dr. wahyuningsih_Anestesi era JKN London final-23102014

PENYELENGGARAAN PELAYANAN ANESTESI

DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

ANDI WAHYUNINGSIH ATTAS

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

PERTEMUAN ILMIAH BERKALA ANESTESI

MAKASSAR, 24 OKTOBER 2014

FAKTA SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

SINGLE MAJOR PAYOR

Besaran premi relatif rendah dibanding asuransi

kesehatan swasta di Indonesia

Pembayaran ke provider pola pembayaran prospekstif

(kapitasi, paket INA CBGs sesuai rawat jalan/rawat inap,

diagnosa, morbidity, severity, kelas RS dan kelas

perawatan)

Mencakup hampir semua penyakit , termasuk penyakit

katastropik.

Jaminan perawatan di kelas 3,2 atau 1 sesuai kategori

peserta

Tidak ada waktu tunggu untuk memanfaatkan jaminan

kesehatanPERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

FAKTA MUTU LAYANAN RUMAH SAKIT

ERA SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Kesesuaian tarif INA CBGs dengan kebutuhan biaya pelayanan pasien

Adaptasi peralihan model pembayaran “FEE FOR SERVICE” ke model

pembayaran “PROSPECTIVE” dengan jumlah kasus besar merupakan

kendala dalam manajemen keuangan serta akuntansi RS, khususnya

RS swasta

Adanya demotivasi dokter dan SDM profesional kesehatan, bila terjadi

penurunan pendapatan yang akan mempengaruhi kepuasan kerja dan

mutu layanan.

Standar pelayanan RS walaupuan sudah dituntut untuk terakreditasi,

namun tidak akan mampu mengikuti perkembangan teknologi

kesehatan dan protokol penanganan penyakit secara cepat, karena

alasan efisiensi biaya dan utilitas


OUTCOME MUTU LAYANAN RUMAH SAKIT

YANG TIDAK DIKEHENDAKI ERA SISTEM

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Kepuasan pasien menurun karena standar mutu pelayanan

RS dianggap rendah

Pasien belum sembuh sudah harus keluar dari RS

sehingga angka re-hospitalisasi meningkat

Terjadi komplikasi akibat pengurangan standar pelayanan

profesional

Terjadi demotivasi dan penurunan kepuasan profesional

karena pendapatan menurun akibat “penyesuaian “

pendapatan rumah sakit

Banyak RS Swasta mengundurkan diri dari jejaring

sehingga waktu antrean menjadi lama

Terjadi banyak “Fraud”dalam pelayanan dan klaim pasien

BPJSPERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

PROSES PENERAPAN TARIF INA CBGS

TAHUN 2013

1 JAN 2013 : KEPMENKES NO 440/2012 TENTANG PENETAPAN TARIF

RS BERDASARKAN INA CBGS

TAHUN 2014

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PMK NO 69/2013 : TARIF PELAYAHAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN

KESEHATAN BERLAKU PER 1 JAN 2014

For more info . . .

List location or contact for specification (or other related documents)PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

TERBARU :

PMK 59 /2014 PERUBAHAN TARIF RS

TARIF INA CBGS

For more info . . .

List location or contact for specification (or other related documents)PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA

Pengelompokkan berdasarkan :1 . ICD – 10 untuk Diagnosa (14.500 kode)

2. ICU - 9 CM untuk Prosedur/Tindakan (7.500 kode)

Rawat InapMerupakan paket jasa pelayanan, prosedur/tindakan,

penggunaan alat, ruang perawatan serta obat-obatan dan bahan

habis pakai yang diperlukan

Rawat JalanMerupakan paket jasa pelayanan kesehatan pasien rawat jalan

sudah termasuk Jasa Pelayanan, Pemeriksaan Penunjang,

Prosedur/Tindakan, obat-obatan yang dibawa pulang dan bahan

habis lainnya

PELUANG RISIKO HUKUM, FRAUD (MORAL HAZARD)

DAN ABUSE DALAM PELAKSANAAN JKN

Kecenderungan Upcoding

Kecenderungan Unbundling

Kecenderungan dipulangkan belum waktunya

Pasien diminta pulang dan diminta masuk lagi ke rumah sakit

Pasien tidak pulang, diadministrasi pulang dan masuk lagi ke RS

Menambah severity level tanpa bukti pendukung


Peluang bagi RS melakukan

perubahan dan perbaikan

1, Efisiensi

2. Mutu Pelayanan Medik

3. Mutu Pelayanan Administrasi

KEMUNGKINAN FRAUD DALAM INA

CBGs

ISU PELAYANAN ANESTESI


CITRA

DOKTER

ANESTE

SI

IBUKOTA PROV :

Sp.An belum terfokus bekerja sbg

PNSDAERAH :

Jumlah Sp.An belum sesuai

kebutuhan

GAMBARAN PELAYANAN ERA JKN


RUMAH SAKIT

PEMERINTAH

RUMAH SAKIT

SWASTA

KELAS A

KELAS B

KELAS C

KELAS D

KELAS B

KELAS C

KELAS D

PELAYANAN

ANESTESI

DI RS

Pelayanan Kamar Operasi

Pelayanan Sedasi Sedang-Berat di luar OK

Terapi Intensif

Pelayanan Nyeri


DUKUNG

KENDALI

MUTU

KENDALI

BIAYA

Kewenangan

Klinis

Sp.An di RS

Dia

gnosi

s (I

CD

10)

Pro

sedur/

Tin

dak

an

(IC

D 9

CM

)

INA

CB

Gs

Kin

erja

Rem

un

erasi

Mu

tu

dan

Pati

ent

Safe

tyA

udit

Med

is

Evaluasi :

• enambahan

• Peninjauan

Standar Pelayanan Anestesiologi dan Terapi intensif

Di Rumah Sakit

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 519/MENKES/PER/III/2011

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN

ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF DI

RUMAH SAKIT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 1778/MENKES/PER/XII/2010

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN

INTENSIVE DI RUMAH SAKITP

MK

1438/2

010 T

EN

TA

NG

STA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N K

ED

OK

TE

RA

N

PNP

KPP

K

CP

Tantangan Profesi Anestesi dalam Era JKN

1. Penyusunan Panduan Praktik Klinis Tatalaksana Kasus (ICD 10) oleh Sp.An

di RS terutama untuk pasien ICU:

a. Diagnosis Utama dengan kode ICD 10

b. Diagnosis Sekunder ( penyerta dan komplikasi) dengan kode ICD 10

2. Penyusunan Panduan Praktik Klinis Prosedur/Tindakan Anestesi (ICD 9 CM):

a. Tidak semua prosedur tindakan anestesia ada kode ICD 9 CM

b. Bahan/Alat habis pakai : ditulis secara eksplisit dalam PPK Prosedur

Tindakan:

1) Mempermudah penyediaan alat/bahan yang dibutuhkan

2) Dapat menghitung unit cost

3. Clinical Pathways : Pastikan tindakan Anestesi tertulis dalam setiap Clinical

Pathways kasus operasi oleh operator profesi lain

4. Pastikan dalam Resume Medis pasien operasi pulang (oleh DPJP operator)

ditulis lengkap prosedur/tindakan anestesi yang dilakukan Sp.An (ICD 9 CM)



Terima Kasih

dr. wahyuningsih_Anestesi era JKN London final-23102014

Health & Medicine

Transcript of dr. wahyuningsih_Anestesi era JKN London final-23102014