Draft Evaluasi Program Final

129
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. 1

description

BERISI DRAFT EVALUASI

Transcript of Draft Evaluasi Program Final

Page 1: Draft Evaluasi Program Final

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang

berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh

pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan

Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam

penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan,

masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga

insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di Indonesia

relatif masih sangat tinggi.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan

kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber

daya manusia Indonesia.

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut ditetapkanlah

Visi Indonesia Sehat 2015 yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan Negara

Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang

sehat dan dengan perilaku yang sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Negara

kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut diselenggarakan upaya

pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota maupun oleh masyarakat

termasuk swasta.

1

Page 2: Draft Evaluasi Program Final

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai

media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua

negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi

dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

(mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini

diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan

menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan

berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau

toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/

ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable

Disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang

mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang

terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup.(1)

Berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, maka Dinas Kesehatan

bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan

kerja sama semua pihak yang terkait serta memfasilitasi Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan manajemen program yang meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana,

tenaga, sarana dan prasarana).

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut

yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan

sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,

hingga perdarahan spontan.(2) (WHO, 2010).

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun

1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian

besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.(2) (WHO, 2010).

2

Page 3: Draft Evaluasi Program Final

Pada tahun 2007, dilaporkan terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4

kasus per 1.000 populasi. Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di

357 dari total 480 kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program

Managers Meeting 2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803,

dengan jumlah kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia

penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun)

14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8%.(3) (DepKes RI, 2008).

Menurut Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta terdapat 14.071 penderita

DBD pada tahun 2003 dengan CFR 0,42 %. Pada tahun 2004, jumlah penderita

meningkat tajam menjadi 20.640 orang dengan CFR 0,44 % sedangkan tahun 2005

jumlah penderita meningkat menjadi 23.466 orang dengan CFR 0,34%. Pada bulan

Januari-Febuari 2009 DBD telah menyerang 4.290 warga.

Berdasarkan data dari Kelurahan Menteng Dalam penemuan kasus DBD dan

penemuan jentik masih cukup tinggi beberapa wilayah, sehingga peneliti melakukan

penelitian terhadap program mengenai kasus DBD yang terdapat di Kelurahan

Menteng Dalam.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

yang ada, yaitu bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat

Kelurahan Menteng Dalam tentang demam berdarah?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Kelurahan Menteng

Dalam tentang pentingnya pencegahan DBD.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di Kelurahan

Menteng Dalam terhadap penyakit DBD.

3

Page 4: Draft Evaluasi Program Final

b. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap penyakit DBD.

c. Untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di

Kelurahan Menteng Dalam.

d. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam

kegiatan kesehatan di Kelurahan Menteng Dalam.

D. Manfaat Kegiatan

1. Bagi Mahasiswa :

a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu

kesehatan Masyarakat.

b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang

ditemukan di dalam program puskesmas.

c. Mengetahui bagaimana merencanakan kegiatan dalam penyelesaian

masalah DBD di Puskesmas Menteng Dalam.

2. Bagi Puskesmas :

a. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari DBD di

Kelurahan Menteng Dalam

b. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian

terhadap masalah tersebut.

c. Membantu Puskesmas dalam membuat rencana kegiatan dari

pemecahan masalah tentang DBD di Kelurahan Menteng Dalam

E. Metodologi Penulisan

1. Jenis data yang diambil

Data diambil dari data primer dan data sekunder yang didapatkan di

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam. Data primer diperoleh dari wawancara

dengan kepala puskesmas, staf, dan para pemegang program kesehatan

lingkungan serta pengamatan langsung tentang pelaksanaan manajemen, yang

berupa pelaksanaan proses manajemen (P1/ Perencanaan, P2/ Penggerakkan

4

Page 5: Draft Evaluasi Program Final

dan Pelaksanaan, serta P3/ Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian). Data

sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) dan laporan

hasil kegiatan bulanan maupun tahunan puskesmas.

Data hasil kegiatan yang diperoleh kemudian dianalisa dengan

membandingkan dengan SPM. Hasil kegiatan dengan pencapaian yang kurang

dari 100% berdasarkan SPM merupakan masalah. Dari berbagai masalah

tersebut dilakukan upaya pemecahan dengan menerapkan metode algoritma

problem solving cycle, yaitu setelah dilakukan identifikasi masalah maka

selanjutnya melakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan

metode Hanlon Kuantitatif. Kemudian diambil salah satu program bermasalah

yang akan dipecahkan. Langkah selanjutnya dilakukan analisa penyebab

dengan mempergunakan diagram Fish Bone Analysis berdasarkan pendekatan

sistem untuk mencari kemungkinan penyebab. Dari berbagai kemungkinan

penyebab kemudian dilakukan konfirmasi untuk mencari penyebab yang

paling mungkin. Kemudian ditentukan alternatif pemecahan masalah

berdasarkan masalah yang ditentukan. Berdasarkan penyebab masalah yang

paling mungkin tersebut, ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan

menggunakan metode kriteria matriks (MIV/C). Setelah didapatkan

pemecahan masalah terpilih lalu dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA

(Plan Of Action) atau rencana kegiatan. Selanjutnya dilakukan monitoring dan

evaluasi.

2 .Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Jakarta

Selatan

b. Lingkup waktu : Data Januari-Maret 2015

c. Lingkup sasaran : Warga RW 13 Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan

d. Lingkup metode : Pengamatan, wawancara dan data sekunder.

5

Page 6: Draft Evaluasi Program Final

3. Besar Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya disesuaikan dengan

besar populasi sampel jumlah temuan kasus DBD dan jentik positif yang berada di

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan

5. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan

gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif.

Rancangan penelitian yang digunakan berupa survey dengan tujuan untuk

membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan

hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut

6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah warga RW 13 Kelurahan

Menteng Dalam, Jakarta Selatan, di mana pada RW tersebut ditemukan kasus

DBD tertinggi dari bulan Januari-Maret 2015

Kriteria eksklusi dalam laporan ini adalah

6

Page 7: Draft Evaluasi Program Final

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini

mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien

DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-

lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali

kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap

hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan

dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan

merespon kasus ini.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,

disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya

pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang

nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta

adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

2.2 Epidemiologi

Di Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun

1970. Di Jakarta, kasus pertama di laporkan pada tahun 1968. Sejak dilaporkannya

kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 1968 terjadi kecenderungan

peningkatan insiden. Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah

melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan kasus DBD juga

7

Page 8: Draft Evaluasi Program Final

meningkat, namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% pada tahun 1968,

menjadi 3% pada tahun 1984 dan menjadi <3% pada tahun 1991.(4)

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi

disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor,

tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi

meteorologis. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin,

tetapi kematian ditemukan lebih banyak terjadi pada anak perempuan daripada anak

laki-laki. Pada awal terjadinya wabah di sebuah negara, pola distribusi umur

memperlihatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur <15

tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutnya, jumlah kasus golongan usia

dewasa muda meningkat. Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu

jelas, namun secara garis besar jumlah kasus meningkat antara September sampai

Februari dengan mencapai puncaknya pada bulan Januari(4)

Gambar 1. Negara dengan risiko transmisi dengue (WHO, 2011)

Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan demam

berdarah dengue antara lain: demografi dan perubahan sosial, suplai air, manejemen

sampah padat, infrastruktur pengontrol nyamuk, consumerism, peningkatan aliran

8

Page 9: Draft Evaluasi Program Final

udara dan globalisasi, serta mikroevolusi virus. Indonesia berada di wilayah endemis

untuk demam dengue dan demam berdarah dengue. Hal tersebut berdasarkan

penelitian WHO yang menyimpulkan demam dengue dan demam berdarah dengue di

Indonesia menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya angka kematian anak,

endemis yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan tersebar di seluruh area. (4)

Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden

tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 penduduk, namun pada tahun

2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan

sudah dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan yakni <20 per

100.000 penduduk.

Gambar 2.2 Angka kesakitan dan kematian DBD di Indonesia (Depkes, 2008)

Epidemic sering terjadi di Amerika, Eropa, Australia, dan Asia hingga awal

abad 20. Sekarang demam dengue endemic pada Asia Tropis, Kepulauan di Asia

Pasifik, Australia bagian utara, Afrika Tropis, Karibia, Amerika selatan dan Amerika

tengah. Demam dengue sering terjadi pada orang yang bepergian ke daerah ini. Pada

daerah endemik dengue, orang dewasa seringkali menjadi imun, sehingga anak-anak

dan pendatang lebih rentan untuk terkena infeksi virus ini.(5)

9

Page 10: Draft Evaluasi Program Final

Gambar 3. Distribusi Dengue di Dunia. CDC 2009.(6)

Keterangan : Biru : area infestasi Aedes aegypti. Merah : area infestasi Aedes aegypti dan epidemic

dengue

Pada tahun 2003, delapan negara (Bangladesh, India, Indonesia, Maladewa,

Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste) melaporkan adanya kasus dengue.

Epidemik dengue adalah masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia,

Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang beriklim tropis dan berada di

daerah ekuator dimana Aedes aegypti berkembang biak baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan. Di Negara ini dengue merupakan penyebab rawat inap dan

kematian tertinggi pada anak-anak.(7)

DHF/ DSS lebih sering terjadi pada daerah endemis virus dengue dengan

beberapa serotipe. Penyakit ini biasanya menjadi epidemik tiap 2-5 tahun. DHF/DSS

paling banyak terjadi pada anak di bawah 15 tahun, biasanya pada umur 4-6 tahun.

Frekuensi kejadian DSS paling tinggi pada dua kelompok penderita : a. anak-anak

yang sebelumnya terkena infeksi virus dengue, b. bayi yang darah ibunya

mengandung anti dengue antibodi. Transmisi penyakit biasanya meningkat pada

musim hujan.Suhu yang dingin memungkinkan waktu survival nyamuk dewasa lebih

panjang sehingga derajat tranmisi meningkat.(8)

Case Fatality Rate yang dilaporkan adalah 1%, tetapi di India, Indonesia dan

Myanmar, telah dilaporkan adanya outbreak lokal di daerah perkotaan dengan laporan

10

Page 11: Draft Evaluasi Program Final

Case Fatality Rate sebesar 3-5%. Di Indonesia, dengan 35% populasi yang bertempat

tinggal di daerah perkotaan, 150.000 kasus dilaporkan pada tahun 2007 (kasus

tertinggi diantara semua negara) dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan berasal

dari Jakarta dan Jawa Barat dengan Case Fatality Rate sebesar 1%.(9)

2.3 Definisi

Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang

ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di

rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.(8)

2.4 Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,

yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang

dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus

dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat

molekul 4x10.(7)

Gambar 4. Virus Dengue (Smith, 2002)

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

11

Page 12: Draft Evaluasi Program Final

Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype

terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur

hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan terhadap

serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi

dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus

dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.(5)

Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk

Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering

ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan

berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat

penampungan air sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik-

bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.

Jarak terbang nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki

tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar rumah dan

pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang bersih, seperti pohon pisang,

pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada siang hari dan memiliki jarak

terbang 50 meter.

Gambar 5. Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus (WHO, 2011)

2.5 Gejala dan Tanda (10-12)

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (380 C-400 C)

b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif purpura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.

12

Page 13: Draft Evaluasi Program Final

c. Hepatomegali (pembesaran hati).

d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm3.

f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.

h. Pendarahan pada hidung dan gusi.

i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau

tifoid. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD

bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM

menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual,

maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk

bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu

diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue,

patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang

baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium)

dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.

Pada keadaan wabah telah dilaporkan adanya demam dengue yang disertai

dengan perdarahan seperti: epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna,

hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (DD) yang disertai dengan perdarahan

harus dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita

Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan

adanya hemokonsentrasi, pleura efusi dan asites.

13

Page 14: Draft Evaluasi Program Final

Gambar 6. Manifestasi infeksi virus dengue

2.6 Patofisiologi (13)

Kelainan utama pada DBD ialah :

(1) bertambahnya permeabilitas vaskuler yang menyebabkan terjadinya

kebocoran plasma dan terjadinya hipovolemi intravaskuler

(2) gangguan hemostasis (angiopati, trombositopeni dan koagulopati).

Pemulihan volume cairan intravaskuler secara dini dan adekuat akan

memberikan hasil yang baik. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya renjatan

dan timbulnya Koagulasi Intravaskuler seminata (KID). Pada saat terjadi

kebocoran plasma, albumin, air dan elektrolit keluar dari kompartemen

intravaskuler ke dalam kompartemen ekstravaskuler. Dengan adanya protein

dalam kompartemen ekstravaskuler, tekanan osmotik cairan ekstravaskuler

meningkat dan perbedaan (gradien) tekanan osmotik intra dan ekstravaskuler

menurun dengan akibat penarikan masuk air dan elektrolit pada sisi kapiler venus

menurun. Berkurangnya cairan yang masuk kembali ke kompartemen

intravaskuler menyebabkan terjadinya hipovolemi intravaskuler,

hemokonsentrasi, viskositas darah meningkat, aliran darah menurun, perfusi

jaringan berkurang dan mungkin terjadi renjatan dengan komplikasi yang berat

14

Page 15: Draft Evaluasi Program Final

yaitu KID yang dapat menyebabkan perdarahan hebat. Dilain pihak berkurangnya

cairan yang masuk kembali ke dalam kompartemen intravaskuler menyebabkan

terkumpulnya cairan di kompartemen ekstravaskuler yang dapat bermanifestasi

sebagai cairan pleura, asites dan cairan pada dinding organ di perut. Pada fase

penyembuhan permeabilitas dinding vaskuler membaik, kebocoran plasma

berhenti, akan tetapi sebagian albumin atau protein masih ada di kompartemen

ekstravaskuler dan perbedaan tekanan intra dan ekstra vaskuler belum kembali

normal sehingga masih mungkin terjadi balans negatif antara cairan yang keluar

dan yang masuk kembali ke dalam kompartemen intravaskuler. Pada saat semua

sisa protein atau albumin ekstravaskuler telah di metabolisme, maka perbedaan

tekanan osmotik intra dan ekstra vaskuler menjadi normal kembali. Cairan

ekstravaskuler (efusi pleura, asites dll) diresorpsi kembali dan menghilang.

Gambar 7. Patofisiologi dan patogenesis Demam Berdarah Dengue

2.7.Diagnosis

Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis

menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan

kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan

(overdiagnosis).(11)

15

Page 16: Draft Evaluasi Program Final

Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 2 – 7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :

a. Uji tourniquet positif

b. Petekia, ekimosis, purpura

c. Perdarahan mucosa, epistaksis, perdarahan gusi

d. Hematemesis dan atau melena

3. Pembesaran hati

4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,

kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah

Kriteria Laboratoris

1. Trombositopenia (100.000/µ atau kurang)

2. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.

Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi

pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada

pasien anemia, dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan

hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

Dikenal beberapa jenis uji serologi yang dipakai untuk menentukan adanya

infeksi virus dengue, misalnya :

1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition Test = HI Test)

2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test = CF Test)

3. Uji neutralisasi (Neutralization Test = NT Test)

4. IgM Elisa (Mac. Elisa)

5. IgG Elisa

16

Page 17: Draft Evaluasi Program Final

2.8 Diagnosis Banding (8)

Diagnosis banding demam berdarah dengue adalah :

1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri,

virus, atau infeksi parasit seperti : demam tifoid, campak, influenza, hepatitis,

demam chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia dan

hemokonsentrasi dapat membedakan DBD dengan penyakit lain

2. Demam chikungunya. Pada demam chikungunya penularannya mirip dengan

influenza. Dibanding dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam

yang mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hamper selalu

disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva, dan lebih sering ditemukan

nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir sama

dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.

3. Penyakit infeksi seperti sepsis dan meningitis meningokokus juga

menimbulkan petekie dan ekimosis. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak

sakit berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Terdapat

leukositosis disertai dominasi sel PMN (pada hitung jenis Shift to the left).

Laju endap darah dapat membedakan infeksi bakteri dengan infeksi virus.

Pada meningitis meningokokus jelas terdapat rangsang meningeal dan

kelainan cairan serebrospinalis.

4. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD

derajat II, oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah kulit.

Pada hari-hari pertama, ITP sulit dibedakan dengan DBD, tetapi demam pada

ITP cepat menghilang, tidak ada leukopenia, tidak ada hemokonsentrasi, tidak

dijumpai pergeseran kekanan pada pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan,

trombosit lebih cepat naik daripada pada ITP.

5. Leukemia dan anemia aplastik juga terdapat perdarahan. Demam pada

leukemia tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis.

Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas leukemia. Pada

anemia aplastik, anak sangat anemis, demam timbul karena infeksi sekunder.

17

Page 18: Draft Evaluasi Program Final

Pada pemeriksaan darah ditemukan pansitopenia. Pada pasien dengan

perdarahan yang hebat, foto torak dan kadar protein dapat sangat membantu.

Pada DBD dapat ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemiasebagai tanda

perembesan plasma.

2.9 Derajat Penyakit DBD

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya

dengan pengelolaan dan prognosis, maka WHO (1997) membagi DBD dalam 4

derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu:

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue (10)

DD/DBD Derajat * Gejala Laboratorium Serologi

DD Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia,

Artralgia.

Leukopenia,

Trombositopenia,

Tidak ditemukan bukti

kebocoran plasma

Dengue Positif

DBD I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet positif.

Trombositopenia (<100.000/ul), bukti

ada kebocoran plasma

DBD II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

Trombositopenia (<100.000/ul), bukti

ada kebocoran plasma

DBD III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg atau kurang ) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

Trombositopenia (<100.000/ul), bukti

ada kebocoran plasma

DBD IV Syok berat ( profound shock ), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Trombositopenia (<100.000/ul), bukti

ada kebocoran plasma

* DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD).

18

Page 19: Draft Evaluasi Program Final

2.10 Pencegahan (12)

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan

perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

1. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali

seminggu.

2. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

3. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

4. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah

dan lain sebagainya.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu atau ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

1. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),

berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu

tertentu.

2. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan

air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

19

Page 20: Draft Evaluasi Program Final

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu

menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti

memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan

kondisi setempat.

Perlunya 3-M (11)

Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue disebabkan oleh

nyamuk Aedes aegypti, terutama nyamuk betina. Nyamuk ini sangat pintar

menyembunyikan suaranya dengan membuat gerakan sayap yang halus sehingga

nyaris tak terdengar. Nyamuk betina ini menghisap darah manusia sebagai bahan

untuk mematangkan telurnya. Hingga kini belum diketahui mengapa hanya darah

manusia yang dikonsumsi nyamuk ini, tidak darah makhluk hidup lainnya.

Bila nyamuk jenis lain bertelur dan menetaskannya pada sarangnya, Aedes

aegypti betina melakukannya di atas permukaan air. Karena dengan demikianlah,

telur-telurnya itu berpotensi menetas dan hidup. Telur menjadi larva yang kemudian

mencari makan dengan memangsa bakteri yang ada di air tersebut. Karena itu tidak

heran bila nyamuk penyebab demam berdarah ini berkembang biak pada genangan

air, terutama yang kotor.

Karena itu, penyebaran wabah dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya nyamuk

Aedes aegypti yang dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air yang kotor.

Karena itu, pengontrolan dengue bisa dilakukan dengan pengontrolan nyamuk Aedes

aegypti. Pengontrolan nyamuk bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama adalah

membunuh nyamuk, baik dengan pestisida maupun dengan ovitrap, yakni dengan bak

perangkap yang ditutup kasa. Penggunaan pestisida, selain memerlukan biaya dan

berbahaya pada manusia, juga akan memicu munculnya nyamuk yang resistan,

20

Page 21: Draft Evaluasi Program Final

sehingga cara ini bukanlah cara yang efektif untuk jangka panjang. Untuk jangka

pendek, cara ini masih bisa digunakan.

Cara kedua adalah membuat nyamuk transgenik supaya tidak terinfeksi oleh virus

dengue. Jika nyamuk tidak bisa diinfeksi oleh virus dengue, otomatis manusia tidak

akan pernah terinfeksi oleh virus dengue. Cara ini digunakan oleh beberapa peneliti

untuk mengatasi masalah malaria. Namun, pengembangan cara ini masih memerlukan

puluhan tahun untuk bisa diaplikasikan.

Cara yang ketiga adalah pemberantasan sarang nyamuk yang efektif dan efisien

melalui kegiatan 3-M, yaitu menguras, menutup/menabur abate di tempat

penampungan air, dan mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang

memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik nyamuk

Aedes aegypti. Cara inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita

saat ini.

2.11 Penatalaksanaan(12)

Setiap pasien tersangka demam dengue atau demam berdarah dengue sebaiknya

dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang

bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan pada demam dengue atau demam

berdarah dengue tanpa penyulit adalah :

1. Tirah baring

2. Makanan lunak

Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar

ditambah dengan garam saja.

3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis.

Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan

inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin,

atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

21

Page 22: Draft Evaluasi Program Final

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder

Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan,

yaitu keadaan umum memburuk, hati makin membesar, masa perdarahan

memanjang karena trombositopenia, hematokrit meninggi pada pemeriksaan

berkala.

Dalam hal ditemukan tanda – tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan

terpasang pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan

umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan. Serta Hb dan Ht setiap 4 – 6 jam

pada hari – hari pertama pengamatan, selanjutnya 24 jam.

Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan cairan intravaskular

ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian segera cairan

intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, ringer laktat atau bila terdapat

renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan dan

kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis. Kecepatan

permulaan tetesan adalah 20 ml/kg berat badan, dan bila renjatan telah diatasi,

kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg berat badan/jam.

Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan cara diguyur, dan

bila tak tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau

dekstran atau preparat hemasel dengan jumlah 15 – 29 ml/kg berat badan. Dalam hal

ini perlu diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat.

Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan

intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 – 48 jam

setelah renjatan teratasi.

22

Page 23: Draft Evaluasi Program Final

Transfusi darah dilakukan pada :

1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan

melena).

2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan kadar Hb dan

Ht.

Pemberian kortikosteroid dilakukan telah terbukti tidak terdapat perbedaan

bermakna antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan

yang lama (prolonged shock), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama

perdarahan. Bila dengan pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu

diberikan.

2.12 Kriteria memulangkan pasien DBD : (10,11)

Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum memulangkan pasien

dengan DBD, yaitu pasien tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu

makan membaik, secara klinis tampak perbaikan, hematokrit stabil, apabila syok

maka dapat dipulangkan setelah tiga hari syok teratasi dan klinis baik, jumlah

trombosit > 50.000/µl, dan tidak dijumpai distress pernapasan akibat efusi pleura

atau asidosis.

2.13 Komplikasi (11)

Komplikasi dari penyakit DBD adalah :

1. Dengue syok sindrom, terjadi karena peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah yang mendadak. Dengan akibat terjadinya perembesan

plasma dan elektrolit melalui endotel. Dinding pembuluh darah dan masuk ke

dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.

23

Page 24: Draft Evaluasi Program Final

2. Ensefalopati, karena edema otak sebagai akibat meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah otak.

3. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), dapat terjadi pada penderita

DHF baik yang disertai renjatan maupun yang tidak.

4. Efusi pleura. Meningkatnya hematokrit bahwa syok terjadi akibat bocornya

plasma ke jaringan ekstravaskuler sehingga menyebabkan terjadinya

timbulnya cairan pada pleura.

2.14 Prognosis

Prognosis tergantung dari saat diagnosis. Prognosis menjadi semakin buruk

bila ditemukan komplikasi. Pada orang dewasa prognosis dan perjalanan penyakit

lebih ringan dari anak-anak.

24

Page 25: Draft Evaluasi Program Final

BAB III

DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS TEBET BARAT

3.1. DATA UMUM PUSKESMAS KELURAHAN TEBET BARAT

3.1.1 DATA WILAYAH KERJA

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah :

Utara : Jalan tebet dalam 1

Selatan : Saluran air/ jalur Hijau Kelurahan Tebet Barat

Barat : Jalan Prof Soepomoe SH dan Dr Saharjdoe

Timur : Jalan Let. Jend. MT Haryono

Kelurahan Tebet Barat merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang ada di

Kecamatan Tebet yang terletak di Jakarta Selatan.

Kondisi wilayah pada umumnya menengah keatas :

Daerah rawan banjir : RT. 005 s/d 013 RW 07, RT14 s/d

17 RW 01

Daerah kumuh/miskin : RW. 07 dan RW.01

Daerah rawan DBD : RW 01,02,03,04,05,06,07

Luas wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah sebesar 171,60 Ha. Dari

jumlah keseluruhan wilayah sebagian besar merupakan pemukiman

penduduk dengan 75% digunakan untuk perumahan dan pekarangan, 15%

untuk perkantoran, dan 3% untuk tanah wakaf dan makam serta 7%

digunakan untuk lain-lain.

25

Page 26: Draft Evaluasi Program Final

2. Keadaan Penduduk (Tahun 2014)

Jumlah penduduk : 25.474. jiwa

Jumlah laki-laki : 12.728 jiwa

Jumlah perempuan : 12.746 jiwa

Jumlah KK : 8474 KK

Kepadatan Penduduk : 1,48 jiwa/km2

JUMLAH PENDUDUK KELURAHAN TEBET BARAT

TAHUN 2014

RWWNI WNA

JUMLAH

LK PR JML LK PR JML

1 2.169 2.471 4.640 0 0 0 4.640

2 1.106 1.112 2.218 0 0 0 2.218

3 1.502 1.568 3.070 0 0 0 3.070

4 1.797 1.574 3.371 0 5 5 3.371

5 1.631 1.703 3.334 3 0 3 3.334

6 1.324 1.481 2.805 0 0 0 2.805

7 2.087 1.583 3.670 0 0 0 3.670

8 1.109 1.249 2.358 0 0 0 2.358

JUMLAH 12.725 12.741 25.466

3

5

8 25.474

Sasaran Kesehatan

26

Page 27: Draft Evaluasi Program Final

KETERANGAN JUMLAH

Bayi

Balita

Remaja

WUS

PUS

188 anak

1.019 anak

1.895 orang

8.436 orang

4.121 orang

Pada wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat didapatkan jumah bayi

sebanyak 188 bayi, balita sebanyak 1.019 anak, remaja sebanyak 1.895 orang, wanita

usia subur sebanyak 8.436 orang, dan pria usia subur sebanyak 4.121 orang sebagai

sasaran kesehatan.

Tabel 4. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Tebet

Barat

Agama Jumlah Persentase

Islam

Kristen protestan

Katolik

Budha

Hindu

Kong Hu Chu

29.305

1.175

1.002

535

672

210

89,07%

3,57%

3,04%

1,63%

2,04%

0,65%

Total 32.899 100 %

27

Page 28: Draft Evaluasi Program Final

Sumber : Data statistik Kelurahan Tebet Barat tahun 2014

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat mayoritas beragama

Islam.

Sarana Pendidikan :

TK : 11

SD / SLB/MI : 8 / 1 / 1

SLTP / Mts : 2 / 1

SLTA / SMK / MA : 3 /2 / -

:

Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tebet Barat

(Tahun 2014)

KETERANGAN JUMLAH

Pegawai Negeri Sipil

TNI

Pensiunan

Swasta

Pedagang

Buruh

Lain-lain

3.250 jiwa

42 jiwa

2.805 jiwa

7.118 jiwa

2.270. Jiwa

1.200 jiwa

1.700 jiwa

Sumber : Data statistik Kelurahan Tebet Barat tahun 2014

28

Page 29: Draft Evaluasi Program Final

Dapat dilihat dari data mata pencaharian penduduk, total penduduk

yang memiliki pencaharian adalah 18.835 dari jumlah pendudduk 25.474.

Berdasarkan data diatas disimpulkan terdapat 6.639 penduduk tidak

memiliki mata pencaharian. Dapat dilihat mata pencaharian penduduk

tertinggi adalah di bidang swata dan yang terendah adalah pada bidang

TNI.

Fasilitas Kesehatan di Tebet Barat

No. URAIAN JUMLAH NO. IJIN

1 Apotik 15 ADA

2 Laboraturium 1 ADA

3 Rumah sakit swasta 1 ADA

4 Praktek dokter umum 10 ADA

5 Praktek dokter gigi 16 ADA

6 Praktek dokter spesialis 6 ADA

7 Klinik praktek bersama 2 ADA

8 Klinik 24 jam 1 ADA

29

Page 30: Draft Evaluasi Program Final

9 Posyandu 13 ADA

3.1.2 GAMBARAN UMUM KHUSUS PUSKESMAS TEBET BARAT

Sejarah Puskesmas

Puskesmas Kel. Tebet Barat berdiri sejak tahun 1962

dahulunya sebagai balai pengobatan masyarakat kemudian

berkembang menjadi Puskesmas tingkat Kec. Tebet yang akhirnya

ditutup.

Puskesmas tingkat Kecamatan Tebet pindah ke Jl. Prof Dr. Soepomo

54.

Tahun 1989 Puskesmas ini dibuka kembali hingga sekarang

bernama Puskesmas Kelurahan Tebet Barat dipimpin oleh seorang

dokter umum, yang disebut Kepala Puskesmas Kelurahan Tebet

Barat dengan alamat Jl. Tebet Barat Dalam IX/64 Rt. 06/04

Kelurahan Tebet Barat Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.

Tabel 8.

No. Kualifikasi/Jenis Tenaga Jumlah1 Bidan 22 Perawat 23 Administrasi 24 Dokter umum 256

Dokter gigi Cleaning service

13

30

Page 31: Draft Evaluasi Program Final

7 Apoteker 1Jumlah 13

Gedung Puskesmas Kel Tebet Barat dibangun tahun 1962.

Dan direhab tahun 2009.

a. Luas Tanah = 504 m2

b. Luas Bangunan = 309 m2

c. Listrik = 7700 watt

d. Sarana Air = Mesin Jet Pump

Keadaan Fasilitas Puskesmas :

LANTAI I

- Loket - Ruang Tunggu Pasien

- Kamar Poli Umum - Ruang Tindakan

- Kamar Poli Gigi - Ruang Sterilisasi

- Kamar Poli KIA / KB - Ruang Dapur

LANTAI II

- Kamar Obat - Kamar Mandi

- Gudang Obat - Ruang TU

- Ruang Rapat - Gudang

31

Page 32: Draft Evaluasi Program Final

3. Sarana Medis

N

o

Fasilitas Jumlah lokasi

1 Motor 2

Pkm kel tebet barat

2 Komputer 3

Loket, TU, Kamar

Obat lt 2

3 Hipone 8

Semua Ruangan

pkm kel tebet barat

4 Kamera CCTV 4

Halaman,Ruang

tunggu Pasien lt 1,

dan ruang tunggu

obat lt 2

5 Monitor CCTV 1

Loket/TU

6 Televisi 2

Ruang tunggu

pasien lt 1, kamar

obat

3.1.3DATA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK DI PUEKESMAS

TEBET BARAT .

NO KODE JENIS PENYAKIT JUMLAH

1 J00 ISPA 2498

32

Page 33: Draft Evaluasi Program Final

2 M13 OTHER ARTHRITIS 1721

3 F48 NEOROTIK 1110

4 I10 HIPERTENSI 1061

5 88 GASTRITIS 727

6 J03 TONSILITIS 705

7 L30 DERMATITIS 456

8 E11 DIABETES MELITUS 390

9 L08 INFEKSI KULIT 327

10 H10 CONJUNGTIVITIS 314

JUMLAH 9310

3.2 DATA KHUSU PUSKESMAS KELURAHAN TEBET BARAT

3.2.1 Visi dan misi Puskesmas kelurahan Tebet barat

VISI

Menjadi Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan terpadu,

bermutu, Profesional dan menjangkau sejumlah lapisan masyarakat

MISI

1. Mengembangkan Pelayanan kesehatan yang meliputi

kegiatan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai

standarv mutu

3. Meningkatkn kualitas SDM melalui peningkatan

pengetahuan dan keterampilan karyawan

33

Page 34: Draft Evaluasi Program Final

4. Memberikan pelayanan kesehatanyang terjangkau untuk

seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan ras,

agama dan sosial ekonomi

5. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan sistem informasi

kesehatan secara komputerisasi

3.2.2 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

No PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS RINCIAN KEGIATAN ANGG. 2014

III.1 Yankes a.Pelayanan poli

umum

a.1. Pelayanan UMUM

a.2. Pelayanan GIGI

a.3. Pelayanan KIA

a.4. Pelayanan KB

III.2 Kesmas a.Pencegahan dan

pemberantasan

penyakit menular

a.1.pengembangan Program

Imunisasi (PPI)

a.2.Pemberantasan Penyakit

Menular

a.3.Penyakit bersumber

Binatang (P2B2)

b.Penyehatan lingk

& kes kerja

b.1.Pembin.depo air isi ulang

b.2.Kesling Usaha dan Kes.

Kerja

c.Peningkatan Gizi c.1.SKDN

c.2.Status Gizi

34

Page 35: Draft Evaluasi Program Final

c.3.Vit A

d.Perawatan Kesehatan

Masyarakat

d.1.Kegiatan Perkesmas

d.2.Follow Up Kasus

e.Penyuluhan Kesehatan e.1.Penyuluhan didalam dan

luar Gedung

f.Uks f.1.Pembinaan Sekolah

f.2.skrining Sekolah

f.3.Imunisasi pada anak sekolah

f.4.Dokter Kecil

g.Lansia g.1.Lansia yang dibina

g.2.Kegiatan Lansia

g.3.Penyakit Pada Lansia

III.3

Siaga kes

a.Peningkatan siaga kes a.1.Posko kebakaran

III.4 Perbaikan kebijakan & manajemen

a.Penyelenggaraan

BPJS Kesehatan

a.1.Verifikasi data BPJS

a.2.Pelayanan BPJS

b.Penerapan,

pemeliharaan

SMM

b.1.AMI

b.2.Tinjauan manajemen

b.3.Audit surveilans

c.Pemeliharaan sarana &

prasarana

c.1.Pemeliharaan jaringan net

c.2.Kalibrasi alat

3.2.3 STRUKTUR ORGANISASI DAN DESKRIPSI KERJA PUSKESMAS

TEBET BARAT

35

Page 36: Draft Evaluasi Program Final

G. DESKRIPSI KERJA

1. Dokter/ Kepala Puskesmas

Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara dengan

baik.

Fungsi :

a. Sebagai seorang manager :

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.

Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara

vertikal dan horizontal.

Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.

b. Sebagai seorang dokter :

Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita

Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi

Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat

2. Dokter Umum

Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja

Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas

c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan

masyarakat.

d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran masyarakat.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

3. Dokter Gigi

36

Page 37: Draft Evaluasi Program Final

Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja

Puskesmas secara teratur.

c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas.

e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran serta masyarakat.

f. Memberikan penyuluhan kesehatan.

g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

4. Tata Usaha

Tugas pokok :

a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.

b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.

Fungsi :

a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.

b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.

c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.

d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

5. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan

baik.

Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung.

b. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.

c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

37

Page 38: Draft Evaluasi Program Final

d. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas.

e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

6. Petugas Pengobatan

Tugas pokok :

a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi

dari dokter.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.

d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan kegiatan Puskesmas.

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.

7. Petugas P2M

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.

b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.

d. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.

e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas

delegasi dari dokter.

f. Melakukan kunjungan rumah.

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait

P2P.

h. Memberikan penyuluhan kesehatan.

i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

38

Page 39: Draft Evaluasi Program Final

8. Petugas KIA

Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja

Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,

bayi, dan anak.

b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.

c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.

d. Melakukan pembinaan dukun bayi.

e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.

f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait

dengan KIA.

g. Melakukan penyuluhan kesehatan.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

9. Petugas Gizi

Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di

wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.

b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang

gizi.

c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi.

d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.

g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.

h. Melakukan pembinaan Posyandu.

i. Melakukan rujukan kasus gizi.

10. Pelayanan Imunisasi

39

Page 40: Draft Evaluasi Program Final

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.

b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.

c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.

e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.

f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.

g. Memberikan penyuluhan kesehatan.

11. Petugas Apotek

Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus dan

memberikan obat.

Fungsi :

a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi

peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.

b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.

c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di

apotek.

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.

e. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

12. Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada semua

pengunjung Puskesmas.

Fungsi :

a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.

b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.

c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.

d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.

40

Page 41: Draft Evaluasi Program Final

e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari

tersebut.

f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

13. Petugas Gudang Obat

Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.

Fungsi :

a. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat di

puskesmas.

b. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.

c. Mengatur penyimpanan obat.

d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.

e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan

Desa (PKD).

Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat

3.3 PROGRAM POKOK PUSKESMAS KELURAHAN TEBET BARAT

3.3.1 UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS TEBET BARAT

Program Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam

Program Rincian KegiatanPromosi kesehatan

Kesehatan ibu dan anak

Peningkatan Gizi

Kesehatan Lingkungan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

a. Penyuluhan kesehatan

a. Pelayanan poli KIA dan KBb.Pengembangan program imunisasi

a.SKDNb.Status gizic.Vitamin A

a. Pembinaan depo air isi ulangb. Kesling usaha dan kesehatan kerja

a. Pemberantasan penyakit menularb.Penyakit bersumber binatang

41

Page 42: Draft Evaluasi Program Final

Pengobatan a. Poli umumb. Poli gigi

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas Menteng

Dalam mencakup program usaha kesehatan sekolah yang termasuk pembinaan

dan skrining sekolah serta program dokter kecil, pembinaan lansia, posyandu

lansia dan kegiatan lansia, pengobatan kesehatan jiwa dan kesehatan mata.

6. Jenis Pelayanan Dalam Gedung

Jenis pelayanan di dalam gedung yang ada di Puskesmas Menteng Dalam

adalah:

a. BP (Balai Pengobatan)

b. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

c. Pengobatan gigi

d. Apotik

3.3.2 UPAYA KESEHATAN PENGEMBAGAN

1. Upaya Kesehatan Sekolah

Pelayanan kesehatan masyarakat yang diupayakan oleh Puskesmas Kelurahan

Menteng Dalam salah satunya ialah melalui jalur pendekatan orang tua murid, murid,

dan sekolah UKS. Pembinaan kemampuan pemeliharaan kesehatan sejak usia dini

sangat penting untuk menanamkan perilaku hidup sehat yang akan dibawa sampai

usia dewasa.

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam I melaksanakan kegiatan ini meliputi:

a. Pembinaan Sekolah

Tabel 20. Tabel Hasil Kegiatan Pembinaan Sekolah Tahun 2014

42

Page 43: Draft Evaluasi Program Final

NO SEKOLAHJUMLAH JUMLAH YANG

DIBINA PENCAPAIAN

SEKOLAH

1 PAUD 10 10 100%

2 TK 10 10 100%

3 SD/MI 16 16 100%

4 SLTP/MTS 6 6 100%

5 SMU/SMK 4 4 100%

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

b. Skrining Sekolah

Tabel 21. Tabel Hasil Kegiatan Skrining Sekolah Tahun 2014

NO SEKOLAHJUMLAH JUMLAH YANG

DIBINAPENCAPAIAN

SEKOLAH

1 PAUD 10 10 100%

2 TK 10 10 100%

3 SD/MI 16 16 100%

4 SLTP/MTS 6 6 100%

5 SMU/SMK 4 4 100%

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

c. Imunisasi Pada Anak Sekolah

Tabel 22. Tabel Hasil Kegiatan Imunisasi Pada Anak Sekolah Tahun 2014

JENIS IMUNISASI JUMLAH MURID CAKUPAN %

CAMPAK KLS 1 688 639 92.88

DT 1 631 604 95.72

Td kls 2 625 599 95.84

Td kls 3 625 580 95.87

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

43

Page 44: Draft Evaluasi Program Final

d. Dokter Kecil

Tabel 23. Tabel Hasil Kegiatan Dokter Kecil Tahun 2014

NO SEKOLAH JUMLAHJUMLAH DOKTER KECIL

REGENERASI DOKTER KECIL

1 SD/MI 12 48 -

2 SLTP 4 10 -

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

2. Upaya Kesehatan Jiwa

Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu

oleh tenaga kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui Posyandu dengan

kegiatan berupa konseling dan upaya promosi kesehatan jiwa.

Tabel 24. Tabel Jenis Penyakit Jiwa Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Tahun 2014

NO Nama Penyakit Jumlah Kunjungan

1 Gangguan jiwa 50

2 Epilepsi 29

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

3. Upaya Kesehatan Lansia

Tabel 25. Hasil kegiatan lansia di Kelurahan Menteng Dalam Tahun 2014

Jenis Kegiatan Jumlah/tahun

Senam aerobik/SKJ

Penyuluhan

Pelayanan Kesehatan

Pembinaan Mental

Rekreasi

8x/tahun

24x/tahun

15x/tahun

23x/tahun

1x/tahun

4. Upaya Kesehatan Mata

Tabel 26. Tabel Jenis Penyakit Mata Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Tahun 2014

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH KUNJUNGAN1 Katarak 422 Konjungtivitis 356

JUMLAH 398

44

Page 45: Draft Evaluasi Program Final

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

D. DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan dapat dilihat dari jumlah kematian ibu dan anak. Pada bulan

Januari-Maret 2015, di Puskesmas Menteng Dalam tidak terdapat kematian ibu dan

kematian bayi.

Untuk target kegiatan Puskesmas Menteng Dalam sebagian besar telah

mencapai target bahkan ada yang melebihi target, namun terdapat beberapa kegiatan

yang belum mencapai target.

Keadaan gizi di wilayah kerja Puskesmas Menteng Dalam dapat dilihat pada

tabel 8 berikut, dengan jumlah anak yang berusia 1-5 tahun sebanyak 2.258

(Puskesmas Menteng Dalam, data Januari-Maret 2015.

Tabel 11. Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Menteng Dalam

No Status Gizi Balita Jumlah Persentase

1. Gizi Baik 2247 99,51%

2. Gizi Buruk 7 0,31%

3. Gizi Kurang 4 0,18%

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Menteng Dalam Januari-Maret 2015

Gambaran di atas menunjukkan sebagian besar status gizi balita dan anak usia hingga

5 tahun adalah baik, yaitu sebanyak 99,51 %. Gizi kurang sejumlah 0,18 % dan gizi buruk

0,31 %.

E. VISI, MISI, DAN STRATEGI PUSKESMAS MENTENG DALAM

1. Visi Puskesmas Menteng Dalam

45

Page 46: Draft Evaluasi Program Final

“Menjadi puskesmas dengan pelayanan kesehatan terpadu, bermutu

dan professional, serta menjagkau seluruh lapisan masyarakat.”

Melalui visi ini diharapkan masyarakat kelurahan Menteng Dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan yang terpadu dan mencakup seluruh

lapisan masyarakat dan juga telah mencapai tingkat kesehatan tertentu

dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga derajat

kesehatan di wilayah Menteng Dalam dapat meningkat.

2. Misi Puskesmas Menteng Dalam

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk seluruh lapisan

masyarakat tanpa membedakan ras, agama, dan sosial ekonomi

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan

pengetahuan dan keterampilan serta kesejahteraan karyawan

d. Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai standar mutu

F. MANAJEMEN PUSKESMAS

Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang berkerja secara

sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien

(KepMenkes RI No.128/MENKES/SK/2004).

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam sebagai sarana pelayanan

kesehatan di wilayah Kecamatan Tebet bertanggung jawab melaksanakan

pelayanan kesehatan masyarakat maupun pelayanan kesehatan medis.

Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas

membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas

yang dikenal yakni P1, P2, dan P3.

Manajemen Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam dijalankan dengan

melakukan tahap-tahap kegiatan, sebagai berikut :

46

Page 47: Draft Evaluasi Program Final

1. Planning (Perencanaan)

Perencanaan di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam dilaksanakan

melalui kegiatan antara lain :

a. Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam dalam menjalankan programnya

mengacu pada POA (Perencanaan) yang telah dibuat beberapa bulan

sebelumnya lalu dikonsultasikan dengan lintas vertikal Puskesmas

Kecamatan Tebet. Penyusunan perencanaan anggaran yang dibutuhkan

disesuaikan dengan kegiatan tahun yang akan datang seperti kegiatan

rutin, sarana dan prasarana, operasional, dan program analisis masalah

serta sumber daya yang ada. Rencana anggaran program dapat datang

dari Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam atau langsung dari

Puskesmas Kecamatan Tebet.

b. Program yang akan dijalankan tersebut diambil dari analisa program

yang telah dijalankan pada tahun sebelumnya, yang disusun oleh

masing-masing unit yang ada di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam

yang dibahas sesuai dengan rancangan awal, rincian, dan volume

kegiatan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi

pelaksanaan mengacu pada kesepakatan rencana kerja yang dibahas

pada lokakarya mini awal tahun.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Komunikasi internal pelaksanaan semua program yang ada

dikomunikasikan seluruhnya antara bawahan dan atasan maupun unit yang

terkait dalam sehari-harinya bila dianggap perlu atau sedikitnya 1 kali dalam 1

bulan pada waktu minilokakarya.

3. Actuating (Penggerakkan/Pelaksanaan)

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam melaksanakan operasional

kegiatannya dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :

a. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara harian, bulanan, dan

47

Page 48: Draft Evaluasi Program Final

tahunan sesuai kebutuhan dan permintaan.

b. Kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien yang berkunjung ke

puskesmas setiap hari pada unit-unit BP Umum, BP Gigi, KIA, KB.

c. Kegiatan kesehatan masyarakat (Public Health Services) direalisasikan

sebagai kegiatan operasional di lapangan dengan pendekatan secara

aktif kepada masyarakat.

d. Pengelolaan, penerimaan, pemakaian dan penyimpanan obat, vaksin

dan bahan medis lainnya dilaksanakan dengan prosedur logistik yang

masih sederhana.

e. Pemanfaatan dan perawatan alat medis dan non medis serta

keberhasilan dan kerapihan ruangan dilaksanakan oleh seluruh staf

puskesmas.

4. Controlling (Pengawasan/Pengendalian)

Pemantauan pelaksanaan kegiatan pelayanan di Puskesmas Kelurahan

Menteng Dalam ditangani oleh Kepala Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam

yang bertanggung jawab langsung setiap kegiatan kepada Kepala Puskesmas

Kecamatan Tebet sesuai dengan unit masing-masing pegawai.

Pengendalian program dilakukan oleh Kepala Puskesmas Kecamatan

Tebet beserta staf/seksi dalam waktu 3 bulan sekali dan oleh Kepala Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Selatan beserta staf/seksi 6 bulan sekali.

Pengendalian tersebut dilaksanakan yang mengacu pada :

a. Pencatatan dan pelaporan (tiap bulan, triwulan, dan tahunan)

b. Supervisi dan pertemuan tiap 3 bulan untuk presentasi hasil kegiatan

tingkat Sudinkes Jakarta Selatan.

c. KLB

Evaluasi kinerja pegawai/ organisasi dilakukan untuk meningkatkan

produktifitas dan kinerja pegawai sesuai dengan tugas pokok yang diemban

masing-masing, untuk menciptakan pegawai yang profesional, akuntabel, dan

48

Page 49: Draft Evaluasi Program Final

berorientasi terhadap pelayanan prima kepada masyarakat. Evaluasi kinerja

bertitik tolak pada adanya keseimbangan proporsi antara hasil kerja dengan

perilaku kerja dengan periode bulanan dan tahunan.

H. DESKRIPSI KERJA

14. Dokter/ Kepala Puskesmas

Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara dengan

baik.

Fungsi :

a. Sebagai seorang manager :

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.

Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara

vertikal dan horizontal.

Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.

b. Sebagai seorang dokter :

Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita

Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi

Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat

15. Dokter Umum

Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja

Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas

c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan

masyarakat.

d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran masyarakat.

49

Page 50: Draft Evaluasi Program Final

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

16. Dokter Gigi

Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja

Puskesmas secara teratur.

c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas.

e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran serta masyarakat.

f. Memberikan penyuluhan kesehatan.

g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

17. Tata Usaha

Tugas pokok :

c. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.

d. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.

Fungsi :

e. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.

f. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.

g. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.

h. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

18. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan

baik.

Fungsi :

50

Page 51: Draft Evaluasi Program Final

f. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung.

g. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.

h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

i. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas.

j. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

19. Petugas Pengobatan

Tugas pokok :

a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi

dari dokter.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.

d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan kegiatan Puskesmas.

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.

20. Petugas P2M

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

j. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.

k. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.

l. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.

m. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.

n. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas

delegasi dari dokter.

o. Melakukan kunjungan rumah.

51

Page 52: Draft Evaluasi Program Final

p. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait

P2P.

q. Memberikan penyuluhan kesehatan.

r. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

21. Petugas KIA

Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja

Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,

bayi, dan anak.

b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.

c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.

d. Melakukan pembinaan dukun bayi.

e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.

f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait

dengan KIA.

g. Melakukan penyuluhan kesehatan.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

22. Petugas Gizi

Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di

wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.

b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang

gizi.

c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi.

d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.

52

Page 53: Draft Evaluasi Program Final

g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.

h. Melakukan pembinaan Posyandu.

i. Melakukan rujukan kasus gizi.

23. Pelayanan Imunisasi

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.

b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.

c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.

e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.

f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.

g. Memberikan penyuluhan kesehatan.

24. Petugas Apotek

Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus dan

memberikan obat.

Fungsi :

a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi

peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.

b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.

c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di

apotek.

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.

e. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

25. Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada semua

pengunjung Puskesmas.

Fungsi :

a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.

53

Page 54: Draft Evaluasi Program Final

b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.

c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.

d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.

e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari

tersebut.

f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

26. Petugas Gudang Obat

Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.

Fungsi :

f. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat di

puskesmas.

g. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.

h. Mengatur penyimpanan obat.

i. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.

j. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan

Desa (PKD).

54

Page 55: Draft Evaluasi Program Final

Kepala Puskesmas drg. Yunidar Harahap

Dr. Hery Sumantyo, MPH

Bagian TU & Keuangan

Yani

Unit Penggerak Pembangunan

Kesehatan

Unit Pemberdayaan

Masyarakat dan Keluarga

Kesling: Br. KarminP2M: Zr. Nur AiniUKS: Zr. Nur AiniPerkesmas: Zr. Nur Aini

PromKes: AsriPeningkatan Gizi: Asri

Unit Pelayanan Kesehatan

Rawat JalanPoli Umum: dr. Jellyni YaniPoli Gigi: drg.Yunidar HarahapKIA/KB:Bd. Kholilah Bd. Farah

Kelompok Jabatan Fungsional

k. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam

obat

55

Gambar 8. Struktur organisasi Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam

Page 56: Draft Evaluasi Program Final

I. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

1. Promosi Kesehatan

Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan, serta adanya

pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat

Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat,

yang dinilai adalah:

a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya

Jumlah seluruhnya ada 11 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5

program yaitu KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan

penanggulangan diare.

b. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan.

Tabel 12. Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Di Dalam dan Di Luar Gedung Tahun 2014

NO PROGRAM FREKUENSIPENGUNJUNG DALAM GEDUNG

PENGUNJUNG LUAR GEDUNG

1 KIA 19 335 479

2 KB 17 248 309

3 GIZI 18 273 371

4 IMUNISASI 12 182 324

5 DIARE 12 154 284

6 DEMAM BERDARAH 12 150 695

7 AIDS 12 55 0

8 HEPATITIS 0 0 2

9 ISPA 12 81 130

10 ROKOK & NARKOTIK 0 0 2

11 OBAT BERBAHAYA 0 0 0

12 KANKER 12 84 90

13PENYAKIT DEGENERATIF 8 198 210

14 AIR & KES. LING 0 76 161

15 TBC 12 177 0

16 KUSTA 0 0 0

17 KES. GI-LUT 14 205 265

18 KES. MATA 0 10 0

19 KES. JIWA 11 72 30

20 KES. KERJA 0 0 0

21 CACINGAN 0 0 40

22 LAIN-LAIN 14 568 383

  JUMLAH 185 2345 3753Sumber: Koord. Penyuluhan Kes. Masy. Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

56

Page 57: Draft Evaluasi Program Final

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya,

terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan

yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan pengaruh

jelek terhadap kesehatan.

Jenis kegiatan:

1. Pembinaan depo air isi ulang

Terdapat 14 Depo isi ulang di wilayah Kelurahan Menteng

Dalam, sebagian belum mempunyai izin usaha

2. Kesling usaha dan kesehatan kerja

Hasil pemeriksaan/ pengamatan TPS tahun 2014

Tabel 13. Tabel Hasil kegiatan Status Kesehatan Lingkungan

Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

NO Hasil Pemeriksaan Pengamatan

Jumlah Target Yang diperiksa

Yang memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

1 Pengamatan TPS

3 3 3 3 -

2 Kesling Pemukiman

5322 5322 5322 4987 335

3 Pemeriksaan TTU

45 45 45 39 6

4 Pemeriksaan TPM

5 5 5 4 1

5 Pembinaan industri kecil

1/100% 1/100% 1/50% 1/100% -

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas,

dilakukan setiap hari Senin-Jumat. Sedangkan pelayanan KB buka setiap

57

Page 58: Draft Evaluasi Program Final

hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis. Pelayanan imunisasi

untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, untuk bayi yang berhalangan

maka dilakukan di posyandu.

a. KIA

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari

program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan

keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin

proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

b. KB

Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak

antara kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah

apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB

dapat dibagi 2, yaitu:

i. Tujuan umumYaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).

ii. Tujuan khususYaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.

c. Imunisasi

Indikatornya adalah jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG, DPT1,

DPT 3, Polio I, Polio IV, Campak, hepatitis B 1, hepatitis B total.

58

Page 59: Draft Evaluasi Program Final

Tabel 14. Tabel Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Januari –Maret 2015

IndikatorTarget (%)

Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan berjalan (Jan-Mar 2015)

CakupanPencapaian (%)Kegiatan %

Cakupan kunjungan ibu hamil K – 4 95 3236 809 184 22.74 23.94

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 648 162 66 40.74 50.93

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90 2928 732 162 22.13 24.59

Cakupan KB aktif 70 27780 6945 1329 19.14 27.34

Cakupan pelayanan nifas 90 2924 731 136 18.60 20.67

Cakupan neonatus dan komplikasi yang ditangani 80 420 105 2 1.90 2.38

Cakupan kunjungan bayi 90 2788 697 155 22.24 24.71

1.IMUNISASI BAYI            

a. HB0 80 2768 692 159 22.98 28.72

b. BCG 95 2768 692 158 22.83 24.03

c. Polio 1 95 2768 692 151 21.82 22.97

d. DPT/HB-Hib (1) 95 2768 692 162 23.41 24.64

e. DPT-HB total (1) 95 2768 692 162 23.41 24.64

f. Polio 2 90 2768 692 164 23.70 26.33

g. DPT/HB- Hib (2) 95 2768 692 162 23.41 24.64

h. DPT/HB total (2) 95 2768 692 162 23.41 24.64

i. Polio 3 90 2768 692 160 23.12 25.69

j. DPT/HB-Hib (3) 95 2768 692 161 23.27 24.49

k. DPT/HB-total (3) 95 2768 692 161 23.27 24.49

l. Polio 4 90 2768 692 161 23.27 25.85

m. Campak 90 2768 692 160 23.12 25.69

2. IMUNISASI BATITA            

a. DPT/HB/Hib 90 620 155 74 47.74 53.05

b. Campak 90 620 155 68 43.87 48.75

59

Page 60: Draft Evaluasi Program Final

Sumber:Laporan Bulanan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2015

4. Perbaikan Gizi Masyarakat

Pelayanan dikelola oleh nutrisionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari

Senin-Jumat. Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka

penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang

dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk menanggulangi 4

masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A, gangguan

akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi.

Jenis kegiatan:

a. SKDN

Indikatornya: - Balita yang datang dan ditimbang(D/S)

- Balita yang naik berat badannya(N/D)

- Balita BGM

b. Status gizi

Tabel 15. Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Periode Januari – Maret 2015

NO STATUS GIZI BALITA JUMLAH PERSENTASE (%)

1 Gizi baik 2247 99,51

2 Gizi buruk 7 0,31

3 Gizi kurang 4 0,18

Sumber:Laporan Bulanan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2015

c. Pemberian Vitamin AIndikatornya:

- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun.

- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn.

- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe.

- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan.

60

Page 61: Draft Evaluasi Program Final

Tabel 16. Tabel hasil kegiatan Gizi

Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam Januari – Maret 2015

IndikatorTarget (%)

Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan berjalan (Jan-Mar 2015)

CakupanPencapaian (%)Kegiatan %

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 60 15 13 86.67 86.67

Sumber:Laporan Bulanan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2015

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)

Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan

dengan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Tujuan dari

program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang

telah dapat dikendalikan.

Kegiatan dari P2PM adalah :

d. P2 TB Paru

Indikatornya : - Cakupan suspect TB paru

- Penderita BTA + (case detection rate)

- Angka konversi (convertion rate)

- Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita

BTA +

sembuh /jumlah penderita BTA + diobati) x 100%

e. P2 ISPA

Indikatornya : cakupan pneumonia balita yang ditangani.

f. P2 Diare

Indikatornya : balita dengan diare yang ditangani

e. P2 DBD

61

Page 62: Draft Evaluasi Program Final

Indikatornya : penderita DBD yang ditangani sesuai standar

Tabel 17. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Januari – Maret 2015

IndikatorTarget (%)

Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan berjalan (Jan-Mar 2015)

Cakupan

Pencapaian (%)Kegiatan

%

Penemuan pasien baru TB BTA (+) 100 104 26 7 26.92 26.92

Penemuan penderita pneumonia balita 100 226 57 22 38.60 38.60

Penemuan penderita diare 100 1728 432 209 48.38 48.38

Penderita DBD yang tertangani 100% 14 1 7.14 7.14

Sumber:Laporan Bulanan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2015

6. Upaya Pengobatan

A. Pengobatan

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan

gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi

yang khusus untuk keperluan tersebut.

Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan

masyarakat.

b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:

1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.

2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.

3. Mencegah dan mengurangi kecacatan.

4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.

Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:

1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.

2. Melakukan tindakan pengobatan.

62

Page 63: Draft Evaluasi Program Final

3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu.

4. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan),

keracunan dan lain-lain.

Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan

menilai jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria

yang merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:

1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis

bahwa seseorang menderita penyakit tertentu..

2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit

yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit

menahun adalah kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun

masih dalam suatu periode penyakit yang bersangkutan.

3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus

(lama) penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan.

Untuk penyakit menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada

tahun berikutnya Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan

setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.

Tabel 18. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Tahun 2014

POLI JUMLAH

BPU 18123

BPG 923

KIA 1275

KB 2497

KIR 100

MAYAT 72

TOTAL 22990

Sumber:Laporan Tahunan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2014

63

Page 64: Draft Evaluasi Program Final

Tabel 19. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Januari-Maret 2015

POLI JUMLAH

BPU 4894

BPG 113

Sumber:Laporan Bulanan Puskesmas Menteng Dalam Tahun 2015

B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Menteng Dalam

1. Rawat Jalan

a. Poliklinik Umum

Pelayanan buka setiap hari kecuali hari libur, dikelola oleh 1 orang

tenaga dokter dan 2 orang tenaga paramedis yang bertugas setiap hari

pukul 07.30 hingga 16.00 WIB.

b. Poliklinik Gigi

Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Jumat, dilakukan setiap

hari, yang dikelola oleh 1 orang dokter gigi.

C

BAB V

ANALISIS MASALAH

A. Kerangka Pikir Masalah

Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan

dengan keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan

rasa tidak puas dan keinginan untuk memecahkannya.

Suatu masalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

64

Page 65: Draft Evaluasi Program Final

1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

2. Dapat diukur

3. Dapat diatasi

Dengan demikian untuk memutuskan adanya masalah diperlukan tiga

syarat yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Adanya kesenjangan

2. Adanya rasa tidak puas

3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut

1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah

Masalah diperoleh dari hasil pengumpulan data yang diperoleh dari

laporan bulanan Puskesmas menteng dalam, didapatkan ada beberapa

program yang pencapaiannya tidak mencapai target yang dicapai.

2. Penentuan prioritas masalah

Program-program di Puskesmas Kelurahan Menteng Dalam yang

pencapaiannya tidak mencapai target, diolah dengan menggunakan

metode Hanlon kuantitatif sehingga didapatkan prioritas masalah.

3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau

kepustakaan dengan wawancara (in-depth interview) dengan pemegang

program dan warga di kawasan RW dengan jumlah kasus DBD tertinggi

65

Page 66: Draft Evaluasi Program Final

selama Januari-Maret 2015. Metode yang digunakan dalam penentuan

penyebab masalah pada laporan ini adalah metode fish bone analysis.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

Cara menganalisis penyebab masalah digunakan pendekatan sistem

yang meliputi input (man, money, material, methode, machine), proses

(perencenaan, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan, penilaian,

pengendalian), serta environment sehingga dapat ditemukan dan

disimpulkan hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah diuraikan

kelebihan dan kekurangan masing-masing indikator dari pendekatan

sistem

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka

selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah.

Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan

menggunakan kriteria matrix dengan rumus M x I x V / C

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA

(Plan of Action atau Rencana Kegiatan) selama tahun 2015.

B. Identifikasi/ Inventarisasi masalah

Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil

kegiatan, dalam SPM, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah

menentukan prioritas masalah.

Masalah yang ditemukan sbb :

Tabel 27. Daftar masalah yang tidak memenuhi target

No Program

1. Penemuan pasien baru TB BTA (+)

2. Penemuan penderita pneumonia balita

66

Page 67: Draft Evaluasi Program Final

3.

4.

Penemuan penderita diare

Penderita DBD yang tertangani

C. Menentukan Prioritas Masalah

Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon

Kuantitatif.

Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb :

Kriteria A: Besarnya masalah

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan

Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah

Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:

Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian

hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

Program-program yang belum mencapai target :

Tabel 28. Program-program yang belum mencapai target

No Program Pencapaian Besarnya masalah

1. Penemuan pasien baru TB BTA (+) 26,92% 73,08%

2. Penemuan penderita pneumonia balita 38,60% 61,40%

3. Penemuan penderita diare 48,38% 51,62%

4. Penderita DBD yang tertangani 7,14% 92,86%

Langkah 2:

Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :

67

Page 68: Draft Evaluasi Program Final

k = 1 + 3,3 Log n

Keterangan:

k = jumlah kolom/kelas

n = jumlah masalah

masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3,3 log 4

= 1+3,3 0,60

= 2,98 ~ 3

Langkah 3 :

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar

dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.

Nilai besar masalah : terbesar

terkecil

Interval :nilai terbesar – nilai terkecil

k

: 92,86 – 51,62 = 13,75

3

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah

kolom/kelas:

Tabel 29. Pembagian Interval Kelas

Kolom/Kelas Skala Interval Nilai

Skala 1 51,62 – 65,37 1

68

Page 69: Draft Evaluasi Program Final

Skala 2 65,38 – 79,12 2

Skala 3 79,13 – 92,86 3

Langkah 3 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

Tabel 30. Penentuan nilai tiap masalah berdasarkan kelas

No Masalah 51,62 – 65,37 (1)

65,38 – 79,12 (2)

79,13 – 92,86(3)

Nilai

1234

Penemuan pasien baru TB BTA (+)Penemuan penderita pneumonia balitaPenemuan penderita diarePenderita DBD yang tertangani

XX

X

X

2113

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi,

dan tingkat penyebaran/ meluasnya tiap masalah dengan sistem skoring dengan

skor 1 – 5.

Tingkat urgensi dinilai sbb:

Sangat mendesak : 5

Mendesak : 4

Cukup mendesak : 3

Kurang mendesak : 2

Tidak mendesak : 1

Keseriusan dinilai sbb:

Sangat serius : 5

Serius : 4

69

Page 70: Draft Evaluasi Program Final

Cukup serius : 3

Kurang serius : 2

Tidak serius : 1

Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sbb:

Sangat mudah menyebar/meluas : 5

Mudah menyebar/meluas : 4

Cukup menyebar/meluas : 3

Sulit menyebar/meluas : 2

Tidak menyebar/meluas : 1

Tabel 31. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan

NO MASALAH U S G JUMLAH

1 Penemuan pasien baru TB BTA (+) 4 5 5 14

2 Penemuan penderita pneumonia balita 4 5 5 14

3

4

Penemuan penderita diare

Penderita DBD yang tertangani

4

3

5

5

4

5

13

13

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan

Kemudahan dalam penganggulangan masalah diukur dengan sistem

skoring dengan nilai 1 – 5 dimana:

Sangat mudah : 5

Mudah : 4

Cukup mudah : 3

Sulit : 2

Sangat sulit : 1

70

Page 71: Draft Evaluasi Program Final

Tabel 32. Penilaian masalah berdasarkan kemudahan dalam penganggulangan

No Masalah Nilai

1. Penemuan pasien baru TB BTA (+) 3

2. Penemuan penderita pneumonia balita 3

3.

4.

Penemuan penderita diare

Penderita DBD yang tertangani

4

Kriteria D. PEARL faktor

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan

dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:

Kesesuaian (Propriety)

Secara Ekonomis murah (Economic)

Dapat diterima (Acceptability)

Tersedianya sumber (Resources availability)

Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 33. Kriteria D (PEARL FAKTOR)

MasalahP E A R L

Hasil

Kali

Penemuan pasien baru TB BTA

(+)1 1 1 1 1 1

Penemuan penderita pneumonia

balita1 1 1 1 1 1

Penemuan penderita diare 1 1 1 1 1 1

Penderita DBD yang tertangani 1 1 1 1 1 1

71

Page 72: Draft Evaluasi Program Final

Penilaian prioritas masalah

Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan

dalam formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk

menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C

NPT = (A+B) x C x D

Tabel 34. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif

No Masalah A B C D NPD NPTUrutan

Prioritas

1 Penemuan pasien baru

TB BTA (+)

2 14 3 1 48 48 III

2 Penemuan penderita

pneumonia balita

1 14 3 1 45 45 IV

3 Penemuan penderita

diare

1 13 4 1 56 56 II

4 Penderita DBD yang

tertangani

3 15 4 1 72 72 I

D. Urutan Prioritas Masalah :

1. Penderita DBD yang tertangani

2. Penemuan penderita diare

3. Penemuan pasien baru TB BTA (+)

4. Penemuan penderita pneumonia balita

72

Page 73: Draft Evaluasi Program Final

BAB V

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

A. Kegiatan/Indikator Kegiatan yang Bermasalah

Berdasarkan prioritas masalah yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,

maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas pertama (utama) adalah cakupan

penderita DBD yang tertangani. Setelah dilakukan wawancara dan diskusi dengan

Kepala Puskesmas dan pemegang program di Puskesmas Kel. Menteng Dalam,

didapatkan bahwa kasus DBD di kelurahan Menteng Dalam tertinggi di wilayah

Kecamatan Tebet walaupun program sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi

kasus DBD yang ditangani di puskesmas masih tergolong rendah, dibandingkan

dengan jumlah data kasus DBD yang ditemukan di lingkungan, sehingga untuk

mencegah tingginya kasus DBD di wilayah Menteng Dalam terus menerus, maka

dalam penelitian ini akan dibahas tentang bagaimana cara menurunkan angka

kasus DBD secara promotif dan preventif.

73

Page 74: Draft Evaluasi Program Final

B. Analisis Penyebab Masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan

dengan wawancara (in-depth interview) dengan pemegang program dan warga di

kawasan RW dengan jumlah kasus DBD tertinggi selama Januari-Maret 2015.

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga di Kelurahan Menteng Dalam

mengenai pengetahuan tentang gejala DBD sudah dinilai cukup baik hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara :

“Kalau demam berdarah kan ada ini ya, di kulitnya ada bercak merah ya, tapi

yang nggak timbul di bawah lapisan kulit ya. Rata dengan kulit. Kalau DBD,

demamnya naik terus turun, justru itu yang bahaya.”

Masyarakat kelurahan Menteng Dalam juga mengetahui penyebab DBD,

bentuk, serta dimana saja dapat ditemukan jentik DBD, hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara yang dikutip sebagai berikut,

“disebabkan oleh nyamuk ya, nyamuk aedes aegypti. Tempatnya dikamar mandi,

dispenser, di kaleng bekas misalnya ada air hujan disana juga ada tuh.”

Dan dari hasil wawancara didapatkan juga bahwa masyarakat di Kelurahan

Menteng Dalam sudah mengerti apa yang harus dilakukan apabila terkena DBD :

“Kalau panas 3 hari gak sembuh-sembuh, Saya langsung bawa ke dokter”

Masyarakat Kelurahan Menteng Dalam sudah mengetahui dan bagaimana sikap

mereka dalam mencegah terjadinya kasus DBD agar tidak terjadi peningkatan

kembali :

“Saya semprot rumah pakai baygon dua kali sehari, terus bak mandi dikuras dua

hari sekali.”

Masyarakat Kelurahan Menteng Dalam rata-rata sudah mengerti mengenai

program 3M yang selalu digalakkan puskesmas serta petugas kesehatan di

Kelurahan Menteng Dalam, dimana hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara :

“Menguras, mengubur, satu lagi apa tuh menutup ya” Namun dalam praktik

sehari-hari masyarakat tidak semua unsur 3M dilakukan oleh warga hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara:

“(T) : Kalau yang suka dibilang dikuras, dikubur, ditutup, itu tahu, pak?

(R) : Tahu, dikerjain itu. Itu, bak yang air kelamaan saya kuras, kan embernya

74

Page 75: Draft Evaluasi Program Final

suka hitam, saya kasih pembersih WC tuh biar nggak hitam dindingnya” Namun

dalam hal program pencegahan DBD yang dilakukan di Kelurahan Menteng

dalam tidak semua terlaksana dengan baik hal ini dapat dilihat dari hasil

wawancara yang menyatakan untuk program fogging sudah jarang dilakukan di

Kelurahan Menteng Dalam:

“Sudah 6 bulan ini tidak, sebelumnya biasanya rutin .”

Berdasarkan wawancara dengan pemegang program kesehatan lingkungan

di puskesmas, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat beberapa program yang

dijalankan, seperti: PSN, kerja bakti, Penyuluhan jumantik, pemberian abate,

pengadaan fogging/pengasapan, dan kerja sama dengan klinik sekitar untuk

melakukan PSN.

Program yang paling menonjol adalah PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk). Program ini rutin dilakukan setiap hari Jumat dengan lokasi yang

berganti-gantian dari RW 1- RW 15. Program tersebut melibatkan jumantik dari

masing-masing RT beserta pihak puskesmas yang turut mengontrol jalannya PSN

tersebut. Mereka berkunjung ke rumah-rumah untuk memeriksakan apakah di

rumah tersebut ada jentik nyamuk demam berdarah atau tidak. Untuk pelatihan

dan penyegaran tidak rutin dilakukan. Selama ini koordinator jumantiklah yang

memegang peranan untuk memberikan pengarahan bagaimana memeriksa jentik

yang benar serta melaporkannya. Informasi tersebut disampaikan oleh pemegang

program:

“PSN itu pemberantasan sarang nyamuk yang selama ini kita lakukan

secara rutin setiap hari Jumat, 1x seminggu. Itu jadwal kita keliling dari

RW 1 ke RW lainnya sampai ke RW 15, lalu balik lagi ke RW 1. Kalau

kontrol sendiri kita tiap Jumat ikut turun. Jadi sistem kontrolnya lintas

sektoral, dari RT-RW, kecamatan, bahkan terkadang dari sudin ikut

turun.”

Kerja bakti juga dilakukan terutama di RW yang angka DBD tinggi yaitu

salah satunya RW 13. Warga sepakat untuk melakukan kerja bakti setiap minggu

1X. menurut laporan dari pak RT, kerja bakti rutin dilakukan dan memberi

75

Page 76: Draft Evaluasi Program Final

dampak yang cukup baik dalam menekan angka DBD dari bulan ke bulan selama

tahun 2015 ini. Seperti yang disampaikan oleh pemegang program:

“Iya, kerja bakti setiap minggu. Lalu kedua, dihalo-haloin lewat masjid

dan musholla. Yang ketiga diadakan penyuluhan mandiri.”

Pada bulan Agustus 2015 akan diadakan penyegaran pada seluruh

jumantik sekaligus memberikan pengarahan bagaimana melakukan PSN yang

benar. Ada beberapa jumantik yang sudah dilantik namun mundur dan digantikan

oleh jumantik baru, koordinator jumantik lah yang selama ini berperan untuk

melatih dan mengarahkan para jumantik yang baru. Untuk penyuluhan ke warga

sendiri memiliki kendala dana dan tempat. Jadi penyuluhan yang dilakukan

kepada jumantik juga sekaligus dibuka untuk beberapa warga atau tokoh

masyarakat. Diharapkan setiap masyarakat di wilayah tersebut memiliki kesadaran

juga akan kesehatan lingkungan.

“Hhhmm jadi ya kita akan adakan refreshing kepada ibu-ibu jumantik di

bulan Agustus nanti. Kita akan adakan penyuluhan untuk mengingatkan

kembali bagaimana PSN yang benar.”

Pemberian abate gratis, namun masih kurangnya kesadaran masyarakat

untuk menggunakan abate, terlihat dari masih banyaknya abate yang tersisa di

puskesmas. Dan pemberian abate kebanyakan hanya diberikan jika sudah bertemu

kasus positif saja atau yang PE positif. Berikut yang disampaikan oleh pemegang

program:

“Setiap PSN selalu diberitahukan jika ada warga yang memerlukan abate,

silahkan ambil ke puskesmas dan itu gratis.”

Fogging/pengasapan dilakukan jika ditemukan PE positit lebih dari 2

rumah dalam 20 rumah yang diperiksa di wilayah yang sama, serta minimal 2

kasus demam yang tidak diketahui penyebabnya dalam radius 100 meter di

wilayah tersebut. Barulah hal tersebut memenuhi kriteria untuk dilakukan

fogging. Selain itu, pengasapan juga dilakukan jika ditemukan Kejadian Luar

Biasa (KLB) yaitu ada warga yang meninggal akibat DBD. Pengasapan akan

76

Page 77: Draft Evaluasi Program Final

dilakukan di 1 RW tersebut. Jadi, pengasapan tidak rutin dilakukan, hanya

dilakukan apabila ditemukan 2 kriteria di atas. Seperti yang disampaikan oleh

pemegan program sebagai berikut:

“Jadi bisa ditarik kesimpulan ada 3 kategori. Yang pertama, bila PE

positif 2 atau lebih dalam 20 rumah di suatu wilayah, tanpa ada penderita

panas 2 atau lebih dalam radius 100 meter, itu dikatakan positif DBD.

Kategori 2, PE positif 2 atau lebih, disertai penderita panas 2 atau lebih.

Itu dikatakan PE positif. Yang ketiga jika ada kasus KLB. Nah, yang perlu

dilakukan fogging yaitu kategori 2 dan 3.”

Kerja sama dengan pihak lain juga dilakukan, yaitu kerja sama dengan

klinik mandiri yang ada di wilayah menteng dalam. Klinik-klinik tersebut diajak

untuk terlibat dalam program PSN di wilayah sekitar tempat klinik mereka berdiri.

Namun tidak ada kontrol yang jelas dan sanksi yang diberikan apabila klinik

tersebut tidak mengikuti kegiatan PSN.

“Iya dong.. Ada kerja sama lain juga yaitu kerja sama dengan klinik yang

ada di wilayah menteng dalam. Jadi kita libatkan mereka juga untuk ikut

setiap kali PSN.”

Menurut pemegang program sendiri, kasus DBD di wilayah kelurahan

menteng dalam ini masih tinggi diakibatkan karena populasi penduduk yang

tinggi dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, khususnya di RW 13 yang

memiliki angka DBD paling tinggi. Kurangnya kesadaran hidup bersih dan

kepedulian warga terhadap kasus DBD juga turut berperan besar dalam tingginya

kasus DBD di kelurahan menteng dalam bila dibandingkan dengan kelurahan

yang lain. Hal ini dicontohkan dari kuotasi sebagai berikut:

“Ada beberapa hal. Yang pertama penduduk kita sendiri. Yang kedua,

pola hidup mereka, masyarakat kita masih rendah sehingga saat

dilakukan PSN, masih banyak ditemukan kasus positif jentik. Namun jika

kita bandingkan dengan tahun sebelumnya 2014, angka kejadian DBD ini

sudah mengalami penurunan yang cukup baik. Kalau dilihat di awal tahun

2014 angka DBDnya terus menerus tinggi. Jika dibandingkan dengan

77

Page 78: Draft Evaluasi Program Final

MASALAH

PROSES

LINGKUNGAN

P1

P2

P3

INPUT

MONEYMAN

MACHINE

METHODE

MATERIAL

tahun ini sudah mengalami penurunan, walaupun memang jika

dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan yang lain, kita masih yang

tertinggi. Namun harapannya ke depan akan turun jumlah kasus

DBDnya.”

Bila disimpulkan dari hasil wawancara dengan pemegang program,

program-program yang direncanakan oleh pihak puskesmas dalam rangka

menekan angka DBD sudah cukup baik. Namun diperlukan controlling yang lebih

ketat dan terorganisir dengan baik, dan tentunya diperlukan kerja sama yang lebih

baik lagi antara pihak puskesmas, para jumantik, tokoh-tokoh masyarakat dan

juga masyarakat sendiri.

Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat

dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka

pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Diagram Fish Bone 5

C. Inventarisasi Penyebab Masalah

Terdapat beberapa hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara

target hasil yang ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai dapat disebabkan

oleh berbagai faktor. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan

penyebab masalah adalah dengan membuat diagram fish bone. Cara menganalisis

penyebab masalah digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses,

78

Page 79: Draft Evaluasi Program Final

output, outcome, serta environment sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan

hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.

Tabel 35. Analisis kemungkinan penyebab masalah rendahnya cakupan penderita DBD

yang tertangani ditinjau dari faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN

(Tenaga Kerja & Masyarakat)

Tersedianya pemegang program kesehatan lingkungan

Tersedianya kader kesehatan lingkungan yang berjumlah orang

Kebanyakan masyarakat sudah mengetahui tentang pengertian dan gejala DBD

Keterbatasan tenaga kerja untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah dan penjaringan kasus

Kurangnya kedisplinan masyarakat untuk melakukan pencegahan DBD seperti mengambil abate yang sudah disediakan gratis di Puskesmas

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mebersihkan lingkungan

MONEY

(Pembiayaan)

Tersedianya anggaran dana untuk pelatihan kader kesehatan lingkungan

Keterbatasan anggaran dana untuk menyelenggarakan penyuluhan

Keterbatasan dana transportasi petugas kesehatan dalam rangka kunjungan rumah (door to door)

METHOD

(Metode)

Adanya kegiatan aktif dari petugas jumantik setiap hari Jumat tiap minggunya untuk melakukan pemeriksaan dan pemberantasan jentik dalam program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

Tidak dilakukannya PSN selama bulan Ramadhan

Tidak dilakukan penjelasan tentang cara melakukan PSN mandiri tanpa perlu bantuan petugas di rumah warga

Tidak dilakukannya PSN mandiri di rumah warga

Kurangnya pembinaan kader

79

Page 80: Draft Evaluasi Program Final

kesehatan lingkungan

MATERIAL

(Perlengkapan)

Tersedianya abate dan penyemprotan nyamuk (fogging)

Kurangnya sarana transportasi petugas kesehatan lingkungan untuk melakukan penyuluhan

MACHINE

(Peralatan)

Tersedianya buku pencatatan untuk pelaporan kegiatan PSN dan jumlah jentik yang ditemukan

Tersedia buku pencatatan kasus DBD yang ditemukan

Kurangnya sarana laboratorium untuk mendeteksi kasus DBD

Tabel 36. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Rendahnya Penderita DBD

yang Tertangani Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1(Perencanaan)

Jadwal kunjungan PSN ke tiap RW teratur setiap hari Jumat.

Adanya rencana untuk melakukan penyegaran dalam bentuk penyuluhan kepada para jumantik dan tenaga kesehatan

Kurangnya perencanaan pelatihan petugas kesehatan dan jumantik.

Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan kepada warga.

P2(Penggerakan & Pelaksanaan)

Kunjungan PSN tetap dilaksanakan oleh jumantik di masing-masing RW.

Tersedianya abate di puskesmas dan dapat diperoleh secara gratis

Tersedianya fasilitas fogging jika ditemukan kasus DBD yang memenuhi kriteria dari pemerintah.

Diadakan kerjabakti 1 minggu sekali di RW 13 (RW dengan kasus DBD tertinggi sepanjang tahun 2015)

Jadwal PSN sesuai dengan rencana, berjalan tepat waktu

Sering terdapat pergantian jumantik yang dapat menghambat sistem koordinasi

Kurangnya penyuluhan khusus mengenai DBD kepada warga.

Kinerja kader dalam menjaring temuan PE (+) kurang.

Kurangnya keaktifan para jumantik dalam memberikan edukasi kepada warga untuk mengambil abate di puskesmas.

Kurangnya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah serta melakukan kegiatan 3M

P3(Penilaian, Pengawasan, & Pengedalian)

Terdapat sistem pencatatan dan pelaporan tentang hasil PSN

Pihak puskesmas (pemegang program) ikut turun memantau kinerja para jumantik dalam melakukan PSN.

Dilakukan evaluasi setiap bulan untuk mengetahui jumlah kasus DBD dan jumlah PE (+).

Kurang dilakukan evaluasi terhadap kinerja kader dan jumantik.

Belum ada indikator objektif yang menyatakan suatu masyarakat tanggap DBD.

Tidak adanya jadwal rutin untuk melaksanakan fogging. Fogging baru dilakukan apabila sudah ditemukan kasus.

80

Page 81: Draft Evaluasi Program Final

Tidak ada sanksi yang jelas kepada pemilik apabila pada saat PSN ditemukan jentik berulang kali di tempat yang sama

Lingkungan Adanya kerjasama dengan klinik mandiri di wilayah kelurahan menteng dalam dalam penyelenggaran PSN

Terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan dari wilayah tempat tinggal masyarakat.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DBD.

Kerjabakti hanya diadakan di RW yang tertinggi kasus DBDnya

Kurang terkontrolnya keteraturan pengadaan kerjabakti.

Kurangnya sosialisasi mengenai abate yang dapat diperoleh secara gratis di puskesmas

Terdapat kali tepat di belakang pemukiman padat penduduk di RW 13 yang penuh dengan sampah

81

Page 82: Draft Evaluasi Program Final

82Gambar 4. Diagram Fish Bone Berdasarkan Pendekatan Sistem

P2

MAN

MATERIAL

MACHINE

METHOD

Keterbatasan tenaga kerja untuk melakukan kunjungan rumah dan penjaringan kasus

Kurangnya kedisplinan masyarakat untuk melakukan pencegahan DBD seperti mengambil abate yang sudah disediakan gratis di PuskesmasKurangnya kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan

Tidak dilakukannya PSN selama bulan Ramadhan dan tidak ada pengetahuan dan penerapan tentang PSN mandiriKurangnya pembinaan kader kesehatan lingkungan

Kurangnya sarana laboratorium untuk mendeteksi DBD

Kurangnya sarana transportasi petugas kesehatan

lingkungan untuk melakukan penyuluhan

Kurangnya perencanaan pelatihan petugas kesehatan dan jumantik.

Tidak ada jadwal rutin untuk

penyuluhan kepada warga.

PROSES

P3

P1

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DBD.

Kerjabakti hanya diadakan di RW yang tertinggi kasus DBDnya Kurang terkontrolnya keteraturan pengadaan kerjabakti. Kurangnya sosialisasi mengenai abate yang dapat diperoleh

secara gratis di puskesmas Terdapat kali tepat di belakang pemukiman padat penduduk di

RW 13 yang penuh dengan sampah

Kurang dilakukan evaluasi terhadap kinerja kader dan jumantik.

Belum ada indikator objektif yang menyatakan suatu masyarakat tanggap DBD.

Tidak adanya jadwal rutin untuk melaksanakan fogging. Fogging baru dilakukan apabila sudah ditemukan kasus.

Tidak ada sanksi yang jelas kepada pemilik apabila pada saat PSN ditemukan jentik berulang kali di tempat yang sama

LINGKUNGAN

Sering terdapat pergantian jumantik yang dapat menghambat sistem koordinasi

Kurangnya penyuluhan khusus mengenai DBD kepada warga.

Kinerja kader dalam menjaring temuan PE (+) kurang. Kurangnya keaktifan para jumantik dalam memberikan

edukasi kepada warga untuk mengambil abate di puskesmas.

Kurangnya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan

lingkungan rumah serta melakukan kegiatan 3M

Cakupan penderita DBD tertangani selama Jan-Mar 2015 di Puskesmas Menteng Dalam sebesar 7,14% dengan target dinas 100 %

INPUT

MONEYKeterbatasan anggaran dana untuk menyelenggarakan penyuluhan, dana

transportasi petugas kesehatan dalam rangka kunjungan rumah (door to door)

Page 83: Draft Evaluasi Program Final

D. Rekapitulasi Analisa Penyebab Masalah

1. Kurangnya tenaga kerja untuk melakukan penjaringan kasus door-to-door dan

kunjungan rumah ke warga

2. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membersihkan lingkungan

3. Kurangnya kesadaran warga untuk melakukan pencegahan DBD secara mandiri

4. Tidak berjalannya PSN sebagai metode penjaringan jentik nyamuk di wilayah

warga pada bulan Ramadhan

5. Tidak dilakukannya penjelasan cara melakukan PSN mandiri di rumah masing-

masing warga

6. Kurangnya pembinaan pada kader jumantik tentang kesehatan lingkungan

7. Keterbatasan dana untuk melakukan pemantauan door-to-door pada wilayah

yang tinggi kasus DBD

8. Kurangnya perencanaan pihak puskesmas pada pelatihan petugas kesehatan dan

kader jumantik tentang pentingnya deteksi dini DBD dan pencegahan

9. Tidak adanya jadwal rutin untuk melakukan penyuluhan pada warga

10. Kurangnya koordinasi pada pergantian kader jumantik

11. Kurangnya kinerja kader dalam menjaring kasus dengan pengendalian

epidemiologi positif

12. Kader yang kurang aktif memberikan edukasi kepada warga untuk mengambil

abate di puskesmas

13. Kurangnya penerapan pencegahan DBD seperti 3M pada warga

14. Kurang dilakukannya evaluasi kinerja kader dan jumantik

15. Tidak adanya penjadwalan khusus untuk fogging dan tidak adanya sanksi apabila

ditemukan jentik berulang kali di satu rumah

16. Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD

17. Program kerja bakti tidak dilakukan secara merata pada seluruh wilayah, hanya di

wilayah dengan jumlah kasus tertinggi saja

18. Terdapat kali yang penuh sampah di lokasi tertinggi kasus DBD

E. Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan konfirmasi kepada koordinator Kesehatan Lingkungan, maka

didapatkan penyebab yang paling mungkin sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membersihkan lingkungan

83

Page 84: Draft Evaluasi Program Final

2. Kurangnya kesadaran warga untuk melakukan pencegahan DBD secara mandiri

3. Tidak dilakukannya penjelasan cara melakukan PSN mandiri di rumah masing-

masing warga

4. Tidak adanya jadwal rutin untuk melakukan penyuluhan pada warga

5. Kurangnya koordinasi pada pergantian kader jumantik

6. Kurangnya kinerja kader dalam menjaring kasus dengan pengendalian

epidemiologi positif

7. Tidak adanya penjadwalan khusus untuk fogging dan tidak adanya sanksi apabila

ditemukan jentik berulang kali di satu rumah

8. Program kerja bakti tidak dilakukan secara merata pada seluruh wilayah, hanya di

wilayah dengan jumlah kasus tertinggi saja

9. Terdapat kali yang penuh sampah di lokasi tertinggi kasus DBD

84

Page 85: Draft Evaluasi Program Final

BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun

alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 37. Alternatif Pemecahan Masalah

NO

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membersihkan lingkungan

Pengadaan lomba terbersih antar RW Penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan lingkungan

dan pola hidup sehat2. Kurangnya kesadaran warga untuk

melakukan pencegahan DBD secara mandiri termasuk 3M

Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai pengendalian dan pencegahan DBD

Memasang poster dan baliho mengenai pencegahan DBD di tempat-tempat umum

Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan gratis oleh puskesmas di wilayah setempat

3. Tidak dilakukannya penjelasan cara melakukan PSN mandiri di rumah masing-masing warga

Melakukan penyuluhan mengenai PSN mandiri bagi seluruh warga

4. Tidak adanya jadwal rutin untuk melakukan penyuluhan pada warga

Menjadwalkan penyuluhan rutin mengenai DBD 1 bulan 1X dari RW satu ke RW lainnya

5. Kurangnya koordinasi pada pergantian kader jumantik

Membuat prosedur pergantian jumantik dan diterapkan setiap kali ada pergantian

Pemberian reward kepada jumantik yang sudah menjalani tugasnya minimal 1 tahun

6. Kurangnya kinerja kader dalam menjaring kasus dengan pengendalian epidemiologi positif

Evaluasi kinerja kader dan jumantik tiap 3 bulan Pengadaan kegiatan penyegaran (refreshment) kepada para

jumantik berupa penyuluhan mengenai prosedur PSN dan gejala-gejala DBD

7. Tidak adanya penjadwalan khusus untuk fogging dan tidak adanya sanksi apabila ditemukan jentik berulang kali di satu rumah

Menjadwalkan fogging/penyemprotan 1 bulan sekali khususnya di wilayah dengan kasus DBD terbanyak

Memberikan sanksi bagi warga yang di rumahnya ditemukan jentik >2X

8. Program kerja bakti tidak dilakukan secara merata pada seluruh wilayah, hanya di wilayah dengan jumlah kasus tertinggi saja

Menggalakkan program kerja bakti di seluruh RW secara rutin

Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk memberi motivasi kepada warganya untuk melakukan kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan

85

Page 86: Draft Evaluasi Program Final

9. Terdapat kali yang penuh sampah di lokasi tertinggi kasus DBD

Edukasi kepada warga untuk menjaga kebersihan kali dengan tidak membuang sampah ke kali dan membersihkan kali secara rutin

B. Penentuan Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan

masalah sebagai berikut:

1. Mengadakan lomba terbersih antar RW2. Penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pola

hidup sehat3. Penggalakkan program kerja bakti membersihkan lingkungan di

masing-masing RW4. Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai pengendalian dan

pencegahan DBD5. Memasang poster dan baliho mengenai pencegahan DBD di tempat-

tempat umum6. Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan

gratis oleh puskesmas di wilayah setempat7. Melakukan penyuluhan mengenai PSN mandiri bagi seluruh warga8. Menjadwalkan penyuluhan rutin mengenai DBD 1 bulan 1x dari RW

satu ke RW lainnya9. Membuat prosedur pergantian kader jumantik dan diterapkan setiap

kali ada pergantian10. Pemberian reward kepada jumantik yang sudah menjalani tugasnya

minimal 1 tahun11. Evaluasi kinerja kader dan jumantik tiap 3 bulan12. Pengadaan kegiatan penyegaran (refreshment) kepada para kader

jumantik berupa penyuluhan mengenai prosedur PSN dan gejala-gejala DBD

13. Menjadwalkan fogging/penyemprotan 1 bulan sekali khususnya di wilayah dengan kasus DBD terbanyak

14. Memberikan sanksi bagi warga yang di rumahnya ditemukan jentik >2x

15. Menggalakkan program kerja bakti di seluruh RW secara rutin16. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk memberi

motivasi kepada warganya untuk melakukan kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan

17. Edukasi kepada warga untuk menjaga kebersihan kali dengan tidak membuang sampah ke kali dan membersihkan kali secara rutin

86

Page 87: Draft Evaluasi Program Final

Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk membersihkan lingkungan

Pengadaan lomba terbersih antar RW

Penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat

Kurangnya kesadaran warga untuk melakukan pencegahan DBD secara mandiri termasuk 3M

Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai pengendalian dan pencegahan DBD

Memasang poster dan baliho mengenai pencegahan DBD di tempat-tempat umum

Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan gratis oleh puskesmas di wilayah setempat

Tidak dilakukannya penjelasan cara melakukan PSN mandiri di rumah masing-masing wargaMelakukan penyuluhan mengenai PSN mandiri bagi seluruh warga

Tidak adanya jadwal rutin untuk melakukan penyuluhan pada wargaMenjadwalkan penyuluhan rutin mengenai DBD 1 bulan 1X dari RW satu ke RW lainnya

Kurangnya koordinasi pada pergantian kader jumantik

Membuat prosedur pergantian jumantik dan diterapkan setiap kali ada pergantian

Pemberian reward kepada jumantik yang sudah menjalani tugasnya minimal 1 tahun

Kurangnya kinerja kader dalam menjaring kasus dengan pengendalian epidemiologi positif

Evaluasi kinerja kader dan jumantik tiap 3 bulan

Pengadaan kegiatan penyegaran (refreshment) kepada para jumantik berupa penyuluhan mengenai prosedur PSN dan gejala-gejala DBD

Tidak adanya penjadwalan khusus untuk fogging dan tidak adanya sanksi apabila ditemukan jentik berulang kali di satu rumah

Menjadwalkan fogging/penyemprotan 1 bulan sekali khususnya di wilayah dengan kasus DBD terbanyak

Memberikan sanksi bagi warga yang di rumahnya ditemukan jentik >2X

Program kerja bakti tidak dilakukan secara merata pada seluruh wilayah, hanya di wilayah dengan jumlah kasus tertinggi saja

Menggalakkan program kerja bakti di seluruh RW secara rutin

Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk memberi motivasi kepada warganya untuk melakukan kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan

Terdapat kali yang penuh sampah di lokasi tertinggi kasus DBDEdukasi kepada warga untuk menjaga kebersihan kali dengan tidak membuang sampah ke kali dan membersihkan kali secara rutinC. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks

87

PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

Page 88: Draft Evaluasi Program Final

I. Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai PSN mandiri,

pengendalian dan pencegahan DBD, kebesihan lingkungan, dan pola

hidup sehat 1 bulan 1X dari RW satu ke RW lainnya

II. Penggalakan program kerjabakti membersihkan lingkungan di masing-

masing RW secara rutin dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat

setempat untuk memberi motivasi kepada warganya untuk melakukan

kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan

III. Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan gratis

oleh puskesmas di wilayah setempat

IV. Memberikan sanksi bagi warga yang di rumahnya ditemukan jentik >2X

V. Pengadaan lomba terbersih antar RW

VI. Menjadwalkan fogging/penyemprotan 1 bulan sekali khususnya di wilayah

dengan kasus DBD terbanyak

VII. Pengadaan kegiatan penyegaran (refreshment) kepada para jumantik

berupa penyuluhan mengenai prosedur PSN dan gejala-gejala DBD

sekaligus melakukan evaluasi

VIII. Pemberian reward kepada jumantik yang sudah menjalani tugasnya

minimal 1 tahun

IX. Membuat prosedur pergantian jumantik dan diterapkan setiap kali ada

pergantian

X. Edukasi kepada warga untuk menjaga kebersihan kali dengan tidak

membuang sampah ke kali dan membersihkan kali secara rutin

XI. Memasang poster dan baliho mengenai pencegahan DBD di tempat-tempat

umum

88

Page 89: Draft Evaluasi Program Final

KegiatanJan Feb

Mar

Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des

              1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

89

Tabel 40.Gann Chart tahun 2015

No. Kegiatan Tujuan Sasaran TempatPenanggung

jawabPelaksana Waktu Dana Metode

Kriteria Keberhasilan

1 Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai PSN mandiri, pengendalian dan pencegahan DBD, kebesihan lingkungan, dan pola hidup sehat 1 bulan 1X dari RW satu ke RW lainnya

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengenai pentingnya pencegahan DBD

Masyarakat Puskesmas, Aula Masjid setempat

Kepala puskesmas

Koordinator Kesling, Dokter, dan Kader

Tiap 1 bulan, mulai Agustus 2015

Dana operasional Puskesmas

Pemberian materi kepada masyarakat mengenai DBD memenuhi syarat

Proses:Terlaksananya pembinaan dan penyuluhan sesuai jadwalHasil :Meningkatnya pengetahuan para masyarakat mengenai DBD serta mulai dilakukannya PSN mandiri di masing-masing rumah warga

2. Penggalakan program kerjabakti membersihkan lingkungan di masing-masing RW secara rutin dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk memberi motivasi kepada warganya untuk melakukan kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan

Meningkatkan kebersihan di lingkungan tempat tinggal warga untuk mencegah potensi terjadinya DBD

Kader dan masyarakat

Aula masjid setempat, kunjungan ke masing-masing RW

Kepala puskesmas

Petugas Kesehatan lingkungan dan Kader

Tiap bulan, mulai Agustus 2015

Dana operasional kesehatan

Mengingatkan kerja bakti di lingkungan dengan cara menyiarkan info kerja bakti lewat TOA masjid setempat, tiap adanya pertemuan RT

Proses:- Terlaksananya program kerja bakti secara berkalaHasil:Meningkatnya tingkat kebersihan lingkungan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran lingkungan bersih untuk mencegah terjadinya kasus DBD dan penularan DBD

3.

4.

Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan gratis oleh puskesmas di wilayah setempat

Memberikan sanksi bagi warga yang di

Menurunkan angka penemuan jentik positif di wilayah tersebut

Meningkatkan kesadaran

Seluruh masyarakat

Masyarakat

Aula Puskesmas

Rumah masing-

Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas

Koordinator program Kesehatan Lingkungan

Koordinator program

Tiap hari

Tiap bulan,

Dana operasional puskesmas

Dana operasional

Membuat poster yang memberikan informasi bahwa abate bisa diperoleh di puskesmas secara cuma-cumaMemberitahukan lewat pengeras suara saat pasien menunggu di aula puskesmas bahwa abate tersedia di puskesmasMemberikan sanksi berupa

Proses:Tedistribusinya abate ke masyarakat dengan baikHasil:Penemuan jentik nyamuk menurun

Proses: Terlaksananya PSN

Page 90: Draft Evaluasi Program Final

No

1

Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai PSN mandiri, pengendalian dan pencegahan DBD, kebersihan lingkungan, dan pola hidup sehat 1 bulan 1X dari RW satu ke RW lainnya                                                      

2

Penggalakan program kerja bakti membersihkan lingkungan di masing-masing RW secara rutin dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk memberi motivasi kepada warganya untuk melakukan kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan                                                      

3

Sosialisasi kepada warga untuk mengambil abate yang disediakan gratis oleh puskesmas di wilayah setempat                                                      

4

Memberikan sanksi bagi warga yang di rumahnya ditemukan jentik >2X                                                      

5Pengadaan lomba terbersih antar RW                                                      

90

D. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 39. Plan of Action Peningkatan Cakupan suspek TB di Puskesmas Borobudur