Draft 2

5
Pembentukan Karakter Pemimpin sejak Usia Dini sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Alay Dikalangan Remaja Indonesia (Citra Ayu Lestari, B04110056) Akhir-akhir ini, dikalangan anak muda Indonesia munul se!uah !aru yang khas dalam !er!ahasa mau"un !ersika" yang dikenal deng alay# $ata alay tidak ditemukan dalam $amus Besar Bahasa Indonesia, namun $ruliane (%01%) mengartikan alay dengan kondisi "erilaku rema&a (usia 1' tahun) yang mem!uat dirinya merasa keren dengan menon&olkan "erilaku yang khas# edia se"erti tele*isi dan internet men&adi +aktor utama dalam "ene "erilaku alay terse!ut# adri (%00 ) &uga menye!utkan !ah.a "erilaku ala karena rema&a salah mengam!il teladan untuk menum!uhkan rasa "eraya diri serta kurangnya akti*itas yang da"at menun&ukkan eksistensi mereka# e!uah!uku karangan /itheket al. (%006)yang !er&udulExile: Conversation with Pramoedya Ananta mengungka"kan, All I know is that today’s Indonesians have no idea of what shoul concept upon which to build this country. People and this includes our y indul"e in small talk not how to achieve thin"s.# Bahkan dalam kalimat selan&utnya sastra.an terse!ut mengeluhkan, $%hey have lost the culture of readin" and prefer watchin" televisio think that most Indonesian families are the same. %hey !ust "lue themselv television. %here is no hun"er for knowled"e.# $uti"an terse!ut seara &elas menggam!arkan kondisi !angsa Indonesia termasuk kalangan rema&a yang le!ih memilih untuk menikmati o!rolan-o!rol ringan dari"ada mendiskusikan gagasan untuk mena"ai sesuatu# $ata gagas terlan&ur men&adi hal yang diangga" mem!osankan oleh ke!anyakan kaum muda ereka mengidentikkan se!uah gagasan dengan hal yang terlalu serius dan h !oleh dimasuki oleh kalangan orang tua# 3adahal, entah mereka sadar atau merekalah alon "emim"in di masa mendatang# e!uah kata mutiara yang !er!unyi, knowled"e is power but charact more## ngka"an terse!ut da"at diartikan !ah.a "engetahuan adalah kekuata suatu!angsa teta"i karakter mele!ihi darikekuatan "engetahuan, sehingga

description

Kepemimpinan sejak usia dini

Transcript of Draft 2

Pembentukan Karakter Pemimpin sejak Usia Dini sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Alay Dikalangan Remaja Indonesia(Citra Ayu Lestari, B04110056)

Akhir-akhir ini, dikalangan anak muda Indonesia muncul sebuah gaya baru yang khas dalam berbahasa maupun bersikap yang dikenal dengan istilah alay. Kata alay tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun Kruliane (2012) mengartikan alay dengan kondisi perilaku remaja (usia 1325 tahun) yang membuat dirinya merasa keren dengan menonjolkan perilaku yang khas. Media seperti televisi dan internet menjadi faktor utama dalam penerapan perilaku alay tersebut. Sadri (2009) juga menyebutkan bahwa perilaku alay terjadi karena remaja salah mengambil teladan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, serta kurangnya aktivitas yang dapat menunjukkan eksistensi mereka.Sebuah buku karangan Vitchek et al. (2006) yang berjudul Exile: Conversation with Pramoedya Ananta mengungkapkan, All I know is that todays Indonesians have no idea of what should be the concept upon which to build this country. People, and this includes our youth, just indulge in small talk, not how to achieve things. Bahkan dalam kalimat selanjutnya sastrawan tersebut mengeluhkan, They have lost the culture of reading and prefer watching television. I think that most Indonesian families are the same. They just glue themselves to the television. There is no hunger for knowledge.Kutipan tersebut secara jelas menggambarkan kondisi bangsa Indonesia, termasuk kalangan remaja yang lebih memilih untuk menikmati obrolan-obrolan ringan daripada mendiskusikan gagasan untuk mencapai sesuatu. Kata gagasan terlanjur menjadi hal yang dianggap membosankan oleh kebanyakan kaum muda. Mereka mengidentikkan sebuah gagasan dengan hal yang terlalu serius dan hanya boleh dimasuki oleh kalangan orang tua. Padahal, entah mereka sadar atau tidak, merekalah calon pemimpin di masa mendatang. Sebuah kata mutiara yang berbunyi, knowledge is power, but character is more. Ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan adalah kekuatan suatu bangsa tetapi karakter melebihi dari kekuatan pengetahuan, sehingga karakter manusia menempati prioritas utama untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berarti akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Tan (2007) juga mendefinisikan karakter sebagai totalitas pribadi yang membentuk seseorang.Menurut Risnawati (2012), karakter individu bisa dibentuk melalui pendidikan sejak usia dini, sehingga menghasilkan karakter sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan. Nazar (2001) menyebutkan usia dini mencakup tahun-tahun pertama kehidupan yang merupakan periode awal terbentuknya kepribadian seseorang, khususnya periode lima tahun pertama. Pengenalan nilai-nilai pembentuk karakter pemimpin untuk menghindari perilaku alay ditunjukkan untuk anak usia dini, karena usia dini merupakan masa pembentukan karakter. Karakter pemimpin yang dibentuk sejak usia dini diharapkan mampu menjadi tameng terhadap pengaruh perilaku alay yang muncul pada usia remaja.

Pembentukan karakter seseorang dipengaruhi dua faktor, endogen dan eksogen. Karakter yang dipengaruhi faktor endogen merupakan karakter bawaan, sedangkan faktor eksogen adalah pengaruh dari luar (Mangunsong 2009). Faktor endogen dapat berupa sifat koleris, sanguinis, plegmatis, dan melankolis. Faktor eksogen atau pengaruh dari luar dapat berupa pengaruh keluarga, masyarakat, dan pendidikan formal. Karwadi (2006) mengungkapkan bahwa karakter seseorang merupakan refleksi dari kondisi psikologisnya, karena hal tersebut maka pembinaan karakter harus dimulai dari aspek pembinaan kejiwaan. Ada dimensi kejiwaan manusia yang bisa dikembangkan secara seimbang melalui pendidikan apabila kecerdasan emosional dipahami terlebih dahulu yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan kecakapan sosial.

Musmuallim (2014) mengemukakan bahwa pendidikan karakter pemimpin bisa dikenalkan melalui lingkungan keluarga dan masyarakat, serta melalui pendidikan formal (sekolah), namun di antara ketiganya lingkungan keluarga yang paling kuat pengaruhnya terhadap pembentukan karakter individu. Lingkungan keluarga menjadi tempat pertama bagi pembentukan pribadi individu. Proses pendidikan dalam keluarga pada dasarnya berlangsung sepanjang hayat (long life education), selama masih ada interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga. Pola asah, asih, dan asuh dalam keluarga serta perilaku dan keteladanan orang tua menjadi aktivitas yang membentuk jati diri keluarga. Menurut Laddu et al. (2007), karakter anak dibentuk oleh aturan-aturan yang ditanamkan oleh individu dari luar dirinya, yaitu orang-orang yang paling dekat. Semua aktivitas orang tua pada masa pembentukan karakter akan direkam dan mudah ditiru oleh anak, sehingga peran serta orang tua sangat sentral dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Musmuallim 2014).

Peran lingkungan masyarakat sebagai wahana interaksi sosial anak usia dini juga dapat memberi pelajaran bagi terbentuknya nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan (Khusnida 2014). Peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tetangga terdekat sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan karakter pemimpin pada anak.

Pembentukan karakter pada anak usia dini juga tidak terlepas dari lingkungan di luar tempat tinggalnya. Pengalaman yang diperoleh anak di sekolah juga dapat memberi pengaruh positif pada perkembangan karakternya. Peran guru dalam pengembangan karakter peserta didiknya juga tidak kalah penting. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Gunandi (2013) bahwa kebiasaan berperilaku setiap siswa yang menjadi objek penelitian tersebut terus mengalami peningkatan. Pada penelitian tersebut guru memperlakukan siswa dengan kasih sayang, adil, dan hormat. Guru juga memberikan perhatian secara individual agar guru dapat mengenal baik siswanya. Hal yang terpenting dalam penelitian tersebut adalah guru menjadikan dirinya sebagai tokoh panutan bagi siswanya sehingga dapat membetulkan perilaku yang salah pada siswa.Beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan keluarga, masyarakat, serta sekolah untuk membangun karakter pemimpin dan menghindari perilaku alay pada anak usia dini, di antaranya (1) mengenalkan contoh keteladanan pada anak agar anak dapat membedakan baik atau buruk perilaku mereka, (2) anak dapat memiliki kepercayaan diri dan tidak mengalami krisis identitas dengan memberikan apresiasi terhadap setiap perilaku positif, dan (3) akivitas anak diutamakan diisi dengan berbagai aktivitas bermanfaat agar tidak terjerumus berbagai perilaku negatif.Karakter pemimpin yang ingin dibentuk di sini adalah karakter yang dapat membawa anak tersebut agar tidak salah dalam mengambil teladan, merasa percaya diri, dan mampu memilih aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Beberapa karakter pemimpin yang harus dibentuk di antaranya,

1. Cerdas dan bijaksana: anak dilatih untuk mampu memiliki penilaian baik dan buruk tentang berbagai persoalan dan menggunakannya untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan secara tegas pada waktu yang tepat. Contohnya mengajarkan anak cara perpakaian dan bertutur kata yang baik sesuai dengan budaya masyarakat.2. Berpandangan ke depan: anak dilatih agar memiliki tujuan dan visi masa depan sehingga memiliki obsesi dan imajinasi yang mereka inginkan dan cara mendapatkannya sesuai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Contohnya mengajak dan mendampingi anak untuk mempersiapkan diri dalam menggapai cita-citanya, serta memberikan masukan dan saran apabila diminta pendapat.3. Berkontribusi aktif: anak dilatih untuk menjadi pribadi yang peduli dengan kondisi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Contohnya mengajak anak untuk ikut membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan masyarakat.4. Rendah hati: anak ditanamkan nilai-nilai untuk menghindari sikap yang seolah merasa dirinya adalah orang yang paling hebat. Hal yang dapat diterapkan adalah memberikan teladan, misalnya meminta maaf dan mengakui kesalahan ketika berbuat salah. Tugas besar Indonesia saat ini adalah menghadirkan generasi pemimpin masa depan untuk menggantikan pemimpin bangsa masa kini. Ketika mental dan karakter pemimpin tertanam dalam setiap individu, maka perbaikan nyata bukanlah hal mustahil untuk negeri ini. Pembentukan karakter pemimpin yang ditanamkan sejak kecil dapat menjadi langkah preventif terhadap perilaku alay. Karakter kepemimpinan mampu menjadi solusi pembentukan karakter generasi muda Indonesia yang lebih baik di masa depan. Daftar PustakaKarwadi. 2006. Emosional dalam pemikiran pendidikan Islam [disertasi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

[Kemdikbud] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Jakarta (ID): Pusat Bahasa.Khusnida L. 2014. Konsep tripusat pendidikan Islam menurut Abdurrahman An Nahlawi dan relevansinya terhadap pembentukan kepribadian anak [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Kruliane A. 2012. Pemaknaan remaja SMU mengenai penggunaan bahasa alay pada program MTV alay [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.Laddu N, Kapadia S. 2007. Childrens judgments of parental fairness: An Indian perspective. International Education Journal. 8(1):244-253.

Mangunsong F. 2009. Faktor intrapersonal, interpersonal, dan kultural pendukung efektivitas kepemimpinan perempuan pengusaha dari empat kelompok etnis di Indonesia. Sosial Humaniora. 13(1):19-28.Musmuallim. 2014. Pendidikan Islam di keluarga dalam perspektif demokrasi [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Nazar F. 2001. Moral judgment of preschool children of the State of Kuwait. International Education Journal. 2(2):116-122.Risnawati V. 2012. Optimalisasi pendidikan karakter anak usia dini melalui sentra main peran di taman kanak-kanak Padang [artikel]. Padang (ID): Universitas Negeri Padang.Sadri J. 2009. Tinjauan tentang perilaku menyimpang remaja di Kelurahan Sarirejo Kecamatan Medan Polonia [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.Tan GL. 2007. Pendidikan Dini: Pembentukan Karakter Individu. Bandung (ID): STT INTI.

Vitchek A, Indira R, Rao N. 2006. Exile: Conversations with Pramoedya Ananta. New York (US): Haymarket Books.