Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf
Transcript of Download Data HIS;GunungGarudaPetisiNC.pdf
1
PERMOHONAN PERPANJANGAN PENGENAAN
BEA MASUK ANTI DUMPING
I DAN H SECTION
(PETISI VERSI TIDAK RAHASIA)
DISAMPAIKAN OLEH
PT. GUNUNG GARUDA
2
A. UMUM
1. Latar Belakang
Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap I dan H Section nomer HS
7216.32.00.00 dan 7216.33.00.00 diberlakukan selama 5 tahun yaitu sejak tanggal
23 Nopember 2009 dan akan berakhir pada 23 Nopember 2015. Diberlakukannya
BMAD tersebut mengakibatkan penurunan impor I dan H Section dari Republik
Rakyat Tiongkok (RRT) sehingga PT Gunung Garuda dapat meningkatkan
kinerjanya.
Namun sejak tahun 2013 hingga periode Januari-Juni 2014 kinerja industri dalam
negeri mulai mengalami penurunan, hal ini disebabkan harga impor yang rendah
sejak tahun 2013 hingga periode Januari – Juni tahun 2014 dan adanya
kecenderungan mulai peningkatan pangsa impor periode Januari – Juni 2014.
Penurunan kinerja tersebut diindikasikan terjadinya penurunan penjualan, produksi,
tenaga kerja, utilisasi kapasitas, growth (total aset), kemampuan meningkatkan
modal, produktivitas, upah; peningkatan persediaan dan terjadinya kerugian (loss)
dan return on investment yang negatip, pada periode Januari – Juni 2014.
Mencermati penurunan kinerja tersebut, PT. Gunung Garuda sebagai wakil dari
industri dalam negeri (Pemohon) dan sesuai dengan Anti Dumping Agreement pada
article 11.2, dengan ini mengajukan permohonan perpanjangan pengenaan Bea
Masuk Anti dumping (BMAD) selama 5 tahun berikutnya mulai 23 Nopember 2015
kepada Komite Anti Dumping Indonesia (KADI).
2. Data Pemohon
a. Nama Perusahaan : PT Gunung Garuda
b. Alamat Kantor : Jl. Kampung Sukadanau, Sukadanau
Cikarang Barat, Jawa Barat
c. Alamat Pabrik : Jl Kampung Sukadanau, Sukadanau
Cikarang Barat, Jawa Barat
d. Nomor Telepon Kantor : (021) 8900222
e. Nomor Telepon Pabrik : (021) 8900111
3
f. Nomor Fax : (021) 8900975/8901588
g. Nomor Kontak Person : Djamaluddin
3. Mewakili Industri Dalam Negeri
Jumlah dan persentase produksi PT Gunung Garuda yaitu :
Tabel A.1. Persentase Produksi PT Gunung Garuda
Uraian Satuan Juli 2010 - Juni 2011
Juli 2011 – Juni 2012
Juli 2012– Juni 2013
Juli 2013 - Juni 2014
1. Produksi PT Gunung Garuda
Ton 100,00 97,70 119,68 107,02
2. Produksi PT Krakatau Wajatama
Ton 100,00 109,85 97,66 47,29
3. Total Produksi Nasional Ton 100,00 100,02 115,48 95,63
4. Persentase Produksi Pemohon
% 100,00 97,68 103,64 111,91
Keterangan : Periode Juli 2013 s.d Juni 2014 adalah Periode Investigasi
Produksi PT Gunung Garuda pada periode Juli 2013 s.d Juni 2014 atau sebesar
XXXXX % dari produksi nasional. Jumlah produksi Pemohon memenuhi persyaratan
untuk mewakili industri dalam negeri.
4. Barang yang diproduksi dan dituduh dumping
Uraian Barang yang diproduksi Pemohon :
a. Nama Barang
1) I Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut
selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80 mm atau
lebih;
2) H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih
lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80
mm atau lebih,
4
b. Nomor HS
1) Nomor HS : 7216.32.00.00
2) Nomor HS : 7216.33.00.00
c. Bea Masuk MFN
15 %
d. Karakeristik Fisik
Besi Baja
e. Komposisi Kimia
Carbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Pospor (P), Sulfur (S)
f. Kegunaan barang
Untuk Konstruksi Sipil seperti High dan Low Risk Buildings, Commercial
Buildings, Industrial Buildings, Jembatan, Menara, Perumahan dan Tulangan
untuk trailer
g. Bahan baku
Bahan baku dari I dan H Section adalah Billet, Bloom, dan Beam Blank, dibuat
dari Scrap besi
h. Tipe/Grade
JIS G 3101 SS 400
i. Standar Mutu
JIS G 3101 SS 400
j. Kemasan
Tidak Dalam Kemasan
k. Teknologi
Proses Electic Arc Furnace dan Proses Control berbasiskan Teknologi
Komputer
l. Proses Produksi
Bahan baku Bloom dan Beam Blank masuk ke Working Beam Furnace untuk
dipanaskan, kemudian di roll untuk di giling sesuai ukuran yang diinginkan lalu di
Hot Saw dan Universal Roughing serta Edger stand untuk finishing. Setelah
finishing, dipotong sesuai ukuran kemudian melalui Cooling Bed untuk
pendinginan. Proses akhir harus melalui Straightening Machine untuk diluruskan,
dan kemudian di cek dibagian quality control
5
Uraian Barang yang diduga dumping :
a. Nama Barang
1) I Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut
selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80 mm atau
lebih;
2) H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan yang tidak dikerjakan lebih
lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, dengan tinggi 80
mm atau lebih,
b. Nomor HS
1) Nomor HS : 7216.32.00.00
2) Nomor HS : 7216.33.00.00
c. Bea Masuk
MFN 15% dan China-AFTA: 0%
d. Karakeristik Fisik
Besi Baja
e. Komposisi Kimia
Carbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Pospor (P), Sulfur (S)
f. Kegunaan barang
Untuk Konstruksi Sipil seperti High dan Low Risk Buildings, Commercial
Buildings, Industrial Buildings, Jembatan, Menara, Perumahan dan Tulangan
untuk trailer
g. Bahan baku
Bahan baku dari I dan H Section adalah Billet, Bloom, dan Beam Blank, dibuat dari Scrap
besi
h. Tipe/Grade
JIS G 3101 SS 400
i. Standar Mutu
JIS G 3101 SS 400
j. Kemasan
Tidak Dalam Kemasan
6
k. Teknologi
Proses Electic Arc Furnace dan Proses Control berbasiskan Teknologi
Komputer
l. Proses Produksi
Bahan baku Bloom dan Beam Blank masuk ke Working Beam Furnace untuk
dipanaskan, kemudian di roll untuk di giling sesuai ukuran yang diinginkan lalu di
Hot Saw dan Universal Roughing serta Edger stand untuk finishing. Setelah
finishing, dipotong sesuai ukuran kemudian melalui Cooling Bed untuk
pendinginan
Kesimpulan
Berdasarkan uraian barang di atas, I dan H section yang diproduksi oleh Pemohon
sejenis dengan Barang Impor dumping dari RRT.
5. Negara Pengekspor dan Produsen/Eksportir
Nama dan Alamat Produsen/Eksportir Tiongkok yang mengekspor I dan H Section
yaitu :
Tabel A.2 Nama dan Alamat Eksportir RRT
No. Nama Alamat
1. Laiwu Steel Corporation Gang Cheng District, Laiwu City Shandong province, 271104 China Telephone : 0634-6821120 Fax : 0634-6821121
2. Rizhao Steel Holding Group Co. Ltd. No. 600 Yanhai Road, Rizhao Shandong China, 276806 Telephone : 8610-62002270 Fax : 8610-62002302
7
6. Importir yang diketahui
Tabel A.3 Nama dan Alamat Importir
No. Nama Alamat/Telepon/Fax
1. PT. Sarana Steel Jl. Ancol Barat II Blk B-7 Kav. 104-105, Jakarta No Telepon: 021-6907555 No Fax : 021-6907555
2. PT Cakung Prima Steel Jl. P. Jayakara No. 117 Blok A1, Jakarta No Telepon : 021-6490666 No Fax : 021-6253114
3. PT Sinar Surya Baja Propilindo
Jl. Raya Serang Km 14,5 No. 31 Cikupa, Tangerang 15710 No Telepon : 021-59405533 No Fax : 021-5963030
4. PT. Baja Marga Kharisma Utama Jl. Kapuk Raya No 001 Jakarta - Utara No Telepon : 021-5402733 No Fax : 021-5402734
5. PT. MItra Logam Pratama Jl. P. Jayakarta 123/31, Jakarta Pusat No Telepon : 021-62201545 No Fax : 021-62201935
6. PT Indo Sabang Jl Sabang 17 B, Suarabaya No Telepon : 031 – 352 0967 / 352 3464 No Fax : 031 – 353 1092
7. PT Bina Masa Adikerja
Jl Raya Sukomanunggal Jaya Blok E No 22, Komplek Pertokoan Sukomanunggal, Town Square Surabaya No Telepon : 031-3530230 No Fax : 031-3530230
8. PT. Inti Roda Makmur
Jl. Raya Serang KM 5, Tangerang No Telepon : 021-55657586 No Fax : 021-55657586
9. PT Baja Prima Indo Perkasa Jl Kalimati Wetan No 17, Surabaya No Telepon : 031 – 355 2491 / 355 2721 No Fax : 031 - 3535883
10. PT. Super Tata Raya Steel
Jl. K.H. Zainul Arifin No 76 Jakarta No Telepon : 021-59316611 No Fax : 021-59310088
8
7. Total Impor Barang Dumping Pada Periode Investigasi
Nama Produk : I Section dan H Section dari Besi atau Baja Bukan Paduan
Nomor HS : 7216.32.00.00 dan 7216.33.00.00
Tabel A.4 Impor I dan H Section
Negara Asal Juli 2013 – Juni 2014
Ton USD Pangsa terhadap Total Impor (%)
Negara Tertuduh
1. Republik Rakyat Tiongkok
21.715,125
14.394.316
37,77
Negara Lainnya
1. Singapura
2. Jepang
3. Thailand
4. Korea Republik
5. Ukraina
6. Malaysia
7. Taiwan
8. Luksemburg
9. Amerika Serikat
10.Inggris
11.Negara Lainnya
20.347,308
6.628,978
4.074,934
2.141,915
989,633
352,801
222,315
166,039
121,406
95,319
638,348
15.022.665
6.170.400
4.055.563
2.186.564
674.104
280.314
186.311
162.733
163.692
121.594
679.234
35,39
11,53
7,09
3,73
1,72
0,61
0,39
0,29
0,21
0,17
1,11
Total Impor
57.494,121
44.097.491
100,00
Persentase impor dari Tiongkok pada Periode Investigasi (Juli 2013 s.d Juni 2014)
terhadap total impor sebesar 37,77 %.
9
B. DUGAAN DUMPING
1. Normal Value
Sekalipun Pemohon telah berusaha untuk mencari, normal value dari negara RRT
tidak diperoleh. Oleh karena itu, normal value dikonstruksi berdasarkan pada
perhitungan biaya produksi Pemohon dengan komponen: biaya bahan baku (harga
scrap impor di Singapura, harga Ferro Silicon dan Silicon Manganese di Hong
Kong, harga batu kapur dari dalam negeri dan harga Carbon raiser impor dari RRT),
biaya tenaga kerja langsung, overhead pabrik, biaya penjualan dan biaya
administrasi. Harga domestik eks pabrik adalah penjumlahan komponen biaya
produksi ditambah keuntungan. Harga Silicon Mangannese didasarkan atas bukti
harga di Hong Kong pada commercial invoice (Lampiran 1), harga Ferro Silicon
berdasarkan bukti harga di Hong Kong pada commercial invoice (Lampiran 2),
harga Carbon raiser didasarkan bukti harga di Xingang China pada commercial
invoice (Lampian 3), dan harga scrap didasarkan harga penawaran dari Hong Kong
(Lampiran 4).
Harga Domestik Eks pabrik
a. Biaya Bahan Baku XXXXX USD/Ton
Scrap XXXXX USD/ton
Ferro Silicon XXX USD/Ton
Silicon Manganese XXXX USD/Ton
Batu Kapur XXXX USD/Ton
Carbon raiser XXX USD/Ton
b. Upah tenaga kerja Langsung XXXX USD/Ton
c. Overhead Pabrik XXXXX USD/Ton
d. Biaya Penjualan XXX USD/Ton
e. Biaya Administrasi XXXX USD/Ton
Total Biaya Produksi XXXXX USD/Ton
Keuntungan (10 %) XXX USD/Ton
Harga Domestik eks Pabrik XXXXX USD/Ton
10
2. Harga Ekspor
Harga ekspor eks pabrik dikonstruksi berdasarkan atas harga impor dari RRT dari
data Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2014 dikurangkan dengan biaya sea
freight, biaya inland freight. Nilai sea freight diperoleh dari commercil invoice
pembelian dari Xingang, China (Lampiran 3). Sementara biaya inland freight
didasarkan atas perkiraan biaya yang wajar.
a. Harga Ekspor CIF XXXX USD/Ton
b. Sea Freight XXX USD/Ton
c. Inland freight XX USD/Ton
Harga Ekspor eks Pabrik XXXX USD/Ton
3. Marjin Dumping
Harga Domestik eks pabrik XXXX USD/Ton
Harga Ekspor eks pabrik XXXX USD/Ton
Marjin Dumping XXXX USD/Ton
Marjin Dumping (% terhadap harga ekspor 16,74 % CIF)
11
C. KERUGIAN
1. Indikator Kinerja Pemohon
Tabel C.1 Indikator Kerugian Pemohon Periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013–Juni 2014
N
o Indikator Satuan
Juli 2010 s.d
Juni 2011
Juli 2011 s.d
Juni 2012
Juli 2012 s.d
Juni 2013
Juli 2013 s.d
Juni 2014
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Penjualan Dalam Negeri
Profit
Produksi
Pangsa Pasar
Produktivitas
Return on Invesment
Utilisasi Kapasitas
Harga dalam Negeri
Besaran Marjin Dumping
Arus Kas
Persediaan
Tenaga Kerja
Gaji
Pertumbuhan Aset
Kemampuan
Meningkatkan Modal
Kapasitas Terpasang
Ton
Rp Milyar
Ton
%
Ton/Org
%
%
Rph/Ton
%
USD
Ton
Orang
Rp Milyar
USD
USD
Ton
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
119,20
373,51
97,70
110,53
98,53
322,60
97,70
110,72
100,00
(141,86)
48,33
99,16
134,66
114,16
185,62
100,00
115,39
(45,28)
119,68
110,30
103,13
(30,82)
119,68
101,47
100,00
(215,19)
125,63
116,05
160,19
133,85
234,51
100,00
111,61
(156,81)
107,02
129,54
104,53
(87,67)
107,02
106,47
245,10
63,60
129,89
102,38
184,46
143,98
229,24
100,00
2. Perkembangan Indikator Kinerja Pemohon
a. Penjualan dalam negeri
Penjualan Pemohon sesudah diberlakukannya bea masuk anti dumping
terhadap impor dari RRT mengalami peningkatan sejak periode Juli 2010-Juni
2011 hingga periode Juli 2011-Juni 2012. Akan tetapi pada periode berikutnya
penjualan mengalami penurunan, dimana pada periode Juli 2012-Juni 2013
terjadi penurunan cukup besar yaitu turun 3,19 % dibandingkan penjualan pada
12
periode Juli 2011-Juni 2012. Tren penurunan penjualan ini berlanjut hingga
periode Juli 2013-Juni 2014 dan pada periode ini penjualan turunnya semakin
besar yaitu 3,28 %.
b. Laba/Rugi
Sama halnya dengan penjualan, pada periode sesudah pengenaan bea masuk
anti dumping terhadap impor dari RRT Pemohon memperoleh keuntungan pada
awalnya yaitu pada periode Juli 2010-Juni 2011 diperoleh keuntungan XXXX
milyar rupiah dan pada periode Juli 2011-Juni 2012 sebesar XXXXX milyar
rupiah. Namun pada periode berikutnya Pemohon mengalami kerugian (loss)
dimana pada periode Juli 2012-Juni 2013 sebesar XXXXX milyar rupiah dan
pada periode Juli 2013-Juni 2014 sebesar XXXXX milyar rupiah.
Kerugian ini akibat penurunan harga cukup signifikan dari impor dari RRT pada
periode Juli 2012-Juni 2013 dan periode Juli 2013-Juni 2014. Pada 2 periode
terakhir ini Pemohon terpaksa melakukan penurunan harga (dalam hal harga
dikonversikan dalam USD) untuk dapat mempertahankan volume penjualan yang
memadai. Harga Pemohon pada periode Juli 2012-Juni 2013 turun sebesar
144,43 USD/Ton dibandingkan periode sebelumnya, dan pada periode Juli 2013-
Juni 2014 juga turun sebesar XXXXX USD/Ton. Penurunan harga ini
mengakibatkan harga jual pemohon berada di bawah biaya produksi pada 2
periode terakhir akibatnya Pemohon mengalami kerugian. Penurunan harga jual
pada periode juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014 bertujuan untuk
mencegah terjadinya penurunan volume penjualan yang lebih besar lagi.
c. Produksi
Penurunan penjualan pada periode Juli 2012-juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014
mengakibatkan Pemohon harus menurunkan volume produksi khususnya pada
periode Juli 2013-Juni 2014. Pada periode ini produksi turun 10,58 %
dibandingkan volume produksi periode Juli 2012-Juni 2013. Penurunan produksi
pada periode Juli 2013-Juni 2014 ini bertujuan untuk menghindarkan
menumpuknya persediaan akhir dalam jumlah besar.
13
d. Pangsa Pasar
Walaupun terjadi penurunan volume penjualan pada periode Juli 2012-Juni 2013
dan Juli 2013-Juni 2014, pangsa pasar Pemohon pada periode terakhir ini
meningkat yaitu dari XXXXX % pada periode Juli 2011-Juni 2012 menjadi
XXXXX % pada periode Juni 2013-Juni 2014. Hal ini terjadi karena konsumsi
nasional mengalami penurunan dan ini dapat disebabkan suatu kondisi dimana
kebutuhan pemakai I dan H Section mengalami penurunan.
e. Produktivitas
Produktivitas Pemohon pada periode Juli 2010-Juni 2011 hingga periode Juli
2013-Juni 2014 mengalami peningkatan. Meningkatnya produktivitas pada
periode terakhir lebih disebabkan adanya penurunan jumlah tenaga kerja tak
langsung cukup signifikan walaupun produksi juga mengalami penurunan.
f. Return on Investment
Pada periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2011-Juni 2012 Pemohon memperoleh
return on investment (ROI) yang positip dan hal ini karena Pemohon memperoleh
profit. Namun pada 2 periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni
2014) Pemohon mendapatkan ROI negatip. ROI negatip ini menunjukkan bahwa
Pemohon pada 2 periode terakhir ini tidak mendapatkan keuntungan sehingga
tidak diperoleh tambahan dana untuk mengembalikan investasi.
g. Utilisasi Kapasitas
Sama halnya dengan tren produksi yang meningkat pada 3 periode awal, utilisasi
kapasitas juga mengalami peningkatan pada 3 periode sama (Juli 2010-Juni
2011, Juli 2011-Juni 2012 dan Juli 2012-Juni 2013). Namun pada periode
terakhir (Juli 2013-Juni 2014) utilisasi kapasitas menurun cukup signifikan yaitu
sebesar 10,58 % dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan utilisasi
kapasitas ini mengindikasikan terjadinya penurunan volume produksi.
h. Harga Domestik
Harga Pemohon pada pada 2 periode setelah pengenaan bea masuk anti
dumping cukup tinggi dan berada di atas biaya produksi akan tetapi pada 2
periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014) harga Pemohon
14
mengalami penurunan. Terjadinya penurunan harga domestik (dalam USD/Ton)
selama 2 periode terakhir ini jelas terkait erat dengan penurunan harga impor
dari RRT pada 2 periode terakhir. Harga Impor dari RRT pada periode Juli 2012-
Juni 2013 turun menjadi 778,95 USD/Ton dan pada periode Juli 2013-Juni 2013
turun menjadi 745,29 USD/Ton. Akibatnya harga domestik mengikuti tren
penurunan harga impor dari RRT.
i. Besaran Marjin Dumping
Pengenaan bea masuk anti dumping terhadap impor dari RRT berdasarkan PMK
Nomor: 195/PMK.011/2010 sebesar 6,83 % yang berlaku sejak Nopember 2010.
Berdasarkan perhitungan marjin dumping pada periode penyelidikan (Juli 2013-
Juni 2014) diperoleh besaran bea masuk anti dumping sebesar 16,74 %.
j. Arus Kas
Arus kas Pemohon pada awal periode (Juli 2010-Juni 2011) mencapai XXXX juta
USD, namun pada 2 periode berikutnya arus kas Pemohon adalah negatip.
Terjadinya arus kas terkait dengan kerugian (loss) yang dialami khususnya pada
periode Juli 2012 – Juni 2013.
k. Persediaan Akhir
Akibat penjualan yang menurun pada 2 periode terakhir, persediaan akhir
mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu pada periode Juli 2012 – Juni
2013. Hal ini terjadi karena pada periode Juli 202-Juni 2013 produksi pemohon
meningkat cukup tajam. Peningkatan produksi pada periode Juli 2012 – Juni
2013 ini terkait dengan adanya peningkatan penjualan sangat signifikan pada
periode Juli 2011-Juni 2012. Dengan adanya peningkatan penjualan ini
ditargetkan bahwa penjualan pada periode Juli 2012 – Juni 2013 meningkat lagi,
namun yang terjadi penjualan pada periode Juli 2012 – Juni 2013 menurun
sehingga adanya jumlah produksi yang besar pada periode Juli 2012 – Juni 2013
berakibat meningkatnya persediaan akhir pada peiode tersebut.
Karena adanya jumlah persediaan yang besar pada periode Juli 2012 – Juni
2013 mengakibatkan persediaan akhir pada periode berikutnya ikut terkena
dampak. Karena penjualan menurun pada periode Juli 2013 – Juni 2014
15
sementara produksi lebih besar dari penjualan mengakibatkan persediaan akhir
pada periode ini lebih besar dari persediaan sebelumnya.
l. Tenaga kerja
Karena produksi meningkat cukup siginifikan pada periode Juli 2012 – Juni
2013 dibanding periode sebelumnya sehingga jumlah tenaga kerja juga
meningkat untuk menghasilkan jumlah produksi yang meningkat tersebut.
Namun pada periode terakhir jumlah tenaga kerja dikurangi akibat produksi yang
menurun cukup tajam. Pada periode Juli 2013-Juni 2014 jumlah tenaga kerja
menjadi XXXXX orang atau terjadi pengurangan sebesar XXXX orang
dibandingkan jumlah tenaga kerja pada periode sebelumnya (periode Juli 2012-
Juni 2013).
m. Upah
Jumlah upah pada periode Juli 2010 s.d Juni 2014 meningkat. Hal ini
disebabkan terjadi kenaikan Upah Minimum khususnya pada tahun 2012. Dan
peningkatan total upah pada periode Juli 2012 – Juni 2013 disebkan adanya
peningkatn jumlah tenaga kerja.
n. Pertumbuhan Aset
Pada periode Juli 2012-Juni 2013 total aset Pemohon sebesar XXXXX Juta USD
dan pada periode Juli 2013-Juni 2014 meningkat menjadi XXXXX juta USD atau
sedikit meningkat dibanding periode sebelumnya.
o. Kemampuan meningkatkan modal
Pada periode akhir (Juli 2013-Juni 2014) kemampuan meningkatkan modal
Pemohon mengalami penurunan yaitu dari XXXXX juta USD pada periode Juli
2012-Juni 2013 menjadi XXXXX USD. Kemampuan meningkatkan modal yang
menurun ini akibat adanya kerugian yang terjadi pada 2 periode terakhir. Jelas
ini menunjukkan bahwa Pemohon tidak dapat mengembangkan kapasitasnya
pada periode terakhir.
16
3. Kesimpulan
Dari uraian kinerja di atas, Pemohon pada awal pengenaan bea masuk anti dumping
tehadap impor dari RRT (periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2011-Juni 2012)
memperoleh keuntungan. Akan tetapi pada periode berikutnya terutama pada
Periode Investigasi Pemohon mengalami kerugian yang diindikasikan dengan
penurunan penjualan, produksi, tenaga kerja, utilisasi kapasitas dan kemampuan
meningkatkan modal, serta pemingkatan persediaan dan terdapatnya kerugian
(loss).
17
D. HUBUNGAN KAUSAL ANTARA DUMPING DAN KERUGIAN
1. Dampak Volume (Volume Effect)
Perkembangan Volume Impor periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 yaitu
:
a. Secara Absolut
Tabel D.1. Volume impor Periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (Dalam Ton)
Negara
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1 Negara diduga dumping
a. RRT
2.Negara Lain
a. Singapura
b. Jepang
c. Tahiland
d. Korea Republik
e. Negara lain
3.Total volume Impor
57.316,727
17.690,664
4.120,111
2.454,909
4.519,208
3.485,420
89.587,039
31.256,247
20.190,711
1.241,189
3.349,929
6.554,207
3.587,308
66.179,591
26.714,225
27.328,760
3.380,421
3.191,010
1.777,570
4.346,317
66.738,303
21.715,125
20.347,308
6.628,978
4.074,934
2.141,915
2.585,860
57.494,121
Volume impor dari RRT menurun dari 26.714,225 ton pada periode Juli 2012- Juni
2013 menjadi 21.715,125 ton pada periode Juli 2013-Juni 2014. volume impor pada
periode Juli 2013-Juni 2014 tersebut turun sebesar 18,71 % dibandingkan volume
impor pada periode sebelumnya. Tren penurunan impor dari RRT juga dialami oleh
total impor dimana total impor pada periode Juli 2010-Juni 2011 sampai dengan
periode Juli 201-Juni 2014 juga mengalami penurunan dengan tingkat yang hampir
sama.
18
b. Secara Relatif
Tabel D.2. Pangsa pasar Impor periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014
(Dalam %)
Negara
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1 Negara diduga dumping
a. RRT
2.Negara Lain
a. Singapura
b. Jepang
c. Thailand
d. Korea Republik
e. Negara lain
3.Total pangsa pasar Impor
4. Pangsa Pasar Pemohon
5.Pangsa Pasar PT Krakatau
Wajatama
6.Total Konsumsi
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
50,56
105,82
27,93
126,52
134,47
95,52
68,50
110,52
96,82
100,00
44,55
147,65
78,42
124,24
37,60
119,19
71,20
110,29
95,07
100,00
43,97
133,49
186,73
192,65
55,01
86,13
74,49
129,53
34,60
100,00
Pangsa pasar impor dari RRT mengalami penurunan sejak dikenakan bea
masuk anti dumping pada Nopember 2010 yaitu pada periode Juli 2011-Juni
2012 pangsa pasar impor dari RRT menurun dari XXXX % menjadi XXXX %
pada periode Juli 2010-Juni 2011.
Namun setelah itu, pada Tabel D.2 ditunjukkan bahwa pada periode Juli 2011-
Juni 2012 hingga periode Juli 2013-Juni 2014 tingkat pangsa pasar impor dari
RRT adalah cukup stabil. Ini mengindikasikan bahwa impor dari RRT masih
cukup dominan pada pasar Indonesia walaupun ada pengenaan bea masuk anti
dumping terhadap impor dari RRT.
19
c. Kesimpulan
Impor dari RRT secara absolut pada periode Juli 2010-Juni 2011 hingga Periode
investigasi mengalami penurunan, namun secara relatip pangsa pasar impor dari
RRT pada Juli 2011-Juni 2012 hingga Periode Investigasi cukup stabil dan masih
cukup dominan dibandingkan dengan impor dari negara lainnya walaupun sudah
dikenakan bea masuk anti dumping. Dengan demikian dapat disimpulkan apabila
bea masuk anti dumping dicabut maka impor dari RRT baik secara absolut
maupun relatif akan meningkat.
2. Dampak Harga (Price Effect)
Perkembangan harga impor /pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014
yaitu :
a. Price Undercutting dan Price Depression
Tabel D.3. Harga Impor dan Pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014
Negara
Satuan
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1. Harga Impor RRT
2. Harga Pemohon
3. Price Undercutting
4. Price Depression
USD/Ton
USD/Ton
USD/Ton
%
USD/Ton
%
100,00
100,00
100,00
100,00
-
-
106,43
109,06
140,28
131,81
101,27
91,73
-
-
100,00
100,00
96,89
85,92
-
-
33,58
39,92
Keterangan :
1. Harga impor dari RRT di tingkat Pembeli di pelabuhan = Harga impor CIF + bea masuk anti dumping (6,83 %) + profit (5 %) untuk importir + Terminal Handling cost (4 USD/Ton)
2. Harga jual domestik Pemohon adalah harga jual di pabrik 3. Harga jual Pemohon di tingkat pabrik sama tingkatnya dengan harga impor di pelabuhan di tingkat pembeli 4. Kurs 1 USD yaitu: Thn 2010 : Rp. 8.936,33; Thn 2011: Rp. 9.072,44; Thn 2012:Rp. 9.885,10; dan Thn
2013: Rp. 11.072,91
Harga jual Pemohon setelah pengenaan bea masuk anti dumping mengalami
kenaikan sampai periode Juli 2011-Juni 2012. Namun sejak Juni 2012 harga
20
Pemohon menurun mengikuti tren penurunan harga impor dari RRT pada periode
Juli 2012-Juni 2013 hingga Juli 2013-Juni 2014 sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel D.3 di atas.
Karena adanya tekanan dari barang dumping asal RRT pada 2 periode terakhir
menyebabkan terjadinya price depression terhadap harga Pemohon. Pada
periode Juli 2010-Juni 2011 harga Pemohon meningkat sebesar 9%, namun
pada periode Juli 2011-Juni 2012 sampai dengan Juli 2013-Juni 2014 terjadi tren
penurunan sebesar 6%.
b. Price Suppression
Tabel D.4. Harga dan Biaya produksi Pemohon periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014
Negara
Satuan
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1. Harga Pemohon
2. Biaya Produksi
3. Selisih Harga dan biaya
produksi
4. Price Suppression
USD/Ton
USD/Ton
USD/Ton
USD/Ton
%
100,00
100,00
100,00
-
-
109,06
104,92
308,63
-
-
91,73
94,37
(35,48)
100,00
100,00
85,92
90,04
(13,36)
319,50
334,85
Keterangan : 1. Kurs 1 USD dalam Rupiah yaitu : Thn 2010 : Rp. 8.936,33; Thn 2011 : Rp. 9.072,44; Thn 2012 : Rp.
9.885,10 dan Thn 2013 : Rp. 11.072,91
Terlihat pada tabel D.2 bahwa harga Pemohon pada 2 periode awal lebih besar
dari biaya produksi sehingga pemohon pada 2 periode ini memperoleh
keuntungan. Namun pada 2 periode terakhir (Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-
Juni 2014) harga Pemohon berada di bawah biaya produksi sehingga Pemohon
mengalami kerugian. Hal ini terjadi akibat adanya penekanan dari harga impor
dari RRT pada 2 periode terakhir tersebut. Jelas pada 2 periode terakhir (periode
Juli 2012-Juni 2013 dan Juli 2013-Juni 2014) terdapat price suppresion.
21
c. Kesimpulan
Dari uraian pada bagian D.2 dapat dilihat telah terjadi price depression dan price
suppression. Oleh karena itu terdapat dampak harga yang diakibatkan oleh
impor dari RRT atas penjualan pemohon pada Periode Investigasi.
Melihat tren harga impor dari RRT yang terus menurun sejak Juli 2011-Juni 2012
sampai dengan Juli 2013-Juni 2014 dapat diperkirakan apabila bea masuk anti
dumping dicabut harga impor dari RRT akan terus menurun yang mengakibatkan
besaran marjin dumping akan bertambah besar.
22
E. FAKTOR LAIN
1. Volume Impor Negara Lain
Tabel E.1. Impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014
(Dalam Ton)
Negara
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1. Negara Lain
a. Singapura
b. Jepang
c. Thailand
d. Korea Republik
e. Negara lain
2. Total volume Impor
17.690,664
4.120,111
2.454,909
4.519,208
3.485,420
89.587,039
20.190,711
1.241,189
3.349,929
6.554,207
3.587,308
66.179,591
27.328,760
3.380,421
3.191,010
1.777,570
4.346,317
66.738,303
20.347,308
6.628,978
4.074,934
2.141,915
2.585,860
57.494,121
Tabel E.1 memperlihatkan bahwa impor dari negara-negara lainnya mengalami penurunan
pada periode Juli 2013-Juni 2014 dibandingkan periode impor pada periode Juli 2012-Juni
2013, sementara itu pada periode tersebut impor dari Jepang, Thailand dan Korea Republik
mengalami kenaikan. Impor dari Jepang meningkat sebesar 96,10 %, Impor dari Thailand
meningkat 27,70 % dan impor dari Korea Republik meningkat 20,50 %.
Walaupun impor dari Jepang, Thailand dan Korea Republik meningkat pada periode Juli
2013-Juni 2014 akan tetapi jumlahnya tidak signifikan yaitu sebesar 12.845,9 ton. Dilihat
dari hal harga impor di tingkat pembeli (rata-rata sebesar 1.040,94 USD/Ton sampai
1.141,61 USD/Ton) sebagaimana diuraikan pada Tabel E.2, harga impor dari 3 negara ini
jauh di atas harga impor dari RRT yang besarnya 745,29 USD/Ton ataupun jauh di atas
harga jual Pemohon yang besarnya hanya XXXXX USD/ton.
Dengan demikian impor negara lainnya tidak mempengaruhi harga dan penurunan
penjualan Pemohon pada periode Juli 2013-Juni 2014.
23
Tabel E.2. Harga impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (di tingkat pembeli)
(Dalam USD/Ton)
Negara
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1 Negara diduga dumping
a. RRT
2.Negara Lain
a. Singapura
b. Jepang
c. Thailand
d. Korea Republik
e. Negara Lainnya
769,18
1.006,76
1.024,81
1.042,83
1.275,01
1.219,91
818,66
1.037,44
1.337,19
1.128,47
1.070,80
1.479,40
778,95
870,31
1.039,49
1.110,84
990,51
869,43
745,29
829,65
1.044,94
1.116,98
1.145,61
861,73
2. Perkembangan Konsumsi Nasional
Tabel E.3. Harga impor negara-negara lain periode Juli 2010-Juni 2011 s.d Juli 2013-Juni 2014 (di tingkat pembeli)
(Dalam Ton)
Uraian
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1. Penjualan Pemohon
2. Penjualan PT KWT
3. Total Impor
100,00
100,00
100,00
119,20
104,43
74,33
115,39
99,47
74,50
109,94
29,81
64,18
Konsumsi Nasional
100,00
107,94
104,62
85,14
Konsumsi nasional untuk I dan H Section pada periode Juli 2010-Juni 2011 sampai
dengan Juli 2013-Juni 2014 cenderung menurun walaupun pada periode Juli 2011-
Juni 2012 meningkat dibanding konsumsi pada periode sebelumnya. Tren
penurunan Penjualan Pemohon juga mengikuti tren penurunan konsumsi nasional.
Penjualan Pemohon mengalami penurunan sejak periode Juli 2011-Juni 2012
hingga period Juli 2013-Juni 2014.
24
Walaupun demikian, kecenderungan penurunan konsumsi nasional tidak akan terus
terjadi pada tahun-tahun mendatang. Konsumsi nasional atas I dan H section
berkaitan langsung dengan pertumbuhan pembangunan perumahan, pabrik,
gudang, jembatan dan tower di Indonesia. Diperkirakan pada beberapa tahun
mendatang pembangunan perumahan dan infrastruktur akan jauh lebih pesat
sehingga kebutuhan akan I dan H Section jauh melebihi volume tertinggi konsumsi
nasional pada periode Juli 2011-Juni 2012 sebesar XXXXX ton.
3. Perkembangan Ekspor Pemohon
Uraian
Juli 2010
s.d Juni 2011
Juli 2011
s.d Juni 2012
Juli 2012
s.d Juni 2013
Juli 2013
s.d Juni 2014
1. Volume Ekspor (Ton)
2. Nilai Ekspor (Milyar
Rph)
100,00
100,00
297,75
321,17
28,27
30,69
26,19
32,83
Volume dan nilai ekspor Pemohon pada periode Investigasi menurun dibandingkan
periode sebelumnya. Volume dan nilai ekspor ini sangat kecil atau dibawah 1 %
dari volume dan nilai penjualan domestik. Dengan demikian ekspor tidak
mempengaruhi kerugian yang dialami Pemohon pada Periode Investigasi.
4. Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh produsen RRT tidak berbeda dengan teknologi yang
digunakan oleh Pemohon yaitu dengan proses Electic Arc Furnace dan Proses
Control berbasiskan Teknologi Komputer.
25
5. Kesimpulan
Adanya harga yang jauh lebih tinggi dari negara lainnya jelas tidak berpengaruh
terhadap kerugian Pemohon. Volume ekspor dan nilai ekspor Pemohon jumlahnya
sangat kecil dibandingkan nilai penjualan domestik Pemohon sehingga ekspor tidak
mempunyai pengaruh terhadap kerugian Pemohon. Teknologi yang digunakan oleh
produsen RRT relatip sama dengan teknologi yang digunakan oleh Pemohon.
Kerugian Pemohon bukan diakibatkan oleh konsumsi nasional, karena konsumsi
nasional yang menurun juga diikuti dengan penurunan penjualan Pemohon dan
impor.
Dengan demikian faktor lainnya (impor negara lain, ekspor Pemohon, teknologi
Pemohon dan konsumsi nasional) tidak mempunyai pengaruh terhadap kerugian
Pemohon.
26
F. PRODUKSI DAN KONSUMSI BAJA (STEEL) DAN H DAN I SECTION RRT
1. Produksi, Konsumsi dan Oversupply Baja RRT tahun 2006 - 2012
Konsumsi baja RRT sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 meningkat rata-rata
sebesar 6,8 % yaitu dari 388 juta ton tahun 2006 menjadi 663 juta ton tahun 2012
(sebagaimana diuraikan pada tabel 1). Pertumbuhan konsumsi ini lebih rendah dari
pertumbuhan produksi baja RRT pada periode yang sama dimana pertumbuhan
produksi baja mencapai 8 % per tahun.
Jumlah produksi yang lebih besar dari konsumsi baja RRT menghasilkan kelebihan
suplai (oversupply) baja di RRT periode tahun 2006 – 2012. Pada tahun 2012 terjadi
kelebihan produksi (ovesupply) sebanyak 39 juta ton.
Tabel 1. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) Baja RRT tahun 2006 – 2012 (Juta Ton)
Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Produksi 422 488 498 566 637 683 702 2. Konsumsi 388 436 453 559 611 650 663 3.Oversupply 34 52 45 7 26 33 39
Sumber : Global Steel, 2013; Chinese Steel Sector
2. KELEBIHAN SUPLAI BAJA RRT tahun 2013 - 2018
Berdasarkan perkembangan produksi dan konsumsi baja RRT pada tabel 1 di atas,
produksi baja RRT periode tahun 2006 – 2012 mengalami kenaikan rata-rata 8 %
per tahun dan konsumsi baja RRT pada periode yang sama meningkat sebesar 6,8
% per tahun. Berdasarkan analisis tersebut pada tahun 2013 sampai 2018 diprediksi
akan terjadi kelebihan suplai (oversupply) yang besar di RRT sebagaimana
diuraikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) Baja RRT tahun 2013 – 2018 (Juta Ton)
Negara 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1. Produksi 758,2 818,8 884,3 955,1 1.031,5 1.114,0 2. Konsumsi 708,1 756,2 807,7 862,6 921,2 983,9 3 .Oversupply 50,1 62,6 76,7 92,5 110,2 130,1
27
Berdasarkan proyeksi produksi dan konsumsi baja tahun 2013 sampai tahun 2018
(lihat tabel 2 di atas), pada tahun 2013 terjadi kelebihan suplai baja di RRT
sebanyak 50,1 juta ton dan pada tahun 2018 mencapai 130,1 juta ton. Kelebihan
suplai baja ini pada tahun 2014 hingga 2018 yang sangat besar ini akan dilempar
keluar atau diekspor ke negara-negara lain. Indonesia akan menjadi salah satu
sasaran ekspor baja RRT pada tahun 2014 hingga tahun 2018.
3. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KONSUMSI I DAN H SECTION
Berdasarkan uraian di atas produksi baja RRT merupakan terbesar di dunia sejak
tahun 2006 sampai tahun 2013. Dan berdasarkan analisis bahwa produksi baja RRT
diproyeksikan tumbuh rata-rata 8 % per tahun, pada tahun 2014 produksi baja RRT
mencapai 818,8 juta ton dan hingga tahun 2018 mencapai 1.114 Juta ton. Dengan
besarnya produksi baja tersebut dan konsumsi tumbuh dibawah pertumbuhan
produksi maka akan terjadi oversupply yang sangat besar pada 5 tahun mendatang.
Sejalan dengan pertumbuhan produksi dan konsumsi baja RRT pada tahun 2006 s.d
2012, situasi perkembangan I dan H section yang merupakan bagian dari baja
(steel) RRT juga secara relatip mengikuti perkembangan steel RRT. Diperkirakan I
dan H Section porsi nya terhadap produksi dan konsumsi baja yaitu sebesar 5 %.
Berarti produksi dan konsumsi I dan H Section yaitu disajikan pada tabel 3 di bawah.
Tabel 3. Produksi, Konsumsi dan Kelebihan Suplai (Oversupply) I dan H Section RRT tahun 2013 – 2018 (Juta Ton)
Negara 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1.Produksi 37,9 40,9 44,1 47,8 51,6 55,7 2.Konsumsi 35,4 37,8 40,4 43,1 46,1 49,2
3.Oversupply 2,5 3,1 3,8 4,6 5,5 6,5
Berdasarkan uraian pada tabel 3, kelebihan suplai I dan H section RRT pada tahun
2014 mencapai 3,1 juta ton dan pad athun 2018 mencapai 6,5 juta ton. Jumlah
kelebihan suplai I dan H Section ini sangat besar.
Apabila bea masuk anti dumping I dan H section berakhir pada 23 November 2015,
diperkirakan 5-10% dari kelebihan suplai ini diekspor ke Indonesia berarti jumlah
ekspor pada tahun 2014 bisa mencapai 150.000 – 200.000 ton dan tahun 2015
28
dapat mencapai 250.000 – 300.000 ton. Dengan demikian, permohonan peninjauan
kembali pengenaan bea masuk anti dumping terhadap I dan H section mempunyai
dasar yang kuat.
29
G. PROSPEK DAN PANDANGAN KE DEPAN
Dengan diberlakukannya pengenaan Bea Masuk Anti Dumping terhadap impor I dan H
section dari RRT sejak tanggal 23 Nopember 2010 hingga saat ini Pemohon
memperoleh manfaat dimana kinerja Pemohon meningkat dan pada periode Juli 2010-
Juni 2011 hingga Juli 2011-Juni 2012 Pemohon memperoleh keuntungan.
Namun manfaat yang dirasakan semakin berkurang sejak periode Juli 2012-Juni 2013.
Kinerja Pemohon mengalami penurunan yang diitunjukkan adanya penurunan
penjualan, produksi, tenaga kerja, utilisasi kapasitas dan adanya kerugian (loss) serta
meningkatnya persediaan akhir khususnya pada periode Juli 2013-Juni 2014.
Walaupun volume impor dari RRT menurun sejak periode Juli 2010-Juni 2011 hingga
period Juli 2013-Juni 2014, namun harga yang sangat rendah dari impor dari RRT
mengakibatkan terjadinya dampak harga sehingga Pemohon dipaksa mengikuti harga
impor dari RRT yang sangat rendah.
Diperkirakan bahwa adanya harga impor dari RRT yang sangat rendah ini impor dari
RRT telah melakukan dumping yang lebih besar dari besarnya pengenaan bea masuk
anti dumping yang berlaku. Sebagaimana terlihat pada bagian B bahwa marjin dumping
pada periode investigasi sebesar 16,74%.
Jika Pemerintah menghentikan pengenaan bea masuk anti dumping pada bulan
Nopember 2015, impor dari RRT akan langsung membanjiri pasar Indonesia dalam
jumlah yang signifikan dengan harga yang sangat rendah dan harga dumping. Hal ini
tercermin dari adanya produksi dan oversupply dari I dan H Section pada tahun 2006 –
2012 (sebagaimana diuraikan pada Bagian F).
Dengan proyeksi kelebihan suplai mencapai 3,1 juta ton sampai 6,5 juta ton pada tahun
2014 dan tahun 2018, sebesar 5 % dari kelebihan suplai diekspor ke Indonesia
jumlahnya akan cukup besar yaitu pada tahun 104 sebesar 160.000 ton, tahun 2015
sebesar 190.000 ton dan tahun 2016 sebesar 230.000 ton. Jumlah impor rata-rata dari
RRT yang akan membanjiri Indonesia pada tahun 2015 – 2018 sebesar 250.000 ton per
tahun, maka diprediksi pangsa pasar Pemohon akan tergerus sangat besar oleh impor
30
RRT. Dengan jumlah konsumsi rata-rata 526.000 ton per tahun, maka impor dari RRT
akan mengambil pangsa pasar di Indonesia sebesar 50 %. Akibatnya pangsa pasar
Pemohon akan hanya mencapai 200.000 ton saja atau akan turun sebesar 150.000 ton
dari penjualan saat ini sebesar 350.000. Dengan penjualan hanya sebesar 200.000 ton
Pemohon akan mengalami kerugian yang sangat besar. Karena volume penjualan yang
wajar dan menguntungkan adalah sebesar 400.000 ton per tahun.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan adanya kapasitas produksi dan
oversupply I dan H Section yang sangat besar dari RRT yang akan membanjiri pasar
Indonesia dengan harga dumping setelah tanggal 23 Nopember 2015.
Oleh karena itu untuk mencegah berlanjut/berulangnya kerugian, Pemohon
mengharapkan Pemerintah untuk memperpanjang pengenaan bea masuk anti dumping
terhadap impor I dan H section dari RRT selama 5 tahun untuk periode 24 Nopember
2015 sampai dengan 23 Nopember 2020.