Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

30
1 PERMOHONAN PERPANJANGAN PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING I DAN H SECTION (PETISI VERSI TIDAK RAHASIA) DISAMPAIKAN OLEH PT. GUNUNG GARUDA

Transcript of Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

Page 1: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

1

PERMOHONAN PERPANJANGAN PENGENAAN

BEA MASUK ANTI DUMPING

I DAN H SECTION

(PETISI VERSI TIDAK RAHASIA)

DISAMPAIKAN OLEH

PT. GUNUNG GARUDA

Page 2: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

2

A. UMUM

1. Latar Belakang

Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap I dan H Section nomer HS

7216.32.00.00 dan 7216.33.00.00 diberlakukan selama 5 tahun yaitu sejak tanggal

23 Nopember 2009 dan akan berakhir pada 23 Nopember 2015. Diberlakukannya

BMAD tersebut mengakibatkan penurunan impor I dan H Section dari Republik

Rakyat Tiongkok (RRT) sehingga PT Gunung Garuda dapat meningkatkan

kinerjanya.

Namun sejak tahun 2013 hingga periode Januari-Juni 2014 kinerja industri dalam

negeri mulai mengalami penurunan, hal ini disebabkan harga impor yang rendah

sejak tahun 2013 hingga periode Januari – Juni tahun 2014 dan adanya

kecenderungan mulai peningkatan pangsa impor periode Januari – Juni 2014.

Penurunan kinerja tersebut diindikasikan terjadinya penurunan penjualan, produksi,

tenaga kerja, utilisasi kapasitas, growth (total aset), kemampuan meningkatkan

modal, produktivitas, upah; peningkatan persediaan dan terjadinya kerugian (loss)

dan return on investment yang negatip, pada periode Januari – Juni 2014.

Mencermati penurunan kinerja tersebut, PT. Gunung Garuda sebagai wakil dari

industri dalam negeri (Pemohon) dan sesuai dengan Anti Dumping Agreement pada

article 11.2, dengan ini mengajukan permohonan perpanjangan pengenaan Bea

Masuk Anti dumping (BMAD) selama 5 tahun berikutnya mulai 23 Nopember 2015

kepada Komite Anti Dumping Indonesia (KADI).

2. Data Pemohon

a. Nama Perusahaan : PT Gunung Garuda

b. Alamat Kantor : Jl. Kampung Sukadanau, Sukadanau

Cikarang Barat, Jawa Barat

c. Alamat Pabrik : Jl Kampung Sukadanau, Sukadanau

Cikarang Barat, Jawa Barat

d. Nomor Telepon Kantor : (021) 8900222

e. Nomor Telepon Pabrik : (021) 8900111

Page 3: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

3

f. Nomor Fax : (021) 8900975/8901588

g. Nomor Kontak Person : Djamaluddin

3. Mewakili Industri Dalam Negeri

Jumlah dan persentase produksi PT Gunung Garuda yaitu :

Tabel A.1. Persentase Produksi PT Gunung Garuda

Uraian Satuan Juli 2010 - Juni 2011

Juli 2011 – Juni 2012

Juli 2012– Juni 2013

Juli 2013 - Juni 2014

1. Produksi PT Gunung Garuda

Ton 100,00 97,70 119,68 107,02

2. Produksi PT Krakatau Wajatama

Ton 100,00 109,85 97,66 47,29

3. Total Produksi Nasional Ton 100,00 100,02 115,48 95,63

4. Persentase Produksi Pemohon

% 100,00 97,68 103,64 111,91

Keterangan : Periode Juli 2013 s.d Juni 2014 adalah Periode Investigasi

Produksi PT Gunung Garuda pada periode Juli 2013 s.d Juni 2014 atau sebesar

XXXXX % dari produksi nasional. Jumlah produksi Pemohon memenuhi persyaratan

untuk mewakili industri dalam negeri.

4. Barang yang diproduksi dan dituduh dumping

Uraian Barang yang diproduksi Pemohon :

a. Nama Barang

1) I Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut

selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80 mm atau

lebih;

2) H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih

lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80

mm atau lebih,

Page 4: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

4

b. Nomor HS

1) Nomor HS : 7216.32.00.00

2) Nomor HS : 7216.33.00.00

c. Bea Masuk MFN

15 %

d. Karakeristik Fisik

Besi Baja

e. Komposisi Kimia

Carbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Pospor (P), Sulfur (S)

f. Kegunaan barang

Untuk Konstruksi Sipil seperti High dan Low Risk Buildings, Commercial

Buildings, Industrial Buildings, Jembatan, Menara, Perumahan dan Tulangan

untuk trailer

g. Bahan baku

Bahan baku dari I dan H Section adalah Billet, Bloom, dan Beam Blank, dibuat

dari Scrap besi

h. Tipe/Grade

JIS G 3101 SS 400

i. Standar Mutu

JIS G 3101 SS 400

j. Kemasan

Tidak Dalam Kemasan

k. Teknologi

Proses Electic Arc Furnace dan Proses Control berbasiskan Teknologi

Komputer

l. Proses Produksi

Bahan baku Bloom dan Beam Blank masuk ke Working Beam Furnace untuk

dipanaskan, kemudian di roll untuk di giling sesuai ukuran yang diinginkan lalu di

Hot Saw dan Universal Roughing serta Edger stand untuk finishing. Setelah

finishing, dipotong sesuai ukuran kemudian melalui Cooling Bed untuk

pendinginan. Proses akhir harus melalui Straightening Machine untuk diluruskan,

dan kemudian di cek dibagian quality control

Page 5: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

5

Uraian Barang yang diduga dumping :

a. Nama Barang

1) I Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut

selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80 mm atau

lebih;

2) H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih

lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80

mm atau lebih,

b. Nomor HS

1) Nomor HS : 7216.32.00.00

2) Nomor HS : 7216.33.00.00

c. Bea Masuk

MFN 15% dan China-AFTA: 0%

d. Karakeristik Fisik

Besi Baja

e. Komposisi Kimia

Carbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Pospor (P), Sulfur (S)

f. Kegunaan barang

Untuk Konstruksi Sipil seperti High dan Low Risk Buildings, Commercial

Buildings, Industrial Buildings, Jembatan, Menara, Perumahan dan Tulangan

untuk trailer

g. Bahan baku

Bahan baku dari I dan H Section adalah Billet, Bloom, dan Beam Blank, dibuat dari Scrap

besi

h. Tipe/Grade

JIS G 3101 SS 400

i. Standar Mutu

JIS G 3101 SS 400

j. Kemasan

Tidak Dalam Kemasan

Page 6: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

6

k. Teknologi

Proses Electic Arc Furnace dan Proses Control berbasiskan Teknologi

Komputer

l. Proses Produksi

Bahan baku Bloom dan Beam Blank masuk ke Working Beam Furnace untuk

dipanaskan, kemudian di roll untuk di giling sesuai ukuran yang diinginkan lalu di

Hot Saw dan Universal Roughing serta Edger stand untuk finishing. Setelah

finishing, dipotong sesuai ukuran kemudian melalui Cooling Bed untuk

pendinginan

Kesimpulan

Berdasarkan uraian barang di atas, I dan H section yang diproduksi oleh Pemohon

sejenis dengan Barang Impor dumping dari RRT.

5. Negara Pengekspor dan Produsen/Eksportir

Nama dan Alamat Produsen/Eksportir Tiongkok yang mengekspor I dan H Section

yaitu :

Tabel A.2 Nama dan Alamat Eksportir RRT

No. Nama Alamat

1. Laiwu Steel Corporation Gang Cheng District, Laiwu City Shandong province, 271104 China Telephone : 0634-6821120 Fax : 0634-6821121

2. Rizhao Steel Holding Group Co. Ltd. No. 600 Yanhai Road, Rizhao Shandong China, 276806 Telephone : 8610-62002270 Fax : 8610-62002302

Page 7: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

7

6. Importir yang diketahui

Tabel A.3 Nama dan Alamat Importir

No. Nama Alamat/Telepon/Fax

1. PT. Sarana Steel Jl. Ancol Barat II Blk B-7 Kav. 104-105, Jakarta No Telepon: 021-6907555 No Fax : 021-6907555

2. PT Cakung Prima Steel Jl. P. Jayakara No. 117 Blok A1, Jakarta No Telepon : 021-6490666 No Fax : 021-6253114

3. PT Sinar Surya Baja Propilindo

Jl. Raya Serang Km 14,5 No. 31 Cikupa, Tangerang 15710 No Telepon : 021-59405533 No Fax : 021-5963030

4. PT. Baja Marga Kharisma Utama Jl. Kapuk Raya No 001 Jakarta - Utara No Telepon : 021-5402733 No Fax : 021-5402734

5. PT. MItra Logam Pratama Jl. P. Jayakarta 123/31, Jakarta Pusat No Telepon : 021-62201545 No Fax : 021-62201935

6. PT Indo Sabang Jl Sabang 17 B, Suarabaya No Telepon : 031 – 352 0967 / 352 3464 No Fax : 031 – 353 1092

7. PT Bina Masa Adikerja

Jl Raya Sukomanunggal Jaya Blok E No 22, Komplek Pertokoan Sukomanunggal, Town Square Surabaya No Telepon : 031-3530230 No Fax : 031-3530230

8. PT. Inti Roda Makmur

Jl. Raya Serang KM 5, Tangerang No Telepon : 021-55657586 No Fax : 021-55657586

9. PT Baja Prima Indo Perkasa Jl Kalimati Wetan No 17, Surabaya No Telepon : 031 – 355 2491 / 355 2721 No Fax : 031 - 3535883

10. PT. Super Tata Raya Steel

Jl. K.H. Zainul Arifin No 76 Jakarta No Telepon : 021-59316611 No Fax : 021-59310088

Page 8: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

8

7. Total Impor Barang Dumping Pada Periode Investigasi

Nama Produk : I Section dan H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan

Nomor HS : 7216.32.00.00 dan 7216.33.00.00

Tabel A.4 Impor I dan H Section

Negara Asal Juli 2013 – Juni 2014

Ton USD Pangsa terhadap Total Impor (%)

Negara Tertuduh

1. Republik Rakyat Tiongkok

21.715,125

14.394.316

37,77

Negara Lainnya

1. Singapura

2. Jepang

3. Thailand

4. Korea Republik

5. Ukraina

6. Malaysia

7. Taiwan

8. Luksemburg

9. Amerika Serikat

10.Inggris

11.Negara Lainnya

20.347,308

6.628,978

4.074,934

2.141,915

989,633

352,801

222,315

166,039

121,406

95,319

638,348

15.022.665

6.170.400

4.055.563

2.186.564

674.104

280.314

186.311

162.733

163.692

121.594

679.234

35,39

11,53

7,09

3,73

1,72

0,61

0,39

0,29

0,21

0,17

1,11

Total Impor

57.494,121

44.097.491

100,00

Persentase impor dari Tiongkok pada Periode Investigasi (Juli 2013 s.d Juni 2014)

terhadap total impor sebesar 37,77 %.

Page 9: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

9

B. DUGAAN DUMPING

1. Normal Value

Sekalipun Pemohon telah berusaha untuk mencari, normal value dari negara RRT

tidak diperoleh. Oleh karena itu, normal value dikonstruksi berdasarkan pada

perhitungan biaya produksi Pemohon dengan komponen: biaya bahan baku (harga

scrap impor di Singapura, harga Ferro Silicon dan Silicon Manganese di Hong

Kong, harga batu kapur dari dalam negeri dan harga Carbon raiser impor dari RRT),

biaya tenaga kerja langsung, overhead pabrik, biaya penjualan dan biaya

administrasi. Harga domestik eks pabrik adalah penjumlahan komponen biaya

produksi ditambah keuntungan. Harga Silicon Mangannese didasarkan atas bukti

harga di Hong Kong pada commercial invoice (Lampiran 1), harga Ferro Silicon

berdasarkan bukti harga di Hong Kong pada commercial invoice (Lampiran 2),

harga Carbon raiser didasarkan bukti harga di Xingang China pada commercial

invoice (Lampian 3), dan harga scrap didasarkan harga penawaran dari Hong Kong

(Lampiran 4).

Harga Domestik Eks pabrik

a. Biaya Bahan Baku XXXXX USD/Ton

Scrap XXXXX USD/ton

Ferro Silicon XXX USD/Ton

Silicon Manganese XXXX USD/Ton

Batu Kapur XXXX USD/Ton

Carbon raiser XXX USD/Ton

b. Upah tenaga kerja Langsung XXXX USD/Ton

c. Overhead Pabrik XXXXX USD/Ton

d. Biaya Penjualan XXX USD/Ton

e. Biaya Administrasi XXXX USD/Ton

Total Biaya Produksi XXXXX USD/Ton

Keuntungan (10 %) XXX USD/Ton

Harga Domestik eks Pabrik XXXXX USD/Ton

Page 10: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

10

2. Harga Ekspor

Harga ekspor eks pabrik dikonstruksi berdasarkan atas harga impor dari RRT dari

data Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2014 dikurangkan dengan biaya sea

freight, biaya inland freight. Nilai sea freight diperoleh dari commercil invoice

pembelian dari Xingang, China (Lampiran 3). Sementara biaya inland freight

didasarkan atas perkiraan biaya yang wajar.

a. Harga Ekspor CIF XXXX USD/Ton

b. Sea Freight XXX USD/Ton

c. Inland freight XX USD/Ton

Harga Ekspor eks Pabrik XXXX USD/Ton

3. Marjin Dumping

Harga Domestik eks pabrik XXXX USD/Ton

Harga Ekspor eks pabrik XXXX USD/Ton

Marjin Dumping XXXX USD/Ton

Marjin Dumping (% terhadap harga ekspor 16,74 % CIF)

Page 11: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

11

C. KERUGIAN

1. Indikator Kinerja Pemohon

Tabel C.1 Indikator Kerugian Pemohon Periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013–Juni 2014

N

o Indikator Satuan

Juli 2010 s.d

Juni 2011

Juli 2011 s.d

Juni 2012

Juli 2012 s.d

Juni 2013

Juli 2013 s.d

Juni 2014

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Penjualan Dalam Negeri

Profit

Produksi

Pangsa Pasar

Produktivitas

Return on Invesment

Utilisasi Kapasitas

Harga dalam Negeri

Besaran Marjin Dumping

Arus Kas

Persediaan

Tenaga Kerja

Gaji

Pertumbuhan Aset

Kemampuan

Meningkatkan Modal

Kapasitas Terpasang

Ton

Rp Milyar

Ton

%

Ton/Org

%

%

Rph/Ton

%

USD

Ton

Orang

Rp Milyar

USD

USD

Ton

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

119,20

373,51

97,70

110,53

98,53

322,60

97,70

110,72

100,00

(141,86)

48,33

99,16

134,66

114,16

185,62

100,00

115,39

(45,28)

119,68

110,30

103,13

(30,82)

119,68

101,47

100,00

(215,19)

125,63

116,05

160,19

133,85

234,51

100,00

111,61

(156,81)

107,02

129,54

104,53

(87,67)

107,02

106,47

245,10

63,60

129,89

102,38

184,46

143,98

229,24

100,00

2. Perkembangan Indikator Kinerja Pemohon

a. Penjualan dalam negeri

Penjualan Pemohon sesudah diberlakukannya bea masuk anti dumping

terhadap impor dari RRT mengalami peningkatan sejak periode Juli 2010-Juni

2011 hingga periode Juli 2011-Juni 2012. Akan tetapi pada periode berikutnya

penjualan mengalami penurunan, dimana pada periode Juli 2012-Juni 2013

terjadi penurunan cukup besar yaitu turun 3,19 % dibandingkan penjualan pada

Page 12: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

12

periode Juli 2011-Juni 2012. Tren penurunan penjualan ini berlanjut hingga

periode Juli 2013-Juni 2014 dan pada periode ini penjualan turunnya semakin

besar yaitu 3,28 %.

b. Laba/Rugi

Sama halnya dengan penjualan, pada periode sesudah pengenaan bea masuk

anti dumping terhadap impor dari RRT Pemohon memperoleh keuntungan pada

awalnya yaitu pada periode Juli 2010-Juni 2011 diperoleh keuntungan XXXX

milyar rupiah dan pada periode Juli 2011-Juni 2012 sebesar XXXXX milyar

rupiah. Namun pada periode berikutnya Pemohon mengalami kerugian (loss)

dimana pada periode Juli 2012-Juni 2013 sebesar XXXXX milyar rupiah dan

pada periode Juli 2013-Juni 2014 sebesar XXXXX milyar rupiah.

Kerugian ini akibat penurunan harga cukup signifikan dari impor dari RRT pada

periode Juli 2012-Juni 2013 dan periode Juli 2013-Juni 2014. Pada 2 periode

terakhir ini Pemohon terpaksa melakukan penurunan harga (dalam hal harga

dikonversikan dalam USD) untuk dapat mempertahankan volume penjualan yang

memadai. Harga Pemohon pada periode Juli 2012-Juni 2013 turun sebesar

144,43 USD/Ton dibandingkan periode sebelumnya, dan pada periode Juli 2013-

Juni 2014 juga turun sebesar XXXXX USD/Ton. Penurunan harga ini

mengakibatkan harga jual pemohon berada di bawah biaya produksi pada 2

periode terakhir akibatnya Pemohon mengalami kerugian. Penurunan harga jual

pada periode juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014 bertujuan untuk

mencegah terjadinya penurunan volume penjualan yang lebih besar lagi.

c. Produksi

Penurunan penjualan pada periode Juli 2012-juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014

mengakibatkan Pemohon harus menurunkan volume produksi khususnya pada

periode Juli 2013-Juni 2014. Pada periode ini produksi turun 10,58 %

dibandingkan volume produksi periode Juli 2012-Juni 2013. Penurunan produksi

pada periode Juli 2013-Juni 2014 ini bertujuan untuk menghindarkan

menumpuknya persediaan akhir dalam jumlah besar.

Page 13: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

13

d. Pangsa Pasar

Walaupun terjadi penurunan volume penjualan pada periode Juli 2012-Juni 2013

dan Juli 2013-Juni 2014, pangsa pasar Pemohon pada periode terakhir ini

meningkat yaitu dari XXXXX % pada periode Juli 2011-Juni 2012 menjadi

XXXXX % pada periode Juni 2013-Juni 2014. Hal ini terjadi karena konsumsi

nasional mengalami penurunan dan ini dapat disebabkan suatu kondisi dimana

kebutuhan pemakai I dan H Section mengalami penurunan.

e. Produktivitas

Produktivitas Pemohon pada periode Juli 2010-Juni 2011 hingga periode Juli

2013-Juni 2014 mengalami peningkatan. Meningkatnya produktivitas pada

periode terakhir lebih disebabkan adanya penurunan jumlah tenaga kerja tak

langsung cukup signifikan walaupun produksi juga mengalami penurunan.

f. Return on Investment

Pada periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2011-Juni 2012 Pemohon memperoleh

return on investment (ROI) yang positip dan hal ini karena Pemohon memperoleh

profit. Namun pada 2 periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni

2014) Pemohon mendapatkan ROI negatip. ROI negatip ini menunjukkan bahwa

Pemohon pada 2 periode terakhir ini tidak mendapatkan keuntungan sehingga

tidak diperoleh tambahan dana untuk mengembalikan investasi.

g. Utilisasi Kapasitas

Sama halnya dengan tren produksi yang meningkat pada 3 periode awal, utilisasi

kapasitas juga mengalami peningkatan pada 3 periode sama (Juli 2010-Juni

2011, Juli 2011-Juni 2012 dan Juli 2012-Juni 2013). Namun pada periode

terakhir (Juli 2013-Juni 2014) utilisasi kapasitas menurun cukup signifikan yaitu

sebesar 10,58 % dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan utilisasi

kapasitas ini mengindikasikan terjadinya penurunan volume produksi.

h. Harga Domestik

Harga Pemohon pada pada 2 periode setelah pengenaan bea masuk anti

dumping cukup tinggi dan berada di atas biaya produksi akan tetapi pada 2

periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014) harga Pemohon

Page 14: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

14

mengalami penurunan. Terjadinya penurunan harga domestik (dalam USD/Ton)

selama 2 periode terakhir ini jelas terkait erat dengan penurunan harga impor

dari RRT pada 2 periode terakhir. Harga Impor dari RRT pada periode Juli 2012-

Juni 2013 turun menjadi 778,95 USD/Ton dan pada periode Juli 2013-Juni 2013

turun menjadi 745,29 USD/Ton. Akibatnya harga domestik mengikuti tren

penurunan harga impor dari RRT.

i. Besaran Marjin Dumping

Pengenaan bea masuk anti dumping terhadap impor dari RRT berdasarkan PMK

Nomor: 195/PMK.011/2010 sebesar 6,83 % yang berlaku sejak Nopember 2010.

Berdasarkan perhitungan marjin dumping pada periode penyelidikan (Juli 2013-

Juni 2014) diperoleh besaran bea masuk anti dumping sebesar 16,74 %.

j. Arus Kas

Arus kas Pemohon pada awal periode (Juli 2010-Juni 2011) mencapai XXXX juta

USD, namun pada 2 periode berikutnya arus kas Pemohon adalah negatip.

Terjadinya arus kas terkait dengan kerugian (loss) yang dialami khususnya pada

periode Juli 2012 – Juni 2013.

k. Persediaan Akhir

Akibat penjualan yang menurun pada 2 periode terakhir, persediaan akhir

mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu pada periode Juli 2012 – Juni

2013. Hal ini terjadi karena pada periode Juli 202-Juni 2013 produksi pemohon

meningkat cukup tajam. Peningkatan produksi pada periode Juli 2012 – Juni

2013 ini terkait dengan adanya peningkatan penjualan sangat signifikan pada

periode Juli 2011-Juni 2012. Dengan adanya peningkatan penjualan ini

ditargetkan bahwa penjualan pada periode Juli 2012 – Juni 2013 meningkat lagi,

namun yang terjadi penjualan pada periode Juli 2012 – Juni 2013 menurun

sehingga adanya jumlah produksi yang besar pada periode Juli 2012 – Juni 2013

berakibat meningkatnya persediaan akhir pada peiode tersebut.

Karena adanya jumlah persediaan yang besar pada periode Juli 2012 – Juni

2013 mengakibatkan persediaan akhir pada periode berikutnya ikut terkena

dampak. Karena penjualan menurun pada periode Juli 2013 – Juni 2014

Page 15: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

15

sementara produksi lebih besar dari penjualan mengakibatkan persediaan akhir

pada periode ini lebih besar dari persediaan sebelumnya.

l. Tenaga kerja

Karena produksi meningkat cukup siginifikan pada periode Juli 2012 – Juni

2013 dibanding periode sebelumnya sehingga jumlah tenaga kerja juga

meningkat untuk menghasilkan jumlah produksi yang meningkat tersebut.

Namun pada periode terakhir jumlah tenaga kerja dikurangi akibat produksi yang

menurun cukup tajam. Pada periode Juli 2013-Juni 2014 jumlah tenaga kerja

menjadi XXXXX orang atau terjadi pengurangan sebesar XXXX orang

dibandingkan jumlah tenaga kerja pada periode sebelumnya (periode Juli 2012-

Juni 2013).

m. Upah

Jumlah upah pada periode Juli 2010 s.d Juni 2014 meningkat. Hal ini

disebabkan terjadi kenaikan Upah Minimum khususnya pada tahun 2012. Dan

peningkatan total upah pada periode Juli 2012 – Juni 2013 disebkan adanya

peningkatn jumlah tenaga kerja.

n. Pertumbuhan Aset

Pada periode Juli 2012-Juni 2013 total aset Pemohon sebesar XXXXX Juta USD

dan pada periode Juli 2013-Juni 2014 meningkat menjadi XXXXX juta USD atau

sedikit meningkat dibanding periode sebelumnya.

o. Kemampuan meningkatkan modal

Pada periode akhir (Juli 2013-Juni 2014) kemampuan meningkatkan modal

Pemohon mengalami penurunan yaitu dari XXXXX juta USD pada periode Juli

2012-Juni 2013 menjadi XXXXX USD. Kemampuan meningkatkan modal yang

menurun ini akibat adanya kerugian yang terjadi pada 2 periode terakhir. Jelas

ini menunjukkan bahwa Pemohon tidak dapat mengembangkan kapasitasnya

pada periode terakhir.

Page 16: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

16

3. Kesimpulan

Dari uraian kinerja di atas, Pemohon pada awal pengenaan bea masuk anti dumping

tehadap impor dari RRT (periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2011-Juni 2012)

memperoleh keuntungan. Akan tetapi pada periode berikutnya terutama pada

Periode Investigasi Pemohon mengalami kerugian yang diindikasikan dengan

penurunan penjualan, produksi, tenaga kerja, utilisasi kapasitas dan kemampuan

meningkatkan modal, serta pemingkatan persediaan dan terdapatnya kerugian

(loss).

Page 17: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

17

D. HUBUNGAN KAUSAL ANTARA DUMPING DAN KERUGIAN

1. Dampak Volume (Volume Effect)

Perkembangan Volume Impor periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 yaitu

:

a. Secara Absolut

Tabel D.1. Volume impor Periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (Dalam Ton)

Negara

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1 Negara diduga dumping

a. RRT

2.Negara Lain

a. Singapura

b. Jepang

c. Tahiland

d. Korea Republik

e. Negara lain

3.Total volume Impor

57.316,727

17.690,664

4.120,111

2.454,909

4.519,208

3.485,420

89.587,039

31.256,247

20.190,711

1.241,189

3.349,929

6.554,207

3.587,308

66.179,591

26.714,225

27.328,760

3.380,421

3.191,010

1.777,570

4.346,317

66.738,303

21.715,125

20.347,308

6.628,978

4.074,934

2.141,915

2.585,860

57.494,121

Volume impor dari RRT menurun dari 26.714,225 ton pada periode Juli 2012- Juni

2013 menjadi 21.715,125 ton pada periode Juli 2013-Juni 2014. volume impor pada

periode Juli 2013-Juni 2014 tersebut turun sebesar 18,71 % dibandingkan volume

impor pada periode sebelumnya. Tren penurunan impor dari RRT juga dialami oleh

total impor dimana total impor pada periode Juli 2010-Juni 2011 sampai dengan

periode Juli 201-Juni 2014 juga mengalami penurunan dengan tingkat yang hampir

sama.

Page 18: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

18

b. Secara Relatif

Tabel D.2. Pangsa pasar Impor periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014

(Dalam %)

Negara

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1 Negara diduga dumping

a. RRT

2.Negara Lain

a. Singapura

b. Jepang

c. Thailand

d. Korea Republik

e. Negara lain

3.Total pangsa pasar Impor

4. Pangsa Pasar Pemohon

5.Pangsa Pasar PT Krakatau

Wajatama

6.Total Konsumsi

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

50,56

105,82

27,93

126,52

134,47

95,52

68,50

110,52

96,82

100,00

44,55

147,65

78,42

124,24

37,60

119,19

71,20

110,29

95,07

100,00

43,97

133,49

186,73

192,65

55,01

86,13

74,49

129,53

34,60

100,00

Pangsa pasar impor dari RRT mengalami penurunan sejak dikenakan bea

masuk anti dumping pada Nopember 2010 yaitu pada periode Juli 2011-Juni

2012 pangsa pasar impor dari RRT menurun dari XXXX % menjadi XXXX %

pada periode Juli 2010-Juni 2011.

Namun setelah itu, pada Tabel D.2 ditunjukkan bahwa pada periode Juli 2011-

Juni 2012 hingga periode Juli 2013-Juni 2014 tingkat pangsa pasar impor dari

RRT adalah cukup stabil. Ini mengindikasikan bahwa impor dari RRT masih

cukup dominan pada pasar Indonesia walaupun ada pengenaan bea masuk anti

dumping terhadap impor dari RRT.

Page 19: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

19

c. Kesimpulan

Impor dari RRT secara absolut pada periode Juli 2010-Juni 2011 hingga Periode

investigasi mengalami penurunan, namun secara relatip pangsa pasar impor dari

RRT pada Juli 2011-Juni 2012 hingga Periode Investigasi cukup stabil dan masih

cukup dominan dibandingkan dengan impor dari negara lainnya walaupun sudah

dikenakan bea masuk anti dumping. Dengan demikian dapat disimpulkan apabila

bea masuk anti dumping dicabut maka impor dari RRT baik secara absolut

maupun relatif akan meningkat.

2. Dampak Harga (Price Effect)

Perkembangan harga impor /pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014

yaitu :

a. Price Undercutting dan Price Depression

Tabel D.3. Harga Impor dan Pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014

Negara

Satuan

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1. Harga Impor RRT

2. Harga Pemohon

3. Price Undercutting

4. Price Depression

USD/Ton

USD/Ton

USD/Ton

%

USD/Ton

%

100,00

100,00

100,00

100,00

-

-

106,43

109,06

140,28

131,81

101,27

91,73

-

-

100,00

100,00

96,89

85,92

-

-

33,58

39,92

Keterangan :

1. Harga impor dari RRT di tingkat Pembeli di pelabuhan = Harga impor CIF + bea masuk anti dumping (6,83 %) + profit (5 %) untuk importir + Terminal Handling cost (4 USD/Ton)

2. Harga jual domestik Pemohon adalah harga jual di pabrik 3. Harga jual Pemohon di tingkat pabrik sama tingkatnya dengan harga impor di pelabuhan di tingkat pembeli 4. Kurs 1 USD yaitu: Thn 2010 : Rp. 8.936,33; Thn 2011: Rp. 9.072,44; Thn 2012:Rp. 9.885,10; dan Thn

2013: Rp. 11.072,91

Harga jual Pemohon setelah pengenaan bea masuk anti dumping mengalami

kenaikan sampai periode Juli 2011-Juni 2012. Namun sejak Juni 2012 harga

Page 20: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

20

Pemohon menurun mengikuti tren penurunan harga impor dari RRT pada periode

Juli 2012-Juni 2013 hingga Juli 2013-Juni 2014 sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel D.3 di atas.

Karena adanya tekanan dari barang dumping asal RRT pada 2 periode terakhir

menyebabkan terjadinya price depression terhadap harga Pemohon. Pada

periode Juli 2010-Juni 2011 harga Pemohon meningkat sebesar 9%, namun

pada periode Juli 2011-Juni 2012 sampai dengan Juli 2013-Juni 2014 terjadi tren

penurunan sebesar 6%.

b. Price Suppression

Tabel D.4. Harga dan Biaya produksi Pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014

Negara

Satuan

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1. Harga Pemohon

2. Biaya Produksi

3. Selisih Harga dan biaya

produksi

4. Price Suppression

USD/Ton

USD/Ton

USD/Ton

USD/Ton

%

100,00

100,00

100,00

-

-

109,06

104,92

308,63

-

-

91,73

94,37

(35,48)

100,00

100,00

85,92

90,04

(13,36)

319,50

334,85

Keterangan : 1. Kurs 1 USD dalam Rupiah yaitu : Thn 2010 : Rp. 8.936,33; Thn 2011 : Rp. 9.072,44; Thn 2012 : Rp.

9.885,10 dan Thn 2013 : Rp. 11.072,91

Terlihat pada tabel D.2 bahwa harga Pemohon pada 2 periode awal lebih besar

dari biaya produksi sehingga pemohon pada 2 periode ini memperoleh

keuntungan. Namun pada 2 periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-

Juni 2014) harga Pemohon berada di bawah biaya produksi sehingga Pemohon

mengalami kerugian. Hal ini terjadi akibat adanya penekanan dari harga impor

dari RRT pada 2 periode terakhir tersebut. Jelas pada 2 periode terakhir (periode

Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014) terdapat price suppresion.

Page 21: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

21

c. Kesimpulan

Dari uraian pada bagian D.2 dapat dilihat telah terjadi price depression dan price

suppression. Oleh karena itu terdapat dampak harga yang diakibatkan oleh

impor dari RRT atas penjualan pemohon pada Periode Investigasi.

Melihat tren harga impor dari RRT yang terus menurun sejak Juli 2011-Juni 2012

sampai dengan Juli 2013-Juni 2014 dapat diperkirakan apabila bea masuk anti

dumping dicabut harga impor dari RRT akan terus menurun yang mengakibatkan

besaran marjin dumping akan bertambah besar.

Page 22: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

22

E. FAKTOR LAIN

1. Volume Impor Negara Lain

Tabel E.1. Impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014

(Dalam Ton)

Negara

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1. Negara Lain

a. Singapura

b. Jepang

c. Thailand

d. Korea Republik

e. Negara lain

2. Total volume Impor

17.690,664

4.120,111

2.454,909

4.519,208

3.485,420

89.587,039

20.190,711

1.241,189

3.349,929

6.554,207

3.587,308

66.179,591

27.328,760

3.380,421

3.191,010

1.777,570

4.346,317

66.738,303

20.347,308

6.628,978

4.074,934

2.141,915

2.585,860

57.494,121

Tabel E.1 memperlihatkan bahwa impor dari negara-negara lainnya mengalami penurunan

pada periode Juli 2013-Juni 2014 dibandingkan periode impor pada periode Juli 2012-Juni

2013, sementara itu pada periode tersebut impor dari Jepang, Thailand dan Korea Republik

mengalami kenaikan. Impor dari Jepang meningkat sebesar 96,10 %, Impor dari Thailand

meningkat 27,70 % dan impor dari Korea Republik meningkat 20,50 %.

Walaupun impor dari Jepang, Thailand dan Korea Republik meningkat pada periode Juli

2013-Juni 2014 akan tetapi jumlahnya tidak signifikan yaitu sebesar 12.845,9 ton. Dilihat

dari hal harga impor di tingkat pembeli (rata-rata sebesar 1.040,94 USD/Ton sampai

1.141,61 USD/Ton) sebagaimana diuraikan pada Tabel E.2, harga impor dari 3 negara ini

jauh di atas harga impor dari RRT yang besarnya 745,29 USD/Ton ataupun jauh di atas

harga jual Pemohon yang besarnya hanya XXXXX USD/ton.

Dengan demikian impor negara lainnya tidak mempengaruhi harga dan penurunan

penjualan Pemohon pada periode Juli 2013-Juni 2014.

Page 23: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

23

Tabel E.2. Harga impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (di tingkat pembeli)

(Dalam USD/Ton)

Negara

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1 Negara diduga dumping

a. RRT

2.Negara Lain

a. Singapura

b. Jepang

c. Thailand

d. Korea Republik

e. Negara Lainnya

769,18

1.006,76

1.024,81

1.042,83

1.275,01

1.219,91

818,66

1.037,44

1.337,19

1.128,47

1.070,80

1.479,40

778,95

870,31

1.039,49

1.110,84

990,51

869,43

745,29

829,65

1.044,94

1.116,98

1.145,61

861,73

2. Perkembangan Konsumsi Nasional

Tabel E.3. Harga impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (di tingkat pembeli)

(Dalam Ton)

Uraian

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1. Penjualan Pemohon

2. Penjualan PT KWT

3. Total Impor

100,00

100,00

100,00

119,20

104,43

74,33

115,39

99,47

74,50

109,94

29,81

64,18

Konsumsi Nasional

100,00

107,94

104,62

85,14

Konsumsi nasional untuk I dan H Section pada periode Juli 2010-Juni 2011 sampai

dengan Juli 2013-Juni 2014 cenderung menurun walaupun pada periode Juli 2011-

Juni 2012 meningkat dibanding konsumsi pada periode sebelumnya. Tren

penurunan Penjualan Pemohon juga mengikuti tren penurunan konsumsi nasional.

Penjualan Pemohon mengalami penurunan sejak periode Juli 2011-Juni 2012

hingga period Juli 2013-Juni 2014.

Page 24: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

24

Walaupun demikian, kecenderungan penurunan konsumsi nasional tidak akan terus

terjadi pada tahun-tahun mendatang. Konsumsi nasional atas I dan H section

berkaitan langsung dengan pertumbuhan pembangunan perumahan, pabrik,

gudang, jembatan dan tower di Indonesia. Diperkirakan pada beberapa tahun

mendatang pembangunan perumahan dan infrastruktur akan jauh lebih pesat

sehingga kebutuhan akan I dan H Section jauh melebihi volume tertinggi konsumsi

nasional pada periode Juli 2011-Juni 2012 sebesar XXXXX ton.

3. Perkembangan Ekspor Pemohon

Uraian

Juli 2010

s.d Juni 2011

Juli 2011

s.d Juni 2012

Juli 2012

s.d Juni 2013

Juli 2013

s.d Juni 2014

1. Volume Ekspor (Ton)

2. Nilai Ekspor (Milyar

Rph)

100,00

100,00

297,75

321,17

28,27

30,69

26,19

32,83

Volume dan nilai ekspor Pemohon pada periode Investigasi menurun dibandingkan

periode sebelumnya. Volume dan nilai ekspor ini sangat kecil atau dibawah 1 %

dari volume dan nilai penjualan domestik. Dengan demikian ekspor tidak

mempengaruhi kerugian yang dialami Pemohon pada Periode Investigasi.

4. Teknologi

Teknologi yang digunakan oleh produsen RRT tidak berbeda dengan teknologi yang

digunakan oleh Pemohon yaitu dengan proses Electic Arc Furnace dan Proses

Control berbasiskan Teknologi Komputer.

Page 25: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

25

5. Kesimpulan

Adanya harga yang jauh lebih tinggi dari negara lainnya jelas tidak berpengaruh

terhadap kerugian Pemohon. Volume ekspor dan nilai ekspor Pemohon jumlahnya

sangat kecil dibandingkan nilai penjualan domestik Pemohon sehingga ekspor tidak

mempunyai pengaruh terhadap kerugian Pemohon. Teknologi yang digunakan oleh

produsen RRT relatip sama dengan teknologi yang digunakan oleh Pemohon.

Kerugian Pemohon bukan diakibatkan oleh konsumsi nasional, karena konsumsi

nasional yang menurun juga diikuti dengan penurunan penjualan Pemohon dan

impor.

Dengan demikian faktor lainnya (impor negara lain, ekspor Pemohon, teknologi

Pemohon dan konsumsi nasional) tidak mempunyai pengaruh terhadap kerugian

Pemohon.

Page 26: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

26

F. PRODUKSI DAN KONSUMSI BAJA (STEEL) DAN H DAN I SECTION RRT

1. Produksi, Konsumsi dan Oversupply Baja RRT tahun 2006 - 2012

Konsumsi baja RRT sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 meningkat rata-rata

sebesar 6,8 % yaitu dari 388 juta ton tahun 2006 menjadi 663 juta ton tahun 2012

(sebagaimana diuraikan pada tabel 1). Pertumbuhan konsumsi ini lebih rendah dari

pertumbuhan produksi baja RRT pada periode yang sama dimana pertumbuhan

produksi baja mencapai 8 % per tahun.

Jumlah produksi yang lebih besar dari konsumsi baja RRT menghasilkan kelebihan

suplai (oversupply) baja di RRT periode tahun 2006 – 2012. Pada tahun 2012 terjadi

kelebihan produksi (ovesupply) sebanyak 39 juta ton.

Tabel 1. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) Baja RRT tahun 2006 – 2012 (Juta Ton)

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Produksi 422 488 498 566 637 683 702 2. Konsumsi 388 436 453 559 611 650 663 3.Oversupply 34 52 45 7 26 33 39

Sumber : Global Steel, 2013; Chinese Steel Sector

2. KELEBIHAN SUPLAI BAJA RRT tahun 2013 - 2018

Berdasarkan perkembangan produksi dan konsumsi baja RRT pada tabel 1 di atas,

produksi baja RRT periode tahun 2006 – 2012 mengalami kenaikan rata-rata 8 %

per tahun dan konsumsi baja RRT pada periode yang sama meningkat sebesar 6,8

% per tahun. Berdasarkan analisis tersebut pada tahun 2013 sampai 2018 diprediksi

akan terjadi kelebihan suplai (oversupply) yang besar di RRT sebagaimana

diuraikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) Baja RRT tahun 2013 – 2018 (Juta Ton)

Negara 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1. Produksi 758,2 818,8 884,3 955,1 1.031,5 1.114,0 2. Konsumsi 708,1 756,2 807,7 862,6 921,2 983,9 3 .Oversupply 50,1 62,6 76,7 92,5 110,2 130,1

Page 27: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

27

Berdasarkan proyeksi produksi dan konsumsi baja tahun 2013 sampai tahun 2018

(lihat tabel 2 di atas), pada tahun 2013 terjadi kelebihan suplai baja di RRT

sebanyak 50,1 juta ton dan pada tahun 2018 mencapai 130,1 juta ton. Kelebihan

suplai baja ini pada tahun 2014 hingga 2018 yang sangat besar ini akan dilempar

keluar atau diekspor ke negara-negara lain. Indonesia akan menjadi salah satu

sasaran ekspor baja RRT pada tahun 2014 hingga tahun 2018.

3. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KONSUMSI I DAN H SECTION

Berdasarkan uraian di atas produksi baja RRT merupakan terbesar di dunia sejak

tahun 2006 sampai tahun 2013. Dan berdasarkan analisis bahwa produksi baja RRT

diproyeksikan tumbuh rata-rata 8 % per tahun, pada tahun 2014 produksi baja RRT

mencapai 818,8 juta ton dan hingga tahun 2018 mencapai 1.114 Juta ton. Dengan

besarnya produksi baja tersebut dan konsumsi tumbuh dibawah pertumbuhan

produksi maka akan terjadi oversupply yang sangat besar pada 5 tahun mendatang.

Sejalan dengan pertumbuhan produksi dan konsumsi baja RRT pada tahun 2006 s.d

2012, situasi perkembangan I dan H section yang merupakan bagian dari baja

(steel) RRT juga secara relatip mengikuti perkembangan steel RRT. Diperkirakan I

dan H Section porsi nya terhadap produksi dan konsumsi baja yaitu sebesar 5 %.

Berarti produksi dan konsumsi I dan H Section yaitu disajikan pada tabel 3 di bawah.

Tabel 3. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) I dan H Section RRT tahun 2013 – 2018 (Juta Ton)

Negara 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1.Produksi 37,9 40,9 44,1 47,8 51,6 55,7 2.Konsumsi 35,4 37,8 40,4 43,1 46,1 49,2

3.Oversupply 2,5 3,1 3,8 4,6 5,5 6,5

Berdasarkan uraian pada tabel 3, kelebihan suplai I dan H section RRT pada tahun

2014 mencapai 3,1 juta ton dan pad athun 2018 mencapai 6,5 juta ton. Jumlah

kelebihan suplai I dan H Section ini sangat besar.

Apabila bea masuk anti dumping I dan H section berakhir pada 23 November 2015,

diperkirakan 5-10% dari kelebihan suplai ini diekspor ke Indonesia berarti jumlah

ekspor pada tahun 2014 bisa mencapai 150.000 – 200.000 ton dan tahun 2015

Page 28: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

28

dapat mencapai 250.000 – 300.000 ton. Dengan demikian, permohonan peninjauan

kembali pengenaan bea masuk anti dumping terhadap I dan H section mempunyai

dasar yang kuat.

Page 29: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

29

G. PROSPEK DAN PANDANGAN KE DEPAN

Dengan diberlakukannya pengenaan Bea Masuk Anti Dumping terhadap impor I dan H

section dari RRT sejak tanggal 23 Nopember 2010 hingga saat ini Pemohon

memperoleh manfaat dimana kinerja Pemohon meningkat dan pada periode Juli 2010-

Juni 2011 hingga Juli 2011-Juni 2012 Pemohon memperoleh keuntungan.

Namun manfaat yang dirasakan semakin berkurang sejak periode Juli 2012-Juni 2013.

Kinerja Pemohon mengalami penurunan yang diitunjukkan adanya penurunan

penjualan, produksi, tenaga kerja, utilisasi kapasitas dan adanya kerugian (loss) serta

meningkatnya persediaan akhir khususnya pada periode Juli 2013-Juni 2014.

Walaupun volume impor dari RRT menurun sejak periode Juli 2010-Juni 2011 hingga

period Juli 2013-Juni 2014, namun harga yang sangat rendah dari impor dari RRT

mengakibatkan terjadinya dampak harga sehingga Pemohon dipaksa mengikuti harga

impor dari RRT yang sangat rendah.

Diperkirakan bahwa adanya harga impor dari RRT yang sangat rendah ini impor dari

RRT telah melakukan dumping yang lebih besar dari besarnya pengenaan bea masuk

anti dumping yang berlaku. Sebagaimana terlihat pada bagian B bahwa marjin dumping

pada periode investigasi sebesar 16,74%.

Jika Pemerintah menghentikan pengenaan bea masuk anti dumping pada bulan

Nopember 2015, impor dari RRT akan langsung membanjiri pasar Indonesia dalam

jumlah yang signifikan dengan harga yang sangat rendah dan harga dumping. Hal ini

tercermin dari adanya produksi dan oversupply dari I dan H Section pada tahun 2006 –

2012 (sebagaimana diuraikan pada Bagian F).

Dengan proyeksi kelebihan suplai mencapai 3,1 juta ton sampai 6,5 juta ton pada tahun

2014 dan tahun 2018, sebesar 5 % dari kelebihan suplai diekspor ke Indonesia

jumlahnya akan cukup besar yaitu pada tahun 104 sebesar 160.000 ton, tahun 2015

sebesar 190.000 ton dan tahun 2016 sebesar 230.000 ton. Jumlah impor rata-rata dari

RRT yang akan membanjiri Indonesia pada tahun 2015 – 2018 sebesar 250.000 ton per

tahun, maka diprediksi pangsa pasar Pemohon akan tergerus sangat besar oleh impor

Page 30: Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf

30

RRT. Dengan jumlah konsumsi rata-rata 526.000 ton per tahun, maka impor dari RRT

akan mengambil pangsa pasar di Indonesia sebesar 50 %. Akibatnya pangsa pasar

Pemohon akan hanya mencapai 200.000 ton saja atau akan turun sebesar 150.000 ton

dari penjualan saat ini sebesar 350.000. Dengan penjualan hanya sebesar 200.000 ton

Pemohon akan mengalami kerugian yang sangat besar. Karena volume penjualan yang

wajar dan menguntungkan adalah sebesar 400.000 ton per tahun.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan adanya kapasitas produksi dan

oversupply I dan H Section yang sangat besar dari RRT yang akan membanjiri pasar

Indonesia dengan harga dumping setelah tanggal 23 Nopember 2015.

Oleh karena itu untuk mencegah berlanjut/berulangnya kerugian, Pemohon

mengharapkan Pemerintah untuk memperpanjang pengenaan bea masuk anti dumping

terhadap impor I dan H section dari RRT selama 5 tahun untuk periode 24 Nopember

2015 sampai dengan 23 Nopember 2020.