DRAFT SKRIPSI ANALISA TEKNIS DAN BIAYA SISTEM KANAL...
Embed Size (px)
Transcript of DRAFT SKRIPSI ANALISA TEKNIS DAN BIAYA SISTEM KANAL...

1
DRAFT SKRIPSI
ANALISA TEKNIS DAN BIAYA SISTEM KANAL FLATBED PADA
APLIKASI PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN
LIMBAH CAIR PABRIK DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
CONDONG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
Oleh :
IRRIWAD PUTRI
F14050108
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2
ANALISA TEKNIS DAN BIAYA SISTEM KANAL FLATBED PADA
APLIKASI PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN
LIMBAH CAIR PABRIK DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
CONDONG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh :
IRRIWAD PUTRI
F14050108
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISA TEKNIS DAN BIAYA SISTEM KANAL FLATBED PADA
APLIKASI PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN
LIMBAH CAIR PABRIK DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
CONDONG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh :
IRRIWAD PUTRI
F14050108
Disetujui,
Bogor, Agustus 2009
Dosen Pembimbing Akademik
Dr.Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr
NIP : 19621130 198703 1 003

4
Irriwad Putri. F14050108, Analisa Teknis dan Biaya Aplikasi Sistem Kanal Flatbed Pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit dengan Limbah Cair Pabrik di Perkebunan Kelapa Sawit Condong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan : Dr.Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr. 2009
RINGKASAN
Setiap 1 ton Minyak Sawit Mentah dihasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD (Biochemical Oxygen Demand) 20.000–60.000 mg/l (Loebis dan Toebing, 1989). Pemanfaatan LCPKS (Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit) sebagai pupuk tanaman kelapa sawit dengan BOD antara 3.500 – 5.000 mg/l merupakan salah satu cara yang sangat efektif bagi perusahaan dalam mengurangi tingkat pencemaran terhadap lingkungan serta merupakan salah satu kebijaksanaan pengembangan sistem perkebunan berwawasan lingkungan. Sistem flatbed adalah salah satu instalasi aplikasi limbah cair menuju lahan tanaman sawit yang telah diterapkan di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Condong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menghitung efisiensi penyaluran limbah cair pada saluran aplikasi sistem flatbed serta menganalisis sifat kimia limbah cair pada saluran pengairannya, menghitung biaya pokok aplikasi sistem flatbed dan membandingknnya dengan sistem traktor-tangki. Penelitian ini dilakukan beberapa tahap (1) Pengukuran debit aliran limbah cair pada saluran aplikasi sistem flatbed, (2) Pengukuran sifat fisik dan kimia limbah cair berupa pH, suhu (°C), BOD, COD (Chemical Oxygen Demand), dan Nitrogen Amoniak (NH3-N), (3). Pengumpulan data komponen-komponen aplikasi limbah cair sistem flatbed dan sistem traktor-tangki, (4) Analisis efisiensi penyaluran dan sifat kimia limbah cair pada sistem traktor-tangki, dan (5)Analisis biaya. Besar efisiensi penyaluran dan kehilangan limbah cair pada saluran sistem flatbed adalah 75.62% dan 15.31 m3 dengan lama penyaluran 4 jam. Kandungan BOD, COD, dan Amoniak pada kolam aplikasi, saluran inlet, dan saluran outlet berturut-turut adalah (22 mg/l, 57 mg/l, dan 11.8 mg/l ), (26 mg/l, 84 mg/l, dan 20.31 mg/l), dan (26 mg/l, 65 mg/l, dan 4.45 mg/l ). Pada penyaluran sistem traktor-tangki tidak terjadi perubahan sifat kimia limbah cair. Efisiensi penyaluran limbah cair sistem traktor-tangki adalah 100% dengan lama penyaluran 8.67 jam. Biaya pokok untuk penyaluran limbah cair sistem flatbed adalah sebesar Rp 7/liter sedangkan pada sistem traktor tangki Rp 19/liter.
Debit, efisiensi dan kehilangan limbah cair pada saluran sistem flatbed digambarkan pada kurva dengan menggunakan regresi linier dengan R2 > 0.9. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa panjang saluran merupakan faktor yang sangat mempengaruhi debit, efisiensi dan kehilangan limbah cair pada saluran. Pada penelitian ini tidak memperhitungkan laju infiltrasi dan sedimentasi. Pada sistem flatbed panjang saluran tidak mempengaruhi nilai BOD limbah cair tetapi mempengaruhi nilai COD sebesar 22.6% dan Amoniak sebesar 78.1%. Perubahan nilai COD dan Amoniak kemungkinan disebabkan oleh vegetasi pada saluran dan jenis saluran yang terbuat dari tanah. Pada luasan dan jarak lahan aplikasi yang sama, aplikasi sistem flatbed lebih layak secara ekonomis dibandingkan dengan aplikasi sistem traktor-tangki.

5
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak kelima dari lima orang bersaudara, putri pasangan dari Bapak Darinas Abdullah dan Ibu Warnis. Dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1986 di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di Batu Batindih, Kecamatan Lubuk Sikaping pada tahun 1993 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Salibawan, Kecamatan Lubuk dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun tersebut penulis masuk ke Sekolah Menengah Pertama di MTsN I Lubuk Sikaping dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMUN I Lubuk Sikaping dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Teknik Pertanian melalui program Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus dan anggota lembaga kemahasiswaan kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai Staf Sekretaris Eksekutif Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian Devisi Keteknikan periode 2006-2007. Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2008 di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Ophir, Pasaman Barat, Sumatera Barat dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian dalam Proses Pembudidayaan dan Pengolahan Kelapa Sawit di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Ophir, Pasaman Barat, Sumatera Barat”. Kemudian untuk menyelesaikan studinya, penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisa Teknis Dan Biaya Aplikasi Sistem Kanal Flatbed Pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Dengan Limbah Cair Pabrik Di Perkebunan Kelapa Sawit Condong, Kabupaten Garut, Jawa Barat” dibawah bimbingan Dr.Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr.

6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-
NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul
Analisa Teknis Dan Biaya Sistem Kanal Flat Bed Pada Aplikasi Pemupukan
Tanaman Kelapa Sawit Dengan Limbah Cair Pabrik Di Perkebunan Kelapa Sawit
Condong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Ayahnda dan Ibunda serta Uda-uda dan Uni tercinta yang selalu
mengalirkan doa demi kesuksesan penulis.
2. Dr.Ir. Lilik Pujantoro M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik
atas bimbingan dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Direksi dan staff PT. Condong Garut yang telah memberikan izin
dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Bapak Tato sebagai kepala PKS PT. Condong Garut. Bapak Ir.
Arfang, Bu Fitri, Bapak Asep, Bapak Didin, Bapak Yanto, Bapak
Dadang, Bapak Iman, beserta seegenap staff PKS PT. Condong
Garut atas segala bimbingan dan ilmunya.
5. Bapak dan Ibu Dadang atas keramahan, kasih sayang, dan
ilmuanya selama penulis melakukan penelitian.
6. Teman-teman TEP 42 yang selalu memberi motivasi dan semangat
bagi penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai
masukan yang sangat berharga untuk perbaikan di masa mendatang. Harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

7
Bogor, Agustus 2009
Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit .............................. 4
2.2 Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ......................... 6
2.3 Sistem Aplikasi Limbah Cair ........................................................... 8
2.4 Pengaruh Aplikasi Terhadap Produksi ............................................. 12
2.5 Efisiensi Penyaluran Air (Water Conveyance Efficiency) ............... 13
2.6 Kehilangan Air ................................................................................. 14
2.7 Pengukuran Debit ............................................................................ 16
2.8 Analisis Biaya ................................................................................... 17
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 23
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 23
3.3 Sumber Data ...................................................................................... 25
3.4 Metode Penelitian ............................................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34
4.1 Keadaan umum lokasi penelitian .................................................... 34
4.2 Parameter fisik instalasi aplikasi sistem flatbed ............................. 35
4.3 ..... Pengaruh panjang saluran terhadap perubahan sifat kimia
limbah cair ...................................................................................... 46
4.4 Analisis efisiensi penyaluran limbah cair sistem traktor-tangki ...... 53
4.5 Analisis sifat kimia limbah cair sistem traktor-tangki ..................... 55
4.6 Analisis biaya sistem aplikasi limbah cair ....................................... 56

iv
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 60
A. Kesimpulan ....................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65
LAMPIRAN .................................................................................................. 68

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kimia Limbah Cair Kelapa Sawit .................................. 7
Tabel 2. Hasil analisis parameter mutu LCPKS ............................................ 8
Tabel 3 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Minyak Sawit .................. 10
Tabel 4. Standarisasi pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)
dan Karet untuk aplikasi lahan ......................................................... 11
Tabel 5. Daftar Komponen Perhitungan Efisiensi Penyaluran Limbah Cair pada
Sistem Traktor-tangki ...................................................................... 31
Tabel 6. Daftar Spesifikasi Komponen Perhitungan Efisiensi Penyaluran Limbah
Cair pada Sistem Traktor-tangki...................................................... 32
Tabel 7. Daftar Debit, Efisiensi, dan Kehilangan Air Rata-rata pada Penyaluran
Aplikasi Limbah Cair Sistem Flatbed ............................................. 38
Tabel 8. Pengaruh Panjang Saluran dan Tekstur Tanah terhadap Efisiensi
Penyaluran ....................................................................................... 42
Tabe 9. Sifat Kimia Limbah Cair pada Penyaluran Sistem Taktor-tangki ... 53
Tabel 10. Perhitungan Waktu Tempuh Operasi Penyaluran Limbah Cair Sistem
Traktor-tangki .................................................................................. 55
Tabe 11. Daftar Nama Komponen Pengguna Energi Listrik ........................ 57
Tabel 12. Daftar Kebutuhan Operator pada Instalasi Sistem Flatbed ............. 58
Tabel 13. Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Untuk Aplikasi Sistem
Traktor-tangki ................................................................................. 61
Tabel 14. Perbandingan Analais Biaya Dua Sistem Aplikasi Limbah Cair .... 62

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
(LCPKS) ..................................................................................... 2
Gambar 2. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) dan proses pembentukan
Limbah ......................................................................................... 6
Gambar 3. Pengaliran limbah cair pada areal kebun kelapa sawit dengan sistem
flatbed ............................................................................................. 12
Gambar 4. Susunan flatbed pada aplikasi limbah cair PT. Condong Garut .... 13
Gambar 5. Aplikasi limbah cair kelapa sawit dengan sistem traktor tangki ... 14
Gambar 6. Diagram alir pelaksanaan penelitian ............................................. 27
Gambar 7. Diagram alir pelaksanaan penelitian ............................................. 28
Gambar 8. Hubungan Panjang Saluran (m) terhadap Debit Aliran Limbah Cair
(m3/detik) Selama Penyaluran ...................................................... 39
Gambar 9. Hubungan Panjang Saluran (m) terhadap Efisiensi
Penyaluran (%) .............................................................................. 40
Gambar 10 Kondisi Saluran Limbah Cair pada Aplikasi Limbah Cair Sistem
Flatbed ......................................................................................... 43
Gambar 11. Susunan flatbed pada jalur aplikasi limbah cair .......................... 43
Gambar 12. Total jumlah kehilangan limbah cair disepanjang saluran .......... 43
Gambar 13. Hubungan Panjang Saluran (m) terhadap Kehilangan Limbah Cair
selama Penyaluran (m3) ................................................................ 44
Gambar 14. Bentuk Penampang Saluran Aplikasi Limbah Cair ..................... 45
Gambar 15. Rembesan Limbah Cair Menggenangi Pangkal Pohon
Kelapa Sawit .............................................................................. 46
Gambar 16. Grafik Hubungan Panjang Saluran (m) terhadap Perubahan pH
Limbah Cair ............................................................................... 46
Gambar 17. Grafik Hubungan Panjang Saluran (m) terhadap Perubahan Suhu (°C)
Limbah Cair ............................................................................... 47
Gambar 18. Diagram Kandungan Bahan Kimia Limbah Cair pada Masing-masing
Lokasi Penyaluran Sistem Flat bed ........................................... 49

vii
Gambar 19. Proses Penyaluran Limbah Cair pada Sistem Traktor-tangki ..... 54
Gambar 20. Pompa Aplikasi (kiri) dan Sirkulasi (kanan) Limbah Cair ......... 56
Gambar 21. Kolam Aplikasi Limbah Cair ...................................................... 56
Gambar 22. Kolam Anaerobik Primer ............................................................ 60

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Jalur pada Aplikasi Limbah Cair Sistem Flatbed .......... 71
Lampiran 2. Metode Analisis BOD, COD, dan Amoniak Limbah Cair .......... 72
Lampiran 3. Daftar Komponen Sistem Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit .. 72
Lampiran 4 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Setiap
Kali Pengulangan ....................................................................... 82
Lampiran 5. Daftar pH dan Suhu Limbah Cair (°C) Selama Penyaluran pada
Aplikasi Sistem Flatbed .............................................................. 90
Lampiran 6. Skema Aliran Limbah Cair pada Sistem Kolam Limbah
(Ponding system) ......................................................................... 91
Lampiran 7. Daftar Kandungan Bahan Kimia Limbah Cair pada Masing-masing
Penyaluran Sistem Flatbed ......................................................... 92
Lampiran 8. Analisis Biaya Aplikasi Sistem Flatbed ...................................... 93
Lampiran 9. Analisis Biaya Aplikasi Sistem Traktor-tangki .......................... 98
Lampiran 11. Gambar Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan Sistem
Traktor-tangki ............................................................................. 100

1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Minyak sawit diperoleh dari daging buah kelapa sawit (mesokarp)
yang telah mengalami proses pengempaan (pengepresan) dan klarifikasi
(pemurnian) (Loebis dan Toebing, 1989). Proes pengolahan kelapa sawit
juga menghasilkan produk sampingan salah satunya adalah LCPKS (Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit). Setiap 1 ton minyak sawit mentah/CPO(Crude
Oil Palm) dihasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD (Biochemical
Oxygen Demand) 20.000 – 60.000 mg/l (Loebis dan Toebing, 1989).
Limbah cair ini berasal dari proses perebusan, klarifikasi, dan air
hidrosiklon.
Berdasarkan Kep. Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-
51/MENLH/10/95, setiap LCPKS yang akan dialirkan ke perairan bebas
harus terlebih dahulu diproses sehingga tingkat BOD nya adalah 100 mg/l
dengan pH sekitar 6. Limbah cair dengan tingkat BOD 25.000 mg/l akan
menjadi bahan pencemar apabila dibuang ke sungai. Keadaan tersebut dapat
membahayakan kehidupan manusia dan sejumlah biota sungai. Sementara
ditinjau dari kandungan haranya, setiap 1 ton LCPKS mengandung unsur-
unsur hara yang setara dengan kandungan pupuk sebagai berikut :
Gambar 1. Kandungan unsur hara limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)

2
Pemanfaatan LCPKS dengan BOD antara 3.500 – 5.000 mg/l (dari
kolam anaerobik primer) merupakan salah satu cara yang sangat efektif
dalam mengurangi beban dan tanggungan perusahaan dan dapat mengurangi
tingkat pencemaran terhadap lingkungan serta merupakan salah satu
kebijaksanaan pengembangan sistem perkebunan berwawasan lingkungan.
Menurut PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2005), selain dapat
mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, aplikasi limbah cair ke lahan
dapat menaikkan produksi kelapa sawit yang ditunjukkan dengan kenaikan
jumlah janjang (tandan kelapa sawit) 17-20%. Nilai ini lebih besar
dibandingkan areal yang hanya diberi pupuk organik. Dari hasil monitor
sumur pantau yang ada dan dilakukan secara rutin 4 kali setahun tidak
menunjukkan pengaruh negatif terhadap air tanah.
Aplikasi limbah cair ke lahan akan berjalan dengan baik apabila
didukung oleh instalasi yang baik pula. Sistem flatbed adalah salah satu
instalasi aplikasi limbah cair yang telah diterapkan di Pabrik Kelapa Sawit
Condong, Kabupaten Garut. Selain flatbed terdapat aplikasi lain,
diantaranya adalah sprinkler, sistem parit atau alur (long bed), dan sistem
traktor-tangki. Ketepatan dalam pemilihan alat-alat/teknologi pendukung
sistem aplikasi sangatlah diperlukan, karena merupakan faktor utama
penentuan keberhasilan dan kelayakan aplikasi limbah cair ke lahan.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung efisiensi penyaluran limbah cair pada saluran aplikasi
sistem flatbed.
2. Menghitung kehilangan limbah cair pada saluran aplikasi sistem
flatbed.
3. Menganalisa perubahan sifat kimia limbah cair pada saluran aplikasi
sistem flatbed.
4. Menghitung biaya pokok aplikasi pemupukan tanaman sawit sistem
flatbed.

3
5. Membandingkan aplikasi sistem flatbed dengan sistem traktor-tangki
dengan parameter efisiensi penyaluran, perubahan sifat kimia limbah
cair, dan biaya pokok.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Limbah cair berasal dari beberapa proses pengolahan kelapa sawit,
antara lain air hasil perebusan (10-15%), air drab (lumpur) (±35%), dan air
hidrosiklon (5-10%). Limbah buangan pabrik kelapa sawit yang dihasilkan
dari proses pengolahan kelapa sawit terdapat pada Gambar 2. Limbah
kelapa sawit mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Tingginya
bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin
besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Menurut
pengamatan yang telah dilakukan oleh beberapa pabrik kelapa sawit dapat
dikatakan bahwa limbah sawit yang dibuang langsung ke sungai akan
mempengaruhi kualitas air (Naibaho, 1998). Berikut komposisi kimia
limbah cair pabrik kelapa sawit.
Tabel 1. Komposisi kimia limbah cair kelapa sawit
No Komponen % (berat kering)
1. Protein (N x 6.25) 8.2
2. Serat 11.9
3. Abu 14.1
4. Fosfor (P) 0.24
5. Kalium (K) 0.99
6. Carbon (C) 0.97
7. Magnsium (Mg) 0.30
8. Natrium (Na) 0.08
9. Energi (kkal/100 gr) 454
Sumber : Loebis dan Toebing (1989)
Salah satu komponen LCPKS yang penting karena diduga sebagai
penyebab pencemaran lingkungan adalah lumpur (sludge). Sludge
merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses pemerasan dan
ekstraksi minyak.

5
Gambar 2. Pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) dan proses pembentukan
limbah (Loebis dan Toebing, 1989).
Tandan Buah Segar(TBS)
Perebusan
Perontokan
Pelumatan
Pengepresan
Minyak mentah
Ampas biji Klarifikasi
(Pemurnian)
Energi
Cangkang
Tandan Kosong Buah Sawit
Air Kondensat
Air
Inti (kernel)
Air Hidrosiklon
Ketel uap (boiler)
Air lumpur
Incenerator Abu
Ampas
Pemecah biji
Kolam Limbah Cair
Air

6
Sludge yang berasal dari proses klarifikasi (pemurnian minyak)
disebut sebagai lumpur primer. Sludge yang telah mengalami proses
sedimentasi disebut sebagai lumpur sekunder. Sludge tersebut mempunyai
kandungan bahan organik yang tinggi dan mempunyai pH kurang dari 5.
2.2 Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Berikut hasil analisis parameter mutu limbh cair pabrik kelapa sawit.
Tabel 2. Hasil analisis parameter mutu LCPKS
No Parameter Konsentrasi (mg/l)
1. BOD (Biochemical Oxygen Demand) 17 900 – 37 500
2. Ph 3.8 – 4.7
3. COD (Chemical Oxygen Demand) 45 700 – 54 000
4. Padatan total (Total solids) 22 100 – 60 000
5. Padatan tersuspensi (Suspended Solid) 8 700 – 40 000
6. Minyak (Oil and Greas) 5 830
7. Total Nitrogen 500 – 1 100
8. Nitrogen Amoniak 35 – 130
Sumber : Loebis dan Toebing (1989)
Limbah yang dibuang ke lingkungan harus ditangani (treatment)
terlebih dahulu agar sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah yang
diperkenankan. Baku mutu limbah yang seharusnya terdapat pada
Keputusan Menteri Negara KLH No.Kep.03/MENKLH/II/1991 adalah
sebagai berikut :
2.2.1 pH limbah cair
Limbah cair ditetapkan parameter pH nya sekitar 6-9, ini bertujuan
agar mikroorganisme dan biota yang terdapat pada badan penerima tidak
terganggu dan bahkan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan
pH badan penerima seperti sungai.

7
2.2.2 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut dalam limbah cair yang
dapat digunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan
mikroorganisme pada waktu dan kondisi tertentu. BOD sering digunakan
sebagai tolak ukur untuk menentukan kualitas limbah. Semakin tinggi nilai
BOD air limbah maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota
yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. Limbah cair yang
dikeluarkan pabrik mengandung bahan organik yang cukup besar yaitu
25.000 mg/l. Air limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan,
misalnya badan penerima sungai harus sesuai dengan standar baku mutu
limbah yang mempunyai kandungan BOD rata-rata 100 mg/l.
2.2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)
COD merupakan oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan
organik dan bahan anorganik. Nilai COD lebih besar dari nilai BOD.
Parameter ini digunakan sebagai perbandingan atau kontrol terhadap nilai
BOD. Karena kandungan padatan limbah umumnya terdiri dari bahan
organik maka parameter yang dipakai adalah BOD.
2.2.4 Total Suspended Solid (TSS)
Nilai ini menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah.
Semakin tinggi nilai TSS maka bahan organik membutuhkan lebih tinggi
oksigen untuk perombakan. Oleh karena itu dengan adanya proses
pengendapan pada kolam limbah diharapkan nilai TSS nya berkurang.
2.2.5 Kandungan NH3-N
NH3-N merupakan zat berbahaya dan beracun. Semakin tinggi
kandungan NH3-N pada limbah akan menyebabkan keracunan pada biota
yang terdapat pada badan penerima, misalnya sungai.

8
2.2.6 Kandungan minyak dan lemak
Terdapatnya kandungan minyak dan lemak pada limbah cair akan
mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan pelapis permukaan cairan
limbah sehingga menghambat proses oksidasi pada kondisi aerobik. Minyak
tersebut dapat dihilangkan saat proses netralisasi dengan penambahan
NaOH.
Untuk melakukan pembuangan limbah cair ke lingkungan harus
mengikuti standar baku mutu limbah cair. Berikut standar baku mutu limbah
cair berdasarkan Keputusan Menteri Negara KLH
No.Kep.03/MENKLH/II/1991.
Tabel 3. Baku mutu limbah cair untuk industri minyak sawit
Debit limbah maksimum 2.5 m3 per ton Minyak Sawit Mentah
No Parameter Kadar Maksimum
(mg/l)
Beban Pemcemaran
Maksimum (kg/ton)
1 pH - 6.0 – 9.0
2 BOD 100 0.25
3 COD 350 0.88
4 TSS 250 0.63
5 Nitrogen total 50 0.063
6 Minyak dan
Lemak
25 0.125
Sumber : Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, MENLH (1995)
2.3 Sistem Aplikasi Limbah Cair
Pemanfaatan limbah ini disamping sebagai sumber pupuk/bahan
organik juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah hingga sebesar 50 –
60%. Penurunan biaya ini disebabkan limbah cair yang digunakan adalah
limbah yang masih memiliki nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand)
anatara 3.500-5.000 mg/l yang berasal dari kolam anaerobik primer. Hal
tersebut masih memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam Peraturan

9
Mentri No. KB.310/452.MENTAN/XII/95 tentang standarisasi pengolahan
limbah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) dan karet terutama untuk aplikasi lahan
(land application) sebagai sumber air dan pupuk. Aplikasi limbah cair
sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan mutu air tanah pada
sumber-sumber air yang berasal dari air larian dari kegiatan pemanfaatan
pupuk tersebut.
Tabel 4. Standarisasi pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit
dan karet untuk aplikasi lahan.
No Uraian Batasan Kepekatan
1 BOD (mg/l) < 3500
2 Minyak dan lemak (mg/l) < 3000
3 pH 6.0
Sumber : Badan Agribisnis, Deptan (1995)
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BAPEDAL
(1999) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai
sumber air dan hara bagi tanaman kelapa sawit, sementara dipandang
sebagai alternatif penanganan limbah cair sekaligus sebagai salah satu upaya
menuju produksi bersih. Lebih lanjut disebutkan mengenai prinsip-prinsip
pemanfaatan limbah cair ke tanah, antara lain :
1. Limbah tersebut dimnfaatkan untuk meningkatkan produktivitas
2. Limbah tidak mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
3. Tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, baik air, tanah, dan
wilayah sekitarnya
4. Limbah yang dimanfaatkan memenuhi baku mutu yang ditentukan
5. Penelitian dilakukan untuk butir-butir sebelumnya oleh pihak netral
PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit)
6. Ijin pemanfaatan limbah diberikan setelah adanya pengkajian terhadap
hasil penelitian tersebut.
Aplikasi limbah cair sebagai sumber hara pada areal kelapa sawit
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kondisi

10
setempat (seperti topografi areal dan jarak areal dengan lokasi pengolahan
limbah). Bebrapa cara aplikasi limbah cair yang dikenal antara lain sistem
sprinkler, flatbed, parit atau alur (long bed), dan traktor-tangki.
2.3.1 Sistem Sprinkler
Limbah yang berasal dari kolam dialirkan melalui saringan menuju
parit yang telah disediakan. Hal ini diperlukan untuk menyaring partikel
padatan terlarut yang dapat menyebabkan penyumbatan nozzle sprinkler.
Sistem ini dipakai untuk lahan yang datar atau sedikit bergelombang, untuk
mengurangi aliran permukaan dari limbah cair yang digunakan. Setelah
penyaringan limbah kemudian dialirkan ke dalam bak air yang dilengkapi
dengan pompa sentrifugal dan mengalirkannya ke areal melalui pipa PVC
diameter 3”. Pada sistem ini partikel-partikel lumpur limbah cair sering
menyangkut pada nozzle yang merupakan salah satu kelemahan sistem
sprinkler. Disamping itu, biaya pembangunan instalasi sistem ini relatif
mahal.
2.3.2 Sistem Flatbed
Sistem ini biasanya digunakan di lahan berombak-bergelombang
dengan membuat konstruksi diantara baris pohon yang dihubungkan dengan
saluran parit yang dapat mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan
kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti kemiringan tanah.
Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah tersebut dari
kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi (kadar BOD 3.500-5.000
mg/l), yang dibuat setiap dua baris tanaman (gawangan mati).
Gambar 3. Pengaliran limbah cair pada areal kebun kelapa sawit dengan sistem
flatbed

11
Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah
cair yang akan diaplikasikan dipompakan melalui pipa ke tempat yang
tinggi. Kemudian dialirkan ke flatbed dan saluran penghubung hingga ke
tempat yang lebih rendah. Aplikasi tergantung kepada kecepatan allir,
dimana limbah dapat dialirkan secara simultan melalui beberapa baris
flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik ini maka secara periodik
lumpur yang tertinggal pada dasar flatbed perlu dikuras.
Gambar 4. Susunan flatbed pada aplikasi limbah cair PT. Condong Garut
2.3.3 Sistem parit atau alur (long bed)
Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit
yang lurus, dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang
curam atau berbukit. Limbah sepanjang parit dialirkan perlahan-lahan untuk
mengurangi erosi dan banjir. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di
lahan yang sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit.
Seperti aplikasi flatbed, limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat
yang relatif tinggi dan didistribusikan ke dalam parit primer. Jumlah parit
tergantung kepada topografi. Kecepatan aliran diatur perlahan-lahan untuk
memungkinkan perkolasi dan juga untuk mencegah erosi. Biaya aplikasi
limbah cair dengan sistem ini relatif murah, tetapi masalah yang sering
timbul adalah distribusi aliran tidak sama rata dan parit tertimbun lumpur.
2.3.4 Sistem traktor Sistem aplikasi -tangki
limbah dengan cara ini yaitu dengan mengangkut limbah cair dari
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) ke areal tanaman dengan
menggunakan traktor yang menarik tangki. Limbah berbentuk cair

12
dipompakan ke dalam tangki dengan menggunakan pompa sentrifugal yang
terletak di chasis tangki. Peralatan yang digunakan ialah traktor, tangki, dan
pompa sentrifugal. Untuk mengurangi biaya transportasi aplikasi limbah,
areal tanaman sebaiknya berdekatan dengan IPAL. Traktor berjalan pada
jalan pikul dan limbah disemprotkan sepanjang baris pohon tempat
tumpukan hasil pangkasan.
Gambar 5. Aplikasi limbah cair kelapa sawit dengan sistem traktor tangki
Pelaksanaan operasional aplikasi LCPKS dari sejak perencanaan dan
pelaksanaan aplikasi menjadi tanggung jawab dari pabrik yang
bersangkutan. Pada beberapa pabrik di Indonesia pengamatan pelaksanaan
dan pemantauan terhadap dampak yang terjadi dilakukan oleh asisten SHE
(Safety, Health and Environment) yang ada ditiap kebun dan dilaporkan
secara berkala ke Divisi SHE di kantor pusat. Laporan dibuat berdasarkan
format yang telah ditentukan.
2.4 Pengaruh Aplikasi Terhadap Produksi
Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang
relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS
dan penghematan biaya pupuk sehingga mengurangi biaya pengeluaran bagi
perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPKS (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit) Medan, dosis LCPKS adalah 12.66 mm ECH
(ekuivalen curah hujan)/bulan yang direkomendasikan dengan 50% dosis
pupuk anjuran menunjukkan hasil 36% di atas kontrol (sutarta et al, 2000),
sehingga dosis tersebut dijadikan dosis anjuran sementara. Aplikasi limbah

13
cair ini dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu,
aplikasi limbah cair akan mengurangi biaya pengolahan limbah dan mampu
memperbaiki sifat kimia (kandungan hara) dan fisika tanah.
Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di
perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan
swasta. Menurut PT. Tunggal Perkasa Plantation, aplikasi limbah cair
sebagai pupuk dapat meningkatkan produksi janjang (tandan sawit) 20 –
30% dibandingkan dengan areal yang dipupuk anorganik. Hal ini diduga
selain disebabkan karena unsur hara yang dikandung dalam limbah cair,
juga disebabkan karena kelembaban tanah yang selalu terjaga dengan
adanya aplikasi limbah cair. Menurut beberapa sumber lain, penggunaan
limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS sebesar 16-60%. Limbah
cair ini tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah
di sekitar areal aplikasinya.
Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tanaman sawit tidak memberikan
dampak pada sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, kualitas air tanah dangkal,
dan kualitas air permukaan. Pengujian beberapa sifat ini telah dilakukan
oleh beberapa perkebunan kelapa sawit di Indonesia salah satunya adalah
PT. Agrowiyana, Jambi tahun 2007.
2.5 Efisiensi Penyaluran Air (Water Conveyance Efficiency)
Menurut Hansen et. al. (1979), konsep irigasi yang paling awal untuk
dievaluasi adalah efisiensi saluran pembawa air. Saluran pembawa air ini
diantaranya adalah : (1) Saluran primer, (2) Saluran sekunder, (3) Saluran
tersier dan (4) Saluran kwarter.
Pada penyaluran air irigasi, jumlah air yang sampai pada suatu areal
pertanian dalam skala waktu tertentu akan mengalami pengurangan
sepanjang saluran yang dilaluinya. Hal ini berhubungan dengan kehilangan
air sepanjang penyaluran air irigasi tersebut yang menyebabkan turunnya
efisiensi penyaluran (Setyoko, 1987). Efisiensi penyaluran air irigasi adalah
efisiensi tahap pertama yang perlu dipertahankan sebelum usaha

14
peningkatan efisiensi irigasi yang lain. Efisiensi penyaluran sangat
dipengaruhi oleh :
1. Kondisi jaringan irigasi (bangunan dan saluran). Kehilangan air
banyak terjadi selama pengaliran karena rembesan (seepage), bocoran
dan evaporasi.
2. Penyadapan air secara liar pada saluran primer dan sekunder guna
dialirkan langsung ke petak persawahan.
Efisiensi penyaluran air dapat diperhitungkan dari air yang masuk ke
petak persawahan dibandingkan dengan penyaluran air dimana air tersebut
disalurkan.
Besarnya efisiensi penyaluran air dapat dihitung dengan rumus :
.
dimana : Ec = Efisiensi penyaluran (%)
Wf = Jumlah air yang sampai di areal pertanaman (L3T-1)
Wr = Jumlah air yang dialirkan dari sumber (L3T-1)
2.6 Kehilangan Air
Kehilangan air irigasi pada saluran terbuka dapat terjadi melalui dua
bentuk yaitu berupa uap dan cairan. Hal ini disebabkan oleh penguapan
permukaan air, transpirasi dari tumbuhan sepanjang saluran, perembesan
kebawah dan kesamping serta bocoran karena rusaknya tanggul (Houk,
1957).
Khushalani dan Kushalani (1974), menyatakan bahwa jumlah air yang
merembes tergantung dari debit air yang diberikan dimana penambahan
debit aliran menyebabkan rembesan yang terjadi akan semakin kecil, tingkat
kekeringan tanah selama irigasi dan kapasitas tanah menahan kelembaban,
sedangkan Kinori (1970), menyatakan bahwa perembesan tergantung pada
jenis tanah dan gradient hidrolik. Faktor jenis tanah yang berpengaruh yaitu
permeabilitasnya, sedangkan gradien hidrolik adalah perbandingan antara
selisih ketinggian, muka air pada 2 titik di saluran terhadap jarak
mendatarnya.

15
Kunwibowo (1980), menyatakan bahwa komponen-komponen
(faktor-faktor yang mempengaruhi) kehilangan air selama penyaluran
adalah :
1. Penguapan melalui permukaan saluran
2. Evapotranspirasi yang disebabkan oleh vegetasi yang ada di sepanjang
saluran
3. Perembesan (seepage) melalui dasar atau tepi saluran
4. Bocoran (leakage) pada saluran.
Menurut Michael (1978), hilangnya air akibat perembesan dapat
dicegah atau dikurangi dengan cara melapisi saluran dengan bahan yang
kedap air. Saluran yang dilapisi dengan semen misalnya dapat mengurangi
hilangnya air akibat perembesan sampai 20%.
Menurut Linsley dan Franzini (1972), ada tiga metode pengukuran
kehilangan air, yaitu :
1. Metoda genangan (ponding method)
2. Metoda pemasukan-keluaran (inflow-outflow method)
3. Metoda pengukuran rembesan (seepage-meter method)
Metoda genangan ialah metoda pengukuran kehilangan air dengan
cara membendung kedua ujung saluran pada jarak tertetu yang dikehendaki.
Jumlah kehilangan air adalah penurunan muka air selama 24 jam.
Metode pemasukan-keluaran ialah metoda pengukuran kehilangan air
dengan menggunakan alat-alat pengukur debit yang dipasang pada kedua
ujung saluran, kehilangan air yang terjadi adalah merupakan selisih antara
debit pemasukan (inflow) dengan debit pengeluaran (outflow). Selama
pengukuran berlangsung air dalam keadaan mengalir.
Metoda pengukuran rembesan ialah metoda pengukuran kehilangan
air dengan menggunakan alat-alat pengukuran perembesan (seepage-meter)
yang dipasang pada saluran. Hasil pengukuran dengan metoda ini lebih baik,
tetapi peralatannya sulit dan harganya mahal.
Menurut Hamid (1987), diantara ketiga metoda pengukuran
kehilangan air, metoda pemasukan-keluaran yang paling sering digunakan,
sebab metoda ini lebih murah dan praktis penggunaannya.

16
Linsley dan Franzini (1972), menyatakan bahwa metoda pemasukan-
keluaran dilakukan dengan cara pengukuran debit aliran yang masuk dan
debit aliran yang keluar pada aliran mantap antara dua titik sepanjang
saluran.
2.7 Pengukuran Debit
2.7.1 Pengukuran Debit Air Secara Langsung
Pengukuran debit secara langsung dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan sekat ukur dan talang ukur. Sekat ukur untuk
pengukuran debit secara langsung ada bermacam-macam menurut bentuk
penampang sekatnya, yaitu Sekat ukur Thompson, Sekat ukur Cippoletti,
dan Sekat ukur Segiempat.
2.7.2 Pengukuran Debit Air Secara Tidak Langsung
Pengukuran debit air secara tidak langsung adalah pengukuran dengan
cara mengukur kecepatan aliran dan luas penampang aliran. Untuk
kehilangan air umumnya digunakan metode “inflow-outflow’’, dengan
kehilangan air yang terjadi ditunjukkan oleh selisih antara debit yang masuk
(inflow) dengan debit pengeluaran (outflow) (Linsley dan Franzini, 1972).
Besarnya debit air yang masuk dan yang keluar dapat dihitung dengan
persamaan :
dimana : Q = Debit air (L3T-1)
A = Luas penampang aliran (L2)
V = Kecepatan aliran (LT-1)
Tentang kecepatan aliran dapat diukur dengan pelampung (metode
apung), dengan alat ukur arus (Current meter), ataupun dengan
menggunakan rumus.

17
Biaya alat dan mesin pertanian terdiri dari dua komponen yaitu biaya
tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost/operating
cost). Apabila kapasitas suatu alat atau mesin pertanian diketahui atau dapat
dihitung, maka biaya pokok per satuan produk dapat diketahui (Pramudya
dan Dewi, 1992).
2.8 Analisis Biaya
2.8.1 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan
tetap jumlahnya. Thuesen dan Fabrycky (2002) menyebutkan bahwa biaya
tetap adalah kelompok biaya yang diperlukan dalam aktifitas berjalan yang
totalnya akan relatif tetap sepanjang periode aktivitas operasional. Biaya
tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak
tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin
serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap
adalah :biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, biaya pajak, dan
biaya gudang atau garasi
1. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan
nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian.
Gray et al. menyebutkan bahwa penyusutan adalah bagian dari benefit
proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek
sedemikian rupa sehingga merupakan data yang mencerminkan jumlah
biaya total. Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang
antara lain adanya bagian-bagian yang rusak atau aus, peningkatan biaya
operasi dari sejumlah unit output yang sama jika dibandingkan dengan
mesin baru dan sebagainya.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menghitung besarnya
biaya penyusutan adalah dengan metode garis lurus tanpa memasukkan
bunga modal dalam perhitungannya. Besarnya biaya penyusutan dianggap

18
sama setiap tahunnya atau penurunan nilai bersifat tetap sampai pada akhir
umur ekonomisnya.
Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa umur ekonomi
adalah umur dari suatu alat dari kondisi 100% baru sampai alat tersebut
sudah tidak ekonomis lagi bila terus digunakan dan lebih baik diganti
dengan mesin yang baru. Sedangkan Waries (2003) menyatakan bahwa
umur ekonomis adalah suatu perkiraan jangka waktu bagi mesin untuk tetap
dapat beroperasi dengan baik dan masih menguntungkan secara ekonomis.
Setelah tercapainya nilai ekonomis tersebut, mesin masih memilki nilai yang
disebut nilai akhir. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan
garis lurus adalah sebagai berikut:
L
SPD
−=
dimana: D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)
P = Harga awal (Rp)
S = Harga Akhir (Rp)
L = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
2. Biaya bunga modal dan asuransi
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh sistem penggilingan. Nilai biaya ini diperhitungkan karena
penggilingan telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli
mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak
dapat lagi berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Besarnya bunga modal dapat dihitung dengan persamaan berikut:
N
NPiI
2
)1( +×=
dimana: I = Total bunga modal (Rp / tahun)
P = Nilai awal mesin (Rp)
i = Tingkat bunga modal (% / tahun)
N = Umur ekonomis (tahun)

19
3. Biaya pajak
Pajak untuk mesin pertanian sangat berbeda di setiap negara. Di
Indonesia pemungutan pajak untuk mesin pertanian memang belum banyak
dilakukan. Apabila belum ada ketentuan pemungutan pajak untuk mesin
pertanian dan nilai ini akan diperhitungkan, maka biaya pajak ditentukan
berdasarkan persentase taksiran terhadap harga mesin atau peralatan
tersebut. Besarnya persentase berbeda dari satu negara ke negara lain.
Dibeberapa negara besarnya pajak sekitar 2% dari harga awal pertahun.
4. Biaya gudang atau garasi
Biaya bangunan/garasi dapat berupa biaya untuk membangun
bangunan tersebut atau biaya sewa. Apabila bangunan dibangun sendiri atau
dibeli oleh pihak perusahaan, biaya bangunan berupa biaya penyusutan
bangunan, sedangkan jika bangunan disewa, maka biaya bangunan berupa
biaya sewa bangunan tersebut.
2.8.2 Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat
dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya
(Pramudya dan Dewi, 1992). Sedangkan menurut Thuesen dan Fabrycky
(2001), biaya tidak tetap adalah kelompok biaya yang berubah-ubah
mengikuti level aktivitas operasional. Apabila jumlah satuan produk yang
diproduksi pada masa tertentu naik, jumlah biayanya juga mengalami
kenaikan. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam.
Contoh biaya yang termasuk biaya tidak tetap antara lain adalah :
1. Biaya bahan bakar
Biaya ini adalah pengeluaran untuk sumber tenaga yaitu bensin, solar,
atau listrik. Untuk kebutuhan bensin atau solar satuannya dalam l/jam.
Dengan mengetahui harga per lliternya di lokasi maka akan didapat biaya
dalam Rp/jam. Pada motor listrik konsumsi listrik dinyatakan dalam kw atau

20
watt. Dengan mengetahui tariff listrik dalam Rp/kwh maka akan didapat
biaya tenaga listrik dalam Rp/jam.
Berdasarkan suatu penelitian konsumsi bahan bakar rata-rata dari sutu
mesin traktor roda 4 pada kondisi normal adalah 0.12 l/Hp/jam. Sedangkan
pada kondisi berat konsumsi bahan bakar rata-rata meningkat 0.18 l/Hp/jam.
2. Biaya pelumas
Pelumas diberikan untuk memberikan kondisi kerja yang baik bagi
mesin dan peralatan. Minyak pelumas untuk traktor meliputi oli mesin, oli
transmisi, oli garden, oli hidrolik. Pada mesin pengolahan hasil, pompa air,
dan generator listrik tidak terdapat biaya hirolik dan oli garden.
Besarnya biaya pelumas ditentukan berdasarkan banyaknya
penggantian oli pada suatu mesin pada setiap periode tertentu, dan harga
satuan oli yang digunakan. Kebutuhan oli rata-rata pada traktor roda 4
sebesar 0.1 l/bhp/jam.
3. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
Biaya perbaikan dan pemeliharaan pada alat-alat mesin pertanian
meliputi biaya penggantian bagian yang telah aus, upah tenaga kerja trampil
untuk perbaikan khusus, pengecetan, pembersihan/pencucian dan perbaikan-
perbaikan karena faktor yang tak terduga.
Besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan dapat dinyatakan dalam
persentase terhadap harga awal suatu mesin pertanian. Sebagai contoh
besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan rata-rata pada traktor roda
adalah 1.2% dari harga awal per 100 jam. Biaya perbaikan dan
pemeliharaan sumber tenaga (motor penggerak) untuk alat-alat pertanian
seperti mesin penggiling padi, perontok, pemecah kulit dan penyosoh
diestimasikan besarnya 1.2%/(P-S)/100 jam. Biaya perbaikan untuk mesin-
mesin pengolah hasil pertanian beserta mesin penggeraknya diperkirakan
sebesar 5% /P per tahun. Sedangkan biaya perbaikan dan pemeliharaan
untuk peralatan pertanian seperti bajak, garu, dan sebagainya diperkirakan
sebessar 2%*(P-S)/100 jam.

21
4. Biaya operator
Biaya operator biasanya dinyatakan dalam Rp/hari atau Rp/jam.
Besarnya tergantung pada kondisi lokal. Operator yang digaji bulanan dapat
dikonversikan dalam upah Rp/jam dengan menghitung jumlah jam kerjanya
selama sebulan.
5. Biaya hal-hal khusus
Biaya hal-hal khusus adalah biaya dari penggantian suatu bagian atau
suku cadang yang mempunyai nilai yang tinggi (harganya mahal), tetapi
memerlukan penggantian yang relatif sering karena pemakaian. Pada mesin
pertanian contoh yang paling umum adalah biaya penggantian ban pada
traktor roda.
Biaya penggantian ban ini dapat dihitung berdasarkan biaya
penggantian (harga) dan perkiraan umur pemakaian.
2.8.3 Biaya Total
Biaya total merupakan jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Nilainya dinyatakan dalam jumlah biaya per tahun atau biaya per jam.
Untuk perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja
mesin per tahun. Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut:
BTTx
BTB +=
dimana: B = Biaya total (Rp/jam)
BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
x = Jam kerja per tahun (jam/tahun)
2.8.4 Biaya Pokok

22
Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa biaya pokok adalah
biaya yang diperlukan untuk memproduksi tiap unit produk yang dihasilkan.
Pada aplikasi limbah cair sebagai pupuk, biaya pokok merupakan biaya
yang diperlukan untuk mengalirkan 1 liter limbah cair menuju lahan aplikasi
Persamaan yang dipakai sebagai berikut:
k
BBp =
atau dapat dihitung dari biaya total per tahun dan jumlah pupuk yang akan
diaplikasikan per tahun.
M
BxBp =
dimana: Bp = Biaya pokok (Rp/jam)
k = Kapasitas pompa (liter/jam)
M = Jumlah pupuk per tahun (liter/jam)

23
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan April
sampai dengan Mei 2009. Objek yang dijadikan penelitian adalah aplikasi
limbah cair pabrik kelapa sawit pada aplikasi pemupukan sistem flatbed di
Perkebunan PT. Condong Garut Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sedangkan
analisa parameter kimia limbah cair dilakukan di Laboratorium Pengujian
Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Alat ukur kecepatan aliran (pelampung berupa botol plastik)
2. Meteran
3. Patok kayu untuk menandai panjang saluran
4. Gelas ukur
5. Alat pengukur pH, dan suhu limbah cair
(EC meter)
6. Pengukur waktu (Stopwatch)
7. Wadah tempat sampel limbah cair
8. Catatan lapang beserta alat tulis
9. Kalkulator
10. Seperangkat alat pengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand),
COD (Chemical Oxygen Demand), dan Nitrogen Amoniak (NH3-N).
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah pabrik
kelapa sawit berupa limbah cair yang siap diaplikasikan ke lahan. Limbah
ini merupakan keluaran dari kolam limbah dengan kadar BOD (Biochemical
Oxygen Demand) rata-rata < 1000 mg/l (PT. Condong Garut).

24
Gambar 6. Diagram proses pelaksanaan penelitian.

25
3.3 Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pengukuran terhadap parameter-parameter fisik
instalasi flat bed meliputi kapasitas dan debit pompa, efisiensi penyaluran,
sifat kimia limbah cair berupa pH, BOD, COD, dan Nitrogen Amoniak
(NH3-N). Sementara data sekunder berupa daftar komponen-komponen
aplikasi sistem flatbed dan traktor-tangki untuk keperluan analisis teknis,
biaya, dan sifat kimia limbah cair sistem traktor-tangki diperolah dari PT.
Condong Garut dan studi literatur dari pustaka terkait seperti Departemen
Teknik Pertanian IPB serta dari pustaka lainnya.
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Pengukuran Parameter Fisik Limbah Cair
1. Debit Aliran Limbah Cair Debit limbah cair diukur dengan
menggunakan persamaan berikut :
Dimana : Q = Debit aliran limbah cair (m3/detik)
A = Luas penampang saluran limbah cair (m2)
V = Kecepatan aliran limbah cair (m/detik)
Berikut metode pengukuran luas penampang saluran :
Gambar 7.Pengukuran penampang saluran
h
l
h
l
h
l
A1
A2
A3

26
Luas penampang saluran
Dimana : h = Tinggi aliran (m)
l = Lebar bawah saluran (m)
Pengukuran kecepatan dilakukan dengan menggunakan metode
pelampung yang terbuat dari botol plastik.
Dimana : V = Kecepatan aliran limbah cair (m/detik)
0.7 = Koefisien tetapan
Pengukuran kecepatan dilakukan untuk tiga kali pengulangan pada
masing-masing panjang saluran. Debit (Q) aliran limbah cair merupakan
rata-rata dari tiga kali pengulangan pengukuran kecepatan.
2. Efisiensi Penyaluran Limbah Cair
Dimana : Vol outlet = Volume keluar (m3)
Vol intlet = Volume masuk (m3)
Dimana : t = Waktu operasional pompa (detik)
Vol outlet merupakan volume limbah cair pada masing-masing titik
luasan penampang saluran.
Sedangkan Vol intlet merupakan volume limbah cair masuk pada awal
saluran. Pengukurannya dilakukan dengan menampung limbah cair yang
keluar dari pipa menggunakan gelas ukur dan pengukur waktu (stopwatch).
3. Kehilangan Limbah Cair Disepanjang Saluran
Dimana : Loses limbah cair = kehilangan limbah cair disetiap titik luasan
penampang saluran akibat perembesan.
Perhitungan kehilangan limbah cair disepanjang saluran dilakukan
pada setiap luasan penampang aliran atau pada setiap titik A1, A2, dan A3

27
pada masing-masing panjang saluran. Panjang saluran pada penelitian ini
merupakan panjang saluran diantara jalur instalasi aplikasi sistem flatbed.
Gambar instalasi aplikasi sistem flatbed dan penampang kolam nya ada pada
Lampiran 1 dan 2.
Pada penelitian ini terdapat beberapa batasan penelitian, antara lain :
� Tidak dilakukannya pengukuran laju penguapan limbah cair pada
saluran
� Tidak dilakukan pengukuran laju infiltrasi limbah cair pada saluran
� Tidak dilakukan pengukuran jumlah endapan yang terbentuk akibat
pengaliran limbah cair pada saluran.
3.4.2 Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Limbah Cair Sistem Flatbed
Pengukuran sifat fisik dan kimia yang diukur bersamaan pada saat
pengukuran debit aliran limbah cair adalah Suhu (°C) dan pH. Sedangkan
untuk pengukuran pada saat akhir penelitian adalah pengukuran, BOD
(Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan
Nitrogen Amoniak (NH3-N).
Pengukuran suhu dan pH limbah cair diukur dengan menggunakan
Ecemeter. Pengukuran dilakukan pada masing-masing panjang saluran
dengan interval 60 meter.
Untuk pengukuran parameter limbah cair seperti BOD (Biochemical
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan Nitrogen
Amoniak (NH3-N), dilakukan pada tiga tempat pengukuran, yaitu kolam
sumber limbah cair (berjarak ± 300 meter dari lahan aplikasi), limbah cair
yang masuk pada saluran awal (inlet), dan Limbah cair pada akhir saluran
(outlet). Metode pengukuran parameter kimia limbah cair ada pada
Lampiran 3.
3.4.3 Analisis Efisiensi Penyaluran dan Sifat Kimia Limbah Cair pada -
Sistem Traktor tangki
Analisa efisiensi penyaluran limbah cair dengan metode traktor-tangki
dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh

28
dari PT. Condong Garut dan studi literatur yang terkait. Efisiensi penyaluran
limbah cair sistem traktor-tangki dihitung dari parameter waktu, yaitu total
waktu tempuh traktor untuk satu kali operasi penyiraman limbah cair.
Berikut daftar komponen-komponennya :
Tabel 5. Daftar komponen perhitungan efisiensi penyaluran limbah cair pada sistem traktor-tangki
No Komponen Perhitungan
1 Kapasitas tangki (Vol) Asumsi
2 Debit pompa (Q1) Asumsi
3 Jarak tempuh kelahan aplikasi (S) Pengukuran
4 Kecepatan rata-rata traktor (kerja normal) (V) literatur
5 Dosis pengairan limbah cair (Do1) Standar baku
6 Aplikasi pemupukan (Ap) Pengukuran
7 Jumlah pohon sawit (Jm) Standar baku
8 Lahan pengujian (Lp) Pengukuran
9 Total pohon sawit (Tp) Jm*Lp
10 Kebutuhan waktu pengisian tangki (t1) Vol/Q1
11 Waktu tempuh traktor (menuju lahan aplikasi)(t2) S/V
12 Dosis pengairan limbah cair/satu kali aplikasi (Do2) Do1/Ap/Jm
13 Jumlah pohon yang terairi untuk 1 kali operasi (Jp) Vol/Do2
14 Debit penyemprotan dari tangki ke pohon sawit (Q2) Asumsi
15 Waktu untuk 1 kali penyemprotan (t3) 500 liter/Q2
16 Total waktu penyemprotan untuk pohon yang terairi (t4) 4*t3
17 Waktu tempuh traktor dari lahan aplikasi (t5) S/V*60 menit
18
Total waktu operasi traktor untuk 1 kali
penyemprotan (T) t1+t2+t4+t5
19 Total pengisian tangki Tp/Jp
20 Waktu tempuh traktor untuk 32 kali operasi T*32
Penyemprotan dilakukan digawangan mati, yaitu diantara dua baris
pohon sawit. Satu kali penyemprotan dilakukan untuk 4 pohon sawit. untuk

29
pohon sawit diasumsikan mendapatkan suplai limbah cair sebanyak 500
liter. Untuk melakukan perhitungan waktu tempuh traktor menuju lahan
aplikasi, maka data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikiut :
Tabel 6. Daftar spesifikasi komponen perhitungan efisiensi penyaluran limbah cair pada sistem traktor-tangki
No Spesifikasi Sumber Satuan Nilai
1 Kapasitas tangki Asumsi liter 2000
2 Debit pompa Asumsi liter/detik 5
3 Jarak tempuh menuju lahan aplikasi Pengukuran km 0,2
4 Kecepatan traktor (kerja normal) Literatur km/jam 7,54
5 Dosis pengairan limbah cair Standar baku m3/ha/bulan 126
6 Aplikasi pemupukan Pengukuran aplikasi/bulan 8
7 Jumlah pohon sawit Standar baku pohon/ha 100
8 Lahan pengujian Pengukuran ha 4
3.4.4 Analisis Biaya Sistem Aplikasi Limbah Cair
Analisis biaya dilakukan untuk dua jenis sistem aplikasi limbah cair,
yaitu analisis biaya aplikasi sistem flatbed dan aplikasi sistem traktor-tangki.
Perincian komponen-komponen yang terdapat pada sistem flatbed dan
sistem traktor-tangki ada pada Lampiran 4
Penelitian ini menggunakan beberapa prosedur asumsi dan pendekatan
sebagai dasar dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan
pendekatan yang digunakan berlaku untuk aplikasi sistem flatbed dan sistem
traktor-tangki yang terdiri dari:
1. Umur ekonomis pompa adalah 8 tahun dengan nilai akhir pompa 10%
dari harga awal.
2. Umur ekonomis traktor dengan gandengannya 10 tahun dengan nilai
akhir 10% dari harga awal.
3. Umur ekonomis fasilitas bangunan seperti gudang, rumah penjaga, dan
garasi adalah 20 tahun dengan nilai akhir 10% dari harga awal.

30
4. Umur ekonomis fasilitas-fasilitas lainnya seperti kolam limbah cair,
pembuatan lahan aplikasi, instalasi perpipaan, komponen-komponen
panel listrik, dan tangki diasumsikan sesuai dengan kondisi lapangan.
5. Tingkat bunga modal yang digunakan adalah tingkat bunga yang
diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan
dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 3.25% yang
merupakan suku bunga deposito di Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan
jenis tabungan Britama pada tahun penelitian yaitu tahu 2009.
6. Biaya pajak tidak dimasukkan pada perhitungan analisis biaya karena
alat-alat yang digunakan oleh PT. Condong Garut tidak dikenai pajak.
7. Biaya untuk pemakaian pelumas, pemeliharaan dan perbaikan diperoleh
dari literatur.
8. Biaya-biaya hal khusus seperti biaya penggantian suatu bagian atau suku
cadang diasumsikan sesuai dengan kondisi lapang.
Untuk melakukan perhitungan biaya instalasi aplikasi limbah cair,
maka pada penelitian ini dilakukan dua tahap atau proses, yaitu :
3.4.4.1 Pengumpulan Data
1. Data kapasitas pompa dan tangki
Kapasitas pompa pada aplikasi limbah cair sistem flatbed dapat
diketahui dengan cara mengukur volume limbah cair selama selang
waktu tertentu pada saat aplikasi dilakukan. Sedangkan kapasitas
tangki pada aplikasi sistem traktor-tangki dapat diketahui dengan
menghitung kebutuhan limbah cair yang harus dialirkan kesetiap lahan
aplikasi.
2. Data rata-rata jam kerja per hari
Rata-rata jam kerja pompa per hari pada aplikasi sistem flatbed
diperoleh dari pengambilan data harian operasi pompa selama 2 bulan,
terhitung dari bulan April sampai dengan bulan Mei. Untuk operasi
aplikasi sistem traktor-tangki diperoleh dari perhitungan waktu rata-
rata yang dibutuhkan traktor untuk aplikasi limbah cair kelahan

31
berdasarkan volume dan kapasitas tangki. Data-data tersebut dirata-
ratakan untuk mendapatkan jam kerja pompa per hari. Untuk jam kerja
pegawai atau operator per hari diperoleh dari ketentuan jam kerja yang
telah berlaku diperusahaan.
3. Data konsumsi pemakaian energi listrik dan bahan bakar
per jam
Konsumsi bahan bakar pemompaan adalah berupa pemakaian energi
listrik. Jumlah energi listrik yang digunakan diperoleh dari daya pada
masing-masing alat dikalikan dengan jam operasi rata-rata alat
tersebut. Dari perhitungan ini diperoleh energi harian pada masing-
masing alat dalam satuan kwh (kilowatthaours). Sedangkan untuk
konsumsi bahan bakar traktor-tangki berupa solar (liter/jam).
3.4.4.2 Analisis Data
1. Biaya Tetap (BT) (Rp/tahun)
Penyusutan dan Bunga Modal
Biaya penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dengan
persamaan sebagai berikut :
dimana: D = Biaya penyusutan (Rp / tahun)
P = Harga awal (Rp)
S = Harga Akhir (Rp)
L = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
Bunga Modal dan Pajak
Bunga modal untuk aplikasi sistem flatbed dan traktor-tangki adalah
sebesar 3.25 %.

32
dimana: I = Total bunga modal (Rp / tahun)
P = Nilai awal mesin (Rp)
i = Tingkat bunga modal (% / tahun)
N = Umur ekonomis (tahun)
2. Biaya Tak Tetap (BTT) (Rp/jam)
Dimana : P = Harga awal (Rp)
S = Harga akhir (Rp)
Dengan mengetahui biaya llistrik per kwh, maka diperoleh harga
listrik (Rp/jam). Sedangkan untuk konsumsi bahan bakar dan pelumas,
dengan mengetahui biaya per liternya maka dapat dihitung biaya per
jam.
3. Biaya Total
dimana: B = biaya total (Rp/jam)
BT = biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam)

33
x = jam kerja per tahun (jam/tahun)
4. Biaya Pokok
Dimana: Bp = biaya pokok (Rp/liter)
k = kapasitas traktor (liter/jam)
Biaya Pokok untuk Bagian-bagian yang terpisah
BT1 : biaya tetap alat/mesin 1 (Rp/tahun)
BT2 : biaya tetap alat/mesin 2 (Rp/tahun)
BT3 : biaya tetap alat/mesin 3 (Rp/tahun)
BTT1 : biaya tidak tetap alat/mesin 1 (Rp/jam)
BTT2 : biaya tidak tetap alat/mesin 2 (Rp/jam)
BTT3 : biaya tidak tetap alat/mesin 3 (Rp/jam)
x1 : jam kerja alat/mesin 1 (jam/tahun)
x2 : jam kerja alat/mesin 2 (jam/tahun)
x3 : jam kerja alat/mesin 3 (jam/tahun)
k1 : kapasitas alat/mesin 1 (unit produk/jam)
k2 : kapasitas alat/mesin 2 (unit produk/jam)
k3 : kapasitas alat/mesin 3 (unit produk/jam)

34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
PT. Condong Garut terletak di Desa Cigadog, Kec. Cikelet
(Pemeungpeuk), Kab. Garut, Prov. Jawa Barat. Lokasi kantor pusat berada
di Kecamatan Cimari, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sedangkan lokasi
perkebunannya terletak disatu areal, namun mencakup hingga beberapa
kecamatan. Pabrik Kelapa Sawit PT. Condong Garut dibangun di atas lahan
dengan luas ± 5.500 m2 dan telah beroperasi selama kurang lebih 28 tahun.
Luas areal tanaman kelapa sawit yang merupakan kebun inti adalah 3
643.57 ha, terdiri dari Bibitan 1.50 ha, TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) 549.40 Ha, TM (Tanaman Menghasilkan) 3.092.67 ha. Letak
geografis PT. Condong Garut adalah 400 m dpl. Kawasan perkebunan PT.
Condong Garut dikategorikan kedalam tipe iklim C dengan nilai Q =0.3628.
Curah hujan rata-rata pertahun adalah 2.750 mm dan jumlah hari hujan rata-
rata pertahun 131 hari. Temperatur maksimum mencapai 32°C dan
temperatur minimum mencapai 22°C. Kelembaban nisbi 79.82% dan
kecepatan angin rata-rata 8.56 m/menit. Data curah hujan, suhu, kelembaban
dan kecepatan angin berdasarkan SEL 1995.
PT. Condong Garut memiliki satu unit pabrik untuk pengolahan
kelapa sawit dengan produk akhir berupa CPO (Crude Palm Oil) dan Kernel
(inti sawit). Kapasitas olah pabrik sebesar 20 ton TBS/Jam. Bahan baku
PKS (Pabrik Kelapa Sawit) hanya berasal dari perkebunan kelapa sawit
milik PT. Condong Garut. Hasil komoditas berupa CPO dan kernel
dipasarkan di dalam negeri.
PT. Condong Garut mendapatkan persetujuan pengkajian aplikasi
limbah cair ke areal/lahan tanaman sawit pada bulan April 2004. Air
permukaan yang ada di lahan pengkajian terdapat diluar areal aplikasi
limbah cair atau sekitar 4 km dari lokasi yaitu Sungai Cimangke. Kecepatan
infiltrasi dan kapasitas infiltrasi, dan sumur pantau telah dibangun dilokasi
aplikasi lahan pengkajian yaitu didua titik sumur pantau yakni dilahan
pengkajian dan lahan kontrol. Air permukaan dan air tanah yang berasal dari

35
Sungai Cimangke dan air sumur artesis dipergunakan diperumahan
karyawan namun demikian kedua air tersebut letaknya di hulu aplikasi
sehingga tidak berpengaruh terhadap resapan aplikasi limbah cair.
Aplikasi limbah cair ke lahan perkebunan tanaman sawit pada PT.
Condong Garut sudah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan
oleh Buapati Kab. Garut, cq. Dinas LHKP Kab. Garut yaitu BOD < 5.000
mg/l dan pH berkisar antara 6 – 9.
4.2 Parameter Fisik Instalansi Aplikasi Sistem Flatbed
Perhitungan debit aliran limbah cair, efisiensi penyaluran dan
kehilangan limbah cair pada saluran sistem flatbed dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
� � � � �
Dimana : Q = Debit aliran limbah cair (m3/detik)
A = Luas penampang saluran limbah cair (m2)
V = Kecepatan aliran limbah cair (m/detik)
Dimana : Vol outlet = Volume keluar (m3)
Vol intlet = Volume masuk (m3)
Dimana : t = Waktu operasional pompa (detik)
Dimana : Loses limbah cair = kehilangan limbah cair disetiap titik luasan
penampang saluran akibat perembesan.
Berikut hasil perhitungan debit, efisiensi penyaluran, dan kehilangan
limbah cair berupa rembesan pada saluran aplikasi sistem flatbed.

36
Tabel 7. Debit, efisiensi, dan kehilangan air rata-rata hasil pengukuran penyaluran limbah cair sistem flatbed.
No
Panjang
Saluran
(m)
Q (m3/det) Efisiensi (%) Kehilangan air (m3)
A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3
1 4 0,0050 99,64 0,24
2 22,8 0,0050 0,0050 0,0050 99,01 99,01 99,01 0,65 0,63 0,63
3 27,4 0,0049 0,0049 0,0049 98,53 98,53 98,53 0,93 0,93 0,93
4 43,2 0,0049 0,0049 0,0049 97,68 97,33 97,33 1,48 1,70 1,70
5 65,2 0,0048 0,0048 0,0048 96,45 96,28 96,28 2,26 2,38 2,38
6 81,6 0,0048 0,0048 0,0048 95,15 95,15 95,15 3,09 3,09 3,09
7 87,5 0,0047 0,0047 0,0047 94,33 94,33 94,33 3,64 3,64 3,64
8 104,7 0,0047 0,0047 0,0047 93,88 93,88 93,88 3,93 3,93 3,93
9 120,5 0,0046 0,0046 0,0046 92,76 92,76 92,76 4,65 4,65 4,65
10 136,5 0,0046 0,0046 0,0046 91,63 91,67 91,09 5,36 5,34 5,71
11 153,8 0,0045 0,0045 0,0045 90,59 90,59 90,59 6,02 6,02 6,02
12 170,4 0,0045 0,0045 0,0045 89,79 89,85 89,10 6,53 6,48 6,96
13 188 0,0044 0,0044 0,0044 88,04 88,04 88,04 7,68 7,68 7,68
14 204,1 0,0044 0,0044 0,0044 87,70 87,33 87,33 7,88 8,13 8,13
15 225,5 0,0043 0,0043 0,0043 86,29 86,29 86,29 8,78 8,78 8,78
16 246,5 0,0043 0,0043 0,0043 85,55 85,55 85,55 9,23 9,23 9,23
17 262 0,0041 0,0041 0,0041 82,50 82,50 82,50 11,07 11,07 11,07
18 277,1 0,0040 0,0040 0,0040 79,94 79,94 79,94 12,66 12,66 12,66
19 293,2 0,0038 0,0038 0,0038 75,62 75,62 75,62 15,31 15,31 15,31
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu tempat pengukuran luas penampang.
Data debit, efisiensi, dan kehilangan air untuk setiap kali pengulangan
pengukuran ada pada Lampiran 5. Untuk kehilangan air (limbah cair) pada
saluran, tidak memperhitngkan beberapa faktor, yaitu laju evaporasi,
infiltrasi, dan sedimentasi. Pada penelitian ini hanya mengukur kehilangan
limbah cair akibat panjang saluran.
4.2.1 Debit Aliran Limbah Cair
Hubungan antara panjang saluran terhadap debit aliran limbah cair
pada saluran dapat digambarkan pada grafik berikut.

37
Gambar 8. Hubungan panjang saluran (m) terhadap debit aliran limbah cair hasil
pengukuran (m3/detik) selama penyaluran
Grafik tersebut menggambarkan hubungan antara panjang saluran (m)
terhadap debit aliran (m3/detik) selama penyaluran. Pada grafik tersebut
terdapat dua variabel yaitu variabel x yang merupakan variabel bebas, dan
variabel y yang merupakan variabel terikat kepada variabel y. Semua grafik
yang terdapat pada penelitian ini menggunakan regresi linear.
Besaran R2 pada grafik ini menunjukkan hubungan antara variable x
dan y bersifat linear. Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0.957
hampir mendekati 1. Nilai ini berarti bahwa panjang saluran mempengaruhi
debit aliran secara linear dengan tidak mempertimbangkan faktor lain,
seperti laju penguapan, infiltrasi, dan pengendapan.
Grafik ini memiliki slope atau kemiringan negatif. Nilai ini
menyatakan bahwa semakin panjang saluran pengaliran limbah cair, maka
debit aliran akan semakin kecil. Panjang saluran sebesar 293.2 m dapat
menurunkan debit aliran limbah cair sebesar 1.2 liter/detik atau sebesar 24
%.

38
Apabila dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor luar, kekentalan, jenis aliran, dan kehilangan energi, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 8. Nilai Q (debit aliran) hitung penampang saluran instalasi flatbed
Keterangan :
QUkur = Debit aliran limbah cair hasil pengukuran dilapangan tanpa
memperhitungkan faktor kehilangan energi (m3/detik)
T = Lebar atas saluran (m)
h1 = Tinggi aliran (m)
H1 = Tinggi saluran dari Gulukan (m) (Asumsi)
L = Panjang Gulukan (m) (Asumsi)
Cv = Koefisien kecepatan
Cd = Discharge koefisien
QHitung = Debit aliran hasil perhitungan dengan mempertimbangkan nilai Cv
dan Cd
Panjang
Saluran
(m) QUkur T(m) h1(m) H1(m) L(m) Cv h1/L H1/L Cd Qhitung
4 0,0050 0,166 0,107 0,150 0,200 1,668 0,533 0,75 0,86 0,0179
22,8 0,0050 0,146 0,085 0,150 0,200 2,327 0,427 0,75 0,858 0,0140
27,4 0,0049 0,148 0,084 0,150 0,200 2,379 0,421 0,75 0,857 0,0141
43,2 0,0049 0,147 0,083 0,150 0,200 2,415 0,417 0,75 0,856 0,0139
65,2 0,0048 0,145 0,080 0,150 0,200 2,588 0,398 0,75 0,849 0,0133
81,6 0,0048 0,131 0,075 0,150 0,200 2,852 0,373 0,75 0,847 0,0116
87,5 0,0047 0,129 0,075 0,150 0,200 2,828 0,375 0,75 0,848 0,0115
104,7 0,0047 0,131 0,077 0,150 0,200 2,715 0,385 0,75 0,8485 0,0118
120,5 0,0046 0,128 0,072 0,150 0,200 3,028 0,358 0,75 0,845 0,0111
136,5 0,0046 0,133 0,076 0,150 0,200 2,782 0,379 0,75 0,847 0,0119
153,8 0,0045 0,131 0,074 0,150 0,200 2,901 0,369 0,75 0,846 0,0116
170,4 0,0045 0,137 0,079 0,150 0,200 2,608 0,396 0,75 0,849 0,0126
188 0,0044 0,141 0,078 0,150 0,200 2,650 0,392 0,75 0,8488 0,0128
204,1 0,0044 0,140 0,081 0,150 0,200 2,515 0,406 0,75 0,85 0,0130
225,5 0,0043 0,144 0,076 0,150 0,200 2,797 0,378 0,75 0,847 0,0128
246,5 0,0043 0,144 0,079 0,150 0,200 2,622 0,394 0,75 0,8489 0,0132
262 0,0041 0,144 0,074 0,150 0,200 2,860 0,372 0,75 0,848 0,0128
277,1 0,0040 0,139 0,079 0,150 0,200 2,622 0,394 0,75 0,8489 0,0128
293,2 0,0038 0,141 0,078 0,150 0,200 2,650 0,392 0,75 0,8488 0,0129

39
Gambar 9. Hubungan panjang saluran (m) terhadap debit aliran limbah cair hasil
hasil perhitungan (m3/detik)
Apabila digambarkan ke kurva antara QUkur dan Hitung, maka
diperoleh grafik seperti Gambar 8. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa
debit aliran limbah cair (m3/detik) mempunyai hubungan yang linear
terhadap panjang saluran (m) nilai ini terjadi karena pada perhitungannya
tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti kehilangan energi (energy
losses). Fenomena yang seharusnya terjadi adalah seperti pada Gambar 9.
Debit aliran limbah cair tidak linear terhadap panjang saluran. Untuk
melakukan perhitungan ini telebih dahulu ditentukan jenis penampang aliran
dengan persamaan :
Nilai H1 dan L terlihat pada Gambar berikut.
Gambar 10. Penampang saluran untuk broad-crested weirs

40
Dari perhitungan yang dilakukan terlihat bahwa nilai
adalah 0.75 yang berada pada selang
Pada nilai ini memperlihatkan bahwa saluran dapat dikelompokkan ke
dalam broad-crested weir. Sehingga terdapat beberapa faktor yang tidak
dapat diabaikan dalam perhitungan debit aliran, yaitu :
Nilai Cd merupakan koefisien aliran yang memperhitungkan nilai
kekentalan, turbolensi aliran, dan ketidakseragaman distribusi kecepatan
aliran. Nilai Cd diperoleh dari Gambar 11 dengan memasukkan nilai h1/L
yang merupakan nilai tinggi aliran terhadap panjang gulukan. Nilai h1 dan L
terdapat pada Tabel 8. Sedangkan nilai Cv diperoleh dari persamaan berikut:
dimana nilai Cv merupakan koefisien kecepatan aliran. Untuk nilai Ø adalah
1.5 yang merupakan tetapan untuk jenis penampang saluran persegi. Nilai T
merupakan Lebar atas aliran, dan h1 merupakan tinggi aliran. Berikut
Gambar perhitungan nilai Cd yang berasal dari hasil plot nilai h1/L.
Gambar 11. Nilai Cd sebagai fungsi dari h1/L
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh niali Q (debit aliran
limbah cair) dalam satuan m3/detik. Terlihat bahwa debit aliran (Q) tidak
linear terhadap panjang saluran, hal ini disebabkan adanya variabel-variabel
Cd, Cv,T, dan h yang berubah seiring dengan panjang saluran. Untuk

41
beberapa nilai seperti H1 dan L, merupakan asumsi. Secara umum
penampang saluran dapat diperlihatkan pada Gambar 12 berikut. Pada Tabel
8 diperoleh hasil perhitungan Q hitung.
Gambar 12. Penampang saluran aliran limbah cair untuk lebar atas, bawah,
dan tinggi aliran
4.2.2 Efisiensi Penyaluran Limbah Cair
Menurut Hansen et. al (1979), konsep efisiensi irigasi yang paling
awal untuk dievaluasi adalah efisiensi saluran pembawa air.
Gambar 13. Hubungan panjang saluran (m) terhadap efisiensi penyaluran (%)
Kurva diatas menyatakan bahwa panjang saluran sangat
mempengaruhi efisiensi penyaluran, semakin panjang saluran pengaliran
limbah cair, maka efisiensi penyaluran akan semakin kecil. Panjang saluran
T
b
h1

42
sebesar 293.2 m dapat menurunkan efisiensi penyaluran limbah cair sebesar
24.02 %.
Efisiensi penyaluran terutama dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
panjang saluran, jenis dan kondisi tanah, dan kondisi saluran (Sapei, 2008).
Semakin panjang saluran pembawa air maka efisiensi penyalurannya akan
semakin menurun. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa semakin panjang
saluran, maka kemampuan saluran dalam menyalurkan limbah cair akan
semakin menurun. Berikut nilai efisiensi penyaluran air berdasarkan
panjang saluran dan jenis tekstur tanah.
Tabel 9. Pengaruh panjang saluran dan tekstur tanah terhadap efisiensi penyaluran
Panjang saluran Saluran tanah Lined canals
Pasir Debu Liat
Panjang (> 2.000m) 60% 70% 80% 95%
Sedang (200-2.000m) 70% 75% 85% 95%
Pendek(< 200m) 80% 85% 90% 95%
Data yang dieroleh dari perkebunan PT. Condong Garut menyatakan
bahwa tanah lahan aplikasi berupa tanah liat. Dari literatur yang diperoleh
seperti pada Tabel diatas saluran tanah dengan katagoeri panjang saluran
sedang (200-2.000 m) pada tekstur tanah liat mempunyai nilai efisiensi 85
%. Nilai ini tidak sesuai dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan,
dimana panjang saluran 293.2 m mempunyai nilai efisiensi sebesar 75.62 %.
Keadaan fisik saluran sangat mempengaruhi efisiensi penyaluran.
Penampang saluran atau parit lahan aplikasi perkebunan PT. Condong Garut
merupakan saluran tanah. Pada bagian kiri dan kanan saluran terdapat
kolam-kolam kecil yang disebut dengan flatbed yang membentuk jalur.
Jumlah flatbed tergantung sebaran pohon sawit yang akan dialiri limbah
cair. Total jalurnya adalah 26 jalur dengan jumlah flatbed sebanyak 553.
Berikut gambar saluran pada aplikasi sistem flatbed. Seperti terlihat pada
gambar dibagian kiri dan kanan saluran terdapat tumbuhan.

43
Untuk setiap aplikasi penyaluran limbah cair, kolam-kolam kecil
flatbed akan terisi penuh sesuai dengan efisiensi pada masing-masing
saluran pembawa limbah cair.
Gambar 14. Kondisi Saluran Limbah Cair pada Aplikasi Limbah Cair
Sistem Flatbed.
Gambar 15. Susunan flatbed pada jalur aplikasi limbah cair.
4.2.3 Kehilangan Limbah Cair pada Saluran Sistem Flatbed
Berikut gambar kehilangan limbah cair pada saluran sistem flatbed :
Gambar 16. Total kehilangan limbah cair pada sistem flatbed mulai dari saluran
inlet sampai dengan saluran outlet

44
Terlihat pada Gambar 12 bahwa jumlah kehilangan limbah cair pada
awal 50 meter pertama adalah 1.63 m3, sedangkan pada panjang saluran
akhir kehilangan limbah cair adalah sebear 15,31 m3.
Grafik diatas juga menunjukkan bahwa tingkat kehilangan air dalam
setiap panjang saluran tidak sama. Terlihat bahwa saluran dengan panjang
>250 m menunjukkan tingkat kehilangan yang lebih besar dari pada saluran
dengan panjang < 250 m. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi
dan kualitas saluran berbeda-beda. Dari nilai ini terlihat bahwa kehilangan
air bukan hanya disebabkan oleh faktor panjang saluran, akan tetapi juga
disebabkan oleh faktor kualitas saluran yang tidak seragam. Kualitas yang
tidak seragam diantaranya akan mempengaruhi tingkat kecepatan aliran
yang terjadi dan banyaknya rembesan sehingga kehilangan air yang terjadi
akan semakin bertambah.
Menurut Kunwibowo (1980), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kehilangan air selama penyaluran, antara lan : (1) penguapan
melalui permukaan saluran, (2) evapotranspirasi yang disebabkan oleh
vegetasi yang ada disepanjang saluran, (3) perembesan atau “seepage”
melalui dasar atau tepi saluran, dan (4) bocoran atau “loakage” pada
saluran.
Kondisi panjang saluran yang semakin panjang akan membuka
peluang rembesan, bocoran dan penguapan. Dengan demikian faktor
kehilangan air akan semakin bertambah.
Menurut literatur yang diperoleh, saluran air sepanjang 3 km yang
terbuat dari tanah dapat mengalami kehilangan sebesar 25 – 40% akibat dari
adanya perembesan. Perembesan disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Berubahnya kecepatan aliran secara tiba – tiba. Contohnya jatuhnya
pelebah pohon sawit pada saluran, sehingga menghambat aliran limbh
cair disaluran yang menyebabkan terjadinya rembesan.
2. Terdapatnya vegetasi disepanjang saluran sehingga menyebabkan
evapotranspirasi tumbuh-tumbuhan. Pada daerah saluran yang tidak
dilapisi, misalnya saluran tanah tingkat evapotranspirasi dari tumbuh-
tumbuhan dikatakan selalu besar (Kartasapoetra, 1990).

45
Gambar 17. Rembesan limbah cair menggenangi pangkal pohon kelapa sawit
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 6 terlihat waktu sebenarnya
yang dibutuhkan untuk mengairi flatbed (kolam-kolam kecil) adalah 8.5
jam. Namun kenyataannya dilapangan pompa pada sistem fltbed hanya
dioperasikan rata-rata 4 jam. Hal ini memperlihatkan bahwa pengairan
dengan sistem flatbed tidak memenuhi kapasitas flatbed yang dibutuhkan.

46
Tabel 10. Perhitungan kehilangan pendapatan dari kehilangan limbah cair sebesar 15.31 m3
No Spesifikasi Sumber Satuan Nilai
1 Volume limbah cair yang hilang (Losses) Pengukuran m3 15,31
2 Dosis limbah cair sesuai standar (Do1) PPKS, Medan m3/ha/bulan 126
3 Jumlah pohon sawit (Jm) PT.Condong Garut pohon/ha 100 4 Aplikasi pemupukan (Ap) PT.Condong Garut aplikasi/bulan 8
5 Rata-rata produksi TBS/pohon (TBS1) PT.Condong Garut tandan/pohon/bulan 1
6 Rata-rata berat TBS (TBS2) PT.Condong Garut kg/tandan 12 7 Rata-rata harga TBS (TBS3) PT.Condong Garut Rp/kg TBS 1.400 8 Dosis limbah cair (Do2) Do1/Jm/Ap m3/pohon 0,2
9 Peningkatan produksi akibat aplikasi LCPKS (P) PT.Condong Garut % 4 s/d 6
Perhitungan produksi dari kehilangan limbah cair sebesar 15.31 m3
10 Jumlah pohon sawit yang seharusnya terairi (Jm2) Losses/Do2 pohon 97
11 Jumlah TBS (TBS4) TBS1*Jm2*12 tandan/tahun 1.166 12 Berat TBS (TBS5) TBS2*TBS4 kg TBS/tahun 13.998
13 Pendapatan dari penjualan TBS (TBS6) TBS5*TBS3 Rp/tahun 19.596.800
14 Kehilangan pendapatan dari kehilangan limbah cair P*TBS6 Rp/tahun 1.175.808
Dari Tabel diatas terlihat bahwa limbah cair yang hilang pada saluran
sistem flatbed sebesar 15.31 m3 mampu mengairi tanaman sawit sebanyak
97 pohon. Dengan rata-rata produksi 1 tandan sawit/pohon/bulan, maka
perusahaan akan kehilangan pendapatan sebesar Rp 1.175.800/tahun. Nilai
ini merupakan kehilangan pendapatan perusahaan akibat kehilangan limbah
cair pada saluran akibat rembesan yang seharusnya mampu mengairi
tanaman sawit lainnya.
4.3 Pengaruh Panjang Saluran Terhadap Perubahan Sifat Kimia Limbah
Cair
Tabel data hasil pengukuran pH dan suhu limbah cair untuk empat kali
pengulangan ada pada Lampiran 7.

47
4.3.1 pH Limbah Cair
Gambar 18. Hubungan panjang saluran (m) terhadap perubahan pH limbah cair.
Semakin panjang saluran aplikasi maka pH limbah cair akan semakin
tinggi. Pada panjang saluran 465.5 m terukur pH sebesar 8.65. Nilai pH ini
menunjukkna bahwa limbah cair yang dialirkan bersifat basa karena lebih
besar dari pH netral (6-8). Terjadinya peningkatan nilai pH seiring dengan
panjang saluran kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
terdapatnya vegetasi disepanjang saluran yang sebagian menghasilkan
bahan-bahan organik yang dapat meningkatkan pH limbah cair, selain itu
kemungkinan pengaruh komposisi tanah yang terkikis bersamaan dengan
aliran limbah cair akan mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai pH.
Menurut Badan Agribisnis Deptan (1995) salah satu syarat aplikasi limbah
cair ke lahan adalah limbah cair yang mempunyai pH 6.0. Nilai pH > 8
menunjukkan bahwa limbah cair harus ditambahkan asam (H2SO4) atau
dilakukan pengenceran ulang agar dapat menurunkan pH.

48
4.3.2 Suhu Limbah Cair
Gambar 19. Grafik hubungan panjang saluran (m) terhadap perubahan suhu (°C) limbah cair.
Nilai pada kurva diatas mengartikan bahwa semakin panjang saluran
aplikasi maka suhu limbah cair akan semakin tinggi. Pada panjang saluran
465.5 m terukur suhu limbah cair sebesar 28.65. Nilai suhu ini menunjukkna
bahwa suhu limbah cair masih berada pada suhu yang normal yaitu sebesar
27-28°C. Dari nilai tersebut terlihat adanya perbedaan dan peningkatan suhu
setiap interval panjang saluran. Peningkatan suhu seiring dengan panjang
saluran kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain intensitas
radiasi atau penyinaran matahari yang semakin meningkat seiring dengan
lamanya penyinaran. Pengukuran suhu limbah cair ini dilakukan pada pukul
07.00 – 11.00 WIB.
Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0.963 hampir
mendekati 1. Nilai ini berarti menyatakan bahwa panjang saluran
mempengaruhi suhu limbh cair secara linear.
4.3.3 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengambilan sampel limbah cair dilakukan pada (1) kolam aplikasi,
yang berjarak ±300 m dari instalansi flatbed, (2) saluran awal tempat awal
keluarnya limbah cair dari pipa (saluran inlet), (3) saluran akhir (saluran
outlet). Skema kolam limbah ada pada Lampiran 8. Data-data hasil
pengukuran BOD, COD, dan NH3-N dapat dilihat pada Lampiran 9.

49
Gambar 20. Diagram kandungan bahan kimia limbah cair pada masing-masing
lokasi penyaluran sistem flatbed.
Keterangan : BOD (Biochemical Oxygen Demand)
: COD (Chemical Oxygen Demand)
: Ammoniak (NH3-N)
Terlihat pada kolam aplikasi mengandung BOD sebesar 22 mg/l,
saluran inlet sebesar 26 mg/l, dan salurn outlet sebesar 26 mg/l. Untuk
saluran inlet dan outlet tidak menunjukkan perbedaan. Saluran inlet dan
outlet berjarak 465.5 m yang merupakan saluran tanah. Tidak adanya
perbedan nilai BOD antara saluran inlet dan outlet mengartikan bahwa
saluran sepanjang 465.5 meter yang terbuat dari tanah tidak mempengaruhi
perubahan nilai BOD.
Namun pada diagram terlihat perberbedaan nilai BOD antara kolam
aplikasi dengan saluran inlet. Perbedaan nilai ini tidak terlalu jauh hanya
berbeda sebesar 4 mg/l. Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi kolam dan
media penyaluran limbah cair dalam hal ini pipa tidak mempengaruhi nilai
BOD limbah cair. Nilai BOD yang tidak jauh berbeda ini disebabkan oleh
waktu kontak antara sumber limbah cair dialirkan sampai menuju lahan
aplikasi singkat, yaitu berkisar antara 3-4 jam sehingga kemungkinan
perubahan sifat kimia limbah cair belum terjadi.

50
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut dalam limbah cair yang
dapat digunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan
mikroorganisme pada waktu dan kondisi tertentu. Sedangkan oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen/DO) merupakan kebutuhan dasar untuk
kehidupan tanaman dan hewan didalam air. BOD menunjukkan kebutuhan
oksigen terlarut pada air limbah. BOD 26 mg/l artinya diperlukan 26 mg
oksigen terlarut dalam 1 liter air untuk menguraikan senyawa organik
dengan bantuan mokroorganisme. Nilai BOD yang besar berarti dibutuhkan
oksigen terlarut yang cukup besar untuk menguraikan mikroorganisme yang
berarti bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air sangat kecil sehingga
menyebaban biota air kekurangan oksigen. Kandungan DO pada air normal
adalah > 5 mg/l (Kementrian Lingkungan Hidup).
Limbah cair segar yang dikeluarkan pabrik kelapa sawit PT. Condong
Garut mengandung BOD yang cukup besar yaitu 25.000 mg/l. Sebelum
dilakukan aplikasi ke lahan sebagai pupuk tanaman sawit, maka terlebih
dahulu nilai BOD diturunkan dengan membuat kolam-kolam limbah yang
berfungsi untuk menurunkan tingkat BOD. Penurunan nilai BOD ini terjadi
secara alami melalui pengendapan dengan mempunyai waktu tinggal
tertentu tanpa diberi bahan-bahan kimia atau bahan sejenis.
Pada diagram diatas terlihat bahwa nilai BOD limbah sawit PT.
Condong Garut telah memenuhi baku mutu pembuangan limbah sawit ke
lingkungan yaitu < 100 mg/l (Kepmen 51/1996). Namun nilai ini jauh
dibawah nilai yang disarankan untuk dijadikan pupuk tanaman sawit. Untuk
melakukan pemupukan yang dapat meningkatkan produksi tanaman sawit
dibutuhkan limbah cair dengan tingkat BOD 3.500-5.000 mg/l. Hal ini dapat
diartikan bahwa untuk kualitas limbah cair PKS (Pabrik Kelapa Sawit) PT.
Condong Garut telah memenuhi standar baku Deputi Bidang Pengendalian
Pencemaran Air, BAPEDAL 1995 (BOD < 100 mg/l) untuk melakukan
pembuangan limbah cair ke lingkungan atau dengan kata lain nilai ini sudah
bagus. Akan tetapi apabila limbah ini dipergunakan sebagai pupuk tanaman
sawit nilai BOD ini terlalu kecil dan kemungkinan kandungan unsur hara

51
yang dikandung oleh limbah sangat sedikit. Hal ini berdampak pada
kurangnya manfaat yang dapat diterima oleh tanaman sawit.
4.3.4 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD disebut juga dengan kebutuhan oksigen kimiawi, yaitu jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1 liter air
dengan menggunakan oksidator kalium dikromat (SK. SNI. M-1990-03).
Sedangkan menurut Ponten Naibaho (1998) COD merupakan oksigen yang
diperlukan untuk merombak bahan organik dan anorgnik.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa nilai COD kolam aplikasi
adalah 57 mg/l, saluran inlet 84 mg/l, dan saluran outlet 65 mg/l. Dari
diagram tersebut terlihat bahwa nilai COD lebih besar daripada nilai BOD,
hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi
dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalm uji COD, sedangkan pada
uji BOD bahan-bahan seperti ini sering tidak terukur (Srikandi Fardias,
1992). Namun pada intinya dua parameter ini yaitu BOD dan COD memiliki
fungsi yang sama yaitu sebagai parameter penentuan tingkat kualitas air.
Dari ketiga tempat pegambilan sampel, terlihat adanya perbedaan nilai
COD pada masing-masing lokasi pengambilan. Perbedaan ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain adalah terdapatnya perbedaan persebaran
jumlah mikroorganisme pada ketiga lokasi pengambilan sampel selain
mikroorganisme yang dikandung oleh air ,imbah tersebut. Pada saluran inlet
terdapat nilai COD dalam jumlah yang paling besar diantara ketiganya ini
memperlihatkan bahwa kandungan bahan organik dan anorganik pada
saluran inlet lebih besar dibandinngkan pada kolam aplikasi dan saluran
outlet. Kandungan bahan organik dan anorganik yang lebih besar selain
terdapat pada air limbah kemungkinan juga terdapat dilingkungan sekitar
saluran. Dari diagram diatas dapat diartikan bahwa panjang saluran
berpengaruh terhadap penurunan nilai COD, meskipun jumlah
penurunannya tidak terlalu banyak.

52
4.3.5 Ammoniak (NH3-N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan
organisme dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah
satu unsur utama pembentukan protein. Kandungan nitrogen sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen dalam air. Pada saat kandungan
oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amoniak dan saat kandungan
oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat (Sawyer, et al, 1994).
Pada diagram diatas terlihat bahwa pada kolam aplikasi terdapat
kandungan amoniak sebesar 20.31 mg/l, 11. 8 mg/l pada saluran inlet, dan
4.45 mg/l pada saluran outlet. Perbedaan kandungan amoniak pada kolam
aplikasi dengan saluran inlet kemungkinan disebabkan oleh pengaruh
kandungan mikroorganisme pada kolam. Dari nilai amoniak antara saluran
inlet dan saluran outlet terlihat adanya perbedaan yang cukup jauh yaitu
sebesar 15.86 mg/l atau 78.1 %. Hal ini memperlihatkan bahwa panjang
saluran yang terbuat dari tanah mempengaruhi penurunan nilai amoniak.
Perbedaan nilai Amoniak antara saluran inlet dan saluran outlet
memberikan gambaran bahwa kandungan oksigen terlarut pada saluran
outlet lebih besar jika dibandingkan dengan saluran inlet. Penurunan nilai
amoniak ini kemungkinan disebabkan oleh bebrapa faktor, antara lain :
1. Terjadinya kontak limbah cair dengan saluran tanah selama pengairan.
Walaupun waktu kontaknya sangat kecil, tetapi dengan diikuti panjang
saluran, maka akan menyebabkan pengendapan.
2. Panjang saluran menyebabkan terjadinya kontak antara limbah cair
dengan udara luar yang memungkinkan terjadinya aerasi pada aliran
limbah cair yang menyebabkan bertambahnya kandungan dissolved
oxygen (oksigen terlarut) yang menyebabkan terjadinya penurunan
kandungan amoniak.
Dari nilai COD dan Amoniak limbah cair pada PT.Condong Garut,
telah memenuhi standar pembuangan limbah cair ke badan penerima seperti
sungai, namun apabila limbah air diaplikasikan ke lahan tanaman sawit,
kandungan hara pada limbah ini masih belum maksimal.

53
4.4 Analisis Efisiensi Penyaluran Limbah Cair Sistem Traktor-Tangki
Efisiensi penyaluran limbah cair pada sistem traktor-tangki dihitung
berdasarkan parameter waktu, yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk
menyalurkan limbah cair ke pohon sawit.
Tabel 11. Perhitungan Waktu Tempuh Operasi Penyaluran Limbah Cair Sistem Traktor-tangki
No Spesifikasi Perhitungan Satuan Nilai
1 Kapasitas tangki (Vol) Asumsi liter 2000 2 Debit pompa (Q1) Asumsi liter/detik 5 3 Jarak tempuh kelahan aplikasi (S) Pengukuran meter 200
km 0,2 4 Kecepatan traktor (kerja normal) (V) literatur km/jam 7,54
5 Dosis pengairan limbah cair(Do1) Standar baku
m3/ha/bulan 126
6 Aplikasi pemupukan (Ap) Pengukuran hari/bulan 8
7 Jumlah pohon sawit (Jm) Standar baku pohon/ha 100
8 Lahan pengujian (Lp) Pengukuran ha 4 9 Total pohon sawit (Tp) Jm*Lp pohon 400
10 Kebutuhan waktu pengisian tangki (t1) Vol/Q1 menit 6,667 11 Waktu tempuh traktor (menuju lahan aplikasi)(t2) S/V menit 1,59 12 Dosis pengairan limbah cair/satu kali aplikasi
(Do2) Do1/Ap/Jm m3/pohon 0,1575
liter/pohon 157,50
13 Jumlah pohon yang terairi untuk 1 kali operasi (Jp) Vol/Do2
pohon/1 kali operasi 13
14 Debit penyemprotan ke pohon sawit (Q2) Asumsi liter/detik 5
15 Waktu untuk 1 kali penyemprotan (t3) 500 liter/Q2 menit 1,7
16 Total waktu penyemprotan untuk 13 pohon(t4) 4*t3 menit 6,7
17 Waktu tempuh traktor dari lahan aplikasi (t5) S/V*60 menit menit 1,59
18 Total waktu operasi traktor untuk 1 kali penyemprotan (T) t1+t2+t4+t5 menit 16,5
19 Total pengisian tangki Tp/Jp kali operasi 32 20 Waktu tempuh traktor untuk 32 kali operasi T*32 menit 520,27
Jam 8,67

54
Pada perhitungan biaya sistem traktor-tangki digunakan trktor yang
dimiliki oleh PT.Condong Garut dengan daya 115 hp.
Gambar 21. Traktor yang digunakan pada perhitungan biaya pada aplikasi sistem
traktor-tangki
Dari perhitungan diatas, maka total waktu yang dibutuhkan untuk
penyaluran limbah cair menuju lahan tanaman sawit adalah 8.67 jam. Nilai
ini merupakan total waktu yang terpakai untuk setiap hari pengoperasian
traktor-tangki untuk proses pemupukan. Jika dibandingkan dengan sistem
flatbed hanya membutuhkan waktu 4 jam. Terlihat perbedaan efisiensi
penyaluran limbah cair. Sistem traktor-tangki membutuhkan waktu yang
lebih banyak pada perjalanan traktor menuju lahan aplikasi dan proses
penyaluran limbah cair yang harus dilakukan ke setiap pohon sawit.
Untuk efisiensi volume limbah cair yang disalurkan, pada sistem
traktor-tangki kemungkinan kehilangan limbah cair selama penyaluran
sangat kecil, baik pada saat pemompaan limbah cair ke dalam tangki dari
kolam limbah maupun dalam perjalanan menuju lahan pohon sawit. Dalam
hal ini efisiensi volume limbah cair selama penyaluran dianggap 100%.
Sedangkan faktor luar seperti proses penguapan dan rembesan tidak terjadi
karena tangki diasumsikan tertutup rapat. Dalam hal ini kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kecelakaan selama transportasi dianggap 0 (nol).

55
4.5 Analisis Sifat Kimia Limbah Cair Pada Sistem Traktor-Tangki
Tabel 12. Sifat kimia limbah cair pada penyaluran sistem taktor-tangki
No Parameter Satuan Nilai awal Nilai Akhir
1 BOD(Biochemical Oxygen
Demand)
mg/l 3000-5000 3000-5000
2 COD(Biochemical Oxygen
Demand)
mg/l >5000 >5000
3 Amoniak (NH3-N) mg/l >130 >130
4 pH 6.0-7.0 6.0-7.0
Sumber : PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan, 2005

56
Penyaluran limbah cair dengan menggunakan tangki dari kolam
anaerobik (kolam sumber/aplikasi) menuju lahan aplikasi tidak merusak
kandungan bahan kimia limbah cair dengan kata lain tanaman sawit
mendapatkan kandungan hara yang sama dengan kandungan hara dari
kolam anaerobik primer.
Jika dibandingakan dengan parameter kimia limbah cair pada sistem
flatbed, maka terlihat perbedaan. Pada sistem flatbed kandungan bahan
kimia pada kolam aplikasi tidak sama dengan kandungan bahan kimia dari
limbah cair yang diterima oleh tanaman sawit. Dari analisa bahan kimia
limbah cair ini terlihat bahwa penyaluran limbah cair dengan menggunakan
sistem traktor-tangki kandungan bahan kimianya lebih terjaga daripada
sistem flatbed.
4.6 Analisis Biaya Sistem Aplikasi Limbah Cair
Perhitungan dilakukan untuk dua sistem aplikasi yaitu sistem flatbed
sistem traktor-tangki.
4.6.1 Analisis Biaya Sistem Flatbed
Pada aplikasi limbah cair sistem flatbed diperlukan dua buah pompa yaitu pompa
aplikasi dan pompa sirkulasi. Pompa aplikasi berfungsi untuk mengalirkan limbah
cair dari kolam limbah menuju lahan aplikasi, sedangkan pompa sirkulasi
merupakan pompa yang mengalirkan limbah cair kembali ke kolam sebelumnya,
tepatnya dari kolam aplikasi menuju bagian hulu kolam anaerobik. Proses
sirkulasi ini berfungsi untuk membantu menurunkan suhu limbah cair, menaikkan
pH, dan mempertahankan populasi bakteri. Fungsi-fungsi ini merupakan salah
satu persyaratan limbah cair supaya bisa diaplikasikan ke lahan tanaman sawit
(PT. Condong Garut).

57
Gambar 23. Kolam aplikasi limbah cair
Gambar 24. Pompa aplikasi (kiri) dan sirkulasi (kanan) limbah cair
Dalam analisis ini, biaya pembuatan kolam, pembuatan lahan aplikasi,
bangunan, pembelian pompa, dan pipa merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh PT. Condong Garut pada tahun 1994, tepatnya pada tahun awal
pembuatan sistem aplikasi limbah cair. Untuk harga akhir adalah sebesar
10% dari harga awal. Umur ekonomis disesuaikan dengan literatur yang
diperoleh untuk jenis komponen yang sama dan tingkat bunga diperoleh dari
BRI (Bank Rakyat Indonesia) untuk jenis deposito tahun penelitian. Umur
ekonomis untuk instalasi flatbed adalah 10 tahun. Nilai ini disesuaikan
dengan keadaan dilapangan dan hasil wawancara dengan tenaga kerja di
instalasi flatbed yang menyimpulkan bahwa instalasi flatbed ini mempunyai
umur ekonomis 10 tahun.
Untuk rumah pompa, rumah penjaga, dan gudang mempunyai umur
ekonomis 20 tahun. Umur ekonomis untuk pompa adalah 15 tahun, panel
listrik mempunyai umur ekonomis 5 tahun, sedangkan instalasi perpipaan 20
tahun. Nilai ini disesuaikan dengan kualitas dan umur ekonomis komponen

58
tersebut di PT. Condong Garut. Berikut daftar komponen-komponen
pemakaian energi listrik.
Tabel 13. Daftar Nama Komponen Pengguna Energi Listrik
No Nama Komponen Satuan Nilai Jumlah
1 Motor penggerak pompa aplikasi watt 22000 1
2 Motor penggerak pompa sirkulasi watt 22000 1
3 Lampu gudang&rumahpompa watt 40 3
4 Lampu Penerangan instalasi limbah watt 100 3
5 Lampu penerangan rumah penjaga 1 dan 2 watt 5 10
6 Lampu penerangan rumah penjaga1 dan 2 watt 10 2
Sumber : PT. Condong Garut
Pompa dioperasikan rata-rata 4 jam per hari, dengan operasi nomal 2
hari per minggu. Untuk aplikasi limbah cair dengan sistem flatbed terdapat 2
rumah penjaga, yaitu penjaga untuk siang dan malam. Hal ini dilakukan
untuk keamanan pompa. Jam operasi untuk lampu gudang dan rumah
pompa, instalasi limbah, dan rumah penjaga untuk 10 watt dan 5 watt.
berturut-turut adalah 12 jam, 10 jam, 6 dan 12 jam.
Untuk biaya pelumas pada instalasi pemompaan ini sangat kecil sehingga
nilainya dimasukkan pada perhitungan biaya perbaikan dan pemeliharaan
instalasi pemompaan. Biaya perbaikan dan pemeliharaan diambil
berdasarkan biaya perbaikan dan pemeliharaan untuk sumber tenaga (motor
penggerak) alat-alat pertanian. Sedangkan biaya perbaikan dan
pemeliharaan untuk lampu penerangan instalasi limbah mempunyai nilai
rata-rata sebesar Rp 10.000/bulan. Nilai ini disesuaikan dengan keadaan
dilapangan dan hasil wawancara. Untuk pemompaan mempunyai operasi
rata-rata adalah 8 hari per bulan, sedangkan untuk lampu penerangan akan
selalu digunakan tiap harinya sehingga rata-rata operasinya adalah 30 hari
per bulan. Untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan instalasi flatbed tidak
dimasukkan dalam perhitungan biaya perbaikan dan pemeliharaan karena

59
kegiatan ini dilakukan oleh pegawai tetap yang nantinya akan dimasukkan
pada perhitungan biaya operator.
Tabel 14. Daftar kebutuhan operator pada instalasi sistem flatbed.
No Kebutuhan Jumlah
(orang)
Hari
kerja/bulan
Gaji
(Rp/bulan)
1 Penjaga siang 1 30 600 000
2 Penjaga malam 1 30 600 000
3 Karyawan IPAL 4 27 600 000
4 Operator lapangan 1 1 27 600 000
5 Operator lapangan 2 1 27 600 000
6 Operator perbaikan 1 1 27 600 000
7 Operator perbaikan 2 1 27 600 000
Karyawan IPAL(Instalasi Pengolahan Air Limbah) mempunyai
pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi limbah. Operator lapangan 1
dan 2 adalah operator yang ditugaskan untuk mengawasi aplikasi sistem
flatbed pada setiap kali pemupukan dilahan aplikasi.
Biaya hal-hal khusus merupakan biaya penggantian suatu bagian atau
suku cadang pada instalasi pemompaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan karyawan instalasi flatbed, rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penggantian bagian-bagian alat yang rusak ataupun aus
adalah sebesar Rp 200.000/6 bulan. Bagian-bagian yang sering mengalami
kerusakan antara lain adalah bearing dan seal pada pompa. Dengan
mengetahui hari kerja pompa per bulan dan jam kerja pompa per hari maka
diperoleh biaya hal-hal khusus dalam satuan Rp/Jam.
Hasil analisis biaya aplikasi sistem flatbed ada pada Lampiran 10.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh biaya tetap pada aplikasi sistem
flatbed sebesar Rp 28.449.440/tahun.

60
Nilai ini mempunyai arti bahwa selama satu periode kerja (1 tahun)
nilai ini tidak mengalami perubahan meskipun kegiatan aplikasi dilakukan
pada waktu yang berbeda atau bahkan tidak dilakukan sama sekali, biaya ini
tetap ada dan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besarnya relatif
tetap. Sedangkan biaya tidak tetap adalah Rp 51.338/Jam. Nilai ini
mempunyai arti bahwa apabila pompa dioperasikan untuk penyiraman
tanaman sawit dengan jam kerja normal, maka perusahaan akan
mengeluarkan biaya Rp 51.338 untuk tiap jamnya. Namun apabila pompa
tidak dioperasikan maka perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya.
Dengan perkiraan jam kerja per tahun sebesar 384 jam, maka
diperoleh biaya total sebesar Rp 125.425/Jam. Biaya total ini merupakan
biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan apabila
meggunakan aplikasi sistem flatbed. Biaya pokok merupakan biaya total
dibagi dengan kapasitas pompa. Kapasitas pompa aplikasi adalah 18.000
liter/jam. Biaya pokok aplikasi limbah cair adalah Rp 7/liter. Nilai ini
mengartikan bahwa perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 7/liter
untuk setiap kali melakukan aplikasi pemupukan 1 liter limbah cair.
Apabila perusahaan melakukan penambahan atau pengurangan
peralatan ataupun komponen pelengkap lainnya pada aplikasi sistem flatbed,
maka akan berpengaruh terhadap biaya tetap dan tidak tetap yang akan
menaikkan atau mengurangi biaya total dan biaya pokok. Harga biaya
pokok ini akan tetap nilainya apabila semua komponen yang ada dalam
analisa ini tidak mengalami pengurangan atau penambahan dalam selang
umur ekonomis setiap alatnya.
4.6.2 Analisis Biaya Sistem Traktor-tangki
Untuk sistem traktor-tangki kolam yang dibutuhkan hanya berjumlah
3 yaitu kolam Sludge Pit, kolam pengasaman, dan kolam anaerobik primer.
Pada aplikasi sistem traktor-tangki kebutuhan kolamnya tidak sama dengan
aplikasi sistem flatbed karena untuk aplikasi sistem flatbed dibutuhkan

61
limbah cair yang sedikit kandungan padatannya karena dikhawatirkan akan
terjadi penyumbatan pada pipa. Sedangkan limbah yang berasal dari kolam
anaerobik primer, tidak mengandung padatan yang terlalu banyak, dan
jumlahnya masih tidak menghalangi proses transportasi ke lahan aplikasi
jika menggunakan tangki.
Gambar 25. Kolam anaerobik primer
Dalam analisis ini harga traktor yang dipakai adalah harga traktor
yang dimiliki oleh PT.Condong Garut dengan daya traktor 115 Hp seharga
Rp 150 000 000. Traktor ini merupakan traktor yang biasa dioperasikan
diperkebunan PT.Condong Garut, misalnya untuk pengolahan tanah,
mengangkut tandan buah segar kelapa sawit, pemupukan, dan transportasi
bibit. Traktor yang digunakan dalam analisis ini berbahan bakar solar.
Kapasitas tangki yang digunakan adalah 2.000 liter.
Umur ekonomis traktor yang di pakai adalah 10 tahun nilai ini
disesuaikan dengan umur ekonomis dari beberapa literatur. Pompa yang
digunakan adalah pompa jenis sentrifugal dengan daya sebesar 10 watt.
Limbah cair yang berada dikolam anaerobik dipompakan ke tangki dengan
menggunakan pompa jenis sentrifugal. Pompa jenis ini merupakan pompa
yang sering digunakan untuk kegiatan aplikasi sistem traktor-tangki
dibeberapa perusahaan perkebunan.
Untuk analisis bangunan dan garasi meruupakan unit yang dibangun
sendiri oleh perusahaan sehingga penentuan biaya dilakukan dengan
menghitung biaya penyusutan. Sedangkan untuk tingkat bunga pinjaman
disesuaikan dengan tingkat bunga pada instalasi sistem flatbed yaitu sebesar
3.25%.

62
Tabel 15. Spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk aplikasi sistem traktor-tangki.
No Tenaga kerja Spesifikasi pekerjaan Jumlah
(orang)
1 Pengemudi
traktor
Mengemudikan traktor dari kolam tempat limbah
(Anaerobik primer) menuju lahan aplikasi
1
2 Operator
penyiram
Mengontrol dan mengendalikan tangki untuk
penyiraman pohon sawit dilahan aplikasi
1
3 Pekerja
IPAL
Mengontrol dan melakukan pemeliharaan terhadap
kolam-kolam limbah.
2
Hari kerja semua tenaga kerja untuk aplikasi ini sama dengan hari
kerja perusahaan yaitu 6 hari per minggu atau 24 hari per bulan dengan gaji
Rp 600.000/bulan (disesuaikan dengan gaji tenaga kerja di PT. Condong
Garut) dengan jam kerja 9 jam/hari, maka dapat dihitung biaya operator
dalam satuan Rp/jam.
Perhitungan analisis biaya aplikasi sistem traktor-tangki ada pada
Lampiran 11. Biaya pokok untuk aplikasi traktor-tangki ini dihitung
berdasarkan kapasitas masing-masing alat yang digunakan. Pompa dan
traktor mempunyai kapasitas dan jam operasi yang berbeda sehingga
perhitungannya berdasarkan jam operasi masing-masing alat tersebut.
Biaya pokok pada proses pemupukan dengan sistem traktor-tangki adalah
Rp 19/liter. Biaya pokok ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan dalam setiap kali pemupukan 1 liter limbah cair untuk tanaman
kelapa sawit.

63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Efisiensi penyaluran sistem flatbed pada panjang saluran 293.2 m
adalah 75.62%.
2. Besarnya kehilangan limbah cair pada panjang saluran 293.2 m pada
sistem flatbed adalah 15,31 m3. Nilai ini setara dengan kehilangan
pendapatan perusahaan sebesar Rp 1.175.808/tahun.
3. Panjang saluran tidak mempengaruhi nilai BOD (Biochemical Oxygen
Demand) limbah cair, namun menyebabkan penurunan nilai COD
(Chemical Oxygen Demand) dan Amoniak berturut-turut sebesar
22.6% dan 78.1%.
4. Penyaluran limbah cair pada sistem traktor-tangki membutuhkan
waktu 8.67 jam dengan efisiensi penyaluran 100% dengan
menggunakan 32 tangki dengan volume 2.000 liter/tangki. Sedangkan
untuk sistem flatbed 4 jam dengan efisiensi penyaluran 75.62%.
5. Biaya pokok untuk aplikasi sistem flatbed adalah Rp 7/liter sedangkan
pada sistem traktor tangki Rp 19/liter. Pada luasan dan jarak lahan
aplikasi yang sama, aplikasi sistem flatbed lebih layak secara
ekonomis dibandingkan dengan aplikasi sistem traktor tangki.

64
5.2 Saran
1. Sebaiknya saluran aplikasi pemupukan sistem flatbed perlu dilapisi
dengan bahan kedap air, misalnya dengan beton atau batu untuk
meningkatkan efisiensi penyaluran limbah cair agar mmpu mengairi
lahan tanaman sawit pada radius yang lebih luas.
2. Sebaiknya aplikasi limbah cair berasal dari kolam limbah yang
mempunyai nilai BOD antara 3.500-5.000 mg/l dengan cara
mengurangi proses pengendapan limbah cair melalui pengurangan
jumlah kolam pengendapan agar kandungan haranya lebih tinggi dan
dapat menghemat biaya pembuatan kolam-kolam pengendapan limbah
cair.
3. Perlu dilakukan penelitian berikutnya yang mengukur efisiensi
penyaluran limbah cair pabrik kelapa sawit pada sistem traktor-tangki.
4. Perlu dilakukan penelitian berikutnya untuk mengukur efisiensi
pemanfaatan limbah cair pada proses pemupukan untuk setiap pohon
sawit apakah sesuai dengan dosis yang dianjurkan yaitu sebesar 126
m3/ha/bulan.

65
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, R. K., M. L. Ohri, dan S. P. Mahajan. 1971. A Text Book of Irrigation.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 1995. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 1. Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 2000. Usaha Tani Tanaman Perkebunan. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Medan.
Anonim. 2007. Efisiensi Irigasi dan Pengukuran Debit. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arsyad, S., S. Bahrin, dan A. Husainy. 1980. Ilmu Iklim dan Pengairan.
Yasaguna. Jakarta. Bonar, M dan Sinaga. 2000. Analisis Keragaan Industri Produk Kelapa Sawit
Indonesia Pada Era Liberalisasi Perdagangan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dillah, S. Q. 2007. Aspek Keteknikan Pada Proses Budidaya dan Pasca Panen
Sawit di PTPN VII Unit Usaha Bekri, Lampung. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Erizal. 2007. Pemanfaatan Air Tanah dan Irigasi Pompa. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Erningpraja, L dan Fauzan, R. 2006. Aspek Lingkungan Dalam Pengembangan
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. French, Richard H.1985.Open Channel Hydraulics. United States. R.R. Donnelley
& Sons Company. Gumbira, Said. 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Hamid, A. 1987. Analisis Efisiensi Penyaluran Air Irigasi Dengan Variabel Besar
Debit dan Panjang Saluran. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hansen, V. E., O.W. Israelsen, dan G. E. Stringham. 1979. Irrigation Principles
and Practices. John Wiiley and Sons, Inc. New York. Houk, I. E. 1957. Irrigation Engineering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

66
Kartasapoetra, A.G., Mulyani Sutedjo, dan E. Pollein. 1990. Teknologi Pengairan
Pertanian Irigasi. Bumi Aksara. Jakarta. Khushalani, K. B. dan M. Kushalani. 1974. Irrigation Practice and Design.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kinori, B. Z. 1970. Manual of Surface Drainage Engineering. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kraatz, D. B. dan I. K. Mahajan. 1975. Small Hydraulic Structures. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kunwibowo, A. 1980. Mempelajari Pengaruh Debit dan Panjang Saluran
Terhadap Persentase Kehilangan Air Selama Penyaluran Di Saluran Primer Cipelang Barat Daerah Irigasi Rentang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Linsley, R. K. dan J. B. Franzini. 1972. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2 Edisi
ketiga. Erlangga. Jakarta. Michael, A. M. 1978. Irrigation Theory and Practice. Vikas Publishing House
PVT, Ltd. New Delhi. Naibaho, Ponten. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan. Najib H. 2000. Tanaman Kelapa Sawit (Seri Budidaya). Tim Pengembangan
Materi LPP. Lembaga Pendidikan Perkebunan Press. Medan. Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. JICA DGHE-IPB. Bogor. Santoso, P. 2008. Pengololaan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) di PT Agrowiyana, Tunggal Ulu, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sapei, A. 2008. Efisiensi Irigasi dan Pengukuran Debit. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Satyoso, H., S.M Mutabarat, Harimuktin, Slamet, dan Berlian. 2005. Pemanfaatan
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit . Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS. Medan.
Setyoko, A. 1987. Pengaruh Debit dan Penampang Saluran Terhadap Kehilangan
Air Pada Saluran Tersier Pasangan Batu Kali. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

67
Sawyer, et.al. 1994. Kandungan Nitrogen Total dalam Perairan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekarto, B.S dan Irfan Hartoyo BE. 1981. Ilmu Irigasi 2. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta. Sutarta, E.S., Darmosarkoro W, Purba P, Fadli L, Rahutomo S, dan Winarma.
2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Tachyan, E. P dan Sutjipto. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga.
Jakarta. Thuesen, G. J. Dan W. J. Fabrycky. 2002. Ekonomi Teknik. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tjiptadi, Wachjuddin. 1993. Pengolahan dan Pendayagunaan Limbah
Agroindustri (Studi Kasus Industri Pengolahan Kelapa Sawit). Laporan Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

iii
LAMPIRAN

69

70

71

72

73
Lampiran 3. Metodologi pengukuran sifat kimia limbah cair
A. Metodologi analisis kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (KOB)
1. Peralatan
1) Botol inkubasi, gelas kaca bervolume 60 ml atau lebih
2) Air incubator atau water bath suhu dikontrol pada 20±1°C.
2. Bahan uji
1) Larutan KH2PO4
2) Larutan MGSO4
3) Larutan CaCl2
4) Larutan FeCl3.6H2O
5) Larutan asam dan alkali
6) Larutan NaSO3
7) Nitrification inhibitor, 2-cloro-6-(trichloromethyl)pyridine.
8) larutan Glucose-glutamic acid
9) Larutan NH4Cl
10) Larutan air
3. Prosedur
1) Persiapkan larutan air
2) Penyimpanan larutan air
3) Pengecekan asam Glucose-glutamic
4) Pengenceran
5) Sample pretreatment, ukur pH seluruh sampel, dan pastikan nilai
pH berada pada kisaran yang diperbolehkan.
6) Dilution technique
7) Menentukan DO (Dissolved Oxygen) awal
8) Larutan balnko
9) Inkubasi
10) Menentukan DO (Dissolved Oxygen) akhir setelah 5 hari
diinkubasi, tentukan DO sampel, blanko, kemudian periksa.

74
Lampiran 3-(lanjutan)
4. Perhitungan
Apabila tidak dilakukan pengenceran :
Apabila dilakukan pengenceran :
D1 = DO 0 hari sampel, mg/l
D2 = DO 5 hari sampel setelah inkubasi pada suhu 20°C, mg/l
P = decimal fraksi volumetric dari sampel yang digunakan
B1 = DO 0 hari larutan pengencer, mg/l
B2 = DO 5 hari larutan pengencer, mg/l
f = rasio dari seed larutan sampel dengan seed pada seed kontrol.
B. Metodologi analisis kadar COD (Chemical Oxygen Demand) atau KOK
(Kebutuhan Oksigen Kimiawi).
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri atas :
1) Oven 220°C yang dilengkapi dengan pengatur suhu, dan telah
dipanaskan pada 150°C pada saat digunakan;
2) Tabung KOK yang mempunyai tinggi 150 mm dan garis tengah 25
mm, terbuat dari gelas boro-silikat, mempunyai tutup asah dan
unit pengaman tutup;
3) Buret otomatis dengan ketelitian ±0.05 ml atau buret 25 ml;
4) Labu ukur 100 dan 1000 ml;
5) Gelas ukur 100 ml;
6) Pipet seukuran 10 ml;
7) Labu Erlenmeyer 100 ml
8) Gelas piala 100 ml.
2. Bahan Penunjang Uji
Bahan kimia yang berkualitas p.a dan bahan lain yang digunakan
dalam pengujian ini terdiri atas :

75
Lampiran 3-(lanjutan)
1) Larutan campuran kalium dikromat-merkuri sulfat, K2Cr2O7-
HgSO4;
2) Larutan campuran asam sulfat-perak sulfat, H2SO4-Ag2SO4;
3) Larutan indikator feroin;
4) Serbuk fero ammonium sulfat, Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
5) Larutan baku kalium dikromat, K2Cr2O7, 0.025N;
6) Asam sulfat pekat, H2SO4;
7) Air suling atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0.5-2
umhos/cm;
8) Serbuk asam sulfamat, NH2SO3H.
3. Persiapan Benda Uji
Persiapan benda uji melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan Metode
Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air, SK SNI M-02-1989-F;
2) Kocok contoh uji dan ukur 100 ml secara duplo, masukkn ke dalam
gelas piala 100 ml;
3) Apabila contoh uji mengandung ion nitrit, lakukan langkah sebagai
berikut :
• Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap 1 mg NO2
• Kocok campuran selama 1 menit
4) Pipet 10 ml dan masukkan ke dalam tabung KOK;
5) Benda uji siap diuji
4. Persiapan Pengujian
1) Pembuatan Larutan Baku Fero Amonium Sulfat
Buat larutan baku fero ammonium sulffat kira-kira 0.025N
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Timbang 9.8 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O;
b. Larutkan dengan 500 ml air suling di dalam labu ukur 1000
ml;
c. Tambahkan 20 ml asam sulfat pekat;

76
Lampiran 3-(lanjutan)
d. Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera.
2) Penetapan Kenormalan Larutan Baku Fero AMonium Sulfat
Tahapan kenormalan larutan baku fero ammonium sulfat dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Pipet 25 ml larutan baku kalium dikromat 0.025N dan
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml;
b. Tambahkan 3 ml asam sulfat pekat;
c. Tambahkan 3 tetes larutan indikator feroin;
d. Titrasi dengan larutan fero ammonium sulfat yang akan
ditetapkan kenormalannya;
e. Catat ml pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat;
f. Apabila perbedaan pemakaian larutan baku fero ammonium
sulfat secara duplo lebih dari 0.10 ml ulangi penetapan,
apabila kurang atau sama dengan 0.10 ml rata-ratakan
hasilnya untuk perhitungan kenormalan larutan baku fero
amonium sulfat;
g. Hitung kenormalan larutan baku fero ampnium sulfat
dengan menggunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
dengan penjelasan :
V1 = ml larutan baku kalium dikromat;
V2 = ml larutan baku fero ammonium sulfat;
N1 = Kenormalan larutan baku kalium dikromat;
N2 = Kenormalan larutan baku fero ammonium sulfat
yang ditetapkan.
5. Cara Uji
Uji kadar KOK dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pipet 5 ml larutan campuran kalium dikromat-merkuri sulfat dan
masukkan ke dalam benda uji;
2) Tambahkan 10 ml larutan campuran asam sulfat-perak sulfat;

77
Lampiran 3-(lanjutan)
3) Aduk campuran di dalam tabung KOK kemudian tutup;
4) Ulangi tahap 1) s/d 3) terhadap 10 ml air suling untuk blanko;
5) Pasang unit pengaman tutup pada masing-masing tabung;
6) Masukkan ke dalam oven pada suhu 150°C selama 2 jam;
7) Keluarkan tabung KOK dari dalam oven dan biarkan hingga
dingin;
8) Pindahkan campuran dari tabung KOK ke dalam labu erlenmeyer
100 ml dan bilas dengan 10 ml air suling;
9) Tambahkan 2 ml asam sulfat pekat;
10) Tambahkan 3 tetes larutan indikator feroin;
11) Titrasi dengan larutan baku fero ammonium sulfat 0.025N yang
telah dibakukan sampai terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi merah coklat;
12) Catat ml pemakaian larutan fero ammonium sulfat;
13) Apabila perbedaan pemakaian larutan baku fero ammonium
sulfat secara duplo lebih dari 0.10 ml ulangi penetapan, apabila
kurang atau sama dengan 0.10 ml rata-ratakan hasilnya untuk
perhitungan kadar KOK.
6. Perhitungan
Hitung kadar KOK dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
dengan penjelasan :
A = ml pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi
blanko;
B = ml Pemakaian larutan baku fero ammonium sulfat untuk titrasi
benda uji;
N = Kenormalan larutan baku fero ammonium sulfat;
p = Besar pengenceran contoh uji.
Bila hasil perhitungan lebih besar dari 50 mg/l, ulangi pengujian
dengan cara mengencerkan benda uji.

78
Lampiran 3-(lanjutan)
C. Metodologi analisis kadar NH3-N (ammonia)
Pengujian Nitrogen (Ammonia) terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
Preliminary Distillation Step, Titrimetric Method, dan Ammonia-Selective
Electroda Method.
1. Peralatan
• Alat-alat destilasi
• pH meter
2. Bahan uji
• Air bebas ammonia
• Borate buffer solution
• Sodium hydroxide
• Dechlorinating reagent
• Neutralization agent
• Absorbent solution, plain boric acid
• Indicating boric acid solution
• Sulfuric acid
3. Prosedur
• Persiapan peralatan
• Persiapan sampel
• Destilasi
• Penentuan ammonia, dengan titrimetric method, ammonia-selective
electrode method, atau dengan phenate method.

79
Lampiran 4. Daftar Komponen Sistem Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit
No Komponen Biaya Aplikasi Limbah Cair Sistem Flatbed
No Komponen Biaya Aplikasi Limbah Cair Sistem Traktor-tangki
1 Kolam Limbah 1 Kolam Limbah • Kolam Sludge Pit • Kolam Sludge Pit • Kolam Anaerobik I • Kolam Pengasaman • Kolam Anaerobik II • Kolam Anaerobik Primer • Kolam Anaerobik III 2 Traktor • Kolam Anaerobik IV 3 Tangki • Kolam Fakultatif 4 Instalasi Pompa Sentrifugal • Kolam Aplikasi Lahan 5 Bangunan dan Garasi • Kolam Aerobik 6 Pemakaian Bahan Bakar
2 Pompa Aplikasi 7 • Bahan bakar traktor 3 Pompa Sirkulasi • Motor listrik pompa 4 Instalasi Perpipaan 8 Konsumsi pelumas traktor 5 Pembuatan Lahan Aplikasi 9 Biaya perbaikan dan
pemeliharaan 6 Rumah Pompa • Mesin traktor-tangki 7 Rumah Penjaga 1 • Motor listrik pompa 8 Rumah Penjaga 2 10 Gaji Pegawai 9 Gudang • Upah Tenaga Kerja 1 10 Pemakaian Energi Listrik • Upah Tenaga Kerja 2 • Motor listrik pompa aplikasi 11 Biaya Hal-hal Khusus • Motor listrik pompa sirkulasi • Biaya penggantian ban • Lampu gudang dan rumah
pompa
• Lampu Penerangan instalasi limbah
• Lampu penerangan rumah penjaga 1
• Lampu penerangan rumah penjaga 2
11 Biaya Perbaikan dan Pemaliharaan
• Motor Listrik Pompa Aplikasi
• Motor Listrik Pompa Sirkulasi
• Lampu Gudang dan Rumah Pompa
• Lampu Penerangan Instalasi Limbah

80
Lampiran 4-(lanjutan)
11 Biaya Perbaikan dan Pemaliharaan
• Lampu Penerangan Rumah Penjaga 1
• Lampu Penerangan Rumah Penjaga 2
18 Gaji Tenaga Kerja • Penjaga Siang • Penjaga Malam • Karyawan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah)
• Operator Lapangan 1 • Operator Lapangan 2 • Operator Perbaikan 1 • Operator Perbaikan 2 19 Biaya Hal-hal Khusus • Biaya Penggantian Bearing
dan Sil

81
Lampiran 5. Hasil pengukuran parameter fisik aliran limbah cair untuk pengulangan ke-1
No
Panjang
Saluran
(m)
Kecepatan Aliran
(m2/detik)
Luas Penampang Saluran
(m2)
Debit Aliran (m3/detik)
A1 Rata-
rata
A2 Rata-
rata
A3 Rata-
rata V1 V2 V3 A1 A2 A3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
1 4 0,346 0,350 0,341 0,0144 0,0050 0,0050 0,0049 0,0050
2 22,8 0,439 0,439 0,439 0,0112 0,0113 0,0113 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049
3 27,4 0,460 0,474 0,467 0,0105 0,0105 0,0105 0,0048 0,0050 0,0049 0,0049 0,0048 0,0050 0,0049 0,0049 0,0048 0,0050 0,0049 0,0049
4 43,2 0,371 0,381 0,388 0,0128 0,0128 0,0128 0,0048 0,0049 0,0050 0,0049 0,0047 0,0049 0,0049 0,0048 0,0047 0,0049 0,0049 0,0048
5 65,2 0,416 0,428 0,440 0,0113 0,0112 0,0112 0,0047 0,0048 0,0050 0,0048 0,0047 0,0048 0,0049 0,0048 0,0047 0,0048 0,0049 0,0048
6 81,6 0,433 0,459 0,459 0,0105 0,0105 0,0105 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047
7 87,5 0,459 0,413 0,459 0,0105 0,0105 0,0105 0,0048 0,0043 0,0048 0,0047 0,0048 0,0043 0,0048 0,0047 0,0048 0,0043 0,0048 0,0047
8 104,7 0,446 0,446 0,430 0,0105 0,0105 0,0105 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046
9 120,5 0,381 0,375 0,381 0,0120 0,0120 0,0120 0,0046 0,0045 0,0046 0,0046 0,0046 0,0045 0,0046 0,0046 0,0046 0,0045 0,0046 0,0046
10 136,5 0,415 0,399 0,388 0,0113 0,0113 0,0112 0,0047 0,0045 0,0044 0,0045 0,0047 0,0045 0,0044 0,0045 0,0046 0,0045 0,0043 0,0045
11 153,8 0,398 0,418 0,418 0,0109 0,0109 0,0109 0,0043 0,0045 0,0045 0,0045 0,0043 0,0045 0,0045 0,0045 0,0043 0,0045 0,0045 0,0045
12 170,4 0,372 0,375 0,363 0,0120 0,0120 0,0119 0,0045 0,0045 0,0044 0,0044 0,0045 0,0045 0,0044 0,0044 0,0044 0,0045 0,0043 0,0044
13 188 0,385 0,373 0,385 0,0112 0,0112 0,0112 0,0043 0,0042 0,0043 0,0043 0,0043 0,0042 0,0043 0,0043 0,0043 0,0042 0,0043 0,0043
14 204,1 0,365 0,364 0,376 0,0116 0,0116 0,0116 0,0042 0,0042 0,0044 0,0043 0,0042 0,0042 0,0043 0,0043 0,0042 0,0042 0,0043 0,0043
15 225,5 0,399 0,405 0,405 0,0105 0,0105 0,0105 0,0042 0,0043 0,0043 0,0042 0,0042 0,0043 0,0043 0,0042 0,0042 0,0043 0,0043 0,0042
16 246,5 0,377 0,377 0,368 0,0113 0,0113 0,0113 0,0042 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 0,0042 0,0041 0,0042
17 262 0,350 0,339 0,339 0,0120 0,0120 0,0120 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041
18 277,1 0,391 0,384 0,378 0,0105 0,0105 0,0105 0,0041 0,0040 0,0040 0,0040 0,0041 0,0040 0,0040 0,0040 0,0041 0,0040 0,0040 0,0040
19 293,2 0,364 0,352 0,352 0,0107 0,0107 0,0107 0,0039 0,0038 0,0038 0,0038 0,0039 0,0038 0,0038 0,0038 0,0039 0,0038 0,0038 0,0038
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.

82
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-1
No
Panjang
Saluran
(m)
Volume Aliran (m3) Efisiensi Aliran (%) Kehilangan Air (m
3)
A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3
1 4 71,69 99,57 0,31
2 22,8 70,75 71,06 71,06 98,26 98,70 98,70 1,25 0,94 0,94
3 27,4 70,57 70,57 70,57 98,01 98,01 98,01 1,43 1,43 1,43
4 43,2 70,08 69,80 69,80 97,33 96,95 96,95 1,92 2,20 2,20
5 65,2 69,34 69,03 69,03 96,30 95,87 95,87 2,66 2,97 2,97
6 81,6 68,12 68,12 68,12 94,61 94,61 94,61 3,88 3,88 3,88
7 87,5 67,07 67,07 67,07 93,15 93,15 93,15 4,93 4,93 4,93
8 104,7 66,62 66,62 66,62 92,53 92,53 92,53 5,38 5,38 5,38
9 120,5 65,53 65,53 65,53 91,01 91,01 91,01 6,47 6,47 6,47
10 136,5 64,85 64,85 64,56 90,07 90,07 89,67 7,15 7,15 7,44
11 153,8 64,24 64,24 64,24 89,23 89,23 89,23 7,76 7,76 7,76
12 170,4 63,96 63,96 63,43 88,83 88,83 88,09 8,04 8,04 8,57
13 188 61,47 61,47 61,47 85,37 85,37 85,37 10,53 10,53 10,53
14 204,1 61,60 61,20 61,20 85,56 85,00 85,00 10,40 10,80 10,80
15 225,5 60,94 60,94 60,94 84,64 84,64 84,64 11,06 11,06 11,06
16 246,5 60,55 60,55 60,55 84,10 84,10 84,10 11,45 11,45 11,45
17 262 59,22 59,22 59,22 82,25 82,25 82,25 12,78 12,78 12,78
18 277,1 58,13 58,13 58,13 80,73 80,73 80,73 13,87 13,87 13,87
19 293,2 54,98 54,98 54,98 76,36 76,36 76,36 17,02 17,02 17,02
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.

83
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-2
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.
No Panjang
Saluran (m)
Kecepatan (m/detik) Luas Penampan Saluran
(m2)
Debit Aliran (m3/detik)
A1 Rata-
rata
A2 Rata-
rata
A3 Rata-
rata V1 V2 V3 A1 A2 A3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
1 4 0,337 0,337 0,359 0,0144 0,0049 0,0049 0,0052 0,0050
2 22,8 0,439 0,442 0,439 0,0112 0,0113 0,0113 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0050 0,0049 0,0049 0,0049 0,0050 0,0049 0,0049
3 27,4 0,343 0,329 0,370 0,0143 0,0143 0,0143 0,0049 0,0047 0,0053 0,0049 0,0049 0,0047 0,0053 0,0049 0,0049 0,0047 0,0053 0,0049
4 43,2 0,381 0,375 0,381 0,0128 0,0128 0,0128 0,0049 0,0048 0,0049 0,0048 0,0049 0,0048 0,0049 0,0048 0,0049 0,0048 0,0049 0,0048
5 65,2 0,424 0,422 0,423 0,0113 0,0112 0,0112 0,0048 0,0047 0,0047 0,0048 0,0048 0,0047 0,0047 0,0047 0,0048 0,0047 0,0047 0,0047
6 81,6 0,433 0,459 0,459 0,0105 0,0105 0,0105 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047 0,0045 0,0048 0,0048 0,0047
7 87,5 0,459 0,459 0,413 0,0105 0,0105 0,0105 0,0048 0,0048 0,0043 0,0047 0,0048 0,0048 0,0043 0,0047 0,0048 0,0048 0,0043 0,0047
8 104,7 0,446 0,446 0,430 0,0105 0,0105 0,0105 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046 0,0047 0,0047 0,0045 0,0046
9 120,5 0,380 0,381 0,381 0,0120 0,0120 0,0120 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046
10 136,5 0,396 0,399 0,396 0,0113 0,0113 0,0112 0,0045 0,0045 0,0044 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0044 0,0045 0,0044 0,0044
11 153,8 0,404 0,411 0,411 0,0109 0,0109 0,0109 0,0044 0,0045 0,0045 0,0044 0,0044 0,0045 0,0045 0,0044 0,0044 0,0045 0,0045 0,0044
12 170,4 0,381 0,323 0,387 0,0120 0,0120 0,0119 0,0046 0,0039 0,0046 0,0044 0,0046 0,0039 0,0046 0,0044 0,0045 0,0038 0,0046 0,0043
13 188 0,337 0,335 0,336 0,0128 0,0128 0,0128 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043
14 204,1 0,376 0,364 0,364 0,0116 0,0116 0,0116 0,0044 0,0042 0,0042 0,0043 0,0043 0,0042 0,0042 0,0042 0,0043 0,0042 0,0042 0,0042
15 225,5 0,326 0,340 0,375 0,0120 0,0120 0,0120 0,0039 0,0041 0,0045 0,0042 0,0039 0,0041 0,0045 0,0042 0,0039 0,0041 0,0045 0,0042
16 246,5 0,342 0,342 0,350 0,0120 0,0120 0,0120 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041
17 262 0,350 0,329 0,339 0,0120 0,0120 0,0120 0,0042 0,0039 0,0041 0,0041 0,0042 0,0039 0,0041 0,0041 0,0042 0,0039 0,0041 0,0041
18 277,1 0,311 0,320 0,341 0,0120 0,0120 0,0120 0,0037 0,0038 0,0041 0,0039 0,0037 0,0038 0,0041 0,0039 0,0037 0,0038 0,0041 0,0039
19 293,2 0,322 0,331 0,313 0,0116 0,0116 0,0116 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037

84
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-2
No
Panjang
Saluran
(m)
Volume Aliran (m3) Efisiensi Aliran (%) Kehilangan Air (m
3)
A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3
1 4 62,52 99,23 0,48
2 22,8 62,14 62,32 62,32 98,63 98,92 98,92 0,86 0,68 0,68
3 27,4 62,32 62,32 62,32 98,92 98,92 98,92 0,68 0,68 0,68
4 43,2 61,08 60,92 60,92 96,95 96,70 96,70 1,92 2,08 2,08
5 65,2 59,88 59,70 59,70 95,05 94,77 94,77 3,12 3,30 3,30
6 81,6 59,61 59,61 59,61 94,61 94,61 94,61 3,39 3,39 3,39
7 87,5 58,69 58,69 58,69 93,15 93,15 93,15 4,31 4,31 4,31
8 104,7 58,29 58,29 58,29 92,53 92,53 92,53 4,71 4,71 4,71
9 120,5 57,60 57,60 57,60 91,43 91,43 91,43 5,40 5,40 5,40
10 136,5 56,15 56,23 55,98 89,13 89,26 88,86 6,85 6,77 7,02
11 153,8 55,81 55,81 55,81 88,59 88,59 88,59 7,19 7,19 7,19
12 170,4 54,83 54,99 54,53 87,03 87,29 86,56 8,17 8,01 8,47
13 188 54,14 54,14 54,14 85,94 85,94 85,94 8,86 8,86 8,86
14 204,1 53,73 53,50 53,50 85,28 84,91 84,91 9,27 9,50 9,50
15 225,5 52,45 52,45 52,45 83,25 83,25 83,25 10,55 10,55 10,55
16 246,5 52,10 52,10 52,10 82,70 82,70 82,70 10,90 10,90 10,90
17 262 51,30 51,30 51,30 81,43 81,43 81,43 11,70 11,70 11,70
18 277,1 49,00 49,00 49,00 77,77 77,77 77,77 14,00 14,00 14,00
19 293,2 46,89 46,89 46,89 74,42 74,42 74,42 16,11 16,11 16,11
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.

85
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-3
No Panjang
Saluran (m)
Kecepatan (m/detik) Luas Penampang Saluran
(m2)
Debit Aliran (m3/detik)
A1 Rata-
rata
A2 Rata-
rata
A3 Rata-
rata V1 V2 V3 A1 A2 A3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
1 4 0,269 0,292 0,272 0,0180 0,0048 0,0053 0,0049 0,0050
2 22,8 0,376 0,346 0,376 0,0136 0,0135 0,0135 0,0051 0,0047 0,0051 0,0050 0,0051 0,0047 0,0051 0,0049 0,0051 0,0047 0,0051 0,0049
3 27,4 0,441 0,474 0,488 0,0105 0,0105 0,0105 0,0046 0,0050 0,0051 0,0049 0,0046 0,0050 0,0051 0,0049 0,0046 0,0050 0,0051 0,0049
4 43,2 0,387 0,381 0,380 0,0128 0,0128 0,0128 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 0,0048 0,0049 0,0049 0,0049 0,0048 0,0049
5 65,2 0,416 0,413 0,390 0,0120 0,0120 0,0120 0,0050 0,0050 0,0047 0,0049 0,0050 0,0050 0,0047 0,0049 0,0050 0,0050 0,0047 0,0049
6 81,6 0,450 0,465 0,459 0,0105 0,0105 0,0105 0,0047 0,0049 0,0048 0,0048 0,0047 0,0049 0,0048 0,0048 0,0047 0,0049 0,0048 0,0048
7 87,5 0,469 0,486 0,417 0,0105 0,0105 0,0105 0,0049 0,0051 0,0044 0,0048 0,0049 0,0051 0,0044 0,0048 0,0049 0,0051 0,0044 0,0048
8 104,7 0,463 0,454 0,451 0,0105 0,0105 0,0105 0,0049 0,0048 0,0047 0,0048 0,0049 0,0048 0,0047 0,0048 0,0049 0,0048 0,0047 0,0048
9 120,5 0,402 0,391 0,392 0,0120 0,0120 0,0120 0,0048 0,0047 0,0047 0,0047 0,0048 0,0047 0,0047 0,0047 0,0048 0,0047 0,0047 0,0047
10 136,5 0,431 0,410 0,415 0,0113 0,0113 0,0112 0,0048 0,0046 0,0047 0,0047 0,0048 0,0046 0,0047 0,0047 0,0048 0,0046 0,0046 0,0047
11 153,8 0,402 0,400 0,400 0,0116 0,0116 0,0116 0,0047 0,0046 0,0046 0,0047 0,0047 0,0046 0,0046 0,0047 0,0047 0,0046 0,0046 0,0047
12 170,4 0,381 0,393 0,387 0,0120 0,0120 0,0119 0,0046 0,0047 0,0046 0,0046 0,0046 0,0047 0,0046 0,0046 0,0045 0,0047 0,0046 0,0046
13 188 0,362 0,362 0,352 0,0128 0,0128 0,0128 0,0046 0,0046 0,0045 0,0046 0,0046 0,0046 0,0045 0,0046 0,0046 0,0046 0,0045 0,0046
14 204,1 0,403 0,389 0,389 0,0116 0,0116 0,0116 0,0047 0,0045 0,0045 0,0046 0,0047 0,0045 0,0045 0,0046 0,0047 0,0045 0,0045 0,0046
15 225,5 0,357 0,357 0,355 0,0128 0,0128 0,0128 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045
16 246,5 0,408 0,377 0,413 0,0113 0,0113 0,0113 0,0046 0,0042 0,0046 0,0045 0,0046 0,0042 0,0046 0,0045 0,0046 0,0042 0,0046 0,0045
17 262 0,350 0,339 0,362 0,0120 0,0120 0,0120 0,0042 0,0041 0,0043 0,0042 0,0042 0,0041 0,0043 0,0042 0,0042 0,0041 0,0043 0,0042
18 277,1 0,320 0,352 0,352 0,0120 0,0120 0,0120 0,0038 0,0042 0,0042 0,0041 0,0038 0,0042 0,0042 0,0041 0,0038 0,0042 0,0042 0,0041
19 293,2 0,322 0,331 0,313 0,0116 0,0116 0,0116 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0038 0,0036 0,0037
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.

86
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-3
No
Panjang
Saluran
(m)
Volume Aliran (m3) Efisiensi Aliran (%) Kehilangan Air (m
3)
A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3
1 4 53,96 99,93 0,04
2 22,8 53,77 53,38 53,38 99,58 98,85 98,85 0,23 0,62 0,62
3 27,4 53,01 53,01 53,01 98,18 98,18 98,18 0,99 0,99 0,99
4 43,2 52,91 52,70 52,70 97,98 97,59 97,59 1,09 1,30 1,30
5 65,2 52,66 52,66 52,66 97,52 97,52 97,52 1,34 1,34 1,34
6 81,6 51,94 51,94 51,94 96,19 96,19 96,19 2,06 2,06 2,06
7 87,5 51,88 51,88 51,88 96,07 96,07 96,07 2,12 2,12 2,12
8 104,7 51,72 51,72 51,72 95,78 95,78 95,78 2,28 2,28 2,28
9 120,5 51,20 51,20 51,20 94,82 94,82 94,82 2,80 2,80 2,80
10 136,5 50,86 50,86 50,64 94,19 94,19 93,77 3,14 3,14 3,36
11 153,8 50,29 50,29 50,29 93,13 93,13 93,13 3,71 3,71 3,71
12 170,4 50,15 50,15 49,73 92,87 92,87 92,10 3,85 3,85 4,27
13 188 49,61 49,61 49,61 91,88 91,88 91,88 4,39 4,39 4,39
14 204,1 49,37 49,37 49,37 91,43 91,43 91,43 4,63 4,63 4,63
15 225,5 49,04 49,04 49,04 90,81 90,81 90,81 4,96 4,96 4,96
16 246,5 48,53 48,53 48,53 89,86 89,86 89,86 5,47 5,47 5,47
17 262 45,39 45,39 45,39 84,06 84,06 84,06 8,61 8,61 8,61
18 277,1 44,28 44,28 44,28 82,00 82,00 82,00 9,72 9,72 9,72
19 293,2 40,19 40,19 40,19 74,42 74,42 74,42 13,81 13,81 13,81
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.

87
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-4
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran.
No
Panjang
Saluran
(m)
Kecepatan (m/detik) Luas Penampang Saluran
(m2)
Debit Aliran (m3/detik)
A1 Rata-
rata
A2 Rata-
rata
A3 Rata-
rata V1 V2 V3 A1 A2 A3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
1 4 0,280 0,272 0,280 0,0180 0,0050 0,0049 0,0050 0,0050
2 22,8 0,326 0,356 0,356 0,0144 0,0144 0,0144 0,0047 0,0051 0,0051 0,0050 0,0047 0,0051 0,0051 0,0050 0,0047 0,0051 0,0051 0,0050
3 27,4 0,403 0,379 0,379 0,0128 0,0128 0,0128 0,0052 0,0048 0,0048 0,0049 0,0052 0,0048 0,0048 0,0049 0,0052 0,0048 0,0048 0,0049
4 43,2 0,377 0,388 0,388 0,0128 0,0128 0,0128 0,0048 0,0050 0,0050 0,0049 0,0048 0,0049 0,0049 0,0049 0,0048 0,0049 0,0049 0,0049
5 65,2 0,380 0,380 0,376 0,0128 0,0128 0,0128 0,0049 0,0049 0,0048 0,0048 0,0049 0,0049 0,0048 0,0048 0,0049 0,0049 0,0048 0,0048
6 81,6 0,442 0,459 0,459 0,0105 0,0105 0,0105 0,0046 0,0048 0,0048 0,0048 0,0046 0,0048 0,0048 0,0048 0,0046 0,0048 0,0048 0,0048
7 87,5 0,365 0,362 0,459 0,0120 0,0120 0,0120 0,0044 0,0043 0,0055 0,0047 0,0044 0,0043 0,0055 0,0047 0,0044 0,0043 0,0055 0,0047
8 104,7 0,446 0,415 0,401 0,0113 0,0113 0,0113 0,0050 0,0047 0,0045 0,0047 0,0050 0,0047 0,0045 0,0047 0,0050 0,0047 0,0045 0,0047
9 120,5 0,381 0,381 0,410 0,0120 0,0120 0,0120 0,0046 0,0046 0,0049 0,0047 0,0046 0,0046 0,0049 0,0047 0,0046 0,0046 0,0049 0,0047
10 136,5 0,361 0,361 0,373 0,0128 0,0128 0,0126 0,0046 0,0046 0,0048 0,0047 0,0046 0,0046 0,0048 0,0047 0,0046 0,0046 0,0047 0,0046
11 153,8 0,398 0,391 0,391 0,0116 0,0116 0,0116 0,0046 0,0045 0,0045 0,0046 0,0046 0,0045 0,0045 0,0046 0,0046 0,0045 0,0045 0,0046
12 170,4 0,363 0,380 0,387 0,0120 0,0120 0,0119 0,0044 0,0046 0,0046 0,0045 0,0044 0,0046 0,0046 0,0045 0,0043 0,0045 0,0046 0,0045
13 188 0,387 0,362 0,362 0,0120 0,0120 0,0120 0,0046 0,0043 0,0043 0,0044 0,0046 0,0043 0,0043 0,0044 0,0046 0,0043 0,0043 0,0044
14 204,1 0,379 0,387 0,376 0,0116 0,0116 0,0116 0,0044 0,0045 0,0044 0,0044 0,0044 0,0045 0,0043 0,0044 0,0044 0,0045 0,0043 0,0044
15 225,5 0,384 0,394 0,375 0,0113 0,0113 0,0113 0,0043 0,0044 0,0042 0,0043 0,0043 0,0044 0,0042 0,0043 0,0043 0,0044 0,0042 0,0043
16 246,5 0,387 0,377 0,377 0,0113 0,0113 0,0113 0,0044 0,0042 0,0042 0,0043 0,0044 0,0042 0,0042 0,0043 0,0044 0,0042 0,0042 0,0043
17 262 0,350 0,339 0,339 0,0120 0,0120 0,0120 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041 0,0042 0,0041 0,0041 0,0041
18 277,1 0,352 0,352 0,352 0,0113 0,0113 0,0113 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040
19 293,2 0,352 0,342 0,342 0,0112 0,0112 0,0112 0,0039 0,0038 0,0038 0,0039 0,0039 0,0038 0,0038 0,0039 0,0039 0,0038 0,0038 0,0039

88
Lampiran 5 (Lanjutan). Hasil Pengukuran Parameter Fisik Aliran Limbah Cair Untuk Pengulangan ke-4
No
Panjang
Saluran
(m)
Volume Aliran (m3) Efisiensi Aliran (%) Kehilangan Air (m
3)
A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 A3
1 4 62,89 99,82 0,11
2 22,8 62,72 62,72 62,72 99,56 99,56 99,56 0,28 0,28 0,28
3 27,4 62,37 62,37 62,37 99,00 99,00 99,00 0,63 0,63 0,63
4 43,2 62,02 61,78 61,78 98,44 98,06 98,06 0,98 1,22 1,22
5 65,2 61,08 61,08 61,08 96,95 96,95 96,95 1,92 1,92 1,92
6 81,6 59,97 59,97 59,97 95,20 95,20 95,20 3,03 3,03 3,03
7 87,5 59,81 59,81 59,81 94,93 94,93 94,93 3,19 3,19 3,19
8 104,7 59,65 59,65 59,65 94,68 94,68 94,68 3,35 3,35 3,35
9 120,5 59,09 59,09 59,09 93,79 93,79 93,79 3,91 3,91 3,91
10 136,5 58,69 58,69 58,00 93,15 93,15 92,06 4,31 4,31 5,00
11 153,8 57,60 57,60 57,60 91,42 91,42 91,42 5,40 5,40 5,40
12 170,4 56,96 56,96 56,49 90,42 90,42 89,66 6,04 6,04 6,51
13 188 56,05 56,05 56,05 88,97 88,97 88,97 6,95 6,95 6,95
14 204,1 55,78 55,42 55,42 88,54 87,97 87,97 7,22 7,58 7,58
15 225,5 54,47 54,47 54,47 86,46 86,46 86,46 8,53 8,53 8,53
16 246,5 53,90 53,90 53,90 85,55 85,55 85,55 9,10 9,10 9,10
17 262 51,82 51,82 51,82 82,25 82,25 82,25 11,18 11,18 11,18
18 277,1 49,94 49,94 49,94 79,28 79,28 79,28 13,06 13,06 13,06
19 293,2 48,70 48,70 48,70 77,30 77,30 77,30 14,30 14,30 14,30
Keterangan : Untuk panjang saluran pertama hanya dilakukan satu kali pengukuran luas penampang saluran

89
Lampiran 6. Perhitungan total waktu pengisian kolam kecil flatbed
No
Panjang saluran (m)
Q Aliran Rata-rata(m3/det) Q rata-rata
(m3/det)
Jumlah flatbed
Volume (m3)
Waktu (jam) A1 A2 A3
1 4 0,0050 0,0050 9 2,815 0,157
2 22,8 0,0050 0,0050 0,0050 0,0050 17 5,318 0,298
3 27,4 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 27 8,446 0,476
4 43,2 0,0049 0,0049 0,0049 0,0049 24 7,507 0,428
5 65,2 0,0048 0,0048 0,0048 0,0048 24 7,507 0,433
6 81,6 0,0048 0,0048 0,0048 0,0048 24 7,507 0,438
7 87,5 0,0047 0,0047 0,0047 0,0047 24 7,507 0,442
8 104,7 0,0047 0,0047 0,0047 0,0047 19 5,943 0,352
9 120,5 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 24 7,507 0,450
10 136,5 0,0046 0,0046 0,0046 0,0046 26 8,133 0,494
11 153,8 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 27 8,446 0,518
12 170,4 0,0045 0,0045 0,0045 0,0045 27 8,446 0,524
13 188 0,0044 0,0044 0,0044 0,0044 30 9,384 0,592
14 204,1 0,0044 0,0044 0,0044 0,0044 30 9,384 0,596
15 225,5 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 34 10,635 0,685
16 246,5 0,0043 0,0043 0,0043 0,0043 22 6,882 0,447
17 262 0,0041 0,0041 0,0041 0,0041 14 4,379 0,295
18 277,1 0,0040 0,0040 0,0040 0,0040 18 5,630 0,391
19 293,2 0,0038 0,0038 0,0038 0,0038 23 7,194 0,529
Total Waktu (Jam) 8,545
Catatan : Ukuran Flatbed rata-rata (2.3x1,7x0,08) m3.

90
Lampiran 7. Daftar pH dan suhu limbah cair (°C) selama penyaluran pada
aplikasi sistem flatbed
No Panjang Saluran (m) Parameter
pH Suhu (°C) 1 4 8,09 27,24 2 65,2 8,23 27,34 3 120,5 8,33 27,38 4 188 8,39 27,72 5 246,5 8,52 27,75 6 293,2 8,58 28,00 7 349,75 8,60 28,35 8 406,1 8,63 28,55 9 465,5 8,65 28,65

91
Lampiran 8. Skema aliran limbah cair pada sistem kolam limbah (ponding
system)
Kolam Sludge Fit
(pengutipan minyak)
Limbah segar pabrik
Cooling pond (kolam pendinginan)
Kolam An-aerobik I
Kolam An-aerobik II
Kolam Aerobik I
Kolam Aerobik II
Kolam Aerobik II
Kolam Aplikasi
Kolam Cadangan
Rumah pompa
Menuju lahan aplikasi

92
Lampiran 9. Daftar Kandungan Bahan Kimia Limbah Cair pada Masing-masing
Lokasi Penyaluran Sistem Flat bed
No Parameter Kimia Limbah
Cair Satuan
Lokasi Pengambilan Sampel
Kolam
Aplikasi
Saluran
Inlet
Saluran
Outlet
1 BOD (Biologycal Oxygen
Demand) mg/l 22 26 26
2 COD (Biologycal Oxygen
Demand) mg/l 57 84 65
3 Ammonia (NH3-N) mg/l 11,8 20,31 4,45

93
Lampiran 10. Analisis biaya aplikasi sistem flatbed
ANALISIS BIAYA TETAP
No Spesifikasi Nilai Rp/tahun
1 Biaya penyusutan
Kolam limbah
Harga awal (P) (Rp) 149.375.000 6.721.875
Harga akhir (Rp) 14.937.500
Umur Ekonomi (tahun) 20
Pembuatan Instalasi flatbed
Harga awal (P) (Rp) 15.000.000 1.350.000
Harga akhir (Rp) 1.500.000
Umur ekonomis (tahun) 10
Pompa
Harga awal (P) (Rp) 36.192.000 4.071.600
Harga akhir (Rp) 3.619.200
Umur ekonomis (N) (Tahun) 8
Panel listrik
Harga awal (Rp) 4.600.000 828.000
Harga akhir (Rp) 460.000
Umur ekonomis (Tahun) 5
Instalasi perpipaan
Harga awal (Rp) 121.900.000 5.485.500
Harga akhir (Rp) 12.190.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Rumah pompa (3 x 4 m2)
Harga awal (P) (Rp) 10.000.000 450.000
Harga akhir (Rp) 1.000.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Rumah penjaga 1 (6 x 8 meter)
Harga awal (Rp) 25.000.000 1.125.000
Harga akhir (Rp) 2.500.000
Umur ekonomis (Tahun) 20

94
Lampiran 10- (Lanjutan)
Penyusutan Nilai Rp/Tahun
Rumah penjaga 2(6 x 8 meter)
Harga awal (Rp) 25.000.000 1.125.000
Harga akhir (Rp) 2.500.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Gudang (3 x 4 meter)
Harga awal (Rp) 10.000.000 450.000
Harga akhir (Rp) 1.000.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Total 21.606.975
2 Bunga modal
(i=3.25%/tahun)
Kolam limbah I = (i x P )*(N + 1) /2N
2.548.711
Instalasi flat bed 268.125
Pompa 661.635
Panel listrik 89.700
Instalasi perpipaan 2.079.919
Rumah pompa (3 x 4 m2) 170.625
Rumah penjaga 1(6 x 8 meter) 426.563
Rumah penjaga 2(6 x 8 meter) 426.563
Gudang (3 x 4 meter) 170.625
Total 6.842.465
Total biaya tetap (BT) 28.449.440

95
Lampiran 10-(Lanjutan)
ANALISIS BIAYA TIDAK TETAP (Rp/Jam)
No Spesifikasi Perhitungan Satuan Nilai
Motor listrik (Pompa Aplikasi) Daya Watt 22000
Motor listrik (Pompa Sirkulasi) Watt 22000
Lampu gudang&rumahpompa Watt 40
Lampu penerangan instalasi limbah Watt 100
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Watt 5
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Watt 10
Motor listrik (pompa aplikasi) Hari pemakaian (Hb) Hari/bulan 8
Motor listrik (pompa sirkulasi) Hari/bulan 8
Lampu gudang&rumahpompa Hari/bulan 30
Lampu penerangan instalasi limbah Hari/bulan 30
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Hari/bulan 30
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Hari/bulan 30
Motor listrik (pompa aplikasi) Jam kerja (Jk) Jam/hari 4
Motor listrik (pompa sirkulasi) Jam/hari 4
Lampu gudang&rumahpompa Jam/hari 12
Lampu penerangan instalasi limbah Jam/hari 10
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Jam/hari 12
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Jam/hari 6
Motor listrik (pompa aplikasi) kwh=Daya*Jk kwh 88
Motor listrik (pompa sirkulasi) kwh 88
Lampu gudang&rumahpompa kwh 0,48
Lampu penerangan instalasi limbah kwh 1
Lampu penerangan rumah penjaga 1 kwh 0,06
Lampu penerangan rumah penjaga 2 kwh 0,06
1 Biaya listrik
Motor listrik (pompa aplikasi) (Rp 932/kwh)(WBP) dan Rp 466/kwh (LWBP)
Rp/hari 41.008
Motor listrik (pompa sirkulasi) Rp/hari 41.008
Lampu gudang dan rumah pompa Rp/hari 447
Lampu penerangan instalasi limbah Rp/hari 932
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Rp/hari 56
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Rp/hari 56
Motor listrik (pompa aplikasi) (Rp/hari)/Jk) Rp/jam 10.252
Motor listrik (pompa sirkulasi) Rp/jam 10.252
Lampu gudang&rumahpompa Rp/jam 37
Lampu penerangan instalasi limbah Rp/jam 93
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Rp/jam 5
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Rp/jam 9
Total 20.639

96
Lampiran 10-(Lanjutan)
2 Biaya perbaikan dan pemeliharaan
Motor listrik (pompa aplikasi) 1.2%*(P - S)/100 Jam Rp/jam 3.909
Motor listrik (pompa sirkulasi)
Lampu gudang dan rumahpompa (Rp 10.000/bulan)/Hb/Jk)
Rp/jam 313
Lampu penerangan instalasi limbah Rp/jam 28
Lampu penerangan rumah penjaga 1 Rp/jam 33
Lampu penerangan rumah penjaga 2 Rp/jam 28
Total 4.310
3 Biaya operator instalasi flatbed
Penjaga siang Hari kerja karyawan (Hk)
Hari/bulan 30
Penjaga malam Hari/bulan 30
karyawan IPAL Hari/bulan 27
Operator lapangan 1 Hari/bulan 27
Operator lapangan 2 Hari/bulan 27
Operator perbaikan 1 Hari/bulan 27
Operator perbaikan 2 Hari/bulan 27
Penjaga siang Jam kerja/hari (Jh) Jam/hari 12
Penjaga malam Jam/hari 12
Karyawan IPAL Jam/hari 8
Operator lapangan 1 Jam/hari 8
Operator lapangan 2 Jam/hari 8
Operator perbaikan 1 Jam/hari 8
Operator perbaikan 2 Jam/hari 8
Penjaga siang Rp. Gaji/Hk/Jh Rp/jam 1.666,667
Penjaga malam Rp/jam 1.666,667
Karyawan IPAL Rp/jam 11.111
Operator lapangan 1 Rp/jam 2.777,778
Operator lapangan 2 Rp/jam 2.777,778
Operator perbaikan 1 Rp/jam 2.777,778
Operator perbaikan 2 Rp/jam 2.777,778
Total 25.556
4 Biaya hal-hal khusus
Biaya penggantian bearing dan seal Rp 200.000/6 bulan/Hb/Jk Rp/jam 1.042
Total Rp/jam 833
Total biaya tidak tetap (BTT) Rp/Jam 51.338

97
Lampiran 10-(Lanjutan)
Spesifikasi Perhitungan Satuan Nilai
5 Biaya total (B) B = (BT/x ) + BTT
Perkiraan jam kerja pompa/tahun (x) Jam/tahun 384
Biaya total (B) Rp/jam 125.425
6 Biaya pokok (Bp) Bp = B/k
Kapasitas pompa (k) Liter/jam 18.000
Biaya pokok (Bp) Rp/liter 7

98
Lampiran 11. Analisis biaya aplikasi sistem traktor-tangki
ANALISIS BIAYA TETAP MESIN POMPA
No Spesifikasi Nilai Rp/tahun
1 Biaya penyusutan
Kolam limbah
Harga awal (P) (Rp) 50.000.000 2.250.000
Harga akhir (Rp) 5.000.000
Umur ekonomis (N) (tahun) 20
Pompa
Harga awal (Rp) 3.000.000 337.500
Harga akhir (Rp) 300.000
Umur ekonomis (tahun) 8
Bangunan dan garasi (10 x 10 meter)
Harga awal (Rp) 10.000.000 450.000
Harga akhir (Rp) 1.000.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Total 3.037.500
2 Bunga modal (i=3.25%/tahun)
Kolam limbah I = (i x P )*(N + 1) /2N
853.125
Pompa 54.844
Bangunan dan garasi (10 x 10 meter) 170.625
Total
1.078.594
Total biaya tetap (BT1) 4.116.094

99
Lampiran 11-(Lanjutan)
ANALISIS BIAYA TETAP TRAKTOR
No Spesifikasi Nilai Rp/tahun
1 Biaya penyusutan
Kolam limbah
Harga awal (P) (Rp) 50.000.000 2.250.000
Harga akhir (Rp) 5.000.000
Umur ekonomis (N) (tahun) 20
Traktor
Harga awal (Rp) 150.000.000 13.500.000
Harga akhir (Rp) 15.000.000
Umur ekonomis (Tahun) 10
Tangki
Harga awal (Rp) 2.000.000 180.000
Harga akhir (Rp) 200.000
Umur ekonomis (Tahun) 10
Bangunan dan garasi (10 x 10 meter)
Harga awal (Rp) 10.000.000 450.000
Harga akhir (Rp) 1.000.000
Umur ekonomis (Tahun) 20
Total 16.380.000
2 Bunga modal (i=3.25%/tahun)
Kolam limbah I = (i x P )*(N + 1) /2N 853.125
Traktor 2.681.250
Tangki 35.750
Bangunan dan garasi (10 x 10 meter) 170.625
Total 3.740.750
Total biaya tetap (BT2) 4.593.875

100
Lampiran 11-(Lanjutan)
ANALISIS BIAYA TIDAK TETAP POMPA (Rp/Jam)
No Spesifikasi
Perhitungan Satuan Nilai
1 Pompa Daya watt 10
Harga pompa (P) (Pp) Rp 3.000.000
Harga akhir pompa (Sp) Rp 300.000
Jam kerja pompa per hari (Jp) Jam/hari 4
motor listrik (Eh) Energi harian pompa kwh 0,04
Hari kerja pompa per bulan hari/bulan 8
Hari kerja pomp per tahun hari/tahun 96
Total jam kerja pompa per tahun jam/tahun 384
Jam kerja operator per hari (jh) jam/hari 4
hari kerja operator per bulan (hb) hari/bulan 24
Biaya tidak tetap
Motor listrik pompa Rp 466/kwh *Eh/Jp Rp/jam 4,66
Biaya perbaikan dan pemeliharaan pompa 1,2%*(Pp-Sp)/100 jam Rp/jam 324
Upah tenaga kerja 1 (2 orang) Rp Gaji/bulan/jh/hb
Rp/jam 12.500
Upah tenaga kerja 2(2orang) Rp/jam 12.500
Total biaya tidak tetap (BTT1) Rp/jam 25.329

101
Lampiran 11-(Lanjutan)
ANALISIS BIAYA TIDAK TETAP TRAKTOR (Rp/Jam) No Perhitungan Satuan Nilai
1 Traktor Daya Hp 115
Traktor (P) Harga Rp 150.000.000
Konsumsi bahan bakar traktor Untuk kerja normal liter/Hp/jam 0,12
Konsumsi bahan bakar traktor (bb) liter/jam 13,8
Jam kerja traktor per hari Jam/hari 9
Hari kerja traktor per bulan hari/bulan 8
Hari kerja traktor per tahun hari/tahun 96
Total Jam kerja traktor per tahun jam/tahun 864
Konsumsi oli/pelumas (bp) liter/jam 0,095
Jam kerja operator per hari (jh) jam/hari 9
hari kerja operator per bulan (hb) hari/bulan 24
Biaya tidak tetap
Konsumsi bahan bakar traktor Rp 4500/liter*bb Rp/jam 62.100
Konsumsi pelumas Rp 25000/liter*bp Rp/jam 2.375
Biaya perbaikan dan pemeliharaan traktor 1,2%*P/100 Jam Rp/jam 18.000
Upah tenaga kerja 1 Rp Gaji/bulan/jh/hb Rp/jam 5.556
Upah tenaga kerja 2 Rp/jam 5.556
Biaya penggantian ban
Biaya penggantian ban/jam kerja traktor per tahun Rp/jam 27.778
Total biaya tidak tetap
(BTT2) Rp/jam 121.364

102
Lampiran 11-(Lanjutan)
No ANALISIS BIAYA POKOK SISTEM TRAKTOR-TANGKI
1 Perkiraan jam kerja per tahun (x)
Perkiraan jam kerja pompa per tahun (x1) jam/tahun 384
Perkiraan jam kerja traktor per tahun (x2) jam/tahun 864
2 Kapasitas mesin (k)
Kapasitas Pompa (k1) Liter/jam 18.000
Kapasitas Traktor (k2) Liter/jam 7.273
Biaya pokok (Bp) ((BT1/x1)+BTT1)/k1 + ((BT2/x2)+BTT2)/k2)) Rp/liter 19