Draft 1 Bidang Telaahan

140
1

Transcript of Draft 1 Bidang Telaahan

Page 1: Draft 1 Bidang Telaahan

1

Page 2: Draft 1 Bidang Telaahan

2

Page 3: Draft 1 Bidang Telaahan

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................

BAB I PEMBANGUNAN MANUSIA.............................................................................7

BAB II PENGEMBANGAN INOVASI..........................................................................27

BAB III PEMBANGUNAN EKONOMI..........................................................................56

BAB IV PEMBANGUNAN WILAYAH..........................................................................68

BAB V PEMBANGUNAN LINGKUNGAN..................................................................91

BAB VI TATA KELOLA DAN KELEMBAGAAN.....................................................118

Page 4: Draft 1 Bidang Telaahan

4

Page 5: Draft 1 Bidang Telaahan

5

KATA PENGANTAR

Page 6: Draft 1 Bidang Telaahan

6

Page 7: Draft 1 Bidang Telaahan

7

Draft Background Study

BAB I LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 8: Draft 1 Bidang Telaahan

8

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Telaahan

1.3. Ruang Lingkup Telaahan

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.3. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.4. Kerangka Fikir Telaahan

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil Studi Literatur, FGD, Hasil Evaluasi Kebijakan, dan Analisa SWOT

4.2. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.2.1. Isu-Isu Strategis

4.2.2. Keterkaitan Dengan Isu-Isu Strategis

4.2.3. Usulan Strategi & Arah Kebijakan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak- Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain.

Page 9: Draft 1 Bidang Telaahan

9

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan manusia diartikan sebagai ‘proses memperbesar rentang pilihan

masyarakat’. Diusulkan untuk pertama kali pada 1990 oleh UNDP di dalam laporan global

Human Development, konsep ini dikembangan oleh dua ekonom, yaitu Mahbub ul Haq dan

Amartya Sen. Pendekatan pembangunan manusia dikembangkan untuk memberikan respon

terhadap penekanan yang terlalu besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai

indikator tunggal kemajuan manusia bagi semua bangsa. Mahbub ul Haq berpendapat bahwa

PDB per kapita yang tinggi belum tentu menunjukan kesejahteraan masyarakat yang juga

tinggi. Kesenjangan, kemiskinan, dan ketidak-adilan yang seolah berdampingan dengan

pendapatan per kapita yang tinggi, membuat pola pertumbuhan dan prioritas pembangunan

pemerintah yang selama ini berlangsung, menjadi patut dipertanyakan.

Amartya Sen memandang pembangunan sebagai suatu kebebasan. Kebebasan adalah

hal penting karena mengandung: a) nilai intrinsik – dinilai penting karena harkatnya dan; b)

nilai keikhtiaran – dinilai penting sebagai ikhtiar untuk mencapai hal-hal lainnya. Ketika

pertumbuhan ekonomi menekankan pendapatan sebagai tujuan akhir, maka pembangunan

manusia menganggap peningkatan pendapatan sebagai ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan.

Para ekonom menyakini bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengalir pada golongan

masyarakat paling miskin, sementara para penganjur pembangunan manusia meyakini bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak akan secara otomatis mengarah pada penyebaran merata atas

manfaat-manfaat pertumbuhan ekonomi ke semua sektor penduduk. Sehingga, langkah-

langkah spesifik kebijakan publik sangat diperlukan.

Pendekatan pembangunan manusia bersifat lebih luas daripada MDGs dan tujuan-

tujuannya. MDGs mempertajam pendekatan pembangunan manusia dan mengindikasikan

peta jalan penyelenggaraan pembangunan manusia. Pendekatan Pembangunan Manusia lebih

merupakan suatu proses dari pada suatu tujuan, dan ia berlandaskan pada keempat prinsip

dasar pembangunan, yaitu kesetaraan, efisiensi/ produktivitas, partisipasi/ pemberdayaan, dan

keberlanjutan.

• Kesetaraan memadukan konsep distributif dan mengajarkan bahwa mereka yang tidak

mempunyai kesempatan yang sama, mungkin membutuhkan perlakuan istimewa; misal

saja, penyandang cacat, perempuan, minoritas etnis.

Page 10: Draft 1 Bidang Telaahan

10

• Efisiensi/produktivitas, menurut kacamata Pembangunan Manusia, bukan saja berarti

memaksimalkan sumber daya material tapi juga mengoptimalkan penggunaan sumber

daya manusia dan masyarakat.

• Partisipasi/ pemberdayaan yang berarti bahwa masyarakat harus ikut serta dalam setiap

tahap pembuatan kebijakan, pelaksanaan serta pengelolaan, dan tidak dipandang

sebagai penerima manfaat semata dari proses pembangunan.

• Jika ketiga prinsip di atas dijalankan, maka proses pembangunan kemungkinan akan

bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan di sini bukan saja dalam arti lingkungan hidup,

tapi juga dalam arti sosial, politik, dan keuangan.

Pembangunan Manusia adalah suatu paradigma berbasis nilai, yang senantiasa

disesuaikan dengan faktor-faktor imperatif proses pembangunan. Ia bersifat multidimensi,

lintas disiplin, dan pragmatis. Lantaran merupakan pendekatan berbasis nilai dan berwawasan

kerakyatan (people centred), ia mudah diterima sebagai alternatif PDB per kapita dalam

mengukur kemajuan manusia. Pembangunan Manusia berkenaan dengan:

• Aspek ‘bagaimana’ alih-alih ‘apa’ dari pembangunan.

• Pergeseran fokus dari ‘apakah kita bekerja secara benar’ ke ‘apakah kita mengerjakan

hal-hal yang benar’.

Pembangunan manusia melampaui sekadar aspek pendapatan, yaitu agar pertumbuhan

tidak menjadi hampa lapangan kerja, hampa suara, hampa arah, hampa welas asih, dan hampa

masa depan.

Pembangunan di Indonesia sampai dengan tahun 2012, di tengah situasi perkembangan

ekonomi global yang penuh ketidakpastian, perekonomian nasional menunjukkan kinerja

yang cukup baik, antara lain ditunjukkan oleh beberapa indikator pembangunan seperti

pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, angka kemiskinan, dan IPM. Pada saat

beberapa negara lain mengalami perlambatan atau bahkan pertumbuhan negatif,

perekonomian nasional masih dapat meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen.

Kinerja pertumbuhan ekonomi sebesar itu terutama karena ditopang oleh permintaan

domestik yang tetap kuat. Daya beli masyarakat Indonesia, dengan kelompok kelas

menengahnya yang semakin besar, terus meningkat, yang selanjutnya mendorong

pertumbuhan konsumsi domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan data

produk domestik bruto (PDB) pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada 2012

mencapai Rp33,3 juta atau USD 3.562,6 per tahun. Angka ini mencatatkan kenaikan

dibandingkan dengan tahun 2011.

Page 11: Draft 1 Bidang Telaahan

11

Membaiknya ekonomi juga diiringi dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat.

Tingkat kemiskinan terus menurun dari 16,7 persen pada tahun 2004 menjadi 13,3 persen

pada tahun 2009 dan 12,4 persen pada tahun 2011. Pembangunan SDM juga semakin

membaik ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan berbagai

indikator SDM dalam MDG. IPM meningkat dari 0,572 menjadi 0,617. Pembangunan

pendidikan dan kesehatan menempati posisi penting dalam pembangunan nasional yang

diupayakan melalui peningkatan kualitas dan akses terhadap layanan pendidikan dan

kesehatan.

Dibalik semua catatan keberhasilan, dalam kurun RPJMN 2015-2019 tantangan

pembangunan tidaklah semakin ringan. Tantangan terbesar adalah bagaimana

mengalokasikan sumber daya ekonomi secara lebih efisien dan tepat sasaran serta bagaimana

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, kapasitas inovasi dan kesiapan teknologi.

Tantangan lainnya adalah integrasi ekonomi global dimana masing-masing orang akan

menjadi masyarakat dunia yang akan kalah jika tidak dapat bersaing. Dalam hubungan ini,

tantangannya adalah bagaimana menciptakan masyarakat ekonomi berbasis knowledge

society untuk menciptakan the critical mass dalam kelas menengah Indonesia sehingga

akselerasi pembangunan ekonomi dapat dilakukan. Untuk itu, efficiency driven economy yang

selama ini dilakukan harus ditingkatkan ke arah innovation driven economy.

Entrepreneurship bersamaan dengan invention adalah inovasi itu sendiri. Dengan demikian,

akan lahir wirausahawan yang dapat mengolah sendiri sumber daya alam yang dimilikinya,

tidak akan ada lagi fenomena barang mentah dijual ke luar negeri.

Di samping tantangan tersebut, Indonesia memiliki banyak peluang untuk menjadi

kekuatan ekonomi dunia. Mengingat Indonesia adalah negara yang baru akan mengalami

double bonus demografi bersamaan dengan banyaknya negara-negara maju mengalami

ageing. Selain akan menjadi peluang pasar yang besar, meningkatnya kelas menengah

Indonesia juga menjadi potensi meningkatnya produktivitas sumber daya. Banyak kalangan

menyebut kedua peluang ini sebagai “megatrend” yang terjadi dalam perekonomian

Indonesia. Pertama adalah revolusi kelas menengah yang dimulai sejak tahun 2010 seiring

terlampauinya pendapatan perkapita kita USD 3.000 pertahun. Kedua adalah adanya

fenomena bonus demografi (demographic bonus) yang terjadi karena membengkaknya

jumlah penduduk produktif yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian

Indonesia. Dua megatrend ini menuntut kita untuk mengambil langkah-langkah strategis dan

cerdas untuk memanfaatkan momentum langka (kejadian seabad sekali) ini. Karena kalau

tidak, kita akan kehilangan peluang yang luar biasa.

Page 12: Draft 1 Bidang Telaahan

12

Hal inilah yang mendorong banyak investor meminati Indonesia sebagai tujuan

investasi. Peluang lainnya, Indonesia sebagai negara akan berhadapan dengan ledakan jumlah

penduduk muda. Ledakan ini dinamakan sebagai bonus demografi “Demographic Bonus”.

Bonus demografi ini akan berlangsung sejak tahun 2010-2040. Menurut seorang demograf,

Profesor Sri Murtiningsih Adiutomo, pada saat periode bonus demografi itu, Indonesia

berada pada “Window of Opportunity” yang nantinya tak akan terulang kembali di masa

depan. Peluang itu dibuktikan ketika Indonesia berada pada titik terendah akan “Beban

Ketergantungan” (Dependency Ratio).

Bangsa Indonesia bertekad teguh, melangkah pasti secara strategis untuk bersama-sama

mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi serta memanfaatkan semua potensi dan

peluang yang ada. Semua ini dilakukan bangsa Indonesia untuk mencapai Visi Pembangunan

Indonesia sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025 adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan

makmur. Salah satu misi dalam rangka mewujudkan visi tersebut adalah mewujudkan bangsa

yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas,

meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek, pembangunan infrastruktur yang maju,

reformasi di bidang hukum dan aparatur negara, serta memperkuat perekonomian domestik.

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-2, RPJM

ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di

berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian

berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Pembangunan SDM memiliki peran

yang sangat penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang maju dan mandiri sehingga

mampu berdaya saing dalam era globalisasi. Sumberdaya manusia merupakan salah satu

faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas

dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.

Masa depan suatu bangsa tergantung pada seberapa baik kualitas pendidikan dan

sumber daya manusia bangsa tersebut. Kelanggengan daya saing suatu negara ditentukan oleh

kemampuannya mendayagunakan sumber daya keunggulan yang dimiliki untuk memperkuat

posisi di dalam persaingan global, sehingga negara tersebut dapat menggali potensi yang ada

di negaranya maupun di negara-negara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

memperbaiki tingkat dan distribusi kesejahteraan masyarakat, serta melakukan investasi

untuk memperbarui sumber daya keunggulannya secara berkelanjutan. Untuk itu, dimensi

daya saing dalam SDM menjadi faktor penting untuk memacu kualitas SDM terutama

Page 13: Draft 1 Bidang Telaahan

13

melalui peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan, pengembangan, penguasaan, dan

pemanfaatan iptek, serta peningkatan kualitas tenaga kerja.

Dalam konteks pembangunan, berbagai program dalam rangka peningkatan daya saing

telah dilakukan, misalnya dengan meningkatkan dana pendidikan, penelitian, dan

pengembangan iptek, menetapkan enam fokus program riptek (riset iptek) yang terdiri dari

ketahanan pangan, pengembangan energi baru dan terbarukan, pengembangan teknologi dan

manajemen transportasi, pengembangan ICT (information communication technology),

pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan, dan pengembangan teknologi kesehatan

dan obat. Namun hasil program tersebut masih dinilai belum maksimal memberikan manfaat

bagi perekonomian dan masyarakat.

Untuk itu, upaya terencana dalam RPJMN 2015-2019 perlu dalam mewujudkan

manusia Indonesia yang maju dan mandiri sehingga mampu berdaya saing dalam era

globalisasi. Background Study ini merupakan sebuah upaya untuk menggali hal‐hal yang

mendasari arah kebijakan dan strategi pembangunan manusia dalam kurun waktu 5 tahun

mendatang. Identifikasi kondisi saat ini dan harapan masa depan akan memberikan gambaran

untuk menentukan arah kebijakan dan program pembangunan yang relevan.

Dari berbagai latar belakang tersebut di atas, background study kebijakan dan strategi

pembangunan manusia RPJMN 2015-2019 dilakukan dengan melibatkan lintas sektor.

Beberapa isu dan permasalahan yang menjadi pertanyaan kajian adalah

a) Bagaimana kondisi pembangunan manusia saat ini?

b) Bagaimana upaya dan kebijakan yang telah dilaksanakan pemerintah dalam

memfasilitasi pembangunan manusia?

c) Bagaimana bentuk kebijakan dan strategi mewujudkan pembangunan manusia yang

berdaya saing dalam RPJMN 2015-2019 dalam bidang pendidikan, kesehatan,

pemberdayaan perempuan, kebudayaan, pemuda, iptek, ketenagakerjaan, lingkungan

hidup, governance dan kelembagaan, dan pengembangan wilayah.

d) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu dalam mewujudkan pembangunan

manusia yang berdaya saing dan memperkuat perekonomian domestik.

e) Bagaimana strategi dan program mewujudkan pembangunan manusia yang berdaya

saing dan memperkuat perekonomian domestik secara terpadu dan lintas sektor.

1.2 Tujuan Telaahan

Page 14: Draft 1 Bidang Telaahan

14

Tujuan umum telaahan ini adalah menyusun kebijakan dan strategi pembangunan

manusia RPJMN 2015-2019 untuk lebih memantapkan pembangunan manusia Indonesia

dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif, perekonomian berlandaskan

keunggulan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan dan penguasaan ilmu dan

teknologi yang terus meningkat.

Adapun tujuan khususnya adalah merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan

manusia di berbagai bidang pembangunan yaitu bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan

perempuan, kebudayaan, pemuda, iptek, ketenagakerjaan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup telaahan adalah :

a. Melakukan telaah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan manusia dalam

konteks mewujudkan pembangunan manusia yang berdaya saing bidang

pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, kebudayaan, pemuda, iptek,

ketenagakerjaan.

b. Melakukan identifikasi faktor-faktor penentu peningkatan daya saing manusia di

berbagai sektor.

c. Penyusunan strategi lintas sektor/bidang dalam peningkatan daya saing manusia

Indonesia.

d. Perumusan kebijakan, program pokok dan indikator kunci peningkatan daya

saing nasional dalam bidang pembangunan manusia.

e. Sosialisasi dan advokasi dalam bentuk seminar/workshop dengan mengundang

nara sumber dan pembahas serta para stakeholders terkait.

1.4 Output

Keluaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

a. Teridentifikasinya kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan dalam

pembangunan manusia Indonesia .

b. Teridentifikasinya faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan

manusia.

c. Tersusunnya isu-isu strategis pembangunan manusia

d. Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan strategi pembangunan manusia yang

dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan manusia RPJMN

Page 15: Draft 1 Bidang Telaahan

15

2015-2019.

Page 16: Draft 1 Bidang Telaahan

16

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konsepsional

Background study ini dibatasi untuk menelaah 7 komponen utama yang mendorong

terwujudnya pembangunan manusia yang berdaya saing, yaitu pertama, kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar dan kompeten (capable) seperti pendidikan yang menjamin

relevansi kualitas lulusan, dan pelayanan kesehatan yang menjamin akses pelayanan bagi

tenaga kerja. Kedua, kemampuan menguasai teknologi dan informasi merupakan sumber

terbentuknya iklim inovasi yang menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumberdaya

manusia, yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi.

Ketiga, tenaga kerja yang produktif dan memiliki kompetensi dalam upaya meningkatkan

pendapatan, keempat, kemampuan menyusun strategi dan pengelolaan implementasi

pengembangan wilayah sesuai dengan potensi yang tersedia. Kelima, kemampuan

menciptakan lingkungan yang nyaman dan berkelanjutan. Keenam, kemampuan

mendorong/meningkatkan kapasitas governance dan kelembagaan. Ketujuh, pentingnya nilai-

nilai budaya sebagai bagian integral pembangunan antara lain pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan diri, solidaritas bangsa, pemerataan, partisipasi masyarakat, otonomi, keadilan

sosial, keamanan, dan keseimbangan lingkungan.

Ketujuh komponen utama pembangunan manusia tersebut, didukung oleh faktor

determinan seperti teknologi, tenaga, sarana, regulasi dan standar. Seluruh komponen-

komponen tersebut saling berinteraksi untuk yang mendorong peningkatan daya saing sesuai

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) efisiensi, berkaitan dengan biaya/modal (cost) yang dikeluarkan dalam suatu

proses. Makin efisien suatu kegiatan dilakukan, akan memiliki tingkat daya saing

lebih tinggi;

2) rantai nilai (value chain), merupakan nilai tambah yang dibangun pada rangkaian

komponen sistem. Teknologi, pendekatan, inovasi, dan sebagainya menjadi

komponen meningkatkan nilai tambah proses;

3) keterkaitan (linkage), antara satu faktor dengan faktor yang lain sebagai

optimalisasi proses; dan

4) produktivitas.

Bahwa pembangunan manusia merupakan persyaratan utama terhadap suatu negara di

dalam upaya mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang maju dan mandiri. Sejalan dengan

Page 17: Draft 1 Bidang Telaahan

17

hal tersebut, pembangunan manusia harus menjadi perhatian di dalam suatu proses

pembangunan. Oleh karena manusia selain merupakan objek pembangunan, juga merupakan

subjek dari pembangunan itu sendiri. yang mencakup suluruh siklus hidup manusia sejak di

dalam kandungan, hingga akhir hayatnya.

Untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri dan sejahtera maka,

dibutuhkan kemampuan suatu bangsa yang mampu berdaya saing dan mampu memanfaatkan

peluang yang ada di era globalisasi. Untuk memperkuat daya saing bangsa, maka

pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk (a) mengedepankan

pembangunan sumber daya manusiaberkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat

perekonomian domistik berbasis keuanggulandisetiap wilayah menuju keunggulan

komprehensif dan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan

pelayanan di dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan

pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di

bidang hukum dan aparatur negara.

2.2. Tujuan Negara, Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

2.2.1 Tujuan Negara

Sebagaimana di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1045 disebutkan bahwa tujuan

dari negara Republik Indonsia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2.2.2 Visi RPJPN 2005-2025

“ Indonesia Yang Madiri, Maju, Adil dan Makmur”

2.2.3 Misi RPJPN 2005-2025

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab berdasarkan Pancasila;

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeasilan

Page 18: Draft 1 Bidang Telaahan

18

6. Mewujudkan Indoneia asri dan lestari;

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional;

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional;

2.3. Tujuan RPJMN 2015-2019.

Untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan

menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian dan berdasarkan keunggulan

sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengerahuan

dan teknologi yang terus meningkat.

2.4. Arah Kebijakan RPJM 2005-2009 dan 2010-2014

2.4.1 Arah kebijakan RPJMN 20005-2009 meliputi; (1) Penataan kembali Indonesia,

diarahkan untuk menyelamatkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan

semangat, jiwa, nilai, dan konsesnsus dasar yang melandasi berdiriya Negara kebangsaan

Republik Indonesia yang meliputi ; Pancasila; Undang-Undang Dasar 1945 (terutama

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945); tetap tegaknya Negara kesatuan Repulik Indonesia

; dan terbangunnya pluralisme dan keragaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. ; (2)

Pembangunan manusia,diarahkan untuk membangun Indonsia disegala bidang yang

merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyak dan penciptaan landasan

pembangunan yang kokoh.

2.4.2. Arah kebijakan RPJMN 2010-2014 meliputi; (1) melanjutkan pembangunan untuk

mencapai Indonesia yang sejahtera, yang tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan

masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang

didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan,

pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan dengan bertumpu padaprogram

perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan

terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan; (2) memperkuat pilar-pilar demokrasi

dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum,

penghausan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta

kebebasan yang bertanggung jawab; (3) memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang

termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan

Page 19: Draft 1 Bidang Telaahan

19

antar daerah (termasuk desa-kota), kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat

diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu.

2.5. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

Berkaitan dengan permasalahan pelaksanaan pembangunan manusia, tidak terlepas dari

pada issu-issu strategis di dalam pembangunan manusia yang meliputi:

1. masih adanya keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan,

papan)

2. masih rendahnya kapabalitas manusia di dalam mendorong kemandirian dan daya

saing

3. masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam penguasaan teknologi dan

informasi dalam rangka meningkatkan daya saing

4. pembangunan manusia belum maksimal untuk kegiatan produkti dalam upaya

meningkatkan pendapatan

5. bagaimana membangun prilaku SDM, berorientasi pada penguatan daya saing

6. bagaimana mewujudkan SDM yang mampu menyusun strategi dan pengelolaan

pengembangan wilayah sesuai dengan potensi yang tersedia

7. perlunya meningkatkan kapasitas SDM dalam pengelolaan wilayah

8. perlunya mewujudkan SDM yang menciptakan lingkungan yang nyaman dan

berkelanjutan

9. perlunya pengembalian budaya peduli lngkungan (soft skill) kepada aparatur dan

masyarakat

10. perlu menggali dan menumbuh kembangkan karifan lokal, dalam pemeliharaan

lingkungan

11. perlunya mewujudkan SDM yang kompeten dan berintegritas yang mampu

mendorong/meningkatkan kapasistas kelembagaan

12. perlunya penguatan kapasitas SDM dalam mewujudkan tata kelola dan penataan

kelembagaan yang efisien.

2.6. Kerangka Fikir Telaahan

Gambar 1:

Kerangka Pikir Pembangunan Manusia Seutuhnya

Page 20: Draft 1 Bidang Telaahan

20

Gambar 2:

Kerangka Pikir Pengertian Pembangunan Manusia

Gambar 3: Kerangka Pikir Investasi dalam Pembangunan Manusia

Page 21: Draft 1 Bidang Telaahan

21

Gambar 4:

Kerangka Pikir Strategi Strategi Investasi dalam Pembangunan Manusia

Page 22: Draft 1 Bidang Telaahan

22

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

Todaro dan Smith (2006) menyatakan nilai inti pembangunan adalah kecukupan

(sustenance), harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom). Kecukupan (sustenance)

adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,

papan, kesehatan dan keamanan. Harga diri (selfesteem) untuk menjadi manusia seutuhnya,

merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk

merasa diri pantas dan layak melakukan sesuatu. Sedangkan kebebasan (freedom) dari sikap

menghamba berupa kemampuan untuk memilih. Nilai yang terkandung dalam konsep ini

adalah konsep kemerdekaan manusia, yang diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri tegak

sehingga tidak mudah diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materil dalam kehidupan ini.

Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan inti pembangunan ada tiga, yaitu (1). Peningkatan

ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup; (2). Peningkatan

standar hidup; (3). Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosia

Selanjutnya UNDP (Human Development Report, 1990), pembangunan manusia adalah

suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi setiap orang (”a process of enlarging

peoples’s choices”) untuk hidup lebih panjang, lebih sehat dan hidup lebih bermakna. Dari

definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah

penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Definisi pembangunan

manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas, dimana

dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami

dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya. Untuk mengukur

tingkat keberhasilan pembangunan manusia digunakan suatu ukuran yang di namakan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Diantara beberapa pengertian pembangunan manusia di atas, dapat ditarik benang

merah kesamaan, bahwa “Pembangunan Manusia” adalah upaya meningkatkan

kemampuan manusia terutama melalui peningkatan taraf kesehatan dan pendidikan, sehingga

membuat manusia menjadi lebih sehat, kreatif dan lebih produktif sehingga memungkinkan

untuk meraih peluang-peluang yang tersedia bagi dirinya masing-masing dalam

kelangsungan hidupnya untuk mendapatkan penghasilan yang layak.

Selanjutnya dalam laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001, UNDP menyatakan

ada empat aspek utama yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan manusia, yaitu:

(1). Peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan pekerjaan dan perolehan

Page 23: Draft 1 Bidang Telaahan

23

pendapatan. Dalam komponen ini, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu bagian dari

model pembangunan manusia; (2). Peningkatan akses dan kesetaraan memperoleh peluang-

peluang ekonomi dan politik. Dengan kata lain, penghapusan segala bentuk hambatan

ekonomi dan politik yang merintangi setiap individu untuk berpartisipasi sekaligus

memperoleh manfaat dari peluang-peluang tersebut; (3). Adanya aspek keberlanjutan

(sustainability), yakni bahwa peluang-peluang yang disediakan kepada setiap individu saat

ini dapat dipastikan tersedia juga bagi generasi yang akan datang, terutama, daya dukung

lingkungan atau modal alam dan „ruang‟ kebebasan manusia untuk berkreasi. (4).

Pembangunan tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat. Artinya,

masyarakat terlibat penuh dalam setiap keputusan dan proses-proses pembangunan, bukan

sekedar obyek pembangunan, dengan kata lain adanya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan Emil

Salim (1991)mengemukakan perlunya penekanan terhadap beberapa segi kualitas manusia

yang meliputi

Pertama; kualitas spiritual, yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuahn. Dalam

hubungan ini perlu ditumbuhkan kesadaran mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual

yang benar dan menghindari subjektivisme intuisi yang tidak terkontrol oleh dimensi sosial

yang menjurus pada kultur. Segi-segi kehidupan spiritual seperti iman, tagwa dan moralitas

perlu ditingkatkan. Dengan kemudian kepada Tuhan Yang Maha Esa manusia sebagai

makhluk individu yang bebas akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya

dalam pembentukan kepribadian. Untuk mengembangkan kepribadian manusia memerlukan

cara peribadatan untuk mencapai kualitas spiritual umum yaitu taqwa”.

Kedua; kualitas kemasyarakatan dan kualitas berbangsa. Masyarakat Indonesia bersifat

majemuk, sehingga diperlukan keterikatan lintas kelompok sebagaimana tercermin dalam

kualitas bermasyarakat dan berbangsa. Sebagai indikasi kualitas ini adalah kesetiakawanan

sosial, tanggung jawab dan disiplin sosial. kesetiakawanan sosial akan tumbuh subur bila

diimbangi dengan pertumbuhan keadilan sosial, dimana sermua diperlakukan secara adil dan

mempunyai kesempatan sama. Tanggung jawab dan disiplin sosial tercermin pada kesadaran

meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Komitmen ini

harus tumbuh atas dasar pemahaman dan bukan paksaan dari luar.

Ketiga; kualitas kekaryaan yang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pribadi

(kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sikap kerja), faktor lingkungan

Page 24: Draft 1 Bidang Telaahan

24

dalam organisasi (situasi kerja, kepemimpinan), dan faktor lingkungan luar organisasi

(nilai-nilai sosial, keadaan ekonomi dan lain-lain).

Sisi lain, Baik faktor internal maupun faktor eksternal dari pada suatu proses

pembangunan itu sendiri, telah memberikan dampak perubahan, seperti yang dikemukakan

oleh Soedjatmoko (1991) yaitu (1) faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (2)

Faktor kependudukan, dan (3) Faktor ekologi atau lingkungan hidup. Dengan adanya

pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih memudahkan dan melancarkan berbagai

proses kehidupan manusia. Melalui teknologi komunikasi yang canggih dunia menjadi lebih

sempit setiap saat manusia bisa mengadakan interaksi sesamanya dengan mudah dan cepat,

dapat melakukan perjalanan dengan cepat, memperoleh informasi tentang kejadian di

berbagai tempat pada saat ketepatan dengan kejadiannya, dan masih banyak lagi kemudahan-

kemudahan yang bisa dinikmati sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi seperti yang dipaparkan di atas secara tidak langsung dapat juga berpengaruh

negatif bagi kehidupan masyarakat, misalnya dengan cepatnya arus komunikasi yang tidak

terbendung memungkinkan masuknya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian

bangsa.

Namun demikian realitas menunjukkan bahwa belum semua pribadi warga negara

sesuai dengan manusia yang diharapkan dan ini merupakan hal berkembang yang wajar

karena sebagian besar warga negara sedang berkembang dalam proses bertumbuh dan

berkembang termasuk Indonesia.

Kemajuan di era Orde Baru telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan

masyarakat seperti peningkatan taraf hidup masyarakat, peningkatan kecerdasan sebagai hasil

dari peningkatan pemerataan pendidikan jalur sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah,

kerukunan hidup beragama, perubahan tingkat kelahiran, peningkatan pengelolaan

sumberdaya alam dan sebagainya.

Perubahan lain yang terjadi dalam masyarakat adalah perubahan tingkat kelahiran.

Dengan berhasilnya KB keadaan penduduk di Indonesia tidak merupakan kurva normal,

artinya usai kanak-kanak lebih kecil dari jumlah usia remaja. Banyak Sekolah Dasar yang

mulai kehabisan siswa, sebaliknya SMP, SMA dan perguruan tinggi makin kebanjiran siswa.

Walaupun KB berhasil nyata secara kuantatif penduduk Indonesia makin bertambah karena

bertambahnya usia subur. Bertambahnya penduduk ini menimbulkan perubahan penyebaran

penduduk tidak hanya dari desa ke kota tetapi juga antara satu pulau ke pulau lain.

Pertambahan penduduk berpengaruh terhadap pelestarian sumberdaya alam. Berhektar-hektar

tanah pertanian berubah fungsi menjadi pemukiman. Udara segar yang semula dinikmati

Page 25: Draft 1 Bidang Telaahan

25

penduduk di dataran tinggi berubah menjadi udara panas, pohon-pohon ditebang, banyak

hutang gundul akibat ulah manusia. Pencemaran lingkungan semakin dirasakan, udara

tercemar oleh asap industri yang terus bertambah, meskipun kemunculan banyak industri

untuk kepentingan hajat hidup pembangunan masyarakat sendiri.

Page 26: Draft 1 Bidang Telaahan

26

Page 27: Draft 1 Bidang Telaahan

27

Draft Background Studi

BAB II LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG PENGEMBANGAN INOVASI

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 28: Draft 1 Bidang Telaahan

28

Page 29: Draft 1 Bidang Telaahan

29

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Tujuan Telaahan

I.3. Ruang Lingkup Telaahan

I.4. Keluaran Yang Diharapkan

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

2.3. Tujuan RPJMN 2015-2019

2.4. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.5. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.6. Kerangka Fikir Telaahan

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil Studi Literatur, FGD, dan Hasil Evaluasi Kebijakan

4.2. Hasil Analisis SWOT

4.3. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.3.1. Isu-Isu Strategis dan Perumusan ‘Goals”

4.3.2. Keterkaitan dengan isu-isu strategis sektoral

4.3.3. Usulan Strategi Kebijakan Lintas Sektor/ Pengarusutamaan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak-lanjut Hasil Telaahan

(termasuk usulan penyajian keterkaitan dengan dokumen teknokratis RPKMN)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain

Page 30: Draft 1 Bidang Telaahan

30

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bentuk tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun

2005-20025, khususnya dalam pasal 1, menjelaskan bahwa setiap periode 5 (lima) tahunan

pemerintah harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Dalam RPJMN tahap ketiga, salah satu fokusnya adalah meningkatkan daya saing bangsa

dengan pengembangan inovasi iptek yang berlandaskan SDA yang unggul dan SDM

berkualitas.

Sebagaimana yang tercantum dalam RPJPN 2005-2025, visi nasional akan ditempuh

delapan misi pembangunan nasional, yaitu: (1) mewujudkan masyarakat yang berakhlak

mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, (2) mewujudkan bangsa yang berdaya

saing, (3) mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum, (4) mewujudkan

Indonesia yang aman, damai, dan bersatu, (5) mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan, (6) mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari, (7) mewujudkan Indonesia

menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional,

dan (8) mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional. Dari

delapan misi tersebut di atas, pengembangan inovasi telah menjadi salah satu fokus dari misi

kedua. Misi kedua telah menekankan mengenai pentingnya peningkatan daya saing dengan

mengembangkan inovasi di bidang iptek sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan

perekonomian Indonesia yang dapat meningkatkan keunggulan komparatif maupun

kompetitif SDA yang unggul dan SDM yang berkualitas bagi kesejahteraan dan kemakmuran

bangsa.

Dengan menelaah inti dari misi di atas, dapat dikatakan bahwa pembangunan Inovasi

Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam mengantarkan bangsa Indonesia

kepada pembangunan jangka panjang yang berorientasi kepada pengembangan inovasi dan

teknologi berbasis pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang lestari.

Memasuki tahapan ketiga dalam RPJPN 2005-2025, perencanaan pembangunan jangka

menengah nasional (RPJMN) tahap ketiga akan berlandaskan kepada pengembangan inovasi

yang dapat meningkatkan daya saing yang diprioritaskan pada bidang agro industri yang

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.

Page 31: Draft 1 Bidang Telaahan

31

Berkaitan dengan pelaksanaan RPJMN 2010-2014, tahun 2013 merupakan tahun

terakhir pemerintahan sekarang untuk melaksanakan kegiatan pembangunan dalam waktu

satu tahun penuh. Selain itu, pada tahun 2013 pemerintah juga harus menyiapkan kajian awal

(backgroud study) untuk penyusunan RPJMN tahun 2015-2019, termasuk untuk bidang

pengembangan inovasi. Dalam perencanaan jangka menengah ketiga (RPJMN 2015-2019)

diharapkan telah tersedia road map (blue print) sistem inovasi nasional yang mempunyai

prioritas dan fokus terhadap pengembangan SDA yang unggul dan SDM berkualitas guna

menuntun pelaksanaan misi nomor dua dalam RPJPN 2005-2025 di atas.

1.2. Tujuan dan Sasaran Telaahan

Tujuan penyusunan kajian Bidang Telaahan (BT) Pembangunan Inovasi RPJMN 2015-

2019 untuk menyiapkan dan menyusun konsep kebijakan perencanaan bidang inovasi yang

akan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta

penjabarannya ke dalam program dan kegiatan.

Sasaran dari kegiatan penyusunan Background Study RPJMN 2015-2019 adalah:

1. Teridentifikasinya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan

bidang inovasi.

2. Teridentifikasinya data dan informasi pencapaian sebagai dasar dan acuan yang

akurat dalam penyusunan Bidang Telaahan Pembangunan Inovasi RPJM periode

2015-2019.

3. Tersusunnya konsep alternatif kebijakan dan strategi pelaksanaan pembangunan

bidang Inovasi periode 2015-2019.

4. Tersusunnya konsep alternatif program dan kegiatan yang mendukung

pelaksanaan pembangunan bidang Inovasi periode tahun 2015-2019.

1..3. Ruang Lingkup Telaahan

Yang menjadi ruang lingkup kegiatan ini adalah:

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan

Inovasi.

2. Mengidentifikasi data dan informasi sebagai dasar dan acuan yang akurat dalam

penyusunan Bidang Telaahan Pembangunan Inovasi RPJM periode tahun 2015-

2019.

3. Menyusun konsep alternatif kebijakan dan strategi pelaksanaan pembangunan

bidang Inovasi periode tahun 2015-2019.

Page 32: Draft 1 Bidang Telaahan

32

4. Menyusun konsep alternatif program dan kegiatan yang mendukung pelaksanaan

pembangunan bidang Inovasi periode tahun 2015-2019.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan adalah tersusunnya rumusan konsep kebijakan dan strategi, serta

program dan kegiatan pelaksanaan Pembangunan Inovasi periode tahun 2015-2019.

Page 33: Draft 1 Bidang Telaahan

33

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

Secara konsep, Inovasi adalah perubahan. Sehingga perubahan dapat

diimplementasikan pada semua jenjang dan sektor. Untuk mengetahui apakah suatu

perubahan dapat disebut Inovasi maka perubahan tersebut bukan kebetulan dan tidak

sistematis tetapi harus mengandung unsur kesadaran dan perencanaan. Masuknya unsur

perencanaan mengindikasikan bahwa kita harus tahu apa yang ingin kita ubah, mengapa dan

bagaimana caranya. Perubahan harus memiliki sasaran yang telah ditetapkan secara jelas.

Pada tahap ini dapat disederhanakan bahwa inovasi adalah perubahan yang direncanakan.

Bagaimana arah dari perubahan? Pastilah sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga

dapat disimpulkan inovasi adalah perubahan yang direncanakan dan menghasilkan sesuatu

yang lebih baik.

2.1.1 Definisi

Berbagai definisi Inovasi telah dikembangkan sesuai dengan bidang yang direncanakan.

Beberapa definisi mengenai inovasi yaitu:

Inovasi: eksploitasi yang sukses dari ide baru.

Inovasi: ciptaan-ciptaan baru (dalam bentuk wujud ataupun tanwujud) yang memiliki

nilai ekonomi yang berarti (signifikan), yang umumnya dilakukan oleh perusahaan atau

kadang-kadang oleh para individu.

Inovasi: aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau proses yang baru

Inovasi: merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan kelembagaan

pasar dan non-pasar

Inovasi: transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru; tindakan

menggunakan sesuatu yang baru

Inovasi: merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru (the successful

exploitation of a new idea), atau dengan kata lain merupakan pemanfaatan/mobilisasi

pengetahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk,

proses dan jasabaru;

Inovasi: kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan

mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau

cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam

produk atau proses produksi

Page 34: Draft 1 Bidang Telaahan

34

Dalam tulisan ini Inovasi mempergunakan definisi dalam UU No. 18 tahun 2002, yang

menjelaskan bahwa definisi Inovasi adalah sebagai berikut:

Inovasi: kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan

mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau

cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam

produk atau proses produksi.

2.1.2 Tujuan Inovasi adalah:

1. meningkatkan kualitas;

2. menciptakan pasar baru;

3. memperluas jangkauan produk;

4. mengurangi biaya tenaga kerja;

5. meningkatkan proses produksi;

6. mengurangi bahan baku;

7. mengurangi kerusakan lingkungan;

8. mengganti produk atau pelayanan;

9. mengurangi konsumsi energi;

10. menyesuaikan diri dengan undang-undang

Tujuan inovasi menurut Ida Yustina (2013) yaitu mengembangkan kreatifitas inovasi

berbasis keunggulan Sumber Daya Alam lokal dan meningkatkan daya saing, nilai tambah

dan output.

2.1.3 Peran Inovasi

1. Inovasi dapat memainkan peranan penting dalam membantu untuk mengatasi

tantangan sebagai berikut:

- Dapat membantu untuk meningkatkan daya saing, pertumbuhan, dan kesejahteraan.

- Kunci untuk peningkatan produktivitas dan faktor dan penghematan sumber daya

- Memperbaiki teknologi utama yang sangat penting untuk mengatasi pemanasan

global

2. Inovasi sangat kompleks. Ada inovasi yang terdepan (frontier) dan ada inovasi

yang bersifat lokal. Selain itu inovasi juga dapat didefinisikan baru untuk suatu

negara, sektor dan unit.

3. Negara-negara berkembang secara dramatis dapat meningkatkan posisi mereka

dengan melalui perolehan ilmu pengetahuan yang ada:

Page 35: Draft 1 Bidang Telaahan

35

- Sebagian besar itu, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dalam domain

publik

- Banyak hal dapat diperoleh melalui jalur/saluran resmi

- Beberapa juga dapat diperoleh melalui penyalinan informal dan teknik pembalikan

(reverse engineering)

- Tapi dapat juga mengembangkan kemampuan sendiri untuk memperoleh,

menggunakan, menciptakan pengetahuan

b. Salah satu faktor determinan untuk berhasil memenangi kompetisi dalam era globalisasi

adalah peningkatan peran pembangunan melalui pengembangan sains dan teknologi.

Pentingnya sains dan teknologi (Iptek) dan upaya memicu perkembangannya, khususnya

melalui riset dinyatakan oleh Sachs (1995), Toffler (1990), Reich (1991) dan Quinn (1992). c. Salah satu ukuran daya saing dapat dilihat dari Growth Competitive Index (GCI) yakni ukuran

daya kompetisi negara yang menggunakan parameter lingkungan ekonomi makro,

perkembangan lembaga publik, dan inovasi teknologi. World Economic Forum (WEF) dalam

The Global Competitiveness Report tahun 2012-2013 merujuk Indonesia berada pada ranking

50 dengan nilai 4,40 pada skala 1-7. Ranking Indonesia pada tahun 2011-2012 berada pada

urutan 46 atau posisi daya saing tahun ini turun 4 tingkat. Di tingkat Asean maka Indonesia

berada di bawah Singapur yang diurutan ke 2, Malaysia urutan 25 dan Thailand urutan 38.

Menurut Lall (1998), ada lima faktor determinan sebagai penyebab rendahnya pembangunan

sains dan teknologi nasional, yakni (1) sistem insentif, (2) kualitas SDM, (3) informasi

teknologi dan pelayanan pendukung, (4) dana, dan (5) kebijakan sains dan teknologi sendiri.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) beserta beragam kebijakan iptek sangat penting bagi

perkembangan inovasi, namun bukan satu-satunya yang menentukan. Dinamika difusi pengetahuan

dan pembelajaran yang berkembang sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam berinovasi.

Namun itupun tidak terjadi serta-merta. Beragam fenomena inovasi juga menunjukkan bahwa inovasi

sebenarnya merupakan suatu proses kreatif, iteratif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga

pasar dan non-pasar. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) sangat penting bagi

perkembangan inovasi. Tetapi, inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbangyasa. Iklim persaingan

yang sehat sangat diperlukan bagi berkembangnya inovasi. Demikian kompleksnya dimensi dan

elemen terkait perkembangan inovasi menyadarkan banyak pihak bahwa diperlukan cara pandang

sistem untuk memahaminya dan mendorong perkembangannnya. Inilah yang dikenal dewasa ini

dengan istilah system inovasi.

Secara singkat sistem inovasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan [darisehimpunan aktor,

kelembagaan maupun proses produktif] yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan

inovasi dan difusinya (termasuk pengetahuan/teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses

pembelajarannya.

Page 36: Draft 1 Bidang Telaahan

36

Yang tentu saja sangat penting digarisbawahi adalah bahwa penggunaan istilah sistem inovasi

menunjukkan kesadaran kita untuk berpikir sistem, secara holistik dalam pemajuan inovasi, difusi dan

proses pembelajaran. Bagi mereka yang berkecimpung dalam arena kebijakan, cara pandang sistem

inovasi juga membantu dalam memahami, mengevaluasi dan memberikan alternatif solusi kebijakan

atas isu-isu kebijakan beserta tindakan nyatanya yang berpangkal dari “kegagalan sistemik” (systemic

failures). Para aktor perlu bertindak secara sendiri maupun bekerjasama (berkolaborasi) dalam rangka

memperkuat sistem dan memfungsikan elemen (subsistem) serta mendinamiskan sistem sesuai

dengan peran dan kompetensi masing-masing. Ini menyangkut perubahan paradigma. Pemahaman

yang baik tentang ini sangatlah penting. Jika tidak, kita hanyalah sekedar menggunakan “istilah baru“

(istilah sistem inovasi) secara harfiah dan tetap terjebak dalam cara kerja lama dengan “kemasan

baru”.

Penguatan sistem inovasi merupakan pilar penting dalam membawa Indonesia ke era ekonomi

pengetahuan (knowledge-based economy) dan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based

society). Karena itu, pembangunan Indonesia yang progresif perlu menjadikan penguatan sistem

inovasi sebagai kesepakatan bersama dan prioritas dalam peningkatan daya saing dan penguatan

kohesi sosial.

2.1.4 SISTEM INOVASI MELALUI TRIPLE HELIC

Sistem Inovasi berbasis kolaborasi ACADEMIC- BUSINESS-GOVERNMENT.

Triple Helix Research Group Standford University mengembangkan sistem inovasi yang

merupakan menggabungkan atau kolaborasi antara akademisi, pengusaha dan pemerintah.

2.2. Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

Page 37: Draft 1 Bidang Telaahan

37

Visi:

Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur

Misi:

Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, dengan meningkatkan penguasaan dan

pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi

secara berkelanjutan berbasis keunggulamn setiap wilayah menuju keunggulan

kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan

termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

Peran Inovasi

Untuk mempercepat visi dalam mewujudkan misi tersebut di atas

2.3. Tujuan RPJMN 2015-2019

RPJMN tahap ketiga ini bertujuan untuk lebih memantapkan pembangunan secara

menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif

berlandaskan keunggulan sumber daya alam serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus

meningkat.

2.4. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

Daya saing Indonesia semakin kuat dan kompetititf dengan semakin terpadunya

industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya secara

berkelanjutan, makin selarasnya pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi

dan industri untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktifitas, penguasaan dan

penerapan teknologi oleh masyarakat.

Dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Nasional 2005 – 2025 diungkapkan pada bagian IV ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS

PJP 2005 - 2025, antara lain pentingnya penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong

pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Sementara itu dalam Peraturan Presiden

Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –

2014 pada Bab IV dinyatakan bahwa: “Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem

inovasi di suatu negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antarsektor dan

lintas sektor; intertemporal (antarwaktu); dan nasional-daerah (interteritorial), daerah-daerah,

dan internasional. Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi

dalam penguatan Sistem Inovasi Nasional di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka

kebijakan inovasi yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur,serta komitmen

Page 38: Draft 1 Bidang Telaahan

38

sumberdaya yang memadai baik pada tataran pembangunan nasional maupun daerah

sebagai platform bersama.”

Kebijakan inovasi bukanlah kebijakan tunggal, melainkan sehimpunan kebijakan yang

ditujukan untuk mengembangkan/ memperkuat sistem inovasi. Karena itu, kerangka

kebijakan inovasi tersebut seyogyanya membentuk upaya terpadu atas solusi untuk mengatasi

isu-isu sistemik, mewadahi kebijakan-kebijakan sangat penting yang berkontribusi dalam

memperkuat sistem inovasi di Indonesia.

Pengembangan iptek, menetapkan enam fokus program riptek (riset iptek) yang terdiri

dari:

1. Ketahanan pangan,

2. Pengembangan energi baru dan terbarukan,

3. Pengembangan teknologi dan manajemen transportasi,

4. Pengembangan ICT (information communication technology),

5. Pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan, dan

6. Pengembangan teknologi kesehatan dan obat.

2.5. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

Untuk membandingkan daya saing suatu negara maka ada berbagai macam ukuran.

Selain Growth Competitive Index (GCI) maka bisa juga dilihat dari sumber daya manusia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2011 sebesar 0,617 dan Norwegia

berada pada ranking teratas dengan nilai 0,965. Padahal jika dibandingkan dengan sumber

daya alam maka terlihat Indonesia memiliki lebih banyak jenis sumber daya alam

dibandingkan Norwegia. Perlu dicermati permasalahan SDM.

Page 39: Draft 1 Bidang Telaahan

39

Selanjutnya jika dibandingkan hasil sawit Indonesia dan Malaysia pada daratan yang

sama di pulau Kalimantan maka sawit Indonesia masih kalah produktif dari Malaysia.

Diperlukan upaya lebih keras untuk minimal menyamai produktifitas sawit Malaysia. Untuk

itu dikembangkan pusat penelitian kelapa sawit di wilayah Sumatra Utara.

Beberapa kendala dalam pengembangan inovasi yaitu:

1. Sulitnya menembus pasar regional dan internasional. Diperlukan dukungan dalam

(mediasi) perdagangan dari pemerintah.

2. Peran asosiasi harus lebih aktif jangan hanya sebagai “Broker” produk atau menjadi

“Tengkulak”.

3. Para inventor(s) dan innovator(s) masih memerlukan Investor(s) untuk

pengembangan produk.

4. Belum adanya Incentive/reward yang diberikan jika produk berpeluang atau

memiliki potensi untuk diekspor.

5. Belum terjadi sinergi dalam Implementasi pelaksanaan antara Akademisi, Bisnis dan

pemerintah/government (ABG=Triple Helix).

Meskipun demikian pemerintah memiliki komitmen dalam mendorong inovasi.

Beberapa indikator mengindikasikan seperti:

1. Hampir dua kali lipat anggaran keuangan untuk pendidikan

- Pembangunan Iptek Indonesia menggunakan sistem inovasi nasional sebagai

kerangka kerja.

- Indonesia membentuk komite nasional inovasi (KIN)

Page 40: Draft 1 Bidang Telaahan

40

- Indonesia mendirikan Pusat Inovasi UMKM (PI-UMKM).

- Mulai untuk membangun BTCS, Inkubator dan lain-lain.

2. Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5% dalam lima tahun ke

depan. Sumber pertumbuhan ekonomi harus berasal dari peningkatan produktivitas.

3. Masih memiliki sumber daya yang berlimpah yang dapat ditingkatkan nilai

tambhanya. Meskipun pada saat ini nilai tambah ekspor masih rendah. Contohnya

ekspor bahan baku, padat karya dengan tenaga terampil yang rendah.

4. Biaya tenaga kerja meningkat. Perlu meningkatkan teknologi sehingga dapat

memperluas rantai nilai (value chain).

5. Dalam pemerintahan rezim orde baru (1976-1998), Indonesia telah mengembangkan

beberapa industri teknologi tinggi di bawah koordinasi Badan Pengembangan

Industri Strategis.

6. Masih dijumpai pengembangan program dan kegiatan tanpa berdasarkan penelitian

atau riset sehingga tingkat keberhasilannya tidak dapat diketahui.

2.6. Kerangka Fikir Telaahan

Page 41: Draft 1 Bidang Telaahan

41

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

Metodologi yang digunakan dalam Kegiatan ini adalah:

1. Pembentukan Tim Analisis Kebijakan. Tim yang dibentuk meliputi Sub Bidang

Kelompok Telaahan, Tim Focus Group Discussion (FGD), dan dipimpin oleh

penanggung jawab kegiatan.

2. Pengumpulan data dan informasi melalui kajian literatur, yang difokuskan kepada

isu dan kondisi pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia pada saat ini

serta peluangnya dalam mendukung visi dan misi RPJPN dimasa yang akan

datang.

3. Kunjungan lapangan, dengan lokasi antara lain: Sumatera Utara, Sulawesi

Selatan, dan Jawa Timur. Adapaun tujuan dari kunjungan lapangan tersebut

adalah untuk mendapatkan masukan dan informasi dari pemerintah daerah,

akademisi, asosiasi, dan LSM terkait dengan Pengembangan Inovasi di Indonesia.

4. Pertemuan/rapat. Melalui mekanisme ini, Tim dan para tenaga ahli akan mampu

mengidentifikasi isu, informasi, dan data yang dibutuhkan sebagai bahan analisis.

5. Analisis berdasarkan data dan informasi yang terkumpul, melalui pendekatan

deskriptif dan kuantitatif.

6. Penyusunan laporan

Page 42: Draft 1 Bidang Telaahan

42

IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Studi Literatur, FGD, dan Hasil Evaluasi Kebijakan

Secara umum Inovasi merupakan pengembangan dan difusi produk baru, praktek baru,

dan baru untuk konteks tertentu. Inovasi dibutuhkan untuk mentransformasi ilmu

pengetahuan menjadi kesejahteraan seperti menciptakan lebih banyak pekerjaan,

memberikan kesehatan yang lebih baik, dan lain-lain.

Sumber dari inovasi terdiri dari: 1) penelitian dan pengembangan, 2) pengembangan

manajemen dan lain-lain, 3) desain produk atau proses sebagai tahapan kunci.

Proses inovasi dapat berasal dari proses yang diluar kebiasaan seperti idea dari

pengusaha yang didukung oleh oleh berbagai aktor seperti: penemu, penguasa, legislatif dan

lain-lain. Selain itu budaya dan lembaga sangat berperan dalam proses inovasi.

Inovasi dapat digambarkan sebagai bagian inti dari pembangunan yang pada akhirnya

akan membentuk sistem sosial.

Sumber: Jean-Eric Aubert

Bank Dunia menyarankan peran pemerintah dalam pengembangan inovasi seperti

berkebun yaitu:

1. Memelihara (menyirami) dengan membiayai dan mndukung proyek-proyek

inovasi.

2. Menghilangkan kendala (gulma) agar terjadi kompetisi dengan cara

mengurangi/deregulasi aturan yang menghambat inovasi.

Page 43: Draft 1 Bidang Telaahan

43

3. Memelihara iklim (tanah/kondisi) penelitian, pendidikan,dan informasi

Di Indonesia, pemerintah memberikan arahan dan melakukan intervensi dengan

membentuk kelembagaan Penelitian dan Pengembangan di pusat dan daerah. Di pusat

dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) di masing-masing Kementerian

dan di daerah di tingkat Provinsi dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi.

Selain itu dibentuk pula Dewan Riset Nasional di tingkat pusat dan di daerah dibentuk Dewan

Riset Daerah. Kementerian Riset dan Teknologi menjadi unsur utama dalam menggerakkan

dan mengkoordinir kegiatan riset di tingkat pusat.

Fungsi dari kebijakan Inovasi yaitu: 1) memelihara basis ilmu pengetahuan, 2)

mendukung inovator, dan 3) memperbaiki kerangka peraturan.

Pemeliharaan basis ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara menumbuhkan budaya

teknik sebagai dasar dalam menerima teknologi baru. Kemudian budaya teknik

dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan dalam membuat kegiatan akan menjadi sumber

utama inovasi, produktivitas dan penciptaan lapangan kerja. Langkah lain untuk tetap tidak

tertinggal perkembangan ilmu pengetahuan global adalah melalui perusahaan investasi asing

atau Foreign Direct Investment (FDI), aliansi teknologi, pengembangan kerjasama

laboratorium dengan negara maju, mengikuti pengembangan Information and

Communications Technology (ICT) dan pengembangan kerjasama dengan berbagai

lembaga/negara di dunia. Penelitian merupakan bagian dari proses pembangunan

(berdasarkan kriteria yang sesuai), sumber pengetahuan dari ilmu dasar (kriteria yang

unggul), dan sering inovasi mendahului penelitian (bertentangan dengan pendapat yang

mapan).

Proses inovasi pada tingkat makro dilaksanakan melalui penelitian yang dikembangkan

oleh industri yang mempunyai teknologi tinggi. Tahap selanjutnya akan ditransfer kepada

industri lain setelah secara teknis dapat menerima teknologi baru yang ditemukan.

Untuk mendukung kegiatan inovasi yang berkelanjutan maka para penemu baru atau

inovator memerlukan berbagai dukungan. Pertama, berbagai bentuk dukungan seperti

bantuan teknik, keuangan, perdagangan/komersial, perlindungan hak cipta dan lain-lain.

Kedua, kegiatan penting lainnya seperti pelatihan inovasi, inkubator terutama memelihara

para inovator dengan informasi yang tepat dan sumber daya yang sesuai. Selanjutnya

dukungan keuangan seperti modal dasar (seed money) untuk untuk produksi perdana dan

pengembangan produk, biaya operasional untuk perdagangan. Dana dapat disediakan baik

oleh lembaga keuangan mikro ataupun modal ventura.

Page 44: Draft 1 Bidang Telaahan

44

Pada tahap selanjutnya diperlukan perbaikan kerangka peraturan. Di dalam peraturan

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan semangat berkompetisi agar

tetap terjadi kegiatan inovasi. Selain itu perlu dibuat standar untuk pengembangan agar dapat

menjadi acuan oleh industri lainnya. Untuk menghindari pencurian hasil inovasi maka

diperlukan perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Untuk memudahkan para inovator

mengurus administrasi perlindungan kekayaan intelektual maka birokrasi harus

disederhanakan. Selain itu berbagai kendala peraturan dalam pengembangan inovasi perlu

dihilangkan. Agar proses dapat berjalan berkesinambungan maka dibutuhkan hukum dan

sistem penegakan hukum.

Dalam pelaksanaannya maka fokus dari pemerintah untuk pengembangan inovasi perlu

diarahkan pada:1) program skala besar yang menjadi prioritas pemerintah seperti:

kemiskinan, pertahanan, atau ICT, 2) mempromosikan industri yang kompetitif, 3) membuat

pusat inovasi seperti: techno-parks, kota pendidikan, dan lain-lain, 4) Membina inovasi yang

berpihak kepada orang miskin.

Kebijakan Inovasi secara tradisional adalah bertujuan untuk menjembatani kesenjangan

antara industri (pertanian) dan perguruan tinggi / penelitian struktur. Secara implisit sebagian

besar instansi/departemen pemerintah (contoh Amerika Serikat) mendukung tindakan inovasi

yang diambil, tapi tidak terlihat dalam konteks ideologi non intervensionis. Secara eksplisit

(contoh Finlandia), kebijakan inovasi menjadi strategi pembangunan secara keseluruhan dan

melibatkan kementerian kunci dan kelompok masyarakat sipil (bisnis, serikat buruh, dll),

dengan badan koordinasi yang kuat dipimpin oleh Perdana Menteri.

Dalam pengembangannya kebijakan inovasi sudah menjangkau bidang perdagangan,

pendidikan, keuangan dan lain-lain.

Strategi dan Prioritas Pembangunan

Dalam pengembangan inovasi, yang pertama dilakukan adalah membangun

berdasarkan kekuatan yang ada dan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan

kemampuan yang ada. Kemudian perhatian diprioritaskan pada aset yang bukan berdasarkan

iptek seperti: kesenian/kebudayaan, peluang di bidang pariwisata, media dan hiburan.

Selanjutnya dikembangkan manufaktur di sektor-sektor tertentu yang berhubungan dan

terkait dengan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), infrastruktur

teknologi dan pelatihan. Terakhir, membangun sistem inovasi canggih secara bertahap

dengan mendirikan penelitian berbasis ilmu pengetahuan bertaraf internasional.

Page 45: Draft 1 Bidang Telaahan

45

Contoh negara yang berhasil membangun negaranya dari salah satu negara miskin di

Eropa menjadi salah satu negara termaju dan termakmur di dunia yaitu Swedia. Meskipun

jumlah penduduk Swedia hanya sekitar 9,5 juta jiwa, negara ini adalah tempat kelahiran

nama-nama besar industri manufaktur seperti Volvo, Scania, Electrolux, Ericsson, dan

IKEA. Namun demikian Swedia juga tak lupa menelurkan nama-nama masyhur industri

kebudayaan seperti ABBA, Ingrid Bergman, The Cardigans, Stellan Skarsgard, Roxette, dan

Yngwie Malmsteen. Kunci semua itu salah satunya adalah inovasi. Mulai dari penemu

dinamit Alfred Nobel sampai co-founder Skype, Niklas Zennstrom, memperlihatkan Swedia

tidak pernah kehabisan inovator dari jumlah penduduk yang lebih rendah dari Jakarta.

Keberhasilan Swedia didukung oleh demokrasi yang stabil, dukungan pemerintah kepada

masyarakat dengan pendidikan yang bermutu tinggi dan gratis, dan budaya mekanik yang

dikembangkan dengan sangat baik. Selain itu juga posisi netral pada perang dunia I, II yang

memungkinkan tidak harus membangun lagi seperti negara yang terlibat perang. Dana yang

dilakoasikan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (riset) yakni sekitar 3,6 persen dari

GNP (produk nasional bruto).

Berbeda dengan Swedia, maka India menghadapi tantangan untuk mengembangkan

inovasi Inklusif. Melalui inovasi diharapkan dapat diraih lebih dari kurang untuk lebih.

Perusahaan industri di India bertujuan untuk memperoleh kinerja yang lebih dari biaya yang

rendah untuk memperoleh lebih banyak keuntungan sehingga memberikan nilai manfaat

kepada pemegang saham. Dengan penduduk India sebanyak 1,2 juta orang dan pendapatan

yang kurang dari US$ 2 maka yang tantangan yang dihadapi untuk pengembangan penelitian

adalah bukan biaya yang rendah tetapi solusi dengan biaya sangat rendah sehingga

memerlukan kebutuhan tidak hanya 'keterjangkauan' tapi 'keterjangkauan yang ekstrim’. Ada

empat tantangan yang dihadapi India yaitu: 1) skala/besaran penduduk dan wilayah, 2)

kelangkaan sumber daya alam, 3) keragaman etnis dan bahasa, 4) kemiskinan penduduk yang

hanya berpenghasilan kurang dari US$2. Beberapa hasil inovasi India dikembangkan dengan

biaya sangat rendah sebagai perbandingan hasil pengembangan inovasi vaksin hepatitis B di

negara lain memerlukan biaya US$ 18 maka di India biaya yang diperlukan hanya US$ 0,4.

Demikian juga untuk operasi katarak di negara lain memerlukan biaya sebesar US$ 3,000

maka di India hanya memerlukan biaya US$ 30. Penggerak inovasi inklusif di India yaitu: a)

70 persen dari populasi penduduk India miskin dan tinggal di pedesaan, b) Perusahaan India

secara historis mengerti bahwa cakupan pasar mereka hanya melayani penduduk dengan

kekayaannya yang terbatas, c) Mereka harus menemukan cara untuk berlaku adil dan tidak

memihak pada suatu lapisan ekonomi tertentu, d) Fokusnya adalah bagaimana dapat

Page 46: Draft 1 Bidang Telaahan

46

menurunkan/mengubah harga yang sesuai dengan kinerja, e) tidak ada akses terhadap

teknologi dan modal dari negara maju/barat, f) perusahaan Inda mulai ukuran yang sangat

kecil. Sebagai contoh perusahaan Shanta Biotech menghadapi permasalahan 340.000 orang

meninggal karena hepatitis B di India setiap tahun sejak tahun 1991. Penyebabnya adalah

biaya vaksin per dosis US$ 18. Varaprasad Reddy bersumpah untuk mengubah kondisi ini.

Akhirnya Shantha Biotech berhasil menurunkan biaya sampai 40 sen per dosis dan

membuatnya terjangkau bagi kaum miskin.

Besaran alokasi dana dapat representasi perhatian dan prioritas dalam persaingan

global.

Saat ini, investasi litbang Indonesia hanya berkisar 0.08 persen PDB, jauh dibawah

negara-negara tetangga seperti: China 1.47 persen, Malaysia 0.6 persen dan Thailand 0.26

persen. Meskipun demikian, alokasi dana yang rendah untuk penelitian dan pengembangan

mungkin bukan permasalahan inovasi tetapi apabila terakumulasi dapat menjadi penyebab

umum permasalahan inovasi.

Page 47: Draft 1 Bidang Telaahan

47

Page 48: Draft 1 Bidang Telaahan

48

Kunci permasalahan kinerja inovasi di Indonesia

1. Alokasi dana Penelitian dan Pengembangan (R & D) sebagai % PDB masih rendah

(0,05%).

2. Kurangnya insentif untuk berinovasi di samping tidak ada tradisi untuk melakukan

inovasi.

3. Budaya paternalistik sehingga perlu Presiden untuk memimpin segalanya.

4. Kurangnya koordinasi dan kurangnya sinergi dalam hal kebijakan antar instansi

terkait.

5. Permintaan untuk produk R & D tidak cocok dengan yang diproduksi oleh lembaga

litbang (termasuk Perguruan Tinggi).

6. Ketergantungan tinggi industri nasional pada teknologi impor dan rendahnya

kontribusi perusahaan swasta dalam investasi R & D

Prasyarat Daya Saing

(10 golden rules of competiteveness)

1. Menciptakan lingkungan legislatif yang stabil dan terprediksi.

2. Mengusahakan struktur ekonomi yang flexibel dan berdaya tahan tinggi.

3. Investasi di infrastruktur dan juga teknologi.

Page 49: Draft 1 Bidang Telaahan

49

4. Mempromosikan investasi lokal.

5. Menciptakan daya tarik tinggi bagi investor asing dan aktif mengundang mereka.

6. Fokus pada kualitas, kecepatan, dan transparansi dalam bidang administrasi dan

pemerintahan.

7. Menciptakan relasi seimbang antara upah, produktifitas, dan perpajakan.

8. Memperkuat jaringan sosial dengan memperbanyak kelas menegah.

9. Investasi yang memadai di bidang pendidikan, terutama di level SMA.

10. Menyeimbangkan penciptaan kemakmuran bagi rakyat tanpa melupakan

kebudayaan tradisional dan norma hidup ideal yang dianut oleh masyarakat.

(Kasyful Mahalli, dosen Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013)

4.2 Hasil Analisis SWOT

4.3. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.3.1. Isu-Isu Strategis dan Perumusan ‘Goals”

1. Belum dianggap pentingnya pengembangan inovasi oleh masyarakat. Ini terlihat

dari alokasi dana untuk kegiatan inovasi masih rendah baik di lembaga litbang

pemeritahan maupu di swasta.

2. Kurangnya insentif dalam pengembangan inovasi. Sistem paten kurang mendukung

karena tidak memungkinkan pembagian royalti kepada penemunya.

3. Berkembangnya pendapat yang merugikan tentang pengembangan inovasi yang

dianggap merupakan investasi yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama

untuk memberikan hasil akhirnya.

4. Resiko pengembangan inovasi lebih besar jika gagal dibandingkan dengan

pembelian paten inovasi dari luar yang sudah berhasil.

5. Perlindungan negara terhadap temuan atau paten hasil inovasi tidak mudah dan

mahal. Paten kurang memberikan kontribusi bagi inovasi industri dan

menimbulkan beban biaya bagi institusi riset.

6. Banyak paten yang tidak bisa dikomersialkan berasal dari institusi pemerintah.

7. Oleh karena itu sistem paten belum mampu mendorong kreatifitas dan

mendatangkan dampak ekonomi dari langkah komersialisasi. Sebuah produk yang

dipatenkan sebaiknya bisa dikomersialkan karena ada beban biaya pemeliharaan.

Page 50: Draft 1 Bidang Telaahan

50

4.3.2. Keterkaitan dengan isu-isu strategis sektoral

1. Sektor jasa dalam perekonomian nasional

Tahun 20130, sektor jasa diproyeksikan menggantikan sektor pertanian dan industri.

Jasa dipergunakan secara intensif dalam produksi barang dan jasa. Jasa infrastruktur seperti

jasa keuangan/perbankan, telekomunikasi, transportasi dan logistik , dan jasa informasi

teknologi(IT), memainkan peran yang penting bagi perdagangan dan ekonomi nasional.

Sumber: Proyeksi Yayasan Indonesia Forum, 2007

2. Sub bidang Pertanian

Pengembangan inovasi bidang pertanian dalam jangka menengah dan panjang adalah

berbasis pada kondisi potensi wilayah di Indonesia, seperti Sumetera yaitu komoditi padi,

jagung,kelapa sawit, karet, kakao, tebu dan jeruk; Jawa yaitu komoditi padi, jagung, kedele

kentang, karet, dan tebu; Sulawesi yaitu komoditi padi, kelapa dan kentang; Kalimantan yaitu

komoditi padi, jagung, kedele dan ubi kayu; Maluku dan Papua yaitu komoditi jagung dan

Page 51: Draft 1 Bidang Telaahan

51

sagu. ( ‘Membangun Kemampuan Inovasi berbasis potensi wilayah’. Badan Penelitian

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian, tahun 2012).

Sasaran progran pengembangan inovasi pertanian yaitu perlu dipenuhinya peta

kesesuaian lahan pertanian dalam mengembangkan inovasi pertanian tersebut. Seperti temuan

inovasi padi varietas impara yang bisa ditanam pada daerah rawan lebak dangkal/ tadah hujan

dan daerah sawah rawan banjir, padi varietas inpari yang bisa ditanam sawah beririgasi, dan

System of Rice Intensification (SRI) yang bisa ditanam disawah beririgasi dengan irit air

(water efficiency), dengan sebagian besar menggunakan pupuk organik dan menggunakan

hama penyakit terpadu dalam penanamannya. ( ‘300 Teknologi Inovasi Pertanian’. Badan

Penelitian Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian, tahun 2012).

Infrastruktur pertanian merupakan kendala yang dihadapi dalam pengembangan inovasi

pertanian. Transportasi belum effisien, pengembangan moda transportasi (udara, darat , dan

laur) masih belum terintegrasi seperti halnya pengembangan armada kapal rakyat, persiapan

infrastuktur, dorongan terhadap ketersediaan transportasi, pengembangan jaringan jalan dan

pelabuhan yang mencakup sentra-sentra produksi. Sehingga inovasi pertanian masih belum

berkembang. Kedepannya pengembangan dan peningkatan mutu inftastruktur pertanian harus

dibenahi dahulu agar inovasi bidang pertanian bisa berkembang (Prof Taslim Arifin,

Universita Hasanudin, Makasar, tahun 2013).

1. Bidang Infrastruktur Berbasis Daya Saing Nasional

Ketersediaan enerji dalam jumlah dan harga yang terjangkau baik terhadap kalangan

bisnis maupun masyarakat luas.

Transportasi, pengembangan Moda Transportasi (udara, darat, dan laut) yang

terintegrasi terdapat beberapa hal yang memerlukan perhatian:

- Pengembangan armada kapal rakyat termasuk aspek kelembagaan, aspek manajerial,

fianansial, asuransi, serta teknologi terkait (work-shop).

- Pengembangan dan persiapan infrastruktur Transportasi.

- Dorongan terhadap ketersediaan Transportasi Publik yang murah.

- Pengembangan jaringan jalan dan pelabuhan yang mencakup sentra-sentra produksi.

- Penyimpanan/Pergudangan dan Prosessing.

- Pengembangan dan peningkatan mutu Infrastruktur pertanian.

- Komunikasi

2. Bidang Pengembangan Wilayah

Koridor ekonomi MP3EI:

Sumatera : kelapa sawit, karet, batubara, besi-baja

Page 52: Draft 1 Bidang Telaahan

52

Jawa: industri makanan-minman, tekstil, permesinan tranportasi, perkapalan,

alustista, telematika

Kalimantan : kelapa sawit, batubara, alumina/bauksit, migs, perkayuan, besi-baja

Sulawesi: pertanian pangan, kakao, perikanan, nikel, migas

Bali-NT: pariwisata, peternakan, perikanan

Papua- Kep Maluku: food estate, tembaga, perternakan, migas, nikel

3. Penentu Keunggulan Suatu Negara

Faktor Peranan (%)

Innovation & Creativity 45

Networking 25

Technology 20

Natural Resources 10

IV.3.3. Usulan Strategi Kebijakan Lintas Sektor/ Pengarusutamaan

Page 53: Draft 1 Bidang Telaahan

53

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak-lanjut Hasil Telaahan

Kebijakan Inovasi pada masa yang akan datang (abad 21)

Untuk menghadapi era mendatang maka perlu disiapkan kebijakan Inovasi di berbagai

tingkatan yaitu:

1. Pada tingkat nasional, para pembuat kebijakan harus dihadapkan dengan tantangan

batas kemampuan tindakan mereka, inersia kelembagaan, skenario yang berulang-

ulang dengan melakukan evaluasi yang tepat, penilaian kritis terhadap diri sendiri,

dan pembuatan skema pelatihan baru, dan lain-lain.

2. Pada mesolevel: eksperimen sosial, "laboratorium hidup", pusat masa depan, dan

lain-lain harus membuka jalur baru yang inovatif dalam melibatkan semua pelaku

utama.

3. Pada tingkat individu: manajer, pengusaha, dan terutama pemuda harus secara luas

menghadapi tantangan sosial dalam rangka meningkatkan secara besar-besaran

jumlah inovator yang potensial.

4. Pada tingkat global: program inovasi global harus dibentuk untuk menangani isu-isu

global dalam menemukan cara untuk melibatkan sektor bisnis, dan juga untuk

memastikan mobilisasi yang tepat dari tingkat pemerintahan yang berbeda (lokal,

nasional, regional) dengan menghargai tanggung jawab alamiah mereka.

Page 54: Draft 1 Bidang Telaahan

54

(termasuk usulan penyajian keterkaitan dengan dokumen teknokratis RPKMN)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain

Page 55: Draft 1 Bidang Telaahan

55

Page 56: Draft 1 Bidang Telaahan

56

Draft Background Study

BAB III LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG PEMBANGUNAN EKONOMI

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 57: Draft 1 Bidang Telaahan

57

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Tujuan Telaahan

I.3. Ruang Lingkup Telaahan

I.4. Keluaran Yang Diharapkan

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

2.3. Tujuan RPJMN 2015-2019

2.4. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.5. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.6. Kerangka Fikir Telaahan

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil Studi Literatur, FGD, dan Hasil Evaluasi Kebijakan

4.2. Hasil Analisis SWOT

4.3. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.3.1. Isu-Isu Strategis dan Perumusan ‘Goals”

4.3.2. Keterkaitan dengan isu-isu strategis sektoral

4.3.3. Usulan Strategi Kebijakan Lintas Sektor/ Pengarusutamaan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak-lanjut Hasil Telaahan

(termasuk usulan penyajian keterkaitan dengan dokumen teknokratis RPKMN)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain.

Page 58: Draft 1 Bidang Telaahan

58

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komitmen Pemerintah Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat menuntut adanya perbaikan di segmen pelayanan

publik, dimana APBN dan APBD memiliki andil yang tidak kecil dalam upaya tersebut.

Penguatan fiskal dalam kerangka regulasi maupun investasi, kiranya dapat mengimbangi

kebijakan moneter yang didorong perbankan untuk menciptakan iklim investasi yang

kondusif bagi dunia usaha. Dipahami bahwa setidaknya ada tiga elemen penggerak (driven)

ekonomi, yaitu: (1) tabungan masyarakat, (2) belanja masyarakat, dan (3) investasi.

Tabungan dan belanja masyarakat tidak secara langsung mendorong pertumbuhan ekonomi,

sedangkan investasi memberi pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

Membangun eknomi yang berdaya saing tinggi seperti yang diagendakan Undang-

undang 17/ 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025, akan menjadi tema

utama rencana kerja presiden terpilih masa bakti 2015-2019. Tantangannya adalah

mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan,

ditengah gejolak dan tekanan global. Indonesia ditantang untuk menghasilkan produk-produk

unggulan yang bernilai tambah tinggi, berkualitas, dan berdaya saing global, yang lebih

mengandalkan Iptek. Untuk itu, di era 2015-2019 tampaknya sektor Iptek perlu

didayagunakan hingga ada kesamaan frekuensi (tune in) dari para pembuat kebijakan dengan

masyarakat penggunanya, khususnya para pelaku usaha dalam menghasilkan produk-produk

unggulan seperti yang tersebut di atas.

Terkait dengan mandat UU 17/ 2007, untuk era (RPJMN) 2015-2019 pembangunan

akan terfokus pada tiga aspek, yakni: manusia, alam (wilayah) dan pembangunan

berkelanjutan. RPJMN kiranya dapat dipandang tidak hanya sebagai produk kebijakan yang

bersifat reactive driven, melainkan juga sebagai produk kebijakan yang bersifat proaktif

untuk dapat memenangkan kompetisi global. Investasi sebagai bagian dari intervensi

langsung dalam membangun perekonomian, harus tetap dalam pengarahan pemerintah.

Kebijakan ekonomi fokus pada bagaimana memperbaiki kapasitas SDM, kapasitas pelayanan

publik (infrastruktur), dan kapasitas unit-unit usaha sehingga tahan dalam menghadapi

berbagai krisis/ gejolak ekonomi. Hal ini menguatkan peran pemerintah dalam melakukan

harmonisasi pembangunan melalui perangkat fiskalnya (APBN dan APBD) dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Page 59: Draft 1 Bidang Telaahan

59

Di sisi lain, pasar global akan terus memengaruhi perekonomian nasional, oleh

karenanya penting diketahui posisi Indonesia secara tepat dan benar sehingga keunggulan

komparatif Indonesia bisa menjadi keunggulan yang berdaya saing dan memiliki kekuatan

sebagai pengendali pasar global. Setidaknya Indonesia memiliki global product mapping dan

trend perkembangannya ke depan, yakni dengan mencermati resiko dan gap yang perlu

ditangani, jaringan seperti apa yang cenderung terbentuk (dibentuk) dan produktifitas serta

pola redistribusi produk seperti apa yang sebaiknya dibangun. Dari sini dapat dikembangkan

intervensi pemerintah, baik dalam kerangka regulasi maupun investasi.

Secara tegas dikemukakan dalam UU 17/ 2007 bahwa RPJM ke 3 (2015-2019)

ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang

dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan

keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu

dan teknologi yang terus meningkat. Untuk itu, intervensi di bidang perekonomian diarahkan

untuk dapat meningkatkan keterpaduan industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan

sumberdaya lainnya secara berkelanjutan. Hal ini didukung oleh terpenuhinya ketersediaan

infrastruktur melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha, dan akademisi. Kerjasama tersebut

diharapkan dapat menyelaraskan pembangunan pendidikan, iptek, industri, dan penataan

kelembagaan ekonomi, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi, produktifitas,

penguasaan iptek oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian mereka.

1.2. Tujuan Telaahan

Menyongsong era kepemimpinan negara yang baru yang akan menjalankan mandat

pembangunan 2015-2019, pada saatnya Bappenas harus menyusun RPJM 2015-2019

berdasarkan visi dan misi dari presiden terpilih kelak. Pembangunan adalah proses perubahan

yang memfasilitasi kepentingan masyarakat luas sebagai intervensi yang terstruktur, dalam

hal mana perencanaan menjadi penting untuk dapat mengorkestrasi berbagai fokus

pembangunan yang timbul dari beragamnya kepentingan masyarakat ke pencapaian tujuan

pembangunan. Penyusun RPJMN 2015-2019 merupakan pekerjaan yang akan melibatkan

para pemangku kepentingan, termasuk presiden terpilih. RPJMN merupakan komitmen

Presiden terpilih kepada masyarakat, yang menguraikan bagaimana visi dan misi yang

dijanjikan dapat dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpinnya beserta seluruh aparaturnya.

Sesuai dengan tupoksinya, Bappenas diharuskan menyusun draft RPJMN dan

memrosesnya hingga menjadi dokumen legal, untuk dapat digunakan sebagai acuan bagi

pelaksanaan pembangunan lima tahun ke depan, khususnya untuk melaksanakan pencapaian

Page 60: Draft 1 Bidang Telaahan

60

visi dan misi presiden terpilih. Ada 4 (empat) pendekatan dalam proses perencanaan yang

harus dilalui Bappenas dalam menyusun RPJMN, yakni: (1) proses teknokratis, (2) proses

politik, (3) proses partisipatif, dan (4) proses top-down dan bottom-up. Dalam perencanaan

pembangunan itu sendiri ada 4 (empat) tahapan yang juga harus dilalui oleh Bappenas, yaitu:

(1) penyusunan rencana, (2) penetapan rencana, (3) pengendalian pelaksanaan rencana, dan

(4) evaluasi pelaksanaan rencana. Masing-masing tahapan akan memerlukan semacam

petunjuk pelaksanaan dalam memfasilitasi empat pendekatan perencanaan tersebut di atas.

TAK telah mengidentifikasi setidaknya ada 6 (enam) isu penting yang akan dihadapi

negara dalam kurun 2015-2019, yakni: (1) bagaimana mendorong pembangunan ekonomi

yang berdaya saing tinggi secara berkelanjutan, (2) bagaimana mencetak sumber daya

manusia yang berkualitas, (3) bagaimana menciptakan kehidupan politik yang cerdas dan

demokratis, (4) bagaimana membangun ruang hidup yang nyaman, (5) bagaimana

mengembangkan sistem dan mekanisme pembangunan di setiap tahap perencanaan yang

memfasilitias keempat pendekatan perencanaan, dan (6) bagaimana mendorong masyarakat

sehingga menjadi masyarakat yang inovatif, kreatif, dan produktif.

Tujuan telaahan bidang ekonomi adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai

bagaimana pemerintah dapat mendorong pembangunan ekonomi yang berdaya saing tinggi

secara berkelanjutan, sebagai bagian dari pendekatan teknokratis. Produk yang dihasilkan

akan merupakan rencana teknokratis (dari sisi ekonomi) yang akan terus disempurnakan

(diproses) hingga menjadi bagian dari dokumen RPJMN.

1.3. Ruang Lingkup Telaahan

Sudut pandang pembangunan ekonomi akan bertumpu pada para pelaku kegiatan

ekonomi, dimana untuk dapat berdaya saing pembangunan manusia sebagai human dan

social capital harus dapat menjadi agenda publik, khususnya terkati dengan pendayagunaan

“bonus demografi” yang kita miliki. Keahlian sumber daya manusia yang dibutuhkan dunia

ke depan untuk memenangkan kompetisi global patut dipetakan, sejalan dengan penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai dan seharus dikuasai, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai pendorong perekonomian secara berdaya saing dan berkelanjutan.

Persoalannya, bagaimana agenda global atau kecenderungan dunia dapat memengaruhi

perekonomian nasional, seperti halnya “green economy” dengan memperhatikan perubahan

iklim? Bagaimana sektor industri disiapkan dalam rangka mendukung ketahanan nasional di

bidang enerji, pangan, kesehatan, komunikasi, dan lingkungan? Seberapa penting inovasi,

kreatifitas, kearifan lokal (leverage local culture), perlindungan lingkungan (environment

Page 61: Draft 1 Bidang Telaahan

61

protection), dan peningkatan produktifitas diposisikan dalam pembangunan, khususnya

terkait dengan penciptaan lapangan kerja? Bagaimana menguraikan pengamatan dan

pandangan para pemangku kepentingan dari berbagai disiplin dan memrosesnya, sehingga

ada kebijakan pembangunan perekonomian yang bisa disikapi bersama oleh seluruh unsur

masyarakat? Pemerintahan selama ini bergerak di atas gelombang kepentingan dan sulit

menentukan sikap yang dapat mengakomodir kepentingan yang tidak didukung mayoritas.

Pekerjaan (telaahan) ini merupakan bagian dari background studies yang akan

menghasilkan rencana teknokratik dari aspek perekonomian. Hingga saat ini, tema utama

RPJMN 2015-2019 belum terumuskan, namun dari telaahan ini diharapkan dapat

ditemukenali beberapa sub-tema yang dapat memfasilitasi/ mengakomodir sudut-sudut

pandang dan fase pembangunan yang berbeda untuk suatu isu strategis pembangunan

perekonomian nasional, termasuk alternatif mendekatkan sektor keuangan dan sektor riil

yang digarap oleh ekonomi syariah.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Tertatanya kembali kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang ekonomi dengan

dipahaminya mana yang perlu dan penting disikapi terlebih dahulu dan mana yang kemudian

(dalam kurun waktu lima tahun). Setidaknya melalui telaahan TAK diperoleh gambaran

terkait instrumen pembangunan mana yang efektif (dan efisien), yang mana diterapkan secara

top-down dan mana yang bottom-up. Alternatif-alternatif kebijakan yang efektif (dan efisien)

tersebut terumuskan dengan tetap menjaga netralitas dan obyektifitas hasil telaahan.

Sebagai kelengkapan, TAK menyusun laporan (rencana teknokratis) dan mengusulkan

mekanisme pendesiminasiannya ke para pemangku kepentingan terkait (misal ke KPU).

Page 62: Draft 1 Bidang Telaahan

62

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

2.3. Tujuan RPJMN 2015-2019

2.4. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.5. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.6. Kerangka Pikir Telaahan

Page 63: Draft 1 Bidang Telaahan

63

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

Untuk menghasilkan suatu background paper beberapa kegiatan yang dapat

diidentifikasi yang perlu dilakukan tim yang menangani bidang perekonomian diantaranya

adalah:

1. Melakukan studi literatur dan pengumpulan data serta informasi terkait

perencanaan pembangunan bidang ekonomi yang berdaya saing dan berkelanjutan

2. Melakukan kontak/ kerjasama dengan akademisi (universitas) untuk

mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan perencanaan pembangunan bidang

ekonomi yang teruji secara akademis, guna pembahasan selanjutnya dalam forum-

forum diskusi

3. Menyelenggarakan forum-forum diskusi/ dialog bersama dengan stakeholders

terkait/ lintas lembaga sebagai uji publik terhadap mengidentifikasi alternatif-

alternatif kebijakan yang dirumuskan, dan sebagai bagian dari pelaksanaan

pendekatan partisipatif.

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

Page 64: Draft 1 Bidang Telaahan

64

IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Literatur, FGD, dan Hasil Evaluasi Kebijakan

Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), secara tersirat

(implisit) telah mengakomodasi kepentingan pembangunan yang bersifat “green ekonomi”

dengan dimasukannya perencanaan pembangunan berdasarkan tata ruang, menerapkan

Amdal, dan melaksanakan KLHS (kajian lingkungan hidup strategis). Namun, hal tersebut

masih sebatas persyaratan administrasi dan belum dipahami oleh seluruh stakeholders karena

kurangnya sosialisasi.

Pembangunan ekonomi kedepan, juga tetap perlu mempertimbangkan pertanian dalam

rangka menjaga ketahanan/ kemandirian pangan daerah, dimana sangat perlu disiapkan

peraturan/ perundangan terkait lahan abadi agar dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk

kepentingan pertanian. Beberapa tantangan kedepan agar pembangunan ekonomi dapat

membentuk daya saing yang tinggi diantaranya adalah:

a) Pertumbuhan harus inklusif yaitu melalui perumusan: 1) kebijakan fiskal yang efisien;

dimana pengeluaran yang besar untuk pendidikan, kesehatan, dan pengentasan

kemiskinan dapat tetap dipertahankan setidaknya untuk lima tahun mendatang, sejalan

dengan perluasan basis pajak dan perbaikan administrasi perpajakan; 2) kebijakan

pembangunan daerah perbatasan, yakni dengan meningkatkan konektifitas regional,

mengembangkan pertumbuhan daerah baru di daerah tertinggal, dan memperkuat

akses ke sumber-sumber keuangan, serta perbaikan pelayanan publik; 3) kebijakan

pertumbuhan yang ramah kepada tenaga kerja, yakni dengan memfasilitasi

transformasi struktural, pengembangan usaha kecil dan menengah, menghapus

distorsi pasar, dan mengeliminasi kantong-kantong pengangguran/ setengah

pengangguran.

b) Peningkatan daya saing perlu ditekankan pada: peningkatan kinerja ekonomi, efisiensi

pemerintahan, efisiensi bisnis, dan pengembangan infrastruktur. Karena itu, hingga

tahun 2030 perlu disiapkan kebijakan-kebijakan strategis transformasi struktural

sektor pertanian kepada sektor-sektor jasa (keuangan, telekomunikasi, transportasi

dan logistik, jasa informasi dan teknologi). Hal ini memerlukan dukungan

kemampuan SDM dalam berinovasi baik di sektor produksi maupun di sektor Iptek.

Keunggulan suatu negara ke depan akan didukung oleh peran inovasi dan kreativitas

sebesar 45% sedangkan peran sumberdaya alam hanya sebesar 10%. Selebihnya

Page 65: Draft 1 Bidang Telaahan

65

adalah peran networking dan teknologi masing-masing perlu dikembangkan hingga

sebesar 20-25%.

c) Daya saing di tingkat nasional kiranya dapat dibangun berdasarkan kepada kinerja

produktif didukung oeh kemampuan ekonomi untuk merubah sektor riil agar dapat

mencapai tingkat produktifitas tertinggi dalam menghasilkan output dengan nilai

tambah maksimal dan diminati pasar. Sebagai gantinya, dapat dihasilkan (generate)

masyarakat berpenghasilan tinggi dan peningkatkan standar kehidupan. Kesempatan

kerja juga melebar dan semakin luas, dan kemampuan perekonomianpun meningkat,

khususnya dalam memenuhi berbagai kewajiban internasional yang telah disepakati.

Strategi perencanaan pembangunan akan merujuk pada sinerjitas tiga strategi

pendekatan sektoral (berdasarkan potensi), spasial (pengembangan kawasan dan kluster

dimana kecamatan sebagai basis), dan manusia (peningkatan kualitas SDM dan IPM).

Paradigma yang mendasari ketiga strategi tersebut merujuk kepada pemahaman bersama

terhadap munculnya “kebangkitan daerah” dalam arti tidak ada pembangunan nasional tanpa

pembangunan daerah. Perubahan ekonomi yang tercipta kiranya merupakan hasil kebijakan

Industrialisasi yang fokus kepada pengembangan pola/ kebijakan subsitusi impor, kebijakan

melaksanakan promosi ekspor produk Indonesia, dan kebijakan spasial (land use) perlu

diikuti dengan kebijakan distribusi lahan (land distribution).

4.2. Hasil Analisis

4.3. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.3.1. Isu-Isu Strategis dan Perumusan ‘Goals”

4.3.2. Keterkaitan dengan isu-isu strategis sektoral

4.3.3. Usulan Strategi Kebijakan dan program lintasektor/Pengarusutamaan

Page 66: Draft 1 Bidang Telaahan

66

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak-lanjut Hasil Telaahan

(termasuk usulan penyajian keterkaitan dengan dokumen teknokratis RPKMN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain

Page 67: Draft 1 Bidang Telaahan

67

Page 68: Draft 1 Bidang Telaahan

68

Draft Background Study

BAB IV LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 69: Draft 1 Bidang Telaahan

69

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Telaahan

1.3. Ruang Lingkup Telaahan

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.3. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.4. Kerangka Fikir Telaahan

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil Studi Literatur, FGD, Hasil Evaluasi Kebijakan, dan Analisa SWOT

4.2. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.2.1. Isu-Isu Strategis

4.2.2. Keterkaitan Dengan Isu-Isu Strategis

4.2.3. Usulan Strategi & Arah Kebijakan

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak- Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain.

Page 70: Draft 1 Bidang Telaahan

70

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyiapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014-2019, dari Rencana

Pembangunan Jangka Panjang 2005-2024, perlu disiapkan dengan matang untuk

mengantisipasi permasalahan yang perlu dipecahkan pada saat ini dan ke depan, dalam

rangka mencapai tujuan bernegara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Dalam rangka mencapai tujuan bernegara diperlukan penguatan peran negara untuk

memantapkan ‘tindakan perencanaan’ yang mampu menciptakan struktur dan dinamika

politik, ekonomi, dan sosial, serta pemerintahan & kelembagaan yang mendukung.

Dengan mempertimbangkan 4 (empat) prasyarat dasar, yakni: (1) proses pengelolaan

politik dan peran pemerintah negara, yang demokratis, (2) proses pengelolaan ekonomi

makro dan peran pasar, yang mampu menciptakan distribusi kemakmuran (wealth), (3)

proses pengembangan ekonomi mikro (produksi) dan peran dunia swasta, yang mampu

menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan, dan (4) proses peningkatan kemampuan

masyarakat dan peran rumah tangga (masyarakat sipil), yang mampu menciptakan

keswadayaan, kreatifitas, dan produktifitas masyarakat.

Padahal proses transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan selalu terjadi di dalam

ruang wilayah & kawasan, yang dapat dilihat sebagai ‘lokasi’ dan ‘sumberdaya’ yang

dibutuhkan oleh manusia untuk menjamin kelangsungan hidup dan mengembangkan

kehidupan yang sejahtera. Interaksi kegiatan sosial-ekonomi dapat bersifat dalam wilayah

dan antar wilayah, dalam konteks lokal, regional, dan global.

Terdapat kecenderungan proses kebijakan yang dilaksanakan pemerintah kurang

mempertimbangkan ‘perspektif ruang’ (spatial perspective) yang mendampingi aspek

pengembangan sumberdaya daya manusia & sosial, ekonomi, lingkungan, pengembangan

inovasi, dan pemerintahan & kelembagaan, yang berakibat menimbulkan masalah

ketidakmerataan antar wilayah.

Pada dasarnya, perspektif ruang ini “menjembatani” masalah kebijakan ekonomi

makro-mikro dan sektoral-daerah, yang sangat erat dampaknya dengan pemerataan

kesejahteraan rakyat.

Page 71: Draft 1 Bidang Telaahan

71

Dalam pada era reformasi ini, seharusnya demokratisasi dan desentralisasi dapat lebih

merespon terhadap otonomi daerah yang dapat memperkuat pengembangan wilayah

berdasarkan ‘nilai-nilai’ kerjasama antar wilayah dan partisipasi masyarakat & swasta.

Oleh karena itu, konsep dan nilai-nilai pengembangan wilayah memuat nilai-nilai dan

prinsip kebijaksanaan tersebut akan sangat mempengaruhi pola pengembangan wilayah dan

infrastruktur di berbagai daerah.

1.2. Tujuan Telaahan

Dalam rangka pembangunan wilayah dan infrastuktur, perlu ditelaah apa yang menjadi

permasalahan saat ini dan ke depan untuk merasionalkan tujuan dan sasaran rencana

pembangunan jangka menengah 2014-2019, dalam rangka mewujutkan rencana

pembangunan jangka panjang sampai 2025 dan seterusnya.

Apa yang menjadi penyebab utama permasalahan kesenjangan antar wilayah yang

sebenarnya? Apakah faktor urbanisasi (kehidupan), pengembangan kawasan, dan integrasi

wilayah berpengaruh ? Apakah faktor politik-pemerintahan dan kelembagaan berpengaruh?

Jadi, tujuan penelaahan ini adalah untuk menetapkan tujuan dan sasaran yang dapat

dilaksanakan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah itu, dan strategi apa yang paling

mungkin untuk merubah kesenjangan antar wilayah yang tentunya mengikuti kondisi

ekonomi dan politik-pemerintahan yang disepakati pada masa depan?

Page 72: Draft 1 Bidang Telaahan

72

1.3 Ruang Lingkup Telaahan

Dengan melihat permasalahan yang dihadapi, maka ruang lingkup telaahan kajian

bidang pembangunan wilayah dan infrastuktur ini akan mencakup seluruh wilayah Indonesia,

yang dipengaruhi oleh fenomena perubahan stuktur demografis (SDM & sosial), ekonomi,

lingkungan, disertai dengan perkembangan inovasi dan pemerintahan & kelembagaan.

Seperti diketahui pembangunan diletakkan pada upaya untuk meningatkan

kesejahteraan masyarakat, dimana faktor pembangunan ekonomi dan lingkungan merupakan

faktor yang paling mempengaruhi kesejahteraan rakyat, ditambah dengan faktor

perkembangan inovasi dan kepemerintahan & kelembagaan sebagai faktor penentunya.

Dengan itu diharapkan mampu untuk menciptakan strategi dan arah kebijakan

pembangunan ke depan, sesuai tujuan dan sasaran rencana pembangunan 2015-2019.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan dari telaahan ini adalah pola pengembangan wilayah dan

infrastuktur yang mampu memberikan pengaruh yang signifikan tehadap tingkat pemerataan

kesejahteraan rakyat antar wilayah, termasuk mekanisme pelaksanaan RPJMN 2015-2019.

Page 73: Draft 1 Bidang Telaahan

73

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

Pada hakekatnya kebijakan pengembangan wilayah berkenaan dengan proses

transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan, yang

kenyataannya dapat dilihat dari dimensi: (i) kepadatan ekonomi ruang (density), (ii) jarak

ruang (distance), dan (iii) pembagian fungsi ruang (division).

Ketiga dimensi tersebut dapat menciptakan fenomena ketidakmerataan kesejahteraan

rakyat antar wilayah, namun juga fenomena perkembangan inklusif yang menciptakan

integrasi wilayah dan kemajuan masyarakat di suatu wilayah, yang dapat dianalisis dari

fenomena: (i) agglomerasi, (ii) migrasi, dan (iii) spesialisasi.

Dengan demikian, kebijakan pengembangan wilayah diperlukan untuk merespon

pemecahan problematik yang dihadapi masyarakat sebagai dampak internal dan eksternal dari

proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan di dalam ruang itu sendiri, pada

dasarnya adalah melalui kebijakan: (i) urbanisasi (kehidupan), (ii) pengembangan kawasan,

dan (iii) integrasi regional. Lokasi sangat berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat.

Urbanisasi

• Di wilayah yang sebagian besar merupakan daerah perdesaan, pemerintah harus

memantapkan kelembagaan untuk meningkatkan ‘urbanisasi’ (pengembangan

Page 74: Draft 1 Bidang Telaahan

74

kehidupan). Kebijaksanaan pertanahan yang tepat merupakan hal yang penting untuk

menyediakan ‘pelayanan dasar” kepada semua penduduk.

• Di wilayah yang pertumbuhan ‘urbanisasi’ cepat, pemerintah harus meletakkan

penyediaan infrastruktur, sebagai tambahan terhadap pemantapan kelembagaan, yang

dapat memberikan keuntungan ekonomi ke daerah lain.

• Di wilayah yang pertumbuhan ‘urbanisasi’ sangat tinggi, pemerintah harus lebih

memantapkan intervensi tertarget kepada masalah kemiskinan (slum area), sebagai

tambahan terhadap pengembangan kelembagaan dan penyediaan infrastuktur. Tetapi,

intervensi ini tidak akan bekerja baik, kecuali adanya intervensi kebijaksanaan

pertanahan, penyediaan pelayanan dasar, serta penyediaan infrastuktur (transportasi)

yang efektif.

Pengembangan Kawasan

• Di wilayah yang merupakan daerah tertinggal, pemerintah harus mengembangkan

‘pelayanan dasar’ secara merata agar mobilitas masyarakat lebih baik, yang

merupakan upaya mempercepat integrasi ekonomi antar wilayah.

• Di wilayah berkembang, tetapi masyarakatnya banyak yang miskin, pemerintah harus

menyediakan infrastruktur transportasi ke daerah yang maju untuk memberikan akses

pasar yang dinamis.

• Di wilayah yang maju, masalah pengembangan wilayah sangat kompleks, antara

mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi (high urbanization

economy and equitable manner), pemerintah perlu menyediakan insentif yang tepat

untuk menyeimbangkan keduanya.

Integrasi Regional

• Di wilayah yang jauh dari pasar dan densitas ekonomi kurang memadai, pemerintah

perlu menyediakan 3 instrumen, yaitu: kelembagaan sosial-ekonomi, infrastruktur

wilayah, dan insentif ekonomi sebagai persyaratan untuk memantapkan ‘ekonomi

lokal’ yang mampu menyediakan akses pasar yang dinamis.

• Di wilayah yang dekat dengan pasar dan densitas ekonomi tinggi, pemerintah perlu

menjaga efektifitas integrasi regional dan memantapkan perluasan pasar domestik,

sekaligus mendorong keterkaitan dengan pasar global.

Page 75: Draft 1 Bidang Telaahan

75

2.2. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2024 menetapkan isu kebijakan

penataan kembali NKRI sebagai skala prioritas nasional dan strategi pembangunan pada

RPJMN 2005-2009 dan RPJMN 2010-2014, sebagai landasan pembangunan yang

dilaksanakan pada tahap selanjutnya untuk mewujudkan kehidupan rakyat, bangsa, dan

negara Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.

Pada RPJMN 2005-2009, strategi: menata kembali NKRI untuk membangun

Indonesia yang aman & damai, yang adil & demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang

lebih baik.

Pada RPJMN 2010-2014, strategi: memantapkan penataan kembali NKRI dengan

menekankan pada upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan ilmu

pengetahuan & teknologi, serta penguatan daya saing ekonomi.

Dalam RPJMN 2010-2014, upaya memantapkan penataan kembali NKRI (strategi)

dilakukan dengan menetapkan 5 (lima) agenda utama (kebijakan): (1) pembangunan ekonomi

& peningkatan kesejahteraan rakyat, (2) perbaikan tata kelola pemerintahan, (3) penegakkan

pilar demokrasi, (4) penegakkan hukum & pemberantasan korupsi, dan (5) pembangunan

yang inklusif & berkeadilan.

Berdasarkan pada ke -5 agenda utama tersebut, sebagian besar sumberdaya negara dan

kebijakan publik akan diarahkan untuk menjamin implementasi 11 prioritas nasional, yaitu:

(1) reformasi birokrasi & tata kelola pemerintahan, (2) pendidikan, (4) kesehatan, (5)

penanggulangan kemiskinan, (6) infrastruktur, (7) iklim investasi dan usaha, (8) energi, (9)

lingkungan hidup dan bencana, (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik,

serta (11) kebudayaan, kreatifitas, dan inovasi teknologi.

Dalam Mengacu pada Rencana Tata Ruang Nasional (dimensi perencanaan

pembangunan jangka panjang), pada periode 2010-2014 dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah disusun suatu rencana Pengembangan Wilayah

Pulau-Pulau Besar.

Dalam RPJMN 2010-2014, perencanaan pengembangan wilayah pulau-pulau besar

tersebut ditujukan untuk mendukung sasaran nasional, dengan strategi pengembangan

wilayah sebagai berikut: (1) mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa

dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa Bali dan

Sumatera, (2) meningkatkan keterkaitan antar wilayah melalui peningkatan perdagangan

antar pulau untuk mendukung perekonomian domestik, (3) meningkatkan daya saing daerah

melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap daerah, (4) mendorong percepatan

Page 76: Draft 1 Bidang Telaahan

76

pembangunan daerah tertinggal, kawasan stategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan,

kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana, dan (5) mendorong

pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.

2.3 Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan

Kesejahteraan rakyat meningkat, terutama kelompok menengah, tetapi masih terjadi

kesenjangan sosial-ekonomi antar golongan masyarakat dan antar wilayah, akibat kurangnya

pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, dan perumahan (pelayanan

sosial dasar). Perbedaan kualitas lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan

merupakan akibat kenjangan kemampuan antar individu antar wilayah (Jawa dan luar Jawa),

dan antara penduduk perkotaan dan perdesaan.

Oleh karena itu penyadiaan pelayanan dasar bagi masyarakat perlu dilakukan oleh

pemerintah ke semua wilayah secara merata.

Kuantitas penduduk terus meningkat, tetapi kualitas penduduk kurang memadai,

disertai dengan pengangguran, kemiskinan, dan ketidakberdayaan masyarakat, disebabkan

oleh kualitas pertumbuhan ekonomi kurang terkendali atau kurang berkualitas. Meskipun

pada saat ini tingkat pertumbuhan cukup memadai, yang diakibatkan oleh masalah

pengelolaan investasi, kebijakan fiskal, penyediaan infrastuktur & energi, dan pengelolaan

sumberdaya alam.

Secara khusus, yang mempengaruhi pengembangan wilayah adalah tidak adanya

pemerataan investasi dan infrastuktur untuk membantu pembentukan nilai tambah dan

kesempatan kerja, terutama disektor pertanian. Hal ini menimbulkan ketimpangan

pembangunan antar wilayah dan tekanan pengembangan kesempatan kerja di perkotaan.

Peningkatan pemerataan daya saing memerlukan perspektif pengembangan antar

wilayah terkait dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat, penguatan kemitraan dalam

rangka investasi pemerintah, dunia swasta, dan masyarakat, termasuk penguatan produksi,

pasar domestik, dan ekspor, serta penguatan jasa keuangan.

Dengan demikian, pengembangan yang terintegrasi dan terstuktur antar industri

(pertanian, manufaktur, dan pertambangan & energi) di suatu wilayah dan antar wilayah

(antar pulau) sangat penting, yang didukung oleh pengembangan infrastuktur dan logistik &

perdagangan.

Masalah pokok penanganan lingkungan yang mempengaruhi pengembangan wilayah

adalah menurunya degradasi lingungan akiabat kemiskinan, keperdulian, dan mal praktek

dalam pengeloaan lingkungan. Hal tersebut disebababkan lemahnya dalam penegakan norma,

Page 77: Draft 1 Bidang Telaahan

77

aturan, dan regulasi dalam pengelolaan wilayah, termasuk pengeloalaan ruang dan

pertanahan.

Meskipun aspek inovasi cukup mempengaruhi keberhasilan dalam bidang ekonomi

dengan berkembangnya sektor sekunder dan tersier, tetapi belum mampu menyentuh sektor

primer (pertanian) yang mampu menyerap tenaga kerja dan kegiatan ekonomi masyarakat

yang luas.

Kurangnya jaminan rasa aman, rasa damai, dan rasa adil & sejahtera, akibat dari

ketidakefektifan pengelolaan sistem pemerintahan dan birokrasi, serta penanganan ketertiban

dan keamanan, disatu sisi kesremawutan sistem hukum dan keadilan hukum, termasuk

hambatan pelaksanaan penghapusan tindakan korupsi.

Proses demokratisasi meningkat, tetapi praktek demokrasi politik diwarnai oleh

kesemrawutan peran partai politik & perilaku elit partai politik bias kekuasaan. Proses

desentralisasi dan otonomi daerah menguat, tetapi terjadi penyalahgunaan kewenangan oleh

aparat daerah.

Khusus dalam pelaksanaan pembangunan wilayah dan infrastuktur, terdapat kegagalan

dalam mengelola pemanfaatan ruang, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup,

yang tidak mengarah ke pemerataan kesejahteraan rakyat & pembangunan berkelanjutan. Hal

ini ditunjukan dengan adanya masalah kesenjangan perkembangan antar wilayah & antara

desa-kota, keterbatasan pelayanan infrastruktur antar wilayah dan kawasan, serta

ketidakteraturan perkembangan lingkungan kawasan permukiman perkotaan & perdesaan.

Masalah efektifitas mekanisme pemerintahan dan kelembagaan tentu akan berpengaruh

terhadap pola pengembangan wilayah dan infrastruktur yang ada, oleh karena itu perbaikan

dan penjempurnaan pemerintahan dan kelembagaan kan sangat penting untuk mengarahkan

pola pengembangan wilayah dan infrasruktur yang kita inginkan.

Page 78: Draft 1 Bidang Telaahan

78

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

3.1 Studi Literatur

Soegijanto Soegijoko (1982) mengatakan bahwa perkembangan suatu wilayah dapat

dilihat dari (i) tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah (urbanisasi), (ii) intensitas hubungan

ekonomi antar wilayah, (iii) perkembangan sistem kota-kota antar wilayah, dan (iiv)

ketersediaan pelayanan infrastruktur antar wilayah dan kawasan. Disamping itu, tingkat

kekotaan suatu wilayah (urbanization level) tergantung dari (i) proporsi penduduk perkotaan

dan perdesaan, (ii) proporsi kegiatan sektor primer terhadap sektor sekunder dan tersier, (ii)

intensitas kegiatan ekonomi antar wilayah, (iii) tingkat ketersediaan jaringan transportasi

antar wilayah, dan (iv) tingkat pelayanan prasarana dan sarana perkotaan.

Dijelaskan bahwa wilayah yang ‘maju’ pada umumnya memiliki komposisi dan hirarki

kota-kota yang lengkap, dengan tingkat pelayanan infrastruktur yang maju, terdiri dari kota

metro, besar, sedang, dan kecil, serta dengan kawasan perdesaan yang maju. Sedangkan

wilayah yang ‘kurang maju’ atau ‘tertinggal’ memiliki komposisi dan hirarki kota-kota yang

terbatas, hanya terdiri kota sedang dan kecil, serta kawasan perdesaan yang kurang maju.

Menurut Emil Salim (1985) bahwa proses transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan

di dalam ruang yang berlangsung secara akumulatif dari waktu ke waktu, baik direncanakan

atau tidak, yang menghasilkan suatu tingkat kemajuan atau perkembangan suatu daerah.

Secara normatif, pemerintah harus dapat mengarahkan proses transformasi tersebut secara

terintegrasi agar dapat menciptakan peningkatan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat, keselarasan pemanfaatan ruang dan lingkungan hidup,

keseimbangan perkembangan antar wilayah, dan keserasian struktur dan fungsi kawasan

permukiman.

Dilihat dari mekanisme pasar, bahwa proses perkembangan wilayah dapat dilihat dari

(i) adanya agregat kegiatan ekonomi lokal yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi

nasional atau pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah yang menjalar ke tempat lain, dan (ii)

pola ruang kegiatan ekonomi yang menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional yang

dipengaruhi oleh insentif ekonomis, dis-ekonomis eksternal, propensitas melakukan inovasi

dan investasi, serta variabel biaya angkutan orang dan produk. Besarnya pengaruh pola ruang

kegiatan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tergantung dari

bekerjanya mekanisme pasar yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, transportasi, dan

komunikasi.

Page 79: Draft 1 Bidang Telaahan

79

Disisi lain, bahwa keluarga (household) dan perusahaan (corporation) dapat berperan

dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan distribusi pendapatan di suatu

daerah, jika memiliki mereka kapasitas dan peluang kesempatan (propensity) untuk

mendapatkan akses ke masukan sumberdaya produksi. Dengan adanya masukan sumberdaya

produksi tersebut, keluarga dan perusahaan dapat melakukan proses akumulasi kapital yang

didapat dari sklus investasi, produksi, pendapatan, konsumsi, menabung, dan reinvestasi

secara membumbung (cyclonic) (Todaro, 1994).

Dilihat dari tahapan proses perkembangan wilayah, terdapat suatu fenomena

berkembangnya suatu wilayah yang diawali dari tahapan polarisasi, dispersi, dan

dekonsentrasi.

Pada tahapan ’polarisasi’ terjadi kondisi ’dikotomis’ antara daerah maju dan daerah

tertinggal, dimana kapital dari luar negeri masuk ke daerah maju, migrasi penduduk dari

daerah tertinggal ke daerah maju, daerah tertinggal menjadi pasar produk sebagai akibat

ketiadaan aliran investasi dan tenaga kerja, sumberdaya lahan tidak terolah jadi, daerah

tertinggal hanya memproduksi produk primer, dan sumberdaya alam keluar dari daerah

tertinggal tanpa terolah ke daerah maju (backwash effect). Disamping itu, untuk

menghasilkan produk tertentu yang dapat meningkatkan ekonomi lokal.

Pada tahapan ’dispersi’, sebagai akibat dari tekanan politik, melalui mekanisme politik

atau kebijakan pemihakan, terjadi proses penyebaran kegiatan ekonomi dari daerah maju ke

daerah transisi. Kondisi dispersi terlhat dari adanya aliran investasi dan tenaga kerja trampil

yang mendorong perkembangan ekonomi lokal dan pembukaan lahan pertanian atau

perkebunan, serta mengakibatkan perkembangan pusat-pusat pertumbuhan pelayanan

perdesaan.

Selanjutnya, melalui proses akumulasi perkembangan di daerah transisi, terjadi proses

transmisi perkembangan berlanjut ke daerah tertinggal, yang disebut dengan tahapan

’dekonsentrasi’, yang ditunjukkan dengan meningkatnya lairan investasi, pemanfaatan lahan,

pengembangan ekonomi lokal, pertambahan penduduk, dan selanjutnya mendorong

bekerjanya mekanisme pasar secara lebih efektif untuk menggerakkan kegiatan produksi di

daerah tertinggal (lihat gambar dibawah ini).

Page 80: Draft 1 Bidang Telaahan

80

Lepas dari bekerjanya mekanisme pasar, pada kondisi tertentu pihak pemerintah dan

masyarakat melakukan ’trade-off’ terhadap dampak eksternalitas yang menimbulkan

kerawanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di suatu wilayah.

Page 81: Draft 1 Bidang Telaahan

81

Pada dasarnya pemerintah bertanggungjawab melakukan tindakan pengaturan dan

pengelolaan penyediaan pelayanan publik, melalui mekanisme politik, merespon kebutuhan

dan aspirasi masyarakat, maupun mengatasi kegagalan mekanisme pasar agar dapat bekerja

lebih sempurna menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan,

dengan menggunakan instrumen anggaran, regulasi, dan investasi.

Sementara itu, masyarakat sebagai pelaku ekonomi dan sosial bertindak secara

individual dan kolektif untuk merespon mekanisme pasar dan mekanisme politik. Pada saat

terjadi kegagalan mekanisme pasar dan mekanisme politik yang menimbulkan

ketidakseimbangan kehidupan sosial masyarakat, maka mekanisme keswadayaan masyarakat

tampil sebagai penyelamat terakhir (the last resort to save).

Kesemuanya itu menunjukkan bahwa perkembangan wilayah merupakan suatu proses

transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan

sebagai ’resultante’ dari bekerjanya mekanisme pasar, mekanisme politik, dan mekanisme

keswadayaan masyarakat. Namun demikian, apapun yang mempengaruhi proses

perkembangan wilayah, pada hakekatnya individu manusia dan keluarganya itu sendiri yang

melakukan pengambilan keputusan untuk bertempat tinggal, melangsungkan kehidupannya,

dan melakukan proses kegiatan sosial-ekonomi sesuai dengan rasionalitasnya.

Permasalahannya adalah bagaimana kebijakan publik mampu memberikan pilihan

peluang dan kesempatan bagi individu manusia dan keluarganya untuk bertempat tinggal di

dalam wilayah dan kawasan permukiman yang memiliki sumberdaya yang mendukung

berkembangnya kehidupannya yang bermartabat dan sejahtera. Jadi, lokasi mempengaruhi

tingkat kesejahteraan rakyat.

3.2 Focus Group Discussion

Proses peningkatan kesejahteraan masyarakat tergantung dari kemampuan masyarakat,

yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan sumberdaya negara dalam arti politik, ekonomi,

dan sosial-budaya, yang terdiri dari bagaimana masyarakat memperoleh akses kebijakan

publik dan regulasi, pelayanan publik dan sosial dasar, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kapital-produksi-kesempatan kerja, pemanfaatan sumberdaya alam dan lahan, keadilan dan

keamanan, dll-nya.

Sebagai prasyarat yang memungkinkan masyarakat memperoleh sumberdaya tersebut

adalah adanya sistem politik negara, sistem ekonomi negara, dan sistem sosial-budaya.

Namun, hal itu tergantung dari sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang dijalankan

berdasarkan demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan kedaulatan rakyat secara benar.

Page 82: Draft 1 Bidang Telaahan

82

Artinya, hak warga negara dapat dipenuhi oleh negara atau tidak, sehingga kondisi

kualitas manusia dan inovasi, kreatifitas dan produktifitas, pendapatan dan daya beli, serta

akumulasi kapital dan kemakmuran dapat terpenuhi atau tidak.

Dengan demikian, mekanisme politik, ekonomi, dan sosial dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat yang ditunjukkan dari tingkat pencapaiannya terhadap

kemakmuran masyarakatnya (kesejahteraan rakyat antar wilayah).

3.3 Evaluasi Kebijakan

Proses pembangunan kurang mampu mengarahkan proses transformasi sosial-ekonomi

dan lingkungan secara terpadu diberbagai tempat secara merata antar wilayah, dengan

indikasi:

1. Meskipun pengelolaan perekonomian mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

tetapi kurang mampu mengurangi tingkat kesenjangan pendapatan antar golongan

masyarakat, antara masyarakat kota dan desa, dan tingkat kesenjangan ekonomi

antar wilayah, sebagai akibat ’kemampuan masyarakat’ yang berbeda antar wilayah.

2. Pemanfaatan ruang dan penggunaan tanah kurang mampu mendukung kehidupan

sosial–ekonomi masyarakat banyak dan kurang mempertimbangkan daya dukung

dan daya tampung lingkungan.

Page 83: Draft 1 Bidang Telaahan

83

3. Pengelolaan pemanfaatan potensi sumberdaya alam antar wilayah kurang mampu

menciptakan keseimbangan perkembangan antar wilayah dan kelestarian

lingkungan hidup.

4. Penyediaan pelayanan infrastuktur kurang mampu mendukung pemerataan

pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat,

dan perkembangan wilayah dan kawasan.

5. Pola perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan kurang teratur

dan fungsional.

6. Pola kepemerintahan dan kelembagaan di daerah kurang mampu mendukung

dinamika perkembangan wilayah, sebagai akibat sistem politik yang berkembang

pada saat ini.

Page 84: Draft 1 Bidang Telaahan

84

IV. PEMBAHASAN

4.1. Isu-Isu Strategis

Permasalahan pokok yang dihadapi dalam bidang pengembangan wilayah adalah

kesenjangan kesejahteraan rakyat antar wilayah, yang disebabkan dimensi: (i) kepadatan

ekonomi ruang (density), (ii) jarak ruang (distance), dan (iii) pembagian fungsi ruang

(division).

Untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi diperlukan upaya nyata melalui

kebijaksanan urbanisasi, pengembangan kawasan, dan integrasi wilayah. Hal tersebut

dilakukan dengan cara mengarahkan pemerataan kegiatan investasi, penyediaan infrastuktur,

dan kelembagaan yang menciptakan ‘ruang’ bagi masyarakat dalam kegiatan produksi dan

kesempatan kerja (place, folk, work).

Untuk itu diperlukan kebijakan penguatan kelembagaan pemerintahan, kerjasama

kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam rangka kegiatan investasi,

pengelolaan potensi wilayah, penataan ruang & pertanahan, dan pengembangan kawasan

permukiman (perkotaan dan perdesaan).

Disamping itu diperlukan pula menerapkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi

daerah sebagai ‘mekanisme’ pelaksanaan kebijakan pengembangan wilayah (transformasi

ekonomi-sosial-fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan).

Dalam kebijakan spatial, yakni penerapan pengembangan wilayah dapat dilakukan

secara berjenjang (nasional, per-pulau besar, per-wilayah propinsi, per-kota/kabupaten,

dengan memperhatikan karakteristik masyarakat lokal, potensi sumberdaya wilayah, dan

integrasi antar wilayah.

Di tingkat Nasional penerapan pengembangan wilayah dilakukan melalui penentuan

strategi pengembangan wilayah yang meliputi: distribusi penduduk, struktur ekonomi, sistem

kota-kota dan kota-desa, sistem infrastruktur antar dan dalam pulau, kawasan lindung dan

hutan, kawasan budidaya pertanian, perkebunan, kelautan & perikanan, pertambangan, dsb-

nya, dan kawasan strategis nasional.

Tingkat Propinsi penerapan pengembangan wilayah dilakukan melalui penentuan

kebijaksanaan pembangunan wilayah, meliputi distribusi penduduk, stuktur ekonomi

wilayah, fungsi kawasan perkotaan, jaringan infrastuktur wilayah, dan pusat kawasan

perdesaan (non budidaya, budidaya pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan & perikanan,

pertambangan, dsb-nya).

Page 85: Draft 1 Bidang Telaahan

85

Tingkat Kota dan Kabupaten penerapan pengembangan wilayah dilakukan melalui

penentuan kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan, yang meliputi distribusi penduduk,

stuktur ekonomi, fungsi kawasan kota dan perdesaan, termasuk kegiatan produksi, kawasan

hunian, dan infrastuktur.

Dalam hal tertentu, dapat ditentukan cakupan pengembangan wilayah yang meliputi 2

atau lebih propinsi maupun 2 atau lebih kota/kabupaten berdasarkan tingkat kepentingan dari

pengembangan wilayah yang ada.

4.2 Usulan Strategi Pembangunan Wilayah & Infrastuktur

Berdasarkan karakteristik perkembangan wilayah di Indonesia, dalam jangka panjang

diperlukan ‘tindakan publik’ yang bertujuan untuk: mendukung terwujutnya Indonesia yang

berdaya saing, merata, asri dan lestari, dan sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju,

kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dengan menekankan keunggulan SDA dan SDA

yang berkualitas, serta kemampuan iptek.

Perencanaan pembangunan wilayah mengarahkan proses transformasi ekonomi, sosial,

dan lingkungan ke dalam ruang wilayah dan kawasan (transformasi ruang) yang dipengaruhi

oleh sistem pemerintahan dan kelembagaan. Artinya strategi pembangunan seharusnya dapat

mempengaruhi tatanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta kapasitas pemerintahan dan

kemampuan masyarakat dalam merekayasa pengembangan wilayah, termasuk kemampuan

inovasi.

Kapasitas pemerintahan dan kemampuan masyarakat ini adalah kekuatan sosial-politik

untuk mendorong pemerataan ekonomi & kesejahteraan rakyat, kelestarian pemanfataan

lingkungan hidup dan sumberdaya alam, keseimbangan perkembangan antar wilayah,

keserasian perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, melalui kegiatan

penataan ruang & pertanahan dan didukung oleh pengembangan wilayah & infrastuktur.

Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan daya

tampung lingkungan dalam pengalokasian dan pemanfaatan sumberdaya manusia,

pengetahuan & teknologi, sumber daya alam & lingkungan hidup, serta sumber daya

manajemen, kelembagaan, dan pendanaan.

Page 86: Draft 1 Bidang Telaahan

86

Pemerataan kesejahteraan rakyat antar wilayah dapat dicapai melalu kebijakan yang

pengembangan wilayah dan infrastuktur yang bertujuan untuk memanfaatkan ruang wilayah

dann kawasan (spatial), sebagai ’wadah’ dan ’sumberdaya’, yang diperuntukkan bagi

kesejahteraan rakyat. Dalam hubungan ini kegiatan penataan ruang meliputi: perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan

permukiman, termasuk kegiatan penataan pertanahan sebagai bagian yang sangat esensial.

Sasaran pengembangan wilayah: meratanya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

rakyat, lestarinya LH dan pemanfaaatan SDA, seimbangnya perkembangan antar wilayah,

serta serasinya perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan (proses

transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan ke dalam ruang wilayah dan kawasan).

Untuk itu kebijakan pengembangan wilayah dalam jangka menengah adalah:

Pertama, pemerataan pertumbuhan ekonomi antar wilayah, yang dilakukan melalui

pelaksanaan kebijakan: (i) peningkatan penyebaran kegiatan investasi (urbanisasi), (ii)

peningkatan pengembangan kawasan, dan (iii) penguatan keterkaitan antar wilayah;

Kedua, penyelarasan pemanfaatan ruang, pengelolaan pertanahan, dan pelestarian

lingkungan hidup, yang dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan: (i) peningkatan kapasitas

pengaturan & pengelolaan tata ruang dan pertanahan, (ii) peningkatan kapasitas pengaturan

daya dukung dan daya tampung lingkungan, (iii) peningkatan kapasitas pengaturan dan

pengelolaan sumberdaya alam, dan (iv) peningkatan kapasitas pengelolaan kawasan

permukiman perkotaan dan perdesaan;

Page 87: Draft 1 Bidang Telaahan

87

Ketiga, optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah, yang dilakukan melalui

pelaksanaan kebijakan: (i) peningkatan kegiatan inventarisasi potensi sumberdaya alam dan

rencana pemanfaatannya, (ii) pengembangan paket investasi dalam pemanfaatan potensi

wilayah, (iii) pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah,

(iv) pengembangan kawasan produksi berbasis pertanian, kelautan, dan pertambangan

(agriculture, marine, and mining based industry), (v) peningkatan penyiapan lahan siap

bangun untuk mendukung pembangunan kawasan permukiman, pembangunan jaringan

infrastruktur, dan pengembangan kawasan produksi perdesaan, dan (vi) pengembangan

kelembagaan pengelolaan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah.

Keempat, penyeimbangan perkembangan antar wilayah, yang dilakukan melalui

pelaksanaan kebijakan: (i) peningkatan kemampuan masyarakat dan kemandirian daerah di

daerah tertinggal, (ii) optimalisasi pemanfaatan potensi wilayah di daerah tertinggal, (iii)

integrasi ekonomi antara daerah tertinggal dan maju, dan (iv) peningkatan penanganan daerah

yang terpencil, terluar, terdepan (perbatasan), serta daerah pasca konflik dan bencana;

Kelima, penyerasian perkembangan kawasan permukiman (perkotaan dan perdesaan),

yang dilakukan melalui kebijakan: (i) pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial-budaya,

(ii) penataan ruang, penataan lahan, dan penataan bangunan & lingkungan kawasan, (iii)

penyediaan infrastruktur kawasan perkotaan, (iv) peningkatan penyediaan pelayanan sosial

dasar, pelayanan utilitas, dan pengembangan kawasan perumahan, (v) pengelolaan kawasan

kota-kota metro dan besar, dan (vi) pengelolaan kawasan kota kecil-sedang dan

pengembangan kawasan perdesaan secara terpadu.

Dalam rangka penerapan kebijaksanaan pengembangan wilayah dan infrastuktur per

pulau besar, maka beberapa kebijakan sebagai berikut:

Dalam RPJMN 2015-2019, perencanaan pengembangan wilayah pulau-pulau besar

tersebut ditujukan untuk mendukung sasaran nasional, dengan lebih menekankan strategi

pengembangan wilayah sebagai berikut: (1) terus mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah

potensial di luar Jawa dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di

wilayah Jawa Bali dan Sumatera, (2) terus ditingkatkan keterkaitan antar wilayah melalui

peningkatan perdagangan antar pulau untuk mendukung perekonomian domestik, (3) terus

ditingkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap daerah,

(4) terus mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan stategis dan cepat

tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana,

dan (5) terus mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan.

Page 88: Draft 1 Bidang Telaahan

88

Sumatera.

Jawa-Bali.

Kalimantan.

Sulawesi.

NTT-NTB.

Kepulauan Maluku.

Papua

Untuk dapat melaksanakan kebijakan pengembangan wilayah dan infrastuktur tersebut

diatas, diperlukan adanya pengaturan ‘kelembagaan’ pelaksanaan kebijakan pengembangan

wilayah yang meliputi:

• pengaturan kewenangan dalam perumusan kebijakan dan penyusunan rencana

tata ruang daerah, rencana pengembangan wilayah atau investasi daerah, dan rencana

pembangunan daerah;

• penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/dan pemerintah

daerah, serta rencana pengerahan sumber pembiayaan APBN/APBD dan investasi

swasta;

• pengaturan pembagian tugas dan alokasi dana dalam pelaksanaan kegiatan:

penataan ruang, pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan pertanahan,

pengembangan ekonomi lokal, pengelolaan kawasan permukiman perkotaan dan

perdesaan, penataan bangunan dan lingkungan kawasan, penyediaan pelayanan sosial

dasar, pelayanan utilitas, penyediaan pelayanan perumahan, penyediaan jaringan

infrastruktur antar wilayah, dll-nya;

• pengaturan mekanisme perencanaan pengembangan wilayah yang dapat

dilakukan oleh: pemerintah pusat, dalam penyusunan rencana pengembangan

wilayah nasional, yang meliputi: (1) rencana tata ruang wilayah nasional, (2)

rencana pembangunan nasional, (3) rencana pengembangan wilayah dan infrastuktur

(investasi), dan (4) rencana alokasi bantuan sektoral dan investasi berbasis pada

pengembangan wilayah; pemerintah provinsi, dalam penyusunan rencana

pengembangan wilayah propinsi, yang meliputi: (1) rencana tata ruang wilayah

propinsi; (2) rencana pembangunan daerah provinsi, serta (3) rencana investasi

daerah berbasis pada pengembangan wilayah potensial; pemerintah kabupaten/kota,

dalam penyusunan rencana pengembangan wilayah kabupaten dan kawasan kota,

yang meliputi: (1) rencana tata ruang wilayah kabupaten dan kawasan kota; (2)

Page 89: Draft 1 Bidang Telaahan

89

rencana pembangunan daerah kabupaten/kota, serta (3) rencana investasi daerah

berbasis pada pengembangan kawasan;

• pengaturan mekanisme pelaksanaan kebijakan pengembangan wilayah sesuai

dengan tugas dan fungsi organisasi pemerintah di tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota yang dilakukan melalui: (1) pembuatan instrumen pelaksanaan

kebijakan (penetapan skema program, penetapan sasaran kelompok pemanfaat skema

program, perencanaan dan penganggaran pelaksanaan skema program, penerapan

mekanisme pelaksanaan skema program), (2) penyiapan kapasitas pelaku

berkepentingan dalam pelaksanaan skema program, (3) penyiapan organisasi dan

manajemen pelaksanaan skema program, (4) proses pengendalian pelaksanaan skema

program, serta (5) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan skema

program.

Page 90: Draft 1 Bidang Telaahan

90

Page 91: Draft 1 Bidang Telaahan

91

Draft Background Study

BAB V LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG PEMBANGUNAN LINGKUNGAN

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 92: Draft 1 Bidang Telaahan

92

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Telaahan

1.3. Ruang Lingkup dan Metodologi

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Strategi dan Arah Kebijakan RPJP dan RPJMN 2015 – 2019

2.2. Konsep Pembangunan Lingkungan

2.3. Urgensi Permasalahan Lingkungan

III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Rekomendasi Strategi dan Arah kebijakan

3.2. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain.

Page 93: Draft 1 Bidang Telaahan

93

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang berkelanjutan merupakan visi pembangunan Indonesia dalam

jangka panjang yang diupayakan dalam setiap tahapan pembangunan lima tahunan.

Pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan generasi sekarang tanpa

mengorbankan kemampuan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.

Pembangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan memadukan dimensi sosial, ekonomi

dan lingkungan yang berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan semakin mendesak untuk secara konkrit dilaksanakan

dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan baik nasional maupun sub-nasional.

Laju perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah berada dalam tingkat yang urgen dan

memburuk dan menjadi ancaman keberlangsungan peradaban umat manusia. Hanya dengan

mobilisasi langkah-langkah sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan secara

bersama-sama kita dapat mencapai visi pembangunan bangsa untuk dapat mencapai tingkat

kehidupan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur yang berkelanjutan.

Tiga dimensi dalam pembangunan lingkungan yang berkelanjutan adalah ekonomi,

sosial dan lingkungan. Dimensi ekonomi yang berkelanjutan adalah perekonomian yang

berkembang dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan baik dari aspek sumber

daya pendukung produksi (finansial dan sumber daya alam) maupun aspek kelembagaan

ekonominya (good corporate governances). Aspek sosial yang berkelanjutan adalah

pembangunan yang berkeadilan dengan didukung oleh kapasitas kelembagaan yang

transparan dan akuntabel serta mengikuti prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

termasuk didalamnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

Dimensi pembangunan lingkungan yang berkelanjutan adalah terjaminnya kualitas

ekosistem dan lingkungan sebagai pendukung pembangunan dan kesejahteraan

perikehidupan masyarakat yang berkelanjutan dalam periode panjang generasi selanjutnya.

Ketiga dimensi tersebut berkaitan satu sama lain. Kehidupan sosial dan ekonomi yang

ramah lingkungan akan menjamin fungsi yang berkelanjutan dari ekosistem sebagai

pendukung aktivitas untuk pertumbuhan ekonomi. Demikian juga ekosistem dan lingkungan

yang harmonis akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan menarik

pertumbuhan investasi dan kegiatan ekonomi yang juga semakin kuat. Pada gilirannya,

Page 94: Draft 1 Bidang Telaahan

94

pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberikan dampak positif dan dapat mendukung

upaya konservasi dan perbaikan kualitas lingkungan dan pembangunan kesejahteraan sosial

yang semakin tinggi.

Sumber daya alam dan lingkungan bukanlah tak terbatas baik dari segi kuantitatif dan

kualitatif. Sehingga, merupakan kewajiban semua komponen bangsa untuk dapat

mengelolanya dengan baik bagi kesejahteraan masyarakat yang merata. Jumlah populasi

yang semakin meningkat sepanjang sejarah peradaban ini tentunya membawa banyak

konsekuensi disamping berbagai peluang yang tersedia. Kebutuhan terhadap berbagai

sumber daya (resources) termasuk didalamnya adalah ruang (space) akan semakin tinggi,

sementara sumber daya adalah terbatas terutama untuk sumber daya alam yang tidak

terperbaharui.

Bahkan peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang tidak terkelola

dengan baik, juga dapat menjadi beban yang akan mendegradasi dan merusak kualitas

sumber daya alam dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan. Pada sisi lain, kemampuan

dan kapasitas pengelolaan sumber daya pendukung (yang seharusnya meningkat untuk

mengimbangi berbagai permasalahan yang timbul) cenderung mengalami hambatan,

hambatan secara baik teknis, struktural maupun politik. Dampak krusial dari masalah tersebut

diantaranya adalah terjadi ketidak-seimbangan antara kapasitas pemenuhan kebutuhan

(supply) dengan peningkatan kebutuhan (demand). Sehingga, kondisi ketidak-seimbangna ini

menyebabkan timbulnya krisis baik dalam bentuk kelangkaan (scarcity) maupun dalam

disparitas biaya (cost disparity) untuk memperoleh sumber daya tersebut. Kelangkaan pada

akhirnya akan melahirkan kecenderungan munculnya berbagai potensi konflik baik yang

bersifat politik maupun sosial.

Sejalan dengan kecenderungan peningkatan beban populasi baik di level global maupun

nasional pada khususnya, jika tidak ada upaya bersama untuk mengelolanya, peradaban akan

senantiasa dihadapkan pada 3 (tiga) persoalan besar menyangkut ketahanan air, pangan dan

energi (water, food, and energy security). Diperburuk oleh kondisi iklim dan cuaca yang

dalam beberapa tahun terakhir menunjukan pola yang tidak beraturan (anomali) dan bersifat

ektrim, banyak kawasan atau wilayah di muka Bumi yang dihadapkan pada kondisi ekstrim

(extremes hot and cold) yang memperburuk tingkat ketahanan air, pangan, dan energi baik

secara lokal, regional, maupun global.

Penyediakan berbagai kebutuhan sumber daya untuk kehidupan yang berkualitas

(misalnya, air, energi dan lahan) bagi seluruh penduduk, baik di pedesaan dan terutama

perkotaan merupakan tantangan besar. Hal ini terutama dalam mengantisipasi dampak

Page 95: Draft 1 Bidang Telaahan

95

urbanisasi dan peningkatan daya-saing bangsa dalam kompetisi ekonomi global. Untuk

dapat memastikan ekosistem dapat berfungsi secara berkelanjutan agar dapat mendukung

kehidupan yang berkualitas dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat maka perlu

dilakukan upaya untuk memastikan bahwa perilaku kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi

masyarakat, pemerintah dan swasta berada dalam kapasitas daya tampung dan daya dukung

lingkungan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan telaah bidang pembangunan lingkungan ini adalah untuk

menganalisa dan merumuskan aspek-aspek strategis dalam lingkup lingkungan, sosial,

ekonomi, dan kelembagaan terkait upaya yang dapat dilakukan dalam 5 tahun ke depan

untuk dapat mendukung pada peningkatan fungsi yang berkelanjutan dari ekosistem dengan

melakukan upaya pembangunan kehidupan sosial dan ekonomi yang berada dalam kapasitas

daya tampung dan daya dukung lingkungan. Fokus dari analisa dan rekomendasi khususnya

akan terfokus pada isu dan strategi terhadap pengelolaan sumber daya air dan energi dalam

mendukung pembangunan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Hasil analisa

telaahan akan dirumuskan menjadi rekomendasi bagi kebijakan pembangunan lingkungan

yang akan dituangkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) periode ke-3 2015-2019.

1.3 Ruang Lingkup dan Metodologi

Ruang Lingkup:

Yang menjadi ruang lingkup kegiatan ini adalah:

5. Penelusuran konsep mengenai pembangunan lingkungan dengan fokus pada upaya

membangun kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pemerintah dan swasta yang

berdasarkan pada daya-dukung dan daya tampung lingkungan untuk memastikan

fungsi yang berkelanjutan dari ekosistem sebagai pendukung kehidupan;

6. Sintesa isu, penggalian data dan informasi yang relevan melalui dialog, diskusi

terbatas, dan penyusunan rekomendasi kebijakan untuk RPJMN periode 2015-2019;

7. Seminar terbatas terhadap konsep yang disampaikan dalam laporan awal;

8. Penyusunan laporan final hasil kajian bidang telaahan Pembangunan Lingkungan.

Metodologi:

(Penggunaan metode analisa ANP yang disederhanakan)

Page 96: Draft 1 Bidang Telaahan

96

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari perumusan telaah ini adalah tersusunnya suatu

rekomendasi konsep dan strategi terkait daya dukung dan daya tampung lingkungan,

khususnya terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dan energi. Rekomendasi

yang dirumuskan diharapkan akan menjadi masukan bagi kebijakan/program pembangunan

lingkungan yang akan masuk dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

periode tahun 2015-2019.

Page 97: Draft 1 Bidang Telaahan

97

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Strategi dan Arah Kebijakan RPJP dan RPJMN 2015 – 2019

a. Visi dan Misi RPJPN 2005 – 2025

Sebagai bentuk konkret dari tujuan bernegara, RPJP memuat visi pembangunan

nasional periode tahun 2005-2025 yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan

makmur. Visi tersebut dijabarkan dalam delapan misi pembangunan nasional yang memuat

aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satunya adalah bidang Sumber Daya

Alam dan Lingkungan. Arah dalam pembangunan sumber daya alam dan lingkungan

dijabarkan dalam misi nomor enam yang berbunyi "Mewujudkan Indonesia yang asri dan

lestari".

Sumber daya alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi pembangunan

ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Namun

demikian, pemanfaatan terhadap sumber daya alam dan lingkungan perlu dilakukan dengan

arif dan sesuai tata-aturan yang memperhitungkan kapasitas daya dukung dan daya tampung

dari ekosistemnya. Pemanfaatan dan pengelolaan dengan berorientasi pada jangka panjang

masa depan generasi yang akan dating, dan dengan dampak yang sekecil mungkin.

Sehingga keberadaan dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan untuk terus mendukung peri

kehidupan masyarakat dan memberikan kualitas hidup yang tinggi.

UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025

menyatakan bahwa untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber daya

alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan

pembangunan nasional. RPJP juga mengemukakan bahwa penerapan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan menjadi prasyarat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan

pembangunan. Terkait dengan mandat perencanaan jangka panjang tersebut, pada periode

RPJMN 2015-2019 pembangunan akan terfokus pada tiga aspek, yakni: manusia, alam

(wilayah) dan pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan jangka panjang di Indonesia haruslah mengikuti prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan, yaitu: (1) Menjaga sumber daya alam yang terbarukan, (2)

Mengelola sumber daya alam yang tidak terbarukan, (3) Menjaga keamanan ketersediaan

energi, (4) Menjaga dan melestarikan sumber daya air, (5) Mengembangkan potensi sumber

Page 98: Draft 1 Bidang Telaahan

98

daya kelautan, (6) Meningkatkan nilai tambah atas pemanfaatan sumber daya tropis yang

unik, (7) Memperhatikan dan mengelola keragaman jenis sumber daya alam yang ada di

setiap wilayah, (8) Mitigasi bencana alam yang sesuai dengan kondisi geologi Indonesia, (9)

Mengendalilkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, (10) Meningkatkan kapasitas

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta (11) Meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup.

Khususnya pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

2015-2019, UU 17/2007 mengamanatkan pentingnya terjaganya daya dukung lingkungan dan

kemampuan pemulihan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga dapat terus

mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang dan lestari. Serta

pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang semakin ditingkatkan kualitasnya,

yang didukung oleh meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat, serta

mantapnya kelembagaan dan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang di

seluruh wilayah Indonesia.

b. RPJMN 2015-2019 dan Tujuan Pembangunan Lingkungan

Berdasarkan tahapan dan skala prioritasnya, pada RPJM tahap ke-3 tahun 2015-2019

pencapaian sasaran prioritas utama yaitu, ditujukan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang, dengan menekankan pada pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan Sumber Daya ALam

dan Sumber Daya Manusia berkualitas, serta peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dari aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa peranan Sumber Daya Alam

dan Sumber Daya Manusia sebagai input bagi terwujudnya daya saing bangsa merupakan

aspek yang penting. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya diperlukan pengelolaan yang

bijaksana demi memastikan tercapainya pemanfaatan sumber daya alam tanpa mengurangi

stabilitas dan kualitas lingkungan. Dengan didukung oleh infrastruktur dan inovasi serta

daya kreasi ilmu pengetahuan manusia Indonesia dalam mengelola sumber daya yang ada

secara berkelanjutan.

Dua buah sasaran yang ingin dicapai dalam bidang lingkungan sebagaiman termuat

dalam sasaran RPJM tahap ke-3 adalah:

1. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh

terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk

mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan

lestari;

Page 99: Draft 1 Bidang Telaahan

99

2. Meningkatnya kualitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang

diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup, didukung oleh

meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat, serta semakin

mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah

Indonesia.

Tujuan pembangunan lingkungan dalam periode 2015-2020 yang diusulkan :

“Memastikan fungsi yang berkelanjutan dari ekosistem dengan membangun kehidupan

sosial dan ekonomi yang berada dalam kapasitas daya tampung dan daya dukung

lingkungan”.

2.2 Konsep Pembangunan Lingkungan

Konsep Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berdasarkan Daya Dukung

dan Daya Tampung Lingkungan

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencapai kemakmuran yang dapat

memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk seluruh rakyat secara berkelanjutan. Sehingga

manfaat pembangunan bisa terus berlanjut serta tidak mengorbankan kesejahteraan anak-cucu

kita generasi selanjutnya. Sumber daya alam dan lingkungan merupakan modal

pembangunan nasional dan sebagai pendukung kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera

dan beradab. Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari, sebagaimana arah pembangunan

lingkungan dalam RPJP 2005-2025 memberikan arti terjaminnya keberadaan sumber daya

alam dan lingkungan yang lestari, sehingga dapat menjamin tersedianya sumber daya

pendukung pembangunan dan aktivitas kehidupan dan kualitas hidup seluruh masyarakat

yang hidup di dalam wilayah Indonesia. Oleh karena itu, segala aktivitas ekonomi dan

kehidupan sosial kemasyarakatan haruslah dilakukan secara lestari dan berada dalam daya

tampung dan daya dukung lingkungan agar tidak memberikan dampak yang merusak dan

mengganggu keberlanjutan fungsi dari ekosistem sebagai pendukung pembangunan dan

kehidupan masyarakat.

Daya dukung lingkungan secara umum dapat terbagi 2 komponen, yaitu kapasitas

penyediaan sumber daya (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assismilative

capacity), oleh karena itu sering diartikan sebagai Daya Dukung dan Daya Tampung

Lingkungan. Daya dukung adalah kemampuan sistem lingkungan hidup untuk mendukung

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pelestarian Daya Dukung Lingkungan

adalah upaya untuk melindungi lingkungan terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak

negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan

Page 100: Draft 1 Bidang Telaahan

100

manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan Daya Tampung Lingkungan adalah kemampuan

lingkungan untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau

dimasukkan ke dalamnya. Pengelolaan Daya Tampung Lingkungan adalah rangkaian upaya

untuk melindungi (konservasi/pelestarian) dan meningkatkan kemampuan lingkungan untuk

menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang dan masuk ke dalam suatu

komponen ekosistem.

Pembangunan berkelanjutan haruslah mendukung pada pencapaian pertumbuhan

ekonomi yang inklusif dan memperhatikan perlindungan lingkungan. Artinya manfaat yang

dihasilkan oleh pembangunan dapat terdistribusi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh

seluruh lapisan masyarakat, dan memastikan pertumbuhan tersebut tidak melampaui daya

dukung sumber daya alam yang penting. Untuk itu perlu adanya penyesuaian dari

pengelolan sistem ekonomi yg baru. Arti dari pertumbuhan itu sendiri tidak hanya dalam

perspektif "short-term economic gain" atau hanya untuk kepentingan keuntungan ekonomi

yang jangka pendek saja. Tetapi melihat dalam jangka panjang untuk memastikan semua

strata ekonomi-sosial masyarakat ikut sejahtera, dan dalam prosesnya memperhatikan

kapasitas daya dukung lingkungan tidak terlampaui sehingga tetap dapat memberikan

keadilan pada generasi yang akan datang.

Pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya berkepentingan terhadap pertumbuhan

ekonomi saja, tetapi juga mengikuti pertumbuhan ekosistem sebagai pendukung kehidupan

manusia yang ada didalamnya. Pertumbuhan berkelanjutan yang berkeadilan harus

didukung oleh ekonomi hijau atau tepatnya adalah pembangunan yang hijau. Untuk itu

haruslah didukung oleh perspektif baru dalam pengelolaan ekonomi dalam porsinya sebagai

penggerak pertumbuhan kehidupan manusia yang ada didalamnya. Proses produksi dan

konsumsi yang lebih ramah lingkungan membutuhkan cara berproduksi dan gaya hidup yang

mendukung pada emisi yang rendah karbon dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien.

Ekonomi haruslah menyesuaikan pada kepentingan lingkungan dan bukan sebaliknya.

Di dalam era “Pertumbuhan yang Berkelanjutan” hendaknya ukuran terhadap

pertumbuhan (Growth Rate) tidaklah diukur dari total jumlah pertumbuhan lapangan kerja

dan produktivitas pekerja saja seperti pada umumnya sistem ekonomi klasik, tetapi juga

produktivitas lingkungan dalam mendukung pada kualitas hidup manusia yang ada di

dalamnya. Misalnya, mempertimbangkan produktivitas air (contoh: jumlah produksi gabah

yang dihasilkan per-unit kuantitas air yang dikonsumsi adalah sekitar 2,5 m3 air/1 kg beras.

Sumber: WaterFootprint network) dalam menyumbang terhadap hasil lahan pertanian akan

Page 101: Draft 1 Bidang Telaahan

101

membuat pengambil kebijakan pembangunan pada langkah-langkah yang berpihak pada

manajemen dan penggunaan sumber daya air yang lebih efisien dan efektif.

Untuk itu pula, gaya hidup masyarakat haruslah disesuaikan dalam nilai yang sama.

Gaya hidup yang tidak lagi berlebihan, tetapi dibatasi oleh produktivitas lingkungan. Yaitu,

limitasi dari sumber daya yang terbatas dan emisi buangan sehingga menuntut pengekangan

diri dari konsumsi berlebihan dari barang-barang yang bukan kebutuhan untuk hidup layak

manusia. Nilai ini perlu dimotivasikan pada masyarakat untuk kembali pada hidup yang

lebih simpel namun berkualitas dan bernilai etika komitmen tinggi pada lingkungan. Hal ini

juga yang akan dapat mendorong gap kesenjangan antar masyarakat semakin mengecil,

karena kemakmuran yang diterima melebihi kebutuhan di bagikan dengan semangat

kebersamaan.

Kaitan antara air dan pangan sangat kuat; krisisnya ketersediaan air tawar di musim

kemarau akan sangat mengganggu produktivitas pertanian, Sebagai perbandingan, untuk

konsumsi rumah-tangga perkapita kira-kira dibutuhkan sekitar 90 – 150 liter air /hari, namun

untuk memproduksi beras dibutuhkan 2.5 M3 air/Kg beras atau secara total untuk

memproduksi kebutuhan pangan manusia setiap harinya kira-kira dibutuhkan 2,000 liter air

(sumber: Lester Brown, 2008), atau sekitar 13 kali kebutuhan minum. Dengan adanya

peningkatan kebutuhan antara kebutuhan dasar rumah-tangga, industri, dan pertanian,

kompetisi penggunaannya terus semakin tinggi dan keperluan pertanian biasanya dinomor-

duakan.

Demikian juga air dan energi mempunyai saling keterkaitan (water-energy nexus),

sehingga pengelolaan berkelanjutan dari keduanya perlu dilakukan serempak. Di satu pihak

didalam memproduksi energi baik renewable maupun non-renewable dibutuhkan jumlah air

yang berlimpah. Sebaliknya infrastruktur air juga membutuhkan jumlah energi yang banyak

untuk mendapatkan air baku, mengolah dan mendistribusikannya. Untuk itu perlu

dikembangkan insentif untuk manajemen penggunaan kembali air bekas pakai (used water

reclaimed ) untuk menuju pada keberlanjutan pengelolaan air, efisiensi energy, dan

pencegahan pencemaran oleh limbah.

Page 102: Draft 1 Bidang Telaahan

102

Pengendalian Pemanfaatan Lahan

Rencana tata ruang berperan sebagai instrumen untuk memandu pembangunan dengan

mengatur penggunaan ruang untuk keperluan saat ini dan kedepan. Perencanaan tata ruang

melalui rencana tata-guna lahan yang dilakukan untuk dapat menyediakan ruang hunian

yang berkualitas dengan layanan kebutuhan dasar kehidupan masyarakat seperti, prasarana

dan sarana pendidikan, kesehatan dan sosial yang mudah diakses, ruang berusaha untuk

melakukan kegiatan produktif, dengan didukung oleh infrastruktur yang dapat memperlancar

pergerakan; serta ruang rekreasi dan ruang publik (termasuk kawasan bernilai budaya tinggi)

serta cadangan ruang untuk kebutuhan generasi yang akan datang.

Namun rencana tata ruang hanya salah satu alat untuk pengelolaan lingkungan. Tahap

yang terpenting adalah menegakkan pelaksanaannya dalam tata guna lahan. Dimana

pemanfaatan lahan dilakukan sesuai dengan peruntukkannya, tidak hanya mengambil

keputusan pemanfaatan lahan berdasarkan kepentingan jangka pendek ekonomi, tetapi juga

jangka panjang untuk keberlanjutan lingkungan dan nilai peradaban yang berkualitas.

Penegakkan hukum yang menyangkut pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan

(dalam hal ini lahan) merupakan aspek penting dalam pengelolaan lingkungan.

Lahan terbuka hijau sebagai kawasan resapan air perlu dipertahankan untuk menjamin

terjadinya siklus hidrologis yang dapat memastikan kuantitas dan kualitas sumber daya air

pendukung kehidupan, dan menghindari terjadinya bencana ekologis seperti banjir dan

longsor. Ruang terbuka hijau baik di kawasan hutan tropis lindung dan kawasan perkotaan

merupakan komponen lingkungan untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Alih

fungsi lahan yang tidak terkendali (dari kawasan lindung menjadi kawasan budi-

daya:pertanian, industri, dan permukaman), kebakaran hutan, dan penjarahan serta

penggundulan hutan merupakan ancaman terhadap kapasitas daya dukung lahan.

Konsep Produksi Ramah Lingkungan

Ekonomi produksi yang ramah lingkungan terdiri dari proses pemanfaatan sumber daya

alam dan teknologi yang berorientasi pada menjaga kualitas sumber daya dan kelestarian

alam. Yaitu, proses produksi yang diikuti dengan tujuan untuk mendapat manfaat dalam

pengurangan biaya produksi dan konsumsi, serta peningkatan kualitas hidup manusia, dengan

mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam sebagai input, substitusi input produksi

yang lebih ramah lingkungan, dan proses produksi yang menghasilkan limbah minimum.

Dengan demikian proses penambahan nilai tidak hanya berorientasi komersil atau

Page 103: Draft 1 Bidang Telaahan

103

peningkatan keuntungan finansial saja, namun didukung adanya aktivitas yang berorientasi

pada pengurangan risiko lingkungan hidup demi mempertahankan harmonisasi kehidupan

alam dan manusia.

Lebih lanjut lagi digunakan konsep ekonomi biru, yaitu tidak hanya kebijakan ekonomi

produksi yang menghindari dampak buruk pada lingkungan, tetapi juga bagaimana

memanfaatkan hasil dari suatu prores produksi yang sudah ramah lingkungan menjadi barang

ekonomi yang bernilai-tambah baru. Sebagai contoh, proses produksi yang tidak hanya

efisien dalam menghasilkan limbah dan mengolah limbah menjadi ramah pada lingkungan,

tetapi juga dapat memanfaatkan limbah tersebut menjadi barang komoditas dengan nilai

tambah baru. Misalnya, limbah buah nanas yang keseluruhannya bisa dirubah menjadi

barang produksi yang bernilai tambah ekonomi antara lain, pakan ternak dan biogas.

2.3 Urgensi Permasalahan Lingkungan

Terjadinya banyak kerusakan ekologi dan polusi (udara, air dan lahan) dan deplesi

sumber-daya alam, didukung dengan fakta fenomena perubahan iklim merupakan indikasi

bahwa pembangunan selama ini berjalan tidak sesuai dengan carrying capacity (daya-dukung

dan daya-tampung) dari alam ini sehingga akan mengancam keberlanjutannya. Saat ini dan

periode pembangunan ke depan kita masih akan terus menghadapi berbagai permasalahan

lingkungan baik di tingkatan lokal, nasional, maupun global. Permasalahan lingkungan yang

secara umum masih kita hadapi adalah:

a. Terganggunya keanekaragaman hayati pendukung kehidupan yang disebabkan oleh

pemanasan global dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan.

Ancaman pemanasan global yang akan merusak keseimbangan ekosistem darat dan laut.

Misalnya, terumbu karang di perairan yang rusak oleh pencemaran pantai;

b. Sumber daya air sebagai sumber daya pendukung inti pendukung kehidupan terus

mengalami degradasi karena meningkatnya pencemaran, kerusakan dan daya rusak air

(menyebabkan longsor dan banjir). Meningkatnya krisis air ini terutama karena tata-

kelola dan meningkatkan dampak negative perubahan iklim sehingga menimbulkan

kondisi ekstrem yang disebabkan karena defisit dan surplus air, dimana prasarana

infrastruktur air belum terbangun secara memadai (misal waduk dan embung). Selain

dari pada itu juga terjadi pemanfaatan sumber air tanah yang melebihi daya dukung

terutama di perkotaan, yang umumnya disebabkan masih rendahnya cakupan prasarana

pelayanan air minum dengan sumber air permukaan tidak mencukupi. Degradasi

Page 104: Draft 1 Bidang Telaahan

104

kualitas air terutama disebabkan oleh pencemaran badan air baik oleh limbah cair

maupun padat (persampahan) baik dari rumah-tangga maupun komersil/industri karena

masih rendahnya manajemen pengelolaan limbah di setiap kawasan;

c. Masih tingginya ketergantungan pada penggunaan energi fosil akan memberikan dampak

yang buruk pada lingkungan karena merupakan penghasil gas rumah kaca (GRK) dan

pencemar partikulat. Sementara itu penggunaan energy terbarukan (Renewable energy),

seperti solar, angin, dan bio-fuels, yang dipandang lebih ramah lingkungan masih rendah

karena belum dapat diproduksi dalam kapasitas yang cukup sehingga harganya dapat

terjangkau masyarakat secara umum dan dengan supply yang handal;

d. Masih lemahnya upaya penerapan kawasan pemukiman hijau, misalnya dengan

penerapan efisiensi dalam pemakaian air dan energi suatu kawasan permukiman,

penerapan kode bangunan untuk “green-building”, penyediaan sistem transportasi umum

masal yang memadai sehinga lebih ramah lingkungan, penyediaan lahan terbuka hijau

(lahan penyerapan dan recharging air tanah) dan lahan terbuka biru (badan-badan air

seperti situ, sungai, waduk), jaringan drainase dan sanitasi yang memadai untuk

pengelolaan limbah dan menekan daya rusak air.

Urbanisasi Dan Tantangan Degradasi Lingkungan

Laju urbanisasi semakin meningkat karena migrasi penduduk perdesaan ke wilayah

urban karena faktor ekonomi yang lebih menjanjikan, ataupun perubahan fungsi lahan dari

kawasan perdesaan atau lahan terbuka hijau menjadi kawasan perkotaan atau kawasan budi-

daya: permukiman, industri, dan komersil. Namun demikian, densitas yang tinggi populasi di

kawasan urban tidak diimbangi dengan pertumbuhan prasarana dan infrastruktur fasilitas

dasar untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (seperti air bersih, sanitasi, jalan, lahan

permukiman) sehingga menyebabkan beban populasi melampaui daya dukung dan daya

tampung wilayah perkotaan.

Akibatnya adalah kualitas hidup yang menurun di wilayah perkotaan baik dalam bentuk

wilayah perkotaan yang kumuh dan kehidupan masyarakat dengan kualitas hidup yang

rendah. Selain terjadi kerusakan dan degradasi lingkungan, misanya dalam bentuk kerusakan

badan air, penurunan muka air tanah, juga masalah terjadinya wilayah kumuh perkotaan yang

menjadi masalah umum di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini terjadi akibat urbanisasi yang

tidak terkendali serta tata kelola pemerintah yang tidak mampu mengantisipasi dampak dan

penyebab urbanisasi. Dimana pemerintah dan masyarakat tidak mampu menyediakan lahan

permukiman yang cukup disertai fasilitas infrastruktur kebutuhan hidup yang mendasar

Page 105: Draft 1 Bidang Telaahan

105

seperti air bersih, sanitasi, ruang terbuka publik, dan fasilitas pelayanan umum lainnya yang

dapat mendukung kegiatan sosial dan ekonomi yang produktif.

Wilayah permukiman kumuh diperkotaan meluas, dimana di Indonesia mencapai

57.800 hektar dan menyebar lebih di 100 perkotaan. Penduduk perkotaan sendiri di tahun

2010 mencapai 118,8 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan urban sebesar 4,4%. Dari jumlah

penduduk miskin perkotaan sebesar 11,1 juta jiwa (4,7%), 20% nya tinggal pada wilayah

kawasan kumuh perkotaan. Kawasan kumuh dan keterbatasan fasilitas dasar kehidupan dan

pelayanan umum akan menyebabkan berbagai penyakit fisik dan sosial yang pada akhirnya

akan mengganggu produktifitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi kota dan nasional

secara umum.

Permasalahan Ketahanan Air

Planet Bumi yang sebagian besar permukaannya diliputi oleh air, saat ini semakin

dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber air tawar. Karena dari total 1,4 milyar km3 air

yang ada, 97,6% adalah sumber daya air yang tidak dapat dimanfaatkan langsung sebagai

sumber air bersih karena merupakan air yang memiliki tingkat salinitas tinggi (asin). Jika

ditotal, hanya sekitar 0,01% yang merupakan sumber air tawar yang selama ini dimanfaatkan

oleh peradaban ini.

Jika melihat potensi cadangan air nasional secara keseluruhan, secara teoritis

seharusnya Indonesia tidak mengalami masalah dengan isu strategis global terkait dengan

ketahanan air yang menjadi salah satu faktor penentu penting ketahanan pangan nasional.

Namun pada kenyataannya Indonesia senantiasa dihadapkan pada permasalahan krusial

terkait dengan ketahanan air dan pangan tersebut. Pertumbuhan populasi dan aktivitas

ekonomi yang terus bertambah tanpa pengelolaan yang berkelanjutan dan berkeadilan akan

mengancam ketahanan air, pangan dan energi kita.

Ketiganya: air, pangan, dan energi (Food-Energy-Water), merupakan permasalahan

pembangunan yang saling terkait, semakin kritis dan prioritas untuk ditangani secara

bersamaan. Walaupun dibandingkan banyak negara lain di dunia Indonesia dianugerahi

potensi cadangan air tawar yg relatif tinggi di atas rata-tata dunia yaitu dalam perkiraan

kurang-lebih 1.957 Milyar m3/Tahun (Firdaus Ali, 2012) atau sama dengan sekitar ∞8.232

m3/kapita/tahun (dimana angka batas kerawanan potensi air adalah 1,700 m3/kapita/tahun),

dan diatas rata-rata potensi air dunia sekitar 7.176 m3/kapita/tahun, (sumber: Hou and Hunter,

1998), namun dengan pola penyebaran penduduk yang terkonsentrasi di P.Jawa (luas 7%

luas wilayah Indonesia; memikul beban populasi 58% dari penduduk Indonesia; hanya

Page 106: Draft 1 Bidang Telaahan

106

memiliki 4.5% dari total cadangan air tawar dari total di Indonesia. Sumber: Dirjen SDA,

Kementerian PU) dan kebutuhan air yang semakin berlipat kuantitasnya, Indonesia terutama

P. Jawa akan semakin dihadapkan pada realitas kelangkaan ketersediaan air tawar untuk

memenuhi berbagai kebutuhan aktivitas hidup masyarakatnya ditahun-tahun kedepan.

Dengan 65% (148 Juta Jiwa) penduduk Indonesia bermukim di Pulau Jawa kebutuhan air

nasional terkonsentrasi di Pulau Jawa, total kebutuhan air P. Jawa pada musim kemarau

adalah 38,4 Milyar m3/th, dan hanya dapat tercukupi sekitar 66%.

Jejak air rata-rata Indonesia berdasarkan perkiraan potensi air pada tahun 2001 dan

jumlah penduduk tahun 2007 adalah sebesar 1.317 m3/kapita/tahun yang sepenuhnya

didominasi oleh penggunaan air untuk kebutuhan pertanian melahirkan perkiraan kebutuhan

air nasional sebesar 313,97 km3/tahun (14,61% dari potensi cadangan nasional). Namun

Pulau Jawa yang dihuni oleh hampir 58% (± 138 juta jiwa) dari total penduduk Indonesia (SP

2010) berada dalam kondisi defisit air tahunan yang sangat tinggi yaitu sekitar 50% dari total

kebutuhan sesungguhnya. Pulau-pulau lainnya (kecuali Nusa Tenggara) berada dalam kondisi

surplus yang sangat tinggi namun belum didukung dengan ketersedian infrastruktur dan SDM

yang memadai untuk mengelola potensi sumber daya air tersebut untuk sepenuhnya dapat

menjamin ketahanan pangan nasional.

Ketahanan air nasional (national water security) yang dapat menjadi faktor penghabat

pertumbuhan dan pembangunan nasional telah terbukti secara signifikan mempengaruhi

tingkat ketahanan pangan (food security) Indonesia. Kaitan antara air dan pangan sangat kuat;

krisisnya ketersediaan air tawar di musim kemarau akan sangat mengganggu produktivitas

pertanian, Sebagai perbandingan, untuk konsumsi rumah-tangga perkapita kira-kira

dibutuhkan sekitar 90 – 150 liter air /hari, namun untuk memproduksi beras dibutuhkan 2.5

M3 air/Kg beras atau secara total untuk memproduksi kebutuhan pangan manusia setiap

harinya kira-kira dibutuhkan 2,000 liter air (sumber: Lester Brown, 2008), atau sekitar 13 kali

kebutuhan minum. Perbandingan lain, jumlah konsumsi air rata-rata (water footprint) untuk

menghasilkan 1 ton kopi adalah yang terbesar (22.907 m3) dan jejak air untuk 1 ton beras

adalah sebesar 3.473 m3, namun karena pola dan tingkat konsumsi beras di Indonesia relatif

sangat tinggi (± 139 kg/kapita/tahun) sehingga total kebutuhan beras nasional saat ini

mencapai 33,36 juta ton/tahun. Dengan jumlah populasi Indonesia mencapai kurang-lebih

240 juta jiwa saat ini, penyediaan kecukupan pangan yang memenuhi standar kualitas dan

mampu dijangkau oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia merupakan tantangan

ditengah berbagai kendala yang dihadapi.

Page 107: Draft 1 Bidang Telaahan

107

Ketahanan pangan (food security) berdasarkan UU 7/1996 tentang Pangan didefinisikan

sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau

(Hariyadi, 2011). Kapasitas penyediaan pangan nasional dikaitkan dengan peningkatan

kebutuhan pangan nasional yang ditentukan oleh besaran tingkat konsumsi rata-rata nasional

yang relatif besar dan terus meningkat merupakan tantangan bagi Indonesia. Kebutuhan yang

sangat besar ini memerlukan pengelolaan sumber daya input dan pendukung yang terencana

dan optimum. Diantaranya, diperlukan ketersediaan air sebagai faktor penentu produksi

bahan pangan adalah faktor penentu dan kendala yang harus dihadapi untuk menjamin

ketersedian pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.

Kebutuhan air untuk produksi pangan di Indonesia yang mencapai 91% menempati

peringkat yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 70% (the Atlas of

Water, 2009). Tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan ketahanan air dan pangan juga

tidak bisa dilepaskan dari adanya pengaruh signifikan dari dampak dari perubahan iklim

(climate change) dan anomali cuaca ekstrim yang semakin memburuk. Pengamanan jaminan

pasokan air untuk menjamin ketersediaan sumber karbohidrat utama bangsa Indonesia ini

haruslah menjadi salah satu prioritas dalam pengelolaan sumber daya air saat ini dan ke

depan

Dengan adanya peningkatan kebutuhan antara kebutuhan dasar rumah-tangga, industri,

dan pertanian, kompetisi penggunaannya terus semakin tinggi dan keperluan pertanian

biasanya dinomor-duakan. Salah satu indikatornya terganggunya aliran irigasi dengan

adanya krisis suplai air bersih untuk keperluan rumah tangga, adalah terjadinya transfer

pengalihan air irigasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan (baca:

“Irigasi dialihkan ke rumah tangga: Air tidak dialirkan ke sawah” Kompas 24/9/2012).

Kelangkaan air berarti juga kelangkaan pangan di masa-depan.

Penyediaan air minum masyarakat tergantung dari sumber air baku yang tersedia. Dari

segi investasi sistem penyediaan air minum, kualitas dan kuantitas air baku akan

mempengaruhi biaya operasi dan pemeliharaan dari sistem. Tentunya biaya ini akan

ditanggung oleh masyarakat konsumen dalam tariff air bersih yang meningkat. Apabila

sumber air baku adalah air permukaan (sungai atau waduk) maka permasalahan pencemaran

sumber air baku akibat akivitas sosial ekonomi masyarakat memberikan beban yang pada

akhirnya akan ditanggung oleh masyarakat sendiri karena meningkatnya harga produksi air

minum.

Page 108: Draft 1 Bidang Telaahan

108

Meluasnya krisis ketersediaan air tawar untuk kepentingan air minum/domestik karena

adanya kompetisi kebutuhan dan pemanfaatan air (bahkan tidak jarang juga memicu

terjadinya konflik) untuk pertanian dan kegiatan produktivitas lainnya. Hal ini semakin

menekan ketersediaan air untuk keperluan air minum masyarakat sebagaimana di amanahkan

oleh Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Sementara itu, di wilayah

perkotaan dengan beban populasi tinggi seperti Jakarta misalnya, apabila air tawar dalam

bentuk air permukaan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan aktivitas manusia, maka

alternative lain adalah ekstrasi atau pengambilan air tanah baik dangkal maupun dalam (deep

groundwater).

Hal ini akan menyebabkan permasalahan kelangkaan dan bencana ekologi lain yang

disebabkan oleh ekstraksi atau pengambilan air tanah berlebihan sementara kapasitas

pengisian kembali (recharge) semakin berkurang (baik alamiah maupun artifisial). Yaitu

akan menyebabkan kota-kota besar terutama di pinggir pantai terancaman resiko bencana

ekologi perkotaan berupa penurunan muka tanah (land-subsidence). Penurunan muka tanah

dapat terjadi dengan laju yang sangat tinggi dari tahun ke tahun, terutama terjadi ketika muka

air laut rata-rata meningkat sebagai dampak dari pemanasan global. Land subsidence ini

akan menyebabkan kerusakan bangunan dan infrastruktur, serta mengganggu berfungsinya

jaringan distribusi pelayanan utilitas dasar perkotaan (utamanya air bersih dan drainase).

Demikian juga air dan energi mempunyai saling keterkaitan (water-energy nexus),

sehingga pengelolaan berkelanjutan dari keduanya perlu dilakukan serempak. Di satu pihak

didalam memproduksi energi baik renewable maupun non-renewable dibutuhkan jumlah air

yang berlimpah. Sebaliknya infrastruktur air juga membutuhkan jumlah energi yang banyak

untuk mendapatkan air baku, mengolah dan mendistribusikannya. Untuk itu perlu

dikembangkan insentif untuk manajemen penggunaan kembali air bekas pakai (used water

reclaimed ) untuk menuju pada keberlanjutan pengelolaan air, efisiensi energy, dan

pencegahan pencemaran oleh limbah.

Secara keseluruhan kita dihadapkan dengan beberapa faktor penyebab relatif rentannya

ketahanan air Indonesia. Diantaranya adalah, kapasitas pengelolaan sumber daya air yang

masih relatif rendah dan tidak berkelanjutan diantaranya adalah menyangkut gangguan

terhadap sumber daya air itu sendiri seperti tingginya laju peningkatan alih fungsi lahan di

daerah hulu maupun hilir; kerusakan dan gangguan daerah aliran sungai (DAS); dan

tingginya tingkat pencemaran terhadap badan-badan air yang ada. Kondisi ini diperburuk lagi

oleh kondisi masih minimnya infrastruktur SDA. Selain dari pada itu juga kondisi ketidak-

seimbangan antara peningkatan kebutuhan dan konsumsi dengan kemampuan menyediakan

Page 109: Draft 1 Bidang Telaahan

109

antar waktu dan tempat; dan pola pertumbuhan dan penyebaran penduduk yang tidak

berdasarkan daya dukung dan daya tampung spasial kawasan.

Kerusakan dan degradasi sumber-daya air antara lain selain masifnya permasalahan

daya-rusak air (banjir, longsor), permasalahan kerusakan yang dialami oleh air dan sumber

daya air (kualitas dan kuantitas) baik dalam bentuk pencemaran dan gangguan sikus

hidrologis perlu mendapat perhatian yang prioritas. Yaitu, menyediakan air pada saat

dibutuhkan sepanjang tahun/musim dan mengendalikan air limpasan (run off) yang semakin

besar pada saat musim hujan. Permasalahan kerusakan wilayah tangkapan air (catchment

areas) yang disebabkan oleh deforestasi, juga alih-fungsi lahan yang memperbesar kecepatan

limpasan air (terganggunya recharge air tanah) telah mengganggu siklus hidrologis air tawar.

Pengelolaan sumber daya air perlu diimbangi dengan kapasitas penyimpanan dan

pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai bagian terintegrasi dari pengelolaan

SDA berkelanjutan untuk mengatasi bencana kekeringan dan banjir.

Bersamaan dengan kondisi ekologis dari wilayah tangkapan yang berubah, anomali

cuaca serta fenomena perubahan iklim juga mempengaruhi suplai air tawar yang tersedia.

Kondisi cuaca bumi juga sangat mempengaruhi siklus hidrologis. Peningkatan temperatur

mendorong tingkat evaporasi dan merubah pola dan curah hujan, sehingga variasi fluktuasi

debit air tawar di musim hujan dan musim kering menjadi semakin ekstrim pada DAS yang

tidak sehat. Hal ini tentunya akan mengganggu ketahanan air nasional dan mempengaruhi

ketahanan pangan dengan adanya banjir besar pada musim hujan dan krisis kekeringan yang

parah di musim kering/kemarau.

Peran teknologi dan rekayasa perlu dikembangkan untuk kreativitas dan inovasi dalam

mencari solusi terkait pengelolaan beban aktivitas manusia terhadap daya-dukung dan daya

tampung dari ekosistem. Water reuse juga semakin penting mengingat air dalam bentuk

tawar sangatlah sedikit dibandingkan keseluruhan total air yang ada di bumi. Water reuse

merupakan bentuk pengelolaan air berkelanjutan untuk menahan air tawar terus berada dalam

lingkungan dan ekosistem tawar untuk preservasi dan terus dimanfaatkan di masa depan, dan

menahan selama mungkin air untuk tidak dalam bentuk aliran buangan menuju ke laut.

Pengelolaan sumber daya air terkait dengan wilayah tangkapan air (watershed) untuk

memenuhi berbagai kebutuhan untuk tata-guna/pemanfaatan multi-sektoral, yaitu air bersih

domestik, perkotaan, industri, dan pengairan pertanian. Satu wilayah pengelolaan sungai

bisa melewati lintas wilayah administrasi yang mempunyai tarik-menarik kepentingan.

Sehingga membutuhkan kualitas koordinasi yang baik, dimana hal ini masih merupakan

permasalahan utama walaupun berbagai institusi sudah terbentuk. Oleh karena itu

Page 110: Draft 1 Bidang Telaahan

110

dibutuhkan pula pembenahan aspek kelembagaan terkait tata-kelola dari sumber daya air dan

pola koordinasi pengelolaannya yang lebih terintegrasi. Hal ini karena permasalahan air

bersih memerlukan juga penanganan yang menyeluruh secara sistematik, karena air bersih

terkait dengan kondisi sumber daya air dari hulu ke hilir, dan membutuhkan penanganan baik

secara regulasi, teknologi, dan pembiayaan.

Energi Dan Lingkungan (Ketahanan Energi)

Energi adalah mesin petumbuhan ekonomi, karena itu keandalan pasokannya sangat

penting untuk dijaga, terutama untuk memastikan bahwa sumber energi yang ada cukup

untuk digunakan mendukung pertumbuhan ekonomi yang direncanakan.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, dan intensitas penggunaan energi,

kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat.

Di samping berkaitan erat dengan masalah ekonomi, energi juga berkaitan erat dengan

masalah lingkungan. Kegiatan di bidang energi, dimulai dari eksplorasi, eksploitasi hingga

pemakaian oleh konsumen energi menghasilkan limbah padat/cair, hingga emisi gas yang

seluruhannya adalah masalah lingkungan.

Pembangunan ekonomi yang baik membutuhkan sejumlah energi tertentu dan

menghasilkan sejumlah emisi. Mencari keseimbangan antara “energi, ekonomi, dan

lingkungan” merupakan upaya yang perlu terus dilakukan.

Pembangunan lingkungan dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti rusaknya

tanah, produksi limbah yang berbahaya, serta pencemaran air dan udara. Kualitas

lingkungan yang rendah berakibat pada kualitas kehidupan sosial-ekonomi yang rendah.

Energi di dalam RPJP 2005-2025 disebutkan dalam amanat untuk “Mewujudkan

Indonesia yang Asri dan Lestari”, dengan pokok amanat untuk “menjaga keamanan

ketersediaan energi”. Menjaga keamanan ketersediaan energi diarahkan untuk menyediakan

energi dalam waktu yang terukur antara tingkat ketersediaan sumber-sumber energi dan

tingkat kebutuhan masyarakat.

Permasalahan lingkungan terkait energi dapat dilihat mulai dari sisi hulu hingga hilir,

dari eksplorasi hingga pemakaian akhir. Isu masalah lingkungan yang terkait dengan energi

dimulai dari kerusakan lingkungan sekitar karena kegiatan eksplorasi, masalah limbah pada

kegiatan produksi energi, hingga perubahan iklim global yang disebabkan konsumsi bahan

bakar fosil.

Eksplorasi sumberdaya energi dari sumber-sumber energi tak terbarukan, terutama

bahan bakar fosil membawa konsekuensi pada kerusakan alam. Eksplorasi minyak bumi

Page 111: Draft 1 Bidang Telaahan

111

mengakibatkan kerusakan pada tanah/ perairan di sekitarnya, di samping masalah limbah.

Eksploitasi batu bara menyebabkan permasalahan lingkungan yang besar.

Eksploitasi sumberdaya energi membawa pengaruh yang lebih besar dibandingkan

tahap eksplorasi, karena skala operasnya yang lebih besar. Kegiatan konversi energi primer

menjadi produk energi, yang dilakukan terutama di kilang-kilang minyak dan pembangkitan

tenaga listrik, membutuhkan energi besar. Kebutuhan energi yang besar yang dilakukan

dalam proses konversi ini mengakibatkan pula pada kerusakan lingkungan.

Bermacam-macam sumber energi yang tersedia dapat dikelompokkan sebagai “energi

hitam” (bahan bakar fosil) serta “energi hijau”. Sumber energi hitam misalnya minyak,

batubara dan gas bumi, sedangkan energi hijau terdiri sumber-sumber energi yang berasal

dari sumber-sumber energi terbarukan, serta konservai energi. Ke depan, sangat penting

untuk mengembangkan “energi hijau” di Indonesia dengan pertimbangan Indonesia memiliki

sumberdaya energi hijau yang besar, misalnya panas bumi.

Dengan mempertimbangkan makin pentingnya pembangunan lingkungan, serta

peningkatan kebutuhan energi yang tinggi dalam RPJM 2014-2019, kami pemandang perlu

untuk memberikan prioritas yang tinggi pada masalah lingkungan yang terkait dengan

kegiatan di bidang energi yang mencakup eksplorasi, produksi, distribusi, dan konsumsinya.

Sampai saat ini, pelayanan energi belum dapat menjangkau sebagian masyarat

Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah (72 %), serta

sulitnya mendapatkan BBM di daerah/wilayah terpencil. Pelayanan energi masih terdistribusi

tidak merata, sebagian besar berada di pulau Jawa-Madura-Bali.

Salah satu tantangan besar Indonesia dalam menyediakan sumberdaya energi adalah di

bidang lingkungan: bagaimana melakukan pekerjaan dalam rantai penyediaan energi dengan

memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan yang baik. “Kajian Lingkungan Hidup

Strategis” (KLHS) sangat penting untuk diterapkan dalam proyek-proyek pembangunan

bidang energi.

Di samping memperluas akses bagi pelayanan energi yang mesti dilakukan di seluruh

Indonesia, Indonesia perlu meningkatkan konsumsi energi per kapita yang sekarang relatif

masih rendah. Hal ini berarti Indonesai harus mengamankan sumberdaya energinya serta

mengamankan cadangan energi.

Kegiatan eksplorasi, khususnya yang berada di lahan luas, berpotensi merusak lahan

setempat, merusak sumber air di sekitar, namun juga wilayah yang menjadi kawasan

margasatwa dan flora.

Page 112: Draft 1 Bidang Telaahan

112

Penentuan mengenai blok yang akan ditawarkan bagi kegiatan eksplorasi khususnya

minyak, gas bumi, dan batubara perlu disiapkan dengan baik sebelumnya sehingga tidak

menimbulkan permasahan lingkungan di kemudian hari. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup

Strategis) perlu dilakukan sejak sebelum penentuan pemenang blok pertambangan dilakukan.

Kegiatan eksploitasi energi perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah “penambangan

yang baik” (good mining practice). Pemerintah perlu mengawasi pelaksanaan pertambangan

ini, terutama untuk yang berskala skala besar dan terletak di permukaan.

Distribusi energi dapat dilakukan dalam berbagai cara, termasuk melalui pipa atau

kapal yang menghubungan lapangan produksi dengan konsumennya, yang seringkali terletak

dalam jarak yang jauh. Sebagai halnya dalam kegiatan eksplorasi dan ekspolitasi, distribusi

energi perlu mentaati kaidah-kaidah keteknikan yang menjadi rujukan.

Konsumen perlu didorong untuk mengkonsumsi energi secara lebih bijaksana, yaitu

untuk melakukannya dengan lebih efisien. Sudah saatnya konsumen didorong untuk memilih

jenis energi yang tepat, misalnya menggunakan BBG daripada BBM.

Penggunaan energi terbarukan, termasuk panas bumi, perlu dipercepat. Panas bumi

sebagai sumber energi terbarukan, tersedia setempat (tidak dapat diekspor), memiliki

keunggulan dibanding bahan bakar fossil, antara lain karena harganya yang tidak berfluktuasi

seperti halnya harga BBM. Demikian pula, penggunaan tenaga surya perlu diperbanyak, baik

di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan aliran listrik, maupun di perkotaan,

misalnya dengan mewajibkan rumah-rumah mewah menggunakan tenaga surya.

Pemanfaatan energi nuklir, yang diamanatkan oleh RPJP 2005-2025, hingga saat ini

belum dapat dilakukan, karena kesepakatan untuk pembangunannya pun belum dicapai.

Dalam RPJP III, rencana pembangunan PLTN perlu disiapkan lebih baik, termasuk untuk

aspek penerimaan masyarakat dan rencana pembiayaan/pembangunan.

Penggunaan energi terbarukan, baik yang berasal dari tetumbuhan maupun hewan,

perlu ditingkatkan dengan mengajak langsung masyarakat dan Pemerintah Daerah.

Upaya lain, seperti konservasi energi, peningkatan efisiensi dalam penyediaan BBM,

perlu diteruskan dengan target pencapaian yang semakin, tidak saja di kalangan pemerintah

dan perguruan tinggi, namun juga di kalangan rakyat umum.

Pengalaman dari RPJM sebelumnya mengajarkan bahwa target-target kuantitatif dari

pembangunan energi, misalnya untuk lifting migas dan peningkatan kapasitas pembangkit

listrik panas bumi sukar dicapai. Dalam RPJP III perlu dipelajari faktor-faktor yang

menghalangi pencapaian target-target kuantitatif dari rencana pembangunan di bidang energi-

lingkungan.

Page 113: Draft 1 Bidang Telaahan

113

Page 114: Draft 1 Bidang Telaahan

114

III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

3.1 Rekomendasi Strategis dan Arah kebijakan

Pemerintah yang berkomitmen terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan tidak

memberikan dampak yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, perlu

terus meningkatkan prioritas kebijakan aggaran dan menyediakan insentif sehingga perilaku

dan tata-cara kehidupan (life-style) dan perilaku produksi dari bisnis dan masyarakat

mendukung ke arah itu.

1. Perlunya instrumen ekonomi masuk dengan insentif yang dibutuhkan untuk

meningkatkan kegiatan ekonomi hijau, misalnya: struktur upah dan pajak yang lebih

berpihak pada distribusi kemakmuran pada semua, dan reorientasi subsidi anggaran

publik untuk kepentingan pemberian insentif untuk kegiatan yang ramah

lingkungan. Yaitu insentif untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dengan pola

produksi yang lebih ramah lingkungan, yaitu efisien dalam penggunaan sumber daya

alam sebagai input, dan menghasilkan bahan pencemar/by-produk yang semakin

sedikit. Serta, mengembangkan sistem insentif-disinsentif yang mendukung pada

pola konsumsi dan produksi yang lebih ramah lingkungan;

2. Kebijakan anggaran dan insentif ditingkatkan untuk penggunaan sumber energi

terbarukan. Salah satunya, melalui beragam inovasi dan R&D sehingga

terealisasikan dengan inovasi teknologi yang tepat-guna dan harga yang terjangkau;

3. Pengadaan sarana/prasara dan teknologi lingkungan dengan tujuan rekayasa pada

peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

4. Pemerataan akses kepada kebutuhan dasar seperti air bersih dan sanitasi dapat

dinikmati dengan kualitas yang sama untuk semua strata sosial, misalnya melalui

reorientasi subsidi baik subsidi harga maupun investasi infrastruktur, yang lebih

tepat sektor dan tepat sasaran;

5. Menggerakkan sistem loop siklus ekonomi yang lebih beorientasi lokal, sehingga

prertukaran barang dan jasa dapat dilakukan selokal mungkin, menekan biaya

transaksi yang mendorong pada kehidupan yang lebih simpel tetapi berkualitas;

6. Insentif yang mendorong pada investasi yang tidak terpusat di kota-kota besar tetapi

lebih pada mendorong pembangunan wilayah Perdesaan dan wilayah pusat-pusat

Page 115: Draft 1 Bidang Telaahan

115

pertumbuhan baru untuk pemerataan kesejahteraan sehingga gap kesenjangan kota-

desa bisa ditanggulangi. Dalam waktu yang sama juga menyelesaikan permasalahan

urbanisasi dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan karena daya dukung dan

daya tampung yang terlampaui di wilayah urban.

7. Tantangan untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan membutuhkan peran-

serta semua pihak baik komponen masyarakat, pemerintah dan swasta untuk terlibat

secara inklusif dan aktif dalam pengelolaan lingkungan yang memberikan dampak

dalam skala yang luas;

8. Swasta dan perusahaan perlu terus didorong (misalnya dengan menciptakan

perangkat insentif) untuk masuk ke dalam transformasi menuju ekonomi-hijau

(green economy) yang tidak hanya menggunakan sumber daya alam sebagai input

produksi dengan lebih efisien dan tata-cara yang ramah lingkungan serta

menghasilkan limbah sekecil mungkin. Tetapi juga terus meningkatkan kemampuan

untuk dapat memanfaatkan dan memberi nilai tambah untuk by-produk atau limbah

yang dihasilkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai barang komiditas ekonomi.

9. Penelitian (litbang) untuk inovasi teknologi yang ramah lingkungan baik untuk

kepentingan produksi maupun pengelolaan lingkungan. Pengembangan dan adopsi

teknologi baru atau inovasi dibutuhkan untuk dapat menurunkan tingkat konsumsi

yang lebih berkelanjutan, dan produksi yang efisien serta ramah lingkungan. Serta

pengembangan inovasi teknologi tepat guna untuk meningkatkan akses pada

prasarana lingkungan yang terjangkau, yang didukung oleh pemerintah dalam

kebijakan dan anggaran. Juga melalui pengembangan

10. Masyarakat perlu terus dimotivasi kesadaran dan peran-serta masyarakat dan pelaku

kegiatan ekonomi terhadap perlindungan lingkungan, terutama untuk menekan pola

konsumsi penduduk yang tidak efisien dan menghasilkan limbah berlebihan.

Dimana perlu disertai dengan pemahaman mengenai perhitungan jejak-ekologi

dalam kegiatan di level masyarakat dan industri.

3.2 Penutup

Page 116: Draft 1 Bidang Telaahan

116

DAFTAR PUSTAKA

1. Emil Salim. 2013. “Greening the National Development Plan”. Key Notes Speech

pada Konsultasi Nasional Greening the National Development Plan. UKP4. Juni

2013.

2. Falkenmark M. Rockstron. 2004. Balancing Water for Humans and Nature: The New

Approach in Ecohydrology. Earthscan, London.

3. Firdaus Ali, Ph.D. 2012. “Permasalahan dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber

Daya Air untuk Ketahanan Pangan Nasional”. Makalah Seminar Nasional Hari Air

Dunia XI. Kementerian Pekerjaan Umum.

4. Hariyadi Purwiyatno, 2011. “Tantangan Ketahanan Pangan Nasional”. Makalah

Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha. UGM Jogyakarta. 2011.

5. Kenneth Arrow, et all. 1995. “Economic Growth, Carrying Capacity, and the

Environment”. Journal of Science, Vol. 268, 28 April 1995.

6. Penny K. Lukito. 2013. “Kebijakan Subsidi untuk Pelayanan Air Minum yang

Berkeadilan Bagi Masyarakat Miskin Di Perkotaan. Policy Paper untuk Penjenjangan

Perencana Utama. Bappenas-LPEM UI.

7. Maika Nurhayati. 2009. “Strategi Optimasi Daya Dukung Lingkungan”. Thesis

Program Pasca Sarjana UI.

Page 117: Draft 1 Bidang Telaahan

117

Page 118: Draft 1 Bidang Telaahan

118

Draft Background Study

BAB VI LAPORAN TELAAHAN

KELOMPOK BIDANG TATA KELOLA DAN KELEMBAGAAN

TIM ANALISA KEBIJAKAN

Page 119: Draft 1 Bidang Telaahan

119

DAFTAR ISI

IV. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Telaahan

1.3. Ruang Lingkup Telaahan

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

V. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

2.1. Tinjauan Konseptual

2.2. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

2.3. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

2.4. Kerangka Fikir Telaahan

VI. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

(Studi Literatur, FGD, Evaluasi Kebijakan, Analisis SWOT)

VII. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil Studi Literatur, FGD, Hasil Evaluasi Kebijakan, dan Analisa SWOT

4.2. Rekomendasi Isu-Isu Strategis

4.2.1. Isu-Isu Strategis

4.2.2. Keterkaitan Dengan Isu-Isu Strategis

4.2.3. Usulan Strategi & Arah Kebijakan

VIII. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Rekomendasi Tindak- Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain.

Page 120: Draft 1 Bidang Telaahan

120

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu hasil studi Bank Dunia (2000) menunjukkan bahwa kualitas pemerintahan

menentukan kemampuan negara itu untuk mewujudkan hasil pembangunan. Sementara itu,

yang memutar roda pemerintah adalah birokrasi. Hubungan di antara presiden dan birokrasi

bagaikan pengemudi dan mesinnya (Wapres Budiono, 2013). Pengemudi harus mampu

menjalankan mesin secara efisien. Mesin juga mestinya memiliki standar kinerja yang dapat

melakukan fungsinya secara tepat dan efektif. Oleh karena itu, pengemudi mesti menjamin

fungsi mesin mampu berjalan sesuai standar, bebas dari pengaruh faktor-faktor lain yang

tidak sehat.

Saat ini birokrasi di Indonesia belum berfungsi sesuai standar yang diharapkan karena

masih ditandai dengan korupsi, buruknya pelayanan, dan inefisiensi. Birokrasi di Indonesia

masih mudah diintervensi oleh pengaruh politik dan kekuasaan. Hal ini menyebabkan

birokrasi di Indonesia cenderung melayani penguasa daripada menjalankan fungsi utamanya

sebagai pelayan masyarakat. Dengan bahasa yang lugas, birokrasi kita masih menjadi

“problems” daripada “solution”, masih menjadi penghambat daripada memfasilitasi. Global

Competitiveness Report (2012) misalnya, masih menempatkan korupsi, inefisiensi birokrasi,

dan ketersediaan infrastruktur sebagai tiga besar the most problematic factors dalam berbisnis

di Indonesia.

Dalam tatanan negara yang lebih makro, interaksi antar pemerintah, bisnis swasta, dan

civil society sangat menentukan berhasilnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu

bangsa. Kualitas birokrasi yang mendukung pemerintah yang baik (good governance) akan

menjadi penentu daya saing bangsa melalui peningkatan iklim investasi yang merangsang

inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, birokrasi yang buruk akan menjadikan iklim

investasi menjadi tidak kondusif. Buruknya birokrasi dan pemerintah yang tidak efisein (bad

governance) dapat melipatgandakan biaya usaha dalam bentuk: (1) biaya korupsi; (2) biaya

kepatuhan terhadap hukum dan aturan yang membebani (business-unfriendly regulations);

(3) biaya keterlambatan dalam mengurus perijinan dan yang diperlukan; dan (4) biaya dan

resiko bisnis akibat ketidakpastian hukum.

Memperbaiki reformasi birokrasi melelaui aspek kelembagaan adalah hal yang kritikal

dalam RPJMN 2015-2019. Hal ini didasari oleh reformasi besar-besaran yang dilakukan di

berbagai bidang pada tahun 1998. Namun, banyak proses pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah yang tidak berjalan optimal. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan

Page 121: Draft 1 Bidang Telaahan

121

upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),

ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Berbagai

permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak

berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui.

Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance).

Berbagai masalah kelembagaan -- secara garis besar antara lain kelembagaan politik,

kelembagaan ekonomi dan kelembagaan hukum -- saling berkaitan dan mempengaruhi

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Membangun kelembagaan yang efektif sangat

berperan dalam kelangsungan negara dan pemerintahan yang ideal. Salah satu bukti nyatanya

adalah bagaimana pemerintah men-delivery program kerjanya dan kegiatannya sangat erat

dengan membangun kelembagaan. Singapura sukses karena program dideliver dan dapat

berjalan dengan baik. Apapun yang diprogramkan selalu mampu dilaksanakan. Hal ini tentu

terkait dengan kelembagaan yang efektif dan efisien.

Berdasarkan best practise negara maju, kemajuan pesat Singapura ternyata ditentukan

oleh insitutional setting-nya. Hal ini juga menentukan daya tahan suatu negara dan mencapai

program-program kerjanya secara modern, murah, cepat dan tepat. Saat ini di Indonesia

konsep dan pelaksanaan Institusional Setting sampai saat ini belum digarap secara sistematis.

Oleh karena itu, diperlukan telaahan yang mampu menjawab pertanyaan : Bagaimanakah

rumusan strategi yang dapat mencapai tujuan “Terwujudnya tata kelola yang baik dan

kelembagaan yang efektif, setiap sistem yang medukung pembanguan daya saing bangsa?”

1.2. Tujuan Telaahan

Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan “Mewujudkan kelembagaan yang efektif

dan (melalui) tata kelola yang baik pada setiap sistem (pemerintah, ekonomi, sosial, politik,

hokum, budaya, media) yang medukung pembanguan daya saing bangsa”

1.3. Ruang Lingkup Telaahan

Telaahan ini akan meliputi perumusan isu-isu strategis dan strategi kebijakan untuk

mencapai tujuan “Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan (melalui) tata kelola yang baik

pada setiap sistem (pemerintah, ekonomi, sosial, politik, hokum, budaya, media) yang

medukung pembanguan daya saing bangsa ?”

Page 122: Draft 1 Bidang Telaahan

122

Oleh karena itu, cakupan lingkup tata kelola yang baik meliputi : (a) penerapan prinsip

transparansi, taat azas, responsif, inklusif, partisipasi, efektif dan efisien.; dan (b) pada setiap

sistem : pemerintah, politik, ekonomi, media, sosial dan budaya. Sedangkan kelembagaan

yang efektif mencakup bagaimana peningkatan efektitas aturan main, dan organisasi pada

setiap sistem tersebut.

I.4. Keluaran Yang Diharapkan

Terumuskannya isu-isu strategis dan strategi kebijakan untuk mencapai tujuan

“Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan (melalui) tata kelola yang baik pada setiap

sistem (pemerintah, ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, media) yang medukung

pembangunan daya saing bangsa ?”

Page 123: Draft 1 Bidang Telaahan

123

II. TINJAUAN KONSEPTUAL DAN GAMBARAN SAAT INI

II.1. Tinjauan Konseptual

Perkembangan pemikiran dan paradigma governance menunjukkan suatu paradigma

tata kelola negara yang lebih dinamis dan lebih modern. Tata kelola negara diarahkan kepada

pencapaian sinergi diantara pemerintah dan masyarakat, dan otoritas politik dan administrasi

negara, dalam memberikan pelayanan publik yang diperlukan dan merupakan hak dari setiap

warga negara.

Tata kelola mencakup mekanisme, proses dan kelembagan yang digunakan pemerintah,

terkait dengan penjelasan fungsi, struktur, budaya, aturan, dan jejaring kerjasama institusi

publik, dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat, dan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Governance refers to the exercise of political and administrative authority at all levels

to manage a country’s affairs. It comprises the mechanisms, processes and institutions,

through which citizens and groups articulate their interests, exercise their legal rights,

meet their obligations and mediate their differences. Specific reference is made to

democratic governance as “a process of creating and sustaining an environment for

inclusive and responsive political processes and settlements. The institutional and

human capacities for governance determine the way in which the effectiveness of public

policies and strategies is attained, especially in service delivery. (UNDESA, UNDP,

UNESCO, 2012).

Governance is associated with how the processes and systems used by Governments

(function, structure, culture, rules and networking of public institutions) to formulate

and implement public policy, in order to achieve national and state goals (Neo & Chen,

2007).

Tata kelola juga diarahkan kepada penguatan kelembagaan. Apapun fokus dan cakupan

wilayah kewenangannya, pengelolaan yang baik harus meliputi : transparansi dan akuntabel,

kompeten pada bidang keahlian yang cocok, dan mempunyai intensi (maksud) untuk selalu

melakukan hal yang baik dan benar.

In the last half-century we have developed a better understanding of what helps

governments function effectively and achieve economic progress. In the development

community, we have a phrase for it. We call it good governance. It is essentially the

combination of transparent and accountable institutions, strong skills and competence,

Page 124: Draft 1 Bidang Telaahan

124

and a fundamental willingness to do the right thing. Those are the things that enable a

government to deliver services to its people efficiently . . . An independent judiciary, a

free press, and a vibrant civil society and important components of good governance.

They balance the power of governments, and they hold them accountable for delivering

better services, creating jobs, and improving living standards. (Paul Wolfowitz in

Baland et al., 2009).

Untuk memahami governance lebih jauh, maka perlu untuk dipahami tentang prinsip-

prinsip kerja yang mendasarinya. Beberapa lembaga donor memberikan penekanan yang

berbeda meski pada prinsipnya sama. Bank Dunia mengembangkan governance indicators

yaitu : kebebasan dan akuntabilitas, efektivitas, kualitas regulasi, penegakan hukum, stabilitas

politik dan tidak adanya kekerasan negara terhadap masyarakat termasuk terorisme dan

kontrol terhadap korupsi. Sementara UNDP (2009) menyatakan 10 prinsip good governance

adalah : partisipasi, transparansi, akuntalitas, kesetaraan atau inklusivitas, efisensi dan

efektivitas, responsivitas, visi strategis, penegakan hukum, profesionalisme dan supervisi

melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat. Menurut United Nations Economic and

Social Commision for Asia and The Pasific (2010) merumuskan 8 prinsip good governance

yang meliputi : akuntabilitas, transparansi, partisipasi, responsivitas, efektivitas dan efisiensi,

penegakan hukum, kesetaraan dan inklusivitas dan berorientasi pada konsensus. Jadi ‘tata

kelola’ mengandung pengertian : merupakan bagian dari setiap sistem dan ‘kelembagaan”

yang menghendaki proses keteraturan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Governance is best thought of a sub-set of ‘institutions’ and as such emphasis on

governance is consistent with much recent academic work. Nevertheless, governance is

a quite vague rubric which it is difficult to unbundle. The governance of a society is the

outcome of a political process and as such is closely related to the literature on the

political economy of development. Improving governance necessitates understanding

the nature of the entire political equilibrium. Finally, an important research frontier is

understanding the forces that create or impeded endogenous changes in governance.

Institutions refers to social rules and legal framework. Institutions as a rules (formal

and informal) and as players : Institutions are the kinds of structures that matter most

in the social realm: they make up the stuff of social life.... we may define institutions as

systems of established and prevalent social rules that structure social interactions.

Language, money, law, systems of weights and measures, table manners, and firms

Page 125: Draft 1 Bidang Telaahan

125

(and other organizations) are thus all institutions. (Hodgson. G.M., What are

Institutions?. 2006).

Dynamic Governance and Institutional Culture : (1) The essence of dynamism in

governance is continuous learning, new thinking and new ideas that lead to continuous

modifications of institutions — rules, incentives, structures and enforcement

mechanisms — as problems evolve and new issues emerge and (2) The cultural

foundations of governance are derived from how leaders perceive the strengths and

vulnerabilities of a country’s position in the world, which then influence the intended

purposes of the governance systems and institutions that are created. (Neo & Chen,

2007).

Kelembagaan memiki dua dimensi, yaitu aturan main dan organisasi. Jika instutusi

diartikan sebagai aturan main, maka organisasi akan mengelola pemain dan aturan main

tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.

An institution is any collectively accepted system of rules (procedures, practices) that

enable us to create institutional facts (Searle. J.R., 2005). Institutions are the rules of

the game in society or, more formally, are the humanly devised constraints that shape

human interaction. In consequence they structure incentives in human exchange,

whether political, social, or economic. . . . Conceptually, what must be clearly

differentiated are the rules from the players. The purpose of the rules is to define the

way the game is played. But the objective of the team within that set of rules is to win

the game. . . . Modeling the strategies and skills of the team as it develops is a separate

process from modeling the creation, evolution, and consequences of the rules.

(Hodgson. G.M., 2006)

It is the interaction between institutions and organizations that shapes the institutional

evolution of an economy. If institutions are the rules of the game, organizations and

their entrepreneurs are the players. Organizations are made up of groups of

individuals bound together by some common purpose to achieve certain objectives.

Hodgson. G.M., 2006)

An institution is self-sustaining, salient patterns of social interactions, as represented

by meaningful rules that every agent knows and incorporated as agents’ shared beliefs

about the ways how the game is to be played. (Aoki. M. 2005).

Page 126: Draft 1 Bidang Telaahan

126

Regulatory oversight bodies are as strong as the political leadership behind them. The

success of these institutions is dependent on underlying political forces and external

drivers of the policy. In addition to the obvious ―political will‖ required, some

oversight bodies have performed better thanks to their efforts to coordinate and ensure

coherence with other policies and reform institutions. (Cordova-Novion, C. and S.

Jacobzone (OECD. 2011)

II.2. Strategi dan Arah Kebijakan RPJMN 2005 – 2014 (dua periode)

II.3. Permasalahan Pelaksanaan Pembangunan (Factual Problems)

a. Tumpang tindih fungsi menyebabkan tumpang program dan kegiatan antar K/L, dan

antar pusat-daerah.

Masalah ini diduga disebabkan antara lain : (a) oleh ketidaktegasan dalam

menerapkan structure/strategies follows functions dalam berbagai tatanan (negara,

pemerintah/ kabinet, dan K/L, serta pemerintah daerah); dan (b) kesulitan untuk

memprediksi dan membangun situasi politik yang kondusif untuk membangun

pemerintah yang kuat.

b. Bagaimanakah tata kelola (pembangunan) yang ideal dan mampu mendukung

kerangka kelembagaan ideal efektif?

Masalahnya : (a) Bagaimanakah aturan main?: (b) Siapakah saja pemain; dan (c)

Siapakah Wasitnya?

c. Aturan main tumpang-tindih dan tidak konsisten

Masalahnya : (1) Pemahaman kerangka regulasi sebagai bagian kualitas kebijakan;

dan (2) apakah diperlukan regulatory oversight body? Siapa dan Bagaimana

caranya?

d. Konektivitas Nasional yang tidak sempurna :

Masalahnya : (1) Postur organisasi K/L yang gemuk meski sudah desentralisasi dan

otonomi daerah; dan (2) Perencanaan dan penganggaran yang tidak nyambung

II.4. Kerangka Fikir Telaahan

Hasil tinjauan konseptual digunakan untuk mendekati permasalahan dan menemukan

solusi terbaik, dan dapat memberikan masukan kepada draf teknokratis RPJM Nasional 2015

– 2019. Oleh karena itu, kajian ini didasarkan kepada kerangka fikir sebagai berikut :

Page 127: Draft 1 Bidang Telaahan

127

Sistem yang dapat mendukung meningkatnya daya saing bangsa meliputi : pemerintah,

hukum, politik, budaya, ekonomi, sosial dan media. Di dalam setiap sistem terdapat empat

komponen yang dapat menopang terbangunnya kelembagaan yang efektif, yaitu : pemimpin

yang berkarakter, regulasi yang sikron, organisasi yang dinamis, dan tata kelola yang baik.

TataKelola

yangbaik

Kelembagaanyang efektif

Regulasi yang

s inkron

Pemimpinyang

berkarakteris

Organisasi yangdinamis

PEMERINTAH

HUKUM POLITIK

BUDAYA

SOSIAL MEDIA

EKONOMIHUKUM

DAYASAING

BANGSA

Page 128: Draft 1 Bidang Telaahan

128

III. METODOLOGI PELAKSANAAN TELAAHAN

Kajian ini akan dilakukan melalui studi literature, evaluasi kebijakan, diskusi internal di

Bappenas, dan Focus Group Discussion (FGD) atau Round-table Discussion (RTD) di

beberapa kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Page 129: Draft 1 Bidang Telaahan

129

IV. PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Studi Literatur, FGD, dan Hasil Evaluasi Kebijakan

Catatan Diskusi di Medan :

• Infrastructure, government efficiency. Terjadi juga ego-provinsi. Sebetulnya otonomi

daerah yang paling penting adalah net-working. (misalnya musrenbang prov, provinsi

lain juga hadir).

• One village one product tidak bisa jalan, karena petani hidupnya dari divertifikasi

(Slide strategi perencanaan – kebangkitan ekonomi daerah). Sebenarnya siapapun

presidennya ekonomi tetap jalan (contohnya di Sumut).

• Sebetulnya kita belum siap “berdemokrasi”. Indonesia itu harus dipimpin oleh

pemimpin otoriter. Demikian pula dengan otonomi daerah, birokrasinya memang

belum siap. Kita juga terlalu miskin. Wah kita bukan hanya miskin harta, tapi juga

miskin nilai dan miskin intelektual. Soal how to, sudah ada tapi “berani tidak”. Nilai

musyawarah tapi demokratis. Jadi antara filosofis dan pelaksanaannya tidak sinkron.

Kemudian menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan atau pusat

pembangunan. Sektor yang paling potensial di Sumut mestinya pariwisata. Ini

pendapat saya, ga tahu yang lain. Selain wisata alam, ada juga wisata budaya, wisata

sejarah, dan wisata kuliner. Seperti halnya penang menjual “medical tourism”. Lagi-

lagi soal manajemen. Aging society : soal produktivitas, tergantung levelnya. Seperti

suami saya sudah 56 terpaksa pensiun, padahal masih produktif. Jadi SDM yang

bagus pun, tapi kalo sistemnya tidak bagus. Berarti yang penegakan hukumlah yang

harus menjadi panglimanya (Prof. Ida. USU)

• Karena maunya jalan pintas, lembaga-lembaga litbang tidak dapat berkembang. Jadi

penelitian bukan ujung tombak. Mestinya kebijakan itu harusnya didahului dengan

riset. Ini yang harus dikembangkan. Untuk pa Dedi, ini bukan dikotomi ekonom dan

teknokrat. Ini juga peran media yang mengdikotomikan. Strategi menumbuhkan

nasionalisme dan kreatifitas. Misalnya carefour semua merk carefour. Indomaret

semua merk Indomaret untuk cabe merahpun. Sehingga inovasi itu, kreatifitas di

setiap daerah pun tidak muncul. Tidak menghargai ownership. Kreatifitas lokal tidak

muncul. Agak susah regulasinya. Jadi banyak sekali yang harus diselesaikan dalam

lima tahun. Kata kunci : good bye China, hello Indonesia. Syaratnya satu : strong

leadership. Plan, Planning, and Planner. Apapun yang direncanakan kalo tidak ada

strong leadership, maka tidak akan terlaksana (Prof. Kasyful)

Page 130: Draft 1 Bidang Telaahan

130

• Kita semakin terperangkap pada mekanik. Tapi tetap kita harus melakukan prediksi-

prediksi. Tapi paling tidak dalam pembangunan manusia ada empat dimensi : fisik,

psikologi, spiritual, social. Selain itu, intergrasi pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

“Menciptakan iklim yang memberdayakan”. People Center.

• Kelembagaan di Kemenristek harus dikembangkan lagi, untuk memperkuat teknologi

permesinan. Mekanisme yang terlalu birokratis dapat menghambat inovasi.

Mekanisme riset dianggap sama dengan realisasi fisik. Hampir semua pemprov sudah

punya pusat inovasi di bawah balitbang. Hanya belum efektif menjalankannya.

Otonomi daerah juga kebablasan : mestinya di tingkat provinsi bukan di kabupaten

kita. Inovasi itu basicnya kreatif. Orang-orang kreatif memang susah diatur. Jadi

perlu manajemen inovasi. Tanpa iptek inovasi tidak jalan. (Prof. Harmen. USU)

• Salah satu kendala lagi adalah “mengurus paten” yang memakan waktu 3-5 tahun.

Inovasi bisa tumbuh kalo ada kemudahan dalam mengurus paten tersebut. Dirjen

HAKI dibandingkan ke Jepang dalam 3 bulan sudah keluar. Sebenarnya dari sawit itu

akan ribuan HAKI. Di Malaysia sudah diproduksi besar-besaran. Kalo produksi skala

kecil sudah dilakukan oleh penduduk. Jadi harus ada penguatan SDM di Dirjen

HAKI. Jadi salah satu hal untuk memperkuat inovasi adalah memperkuat Dirjen

HAKI (jumlah dan kualitan SDM). Sebenarnya ada pusat-pusat HAKI di daerah.

Harus juga punya link ke luar negeri.

• Siapa yang paling bertanggungjawab kalo sistem inovasi tidak jalan? Mestinya

innovation award yang Kementerian Ristek. Ini salah satu contoh mengatasi masalah

dengan membentuk lembaga baru (misalnya KIN, Dewan Riset, Pusat Riset di

daerah), malah menimbulkan masalah lain.

• Sebenarnya antara DPRD dan pemerintah daerah itu harus dibangun suatu mekanisme

check and balances. Jadi DPRD tugasnya melakukan fungsi check and balances

dengan menganut prinsip-prinsip demokratis. Tapi kan kenyataannya, terutama sejak

belakangan ini yang muncul persoalan-persoalan relasi di antara kedua lembaga ini –

eksekutif dan legislatif – masih naik-turun berkaitan dengan berbagai agenda. Banyak

sekali agenda-agenda tertentu dari DPRD. Meskipun mereka anggota DPRD tapi

mereka lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang misalnya untuk membangun

aspirasi rakyat. Jadi relasi dengan pemerintah daerah, seringkali terjadi tarik menarik

kepentingan sehingga “mengganggu” kinerja pemerintah kota.

• Nah itu kan mestinya Demokrat menjadi “leading” di dalam permainan politik di

Medan, tapi ternyata itu tidak terjadi, karena di dalam fraksi Demokrat sendiri

Page 131: Draft 1 Bidang Telaahan

131

terpecah lagi menjadi fraksi-fraksi. Karena yang 50 orang anggota ini juga punya

kepentingan. Hal ini memperlemah posisi mereka, yang juga memperlemah fungsi

pengawasan. Nah ini yang menyebabkan pengaruh terhadap efektifitas pemerintah.

Pemerintah kota juga ... bagaimana ya karena ini perangainya Walikotanya juga yang

tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik, yang juga punya kepentingan dan

agenda sendiri. Mereka melakukan tawar-penawar di tengah situasi seperti ini.

• Tentang netralitas birokrasi bagaimana pa? Berjalan tidak pa? BA : Oh tidak berjalan.

Kalau kita lihat pilkada-pilkada, soal pelayanan publik pun birokrasi tetap memihak

kepada partai tertentu atau pihak yang memiliki kedekatan dengan pihak tertentu.

Kedua pengertia memihak itu misalnya pilkada di manapun, birokrasi di republik ini

tidak pernah netral.

• Sepanjang birokrasi itu dapat melayani masyarakat dengan baik. Apa yang rakyat

rasakan adalah melalui pelayanan masyarakat ini. Jadi harapannya akan muncul

melalui perbaikan pelayanan publik. Apabila pelayanan publik ini lebih baik, lalu

memperhatikan aspirasi raktat, tidak berbelit-belit, dan masyarakat mudah

mendapatkan “akses” terhadap pelayanan publik, maka harapan itu ada.

• Jadi masyarakat tidak peduli mau netral atau tidak ... yang paling penting adalah

pelayanan publik itu. Bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat.

• Sejak pelaksanaan otonomi daerah 1998, kabupaten/ kota sulit dikontrol. Bahkan

Gubernur pun seringkali diabaikan oleh mereka-mereka ini. Karena juga mereka tahu

“legalitas” atau keabsahan dia lebih kuat (misalnya sumber daya alam atau sumber

daya politik) dibandingkan dengan Gubernur. Misalnya di Mandailing, punya

tambang itu kan bukan milik provinsi, tapi dimiliki oleh kabupaten. Jadi dengan

penguasaan seperti itu kan bagi mereka lebih mudah untuk melakukan peng-kaplingan

atau distribusi lahan kepada siapapun. Kewenangan seperti ini yang sangat sulit untuk

dikontrol oleh siapapun.

• Saat ini untuk meraih suara partai lebih banyak melakukan politik “belas kasihan”.

Tidak ada waktu dan dana yang cukup untuk melakukan pendidikan politik. Mereka

mendatangi konstituen hanya untuk “mempopulerkan diri” dan berkumpul-kumpul

dalam rangkan memenangkan salah satu calon. Tidak ada kegiatan yang

mencerdaskan rakyat, sadar politk, atau melakukan pembangunan melalui kader-kader

politik yang militan. Pada saat ini anggota DPRD tingkat kota/kabupaten masih

“mencari pekerjaan” sebagai anggota DPRD. Tidak ada idealisme. Ada OKB yang

semula pekerjaannya tidak jelas. Bos-bos lokal, yang sedikit preman. Setelah menjadi

Page 132: Draft 1 Bidang Telaahan

132

anggota DPRD malah menjadi kontraktor hasil membangun jaringan nepotistik.

Jaringan ekonomi dengan bos-bos lokal. Mereka menjadi aktor ekonomi baru setelah

menjadi elit lokal. Mereka menjadi “punya pekerjaan” setelah menjadi anggota DPRD

terutama yang terkait dengan bisnis-bisnis perijinan. Hal ini juga terkait dengan

kemampuan analisis mereka. Selama ini saya yang menyiapkan pidato atau bahan-

bahan talk-show mereka. Oleh karena itu, ke depan semestinya pendidikan minimal

anggota DPRD adalah S1. Paling tidak ada perantauan intelektual yang cukup.

Catatan Wawancara dengan Walikota Surabaya

Selamat datang di Kota Surabaya, sebetulnya kami mencoba melihat bagaimana

Surabaya ini lebih nyaman dan menjadi rumah bagi masyarakat Surabaya itu sendiri, artinya

bukan cuman rumah tapi memilki ruang, seluruh aktivitas mulai dari sekolah, bekerja, tempat

rekreasi itu terakomodasi, makanya pendidikan mulai dari PAUD hingga SMA bersifat gratis

bahkan pendidikan swasta pun di berikan kebijakan yang sama. Dalam bidang kesehatan pun

di berikan bukan hanya kepada orang miskin saja yang memiliki kartu jamkesmas, bahkan

yang tidak memiliki kartu pun tetap diberikan kebijaksanaan. Anak yatim diberi makanan

setiap hari bahkan lansia pun diberi makan 4 kali dalam seminggu dan itu semua free. RT dan

RW di fasilitasi internet secara gratis agar supaya komunikasi dengan pemerintah kota bisa

lancar, dalam 2 tahun ini kota Surabaya sudah tidak banjir. Luas Surabaya ini ½ dari kota

Jakarta, penduduknya pun 1/5 dari kota Jakarta , tapi uang Surabaya itu 1/10 dari kota Jakarta

karena Jakarta itu provinsi sedangkan Surabaya cuman kota. Dalam setahun pemkot itu

menggelontorkan 500-600M untuk penggangguran di kota Surabaya (padat karya),

pemberlakuan jam malam untuk anak kecil. Ambulance dan mobil jenazah itu berlaku 24 jam

untuk masyarakat kota Surabaya.

Diskusi

• Dalam penerapan awal bagaimana pengaruhnya dengan APBD?

Tidak ada masalah dengan APBD, awalnya dicoba di pendidikan dan ternyata

mencapai 30% dan memang tidak menjadi kendala ,ada pendekatan yang dilakukan

dengan cara pengecilan struktur organisasi pemerintahan. Tidak ada transaksi kas

yang dilakukan di Surabaya semuanya melalui media eletronik bahkan transaksi

keuangan pun diterapkan metode yang sama (paper-less). Tenaga yang dibutuhkan

pun menyusut. Kebutuhan warga kalo bisa dipenuhi semua, semua ide tentang

perubahan Surabaya memang tercipta dari Ibu walikota sendiri dengan di bantu

dengan aparat yang menjalankannya.

Page 133: Draft 1 Bidang Telaahan

133

• Apakah ada batasan waktu?

Ada batasan waktu untuk satu program, sebagai contoh Surabaya single window/

masalah perizinan yang akan launching pada hari ulang tahun kota Surabaya,

pembatasan waktu ini agar semua pekerjaan bisa efektif, jadi dalam leadership

(kepemimpinan) keras kepala itu perlu. Demokratis itu sebenarnya apa? Sepanjang

masyarakat itu kebutuhanya terpenuhi maka itu yang di anggap demokratis. harus ada

partisipatif dalam suatu kepemimpinan.

• Bagaimana dengan DPRD?

Awalnya DPRD menolak, tetapi setelah melihat hasilnya maka DPRD pun simpati

karna masyarakat banyak yang merasakan betul program yang jalan.

• Dalam rangka reformasi birokrasi, pak Wapres pernah menyatakan bahwa birokrasi

itu mesti netral jadi bebas dari intervensi politik?

Kami tidak pernah bicara politik dalam menjalankan program, dalam artian kalo

masyarakat senanag dengan apa yang kita capai maka tidak perlu kampanye lagi

untuk melanjutkan pilwalkot kedepan. Kalo masyarakat itu diperhatikan maka dia

akan memberikan yang lebih buat pemerintah.

• Mengenai pengelolaan birokrasinya, ketika ibu walikota melontarkan ide awal

mungkin ada keraguan, bagaimana mengatasi keraguan itu?

Karena kita berangkat dari birokrat, maka para staf ini sudah mengerti track record

saya jadi mereka ini nda pernah merasa ragu apalagi bertanya. Dari awal saya

menjabat pun kami tidak pernah rapat staf karna mereka tahu akan maksud saya untuk

menjadikan Surabaya ini sebagai rumah yang nyaman bagi masyarakat

• Usaha ibu walikota untuk melakukan perubahan-perubahan pada kota Surabaya ini,

apakah itu di sertai dengan perubahan mindset?

Pasti, karna yang paling utama itu adalah contoh, artinya dalam pelayanan kita harus

turun lansung ke lapangan, jadi dengan menunjukkan peran besar buat masyarakat

• Menyangkut perencanaan, perencana itu dimensinya panjang dan menengah nah itu

diperkuat dengan proses transformasi fisik, ekonomi, social dan lingkungan dalam

artian bagaimana bisa bertranformasi sehingga itu tidak menghasilkan masalah?

Kita melakukan analisa dahulu setelah mendapatkan laporan, setelah di analisa maka

kami akan memberikan pelayanan. Kita punya data kemiskinan di kota Surabaya ini

dalam artian apabila dalam sebuah keluarga ada warga yang tidak kerja di usia kerja,

maka kami akan berikan fasilitas pekerjaan yang layak dengan kemampuannya. Jadi

treatmentnya nda bisa ditangani UKK dalam pengentasan kemiskinan, kita harus

Page 134: Draft 1 Bidang Telaahan

134

fokuskan dulu dalam kemiskinan harus detail. Adapun pembiayaannya diambil dari

APBD, pedekatannya apa yang dilakukan dengan DPRD?

• Menurut ibu walikota, apakah pengetahuan pemerintahan dibutuhkan untuk seorang

kepala daerah?

Perlu, tapi tidak hanya pemerintaham tapi perencanaan juga diperlukan, bagaimana

pengembangan wilayah kota itu sebenarnya, bagaimana cara mensejahterakan

masyarakat, bagaimana pelayanan yang baik itu semua di perlukan dalam memimpin

suatu daerah.

• Perencanaan jangka panjang itu dituangkan dalam implementasi DTUD, perencanaan

jangka menengah itu dituangkam dalam visi

• Tentang pembagian urusan Pusat, Provinsi dan Kota? Komentar ibu walikota

bagaimana?

Harusnya pemerintah pusat melakukan pekerjaan yang detail dan full, jangan stengah-

stengah, harus ada konsistensi sesuai dengan RPJM yang telah ada, agak beratnya

yaitu anggaran disedot provinsi tapi pekerjaan diberikan kepada pemerintah kota.

• Untuk dimensi kedepan, masalah transportasi kedepan itu bagaimana dalam hal

jangka panjang apakah akan ada perubahan pemikiran?

Itu sudah kami fikirkan semua, kita telah memikirkan dalam hal 3 dimensi, yaitu

bukan cuman satu hal saja yang akan menjadi masalah

• Angkutan massal untuk kota Surabaya itu apakah sudah mutlak?

Sudah,mengenai rel kereta api yang dulunya di hapus sekarang sudah dibangun lagi

,monorel sudah kami siapkan untuk kota Surabaya.

• Mengenai Governance (tata kelola) dan kelembagaan, tentang presiden yang terpilih

nanti, apakah layak untuk di kerjakan dalam artian untuk membenahi maslah tata

kelola dan kelembagaan itu sendiri?

Terlalu besar lembaga yang akan kita rubah, kita jangan menambah lembaga lagi kalo

bisa kita rampingkan saja untuk efektifitas kinerja pemerintahan,yang jadi masalah

dalam kelembagaan itu tentang pembagian urusan karena dalam kelembagaan itu

selalu saja sektoral,bagaimana membongkar masalah-masalah itu sendiri,cuman satu

caranya yaitu dalam pasal menyatakan mengerjakan suatu masalah sesuai dengan

tugas dari pimpinan.

• Bagaimana menjalankan visi- misi yang telah ada?

• Mengatur APBD dan mensinkronkan dengan APBN, bagaimana ibu walikota bisa

menyesuaikan dengan kota Surabaya?

Page 135: Draft 1 Bidang Telaahan

135

Dalam musrembangda itu semua dibahas, karena dalam tatanan kota Surabaya saya

harus keras bahkan DPRD pun saya ajak berdiskusi untuk menjelaskan semua

mainstreaming yang telah saya lakukan di kota Surabaya.

• Anggaran APBD 5,9 Triliun, sedangkan untuk belanja pegawai 35% itupun ada

bantuan hibah

• Jadi penentuan hal-hal dasar dulu yang perlu di tangani, dan itu menjadi issu

bagaimana menjadikan kelembagaan berdasarkan pemikiran dasar. Harus ada

keberanian untuk membangun daerah itu sendiri. Kebih baik kita di benci sekali sama

masyarakat asalkan kita punya arti buat daerah kita sendiri. Di awal reformasi dalam

hal Otonomi di Bappenas itu sendiri kita kalah, karena menurut kami di Bappenas ada

perbedaan antara penyususn dengan Tim dari Bappenas itu sendiri dalam artian kita

bukan butuh kebebasan tapi kita harus bersikap realistis dulu. Tidak cuman fisik tapi

perubahan budaya, dalam RPJMN itu ada pendekatan budaya yang sangat kuat.

Bagaimana memasukkan aspek budaya kedalam maslah-masalah itu sehingga tercipta

kerjasama dan mungki itulah yang diharapkan dalam Otonomi daerah itu.

Kasus Pengembangan Panas Bumi

Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, permintaan akan energi di

Indonesia tumbuh dengan pesat. Kebutuhan energi tersebut, listrik di antaranya, belum dapat

dipenuhi dengan baik, ditunjukkan di antaranya dengan rasio elektrifikasi nasional yang

masih rendah (79 persen). Di sisi lain, Indonesia memiliki berbagai macam sumber energi,

baik dari bahan bakar fosil maupun sumber energi terbarukan, termasuk panas bumi.

Cadangan panas bumi Indonesia cukup besar, diperkirakan sekitar 40 persen dari cadangan

panas bumi dunia. Sebagai bahan bakar pembangkitan listrik, panas bumi memiliki

keunggulan karena ketersediaan bahan bakarnya yang stabil (dan murah), dan layak

dimanfaatkan sebagai pemikul beban dasar (base load). Panas bumi tersedia setempat, tidak

dapat diekspor. Panas bumi menghasilkan emisi karbondioksida yang rendah dibandingkan

bahan bakar fosil.

Mempertimbangkan potensi dan keunggulan panas bumi di satu sisi dan kebutuhan listrik

yang sangat besar di Tanah Air, menjadi pertanyaan: mengapa pemasokan listrik dari sumber

panas bumi di Indonesia selama ini masih sangat rendah? Mengapa target-target penambahan

kapasitas pembangkit listrik panas bumi belum dapat tercapai? Bagaimanakah hal ini dapat

ditinjau dari aspek institusi?

Page 136: Draft 1 Bidang Telaahan

136

Pendirian PLTP pertama di Indonesia (PLTP Kamojang, mulai beroperasi tahun 1983)

diawali dengan 2 buah Keppres: Kepres No. 16/1974 yang memerintahkan Pertamina

melakukan eksplorasi), serta Kepres No. 22/1981 memerintahkan PLN membangun PLTP.

Kepres tersebut juga telah menjadi dasar bagi penambahan kapasitas panas bumi setelahnya.

Tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi, yang diikuti dengan reformasi di bidang

politik. Hal ini ditandai antara lain dengan keputusan pemilihan Presiden langsung oleh

rakyat, ditingkatkannya peran partai politik, dan digulirkannya otonomi daerah. Seiring

dengan “reformasi” yang dilakukan, sejumlah undang-undang baru juga telah diterbitkan,

termasuk yang berkaitan dengan sektor energi.

Tahun 2003 diterbitkan UU mengenai Panas Bumi (UU No. 27/2003). Selain UU

Panas Bumi, di sektor energi juga diterbitkan UU 22/2001 mengenai Minyak & Gas Bumi,

UU Kelistrikan 20/2002 (diubah menjadi 30/2010), UU Energi (30/2007), UU Pertambangan,

Mineral & Batubara. Sebelum dan sesudahnya juga telah diterbitkan berbagai UU mengenai

Otonomi Daerah. Di samping itu juga diterbitkan berbagai UU Sektor, seperti UU

Kehutanan, dan pengaturan seperti UU BUMN (19/2003), UU Persaingan Usaha, UU

Lingkungan, dsb.

Diterbitkannya berbagai macam UU tersebut, memiliki dampak yang besar bagi

pengembangan panas bumi. Kewenangan pemberian WKP (Wilayah Kerja Penambangan

Panas Bumi) yang semula terpusat kini di distribusikan ke Pemerintah Pusat,

Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Penggunaan lahan untuk pengusahaan panas bumi kini

membutuhkan perizinan yang ketat dari sektor Kehutanan. Seringkali proses perijinan

tersebut memakan waktu lebih dari 8 tahun. Kesepakatan mengenai tarif (PPA: power

puchase agreement) tidak lagi mudah dicapai karena BUMN yang terlibat (baik sebagai

pemasok maupun penampung) harus sangat ketat mempertimbangkan motif keuntungan.

Perubahan kewenangan membawa masalah karena institusi yang mendapat tugas baru tidak

siap untuk melakukannya, karena langkanya pengalaman dan kepemilikan sumberdaya

manusia.

IV.2. Hasil Analisis

• Otonomi Daerah. Di dalam berbagai pelaksanaan program pembangunan tercermin

ketidaksiapan pemerintah. Misalnya pelaksanaan otonomi daerah. terjadi salah

pemahaman yang menyebabkan kerancuan dalam hubungan antar provinsi, atau

antar kabupaten/ kota di dalam provinsi. Terjadinya ego-provinsi atau persaingan

antar daerah yang tidak sehat, padahal sebetulnya tujuan adanya kebijakan otonomi

Page 137: Draft 1 Bidang Telaahan

137

daerah adalah terciptanya net-working dan sinergi antar pemerintah daerah. Selain

itu, otonomi daerah telah mengungkap adanya ketidaksiapan birokrasi menjadi

perangkat daerah yang kompeten dan siap bersaing. Jadi dua isu strategis otonomi

daerah yang perlu dicarikan solusinya adalah : (1) kejelasan dan kepastian aturan

pembagian fungsi dan urusan, serta struktur organisasi pemerintah pusat, provinsi

dan kabupaten/ kota; dan (2) evaluasi dan kontrol terhadap pelaksanaan pemekaran

daerah yang tidak berhasil memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat.

• Demokratisasi. Pemilihan langsung telah membawa konsekwensi demokratisasi

yang kurang tepat pada beberapa hal, karena tidak diikuti dengan ‘kedewasaan”

berpolitik yang seharusnya dimiliki para aktor politik dan pendidikan politik bagi

masyarakat. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan status pekerjaan asal para

aktor politik lokal, menyebabkan terjadinya politik kotor, tidak beradab dan “saling

menjatuhkan”. Apabila kedua pihak yang berlawanan berada pada posisi yang

sama-sama memiliki kewenangan, maka hal ini akan mengganggu sistem yang

seharusnya dibangun bersama-sama secara objektif. Ilustrasi ini sering terjadi di

dalam perseteruan antara partai mayoritas di DPRD dan Kepala Daerah terpilih.

Implikasi terpilihnya anggota DPRD yang semula pengangguran, sering menjadi

pengganggu objektifitas pelaksanaan sistem pengadaan barang/ jasa termasuk e-

procurement, karena yang bersangkutan sudah berubah menjadi pengusaha yang

ikut dalam suatu tender.

• Kelembagan Riset. Isu-isu dalam hal kelembagaan riset antara lain adalah : (1)

belum jelasnya fungsi dan hubungan di antara lembaga-lembaga riset di berbagai

intansi pemerintah dan di perguruan tinggi; (2) hubungan dengan dunia industri;

(3) pengelolaan hak paten dan HAKI; dan (4) keterkaitan antara research to policy.

Isu-isu tersebut di atas menyebabkan dorongan bagi peneliti di dalam negeri untuk

mengembangkan berbagai inovasi dan Iptek menurun dan kurang memberikan

insentif terutama apabila dibandingkan dengan mekanisme pengelolaan inovasi dan

pengelolaan riset di negara lain.

• Pelayanan Publik. Bagi masyarakat yang paling penting itu adalah terpenuhinya

pelayanan dasar. Siapapun pemimpinnnya, apapun partainya, selama masyarakat

puas dan memiliki akses yang sama, maka kehadiran pemerintah akan dirasakan.

Hal ini menegaskan kehendak masyarakat yang menyatakan bahwa pemerintah

Page 138: Draft 1 Bidang Telaahan

138

yang efektif adalah pemerintah yang dipercaya oleh rakyatnya, karena dianggap

mampu memenuhi kebutuhan dasar.

• Netralitas Birokrasi. Pengertian birokrasi yang netral menurut Wapres Budiono

adalah mesin birokrasi yang bersih dari intervensi politik dan kepentingan bisnis

tertentu. Temuan yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa hal ini sangat

ditentukan oleh karakteristik pemimpinnya. Seorang Kepala daerah yang terlihat

oleh warganya “sangat membela dan berpihak” kepada rakyat, “nothing to lose”,

tegas dan mampu memberikan kepastian (hukum), sedikit-demi-sedikit mampu

“memukul” mundur para pihak yang semula berniat untuk melakukan intervensi

politik maupun intervensi bisnis. Hubungan dengan legislatif-pun menjadi semakin

mudah karena proses dan hasilnya secara transparan dapat terlihat langsung oleh

seluruh warga. Dalam hal ini peran Pemimpin yang berkarakter dan forum media

yang transparan sangat menentukan efektifitas proses.

• Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran. Komponen paling lemah dalam sistem

perencanaan adalah : (1) sumber-daya manusia tidak kompeten; (2) data tidak

akurat dan tidak up-date; dan (3) pedoman yang sering berubah-ubah.

Kelemahan sumber daya manusia bukan hanya berkenaan dengan birokrasi, tapi

juga dengan para legislator, mulai dari pemahaman siklus perencanaan, perumusan

kebijakan, sampai kepada menggunakan data, angka statistik, peta, hasil-hasil riset

dan evaluasi kebijakan sebelumnya. Ketersediaan data yang akurat dan up-date

juga sering menjadi kendala, karena faktor kemalasan dan keterbatasan alokasi

anggaran. Dalam hal pedoman penyusunan rencana dan anggaran, selain sering

berubah-ubah, juga membingungkan karena berbeda instansi berbeda pula petunjuk

(misalnya Bappenas dan Kemendagri bagi perencana di daerah).

• Sikronisasi regulasi antar-sektor dan Konsistensi regulasi inter-sektor. Bercermin

dari kasus panas bumi di atas, ketidak-konsistenan regulasi inter-sektor energi

(panas bumi) menyebabkan ketidak-sikronan regulasi dengan sektor kehutanan.

Berbagai aturan mulai dari Kepres sampai dengan UU Energi dan UU Baminerba,

serta keterkaitannya dengan UU Kehutanan, Persaingan usaha dan Lingkungan,

perlu dikaji ulang untuk menelusur dan memastikan pengelolaan panas bumi, sejak

dari hulu sampai hilir yang efektif dan bermanfaat. Selain itu, hal penting yang

perlu dirumuskan antara lain perumusan peningkatan kapasitas instansi pelaksana

Page 139: Draft 1 Bidang Telaahan

139

dan sumber daya manusia, serta penguatan kapasitas institusi pengawasan terhadap

pelaksanaan kebijakan energi panas bumi.

• Dengan menggunakan aplikasi Analytical Network Process (ANP) isu-isu strategis

yang semula dirumuskan ke dalam empat isu : (1) belum meratanya kapasitas tata

kelola yang baik dalam mendukung kelembagaan yang efektif; (2) tumpang-tindih

fungsi organisasi; (3) regulasi yang tidak singkron dan tidak konsisten; dan (4)

konektivitas nasional yang tidak nyambung; setelah dianalisis maka mengerucut

menjadi dua isu strategis pokok, yaitu

Page 140: Draft 1 Bidang Telaahan

140

V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

V.2. Rekomendasi Tindak-lanjut Hasil Telaahan

(termasuk usulan penyajian keterkaitan dengan dokumen teknokratis RPKMN)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Matriks, Gambar, Tabel dan lain-lain