DRAF BAB 1-1

13
POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS 0 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

description

jul

Transcript of DRAF BAB 1-1

BUKU PUTIH SANITASI

BUKU PUTIH SANITASIKABUPATEN TANGGAMUS

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMANTAHUN 2013

BUKU PUTIH SANITASIKABUPATEN TANGGAMUSPROPINSI LAMPUNG

POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUSBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUSJl. Nawatama No. 20, Kel. Podomoro

Bab 1:Pendahuluan

1.1 Latar BelakangIndonesia menghadapi tantangan berat dalam menangani masalah sanitasi. Dibutuhkan upaya keras dan serius guna mengangkat peringkat sanitasi Indonesia yang terpuruk di dunia.Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan jumlah tertinggi orang yang belum mendapatkan sanitasi yang layak yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Indonesia bahkan menempati peringkat kedua. Belum optimalnya layanan dan buruknya kondisi sanitasi di daerah meliputi sampah rumah tangga, air limbah domestik, serta drainase lingkungan telah menurunkan kualitas lingkungan hidup yang berdampak pada tercemarnya sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga meningkatkan jumlah penderita penyakit di masyarakat terutama pada balita.Indonesia mengalami kerugian setidaknya Rp. 40 Triliun belum lagi dampak kesehatan dimana masyarakat miskin harus mengeluarkan sedikitnya 25% penghasilannya untuk membayar dampak dari sanitasi buruk. Selain itu dampak buruk terhadap citra Indonesia di dunia internasional maupun perekonomian.

Sanitasimerupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan Pembangunan nasional yang terkait dengan pengentasankemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Untuk itu, Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatanpemerintah, sektor swasta dan seluruh lapisan masyarakat.Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkatkesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukimanserta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.Apabila kualitas lingkungan terjaga dengan baik, derajat kesehatan manusia akan meningkat pula. Olehkarena itu, pemerintah maupun masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan mengelola lingkungannyaagar tidak membawa dampak buruk bagi penghuninya.

Dalam upaya mengatasi isu dan permasalahan sanitasi serta dalam rangka mendukung Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi jumlah penduduk yang belum memiliki akses air minum sehat dan sanitasi dasar sebessar 50% pada tahun 2015, maka diperlukan perhatian pemerintah untuk meningkatkan dan memberikan pelayanan dasar sanitasi di daerah masing-masing. Baik fisik berupa penyediaan/peningkatan sarana dan prasarana maupun non fisik yang terdiri manajemen, teknis dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).Untuk itu, Pemerintah telah menetapkan Program PercepatanPembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) menjadi salah satu program prioritas pembangunan nasional yangakan dilaksankan secara bertahap dimulai pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Program ini memiliki target, yaitu: 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2014; 2) Penanganan sampah melalui pengurangan timbulan dari sumber dan penerapan sistem sanitary landfill untuk TPA dengan prioritas di 240 kota; 3) Pengurangan genangan air di sejumlah kota/kawasan perkotaan seluas 22.500 Ha; serta 4) Promosi higine dan sanitasi.

Untuk mendukung dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Tanggamus telah membentuk tim Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi sesuai dengan Surat Edaran MENDAGRI Nomor 660/4919/SJ Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah. Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Tanggamus dibentuk dan disahkan melalui Surat Keputusan Bupati nomor B.134/19/11/2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Pemukiman Tahun Anggaran 2013 sebagai pelaksana harian kegiatan PPSP dengan personil dari berbagai SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus menjadi garda depan operasional PPSP. Pokja sanitasi Kabupaten Tanggamus melakukan pertemuan untuk mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan data sekunder dan primer untuk memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Tanggamus.Hasil kajian tersebut disajikan dalam dokumen profil sanitasi skala kabupaten kota yang disebut Buku Putih Sanitasi Kabupaten (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).

Terkait penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) haarus memiliki prinsip (1) berdasarkan data aktual, (2) berskala kota, (3) disusun sendiri oleh kota: dari, oleh, dan untuk kota, (4) menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Untuk menghasilkan SSK yang demikian, kabupaten/kota harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi dituangkan dalam BPS yang mana BPS yang baik hanya bisa dibuat apabila kabupaten/kota mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.

Buku Putih Sanitasi (BPS) versi final tersedia setelah dilaksanakannya berbagai studi, dan kegiatan pengumpulan data baik sekunder maupun primer serta data tambahan sesuai masukan dari lokakarya draft Buku Putih Sanitasi. Buku Putih Sanitasi (BPS) versi final merupakan dasar yang kuat untuk pembahasan mengenai tahapan, kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi yang akan dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota Jangka Menengah (City Sanitation Strategy) yaitu tahun 2013-2018. Pada masa yang akan datang laporan dalam buku ini akan diperbaharui sebelum suatu strategi sanitasi kabupaten/kota yang baru akan disusun, artinya Buku Putih ini akan mengikuti kemajuan rencana-rencana dalam hal pengembangan sanitasi kabupaten/kota.

1.2 Landasan GerakPengertian dasar sanitasi memiliki beragam definisi yang menjelaskan hakikat dari sanitasi itu sendiri. Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 965/MENKES/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa pengertian dari Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pengertian lain dari Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untukkeperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Sanitsi sering juga disebut sebagai sanitasi lingkungan atau kesehatan lingkungang adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, dan udara, penanganan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.

Pengertian dasar sanitasi di Kabupaten Tanggamus adalah suatu perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, meliputi :1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem :a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.2. Black water (air tinja/limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kota, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah.3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan.5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kabupaten Tanggamus untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam.

Cakupan wilayah sasaran/kajian Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tanggamus adalah wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRW) Kabupaten Tanggamus serta berdasarkan penilaian dan kesepakatan SKPD. Sedangkan wilayah (desa/kelurahan) sasaran yang akan menjadi target survey EHRA harus menggunakan sistem Clustering.

Visi Kabupaten Tanggamus : TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG TANGGUH, SEJAHTERA DAN AGAMIS DALAM SUASANA TATANAN DAERAH YANG AMAN, TERTIB, LESTARI DAN MANDIRI

Misi Kabupaten Tanggamus :1. MENINGKATKAN KEGIATAN DAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN2. MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN KESEHATAN3. MENGEMBANGKAN PEREKONOMIAN RAKYAT DAN PERTANIAN4. MENINGKATKAN KAPASITAS PEMERINTAH DAN MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT5. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN SOSIAL YANG TERTIP DAN AMAN6. MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN

Adapun tujun penataan ruang kabupaten Tanggamus sebagaimana terdapat dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanggamus tahun 2011 2031 adalah :Terwujudnya Kabupaten Tanggamus yang Maju, Lestari dan Mandiri yang berbasis Potensi Sumber Daya Alam melalui pengembangan Pertanian, Perikanan, Pertambangan dan Pariwisata

1.3 Maksud dan TujuanMaksud penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Tanggamus saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan. Dalam Buku Putih ini, penilaian potensi resiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, data primer serta beberapa kajian meliputi : i) studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA; ii) survei penyedia layanan sanitasi; (iii) konsolidasi data kelembagaan dan kebijakan; (iv) pemetaan profil keuangan dan perekonomian daerah; (v) studi komunikasi dan pemetaan media; (vi) kajian pemberdayaan masyarakat, jender, dan kemiskinan (PMJK) serta promosi higiene dan sanitasi; dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Tanggamus yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Tanggamus.

Tujuan dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi sanitasi yang ada di Kabupaten Tanggamus serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi.2. Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku (stakeholder) SanitasiKabupaten Tanggamus.3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.

1.4 MetodologiPenyusunan buku putih sanitasi ini dilaksanakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel.Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tanggamus bertumpu pada: Pendekatan partisipatif (participatory approach) dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di kab/kota. Pendekatan berbasis kebutuhan (demand responsive approach) Pendekatan berbasis fakta (evidence based approach)

Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tanggamus secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber Dataa. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ badan/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat.Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survei terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survei peran media dalam perencanaan sanitasi, survei kelembagaan, survei keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survei keuangan, survey priority setting area beresiko serta survei peran serta masyarakat dan gender.Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ badan/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ badan/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat.

2. Pengumpulan DataPengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : Desk Study (kajian Literature, data sekunder) Field Research (Observasi, wawancara responden) FGD dan in-depth interviewProses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.

3. Analisis DataProses analisis data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tanggamus dilakukan oleh Pokja secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif.

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan LainPenyusunan program strategi pembangunan sanitasi kabupaten Tanggamus didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

A. Undang undang1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

B. Peraturan Pemerintah1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum.8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.9. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum.10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

C. Keputusan Presiden1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

D. Peraturan Menteri Republik Indonesia1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air.2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum.4. Permen PU No14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

E. Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum.4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.6. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman.7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil.11. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan.12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

F. Perda Provinsi Lampung0. Perda No. 6 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun 2005 2025.0. Perda No. 5 Tahun 2001 Tentang Penataan Ruang Provinsi lampung.0. Perda No. 1 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Lampung

G. Perda Kabupaten Tanggamus1. Perda Kabupaten Tanggamus Nomor : 16 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanggamus Tahun 2011 - 2031POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS0