DRC
-
Upload
abahna-filzah -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of DRC
Strategi backup yang akan saya bahas adalah tentang proses pemindahan data pada sistem
yang kritis ke pusat pengolahan data alternatif. Disaster Recovery Plan didesain untuk menjamin
kelangsungan proses bisnis yang vital jika terjadi disaster. Rencana ini merupakan solusi yang
efektif yang dapat digunakan untuk me-recover semua proses bisnis yang vital dalam jangka
waktu yang diinginkan menggunakan record-record data vital yang disimpan secara off-line.
Skenario disaster recovery diperuntukkan untuk hal-hal tertentu, seperti kehilangan akses
ke pusat komputer, hilangnya kemampuan sistem dalam memproses data, dan terputusnya
keterhubungan dengan jaringan. Skenario ini juga mengasumsikan bahwa semua peralatan di
ruang komputer tidak dapat terselamatkan dan semua kemampuan kritis dari alat telekomunikasi
telah hilang.
Ketika terjadi disaster, petugas khusus akan mengambil tindakan cepat untuk
memperingatkan Disaster Recovery Centre (DRC). Penyimpanan kembali data-data dari critical
coverage (tempat data-data dari pusat komputer di-backup) ke pusat komputer dilakukan setelah
pusat komputer itu beroperasi dengan baik. Adapun skenario disaster recovery adalah sebagai
berikut :
Pengiriman data dari Authorized User Data dan Software archived dalam bentuk off-site storage
ke Disaster Recovery Center.
Menghubungkan network lines ke DRC.
Operating the Critical Applications on the Configuration at the Disaster Recovery Center
Menyediakan Critical Coverage pada Disaster Recovery Center
Menyediakan workspace dan peralatan yang dibutuhkan
Backup
Dalam memilih media backup, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu :
Besar data
Biaya dari media yang digunakan
Performa
Reliability
Ease of offsite storage
Metode dari backup itu sendiri, secara garis besar dibagi menjadi 3, yaitu :
1 Normal Backup
Normal backup atau full back up adalah metode backup seluruh data dan berisi semua data
dalam folder dan file yang terdapat dalam system, dengan demikian waktu recovery akan lebih
singkat, namun waktu untuk backup lebih lama. Dengan metode ini, backup-an terakhir dapat
memulihkan semua data yang ada, namun hal ini juga menyebabkan masalah apabila backup ini
dicuri oleh hacker, maka hacker tersebut akan memiliki seluruh salinan data. Selain itu metode
ini membutuhkan media backup dengan kapasitas besar.
Gambar1. Normal Backup
2 Differential Backup
Differential backup berisi semua file yang telah berubah sejak terakhir full backup. Pada
metode ini hanya dibuutuhkan full backup saat pertama kali, dan backup selanjutnya dilakukan
pada titik terakhir backup yang dilakukan sebelumnya. Proses dari Differential backup dilakukan
terus hingga full backup dilakukan kembali pada suatu titik tertentu. Metode ini mengurangi
waktu yang diperlukan untuk mem-backup data. Ketika tiba waktunya untuk men-restore data,
yang pertama harus dilakukan adalah men-restore full backup terakhir dan diikuti dengan data-
data dari differential backup dari full backup terakhir. Metode ini memiliki kelebihan adalah
bahwa hanya dibutuhkan dua kontainer backup data diperlukan untuk melakukan pemulihan data
yang lengkap. Proses backup cepat dan ruang penyimpanan dengan kapasitas yang lebih kecil
dibanding full backup. Kekurangannya metode ini lebih lambat dibanding full backup, adanya
kerancuan dalam melakukan backup.
Gambar2. Differential Backup
3 Incremental BackupPada incremental, backup dilakukan sesuai incremental backup terakhir, sehingga tidak
dibutuhkan full backup secara terus–menerus. Pada metode ini backup dilakukan di titik backup yang dilakukan pada hari sebelumnya. Metode ini merupakan proses backup yang paling cepat dengan ruang kapasitas penyimpanan yang kecil, namun membutuhkan waktu recovery yang lama karena data yang harus di recover merupakan data yang di backup setiap harinya.
Gambar3. Incremental Backup
Strategi Backup dan Recovery Data
Dengan mempertimbangkan manajemen backup dan proses recovery, beragam strategi
implementasi dapat diterapkan. Strategi implementasi pertama yang akan dibahas adalah offline
backup ke media tape
a. Offline backup Solutions
Offline backup merupakan mekanisme yang melibatkan proses pembuatan copy data dari
primary storage (dr filers) ke offlinre media seperti tape. Proses ini menghubungkan tape drives
langsung ke filers. Backup ini dibutuhkan untuk menjamin kebutuhan data yang hilang atau
dirubah secara tidak sengaja. Proses ini menggunakan external storage harddisk USB sehingga
membutuhkan waktu yang sangat lama.
Gambar4. Offline Backup
Metode offline backup ada dua,yaitu:
1. Disk-to-Tape Deployment
Penyebaran backup tipe NAS (Network Attached Storage) termasuk satu atau lebih aplikasi
server backup yang ada di pusat data. Dengan peningkatan dalam penerapan konfigurasi backup
berbasis NDMP, tidak ada batasan pada lokasi fisik dari NDMP-compliant backup servers
Gambar4.1 Disk-to-Tape Deployment
2. Disk-to-Disk-to-Tape Deployment
Pendekatan unik lain untuk backup berbasis LAN adalah sebuah teknologi baru dari
NetApp, seperti produk NearStore™, yang mendukung efektifitas mekanisme backup disk to
disk. Software NetApp\'s SnapMirror® dapat digunakan untuk replikasi data asyncronous
melalui sebuah IP/Ethernet connection dari filers di remote sites ke NearStore appliance yang
terletak di central site, dengan kapasitas penyimpanan yang besar yang tidak mahal, dimana
dapat digunakan untuk mereplikasi data dari remote site.
Gambar4.2 Disk-to-Disk-to-Tape Deployment
b. Online Data Protection Solutions
Proses ini diperlukan untuk memproteksi data bila terjadi data loss dalam proses backup
data dari client ke filler. Salah satu bentuk online data protection yang dapat diterapkan pada
DRC adalah Remote Site Disaster Recovery. Plihan konfigurasi untuk remote site disaster
recovery sangat beragam tergantung pada jarak antara sites, level redundansi yang dibutuhkan,
dan metode lain untuk data recovery.
1. Active/Passive
Filer A di Site A di dalam gambar di bawah ini menggunakan teknologi SnapMirror untuk
mengupdate data di Filer B di Site B. Dengan demikian, Filer B berperan sebagai tempat backup
online untuk data dari filer A.
Gambar4.3 Active/Passive
Misalkan terjadi disaster di site A, copyan online dari data di filer B dapat dikonversi menjadi
bentuk read/write ketika filer A berhenti melakukan snap mirror ke site B. Clients yang
terhubung dengan Filer A dapat memulai mengakses data dari filer B. Ketika Filer A bisa
berfungsi dengan baik lagi dan online, volume dan snapshot dari filer B dapat dikembalikan
kembali ke filer A.
2. Active/Active
Konfigurasi disaster recovery active/active mirip dengan konfigurasi active/passive
kecuali bahwa Site B juga digunakan sebagai production site. Setelah data dari filer A di
replikasi ke filer B, data di filer B juga direplikasi kembali ke filer A dengan Snapmirror untuk
perlindungan dua arah. Ini membuat kedua site bisa saling me-recover jika terjadi disaster di
salah satu site. Setiap site juga terus melayani permintaan data dari local clients. Hasil copy data
dari hasil SnapMirror di site B dapat ditransfer ke tape library di site A untuk memusatkan
operasi backup melalui multiple sites.
Gambar4.4 Active/Active
3. Multisite Topologies
Teknologi Snap Mirror yang dipakai di konfigurasi Multisite Topologies bisa disesuaikan
arahnya. Multisite topologies digunakan di perusahaan besar yang mempunyai data center yang
tersebar di berbagai benua. Contoh konfigurasi seperti ditunjukkan pada gambar 6 dapat
mengatur disaster recovery dari 3 site.Site-site ini dapat terletak di dalam kampus, area
metropolitan, atau antar negara.
SnapMirror dapat dilakukan di Filer A, B, dan C dalam mode siklik. Volume data dan
snapshot dari filer A direplikasi ke filer B, filer B ke Filer C, dan Filer C kembali ke Filer A. Hal
ini memungkinkan data di sembarang site dapat diakses dari site pasangannya. Misalkan filer B
di site B rusak, maka client-nya dapat mengakses data yang sudah di-copy dari Filer C. Dengan
metode ini, jika terjadi disaster di salah satu site dapat ditanggulangi oleh site pasangannya. Data
dari Site B dan Site C dapat direplikasi menggunakan SnapMirror ke data center Site A dan
dipindahkan ke tape library selama penyimpanan offline.
Gambar 4.5 Perbandingan Konfigurasi Active/Passive, Active/Active dan Multisite Topologies
Masing-masing konfigurasi untuk menerapkan online data protection memiliki kelebihan
dan kekurangan. Konfigurasi Active/Active memiliki keunggulan pada proteksi dua arah.
Dengan proteksi ini, jika terjadi disaster di salah satu site, maka kedua site bisa saling me-
recover. Selain itu, kedua site dalam konfigurasi Active/Active bisa berfungsi sebagai production
site. Konfigurasi Multisite Topologies memiliki kehandalan dalam mengintegrasikan data-data
yang berbeda dari banyak remote site.
Opini SayaSeperti yang kita ketahui akhir-akhir ini negeri kita tercinta, Indonesia ditimpa berbagai bencana
alam seperti banjir banding di Wasior, meletusnya gunung Merapi, tsunami di Mentawai, banjir
di berbagai daerah, dan masih bayak lainnya. Kejadian seperti itu memang tidak dapat kita duga-
duga sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut dapat saya katakan bahwa backup dan recovery
adalah requirement mutlak dibutuhkan untuk pencegahan akan kerusakan atau kehilangan data
pada bank, institusi pendidikan, dan perusahaan lainnya yang memiliki data penting dengan
tingkat perubahan yang cepat pada pusat data mereka. Disaster Recovery Centre (DRC)
merupakan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. Metode offline backup dan online
backup yang ditawarkan juga merupakan metode yang saling melengkapi dalam memproteksi
data dari perusahaan-perusahaan atau instansi penting.