draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

37
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara mempunyai tanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan; c. bahwa untuk melaksanakan tanggung jawab negara sebagaimana dimaksud pada huruf b, diperlukan kebijakan pembangunan nasional yang berpihak pada fakir miskin secara terencana, terarah, dan berkelanjutan; d. bahwa pengaturan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar bagi fakir miskin masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, sehingga diperlukan pengaturan penanganan fakir miskin yang terintegrasi dan terkoordinasi; e. bahwa . . .

Transcript of draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

Page 1: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

PENANGANAN FAKIR MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara

mempunyai tanggung jawab untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara

bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin

guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kemanusiaan;

c. bahwa untuk melaksanakan tanggung jawab negara

sebagaimana dimaksud pada huruf b, diperlukan

kebijakan pembangunan nasional yang berpihak pada

fakir miskin secara terencana, terarah, dan

berkelanjutan;

d. bahwa pengaturan mengenai pemenuhan kebutuhan

dasar bagi fakir miskin masih tersebar dalam

berbagai peraturan perundang-undangan, sehingga

diperlukan pengaturan penanganan fakir miskin yang

terintegrasi dan terkoordinasi;

e. bahwa . . .

Page 2: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-2-

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d

perlu membentuk Undang-Undang tentang

Penanganan Fakir Miskin;

Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28H

ayat (1) dan ayat (2), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4),

dan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN FAKIR

MISKIN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau

mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau

keluarganya.

2. Penanganan . . .

Page 3: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-3-

2. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah,

terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan

kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta

fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara.

3. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan,

sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan,

pekerjaan, dan/atau pelayanan sosial.

4. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau

Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang sosial.

Pasal 2

Penanganan fakir miskin berasaskan:

a. kemanusiaan;

b. keadilan sosial;

c. nondiskriminasi;

d. kesejahteraan;

e. kesetiakawanan; dan

f. pemberdayaan.

BAB II . . .

Page 4: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-4-

BAB II

HAK DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 3

Fakir miskin berhak:

a. memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan

perumahan;

b. memperoleh pelayanan kesehatan;

c. memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan

martabatnya;

d. mendapatkan perlindungan sosial dalam

membangun, mengembangkan, dan memberdayakan

diri dan keluarganya sesuai dengan karakter

budayanya;

e. mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan

sosial, pemberdayaan sosial, dan rehabilitasi sosial

dalam membangun, mengembangkan, serta

memberdayakan diri dan keluarganya;

f. memperoleh derajat kehidupan yang layak;

g. memperoleh lingkungan hidup yang sehat;

h. meningkatkan kondisi kesejahteraan yang

berkesinambungan; dan

i. memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.

Pasal 4

Fakir miskin bertanggung jawab:

a. menjaga diri dan keluarganya dari perbuatan yang

dapat merusak kesehatan, kehidupan sosial, dan

ekonominya;

b. meningkatkan . . .

Page 5: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-5-

b. meningkatkan kepedulian dan ketahanan sosial

dalam bermasyarakat;

c. memberdayakan dirinya agar mandiri dan

meningkatkan taraf kesejahteraan serta berpartisipasi

dalam upaya penanganan kemiskinan; dan

d. berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan

bagi yang mempunyai potensi.

BAB III

PENANGANAN FAKIR MISKIN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

Penanganan fakir miskin dilaksanakan secara terarah,

terpadu, dan berkelanjutan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat.

Pasal 6

Sasaran penanganan fakir miskin ditujukan kepada:

a. perseorangan;

b. keluarga;

c. kelompok; dan/atau

d. masyarakat.

Pasal 7

(1) Penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam bentuk:

a. pengembangan . . .

Page 6: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-6-

a. pengembangan potensi diri;

b. bantuan pangan dan sandang;

c. penyediaan pelayanan perumahan;

d. penyediaan pelayanan kesehatan;

e. penyediaan pelayanan pendidikan;

f. penyediaan akses kesempatan kerja dan

berusaha;

g. bantuan hukum; dan/atau

h. pelayanan sosial.

(2) Penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:

a. pemberdayaan kelembagaan masyarakat;

b. peningkatan kapasitas fakir miskin untuk

mengembangkan kemampuan dasar dan

kemampuan berusaha;

c. jaminan dan perlindungan sosial untuk

memberikan rasa aman bagi fakir miskin;

d. kemitraan dan kerja sama antarpemangku

kepentingan; dan/atau

e. koordinasi antara kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah.

Bagian Kedua

Pendataan Fakir Miskin

Pasal 8

(1) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai

dasar untuk melaksanakan penanganan fakir miskin.

(2) Dalam . . .

Page 7: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-7-

(2) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Menteri berkoordinasi dengan

kementerian dan lembaga terkait.

(3) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk

melakukan pendataan.

(4) Menteri melakukan verifikasi dan validasi terhadap

hasil pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kegiatan statistik sebagaimana dimaksud pada

ayat (3).

(5) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dilakukan secara berkala sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun sekali.

(6) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dikecualikan apabila terjadi situasi dan

kondisi tertentu yang baik secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi seseorang menjadi

fakir miskin.

(7) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dilaksanakan oleh potensi dan sumber

kesejahteraan sosial yang ada di kecamatan,

kelurahan atau desa.

(8) Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) dilaporkan kepada bupati/walikota.

(9) Bupati/walikota menyampaikan hasil verifikasi dan

validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada

gubernur untuk diteruskan kepada Menteri.

Pasal 9 . . .

Page 8: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-8-

Pasal 9

(1) Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara

aktif mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala

desa atau nama lain yang sejenis di tempat

tinggalnya.

(2) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir

miskin wajib melaporkan setiap perubahan data

anggota keluarganya kepada lurah atau kepala desa

atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya.

(3) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis

wajib menyampaikan pendaftaran atau perubahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

kepada bupati/walikota melalui camat.

(4) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau

perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

kepada gubernur untuk diteruskan kepada Menteri.

(5) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat

melakukan verifikasi dan validasi terhadap

pendaftaran dan perubahan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3).

Pasal 10

(1) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus

berbasis teknologi informasi dan dijadikan sebagai

data terpadu.

(2) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menjadi tanggung jawab Menteri.

(3) Data . . .

Page 9: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-9-

(3) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan oleh

kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir

miskin dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Kementerian/lembaga yang menggunakan data

terpadu untuk menangani fakir miskin sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) melaporkan hasil

pelaksanaannya kepada Menteri.

(5) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data

terpadu sebagai fakir miskin diberikan kartu

identitas.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi informasi

dan penerbitan kartu identitas diatur dengan

Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Penetapan

Pasal 11

(1) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan

divalidasi yang disampaikan kepada Menteri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (9) dan

Pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.

(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan dasar bagi Pemerintah dan pemerintah

daerah untuk memberikan bantuan dan/atau

pemberdayaan.

(3) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin

baik yang sudah diverifikasi dan divalidasi maupun

yang telah ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Keempat . . .

Page 10: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-10-

Bagian Keempat

Tanggung Jawab dalam Pelaksanaan Bentuk

Penanganan Fakir Miskin

Paragraf 1

Pengembangan Potensi Diri

Pasal 12

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung

jawab mengembangkan potensi diri bagi

perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau

masyarakat.

(2) Pengembangan potensi diri sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan melalui bimbingan

mental, spiritual, dan keterampilan.

Paragraf 2

Bantuan Pangan dan Sandang

Pasal 13

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab

menyediakan bantuan pangan dan sandang yang layak.

Paragraf 3

Penyediaan Pelayanan Perumahan

Pasal 14

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab

menyediakan pelayanan perumahan.

Paragraf 4 . . .

Page 11: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-11-

Paragraf 4

Penyediaan Pelayanan Kesehatan

Pasal 15

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung

jawab menyelenggarakan penyediaan pelayanan

kesehatan, baik dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

(2) Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

melalui sistem jaminan sosial nasional.

Paragraf 5

Penyediaan Pelayanan Pendidikan

Pasal 16

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab

memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa.

Paragraf 6

Penyediaan Akses Kesempatan Kerja dan Berusaha

Pasal 17

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab

menyediakan akses kesempatan kerja dan berusaha,

yang dilakukan melalui upaya:

a. penyediaan informasi lapangan kerja;

b. pemberian fasilitas pelatihan dan keterampilan;

c. peningkatan akses terhadap pengembangan usaha

mikro; dan/atau

d. penyediaan . . .

Page 12: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-12-

d. penyediaan fasilitas bantuan permodalan.

Paragraf 7

Pelayanan Sosial

Pasal 18

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan sosial.

(2) Pelayanan sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. meningkatkan fungsi sosial, aksesibilitas

terhadap pelayanan sosial dasar, dan kualitas

hidup;

b. meningkatkan kemampuan dan kepedulian

masyarakat dalam pelayanan kesejahteraan

sosial secara melembaga dan berkelanjutan;

c. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat

dalam mencegah dan menangani masalah

kemiskinan; dan

d. meningkatkan kualitas manajemen pelayanan

kesejahteraan sosial.

Bagian Kelima

Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin

Paragraf 1

Umum

Pasal 19

(1) Penanganan fakir miskin diselenggarakan oleh

Menteri secara terencana, terarah, terukur, dan

terpadu.

(2) Penanganan . . .

Page 13: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-13-

(2) Penanganan fakir miskin yang diselenggarakan oleh

Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

rangka pemenuhan kebutuhan akan pengembangan

potensi diri, sandang, pangan, perumahan, dan

pelayanan sosial.

(3) Pemenuhan kebutuhan selain yang dimaksud pada

ayat (2) diselenggarakan oleh kementerian/lembaga

terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam

koordinasi Menteri.

Paragraf 2

Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah

Pasal 20

Penanganan fakir miskin melalui pendekatan wilayah

diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal,

yang meliputi wilayah:

a. perdesaan;

b. perkotaan;

c. pesisir dan pulau-pulau kecil;

d. tertinggal/terpencil; dan/atau

e. perbatasan antarnegara.

Pasal 21

Upaya penanganan fakir miskin di wilayah perdesaan

dilakukan melalui:

a. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang

pertanian, peternakan, dan kerajinan;

b. bantuan . . .

Page 14: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-14-

b. bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil

pertanian, peternakan, dan kerajinan;

c. peningkatan pembangunan sarana dan prasarana;

d. penguatan kelembagaan masyarakat dan

pemerintahan desa; dan/atau

e. pemeliharaan dan pendayagunaan sumber daya.

Pasal 22

Upaya penanganan fakir miskin di wilayah perkotaan

dilakukan melalui:

a. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang

usaha sektor informal;

b. bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil

usaha;

c. pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat;

dan/atau

d. peningkatan rasa aman dari tindak kekerasan dan

kejahatan.

Pasal 23

Upaya penanganan fakir miskin di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil dilakukan melalui:

a. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang

perikanan dan sumber daya laut;

b. bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil

usaha;

c. penguatan lembaga dan organisasi masyarakat pesisir

dan nelayan;

d. pemeliharaan daya dukung serta mutu lingkungan

pesisir dan pulau-pulau kecil; dan/atau

e. peningkatan . . .

Page 15: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-15-

e. peningkatan keamanan berusaha dan pengamanan

sumber daya kelautan dan pesisir.

Pasal 24

Upaya penanganan fakir miskin di wilayah

tertinggal/terpencil dilakukan melalui:

a. pengembangan ekonomi lokal bertumpu pada

pemanfaatan sumber daya alam, budaya, adat

istiadat, dan kearifan lokal secara berkelanjutan;

b. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang

pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan;

c. bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil

pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan;

d. peningkatan pembangunan terhadap sarana dan

prasarana;

e. penguatan kelembagaan dan pemerintahan; dan/atau

f. pemeliharaan, perlindungan, dan pendayagunaan

sumber daya lokal.

Pasal 25

Upaya penanganan fakir miskin di wilayah perbatasan

antarnegara dilakukan melalui:

a. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang

pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan;

b. bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil

pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan;

c. peningkatan pembangunan sarana dan prasarana;

d. penguatan kelembagaan dan pemerintahan;

e. pemeliharaan dan pendayagunaan sumber daya;

f. menjamin . . .

Page 16: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-16-

f. menjamin keamanan wilayah perbatasan serta

pengamanan sumber daya lokal; dan/atau

g. peningkatan daya tahan budaya lokal dari pengaruh

negatif budaya asing.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan upaya

penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 20 sampai dengan Pasal 25 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3

Penyaluran Bantuan

Pasal 27

Penyaluran bantuan kepada fakir miskin diselenggarakan

oleh Pemerintah dan pemerintah daerah secara

komprehensif dan terkoordinasi.

BAB IV

TUGAS DAN WEWENANG

Bagian Kesatu

Pemerintah

Pasal 28

Dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin,

Pemerintah bertugas:

a. memberdayakan pemangku kepentingan dalam

penanganan fakir miskin;

b. memfasilitasi . . .

Page 17: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-17-

b. memfasilitasi dan mengoordinasikan pelaksanaan

kebijakan dan strategi penanganan fakir miskin;

c. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

kebijakan dan strategi dalam penanganan fakir

miskin;

d. mengevaluasi kebijakan dan strategi penyelenggaraan

penanganan fakir miskin;

e. menyusun dan menyediakan basis data fakir miskin;

dan

f. mengalokasikan dana yang memadai dan mencukupi

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

untuk penyelenggaraan penanganan fakir miskin.

Pasal 29

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 Pemerintah berwenang menetapkan

kebijakan dan strategi penanganan fakir miskin pada

tingkat nasional.

Bagian Kedua

Pemerintah Daerah Provinsi

Pasal 30

(1) Dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin,

pemerintah daerah provinsi bertugas:

a. memberdayakan pemangku kepentingan dalam

penanganan fakir miskin lintaskabupaten/kota;

b. memfasilitasi, mengoordinasi, serta

menyosialisasikan pelaksanaan kebijakan dan

strategi penanganan fakir miskin

lintaskabupaten/kota;

c. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

kebijakan, strategi, dan program dalam

penanganan fakir miskin lintaskabupaten/kota; c. mengawasi . . .

Page 18: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-18-

d. mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi,

dan program penyelenggaraan penanganan fakir

miskin lintaskabupaten/kota; dan

e. mengalokasikan dana yang memadai dan

mencukupi dalam anggaran pendapatan dan

belanja daerah untuk penyelenggaraan

penanganan fakir miskin.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), pemerintah daerah provinsi berwenang

menetapkan kebijakan, strategi, dan program

tingkat provinsi dalam bentuk rencana penanganan

fakir miskin di daerah dengan berpedoman pada

kebijakan, strategi, dan program nasional.

Bagian Ketiga

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 31

(1) Dalam penyelenggaraan penanganan fakir miskin,

pemerintah daerah kabupaten/kota bertugas:

a. memfasilitasi, mengoordinasikan, dan

menyosialisasikan pelaksanaan kebijakan,

strategi, dan program penyelenggaraan

penanganan kemiskinan, dengan memperhatikan

kebijakan provinsi dan kebijakan nasional;

b. melaksanakan pemberdayaan pemangku

kepentingan dalam penanganan fakir miskin

pada tingkat kabupaten/kota;

c. melaksanakan pengawasan dan pengendalian

terhadap kebijakan, strategi, serta program

dalam penanganan fakir miskin pada tingkat

kabupaten/kota;

d. mengevaluasi kebijakan, strategi, dan program

pada tingkat kabupaten/kota; d. mengevaluasi . . .

Page 19: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-19-

e. menyediakan sarana dan prasarana bagi

penanganan fakir miskin;

f. mengalokasikan dana yang cukup dan memadai

dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

untuk menyelenggarakan penanganan fakir

miskin.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), pemerintah daerah kabupaten/kota

berwenang menetapkan kebijakan, strategi, dan

program tingkat kabupaten/kota dalam bentuk

rencana penanganan fakir miskin di daerah dengan

berpedoman pada kebijakan, strategi, dan program

nasional.

(3) Pemerintah desa melaksanakan penanganan fakir

miskin sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB V

SUMBER DAYA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 32

Sumber daya penyelenggaraan penanganan fakir miskin

meliputi:

a. sumber daya manusia;

b. sarana dan prasarana;

c. sumber pendanaan; dan

d. sumber daya alam.

Bagian Kedua

Sumber Daya Manusia Bagian Kedua . . .

Page 20: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-20-

Pasal 33

Sumber daya manusia penyelenggaraan penanganan

fakir miskin dilakukan oleh tenaga penanganan fakir

miskin yang terdiri atas:

a. tenaga kesejahteraan sosial;

b. pekerja sosial profesional;

c. relawan sosial;

d. penyuluh sosial; dan

e. tenaga pendamping.

Pasal 34

(1) Tenaga penanganan fakir miskin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 huruf a dan huruf b

minimal memiliki kualifikasi:

a. pendidikan di bidang kesejahteraan sosial;

b. pelatihan dan keterampilan pelayanan sosial;

dan/atau

c. pengalaman melaksanakan pelayanan sosial.

(2) Tenaga penanganan fakir miskin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 dapat memperoleh:

a. pendidikan;

b. pelatihan; dan/atau

c. penghargaan.

(3) Tenaga penanganan fakir miskin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, huruf b, huruf d, (3) Tenaga . . .

Page 21: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-21-

dan huruf e dapat memperoleh promosi dan

tunjangan.

(4) Ketentuan mengenai tenaga penanganan fakir

miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Sarana dan Prasarana

Pasal 35

(1) Sarana dan prasarana penyelenggaraan penanganan

fakir miskin meliputi:

a. panti sosial;

b. pusat rehabilitasi sosial;

c. pusat pendidikan dan pelatihan;

d. pusat kesejahteraan sosial;

e. rumah singgah; dan

f. rumah perlindungan sosial.

(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) memiliki standar minimum yang ditetapkan

oleh Pemerintah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar minimum

sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat

Sumber Pendanaan Bagian Keempat . . .

Page 22: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-22-

Pasal 36

(1) Sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin,

meliputi:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;

c. dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan;

d. dana hibah baik dari dalam maupun luar negeri;

dan

e. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.

(2) Dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

digunakan sebesar-besarnya untuk penanganan

fakir miskin.

(3) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 37

(1) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)

huruf e, merupakan sumbangan masyarakat bagi

kepentingan penanganan fakir miskin yang

pengumpulan dan penggunaannya dilaksanakan

oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pengumpulan dan penggunaan sumbangan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 38

Pasal 38 . . .

Page 23: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-23-

Setiap orang atau korporasi dilarang menyalahgunakan

dana penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 36 ayat (1).

BAB VI

KOORDINASI DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Koordinasi

Pasal 39

(1) Menteri mengoordinasikan pelaksanaan penanganan

fakir miskin pada tingkat nasional.

(2) Gubernur mengoordinasikan pelaksanaan

penanganan fakir miskin pada tingkat provinsi.

(3) Bupati/walikota mengoordinasikan pelaksanaan

penanganan fakir miskin pada tingkat

kabupaten/kota.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 40

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya melakukan pengawasan terhadap

penyelenggaraan penanganan fakir miskin.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT BAB VII . . .

Page 24: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-24-

Pasal 41

(1) Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan

dan pengawasan penanganan fakir miskin.

(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh:

a. badan usaha;

b. organisasi kemasyarakatan;

c. perseorangan;

d. keluarga;

e. kelompok;

f. organisasi sosial;

g. yayasan;

h. lembaga swadaya masyarakat;

i. organisasi profesi; dan/atau

j. pelaku usaha.

(3) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf j berperan serta dalam menyediakan dana

pengembangan masyarakat sebagai pewujudan dari

tanggung jawab sosial terhadap penanganan fakir

miskin.

(4) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 42

Setiap orang yang memalsukan data verifikasi dan

validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3),

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)

tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah).

Pasal 43

Pasal 43 . . .

Page 25: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-25-

(1) Setiap orang yang menyalahgunakan dana

penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Korporasi yang menyalahgunakan dana penanganan

fakir miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,

dipidana dengan denda paling banyak

Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah).

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44

(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua

peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai penanganan fakir miskin dinyatakan

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

(2) Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus

telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak

Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 45

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Undang-Undang ini dengan Agar . . .

Page 26: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-26-

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 18 Agustus 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Agustus 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 83

Page 27: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

PENANGANAN FAKIR MISKIN

I. UMUM

Tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara

berkewajiban mensejahterakan seluruh warga negaranya dari kondisi

kefakiran dan kemiskinan sebagaimana diamanatkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Kewajiban negara dalam membebaskan dari kondisi tersebut

dilakukan melalui upaya penghormatan, perlindungan, dan

pemenuhan hak atas kebutuhan dasar. Upaya tersebut harus

dilakukan oleh negara sebagai prioritas utama dalam pembangunan

nasional termasuk untuk mensejahterakan fakir miskin.

Landasan hukum bagi upaya mensejahterakan fakir miskin sampai

saat ini masih bersifat parsial yang tersebar di berbagai ketentuan

peraturan perundang-undangan, sehingga diperlukan adanya undang-

undang yang secara khusus mengatur fakir miskin.

Dengan . . .

Page 28: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-28-

Dengan adanya undang-undang yang secara khusus mengatur fakir

miskin, diharapkan memberikan pengaturan yang bersifat

komprehensif dalam upaya mensejahterakan fakir miskin yang lebih

terencana, terarah, dan berkelanjutan.

Materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini, antara lain Hak

dan Tanggung Jawab, Penanganan Fakir Miskin, Tugas dan

Wewenang, Sumber Daya, Koordinasi dan Pengawasan, Peran Serta

Masyarakat, dan Ketentuan Pidana. Undang-Undang ini diharapkan

dapat memberikan keadilan sosial bagi warga negara untuk dapat

hidup secara layak dan bermartabat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan asas “kemanusiaan” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus memberikan perlindungan,

penghormatan hak-hak asasi manusia, serta harkat dan

martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara

proporsional.

Huruf b

Yang dimaksud dengan asas “keadilan sosial” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus memberikan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

Huruf c

Yang dimaksud dengan asas “nondiskriminasi” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus dilakukan atas dasar

persamaan tanpa membedakan asal, suku, agama, ras, dan

antargolongan.

Huruf d . . .

Page 29: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-29-

Huruf d

Yang dimaksud dengan asas “kesejahteraan” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus dilakukan untuk

meningkatkan kesejahteraan fakir miskin.

Huruf e

Yang dimaksud dengan asas “kesetiakawanan” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus dilandasi oleh kepedulian

sosial untuk membantu orang yang membutuhkan

pertolongan dengan empati dan kasih sayang.

Huruf f

Yang dimaksud dengan asas “pemberdayaan” adalah dalam

penanganan fakir miskin harus dilakukan melalui

peningkatan kemampuan dan kapasitas sumber daya

manusia untuk meningkatkan kemandirian.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pengembangan potensi diri”

adalah upaya untuk mengembangkan potensi yang ada

dalam diri seseorang antara lain mental, spiritual, dan

budaya.

Huruf b . . .

Page 30: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-30-

Huruf b

Yang dimaksud dengan “bantuan pangan dan sandang”

adalah bantuan untuk meningkatkan kecukupan dan

diversifikasi pangan, serta kecukupan sandang yang

layak.

Huruf c

Yang dimaksud dengan ”penyediaan pelayanan

perumahan” adalah bantuan untuk memenuhi hak

masyarakat miskin atas perumahan yang layak dan

sehat.

Huruf d

Yang dimaksud dengan ”penyediaan pelayanan

kesehatan” adalah penyediaan pelayanan kesehatan

untuk memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “penyediaan pelayanan

pendidikan” adalah penyediaan pelayanan pendidikan

untuk memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin dalam

memperoleh layanan pendidikan yang bebas biaya,

bermutu, dan tanpa diskriminasi gender.

Huruf f

Yang dimaksud dengan ”penyediaan akses kesempatan

kerja dan berusaha” adalah untuk memenuhi hak fakir

miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang

layak.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “bantuan hukum” adalah

bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang

bermasalah dan berhadapan dengan hukum.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2) . . .

Page 31: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-31-

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pemberdayaan kelembagaan

masyarakat” adalah upaya penguatan lembaga

masyarakat agar dapat berperan dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar fakir miskin.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”peningkatan kapasitas fakir

miskin” adalah upaya untuk mengembangkan

kemampuan dasar dan kemampuan berusaha fakir

miskin antara lain melalui pelatihan keterampilan dan

bantuan permodalan melalui Kelompok Usaha Bersama.

Huruf c

Yang dimaksud dengan ”jaminan dan perlindungan

sosial” adalah upaya memberikan jaminan dan

perlindungan sosial, serta rasa aman bagi fakir miskin

yang antara lain disebabkan oleh bencana alam,

dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 32: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-32-

Ayat (4)

Dalam melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil

pendataan, Menteri bekerjasama dengan lembaga yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pendataan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Yang dimaksud dengan “potensi sumber kesejahteraan sosial”

antara lain Karang Taruna, organisasi sosial, Pekerja Sosial

Masyarakat, dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4) . . .

Page 33: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-33-

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan ”kartu identitas” adalah kartu

kepesertaan untuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi fakir

miskin dalam berbagai macam program pelaksanaan

penanganan fakir miskin.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19 . . .

Page 34: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-34-

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “penguatan kelembagaan” adalah

penguatan kementerian/lembaga yang menangani fakir miskin

yang dalam melaksanakan tugasnya didukung anggaran,

sumber daya manusia, dan pengorganisasian.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f . . .

Page 35: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-35-

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Yang dimaksud dengan ”komprehensif dan terkoordinir” adalah

dalam penyaluran bantuan dikoordinasikan oleh Menteri agar

bantuan tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu.

Pasal 28

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “memadai dan mencukupi” adalah

penganggaran disesuaikan dengan target sasaran dalam

rencana kerja tahunan pemerintah dan kapasitas fiskal.

Pasal 29 . . .

Page 36: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-36-

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41 . . .

Page 37: draf ruu tentang penanganan fakir miskin hasil penyisiran 11 juli 2011

-37-

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5235