Dramaturgi Keragaman - pustaka.unpad.ac.id

2
Dramaturgi Keragaman Asep Salahudin Wakil Rektor IAILM Pesantren Suryalaya, Kandidat doktor Unpad M EMAKSAKANpen- dapat, apalagide- ngan mengerah- kan pasukan dan melakukan kerusakan, bukan hanya mencerminkan absen- nya akal sehat, melainkan juga refleksi dari sikap infe- rior, ketidakpercayaan diri dan buntunya nalar. Itulah yang sering terjadi akhir-akhir ini dalam ruang publik kita, terrnasuk sejumlah aksi ke- kerasan di Tanah Air. Dalam sepuluh tahun ter- akhir kita saksikan ada se- bagian ormas, baik yang meng- usung risalah keagamaan ataupun kebangsaan, dengan jemawa mengklairn paling benar dan beranggapan di luar dirinya sebagai keliru dan ha- rus diluruskan. Data Setara Institute menun- . jukkan serangan atas riarna agama naik dari 135 kasus pada 2007 menjadi 216 kasus pada 2010, dan 244 kasus pada 2011. Kekerasan itu dilakukan terhadap Ahmadiyah, Bahai, Kristen, Syiah, dan berbagai gerakan tarekat. Data 2009 bahkan menyebut dari 291 tindakan kekerasan atas nama agama,. 139 pelang- garan melibatkan negara se- bagai aktor, baik melalui 101 tindakan aktif negara (by com- mission) maupun 38 tindakan pembiaran (by omission). (Me- dia Indonesia, 18/5). Sikap-sikap seperti itu, apabila terus dibiarkan oleh negara yang notabene satu- satunya pemilik otoritas untuk menciptakan tertib sosial dan rasa dam ai, jelas bisa mengan- cam keutuhan berbangsa dan bernegara. Kebinekaan yang telah tersemai dalam payung besar Pancasila dapat rontok oleh segelintir ormas yang kurang faham ten tang falsafah keragaman dan makna kema- jemukan. Apalagi kalau sam- pai aparatur negeri melakukan pemihakan kepada salah satu yang bertikai, ala mat kiamat bernegara semakin dekat. Hukum alam Keragaman adalah fakta so- sial yang tidak terbantahkan, termasuk keragaman dalam pilihan keyakinan. Apalagi dalam konteks negara kita dengan sekian ribu pulau, ba- hasa yang jumlahnya ratusan, I{ lip i n g Hum a 5 U n pad 20,2 budaya yang membentang sepanjang garis khatulistiwa menjadi contoh nyata tentang ekspresi keragaman ini. Keragaman bisa bermakna positif manakala diapresiasi dengan benar. Menjadi pintu masuk untuk saling menghar- gai dan bisa dijadikan jendela dalam memperluas cara pan- dang. Dapat juga destruktif apabila selalu dianggap se- bagai ancaman yang harus dimusnahkan dan atau dise- ragamkan disesuaikan dengan sudut pandang dirinya. Contoh paling nyata dalam latar kenabian ialah Piagam Madinah. Bagaimana Baginda Rasul menjadikan piagam itu sebagai traktat politik untuk menjadi tenda bagi berbagai kepercayaan dankepentingan di atas haluan tujuan yang sama; menciptakan negara (masyarakat) Madinah yang beradab, mewujudkan keadab- anpublik. Itulah piagam yang disebut- sebut almarhum Nurcholish Madjid sebagai tautan ilmiah masyarakat madani (civil socie- ty) dalam perspektif Islam de- ngan identitas utama; egalitari- anisme, penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi (bukan kesukuan, keturunan, ras dan sebagainya), keter-

Transcript of Dramaturgi Keragaman - pustaka.unpad.ac.id

Page 1: Dramaturgi Keragaman - pustaka.unpad.ac.id

Dramaturgi KeragamanAsep SalahudinWakil Rektor IAILM Pesantren Suryalaya, Kandidat doktor Unpad

MEMAKSAKANpen-dapat, apalagide-ngan mengerah-kan pasukan dan

melakukan kerusakan, bukanhanya mencerminkan absen-nya akal sehat, melainkanjuga refleksi dari sikap infe-rior, ketidakpercayaan diridan buntunya nalar. Itulahyang sering terjadi akhir-akhirini dalam ruang publik kita,terrnasuk sejumlah aksi ke-kerasan di Tanah Air.

Dalam sepuluh tahun ter-akhir kita saksikan ada se-bagian ormas, baik yang meng-usung risalah keagamaanataupun kebangsaan, denganjemawa mengklairn palingbenar dan beranggapan di luardirinya sebagai keliru dan ha-rus diluruskan.

Data Setara Institute menun- .jukkan serangan atas riarnaagama naik dari 135 kasuspada 2007 menjadi 216 kasuspada 2010, dan 244 kasus pada2011. Kekerasan itu dilakukanterhadap Ahmadiyah, Bahai,Kristen, Syiah, dan berbagaigerakan tarekat.

Data 2009 bahkan menyebutdari 291 tindakan kekerasan

atas nama agama,. 139 pelang-garan melibatkan negara se-bagai aktor, baik melalui 101tindakan aktif negara (by com-mission) maupun 38 tindakanpembiaran (by omission). (Me-dia Indonesia, 18/5).

Sikap-sikap seperti itu,apabila terus dibiarkan olehnegara yang notabene satu-satunya pemilik otoritas untukmenciptakan tertib sosial danrasa dam ai, jelas bisa mengan-cam keutuhan berbangsa danbernegara. Kebinekaan yangtelah tersemai dalam payungbesar Pancasila dapat rontokoleh segelintir ormas yangkurang faham ten tang falsafahkeragaman dan makna kema-jemukan. Apalagi kalau sam-pai aparatur negeri melakukanpemihakan kepada salah satuyang bertikai, ala mat kiamatbernegara semakin dekat.

Hukum alamKeragaman adalah fakta so-

sial yang tidak terbantahkan,termasuk keragaman dalampilihan keyakinan. Apalagidalam konteks negara kitadengan sekian ribu pulau, ba-hasa yang jumlahnya ratusan,

I{ lip i n g Hum a 5 U n pad 2 0 , 2

budaya yang membentangsepanjang garis khatulistiwamenjadi contoh nyata tentangekspresi keragaman ini.

Keragaman bisa bermaknapositif manakala diapresiasidengan benar. Menjadi pintumasuk untuk saling menghar-gai dan bisa dijadikan jendeladalam memperluas cara pan-dang. Dapat juga destruktifapabila selalu dianggap se-bagai ancaman yang harusdimusnahkan dan atau dise-ragamkan disesuaikan dengansudut pandang dirinya.

Contoh paling nyata dalamlatar kenabian ialah PiagamMadinah. Bagaimana BagindaRasul menjadikan piagam itusebagai traktat politik untukmenjadi tenda bagi berbagaikepercayaan dankepentingandi atas haluan tujuan yangsama; menciptakan negara(masyarakat) Madinah yangberadab, mewujudkan keadab-anpublik.

Itulah piagam yang disebut-sebut almarhum NurcholishMadjid sebagai tautan ilmiahmasyarakat madani (civil socie-ty) dalam perspektif Islam de-ngan identitas utama; egalitari-anisme, penghargaan kepadaorang berdasarkan prestasi(bukan kesukuan, keturunan,ras dan sebagainya), keter-

Page 2: Dramaturgi Keragaman - pustaka.unpad.ac.id

bukaan (partisipasi seluruhanggota masyarakat aktif), pe-negakan hukum dan keadilan,toleransi dan pluralisme sertamusyawarah.

Masyarakat Madani yangkemudian dengan sangat ba-gus dikonseptualisasikan IbnuKhaldun dalam tamadhun (ma-syarakat yang berperadaban)atau al-Madinah al fadhi/ah(Madinah sebagai negara u-tama) yang diungkapkan filsuf

Tidak adasebuah agama,

kebudayaan, danperadaban yang berdirisendiri tanpa bersentuhandengan yang lain."

Al Farabi pada abad perte-ngahan.

Ciri-cirinya banyak memilikikemiripan dengan gagasanmasyarakat Madani hari ini,yaitu free public sphere (ruangpublik yang bebas), demokrati-sasi, toleransi, pluralisme,keadilan sosial (social justice),partisipasi sosial, dan supre-masihukum.

Bisa juga merujuk pa daBahmueller (1997): 1) Ter-integrasinya individu-indi-vidu dan kelompok-kelompokeksklusif ke dalam masya-rakat melalui kontrak sosialdan aliansi sosial, 2) Menye-barnya kekuasaan sehingga

kepentingan-kepentingan yangmendominasi dalam masya-rakat dapat dikurangi olehkekuatan-kekuatan altematif,3) Dilengkapinya program-program pembangunan yangdidominasi oleh negara de-ngan program-program pern-bangunan yang berbasis ma-syarakat, 4) Terjembataninyakepentingan-kepentingan indi-vidu dan negara karena keang-gotaan organisasi-organisasisukarelawan mampu mem-berikan .masukan-rnasukanterhadap keputusan-keputus-an pemerintah, 5) Tumbuhkembangnya kreativitas yangpada mulanya terhambat olehrezim-rezim totaliter. Melu-asnya kesetiaan (loyality) dankepercayaan (trust) sehinggaindividu-individu mengakuiketerkaitannya dengan oranglain dan tidak mementingkandiri sendiri, 6) Adanya pem-bebasan masyarakat melaluikegiatan lembaga-Iembaga .sosial dengan berbagai ragamperspektif.

Perenial SundaDalam konteks masyarakat

Sunda (juga etnik lainnya),sebenarnya apresiasi positifterhadap keragaman ini telahtumbuh jauh pada masa-masaraja Sunda berjaya. PrabuSiliwangi adalah salah satumodelnya. Pada masanya ma-syarakat Padjadjaran diberi-kan kebebasan beragama:Bahkan salah seorang istri dan

anaknya beragama Islam.Carita Parahiyangan, Amanat

Galunggung, Sanghiyang Sik-sakandang Karesian adalahsekian dari kearifan lokalSunda yang di antaranya berisidokumen penting ten tang etikabermasyarakat, pedoman agarbagaimana keragaman men-jadi jendela untuk membangunlingkungan yang santun.

Someah hade ka semah, si-lih asah asih asuh, ulah medalsi/a mun ka panah, leuleusjeujeur liat tali, ulah cueutkanu hideung ulah pontengkanu koneng adalah.heberapacontoh dari kearifan perenialSunda yang menggambarkantentang bagaimana orangSunda seharusnya mengha-dapi fakta sosial yang beragamdan majemuk itu.

Dalam praktiknya, sejarahjuga mengajarkan bahwabangsa dan peradaban yangluhur dicirikan dari watak kos-mopolit, inklusif, terbuka, danselalu berupaya membuka dia-log dengan yang berbeda. Halitu telah berlangsung sejak Yu-nani, helenisme (masa Islam ba-nyak menyerap filsafat Yunani),sampaiketika masyarakat Baratbelajar ke Andalusia.

Harus ditegaskan bahwadalam kenyataannya, klaimautentisitas (keaslian) itu ha-nyalah .mitos walaupun diru-jukkan kepada teks suci. Sebabdi seberang itu masyarakat lainbisa juga merujukkan kepadateks yang sama dengan tafsir

yang berbeda. Seperti yangdiungkapkan dengan rendahhati oleh Imam Syafii (Sunni)yang notabene mur idny a,Imam Jafar ash-Shadiq, adalahSyiah, "Pendapatku adalah be-nar, tetapi tidak menutup ke-mungkinan salah; sedangkanpendapat orang lain adalahsalah, tetapi bisa jadi benar."

Tidak ada sebuah agama,kebudayaan, dan peradabanyang berdiri sendiri tanpabersentuhan dengan yang lain.[ustru autentisitas itu harusdiposisikan dari sejauh man aagama dan keyakinan yangkita kukuhi memberikan kon-tribusi positif kepada merekayang berbeda, memberikancahaya kepada kemanusiaandalam maknanya yang luas.

Sayang, hari ini situasinyamenjadi serbaterbalik, agama(dan budaya) ditarik dalamsemangat eksklusif, puritan,dan antidialog. Agama menjadiideologi tertutup, dan kebu-.dayaan kedap kritik.

Kalau kecenderungan ituyang dipertahankan danmenjadi arus utama peme-luk agama, yakinlah agamaseperti ini sama sekali tidakakan memberikan pencerahan,pembebasan, dan perubahankecuali sekadar heroisme teri-akkan 'Allahu Akbar' di tengahjalan yang dipahami secarasalah kaprah, penginjeksian se-mangat 'jihad' yang diartikandengan sangat tidak prop or-sional dan serampangan.