download-1422621171239 coass

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan secara umum di tandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relative tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan. Otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, di selingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar. Secara luas istilah gawat janin telah banyak di pergunakan, istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sesaria atau persalinan buatan lainnya. Keadaan janin biasanya di nilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ) dan yang memeriksa kemngkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Sering di anggap DJJ yang Fetal Distress Page 1

description

Latar belakang

Transcript of download-1422621171239 coass

Page 1: download-1422621171239 coass

BAB I

PENDAHULUAN

    

1.1 Latar Belakang

Kehamilan secara umum di tandai  dengan aktivitas  otot

polos  miometrium  yang relative tenang  yang memungkinkan pertumbuhan

dan perkembangan janin intrauterine  sampai  dengan kehamilan aterm.

Menjelang persalinan. Otot polos  uterus mulai menunjukkan

aktivitas  kontraksi secara terkoordinasi, di selingi dengan suatu

periode  relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang persalinan, serta secara

berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang

mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan

kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar. 

Secara luas istilah gawat janin telah banyak di pergunakan,  istilah ini

biasanya menandakan kekhawatiran  obstetric tentang  keadaan janin, yang

kemudian berakhir dengan seksio sesaria atau persalinan buatan lainnya.

Keadaan janin biasanya di nilai  dengan menghitung  denyut jantung janin

(DJJ) dan yang memeriksa kemngkinan adanya mekonium di dalam cairan

amnion. Sering di anggap  DJJ yang abnormal, terutama bila di temukan

mekonium, menandakan  hipoksia dan asidosis.Misalnya, takikardi janin

dapat di sebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis,  tapi juga oleh

hipertermia sekunder  dari infeksi intrauterine. Keadaan tersebut biasanya

tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis. Sebaliknya, bila DJJ

normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan

dengan  meningkatnya insidensi  asidosis janin. Untuk kepentingan klinik

perlu di tetapkan criteria apa yang di maksud dengan gawat janin. di sebut

gawat janin,  bila di temukan  denyut jantung janin di atas  160/menit atau di

bawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya  mekonium

yang kental pada awal persalinan.

Fetal Distress Page 1

Page 2: download-1422621171239 coass

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAWAT JANIN (FETAL DISTRESS)

2.1.1 Pengertian

Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada

masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata

dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan

tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga

mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat

janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah

ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan

janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan

lainnya.

Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin

(DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom.

Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium,

menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak

benarkan  . Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia

dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.

             Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau

asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion

tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan

klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut

gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau

Fetal Distress Page 2

Page 3: download-1422621171239 coass

dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang

kental pada awal persalinan.

2.1.2 Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:

1. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus - plasenta

dalam waktu singkat) :

1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan

dengan pemberian oksitosin.

2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.

3. Solusio plasenta.

4. Plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta

dalam waktu lama) :

1. Penyakit hipertensi

2. Diabetes mellitus

3. Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat

1. Oligihidramnion

2. Prolaps tali pusat

3. Puntiran tali pusat

d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal

2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi

3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit

Fetal Distress Page 3

Page 4: download-1422621171239 coass

4. Sekuele neorologis neonatal

5. Disfungsi multi organ neonatal

6. PH arteri tali pusat 7,0

2.1.3 Patofisiologi

Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress,

antara lain :

a. Perubahan pada kehamilan Postterm

Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada

kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar

untuk mengelola persalinan postterm.

1.    Perubahan cairan amnion

Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion . Jumlah cairan

amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml

dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan

amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml pada

usia kehamilan 42 dan 43 minggu.

Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang

berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan

postterm dan menyebabkan oligohidramnion.Selain perubahan volume terjadi

pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini

terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan

lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan

perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar.

Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau

kuning.

Fetal Distress Page 4

Page 5: download-1422621171239 coass

Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian

perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan

kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada

persalinan postterm.

Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular. Dengan

mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran.

Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid Index ( AFI ). Bila AFI

kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5 – 10 cm indikasi penurunan

volume cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah normal. AFI 15 – 20 cm terjadi

peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi

polihidramnion.

2.  Perubahan pada plasenta

Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran

gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka

terjadi pula perubahan struktur plasenta.

Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter

dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau di dahului

dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada

kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi

60% - 80 %.   Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai

10 g / 100 g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3

g / 100 g jaringan plasenta kering.

Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark

plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus,

thrombosis arterial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi

plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan

malnutrisi dan asfiksia.

Fetal Distress Page 5

Page 6: download-1422621171239 coass

Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan

plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut :

a.    Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah

basal.

b.   Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal

dari satukotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari

proses kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik ) .

c.    Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan

gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan

tingkat 3.

3.    Perubahan pada janin

Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus

berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami

insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat

lebih dari 4000 g. keadaan ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38

– 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %.

Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik.Janin

postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput

dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan

langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu : rambut panjang, kuku

panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium.

2.1.4 Komplikasi

a. Pada Kehamilan

Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada

gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.

Fetal Distress Page 6

Page 7: download-1422621171239 coass

b.  Pada persalinan

Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :

1. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera

dikeluarkan

2. Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps,

vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio

saesarea (SC)

2.1.5 Diagnosa

Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung

janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan

kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama,

Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes,

kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi

dan perlu penanganan segera.

2.1.6 Klasifikasi

Jenis gawat janin yaitu :

a.    Gawat janin yang terjadi secara ilmiah

1. Gawat janin iatrogenic

Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan

medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah

mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenic akibat dari

pengalaman pemantauan jantung janin.

Fetal Distress Page 7

Page 8: download-1422621171239 coass

2. Posisi tidur ibu

Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava

sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan

perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.

3. Infus oksitosin

Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka

relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus

mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi.

Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti

kontrkasi fisiologik.

4. Anestesi Epidural

Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah

vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia

epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu

berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat.

Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot

jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.

b.  Gawat janin sebelum persalinan

c. Gawat janin kronik

Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila

status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan norma terganggu.

d. Gawat janin akut

Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.

e. Gawat janin selama persalinan

Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung

janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada

Fetal Distress Page 8

Page 9: download-1422621171239 coass

kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam

laktat dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan

Ginekkologi, 1994 : 211-213)

2.1.7 Penatalaksanaan

a.  Penanganan umum

1. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin danpembawaan

oksigen dari obu ke janin lebih lancer.

2. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.

3. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin,

karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang

berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.

4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah

penanganan yang sesuai.

5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap

abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan

dalam untuk mencari penyebab gawat janin:

a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat

b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter

c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran

segera merupakan indikasi.

Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan

pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan

jalannya persalinan.

b.   Penatalaksanaan Khusus

1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk

membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah

Fetal Distress Page 9

Page 10: download-1422621171239 coass

balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan

dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.

2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai

usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu

curahan darah ke ruang intervilli.

4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 %

berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan

pada syok hemoragik.

5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan

menentukan perjalanan persalinan.

6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi

risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung

dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap.

Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan

laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan

mekoneum dengan pipa endotrakeal.

a.      Prinsip Umum :

1. Bebaskan setiap kompresi tali pusat

2. Perbaiki aliran darah uteroplasenter

3. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau

kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran

(pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktor-

faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan

jalannya persalinan.

b.     Penatalaksanaan Khusus

1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk

membebaskan kompresi aortokaval dan

memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran

Fetal Distress Page 10

Page 11: download-1422621171239 coass

darah uteroplasenter.Perubahan dalam posisi juga dapat

membebaskan kompresi tali pusat.

2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit

sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen

fetomaternal.

3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan

mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.

4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 %

dalam larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan

pada syok hemoragik.

5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat

dan menentukan perjalanan persalinan.

6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir

mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah

kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari

mekoneum dengan kateter pengisap.Segera setelah

kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi

langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum

dengan pipa endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin

dkk.2002 )

c.   Pengelolaan Antepartum     

Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur

kehamilan. Menentukan umur kehamilan dapat dengan

menghitung dari tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil

pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan 12-20 minggu.

Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat

untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume

cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan

tingkat kematangan plasenta. Untuk menilai kesejahteraan janin

dimulai dari umur kehamilan 40 minggu dengan pemeriksaan Non

Stess Test (NST). Pemeriksaan ini untuk menditeksi terjadinya

Fetal Distress Page 11

Page 12: download-1422621171239 coass

insufisiensiplasenta tetapi tidak adekuat untuk mendiagnosis

oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin.   Secara teori

pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST juga menilai

volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan gerakan

janin. Pemeriksaan lain yaituOxytocin Challenge Test (OCT) menilai

kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis, hipoksia

janin dan deselerasi lambat. 

Penilaian ini dikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu.

Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali

seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan. Penulis lain

melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai

umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan

kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 41 minggu.   

Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan

adanya mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi

janin segera dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk

mengencerkan mekonium. Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu

mempunyai serviks tidak matang dengan Bishop score kurang dari 7.

Ditemukan 40% dari 3047 wanita dengan kehamilan 41 minggu

mempunyai serviks tidak dilatasi. Sebanyak 800 wanita hamil

postterm diinduksi dan dievaluasi di Rumah Sakit Parkland. Pada

wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua kali meningkatkan seksio

cesarea karena distosia.

d.    Pengelolaan Intrapartum

Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi

bahayapada janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus

dipastikan adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin

baik.Induksikehamilan 42 minggu menjadisatuputusan

bilaserviks matang dengan monitoring janin secara serial. Pilihan

persalinantergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak

Fetal Distress Page 12

Page 13: download-1422621171239 coass

adakelainan kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan dua

pengelolaan. Pengelolaan tersebut adalahinduksi persalinan dan

monitoring janin. Dilakukan pemeriksaan pola denyut jantung janin.

Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan

kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress

dimonitor dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila

ditemukan variabel deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang

panjang maka seksio cesarea segera dilakukan karena janin dalam

bahaya.

Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka

kemungkinan terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat

menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini

dapat dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan

yang efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir.

Jika didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin

setelah lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.

Fetal Distress Page 13

Page 14: download-1422621171239 coass

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi

pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi

nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin

peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin.Keadaan janin biasanya

dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa

kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom.Rencana kelahiran

(pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi

janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.

Fetal Distress Page 14

Page 15: download-1422621171239 coass

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan . Yayasan BinaPustaka

Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

2. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph. 2009. Synopsis Obstetri. EGC: Jakarta

3. Abdul Bari Saifuddin dkk.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan

Maternaldan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

4. Supridi, Teddy. 2009. Kedokteran Obstetri Dan Gynekologi. EGD: Jakarta

5. Matrin, Tucker Susan. 2008. Pemantauan Janin. EGC: Jakarta

Fetal Distress Page 15

Page 16: download-1422621171239 coass

BAB IV

LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL

Anamnesa Pribadi

Nama : Ny.R

Umur : 25 tahun

Alamat : lorong D III Hutabalang, kab. Tapanuli tengah

Agama : Kristen

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Janda

Tanggal masuk : 10 januari 2015

Pukul : 06.41 wib

GPA : G1P0A0

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 65 kg

Anamnesa Penyakit

Keluhan utama : mules-mules mau melahirkan

Telaah : Hal ini dialami os sejak tanggal 8 januari 2015 pukul 12.00

WIB. Riwayat keluar lendir darah (+) sejak tanggal 8 januari

2015 pukul 12.00 WIB. Riwayat keluar air-air dari kemaluan (+)

sejak tanggal 9 januari 2015 pukul 04.00 WIB. BAK (+) normal,

BAB (+) normal.

Fetal Distress Page 16

Page 17: download-1422621171239 coass

Riwayat penyakit terdahulu : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)

Riwayat pemakaian obat : -

RIWAYAT HAID

- HPHT : ?/04/2014

- TTP : ?/01/2015

- ANC : Bidan > 5 X

RIWAYAT PERSALINAN

1. Hamil ini

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT

SENS : Compos mentis Anemis :-

TD : 120/80 mmHg Ikterik : -

HR : 84x/i Sianosis : -

RR : 20x/i Dyspnoe : -

T : 36,5 0C Oedema : -

STATUS OBSTETRIKUS

Abdomen : Membesar asimetris

TFU : 3 jari dibawah Proc. Xiphoideus, 33 cm

Teregang : Kiri

Fetal Distress Page 17

Page 18: download-1422621171239 coass

Terbawah : Kepala

Gerak : +

His : 3x 30”/10’

DJJ : 168 x/i, irreguler (+)

EBW :3100 – 3200 gr

VT : cervix pembukaan lengkap, caput 3x3 cm, UUK arah jam 7

ST : Lendir darah ( + ), air ketuban ( + ) berbau

USG TAS :

- Janin tunggal, persentasi kepala, anak hidup

- Fetal movement ( + ), fetal heart rate ( + ), 168x/I, irregular

- BPD 95,2 mm

- FL 76 mm

- AL 321,6 mm

- Plasenta fundal

- Air ketuban cukup

- Kesan : IUP ( 37-38) minggu + PK + AH

LABORATORIUM

Hb / Ht / L / T : 10,4 / 31,1 / 32.100 / 324.000

Fetal Distress Page 18

Page 19: download-1422621171239 coass

DIAGNOSA SEMENTARA

POPP + Fetal takikardi + PG + KDR ( 37-38 ) minggu + PK + AH + Kala II

memanjang + Chorioamnionitis

TERAPI

- IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 2 gr ( ST )

RENCANA

Sectio caessaria CITO a/i POPP + Fetal distress + Chorionamnionitis Tanggal 10

januari 2015

Fetal Distress Page 19

Page 20: download-1422621171239 coass

Laporan Sectio caessaria a/i POPP + Fetal distress + Chorionamnionitis

Laporan SC ( Tanggal 10 januari 2015 )

- Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik.

- Dilakukan spinal anastesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan

antiseptic pada dinding abdomen dengan larutan povidon iodine dan

alkohol 70% dan ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.

- Dilakukan insisi pfanensteil mulai cutis, subkutis dan fascia. Dengan

menyisipkan pinset anatomis dibawah fascia, digunting keatas dan

kebawah.

- Otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum digunting

- Tampak uterus gravidarum, plika vesikouterina disisihkan kearah blast,

identifikasi segmen bawah rahim dan dilakukan insisi konkaf pada uterus

hingga aubendometrium. Endometrium ditembus secara tumpul kemudian

selaput ketuban dipecahkan, tampak air ketuban mengalir, kesan :

mekonium (+), berbau, dengan meluksir kepala lahir bayi laki-laki, A/S

3/5

- Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya. Injeksi

oxytocin 10 iu/iv. Plasenta dilahirkan secara PTT, kesan lengkap.

- Uterus dijahit dengan figure of eight, kontinou, interlocking, overhecting

dan repitonealisasi

- Cavum abdomen dibersihkan kesan bersih.

- Abdomen dijahit lapis demi lapis

- Luka operasi ditutup dengan sufratul, kassa steril dan hipavix.

- Liang vagina dibersihkan kesan bersih

- Ku ibu post op : baik.

TERAPI

- IVFD RL + oksitosin 10-10-5-5 iv 20 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

- Inj. Metronidazole drip 500 mg/ 8 jam

Fetal Distress Page 20

Page 21: download-1422621171239 coass

- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam

- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam

- Inj. Gentamicin 80 mg/ 8 jam

ANJURAN

- Cek darah rutin 2 jam post SC

- Observasi vital sign, kontraksi, dan tanda-tanda perdarahan

Fetal Distress Page 21

Page 22: download-1422621171239 coass

PEMANTAUAN POST SC

Jam ( WIB ) 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00

Nadi permenit 70 70 70 80 80

TD ( mmHg ) 130/80 130/80 130/80 130/80 130/80

Pernafasan

permenit

18 18 20 20 20

Perdarahan - - - - -

Kontraksi 2 2 2 2 2

HASIL LABORATORIUM POST SC

- Hb : 10,6

- Leukosit : 12.200

- Ht : 30,9

- Trombosit : 152.000

Fetal Distress Page 22

Page 23: download-1422621171239 coass

FOLLOW UP

Tanggal 10/01/2015 11/01/2015 12/01/2015

Keluhan

Utama

Nyeri luka operasi Tidak Ada Tidak Ada

Status Presens Sensorium : compos

mentis

TD : 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 84x/i

Frekuensi nafas : 18x/i

Temperatur : 37,3 ºC

Anemis : (-)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Sensorium : compos

mentis

TD : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 72x/i

Frekuensi nafas : 20x/i

Temperatur : 36,6 ºC

Anemis : (-)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Sensorium : compos

mentis

TD : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 96x/i

Frekuensi nafas : 20x/i

Temperatur : 36,4 ºC

Anemis : (-)

Ikterik : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

Status

Lokalisata

Abdomen : soepel ,

peristaltik (+)

Kontraksi : kuat

TFU : 1 Jari dibawah

pusat

Perdarahan

pervaginam : tidak ada,

lochia (+) rubra.

Luka operasi : tertutup

verban kesan kering

BAK : (+)

BAB : (-), Flatus (+)

Abdomen : soepel ,

peristaltik (+)

Kontraksi : kuat

TFU : 2 Jari dibawah

pusat

Perdarahan

pervaginam : tidak

ada, lochia (+) rubra.

Luka operasi : tertutup

verban kesan kering

BAK : (+)

BAB : (+), Flatus (+)

Abdomen : soepel ,

peristaltik (+)

Kontraksi : kuat

TFU : 2 Jari dibawah

pusat

Perdarahan

pervaginam : tidak

ada, lochia (+) rubra.

Luka operasi : tertutup

verban kesan kering

BAK : (+)

BAB : (+), Flatus (+)

Fetal Distress Page 23

Page 24: download-1422621171239 coass

Diagnosis Post SC a/i fetal distress

+ POPP +

Chorioamnionitis

+NH1

Post SC a/i fetal

distress + POPP +

Chorioamnionitis +

NH2

Post SC a/i fetal

distress + POPP +

Chorioamnionitis +

NH3

Terapi IVFD RL 20 + oxytosin

(10 – 10 – 5 – 5 )gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12

jam

Inj. Metrodinazol 50

mg /8 jam

Inj. Ketorolak 30/ 12

jam

Inj. Ranitidin 50 mg/12

jam

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1

gr/12 jam

Inj. Metrodinazol 50

mg /8 jam

Inj. Ketorolak 30/ 12

jam

Inj. Transamin 500

mg/12 jam

Inj. Ranitidin 50

mg/12 jam

Cefadroxil 2 x 500 mg

As. Mefenamat 3 x

500 mg

Metrodinazol 3 x 1 tab

Ranitidin 2 x 1 tab

Rencana mobilisasi Aff kateter

IV line threeway (+)

Aff threeway

Mobilisasi

Fetal Distress Page 24

Page 25: download-1422621171239 coass

BAB V

ANALISA KASUS

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 23

tahun dengan diagnosa fetal distress. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil

anamnesa, pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang berupa

USG dan pemeriksaan laboratorium.

Dilaporkan kasus seorang wanita hamil Ny. R, 23 tahun , G1P0A0, datang

ke RSUPM pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 03. 11WIB, dengan keluhan

mules - mules mau melahirkan. Hal ini dialami pasien sejak tanggal 8 Januari

2015 pukul 12.00 WIB. Riwayat keluar air – air dari kemaluan (+) sejak tanggal

9 Januari 2015 pukul 04.00 WIB. BAK/BAB (+) Normal. Os merupakan rujukan

dari RS Sibolga dengan diagnosa suspek HIV + PG + KDR (Aterm). Riwayat

penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak dijumpai.

Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen : membesar asimetris, TFU : 3

jari dibawah procesius Xyphoideus (33 cm), tegang : kiri, terbawah : kepala,

gerak : + , His : 3 x 30’’/10’, DJJ : 168 x/i, Ireguler, EBW : 3100 – 3200 gram.

Inspekulo : tidak di lakukan pemeriksaan, VT : CX pembukaan lengkap , caput 3

x 3 cm, UUK arah jam 7, ST : lendir darah (+), air ketuban (+).

Teori Kasus

Disebut gawat janin, bila ditemukan denyut

jantung janin di atas 160/menit atau dibawah

100/menit, denyut jantung tidak teratur atau

keluarnya mekonium yang kental pada awal

persalinan. (sarwono Prawirohardjo, Ilmu

Kebidanan)

Pada pasien ini didapati denyut

jantung janin 168x/i dengan

denyut jantung tidak teratur serta

keluarnya cairan ketuban.

Fetal Distress Page 25

Page 26: download-1422621171239 coass

Penanganan gawat janin bila ditemukan

selama persalinan :

1. Pemberian oksigen kepada ibu

2. Posisi ibu miring ke arah kiri

3. IVFD RL

4. Monitoring DJJ dengan cara elektrinik

atau auskultasi

5. Sectio Caesarea

Pada pasien ini dilakukan operatif

emergency yaitu sectio caesarea

untuk menghindari hal terburuk

bagi janin.

Oligohydramnion didapatkan nilai Amnio

Fluid Index yang < 5 cm dan dapat

disebabkan oleh beberapa keadaan berikut :

1. Kelainan kongenital

2. PJT

3. Ketuban pecah

4. Kehamilan posterm

5. Insufisiensi Plasent

6. Obat – obatan (misalnya dari golongan

antiprostaglandin).

(sarwono Prawirohardjo, ilmu kebidanan)

Pada pasien ini ditemukan nilai

AFI < 2

Fetal Distress Page 26

Page 27: download-1422621171239 coass

BAB VI

PERMASALAHAN

1. Apakah tindakan penanganan terhadap kasus diatas sudah tepat ?

2. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani pasien dengan disertai

fetal distress ?

Fetal Distress Page 27

Page 28: download-1422621171239 coass

Fetal Distress Page 28