Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

111
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia i Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Transcript of Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Page 1: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Page 2: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Tim Penyusun:

Hendri C Wijaya Suhardi

Wahyu Pristiawan Buntoro Endi Gunardi

Yudistiro Dedy Firdaus

Editor – Teks: Adiseno Editor- Layout : Suhardi

Design Cover : Endi Gunardi Setting: Font Tahoma 10, dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160.

Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia. Jika menyunting isi buku ini mohon disebutkan pemegang hak cipta. Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin tertulis dari FPTI.

File dalam bentuk pdf dapat diakses di website FPTI. Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke [email protected].

Page 3: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

iii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii KATA PENGANTAR vii

1. FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 1

1.1 PENDAHULUAN 1

1.2 TUGAS FPTI 1

1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN 1

1.4 OFISIAL KOMPETISI 2

1.5 ORGANISASI FPTI 6

1.6 PENGDA FPTI, PENYELENGGARA, SPONSOR DAN MEDIA 6

2. ORGANISASI KOMPETISI 7

2.1 REKOMENDASI KOMPETISI 7

2.2 PERMOHONAN UNTUK MENYELENGGARAKAN SEBUAH KOMPETISI

YANG DIAKUI DAN DISETUJUI OLEH FPTI 9

2.3 FASILITAS-FASILITAS KOMPETISI 10

2.4 PANITIA PENYELENGGARA 11

2.5 DINDING PANJAT DAN PEMBUATAN JALUR 12

2.6 ZONA ISOLASI DAN AREA PEMANASAN 12

2.7 KESELAMATAN/SAFETY 13

2.8 PENGUKURAN KETINGGIAN DAN PENGATURAN WAKTU 16

2.9 PENGUMUMAN HASIL DAN TAYANGAN VIDEO 16

2.10 DAFTAR PESERTA KOMPETISI 17

2.11 PEREKAMAN VIDEO PADA JALUR KOMPETISI 18

2.12 FASILITAS MEDIS 19

2.13 TES ANTI-DOPING 18

2.14 SIARAN TELEVISI 20

2.15 FASILITAS MEDIA 20

2.16 UPACARA 21

2.17 BIAYA KOMPETISI, UANG HADIAH DAN PENGHARGAAN 21

2.18 ASURANSI 22

2.19 SERTIFIKAT PARTISIPASI 23

2.20 LAPORAN KOMPETISI 23

3. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT, TIM DAN OFISIAL 25

3.1 PENDAHULUAN 25

3.2 KUOTA TIM – PESERTA DAN OFISIAL 25

3.3 BATAS WAKTU PENDAFTARAN PESERTA 25

3.4 PERLENGKAPAN DAN PAKAIAN TIM 26

4 PRASARANA, SARANA DAN PERSONIL KOMPETISI 27

4.1 PENDAHULUAN 27

4.2 PENYEDIAAN PRASARANA KOMPETISI 27

4.3 PENYEDIAAN SARANA PERALATAN KOMPETISI 29

4.4 PENYEDIAAN FASILITAS MEDIS 30

Page 4: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

iv Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

4.5 PENYEDIAAN PERSONIL/ASISTEN KOMPETISI 30

5. PERATURAN UMUM KOMPETISI 31

5.1 KATEGORI KOMPETISI DAN NOMOR KOMPETISI 31

5.2 KESELAMATAN /SAFETY 32

5.3 PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN 33

5.3 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI 33

5.4 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING) 34

6. PERATURAN KOMPETISI LEAD 35

6.1 PENDAHULUAN 35

6.2 OBSERVASI JALUR 35

6.3 PERCOBAAN PEMANJATAN 35

6.4 BELAYING DAN KESELAMATAN 35

6.5 PROSEDUR PEMANJATAN 36

6.6 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI 37

6.7 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI 38

7. PERATURAN KOMPETISI MULTIPITCH 39

7.1 UMUM 39

7.2 KESELAMATAN DAN BELAYING 39

7.3 PROSEDUR PEMANJATAN 39

7.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 40

7.5 PROSEDUR PENILAIAN 40

7.6 PERINGKAT SETIAP BABAK 41

7.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN 41

7.8 ATURAN TAMBAHAN 41

8 PERATURAN KOMPETISI BOULDERS 43

8.1 UMUM 43

8.2 PROSEDUR PEMANJATAN 44

8.3 PERINGKAT SETIAP BABAK 44

9 PERATURAN KOMPETISI SPEED 45

9.1 UMUM 45

9.2 JALUR PEMANJATAN 45

9.3 KESELAMATAN 45

9.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN URUTAN PEMANJATAN 46

9.5 PENGUMUMAN HASIL 46

9.6 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT 46

9.7 DEMONSTRASI DAN PERIODE OBSERVASI 49

9.8 PROSEDUR PEMANJATAN 49

9.9 INSIDENT TEKNIS 50

10 PERATURAN KOMPETISI SPEED ESTAFET 51

10.1 UMUM 51

10.2 PROSEDUR PEMANJATAN SPEED ESTAFET 51

10.3 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 51

10.4 PENILAIAN KOMPETISI SPEED ESTAFET 52

11 KOMPETISI PANJAT TEBING TINGKAT NASIONAL, PROVINSI

DAN KABUPATEN/KOTA 53

11.1 PENGERTIAN 53

11.2 PENGHARGAAN DALAM KOMPETISI 53

Page 5: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

v Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

11.3 PERSYARATAN MENGIKUTI KOMPETISI 54

11.4 WAKTU PENYELENGGARAAN KOMPETISI 54

11.5 TANGGUNG JAWAB ATLIT 54

11.6 TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA 54

12 KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) PANJAT TEBING FPTI 55

12.1 PENGERTIAN 55

12.2 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 55

12.3 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 55

12.4 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI 56

12.5 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI 56

12.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 57

12.7 LAIN-LAIN 58

13 KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR 59

13.1 PENGERTIAN 59

13.2 PENGELOMPOKAN UMUR 59

13.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 59

13.4 KUOTA ATLIT DAN OFFISIAL 59

13.5 ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI 60

13.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 60

13.7 LAIN-LAIN 60

14 SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA 61

14.1 PENGERTIAN 61

14.2 PENYELENGGARAAN SIRKUIT 61

14.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 61

14.4 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 61

14.5 PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT 62

14.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 62

14.7 LAIN-LAIN 62

15 KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR 63

15.1 PENDAHULUAN 63

15.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR 63

15.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI 63

15.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 64

15.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 64

15.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN PESERTA 64

16 PERINGKAT FPTI 65

16.1 PENGERTIAN 65

16.2 FORMAT TAMPILAN 65

16.3 PERHITUNGAN DAN PENERBITAN PERINGKAT 65

16.4 TUTUP BUKU DAN AWAL BUKU 65

16.5 PENGHARGAAN 65

16.6 IMPLEMENTASI PERINGKAT FPTI 66

17 ADMINISTRASI KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/(KEJURDA) FPTI

DAN KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/(KEJURDA) FPTI

KELOMPOK UMUR 67

17.1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 67

Page 6: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

vi Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

17.2 PERIJINAN 68

17.3 UPACARA PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN 68

17.4 LAIN-LAIN 70

DAFTAR KATA DAN ISTILAH 71

APENDIKS

Lampiran 1 Tata Ruang Kompetisi 75

Lampiran 2 Spesifikasi Dinding Panjat 76

Lampiran 3 Topo Jalur Speeed Rekor 77

Lampiran 4 Spesifikasi Fasilitas Zona Isolasi 78

Lampiran 5 Form Permohonan untuk Even FPTI 79

Lampiran 6 Kesepakatan mengenai Penyelenggaraan Kompetisi Antara FPTI

dengan Penyelenggaran 80

Lampiran 7 Biaya Kalender Kompetisi FPTI dan Biaya Administrasi 81

Lampiran 8 Standarisasi Uang Hadiah 82

Lampiran 9 Form Permohonan Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing 83

Lampiran 10 Formulir Detail Kompetisi 84

Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan 85

Lampiran 12 Renumerasi Honor Ofisial Kompetisi FPTI 86

Lampiran 13 Form Surat Tugas Ofisial Kompetisi FPTI 87

Lampiran 14 Lembar Hasil Pemanjatan 88

Lampiran 15 Lembar Hasil Pemanjatan Boulder 89

Lampiran 16 Lembar Hasil Pemanjatan Provisional 90

Lampiran 17 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak 91

Lampiran 18 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak Provisional 92

Lampiran 19 Lembar Hasil Akhir Kompetisi 93

Lampiran 20 Laporan Kompetisi 94

Lampiran 21 Laporan Pelaksanaan Kompetisi 96

Lampiran 22 Laporan Penyelenggaraan Kompetisi 97

Lampiran 23 Form Pendaftaran Kejurnas FPTI 98

Lampiran 24 Struktur Organisasi Kompetisi FPTI 99

Lampiran 25 Naskah Janji Atlit 100

Lampiran 26 Naskah Janji Juri 101

Lampiran 27 Naskah Do’a 102

Lampiran 28 Contoh Sertifikat Partisipasi 103

Page 7: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

vii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

KATA PENGANTAR

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman kompetisi FPTI versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC Hand Book Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta dokumen-dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan-perubahan yang telah ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah sedikit penyesuaian-penyesuaian dari FPTI. Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi kemajuan dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat didalamnya (Pengda FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara kompetisi) dan semua pihak. Jakarta, Januari 2010

FH.Mutter W.Pristiawan Buntoro

Ketua Harian FPTI Wk.Ka.Biro Kompetisi

Page 8: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

viii Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Page 9: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

1 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

1.1 PENDAHULUAN Federasi Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disingkat FPTI) bertanggung

jawab terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan olahraga

dan kompetisi panjat tebing nasional. FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat

tebing nasional, seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang berhubungan dengan

olahraga panjat tebing.

b. Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir dan/atau

menyelenggarakan kompetisi/kejuaraan.

c. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olahraga panjat tebing setelah

menilai kemampuan pengorganisasian dan pendanaan.

d. Seluruh kompetisi yang telah disetujui atau disetujui dan diakui FPTI harus diselenggarakan dan

dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah ditetapkan.

1.2 TUGAS FPTI

a. Mengenai organisasi kompetisi panjat tebing nasional, tugas-tugas FPTI adalah:

i. Menerima semua permohonan untuk menyelenggarakan kompetisi yang disetujui FPTI

dan/atau, disetujui dan diakui FPTI.

ii. Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum maupun hal-hal teknis

kompetisi panjat tebing disetujui FPTI dan/atau, disetujui dan diakui FPTI.

iii. Menyebarkan semua informasi mengenai kompetisi yang diakui dan/atau diselenggarakan oleh

FPTI.

iv. Menyebarkan dan mensosialisasikan peraturan-peraturan kompetisi panjat tebing dan

informasi-informasi penting lainnya.

v. Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil kompetisi, Peringkat Sirkuit Nasional dan

Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.

1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN

a. Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI yang

diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diakui

dan atau disetujui dan diakui oleh FPTI.

b. Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui atau disetujui dan

diakui FPTI adalah sebagai berikut:

i. Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari:

a). Terbuka.

b). Militer.

Page 10: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

c). Kelompok Umur.

d). Pelajar.

ii. Tingkat Kejuaraan, yaitu:

a). Nasional.

b). Regional (beberapa provinsi yang berada dalam satu wilayah).

c). Provinsi/Daerah.

d). Kabupaten/Kota.

iii. Kejuaraan/kompetisi yang harus direkomendasi FPTI, yaitu:

a). Sirkuit Nasional.

b). Kejuaraan Nasional FPTI.

c). Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.

d). Kejuaraan Nasional Antar Pelajar.

e). Kompetisi Regional.

f). Kompetisi Regional Kelompok Umur.

g). Kejuaraan Daerah / Sirkuit Daerah.

h). Even Kompetisi Nasional dan Daerah.

c. Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat

kejuaraan/kompetisi.

d. Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang berhak

mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan diakui oleh FPTI dan menjadi dasar

penghitungan peringkat Nasional.

1.4 OFISIAL KOMPETISI FPTI

a. FPTI mempunyai hak untuk secara resmi menentukan Ofisial Kompetisi dalam setiap

kejuaraan/kompetisi yang diakui FPTI, sesuai ayat 1.4.2

b. Ofisial Kompetisi FPTI terdiri dari:

i. FPTI Delegate, dan

ii. Juri Kompetisi, yang terdiri dari:

a). Jury President

b). Category Judge

c). Chief Routesetter

d). Route Judge

c. Hak dan wewenang Ofisial Kompetisi.

i. FPTI Delegate

Page 11: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

a). Adalah pejabat FPTI yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan aspek teknis dan

nonteknis dalam suatu kejuaraan/kompetisi.

b). Mempunyai kewenangan penuh untuk memastikan bahwa semua fasilitas dan pelayanan

telah disediakan oleh penyelenggara kompetisi (seperti: pendaftaran atlit dan lainnya,

pelayanan medis, media dan sebagainya) yang sesuai dengan peraturan FPTI.

c). FPTI Delegate mempunyai hak untuk menghadiri setiap pertemuan dengan penyelenggara

kompetisi.

d). Pada setiap rapat terkait dengan kompetisi dan penjurian, FPTI Delegate mempunyai

kapasitas sebagai penasehat.

e). Jika Jury President berhalangan atau belum tiba di area kompetisi, FPTI Delegate akan

bertindak atas nama Jury President di dalam area kompetisi.

f). Mengkoordinir masalah teknis dan non-teknis kompetisi selama berlangsungnya

kejuaraan/kompetisi.

g). FPTI Delegate harus membuat laporan kompetisi secara detil kepada FPTI.

ii. Jury President

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai juri dalam kompetisi. Kualifikasi yang

bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Jury President memiliki kewenangan penuh di dalam daerah kompetisi (lay out Zona

Kompetisi lihat Lampiran 1), termasuk yang berkaitan dengan aktivitas media massa dan

semua pihak lain yang telah ditunjuk oleh penyelenggara.

c). Jury President mempunyai kewenangan mencakup semua aspek dari jalannya kompetisi

dan memimpin semua rapat dan pertemuan resmi lainnya.

d). Memimpin pertemuan teknis (technical meeting) atau pertemuan penyelenggaraan

(organizational meeting) dengan penyelenggara kompetisi, ofisial tim, atlit dan pihak lain.

e). Jury President diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai teknis jalannya

kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh FPTI.

f). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi yang sedang menjalani tahap akhir dari

program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.

iii. Category Judge

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai Juri kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan

sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Category Judge adalah seorang Wasit Nasional yang ditunjuk oleh FPTI untuk membantu

Jury President dalam menjalankan semua aspek penjurian dalam suatu

kejuaraan/kompetisi.

c). Category Judge dibantu oleh Wasit Jalur (Route Judge) dan/atau Wasit Boulder Problem

(Boulders Judge) untuk kategori Boulder.

Page 12: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

iv. Chief Routesetter

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai pembuat jalur (routesetter) dalam kompetisi.

Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari setiap jalur atau

Boulder Problem dalam suatu kompetisi.

c). Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan semua

aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan pengaturan jalur yang akan digunakan

dalam kompetisi, termasuk desain dari setiap jalur, pemasangan tumpuan dan peralatan

lain yang berhubungan dengan peraturan kompetisi.

d). Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa pembuat jalur (tim

routesetting).

e). Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area kompetisi.

f). Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi masukan

penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu pemanjatan untuk setiap jalur.

g). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi dan calon Routesetter yang sedang

menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.

h). Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai semua jalur yang

dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh

FPTI.

v. Route Judge (Juri Jalur)

Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab pada Category

Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter dan Route Judge (Juri

Jalur) bersama-sama tergabung dalam Juri Kompetisi FPTI (FPTI Judge)

d. Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.

e. Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan Chief Routesetter

sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggungjawab penyelenggara. Struktur Organisasi

Kompetisi sesuai Lampiran 24.

f. Penerbitan Surat Tugas

i. FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi yang

akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.

ii. Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum

tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat tugas sesuai Lampiran 13.

iii. Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat berikut :

Page 13: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

5 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

• Ketua Umum,

• Ketua Harian/Wakil Ketua Umum,

• Sekretaris Umum.

g. Mekanisme Penunjukkan Ofisial Kompetisi

Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah sebagai berikut:

i. FPTI Delegate.

Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh peraturan

yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi

Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI, tapi tidak perlu

mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI.

a). Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi, penerbitan Surat

Tugas FPTI Delegate, menjadi kewenangan Pengurus Daerah FPTI.

b). Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat Tugas FPTI

Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.

c). Surat Tugas untuk FPTI Delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk Juri

Kompetisi.

ii. Juri Kompetisi.

a). Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat pasal 2), berkaitan dengan Juri

Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan koordinasi

dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial Kompetisi. Daftar

nama dapat dilihat di website FPTI.

b). Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI,

Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang akan

menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya

penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.

c). Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.

d). Untuk kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas menjadi

kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan

Nasional penerbitan Surat tugas menjadi kewenangan Pengurus pusat FPTI.

e). Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi menjadi

tanggung jawab Penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur tersendiri.

h. Renumerasi Ofisial Kompetisi.

i. Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi,

terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggung jawab Penyelenggara.

Page 14: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

ii. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi-pulang, honor

selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama kejuaraan/kompetisi

berlangsung.

iii. Standar honor Ofisial Kompetisi diatur dalam Lampiran 12 Pedoman Penyelenggaraan

Kompetisi FPTI.

1.5 ORGANISASI FPTI

a. FPTI telah diakui sebagai federasi anggota oleh Komite Olah Raga Nasional (KON) dan Komite

Olahraga Internasional (KOI). FPTI juga merupakan anggota dari International Federation Sport

Climbing (IFSC) dan Union Internationale Des Associations D’Alpinisme (UIAA)

b. Struktur organisasi FPTI digambarkan secara terperinci dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga.

1.6 PENGDA FPTI, PENYELENGGARA, SPONSOR DAN MEDIA

a. Adalah merupakan tanggung jawab dari Pengda FPTI, semua penyelenggara kompetisi dan

mereka yang berhubungan dengan kompetisi yang disetujui FTPI dan/atau disetujui dan diakui

FPTI, baik bekerja secara langsung maupun bekerja sama dengan FPTI, penyelenggara kompetisi,

harus:

i. Secara sukarela menerima bahwa promosi, pengembangan dan administrasi yang

berhubungan dengan kompetisi panjat tebing dikontrol sepenuhnya oleh FPTI.

ii. Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan diterima

organisasi (misal;televisi, sponsor kompetisi, dll), yang dikhawatirkan akan menimbulkan

konflik dengan perjanjian yang telah dibuat dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan

permohonan tertulis kepada FPTI.

iii. Setiap saat meminta nasehat dan persetujuan dari FPTI berkenaan dengan segala keputusan

yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama dari olahraga (panjat tebing).

Penyelenggara tidak diperkenankan menggunakan suatu nama selain yang diakui oleh FPTI

(misalnya; Sirkuit Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI). Segala perubahan atau

penambahan yang dicantumkan dalam semua dokumen resmi (termasuk iklan) tunduk pada

ketetapan FPTI. Logo FPTI harus dicantumkan dalam semua dokumen resmi, termasuk

lembar hasil press release, dll.

Page 15: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

2 ORGANISASI KOMPETISI

2.1 REKOMENDASI KOMPETISI

a. Surat Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing (SRK) akan diklasifikasikan menjadi:

a) Kompetisi yang disetujui .

Yaitu semua kompetisi yang memenuhi standar minimal pelaksanaan kompetisi sesuai dengan

Peraturan Kompetisi serta Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing.

b) Kompetisi yang disetujui dan diakui.

Yaitu semua kompetisi yang disetujui dan memenuhi standar Pelaksanaan Kompetisi sesuai

dengan Peraturan Kompetisi serta Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi panjat Tebing dan

memenuhi kriteria untuk masuk kedalam salah satu seri Sirkuit Nasional, serta dijadikan dasar

penghitungan Peringkat Nasional.

b. Suatu kompetisi akan mendapat Surat Rekomendasi Kompetisi untuk menjadi kompetisi yang

disetujui, Penyelenggara harus memenuhi aturan sebagai berikut:

i. Mengajukan permohonan penyelenggaraan kompetisi secara tertulis (format Permohonan

Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing dan Formulir Detil Kompetisi sesuai Lampiran 9 dan

Lampiran 10) kepada FPTI dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tanggal

pembukaan kompetisi.

ii. Formulir Permohonan SRK yang sudah lengkap harus sudah diterima paling lambat 60

(enampuluh) hari kerja sebelum tanggal pembukaan kompetisi.

iii. Melampirkan rekomendasi tertulis penyelenggaraan kegiatan dari organisasi induk dimana

Penyelenggara bernaung.

iv. Melampirkan Pernyataan Kesediaan (dengan format sesuai Lampiran 6 dan 11) bermaterai

cukup yang isinya akan:

a) Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peraturan kompetisi yang berlaku.

b) Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama

kompetisi berlangsung yang besarnya disepakati secara tertulis antara Penyelenggara

dan masing-masing Ofisial Kompetisi.

c) Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14 (tiga

puluh) hari sejak tanggal penutupan kompetisi.

d) Memenuhi janji untuk memberikan hadiah sebesar yang disebutkan.

e) Membayar uang administrasi rekomendasi kompetisi kepada FPTI sebesar:

1. Rp1.000.000 (Satu juta rupiah) untuk kompetisi tingkat nasional dan,

2. Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat provinsi ,

3. Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat

kabupaten/kota.

v. Pembayaran uang administrasi dilakukan pada saat serah terima surat rekomendasi.

c. Suatu kompetisi akan mendapat Surat Rekomendasi Kompetisi untuk menjadi kompetisi yang

disetujui FPTI dan/atau disetujui dan diakui FPTI, Penyelenggara harus memenuhi aturan sebagai

berikut:

Page 16: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

8 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

i. Mengajukan permohonan penyelenggaraan kompetisi secara tertulis (Format surat

permohonan dan Form Detil Kompetisi sesuai Lampiran 5 dan 9) kepada FPTI pada saat

diselenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI, atau mengajukan permohonan

tertulis dalam waktu paling lambat 4 (empat) bulan sebelum tanggal pembukaan kompetisi.

ii. Mengembalikan Formulir Permohonan SRK yang sudah lengkap ke FPTI paling lambat 5

(lima) bulan setelah permohonan penyelenggaraan even disetujui.

iii. Melampirkan rekomendasi tertulis penyelenggaraan kegiatan dari organisasi induk dimana

Penyelenggara bernaung.

iv. Prosedur pengajuan permohonan Even sesuai dengan pasal 2.2 b-e dibawah.

v. Melampirkan Pernyataan Kesediaan (dengan format sesuai Lampiran 6 dan 11) bermaterai

cukup yang isinya akan:

a) Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peraturan kompetisi yang berlaku.

b) Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama kompetisi

berlangsung yang besarnya disepakati secara tertulis antara Penyelenggara dan masing-

masing Ofisial Kompetisi.

c) Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14 (empat

belas) hari sejak tenggal penutupan kompetisi.

d) memenuhi janji untuk memberikan hadiah sebesar yang disebutkan.

e) Membayar uang administrasi rekomendasi kompetisi kepada FPTI sebesar:

1. Rp1.000.000 (satu juta rupiah) untuk kompetisi tingkat nasional dan

2. Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat provinsi

3. Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat

kabupaten/kota

vi. Pembayaran uang administrasi dilakukan pada saat serah terima surat rekomendasi.

d. Distribusi uang Administrasi:

i. Untuk kompetisi tingkat nasional: 40% untuk Pengurus Pusat FPTI, masing-masing

30% untuk Pengurus Daerah FPTI dan 30% untuk Pengurus Cabang FPTI tempat

kompetisi akan dilaksanakan.

ii. Untuk kompetisi tingkat provinsi : 40% untuk Pengurus Daerah FPTI dan 60%

untuk Pengurus Cabang FPTI tempat kompetisi akan dilaksanakan.

iii. Untuk kompetisi tingkat kabupaten/kota: 100% untuk Pengurus Cabang FPTI tempat

kompetisi akan dilaksanakan.

e. Penerbitan Surat Rekomendasi Kompetisi (SRK):

i. Penerbitan SRK merupakan wewenang dari FPTI. Untuk itu FPTI dapat melakukan

peninjauan lapangan berkaitan dengan sarana kompetisi, kesiapan Penyelenggara, dan

aspek lain berkaitan dengan kompetisi yang akan diselenggarakan. Biaya perjalanan ke

tempat kompetisi pergi-pulang, akomodasi, dan konsumsi berkaitan dengan

peninjauan lapangan ini menjadi tanggung jawab Penyelenggara yang mengajukan

permohonan kompetisi.

Page 17: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

9 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

ii. SRK akan diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah formulir yang

telah diisi lengkap diterima dan semua syarat dipenuhi.

iii. Penerbitan SRK:

a) Tingkat nasional dan regional, termasuk untuk kelompok umur, SRK akan

diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.

b) Tingkat provinsi , termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh Pengurus

Daerah FPTI provinsi tempat kompetisi akan dilaksanakan.

c) Tingkat kabupaten/kota, termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh

Pengurus Cabang FPTI kabupaten/kota tempat kompetisi akan dilaksanakan. Jika

Pengurus Cabang FPTI di kabupaten/kota dimaksud belum ada, maka penerbitan

SRK dilakukan oleh Pengurus Daerah FPTI Provinsi tempat kompetisi akan

dilaksanakan.

d) Penerbitan SRK wajib memperhatikan jeda waktu antara satu kompetisi dengan

kompetisi lainnya yang setingkat (nasional, provinsi, kabupaten/kota) yaitu

minimal 3 (tiga) hari.

2.2 PERMOHONAN UNTUK MENYELENGGARAKAN KOMPETISI YANG DIAKUI FPTI

a. Suatu federasi anggota (Pengda FPTI) harus membuat sebuah permohonan kepada FPTI dengan

menggunakan formulir permohonan resmi (lihat Lampiran 5 dan 9). Hal ini berlaku untuk semua

even yang disetujui dan/atau disetujui dan diakui oleh FPTI. FPTI membuat suatu klasifikasi antara

jenis-jenis persetujuan yang diberikan untuk masing-masing kompetisi: suatu even mungkin

dimasukkan dalam Kalender Resmi FPTI sebagai kompetisi yang DISETUJUI atau kompetisi yang

DISETUJUI dan DIAKUI, hanya kompetisi yang disetujui dan diakui (termasuk Master) yang akan

diperhitungkan untuk peringkat berjalan nasional. Sebuah kompetisi yang akan disetujui dan

diakui namun bukan merupakan salah satu seri Sirkuit Nasional atau Kejurnas FPTI resmi, harus

memenuhi kriteria berikut:

1) Mengikuti peraturan-peraturan teknis FPTI.

2) Mengirim undangan dan atau informasi-informasi resmi lainnya (melalui Pengda/Pengprov

FPTI) sesuai dengan yang akan dijalankan.

b. Prosedur untuk permohonan even kompetisi nasional

Even-Even Nasional

Bulan

April

2010

Keinginan,Jenis even,

federasi dan

penyelenggara, tanggal

even

Juli Konfirmasi keinginan

Even 2011

Mandatory

Even 2012

Even istimewa

Boleh

mengajukan

permohonan

untuk 2012

dan 2013

Even 2013

Even

istimewa

Boleh juga

mengajukan

mengajukan

untuk 2013-

Page 18: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

September

Batas waktu, pengembalian

formulir permohonan yang

terperinci. Jika tidak, even

tidak akan tercantum

dalam kalender FPTI tahun

yang akan datang

(kontrak 2

tahun)

2015

c. Sebelum persetujuan FPTI diberikan, venue kompetisi dan fasilitas-fasilitas yang terkait (antara

lain; jika itu adalah even baru) yang diajukan, mungkin akan diinspeksi oleh FPTI Delegate

dan/atau Chief Routesetter. Biaya perjalanan, akomodasi dan biaya inspeksi yang disetujui dan

diakui ditanggung oleh federasi anggota FPTI yang mengajukan penyelenggaraan kompetisi.

d. Selanjutnya, kontrak dan faktur untuk setiap even dikirim kepada calon penyelenggara. Faktur-

faktur yang tidak terbayar dan kontrak -kontrak yang tidak ditanda tangani bisa menyebabkan

dibatalkannya even tersebut. Jika disetujui dan diakui maka even akan masuk kalender sementara

yang disetujui dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI. Batas waktu untuk kalender tahun-

tahun selanjutnya adalah 30 September pada tahun berjalan.

e. Kompetisi Regional akan diatur oleh Pengda-Pengda yang menyelenggarakan dan pelaksanaannya

menyesuaikan dengan Kalender Nasional.

2.3 FASILITAS KOMPETISI

Penyelenggara berkewajiban menyediakan minimal fasilitas-fasilitas berikut sesuai dengan ketetapan

–ketetapan yang mengatur fasilitas tersebut:

a. Sekretariat Kepanitiaan dan,

b. Sekretariat Kompetisi.

c. Ruang Isolasi dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.

d. Meja registrasi Ruang Isolasi untuk mendata semua orang yang masuk dan keluar.

e. Zona Isolasi.

f. Dinding pemanasan.

g. Zona Transit yang letaknya berdekatan dengan dinding panjat.

h. Zona Isolasi Khusus berdekatan dengan dinding panjat yang akan digunakan jika terjadi insiden

teknis. Harus diyakinkan bahwa aturan isolasi terjaga jika dua atau lebih atlit ada di ruang ini pada

saat bersamaan.

i. Daerah Kompetisi yang diberi pembatas khusus di depan dinding panjat yang untuk memasukinya

terbatas untuk:

a) Para Ofisial Kompetisi FPTI.

b) Panitia resmi yang mendapat ijin dari Jury president.

c) Atlit yang sedang dalam waktu pengamatan jalur atau yang sedang dalam proses pemanjatan.

d) Pihak media massa yang resmi mendapat ijin dari Jury President dan orang-orang yang secara

khusus ditentukan oleh FPTI delegate.

j. Pengukur ketinggian dan papan pengumuman hasil lomba.

Page 19: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

11 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

k. Ruang medis dan mobil ambulan untuk penanganan awal kesehatan atau kecelakaan .

l. Kantor FPTI lengkap dengan fasilitas pemutar-ulang (video playback).

m. Ruang pers (press room);

Detail fasilitas kompetisi diatur secara lengkap pada Bab 3 Prasarana, Sarana dan Personil

Kompetisi

2.4 PANITIA PENYELENGGARA

Penyelenggara berkewajiban menyediakan personil berikut:

a. Ketua Panitia yang melakukan pengorganisasian masalah non-teknis kompetisi.

b. Petugas berikut yang akan membantu Ketua Panitia berkaitan dengan:

i. Kegiatan sebelum kompetisi, pembangunan dinding panjat dan fasilitas pendukung lainnya.

ii. Penyambutan kedatangan utusan FPTI, atlit , ofisial, dan Ofisial Kompetisi.

iii. Pencatatan dan pengontrolan orang yang keluar-masuk Ruang Isolasi.

iv. Keamanan Ruang Isolasi dan Daerah Kompetisi.

v. Pendampingan atlit sejak meninggalkan Ruang Isolasi menuju Ruang Transit dan dinding

kompetisi.

vi. Pengorganisasian acara pembukaan dan penutupan.

c. Route Judge (Juri Jalur) jika diperlukan untuk membantu Category Judge, termasuk untuk

pencatat waktu.

d. Tim Belayer yang kompeten, terdiri atas para belayer yang terlatih menurut tata cara

kompetisi.

e. Tim Pemelihara dan Pembersihan Jalur pemanjatan (Wall Maintenance).

f. Tim Routesetting dan perawatan dinding panjat, termasuk konstruksinya.

g. Tim Perekaman video dan pemutaran video.

h. Tim Pengukuran ketinggian dan pencatatannya.

i. Tim Penanganan kecelakaan dan kesehatan darurat yang terdiri dari minimal seorang dokter

dan dua orang paramedik.

j. Pengamanan yang cukup di semua tempat yang terkait dengan kompetisi tidak hanya terbatas

di tempat penginapan atlit dan ofisial, tempat parkir kendaraan, jika dianggap perlu dapat

melibatkan pihak berwajib.

k. Utusan Pers dan Media.

Personil pendukung dalam suatu kompetisi diuraikan pada Pasal 3.5

2.5 DINDING PANJAT DAN PEMBUAT JALUR

a. Dinding panjat: Dinding panjat dan/atau boulder harus dibuat sesuai dengan ketetapan IFSC

(EN 12572) yang mengatur tentang pembuatan dinding panjat dan ketentuan FPTI. Federasi

penyelenggara harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua sertifikat (yang

diminta oleh EN 12572 dan undang-undang lokal lainnya) disediakan oleh perusahaan pembuat

Page 20: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

12 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

dinding panjat, dan dinding panjat dan atau boulder tersebut dibangun dengan memenuhi

aturan IFSC (EN 12572), FPTI dan aturan lokal yang lain, yang mengatur bangunan semacam

ini (lebih jelasnya lihat Lampiran 2)

a. FPTI setelah berkonsultasi dengan penyelenggara akan menunjuk Chief Routesetter beserta

tim routesetting.

Tugas-tugas dari Chief Routesetter meliputi:

i. Merancang jalur-jalur untuk masing-masing babak dalam kompetisi, memasang tumpuan

(holds) dan titik-titik pengaman serta peralatan untuk setiap jalur sesuai dengan ketetapan

FPTI, mengecek bahwa jalur-jalur tersebut memenuhi standar teknis dan mengikuti

ketetapan keselamatan FPTI.

ii. Mengkoordinr kerja dari para asisten pembuat jalur dan bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa pekerjaan dan prosedur keselamatan senantiasa diperhatikan baik

selama pendirian dan pembongkaran dinding maupun selama berjalannya kompetisi.

iii. Memperbaiki dan membersihkan jalur sebagaimana diperintahkan oleh Category Judge.

iv. Merancang, memasang dan memelihara fasilitas-fasilitas pemanasan.

v. Membantu tim scoring dan atau Route Judge / Category Judge dalam menyusun topo jalur

(sketsa topografi: bentuk permukaan dinding dan lintasan jalur) untuk masing-masing jalur

(lihat juga Lampiran 3).

vi. Memberikan masukan kepada Category Judge untuk masing-masing jalur dalam

memposisikan kamera video.

vii. Memberikan masukan kepada Jury President dan Category Judge untuk masing-masing

jalur dalam menentukan waktu maksimal atlit dalam menyelesaikan setiap jalur.

2.6 ZONA ISOLASI DAN AREA PEMANASAN

a. Zona isolasi harus terdiri atas 2 area yang saling berdekatan (lihat juga Lampiran 1):

1) Sebuah area untuk istirahat dan makan-minum.

2) Sebuah area yang memiliki dinding pemanasan.

Tidak boleh ada akses ke telepon umum bagi para peserta kompetisi.

Ukuran tempat harus cukup untuk menampung dengan nyaman semua peserta kompetisi

yang akan bertanding dalam satu babak kompetisi beserta peralatan mereka.

Area tersebut harus bertemperatur minimal 20 derajat Celcius. Area ini meliputi:

i. Fasilitas ganti seragam dan toilet baik untuk peserta laki-laki maupun perempuan.

ii. Alas duduk/kursi-kursi untuk para peserta melakukan stretching dan bersantai.

iii. Daftar atlit untuk babak kompetisi yang akan dipertandingkan.

iv. Adalah penting untuk menyediakan ruangan terpisah untuk merokok.

Merokok tidak diperbolehkan selain di ruangan tersebut.

b. Area Pemanasan

i. Dinding pemanasan yang tersedia minimal 1 meter persegi per peserta yang ada dalam suatu

babak yang akan dipertandingkan, dengan ukuran mutlak minimal 60 meter persegi.

ii. Tumpuan (Hold ) pada dinding pemanasan jenisnya harus sama seperti yang dipakai pada

Page 21: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

13 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

dinding kompetisi.

iii. Demi alasan keselamatan, peserta kompetisi seharusnya tidak mempunyai akses ke kerangka

penyangga dinding.

iv. Tinggi dinding seharusnya tidak lebih dari 4 meter atau kurang dari 2 meter, dan harus

dilengkapi dengan matras yang sesuai di bawah permukaan dinding.

v. Permukaan dinding seharusnya bervariasi mulai dari vertical sampai horizontal dengan

mayoritas kemiringan dinding lebih dari 10 derajat. Banyaknya dinding yang kemiringannya

horizontal harus mencerminkan jumlah yang terdapat pada dinding utama kompetisi.

vi. Kekencangan tumpuan (hold) pada dinding pemanasan harus senantiasa dijaga.

2.7 KESELAMATAN/SAFETY

a. Penyelenggara harus bertanggung jawab untuk menjaga semua keamanan dan keselamatan di

dalam zona isolasi zona transit, area kompetisi, aula kompetisi, dan untuk semua aktifitas yang

berkaitan dengan berlangsungnya kompetisi.

b. Jury President, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh

berkenaan dengan suatu keraguan akan keselamatan di dalam area isolasi maupun kompetisi,

termasuk menunda pemberian ijin untuk memulai atau melanjutkan segala bagian dari kompetisi.

Ofisial atau seseorang yang oleh Jury President dianggap telah melanggar atau, menurut Jury

President terlihat telah menyalahi prosedur keselamatan akan dikenai pencopotan dengan segera

dari tugas- tugas mereka dan/atau pengusiran dari area isolasi dan kompetisi.

c. Setiap jalur harus dirancang sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan jatuhnya seorang

atlit, yang bisa:

i. Mencederai atlit

ii. Mencederai atau mengganggu atlit lain.

d. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter akan memeriksa setiap jalur sebelum suatu

babak kompetisi dimulai, untuk memastikan standar keselamatan terpenuhi.

Secara khusus, Category Judge dan Chief Routesetter akan:

i. Memastikan bahwa semua peralatan dan prosedur keselamatan memenuhi standar UIAA.

ii. Category Judge mempunyai wewenang untuk meminta penggantian dengan segera seorang

belayer (jika perlu menghentikan kompetisi dan mengumumkan adanya insiden teknis) dan

petugas lain yang mereka rasa membahayakan standar keselamatan.

iii. Demi kepentingan keselamatan, dan dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan Jury

President, Category Judge dapat memutuskan perlu tidaknya tali pemanjatan dikaitkan pada

titik pengaman pertama (dan bila dianggap perlu, titik pengaman yang lain). Namun

diusahakan rancangan jalur dibuat sedemikian rupa sehingga tindakan pencegahan semacam

itu tidak perlu.

e. Sebelum dimulainya setiap babak dalam sebuah kompetisi, Category Judge harus memastikan

bahwa tenaga medis yang memenuhi syarat sudah hadir sehingga bisa melakukan tindakan

dengan segera jika terjadi kecelakaan atau luka terhadap peserta kompetisi atau ofisial yang

bekerja di dalam area kompetisi/zona isolasi.

Page 22: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

14 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

f. Semua peralatan yang digunakan dalam sebuah kompetisi harus memenuhi standar UIAA kecuali

kalau diatur secara khusus oleh FPTI atau, dalam situasi pengecualian, oleh Jury President melalui

ijin yang diberikan oleh FPTI. Di antara syarat- syarat umum tersebut adalah:

Atlit harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang diakui oleh UIAA yang disediakan oleh

penyelenggara. Seberapa sering tali diganti, diputuskan oleh Category Judge.

Dalam situasi khusus, FPTI Delegate dapat diperintahkan oleh FPTI untuk membawa beberapa

peralatan teknis untuk disediakan kepada penyelenggara, alat-alat (Maillon Rapide/MR, tali, dll)

yang tidak tersedia di daerah mereka. FPTI akan meminta penyelenggara kompetisi untuk

membayar harga alat-alat tersebut.

g. Kelengkapan jalur.

Tindakan untuk keselamatan berikut ini harus diperhatikan:

i. MR dan sling quickdraw. Setiap titik pengaman yang digunakan dalam suatu babak kompetisi

harus dilengkapi dengan sling dan karabiner ‘quick-draw’ yang mana atlit akan mengaitkan tali.

Kemungkinan berputarnya karabiner harus diminimalkan. Sambungan penghubung antara sling

‘quickdraw’ dengan titik pengaman harus memakai MR 10 mm yang diakui UIAA

ii. Jika diperlukan sebuah sling quickdraw yang lebih panjang, harus menggunakan sling pita

langsung (yang dijahit mesin) yang mempunyai kekuatan yang sama (atau lebih kuat) sebagai

pengganti yang normal, quickdraw yang pendek. Pita perekat boleh digunakan untuk

menyatukan loop sling.

Bagaimanapun juga tidak dibenarkan memendekkan atau menyetel sling tersebut dengan

memakai simpul, serta tidak dibenarkan memakai sambungan dari quickdraw-quickdraw

normal (yang saling dihubungkan dengan MR, atau karabiner dengan atau tanpa pengunci).

Tali yang disimpul atau sling pita (webing) juga tidak diijinkan untuk dipakai.

h. Belaying (penambatan): Pada saat dimulainya setiap pemanjatan pada sebuah jalur kompetisi:

i. Harus memakai perlengkapan yang sesuai dengan ketetapan FPTI yang mengatur tentang

peralatan.

ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ’8’ yang

sudah terjamin sebagai simpul yang aman.

iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan mereka pada sebuah jalur, belayer harus mengecek (lebih

baik di zona transit) bahwa tali sudah dikaitkan dengan benar pada harness atlit sesuai dengan

h.i dan h.ii diatas, dan seat harness sudah dikencangkan dengan sempurna.

iv. Sebelum membawa atlit menuju garis start suatu jalur, belayer harus memastikan bahwa tali

telah tergulung sedemikian rupa sehingga siap untuk segera digunakan.

v. Kompetisi Lead: Category Judge, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, akan

memutuskan apakah seorang belayer dibantu oleh seorang asisten pada awal sebuah jalur

untuk menambah keselamatan bagi atlit selama mereka berada di bagian bawah suatu jalur

pemanjatan.

i. Setiap tali akan dikendalikan oleh 2 belayer. Selama pemanjatan suatu jalur, para belayer harus

Page 23: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

15 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

senantiasa memperhatikan dengan cermat jalannya pemanjatan yang dilakukan oleh atlit untuk,

memastikan:

i. Bahwa gerakan atlit tidak sampai terganggu dengan tali yang terlalu kencang.

ii. Bahwa ketika atlit mengaitkan tali ke suatu titik pengaman, dia tidak terganggu dalam

melakukannya, atau jika dia gagal dalam mengaitkan tali ke titik pengaman, kekendoran yang

berlebihan pada tali segera ditarik.

iii. Bahwa semua kasus jatuh dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.

iv. Bahwa tidak ada kasus jatuh yang berlebihan yang dialami oleh atlit yang sedang di-belay.

v. Bahwa perhatian istimewa diberikan untuk memastikan bahwa dalam menghentikan seorang

atlit yang jatuh, atlit tersebut jangan sampai mengalami luka yang disebabkan oleh suatu sisi

dari bagian pelengkap atau bagian manapun dari dinding kompetisi.

j. Setelah mengaitkan tali ke titik pengaman (quickdraw) terakhir atau setelah dihentikan ketika

terjatuh, atlit akan diturunkan ke bawah. Harus diperhatikan jangan sampai atlit terkena suatu

peralatan yang terletak di tanah.

k. Pada saat atlit melepaskan tali dari harness mereka, belayer akan menarik tali ke bawah dengan

cepat namun tanpa terlalu mengganggu ‘quickdraw’. Adalah tanggung jawab dari belayer untuk

memastikan bahwa atlit segera mengosongkan zona pemanjatan secepat mungkin.

l. Category Judge punya wewenang untuk memerintahkan federasi/penyelenggara untuk mengganti

seorang belayer kapan saja selama babak kompetisi sedang berlangsung. Jika sudah digantikan,

belayer yang bersangkutan tidak akan diijinkan untuk bertugas mem-belay seorang atlit pada

kompetisi tersebut.

m. Untuk memastikan bahwa seorang peserta kompetisi sedang tidak sehat untuk bertanding karena

alasan tertentu (misalnya terluka atau sakit), Jury President mempunyai wewenang untuk

dilakukannya check-up bagi atlit oleh dokter /paramedik yang akan mekukan tes fisik yang diakui.

Jika, dari hasil tes tersebut, dokter berpendapat bahwa atlit tidak sehat, Jury President boleh

menghentikan peserta dari pertandingan. Jika kemudian terdapat bukti bahwa atlit tersebut telah

sembuh, dia boleh meminta untuk menjalani lagi tes fisik yang diakui.

n. Bagaimanapun juga tidak akan ada tindakan khusus yang yang dilakukan atas permintaan seorang

atlit , misalnya: turun dari titik top suatu jalur boulder dengan menggunakan tangga.

2.8 PENGUKURAN KETINGGIAN DAN PENGATURAN WAKTU

a. Federasi anggota / penyelenggara akan membentuk sebuah tim yang berpengalaman yang secara

khusus bertanggung jawab untuk menyediakan pengukur ketinggian, penunjuk waktu dan layanan

hasil untuk setiap babak kompetisi, jika tidak disediakan sendiri oleh FPTI.

b. Tim pengukur ketinggian, dengan berkonsultasi dan atas persetujuan dari Chief Routesetter, akan

menyediakan sebuah sketsa topografi (‘Topo’) dari masing-masing jalur kompetisi yang

menunjukkan posisi dan ketinggian (pada saat traverse, jarak sepanjang poros suatu jalur) dari

setiap tumpuan (hold) dan titik pengaman pada suatu jalur. ‘Topo-topo’ tersebut hanya disediakan

untuk Jury President dan Category Judge.

Page 24: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

16 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

2.9 PENGUMUMAN HASIL DAN TAYANGAN VIDEO

a. Federasi anggota / penyelenggara harus memastikan bahwa sebuah sistem display informasi

publik, yang meng-update perkembangan dari setiap atlit dan peringkat terkini dari atlit -atlit

terpasang selama berlangsungnya kompetisi.

b. Pada saat atlit memasuki arena, akan diinformasikan nama dan asal dari atlit yang

bersangkutan. Peringkat terkini dari masing-masing atlit harus ditampilkan secepat mungkin

setelah atlit selesai melakukan pemanjatan pada suatu kategori lead.

c. Dalam boulder, hasil sementara (provisional) yang baru harus ditunjukkan setelah waktu

pemanjatan selesai pada jalur boulder saat itu. Hasil sementara tersebut haruslah mendekati hasil

yang sesungguhnya.

d. Jika selama kompetisi memakai layar video untuk rekaman live, disarankan untuk menggunakan 2

layar: 1 untuk hasil, 1 untuk rekaman gambar.

e. Pada akhir setiap babak kompetisi, Category Judge harus segera membuat sebuah daftar

peringkat atlit yang lengkap. Setelah informasi tersebut dicek (dan bila perlu, dirubah) dan dengan

segera hasil resmi disetujui secara tertulis oleh Category Judge dan Jury President, daftar

peringkat terakhir harus dibuat dan siap untuk dipublikasikan.

f. Daftar Hasil Resmi: harus dibuat oleh tim pengukur ketinggian dan penunjuk waktu. Semua daftar

hasil harus dalam bentuk tercetak, daftar atau bagian dari daftar yang ditulis tangan tidak

diperbolehkan.

g. Daftar hasil dari masing-masing babak kompetisi harus dicetak pada lembar hasil yang diakui oleh

FPTI dan harus meliputi informasi berikut:

i. Kop dan logo FPTI yang diakui

ii. Nama kompetisi (misalnya Sirkuit Nasional)

iii. Tempat kompetisi (misalnya Yogyakarta)

iv. Kategori kompetisi (misalnya Kompetisi Lead)

v. Tanggal kompetisi

vi. Nama babak kompetisi (misalnya Final Putra)

vii. Jika suatu babak kompetisi menggunakan 1 atau lebih jalur yang parallel, hasil untuk

masing-masing jalur harus ditunjukkan dengan jelas (misalnya Jalur A)

viii. Nama, status jabatan dan tanda tangan dari ofisial yang memimpin, misalnya: Jury

President, Category Judge dan Route Judge

ix. Waktu pada saat peringkat dikeluarkan

h. Daftar hasil akhir suatu babak harus meliputi informasi berikut:

i. Susunan peringkat atlit dengan urutan menurun

ii. Nama belakang/keluarga (ditulis dengan huruf besar) setiap atlit

iii. Nama depan (kecuali huruf pertama, ditulis dengan huruf kecil) setiap atlit

iv. Kebangsaan setiap atlit dengan menggunakan undang-undang tiga-huruf yang diakui-IOC

untuk masing-masing negara.

i. Daftar hasil akhir (pada akhir kompetisi) harus meliputi semua hal yang terdapat pada g.i-iv

di atas serta informasi tambahan sebagai berikut:

Page 25: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

17 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

i. Setiap atlit yang telah bertanding, harus dicantumkan ketinggian/nilai yang dicapai pada

setiap babak kompetisi sebelumnya di mana dia bertanding.

ii. Hasil lengkap dari masing-masing babak kompetisi.

j. Tidak ada informasi lain selain yang ditentukan di atas yang terdapat di dalam daftar hasil resmi

kecuali jika disetujui secara khusus oleh FPTI.

k. Setelah disetujuinya hasil untuk setiap babak kompetisi (termasuk babak final atau super-final),

sebuah salinan hasil yang lengkap harus segera diserahkan kepada:

i. Jury President

ii. Category Judge

iii. FPTI Delegate

iv. Manajer tim, atau jika sebuah tim tidak mempunyai manager, atlit tim yang ditunjuk.

v. Kantor Pers

vi. Petugas informasi publik

vii. Semua hasil resmi harus dikirim dalam waktu maksimum 15 hari setelah berakhirnya

kompetisi, kepada [email protected] (atau kepada alamat e-mail lainnya yang

diberikan oleh FPTI) untuk segera dirilis pada website FPTI.

2.10 DAFTAR PESERTA KOMPETISI

a. Daftar peserta pada babak awal harus disusun dan diterbitkan dalam website FPTI 7 hari sebelum

dimulainya kompetisi. Daftar tersebut bisa dirubah (yang disebabkan oleh ketidakhadiran dan

pendaftaran tambahan) sampai pada saat technical meeting belum dimulai, sesuai dengan

Peraturan Kompetisi dan dibagikan kepada mereka yang terdaftar sebagai peserta kompetisi pada

suatu babak melalui manajer tim, daftar tersebut juga dipasang pada papan pengumuman resmi

dan papan pengumuman lainnya (misalnya di hotel-hotel utama dimana manajer tim dan para

peserta kompetisi menginap).

Daftar atlit untuk setiap babak berikutnya harus disusun dalam waktu 30 menit setelah suatu

babak selesai dipertandingkan, sesuai dengan ketetapan -ketetapan yang sama seperti di atas.

b. Setiap daftar atlit juga harus berisi informasi mengenai babak yang akan dipertandingkan, di

antaranya:

i. Waktu dibuka dan ditutupnya zona isolasi untuk babak yang akan dipertandingkan.

ii. Waktu dimulainya babak kompetisi tersebut.

iii. Segala informasi lainnya yang disetujui oleh FPTI dan atau Jury President.

c. Metode Penyusunan Daftar Atlit :

i. Jika babak awal sebuah kompetisi dilaksanakan dengan jalur atau sekumpulan problem

tunggal, urutan pemanjatan harus kebalikan dari peringkat Nasional pada saat itu.

ii. Jika babak awal sebuah kompetisi dilaksanakan dengan dua atau lebih jalur atau

sekelompok problem yang sama, atlit harus ditempatkan pada masing-masing jalur atau

sekelompok problem dari babak tersebut sesuai dengan:

Page 26: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

18 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

• Berdasarkan posisi masing-masing atlit dalam Peringkat Nasional terkini,

misalnya: secara bertahap, para atlit yang mempunyai peringkat dalam

Peringkat Nasional harus ditempatkan secara berurutan di antara jalur-jalur

tersebut.

• Atlit yang tidak masuk peringkat akan ditempatkan pada masing-masing jalur

dengan cara dipilih acak sedemikian rupa sehingga jumlah atlit yang

ditempatkan pada masing-masing jalur seimbang (atau hampir seimbang).

• Sesuai dengan prosedur penempatan, urutan pemanjatan dari masing-masing

jalur atau sekelompok problem harus kebalikan dari peringkat Nasional pada

saat itu.

iii. Urutan pemanjatan untuk babak -babak setelah babak awal: kecuali seperti yang

ditentukan di bawah ini, urutan pemanjatan harus ditentukan oleh urutan terbalik dari

peringkat pada babak sebelumnya (yakni; peringkat pertama akan melakukan pemanjatan

terakhir). Jika terdapat atlit-atlit dengan hasil seri pada babak sebelumnya, urutan

pemanjatan di antara mereka harus kebalikan dari peringkat Nasional pada saat itu.

iv. Superfinal : Urutan pemanjatan akan sama seperti untuk babak final.

2.11 REKAMAN VIDEO PADA JALUR-JALUR KOMPETISI

a. Setiap pemanjatan yang dilakukan oleh atlit pada suatu jalur kompetisi harus direkam dengan

video oleh seorang petugas kamera yang berpengalaman. Setidak-tidaknya digunakan satu (lebih

bagus dua) kamera video pada setiap jalur. Disarankan bahwa petugas kamera dibantu oleh

seorang juri nasional.

b. Letak dari suatu kamera video harus ditentukan oleh Jury President dengan berkonsultasi dengan

Category Judge dan Chief Routesetter. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan

bahwa para petugas kamera tidak terganggu dalam menjalankan tugas mereka, dan bahwa tidak

ada seorang pun yang diperbolehkan menghalangi pandangan kamera pada masing-masing jalur.

c. Sebuah layar televisi yang dihubungkan ke sebuah sistem perekaman video harus disediakan

untuk pemutaran ulang pada saat terjadi suatu insiden untuk tujuan penjurian. Tidak seorang

pun selain Jury President dan Category Judge yang bisa memerintahkan untuk memutar ulang

suatu pemanjatan pada sebuah jalur. Layar pemutaran ulang harus ditempatkan sedemikian rupa

sehingga para juri bisa mengamati materi yang diputar ulang tersebut dan mendiskusikan suatu

insiden, dengan pemutaran video yang tanpa terlihat oleh orang lain selain para juri, dan selama

mereka berdiskusi tanpa didengar atau disela, tetapi letaknya harus dekat dengan meja para juri.

d. Kantor FPTI juga harus difasilitasi dengan sebuah mesin pemutaran ulang video dan sebuah layar

televisi untuk memungkinkan para juri memutar kembali rekaman video dari insiden-insiden yang

terjadi selama kompetisi berlangsung. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai

akses ke kantor FPTI dan atau perekaman video yang dibuat selama kompetisi.

e. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai hak untuk mengamati bagian manapun dari

pemutaran video kompetisi.

Page 27: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

19 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

f. Pada akhir setiap babak kompetisi, kaset video harus diberikan kepada FPTI Delegate untuk

dibawa ke sekretariat FPTI.

g. Tidak boleh menggandakan kaset-kaset video tersebut kecuali atas ijin khusus dari FPTI.

h. Semua kaset video kompetisi adalah semata-mata untuk tujuan penjurian kompetisi dan untuk

kursus pelatihan FPTI. Bagaimanapun juga kaset-kaset tersebut tidak boleh dibuat/disediakan

untuk personil non-FPTI manapun.

2.12 FASILITAS MEDIS

a. Federasi anggota / penyelenggara harus menyiapkan sebuah tim medis yang terampil dan

berpengalaman yang tersedia selama berlangsungnya kompetisi (mulai dari dibukanya zona

isolasi, sampai pada saat atlit terakhir menyelesaikan pemanjatannya pada suatu jalur). Hadirnya

seorang dokter adalah suatu keharusan.

Setiap saat selama atlit melakukan pemanjatan pada sebuah jalur, dokter bersama anggota tim

medis yang terpilih, berpengalaman dan dilengkapi dengan alat-alat (medis) harus tetap berada di

dalam zona kompetisi, atau berada sangat dekat dengan, area kompetisi sehingga bisa

memberikan penanganan cepat jika ada yang mengalami luka atau butuh tindakan medis.

b. Minimalnya, sebuah ruangan medis privat dan dapat diakses dengan mudah harus disediakan dan

dilengkapi dengan peralatan (medis) untuk menangani luka atau sakit yang tidak parah.

c. Harus dilakukan persiapan dan uji coba dengan latihan untuk memastikan bahwa suatu

kecelakaan serius yang terjadi pada atlit , ofisial, anggota publik dan atau siapapun, akan

ditangani dengan cara yang efisien dan profesional.

2.13 TES ANTI-DOPING

a. Jika memungkinkan penyelenggara kompetisi akan mengadakan tes anti doping yang sesuai

dengan peraturan nasional tentang olahraga Internasional, World Anti Doping Code, dan UIAA Anti

Doping Policy.

2.14 SIARAN TELEVISI

a. FPTI berhak untuk menunjuk satu badan untuk memberikan siaran televisi atas kompetisi. Dalam

kasus ini:

i. FPTI akan bertanggung jawab penuh atas semua biaya yang dibutuhkan untuk siaran

tersebut.

ii. Penyelenggara harus memberikan akses tanpa syarat kepada badan televisi yang

direkomendasikan oleh FPTI dan Penyelenggara memberikan semua bantuan yang wajar

untuk memungkinkan pihak televisi memberikan siaran yang professional dari semua aspek

dalam kompetisi.

Persyaratan yang berkaitan dengan hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara FPTI

dan Penyelenggara.

b. Jika FPTI memilih tidak untuk menggunakan haknya menunjuk satu pihak penyiaran televisi,

Penyelenggara akan mengadakan kesepakatan dengan FPTI mengenai hal ini. Penyelenggara

Page 28: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

20 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

diminta untuk menginformasikan kepada FPTI semua persiapan berkaitan dengan penyiaran

televisi.

2.15 FASILITAS MEDIA

a. Ruang Pers: Penyelenggara harus menyediakan seorang koordinator publikasi, ruang konferensi

pers dan sejumlah orang yang melayani wartawan resmi.

b. Ruang pers harus dilengkapi dengan peralatan yang menunjang yang akan digunakan oleh

wartawan atau Delegasi FPTI antara lain:

i. Ruang kerja yang cukup.

ii. Informasi yang relevan menyangkut kompetisi.

iii. Tembusan urutan pemanjatan , hasil setiap babak dan hasil akhir.

c. Daerah wawancara, Penyelenggara akan memberikan ruang terpisah yang nyaman dan tenang

untuk melakukan wawancara. Fasilitas ini sebaiknya terletak dekat dengan daerah kompetisi.

Wawancara oleh wartawan media cetak atau elektronik atau siapapun tidak boleh dilakukan

didepan dinding panjat pada saat kompetisi sedang berlangsung (atau jika dilakukan akan

mengganggu jalannya kompetisi).

d. Fotografer, disediakan tempat pada setiap sisi Daerah Kompetisi untuk Pemotret. Jika

memungkinkan disediakan alat yang memungkinkan Pemotret mendapat sudut yang lebih baik,

misalnya menggunakan electronic lifter. Atas ijin Jury president, Pemotret bisa mengambil gambar

dari bagian kontruksi dinding panjat.

e. Pemotret (professional atau amatir) atau orang lainnya tidak diperkenankan untuk memasuki

daerah kompetisi kecuali atas ijin Jury president. Tidak diijinkan penggunaan lampu kilat (blitz)

yang akan mengganggu atlit ketika sedang melakukan Pemanjatan.

f. Dengan ijin Jury president kru media bisa diijinkan bekerja di area dinding kompetisi.

Mereka diijinkan dengan catatan:

i. Tidak mengganggu atlit yang sedang melakukan persiapan atau sedang melakukan

pemanjatan.

ii. Tidak menggganggu belayer atau asisten belayer.

iii. Peralatan yang digunakan tidak akan mengganggu atlit atau belayer. Perhatian khusus

harus diberikan untuk memastikan bahwa jika atlit jatuh tidak akan menimpa kru media dan

peralatannya.

iv. Kru media harus mematuhi semua perintah yang diberikan oleh Category Judge dan atau

Jury President.

v. Kru media boleh bekerja dari puncak dinding pemanjatan atas ijin dari Jury president, dan

tidak mengubah atau menggunakan tata lampu berlebihan, atau mengganggu atlit yang

sedang melakukan pemanjatan.

g. Kru media dan pemotret bisa diiinkan memasuki ruang isolasi (tapi tidak ke ruang transit) dengan

ijin khusus dari Jury president. Selama di ruang isolasi, mereka harus ditemani dan diawasi oleh

petugas yang bertanggung jawab di ruang isolasi untuk memastikan bahwa pengamanan di ruang

isolasi tetap terjaga dan atlit tidak mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

Page 29: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

21 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

h. Wartawan dan kru media akan diberikan kartu identitas resmi oleh Penyelenggara.

2.16 UPACARA

a. Kecuali ditetapkan lain oleh FPTI Delegate, semua atlit peserta kompetisi harus hadir pada saat

upacara pembukaan, penutupan, adalah wajib untuk sirkuit Nasional dan Kejurnas. Pelanggaran

terhadap peraturan tersebut bisa menyebabkan peserta kompetisi dikenai hukuman sebuah ‘Kartu

Kuning’.

b. Untuk even Nasional atau kejuaraan yang disetujui dan diakui FPTI boleh diadakan atau tidak

upacara yang dimaksud pada poin a. diatas

c. Upacara penghormatan pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh FPTI.

d. Kecuali jika secara khusus diberi ijin oleh FPTI Delegate dan Jury President, semua finalis harus

menghadiri upacara penyerahan hadiah. Pelanggaran terhadap peraturan tersebut bisa

menyebabkan peserta kompetisi akan diberikan peringatan keras ditandai dengan pemberian

Kartu Merah.

2.17 BIAYA, HADIAH, DAN BOBOT KOMPETISI

a. Penyelenggara bertanggung jawab atas semua biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan dan

melaksanakan kompetisi sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan antara Penyelenggara dan

FPTI

b. Hadiah yang akan diberikan kepada pemenang kompetisi diatur sebagai berikut:

i. Penyelenggara harus memberikan informasi secara tertulis Total Hadiah yang diperebutkan

untuk setiap nomor kompetisi pada saat mempromosikan kompetisi.

ii. Total Hadiah berupa uang untuk semua nomor kompetisi dalam setiap kelas akan

menentukan bobot kompetisi bersangkutan dengan aturan sebagai berikut:

Total Hadiah

Bobot

Kompetisi

Lebih dari Rp20juta 4

Lebih dari Rp15juta sampai dengan Rp20juta 3

Lebih dari Rp10juta sampai dengan Rp15juta 2

Rp5juta sampai dengan Rp10 juta 1

c. Hadiah untuk nomor kompetisi putri adalah sama dengan Total Hadiah yang diterima nomor

kompetisi putra untuk setiap kategori.

d. Total hadiah adalah hadiah berupa uang yang disediakan oleh Penyelenggara untuk semua

kategori yang dikompetisikan. Hadiah yang tidak berbentuk uang tidak diperhitungkan dalam

Total Hadiah.

Page 30: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

22 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

e. Jika kompetisi kelompok umur digabungkan dalam suatu kegiatan kompetisi umum, maka Total

Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur akan menentukan bobot kompetisi untuk kelompok

umur. Sehingga bobot kompetisi untuk kelompok umum ditentukan oleh sisa Total Hadiah

kegiatan kompetisi setelah dikurangi Total Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur.

f. Hadiah yang menjadi hak pemenang kompetisi harus diberikan secara tunai oleh Penyelenggara

pada saat penyerahan hadiah sebelum pelaksanaan kompetisi ditutup.

g. Penyelenggara yang tidak bisa memenuhi komitmennya terhadap waktu pembayaran dan

besarnya hadiah akan mendapat sanksi berupa:

i. Denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari Total Hadiah yang dinyatakan dalam

permohonan Surat Rekomendasi Kompetisi (SRK)

ii. Tidak berhak mendapat SRK untuk kompetisi berikutnya, Selain harus tetap memenuhi

kewajibannya kepada peserta pemenang dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari

sejak tanggal penutupan kompetisi.

h. Denda seperti dimaksud pada ayat f) diatas dibayarkan kepada FPTI paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah tanggal penutupan kompetisi. Selanjutnya FPTI akan menyampaikan seluruhnya kepada

semua pemenang kompetisi secara proposional, setelah dipotong biaya administrasi,

i. Jika penyelenggara tetap tidak dapat memenuhi komitmennya, FPTI akan membawa kasus

tersebut ke pihak berwenang untuk diselesaikan secara hukum.

2.18 ASURANSI

a. Panitia penyelenggara harus memastikan, dan memberikan jaminan, bahwa asuransi yang

diterapkan untuk kompetisi tersebut benar-benar sesuai dengan semua peraturan nasional

maupun internasional mengenai even -even olahraga.

2.19 SERTIFIKAT PARTISIPASI

a. Penyelenggara wajib memberikan sertifikat kepada:

i. Atlit dan ofisial.

ii. Ofisial Kompetisi

iii. Anggota panitia pelaksana yang secara resmi terdaftar oleh Penyelenggara dan

berpartisipasi dalam kompetisi yang telah dilaksanakan

b. Sertifikat harus diberikan paling lambat pada saat penutupan kompetisi.

c. Logo Federasi Panjat Tebing Indonesia wajib tercantum dalam setiap lembar sertifikat. Sertifikat

minimal ditandatangani dan distempel oleh Penyelenggara. Format sertifikat sesuai Lampiran 26.

2.20 LAPORAN KOMPETISI

a. Laporan Hasil Pemanjatan

i. Jury president bertanggungjawab untuk menginformasikan kepada penonton hasil setiap

pemanjatan yang dilakukan oleh atlit dengan cara yang seksama

Page 31: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

23 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

ii. Prosedur penyampaian informasi adalah sebagai berikut:

a) Setiap atlit menyelesaikan pemanjatan, Juri akan mengisi

Lembar Hasil Pemanjatan sesuai Lampiran 6.

b) Lembar Hasil Pemanjatan yang telah diisi dan diparaf oleh Juri di sampaikan

kepada operator komputer untuk diinput dan kepada announcer untuk

diumumkan dengan cara yang paling efisien.

iii. Hasil Pemanjatan yang telah diumumkan segera setelah pemanjatan selesai dilakukan oleh

atlit belum merupakan hasil akhir yang akan diumumkan secara resmi setelah seluruh atlit

menyelesaikan pemanjatan pada suatu babak kompetisi.

b. Laporan Kompetisi

i. Laporan dibuat oleh Jury President.

ii. Laporan harus sudah diterima oleh FPTI dalam waktu 3x24 jam setelah kompetisi secara

resmi dinyatakan ditutup.

iii. Laporan dapat disampaikan menggunakan faksimil atau e-mail.

iv. Tembusan laporan ini harus disampaikan kepada penyelenggara.

v. Format laporan hasil kompetisi sesuai Lampiran 10.

c. Laporan Pelaksanaan Kompetisi

i. Laporan ini dibuat oleh Delegasi FPTI

ii. Laporan harus sudah diterima paling lambat 7 (tujuh) hari sejak kompetisi secara resmi

dinyatakan ditutup.

iii. Format laporan sesuai Lampiran 21.

d. Laporan Penyelenggaraan Kompetisi

i. Laporan ini dibuat oleh penyelenggara

ii. Laporan harus sudah diterima paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak kompetis secara resmi

dinyatakan ditutup.

iii. Format laporan sesuai Lampiran 22.

e. Sanksi administrasi atas kelalaian menyampaikan laporan kompetisi akan ditetapkan

oleh FPTI.

Page 32: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

24 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

3. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT , TIM DAN OFISIAL

3.1 PENDAHULUAN

a. FPTI menghormati semua hal yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas penyelenggara

kompetisi, atlit , tim dan ofisial.

3.2 KUOTA TIM – PESERTA KOMPETISI DAN OFISIAL

a. Peserta kompetisi: kuota tim ditentukan menurut jenis dari kompetisi, misalnya: Sirkuit

Nasional, Kejurnas FPTI, dll.

b. Ofisial: Setiap federasi anggota FPTI diijinkan untuk mendaftarkan sampai dengan/maksimal 5

(lima) ofisial tim yang akan diberi kebebasan masuk ke dalam venue kompetisi (juga sesuai

dengan 3.1. di atas). Nama-nama dari para ofisial tersebut harus dicantumkan dalam formulir

permohonan dan secara khusus ditunjuk untuk satu dari peran -peran berikut:

i. Satu (1) manajer tim

ii. Dua (2) pelatih tim

iii. Dua (2) personil medis atau para-medis .

c. Ofisial tim akan diijinkan memasuki dan meninggalkan zona isolasi menurut ketentuan

yang sama seperti yang berlaku bagi peserta kompetisi. Hanya dalam situasi-situasi

pengecualian dan dengan persetujuan khusus dari Jury President, seorang ofisial tim –

termasuk personil medis tim – diijinkan mendekati dan atau berkomunikasi dengan

seorang peserta kompetisi ketika dia masih berada di dalam zona isolasi.

Pelanggaran terhadap peraturan ini berakibat peserta kompetisi langsung dikenai diskualifikasi.

d. Ofisial tim tidak akan diijinkan menemani atlit mereka ke dinding pemanjatan selama

pengamatan jalur yang resmi. Ofisial tim (atau atlit lain yang tidak bertanding) tidak akan

diijinkan berkomunikasi dengan cara apapun dengan atlit yang akan bertanding selama

periode pengamatan jalur. Pelanggaran terhadap peraturan ini bisa menyebabkan atlit

langsung dikenai diskualifikasi.

3.3 BATAS WAKTU UNTUK PENDAFTARAN PESERTA KOMPETISI

a. Batas waktu untuk pendaftaran peserta kompetisi yang dilaporkan dalam halaman informasi

kompetisi yang dikeluarkan oleh FPTI harus dipatuhi.

b. Pendaftaran setelah batas waktu akan dikenai biaya tambahan sebesar 2 kali biaya pendaftaran.

c. Biaya pendaftaran peserta kompetisi yang sudah dibayarkan tidak akan dikembalikan apabila

peserta yang sudah terdaftar tidak menghadiri even yang bersangkutan tanpa memberitahukan

kepada FPTI dalam waktu 10 hari menjelang even tersebut (dihitung mulai hari pertama

kompetisi).

d. Atas kebijakan dari FPTI Delegate, perubahan pada daftar atlit yang terdaftar bisa diterima.

Perubahan tersebut harus diberitahukan kepada Jury President sebelum isolasi ditutup.

Page 33: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

25 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

3.4 PERLENGKAPAN DAN SERAGAM TIM

a. Pakaian dan Perlengkapan Memanjat : Semua perlengkapan dan pakaian yang digunakan oleh

setiap atlit harus sesuai dengan ketetapan FPTI yang mengatur tentang perlengkapan dan

pakaian. Pelanggaran atas peraturan tersebut akan menyebabkan dikeluarkannya sebuah kartu

kuning atau diskualifikasi, tergantung dari pelanggaran tersebut.

b. Seragam Tim: jika memungkinkan, dan khususnya dalam upacara penyerahan hadiah, atlit dan

ofisial tim seharusnya memakai seragam tim yang masing-masing kontingen.

c. Semua perlengkapan yang digunakan oleh seorang atlit dalam sebuah kompetisi harus sesuai

dengan standar UIAA kecuali jika itu ditentukan lain oleh FPTI, atau ada pengecualian, oleh Jury

President melalui wewenang yang diberikan kepada dia oleh FPTI. Dengan pengecualian kostum

kompetisi yang disediakan oleh federasi anggota/penyelenggara, setiap atlit bebas

menggunakan diantaranya; harness yang diakui UIAA (CATATAN: pemakaian sebuah harness

duduk atau full-body adalah wajib), sepatu panjat, chalk bag, helm panjat (jika atlit memilih

untuk memakainya), dan pakaian yang disukai pada saat atlit melakukan pemanjatan jalur, sesuai

dengan peraturan-peraturan berikut:

i. Headwear: hanya nama dan atau logo dari perusahaan (sponsor)

ii. Kostum kompetisi: kostum tersebut, yang mana harus dipakai oleh atlit , tidak boleh dipotong

atau tidak dimodifikasi dan harus ditempeli nomor pemanjatan resmi dari peserta kompetisi

dibelakang kostum. Pelanggaran terhadap penggunaan nomor pemanjatan resmi akan

menyebabkan dikeluarkannya kartu kuning bagi peserta yang bersangkutan.

iii. Pakaian yang lain boleh dikenakan di bawah kostum resmi, asalkan tidak berlogo.

iv. Logo lain tidak diperbolehkan pada lengan.

v. Harness: nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – dengan total tidak

melebihi 200 centimeter persegi.

vi. Chalk bag: hanya nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – tidak lebih dari

100 centimeter persegi.

vii. Kaki (celana): hanya nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – dengan total

tidak lebih dari 300 centimeter persegi pada masing-masing kaki.

viii. Sepatu dan kaos kaki: hanya nama perusahaan dan atau logo.

d. Pelanggaran dalam mentaati peraturan-peraturan tersebut akan menyebabkan terkena

diskualifikasi dari kompetisi.

Page 34: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

26 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

4. PRASARANA, SARANA DAN PERSONIL KOMPETISI

4.1. PENDAHULUAN

a. Bab ini harus dibaca bersamaan dengan Bab 2 Organisasi Kompetisi

b. Aturan ini berlaku untuk seluruh kompetisi panjat tebing di Indonesia.

4.2. PENYEDIAAN PRA-SARANA KOMPETISI

a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara menyediakan wajib

pra- sarana kompetisi yang memadai.

b. Dinding pemanjatan:

i. Ukuran minimal dinding panjat yang digunakan pada kompetisi ditentukan oleh tingkat

kompetisi yang akan dilaksanakan dan kategori kompetisinya, yaitu:

TINGKAT KOMPETISI

KATEGORI

Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota

LEAD 2 x 3 m lebar x 15 m tinggi 1 x 3 m lebar x 15 m tinggi 1 x 3 m lebar x 12 m tinggi

SPEED 4 x 3 m lebar x 18 m tinggi 2 x 3 m lebar x 15 m tinggi 2 x 3 m lebar x 12 m tinggi

BOULDERS 8 x 3 m lebar x 4 m tinggi 6 x 3 m lebar x 4 m tinggi 6 x 3 m lebar x 4 m tinggi

SPEED

ESTAFET 8 x 3m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 15 m tinggi

SPEED REKOR 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50

MULTIPITCH 1 x 6 m lebar x 20 m tinggi 1 x 4 m lebar x 20 m tinggi 1 x 3 m lebar x 20 m tinggi

ii. Di ruang isolasi harus disediakan dinding pemanjatan yang digunakan sebagai fasilitas

pemanasan:

a) Kategori Lead dan Speed: 4 meter lebar x 3 meter tinggi

b) Kategori Boulders: satu contoh jalur-masalah dengan warna-warna tanda yang sama

dengan yang digunakan untuk kompetisi.

iii. Material yang digunakan pada dinding panjat untuk kompetisi dapat dibuat dari:

a) Dinding batu atau beton.

b) Papan multipleks dengan ketebalan minimal 18 mm.

c) Fiberglass resin block dengan ketebalan minimal 7 mm.

iv. Konstruksi yang digunakan untuk menopang dinding panjat harus mempunyai kekuatan yang

memadai. Konstruksi dapat terbuat dari:

Page 35: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

27 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

a) Beton bertulang,

b) Besi baja atau,

c) Scafolding.

v. Terkait dengan poin iv) diatas, FPTI Delegate dapat meminta pihak ketiga untuk melakukan uji

kekuatan konstruksi. Jika hasil uji menyatakan bahwa konstruksi dinding panjat tidak memadai,

Delegasi FPTI diberi kewenangan untuk membatalkan kompetisi dilakukan pada dinding panjat

tersebut dan memindahkan ke lokasi lain yang lebih baik.

vi. Spesifikasi teknis kompetisi mengenai dinding diatur lebih lanjut sebagai berikut:

a) Lubang tumpuan dapat digunakan untuk galvanised nut dengan diameter 10 mm.

b) Untuk dinding dengan material kayu atau multipleks, jarak antar lubang untuk setiap

tumpuan adalah 25cm x 25 cm.

c) Hanger pengaman harus terpasang pada konstruksi. Diamater galvanis baut hanger minimal

8mm.

d) Bagian belakang lubang tumpuan dikunci menggunakan skrup 2x15mm untuk menghindari

lubang tumpuan berputar ketika dipasang tumpuan dari bagian depan.

e) Dinding kompetisi Speed mempunyai sudut kemiringan 15o .

vii. Detail Sarana dan spesifikasi sesuai lampiran 2 – 4.

b. Pra-sarana pendukung kompetisi yang wajib disediakan adalah:

NAMA BARANG TINGKAT KOMPETISI

Nasional Provinsi Kabupaten/Kota

a. Lamput Spot 6 x 1000 Watt

4 x 1000

Watt 3 x 1000 Watt

b. Ruang Sekretariat 4 x 6 m2 3 x 4 m2 2 x 3 m2

c. Zona Kompetisi 40 x 30 m2 35 x 20 m2 10 x 15 m2

d. Zona Isolasi 50 m 2 40 m2 30 m2

e. Zona Isolasi Khusus 6 m2 4 m2 4 m2

f. Zona Transit 2 x 4 m2 2 x 2 m2 2 x 2 m2

g. Tribun undangan,

kapasitas

orang 200 100 50

h. Podium juara 1 1 1

i. Kursi undangan 150 75 50

j. Kursi VIP 50 25 10

k. Toilet Ruang Karantina,

pasang: 2 1 1

l. Toilet wasit/panitia,

pasang: 1 1 0

Page 36: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

28 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

m. Toilet umum, pasang: 1 1 1

d. Penyediaan seluruh pra-sarana dimaksud merupakan tanggung jawab penyelenggara dan

harus sudah disiapkan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum acara pembukaan. Delegasi FPTI

berkewajiban memastikan hal tersebut, dan Delegasi FPTI berwenang untuk menunda

pelaksanaan kompetisi sampai dengan seluruh pra- sarana dimaksud dapat disediakan oleh

Penyelenggara.

4.3. PENYEDIAAN SARANA PERALATAN KOMPETISI

a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara minimal

menyediakan sarana sebagai berikut :

Nama Barang, Unit Nasional Provinsi Kabupaten/Kota

Teknis Kompetisi

a. Tali Kernmantle:

� Dynamic 10,5 mm x 50 m 8 4 2

� Static 10,5 mm x 50 m 4 2 2

b. Carabinner

� Bent Gate (Competition Carabiner) 40 20 15

� Screw Gate Carabiner 40 20 15

c. Sewn Sling

� 10 cm 20 10 5

� 15 cm 20 10 5

� 20 cm 20 10 5

� 50 cm 20 10 5

d. Belay Device 8 4 3

e. Harness untuk Belayer 12 6 4

f. Electronic Timer Device 3 2 1

g. Electronic Scoring Board 1 1 0

h. Stopwatch 7 5 3

i. Video Camera/ Handycam 5 3 2

j. TV Monitor 2 1 1

k. Komputer, Unit 3 2 1

l. Printer Laser 1 1 1

m. Sound System, watt 3000 2000 1000

n. Tangga Lipat 3 2 1

o. Tumpuan (Hold) , set 50 30 10

p. Keranjang Barang/sepatu atlit 8 6 4

q. Kain Penutup Jalur

2 x 3 m x 15

m

1 x 3 m x 15

m 1 x 3 m x 15 m

r. Matras/Karpet Dinding Lead & Speed Sesuai Kebutuhan

s. Matras Boulder, 30 cm x 3 m x 4 m 8 6 4

t. Magnesium Karbonat, Kg 5 3 2

Non Teknis Kompetisi

a. Handy -Talky 8 5 3

b. Tiang Bendera Sesuai Kebutuhan

Page 37: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

29 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

c. Meja dan Kursi Juri, kapasitas orang 8 6 4

d. Kostum Panitia Sesuai Kebutuhan

e. Kostum Atlit Sesuai Kebutuhan

f. Ambulans 1 1 1

4.4. PENYEDIAAN FASILITAS MEDIS

a. Penyelenggara harus menyiapkan tim medis yang siaga selama kompetisi berlangsung (yaitu sejak

dibukanya Ruang Isolasi hingga pemanjatan terakhir dilakukan). Keberadaan seorang dokter

adalah wajib.

Pada setiap dilakukan pemanjatan , dokter dan para medis yang berpengalaman dan berperalatan

lengkap harus selalu berada di atau sangat dekat dengan daerah kompetisi agar dapat

memberikan pertolongan dengan cepat jika ada cidera atau keperluan medis.

b. Minimal ruang medis disediakan dan dilengkapi dapat menangani sakit dan cidera ringan.

c. Perencanaan dan persiapan harus dibuat dan dites secara praktis untuk memastikan bahwa setiap

kecelakaan serius pada atlit , offisial, penonton dan/atau orang lain akan ditangani dengan cara

yang professional dan efisien.

4.5. PENYEDIAAN PERSONIL ASISTEN KOMPETISI

a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara minimal menyediakan

Personil sebagai berikut:

Profesi/Jabatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota

Asisten Teknis Kompetisi

1. Belayer 10 6 4

2. Asisten Belayer 4 2 2

3. Pencatat Waktu 6 4 3

4. Routesetters 4 3 2

5. Pengolah Data (Data Entry) 4 2 1

6. Juru Kamera Video/Handycam 5 3 2

7. Penjaga Zona Isolasi 3 2 2

8. Pembersih Jalur (Route Cleaner) 3 2 2

9. Pendamping Ruang Transit 4 2 2

Asisten Non Teknis Kompetisi

1. Maintenance Konstruksi dinding panjat 4 3 2

2. Pembawa Acara (MC) 3 2 2

3. Safety Emergency Manager 1 1 1

4. Penerima Tamu (Reception) 4 3 2

5. Dokter 1 1 1

6. Paramedic 2 2 2

7. Soundman operator 1 1 1

8. Electrical Mechanical 1 1 1

b. Penyediaan seluruh personill dimaksud merupakan tanggung jawab Penyelenggara dan wajib

disiapkan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum acara pembukaan. Delegasi FPTI berkewajiban

memastikan hal tersebut, dan Delegasi FPTI berwenang untuk menund a pelaksanaan kompetisi

sampai dengan seluruh personil dimaksud dapat disediakan oleh Penyelenggara.

c. Untuk memperjelas peran dan fungsi masing-masing pihak yang terlibat dalam kompetisi dapat

dilihat Struktur Organisasi Kompetisi pada Lampiran 24.

Page 38: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

30 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

5. PERATURAN UMUM KOMPETISI

5.1 KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI

a. FPTI mempertandingkan kategori kompetisi sebagai berikut:

i. Lead: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara merintis (leading), atlit

diamankan (di-belay) dari bawah, setiap titik pengaman (quickdraw) dikaitkan secara

berurutan, sesuai dengan peraturan, dan ketinggian yang dicapai (atau, dalam kasus gerakan

pemanjatan menyamping -traverse) atau horisontal dari satu tempat ketempat lain atau (roof

section), jarak yang paling lebar yang dapat ditempuh antara sumbu jalur menentukan

peringkat atlit pada satu babak.

ii. Boulders : merupakan kompetisi yang terdiri dari sejumlah boulder problem. Setiap

pemanjatan pada boulder problem dilakukan secara solo (solo climbing) dan diamankan

dengan matras landasan jatuh. Jumlah Keseluruhan nilai yang diraih oleh atlit pada tiap

boulder problem , dan jumlah Usaha yang digunakan untuk mencapai titik tertentu (tumpuan

bonus atau tumpuan top) menentukan peringkat atlit .

iii. Speed: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan top-rope, atlit di-belay

dari bawah. Waktu yang ditempuh seorang atlit dalam menyelesaikan jalur menentukan

peringkat atlit dalam suatu babak kompetisi.

iv. Speed Estafet: kompetisi kategori speed yang terdiri dari 4 (empat) jalur speed untuk setiap

regu dan dipertandingkan secara estafet dengan 4 (empat) orang atlit setiap regu berhadapan

dengan regu yang lain. Waktu yang ditempuh oleh suatu regu akan menentukan peringkat

masing-masing regu.

v. Multipitch: adalah kompetisi kategori Lead yang dilakukan oleh dua orang atlit yang

bekerjasama dalam menyelesaikan suatu jalur pemanjatan. Jalur pemanjatan dibagi menjadi 2

(dua) pitch dan dalam melakukan pemanjatan kedua atlit saling membantu dan bergantian

untuk menjadi leader dan belayer.

b. Pada setiap katagori kompetisi harus dipertandingkan nomor putra dan putri, tidak

direkomendasikan kejuaraan yang hanya ditujukan bagi putra saja atau putri saja.

c. Nomor Kompetisi.

Pada suatu kejuaraan dapat dipertandingkan nomor:

i. Perorangan.

ii. Non-Perorangan

d. Perorangan sudah cukup jelas

e. Nomor Kompetisi Non-Perorangan

i. Nomor beregu Kategori

a) Lead

b) Speed Format – A

c) Boulders

ii. Nomor Beregu Campuran

a) Lead

b) Speed

c) Boulders

iii. Nomor Beregu Estafet

a) Speed

iv. Nomor Beregu Estafet Campuran

a) Speed

v. Nomor Beregu Multipitch

vi. Nomor Beregu Multipitch Campuran

f. Nomor Beregu terdiri dari beregu putra dan beregu putri

g. Suatu nomor kompetisi beregu hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling

sedikit 6 (enam) regu.

Page 39: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

31 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

5.2 KESELAMATAN/SAFETY

a. Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh untuk menjaga

dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona transit, zona kompetisi, area publik

dan pada semua aktivitas lain yang terkait dengan jalannya kompetisi.

b. Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh

dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan keselamatan diseluruh area kompetisi,

termasuk menolak untuk memberi ijin untuk memulai atau melanjutkan suatu babak dalam

kompetis i.

c. Ofisial Kompetisi atau atau personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur

keselamatan, atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat

dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.

d. Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying

(penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai wewenang untuk

memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi berlangsung. Jika seorang belayer

telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada

kompetisi tersebut.

e. Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh pra-sarana dan

sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan layak digunakan dalam

kompetisi.

f. Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap jalur pemanjatan

atau boulder problem harus dirancang untuk menghindari kemungkinan jatuhnya atlit :

i. Dapat mencederai atlit .

ii. Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.

g. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur atau boulder

problem sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa standar keselamatan

telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus

memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur keselamatan sesuai dengan standar UIAA

dan peraturan FPTI.

h. Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar UIA A atau

peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI, atau terdapat keadaan luar

biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi

pada kategori Lead dan Speed harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi

standar UIAA yang disediakan penyelenggara.

Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan oleh Category Judge.

i. Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur pemanjatan :

i. Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi dengan

quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang atlit dapat

mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan titik pengamanan

(protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon Rapide (MR) 10 mm, dimana

kunci pengamannya dapat ditutup dan dikencangkan sesuai dengan spesifikasi .

ii. Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus menggunakan satu

quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan quickdraw yang lebih pendek.

§ Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih menggunakan

screw-gate karabiner atau non screw -gate karabiner untuk memperoleh satu

quickdraw yang lebih panjang.

§ Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan cara

mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.

j. Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa tenaga medis

dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan respon yang cepat jika terjadi

kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.

k. Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi, karena berbagai

sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki kewenangan untuk meminta

pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter yang akan melakukan tes fisik yang diakui,

Page 40: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

32 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

sebagai berikut:

• Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scotch-trush

berturut-turut.

• Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) Push-up berturut-turut.

Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan tidak layak untuk mengikuti

kompetisi, maka Jury President dapat melarang atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi.

Namun jika pada babak ber ikutnya terbukti si-atlit tersebut telah pulih, maka ia bisa meminta

kembali untuk menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.

l. Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada kompetisi

Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder problem dengan melalui sebuah tangga.

5.3 PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN

a. Kecelakaan adalah terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan yang menyebabkan cedera badan

atau kerugian lain selama berlangsungnya Kejuaraan/kompetisi. Kecelakaan dapat terjadi karena

salah satu faktor berikut:

kesalahan manusia, kegagalan peralatan, atau kejadian diluar kekuasaan manusia (force majeure).

b. Sebelum suatu kecelakaan terjadi.

i. Penyelenggara wajib menyediakan personil yang mempunyai kemampuan memadai dalam

mengelola kecelakaan.

ii. Penyelenggara wajib menjalin kerjasama dengan klinik atau rumah sakit terdekat sebelum

kompetisi dimulai sebagai antisipasi terhadap kecelakaan yang akan membutuhkan

penanganan lebih lanjut.

c. Setelah kecelakaan terjadi.

i. Jika terjadi kecelakaan yang mengharuskan korban dipindahkan ke rumah sakit menggunakan

ambulans, harus dipastikan bahwa ambulans dan tenaga medis pengganti berada di arena

kompetisi pada saat kejuaraan/kompetisi sedang berlangsung.

ii. Penyelenggara wajib melakukan berbagai langkah yang perlu dalam menangani kecelakaan.

iii. FPTI dapat melakukan penelitian terhadap kecelakaan yang terjadi dan memberikan sanksi

kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kecelakaan dimaksud.

5.4 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI

a. Pengundian dilakukan untuk berbagai keperluan dalam suatu kompetisi.

b. Tidak diijinkan melakukan protes terhadap proses pengundian dan hasil undian yang telah

dilakukan.

c. Penggunaan prosedur pengundian merupakan kewenangan dari Jury President.

d. Proses pengundian dilakukan oleh Jury President atau Category Judge yang bertanggung jawab

pada kejuaraan/kompetisi atau suatu babak kompetisi yang sedang dilaksanakan.

e. Peserta undian dapat merupakan atlit atau regu. Peserta undian harus menguasakan pelaksanaan

undian kepada manajer tim.

f. Pemilihan prosedur pengundian ditentukan berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pengundian :

i. Jika peserta undian adalah 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan sekeping

Mata uang logam, yaitu dengan cara sebagai berikut:

a) Pengundi (Jury President atau Category Judge) menentukan masing-masing satu sisi mata

uang untuk setiap peserta yang terlibat pengundian. Pengundi dan kedua peserta wajib

mengingat hal ini.

b) Disaksikan kedua peserta, Pengundi akan menempatkan sekeping mata uang logam

diantara kuku ibu-jari dan telunjuk-yang dilingkarkan, dimana salah satu sisi mata uang

menghadap ke langit. Perlu diperhatikan bahwa penempatan ini harus dilakukan secara

random, peserta undian tidak diijinkan mengatur penempatan ini.

c) Pengundi menyentil mata uang tersebut ke atas langit, dan membiarkannya jatuh ke tanah

atau lantai.

d) Pengundi dan peserta yang terlibat undian melihat sisi mata uang yang menghadap ke

langit, berdasarkan hasil ini dapat ditentukan siapa yang memenangkan undian.

Page 41: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

33 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

ii. Jika peserta undian lebih dari 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan kertas

tergulung, yaitu dengan cara sebagai berikut :

a) Pengundi membuat gulungan kertas yang berukuran dan berwarna sama. Jumlah gulungan

kertas adalah sesuai dengan jumlah peserta undian. Setiap gulungan kertas diberi nomor

terurut.

b) Kemudian kertas bernomor yang telah tergulung dimasukkan kedalam wadah.

c) Masing-masing peserta mengambil kertas tergulung tersebut. Peserta dengan abjad awal

namanya mengambil gulungan kertas lebih dulu. Tidak boleh ada kertas gulungan tersisa

setelah semua peserta mengambil bagiannya. Setelah membuka gulungan kertas dan

membaca angka yang tertera, sebagai bukti peserta undian wajib menandatangani

gulungan kertas tersebut .

d) Pemenang dari undian ditentukan berdasarkan urutan nomor yang diperoleh oleh setiap

peserta undian. Nomor yang paling kecil adalah pemenang undian.

5.5 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING)

a. Technical meeting wajib dilaksanakan oleh penyelenggara. Untuk itu harus disediakan minimal

ruang dengan penerangan memadai untuk menampung seluruh jumlah Tim Ofisial semua peserta

kejuaraan/kompetisi, peralatan pengeras suara, papan tulis dan alat tulisnya, dan konsumsi untuk

pimpinan Technical Meeting dan pendampingnya. Konsumsi untuk peserta selama Technical

Meeting bukan menjadi tanggung jawab penyelenggara.

b. Technical Meeting harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat 12 (dua belas) jam sebelum

kejuaraan/kompetisi di buka. Tanggal dan waktu pelaksanaan Technical Meeting wajib

diinformasikan kepada seluruh calon peserta kejuaraan/kompetisi. Pelaksanaan Technical Meeting

dilakukan tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) jam.

c. Technical Meeting dibuka secara resmi oleh penyelenggara, selanjutnya Jury President harus

memimpin pelaksanaan Technical Meeting didampingi oleh Category Judge dan Chief Routesetter.

Sebelum technical meeting dimulai Penyelenggara dapat melakukan heregistrasi akhir kepada

seluruh atlit peserta.

d. Seluruh Manajer Tim atau atlit yang tidak mempunyai manajer tim wajib mengikuti Technical

Meeting. Jury President berwenang mendiskualifikasi atlit atau atlit yang tim Manjernya tidak

mengikuti technical meeting.

e. Selain Manajer tim atau atlit yang tidak memiliki manajer tim tidak diijinkan mengikuti Technical

Meeting.

f. Materi dalam Technical Meeting adalah :

i. Penjelasan umum tentang permasalahan teknis kompetisi dan kategori yang dipertandingkan.

Pendistribusian jadwal kompetisi, Denah lay out Kompetisi, dan daftar Ofisial Kompetisi yang akan

bertugas.

ii. Penjelasan alokasi hadiah untuk setiap nomor Kompetisi.

iii. Pendistribusian daftar atlit yang akan berkompetisi dan kategori kompetisi yang akan diikuti

oleh masing-masing atlit . Jury President wajib menandatangani daftar tersebut, perubahan

nama dan kategori kompetisi tidak diijinkan setelah daftar tersebut ditanda tangani.

iv. Perubahan nama dan Kategori setelah daftar resmi ditandatangani oleh Jury President, akan

dikenakan biaya perubahan yang besarnya akan ditentukan oleh Jury President.

v. Pengundian urutan pemanjatan untuk nomor-nomor kompetisi yang akan dilaksanakan setelah

upacara pembukaan. Demi alasan teknis, Jury President berhak melakukan proses pengundian

urutan pemanjatan tanpa melibatkan peserta Technuical Meeting. Urutan pemanjatan hasil

pengundian wajib ditempel pada tempat pengumuman yang elah ditentukan.

vi. Hal-hal lain yang menurut Jury President perlu untuk diketahui oleh semu peserta

kejuaraan/kompetisi.

Page 42: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

34 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

6. PERATURAN KOMPETISI LEAD

6.1 PENDAHULUAN

a. Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.

b. Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding panjat

buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk masing-masing jalur,

tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan dibuatnya jalur-jalur dengan panjang

minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima,

hanya untuk bagian-bagian tertentu pada dinding.

c. Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah. Kecuali

untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat dilakukan secara top-rope.

d. Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara:

i. On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode tertentu.

ii. Flash: setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau setelah melihat

pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.

iii. After work: setelah dilakukan pemanjatan percobaan pada suatu jalur yang selesai dibuat.

e. Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan

peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman telah dikaitkan dengan

karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan yang benar dari posisi yang sah.

f. Kompetisi Kategori Lead terdiri dari:

i. Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang identik atau dua

jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang tidak identik , jalaur-jalur tesebut

haruslah mempunyai grade dan karakter yang sama.

ii. Semi final, final, dan jika diperlukan babak super final, yang harus dilakukan pada satu jalur

pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang lain akan digunakan dan akan

ditetapkan oleh FPTI.

6.2 OBSERVASI JALUR

a. Sesuai dengan Peraturan Umum, atlit atau (sebagai satu group) diijinkan untuk melakukan

observasi jalur pemanjatan on-sight yang akan dipanjatnya.

b. Waktu observasi jalur ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief

Routestter dan tidak lebih dari 6 (enam) menit untuk setiap jalur pemanjatan. Jika jalur

pemanjatan cukup panjang, waktu observasi dapat lebih dari 6 (enam) menit.

c. Pada kasus Super Final, Jury President dapat memutuskan meniadakan waktu observasi jalur.

d. Atlit diijinkan/diperbolehkan menyentuh pegangan (hold) pertama, tanpa kedua kaki

meninggalkan/beranjak dari dasar atau lantai.

e. Setelah waktu observasi jalur berakhir, atlit harus segera kembali ke zona isolasi. Setiap

keterlambatan melaksanakan instruksi ini dapat membuat atlit menerima peringatan (ditandai

dengan pemberian kartu kuning), keterlambatan lebih lanjut dapat menyebabkan atlit

didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian kartu merah) dari kompetisi sesuai dengan Prosedur

Kedisiplinan dalam Kompetisi.

6.3 PERCOBAAN PEMANJATAN

a. Jika percobaan jalur pemanjatan merupakan bagian dari kompetisi, Jury President setelah

berkonsultasi dengan Chief Routesetter( kepala pembuat jalur) akan menentukan jadwal

pemanjatan, prosedur pemanjatan, dan berapa lama periode percobaan jalur untuk setiap atlit .

6.4 BELAYING DAN KESELAMATAN

a. Tali yang digunakan untuk memanjat harus dikontrol oleh 2 (dua) orang belayer. Selama atlit

melakukan pemanjatan Belayer harus benar-benar memperhatikan gerakan dari atlit

selama proses pemanjatan untuk memastikan bahwa:

i. Gerakan atlit tidak terbantu/terhalangi oleh regangan tali yang terlalu tegang.

Page 43: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

35 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

ii. Ketika atlit berusaha mengaitkan tali dengan protection point (titik pengaman) dia tidak

terhalang atau terbantu sedemikian rupa, jika atlit gagal dalam mengaitkan tali ke protection

point, maka belayer harus mengendorkan regangan tali ( slack) dengan segera.

iii. Jika atlit terjatuh harus segera dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.

iv. Kemungkinan jatuh yang berlebihan tidak terjadi pada atlit yang sedang di-belay .

v. Perhatian yang lebih besar harus diberikan untuk menjamin bahwa jatuhnya atlit tidak akan

menimbulkan cedera yang disebabkan karena pinggir atau features (kontur) serta bagian lain

dari dinding panjat.

b. Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan persetujuan Jury

President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah terpasang pada protection point

(pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan, rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa

dengan memperhitungkan keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut.

c. Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan:

i. Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai peralatan

pemanjatan.

ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ”figure

of eight”.

iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa apakah

perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah diikatkan ke harness atlit

sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup kencang.

iv. Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastika bahwa gulungan tali telah diurai

sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan baik selama proses pemanjatan.

v. Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat memutuskan apakah

belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal jalur pemanjatan untuk memberikan

pengamanan tambahan pada atlit di bagian bawah jalur pemanjatan.

d. Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses pemanjatan. Setiap

usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai bantuan tambahan atau halangan

terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden teknis oleh Category Judge.

e. Setelah dapat menghubungkan tali dengan protecion point (quickdraw) yang terakhir atau setelah

atlit terjatuh, atlit harus diturunkan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak

akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.

f. Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah secepat

mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman (quickdraw). Menjadi

tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar dari daerah pemanjatan secepat

mungkin.

6.5 PROSEDUR PEMANJATAN

a. Setiap jalur pemanjatan harus dialokasikan waktu untuk setiap atlit melakukan pemanjatan.

Waktu ini harus juga termasuk waktu persiapan selama 40 (empat puluh) detik sebagai persiapan

akhir di depan jalur pemanjatan, sesuai dengan pasal 4.5.2 dibawah ini. Periode waktu

pemanjatan ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan

diinformasikan kepada atlit pada saat pengarahan teknis (technical briefing) di zona isolasi

sebelum pengamatan jalur atau ditulis pada daftar urutan urutan pemnajatan (starting list) yang

ditempel di zona isolasi.

b. Pada saat masuk zona kompetisi di depan dinding panjat, atlit diminta untuk segera melewati

garis start. Pada saat tersebut, Category Judge akan memulai menghitung waktu yang diambil

oleh atlit dalam menyelesaikan pemanjatan. Setiap atlit diperbolehkan selama 40 detik pertama

untuk melakukan pemanasan, 40 detik ini merupakan bagian dari seluruh waktu pemanjatan yang

telah ditentukan. Jika atlit tidak melakukan pemanjatan setelah berakhir detik ke- 40, atlit akan

diperintahkan dengan segera melakukan pemanjatan. Pelanggaran atas perintah akan

menyebabkan akan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.

c. Pemanjatan yang dilakukan dianggap telah dimulai jika kedua ujung kaki atlit telah meninggalkan

dasar (lantai atau tanah).

Page 44: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

36 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

d. Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan pemanjatan mengenai

waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge segera menginformasikan waktu yang

masih tersisa. Category Judge tanpa diminta akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu

masih tersisa 60 (enam puluh) detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan

menghentikan pemanjatan dan prosedur penilaian akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi

perintah dari Category Judge untuk menghentikan p emanjatan akan menyebabkan terkena

Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.

e. Selama pemanjatan dilakukan:

i. Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus dikaitkan sebelum

bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan karabiner terbawah dari quickdraw (dalam

hal jalur menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati quickdraw

yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh pembuat jalur). Setiap

pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang sedang dilakukan dihentikan

dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal 4.6 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh

atlit atas instruksi Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan atlit

mendapat peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning) sesuai Prosedur Kedisiplinan

dalam Kompetisi.

ii. Dalam hal-hal khusus (untuk tujuan keselamatan) Jury President mempunyai wewenang untuk

membuat aturan tambahan pada pasal 4.5.5 (a) untuk jalur pemanjatan tertentu. Dalam kasus

ini posisi terakhir yang benar untuk mengaitkan adalah point (hold) terakhir dimana atlit dapat

mengaitkan tanpa memanjat turun (climb down) atau memanjat balik (back climb).

iii. Ketika atlit mengaitkan tali ke quickdraw sesuai dengan pasal 4.5.5 (a) tapi terjadi kesalahan

teknis (technical error) pada tali yang dikaitkan, atlit diijinkan untuk mengaitkan quickdraw

` berikutnya secara berurutan kemudian melepaskan kaitan pada quickdraw yang mengalami

kesalahan teknis dan mengaitkan ulang (jika perlu dengan pemanjatan menurun). Pada

akhirnya semua titik pengaman harus dikaitkan secara berurutan.

d. Category Judge dapat memerintahkan pemanjatan dihentikan dan mengukur ketinggian

maksimum (jarak maksimum, dalam hal jalur pemanjatan menyamping atau roof) jika ia

menganggap bahwa pemanjatan selanjutnya akan membahayakan keselamatan atlit .

f. Tumpuan-tumpuan (pegangan atau pijakan) pada jalur harus selalu dibersihkan secara teratur

dengan metode yang diputuskan oleh Category Judge setelah berkonsultasi dengan Chief

Routesetter sebelum suatu babak dimulai. Sangat dianjurkan jalur pemanjatan dibersihkan setiap

maksimum 20 atlit telah melakukan pemanjatan. Periode pembersihan harus diumumkan kepada

atlit selama mengikuti technical meeting tentang observasi suatu jalur dan/atau dican tumkan

pada daftar urutan pemanjatan (starting list) di zona isolasi.

6.6 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI

a. Setelah babak kompetisi berakhir, semua atlit atau regu akan di peringkat berdasarkan tumpuan

tertinggi yang dipegang atau disentuh sesuai dengan pasal 4.7.3 diatas.

b. Dalam hal terdapat peringkat sama, perhitungan mundur akan digunakan, yaitu hasil babak

sebelumnya dipakai untuk memisahkan peringkat yang sama ini. Jika masih sama, babak

sebelumnya akan digunakan. Proses prosedur ini tidak digunakan jika atlit tidak menggunakan

jalur yang sama pada suatu babak.

c. Jury President boleh memutuskan bahwa Bagian 4.8.2 dapat ditangguhkan dan prosedur hitung

mundur (countback) tidak boleh digunakan untuk menentukan peringkat pada akhir babak final.

Keputusan ini harus diinformasikan.

d. Jika tidak dinyatakan lain dalam format kompetisi, jika suatu babak kualifikasi mengharuskan para

atlit dibagi menjadi dua atau lebih jalur yang tidak sama tapi mempunyai tingkat kesulitan yang

sama, para atlit yang tidak berhak ke babak selanjutnya, peringkat akhir akan ditentukan

berdasarkan akumulasi nilai yang diperolehnya dari peringkat pada jalur-jalur tersebut.

e. Jika prosedur hitung mundur digunakan terdapat peringkat sama untuk tempat pertama setelah

Page 45: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

37 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

akhir babak final, super final akan dilakukan. Jika peringkat sama masih tetap terjadi setelah super

final, jika tetap diperoleh hasil yang sama, maka peringkat ditentukan berdasarkan catatan yang

ditempuh, atlit yang mempunyai catatan waktu lebih baik mempunyai peringkat lebih baik.

6.7 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI

a. Pasal ini harus dibaca bersamaan dengan pasal 4.8 diatas yaitu prosedur Peringkat Setiap Babak

Kompetisi harus diselesaikan dulu sebelum pasal 4.9 ini diterapkan.

b. Jika terdapat kekurangan jumlah atlit atau regu yang dapat menyelesaikan jalur pada babak

sebelumnya, sisa tempat dari kuota yang telah ditentukan akan diisi oleh peringkat terbaik

berikutnya.

c. Kuota pasti atlit kualifikasi untuk babak semi final dan final adalah 26 (dua puluh enam) dan 8

(delapan) atlit.

d. Jika kuota pasti untuk semi final dan final berlebih setelah prosedur hitung mundur digunakan,

jumlah terbanyak dari atlit atau regu akan mengikuti babak selanjutnya dalam kompetisi.

e. Jika terdapat dua kelompok dalam babak kualifikasi, kuota tetap untuk babak selanjutnya harus

dibagi sama untuk kedua group tersebut.

Page 46: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

38 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

7. PERATURAN KOMPETISI MULTIPITCH (Lead Berantai)

7.1 UMUM.

a. Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi

b. Multipitch adalah merupakan kategori yang merupakan bagian dari kategori lead dan mengadopsi

sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang

dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan

waktu dan prosedur yang telah ditentukan.

c. Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20 (dua puluh)

meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi standar untuk digunakan

kategori kompetisi ini.

d. Kategori Multipitch terdiri dari:

i. Beregu putra dan putri

ii. Beregu Campuran

e. Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang

mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.

f. Kategori multipitch terdiri dari 2 (dua) babak :

i. Babak semi final

ii. Babak final, dan jika diperlukan akan diadakan babak super-final.

7.2 KESELAMATAN DAN BELAYING

a. Titik pengamanan (protection point) pada Pitch 1 (P1) disediakan 3 buah hanger. dan pada Pitch 2

(P2) disediakan 4 buah hanger.

i. Posisi protection point (hanger) harus sejajar.

ii. Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock.

iii. Pada masing-masing Pitch sudah ditentukan posisi dari Czwtail, simpul Clove Hitch (pangkal)

dan figure of eight knot.

iv. Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.

b. Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan sumbu jalur pemanjatan.

c. Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailom Rapide (MR) 10mm.

d. Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan.

e. Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah Stich Plate atau ATC .

7.3 PROSEDUR PEMANJATAN

a. Sebelum melewati garis Start, kedua pemanjat telah mengaitkan kedua ujung tali ke Harnest

masing–masing dengan simpul figure of eight sebelum melakukan pemanjatan.

b. Waktu pemanjatan dihitung ketika pemanjat telah melewati garis Start.

c. Pemanjat pertama (C1), melakukan pemanjatan secara sepengamatan (on-sight) menuju Pitch

(P1) di belay oleh Pemanjat kedua (C2) dengan System Body Belay

d. Pemanjat pertama mengaitkan tali ke quickdraw (runner) yang sudah terpasang, secara berurutan

sampai di Pitch 1 (P1).

e. Pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di Pitch 1 (P1), apabila telah memasang

pengaman dengan urutan sebagai berikut:

i. Mengaitkan tali pemanjatan ke quickdraw (runner) yang di tandai Khusus, memasang Cowtail

pada hanger yang telah di tandai.

ii. Memasang Pengaman untuk melakukan Hanging Belay dengan menggunakan simpul Clove

Hitch pada pengaman (protection point)/hanger, dan simpul tersebut diupayakan sedekat

mungkin dengan harness.

iii. Selanjutnya pemanjat tersebut memasang simpul 8 yang akan dihubungkan pada pengaman

(protection point) terakhir.

iv. Pemanjat kedua (C2) dapat membuka belay device setelah mendapat bendera kuning dari Juri

Page 47: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

39 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

kemudianpemanjat pertama (C1) menarik tali sisa dan menjulurkan ke bawah.

v. Pada proses pemasangan ( point e.1 s/d point e.5 ) pada P1 atau P2 Atlit tidak diperkenankan

menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.

f. Pemanjat pertama menyiapkan peralatan belaying untuk pemanjat kedua (C2) dengan system

Hanging Body Belay.

g. Pemanjat kedua (C2) melakukan pemanjatan setelah mendapat tanda dari juri yang berupa

bendera berwarna hijau, dengan melepaskan tali dari quickdraw (runner) secara berurutan, dan

melanjutkan pemanjatan sampai Pitch 2 (P2) atau TOP.

h. Pemanjat kedua (C2) melakukan prosedur pengamanan yang sama seperti yang dilakukan

pemanjat pertama (C1) pada Pitch 1 (P1) sesuai dengan point e.1 s/d point e.5.

i. Pemanjat kedua (C2) menyiapkan belaying untuk pemanjat pertama (C1) untuk mencapai Pitch 2

(P2) atau TOP.

j. Pemanjat pertama (C1) dapat membuka belay device setelah mendapat tanda dari Juri berupa

bendera kuning, dan pemanjat kedua dapat menarik tali pemanjatan dan menjulurkannya

kebawah.

k. Pemanjat pertama (C1) dapat membuka semua pengaman di Pitch 1 (P1) setelah mendapat tanda

dari Juri berupa bendera hijau dengan urutan terbalik pada saat pemasangan pengaman,

kemudian melakukan pemanjatan menuju Pitch 2 (TOP) dengan melepas tali dari quickdraw

(runner) secara berurutan. Pada proses membuka pengaman pada P1 Atlit tidak diperkenankan

menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.

l. Pemanjat Pertama (C1) dinyatakan telah sampai di pitch 2 (TOP) apabila telah memasang

pengaman dengan urutan sebagai berikut:

i. Memegang tumpuan terakhir,

ii. Memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai.

iii. Selanjutnya pemanjat pertama (C1) memegang tanda/Bel sebagai tanda akhir pemanjatan.

iv. Prosedur diatas dilakukan tanpa melepas runner top di P2.

m. Pemanjatan dinyatakan selesai dan kedua pemanjat diturunkan melalui fixrope oleh petugas.

7.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI.

a. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit.

b. Untuk nomor beregu Campuran, terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri.

c. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori Multipitch lebih dari atau sama dengan 8

(delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2 (dua) babak, yaitu semi-final

dan babak final.

7.5 PROSEDUR PENILAIAN

a. Nilai Max 2 Top.

Jika Pemanjat pertam a (C1) telah melakukan pemanjatan sesuai dengan aturan dan memegang

Tumpuan terakhir, kemudian memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah

ditandai, dan memegang tanda/Bel sebagai tanda akhir pemanjatan.

b. Top 1 + Nilai.

Jika Pemanjat kedua (C2) m elakukan prosedur pengamanan pada Picth 2 yang sama seperti yang

dilakukan pemanjat pertama di Pitch 1. dan pemanjat pertama (C1) tidak sampai picth 2(P2)

c. Pitch 1 + Nilai.

Jika pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di Pitch 1 (P1), dan sudah memasang

pengaman sesuai dengan prosedur. Selanjutnya Pemanjat Kedua (C2) telah memulai pemanjatan

dan tidak sampai di Pitch 2(P2)

d. Min Nilai Pemanjatan.

Jika Pemanjat pertama (C1) jatuh dan tidak sampai ke Pitch 1(P!)

Page 48: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

40 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

7.6 PERINGKAT SETIAP BABAK.

a. Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang diperoleh kedua atlit

pada setiap babak.

b. Regu dengan akumulasi nilai tertingi menempati peringkat tertinggi.

c. Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu yang mempunyai

nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama.

d. Jika nilai sama terjadi pada babak final terdapat lebih dari satu regu, maka penentuan peringkat

ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya.

e. Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak sebelumnya, maka

penentuan peringkat dilakukan babak Super final. Dan jika pada babak Super final masih

mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan melihat catatan

waktu terbaik.

7.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN

a. Jika salah satu pemanjat terjatuh, maka pemanjatan dianggap selesai, dan dinilai berdasarkan

tumpuan (hold) yang terakhir di pegang.

b. Jika salah satu pemanjat melakukan kesalahan pada pembuatan dan penempatan simpul, akan

mendapatkan peringatan pertama. Dan jika melakukan kesalahan yang sama kedua kalinya (untuk

masing-masing pemanjat), maka pemanjatan tersebut akan diberhentikan.

c. Apabila gerakan yang dilakukan oleh belaying membantu pemanjat untuk menambah ketinggian,

maka Juri berhak memberhentikan pemanjatan yang dilakukan oleh suatu regu.

d. Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan atau belay device sebelum juri memberikan

tanda berupa bendera hijau, pemanjatan akan dihentikan.

e. Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan belay device tidak secara berurutan.

f. Apabila pemanjat melepas runners dengan tidak berurutan.

g. Untuk ketentuan penghentian pemanjatan lainnya mengikuti peraturan umum kategori Lead.

7.8 ATURAN TAMBAHAN

a. Tegangan tali diperbolehkan selama tidak membantu pemanjat menambah ketinggian.

b. Limit waktu pemanjatan ditentukan oleh Chief Routte dan di umumkan oleh Jury President.

c. Apabila pemanjat melakukan kesalahan memasang urutan pengaman pada Pitch 1 dan Pitch 2,

juri lintasan akan memberi peringatan dengan menyampaikan urutan yang benar.

Page 49: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

41 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Page 50: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

42 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

8. PERATURAN KOMPETISI BOULDERS

8.1 UMUM

a. Aturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan BAB 3, Aturan Umum Kompetisi.

b. Kompetisi Boulders terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek yang disebut boulder

problem. Semua boulder problem harus dipanjat tanpa tali pengaman. Jumlah tumpuan pada tiap

boulder problem harus paling banyak 12 (dua belas) dan jumlah rata-rata Pegangan untuk semua

boulder problem antara 4 (empat) dan 8 (delapan). dalam satu babak .

c. Seluruh boulder problem pada kompetisi boulders harus diamankan dengan matras landasan

jatuh. Menjadi tanggung jawab pembuat jalur untuk menentukan jumlah dan karakter dari boulder

problem sesuai dengan ukuran dan posisi matras, jika beberapa matras/landasan jatuh

digabungkan, maka harus ditutup sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan atlit jatuh

diantaranya.

d. Kompetisi Bouldersterdiri atas 3 (tiga) babak, yaitu babak kualifikasi , Semi-final dan babak final.

Jika terjadi hal diluar kekuasaan (forece majeur), jumlah babak dalam kompetisi dapat dikurangi

menjadi hanya 2 (dua) babak. Jika suatu babak dibatalkan, maka hasil dari babak sebelumnya

akan diperhitungkan sebagai nilai akhir untuk menentukan rangking atlit.

e. Babak semi-final dan final harus dilakukan pada hari yang sama. Harus ada jeda waktu minimal 2

(dua) jam antara akhir babak semi-final dan awal babak final. Ruang isolasi ditutup paling lambat

1 (satu) jam sebelum babak final dimulai.

f. Jumlah boulder problem dalam babak kualifikasi tidak kurang dari 6 (enam) dan tidak lebih dari 8

(delapan). Jumlah minimum dari boulder problem pada babak final harus berjumlah 4 (empat).

Jika terjadi hal diluar kekuasaan (forece majeur), jumlah boulders problem dapat dikurangi atas

kebijakan Jury President.

g. Demi alasan keselamatan, boulder problem harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian tubuh

atlit yang paling rendah harus tidak lebih tinggi dari 3 (tiga) meter di atas matras landasan jatuh.

h. Juga demi alasan keselamatan , boulder problem tidak dirancang untuk memungkinkan atlit

meloncat ke bawah (downward jumps).

i. Wasit pada setiap boulder problem terdiri dari seorang juri dan satu orang asisten, salah

satunya harus pemegang kualifikasi nasional.

j. Setiap boulder problem harus mempunyai posisi start yang sudah ditentukan dimana semua usaha

pemanjatan harus dimulai. Posisi untuk start ini setidaknya posisi yang tetap dan diberi tanda

untuk kedua tangan, serta posisi yang tetap dan ditandai untuk salah satu atau kedua kaki. Posisi

start ini harus ditandai dengan jelas, dan tanda tersebut harus dibuat sama untuk setiap boulder

problem. Warna yang digunakan harus berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai

tumpuan bonus serta pembatas yang dimaksud dalam pasal 3.2.4. Atas keputusan Chief

Routesetter, tumpuan start yang sudah ditentukan diberi label/tulisan kiri dan kanan.

k. Nilai bonus diberikan untuk penggunaan tumpuan tertentu pada boulder problem. Penempatan

tumpuan bonus ditentukan oleh Chief Routesetter. Tumpuan ini harus ditandai dengan jelas, dan

digunakan warna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai tumpuan start

dan finish (top). Nilai bonus akan diberikan kepada pemanjat yang dapat menyelesaikan

pemanjatan tanpa memegang point bonus.

l. Tumpuan akhir (top point) harus diberi tanda dengan warna yang sama dengan tumpuan start.

m. Pemanjatan boulder problem dinyatakan berhasi jika atlit berhasil memegang tumpuan akhir (top)

dengan kedua tangan dengan sempurna.

n. Tanda yang dimaksud dalam ayat 8.1. j, 8.1.k, dan 8.1. l. akan selalu sama selama

kejuaraan/kompetisi berlangsung. Suatu contoh penandaan yang digunakan harus ditempatkan

pada dinding pemanasan di Zona Isolasi.

o. Untuk menarik perhatian penonton, semua boulder problem harus dibuat sedemikian rupa.

Sehingga pada akhirnya empat boulder problem yang tersisa pada masing-masing babak

kualifikasi, dan semua boulder problem pada babak semi-final dan final harus disejajarkan

sedemikian rupa sehingga penonton dapat melihat dari berbagai jarak pada tempat pertandingan

terbuka.

Page 51: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

43 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

p. Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.

8.2 PROSEDUR PEMANJATAN

a. Pada babak kualifikasi dan semi-final, atlit melakukan pemanjatan pada beberapa boulder

problem dengan urutan yang telah ditentukan. Setelah menyelesaikan setiap boulder problem ,

atlit mendapat masa istirahat yang waktunya sama dengan waktu pemanjatan yang disebut waktu

rotasi (rotation period) yaitu 6 (enam) menit. Setiap boulder problem terdiri dari suatu daerah

yang ditandai dengan jelas agar atlit dapat melihat route dan termasuk matras landasan jatuh.

b. Pada setiap akhir waktu rotasi, atlit harus segera menghentikan pemanjatan dan masuk ketempat

istirahat (resting area). Tempat tersebut harus tidak memungkinkan atlit mengamati boulder

problem manapun. Atlit yang telah menyelesaikan waktu istirahatnya harus segera masuk ke

boulder problem selanjutnya bersamaan dengan terdengarnya tanda waktu rotasi.

c. Harus dipastikan bahwa atlit telah menandatangani Lembar Hasil Pemanjatan Boulders sesuai

lampiran 7 sebelum meniggalkan suatu boulder problem.

d. Pada babak final, setiap boulder problem harus dipanjat oleh semua atlit sesuai dengan urutan

start masing-masing sebelum melanjutkan ke boulder problem berikutnya.

e. Waktu rotasi untuk babak final adalah 6 (enam) menit. Jika sebelum 6 (enam) menit atlit telah

menyelesaikan pemanjatannya, atlit tersebut akan segera ke Zona isolasi terpisah dari atlit yang

belum menyelesaikan pemanjatan, dan atlit berikutnya segera melakukan pemanjatan pada

boulder problem tersebut. Fasilitas peman asan harus disediakan di ruang isolasi terpisah.

f. Jika semua atlit telah menyelesaikan boulder problem pertama pada babak final, mereka semua

bergerak menuju boulder problem kedua. Prosedur yang sama dilakukan untuk dua boulder

problem lainnya.

g. Suatu pemanjatan pada boulder problem dianggap telah mulai dilakukan ketika semua anggota

tubuh atlit telah meninggalkan matras landasan jatuh.

h. Awal dan akhir setiap waktu rotasi diumumkan dengan jelas dan tegas. Satu menit tersisa dari

waktu rotasi akan diinformasikan dengan tanda yang lain. Tanda yang dipakai akan disepakati

pada Technical Meeting dan akan diinformasikan kepada atlit sebelum suatu babak dimulai.

i. Semua tumpuan harus dibersihkan oleh juri atau asisten juri sebelum atlit memulai usaha

pemanjatan pertamanya pada suatu boulder problem. Atlit boleh meminta tumpuan untuk

dibersihkan sebelum melakukan pemanjatan pada boulder problem, pembersihan atas permintaan

atlit tidak mengubah kuota waktu pemanjatan yang dimilikinya. Sikat atau alat lainnya dapat

digunakan oleh atlit untuk membersihkan tumpuan yang dapat diraih dari lantai/dasar. Hanya

sikat atau bahan lain yang disediakan penyelenggara pada setiap boulder problem yang dapat

digunakan untuk tujuan tersebut.

j. Penggunaan bahan lain selain chalk (kapur) hanya dapat dilakukan bila mendapat ijin dari Jury

President.

8.3 PERINGKAT SETIAP BABAK

a. Setelah setiap babak kompetisi para atlit diberi peringkat berdasarkan kriteria berikut ini:

i. Jumlah total boulder problem yang berhasil diselesaikan (memegang tumpuan top).

ii. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) yang dilakukan untuk menyelesaikan boulder

problem (memegang tumpuan top).

iii. Jumlah total tumpuan bonus yang berhasil di pegang dengan sempurna.

iv. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) untuk memegang tumpuan bonus.

b. Jika terjadi peringkat sama, hasil dari babak sebelumnya diperhitungkan melalui cara perhitungan

mundur. Penghitungan mundur tidak dapat diterapkan jika atlit-atlit yang telah pemanjatan dibagi

menjadi 2 (dua) grup atau lebih.

Page 52: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

44 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

9. PERATURAN KOMPETISI SPEED

9.1 UMUM

a. Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Bagian 3,

Peraturan Umum.

b. Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak kualifikasi dan babak putaran final.

c. Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada:

i. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur) dan

tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Format A).

ii. 4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan dan tingkat

kesulitan (grade) yang identik (Format B).

iii. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta

grade yang tetap ( Format Rekor Dunia Speed).

iv. 8 (delapan) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur)

dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Speed Estafet).

d. Ketinggian yang direkomendasikan antara 12 – 20 meter dengan panjang overhang maksimal 5

meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih dari 1 meter.

9.2 JALUR PEMANJATAN

a. Jalur pemanjatan kategori speed untuk semua babak harus dibuat dengan tingkat kesulitan

(grade) yang hampir sama untuk semua jalur yang dipakai pada suatu babak kompetisi, tidak

dibenarkan jalur yang memiliki tingkat kesulitan yang jauh antara jalur satu dengan jalur lainnya

pada suatu babak kompetisi.

b. Jika babak kualifikasi dan babak putaran-final dilaksanakan:

i. Pada hari yang sama: jalur-jalur untuk kedua babak sama.

ii. Pada hari yang berbeda: jalur-jalur untuk masing-masing babak harus berbeda. Para atlit

akan diberitahu mengenai hal tersebut.

c. Ketinggian sebuah jalur antara 15 - 21 meter, dengan total overhang tidak lebih dari 5º (lima)

derajat. Apabila jalur mempunyai roof, panjang roof tidak lebih dari 1 meter.

d. Ketinggian dan konstruksi Jalur Rekor Dunia Speed, panjang lintasan 15 (lima belas) meter

dengan kemirirngan (overhang) 5º (lima) derajat. Ketentuan mengenai dimensi dan material

dinding panjat sesuai Peraturan Kompetisi Panjat Tebing pasal 3.2.

9.3 KESELAMATAN/SAFETY

a. Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah dengan body-

belay.

b. Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana masing-

masing protection point terdiri dari satu cincin kait terkunci (Screwgate Carabiner) ke titik

pengaman (protection point ) dengan quickdraw sling dan Maillon Rapide 10mm, yang sesuai

dengan spesifikasi pabrik.

c. Konstruksi Pengaman (protection point ) top-rope harus dipasang pada batang kontruksi besi yang

dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding panjat dengan pengamanan back up yang

memadai.

d. Posisi dari protection point terakhir harus diatas tombol finish (tombol alat pengatur tanda selesai

pemanjatan) pada suatu jalur.

e. Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu, menghalangi

maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu jalur.

f. Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan:

i. Simpul figure of eight atau,

ii. Dengan menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).

g. Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di bawah dinding

panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kejatuhan tumpuan (hold)

Page 53: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

45 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha

pemanjatan suatu jalur, belayer harus memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk

menjamin:

i. Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang terlalu ketat

atau yang terlalu longgar.

ii. Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.

iii. Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras.

iv. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya cedera karena

menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.

h. Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan, atau setelah terjatuh, atlit harus diturunkan ke

dasar/lantai. Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan

menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.

i. Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus disingkirkan

dari jalur pemanjatan.

j. Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa saling

mengganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur tidak tegak lurus,

maka harus dibuat dengan arah berlawanan.

9.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN

a. Penghitungan waktu pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan harus dilakukan dengan

menggunakan sistem mekanik-elektrik (electric timer device).

b. Jika menggunakan pencatatan waktu mekanik-elektrik (electric timer device). tombol yang

mengatur waktu harus mempunyai tingkat ketepatan 0,01 detik. Jika sistem pengatur waktu ini

mengalami kegagalan pada suatu pemanjatan, maka akan dinyatakan sebagai insiden teknis pada

kedua atau semua atlit yang ada di heat pemanjatan. Sistem penghitungan waktu manual tidak

akan digunakan dalam kasus ini.

c. Jika terpaksa menggunakan sistem penghitungan waktu secara manual, setiap jalur harus

dilengkapi dengan tombol yang dengan indikator lampu warna merah, dan signal yang dapat

didengar. Setiap jalur harus dicatat waktunya oleh wasit dan dua asisten, yang masing-masing

mengoperasikan stopwatch. Waktu yang ditempuh atlit ditentukan oleh Category Judge dengan

menghitung rata-rata dari ketiga stopwatch, dengan mengabaikan kesalahan pencatatan waktu

yang terjadi. Stopwatch yang digunakan memiliki tingkat akurasi 0,01 detik, dengan merk dan

spesifikasi harus sama.

9.5 PENGUMUMAN HASIL

a. Informasi mengenai peringkat dan catatan waktu pemanjatan untuk tiap atlit dalam setiap babak

kompetisi dapat ditunjukkan kepada penonton dan manajer, segera setelah pemanjatan selesai

setelah hasil diputuskan.

i. Dengan pengumuman elektronik (pada papan atau layar) atau,

ii. Dengan sebarkan informasi melalui poster atau papan tulis jika i. tidak tersedia.

b. Hasil keseluruhan pertandingan harus menunjukkan cacatan waktu yang ditempuh atlit pada

setiap jalur dan tiap babak.

c. Laporan hasil kompetisi pada setiap babak dan akhir kompetisi pada semua jalur dan babak

kompetisi sesuai format pada Lampiran 16 - Lampiran 19.

9.6 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT– FORMAT A

a. Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi merupakan kebalikan dari Peringkat Sirkuit Nasional

terbaru. Atlit yang tidak masuk peringkat nasional mendapat urutan awal pada babak kompetisi

dengan urutan acak sesuai Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Pasal 3.4.4.a.

b. Jika babak kualifikasi dan babak putaran final diadakan pada hari yang sama, maka jalur untuk

Page 54: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

46 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

kedua babak tersebut adalah sama. Jika babak kualifikasi dan babak final dilakukan pada hari yang

berbeda, maka jalur untuk tiap babak harus berbeda. Atlit harus diinformasikan mengenai hal

tersebut pada saat technical meeting.

c. Atlit melakukan pemanjatan pada jalur pertama. Apabila berhasil melakukan pemanjatan di jalur

pertama, maka dilanjutan memanjat pada jalur kedua.

d. Setiap atlit harus dirangking berdasarkan rata-rata waktu yang diperoleh dari kedua jalur yang

berhasil diselesaikan.

e. Jika atlit gagal menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan pada babak kualifikasi, maka atlit

tersebut tersisih dan menempati peringkat terakhir.

f. Jumlah atlit pada babak final adalah:

i. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi adalah 16 (enam belas) atlit atau

lebih, maka 16 jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 16 (enam belas)

atlit.

ii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari 16 (enam belas) atlit,

maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 8 (delapan) atlit .

iii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari (delapan) atlit, maka

jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 4 (empat) atlit .

iv. Jika jumlah atlit yang dapat menyelasaikan babak kualifikasi kurang dari 4 (empat) atlit,

maka babak kualifikasi akan diulang hingga mencapai jumlah atlit yang berhak mengikuti

babak final adalah 4 (empat) atlit.

Babak putaran -final terdiri dari: perdelapan final, perempat final, dan semi- final serta final.

g. Pemanjatan pada babak putaran-final dilakukan dengan menggunakan sistem gugur, yaitu

ditentukan dari total waktu yang ditempuh atlit pada kedua jalur p emanjatan.

h. Urutan pemanjatan pada babak final didasarkan pada rangking akhir babak kualifikasi, sebagai

berikut:

Skema 1: Jika babak final melibatkan 16 atlit

Heat

Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking

1 1 16

2 8 9

3 4 13

4 5 12

5 2 15

6 7 10

7 3 14

8 6 11

Skema 2: Jika babak final melibatkan 8 Atlit

Heat

Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking

1 1 8

2 4 5

3 2 7

4 3 6

Skema 3: Jika babak final melibatkan 8 Atlit

Heat

Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking

1 1 4

2 2 3

Page 55: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

47 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1 dibawah:

Gambar 1 : Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit

Gambar 1

Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit. (Huruf Roman tertulis

menunjukkan rangking akhir dari atlit).

i. Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak final:

Page 56: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

48 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

i. Jika seorang atlit dalam babak semi final atau final gagal untuk menyelesaikan salah satu

dari jalur pemanjatan, maka atlit tersebut gugur dan atlit lawannya dinyatakan sebagai

pemenang heat pemanjatan tersebut, apabila atlit lawannya dapat menyelesaikan kedua

jalur pemanjatan. Jika kedua atlit gagal untuk menyelesaikan salah satu jalur, maka heat

pemanjatan tersebut akan diulang untuk mendapatkan pemenang pada heat pemanjatan

tersebut.

ii. Heat pemanjatan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat harus tetap dilakukan dan

harus menghasilkan pemenang.

iii. Jika kedua atlit dalam heat pemanjatan final gagal untuk menyelesaikan jalur mereka,

maka heat pemanjatan harus diulang lagi sampai diperoleh pemenangnya.

j. Peringkat sama (Tied competitor):

i. Pada babak kualifikasi:

a) Jika terdapat dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama pada babak

kualifikasi untuk ranking terakhir yang berhak mengikuti babak putaran final, maka

semua atlit tersebut tidak berhak mengikuti babak putaran-final. dan mereka semua

diberi peringkat sama.

b) Jika dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama dalam babak kualifikasi,

tapi bukan pada peringkat terakhir, maka mereka akan dipisahkan secara acak untuk

menentukan peringkatnya dalam babak final, mereka harus dibagi secara acak untuk

penempatan urutan pemanjatan

ii. Pada Babak Putaran Final:

a) jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan babak

semi final dan final, pemenang akan ditentukan dengan melakukan heat pemanjatan

tambahan antara kedua atlit.

b) Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan selain

babak semi-final dan final, maka pemenang akan ditentukan dengan melihat hasil pada

heat pemanjatan sebelumnya pada babak final, atau hasil pemanjatan pada babak

kualifikasi untuk heat pertama dalam babak final.

k. Tentang jalur rekor akan ada penambahan setelah peraturan IFSC dikeluarkan.

9.7 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI

a. Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus melakukan

demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan yang ada.

b. Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama dengan

kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh. Hal ini akan diikuti

dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan, Waktu yang dipergunakan

untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6 (enam) menit, yang mana Jury

President. dapat menentukan berapa waktu observasinya.

c. Jika digunakan Format-B, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dapat

menentukan hanya satu jalur yang dilakukan demonstrasi pemanjatan.

d. Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau dengan tidak

meninggalkan dasar/lantai.

9.8 PROSEDUR PEMANJATAN

a. Pada saat diinstruksikan untuk memulai/start pemanjatan suatu jalur oleh Category Judge,

masing-masing atlit harus mengambil posisi start.

b. Posisi Start yang benar adalah satu kaki harus di dasar/lantai dan kaki lainnya pada (foothold yang

pertama), dan dengan satu atau kedua tangan pada tumpuan pertama (first handhold). Posisi

tangan tidak boleh melewati garis start, dan atlit tidak boleh melakukan gerakan apapun sebelum

Jury meneriakakan ’’Ya’’ atau tanda start yang lain.

c. Jika kedua atlit sudah pada posisi start, maka Category Judge akan berteriak ”Bersedia” . Kecuali

bila ada atlit yang belum siap, selanjutnya Category Judge akan mengatakan ”Siap” dan setelah

Page 57: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

49 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

jeda sebentar (short pause) (<2 detik) Category Judge akan memberikan aba-aba dengan singkat

(< 2detik) dan keras, tanda/signal untuk start yang jelas terdengar, atau meneriakkan ”Ya”. jika

penghitung waktu yang digunakan adalah manual. Semua instruksi lisan yang diberikan harus

diberikan dengan keras dan dapat didengar dengan jelas.

d. Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua atlit yang

akan melakukan pemanjatan.

e. Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan tidak ada

keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit untuk mendengar tanda

untuk start.

f. Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan pemanjatan kedua

atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan jelas terdengar. Atlit yang

melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan tersisih.

g. Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya dengan menekan

tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.

h. Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak kualifikasi, atlit

harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge memerintahkan mereka untuk

meninggalkan zona tersebut.

i. Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran-final sudah diselesaikan, harus diperhatikan

beberapa prosedur berikut:

i. Ketika Format A yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat pemanjatan berikutnya

harus menuju ke zona isolasi terpisah.

ii. Ketika Format B yang diterapkan, semua atlit yang dapat menyelesaikan jalur

pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.

9.9 INSIDEN TEKNIS

a . Insiden teknis dalam kompetisi speed didefinisikan sebagai:

i. Tumpuan (Hold) yang pecah atau berputar.

ii. Tali pemanjatan yang terlalu tegang, yang dapat membantu atau mengarahkan pemanjatan

seorang atlit.

iii. Kegagalan alat pengukur waktu (Electric Timer Device)

iv. Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair bagi seorang

atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.

b. Jika seorang atlit mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit

yang bersangkutan dapat mengulang pemanjatannya dengan segera setelah perbaikan selesai

dilakukan.

c. Jika seorang atlit mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam babak putaran- final

ketika Format A diterapkan, dan atlit menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit yang

menjadi lawan tersebut akan meneruskan untuk memanjat. Jika insiden teknis dinyatakan benar

terjadi, maka kedua atau semua atlit harus mengulang heat pemanjatan tersebut.

d. Atlit yang terkena insiden teknis harus menunggu di zona isolasi terpisah sampai perbaikan

dilakukan. Hal ini juga berlaku pada semua atlit pada babak kualifikasi speed Format A, yang telah

menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur yang tidak terjadi insiden teknis, dan pada atlit

yang tetap harus menyelesaikan usaha pemanjatan pada jalur pemanjatan lainnya.

e. Diberikan waktu jeda minimal 5 (lima) menit untuk atlit yang mengalami technical insiden.

Page 58: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

50 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

10. PERATURAN KOMPETISI SPEED - ESTAFET

10.1 UMUM

a. Speed Beregu – estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran.

b. Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.

c. Suatu nomor kompetisi Speed Estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah regu yang mendaftar

minimal 6 (enam) regu.

d. Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.

10.2 PROSEDUR PEMANJATAN SPEED ESTAFET

a. Kompetisi Speed-Estafet dilakukan pada 4 (empat) jalur untuk masing-masing regu:

i. Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing-masing sesuai dengan urutan

pemanjatan yang dibuat oleh manajer tim.

ii. Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera melakukan

pemanjatan setelah aba-aba start disampaikan. Jika terjadi kesalahan start pada atlit

pertama maka atlit yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang

diantara keduanya. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka akan didiskualifikasi.

iii. Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda akhir (finish) jalur pemanjatan, ditandai

dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke

2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan

pemanjatan di jalur kedua.

iv. Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan

indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2

dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan

pemanjatan di jalur ketiga.

v. Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan

indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2

dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit keempat mulai melakukan

pemanjatan di jalur keempat.

vi. Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu sebagai tanda

akhir dari pemanjatan beregu Speed-Estafet.

vii. Selanjutnya kedua regu akan bertukar tempat. Dan prosedur 10.2 a dilaksanakan lagi.

b. Suatu regu dinyatakan gugur apabila:

i. Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan sementara

atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya belum menyelesaikan pemanjatan (mencuri start

pada jalur berikutnya). Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan

mengangkat tangan.

ii. Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.

c. Jika terjadi insiden teknis pada salah satu regu,maka pemanjatan regu tersebut akan diulang

seluruhnya.

10.3 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI.

a. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.

b. Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri dari 2 (dua) atlit putra

dan 2 (dua) atlit putri

c. Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan, untuk estafet-campuran

atlit cadangan terdiri 1(satu) orang putra dan 1 (satu) orang putri.

d. Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh)

menit sebelum ruang isolasi nomor beregu- estafet dibuka.

e. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu-estafet terdiri dari 8 (delapan) regu

atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua) babak, yaitu Kualifikasi dan Putaran-

Final.

Page 59: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

51 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

10.4 PENILAIAN KOMPETISI SPEED ESTAFET

Penilaian nomor beregu Speed Estafet d itentukan sebagai berikut:

a. Babak Kualifikasi:

i. Penyususunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu yang diperoleh setiap regu yang

ditentukan oleh atlit keempat. Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur

pemanjatan, maka regu tersebut mendapat penalti tambahan waktu 150 detik untuk

pemanjat pertama, 100 detik untuk pemanjat kedua, 75 detik untuk pemanjat ketiga, 50

detik untuk pemanjat keempat.

ii. Jika terjadi peringkat sama, urutan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari

masing-masing anggota regu, regu yang memiliki atlit dengan catatan waktu terbaik berhak

atas peringkat yang lebih baik.

iii. Jika peringkat atlit tidak bisa dipisahkan dengan mekanisme a.ii, maka akan diadakan

kualifikasi ulang dengan hanya melibatkan satu pemanjat dari masing-masing regu. Regu

dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.

b. Babak Putaran-Final:

i. Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan bagan pada Bab 9 Gambar 1 (urutan

pemanjatan pada babak final lomba speed).

ii. Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan sistem gugur, yaitu:

a). Berdasarkan total waktu yang ditempuh semua atlit dari masing-masing regu pada

keempat jalur pemanjatan.

b). Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan kedua regu diulang sampai

pemisahan peringkat dapat dilakukan, maksimal 4 (empat) kali. jika sampai dengan

pemanjatan yang keempat nilai masih sama, maka penentuan pemenang akan

dilakukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masing-masing anggota regu,

regu yang memiliki anggota dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat

yang lebih baik.

c). Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu

tersebut dinyatakan gugur.

c. Penggantian Atlit:

i. Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan

yang telah didaftarkan.

ii. Apabila atlit yang bersangkutan diganti dikarenakan cedera atau sakit, harus dinyatakan

oleh dokter atau paramedis serta memiliki kualifikasi yang disediakan panitia.

iii. Selama putaran-final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian satu kali untuk

atlit putra dan satu kali untuk atlit putri

iv. Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.

Page 60: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

52 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

11. KOMPETISI PANJAT TEBING TINGKAT NASIONAL, PROVINSI, DAN

KABUPATEN/KOTA

11.1. PENGERTIAN

a. Kompetisi panjat tebing tingkat nasional adalah:

i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi

kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.

ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.

b. Kompetisi panjat tebing tingkat provinsi adalah:

i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi

kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Daerah FPTI.

ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di provinsi dimana kompetisi

tersebut diadakan.

c. Kompetisi panjat tebing tingkat kabupaten/kota adalah

i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi

kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Cabang FPTI.

ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di kabupaten/kota dimana kompetisi

tersebut diadakan.

d. Kompetisi panjat tebing dapat dilakukan untuk kelas:

i. Terbuka, adalah kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.

ii. Militer, adalah kompetisi yang hanya diikuti oleh atlit dari kalangan militer atau kepolisian.

iii. Kelompok Umur, adalah kompetisi yang diikuti atlit berdasarkan usia atlit yang terbagi

menjadi:

a). Spider Kid-C: 7 – 9 tahun.

b). Spider Kid-B: 10 – 11 tahun.

c). Spider Kid-A: 12 – 13 tahun.

d). Youth B: 14 – 15 tahun.

e). Youth A: 16 – 17 tahun.

f). Junior: 18 – 19 tahun.

iv. Pelajar, adalah kompetisi yang diikuti oleh siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

a) Sekolah Dasar (SD):

b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):

c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :

v. Untuk Pekan Olahraga Pelajar dan Pekan Seni dan Olahraga Pelajar akan dikelompokkan

sesuai Kelompok Umur, sebagai berikut:

a) Sekolah Dasar (SD):

i) Spider Kid – C: 7 – 9 Tahun

ii) Spider Kid – B: 10 – 12 Tahun

b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):

i) Spider Kid – A: 12 – 13 Tahun

ii) Youth B: 14 – 15 Tahun

c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :

i) Youth A: 16 – 17 Tahun

ii) Junior: 18 – 19 Tahun

e. Kejuaraan/Kompetisi panjat tebing dapat dilaksanakan untuk nomor perorangan dan non

perorangan (beregu).

11.2. PENGHARGAAN DALAM KOMPETISI FPTI

a. Sedikitnya tiga atlit terbaik pada setiap nomor kompetisi berhak atas medali atau trophy atau

hadiah berupa uang tunai.

b. Tigapuluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai

Page 61: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

53 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

berikut:

Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai

1 100 11 31 21 10

2 80 12 28 22 9

3 65 13 26 23 8

4 55 14 24 24 7

5 51 15 22 25 6

6 47 16 20 26 5

7 43 17 18 27 4

8 40 18 16 28 3

9 37 19 14 29 2

10 34 20 12 30 1

c. Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan berdasarkan

kelompok umur masing-masing.

d. Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan/kompetisi Kelas Umum,

pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak lagi mengikuti

kejuaraan/kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah Kelompok Umur FPTI sesuai

dengan kelompok umurnya.

11.3. PERSYARATAN MENGIKUTI KOMPETISI

a. Atlit yang akan mengikuti kompetisi pada tahun dilaksanakannya kompetisi telah berulangtahun

ke 16 (enam belas), kecuali untuk kelas Kelompok Umur.

b. Atlit yang akan mengikuti kompetisi wajib mempunyai Kartu Identitas Atlit FPTI yang syah tanpa

memandang status domisilinya. Jury President tidak dibenarkan memberikan ijin atlit yang tidak

mempunyai Kartu Identitas Atlit yang syah untuk mengikuti kompetisi.

Pelanggaran atas aturan ini dapat menyebabkan Jury President mendapat sanksi dari FPTI.

c. Atlit warga negara asing dapat mengikuti kompetisi dengan menunjukkan rekomendasi dari

federasi panjat tebing di negaranya, atau mempunyai Kartu Identitas FPTI dengan status domisili

sementara (A0).

11.4. WAKTU PENYELENGGARAAN KOMPETISI

a. Kecuali dalam keadaan tertentu, kompetisi berlangsung paling lama dalam waktu 6 (enam) hari

11.5. TANGGUNG JAWAB SETIAP ATLIT

a. Setiap atlit menanggung semua biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,

akomodasi dan konsumsi selama mengikuti mengikuti kompetisi.

b. Atlit yang akan mengikuti suatu kompetisi membayar biaya pendaftaran kepada Penyelenggara

sebesar jumlah yang telah ditentukan.

11.6. TANGGUNGJAWAB PENYELENGGARA

a. Penyelenggara wajib menyediakan pra- sarana dan sarana kompetisi sesuai dengan aturan pada

Bab 4.

Page 62: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

54 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

12. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) PANJAT TEBING FPTI

12.1. PENGERTIAN

a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) FPTI adalah:

i. Kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI.

ii. Agenda tetap FPTI yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan

oleh Rapat Kerja Nasional FPTI.

iii. Atlit yang berhak mengikuti kompetisi adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI

dimana atlit tersebut bertempat tinggal.

iv. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili tetap di suatu

provinsi yang mengutusnya.

v. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat

terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI.

vi. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi menjadi tanggungjawab

Pengurus Pusat FPTI antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,

akomodasi dan honor.

Standar honor Ofisial Kompetisi mengikuti aturan yang diterbitkan tersendiri.

vii. Juara umum adalah kontingen dengan jumlah medali terbaik.

b. Kejuaraan Daerah (Kejurda) FPTI adalah

i. Kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah FPTI.

ii. Agenda tetap FPTI yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan

oleh Rapat Kerja Daerah FPTI.

iii. Atlit yang berhak mengikuti kompetisi adalah atlit yang diutus oleh Pengurus

Cabang/Pengkab FPTI dimana atlit tersebut bertempat tinggal.

iv. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili tetap di suatu

kabupaten/kota yang mengutusnya.

v. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat

terdiri dari unsur-unsur Pengurus Cabang FPTI tuan rumah dan Pengurus Daerah FPTI.

vi. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi menjadi tanggungjawab

Pengurus Daerah FPTI antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-

pulang, dan honor.

vii. Juara umum adalah kontingen dengan jumlah medali terbaik.

12.2. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI

a. Kategori kompetisi yang wajib dilaksanakan dalam Kejurnas atau Kejurda meliputi:

i. Lead

ii. Speed Format A

iii. Boulder

iv. Multipitch

v. Speed Estafet

vi. Speed Rekor

b. Nomor kompetisi yang wajib dilaksanakan adalah perorangan dan non-perorangan .

12.3. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL

a. Kuota atlit dan ofisial:

i. Setiap kontingen Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 8 (delapan) putra dan 8

(delapan) putri.

ii. Pengda FPTI tuan rumah penyelenggara Kejurnas berhak mengirimkan 12 (dua belas) putra

dan 12(dua belas) putri.

iii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu orang

manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).

Page 63: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

55 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

iv. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14

(empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/Kejurda. Daftar atlit inti dan

cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas/Kejurda (Lampiran 23)

12.4. PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA

a. Tiga terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali yang disediakan oleh FPTI. Untuk peringkat 1,

2, dan 3 tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu atlit atau regu.

b. Tigapuluh (30) atlit pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai sesuai

dengan aturan pada 12.2.b.

c. Kejurnas/Kejurda ditetapkan sebagai kompetisi Kelas Utama dengan bobot kompetisinya adalah 5

(lima).

12.5. NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI

a. Dari kuota atlit pada 8.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi dengan aturan sebagai

berikut (lihat halaman selanjutnya):

Page 64: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

56 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Alokasi Atlit

Atlit Inti No Nomor Kompetisi

Semua Pengda Tuan Rumah

Atlit

Cadangan

A Nomor perorangan

A.1 Nomor Peorangan Putra

1 Lead 2 4 2

2 Speed 2 4 2

3 Boulders 2 4 2

4 Speed Rekor 2 4 2

A.2 Nomor Perorangan Putri

1 Lead 2 4 2

2 Speed 2 4 2

3 Boulder 2 4 2

4 Speed Rekor 2 4 2

B Nomor Non Perorangan

B.1 Beregu Putra

1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2

5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2

B.2 B.2 Beregu Putri

1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2

4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2

5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2

B.3 Beregu ganda-campuran

1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim )

2 pa+2 pi (2 Tim

)

1 pa + 1

pi

2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim )

2 pa+2 pi (2 Tim

)

1 pa + 1

pi

3 Boulder 1 pa+1 pi (1 Tim )

2 pa+2 pi (2 Tim

)

1 pa + 1

pi

4 Multipitch ( Lead

Berantai ) 1 pa+1 pi (1 Tim )

2 pa+2 pi (2 Tim

)

1 pa + 1

pi

5 Speed Estafet 2 pa+2 pi (1 Tim )

4 pa+4 pi (2 Tim

)

1 pa + 1

pi

b. Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya tidak akan ada

pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi

Page 65: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

57 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

12.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA

a. Setiap kontingen yang berpartisipasi dikenakan biaya administrasi kompetisi sebesar

Rp.1.000.000,- untuk Kejurnas dan Rp.500.000,- untuk Kejurda.

b. Uang administrasi administrasi pada ayat 1 dan 2 diatas disetorkan ke rekening resmi sebelum

kompetisi dimulai.

c. Uang administrasi kompetisi pada poin 12.6.a-b. selanjutnya dialokasikan sebagai berikut:

• 40% untuk PP FPTI (Kejurnas), Pengda FPTI (Kejurda)

• 60% untuk Pengda FPTI tuan rumah (Kejurnas), Pengcab FPTI tuan rumah (Kejurda)

12.7. LAIN-LAIN

a. Kejurnas

i. Atlit pemegang Kartu ID FPTI dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili

tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan memperoleh Kartu ID dari suatu Pengda

FPTI tidak diperkenankan mengikuti Kejurnas.

ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain dalam 2 (dua) Kejurnas sebelumnya hanya boleh

mengikuti Kejurnas jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai KARTU ID minimal sejak

6 (bulan) sebelum Kejurnas dibuka dengan resmi.

iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengda

FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas dikenakan sanksi tidak

diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala nasional dan internasional

selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurnas tersebut.

iv. Pengurus Daerah yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurnas akan dikenakan

denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan

diselenggarakannya kejurnas 2 tahun berikutnya

b. Kejurda

i. Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili tetap

dari provinsi lain atau kabupaten/kota lain kurang dari 3 (enam) bulan memperoleh Kartu

ID tidak diperkenankan mengikuti Kejurda.

ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain atau kabupaten/kota lain dalam 2 (dua) Kejurda

sebelumnya hanya boleh mengikuti Kejurda jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai

Kartu ID minimal sejak 3 (bulan) sebelum Kejurda dibuka dengan resmi.

iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengcab

FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurda dikenakan sanksi tidak

diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala provinsi , nasional dan

internasional selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurda tersebut.

iv. Pengurus Cabang yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurda akan dikenakan

denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan

diselenggarakannya kejurda 2 tahun berikutnya

c. Pembagian tugas dan tanggungjawab antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah,

perijinan, dan tata upacara pembukaan dan penutupan mengacu pada Bab 17.

d. Menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk

Kejurda menyediakan Medali Juara dan trophy Juara Umum.

e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu mengenai

Kejurnas/Kejurda FPTI yang bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak

berlaku.

f. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.

Page 66: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

58 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

13. KEJURNAS/KEJURDA PANJAT TEBING KELOMPOK UMUR FPTI

13.1. PENGERTIAN

a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah FPTI Kelompok Umur adalah kompetisi

panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang

tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.

b. Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut

bertempat tinggal. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili

tetap.

c. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat terdiri dari

unsur-unsur FPTI tuan rumah dan FPTI.

d. Juara umum adalah FPTI peserta yang memperoleh medali terbaik.

e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab

secara teknis atas terlaksananya kompetisi yaitu terdiri dari Jury President, Category Judge, Chief

Route , Routesetter , dan Route Judge.

13.2. PENGELOMPOKAN UMUR

a. Pembagian kelompok umur sebagai berikut :

i. Spider Kid-C: 7 – 9 tahun

ii. Spider Kid- B: 10 – 11 tahun

iii. Spider Kid-A: 12 – 13 tahun

iv. Youth B: 14 – 15 tahun

v. Youth A: 16 – 17 tahun

vi. Junior: 18 – 19 tahun

b. Atlit Kelompok Umur yang sudah ikut serta dalam kejuaraan/kompetisi kelas Umum tidak bisa ikut

serta pada kejuaraan/kompetisi Kelompok Umur lagi dan secara otomatis peringkatnya pada

Kelompok Umur hilang.

13.3. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI

a. Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas ini meliputi:

i. Lead

ii. Speed

iii. Boulder.

b. Setiap kategori kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan putri.

c. Suatu nomor kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan secara tersendiri jika

jumlah peserta minimal 6 (enam) atlit. Jika tidak memenuhi kuota ini, maka pelaksanaan kompetisi

nomor tersebut digabung dengan nomor kompetisi kelompok lainnya, namun penyusunan

peringkat tetap dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.

13.4. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL TIM

a. Kuota atlit dan ofisial:

i. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit paling banyak 3 (tiga) putra dan 3 (tiga) putri

untuk setiap kelompok umur, kecuali Tuan Rumah berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima)

putra dan 5 (lima) putri untuk setiap setiap kelompok umur.

ii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak satu orang manajer tim dan tiga orang

ofisial tim.

iii. Daftar nama atlit berikut kategori kompetisi yang akan diikutinya harus sudah diterima FPTI

paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas Kelompok Umur. Jury

President berhak tidak menerima daftar atlit yang diterima terlambat atau meminta perubahan

kategori kompetisi. Daftar atlit, manajer tim dan ofisial wajib diisi pada Formulir Pendaftaran

Kejurnas pada Lampiran 23.

Page 67: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

59 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

13.5. ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI

a. Dari kuota atlit pada Pasal 6.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi pada masing-

masing kelompok umur dengan aturan sebagai berikut:

No Nomor Kompetisi

Alokasi

Atlit

Tuan

Rumah

01 Lead perorangan putra 2 4

02 Lead perorangan putri 2 4

03 Speed perorangan putra 2 4

04 Speed perorangan putri 2 4

05 Boulder perorangan putra 2 4

06 Boulder perorangan putri 2 4

b. Setiap Atlit diijinkan mengikuti lebih dari satu kategori kompetisi.

13.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA

a. Setiap FPTI peserta yang berpartisipasi dalam Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur dikenakan biaya

administrasi sebesar Rp.500.000.

b. Pelunasan biaya administrasi dan denda administrasi dilakukan sebelum dilaksanakan Kejurnas

Kelompok Umur FPTI. Peserta yang tidak melunasi biaya dan denda administrasi tidak akan

diijinkan berpartisipasi pada Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur berikutnya.

c. Uang administrasi dan denda administrasi pada ayat 13.6.a-b diatas disetorkan ke rekening resmi

FPTI selanjutnya dialokasikan dengan aturan sebagai berikut:

• 40% untuk FPTI

• 60% untuk FPTI tuan rumah

13.7. LAIN-LAIN

a. Untuk efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dapat

dilaksanakan segera setelah Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dianggap selesai.

b. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2,

c. Pengda atau Pengcab FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas/Kejurda FPTI

Kelompok Umur dikenakan sanksi tidak diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi

Berskala provinsi , nasional dan internasional kelompok umur selama 1 (satu) tahun sejak tanggal

penutupan Kejurda tersebut.

d. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.

e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab 12 ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu yang

bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.

f. Pembagian tugas antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah, perijinan, dan

upacara pembukaan dan penutupan mengacu hal yang sama pada Lampiran 6.

Page 68: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

60 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

14. SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA

14.1. PENGERTIAN

a. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) adalah rangkaian kompetisi panjat

tebing yang terjadwal.

b. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri dari:

i. Sirkuit Nasional.

ii. Sirkuit Provinsi.

c. Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili

tetap di suatu provinsi yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut bertempat

tinggal.

d. Panitia Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Sirkuit dapat

terlaksana sesuai dengan rencana.

e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI yang bertugas dan

bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi pada setiap seri Sirkuit yaitu terdiri

dari Jury President, Juri Pembuat Jalur, dan Delegasi FPTI.

14.2. PENYELENGGARAAN SIRKUIT

a. Setiap seri kompetisi diselenggarakan oleh suatu organisasi.

b. Penyelenggaraan setiap seri Sirkuit harus sudah diagendakan pada saat Rapat Kerja

Nasional/Daerah FPTI.

c. Jadwal setiap seri Sirkuit paling lambat sudah diumumkan setiap akhir tahun.

d. Penyelenggara wajib menanggung setiap kerugian yang timbul karena perubahan jadwal yang

dilakukannya. Penyelenggara yang tidak bertanggungjawab dimasukkan kedalam daftar-hitam

(blacklist organiser) yang hanya bisa dibatalkan atas kebijakan Ketua Umum FPTI.

e. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh seri Sirkuit, FPTI membentuk suatu badan yaitu

Badan Sirkuit Nasional. Tugas badan tersebut antara lain:

i. Mempromosikan kegiatan Sirkuit kepada masyarakat.

ii. Mengkoordinasikan bidang-bidang teknis dalam FPTI untuk tujuan memperlancar setiap seri

Sirkuit.

iii. Memastikan bahwa jadwal setiap seri dilaksanakan sesuai dengan rencana.

14.3. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI

a. Setiap seri Sirkuit wajib memainkan ketiga kategori kompetisi yaitu:

i. Lead.

ii. Speed.

iii. Boulder.

b. Hanya nomor perorangan yang wajib dilaksanakan pada setiap kategori kompetisi.

14.4. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL

a. Kuota atlit dan ofisial:

i. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 10 (sepuluh) atlit putra dan 10

(sepuluh) atlit putri,

ii. Pengda FPTI tuan rumah berhak mengirimkan paling banyak 15 (limabelas) atlit putra dan 15

(limabelas) atlit putri.

iii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak satu orang manajer tim dan dua orang

ofisial.

iv. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima Pengurus Pusat FPTI paling

lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal pembukaan suatu seri Sirkuit. Daftar atlit inti dan

cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran pada Lampiran 23.

Page 69: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

61 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

14.5. PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT

a. Minimal tiga terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali dan hadiah uang yang disediakan oleh

Penyelenggara dalam setiap seri kompetisi.

b. Tigapuluh (30) atlit pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai seperti

diatur pada Pasal 11.2.b.

c. Penyelenggara wajib menyediakan hadiah berupa uang dengan total hadiah minimal sebesar

Rp.20 juta (Sirkuit Nasional) dan Rp. 10 juta (Sirkuit Provinsi) untuk setiap seri. Nilai hadiah dalam

bentuk barang tidak dianggap sebagai hadiah berupa uang.

d. Setiap seri Sirkuit ditetapkan sebagai kompetisi kelas utama dengan bobot kompetisinya adalah 4

(empat).

14.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA

a. Setiap peserta yang berpartisipasi dalam setiap seri kompetisi dikenakan biaya administrasi

kompetisi sebesar Rp.100.000 (Sirkuit Nasional) dan Rp.50.000 (Sirkuit Provinsi) untuk setiap atlit

dan setiap seri Sirkuit yang akan diikutinya.

b. Uang administrasi diatas dialokasikan 40% sebagai uang kas FPTI (PP FPTI untuk Sirkuit Nasional

dan Pengda FPTI tuan rumah untuk Sirkuit Provinsi) dan 60% menjadi hak Panitia Penyelenggara.

c. Uang yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan dengan berbagai alasan.

14.7. LAIN-LAIN

a. Atlit pemegang Kartu Identitas Atlit dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili

tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh Kartu Identitas Atlit FPTI

dari suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti suatu seri dalam Sirkuit.

b. Rentang waktu antar- seri Sirkuit dalam satu tingkat (nasional atau provinsi ) tidak boleh kurang

dari 10 (sepuluh) hari, kecuali jika dua seri atau lebih dilakukan dalam jarak tidak lebih dari 100

(seratus) km atau 2 (dua) jam perjalanan darat.

c. Aturan lebih lanjut mengenai Sirkuit Panjat Tebing Indonesia akan dibuat dengan Surat Keputusan

tersendiri.

Page 70: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

62 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

15. KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR

15.1 PENDAHULUAN

a. Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan

oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Komite Olahraga Nasional dan

Menegpora yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya

ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang pembinanaan Olahraga Departemen

Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja FPTI

b. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau pelajar

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA), yang

dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.

c. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:

i. Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS).

ii. Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL).

iii. Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR).

iv. Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten.

d. Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan Diknas Propvinsi

yang merupakan wakil/atau juara dari setiap jenjang atau tingkat Kejuaran antar Pelajar .

e. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus FPTI dan

diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat kejuaraan, yaitu Kejurnas

Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR yang diselenggarakan.

f. Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi yang memperoleh medali

terbaik.

15.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR

a. Peserta Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, dikelompokkan sesuai dengan tingkat pendidikan siswa

atau pelajar, sebagai berikut :

i. Sekolah Dasar (SD)/Sederajat.

ii. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat.

iii. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat.

b. Untuk Pekan Olahraga Pelajar : POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR, dikelompokkan sesuai

dengan usia dan tingkat pendidikan siswa/pelajar, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai kelompok

umur, yaitu:

i. Sekolah Dasar (SD):

a) Spider Kid – C: 7 – 9 Tahun

b) Spider Kid – B: 10 – 12 Tahun

ii. Sekolah Menengah Pertama (SMP):

a) Spider kid – A: 12 – 13 Tahun

b) Youth B: 14 – 15 Tahun

iii. Sekolah Menengah Atas (SMA):

a) Youth A: 16 – 17 Tahun

b) Junior: 18 – 19 Tahun

c. Untuk pelaksanaan Porseni, Popwil dan Popsi akan diatur dengan petunjuk pelaksanaan tersendiri.

15.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI

a. Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk Kejuaran

Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar; POPNAS dan POPWIL dan personal yang

ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuraan Antar Pelajar Daerah dan PORJAR/

PORSENIJAR provinsi, atas Permintaan Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan

Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan tingkatan Kejuaraan. Yang bertugas dan bertanggung

Page 71: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

63 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

jawab secara teknis atas terlaksananya Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga

Pelajar.

b. Ofisial Kompetisi tersebut, terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief

Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.

c. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab

Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan

tingkatan Kejuaraan. antar lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,

akomodasi, konsumsi, dan honor.

15.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI

a. Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi:

i. Lead.

ii. Boulder.

iii. Speed.

iv. Speed Rekor.

b. Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor:

i. Perorangan putra dan putri.

ii. Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit.

iii. Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).

c. Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak mendaftarkan satu regu,

kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.

d. Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan, jika jumlah atlit atau regu yang akan

berpartisipasi minimal 12 atlit untuk nomor perorangan dan atau 6 regu untuk nomor

beregu/beregu ganda-campuran.

e. Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan berdasarkan:

i. Lead-Boulders beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan pada nilai akumulasi yang

diperoleh tiap regu pada setiap babak.

ii. Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu tercepat yang diperoleh

tiap regu pada setiap babak.

f. Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulders terdiri dari 3 (tiga) babak

yaitu kualifikasi, semi-final dan final. Kuota regu pada babak semi-final untuk nomor beregu

ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua belas) regu dan babak final adalah 6 (enam)

regu.

15.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL

a. Kuota atlit dan ofisial:

i. Setiap Diknas Kabupaten/Pengcab FPTI, Diknas Provinsi/Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit

sebanyak 5 (lima) putra dan 5 (lima) putri, untuk masing-masing kelompok, sesuai poin 12.2.1

diatas.

ii. Setiap Diknas/Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu

orang manajer tim, 2 (dua) orang pelatih dan 2 (dua) orang ofisial).

iii. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14 (empat

belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejuaraan. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi

pada Formulir Pendaftaran.

iv. Ketentuan mengenai Kuota mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.

15.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN

a. Ketentuan mengenai administarasi dan pendafataran tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.

b. Ketentuan yang belum diatur disini akan diatur antara FPTI dengan Dinas Pendidikan.

Page 72: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

64 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

16 PERINGKAT FPTI

16.1 PENGERTIAN

a. Kompetisi adalah kompetisi/kejuaraan, atau Sirkuit panjat tebing yang dikoordinasikan atau

direkomendasikan oleh FPTI.

b. Peringkat FPTI adalah susunan peringkat atlit perorangan yang disusun secara akumulatif dari

satu atau lebih kompetisi untuk tahun tertentu.

Peringkat FPTI terdiri dari Peringkat Nasional FPTI dan Peringkat Provinsi FPTI.

Peringkat Nasional FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat nasional yang diikuti oleh atlit ,

Peringkat Provinsi FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat provinsi yang diikuti oleh atlit.

c. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit FPTI yang syah dan berhak mengikuti kompetisi yang

dikoordinasikan atau direkomendasikan oleh FPTI untuk periode tahun kalender tertentu.

d. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat FPTI

16.2 FORMAT TAMPILAN

a. Yang wajib ditampilkan dalam Peringkat FPTI adalah:

i. Nomor urutan peringkat.

ii. Nama lengkap.

iii. No. Kartu Identitas Atlit FPTI

iv. Provinsi asal atlit untuk Peringkat Nasional FPTI atau Kabupaten/kota asal atlit untuk Peringkat

Provinsi FPTI.

v. Total Nilai

b. Total Nilai adalah akumulasi penjumlahan nilai satu atau lebih kompetisi yang diikuti atlit pada

tahun berjalan.

c. Tanggal perhitungan wajib diterakan pada lembar Peringkat FPTI.

d. Khusus untuk dengan status domisili sementara, Provinsi atau Kabupaten/Kota asal Atlit tidak diisi.

16.3 PERHITUNGAN DAN PENERBITAN PERINGKAT

a. FPTI wajib melakukan perhitungan Peringkat FPTI secara rutin.

b. Pemeringkatan atlit ditentukan berdasarkan peringkat atlit pada suatu kompetisi menurut Laporan

Hasil Kompetisi yang disampaikan oleh Jury President segera setelah berakhirnya suatu kompetisi

dan bobot kompetisi dimaksud. Bobot Kompetisi diatur pada Pasal 2.17.ii.

c. Pemeringkatan atlit dilakukan untuk semua kategori dan nomor kompetisi perorangan, serta untuk

semua kategori dan nomor kompetisi perorangan Kelompok Umur.

d. Perhitungan dan penerbitan Peringkat Nasional FPTI dilakukan dan menjadi tanggungjawab

Pengurus Pusat FPTI. Sedangkan perhitungan dan penerbitan Peringkat Provinsi FPTI dilakukan

dan menjadi tanggungjawab Pengurus Daerah FPTI.

e. Pengumuman Peringkat FPTI dilakukan menggunakan media resmi FPTI dapat berbentuk format

elektronik maupun tercetak.

16.4 TUTUP BUKU DAN AWAL BUKU

a. Tutup buku tahun kompetisi dilakukan pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.

b. Pada awal tahun kompetisi, peringkat 1 (satu) hingga peringkat ke 10 (sepuluh) pada tahun

kompetisi sebelumnya secara otomatis menempati peringkat yang sama sampai dilaksanakan

kompetisi pada tahun kompetisi berjalan.

16.5 PENGHARGAAN

a. FPTI wajib memberikan penghargaan kepada 3 (tiga) atlit terbaik dari setiap kategori kompetisi

untuk putra dan putri pada kompetisi terakhir yang dilakukan sebelum tutup buku 31 Desember.

b. Bentuk penghargaan kepada 3 atlit tersebut minimal berupa medali.

Page 73: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

65 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

16.6 IMPLEMENTASI PERINGKAT FPTI

a. Peringkat FPTI diterapkan pada nomor perorangan untuk kategori:

i. Lead.

ii. Speed.

iii. Boulder.

b. Untuk peringkat Kelompok Umur dibuat Peringkat FPTI tersendiri yang disusun berdasarkan

kelompok umur.

c. Tidak diperkenankan seorang atlit memiliki dua peringkat di kelas Umum dan atau di kelas

Kelompok Umur.

d. Atlit warga negara asing yang mengikuti kompetisi di Indonesia tidak dapat masuk dalam

Peringkat FPTI.

Page 74: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

66 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

17 ADMINISTRASI KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI DAN

KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR

17.1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

a. Pengurus Pusat FPTI (Kejurnas), Pengurus Daerah FPTI (Kejurda):

i. Ketua biro Kompetisi FPTI dan Badan Sirkuit Nasional (BSN) bertugas melakukan koordinasi

secara keseluruhan kegiatan Kejurnas/Kejurda ditambah kegiatan koordinasi ke seluruh Pengda

FPTI, Pengcab FPTI dan KON.

ii. Ofisial Kompetisi yang bertugas ditentukan dan ditunjuk oleh FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk

Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda), untuk itu FPTI bertanggung jawab atas

biaya transportasi, dan honor Ofisial Kompetisi tersebut.

b. FPTI Peserta Kejurnas/Kejurda:

i. FPTI peserta Kejurnas/Kejurda bertanggung jawab atas semua biaya transportasi akomodasi,

dan konsumsi menuju lokasi dan kembali ke daerah asal. Penggunaan transportasi, akomodasi,

dan konsumsi diluar yang telah disediakan oleh tuan rumah selama pelaksanaan Kejurnas

merupakan tanggung jawab masing-masing Pengda FPTI.

ii. FPTI peserta harus menyediakan 2 (dua) buah bendera daerah berukuran 80 x 120 cm yang

diserahkan kepada panitia paling lambat satu hari sebelum kegiatan secara resmi dibuka.

c. FPTI Tuan Rumah

i. Persiapan.

a) FPTI yang telah ditetapkan menjadi tuan rumah pada Rapat Kerja FPTI melakukan langkah

-langkah persiapan yang diperlukan dan kegiatan koordinasi dengan FPTI (Pengurus Pusat

FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda) mengenai kemampuan

teknis dan finansial untuk melaksanakan kegiatan.

b) Langkah -langkah persiapan harus sudah dituntaskan paling lambat 4 (empat) bulan

sebelum tanggal pelaksanaan Kejurnas.

c) Jika tidak ada halangan yang berarti pada tahap persiapan FPTI mengeluarkan Surat

Keputusan yang isinya menetapkan FPTI tuan rumah, tempat dan tanggal pelaksanaan

kegiatan.

d) Setelah tahap persiapan bisa dianggap selesai FPTI akan menginformasikan pelaksanaan

Kejurnas/Kejurda kepada seluruh FPTI peserta, Komite Olahraga Nasional (KON), dan pihak

terkait lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan kegiatan.

e) Pembatalan kesanggupan menjadi tuan rumah Kejurnas/Kejurda harus sudah diterima oleh

FPTI paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tanggal pelaksanaan. Jika terjadi pembatalan

maka pelaksanaan Kejurnas/Kejurda akan diberikan kepada alternatif Pengda/Pengcab FPTI

berikutnya sesuai dengan ketetapan yang dihasilkan Rapat Kerja FPTI. Jika tidak ada

Pengda/Pengcab FPTI yang sanggup menjadi tuan rumah, FPTI (Pengurus Pusat FPTI

untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda) berhak mengambil langkah-

langkah yang tepat untuk mengatasi hal tersebut.

ii. Pembuatan dan Distribusi Proposal.

a) Proposal Kejurnas/Kejurda dibuat dan diajukan oleh FPTI tuan rumah untuk dikoordinasikan

dan disesuaikan. Proposal Kejurnas/Kejurda minimal harus meliputi: Hakikat Kejurnas,

Maksud dan Tujuan Kejurnas, Kepanitiaan, Rencana Anggaran, Waktu dan Tempat

Pelaksanaan.

b) Distribusi dan penggunaan proposal Kejurnas harus sepengetahuan dan seijin Ketua Panitia.

iii. Kepanitiaan

Pelaksana Kejurnas merupakan kepanitiaan yang unsur-unsurnya terdiri dari FPTI tuan

rumah dan FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk

Kejurda) minimal meliputi:

a) Penasihat: Dewan Penasihat FPTI ditambah unsur dari tuan rumah.

b) Pembina: Dewan Pembina FPTI ditambah unsur dari tuan rumah.

c) Penanggung jawab: Ketua Umum FPTI dan Ketua Umum FPTI tuan rumah.

Page 75: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

67 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

d) Ketua I (unsur tuan rumah), bertugas mengkoordinir keseluruhan kegiatan

Kejurnas/Kejurda.

e) Ketua II, bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan Kejurnas/Kejurda yang terjadi di Pusat

Pemerintahan.

f) Sekretaris, bertugas membantu masalah administrasi yang dihadapi oleh Ketua.

g) Bendahara I: unsur FPTI tuan rumah.

h) Bendahara II: unsurPP-FPTI.

i) Koordinator Akomodasi, bertugas mengatur dan mengkoordinir penyediaan akomodasi bagi

Atlit , Ofisial Kompetisi, dan panitia lainnya, unsur dari FPTI tuan rumah.

j) Koordinator Konsumsi, bertugas mengatur dan mengkoordinir penyediaan konsumsi bagi

Atlit , Ofisial Kompetisi, dan panitia lainnya, unsur dari Pengda tuan rumah.

k) Koordinator Transportasi, bertugas mengkoordinir kegiatan yang berkaitan dengan

transportasi Atlit , Ofisial Kompetisi , serta panitia lainnya, unsur dari Pengda FPTI tuan

rumah.

l) Koordinator Acara, bertugas merancang, menyusun, dan mengkoordinir jalannya acara

pembukaan, acara penutupan, dan pelaksanaan kompetisi, unsur dari Pengda FPTI tuan

rumah.

m) Koordinator Kompetisi, bertugas mengkoordinir personil, diluar Ofisial Kompetisi, yang

bertugas mendukung terlaksananya kompetisi, Ketua Bidang Kompetisi FPTI dan FPTI tuan

rumah.

n) Koordinator Usaha Dana, bertugas mengkoordinir usaha penggalangan dana, unsur dari

FPTI tuan rumah dan FPTI.

o) Koordinator Dokumentasi, bertugas mendokumentasikan Kejurnas baik untuk kepentingan

FPTI maupun dalam rangka membantu publikasi Kejurnas, unsur dari FPTI tuan rumah dan

FPTI.

p) Koordinator Publikasi, bertugas mempublikasikan Kejurnas untuk diketahui oleh rakyat

banyak, unsur dari Pengda tuan rumah.

q) Koordinator Umum, bertugas untuk melakukan kegiatan lain demi terlaksananya Kejurnas,

unsur dari Pengda tuan rumah.

r) Koordinator Keamanan, bertugas untuk melakukan pengamanan selama berlangsungnya

Kejurnas serta melakukan koordinasi dengan pihak berwajib yang mendukung pengamanan

di lokasi Kejurnas, unsur dari Pengda tuan rumah.

iv. FPTI tuan rumah wajib menyediakan:

a) Akomodasi dan konsumsi Ofisial Kompetisi selama kegiatan berlangsung, ditambah

beberapa hari persiapan yang diperlukan Ofisial Kompetisi berdasarkan Surat Tugas dari

Pengurus FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk

Kejurda).

b) Pra-sarana dan sarana kompetisi sesuai dengan aturan pada Pasal 3.

17.2 PERIJINAN

a. Ijin tertulis mengenai penggunaan dari pemilik/pengelola tempat, menjadi tanggung jawab FPTI

tuan rumah.

b. FPTI tuan rumah bertanggung jawab atas proses perijinan pelaksanaan kegiatan Kejurnas dari

pihak berwajib.

17.3 UPACARA PEMBUKAAN/PENUTUPAN

a. Fasilitas yang diperlukan, minimal:

i. Tribun: 4 x 10 m.

ii. Kursi kehormatan: 10 orang.

iii. Kursi biasa: 50 orang.

iv. Gong atau alat lain: 1 unit.

v. Sound System: 2.000 watt.

b. Personil yang dibutuhkan:

Page 76: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

68 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

i. Pembina Upacara: Pejabat yang ditentukan oleh PP FPTI atau Pengda FPTI tuan rumah.

ii. Pemandu Acara: mengkoordinir jalannya upacara.

iii. Pembawa Acara: membacakan susunan acara satu -per- satu.

iv. Pemandu Upacar: menyiapkan peserta upacara.

v. Pembaca Doa: dari FPTI tuan rumah.

vi. Dirigen: dari FPTI tuan rumah.

vii. Peserta Upacara: Atlit, manajer tim dan ofisial, Ofisial Kompetisi .

c. Upacara Pembukaan ( max. 45 menit )

i. Gladi bersih: dalam waktu 24 jam sebelum Upacara Pembukaan.

ii. Pelaksanaan Upacara Pembukaan ( maksimal 45 menit ):

a) Jalur Pemanjatan ditutup dengan kain penutup agar tidak terlihat oleh atlit yang akan

berkompetisi.

b) Atlit dan offisial menyusun barisan sesuai nama daerah menurtut abjad.

c) Juri membuat barisan paling pinggir.

d) Utusan FPTI menempati tribun kehormatan.

e) Utusan FPTI peserta menempati tribun.

f) Inspektur Upacara tiba di tempat upacara, disambut oleh Ketua Umum FPTI, dan Ketua

Panitia.

g) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.

h) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh Dirigen.

i) Barisan diistirahatkan.

j) Defile peserta:

• Berurutan sesuai abjad

• Tuan rumah terakhir

• Pada saat melewati podium kehormatan memberikan hormat

k) Laporan Ketua Penyelenggara.

l) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.

m) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus membuka Kejurnas.

n) Pemukulan gong atau sejenisnya dan penyerahan tali Pemanjatan atau alat lainnya dari

Pembina Upacara kepada Juri Kepala.

o) Penyerahan Trophy dari Juara Umum Kejurnas sebelumnya kepada Utusan FPTI.

p) Pengucapan Janji Atlit dan Janji Juri (pada saat janji diucapkan semua atlit atau juri harus

mengikutinya dan bendera provinsi ditundukkan ). Naskah Janji Atlit dan Juri sesuai

Lampiran 14 dan Lampiran 15.

q) Pembacaan doa. Naskah doa lihat Lampiran 16.

r) Acara atraksi atau hiburan seni.

s) Lagu mars patriot olahraga (diperdengarkan).

t) Barisan dibubarkan oleh Komandan Upacara.

u) Pemanjatan pertama dilakukan.

v) Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara.

d. Upacara Penutupan (maksimal 45 menit)

i. Gladi bersih : jika diperlukan

ii. Pelaksanaan Upacara Penutupan:

a) Atlit dan offisial menyusun sesuai nama daerah.

b) Juri membuat barisan paling pinggir.

c) Jajaran FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk

Kejurda) menempati tribun kehormatan.

d) FPTI peserta menempati tribun.

e) Inspektur Upacara tiba ditempat upacara, disambut oleh Ketua Umum PP FPTI. Ketua

Umum FPTI tuan rumah, dan Ketua Panitia.

f) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.

g) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh seorang dirigen.

h) Barisan diistirahatkan.

Page 77: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

69 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

i) Defile peserta.

j) Laporan Ketua Penyelenggara kepada Ketua Umum FPTI.

k) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.

l) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus menutup Kejurnas.

m) Penyerahan tali dari Juri Kepala kepada Pembina Upacara tanda kompetisi telah berakhir.

n) Penyerahan piala Juara Umum oleh Pembina Upacara.

o) Penyerahan bendera FPTI dari FPTI tuan rumah Kejurnas yang baru ditutup kepada FPTI

tuan rumah Kejurnas tahun depan oleh Pembina Upacara.

p) Pembacaan Doa.

q) Acara atraksi atau hiburan seni.

r) Lagu mars Patriot Olahraga (diperdengarkan).

s) Pembina Upacara dipersilahkan meninggalkan tempat upacara.

t) Barisan dibubarkan.

17.4 LAIN-LAIN

a. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum FPTI.

b. Dengan dikeluarkan pedoman ini maka ketentuan-ketentuan terdahulu yang bertentangan atau

tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.

Page 78: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

70 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

DAFTAR KATA DAN ISTILAH

After Work = Setelah dicoba

Attemp = Usaha Pemanjatan

Belayer = Penambat

Boulder = Jalur Pendek

Boulder Problem = Jalur Masalah

Category Judge = Juri Kategori

Chief Routesetter = Kepala Pembuat Jalur

Chalk bag = Kantong kapur/MgCO3

Carabiner = Cincin kait

FPTI Delegate = Delegasi FPTI

Grade = Tingkat Kesulitan

Hold = Point, Tumpuan

Handhold = Tumpuan tangan

Heat = Putaran

Jury President = Juri Kepala

Lead = Kesulitan

Official = Ofisial

Overhang = Bentuk menggantung

Onsight = Langsung

Quickdraw/Runner = Titik Pengaman

Roof = bentuk permukaan dinding panjat yang menyerupai atap

Routesetting = Pembuat Jalur

Route Judge = Wasit Jalur

Speed = Kecepatan

Sling Quickdraw = Tali Pita Berjahit

Sit Harness = Sabuk Pengaman bentuk Duduk

Stage = bagian

Start = Memulai

Spider kids = Kelas Penjelajah

Traverse = Menyamping

Page 79: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

71 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Page 80: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

72 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 81: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

73 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Page 82: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

74 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 1

TATA RUANG KOMPETISI PANJAT TEBING

Page 83: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

75 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 2

SPESIFIKASI DINDING PANJAT

Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur wajib

• Tinggi dinding minimal = 12m

• Tinggi dinding maksimal = 20 m

• Lebar masing-masing bagian dari dinding minimal = 5m (keadaan khusus akan berlaku)

• Panjang jalur minimal = 15m

• Dinding harus mampu menampung setidak -tidaknya 2 jalur yang dijalankan secara serentak

• Dinding harus cukup miring untuk memungkinkan dibuatnya jalur-jalur 8b style-kompetisi

• Dinding panjat memiliki overhang minimal 200 dan memiliki roof minimal 2 m.

• Karakter dinding harus mempunyai variasi yang signifikan dalam tinggi dan lebar dinding • Disain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional yang relevan, di Eropa standar ini adalah EN 12572 • Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi dan variasi

bentuk harus dibuat. • Dinding harus di-desain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya semua sisi dinding panjat dengan

kata lain bagian -bagian samping dinding harus ditambahkan

Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas

• Karakter dinding boleh dirubah pada malam hari atau bahkan di antara babak-babak kompetisi

Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur wajib • Harus ada cukup bagian -bagian dari dinding boulder yang berlainan untuk memungkinkan 6 problem dipanjat dengan serempak, masing-masing dinding boulder harus memiliki sebuah kadar perbedaan yang signifikan dari

diantara dinding Boulder problem yang lain • Setidak-tidaknya untuk babak final, semua problem harus bisa dilihat dari satu arah, dengan kata lain bahwa semua

problem harus menghadap kearah yang sama

• Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal 30 cm • Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan terpisah harus di cover, sehingga tidak ada

kemungkinan atlit jatuh diantara sambungan matras. • Tinggi maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terendah pada tubuh atlit • Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi harus dibikin. • Boulder seharusnya tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong pemanjat untuk memanjat bagian atas boulder

kecuali jika aturan tinggi maksimal tidak terlewati • Dinding harus didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya sisi lain dinding panjat, dengan

kata lain bagian -bagian samping harus ditambahkan

Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur bebas • Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk harus diatur untuk memberi sebanyak mungkin

penonton dapat memperoleh sudut pandang yang bagus dari semua boulder problem. • Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan serentak maka harus ada cukup bagian-bagian yang berlainan dari

boulder untuk memungkinkan 12 problem dipanjat dengan serentak.

Untuk kompetisi SPEED, unsur -unsur wajib

• Tinggi jalur harus 15-20m

• Total Overhang pada dinding maksimal 5 m

• Lebar dinding speed harus 3 m

• Dinding tidak boleh mempunyai roof yang lebih panjang dari 1m

• Dinding harus di-disain untuk menampung 2 jalur dengan panjang/kesulitan/style yang sama • Masing-masing jalur harus diamankan dengan 2 titik belay, dan diatur sedemikian rupa sehingga tali tidak

mengganggu pemanjat

• Jalur-jalur dan titik belay harus diatur sehingga para pemanjat jatuh menjauh satu sama lain

• Untuk Speed Rekor : - Tinggi jalur 15 m, lebar 3m dan overhang 50

- Topo jalur dan jenis tumpuan (hold), mengikuti ketentuan IFSC

Untuk Speed Estafet, Unsur wajib

• Harus tersedia 8 papan speed yang bentuk dan kemiringannya identik

• Kemiringan yang dianjurkan adalah 100

• Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet.

Untuk kompetisi Speed, unsur-unsur bebas

• Variasai Jalur dan tumpuan selalu berubah pada setiap kompetisi.

Page 84: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

76 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 3

TOPO JALUR SPEED REKOR

Page 85: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

77 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 4

FASILITAS ZONA ISOLASI

• Dinding pemanasan harus dilengkapi dengan matras, yang harus bersambungan. • Dinding pemanasan harus mempunyai Hold-hold pilihan yang jenis dan pembuatnya sama dengan yang dipakai dalam kompetisi. • Ketinggian maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terbawah

Dinding pemanasan

isolasi - wajib

dari badan. • Sebuah dinding pendinginan yang terpisah, yang bisa digunakan oleh pemanjat setelah mereka selesai melakukan pemanjatan (yaitu, tidak di dalam zona isolasi) bisa disediakan. Area ini seharusnya dilengkapi dengan makanan dan minuman dan tidak boleh dimasuki oleh

Dinding pemanasan

isolasi -bebas

publik/orang umum.

Toilet • Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan minimal 2 untuk putra dan 2

untuk putri. • Zona isolasi harus ditempatkan di dalam jarak tempuh 5 menit dengan jalan kaki dari arena pemanjatan utama. • Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan transport dari zona isolasi terutama jika jaraknya melebihi 300m. • Berbagai sarana untuk menjaga pemanjat tetap hangat dan kering harus disediakan jika

Lokasi

perjalanannya termasuk keluar ruangan. • Zona isolasi harus memiliki dinding pemanasan. • Zona isolasi harus memiliki sebuah area dengan tempat duduk untuk semua pemanjat. • Zona isolasi harus memiliki sebuah area untuk aktivitas aerobik. • Total area zona harus minimal 2m persegi dari luas lantai per pemanjat. • Zona isolasi tidak boleh memiliki telepon umum.

Ukuran zona dan fasilitas

umum –wajib

• Sebuah area untuk merokok harus disediakan, ini harus di luar tetapi harus dijaga. • Zona isolasi seharusnya berada di tempat yang tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang

sedang terjadi di arena kompetisi.

• Sebuah area untuk stretching harus disediakan.

• Sebuah area terpisah seharusnya disediakan untuk katering.

• Koran, majalah panjat dan video panjat seharusnya disediakan begitu juga dengan suatu

Ukuran zona dan fasilitas

umum – bebas

‘hiburan’ lainnya. • Zona isolasi harus benar-benar tertutup dari area publik. Hanya pemanjat, ofisial tim dan ofisial resmi yang diperbolehkan berada di dalam area. • Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi jika ada ijin dari Jury President. • Pemanjat dan ofisial tim tidak diperbolehkan memiliki (membawa) telepon genggam dan alat-alat perekam atau transmisi elektronik di dalam zona isolasi. Penyelenggara harus mempunyai sarana untuk mengumpulkan, memberi label, menyimpan dengan aman dan mengembalikannya kepada pemilik setelah pemanjat bertanding dalam babak tersebut atau bagi Ofisial Tim ketika

Keselamatan

mereka meninggalkan zona isolasi. • Minuman dingin: Penyelenggara harus menyediakan cukup air untuk pemanjat dalam setiap babak. Harus ada air mineral dan air bersoda. Akan lebih baik jika ada jus buah dan soft-drink lainnya. • Minuman hangat: Penyelenggara harus menyediakan kopi dan teh untuk pemanjat dalam setiap babak. • Makanan: Penyelenggara harus menyediakan buah, kue-kue, sport bar, roti dan roti isi seperti; keju dan yang lain untuk pemanjat dalam setiap babak.

Catering

• Makanan hangat dapat juga disediakan di antara babak-babak.

Page 86: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

78 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 5

Formulir Permohonan untuk Even-even FPTI yang masuk Kalender Kompetisi FPTI

Formulir isian harus disampaikan pada saat Rapat Kerja FPTI Federasi anggota FPTI/penyelenggara Orang yang bertanggung jawab di dalam f ederasi/ Nomor telepon E-mail Even/kategori dan tanggal untuk masing-masing Kategori 1. kategori 2. kategori 3.kategori

penting: harap disebutkan juga tanggal-tambahan untuk even jika terjadi even-even yang waktunya bersamaan Alamat venue Panitia penyelenggara Telepon dan e-mail Koordinator Utusan pers Komunikasi/PR Teknis/logistis Apakah federasi yang mengajukan juga sebagai penyelenggara utama? Bagaimana tugas-tugas dibagi? Keterangan perjalanan menuju lokasi even (termasuk jalan, kereta, pesawat)

Hotel-hotel beserta daftar harga kamar: telepon dan Halaman tambahan

nomor fax terkait, dan pilihan pembayaran Tipe dan gambaran singkat mengenai dinding panjat yang akan digunakan, termasuk tinggi, lebar dan tingkat kecondongan keseluruhan (sketsa dinding) Kapasitas penonton di dalam venue kompetisi

Program sementara Halaman tambahan

(sangat penting, terutama bila lebih dari satu kategori yang diselenggarakan)

Hal-hal yang harus diperhatikan • April: Penyampaian minat: jenis even, tanggal • Juli: Konfirmasi minat • Batas waktu permohonan: September • Permohonan harap dikirim ke PP FPTI/atau untuk calon penyelenggara di Daerah permohonan disampaikan

melalui Pengda FPTI. • Buku Pedoman bagi Penyelenggara harap diperhatikan • Kami mengajukan dan memilih kalender sementara dalam Rapat Paripurna Nasional (Rakernas) FPTI

• Faktur dan kontrak akan dikirim kemudian, batas waktu untuk kalender resmi adalah Desember

Page 87: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

79 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 6

Kesepakatan mengenai Penyelenggaraan Kompetisi

Antara FPTI dengan Penyelenggara

Dengan menandatangani kesepakatan ini berarti, FPTI dan Penyelenggara (Pengda FPTI atau klub lokal atau

penyelenggara yang lain) menyetujui untuk diikat oleh Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI

dan menyetujui untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kompetisi demi kesenangan peserta kompetisi

dan penonton, untuk memaksimalkan promosi dan profil media, dan menambah nilai atas sponsor-sponsor.

FPTI setuju untuk melaksanakan semua tugas yang berasal dari Buku Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi

Panjat Tebing Nasional dan peraturan-peraturan mengenai kompetisi panjat tebing yang berlaku.

Penyelenggara setuju untuk membayar biaya pencantuman pada kalender FPTI untuk (tahun…) sesuai dengan

standar FPTI untuk jenis even y ang berkaitan.

Apabila untuk suatu alasan Penyelenggara membatalkan kompetisi, FPTI tidak akan mengembalikan uang

kalender.

Pelanggaran terhadap peraturan dan garis pedoman bagi penyelenggara akan dikenakan sanksi-sanksi (lihat

secara detail Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI ). Laporan dari FPTI Delegate dan Jury President

akan relevan untuk pembuatan kalender kompetisi tiap tahun.

UNTUK DIBACA DAN DITANDATANGANI OLEH PENYELENGGARA

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI

dan Peraturan Kompetisi FPTI dan bahwa kompetisi berikut diajukan untuk dicantumkan dalam kalender

kompetisi FPTI. Saya menerima kesepakatan mengenai yang berkaitan dengan kompetisi nasional.

Nama dan alamat Penyelenggara: …...........…………………………………………………………………

Nama dan tanggal kompetisi yang diajukan: …...…………………………………………………………

Ditandatangani oleh wakil yang sah atas nama Penyelenggara:

Tanggal:...........................................................

UNTUK DIBACA DAN DITANDATANGANI ATAS NAMA FPTI

Kami menyatakan bahwa penyelenggara dengan nama di atas telah diterima untuk even berikut dalam kalender

kompetisi pada kesepakatan mengenai kompetisi FPTI.

Nama dan tanggal kompetisi yang dinyatakan:.............................................

Ditandatangani atas nama FPTI

Tanggal : ……………………………………………………………..

Page 88: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

80 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 7

Biaya Kalender Kompetisi FPTI dan Biaya Administrasi

Biaya kalender terkait akan dibayarkan kepada FPTI oleh Pengda FPTI atau penyelenggara yang

mengajukan, apabila kompetisi yang diajukan telah secara resmi disetujui atau disetujui dan diakui

dan masuk dalam kalender kompetisi FPTI.

Biaya-biaya tersebut telah ditetapkan sebagai berikut:

− Biaya kalender KEJURNAS FPTI Rp. 1.000.000,-

− Biaya kalender Seri SIRKUIT NASIONAL Rp. 1.000.000,-

− Biaya kalender even Nasional Rp. 500.000,-

− Biaya peserta Seri SIRKUIT NASIONAL Rp. 200.000,-/peserta/musim

− Biaya Keterlambatan Pendaftaran Rp. 400.000,-

− Kartu Identitas Atlit (baik baru maupun perpanjangan) Rp. 100.000,- /atlit

Biaya kalender harus dibayarkan paling lambat 31 Desember dari tahun yang sudah berjalan. Yang

lainnya pada saat menerima faktur yang berkaitan.

Page 89: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

81 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 8

STANDARISASI UANG HADIAH

Besarnya uang hadiah yang wajib disediakan oleh penyelenggara, berdasarkan kategori dan kompetisi tingkat

Nasional diklasifikasikan sebagai berikut :

LEAD DAN BOULDER (sama untuk putra dan putri)

1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1

sampai 6, tidak termasuk pajak ditetapkan sebagai berikut:

1. Juara I Rp. 1.500.000,-

2. Juara II Rp. 1.000.000,-

3. Juara III Rp. 750.000,-

4. Juara IV Rp. 500.000,-

5. Juara V Rp. 300.000,-

6. Juara VI Rp. 250.000,-

Total hadiah untuk Putra dan Putri Rp. 8.600.000,-

2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi

untuk semifinalis, sampai dengan peringkat 15, dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 6

pemanjat peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan dan atau sesuai dengan Panitia

Penyelenggara.

SPEED (sama untuk putra dan putri)

1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1

sampai 4 tidak termasuk pajak , ditetapkan sebagai berikut:

1. Juara I Rp. 1.250.000,-

2. Juara II Rp. 800.000,-

3. Juara III Rp. 650.000,-

4. Juara IV Rp. 500.000,-

Total hadiah untuk Putra dan Putri Rp 6.400.000,-

2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi untuk

¼ finalis (sampai dengan peringkat 8), dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 4 pemanjat

peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengurus FPTI, sesuai dengan Panitia

Penyelenggara.

Page 90: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

82 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 9

FORM PERMOHONAN REKOMENDASI KOMPETISI PANJAT TEBING

Nomor surat…………………………………..

[Kop surat kompetisi]

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ……………………………....................................…

Alamat domisili : ……………………………………...................…….

Telepon : ………………….. Tel Seluler: …………………………….

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Panitia ……………………….[sebutkan nama kompetisi],

bersama ini mengajukan permohonan rekomendasi untuk menyelenggarakan kompetisi panjat

tebing.Untuk maksud tersebut kami lampirkan:

1. Proposal kegiatan.

2. Rekomendasi untuk melaksanakan kegiatan dari organisasi/ lembaga..

3. Formulir Detil Kompetisi.

4. Surat Pernyataan Kesediaan.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Tempat : …………………………………..

Tanggal : ………………………………….

…………………….

Ketua Panitia

Page 91: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

83 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 10

FORMULIR DETAIL KOMPETISI

[Kop surat kompetisi]

DETAIL KOMPETISI

1. Nama Kompetisi : ……………………………………………………………………………

2. Organisasi/Lembaga : ……………………………………………………………………………

3. Tgl pembukaan : ……………………………………………………………………………

4. Tgl penutupan : …………………………………………………………………………..

5. Tgl technical meeting: …………………………………………………………………………..

6. Jenis Kompetisi yang akan diselenggarakan:

[ ] Terbuka [ ] Militer [ ] Kelompok Umur [ ] Pelajar

7. Tingkat Kompetisi:

[ ] Nasional [ ] Regional [ ] Provinsi [ ] Kabupaten/Kota

8. Kategori yang akan dikompetisikan:

[ ] Lead [ ] Speed [ ] Boulders

9. Tempat kompetisi akan dilaksanakan

Alamat : ……………………………………………………………………………….

[ ] Indoor [ ] Outdoor

10. Total Hadiah yang akan diberikan untuk setiap jenis kompetisi.

Jenis Kompetisi Tingkat Kompetisi Total Hadiah

………………... ………………………. …………………..

………………... ………………………. …………………..

………………... ………………………. …………………..

Dibuat di : ………………………………………….

Pada tanggal : …………………………………………

…………………………………………

Ketua Panitia

Page 92: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

84 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 11

PERNYATAAN KESEDIAAN

[Kop surat organisasi pemohon]

PERNYATAAN KESEDIAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: …………………………………………

Alamat domisili: ………………………………………

Bertindak untuk dan atas nama Panitia Kompetisi

………………………………………….[sebutkan nama kompetisi].

Dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia:

c. Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peratutan kompetisi yang berlaku.

d. Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama

kompetisi berlangsung yang nilainya mengikuti ketentuan yang berlaku.

e. Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14

(empat belas) hari sejak tenggal penutupan kompetisi.

f. Menunaikan janji untuk memberikan hadiah sebesar yang telah disebutkan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk memenuhi

persyaratan rekomendasi kompetisi, dan bersedia mempertanggungjawabkan

pernyataan ini dilanggar di kemudian hari.

Dibuat di : …………………………………………

Pada tanggal : …………………………………………

[Materai Rp.6000]

…………………………………………

Saksi-saksi

…………………………………… ………………………………………

Sekertaris Umum Panitia Ketua Umum Organisasi

Page 93: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

85 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 12

RENUMERASI HONOR OFISIAL KOMPETISI FPTI

1. Sesuai dengan SK No.532/KEP-FPTI/11.2006, tentang standar renumerasi Offisial Kompetisi,

maka Ofisial Kompetisi Panjat Tebing akan menerima honor minimal, sebagai berikut:

Jabatan Kualifikasi

Honor/hari

kerja Kualifikasi

Honor/hari

kerja

FPTI Delegate --- Rp. 300.000,- --- ---

President Jury C - 1 Rp. 300.000,- --- ---

Chief

Routesetter C - 1 Rp. 250.000,- C - 2 Rp. 150.000,-

Category Judge C - 1 Rp. 200.000,- C - 2 Rp. 100.000,-

Route Judge C - 1 Rp. 150.000,- C - 2 Rp. 75.000,-

Route Setting C - 1 Rp. 150.000,- C - 2 Rp. 75.000,-

Belayer --- Rp. 100.000,- --- ---

Scoring --- Rp. 75.000,- --- ---

Data Entry --- Rp. 75.000,- --- ---

Wall

Maintenance --- Rp. 75.000,- --- ---

2. Ofisial Kompetisi juga berhak mendapatkan akomodasi, konsumsi dan transportasi lokal yang

layak selama melaksanakan tugas.

3. Hari kerja Ofisial Kompetisi dihitung berdasarkan jumlah hari pelaksanaan kompetisi ditambah

jumlah hari persiapan yang dihadiri oleh masing-masing Ofisial Kompetisi. Adalah tugas Jury

President untuk mendata kehadiran masing-masing Ofisial Kompetisi lainnya.

4. Hal-hal yang belum tercantum disini akan diatur kemudian.

Page 94: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

86 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 13

FORMAT SURAT TUGAS OFISIAL KOMPETISI

SURAT TUGAS

Nomor :…../TGS/PP-FPTI/….. . …….

Pengurus Pusat/Derah Federasi Panjat Tebing Indonesia …………………………………….dengan ini

menugaskan nama-nama berikut untuk menjadi Ofisial Kompetisi pada

Nama Kompetisi: ………………………....…………………………………..

Penyelenggara: ………………………………………………………………

Tanggal kegiatan:…………………..... Sampai ….......………………..

Tempat: ………………………………………………………………

No Nama Lengkap Kualifikasi Jabatan dalam Kompetisi

Kepada penerima tugas ini wajib mengikuti Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman

Penyelenggaraan Kompetisi serta peraturan lainnya yang berlaku.

Semua biaya transportasi, akomodasi, dan honor atas penugasan ini menjadi tanggungjawab

Penyelenggara.

Demikian Surat Tugas dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Diterbitkan di: ………………………………………….

Pada tanggal: …………………………………………

Pengurus Pusat/Daerah

Federasi Panjat Tebing Indonesia

…………………………………………

…………………………………………

Jabatan

Page 95: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

87 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 14

LEMBAR HASIL PEMANJATAN

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: …………………………………………[isi dg nama kompetisi]

Tanggal kompetisi: …………………………………………[isi dg tgl kompetisi]

LEMBAR HASIL PEMANJATAN

BABAK: [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super - final]

NOMOR: [Putra/Putri]

NAMA ATLIT : …………………………………………

NO. ID CARD: …………………………………………

KATEGORI: Lead

LEAD

WAKTU PEMANJATAN: ………………………..

NILAI DICAPAI: ………………………..

KATEGORI: Boulder

BOULDER

NOMOR JALUR: ……………….

TOP: YA/TIDAK

JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: …………………

BONUS: YA/TIDAK

JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..

KATEGORI: Kecepatan

SPEED - FORMAT A

CATATAN WAKTU:

JALUR-A : …………………….

JALUR-B : …………………….

SPEED RECORD

CATATAN WAKTU :

JALUR-A : ………………………….

JALUR-B : ………………………….

SPEED – FORMAT B

CATATAN WAKTU : ………………………..

Category Judge:

………………………………….

Page 96: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

88 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 15

Lembar Hasil Pemanjatan Boulders

Lihat tabulasi pada Jalur-Masalah 2. Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis tabulasinya. Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh Jalur-Masalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5. Nama kompetisi: ………………………………………….. Tanggal: ………………………………………….. Babak: [Kualifikasi/Semi-final/Final]

Nama Atlit : ………………………………………….. NoID: …………………………………………..

Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T

pada attemp yang dilakukannya.

Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan

lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang

tersedia.

Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan.

Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada

operator display untuk diumumkan kepada penonton.

Page 97: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

89 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 16

LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL [Kop surat kompetisi] Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi] Jenis kompetisi: …………………………………………………………………… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ……….....………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final] KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]

NOMOR: …....………………………………………………………………. [Putra/Putri] Tempat kompetisi: …………………………………………... Tanggal: …………………………………………... Waktu diumumkan: …………………………………………... Batas waktu protes: …………………………………………... Category Judge

…………………………………………...

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu

Rangking

Page 98: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

90 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 17

LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi]

Jenis kompetisi: …………………………………………………………………..… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ………………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final]

KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]

NOMOR: …………………………………………………………………. [Putra/Putri]

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu

Rangking

Tempat kompetisi: …………………………………………...

Tanggal: …………………………………………...

Waktu diumumkan: …………………………………………...

Batas waktu protes: …………………………………………...

Category Judge Jury President

…………………………………………... ………………………………

Page 99: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

91 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran18 Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek

LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL [Kop surat kompetisi] Nama kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dg nama kompetisi] Jenis kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL BABAK: Kualifikasi KATEGORI: Boulders NOMOR: Putri

Tempat kompetisi: …………………………………………………… Tanggal: …………………………………………………… Waktu diumumkan: …………………………………………………… Batas waktu protes: …………………………………………………… Category Judge …………………………………………………… KETERANGAN

Pada kolom Jalur-1 sampai Jalur -4

TOP=1, artinya atlit berhasil menyelesaikan jalur-masalah AT=1, artinya atlit berhasil meraih TOP pada usaha pemanjatan (attemp) ke-1. B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama. Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14). AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha pemanjatan. Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis mempunyai nilai TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan. Pada kolom total TOP=3, artinya atlit berhasil menyelesaikan 3 jalur-masalah AT=3, artinya untuk 3 TOP tersebut atlit melakukan dalam 3 kali attemp. B=4, artinya atlit berhasil meraih 4 Tumpuan Bonus. AB=6, artinya untuk meraih 4 Tumpuan bonus tersebut, atlit melakukan 6 kali usaha pemanjatan (attemp). Peringkat 6 dan 7 seharusnya mempunyai peringkat sama yaitu 6. Peringkat 8 dan 9 harus mempunyai peringkat sama yaitu 8.

Page 100: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

92 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 19

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

[Kop Surat Kompetisi]

Nama kompetisi : ………………………………………………………….…. [isi dengan nama kompetisi]

Jenis kompetisi : ……………………………………………………………….[isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

KATEGORI: …………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]

NOMOR: ……………………………………………................. [Putra/Putri]

Nilai/Waktu No. No. ID

Nama

Lengkap Klub Daerah

Kualifikasi Semi-final Final

Rangking

Tempat kompetisi: ………………………………………………………………

Tanggal: ………………………………………………………………

Waktu diumumkan: ………………………………………………………………

Batas waktu protes: ……………………………………………………………….

Category Judge Jury President

……………………... …………………………

Page 101: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

93 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 20

LAPORAN KOMPETISI [Kop Surat Kompetisi]

LAPORAN KOMPETISI Dengan ini kami laporkan detail pelaksanaan kompetisi: 1. Nama kompetisi: ……………………………………………………………… 2. Tanggal kompetisi: ……………………..sampai ……………………………. 3. Tingkat kompetisi: ………………………………………………………………

[ ] Nasional [ ] Regional [ ] Provinsi [ ] Kabupaten/Kota

4. Jenis Kompetisi: [ ] Terbuka [ ] Militer [ ] Kelompok Umur

5. Kategori yang dikompetisikan: [ ] Rintisan [ ]Kecepatan [ ] Jalur-Pendek

6. Nomor kompetisi: [ ] Putra [ ] Putri 7. Tabel Daftar atlit penerima kartu kuning:

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Keterangan

8. Tabel Daftar atlit penerima kartu merah:

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Keterangan

9. Tabel Daftar Protes:

No. Pemrotes Protes atas Detail Protes

diterima/ditolak Keterangan

10. Tabel Daftar Ofisial Kompetisi

No. No. ID Nama Lengkap Provinsi Jabatan

Page 102: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

94 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

11. Tabel Daftar Kecelakaan* *Keterangan tabel daftar kecelakaan untuk diketahui oleh Jury President: Tanggal: tanggal kejadian Waktu: waktu terjadinya kecelakaan Nama dan Alamat Korban: cukup jelas Status korban: pilih atlit , Ofisial Kompetisi, panitia, atau penonton Jenis cedera:

[Ringan]: jika luka yang bisa ditangani dengan tenaga medis yang ada di daerah kompetisi. [Sedang]: jika diperlukan perlu penanganan lebih lanjut di rumah sakit. [Berat]: jika diperlukan perawatan inap atau operasi di rumah sakit [Sangat berat]: jika ada korban meninggal dunia.

12. Hal yang perlu dilaporkan berkaitan dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman PenyelenggaraanKompetisi Panjat Tebing:

13. Hal/kejadian lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan: 14. Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan:

• Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi • Lembar Hasil Akhir Kompetisi

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan Laporan ini jika diperlukan. Dibuat di: ………………………………………….. Pada tanggal: ………………………………………….. ………………………………………… Nama Jury President

No. Tanggal Waktu Nama dan Alamat Korban Status korban Jenis

Cedera

Page 103: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

95 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 21

LAPORAN PELAKSANAAN KOMPETISI [Kop Surat Kompetisi]

LAPORAN PELAKSANAAN KOMPETISI

Dengan ini kami laporkan detil pelaksanaan kompetisi: 1. Nama kompetisi: …………………………………………………………… 2. Tanggal kompetisi: …………………sampai …………………………. 3. Penilaian terhadap:

a. Jalannya kompetisi: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang b. Dukungan panitia: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang c. Atlit secara umum: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang d. Penonton: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang e. Komitmen panitia pada hadiah: [ ] baik [ ] tidak -baik f. Ofisial Kompetisi: • Jury President: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang • Chief Route: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang • Juri lainnya: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang • Route Setter: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang •

4. Daftar Ofisial Kompetisi yang mendapat sanksi:

No. No.ID Nama Lengkap Kesalahan Sanksi

5. Hal/kejadian lain yang perlu dilaporkan: Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan Laporan ini jika diperlukan. Dibuat di: ………………………………………………………. Pada tanggal: ………………………………………………………. …………………………………… Nama FPTI Delegate

Page 104: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

96 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 22

LAPORAN PENYELENGARAAN KOMPETISI

[Kop surat kompetisi]

LAPORAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI

Dengan ini kami laporkan detil penyelenggaraan kompetisi:

1. Nama kompetisi: …………………………………………………………………

2. Tanggal kompetisi: …………………..sampai …………………………………

3. Penilaian terhadap:

a) Atlit secara umum: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

b) Dukungan PP/Pengda FPTI: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

c) Jalannya kompetisi

• Penjurian: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang • Pembuatan Jalur: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

4. Hal/kejadian lain yang perlu dilaporkan:

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan Laporan ini jika diperlukan.

Dibuat di: ……………………………………………………………..

Pada tanggal: …………………………………………………………….

…………………………………………..

Nama Ketua Panitia

Page 105: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

97 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 23

PENDAFTARAN KEJURNAS KELOMPOK UMUR [Kop surat Pengda FPTI]

FORM PENDAFTARAN KEJURNAS/KEJURNAS KELOMPOK UMUR FPTI Pengurus Daerah: ……………………………………………………… Daftar nama atlit:

Kategori No Nama Lengkap Tgl Lahir No. ID

Lead Speed Bolder

Putri

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Putra

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Daftar ofisial : 1. …………………………………… 2. …………………………………… 3. ………………………………….. 4. ………………………………….. Manajer tim : ……………………………………

Demikian formulir ini diisi dengan sebenarnya. Diisi di : …………………………………. Tanggal :………………………………….. Pengurus Daerah …………………………. Federasi Panjat Tebing Indonesia ……………………………………………. Ketua Umum/Sekertaris Umum * Formulir ini harus disampaikan ke Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas/Kejurnas Kel Umur, atau ke Pengda FPTI untukKejurda/Kejurda Kel Umur.

Page 106: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

98 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 24

STRUKTUR ORGANISASI KOMPETISI

Page 107: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

99 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 25

NASKAH JANJI ATLIT

JANJI ATLIT

KAMI ATLIT PANJAT TEBING INDONESIA BERJANJI AKAN:

1. MENTAATI PERATURAN KOMPETISI YANG BERLAKU

2. MENJUNJUNG TINGGI NILAI SPORTIVITAS

3. MENJUNJUNG TINGGI NILAI PERSAHABATAN

4. MENJAGA NAMA BAIK OLAHRAGA PANJAT TEBING

5. MENJAGA NAMA BAIK FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

Page 108: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

100 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 26

NASKAH JANJI JURI

JANJI JURI

KAMI JURI KOMPETISI BERJANJI AKAN:

1. MENTAATI PERATURAN KOMPETISI YANG BERLAKU

2. MELAKSANAKAN TUGAS PENJURIAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH

3. MEMBUAT KEPUTUSAN PENJURIAN DENGAN ADIL DAN BIJAKSANA

4. MENJAGA NAMA BAIK OLAHRAGA PANJAT TEBING

5. MENJAGA NAMA BAIK FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

Page 109: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

101 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 27

NASKAH DOA

NASKAH DOA

[**marilah kita menundukkan kepala dan berdoa berdoa menurut keyakinan

masing].

Ya Allah ya Tuhan kami, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Engkau Maha Pemurah, berilah rahmat Mu agar (sehingga*) kami dapat

melaksanakan kompetisi ini tanpa gangguan yang berarti, sehingga dapat* (telah*)

menghasilkan prestasi yang maksimal.

Engkau Maha Pengasih, tuntunlah kami dalam melaksanakan kompetisi* (hidup*) ini

agar dapat berjalan sesuai harapan kami.

Engkau Maha Kuasa, berilah kekuatan kepada kami untuk dapat berlaku sportif.

Ya Allah Tuhan yang Maha Bijaksana, jangan jadikan sombong ketika kami juara, dan

jangan jadikan kami putus harapan ketika kami kalah. Berilah kami kekuatan dan

ketabahan untuk menerima hasil kompetisi yang akan* (telah*) dilaksanakan.

Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa

kesalahan ibu-bapak kami, dosa dan kesalahan semua umat manusia .

Ya Allah ya Tuhan Kami, kabulkanlah doa dan permohonan kami.

Amin.

* sesuaikan dengan jenis upacara: pembukaan atau penutupan.

** minta kepada seluruh peserta upacara

Page 110: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

102 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Lampiran 28

CONTOH SERTIFIKAT PARTISIPASI

Page 111: Draft Pedoman Penyelengaraa Kompetisi

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

103 Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010