah Public

Knowledge Improved bahasa gaulnya Penyuluhan. Kami membuat spanduk-spanduk berukuran besar

Kelompok Yang Senang Sekali Mengadakan Pertemuan

Page 24: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

24

yang akan di pasang di tempat-tempat umum seperti

Puskesmas, Balai Desa, Kecamatan dan fasilitas kesehatan lain.

Saya mendapat kepercayaan untuk mendesain isi dari spanduk

tersebut. Setelah beberapa hari meres otak akhirnya desain jadi

dan disetujui oleh kelompok, namun ada seorang anggota (B.

desain yang agak mengganjal di hati beliau. Akupun jadi ragu,

ku tanya ketua “Bagaimana desainnya jadi kita cetak, atau konsul

dulu ke Puskesmas?”, ketua menjawab “Cetak saja, kita tidak ada waktu lagi karena beberapa hari

lagi kita sudah hengkang dari sini, nanti saya yang tanggung jawab”. Titah ketua meneguhkan hatiku,

kami cetak spanduk dan kami pasang di tempat yang sudah ditentukan saat rapat desa, setelah itu

kami menyelesaikan praktek di sana dan pulang. Sehari kemudian pihak Puskesmas marah-marah

karena ditegur LSM mengenai spanduk, ternyata yang dipermasalahkan adalah salah satu kata yang

sempat mengganjal di hati B.Oktifa sebelumnya. Anda tau kata apa itu...? kata itu adalah... *sam tex

mising*

Karena eman mau mencopot semua spanduk, pihak Puskesmas jadi repot keliling membawa

ambulan untuk mendatangi tempat spanduk dan menutup kata “Ajaib” tersebut dengan lakban. Tak

pelak, kejadian ini berimbas terhadap kelompok-kelompok yang praktek setelah kami. Karena

kejadian-kejadian yang luar biasa tersebut akhirnya kelompok kami mendapat julukan Trouble Maker

Team (TMT). Siapa yang menjuluki...? Yaa... kami sendiri... (Ha.....3x :D)

Oh ya... satu lagi....

Dalam departemen ini aku mendapatkan kata mutiara setelah melakukan sintesis dan

analisis. Sungguh departemen ini merupakan salah satu yang luar biasa karena menghasilkan suatu

produk, meskipun hanya sebuah kata. Tersebutlah seorang Ignatius Yuliadi Suprapto yang menjadi

mediator munculnya “kata mutiara” tersebut. Dia adalah seseorang dengan dominasi otak kanan

yang memiliki kemampuan difus (lawan kata fokus) luar biasa, anda tidak akan pernah tahu kalau

tidak mengamatinya. Salah satu yang juga biasa bermain dengan otak kanan adalah Moh.Amin

dengan kemampuan tangensialnya yang luar biasa, hal ini lumrah karena orang yang memainkan

otak kanan memiliki kemampuan difus (pikirannya menyebar/meloncat-loncat). Orang seperti ini

cenderung terlihat aneh hal itu karena mereka hidup disekitar orang-orang otak kiri yang berpikiran

fokus dan cenderung realistis, sebenarnya kata yang tepat bukan aneh tapi berbeda (unik). Mungkin

anda para otak kiri akan melihat aneh dengan Ignatius “Kuuga” atau “Si Ganteng” Amin, tapi itulah

meraka cenderung kreatif dan imajinatif. Laahhh... lha koq ngelantur ke mana-mana, ha...3x inilah

uniknya menulis bisa nulis sak karepe dewe, nggosip juga seterah gue.. he....3x ^_^

Kuuga : “Apa khabar Rul...?”

Berkumpul Seperti Ini Sering Dilakukan Untuk Kebersamaan dan Gratissan ^_^

Page 25: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

25

Aku : “Nampaknya tidak cukup baik mas...”

Kuuga : “Loh...Kenapa...?”

Aku : “Ini lagi bayak kerjaan mas... Agak mumet”

Kuuga : “Loh... Katanya Departemen Komunitas itu Departemen santai... Banyak liburannya...”

Aku : “Siapa yang bilang Profesi itu santai...?”

“Kalau ada yang bilang seperti itu, berarti ada yang dikorbankan...”

Kuuga : “Wkwkwkwkwk... Kelihatannya ada yang merasa nih... :D “

(inilah salah satu kelibihan Kuuga, Tidak Ada Unsur Mengejek Dalam Ejekannya.. -,-)

Yaah... inilah kata-kata yang tidak sengaja ku temukan dari analisaku beberapa lama ini.

Setiap kelompok selalu ada yang dikorbankan untuk menjaga kestabilan kelompok dan kelangsungan

program Profesi. Disaat korban sudah susah payah memeras keringat dan membanting tulang untuk

mengerjakan tugas kelompok hingga mengabaikan tugas individu, di saat itulah muncul kata

“Tenaangg... udah ada yang mengerjakan... santai aja...” inilah salah satu rumus dasar terbentuknya

kata “ Profesi itu santai apalagi Departemen Komunitas”. Dan ku rasa semua kelompok memiliki

orang-orang yang jadi target korban seperti ini, identifikasi sendiri yah. Itu sudah jadi takdir untuk

saling melengkapi... So.. santai saja OK...

Daann... Departemen Komunitas ditutup

dengan Rekreasi bersama ke Selecta Batu.

Horeeeee.....!!!!! \^o^/ Indahnya kebersamaan.

END

Ada suatu beban moral dalam membawa nama besar PSIK Brawijaya dalam balutan putih-

putih bergaris abu-abu itu. Hal tersebut sejalan dengan amanah untuk menjaga nama baik

almamater, sehingga memaksa penggunanya untuk memberikan pelayanan terbaik, bersikap yang

terbaik, bekerja yang terbaik dan seluruhnya dalam diri harus diseting dalam kualitas nomor 1. Itulah

uniknya pendidikan di kampus ternama.. setiap peserta didik akan dibebani dengan nama baik

institusi yang sedikit banyak akan memicu mereka untuk melejitkan diri dan memberikan yang

terbaik. Kontrol sosial akan lebih tajam pada pembawa-pembawa nama baik ini, karena kita tidak

ingin mendengar “Ihh.. PSIK Brawijaya koq males...” “Oh ternyata ini toh PSIK Brawijaya yang

“Selalu ada yang dikorbankan bila,

seseorang mengatkan Profesi itu santai..”

Selecta Batu Senangnya bisa rekreasi bareng

Page 26: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

26

katanya...”, “PSIK Brawijaya koq gak ngerti apa-apa...” dan kontrol sosial lainnya, baik yang bersifat

positif serta lebih banyak yang negatif ^_^.

Ada yang mencibir tapi juga tidak sedikit yang mengapresiasi kerja keras kita selama profesi.

Hal itu silih berganti dan menjadi hal yang biasa, yang penting bagi kami adalah “Kami selalu

memberikan yang terbaik”. Departemen Manajeman R.19 RSSA merupakan cerita pertarungan

selanjutnya dalam profesi kami “This is The Real

Fighter”. Kedatangan kami di R.19 disambut hangat

oleh petugas-petugas di sana, mereka berharap

kedatangan kami dapat memberikan perubahan besar

dalam manajemen keperawatan di ruangan tersebut.

Kepercayaan tersebut adalah amanah bagi kami.

Ruang yang berisikan 50 pasien setiap harinya, secara

tersirat diberikan kepada kami untuk dikelola sesuai

prosedur akademik. Apakah mereka sering

mengintervensi kelompok? Tidak!! Mereka benar-

benar mempercayakan ruangannya kepada kami.. Saya katakan sekali lagi “Mereka Memberikan

Ruangannya Kepada Kami..!”

Kami berusaha memanajemen ruangan sesuai dengan ilmu yang kami pelajari. Banyak sekali

manajemen yang harus diubah dalam ruangan tersebut, terutama karena ruangan tersebut memiliki

kapasitas yang sangat besar. Kami pecah ketenagaan yang biasa menggunakan 2 tim menjadi 4 tim,

mereka ternyata lebih nyaman dengan 4 tim. Kami kelola manajemen balance cairan, pemasangan

infus, personal hygiene, pemasangan cateter urine, desentralisasi cairan dll. Tanpa di duga perawat

ruangan benar-benar cooperatif dengan semua program kami, mereka benar-benar mendukung.

Fungsi-fungsi manajemen selama 4 minggu ada di tangan kami (karena kepala ruangan hampir tidak

pernah ada di ruangan), sedangkan wakaru menerapkan pola kepemimpinan laizez faire. Di sinilah

kami merasakan kepuasan Profesi, karena seluruh usaha kami benar-benar dihargai. Sangking

akrabnya kami dengan perawat ruangan.. kami bisa diskusi, tertawa, terharu, dan sedih bersama saat

melaksanakan proyek manajemen. Pernah suatu saat R.19 dalam keadaan sedih berjamaah karena

salah satu dari perawat R.19 harus di pindah, kami juga turut bersedih karena kami sudah

menganggap mereka sebagai keluarga sendiri, begitu pula sebaliknya mereka menganggap kami

sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan R.19. (T.T jadi terharu mengingat masa indah praktik di

R.19).

Putih-putih berpadu dengan abu-abu adalah identitas kami

Page 27: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

27

Tanggung jawab dan kepercayaan kadang juga dapat meningkatkan motivasi kerja. Perlu

rekan-rekan ketahui bahwa sebagian besar komposisi dari kelompok kami adalah para senior di AON

yang dapat dikatakan memiliki jam terbang tinggi dalam dunia keperawatan klinik. Oleh karena itu

pemberian tanggung jawab dan kepercayaan merupakan strategi yang baik untuk memberdayakan

kami. Tanpa perlu banyak bimbingan ini-itu kami dapat diberdayakan dengan beberapa adaptasi. Hal

ini dapat dilihat saat jam sibuk ruangan diantara jam 07.00-12.00 yang merupakan jam padat

tindakan di R.19. Para senior menunjukkan kualitasnya, bagaimana mereka memanajemen pasien,

cara mereka berkomunikasi, bagaimana mengambil keputusan, body language, respon terhadap

kejadian diluar rencana dll. Sungguh R.19 benar-benar dijalankan sepenuhnya oleh mahasiswa,

perawat ruangan cukup mengobservasi dan membantu hal yang tidak dapat dilakukan mahasiswa

serta evaluasi di akhir dinas melalui post conference. Pernah suatu hari dalam shift yang padat

dengan pergerakan pasien yang tingggi, 2 orang ketua tim ikut berjibaku dalam mengurai keruwetan

ruangan dan kami berhasil. Ternyata para petinggi-

petinggi manajemen tidak akan tinggal diam duduk

di belakang meja melihat perawat pelaksana

berjuang menggelar badan di garis depan, tetapi

mereka juga siap berjajar di barisan depan dalam

melayani pasien dan menyelesaikan masalah

bersama. Di akhri conference mereka berdua

mendapat apresiasi dari kepala ruangan, ya.. mereka

berdua adalah Oktifa Kusfari dan Ardiyad Mirnanita.

Apakah yang lain tidak memiliki kemampuan yang

sama? Bukan begitu... yang lain juga memiliki

tanggung jawab yang luar biasa, tapi jika diceritakan semuanya di sini, karya ini bisa jadi novel karena

begitu panjang ceritanya.

Salah satu kesibukan perawat yang memakan banyak waktu adalah dokumentasi. Tidak

dapat dipungkiri di semua rumah sakit memiliki masalah sama dengan dokumentasi yang memakan

banyak waktu. Hal ini membuat kelompok berinisiatif membuat suatu terobosan. Dan kami

mengusulkan untuk mengaplikasikan format baru, ruanganpun setuju dan memberi kepercayaan

kepada kami untuk membuatnya.

Dua minggu lamanya kelompok berjibaku dengan Diagnosa Keperawatan NANDA terbaru

yang dikombinasikan dengan NIC dan NOC untuk membuat Format Asuhan Keperawatan yang sesuai

dengan kondisi ruangan. Akhirnya setelah berjibaku dengan naskah akademik maka format barupun

jadi. Setelah konsultasi dengan penangggung jawab ruangan ada sedikit revisi dalam format tersebut

Senior tetaplah senior, ada banyak hal yang bisa kita

pelajari dari mereka yang tidak kita dapatkan di bangku kuliah.

Salah satunya adalah Bergaining Power ^_^

Page 28: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

28

dan nampaknya ruangan puas dengan hasil kinerja kami. Bayangkan dokumentasi yang biasa

membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan format baru waktu dokumentasi dapat ditekan sehingga

hanya dikerjakan dalam 3-5 menit. Munculnya format baru ini menjadi pembicaraan hangat antar

perawat ruangan saat itu.

Kamipun melakukan uji coba format baru pada hari

pertama dan hal yang tak terduga terjadi. Siang hari pukul 11.00

ada telpon masuk ke R.19 dan diterima langsung oleh salah satu

penanggung jawab ruangan. Setelah telepon di tutup beliau

langsung berujar di depan perawat ruangan beserta mahasiswa

yang berkumpul di Nurse Station waktu itu “Barusan dapat

telepon dari pihak diklit bahwa format baru akan

dipertimbangkan untuk digunakan di seluruh rawat inap RS.

Mohon kelompok melengkapi data catatan perkembangan yang

masih belum rampung” APPAA...!!! (*Mengharukan...) Ternyata

format baru yang disosialisasikan tadi pagi, langsung oleh ruangan

diusulkan ke Diklit. Kami menyadari bahwa tidak akan semudah

itu mengubah format ruangan, pasti banyak kendala, tapi setidaknya RS memiliki niat baik, kami

sudah cukup bangga. SEMANGAT Meginspirasi...!!! \^o^/

Meskipun kami praktik manajemen tetapi mobilitas kami sangat tinggi di ruangan untuk

membantu pelayanan klinik, langkah ini sudah biasa menjelajah ujung hingga ujung ruangan yang

sangat besar tersebut. Hal ini dikarenakan efek semangat para senior kelompok yang menular karena

mereka tidak akan betah jika hanya duduk-duduk saja tanpa berbaur dengan pasien. Kelompok kami

sudah seperti perawat R.19. Dan kami selalu siap untuk mempertahankan nama baik institusi.

Mahasiswa : “Permisi ibu... dimasukkan obat dulu ya... ^_^”

Ibu : “Oh iya mas... silahkan...”

Mahasiswa : “Mas.. tak masukkan obat dulu ya... sampean tenang” sambil menginjeksi beberapa

obat kepada pasien remaja yang sedang tidak sadar (gelisah)

Ibu : “Mas ini bisa dikasi obat ndak, dirawat gitu biar cepet sembuh” sambil menunjuk luka

kering berukuran sekitar 7x7 cm yang berada dipelipis sebelah kanan.

“Lapornya ke dokter apa yah mas..? apa lapor ke dokter kulit..?”

Mahasiswa : “Oh... bukan dokter kulit bu... yang merawat mas-nya dokter bedah”

Ibu : “Oh.. begitu yah..”

Mahasiswa : “Tapi menurut saya bu.. luka itu dibiarkan saja. Karena lukanya sudah tertutup

keropeng sehingga dapat melindungi luka dibawahnya. Kalau misalkan kita hilangkan

Cover Format Standard Asuhan Keperawatan

Page 29: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

29

keropengnya, maka luka harus ditutup menggunakan kassa dan penutup luka lainnya,

padahal masnya masih dalam kondisi gelisah. Jika lukanya sudah sembuh dan menutup

dengan baik maka keropeng akan lepas sendiri, tetapi memang butuh waktu agak

lama. Saya sarankan nutrisinya dipenuhi dengan baik, karena penyembuhan luka butuh

asupan nutrisi yang cukup.”

Ibu : “Ohh.. gitu yah mas... ya sudah ndak usah dibuka keropengnya kalau begitu”

“Mas... itu suntikannya buat otak yah mas...?”

Mahasiswa : “Iya bu... obat sebanyak ini sebagian besar berfungsi untuk menutrisi otak, karena

orang-orang dengan penurunan kesadaran itu memang yang bermasalah adalah

otaknya, karena otak merupakan pusat kesadaran”

Kakak : “Eh mas.. itu kelihatannnya adek saya kok terlalu mendongak ke atas yah... apa setelah

nyuntik bisa dibantu membetulkan...?”

Ibu : “Adekmu memang gerak-gerak terus, ndak bisa diam. Meski sudah dibetulkan ya gitu

lagi nanti posisinya...”

Mahasiswa : “Sebenarnya ndak masalah posisi seperti itu mbak, malah bisa memberi keuntungan

karena jalan napasnya terbuka lebar. Selain itu kebanyakan orang-orang dengan

penurunan kesadaran memang diberi bantal yang tipis, malah ada yang sengaja ndak

diberi bantal. Hal ini dimaksudkan untuk memanfaatkan gravitasi guna memfasilitasi

mengalirnya darah ke otak selain untuk membuka jalan napas.

Ibu : “Ohh.. gitu yah as, mangkanya di ruang akut saya lihat banyak yang ndak diberi bantal”

“Eh.. mas...”

“Sampean apa Kepala Perawat....?”

“Koq kerjanya cekatan....”

Mahasiswa : “Ndak bu... ^_^ Saya masih mahasiswa....”

Ibu : “Ohh... masih mahasiswa toh... Akper mana mas...?”

Mahasiswa : “PSIK Universitas Brawijaya Bu...”

Susah, senang, sedih, haru, lelah, semangat telah kita lalui bersama di ruangan ini. Saat

perpisahan di ruang 19 merupakan saat yang paling mengharukan, baik berpisah dengan pasien yang

setiap hari bercanda dengan kami maupun dengan perawat yang menganggap kami sebagai keluarga

mereka. Namun perpisahan memang harus terjadi, dan kita akan meneruskan perjuangan untuk

mencapai akhir profesi Ners PSIK Universitas Brawijaya.

END

Page 30: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

30

Perjalanan melalui pendidikan di PSIK Universitas

Brawijaya memang tidak mudah, namun inilah yang

membuat setiap episode didalamnya menjadi cerita yang

takkan mudah dilupakan. Berkat petir yang dibuat emak

secara tidak sengaja tempo hari aku dapat berkumpul

dengan orang-orang terbaik dari penjuru Indonesia.

Duduk dalam tempat yang sama, belajar bersama,

bertukar pengalaman, berbagi ilmu, berbagi cerita, dan

saling menginspirasi. Takkan mampu jari-jari ini

menuliskan segala cerita, takkan mampu lembaran-lembaran kertas menyerap seluruh tinta namun

seluruh perjalanan hidup bersama kalian akan terukir rapi dalam memori. Tidak ada manusia

sempurna tidak ada perjalanan yang selamanya indah namun jika pilihan itu diberikan kepadaku

kembali, Aku tetap memilih kalian dalam mewarnai perjalanan hidupku.

Nasrullah

“All or None” AON PSIK B 2010

Page 31: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

31

“PSK” -Ervi Setyorini-

Malam ini gw terjaga lama ditempat tidur, terlentang menghadap langit-langit kamar PIS 33

dengan pikiran yang terus berputar entah kemana..sekilas membayangkan wedding impian, sekilas

flash back perjalanan hidup, dan tiba-tiba beralih ke perpisahan kelas. Gw merasa otak gw rada eror,

ada yang ga beres, ada yang kurang…

Kasak kusuk terdengar dikamar depan, gw rapatkan telinga sambil mengerutkan dahi..persis

seperti detektif konan yang sibuk melakukan penyidikan. Bedanya dy selalu bawa kaca pembesar dan

gw bawa kacamata..just its! Sama-sama kaca juga kan…

“krik-krik…”penasaran. Gw memutuskan keluar dari persembunyian..syukurlah tak lain dan tak

bukan, dua sahabat gw alias ones n yayonk sibuk bercerita kejadian hari ini di 21..yang satu cerita,

yang satu menimpali, begitu juga sebaliknya. bercerita, mendengarkan, cerita mendengarkan..dan

tak jarang pula mereka berebut cerita duluan..hadehh…

Daripada gw makin ga nyambung ma ceritanya, sebelum otak gw makin eror dibuatnya..gw putusin

kembali ke persembunyian..

“apa yang bs gw lakukan. ?’tanya dalam hati sambil mikir

Mungkin setengah jam baru ketemu jawabannya..

buka lepi yang uda tua,syukurlah dy msh bersahabat menemani ampe gw jd mahasiswa tua juga..

ambil kabel, colokin, tekan ON..lambat-lambat, nyala juga..

Pagi itu jam 08.00..anggota kelompok 5 duduk berjejer dibarisan paling depan. Dari kiri ada heri,

wahidyanti, galuh, puspita, gw, abdul, bunda, ndx, sulis, frans, abah..dihitung-hitung..toleh kanan,

toleh kiri..ada yang kurang rupanya..

“paineeeeeeemmmmmm…mbok D…” bisik gw heboh ke abdul

“nangdi yo mbakkk…” jwb abdul dgn muka heran

10.00 .. hp bergetar..dreettt..dreett..”mba uda masuk dari td? gw ddpn” inbox painem

“lo kmane aje td?” tanyaku

“gw jam 5 uda bangun..trus nyuci, trus nyetrika..ga sadar uda jam 08.00..finally macet mb..”

inbox

“yaelahhh ndro, masuk aje..”message sent sambil tepok jidat

Dengan muka seluruh anggota yang ada menyimak pak edy menjelaskan, muncullah 2 sosok manusia

sejenis hawa..

“mb..”dengan wajahnya dan roman muka khas senyum cengar cengir ala sule

Page 32: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

32

“nem ayok buat undian soalnya dibagi 2 kelompok..satu kakaktua satu kenari” kataku

“oke..ini selesai” jwbnya

“dul ambil ini perwakilan…”suruhku sambil mengulurkan lintingan kertas

Sehabis membuka lintingan kertas yang berisi salah satu anggotanya, dgn logat banyuwanginya

ditambah ekspresi muka melasnya dy bilang “oh…no!! mbaaaakk….tuker mbakkkk…”

“wkwkwkwkwkwkwk…..sudah memang takdirnya begitu” jwabq kompak ma painem

disambut dengan tawa kepuasan..

Masih ingat betul diingatan gw, keluar dari gedung diklit..ada yang senyum-senyum, ada yang melas,

ada yang keheranan, ada yang denial, ada yang mungkin uda bargaining dalam hati..yach begitulah

sebagai ketua jiwa gw ga bisa berbuat apa-apa cm bisa bilang, “alhamdulilah….anggota kelompok

kakaktua ga ada yang patol..”

-Kakaktua-

7 personil duduk melingkar dimeja bundar, smua menatap kearah luar dengan suasana teduh..hujan

rintik-rintik dengan langit gelap..nampak daun-daun ceres menjatuhkan butiran air secara perlahan..

“mana ya vie pembimbing kita?” tanya bunda

“embuuuh bun….”jawabku

“lha iku lo…” jawab sule sambil mendengarkan suara mobil

Tampak dari kejauhan seorang pria umurnya sekitar 35 tahun, wajahnya lumayanlah, jalan dengan

posisi tegap, perawakan mirip ali topan anak jalanan..yachh, badboy dikitlah yak…

Lama-lama sosok itu mendekat, mata gw makin lama makin jelas melihatnya berjalan kearah kami…

“god…!!itu kan pembimbing gw dulu wkt d3..riwayat sudah!rada galak..”kataku

“tp cakep..”kata wahid

Beliau biasa kita panggil dengan ‘Daddy’..entah nama itu muncul darimana, mungkin juga

karena uda kehabisan stock panggilan..uda terlalu banyak panggilan seperti abah, abi, papa yang

dipakai sebagai kata sandi panggilan bagi pembimbing kita yang punya efek khusus buat kelompok

atau perseorangan alias bahan candaan buat bunda tersayang…

“sy beri waktu 10 menit bercakap-cakap dengan pasien, kemudian ngumpul lagi dsini..”kata

daddy sambil nunjuk meja bundar

“iya pak..”jawab anggota serentak

10 menit berlalu…..

Pada bingung apa yang dilaporkan, pasien masih belum jelas diagnosa keperawatannya apa..sekilas

anamnesa tampak baik2 aja..

“setelah berbincang-bincang dengan pasien, gimana perasaannya?” tanya daddy

Page 33: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

33

“pasien saya bla..bla..bla…jd menurut saya diagnosa yang saya angkat halusinasi pak” kata

wahid

“saya PK pak..soalnya dia waktu ngomong matanya melotot trus menggebu-gebu” jawabku

“td habis ngobrol kayaknya waham tp juga halusinasi, bingung pak” jwb painem

“halusinasi sepertinya pak..soalnya bla..bla..bla…” bilang bunda

dan semuanya pun menjawab tentang kondisi pasiennya…

daddypun bertanya sambil senyum” sebenarnya apa salah satu tanda gangguan jiwa?”

“inkohen kl diajak ngomong pak..” jwb fran

“nah betul itu…pernah ga km ervi mengalami gangguan jiwa?” tanyanya sambil menatap gw

“tidak pernah pak…” jawabku dengan PD

“kalo begitu td kan saya nanya gimana perasaannya setelah ngobrol dengan pasiennya

masing-masing?kok jawabnya malah cerita pasiennya..berarti gangguan jiwa donk?” kata

daddy dengan senyum puasnya

“Hufh…..” menghela napas semuanya..menyadari karena baru hari pertama uda pada

gangguan jiwa, gimana dengan sebulan dsini..keluar dari RSJ lawang bukan jadi perawat tp jd

pasien…

Hari demi hari berlalu…ilmu pun makin hari makin bertambah. Gimana tidak, kami diresponsi tiap

hari..semacam diospek! Begitu rajinnya daddy, tiap hari berkunjung ke kakaktua tak mengenal hujan,

tak mengenal waktu dan tempat…bahkan saat kami ada jadwal direhab. beliau datang dengan style

baju khasnya kaos dan celana jeans ala ali topan anak jalanan, lengkap dengan motor vespanya butut

dari jaman entah berantah. bunyi knalpotnya pun bisa ngrusak telinga..

”troooonngg…tong..tong…tong…toongg….” tanpa dugaan, hanya ngasih hasil koreksian askep dan

berkata “vie, nanti jam 1 bimbingan di Camar ya soalnya saya dines sore. Sampaikan ke teman-

teman! Eh vie, kamu kok lebih manisan dulu ya daripada sekarang?!”sambil ngacir dengan

meninggalkan asap vespa kebanggaannya yang selalu disimpan diruangan.

Suatu sore hari, ada jadwal terapi bermain, giranglah kami karena daddy libur. Otosmatis

pasti ga dateng nie….hihihihi..eh….nongol juga ternyata!.

Nakalnya mahasiswa ini dapet pembimbing rajin ngeluh, dapet pembimbing males

ngomel…SUNGGUH TERLALU!...Beliau pernah bilang gajinya cm 600rb dari kampus tak cukup buat

benerin rumahnya, tp karena amanatlah beliau melakukan itu..sungguh bijaknya!.

Tak melulu soal pengkajian askep yang dikotak katik, ada ciri khas yang slalu ditunjukkan

daddy..kalo ga ada “itu” bukan daddy namanya..seringkali beliau melontarkan hal-hal yang semacam

“ini”…dan bilang….

Page 34: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

34

Pertanyaan Jawaban

“Apa bedanya buaya darat ama buaya

laut?”

“Dalam beberapa hal kekerasan rumah

tangga itu diperlukan..dan tak melanggar

hukum..hayo kerja keras apa keras

bekerja?”

“kl dirumah ga ada anaknya sebenarnya

lebih ngenakne tonggone…”

“enak tu punya suami guru TK, tentara,

perakit computer”

“rajin pangkal pandai..hemat pangkal

kaya..nikmat pangkal apa..”

“kalo ngomong itu harus dikontrol lo

yak..”

“Cuma beda cara makannya aja..”

(PENASARAN?! kalo ketemu tim kakaktua-

camar bisa minta tolong diperagakan..xixixi)

“ya..keras bekerjalah kl dalam berumah

tangga..kalo ga keras dulu ya ga muncul2

anaknya..”

(krik..krik….what its that?!)

(kok bisa…?!apa hubungannye…)

“tonggone silet…”

(gubraaakkkk…..!!!!)

“kalo guru TK..ayooookk sudah mengerti

belum?ayokk…diulangi lagi..dicoba lagi…”

“kalo perakit komputer, kan suka ngrakit yang

kecil-kecil..jadi tangannya terampil..kalo ga

percaya coba aja…”

“kalo tentara nanti anaknya bisa pirang

rambutnya..kenapa? karena bapaknya kan

jarang pulang..jadi pulang-pulang pedangnya

karatan coz lama ga diasah jadi bikin rambut

ibunya merah..kluar-kluar anaknya pirang

rambutnya..”

“paha donk….”

(heraaaan…ayaaammm kalee pak!!)

(kan uda dikontrol pak, apa kami ada salah

ngomong….????)

Page 35: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

35

(Saat masak-masak diruang camar setelah

memancing, menghabiskan isi kolam

depan ruangan..lengkap dengan

mengambil mangga buat sambel

pencit..sampe gundul buahnya karena

setiap dines selalu buat rujak didapur)

“her beli tempe dipasar buat tambahan

lauk enak kayaknya…”

“Eh vie..kemarin itu ada cew perawat

naik bus pake baju putih-putih trus dy ga

dapet tempat duduk, untung ada cow

baik hati trus nawarin cew itu mau

dipangku apa ga?akhirnya mau dy karena

capek berdiri”

“trus vie, kalo bebek goreng itu yang enak

apanya?”

“iya pake R, penting itu..jangan sampe

ketinggalan kalo bilang Kontrol…”

(beranjaklah heri ma frans dari tempat

duduknya dan berjalan kearah parkir…karena

daddy manggil jadi mereka noleh, eh sie deddy

bilang….

“jangan pake K her, ntar berabe…salah-salah

ditonjokin orang dipasar karena beli Tempe-

nya pake K..”

(padahal uda dengerin serius lo pak, kirain

apa..?!)

(trus pak??…gw sambil mikir, kl itu cewnya gw.

mending gw berdiri ampe pegel-pegel gpp

sudah…)

cow itu tanya, “mbak perawat yak?”

“kok tau mas?”jawab cew

“iya soalnya mbak pake baju putih-putih trus

bau obat”jawab cow

“o..emang iya ya mas?mas kerja dibengkel

yak?” tanya sie mb perawat

“loh iya mbak..mbaknya kok tau?”jawab cow

itu dengan muka penasaran

“iya dongraknya naik turun mas…”kata

mbaknya sambil senyum.

(tukaaaannnn…gw uda firasat tadi. Pasti ada

yang ga beres, ternyata bener..!!!)

(gw jadi takut salah jawab ini….”

“ya B-nya…kalo ga ada B ga enak…masak EEK

goreng???” jawab daddy dengan senyum

Page 36: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

36

“pinjem motornya vie…”

“ada asrama cew ma cow..saluran WCnya

itu jadi satu, dikasihlah lele…trus kenapa

kl diasrama cewek itu lelenya gede2

gemuk2? kalo diasrama cowok

kurus2..trus banyak lele yang pindah ke

cew?”

kemenangannya.

(sambil gw kasih kuncinya…)

“ya paling tidak bisa naikin motornya, daripada

ga bisa naikin sama sekali….”

(puas kali’ bapak yang satu ini..)

“karena di Wcnya cow, tiap ada yang pup

dikasih pentungan jadi semuanya takut dan

pindah ke cew, dsana lelenya seneng

makannya banyak..gimana tidak? kl di cew

selalu dikasih senyum tiap lele makan”

(uda capek2 mikir yang ilmiah gitu,

yaaa…ujung2nya ‘PELAJARAN’ lagi…?!?!!!!)

Yup, begitulah….Daddy selalu membimbing dengan stylenya sendiri. daddy bukan hanya

pembimbing, beliau juga teman sekaligus partner kami. Bukan hanya ilmu yang gw dapat, proses

pembelajaran yang tak membosankan jadi INSPIRASI..PSK bangettss alias Pembelajaran Sangat

Kreatip.

“kenapa daddy yang sekarang beda cara mengajarnya dengan yang dulu?” tanya gw

“dulu memang menakutkan….tapi seiring waktu, sy pikir kl saya ngajarnya galak, percuma

yang sy ajarkan ga akan masuk diotak..kalian kan juga sudah dewasa. makasih ya tasnya, saya

suka..Besok saya 3 hari pelatihan di jkt-bandung, pasti saya pakai tasnya… Sampaikan teman-

teman salam sukses selalu.” jawab daddy dengan serius.

“SIAP daddy….!!” Jwb gw “ERVI”.

-THE END-

Ervi Setyorini

Page 37: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

37

“Sesuatu Yang Tidak Terlupakan,

Memoriam of Profesion” -Lilik Nurhidayati-

Capek, takut, cemas, mual, diare, muntah adalah perasaaan yang muncul setelah diriku

menjalani pembekalan profesi. Terbayang-bayang bagaimana beratnya menjalani profesi

keperawatan selama 1 tahun dengan berbagai macam tugas, tanggung jawab serta sangsi-sangsi

yang menyertainya jika terjadi kelalaian. Sungguh betapa lelahnya pikiranku yang ku gunakan hanya

untuk memikirkan hal tersebut.

Keluargaku di rumah adalah sumber energi terbesar yang dapat meredam ketakutanku akan

profesi keperawatan. Sedari awal suamiku tercinta sudah merestuiku untuk mengambil studi S1

Keperawatan, dia sudah menyadari berbagai risiko yang menyertai keputusannya tersebut. Hmm..

meskipun menyadari berbagai kesibukanku saat profesi namun suamiku selalu saja setia menunggu

kepulanganku di setiap akhir pekan. Begitu pula denganku, aku juga tidak sabar ingin berjumpa

dengan akhir pekan. Hari Senin merupakan hari yang paling membuatku merasa mala, tapi aku harus

melalui hari demi hari hanya untuk menemukan hari Sabtu, hari di mana aku dapat kembali Ke Kediri,

tempat dimana keluarga tercinta selalu menantikanku dengan sabar.

Profesi juga menyiratkan kepedihan. Hal ini berhubungan dengan anak-anakku di rumah.

Senin pagi adalah hari di mana aq selalu memendam kesedih yang mendalam, saat berpisah dengan

anak-anakku. Ketika matahari masih saja belum menyiratkan cahayanga, ketika sisa-sisa dingin

malam masih menusuk-nusuk tulang, kulambungkan ciuman hangat yang menyentuh lembutnya pipi

anak-anakku yang masih terlelap. Karena sikapku itu mereka terbangun, kesempatan itu ku

manfaatkan untuk berpamitan dengan mereka. “Nak... Ibu berangkat” ucapku. Dan mereka selalu

saja bertanya “Ibu kapan pulang?”, “Ibu kapan selesainya?”, “Kapan ibu bekerja lagi?”, “Kalau ibu

bekerja, tiap hari bisa pulang ke rumah”. Hati ibu mana yang tidak tersayat-sayat mendengar

rengekan mereka seperti itu, Duuhh... profesi ini....

Pernah suatu hari tanpa sengaja aq menemukan slembar kertas berisi tulisan. Aku

nampaknya familiar dengan tuslisan tersebut, dan memang benar, tulisan itu adalah tulisan anakku.

Nampaknya lembaran itu adalah surat yang ditulis anakku untukku sebagi tugas sekolah. Isinya

seperti ini..

“Untuk Ibuku tersayang...

Yang saya sukai dari ibu adalah..

Page 38: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

38

Ibu saya baik, ibu senang membelikan saya kue, es krim. Ibu masak masakan kesukaan saya,

tapi ibu tidak pernah di rumah, ibu jarang di rumah, ibu pergi ke Malang, kuliahnya lama,

tidak selesai-selesai"

Surat ini ku temukan tahun 2011 silam yang makin menambah remuk hatiku.

END

Profesi bikin stress. Yah benar sekali... Suatu hari di ruamgn intensif aku melaksanakan ronde

keperawatan. Ronde keperawatan adalah semacam ujian yang dilakukan dengan model bed side

untuk menguji mahasiswa dalam pemahaman riil.

Ronde dijadwalkan pukul 11.00. Namun sampai jam 11.00 dosen pembimbing masih belum

juga datang di ruangan. Saat ku coba menghubungi beliau via sms, balasannya hanya tunggu 10

menit lagi. Menunggu kedatangan dosen merupakan kegiatan yang menghasilkan stress tingkat

tinggi. Mondar-mandir di ruangan, badan berkeringat lebat, keluar masuk kamar mandi untuk BAK.

Aku menyiapkan ronde sejak malam, tidak tidur dengan mengganjal perutku menggunakan 5 buah

singkong, hal ini membuat perutku kembung.

Yang ditunggu tak kunjung datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11.25. Kepala

ruangan yang sedari tadi sudah siap mengikuti ronde mulai gusar dan meluapkan kegusarannya itu

kepadaku. “Dasar jam karet, molor-molor ndak tepat waktu”, “Dipastikan lagi kesininya. Apa jam 12,

nanti sore, Magrib atau besok....?” ungkapnya padaku, dan aku hanya bisa mengiyakan kata-katanya.

Aku selalu menatap pintu masuk, mengharap dosen cepat datang dan masalah cepat terselesaikan.

Alhamdulillah tidak berapa lama setelah itu sang dosen datang. Acara segera dimulai dan

alhamdulillah juga Ronde Keperawatnku tidak di tunda dan berjalan dengan lancar. Huff... sungguh

hari yang melelahkan.

END

Tidak hanya cerita yang biki stress, profesi juga menyajikan cerita yang konyol dan jika di

ingat-ingat ternyata dapat membuat diriku tersenyum gemas. Suatu hari aku sedang jaga di salah

satu bangsal medikal. Seorang perawata laki-laki selalu memanggilku “Lik..” atau “Lilik..” padahal dia

kelihatannya jauh lebih muda dibawahku. Dia selalu merayuku, sok akrab dan melontarkan

gombalan-gambalannya. Kadang suatu waktu dia bercanda dengan menyemprotkan alkohol ke

kakiku sehingga membuatku kaget dan kejahilan lainnya yang membuatku sebenarnya risih

dibuatnya.

Suatu hari aku diperintahkan oleh dia untuk verbedden, memang aktifitas ini selalu kami

lakukan dipagi hari sebelum melakukan aktifitas yang lainnya. Ditengah kesibukanku merapikan

tempat tidur, dia tiba-tiba menghampiriku dan membantu pekerjaanku. Sambil tetap bekerja dan

menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi itu dia memulai pembicaraan :

Page 39: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

39

“Kamu sudah menikah...?” tanyanya tanpa menatapku, sambil tangannya tetap bekerja

“Sudah..” jawabku singkat, sambil melihatnya sepintas karena kaget dengan pertanyaannya

“Sudah punya anak...?” tanyanya lagi dengan tetap ekspresi dan nada datar

“Sudah..” jawabku lagi

“Berapa anaknya...?

“Tiga..”

Sontak seketika dia menatapku dengan ekspresi terkejut, dan melanjukan pertanyaan

terakhirnya “Emang umurmu berapa...?”

“Tiga Puluh Enam” jawabku singkat

“Waaahhh.... mbaakkkk.... maaf ya..... seharusnya saya memanggil sampeyan dengan

sebutan mbak... aduh... jadi ndak enak nih....” Rengeknya..

“Ya dek... ku maafkan... jangan diulangi lagi yah....” Ha....9x :D Merdeka...!!!!

Semenjak itu dia sudah tidak menggombal dan bersikap wajar kepadaku, hmm... memang

sebenarnya dari usiaku aku nampak berapa tahun lebih muda sih kawan-kawan....? ^_^

Cerita lain terjadi di RSJ Lawang. Di sana kelompok kami mendapatkan pembimbing yang

bikin pusing luar biasa. Memang tidak killer tapi menyusahkan saja. Saya selalu mengerjakan tugas

tepat waktu, dari seluruh kelompok pasti saya yang selesai duluan mengerjakan tugas. Tapi hal ini

tidak menguntungkan, karena saya selalu jadi sasaran responsi karena sudah selesai. Entah kenapa

selalu saya yang jadi sasaran responsi dari sekian banyak anggota kelompok. Pagi inipun saya yang

dari tadi duduk di sebelahnya jadi sasaran empuk, diambilnya laporanku trus dicoret sana-sini sambil

komat-kamit “waduh-salah semua ini”, “kok gini Askepnya?!”, “Harus belajar lagi ini!”. Semua kata-

katanya membuatku mual. Akhirnya dengan nada yang cukup tinggi dia berkata “Sudah saya bilang,

nama pasien itu harusnya inisial...!!!, bukan nama lengkap seperti ini...!!!!” sambil mencoret

panjang-panjang sebuah nama di laporanku itu. Sontak saya yang dari tadi dongkol akibat ulahnya,

protes dan menjawab “Paakk...!!! itu nama Sayaa.....!!!”. Dia langsung pura-pura Bego’. :D

END

Setelah satu tahun melewati profesi saya ingin mengikuti profesi lagi, mengulang kenangan

bersama-sama sahabat-sahabat tercinta. Profesi mengubah diriku menjadi orang yang harus lebih

bersabar, bersyukur dan lebih bersemangat menjalani kehidupan dan tanggung jawab ke depan

PROFESI IS A BEAUTIFUL MOMENT

Page 40: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

40

"Beautiful Story About My Profession" -Neneng Siti Robanah-

Awal aku masuk profesi aku merasa denial dan pengen memutar roda dunia lebih cepat ke

tahun 2013. Setelah masuk profesi aku mulai dihadapkan dengan komunitas baru yang kadang

menyenangkan dan kadang sangat menyebalkan. Senioritas mulai terasa, meskipun aku bukan lagi

calon perawat (alias sudah jadi perawat) tapi tetap saja aku harus memposisikan diri sebagai

mahasiswa.

Kulewati detik demi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan sampai 1 tahun dengan perasaan

suka, duka dan jenuh tingkat tinggi. Bulan bergangi bulan kulalui dengan mulus tetapi semakin

mendekati finish masalah demi masalah datang silih bergangi. Suatu hari di salah satu ruangan

departemen maternitas ku mendapatkan syok terapi oleh seorang Kepala Ruangan. Masalahnya

sepele, karena aku jarang senyum alias cemberut saja, padahal waktu itu aku sedang sariawan dan

memang karakter wajahku cenderung terlihat jutek tapi bukan berarti aku orangnnya seperti itu.

Yaah mau gimana lagi? Tapi orang itu tidak menerima alasanku. Dikiranya aku gak suka dines di

ruangan itu, hehehe. Waktu itu aku memang syok banget tap lama kelamaan aku sadar klo aku diam,

orang lain akan beranggapan klo aku tuh sombong dan jutek. Hhmm ckckck.... jadinya sekarang

sedikit demi sedikit aku mengubah karakterku itu. Sampe perawat-perawat yang ga aku kenal aja,

aku ajak senyum hehehe... Selama 11 bulan aku profesi mengajarkan banyak hal. Selain ilmu

pengetahuan yang aku dapat, juga pengalaman kehidupan. Kita sebagai manusia hendaklah low

profile, karena orang yang sombong itu, dia hanya menyembunyikan kekurangannya.

Hoaah... profesi disisi lain juga sangat menjenuhkan. Tugas-tugas yang bertumpuk

membuatku pusing. Padahal pagi hari, sore hari, malam hari kami sudah bertugas di ruangan, eh..

pulang ndak istirahat, malah dituntut untuk mengerjakan tugas yang berjibun jumlahnya. Beda

banget saat sedang kerja, kalau dulu waktu kerja, saat pulang yah istirahat. Tapi ada departemen

yang cukup santai sehingga tugas-tugasku tidak sampai numpuk, yak.. departemen jiwa. Tapi di

departemen jiwa melihat pasien-pasien dengan penyakit psikis malah buat aku melow.... ternyata

orang yang sakit psikis lebih kasihan daripada orang dengan sakit fisik. T_T

Oh iya ada 1 cerita lagi ttg anggota kelompokku. Dia tu orang yang paling bisa n peduli sama

tugas kelompok. Dengan penuh kesabaran dia selalu mengerjakan sendiri tugas yang seharusnya

dikerjakan bersama. Klo dimintai tukar dinaspun dia jarang sekali menolak. Ampe kdg aku sungkang

sendiri klo mo minta tolong untuk ke sekian kalinya hehehe...

Pada suatu hari dia pernah bilang seperti ini “aku kan semester 3, mereka semester 5” hehehee...

Page 41: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

41

Nasrul, itulah namanya... thanx ya atas segala bantuanmu, kamu ikhlas/nggak, tetep aku ucapin

“Thanks so much friend”

Ok, mungkin hanya segini yang bisa aku ungkapin. Kalau aku tulis semua, pasti jadi 1 buku.

Pesen buat temen-temen, “Live Must Go On” hadapilah segala sesuatu dengan penuh kesabaran,

keikhlasan dan tanggung jawab.

Neneng Siti Robanah

Page 42: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

42

“Berlayar” -Aini Moeffidah-

Ini critaku…mana critamu…!!!!

Haiii..guysss…

Tak terasa waktu terus berjalan,,,, Begitu banyak departemen yg sudah saya lewati bersama

kalian semua terutama kelompok empat dari personil 4 orang sampai 12 orang tergabung… dan

banyaknya cerita didalam perjalanan kami, dari canda tawa kebahagiaan, pengalaman terburuk

sampai kesedihan dengan respon negative dari kelompok… tapi itu adalah sebagian isi dari

perjalanan kami yang tak akan pernah terlupakan… dan hanya sebagian cerita ini yang bisa saya tulis

didalam pena PSIK-B 2010 semoga dengan ini kalian ingat akan saya…. “Aini Moeffidah”

Awal dari departemen saya,, berlayar dengan 4 orang awak kapal, berharap mendapat

kedamaian dari arus gelombang di setiap departemen kami hingga tujuan kami. Dengan perbekalan

ilmu yang seadanya nekat berlayar. Perjalanan kami selalu bergelombang karena adanya gelombang

dari arus air laut, tapi kesan dari setiap gelombang tidak sama akan kekuatannya. Yang kadang bisa

diartikan dengan tingkatan/level. Level terendah, biasanya hanya sekilas saja dibicarakan namun tak

menarik lagi untuk diceritakan, level tertinggi atau gelombang yang tertinggi biasanya menghantam

badan kapal yang terlalu keras dan isi kapal terasa sakit bila terlalu keras hantamannya, bahkan bisa

terkenang seumur hidup rasanya.

Cerita yang ingin saya tulis adalah sebuah cuplikan dari perjalanan saya hingga departemen

terakhirpun saya masih mengingatnya. Sebuah gelombang….

Gelombang yang pertama.. tepatnya berada di puskesmas singosari..

Awalnya kita semua dinas pagi semua untuk awal masuk…. Begitu sudah jam 1 siang

waktunya kita pulang tiba-tiba bidan yang jaga sore mendadak nolongin partus dirumahnya yang

belum tau sampai kapan slesenya… dan dengan serentak bu bidan yang jaga pagi bilang ke kita “sapa

yang mau nerus sore bareng aku? Besok ga usa dinas deh” dan terlintas dipikiranku untuk menerima

tawaran bu bidan, sebelum menjawab aku tolah toleh ke 2 rekan ku dan kemudian ku jawab… “ya

mbak saya ajah deh yang nerus gpp”… dan aku neruslah dinas sore,,,kemudian q duduk didepan tivi,

tak lama kemudian bidan-bidan datang dari tugas luar… salah satu bidan lalu dengan lantangnya

bilang “eh dek, dr kemaren kok tak liat-liat mahasiswa sukanya duduk disini,,, disini itu yang boleh

Penting Diketahui

Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit. Pembajakan buku adalah criminal! Anda jangan menggunakan buku bajakan, demi menghargai jerih payah para pengarang.

Page 43: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

43

duduk bidan jaga nya, untuk mahasiswa duduk atau nulis-nulis disebelahnya atau di loby luar” ….

Gilaaa itu kan posisi malam- malam masak aku suruh duduk dilobi luar and aku kan baru jaga dinas,

kok bisa-bisanya blg dari kemaren…hufffhh…grrrrrhhh… (gondok)

………………………….

Gelombang yang kelima….

Pas lagi masukin departemen medical tepatnya di CVCU.. Tau kan sapa yang jadi pembimbing

ruangannya… Resposipun tiap hari terus menerus… Andthen pas saya lagi responsi pertama kalinya

semua ditanya bergiliran,, pas giliran saya ditanya, dan pertanyaanpun bisa saya jawab tanpa liat text

LP (berkesan senang bapaknya mangguk2),, saat pertanyaan yang saya cuma bisa emm emm…

dengan lantangnya beliau bilang “awalnya keliatannya doang pinter tapi ga bisa jawab” dengan wajah

merah merona penuh dendam dalam hatipun berkata….”ooohhh sialll”…

…………………………

Gelombang yang ke enam….

Saat masuk ke departemen emergency… saya tahu dan bisa menebak siapa yang jadi

pembimbing ruangan karena saya dulu pernah praktek disitu sebelumnya, bahkan insyaallah

mengerti bagaimana karakter beliau… ketika kami bertiga sift pagi dan meminta ke pak CI untuk ujian

role play besok, kemudian respon beliau adalah dengan menunjuk kearah luar pintu masuk UGD “iya

itu ada pasien datang silahkan anda kerjakan sekarang”…dengan terkejut dan bengongnya muka

rekan kerja saya sambil mendatangi pasien sampai ditanya temannya pun tetap tak berespon… hanya

berkata “kita role play skr” kami pun melakukan hal yang sama seperti rekan saya… dan kami

berkolaborasi menangani pasien,, yang satu berperan menangani tindakan, yang satu anamnesa dan

yang satu lagi pemerikasaan head to toe… daaaaannnnn….. setelah semua sudah dikerjakan, kami

responsi lah… beliau berkata “yaudah berarti mas ini saja yang tidak perlu roleplay lagi” kami berdua

bengong dan tertegun dengan kata-kata beliau, saya berkata dalam hati “lah terus kita tadi ngapain

bantuin kalau tidak diakui begini huffhh”, penyesalan terlintas diwajah kami berdua… setelah dilobi-

lobi, beliau pun mengakui kita bertiga dan menyuruh untuk membuat portofolio sekarang juga….

Kami pun bergegas mencari-cari secarik kertas untuk segera menyelesaikan nya dalam waktu

setengah jam… kemudian pekerjaan itu selese dan kami bertiga menghadap ke beliau… lembaran

atas dilihat dan banyak yang salah untuk pengkajiannya,, kemudian lembaran berikutnya dan

berikutnya dilihat dan ternyata sama semua… beliau berkata “ini sama semua pengakjiannya?”… dan

kami serempak menjawab “iya pak” …lalu spontan beliau berkata “astaqfirrallahaladzim” (sambil

menepuk dahinya)… kami bertiga saling tengok dan mengerutkan dahi sambil menarik bibir

sedikit2…. Beliau berkata “Saya suruh bikin portofolio dengan pasien yang sama bukan berarti

Page 44: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

44

pengkajian pun juga sama”,, dan saya menjawab “kan kami tadi tindakannya kolaborasi pak, jadi

mengerjakannya pun kolaborasi pak ;)”…

………………..

Akhir dari perjalanan yang bergelombang adalah di departemen ke 9 saya yang lumayan

membuat agak santai sedikit, bahkan kesannya adalah sebuah penutupan yang baru merasakan

betapa indahnya bersama kalian semua…

Itulah akhir dari perjalanan saya dengan melewati 9 departemen, dan di akhiri dengan

hamdalah “alhamdulillahhirobilalamin”… semoga bermanfaat bagi saya dan kalian semua...

“SESUATU YANG HADIR PASTI AKAN PERGI, TETAPI KENANGAN YANG TELAH HADIR TAK AKAN

PERNAH PERGI”

semangat kawan… I love u all…

hak cipta Ns. Aini Moeffidah, S.kep

Page 45: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

45

“Ini Warnaku, Apa Warnamu…?!” -Galuh Kumalasari-

Suatu malam, aku mencoba merenung… menerawang… mengingat-ingat…memikirkan… dan

akhirnya… berangkat. Ke’esokan malamnya aku coba lagi merenung… menerawang… mengingat-

ingat… memikirkan… dan akhirnya… berangkat lagi. Begitu pula yang terjadi pada malam-malam

selanjutnya selalu berakhir dengan “berangkat”, berangkat ke alam mimpi aliyas ketiduran tiap kali

mencoba mengawali menulis cerita 50 pena ini, dikarenakan keterbatasanku untuk membuat karya

berbentuk tulisan seperti ini. Tapi dengan penuh rasa syukur, Alhamdulillaaah… malam ini aku

berhasil menjadi “pembunuh”, pembunuh rasa gamang dan bimbang yang menghadanglangsung

dengan mengeksekusi aksi membombardir kata-kata di depan laptop tanpa banyak lagi merenung…

menerawang… mengingat-ingat… memikirkan… dan akhirnya… berangkat.

Finally, inilah cerita berbasis realita selama menjalani pendidikan profesi Ners versiku.

Departemen Gerontik? Nuansa HIJAU teduhlah yang terbentuk saat terbesit memori tentang

departemen itu, pijakan awalku di dunia yang bernama profesi Ners.Berbekal modal otak dan fisik

yang masih fresh pasca yudisium gelombang 2, difasilitasi dengan sistem departemen gerontik yang

tidak begitu mencekik, serta ditunjang dengan rekan-rekan seperjuangan yang

menyenangkan,membuat aku betul-betul bisa menikmati yang namanya masa profesi. Sehingga

ditutuplah cerita profesi departemen gerontik dengan kesimpulan satu kata, “Enjoy…!”.

Next Department… Pediatrik. Wow, sepertinya aku mulai meralat kesimpulanku yang lalu

tentang profesi. Pedas… pedas… mataku mulai pedas, bagaimana tidak? Aku harus mulai

membiasakan dinas malam lagi lengkap dengan insomnia yang selalu tidak mengijinkanku istirahat

tidur sekalipun sikon mendukung.Pegal… pegal… tangan dan badanku mulai pegal, bagaimana tidak?

Beraksi layaknya perawat ruangan saat berdinas, masih harus melestarikan budaya menulis tiap

laporan profesi. Panas… panas… kupingku mulai panas, bagaimana tidak? Hampir setiap hari ada

nyanyian pagi bersenandung nyaring, panjang dan lebar di kupingku menjadi backsound atas

kesalahan action-ku yang sebenarnya sepele dan wajar menurutku karena lamanya tidak berjibaku di

dunia klinik. Keluhan demi keluhan menghiasi masa-masa transisi ke rutinitas profesi klinik. Dan…

semakin reduplah aku sebagai ketua kelompok departemen ini saat menjelang seminar akhir

departemen. Minim ide, minim aksi, minim kreasi pada bahan seminar lantaran imbas dari

manajemen waktu dan tenaga yang masih belum teradaptasi baik dengan dunia profesi klinik.

Namun… beruntungnya aku dipertemukan dengan 2 pembimbing superhero pemantik semangat,

dengan teriakan khasnya “Galuh…!! Berangkatlah dari kata BISA…!! Jangan takut dengan salah, Kamu

Page 46: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

46

harus yakin, kehadiranmu memang untuk ini…”. Nasehat-nasehat beliau yang menginspirasi

berangsur-angsur membuat pemikiranku berubah, membuat langkah semakin gagah dan tidak

mudah patah. Nuansa KUNING menjadi berpijar di departemen ini, saatnya menutup departemen

pediatrik ini dengan pelajaran “koreksi dari kesalahan diri, berfikir, lalu banting stir… aha… ternyata

aku bisa…!”

Departemen Medikal dan Surgikal, emmm… warna BIRU sepertinya sesuai untuk melukiskan

suasana di departemen ini. Diawali dari munculnya parasit berupa rasa jenuh dengan rutinitas

profesi yang padahal baru saja dimulai. Ditambah mengendornya semangat dan solidaritas

kelompok. Ditunjang dengan koordinasi yang tidak mulus dengan pembimbing institusi lantaran

beberapa hal. Diperlengkap dengan seorang personil kelompok yang terkena musibah sehingga harus

MRS. Serta disempurnakan dengan kondisi mengharu biru saat terjadi perang batin “hati nurani +

teori Vs fenomena” yang kerap kali terjadi. Penutup departemen medikal surgikal ini yang layak

sepertinya : “saatnya Instal diri ulang…”

Selanjutnya adalah departemen Full Stressor buatku secara pribadi. Selamat datang di

nuansa MERAH-nya perjuangan di departemen Emergensi. Mengapa merah? Berawal dari sebuah

tantangan tugas pada kelompok, tantangan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi sebanding

dengan risiko yang membayangi. Bukan hanya untuk membuat buku, tapi juga membuat Role Play

sekaligus uji sahih program dari RS. Jawaban “Ya” oleh kelompokku atas tantangan itu dengan

semangat menyala-nyala. Full stressor, Full emosional, Full pula konfliknya, Full pengorbanan, tapi

berakhir juga dengan kemenangan dan kepuasan yang Full gak setengah-setengah. Emergensiku…

“Nothing Battle, Nothing Win…!”

Hijaunya departemen Gerontik, Kuningnya departemen Pediatrik, Birunya departemen

Medikal Surgikal, dan Merahnya departemen Emergensi, serta entah warna apa lagi yang mewarnai

departemen-departemen selanjutnya di sisa profesiku nanti, pada akhirnya… semua akan terangkai

menjadi “PELANGI” dengan multiwarna di sejarah perjalanan hidupku, dimana warna satu sama lain

akan saling melengkapi dan saling mempercantik cerita dan kenangan masa-masa menjalani

pendidikan profesi Ners.

Sekian cerita profesi versiku, semoga keterbatasan kemampuanku untuk menulis tidak

membuat teman-teman jenuh membacanya. Harapanku tulisan ala kadarnya ini dapat membawa

Page 47: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

47

manfaat barang secuwil kuku untuk yang membaca. Karena… “Setelah jasad kita tidak lagi memiliki

kehidupan, tulisan karya kita ini akan tetap memiliki kehidupan…”

Seperti apapun kita saat ini, seperti apapun kita suatu saat nanti…satu hal yang tetap dan

pasti… kita pernah punya perjuangan yang menyejarah bersama teman-teman PSIK-B angkatan 2010.

Semangat dan sukseslah selalu teman-teman seperjuangan…!

Sabtu, 26 Januari 2013 Galuh Kumalasari

Page 48: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

48

“CATHETER” -Gemi Rahayu-

Perasaan campur aduk antara senang, takut semua jadi satu menghadapi profesi gelombang

II PSIK 2010. R.13 departemen surgikal menurut cerita dari senior-senior yang sudah melewatinya,

ruangan yang melelahkan, complete deh hotnya.

Tanggal 5 Mei 2012, merupakan hari pertama saya masuk kembali ke lahan. Ketemu

rutinitas, ketemu pasien, hal yang kadang saya rindukan. Sejak tahun 2004 saya tidak masuk lahan

Rumah Sakit. Kadang dengan perasaan minder karena minimnya pengalaman di lapangan serta

keterbatasan kasus yang ada di daerah ujung paling timur Indonesia. Tapi dengan semangat dan

kemauan “Saya Pasti Bisa”

Hari pertama praktek, “Dek.. bisa aff kateter...?” perintah seorang perawat. Doeengg...

dengan perasaan bingung, otak harus sambil berfikir gimana ya caranya... dengan ragu-ragu saya

mengangguk, “Nanti lanjut ganti yang baru yah..., bisa to...?” lanjut si perawat, tambah bingung lagi

saya. Dengan membuang rasa gengsi akhirnya saya jujur,

“Kakak mohon bimbingannya yah, saya belum pernah pasang..” pintaku

“lho.. dari D3 toh, masak ndak bisa pasang kateter urin, iya nanti tak dampingin...” ujar si

perawat

Alhamdulillah sukses memasang kateter, dan kegiatan itu adalah pengalaman pertamaku memasang

kateter urin. Meskipun campur malu tapi akhirnya, ternyata gampang yah pasang kateter urin hehe...

apalagi ke pasien peremppuan.... Pede abis sekarang....hehe....

Enam bulan sudah pofesi terlalui dengan perasaan lelah, jenuh tetapi masih ada semangat

tersisa untuk menjalani dan berharap waktu berputar cepat hingga tahap profesi terlewati

semuanya. Masuk di tahap harus menggunakan “NIC & NOC” hahaha.... dengan bahan contekan

referensi full bahasa Inggris, mau tidak mau harus cari contekan dari referensi Askep dengan NIC-

NOC, intinya masih ada senjata terakhir di saat deadline.

Enam minggu terlewati, lega tidak kebagian seminar kasus di dpertemen ini. Tibalah deadline

untuk mengumpulkan laporan dengan tanpa disadari laporan banyak yang bolong-bolong. Dengan

PD di minggu ke-2 setelah jilid full cover ku kumpulkan laporan yang tebalnya minta ampun tersebut

“Bu, mau kumpul laporan....” ijinku kepada si dosen

Page 49: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

49

“Oh.. silahkan, sudah dilengkapi...?”

“Sudah bu...” jawabku meyakinkan

“Saya periksa ya..” sergap si dosen

Whaaaaa..... diperiksa nih laporannyaaaaa..............!!!!!!!!

Do you know what I mean...

Gemi Rahayu

Page 50: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

50

UPS SALAH -Winda Dwi Saputro-

Saya sebenarnya tidak bisa menulis tapi karena ditagih terus oleh ketua untuk kenang-

kenangan teman yang yudisium maka saya terpaksa menulis,sambil belajar menulis. Ini adalah

pengalaman saya praktek tepatnya praktek di departeman maternitas. Hari itu hari jum’at seperti

biasa sebagai mahasiswa praktek melakukan orentasi ruang yang akan dipakai praktek untuk minggu

depan. Pada hari itu saya dan kawan satu kelompok melakukan orentasi di ruang 8. Seperti biasa

diruang itu kami dijelaskan kegiatan di ruang itu. Setelah melakukan orentasi kami mendapat tugas

pada hari senin kami harus membawa LP nifas patologis.

Dari pada susah-susah nyari LP nifas patologis di internet maka saya minta file tugas itu ke

teman-teman yang sudah prektek di ruang itu. Yang pertama saya sms neneng untuk minta file tugas

itu

“neng, kamu punya LP nifas patologi di ruang 8, kalau ada saya ngopi” sms saya ke neneng

“punya, tapi minta aja ke Nasrul,minta tolong ngirim ke emailmu”balasan sms neneng

Atas saran dari neneng saya sms ke nasrul

“Ass. Srul, kamu punya LP nifas patologis ruang 8, kalau ada tolong kirim keemail saya” sms

saya ke nasrul

“ okay, nanti tak kirim keemail sampean” balasan nasrul

“ terima kasih, srul” balas saya

Saya sangat senang karena tidak perlu repot-repot nyari di internet tinggal nunggu kiriman

email dari nasrul.

Saya tunggu-tunggu kiriman email dari nasrul tapi sampai pada hari minggu tidak ada sms

dari nasrul sudah mengirim email apa belum. Saya sms nasrul untuk memastikan apa sudah

mengirim emailnya.

“Srul, saya mengiatkan, apa kamu sudah mengirim email ke saya” sms saya ke nasrul

“sudah saya kirim tadi malam” balasan singkat dari nasrul

Dengan senang hati, maka saya menuju warnet untuk membuka email saya. Sampai di

warnet saya langsung membuka email saya untuk mengecek email yang sudah di kirim oleh nasrul.

Tapi di email saya tidak ada email masuk, kemudian saya cek dispam tapi tetap g ada email yang

masuk. Kemudian saya sms ke nasrul untuk memberi tahu bahwa emailnya belum masuk.

“Srul, maaf emailnya belum masuk” sms saya

“tadi malam sudah saya kirim ke email sampean yang baru” balas sms dari nasrul

Saya jadi binggung perasaan saya g punya email baru

Page 51: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

51

“saya g punya email baru srul, email saya hanya ini saja Wi********.com (maaf untuk email

saya sangat rahasia, tidak bisa saya sebutkan disini. He…..)”

Lama g dibalas-balas maka saya sms lagi

“srul kamu kirim ke email yang mana.?” Tanya saya ke nasrul

“ makanya kalau punya email jangan banyak-banyak, biar g binggung yang ngirim email ini…..

tadi malam saya kirim ke email baru sampean [email protected]” balas sms dari

nasrul

“Gila kamu srul, [email protected] itu bukan email SAYA....!!!!”

Teman – teman ngerti g [email protected] itu emailnya siapa…??

Tik...tok...tik...tok...

Teeeetttt..... (Waktu Habis)

Itu emailnya bu Heni dosen keperawatan Jiwa kita, karena emailnya bu heni mirip nama saya jadi

nasrul mengira itu email baru saya

Jadi nasrul maksudnya mengirim LP Nifas patologis ke email saya tapi dikirim ke emailnya bu heni

LUAR BIAASA Anak ini.... wkwkwkwk.....

Praktek keperawatan tidak hanya bikin stress tapi kalau dibikin santai bisa bikin lucu juga

Winda Dwi Saputro

Page 52: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

52

“PERUBAHAN HARIMAU YANG

MENAKUTKAN” -Dwi Ari Shandy Widyawan Putra-

Selamat malam om-om, tante-tante, mas-mas, mbak-mbak, pada malam ini tepat pukul

22.30 WIB saya terbangun dan ingin menceritakan pengalaman pribadi saya saat menunaikan

praktek profesi ners di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang atau disingkat RSSA. Kisah ini terilhami pada

saat penulis sedang dalam departemen manajemen. Jika ada kesamaan setting tempat, tokoh, dan

apapun itu saya mohon maaf sebesar-besarnya karena kisah ini murni pengalaman nyata bukan fiktif

belaka.

Sebenarnya profesi merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi saya, soalnya dulu

ketika masih menyandang status sebagai mahasiswa diploma 3 keperawatan (AKPER), saya sudah

pernah merasakan praktek di Rumah Sakit, cuma bedanya kalau dulu namanya bukan profesi

melainkan PKK, tapi bukan PKK ibu-ibu lho, PKK yang dimaksud disini adalah Praktek Klinik

Keperawatan. Apalagi praktek profesi ners kali ini berada di tempat yang sama, yaitu Rumah Sakit

Saiful Anwar Malang. Awalnya saya merasa praktek di RSSA adalah hal yang lumrah dan biasa-biasa

saja, karena tidak banyak perubahan yang signifikan yang terjadi di rumah sakit tersebut. Namun

secara mengejutkan ada sesuatu yang agak nyeleneh terjadi ketika proses praktek profesi ners

tersebut berjalan, yang membuat saya ketawa-ketawa sendiri, heran, gak nyangka, bahkan gak

percaya kalau hal itu benar-benar terjadi.

Semua kisah berawal saat saya dan kelompok (sebut saja “Kami”) dalam stase

manajemen keperawatan. Kami melangkah menuju sebuah ruangan tempat kami menempa ilmu

manajemen keperawatan dengan penuh langkah pasti. Saat itu setelah kami bersusah payah

mengurusi surat pengantar profesi, dengan penuh harapan dan bayangan-bayangan indah yang

diperoleh dari informasi teman-teman yang lain, kamipun dengan langkah pasti dan mantap menuju

ruangan bahkan saya mendengar percakapan dari dua orang teman :

A: Cak, ngapain datang orientasi?? Bukannya ente bilang kemaren manajemen cuma refreshing

doank sebelum yudisium ya?

N: Hmmmmm bukan apa-apa, itung-itung visite pasien-pasien, hehehehehe (Dengan pedenya dia

mengatakannya).

Sesampai di ruangan kamipun terkejut, ternyata kedatangan kami disambut oleh orang yang tak lain

dan tak bukan merupakan orang yang paling tak bersahabat di masa lalu (sebut saja Mr.X) ketika

kami di departemen surgical. Salah seorang teman mencibir :

X: Waduh ketemu ni orang lagi, gmn nih?

Page 53: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

53

N: Hmmmm santai, dihadapin aja.....(dengan muka yang agak tegang, galau, namun berusaha

kelihatan bersahaja).

Namun gak bisa dipungkiri, kami semua merasa tegang dan sangat tidak nyaman. Setelah negosiasi

yang sangat alot dan dalam waktu yang lama, akhirnya ada titik terang dan kami disarankan

menemui kepala ruangan yang sangat terkenal dengan ketelatenan dan kesabarannya (Sebut saja

Mrs.Z, pokoknya T.O.P.B.G.T lah.....). Dengan penuh wajah memelas kami minta untuk jadwal dinas

yang sama sesuai dengan kelompok-kelompok sebelumnya, namun akhirnya keputusan terbaru dari

pembimbing akademik bahwa jadwal dinas yaitu pagi dan sore. Dengan penuh kekecewaan atas

keputusan itu kamipun menjalankan jadwal yang sudah ditentukan oleh pembimbing akademik

(yaaaaahhh namanya mahasiswa, takdirnya selalu jadi korban pihak-pihak yang berkuasa,

wkwkwkwkwk).

Keesokan harinya kami datang ke ruangan dalam keadaan jiwa yang labil karena dihantui

pengalaman masa lalu yang kurang mengenakkan hati yaitu gemetaran ketika bertemu orang yang

satu itu (Hadeuh.......lebaynya kumat nih gue..hahahaha). Hari kedua mulailah ada konflik yang

dipicu karena kesalahpahaman kecil, yang berlanjut sampai hari keenam, selama seminggu itu hidup

kami selalu dihantui dan merasa tidak tenang. Suatu saat ada seorang perawat yang bercanda dan

bercengkerama dengan kami, kemudian membahas tentang pengalaman kami bersama Mr. X (bisa

disebut gosip ringan sih.....heheheheh) :

Perawat 1: Gimana mas selama seminggu ini, ada pengalaman-pengalaman menghebohkan kah

selama dinas dengan Mr.X ?

Y: Ada mbak, masak hanya karena hal sepele saja Mr. X bisa semarah itu, pake ngotot-ngotot segala

lagi, sampai semua orang seruangan tau, alay banget kan mbak.

Perawat 1: Iya saya denger-denger kemarin Mr. X datang pagi-pagi lantas marah-marah nggak jelas

gitu ya?

Me: Iya itu dia mbak, kami kan merasa serba salah, padahal apa yang kami kerjakan kemarin sudah

sesuai dengan arahan waktu kami konsultasi ke Mr. X.

Perawat 1: Yaaa...begitulah memang mas si Mr. X itu...kami aja sering dimarah-marahin di belakang

maupun di depan pasien.

Y: Oh ya?, waaaahhh parah banget berarti kalau kayak gitu mbak.

Perawat 1: Yaaaa...biasa dibilang begitu lah mas..,tapi semoga secepatnya dapat hidayah deh si Mr. X

itu mas.

Me: Betul sekali mbak, Amin.

Pada hari ketujuh, merupakan hari pertama kami melakukan implementasi (role play)

terhadap permasalahan-permasalahan terkait dengan sistem manajemen ruangan yang telah

Page 54: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

54

diidentifikasi dan telah disepakati bersama pada minggu pertama. Seperti biasa Mr. X selalu

berusaha mencari-cari kesalahan kami, namun dia sama sekali tidak mau menerima saran dan kritik

dari mahasiswa. Nah, pada saat itu giliran pertama saya untuk dinas pagi, saya merasa sangat tidak

nyaman pada saat itu, namun saya berusaha berpositif thinking dan menyemangati diri dengan

meyakini dalam hati dan mensetting pikiran bahwa semua ini akan segera berubah menjadi lebih

baik dari sebelum-sebelumnya. Hari demi hari dinas pagi saya lewati dengan baik, meskipun tak

dapat saya pungkiri suasana seperti itu membuat saya sangat merasa bosan (Puuooooollll.......!). Saya

mencoba menanyakan atau sharing dengan teman yang dinas pagi juga, sehingga terjadi

perbincangan yang hangat dengan topik Mr. X (Lagi-lagi ngebahas Mr. X, Pak kenapa anda nggak ikut

IMB aja ?, Bapak punya bakat artis tuh, memiliki kemampuan tersembunyi untuk jadi objek gosip,

wkwkwkwkwk) :

Me: Gmn bro, ente merasa bosan gak kalo suasananya gini-gini terus?

Y: Banget bro, apalagi tu orang masi gitu-gitu aja dari dulu gak ada berubah-berubahnya.

N: Bener bro ane juga, tapi ya sudahlah, gimana kalau kita ajak nongkrong sambil ngopi aja?

Y: Wkwkwkwk, ya tapi ane kagak ikut cak, males banget

Me: Waaaahhh ada yang mau pedekate sama si Mr. X, apa ente kemarin udah nyari info kalau si Mr. X

punya anak cewek y? Hayo ngaku lu....hehehehehe.

N: Sssst...tu doi datang

Tiba-tiba Mr. X datang dan melihat papan struktur kegiatan harian dan bertanya “L mana, pasiennya

udah jadwalnya ke radiologi, segera diantar”.

L: Pak mau tanya, pakai brancard apa bed pasien y pak?

Mr. X: Ya pakai bed pasien lah, emang kamu mau ngangkat pasiennya? Ada traksinya juga, gemuk lagi

pasiennya. Ya udah pake bed aja, ajak temannya yang cowok!

L: Oo..iya pak, terima kasih (L menjawab dengan wajah ketakutan).

Setelah doi ngomel-ngomel, tiba-tiba menghilang begitu saja (sedikit bocoran nih,

menghilang dan datang begitu aja udah jadi kebiasaan orang yang satu ini). Tak lama kemudian

Mrs.Z bertanya kepada salah saeorang teman saya :

Mrs.Z: Mas melihat Mr. X apa gak?

Y: Baru aja ada bu, tapi kalau sekarang saya gak tau.

E: Sepertinya keluar bu barusan.

Mrs.Z: Keluar kemana ya mbak?

E: Waduh gak tau bu, soalnya Mr. X gak bilang apa-apa.

Mrs.Z: Ooo... ya sudah terima kasih ya kalau begitu (sambil senyum dan geleng-geleng kepala).

Page 55: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

55

Keesokan harinya saya mendapat giliran dinas sore, saat itu saya dinas bersama tiga

orang teman cewek, mereka teman sekelompok saya. Ketika sedang asik mengerjakan catatan

perkembangan pasien, tiba-tiba timbul percakapan diantara mereka :

W : Eh rek gmn dinas pagi kemarin?, km sudah dinas pagi kan?

E : Iya udah, wuuhh jaann gak enak kalo pagi, soalnya ada Mr. X yang gak jelas itu.

W : Wkwkwkwkwkwk, iya ak dengar-dengar dia suka marah-marah gitu ya?

E : Jangan ketawa kamu, iya orangnya super gak jelas gitu, rasakan sendiri aja kalau nanti kamu

dinas pagi.

W : Wkwkwkwkwkwk, sabar......sabar.......kan saya cuma nanya aja....hehehehehe.

E : Eh denger-denger katanya si Mr. X tuh kalo sama cewek orangnya enakan, kalo sama cowok

galak banget. Padahal kan udah tua, tua-tua keladi tuh.

Mendengar obrolan itu saya merasa tergelitik untuk ikut didalamnya :

Me : O ya? Tau dari siapa kamu? Jangat fitnah lho, dosa.

E : Ya saya sih cuma denger-denger dari kakak tingkat, dan pengalaman saya dulu waktu dinas

di ruang sepsis bareng dia.

I : Iya betul saya mendengarkan cerita dari si A kalo Mr. X tuh kalau sama dia lembut banget

dan juga bersahabat, kadang kata-katanya menjurus ke hal-hal yang agak jorok gitu.

Me : Ah masak sih? Kalo sama saya sih gak pernah ngobrol sepatah katapun, jadi saya no

comment. Eh I kamu kapan dines pagi?

I : Hmmmmm....saya dines pagi 3 hari lagi, kenapa?

Me : Wah kebetulan sekali, berarti kamu dinas pagi bareng sama saya, hehehe

I : Maksudnya apa?

Me : Ya maksud saya kan kebetulan ada kamu, Mr. X kan suka sama cewek, apalagi yang bohai,

pasti dia langsung gak konsen tuh,hehehehehehe

I : Heh, awas ya kamu... (sambil senyam senyum tersipu malu).

Me : Ya udah kalau ngobrol terus kapan selesainya nih kerjaan, lebih baik kita lanjutkan mengisi

catatan perkembangannya.

Tiga hari kemudian saatnya saya dan I dinas pagi, dari rumah saya sudah membayangkan

sesuatu hal lucu yang akan terjadi pada hari ini. Sesampai di Rumah Sakit saya bertemu dengan I di

depan ruang jaga PPDS THT :

Me : Eh tumben pagi bener kalau datang? Wah jangan-jangan udah siap menyambut Mr. X

nih....wkwkwkwkwkwk.

I : Hmmmm dasar...awas kalau nanti Mr. X berulah, lebih baik saya kabur saja, hehehe.

Page 56: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

56

Me : Ya sudah, kita harus bersikap baik terhadap orang lain, sudah waktunya operan nih, yuk kita

ke depan.

Setelah itu kamipun ikut dalam acara operan, kemudian dilanjutkan dengan pre conference.

Selanjutnya kami melakukan kegiatan rutin lainnya, seperti verbed, kebersihan lingkungan, dan

memberikan injeksi sesuai jadwal harian, rawat luka jika ada. Tepat pukul 10.00 WIB kami telah

menyelesaikan semua program asuhan keperawatan harian, kebetulan pada hari itu program pasien

tidak terlalu padat. Selanjutnya kami mengisi lembar catatan perkembangan sesuai dengan pasien

kelolaannya masing-masing seperti yang tertera di papan struktur kegiatan harian. Ketika kami

sedang asyik mengerjakan catatan perkembangan, tiba-tiba Mr. X datang dan duduk di kursi samping

si I sambil mengerjakan status pasien dan I pun menyapa :

I : Pak, untuk pasien Tn. K itu dapat terapi tansfusi berapa kolf?

Mr. X : Ya…tergantung Hb sekarang dan berapa target nilai Hb yang ingin dicapai, tapi biasanya

kalau Hb sekarang > 7, dokter meresepi 2-3 kolf dalam 1 hari, kemudian setelah habis,

besoknya dicek Hbnya, kalau masih kurang ya nambah sesuai kebutuhan, kalau sudah sesuai

target yang ingin dicapai seperti 11 atau 12, transfusi dihentikan.

I : Ooo…begitu ya pak, terima kasih pak atas informasinya.

Mr. X : Iya, siapa nama kamu? Kok masih nampak paling muda di kelompok ini?

I : I pak (I hanya senyum-senyum saja mendengar pertanyaan itu).

D : Iya dia paling muda pak, dia dari program A (kasihan banget si D hanya didengarkan tanpa

dilihat).

Mr. X : Lho bukannya kelompok ini dari program B ya? (dengan pandangan yang tidak pernah

beranjak memandangi I).

I : Iya pak hanya saya yang dari program A di kelompok ini.

Mr. X : Lho kok bisa begitu? (tetap memandangi I).

I : Iya pak saya dulu sempat ambil cuti setahun karena ada kepentingan.

Mr. X : Nikah ?

I : Ooo…gak pak, saya masih single bahkan belum punya pacar (sambil ketawa lebar).

Bebebrapa saat percakapan terhenti, masing-masing masih melanjutkan pekerjaan yang

dihadapinya di atas meja. Kemudian saya berbicara kepada I dengan nada agak berbisik :

Me : I awas nanti kamu diangkat sebagai istri kedua lho sama Mr. X,hehehehehe’

I : Ihh asal aja kamu….(sambil senyam-senyum).

Saat saya melanjutkan pekerjaan saya kembali, Mr. X bertanya kepada I :

Mr. X : Rumahnya dimana I?

Page 57: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

57

I : (sambil tolah-toleh dan memberi isyarat bahwa dia tidak mendengar apa yang dikatakan

Mr. X).

Me : (saya memberi isyarat kalau Mr. X bertanya rumah I dimana).

Mr. X : Pacarnya ya? Mau jawab pertanyaan saya saja minta ijin pacarnya dulu (sambil senyam-

senyum melihat ke arah I dan saya)

Me : Bukan pak (jawab saya sambil tersenyum datar).

I : Iya bukan pak, pacarnya adik tingkat saya, anak program A juga, angkatan 2008.

Mr. X : Ahh..ya gak apa-apa, mumpung masih muda, dan biasanya cowok suka sama cewek yang

seperti I ini (sambil senyam-senyum dan memandangi I dengan pandangan aneh yang pernah

saya lihat).

Me : Memang seperti apa pak?

Mr. X : Ya seperti ini, seperti I ini (sambil Mr. X tertawa dan melihat saya seakan-akan

mengisyaratkan sesuatu tentang I).

Sesaat saya berpikir kira-kira apa yang dimaksud oleh si Mr. X ini, sambil melihat pandangan mata Mr.

X terhadap I dan mimik wajahnya yang aneh dan gak pernah saya lihat Mr. X seperti itu sayapun

menyimpulkan “Ooo..mungkin yang dimaksud Mr. X bahwa tubuh I montok”. Kemudian saya

mencoba mengklarifikasi hasil pemikiran saya dengan mengatakan :

Me : Ooo… iya pak memang kebanyakan cowok suka sama yang seperti I ini, bohai (sambil

tertawa geli).

Mr. X : Hahahaha…iya betul bohai, kamu makannya apa sih kok bisa kayak gini? (Tanya Mr.X dengan

merendahkan nada pada kata “Bohai” tersebut).

Saya kembali berkata dalam pikiran saya “Busseeett, ternyata benar yang saya pikirkan

tentang isyarat Mr. X tadi”. Di sinilah saya tidak menyangka bahwa Mr. X ternyata orang yang seperti

itu, “terbuka sudah kedoknya selama ini”, kata saya dalam pikiran. Maklum sejak dulu Mr. X selalu

memasang wajah menyeramkan dan sikapnya juga kurang bersahabat terhadap mahasiswa.

I : Hmmm…dulu saya tidak segemuk ini pak, dulu saya kurus, karena program diet yang salah

dan kurang olahraga, makanya saya jadi seperti sekarang ini.

Mr. X : Wah..ya gak apa-apa, lebih baik seperti ini, kelihatan lebih gimana gitu, betul gak? (tanyanya

kepada saya sambil ketawa aneh).

Me : Iya pak betul.

Sejak saat itulah, Mr. X mulai bersikap lebih lunak terhadap kami semua, dan yang tidak

ketinggalan, Mr. X selalu mencari-cari kesempatan ngobrol dengan I, kalaupun tidak ada I, Mr. X

selalu mencarinya. Apalagi kalau masalah ijin untuk ishoma lebih lunak daripada dulu saat pertama

Page 58: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

58

kali kami masuk ruangan itu. Sejak hari itu sampai hari terakhir kami praktek di ruangan itu hidup

kami terselamatkan dan yang lebih penting antara kami dan Mr. X mulai terjalin hubungan yang

harmonis dan saling menghargai (hahahahaha lebay lagi).

Begitulah kisah yang dapat saya tulis sebagai bahan untuk berbagi cerita dengan teman-

teman senasib seperjuangan semua. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah “Bahwa

seperti apapun kita, seberkuasa apapun kita, sekuat apapun kita, sebagai manusia biasa, kita pasti

punya kelemahan dan kesalahan. Dan alangkah lebih baiknya kita tidak usah bersusah payah

menutupi kelemahan kita dengan upaya yang cenderung memaksakan orang lain untuk menghargai

dan menghormati kita bahkan kurang masuk akal, namun yang paling penting adalah bagaimana

menggunakan kelemahan yang kita miliki menjadi sebuah kekuatan yang bernilai positif, bermanfaat

bagi diri sendiri dan orang lain. Karena dengan begitu penghormatan dan penghargaan akan datang

dengan sendirinya” (Shandy, 2013).

Jika anda merasa resah, sakit hati

Kenapa tidak ada seorangpun yang memandang dan menghargai anda

Seharusnya anda berpikir positif kenapa hal itu bisa terjadi pada anda

Tanamkan pada pikiran anda:

Bahwa bagaimana orang lain akan memberikan penghargaan kepada saya

Jikalau saya saja tidak memandang dan menghargai diri saya sendiri sebagai

pribadi yang memiliki suatu kemampuan untuk merubah suatu hal menjadi

lebih baik.

(Mario Teguh)

Bersikaplah indah terhadap diri anda sendiri

Karena itu akan membuat orang lain mengindahkan diri anda.

(Mario Teguh)

Page 59: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

59

Semoga dengan kisah ini dapat menginspirasi kita semua dan tali persaudaraan antar

sesama keluarga “PSIK B angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang” tetap

terjaga dan harmonis meskipun nanti raga kita terpisahkan oleh jarak dan waktu, yang penting

jangan sampai kita terpecah belah. Ingat kawan !! “Kita harus tetap solid sebagai 1 keluarga sampai

kapanpun, tetap semangat untuk meraih cita-cita masing-masing, semoga kesuksesan menyertai kita

semua, Amin…”. Ojo lali karo ak yo rek…….SALAM SATU JIWA dariku (Shandy).

Dwi Ari Shandy Widiawan Putra

SEKIAN

SEMOGA BERKENAN

Page 60: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

60

Wound -Mubin Barid-

Bismillahirrohmaanirrohim

Profesi keperawatan sebuah kata yang mengundang bermacam Interpretasi dan makna,

namun dalam kamus saya ini adalah ladang yang bisa digarap untuk berbuat demi kemashlahatan

ummat atas titipan Ilmu dan kesempatan dari Allah sang pemilik Hajat, bukan tergantung pada

bagaimana apresiasi makhluk yang kadang hanya sesaat. .

Sepenggal kisah ini diambil mulai dari praktek profesi departemen manajemen.Kala itu tgl

26 maret 2012 kami kelompok 3 mulai masuk departemen kedua yaitu managemen, yang

beranggotakan 6 anggota antara lain :boss andi, boss aguslan,saya ,boss vina,boss yanti dan boss

ninik. “boss” demikian panggilan kami untuk masing2 anggota ,mengingat tiap2 anggota diberi

kesempatan untuk memimpin tiap departemen.

Kami dinas diruang 17 yang merupakan ruang perawatan bedah.dengan kapasitas tempat

tidur 32 bed selama kurang lebih 6 mg.yang mana pada minggu ke 2-5 adalah role play. pagi itu

tanggal 13 april saya dapat giliran menjadi Perawat associate/ perawat pelaksana (PA) dengan karu

boss vina .

Tiba diruangan pada pukul 06.45 wib mata saya langsung tertuju pada papan pembagian

tugas pengelolaaan ruangan. mubin sebagai PA dikamar 10 bed 1, 2,3 demikian pengumuman itu

tertulis. Tak lama sesudah itu operan dinas pun dilakukan,dan tiba di kamar 10 bed 3 ada pasien

seorang ibu paruh baya tampak lemah dan hopeless dengan terpasang infuse dilengan kiri,

terpasang dower catheter tree way dengan irigasi ,serta luka fistula diabdomen yang yang

merembes. demikian penilaian awal saya terhadap pasien kelolaan saya pada hari ini, Sebelum

meninggalkan ruangan itu saya sempatkan menyapa dan menitipkan semangat “ibu semangat

yaaa,yakinlah insyaAllah ibu akan sembuh” sambil memegang tangan untuk berjabat tangan erat

memberikan peneguhan. setelah itu saya pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut untuk

mengikuti pre conference di ruang perawatan

Pada saat pre conference katim memaparkan rencana perawatan untuk masing-masing

pasien kelolaan hari .’’pasien ruang 10 bed 3 atas nama bu rawat dengan diagnosa fistula post op

batu buli 1 bulan yang lalu rujukan dari Rs Kepanjen,hari ini direncanakan rawat luka fistula demikian

katim menjelaskan rencana perawatan untuk hari ini.

Setelah pre conference ditutup,masing 2 PA mulai mempersiapkan untuk implementasi dari

rencana keperawatan yang telah dibuat olek KATIM,termasuk saya mulai mempersiapkan trolly yang

akan digunakan untuk perawatan luka.selanjutnya tibalah giliran perawatan luka untuk pasien

Page 61: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

61

kelolaan saya di ruang 10.dan selama melakukan intervensi kami akan di damping oleh PA dari

ruangan yang bertanggung jawab pada masing-masing Tim.

Pada hari itu saya hanya menjadi asisten dalam perawatan luka, sedangkan perawatan luka

langsung dikerjakan oleh PA ruangan mengingat perawatan luka tsb baru pertama dilakukan pada

pasien tsb. Adapaun kondisi awal luka dapat saya gambarkan terdapat, luka post op repair dengan

garis vertical ± 12 jahitan yang masih basah dan heating belum diaff ,terdapat 2 lubang jahitan yang

tidak bertaut. serta dipinggir kanan luka terdapat lubang fistula yang merembes urine dan faeces.

cukuplah hanya ini yg bisa saya gambarkan lewat kata2 tentang kondisi luka pasien tersebut. ( ah

ingatan saya kembali pada kejadian tersebut seandainya saja saat itu kondisi luka dapat

didokumentasikan ,mungkin saat ini saya tidak perlu menjelaskan lagi kondisi luka yang sulit untuk

dideskripsikan, maklumlah mahasiswa judule.,he.,he.,)

Singkat cerita setelah perawatan luka selesai dilakukan dan alat2 dibersihkan ,saya kembali

mendatangi pasien tersebut untuk kembali memberikan semangat bahwa diluar sana, lebih banyak

lagi luka2 yang jauh lebih parah dibanding luka yg ibu alami saat ini ,tetaplah semangat, dan

berusahalah untuk menghabiskan makanan yang disediakan RS untuk mendukung proses

penyembuhan luka pada ibu.

Pada pagi 2 berikutnya,jika tidak salah hari ke 3 setelah hari setelah kejadian itu, saya

sempatkan untuk mendatangi pasien tsb lagi ,walaupun bukan menjadi PA pada ruangan tsb,.pasien

tersebut mengatakan bahwa dia akan dipindah ke ruang 18 karena akan direncanakan untuk

dilakukan colonoscopy dan tindakan colostomy, pasien tersebut tampak begitu sedih karena

colostomy baginya hanya akan membuat luka baru dan menambah deritanya ,walaupun KIE telah

diberiikan oleh Tim medis namun sepertinya bagi pasien tersebut keputusan itu adalah suatu yang

berat. walaupun demikian akhirnya pasien tersebut pun dipindah ke ruang 18 . keeseokan harinya

anak pasien tersebut mendatangi saya dan mengatakan bahwa keputusan ibunya sudah bulat tidak

mau dilakukan colonoscopy dan operasi colostomy,dan pilihan lain ketika menolak tindakan tersebut

adalah minta pulang paksa, kekagetan saya tidak berhenti sampai disitu ,sang anak menyampaikan

pesan ibunya untuk meminta saya merawat luka nya dirumah. saya kembali memberikan KIE bahwa

sebaiknya ibu mau untuk dilakukan colostomy ,karena itu hanya bersifat sementara ,dan jika luka ibu

telah sembuh dan fungsi pencernaan ibu kembali normal nanti,colostomy akan ditutup, namu itu

semua ternyata tetap tidak mampu merubah keputusan pasien tersebut dan keluarga untuk minta

pulang.kebingungan saya bertambah mengingat ibu tsb tetap meminta saya untuk merawatnya

selama dirumah, saya tidak langsung memberikan keputusan untuk menerima atau menolak,

mengingat konseksuensi dan resiko yg harus terima jika perawatan dirumah saya lakukan, saya

meminta waktu untuk menjawab. saya berfikir untuk meminta pertimbangan kepada dosen

Page 62: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

62

akademik yang pernah memberikan materi ttg perawatan luka dan ingatan saya langsung tertuju

pada Bu Dina .

Sepulang dari dinas pagi ,saya langsung kekampus untuk meminta saran dengan bu dina,,

dan pertanyaan pertama yg diajukan bu dina ke saya , “apakah tidak ada perawat ruangan yang

merawat bin” , saya terdiam sejenak , “entahlah bu kenapa pasien tersebut dan keluarganya meminta

dg penuh harap untuk saya yang merawat saya juga sudah menjelaskan mengenai status saya disini

sebagai mahasiswa praktek .”mendengar itu bu dina pun mengatakan ya sudah jika memang seperti

itu, seandainya ebin yakin mampu untuk merawat silahkan dirawat . Mendengar jawaban dari bu

dina ,Bismillah saya pun menerima tawaran untuk merawat luka ibu tersebut dirumah.

Setelah jawaban iya yang saya berikan,sore itu saya langsung diminta untuk berkunjung

kerumah keluarga pasien tersebut ,mengingat rumah nya berada diluar kota malang ,jadi sementara

pasien tersebut menginap dirumah keluarganya. sesampainya dirumah saya mengatakan saya tidak

menjanjikan apa apa selain berusaha untuk berbuat yang terbaik untuk ibu,karena kesembuhan

tergantung pada Izin Allah semata ,yang saya minta hanyalah ibu perbanyak berdo’a, makan

makanan yang tinggi Protein , mobilisasi bertahap serta harus tetap semangaaaaattttttt.dermikan KIE

yang saya berikan pada pasien tersebut.

Setiap 2 hari sekali saya datang ke rumah pasien tsb untuk merawat luka, dengan wajah

yang selalu dihiasi dengan senyum lebar, menyambut kedatangan saya setiap kali saya datang ,ini lah

menjadikan kekuatan dan semangat saya untuk merawat pasien tsb bertambah kuat dengan segala

daya dan upaya total saya maksimalkan

Seiring dengan peningkatan intake nutrisi serta kekuatan motivasi pasien tersebut untuk

sembuh dalam seminggu pertama pasien tersebut perlahan mulai mampu mobilisasi jalan bertahap

dan catheter yang telah lama terpasang coba saya lepas. sambil mengevaluasi apakah urine masih

merembes di lubang fistula , pada 2 hari berikutnya Alhamdulillah tidak terjadi rembesan urine pada

luka dan disekitar tampak kondisi luka mulai menunjukan tanda2 granulasi, saya semakin

bersemangat untuk melanjutkan perawatan hingga luka kelak benar2 sembuh.

Singkat cerita ,± 1 bulan melakukan perawatan luka dengan berbagai macam sensasi rasa,

cemas, khawatir , haru ,dan bahagia adalah ending rasa yang saya rasakan ,ketika melihat luka pasien

bu rawat sembuh sempurna ,dan bahagia itu bukan hanya saya rasakan sendiri namun seluruh

keluarga dan pasien bu rawat sendiri tentunya.akhirnya ‘’suster demikian saya selalu disapa , kami

mengucapkan terima kasih atas perawatanya dan izinkan bolehkah saya mengangagap suster sebagai

anak sendiri, tak terbendung lagi air mata ini mendengar pernyataan sang pasien, saya speechless

hanya mampu mengucap kumpulan syukur dalam hati . Hamdallah.,

Page 63: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

63

Terakhir sebelum saya akhiri kisah ini , sebagai renungan proses penyembuhan luka adalah

fisiologis dan sudah tersedia didalam proses tubuh. Tugas kita adalah merawat dan Tuhan lah yang

menyembuhkan. I dressed the wound, God Healed It.,

Kesan selama menjalani profesi

Sebelum menjalani profesi sempat terpikirkan alangkah senangnya jika kuliah s.Kep tanpa

wajib mengikuti profesi , namun ketika ini sudah merupakan satu paket untuk menyelesaikian

pendidikan S1 keperawatan maka tidak ada pilihan lain selain harus dijalani. Selama menjalani

profesi begitu banyak peristiwa yang dialami, ada ideal, ada penyimpangan, ada yang sesuai harapan

namun ada pula yang kurang diharapkan atau bahkan tak diharapkan untuk terjadi ,namun itu semua

ter akumulasi menjadi satu paket yang indah untuk dikenang

Wahai teman-teman sejawat ners masa depan , kibarkanlah bendera bahwa kita bangga

pada profesi ini. we care not cure

N/B :

special thanks.,buat sdr mas nasrullah ,maksih byk y rul atas inisiatif dan isnpirasi, nya serta jerih

payahnya untuk menyemprnakan proyek ini hingga kelak dapat terkumpul kumpulan cerita yang

menginspirasi.moga Allah membalas nya dalam bentuk kebaikan yang lain. Amiin . Monggo diedit

y jika ada kata2 yang kurang layak dan kurang berkenan. .,

dokumentasi luka

gambar 1 .,kondisi luka pada seminggu pertama perawatan dirumah

gambar 2 .,kondisi luka pada saat dokumentasi terakhir sebelum mengakhiri home care ,

Page 64: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

64

maaf hanya ini foto yg penulis punya ,dokumentasi ini jg br bisa diambil saat sudah berada dirumah

dan seizin pasien tersebut untuk didokumentasikan

Mubin Barid

Page 65: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

65

Just a note… -Aguslan Efendi-

Minggu pagi……..

Lega…terasa lega, seperti rasa lega saat bisul pecah,atau seperti rasa mules yang

menemukan tempat jongkok,WC. Yeaaah…hari ini Minggu,27 Januari 2013 hari pertama bebas dari

segala tugas dan kewajiban pendidikan profesi yang sudah dijalani satu tahun terakhir ini. Hari ini

aku mencuci seragam yang setahun ini kugunakan, menganggapnya cuci perpisahan.Karena mungkin

setelah ini aku tidak akan mencucinya. Atau paling tidak aku tidak akan mencucinya sendiri lagi

seperti setahun ini. Seragam ini saksi paling sahih proses pendidikan profesi yang kata kakak-kakak

kelas sebelumnya jauh lebih berat daripada proses pendidikan akademik di kampus.

Pendidikan profesi ini aku mulai dari departemen yang kata teman-teman adalah

departemen ringan tapi rawan konflik, komunitas.Seragam baru, semangat baru mewarnai hari-hari

itu.Aku memulainya dengan sedikit kurang gereget. Mungkin karena sedari awal proses perkuliahan

ini ,aku mengindoktrinasi diri sendiri kalau semua ini akan aku anggap sebagai refreshing saja agar

tidak tertekan. Mulai dari kehilangan adik di kampung halaman yang memaksaku pulang kampung

saat kegiatan baru masuk 4 hari . Ekspektasiku yang terlalu tinggi kepada teman-teman

sekelompokku juga membuat aku lengah untuk sedikit ketat mengorganisir kegiatan kelompok. Aku

terlalu terlena saat melihat anggota kelompok begitu bersemangat berinisiatif sendiri mengambil

peran, tugas dan tanggung jawab dalam tugas kelompok. Aku lupa membuat job description yang

jelas untuk anggota kelompok. Aku berfikir dengan semangat gotong royong seperti ini tidak lagi

diperlukan pembagian tugas tertulis. Aku lalai. Dan akhirnya dengan segala kelebihan dan

kekurangan , konflik, intrik ,negosia-si , canda, tawa ,pengertian, kebersamaan dan kooperatifnya

masyarakat di lahan praktek , departemen ini selesai dengan hasil sesama anggota kelompok mulai

memahami karakter masing-masing sebagai bekal untuk bersama di departemen selanjutnya. Dan

yang pasti Masyarakat mengapresiasi keberhasilan program, pembimbing lahan puas serta

pembimbing akademik menandatangani lembar pengesahan laporan kegiatan kelompok dengan

sedikit memberengut karena saat dua kali beliau supervisi ke desa , semua anggota kelompok tak

satupun yang kelihatan orang maupun sarungnya ..he he……berhasil, laporan tepat waktu.

Departemen Selanjutnya, Managemen.Mengelola operasional sebuah ruangan Rumah Sakit

dalam role play memberi gambaran yang real bagaimana sebuah ruangan harus diorganisir. Aku

menikmati kebersamaan dan sikap well come yang ramah dari punggawa ruangan 17 RSSA. Di

Ruangan ini kami berkenalan dengan tugas dan tanggung jawab bebagai komponen dari sebuah tim.

Kami juga berkenalan dengan sebuah produk minuman jus segar yang selalu jadi rebutan dan idola,

Maple jus. Intrik sesama anggota kelompok terasa tidak ada lagi. Damai dan mesra.

Page 66: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

66

Departemen berikutnya adalah departemen-departemen dengan rutinitas dan pola kegiatan

yang sama walau beda bidang. Masing-masing memiliki agenda, tugas, nasib baik dan nasib buruk

sendiri. Ya…nasib buruk. Aku mengalami nasib buruk dengan sukses saat pertama di departemen

surgical. Harus ganti LP setiap hari selama 3 hari, padahal bayang-bayang ronde keperawatanku

mengancam di hari ke 4. Ronde tanpa boleh melihat laporan..wow , lumayan bikin

keringatan.Pengalaman pertama. Pertama kali aku merasa pembimbing akademik sedikit kejam.

Rutinitas sehari-hari kadang bisa dinikmati tergantung dari kepentingan mana memulainya.

Bertemu perawat-perawat baru di ruangan baru dan mahasiswa dari institusi lain adalah hal-hal

rutin. Ada perawat ruangan yang menyenangkan dan yang lain menyebalkan adalah warna-warna

yang berbeda. Rutin menjadi tidak menyenangkan saat kegiatan padat dan lelah mulai terasa . Atau

bertemu dengan perawat ruangan yang sedikit sok kuasa , menyuruh melakukan sesuatu yang

sebenarnya bisa dilakukan sendiri tanpa perlu menyuruh orang lain, yang suka berteriak untuk hal-

hal yang tak perlu. Atau perawat muda yang percaya dirinya ketinggian sehingga dengan entengnya

memanggil mahasiswa tua dengan panggilan “DIK”. Not a big deal…di posisi ini semua jadi terasa

sedikit menggelikan. Biasanya kuhibur diriku dengan mengasihaninya karena kebutuhan aktualisasi

dirinya yang belum terpenuhi.Atau kadang berperasangka jelek, jangan-jangan matane wes

suwek………he he…….

Kisah lain…. jaga malam dengan cerita hantu dan tidur di kursi kayu adalah nasib yang harus

diterima dengan ikhlas walau nanti pagi badan akan terasa remuk redam gara-gara terlalu lama

terbiasa manja tidur nyaman di kasur kapuk tipis fasilitas kost. Itu jauh lebih mending daripada tidak

kebagian kursi samasekali karena semua dikudeta oleh mahasiswa PD (Pendidikan Dokter) maupun

mahasiswa dari institusi lain. Pernah terfikir untuk membawa kantung tidur yang biasa aku pakai naik

gunung saat bujangan dulu. Tapi urung kulakukan karena khawatir tatapan jijik perawat ruangan yang

akan melihatku seperti orang yang hendak kemping.

Laporan pendahuluan dan laporan asuhan keperawatan adalah siksaan yang lain dari

pendidikan profesi ini. Laporan pendahuluan yang harus sudah ada di hari pertama adalah teror

nyata yang datang tanpa rasa bersalah setiap minggu malam. Ia dengan nyamannya merampas saat-

saat libur yang tak seberapa. Apalagi jika hari Sabtu jadwalnya jaga malam. Serasa tidak ada hari

libur. Karena Minggu harus mencuci, beres-beres kamar, menyelesaikan laporan minggu sebelumnya,

sore menyempatkan diri nonton di bioskop 21 kalo uang saku masih bersahabat. Baru kemudian

malamnya mulai puyeng nyari literatur dan browsing untuk membuat Laporan pendahuluan buat

besok pagi. Pengalaman membuktikan kalau aku ternyata pemalas untuk urusan ini. Laporan

pendahuluan mungkin bisa tepat waktu walau revisi entah kapan. Laporan asuhan keperawatan

kadang juga molor. Sampai pernah seorang pembimbing ruangan tidak berminat lagi memeriksa hasil

Page 67: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

67

revisianku dan kemudian menandatangani laporan asuhan keperawatanku dengan senyum sinis

gara-gara aku kembali meminta responsi setelah 3 bulan menghilang sejak aku praktek di

ruangannya. Sama sekali tidak pantas dibangggakan dan tidak layak ditiru.

Beberapa hal yang aku sesali hanya jika mengingat beberapa sikapku yang mungkin kurang

nyaman ketika berinteraksi dengan beberapa teman. Dan kesibukan yang membuat aku kadang

seperti lupa dengan teman-teman yang dulu saat masih di bangku kuliah begitu dekat dan akrab.

Sama sekali semuanya hanya karena kesibukan yang begitu kekar mengepung kita. Terkadang aku

lebih merasa tertekan mengingat itu daripada mengingat rasa patah hati di ruang 9 saat aku yang

baru saja mulai berbunga-bunga mencoba memelihara jenggot,harus mencukurnya dengan paksa

hanya karena arogansi dan alasan tak jelas penguasa ruangan.Dan aku menyerah. Kepada semua

teman….maaf…..jika aku kurang peka…aku yang seharusnya memposisikan diri sebagai contoh buat

teman-teman yang lebih muda malah lebih asik dengan diri sendiri dengan kegiatan distraksi rasa

kesepian karena jauh dari anak istri………

Hmmm……akhirnya harus aku akui, tulisan ini dibuat dengan terburu-buru karena kasihan

dengan pemrakarsa 50 pena mengubah dunia yang sudah hampir putus asa memintaku membuat

sebuah catatan tentang pendidikan profesi ini. Setidaknya ada yang aku bagi kepada yang lain.Jika

yang lain memiliki pengalaman yang berbeda , tentu akan menambah kaya kisah-kisah inspiratif yang

akan aku ingat dari orang-orang yang pernah berjuang bersamaku. Yang paling penting ternyata

adalah proses ini tidak menyiksa untuk membunuh kita tetapi membuat kita semakin kuat dan

mendapatkan banyak pemahaman dari berbagai sudut pandang yang tak sama. Selamat untuk yang

sudah selesai menjalani prosesnya…dan tetap semangat untuk yang masih belum menyelesaikannya.

God luck guys….BAND of BROTHERS “All or None “ till the end…….will miss you fellows……see

ya………….ciao………….

Aguslan Efendi

Page 68: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

68

JAS LAB! -Putu Norma Yustisia-

“Kamu tidak akan bisa mengingat kapan tepatnya suatu peristiwa terjadi jika tidak kamu

catat atau peristiwa itu begitu penting dalam hidupmu” – Putu Norma

The story begin...

Malang, ..... Juli 2012

Hari ini aku masuk pagi di ruang intensif penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful

Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa :D). Ya seperti biasa suka malas kalau masuk

pagi, apalagi di ruangan yang satu ini jadwalnya pagi terus huft... Meskipun ada untungnya juga jadi

kumpul semua masuk rame-rame satu kelompok kecil (Nama anggota kelompok dirahasiakan :P) tapi

tetap saja.... tidak bisa membuatku datang lebih awal hari itu (Juga hari sebelum dan sesudahnya :P)

Jadi deh aku telat dengan predikat cumlaude karena ternyata baru masuk ruangan pukul 07:29

wkwkwkwkwkwkwkkkk.... (Mohon diabaikan :P)

Semua perawat ruangan sudah berada di posnya masing-masing, termasuk dua teman

kelompok kecil saya (Nama anggota kelompok dirahasiakan :P) Karena kebiasaan terlambat ini sudah

terlalu mainstream dalam hidup saya, saya jadi punya kebiasaan “unik”, jadi jauh sebelum sampai di

depan pintu ruangan, saya selalu memakai jas lab terlebih dahulu, jadi pakai jas labnya di jalan

sambil jalan gitu deh... Dan masuk ke ruangan dalam keadaan tas tidak di cangklong (apa bahasa

Indonesianya >_<) tapi di jinjing (apa bahasa Indonesianya >_<) dengan semua barang berharga

sudah diamankan di kantong, si tas langsung ditaruh di manapun deh, yang jelas bukan di tempat

mahaiswa naruh tas hehehehe... Terus langsung gabung deh hehehehe... (Sekali lagi cerita ini mohon

diabaikan :P)

Setelah menjalankan ritual terlambat, hari itu berjalan seperti biasanya. Mulai dari

“ngumbah motor” (Sebenarnya saya tidak suka istilah orang ruangan untuk kegiatan memandikan

pasien ini ), TTV, ambil darah, rawat luka dan sebagainya, di antara semua kegiatan itu saya malah

paling suka pas waktunya bikin susu sama teman-teman dari gizi hehehehehe... Pada saat membuat

susu di dapur, dengan sebuah alasan yang saya sudah lupa apa, saya lepas jas lab saya (yang pada

masa itu saya gunakan terbalik, jadi kancingnya ada di belakang, maklum sudah gak muat >_<) dan

saya taruh di tempat gantungan skort yang ada di dapur.

Susu diseduh satu-satu, hmm tunggu sebentar teman-teman saya mana ya kok dari tadi tidak

ada...? Saya melongok sedikit dari pintu dapur, ternyata mereka masih keliling hehehe... (Maksudnya

kalau mereka keluar, saya mau titip sesuatu di kantin [Mohon diabaikan kebiasaan ini :P]). Saat

Page 69: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

69

sedang asik di dapur itulah tiba-tiba ada kekacauan (saya melongok lagi dari dapur) ternyata salah

satu perawat tiba-tiba jatuh (tapi gak sampai jatuh karena cepat ditolong sama perawat lainnya)

(Identitas dan ciri-ciri perawat dirahasiakan :P). Tentu saja kami yang ada di dapur langsung keluar

semua menuju ke TKP... (Bacanya harus dengan gaya Parto OVJ :P) seketika suasana ruangan heboh.

Ternyata korban jatuh karena merasa punggungya kecetit (apa bahasa Indonesianya >_<)

sehingga dia tidak bisa bergerak dan oleng. Segera perawat yang malang tadi didorong ke UGD.

Keadaan pun kembali tenang, karena pekerjaan rutin pagi itu juga sudah selesai (Tinggal

mengedarkan susu dan membantu kasih zonde yang dilakukan oleh teman-teman Gizi) para perawat

ruangan dan teman-teman saya (termasuk saya) duduk santai-santai sambil minum maple

hahahaha... (Ada yang ingat minuman penyerik [apa bahasa Indonesianya >_<] tenggorokan ini..?)

Disaat itulah saya baru ingat dengan jas lab saya di dapur.

Saya pun ke dapur untuk mengambilnya kembali... Dan... What?! Mana jas lab saya kok gak

ada ya...?! Demi tuhan (Bacanya harus dengan gaya Arya Wiguna :P) ini pasti ada yang ngeringkesi

soalnya skort-skort lain yang tadi juga ada di gantungan itu menghilang semua Waduh di mana ini

jas lab saya. Langsung deh introgasi dilancarkan detik itu juga ke semua warga ruang intensif penyakit

dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa

:D). Tersangka pun mengerucut ke satu orang yaitu bapak pekaryanya (Yang jadi adminnya ruangan)

tapi ternyata beliau turun pangkat jadi saksi karena hanya bisa mengantarkan saya menelusuri ruang

spoel hok (Bener tidak nih tulisannya? >_<) Yang ternyata embernya sudah kosong...! Itu berarti

sudah diangkut... Kemana...??? >_< Beliau mengatakan setiap IRNA punya petugas sendiri untuk

mengambil dan mengantarkan linen-linen. Dan untuk ruangan intensif penyakit dalam Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa :D) ini gabung dengan

ruangan-ruangan yang satu gedung.

Dari bapak pekarya (Yang jadi adminnya ruangan) saya dapat info kalau nama petugasnya Ibu

(.....) (Antara nama dirahasiakan dan lupa :P) yang sekarang kemungkinan besar ada di ruangan atas.

Oke tanpa memperdulikan dua teman saya yang terbengong-bengong sambil nyeruput maple, saya

langsung naik lift menuju lantai atas, nah waktu mau pencet lantai yang mana bingung, aduh...

lantainya kan banyak, kira-kira Ibu (.....) ada di lantai berapa... -_- Akhirnya saya pencet asal saja

(sudah lupa juga berapa :P) di lantai itu saya bertemu dengan dua CS yang ternyata mereka gak tahu

ibu itu sudah ke situ atau belum Akhirnya saya putuskan kembali lagi ke lobi lantai satu, waktu itu

meja reseptionisnya (Bener tidak nih tulisannya? >_<) ada yang nunggu, langsung deh tanya ke sana,

apa Ibu (.....) sudah lewat sini, jawabannya sih belum... Tapi perasaan saya gak yakin sama

jawabannya, saya langsung tanya saja sama “penunggu” reseptionisnya (Bener tidak nih tulisannya?

>_<) ruangan tempat Ibu (.....) kembali setelah mengambil linen-linen kotor tiap ruangan, dan

Page 70: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

70

ditunjukkanlah sebuah tempat dengan nama asing (Lupa juga namanya >_<) saya pun langsung ke

sana.

Di tengah jalan saya kehilangan arah, untung bertemu dengan beberapa CS dan mereka

menunjukkan dengan jelas (yang tadi gak jelas >_<) Sesampainya di lokasi (yang ternyata letaknya

kalau dari arah Irna III ada di lorong sebelah kiri sesudah instalasi gizi) Kalau gak salah ada tulisan

kecil di depannya “Tempat Linen Kotor” Kebetulan ada ibu-ibu yang keluar dari sana, saya langsung

tanya apa Ibu (.....) ini sudah kembali ke sini..? Jawabanya belum... hmmm syukurlah saya pun

menanti di luar, dan ibu tadi masuk lagi ke dalam. Tapi gak sampai 1 menit, si ibu tadi keluar lagi nyari

saya, katanya Ibu (.....) sudah ada di dalam! Langsung deh saya dipersilahkan masuk setelah

menyampaikan niat dan tujuan saya... >_< (Teman-teman ada yang pernah masuk ke sana...?)

Bayangkan saja kita seperti masuk ke dalam sebuah pabrik pencucian baju, ada banyak bak berisi

linen dan skort kotor dari ruangan seluruh rumah sakit, mesin-mesin cuci besar dan..... setrika

raksasa....!!! setrikanya berupa dua buah silinder besar yang panas dan bergerak berlawanan... >_< .

Oke saya langsung dipertemukan dengan Ibu (.....) yang ternyata sangat ramah dan murah senyum

:D. Saat kami bertemu, beliau lagi sibuk membuka buntelan-buntelan yang biasa kita buat di ujung-

ujung linen pas ferbed (Bener tidak nih tulisannya? >_<) Saat saya menceritakan dan menanyakan

keberadaan jas lab saya, beliau dengan senang hati membantu mengobrak-abrik koleksi linen dan

skort kotor yang dikumpulkannya dari bangunan baru yang lokasinya tusuk sate itu untuk

menemukan jas lab saya :D Huplaaa.... tidak sampai semenit jas lab keramat saya ketemu....

hahahaha... :D Tidak disangka juga Ibu (.....) malah menawari jas lab saya dicucikan sekalian di sana

Oh no thanks... >_<. Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan, saya kembali ke ruangan...

Di ruangan semua pada tanya nasib jas lab saya, Yaaa.... saya rasa dia agak sedikit mabuk... >_<

The End....

Diceritakan dan ditulis kembali

Malang, Kamis Pon - 13 Juni 2013

Page 71: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

71

"TO(bacco)DAY" -Adinda Devi Amelia-

31 Mei, diperingati diseluruh dunia setiap tahun sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Gerakan ini menyerukan para perokok agarberpuasa tidak merokok, at least 24 jam serentak

di seluruh dunia. Adapun, angka kematian yg diakibatkan oleh rokok sebanyak 5,4 juta jiwa/tahun.

"Ah, merokok atau tidak sama-sama akan mati juga," tentunya kalimat itu akan berbeda cerita jika yg

tertimpa adalah diri kita sendiri, bukan?

Sore itu, di penghujung Juni, 2012.

Departemen medikal, Wlingi.

Tangisan pecah di bangsal saat itu. Seorang ibu dan 2 anaknya, meratapi kepergian tulang

punggung mereka untuk selamanya. Kanker paru. Seorang perokok berat.

Saya teringat cerita ttg seorang anak, setelah SD nya diberi penyuluhan ttg bahaya rokok, ia

pulang sambil menangis. Ia melakukan sesuatu dengan sebuah kotak rokok dirumah..

Sepulang kerja, ayahnya mendapati secarik surat dalam kotak rokoknya:

"Ayah berhentilah merokok, aku sayang ayah.."

Sebuah cerita berbeda hadir di Poli Hamil sebuah Puskesmas di perifer kota Malang,

menjelang akhir profesi, Departemen Maternitas.

Seorang ibu muda. Hamil anak ketiga. Mengeluhkan sering mual, dan sedikit sesak, katanya.

Anamnese, sampai pd kolom pekerjaan. Buruh pabrik rokok, ia bilang. "Kalau Suami ibu?"

Ibu ini terdiam. Sedikit berkaca-kaca. Rupanya hampir 4 bulan mencari kerja di luar pulau. Lost

contact nampaknya, Tanpa kabar berita, tanpa kiriman nafkah.

Ketika nurani dihadapkan pada sebuah dilematika. Ya, ibu ini harus tetap bekerja keras, di

pabrik rokok, untuk menghidupi dirinya, serta 2 anak, serta 1 yg didalam kandungannya. Saya tau

mungkin berisiko buat bayi, buat saya, tapi tidak ada (pekerjaan) lainnya. Mencoba memposisikan

diri sebagai dirinya. Jangankan sekadar pabrik rokok. Even I'll broke my bones for my children. I'll

fight for them.

Dan ketika, kita menyadari bahaya rokok..

kita menginginkan orang2 yg kita sayang selalu sehat.

Dan bahwa, kita menyadari sistem masih berputar atas otoritasnya..

Page 72: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

72

Bahwa masih banyak saudara kita yg menggantungkan hidupnya dari tiap serpih tembakau..

Saat itu kita melihat,

That life doesn't always black and white.

Tapi akan selalu ada solusi atas segalanya.

Hanya jika kita mau 'melihat'.

...dan kemudian ibu itu menjabat erat tangan saya.

Membawa sekantung obat mualnya. Beberapa vitamin. Dan, ya. Masker.

Saat ini, ibu itu tentunya sedang mempersiapkan persalinannya.

Do'aku untukmu.

Adinda Devi Amelia

Page 73: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

73

“GARA-GARA KAKEK-KAKEK” -Insetiya Nesvi Wida-

Suatu Ketika di departemen Surgikal, Ada sebuah kelompok kecil dari bagian kelompok 4B.

Anggotanya Nanang, Makpudin, dan Insetiya Nesvi Wida. Ketika itu kami dinas di ruang 13 RSSA

Malang. Pada saat kami dinas hari kelima, kami dinas bersama sama. Alkisah ada seorang kakek yang

berusia diatas 70 tahunan terkena BPH dirawat di ruang 13 dan memakai dower Catheter serta infus.

Kakek tersebut sudah demensia, pada saat dirawat di ruang 13 kakek tersebut meronta untuk minta

pulang. Akhirnya oleh perawat dan juga kami, kakek tersebut di restrain demi keamanan.

Pada hari itu kami sedang sibuk dengan kegiatan laen setelah merestrain kakek tersebut. Alhasil tidak

berapa lama kakek tersebut menghilang,,,,, cling????????? Kemana yak?????? Semua perawat dan

mahasiswa sibuk mencari kakek tersebut. Ada yang mencari sampai ke ruang 14, ada yang mencari

sampa ke depan ruang 12 dan ada yang mencari ke penjuru ruang 13. Setelah mencari kemana

mana,,, eee ternyata kakek tersebut bersembunyi di dekat kamar mandi ruang 13 di pojok sambil

jongkok berkerudung sarung... hadeeeh....

Apa yang terjadi pada kakek tersebut setelah ditemukan???????

Tak disangka dan tak di duga,,, setelah kakek tersebut di temukan eeee dower catheternya di

gunting sendiri oleh kakek tersebut,,, dan yang menjadi masalah kakek tersebut menggunting dower

catheter diatas pengisian balon.

Jadi selanjutya??????

Kira kira 1 jam setelah itu kakek tersebut tidak bisa kencing,, kesakitan,,, karena selang kunci

tidak bisa di buka sebab di gunting sendiri kakek tersebut... dilepas pun kagak bisa... Perawat pun

bingung,,,??????

Akhirnya kakek tersebut merintih kesakitan,, berteriak dan meronta....Tindakannya apa

ya??????. Satu satunya jalan setelah di konsulkan ke dokter spesialis urologi,,, dan Tindakan terakhir

yang dilakukan adalah dengan pembedahan (operasi) untuk mengambil dower catheter tersebut.

Itupun cyto,, benar benar merepotkan...

Gara gara kakek pasien yang laen programnya kacau....

Insetiya Nesvi Wida

Page 74: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

74

Page 75: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

75

l

Page 76: DREAM-When Every Person Try to Break the Comfort Zone

76

g

SEE YO U NEXT TIME...!!!!