Draft Osce Nbss

download Draft Osce Nbss

of 44

description

,,

Transcript of Draft Osce Nbss

Pertemuan 1 Neurologic Examination (Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Sensorik)Di station ini, kita diminta untuk dapat memeriksa fungsi motorik dan sensorik pasien, apakah normal atau terdapat kelainan. Jika ternyata dari hasil pemeriksaan terdapat kelainan, kita harus bisa menentukan dimana letak lesinya. Untuk pemeriksaan fungsi motorik, jika ada kelainan yang ditemukan, kita harus dapat menentukan apakah lesinya terletak di LMN atau UMN. Kita tahu bahwa yang termasuk ke dalam UMN adalah mulai dari cortex cerebri hingga anterior horn di medulla spinalis. Sedangkan yang termasuk ke dalam LMN adalah mulai dari anterior horn hingga ke skeletal muscle di seluruh tubuh. Begitu juga dengan pemeriksaan fungsi sensorik. Karena itu, poin yang harus sangat diperhatikan untuk bisa lulus station ini adalah:1) Tahu dan mengerti karakteristik dan perbedaan dari lesi di UMN dan LMN. 2) Jangan lupa untuk selalu memeriksa dan membandingkan kedua sisi tubuh, kanan dan kiri!Awali pemeriksaan dengan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien. Tanyakan identitas pasien lalu lakukan informed consent. Jangan lupa beri tahu bahwa beberapa prosedurnya mungkin agak menyakitkan dan kurang nyaman. Suruh pasien untuk berbaring di atas meja pemeriksaan. Setelah itu, posisikan diri kita (pemeriksa) agar berada di sebelah kanan pasien.Pemeriksaan Fungsi MotorikPemeriksaan ini meliputi inspeksi, pemeriksaan kekuatan dan tonus anggota gerak, serta perkusi untuk mendeteksi fasikulasi.I. Inspeksi1. Inspeksi kondisi motorik dari ekstremitas atas dan bawah pasien, kanan dan kiri. Sebenarnya, paling baik pasien berada dalam kondisi telanjang selama dilakukan pemeriksaan ini. Pasien juga boleh disuruh berjalan untuk kita inspeksi. Tapi, di OSCE cukup lakukan inspeksi dengan pasien dalam keadaan berbaring.2. Ketika melakukan inspeksi, perhatikan kontur dan perkembangan otot di kedua sisi tubuh pasien, baik di kanan atau di kiri harus sama. Perhatikan juga apakah ada muscle wasting, fasikulasi atau gerakan gerakan involunter pada tungkai dan/atau lengan pasien. 3. Perhatikan juga apakah ada atrofi otot atau tidak. Syarat atrofi adalah, ketika bagian kanan dan kiri diukur diameternya berbeda > 2 cm. Karena itu, seharusnya untuk menentukan atrofi atau tidak, lingkar tungkai dan/atau lengan atas dan bawah harus diukur dan dibandingkan kanan dengan kiri. Namun, hal ini tidak dilakukan ketika OSCE.II. Strength of limbs1. Dalam posisi duduk atau berbaring, pasien diminta untuk mengangkat lengannya ke atas, agak dimiringkan dengan tangan supinasi. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa kekuatan otot deltoid. Suruh pasien untuk memejamkan matanya, dan tahan posisi tangannya tetap seperti itu selama 20x hitungan. 2. Kemudian, pemeriksa menekan tangan pasien ke bawah, makin lama makin kuat. Pasien diminta untuk menahan tekanan tersebut dengan mengontraksikan otot otot lengannya.3. Jika kekuatan otot pasien lemah, maka tangan pasien akan turun ketika ditekan atau bahkan ketika diminta untuk menahan posisi tangannya melawan gravitasi. Biasanya tangan pasien turun secara rotasi ke arah internal. 4. Kekuatan otot juga bisa diperiksa dengan cara sebagai berikut. Suruh pasien untuk menggenggam jari telunjuk dan jari tengah atau tangan pemeriksa, kemudian tarik kencang kencang dan pasien diminta untuk tetap menggenggam sekuat mungkin, jangan sampai lepas.5. Tentukan grade dari kekuatan lengan pasien. Grade 5: normal. Grade 4 1: paresis. Grade 0: total paralysis.a. Grade 5: Pasien bisa menahan dengan baik tekanan maksimal dari pemeriksa. Grade ini ditemukan pada pasien yang normal. Pasien dengan grade 5 ini kekuatan ototnya sangat baik sehingga, menurut dr. Hendro, pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan cara mengajak pasien panco.b. Grade 4: Pasien hanya bisa menahan tekanan lemah dari pemeriksa. Jika pemeriksa memberikan tekanan yang penuh (kuat) pada tangan pasien, tangan pasien akan langsung turun (rotasi internal).c. Grade 3: Pasien hanya bisa melawan gaya gravitasi. Pasien masih mampu mengangkat tangan, namun bila diberikan tekanan akan langsung jatuh.d. Grade 2: Pasien hanya bisa menggerakkan tangannya di atas tempat tidur. Pasien hanya mampu menggeser tangan di tempat tidur, dan lebih mudah untuk adduksi dibandingkan abduksi. Kadang abduksi bisa dilakukan, namun gerakannya lemas.e. Grade 1: Pasien tidak mampu menggerakkan tangan, hanya mampu menggerakkan jari jari.f. Grade 0: Pasien tidak dapat bergerak sama sekali (total paralysis atau paraplegia).6. Lakukan prosedur yang hampir sama untuk memeriksa ekstremitas bawah pasien. Masih dalam keadaan berbaring, pasien diminta untuk mengangkat kedua kakinya dengan cara sebagai berikut. Suruh pasien untuk melipat kakinya terlebih dulu, baru mengangkat kakinya. Posisi akhirnya adalah tungkai bawah dinaikkan ke atas dengan posisi agak miring.7. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan juga hampir sama. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa kekuatan otot quadriceps. Pasien diminta mempertahankan posisi selama 25x hitungan. Setelah itu pemeriksa memberikan tekanan ke bawah yang makin lama makin kuat. Pasien diminta menahan tekanan tersebut sebisa mungkin. 8. Tentukan grade dari kekuatan otot tungkai pasien. Grade yang digunakan sama dengan grade pada pemeriksaan kekuatan otot lengan.III. Tonus otot1. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring. 2. Minta pasien untuk rileks dan melemaskan otot otot tungkai dan lengan. 3. Pilih otot yang akan diperiksa, bisa biseps, triseps, atau quadriceps. Kemudian pegang otot tersebut di lengan atau tungkai pasien yang akan diperiksa dengan satu tangan. Dengan tangan lainnya, pegang sendi serta lengan atau tungkai tersebut.4. Pemeriksa melakukan fleksi dan ekstensi secara pasif pada joint of limbs pasien. Rasakan adanya muscle resistance.5. Jika tonus otot pasien meningkat, maka respons yang terjadi abnormal.6. Lakukan pada lengan atau tungkai sebelahnya dan bandingkan hasilnya. IV. Fasikulasi1. Pemeriksa memperkusi (mengetuk) satu area pada otot pasien menggunakan palu refleks. Pilih otot yang besar.2. Perhatikan apakah terjadi gerakan fasikulasi otot pada area yang diperiksa.3. Fasikulasi adalah kontraksi dari beberapa otot secara bersamaan.Pemeriksaan Fungsi SensorikPemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek apakah pasien dapat merasakan rangsangan serta mengevaluasi integrasi korteks pasien terhadap rangsang yang diberikan. Pemeriksaan ini mencakup tes sensasi eksteroseptif (sentuhan, rasa sakit dan suhu) dan tes sensasi proprioseptif (vibration sense dan position sense).I. Pemeriksaan Sensorik Eksteroseptif1. Lakukan informed consent. Jelaskan pada pasien tes apa yang akan kita lakukan dan prosedurnya. Beritahu bahwa tes ini mungkin akan terasa kurang nyaman namun tes ini harus dilakukan untuk melihat apakah ada ketidaknormalan atau tidak. 2. Setelah pasien setuju, posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring dengan tangan supinasi. Minta pasien untuk menutup mata dan menjawab atau mengatakan sesuatu ketika ia merasakan rangsangan yang kita berikan.3. Tes dimulai dengan memberikan rangsangan berupa sentuhan menggunakan kapas yang ujungnya sudah dipelintir sekecil mungkin. Sebaiknya sediakan 2 kapas seperti ini agar memudahkan pemeriksa untuk mengecek. Kapas di tangan kiri bisa digunakan untuk memeriksa bagian tubuh kanan pasien dan kapas di tangan kanan untuk bagian tubuh kiri pasien.4. Sentuhkan ujung kapas tersebut selembut mungkin ke tubuh pasien, misal di lengan atas pasien. Lakukan di satu tangan terlebih dahulu, kemudian di tangan sebelahnya, lalu lakukan di kedua tangan secara bersamaan. Area yang diperiksa serta kuatnya sentuhan yang diberikan di bagian kanan dan kiri pasien haruslah sama.5. Berikan sentuhan kapas dari arah proksimal menuju distal. Periksa pasien secara sistematis.6. Area yang diperiksa pertama kali adalah di leher, di bagian C3 dermatom kiri dan kanan. Kemudian turun ke pertemuan leher dan bahu, lalu bahu, turun ke lengan atas lateral dan medial, lengan bawah lateral dan medial, tangan, kemudian jari jari tangan. Periksa juga tubuh pasien. Kemudian, periksa tungkai pasien mulai dari tungkai atas lateral dan medial, tungkai bawah lateral dan medial, kaki, dan jari jari kaki.7. Jari jari tangan dan kaki pasien diperiksa semuanya, tanpa terkecuali. 8. Selalu ingat untuk memeriksa bagian kiri dan kanan pasien.9. Ketika memeriksa bagian kiri dan kanan secara bersamaan, selalu ingat untuk menanyakan apakah kuat rangsangan yang dirasakan oleh pasien sama besar di kiri dan kanan.10. Contoh pertanyaan yang diberikan kepada pasien bisa seperti ini:Saat memberikan rangsang pertama kali: Pak, ini terasa nggak?Saat mengetes sebelahnya: Kalau yang ini terasa pak?Saat mengetes kedua sisi tubuh pasien: Sekarang terasa pak? Sama atau nggak di kanan dan kiri?Selanjutnya, saat bagian yang diperiksa semakin turun: Ini terasa pak? Kalau yang ini? Sekarang? Sama atau nggak?11. Selanjutnya lakukan pemeriksaan dengan memberikan rangsang sakit menggunakan tusuk gigi. Lakukan informed consent. Jelaskan tes apa yang akan dilakukan, prosedurnya. Beritahu bahwa akan terasa sedikit sakit dan kurang nyaman namun harus dilakukan.12. Setelah pasien bersedia diperiksa, sepakati dulu yang mana tajam dan yang mana yang tumpul. Sentuhkan ujung tusuk gigi yang tajam pada lengan pasien dan beritahu bahwa itu tajam. Lakukan hal yang sama dengan sisi yang tumpul.13. Ingat, jangan menekan terlalu keras, apalagi ketika sedang menggunakan sisi yang tajam. Jangan sampai menyakiti pasien.14. Prosedur dan area pemeriksaan sama dengan pemeriksaan menggunakan kapas.15. Kita tidak harus selalu memeriksa dengan memberikan sentuhan tajam dan tumpul secara bergantian. Bisa juga kita beri sentuhan tajam dulu baru tumpul. Khawatirnya kalau sentuhan yang kita berikan membentuk pola, pasien bisa menjawab karena menebak pola bukan karena benar benar merasakan rangsangan sakit.16. Pertanyaan yang diajukan hampir sana, namun yang ditanyakan bukan terasa atau tidak. Yang ditanyakan adalah, Pak ini tajam atau tumpul? Kalau yang ini? Sekarang? Sama atau tidak?. 17. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan untuk mengecek sensasi pasien terhadap suhu menggunakan 2 tabung reaksi. 1 tabung reaksi berisi air panas dengan suhu 30 C dan tabung lainnya berisi air dingin.18. Lakukan informed consent. Jelaskan tes dan prosedur tes yang akan dilakukan. Beritahu bahwa akan terasa kurang nyaman, namun harus dilakukan.19. Setelah pasien bersedia, sepakati terlebih dulu yang mana panas dan yang mana dingin. 20. Prosedur dan area pemeriksaan sama dengan pemeriksaan menggunakan kapas dan tusuk gigi. Jaga jangan sampai rangsangan suhu yang kita berikan membentuk pola.21. Pertanyaan yang diajukan juga hampir sama, contohnya: Pak, ini panas atau dingin? Kalau yang ini?22. Ingatlah dalam melakukan semua pemeriksaan ini, pasien harus menutup matanya.II. Pemeriksaan Sensorik Proprioseptif1. Position Sensea. Lakukan informed consent. b. Sebelum melakukan tes, samakan persepsi dengan pasien. Sepakati mana jari ke-5, ke-4, ke-3, ke-2, dan ke-1. Sepakati juga arah atas dan bawah. Pada saat menyepakati, posisi tangan harus pasien harus pronasi (bisa juga menyamping) agar jelas arahnya.c. Minta pasien untuk menutup mata.d. Pegang ujung jari pasien. Tanyakan jari apa yang sedang kita pegang. Kemudian gerakkan ke atas atau ke bawah dan tanyakan arahnya pada pasien.e. Contoh pertanyaan yang diajukan kepada pasien: Pak ini jari apa? Bergeraknya ke mana? f. Lakukan tes yang sama pada tangan sebelahnya dan bandingkan.2. Vibration Sensea. Lakukan informed consent dan minta pasien untuk menutup mata.b. Pegang garpu tala di ujungnya, bukan di sisi yang berbentuk seperti huruf U (body). c. Getarkan garpu tala dengan cara memukulnya ke permukaan yang keras. Jangan memukulkan garpu tala ke tubuh pasien.d. Ketika garpu tala bergetar, pegang ujungnya. Jangan memegang body dari garpu tala karena akan menghentikan getaran.e. Letakkan ujung garpu tala yang bergetar di tubuh pasien, di tulang yang besar dan menonjol (contoh: siku, bahu, lutut), tegak lurus dengan bidang.f. Tanyakan pada pasien apakah ia merasakan getaran atau tidak.g. Tiap kali pemeriksa akan mengecek ulang, garpu tala harus digetarkan kembali.h. Periksa seluruh bagian tubuh pasien, kiri dan kanan, lalu bandingkan hasilnya.Pemeriksaan selesai. Sampaikan hasilnya pada pasien dan ucapkan terima kasih.

Pertemuan 2 Pemeriksaan Refleks dan Meningeal SignsPada station ini kita akan mengecek refleks fisiologis, refeleks patologis, refleks primitif, dan meningeal signs pasien. Urutan pemeriksaannya adalah meningeal signs, refleks fisiologis, refleks patologis, dan refleks primitif. Pemeriksaan meningeal signs dimaksudkan untuk mengecek ada tidaknya iritasi di meninges dengan cara mengubah posisi tubuh pasien agar medulla spinalis pasien tertarik dan meningesnya meregang. Jika ada iritasi di meninges, maka akan ada pergerakan yang abnormal dari anggota tubuh pasien yang lain untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat meregangnya meninges. Contohnya, pemeriksaan nuchal rigidity atau kaku kuduk. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memfleksikan kepala pasien. Pada posisi kepala yang ekstensi atau mendongak, medulla spinalis akan lebih rileks. Namun, pada posisi kepala fleksi atau menunduk, medulla spinalis akan tertarik. Jika ada iritasi oleh benda benda asing di meninges, pasien akan merasa sakit ketika kepalanya difleksikan dan nuchal rigiditynya akan positif. Bedakan antara kaku kuduk dengan kuduk kaku. Pasien dengan kaku kuduk hanya akan merasa nyeri ketika kepalanya fleksi, sedangkan pasien dengan kuduk kaku kepalanya tidak bisa digerakkan ke semua arah (tidak hanya saat fleksi).Refleks fisiologis adalah refleks yang akan muncul pada keadaan normal. Sedangkan refleks patologis akan muncul jika ada lesi pada upper motor neuron pasien. Fungsi UMN salah satunya adalah inhibisi dari refleks patologis. Ketika di UMN ini terdapat lesi, fungsi inhibisi itu hilang dan timbullah refleks patologis. Refleks primitif adalah refleks yang muncul di bayi. Seharusnya, di orang dewasa refleks primitif ini tidak muncul. Jika refleks ini muncul, berarti terdapat gangguan bilateral di CNS pasien.Poin yang harus sangat diperhatikan untuk bisa lulus station ini adalah:1) Tahu dan mengerti refleks fisiologis dan patologis, dan apa artinya bila refleks tersebut muncul atau tidak muncul. 2) Jangan lupa untuk selalu memeriksa dan membandingkan kedua sisi tubuh, kanan dan kiri!3) Pastikan pasien dalam keadaan rileks. Pasien yang tegang bisa menyebabkan refleks yang seharusnya muncul menjadi tidak muncul. Walaupun pada akhirnya dokter akan melihat cara kita melakukan pemeriksaan, namun hal ini bisa jadi menambah kepanikan saat ujian.4) Sebutkan cara cara pemeriksaan dan respons yang diharapkan untuk setiap refleks. Terutama pada refleks patologis, yang kemungkinan besar tidak akan muncul pada pasien, sebutkan seperti apa refleks yang terjadi kalau hasilnya positif.5) Hafalkan setiap nama nama refleks, terutama refleks patologis. Kalau susah, pasangkan refleks yang memiliki prosedur pemeriksaan hampir sama (contoh: refleks Hoffman dan refleks Tromner).6) Lakukan tes refleks menggunakan ujung palu refleks yang lebih kecil, kecuali untuk beberapa tes tertentu.7) Jangan terlalu keras memukul pasien. Jangan sampai menyakiti pasien.8) Hati hati jangan sampai tertukar antara refleks biseps dan triseps.9) Untuk refleks patologis, tolong pelajari baik - baik refleks Babinski. Menurut dokter yang menjadi resource person, refleks ini adalah yang paling sering keluar tapi juga paling sering salah.Awali pemeriksaan dengan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien. Tanyakan identitas pasien lalu lakukan informed consent. Jangan lupa beri tahu bahwa beberapa prosedurnya mungkin agak menyakitkan dan kurang nyaman. Suruh pasien untuk berbaring di atas meja pemeriksaan. Posisikan badan pemeriksa agar sebisa mungkin tidak mengganggu gerak refleks yang mungkin timbul.I. Meningeal Signs1. Neck Stiffness (Nuchal Rigidity)a. Pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien.b. Pegang kepala pasien dengan kedua tangan, kemudian gerakkan ke kanan dan ke kiri. Perhatikan apakah pasien merasa sakit atau kepala pasien sulit untuk digerakkan.c. Letakkan tangan kiri di occiput pasien dan tangan kanan di dada pasien. Gerakkan kepala pasien fleksi ke arah dada hingga dagu pasien menyentuh dada.d. Respons positif atau abnormal adalah jika kepala pasien sulit untuk digerakkan atau ketika pasien merasakan atau menunjukkan rasa sakit.e. Saat melakukan tes ini, bisa melakukan tes Brudzinski I juga secara berbarengan.2. Brudzinskis Signa. Ada 4 jenis Brudzinkis sign. Respons positif adalah fleksi kaki pasien pada lutut atau knee joint.b. Brudzinski I atau Brudzinskis neck sign dilakukan dengan cara memfleksikan kepala pasien dan melihat apakah ada gerakan fleksi pada kaki pasien atau tidak. Tes ini bisa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan nuchal rigidity.c. Brudzinski II atau Brudzinski contralateral leg sign diperiksa dengan cara mengangkat satu kaki pasien ke atas. Lihat apakah ada fleksi pada kaki yang lainnya.d. Brudzinski III (Brudzinski cheek sign) dilakukan dengan cara menekan tulang zygomatic pasien. Respon positif adalah jika pasien memfleksikan lengan atasnya.e. Brudzinski IV (Brudzinski symphysis sign) dilakukan dengan cara menekan bagian bawah abdomen pasien, tepatnya di area supra pubis, dengan telapak tangan. Perhatikan apakah ada gerakan fleksi pada kaki pasien.3. Lasiques Signa. Kaki pasien diangkat dan dibawa ke atas. Kaki pasien lurus dan tidak ditekuk.b. Jika pasien merasa kesakitan ketika sudut antara kaki dan tempat tidur

Telinga Kanan (Merah)O 25 dB) Jarak (gap) antara BC dan AC lebih dari 10 dB.II. Sensorineural Hearing Loss (SHL) BC dan AC tidak berada pada daerah normal Jarak (gap) antara BC dan AC kurang dari 10 dB, hampir tidak ada gap Garis AC dan BC sama/sejajar/membentuk garis yang sama (hearing level pada satu frekuensi sama) AC dan BC bisa berada dalam satu garisIII. Mixed Hearing Loss (MHL) Campuran antara CHL dan SHL BC dan AC tidak berada pada daerah normal Jarak (gap) antara BC dan AC lebih dari 10 dB. Garis AC dan BC tidak sama/tidak sejajar/tidak membentuk garis yang sama (hearing level pada satu frekuensi bisa jauh berbeda)Derajat Hilangnya Pendengarana. 0 25 dBHL normalb. 26 40 dBHL mild lossc. 41 55 dBHL moderate lossd. 56 70 dBHL moderate to severe losse. 71 90 dBHL severe lossf. > 90 dBHL profound lossSebelum melakukan tes keseimbangan, matikan dan lepaskan head lamp. Head lamp juga boleh dilepas ketika melakukan tes pendengaran. Tes Romberg1. Lakukan informed consent. Pak, sekarang kita akan melakukan tes keseimbangan. Yang pertama adalah tes Romberg. Tolong bapak berdiri dengan satu kaki di depan kaki lainnya, dalam satu garis. Tumit kaki di depan menyentuh jari kaki belakangnya. Letakkan tangan menyilang di depan dada. Tidak perlu takut jatuh, karena nanti akan saya tangkap. Apa bapak mengerti?2. Tangan juga bisa ditaruh dalam posisi saling menggenggam (tangan satu berada di atas tangan lainnya) dan ditarik kuat di depan badan. 3. Posisikan pasien dengan benar. Pemeriksa berdiri di sekitar pasien untuk melihat apakah pasien jatuh pada tes ini.4. Pasien diminta untuk menutup mata selama 30 detik 1 menit. Pemeriksa menjaga di belakang dan di samping pasien.5. Perhatikan pasien. Normalnya pasien dapat menjaga postur tubuh (tetap berdiri tegak) tanpa ada gerakan dari kaki.6. Bila ada gangguan keseimbangan, pasien akan cenderung jatuh ke arah yang sakit. Misal, pasien jatuh ke kanan, berarti gangguan ada di telinga kanan.Tandem Gait Test1. Lakukan informed consent. Pak, sekarang kita akan melakukan tes Tandem Gait. Posisi bapak seperti tadi, namun kali ini bapak berjalan ke arah saya. Setiap kali berjalan, letakkan kaki di depan kaki lainnya, dalam satu garis. Tumit kaki di depan menyentuh jari kaki belakangnya. Letakkan tangan menyilang di depan dada. Tidak perlu takut jatuh, karena nanti akan saya tangkap. Apa bapak mengerti?2. Pemeriksa berdiri kira kira 2 3 m di depan pasien dalam satu garis lurus. Minta pasien berjalan ke arah pemeriksa sesuai dengan posisi yang dijelaskan.3. Tangan pasien bisa terentang, bisa juga lurus di samping, bisa juga ditaruh dalam posisi saling menggenggam (tangan satu berada di atas tangan lainnya) dan ditarik kuat di depan badan.4. Ketika melakukan tes ini, akan lebih bagus bila pasien membuka sepatu. Dan sebaiknya, pada praktek nyata, ada asisten untuk membantu menjaga kalau kalau pasien terjatuh.5. Respons yang normal adalah pasien mampu berjalan lurus tanpa ada ketidakseimbangan, tidak goyah, dan tidak ada pemosisian kaki ke samping untuk menjaga keseimbangan.Pemeriksaan selesai. Minta pasien untuk duduk kembali. Beri penjelasan mengenai tipe gangguan pendengaran jenis apa yang diderita pasien dan apakah ia menderita gangguan keseimbangan atau tidak. Lakukan closing. Lalu rapikan peralatan. Cuci tangan. masih menggunakan hand scoon, di baki berisi desinfektan, lalu lepas hand scoon di baki itu. Lepas semua properti.