Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

76
1 Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Transcript of Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

Page 1: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

1Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Page 2: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

2 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

REFORMASI PENDIDIKANDI ERA OTONOMI DAERAH

2

Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besardalam Bidang Ilmu Sosial

pada Fakultas Ilmu Pendidikandisampaikan pada Sidang Terbuka Senat

Universitas Negeri Malangtanggal 26 Oktober 2015

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Oktober 2015

Page 3: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

3Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

REFORMASI PENDIDIKANDI ERA OTONOMI DAERAH

3

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yth. Ketua Senat Universitas Negeri MalangYth. Rektor Universitas Negeri MalangYth. Ketua dan Anggota Komisi Guru Besar Universitas Negeri

MalangYth. Para Anggota Senat, Pejabat Struktural, Dosen, Tenaga

Adiministrasi, dan Mahasiswa Universitas Negeri MalangYth. Keluarga Besar kami dari Blitar Jawa Timur, dan para Hadirin

yang Mulia.

Pertama-tama saya sampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT.atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehinggapidato pengukuhan ini dapat dilaksanakan pada hari ini.

Pidato pengukuhan ini merupakan suatu keharusan bagi GuruBesar (GB) di lingkungan Universitas Negeri Malang (UM) untukmenyampaikan pokok-pokok pikiran dalam perkembangan keilmuanyang ditekuni sesuai dengan konsentrasi bidang studinya. Tentu, sayamenyadari bahwa pidato pengukuhan ini merupakan kegiatan ilmiahyang cukup penting, karena pidato pengukuhan ini merupakan puncakkarier akademik sebagai seorang dosen.

Hadirin yang Mulia,Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar dalam usaha

mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi proses dandinamika kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara di

Page 4: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

4 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

tengah-tengah pluralitas. Pendidikan merupakan suatu proses yangberkelanjutan, terus menerus dan berlangsung seumur hidup (long liveeducation) dalam rangka mewujudkan manusia dewasa, mandiri danbertanggung jawab serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa.

Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkankualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapatditandai dan diukur dari kemajuan pendidikannya. Kemajuan beberapanegara di dunia ini tidak terlepas dari kemajuan yang dimulai dan dicapaidari pendidikannya (Maksum dan Ruhendi, 2004: 227).

Dalam pelaksanaannya, pendidikan yang diharapkan adalahpendidikan yang bermutu atau berkualitas. Kualitas pendidikanmeliputi: (1) produk pendidikan yang dihasilkan berupa prosentasepeserta didik yang berhasil lulus dan lulusan tersebut dapat diserapoleh lapangan kerja yang tersedia atau membuka lapangan kerja sendiri,baik dengan cara meniru yang sudah ada atau menciptakan yang baru;(2) proses pendidikan, menyangkut pengelolaan kelas yang sesuai padakondisi kelas yang relatif kecil, penggunaan metode pengajaran yangtepat serta lingkungan masyarakat yang kondusif; dan (3) adanya kontrolpada sumber-sumber pendidikan yang ada (Sihombing dan Indardjo,2003: 7).

Memasuki pelaksanaan otonomi daerah di era reformasi,kewenangan pemerintah pusat dalam mengurus dan mengatur tugaspemerintahan telah mengalami perubahan. Pemerintah pusat tidak lagibersifat sentralistis, tidak sedikit urusan yang didelegasikan kepadapemerintah daerah. Urusan pemerintahan yang didelegasikan kepadapemerintah Kabupaten/Kota termasuk bidang pendidikan, yangsebelum diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah, pemerintah pusat sebagai perencana dan sekaligus pelaksanasemua urusan dan kegiatan di seluruh wilayah negara (Soewartoyo,2003: ix). Berbeda dengan sebelum diberlakukannya Undang-undangini, dimana kewenangan pemerintah daerah (kota dan kabupaten) dalambidang pendidikan sangat terbatas.

Page 5: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

5Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, tampaknya peran dan fungsi pemerintah daerahmenjadi semakin besar dalam berbagai hal termasuk pendidikan.Penyelenggaraan pendidikan dalam kerangka sistem pemerintahandaerah yang baru, tentunya semakin mendapat perhatian secara seriusdari berbagai pihak. Komponen-komponen yang ada di daerah, baikpengambil keputusan, para praktisi pendidikan, guru, orang tua danmasyarakat harus mempunyai landasan falsafah, visi, konsep yang samadan matang serta dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas) dalamrangka melaksanakan pendidikan yang integral dalam proses otonomidaerah.

Menyimak isi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagaiDaerah Otonom serta Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tersebut,dapat disimpulkan bahwa fokus pelaksanaan otonomi daerah adalahdi Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Untuk itu, sebagian besarsumber pembiayaan nasional akan dilimpahkan lebih banyak ke daerahsesuai dengan potensi dan kemampuan perekonomian daerah yangberbeda-beda. Kewenangan pemerintah terbatas dengan dukungansumber pembiayaan yang terbatas pula. Sementara itu peranan Daerahpropinsi sebagai daerah otonom maupun sebagai wilayah administrasilebih terbatas dengan perimbangan sumber keuangan yang lebih sedikit.

Kewenangan pemerintah daerah, dalam hal ini adalah kota dankabupaten, dalam bidang pendidikan sebenarnya sangat terbatas.Tujuan memberikan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomidaerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dankeadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal sertamemperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. UU No. 22 Tahun1999 tersebut memberikan kewenangan yang luas, nyata danbertanggung jawab kepada daerah sehingga memberi peluang kepadadaerah agar leluasa dalam mengatur dan melaksanakan kewenangannya

Page 6: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

6 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempatdan potensi daerah (Soewartoyo, 2003: 10).

Kewenangan tersebut sebenarnya merupakan upaya untukmembatasi kewenangan pemerintah pusat dan propinsi. Pemerintahpusat dan propinsi hanya diperkenankan menyelenggarakan kegiatanotonomi sebatas yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.Kewenangan pemerintah daerah dilaksanakan secara luas, utuh danbulat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,pengendalian dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan.

Berlakunya otonomi daerah, maka dalam bidang pendidikan aspek-aspek yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan di bidangini juga mengalami perubahan. Perubahannya antara lain, berkurangnyaperan pemerintah pusat. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwatelah terjadi perubahan penyelenggaraan pendidikan dari sentralistiske arah desentralistis. Konsep desentralisasi pendidikan itu sendiriadalah konsep yang relatif baru untuk di Indonesia. Sehingga padasaat ini, salah satu tantangan yang paling penting adalah tersusunnyakebijakan untuk mendelegasikan wewenang operasional pemerintahpusat ke daerah, khususnya bidang pendidikan.

Desentralisasi pendidikan merupakan upaya memindahkan tugasdan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan yang semula terpusat(sentralistik) menjadi pendidikan yang berbasis kepentingan daerah ataumasyarakat. Titik berat pelaksanaan desentralisasi pendidikan adalahlebih mengutamakan pada peningkatan peran dan partisipasi daerahtermasuk masyarakat dalam rangka terselenggaranya pendidikan sepertiapa yang diinginkan untuk dilaksanakan di daerah. Sehinggadesentralisasi pendidikan menghasilkan otonomi (Djohar, 2003: 88).

Fakta menunjukkan sampai saat ini pendidikan yangdiselenggarakan belum sepenuhnya memihak kepada masyarakat.Dengan kata lain, desentralisasi pendidikan yang tujuannya adalahpendemokratisasian masyarakat (daerah) untuk menyelenggarakan danmemutuskan yang menjadi urusan dan kepentingannya termasukkebutuhan dan urusan pendidikan bagi masyarakat belum sepenuhnya

Page 7: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

7Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

tercapai (Soewartoyo, 2003: 1). Hal ini dapat dibuktikan dengansemakin tingginya biaya pendidikan di semua jenjang, baik tingkatdasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi. Seperti sekarangini, biaya pendidikan di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) besarhampir tidak ada bedanya, bahkan lebih mahal bila dibandingkandengan biaya di perguruan tinggi swasta (PTS) yang berkualitas. Dalamkasus ini dapat dilihat dari tingginya biaya pendidikan SD, SMP, danSMA sebagai sekolah yang banyak diminati walaupun dalamkenyataannya pemerintah telah memberikan biaya subsidi minimumtetapi biaya pendidikan masih tetap tinggi. Sehingga, sebagai sebuahkonsekuensi, mahal atau tingginya biaya pendidikan ini mendapatsorotan dari banyak kalangan, baik dari dewan pendidikan, komitesekolah, LSM, maupun masyarakat pada umumnya.

Hadirin yang Mulia,

Desentralisasi sebagai Perubahan SosialMenurut Fantini and Gittell (1973), istilah desentralisasi

(decentralization) merupakan istilah yang mendua (ambiguous), karenadapat diartikan berbeda oleh orang yang berbeda (Freeman, 1983: 17).Menurut Mowhood (1983) sebagaimana yang dikutip oleh Agrawaldan Ribot (2000: 3) desentralisasi diartikan “sebagai tindakanpemerintah pusat secara formal menyerahkan kekuasaan kepada aktordan lembaga pada level yang lebih rendah dalam suatu administratif-politis dan hirarki teritorial”.

Menurut Victoria sebagaimana yang dikutip oleh Freeman (1983:11) “Desentralisasi dalam konteks organisasi berkenaan denganpemindahan kekuasaan jauh dari pusat organisasi ke bagian organisasiyang lain”. Sedangkan menurut Manor, ada tiga sektor atau elemendesentralisasi yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaandesentralisasi yaitu democratic, fiscal, and administrative, atau menurutBiswanger political, fiscal and administrative yang ketiganya harusdiimplementasikan secara serempak (Agrawal dan Ribot, 2000: 4-5).

Page 8: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

8 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Dengan menyitir pendapatnya Cooper at.al., Abdul Wahabmengatakan desentralisasi apapun bentuknya mengandung maknaadanya upaya sistematis untuk semakin mendekatkan pelayanan publikpada rakyat, moving the governing function closer to the community (AbdulWahab, Putra dan Arif, 2002: 8). Sejalan dengan Cooper, Anwar Shah(1999: 21) mengatakan bahwa desentralisasi dapat memperkuatpartisipasi masyarakat dengan membawa pemerintah dekat denganrakyatnya (decentralization strengthens citizen participation by bringinggovernments closer to the people they are intended to serve). Sedangkan Agrawaldan Ribut (2000: 5) sendiri mengemukakan bahwa ada tiga dimensiyang berbeda yang mendasari seluruh tindakan desentralisasi, yaitu:actors, powers, and accountability.

Namun perlu diingat bahwa desentralisasi bukanlah semacam ‘obatmujarab’ yang dapat menyembuhkan banyak hal atau mengubahsegalanya dengan cepat seperti lampu Aladin (Abdul Wahab, dkk.,2002). Kita perlu waspada karena ada beberapa ancaman desentralisasi(the danger of decentralization) sebagaimana yang dikemukakan olehPrud’homme dan Tanzi yaitu “… macro mismanagement, corruption, redtape, and widening gulf between rich and poor persons regions under decentralizedfiscal system …” (Anwar Shah, 2000: 20).

Selanjutnya menurut Ryaas Rasyid sebagaimana yang dikutip olehNugroho (2000: 82-83) mengingatkan bahwa perubahan dalam sistempemerintahan daerah ini —dari sistem yang sentralistik ke sistem yangdesentralistik— akan mempengar uhi pola dan mekanismepemerintahan dan pembangunan daerah. Pola yang pada awalnya top-down diganti dengan pola bottom-up. Pola dan mekanisme seperti iniakan mempengaruhi aktivitas manajemen dunia usaha. Apalagipenerapan konsep otonomi daerah ini masih diliputi beberapa masalahdalam implementasinya.

Menurut Surbakti sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Wahab(2002: 69-72) mengemukakan bahwa terdapat kelemahan dalampelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 sebagai patologi, yaitu:pertama, adanya inkoordinasi, yaitu suatu kondisi di mana para bupati/

Page 9: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

9Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

walikota tidak mau dikoordinasi oleh gubernur. Kedua, adanya (sikap)DPRD yang sangat arogan dan memanfaatkan kesempatan dalamkesempitan. Ketiga, munculnya daerahisme; keempat, adanya pemisahanteritori yang berlebihan antara daerah satu dengan daerah lainnya.Kelima, disinyalir bahwa pemerintah daerah cenderung melakukaneksploitasi membabi-buta terhadap sumber daya alam yang ada didaerah.

Hadirin yang Mulia,

Pendidikan dalam Perspektif SosiologiPara sosiolog sepakat bahwa (sosiologi) pendidikan adalah cabang

dari ilmu sosiologi, dimana pusat perhatiannya terletak padamempelajari struktur dan organisasi pendidikan serta proses sosial yangterjadi dalam institusi atau sistem pendidikan, dan antara sistempendidikan dengan sistem-sistem kehidupan sosial lainnya. Hal inisesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Durkheim, sebagaimanayang dikutip oleh Adiwikarta (1988: 11-13) bahwa pendidikan adalahsuatu fakta sosial (social fact), dan karenanya menjadi objek studisosiologi.

Sosiologi pendidikan juga menganalisis pola interaksi antara sekolahdengan kelompok-kelompok sosial lain di masyarakat, antara lain: (1)analisis terhadap struktur kekuasaan di masyarakat beserta imbasnyaterhadap persekolahan; (2) analisis terhadap hubungan antara sistemsekolah dengan sistem-sistem sosial lainnya di masyarakat, dan (3)struktur masyarakat beserta pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.Aspek-aspek tersebut merupakan aspek penting yang sekarang telahdiakui kepentingannya, seperti tercermin dalam konsep sekolahmasyarakat (the community school), dimana diinginkan adanya integrasiyang baik antara sekolah dengan kehidupan masyarakat yangdilayaninya (Faisal dan Yazik, t.t: 63).

Menurut Tilaar (2000: 40-42) dalam perkembangan pendidikandewasa ini, terdapat lima aliran besar, yaitu:

Page 10: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

10 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

a. Aliran fungsionalismeFungsi pendidikan masa kini adalah transmisi kebudayaan danmempertahankan tatanan sosial yang ada. Masa depannyadipersiapkan dengan mengajarkan fungsi-fungsi dalammasyarakat masa depan. Tokoh dalam aliran ini adalahDurkheim dan Parsons.

b. Aliran kulturalismeFungsi pendidikan masa kini sebagai upaya merekonstruksimasyarakat; pendidikan berfungsi menata masyarakatberdasarkan fungsi-fungsi budaya universal dengan berdasarkanbudaya lokal yang berkembang ke arah kebudayaan nasionaldan kebudayaan global. Tokoh dalam aliran ini adalah Bramelddan Ki Hadjar Dewantara.

c. Aliran kritikalAda dua kelompok aliran kritikal yaitu penganut teori konflikdan teori kritikal. Bagi penganut teori konflik, fungsi pendidikandilihat sebagai reproduksi tatanan ekonomi yang sedangberjalan, untuk mengupayakan pemerataan ekonomi melaluiperjuangan kelas. Tokohnya adalah Marx dan Bowels. Sedangkanbagi penganut teori kritikal, fungsi pendidikan adalahmemberdayakan kaum tertindas dengan mengembangkankeaksaraan kritikal bagi rakyat banyak. Tokohnya adalah Freire,Gyroux dan Vygotzky.

d. Aliran interpretatifTugas pendidikan adalah mengajarkan berbagai peran dalammasyarakat melalui program-program dalam kurikulum. Untukmasa depan, pendidikan berfungsi menghilangkan berbagai biasbudaya dan kelas-kelas sosial yang membedakan antarakelompok elite dan rakyat jelata yang miskin. Tokoh dalamaliran ini adalah Bernstein.

e. Aliran pascamodernPendidikan masa kini adalah transmisi ilmu pengetahuan danteknologi, sedangkan masyarakat masa depan perlu menghargai

Page 11: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

11Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

kebhinekaan dan keragaman pendapat. Fungsi pendidikanadalah membina pribadi-pribadi yang bebas merumuskanpendapat dan menyatakan pendapatnya sendiri dalam berbagaiperspektif. Tokoh dalam aliran ini adalah Derrida, Foucault danGramsei.

Menurut Ackerman dan Alscott dalam bukunya “The StakeholderSociety”, sebagaimana yang dikutip oleh Tilaar (2002: 480-481)menjelaskan bahwa masyarakat dewasa ini merupakan masyarakat yangsadar akan apa yang ingin dicapainya. Di dalam masyarakat yangdemikian yang disebut sebagai the stakeholders society adalah orang tua,masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah nasional (pusat).Masyarakat merupakan pemegang hak, sehingga tujuan lembaga-lembaga pendidikan harus pula menampung apa yang diinginkan olehmasyarakat, dan bukan hanya menampung apa yang diinginkan olehbirokrasi. Dalam masyarakat yang demikian, proses pendidikanditentukan oleh para stakeholders di dalam masyarakat, yaitumasyarakat, orang tua, peserta didik, negara dan pengelola profesionalpendidikan.

Dalam kaitan ini perlu ada lembaga atau struktur organisasi dalamlembaga pendidikan dimana masyarakat ikut berpartisipasi. Partisipasimasyarakat tidak hanya dalam menanamkan investasi yang berupa SPP,pajak dan sebagainya, tetapi juga ikut-serta dalam merencanakankurikulum pendidikan, evaluasi pendidikan serta hal-hal yangmenyangkut proses belajar. Semua ini dapat dilakukan melaluimanajemen pendidikan berbasis sekolah dan manajemen pendidikanberbasis masyarakat, dan di dalamnya masyarakat harus ikut-sertadalam penyelenggaraan pendidikan pada semua aspek manajemennya(Tilaar, 2002: 482). Dengan demikian perubahan manajemen inidilakukan dengan menggunakan paradigma baru.

Reformasi Pendidikan di Era Otonomi DaerahHakekat Reformasi Pendidikan

Page 12: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

12 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Reformasi berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidangsosial, politik atau agama dalam suatu masyarakat atau negara. Orang-orang yang melakukan atau memikirkan reformasi itu disebut reformisyang tak lain adalah orang yang menganjurkan adanya usaha perbaikantanpa kekerasan (Kamisa, 1997: 445).

Istilah reformasi sering dipersamakan dengan revolusi. Dalambeberapa hal bisa sama seperti adanya perubahan secara besar-besaran.Namun, kunci pokok yang membedakan reformasi dengan revolusiadalah tidak adanya kekerasan dalam mengubah sistem dan tatananyang sudah ada. Jadi, reformasi dijalankan secara lebih sistematis,terprogram, manusiawi dan gentle (Nurkolis, 2003: 32).

Menurut Tilaar (1999: 16) reformasi berarti perubahan denganmelihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal,berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangandan praktek yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik,suatu perombakan menyeluruh daru suatu sistem kehidupan dalamaspek politik, ekonomik, hukum, sosial, dan tentu saja bisa diterapkandalam bidang pendidikan.

Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan,menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar.Oleh karena itu, reformasi berimplikasi pada mengubah sesuatu untukmenghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna sepertimelalui perubahan kebijakan institusional (Rich, 1988: 2).

Bila Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai bentuk reformasipendidikan, apakah artinya praktek pendidikan sebelum diterapkannyaMBS tersebut kurang benar? Begitulah kenyataannya. Bila praktekpendidikan sebelumnya sudah benar dan baik berarti mutu pendidikanpun baik. Tetapi, fakta berbicara lain bahwa di banyak negara, mutupendidikan tidak bisa diandalkan dibandingkan dengan tuntutanperkembangan lingkungan baik secara nasional, regional maupun global.Untuk itulah sektor pendidikan perlu direformasi, dan alternatif yangsaat ini menggejala di seluruh dunia adalah melalui MBS (Nurkolis,2003: 33).

Page 13: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

13Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Dalam upaya reformasi pendidikan, menurut Nurkolis (2003: 33-34) terdapat model yang ditawarkan, yaitu seperti MBS, sekolah kontrak(school charter), dan sistem voucer. Sekolah kontrak artinyapenyelenggaraan persekolahan di suatu daerah atau tempatdilaksanakan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat pada waktutertentu. Dalam hal ini guru dan sumber daya lainnya juga dijalankansecara kontrak. Model ini bisa dilaksanakan, misalnya, pada daerahterpencil, daerah konflik atau daerah pemukiman baru. Sekolah kontrakbisa dilanjutkan menjadi sekolah biasa, dengan sistem yang berlakusecara umum.

Sementara itu, model voucer adalah penyelenggaraan persekolahanyang cara pendanaannya diberikan melalui sistem voucer. Model inibiasanya dilaksanakan bila tersedia dana bantuan dari lembaga donorbagi masyarakat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan.Namun, ada pula sistem voucer ini diberlakukan di negara maju sepertidi Amerika dengan maksud agar sekolah berlomba-lomba untukmemberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

Menurut Nurkolis (2003: 34), dana diberikan kepada sekolah namundalam bentuk voucer yang disebarkan kepada masyarakat luas.Masyarakat yang memperoleh voucer kemudian menyerahkannya kepadasekolah sebagai bentuk biaya pendidikan anaknya, dan oleh sekolahvoucer tersebut diuangkan kepada pemerintah. Model ini tergolong cukupbaik untuk mengantisipasi kemungkinan penyelewengan anggaranpendidikan yang biasanya banyak terjadi kebocoran di negara-negaraberkembang. Sistem ini perlu diuji coba di Indonesia yang kebocorandana pendidikan mencapai 30%.

Reformasi yang diterapkan dalam bidang pendidikan disebutreformasi pendidikan yang artinya upaya perbaikan pada bidangpendidikan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar,yaitu terprogram dan sistemik. Reformasi pendidikan yang terprogrammenunjuk pada kurikulum atau program suatu institusi pendidikan,dan yang termasuk ke dalam reformasi terprogram ini adalah inovasi.Inovasi adalah tindakan memperkenalkan ide baru, metode baru atau

Page 14: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

14 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

sarana baru untuk meningkatkan beberapa aspek dalam prosespendidikan agar terjadi perubahan secara mencolok dari sebelumnyadengan maksud-maksud tertentu yang ditetapkan (Rich, 1988: 2).

Reformasi terprogram ini diterapkan langsung pada lingkup institusisekolah. Model ini sering kali dijalankan walaupun hasilnya kurangmemuaskan seperti perubahan dan pengembangan kurikulum baru,penataran guru-guru, penggunaan metode pengajaran baru, penggunaanalat evaluasi baru, dan perbaikan sarana dan prasarana baru. Namun,reformasi terprogram ini masih berjalan sendiri-sendiri tanpa adanyaupaya koordinasi dan integrasi secara menyeluruh. Kadang-kadanginovasi yang satu dengan yang lain tidak ada keterkaitan secaralangsung.

Sementara itu, reformasi sistemik berkaitan dengan adanyahubungan kewenangan dan distribusi serta alokasi sumber daya yangmengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sering kaliterjadi di luar sekolah dan berada pada kekuatan sosial dan politik.Karakteristik reformasi sistemik ini sulit sekali diwujudkan karenamenyangkut struktur kekuasaan.

Reformasi sistemik berada naik di dalam lingkup sekolah maupundi luar lingkup sekolah. Namun, yang sering kali terjadi kesulitan dalampelaksanaan reformasi sistemik ini adalah yang berada di luar lingkupsekolah. Tidak jarang reformasi ini melibatkan kekuasaan dan politik,mencakup pelimpahan dan distribusi kewenangan dari birokrasi padatingkat operasional yang paling rendah. Reformasi sistemik menyatukaninovasi-inovasi yang dilakukan di dalam sekolah dan di luar sekolahsecara lebih luas (Nurkolis, 2003: 35).

MBS sebagai bentuk reformasi pendidikan juga berhadapan dengandua karakteristik ini, yaitu terprogram dan sistemik, yang tampaknyabanyak menjadi kendala dalam reformasi model MBS ini adalahkarakteristik sistemik. Oleh karena itu, akan dapat berjalan denganbaik apabila lingkungan birokrasi mendukung untuk dilakukanreformasi.

Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa reformasi pendidikan

Page 15: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

15Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

akan lebih mudah dijalankan bila didahulukan reformasi di bidangsosial, misalnya sistem pemerintahan. Suatu sistem pemerintahan yangmasih otoriter amat sulit untuk melaksanakan reformasi dalam bidangpendidikan. Dengan kata lain, reformasi pendidikan akan dapat tumbuhdengan mudah dan subur apabila dalam situasi pemerintahan yangdemokratis.

Menurut Bacharach (1990: 1-5), reformasi pendidikan diibaratkansebagai pohon yang terdiri dari empat bagian, yaitu akar, batang, cabang,dan daunnya. Akar reformasi merupakan landasan filosofis yang taklain bersumber dari cara hidup (way of life) masyarakatnya. Oleh karenaitu, untuk suksesnya reformasi pendidikan harus berakar pada caradan kebiasaan hidup warganya. Tanpa mempedulikan cara dankebiasaan hidup warganya maka reformasi pendidikan tidak akanmendapatkan sambutan apalagi dukungan dari segenap lapisanmasyarakat.

Sebagai batang reformasi adalah berupa mandat dari pemerintah,baik berupa standar, struktur, dan tujuannya. Cabang-cabang reformasipendidikan adalah manajemen lokal, pemberdayaan guru, danperhatian pada daerah setempat.. Cabang reformasi ini bila dikaitkandengan pendapat Rich adalah sebagai karakteristik terprogram yangberupa inovasi-inovasi pendidikan (Rich, 1988: 2). Daun-daunreformasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua siswa danketerlibatan masyarakat untuk menentukan misi sekolah yang dapatditerima dan bernilai bagi masyarakat setempat.

Keempat bagian tersebut saling terkait dan tergantung, artinyaapabila salah satu bagian tidak maksimal dalam perannya maka dapatmengganggu jalannya reformasi. Namun, yang menjadi pertanyaanadalah siapakah yang harus menjadi pionir dalam upaya menggerakkanreformasi itu? Jawabannya relatif, bergantung pada kondisi dankedewasaan masyarakatnya.

Di masyarakat yang demokrasinya telah tumbuh, berkembang danberjalan dengan baik maka inisiatif reformasi bisa muncul darimasyarakat atau dari bawah (grass root). Tetapi di masyarakat yang masih

Page 16: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

16 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

otokratis, inisiatif reformasi tidak mungkin datang dari bawah yangartinya harus ada desakan dari atas atau dari luar sistem yang lebihluas.

Menurut Nurkolis, (2003: 38), reformasi pendidikan model MBSakan berlangsung dengan baik apabila keempat bagian tersebut jugadigerakkan untuk berubah secara sistematis. Keempat bagian tersebutsaling membantu suksesnya implementasi MBS. Artinya, mulai daripola pikir masyarakat luas, adanya mandat dari pemerintah untukmendesentralisasikan kekuasaannya, adanya pemberdayaan manajemenlokal dan keterlibatan masyarakat luas dalam pengelolaan pendidikanharus diubah secara besar-besaran melalui paradigma baru pendidikanmodel MBS.

Selain itu, juga terdapat tiga kondisi lain untuk terjadinya reformasipendidikan, yaitu adanya perubahan struktur organisasi, adanyamekanisme monitoring dari hasil yang diharapkan secara mudah yangbiasa disebut akuntabilitas dan terciptanya kekuatan untuk terjadinyareformasi (Bacharach, 1990: 8).

Struktur organisasi yang harus diubah adalah struktur organisasidari institusi yang mengurusi pendidikan itu sendiri, misalnya diIndonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional. Struktur organisasilembaga tersebut harus dirampingkan sehingga mempermudahterjadinya reformasi pendidikan. Perampingan di sini dalam maknaharfiah, yaitu perampingan jabatan, dan dalam makna kiasan, yaituperampingan pola pikir dan tingkah laku dari pejabatnya. Dalamreformasi model MBS ini misalnya, tidak diperlukan lagi birokrat yangsering mempersulit jalannya perubahan.

Kondisi yang lain adalah akuntabilitas dalam memonitoringpelaksanaan reformasi dengan mekanisme monitoring yang jelas. Bilareformasi dijalankan secara diam-diam tanpa adanya lembaga yangmengawasi dan tanpa adanya keterbukaan dengan masyarakat luas,besar kemungkinan hanya merupakan ajang pertarungan bagi segelintirelite untuk menarik simpati masyarakat. Reformasi tidak bisa dijalankandengan kondisi yang demikian, harus ada akuntabilitas dan transparansi.

Page 17: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

17Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Akhirnya, reformasi pendidikan tersebut harus dijadikan sebagaikebijakan pendidikan. Artinya, reformasi pendidikan itu dijadikanpatokan kebijakan jangka panjang dalam setiap langkah pengambilankeputusan praktek pendidikan. Reformasi harus berada dalam kerangkakerja jangka panjang dan menjadi inti dari setiap kebijakan danoperasional pendidikan.

Kebijakan adalah suatu ucapan lisan atau tulisan yang memberikanpetunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batasdan arah umum kepada para manajer untuk bergerak. Kebijakan jugaberarti suatu keputusan yang luas untuk menjadi patokan dasar bagipelaksanaan manajemen. Kebijakan adalah keputusan yang dipikirkansecara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak danbukan kegiatan-kegiatan yang berulang dan rutin yang terprogram atauterkait dengan aturan-aturan keputusan (Pongtuluran, 1995: 5).

Menurut Levin (2001: 14), apabila reformasi pendidikan akandijadikan sebagai kebijakan maka harus memenuhi empat tahapan.Tahapan-tahapan itu satu sama lain saling terkait, yaitu asal usulnya,adopsinya, implementasi dan hasilnya. Pertama, asal usulnya, yaitu darimana datangnya usulan reformasi pendidikan tersebut, bagaimanareformasi pendidikan menjadi bagian dari aspek pemerintahan secaraumum, peran apa yang dimainkan oleh masing-masing pihak dalammengembangkan program reformasi tersebut. Kedua, bagaimanamengadopsi kebijakan tersebut yang akhirnya menjadi peraturan atauperundang-undangan. Untuk itu juga perlu dipantau sejauh manaperbedaan antara yang diusulkan dengan yang diundangkan dan apapenyebab dari perbedaan tersebut. Ketiga, bagaimana implementasinya.Reformasi kebijakan memerlukan sebuah lembaga penelitian untukmemantau pelaksanaan reformasi. Model implementasi seperti apa yangdigunakan pemerintah sehingga mampu menggerakkan hingga ketingkat operasional? Kebijakan apa yang mendukung adanya reformasidan bagaimana sistem pendidikan merespons gerakan reformasitersebut? Keempat, bagaimana hasil-hasilnya. Bukti-bukti apa yangmenunjukkan adanya perubahan sebagai akibat dari reformasi. Dalam

Page 18: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

18 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

pendidikan bukti yang nyata biasanya adalah bagaimana reformasiberpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Hadirin yang Mulia,

Reformasi Pendidikan di Era Otonomi DaerahPendidikan selalu mempunyai hubungan yang erat dengan upaya

peningkatan wawasan dan pandangan, yang berarti ada proses belajaryang dilaksanakan baik secara formal, non formal dan informal, danterjadi secara sendiri maupun kelompok. Pendidikan, pengajaran danpelatihan harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh yang tidak bisadipisahkan, antara satu dengan lainnya saling terkait. Sedangkan upayaadalah segala macam cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.Dalam dunia pendidikan, agar tujuan yang telah dirumuskan danditetapkan itu tercapai, maka perlu digunakan metode atau cara, baikdengan diskusi, penugasan, tanya jawab dan lain-lain.

Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa pendidikan adalahtindakan sadar dengan cara mendidik, mengajar dan melatih. Padakonteks yang lebih khusus mendidik, mengajar dan melatih dapatdilakukan secara langsung dengan tahapan tertentu dengan suatustruktur atau program tertentu yang biasa dikenal dengan pendidikanberbasis pemerintah, pendidikan formal, non formal yang seluruhaktifitasnya mengacu pada aturan formal, dan pendidikan berbasismasyarakat.

Menurut Sihombing dan Indardjo (2003: 2), masyarakat adalahproduk lingkungan, lingkungan akan membentuk karaktermasyarakatnya. Karena pendidikan ada kaitannya dengan lingkungantersebut, maka pendidikan selalu berkaitan dengan masyarakat sehinggasesungguhnya pendidikan berada di tengah-tengah masyarakat. Dengandemikian kebemaknaan pendidikan justru untuk masyarakat atau untuksemua. Pendidikan tersebut seyogyanya juga tidak mengenal konsepberhenti atau putus belajar, seharusnya pendidikan berjalan sepanjanghayat (long life education).

Page 19: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

19Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Konsep pendidikan untuk semua dan pendidikan sepanjang hayatsesungguhnya merupakan konsep pendidikan yang terus diupayakankeberadaannya, dengan konsep pendidikan seperti ini, makapemberdayaan masyarakat untuk menyongsong masa depan dapatdipertaruhkan. Kelalaian pemberdayaan masyarakat melalui pendidikanhanya akan menyebabkan keterpurukan bangsa, dan hanya bangsa yangmenguasai ilmu dan teknologi yang akan mampu bersaing dalampembangunan.

Pendidikan dimana pun selalu mengacu pada sistem pendidikanyang ada. Persoalan yang muncul kemudian adalah apakah sistempendidikan yang ada sudah menjamin berlangsungnya pendidikan dalamarti yang sesungguhnya atau belum? Kesalahan mengadopsi danmenerapkan sistem pendidikan akan menjadikan pembangunanpendidikan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Maknapembangunan secara umum adalah terjadinya perubahan yang tertuju.Perubahan yang tertuju hanya akan mengarah lewat pendidikan yangbenar, dalam arti masyarakat akan menilai hasil pendidikan secarapositif pada saat mereka merasakan pendidikan membawa makna yangmampu menjawab kebutuhannya. Sudah bukan waktunya lagipendidikan hanya mengandalkan pemerintah saja, masyarakat harusdiberi peluang untuk selanjutnya ikut serta membangun pendidikan,karena itulah dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah palang pintuterlaksananya pendidikan dengan benar. Berbagai permasalahanpendidikan yang muncul serta belum terpecahkan dapat bersumberdari peran serta masyarakat dalam pendidikan yang masih kurang karenaperanannya sering terabaikan oleh para perencana pendidikan.

Menurut D.B. Hol Singer (1987), pendidikan merupakan barangkonsumsi dan barang investasi. Pendidikan merupakan barangkonsumsi (consumtion goods) menandakan bahwa pendidikan merupakankebutuhan setiap insan dan karenanya masyarakat selalumembutuhkan, semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat akibatpembangunan semakin besar pula tingkat kebutuhan masyarakatterhadap pendidikan. Dengan pendidikan kemungkinan mendapatkan

Page 20: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

20 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

tambahan manfaat dan nilai relatif cukup besar karena melaluipendidikan ada tambahan pengetahuan dan ketrampilan yang dapatdigunakan untuk menjawab tantangan yang ada.

Sedangkan pendidikan merupakan barang investasi (invesment goods)yang berarti sejumlah pengeluaran untuk mendukung pendidikan yangdilakukan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam jangka pendekuntuk mendapatkan manfaat dalam jangka panjang. Keluarga,masyarakat dan pemerintah rela melakukan pengorbanan untukkepentingan pendidikan demi manfaat di masa mendatang.

Pengelola pendidikan adalah pihak yang terkait langsung denganproses pendidikan. Pendidikan tidak ubahnya dengan proses produksiyang bergerak untuk merubah serangkaian sumber-sumber menjadioutput atau keluaran. Dengan demikian proses pendidikan adalahtindakan merubah sumber-sumber pendidikan menjadi keluaranpendidikan.

Pendidikan berbasis pemerintah, dan pendidikan berbasismasyarakat serta keluarga merupakan pengelola pendidik yangsesungguhnya terjadi di negeri ini. Pengelola-pengelola inilah yangmelakukan proses pendidikan. Dimana dalam melakukan pengelolaanterhadap proses pendidikan tidak bisa melepaskan diri dari berbagaipersoalan yang dihadapinya. Persoalan-persoalan itu antara lain, sepertikeluaran pendidikan yang bagaimana yang diharapkan, sumber-sumberpendidikan dan kombinasi yang bagaimana yang diperlukan. Dalamhal ini, biasanya pengelola pendidikan mempunyai tujuan yang tidakjauh berbeda dengan pengelolan bisnis pada umumnya.

Berdasar pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagaiDaerah Otonom serta Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, makadapat disimpulkan bahwa fokus pelaksanaan otonomi daerah adalahdi daerah kabupaten dan di daerah kota. Untuk itu sebagian besarpembiayaan nasional akan dilimpahkan lebih banyak ke daerah sesuai

Page 21: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

21Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

dengan potensi dan kemampuan perekonomian daerah masing-masing(Soewartoyo, 2003: 9-11).

Dalam beberapa tahun mendatang, upaya menuju desentralisasipendidikan difokuskan pada penataan kewenangan pusat dan daerah.Daerah perlu memiliki peluang untuk mengembangkan pendidikansesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Sementara itu, pusatmengurus hal-hal yang strategis pada tataran nasional, yaitupengembangan kurikulum nasional, bantuan teknis, bantuan dana,monitoring, pendidikan bahasa Indonesia, pembakuan mutu,pendidikan moral dan karakter bangsa, dan pemberian kesempatanpendidikan pada kelompok masyarakat kurang beruntung (Jalal danSupriadi, 2001: 99).

Dalam pelaksanaannya, pemerintah dan propinsi hanyadiperkenankan menyelenggarakan kegiatan otonomi sebatas yangditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Kewenangan pemerintahdaerah dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputiperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasipada semua aspek pemerintahan (Soewartoyo, 2003: 10). Hal tersebutjuga mempunyai arti bahwa daerah kabupaten/kota sebagai daerahotonom telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan selanjutnyasebagian besar kewenangan pada bidang pendidikan pelaksanaannyadilakukan oleh daerah (Soepardi, 2003: 28). Kewenangan yang luasini selain sebagai kesempatan, sekaligus merupakan suatu tantangan(Burhanuddin, Ali Imron dan Maisyaroh, 2002: 84).

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam membangunmartabat bangsa dan negara. Landasan dasar pendidikan Indonesiatertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31 yang mewajibkankepada setiap warga negara memperoleh pengajaran, bertujuanmenciptakan sumber daya manusia berkualitas dan bermoral.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selama ini biladiperhatikan dari fenomena yang tampak menonjol, maka akandiketemukan beberapa hal yang belum mengarah kepada fungsionalisasipendidikan. Beberapa hal tersebut antara lain adalah pelaksanaan

Page 22: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

22 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

pendidikan yang belum mampu membangun individu belajar,membelenggu, tidak mendewasakan peserta didik, tidak menumbuhkanpola berpikir, belum mampu menghasilkan kemandirian, dan belummampu memberdayakan dan membudayakan peserta didik (Djohar,2003: 3).

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di eraotonomi ini merupakan wujud dari kesadaran pemilikan masyarakatakan keberadaan lembaga pendidikan yang kemudian mendorongmenjadi rasa tanggung jawab untuk menciptakan sumber dayaberkualitas. Tumbuhnya part isipasi aktif masyarakat untukmembangun pendidikan bermutu dan mandiri merupakanpengimplementasian otonomi pendidikan, sedangkan pemerintah hanyaberfungsi sebagai fasilitator dan mitra kerja masyarakat. Salah satuwujud dari partisipasi tersebut adalah dengan dibentuknya komitesekolah.

Dasar pembentukan organisasi orang tua tersebut adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yangmengharuskan setiap sekolah memiliki wadah atau organisasi orangtua yang beranggotakan orang tua siswa, guru dan kepala sekolahsebagai pelaksana teknis. Pada awalnya organisasi tersebut dikenaldengan nama Badan Pembina Pembangunan Pelajar (BP3) atausebagian sekolah lainnya menyebut BMOG (Badan Musyawarah Orangtua Murid dan Guru). Kemudian sejak bergulirnya era reformasi,organisasi tersebut mengalami perubahan tugas dan fungsinyasebagaimana yang diatur dalam SK Menteri Departemen PendidikanNasional No. 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikandi tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah(Soewartoyo, 2003: 66).

Sebagaimana dijelaskan Irjen Depdiknas, Muljani A. Nurhadibahwa dengan pemberian kewenangan yang utuh kepada daerah melaluiDewan sekolah tersebut, terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai,yaitu (1) untuk mendorong melakukan pemberdayaan masyarakat, (2)menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, dan (3) peningkatan peran serta

Page 23: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

23Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

masyarakat serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Pemerintahkabupaten/kota juga telah menetapkan bahwa sekolah merupakanurusan masyarakat, maka ditetapkan sistem manajemen berbasissekolah (MBS) dan manajemen berbasis masyarakat.

Berdasarkan SK Menteri Departemen Pendidikan Nasional No.044/U/2002 tersebut, Dewan pendidikan didefinisikan sebagai sebagaibadan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangkameningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikandi kabupaten/kota, sedangkan komite sekolah memiliki tujuan yangsama dengan dewan pendidikan, namun berada di tingkat sekolahselaku penyelenggaraan langsung. Nama dari pada badan-badantersebut diserahkan langsung kepada sekolah sesuai dengan keinginanbersama, sehingga BP3 atau Komite sekolah yang telah ada dapatmerupakan perluasan fungsi dan peran dengan keanggotaan yang lebihluas yang mencakup seluruh komponen masyarakat (Balitbang, 2003:43).

Secara normatif, tujuan pendirian Komite sekolah adalah (1) sebagaiwadah dan penyalur aspirasi dan prakarsa masyarakat untuk melahirkankebijakan operasional dan program, (2) untuk meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,dan (3) untuk menciptakan suasana dan kondisi transparan,akuntabilitas, dan demokrasi dalam penyelenggaraan dan pelayananpendidikan yang bermutu (Soewartoyo, 2003: 66; Safrudin, et. al., 2004:77).

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, maka Komite sekolahmempunyai peran dan fungsi (Balitbang, 2003: 43-44). Peran Komitesekolah sebagaimana lampiran SK Menteri Departemen PendidikanNasional No. 044/U/2002 adalah (1) pemberi pertimbangan (advisoryagency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan disatuan pendidikan; (2) pendukung (supporting agency) baik yang berwujudfinansial, pemikiran, maupaun tenaga dalam penyelenggaraanpendidikan di satuan pendidikan; (3) pengontrol (controlling agency) dalamrangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran

Page 24: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

24 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

pendidikan di satuan pendidikan; dan (4) mediator antara pemerintah(eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan (Safrudin, et. al.,2004: 77).

Sedangkan fungsi Komite sekolah adalah (1) mendorongtumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyeleng-garaan pendidikan yang bermutu; (2) melakukan kerjasama denganmasyarakat (perorangan/organisasi atau dunia usaha/dunia industri)dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yangbermutu; (3) menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, danberbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; (4)memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuanpendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, RencanaAnggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerjasatuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitaspendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; (5)mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikanguna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6)menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan di satuan pendidikan; dan (7) melakukan evaluasidan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dankeluaran pendidikan di satuan pendidikan (Safrudin, et. al., 2004: 77).

Keanggotaan Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yangdapat berasal dari orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokohpendidikan, dunia usaha atau industri, organisasi profesi tenagapendidikan, wakil alumni, dan wakil peserta didik; dan unsur dewanguru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, dan perwakilan dariBadan Pertimbangan Desa. Bervariasinya anggota Komite sekolahdiharapkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akansemakin besar dalam bentuk pemberi pertimbangan dan pendukungdalam penentu pelaksanaan kebijakan, pengontrol dalam rangkatransparansi dan akuntabilitas, serta mediator antara pemerintah denganmasyarakat yang lebih luas.

Jadi, desentralisasi pendidikan merupakan proses yang relatif

Page 25: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

25Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

kompleks, karena berhadapan dengan perubahan dalam cara sistempersekolahan melakukan pembuatan kebijakan, menggali danmemperoleh penerimaan dan penggunaan dana, melatih guru,mengembangkan kurikulum dan mengelola sekolah di daerah.Desentralisasi pendidikan bukanlah tujuan akhir, melainkan suatu alatyang penting untuk mengembangkan dan meningkatkan mutupendidikan.

Ada beberapa alasan yang dapat diidentifikasi dalam kaitannyadengan pendesentralisasian pendidikan, yaitu: karena keuanganpendidikan, peningkatan efektivitas dan efesiensi, redistribusikekuasaan politik, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkataninovasi pendidikan. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhikeberhasilan pelaksanaan desentralisasi pendidikan, antara laininformasi, kepentingan-kepentingan, desentralisasi yang kuranglengkap, kemampuan manajemen sekolah di daerah, kemampuan orangtua dan masyarakat di daerah, dan persaingan.

Menurut McGinn dan Welsh (1999: 28-29) ada tiga motif yangmelatarbelakangi desentralisasi pendidikan, yaitu motif politis, motifpembiayaan (pendanaan) dan motif efisiensi. Di sini nampak bahwamotif desentralisasi pendidikan belum mengarah kepada pemberdayaansosial budaya masyarakat. Adapun tujuan desentralisasi pendidikanadalah (1) mengembangkan pendidikan itu sendiri secara langsung; (2)mengembangkan pelaksanaan sistem pendidikan; (3) mengubah sumberdan jumlah dana yang disediakan untuk pendidikan; (4) memberikankeuntungan pada pemerintah pusat; dan (5) memberikan keuntunganpada pemerintah daerah.

Sedangkan menurut Behrman, dkk. (2002: 23), sejumlah besardesentralisasi pendidikan dilaksanakan di dunia ini didasarkan padaasumsi bahwa kualitas pendidikan (pembelajaran) akan berkembangdengan menjadikan pembuatan keputusan dan akuntabilitas lebih dekatdengan siswa, kelas dan sekolah. Pengalihan tanggung jawab dalampembuatan keputusan kepada sekolah-sekolah di daerah berimplikasipada redistribusi kekuasaan dari birokrat pusat kepada para kepala

Page 26: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

26 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

sekolah, guru dan orang tua siswa, yang agaknya memiliki kepentinganyang besar tentang isi dan kualitas pendidikan. Para pendukungdesentralisasi percaya bahwa memberikan kekuasaan dan otoritaskepada para stakeholders akan membuat sekolah manjadi lebihresponsif terhadap kebutuhan masyarakat sekitarnya, dan akan lebihmengembangkan pengetahuan, kreativitas dan inisiatif pelaku padatataran sekolah dan masyarakat.

Selanjutnya Behrman, dkk. (2002: 24) menyatakan bahwa bentuk-bentuk desentralisasi pendidikan itu antara lain: (a) mengurangiadministrasi pendidikan dari pusat; (b) melimpahkan kewenanganasministratif dan keuangan kepada pemerintah daerah (provinsi ataukabupaten/kota) atau ke sekolah; (c) manajemen berbasis sekolah;(d) pembiayaan pendidikan dari masyarakat; (e) perubahan kurikulum;dan (e) school voucher and demand-side financing.

Menurut Alisjahbana (2000), desentralisasi pendidikan atauotonomi pendidikan di Indonesia dilaksanakan pada tiga tingkatan ataulevel, yaitu level distrik, sekolah dan level guru. Pertama, level distrik,yaitu desentralisasi pendidikan pada tingkat kabupaten atau kota,dimana pemerintah daerah diberi kewenangan yang lebih besar dalammenangani dan menyelenggarakan pendidikan di daerahnya. Kedua,level sekolah, yakni dengan memberikan kewenangan yang lebih besarkepada sekolah untuk mengatur dan menyelenggarakan prosespendidikan di sekolah. Konsep manajemen yang digunakan olehsekolah disebut manajemen berbasis sekolah, dimana seluruh wargasekolah (stakeholders) diberikan keleluasaan untuk berpartisipasidalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, bukan hanya dalampembiayaan tetapi juga dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasandan penilaian program sekolah. Ketiga, level guru, dimana guru di dalammelaksanakan tugasnya di sekolah diberikan otonomi yang lebih besar,sehingga mereka dapat memiliki kebebasan untuk mengembangkanproses belajar mengajar, melakukan inovasi pembelajaran, danmelaksanakan penilaian.

Salah satu kenyataan penyelenggaraan pendidikan pada masa OrdeBaru adalah terpisahnya pendidikan dari masyarakat. Akibatnya

Page 27: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

27Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

pendidikan diarahkan terpisah dari kebutuhan masyarakat, dari duniaindustri dan dunia kerja. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebabkeengganan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan. Kondisi inidiperparah dengan pengelolaan pendidikan yang sangat sentralistik danmiliteristik. Memang ada upaya-upaya pemerintah mendesentralisasikanpendidikan. Prakarsa desentralisasi pendidikan ini menampak padabeberapa peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintahOrde Baru (Tilaar, 2000: 58).

Namun prakarsa desentralisasi pendidikan tersebut ternyatacenderung mengarah kepada dekonsentrasi atau desentralisasiadministratif, sehingga prakarsa-prakarsa tersebut tidak berjalan secaraoptimal. Karena masih terlihat tarik-menarik kepentingan danketidakpercayaan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah,sebagaimana yang nampak pada otonomi di Kabupaten Dati IIPercontohan. Sehingga pengelolaan pendidikan tetap bersifatsentralistik. Akibatnya, pendidikan telah terhempas dari masyarakatdan telah menjadi milik penguasa Orde Baru. Cara-cara otoriter dansentralistik yang dilakukan pemerintah tidak memberikan ruang bagikemungkinan adanya alternatif-alternatif lain, sehingga cara-carapengelolaan pendidikan berjalan secara tradisional tanpa perubahan.Hal ini harus diubah atau dihilangkan dalam masyarakat demokratis,dimana peranan masyarakat yang aktif perlu dikembangkan ataudiberdayakan, sehingga masyarakat sadar akan tanggung jawabnyamebangun kehidupannya sendiri.

Menurut Yoyon Suryono sebagaimana yang dikutip olehAbdurrahmansyah (2001: 60), ada beberapa kesulitan untukmenjelaskan arah kebijakan otonomi di bidang pendidikan di Indonesia.Pertama, kesulitan yang muncul karena ada dua bingkai otonomi yangberbeda yakni frame otonomi daerah dan frame otonomi pendidikan.Kedua, kesulitan karena masih kurang jelasnya muatan otonomipendidikan. Ketiga, kesulitan pada usaha menangkap kebijakan itusendiri (kebijakan siapa dan pada level mana) sehingga sulit untukditentukan kemana arahnya.

Page 28: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

28 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Ketumpang-tindihan dalam menentukan kebijakan otonomi daerahdan otonomi pendidikan ini menarik untuk dicermati sebagai acuandalam memformulasikan arah kebijakan di masing-masing wilayahotonom tersebut. Sebab tidak menutup kemungkinan, “ketidakjelasan”arah kebijakan ini justru menjadi batu sandungan bagi efektivitaspenerapan otonomi pendidikan.

Dalam pelaksanaannya, otonomi pendidikan dihadapkan padasuatu persoalan yang ada di daerah, yaitu kemampuan daerah dalammenyelenggarakan pendidikan, khususnya berkaitan dengan penyediaandana yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan tersebut. Didalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen,pemerintah (pusat maupun daerah) diwajibkan menyediakan anggaranpendidikan sebesar 20% dari anggaran pendapatan dan belanjanya.Karena tidak semua daerah memiliki kekayaan alam dan sumber-sumberkeuangan yang memadai. Terkait dengan hal ini, dalam kenyataannyatidak sedikit sekolah-sekolah yang masih tinggi tarip pendidikannya.Sehingga yang perlu diperhatikan adalah apakah kebijakan desentralisasipendidikan itu dilakukan secara menyeluruh (untuk semua daerah,apapun kondisinya) atau tidak.

Caroline Huges Parcell (1992) dalam bukunya Understanding Society,menjelaskan bahwa ada tiga komponen yang berhubungan denganpenyelenggaraan desentralisasi pendidikan, yaitu educational attaintment,social conditions, dan occupational and income. Sehingga jika kemampuanpemerintah (daerah) dalam pembiayaan pendidikan cukup besar, makadesentralisasi pendidikan layak untuk diterapkan, karena akanmemperkuat terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun jikakemampuan daerah dalam pembiayaan pendidikan kurang memadai,masih diperlukan adanya intervensi dari pemerintah pusat agarpendidikan dapat berjalan dengan layak. Dengan demikian padaakhirnya desentralisasi pendidikan tidak sepenuhnya dilaksanakan.Namun jika daerah tidak mampu menyediakan sendiri biaya pendidikan,maka pemerintah pusat harus menangani pendidikan itu agar dapatberjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian berarti desentralisasipendidikan tidak dapat dilaksanakan.

Page 29: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

29Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Hadirin yang Mulia,

Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Bentuk ReformasiPendidikan

Sejak digulirkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah yang berlaku 1 Januari 2001, wacana desentralisasipemerintahan ramai dikaji. Pendidikan termasuk bidang yangdidesentralisasikan ke pemerintah kota/kabupaten. Melaluidesentralisasi pendidikan diharapkan permasalahan pokok pendidikan,yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemendapat terpecahkan.

Muncul pertanyaan mendasar, yaitu cukupkah desentralisasipendidikan pada tingkat pemerintah kota/kabupaten? Pengalamanberbagai negara menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan tidakcukup hanya pada tingkat kota/kabupaten. Banyak negara yangmenyerahkan pengelolaan pendidikan hingga ke pemerintah daerah,tetapi tidak berhasil meningkatkan mutu pendidikan secara signifikan.Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi pendidikan yangsesungguhnya harus sampai pada tingkat sekolah secara individual.

Mengapa perlu desentralisasi pendidikan? Berbagai studi tentangdesentralisasi menunjukkan bahwa pekerjaan yang bersifat kompleks,dikerjakan dalam tim, mengandung unsur ketidakpastian, dan beradapada lingkungan yang cepat berubah tidak bisa dikelola secarasentralistik. Pendidikan dan secara khusus lagi sekolah yang selamaini dikelola secara sentralistik justru menimbulkan banyak masalah.Oleh karena itu, sekolah yang memiliki karakteristik seperti itu harusdidesentralisasikan. Salah satu model desentralisasi pendidikan adalahMBS.

Menurut Tilaar (1998: xii), krisis pendidikan yang dihadapiIndonesia dewasa ini berkisar pada krisis manajemen. Menurutnya,manajemen pendidikan dirumuskan secara sederhana sebagai mobilisasisegala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yangditetapkan. Karena itu dengan diterapkannya MBS ini menjadi harapan

Page 30: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

30 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

banyak pihak agar krisis pendidikan akan bisa diselesaikan atausetidaknya bisa diminimalisasi.

Banyak pakar dan pemerhati pendidikan menyumbangkanpikirannya untuk mengkaji model MBS yang sesuai dengan negeri ini.Pada dasarnya, tidak ada satu model MBS yang baku untuk semuakondisi yang berbeda-beda. Bukan hanya perbedaan negara, wilayahatau provinsi dan kabupaten, perbedaan antar kondisi sekolah punmenuntut adanya penerapan MBS yang berbeda. Walaupun kelihatannyaberbeda-beda, namun pada hakikatnya ada persamaan yang mendasarsebagaimana akan dikemukakan dalam uraian ini.

Sejauh ini banyak pakar pendidikan dan para pemerhati pendidikanyang telah menjelaskan tentang MBS yang masih berkisar pada hal-halyang bersifat sekunder atau bahkan tersier dan belum menyangkut isiatau hakikat yang sebenarnya. Masih jarang yang menyinggung masalahisi yang tak lain merupakan hakikat desentralisasi. Hakikatdesentralisasi pendidikan adalah “apa dan kepada siapa” (what and towhom) dan bukan aturan-aturannya (regulation) (Nurkolis, 2003: 42).

Reformasi pendidikan di banyak negara dimulai pada dekade 1970-an hingga 1980-an. Banyak sekolah di Amerika Serikat, Kanada danAustralia yang berhasil menerapkan desentralisasi pendidikan denganmodel MBS. Melalui MBS sekolah memiliki kewenangan dalampengambilan keputusan yang terkait langsung dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah. Dengan MBS unsur pokok sekolah memegangkontrol yang lebih besar pada setiap kejadian di sekolah. Unsur pokoksekolah inilah yang kemudian menjadi lembaga non-struktural yangdisebut dewan sekolah yang anggotanya terdiri dari guru, kepalasekolah, administrator, orang tua, anggota masyarakat dan siswa(Nurkolis, 2003: 42).

Menurut Wohlstetter dan Mohrman, et. al (1994: 56-71) ada empatsumber daya yang harus didesentralisasikan, dimana kesemuanya padahakikatnya merupakan inti dan isi dari MBS. Yaitu power/authority,knowledge, information, dan reward. Keempatnya merupakan bagian yangtidak bisa dipisahkan dan menuntut kehadirannya, adalah sebagaiberikut:

Page 31: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

31Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Per tama, kekuasaan/kewenangan (power/authority) har usdidesentralisasikan ke sekolah-sekolah secara langsung, yaitu melaluidewan sekolah. Setidaknya terdapat tiga bidang penting yaitu budget,personel, dan curriculum. Termasuk dalam kewenangan ini adalahmenyangkut pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah, guru,dan staf sekolah. Di sini jelas sekali bahwa sekolah memilikikewenangan yang besar dalam pembiayaan dengan cara menggalisumber-sumber pendanaan di lingkungan sekolah. Selain itu, dalambidang ketenagakerjaan sekolah juga bisa memiliki kewenangan untukmemilih tenaga-tenaga kependidikan yang profesional dan sesuaidengan kebutuhan serta kemampuan sekolah. Apalagi dalamkewenangan sekolah terhadap kurikulum, sepenuhnya sekolah memilikikewenangan untuk memilih isi dan materi pelajaran mana yang palingsesuai dengan kondisi lingkungan. Meskipun demikian, karena MBSdi Indoensia masih dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia,maka materi yang bersifat nasional juga harus diikuti.

Kedua, pengetahuan (knowledge) juga harus didesentralisasikansehingga sumber daya manusia di sekolah mampu memberikankontribusi yang berarti untuk kemajuan kinerja sekolah. Pengetahuanyang perlu didesentralisasikan meliputi ketrampilan yang terkait denganpekerjaan secara langsung, ketrampilan kelompok, dan pengetahuankeorganisasian. Ketrampilan kelompok di antaranya adalah pemecahanmasalah, pengambilan keputusan dan ketrampilan berkomunikasi.Termasuk dalam pengetahuan keorganisasian adalah pemahamanlingkungan dan strategi merespons perubahan. Maksudnya, personelsekolah harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan seluas mungkin.Oleh karena itu, harus ada perencanaan dan pengalokasian agarpersonel sekolah selalu mendapatkan penataran dan peningkatanpengetahuannya. Dalam konteks ini sekolah tidak harus menungguadanya penugasan dari pemerintah, tetapi juga bisa aktif mengajakkalangan swasta terutama kalangan pebisnis untuk memberikanpengetahuan kepada para personel sekolah. Personel sekolah harusmembuka diri untuk menyerap pengetahuan dan ketrampilan dari

Page 32: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

32 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

masyarakat terutama dari kalangan dunia usaha yang selanjutnyaditerapkan dalam pelaksanaan tugasnya di sekolah.

Ketiga, hakikat lain yang harus didesentralisasikan adalah informasi(information). Pada model sentralistik informasi hanya dimiliki parapimpinan puncak, maka pada model MBS harus didistribusikan kepadaseluruh konstituen sekolah bahkan kepada seluruh stakeholder.Informasi yang perlu disebarluaskan antara lain berupa visi, misi,strategi, sasaran dan tujuan sekolah, keuangan dan struktur biaya, isu-isu sekitar sekolah, kinerja sekolah dan para pelanggannya. Penyebaraninformasi ini bisa secara vertikal dan horizontal, baik dengan cara tatapmuka maupun tulisan. Segala informasi tentang sekolah yang harusdisebarluaskan ke segala penjuru, baik terhadap para guru, tenagaadministrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, penjagasekolah, orang tua siswa, dewan sekolah, siswa sendiri dan masyarakatluas. Inilah pentingnya manajemen informasi, karena tidak semuainformasi bisa disampaikan kepada semua pihak. Penyebaran informasiharus proporsional dan melihat kepentingan berbagai pihak.

Keempat, penghargaan (reward) adalah hal penting lainnya yang harusdidesentralisasikan. Pengharagaan ini bisa dalam bentuk fisik maupunnonfisik, yang semuanya didasarkan atas prestasi kerja. Penghargaanfisik bisa berupa pemberian hadiah seperti uang. Penghargaan nonfisikberupa kenaikan pangkat, melanjutkan pendidikan, mengikuri seminaratau konferensi dan penataran. Penghargaan pun harus diberikankepada setiap pihak yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.Sementara itu, phak yang tidak dapat menjalankan tugas dengan baikatau bahkan gagal menjalankan tugas juga perlu mendapat punishmentsecara wajar. Punishment tidak selalu yang berkonotasi menyeramkan,tetapi lebih diupayakan yang bersifat pembinaan bagi yangbersangkutan. Tanpa adanya punishment kepada yang gagal maka maknareward akan kurang berarti. Prinsip keseimbangan dan keadilan harusselalu diperhatikan dalam memberikan reward dan punishment.

Sementara itu, menurut Depdiknas (2001: 21-24) fungsi-fungsiyang dapat didesentralisasikan ke sekolah adalah sebagai berikut:

Page 33: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

33Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

a. Perencanaan dan evaluasi program sekolahSekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaansesuai dengan kebutuhannya, misalnya kebutuhan untukmeningkatkan mutu sekolah. Sekolah juga diberi wewenanguntuk melakukan evaluasi, khususnya evaluasi internal atauevaluasi diri. Termasuk dalam perencanaan adalah rencanapengembangan sekolah yang setidaknya meliputi beberapa halsebagai berikut: (1) visi dan misi sekolah, (2) identifikasitimbulnya permasalahan, (3) prioritas permasalahan yangdihadapi sekolah untuk segera diselesaikan, (4) alternatif carapemecahan masalah, (5) prioritas pemecahan masalah, (6)tujuan program sekolah, (7) rencana induk pengembangansekolah dalam jangka waktu 3-5 tahun, (8) sumber dana untukmembiayai program, (9) proposal penunjang block-grant yangterdiri dari jenis program dan prakiraan anggaran, dan (10)membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolahyang memuat semua jenis program dan sumber dana dalamjangka waktu satu tahun (Subakir dan Sapari, 2001: 9-10).

b. Pengelolaan kurikulumSekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangiisi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkanoleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untukmengembangkan kurikulum muatan lokal.

Dengan mendesentralisasikan berbagai bidang tersebut diharapkantujuan utama MBS akan tercapai. Tujuan utama MBS tak lain adalahmeningkatkan kinerja sekolah dan terutama meningkatkan kinerjabelajar siswa menjadi lebih baik.

Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, dikembangkannyamanajemen berbasis sekolah (MBS) atau school-based management (SBM)menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah (Jalal danSupriadi, 2001). Dalam berbagai literatur tentang manajemen sekolah,MBS disebut juga otonomi sekolah (school autonomy) atau site-basedmanagement (Beck & Murphy, 1996). Ditjen Dikdasmen Depdiknas

Page 34: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

34 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

memilih nama resmi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah(MPMBS) atau school-based quality improvement untuk memberikantekanan pada peningkatan mutu, lebih dari sekedar adanya kewenangansekolah untuk pengambilan keputusan. Apapun namanya, padaprinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalammenetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah padapeningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan (Widiastono,2004: 363-364). MBS adalah suatu alternatif dari pola pengelolaansekolah dengan kewenangan yang besar diletakkan pada tingkat lokal/sekolah (Nurkolis, 2003: 42).

Supriadi (2004: 18) mengutip pendapatnya Heynderickx Kubickmendefinisikan bahwa SBM sebagai “a system of administration in whichthe school is the primary unit of educational decision-making”. MelaluiManajemen Berbasis Sekolah ini, sekolah tidak hanya sekadarmelaksanakan kebijakan unit pengelola pendidikan di atasnya (DinasPendidikan, Depdiknas), melainkan sekolah lebih diberdayakan untukmenentukan sendiri kebijakan yang dipandang sesuai dengan kondisi-kondisi internal dan lokalnya. Karena berbagai keputusan pentingberada di tingkat sekolah, maka tanggung jawab atas hasil atau dampakyang ditimbulkannya pun lebih banyak berada di tingkat sekolah.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, tanggung jawab dalampengambilan keputusan tertentu seperti anggaran, personil dankurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada ditingkat pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/kota. Sistem inimemberikan kewenangan yang lebih besar kepada kepala sekolah,siswa, dan orang tua dalam mengendalikan proses pendidikan di tingkatsekolah. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, mereka memilikikewenangan yang luas untuk mengambil keputusan yang terbaik bagisekolahnya dalam memecahkan masalah dan menjawab tantangan yangdihadapinya serta memenuhi kebutuhan dan mewujudkan cita-citanya,dalam kerangka upaya peningkatan mutu. Perubahan yang secara terarahdan bersengaja (deliberate) tersebut tidak datang dari luar, melainkandari dalam sekolah, sehingga lebih bersifat latent dan berkelanjutan(Suryadi, 2003: 3).

Page 35: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

35Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Kalau dicermati secara lebih jauh dan mendalam, sebenarnya adaperbedaan antara MBS dan MPMBS dalam cakupan dan nuansanya.MBS adalah suatu konsep yang lebih luas daripada MPMBS. MBS adalahmerupakan prinsip umum yang bisa diterapkan pada sekolah manapundan dengan tingkat perkembangan atau kematangan apapun, karenaesensinya adalah adanya kewenangan dan kemandirian sekolah untukmengelola dan mengambil keputusan yang (dianggap) terbaik bagikepentingan sekolah dan peserta didik, dan untuk itu sekolah harusdapat mempertanggung-jawabkannya kepada masyarakat. Segi yangdiutamakan dalam MBS adalah kemandirian dalam pengambilankeputusan. Pada tataran yang paling rendah, sasarannya bisa padatingkatan sekadar untuk mempertahakan survival sekolah itu agar tetapbertahan; pada tingkat sedang, bisa untuk mempertahankan mutu yangtelah dicapai agar tidak turun; dan tataran yang tinggi, agar mutu sekolahdapat bersaing dengan sekolah-sekolah terbaik lainnya (Supriadi, 2004:19).

Sedangkan MPMBS pada dasarnya adalah MBS yang telah secarakhusus diarahkan pada upaya peningkatan mutu pendidikan (quality-improvement oriented SBM). Jadi, sasaran MPMBS tidak berhenti hanyapada upaya mempertahankan keberadaan sekolah, melainkan sudahmengarah pada mutu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “Semuasekolah pada dasarnya dapat melaksanakan MBS, tetapi tidak semuasekolah bisa mengimplementasikan prinsip-prinsip MPMBS bilaprasyarat dasarnya belum terpenuhi”. Karena itu pula, sekolah-sekolahyang menjadi sasaran penerapan MPMBS lebih selektif daripada yangmenjadi sasaran MBS. Sekolah yang terancam gulung tikar karenakekurangan siswa, tidak memiliki gedung, kekurangan guru, dan tidakcukup memiliki dana operasional, sulit untuk bisa bergerak ke arahMPMBS, tetapi sekolah yang seperti ini bisa mulai melaksanakan MBS(dalam pengertian kemandirian dalam pengelolaan).

Tujuan dari penerapan MPMBS ini adalah agar manajemen sekolahlebih terfokus pada peningkatan mutu yang merupakan agena utamadalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Bahwa dalam kenyataan

Page 36: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

36 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian untukpengertian yang kurang lebih sama, hal ini tidak menjadi masalah, sejauhaspek mutu tetap ditonjolkan. Alasan lain ialah mutu itu sendiri dapatdiartikan secara luas, bukan hanya mutu hasil dalam bentuk prestasibelajar; melainkan juga mutu pelayanan, mutu masukan dan lain-lain.Selanjutnya akan diuraikan MBS dalam pengertian umum yang meliputijuga MPMBS (Supriadi, 2004: 20).

Peningkatan mutu sebagai fokus MBS adalah tepat, karena tanpadiorientasikan pada mutu, maka MBS tidak akan banyak artinya bagisekolah. Fokus pada mutu tentu saja menuntut perubahan pada aspekyang lain. Dalam hal ini Beck dan Murphy, mengemukakan empatkondisi yang harus terpenuhi untuk peningkatan mutu sekolah, yaitu:(1) fokus yang kuat dan konsisten pada mutu; (2) kepemimpinan yangkuat dan fasilitatif; (3) komitmen untuk memelihara kekompakaninternal dan eksternal; dan (4) sumberdaya yang diarahkan untukmeningkatkan kemampuan semua orang dalam komunitas sekolah(Supriadi, 2004: 20).

Dalam merumuskan visi, menjabarkannya ke dalam misi, memiliharah perubahan dan strategi pencapaiannya serta menghimpun sumberdaya yang diperlukan dan cara pengelolaannya, kepala sekolah tidakdapat bekerja sendirian, melainkan perlu melibatkan pihak-pihak lainyang berkepentingan terhadap sekolah. Pihak-pihak yang terlibat itubukan hanya berasal dari dalam sekolah saja (guru, pembimbing, siswa,orang tua siswa), bukan pula hanya terbatas dari kalangan yang selamaini berstatus pegawai negeri, melainkan bisa juga dari luar pemerintahatau sekolah yang selama ini berada “di luar sekolah”, seperti paraintelektual, aktivis LSM dan lain-lain. Pada prinsipnya, semakin luasdan beragam latar belakang pihak-pihak lain yang terlibat itu, makasemakin baik, karena akan lebih banyak suara dan aspirasi yang terwakiliyang kemudian menjadi masukan dalam pengambilan keputusan(Supriadi, 2004: 21).

Oleh karena itu, agar terkoordinasi dengan baik, maka perlu dibuatsuatu wadah atau forum untuk menampung aspirasi tersebut secara

Page 37: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

37Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

teratur, berkelanjutan dan mengarah kepada tujuan. Forum itu lazimdisebut Badan Sekolah (School-Board), Dewan Sekolah (School Council),atau Komite Sekolah (School Committee). Untuk tingkat sekolah,Indonesia memilih nama Komite Sekolah, sedangkan untuk tingkatkabupaten/kota menggunakan nama Dewan Pendidikan. Dalampraktiknya, Komite Sekolah bisa berada di setiap sekolah atau padasuatu kelompok/gugus sekolah; yang penting dalam forum itu ada danberfungsi efektif sebagai sarana komunikasi dan pengambilankeputusan bersama. Karena tidak hanya melibatkan sekolah, apalagihanya kepala sekolah, maka asas-asas keterbukaan, demokratisasi,kerjasama, saling menghargai pendapat, dan keterwakilan menjadisangat penting dalam Komite Sekolah. Begitulah, sekali komitmenditetapkan untuk melaksanakan MBS, maka segalanya secara serempakharus megikuti arah perubahan itu (Supriadi, 2004: 21).

Pada sisi lain, tentu saja banyaknya pihak yang terlibat dalam prosespengambilan keputusan tersebut akan membuat tidak mudahnyamengelola perbedaan pendapat yang mungkin terjadi dalam KomiteSekolah. Perbedaan pendapat itu harus dipahami sebagai refleksi dariadanya perspektif dan harapan yang berbeda-beda dari para anggotaKomite Sekolah terhadap pendidikan, bahkan juga mencerminkantingkat pemahaman mereka tentang pendidikan. Sehingga pengambilankeputusan harus secara partisipatoris (participatory decision-making),walaupun dalam kenyataannya kadang-kadang bisa menciptakanfrustasi dan seringkali prosesnya lebih lamban dibandingkan dengancara-cara otokratik. Para anggota Komite Sekolah harus mampu bekerjasama dan memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang dihadapi.

Tidak sedikit orang yang hanya berbekal semangat untuk ikutberbicara tentang pendidikan, tanpa dibekali pemahaman yang cukupdalam bidang ini. Ada juga yang banyak mengetahui tentang pendidikandan ikut berbicara tentang perbaikan pendidikan, tetapi tidak disertaikomitmen yang penuh untuk turut mewujudkannya. Hal seperti inibisa terjadi pada siapa saja, termasuk para anggota Komite Sekolah,aparat pendidikan dan bahkan intelektual pendidikan. Yang terbaik

Page 38: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

38 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

adalah orang yang tahu banyak tentang pendidikan, memilikikepedulian yang tinggi, dan sekaligus menunjukkan komitmen yangkuat untuk mewujudkan kehendaknya itu dalam kenyataan.

Keuntungan dari pengambilan keputusan partisipatoris dalam MBSadalah keputusan merupakan hasil bersama, dan upaya mewujudkannyapun harus bersama-sama disertai rasa ikut terlibat dan ikut memiliki.Orang tua misalnya, tidak bisa lagi hanya mempercayakan sepenuhnyapendidikan anaknya kepada sekolah, melainkan harus ikut memantaudan mendorong anak serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagibelajar anak dalam keluarganya. Bila orang tua mempunyai harapanyang tinggi terhadap pendidikan anaknya di sekolah, maka mereka punharus mendukung dan siap menanggungnya.

Menurut Slamet PH berdasarkan temuan di lapangan, terdapat tigaalasan normatif atas penerapan MBS ini: 1) Manajemen berbasis pusatyang selama ini telah dipraktekkan memiliki banyak kelemahan, diantaranya keputusan pusat sering kurang sesuai dengan kebutuhansekolah, atau menumpulkan daya kreativitas sekolah, juga mengikishabis rasa kepemilikan warga sekolah terhadap sekolahnya; 2) yangpaling memahami permasalahan-permasalahan di sekolah adalahsekolah itu sendiri. Karenanya, sekolah merupakan unit utama yangharus memecahkan permasalahannya melaluli sejumlah keputusan yangdibuat sedekat mungkin dengan kebutuhan sekolah. Untuk itu sekolahharus memiliki kewenangan (otonomi), tidak saja dalam pengambilankeputusan, akan tetapi juga dalam mengatur dan mengurus kepentingansekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolahsesuai dengan payung kebijakan makro pendidikan nasional. 3)Perubahan di sekolah akan terjadi jika semua warga sekolah ada rasamemiliki. Rasa memiliki berasal dari kesempatan berpartisipasi dalammerumuskan perubahan dan keluwesan untuk mengadaptasikannyaterhadap kebutuhan individu sekolah. Rasa memiliki ini pada gilirannyaakan meningkatkan pula rasa tanggung jawab. Jadi, makin besar tingkatpartisipasi warga sekolah dalam pengambilan keputusan, makin besarpula rasa tanggung jawabnya (Ade Irawan, et. al., 2004: 35-36).

Page 39: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

39Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan yangdilakukan seiring dengan manajemen pendidikan berbasis sekolah danpendidikan berbasis masyarakat har us mencegah terjadinyaperkembangan yang mengarah pada egoisme sempit di kalanganpengelola dan pelaku pendidikan. Otonomi daerah juga harus mampumencegah terjadinya “sentralisasi baru” pengelolaan pendidikan didaerah yang mengembangkan peran serta masyarakat danpemberdayaan sekolah dalam mengambil keputusan (Jalal dan Supriadi,2001: 100).

Walaupun sebenarnya pengelolaan pendidikan di daerah masihmengalami beberapa masalah tentang rendahnya efektivitas dalampencapaian program dan rendahnya efisiensi dalam pemanfaatan danapendidikan. Hal ini menurut Mahdiansyah disebabkan oleh beberapafaktor, yaitu pertama, penyusunan rencana program pendidikan padaumumnya tidak didasarkan pada data yang akurat sehingga rencanayang disusun tidak mencerminkan kebutuhan lokal. Kedua, penggunaandana cenderung lebih banyak digunakan untuk kepentingan birokrasidaripada langsung dialokasikan kepada kegiatan belajar di sekolah.Ketiga, pengambil kebijakan di bidang pendidikan kurang mempunyaiperhatian dan pengetahuan yang memadai tentang substansi pendidikan;keempat, masih banyak calon peserta didik yang terisolasi baik secarasosial maupun geografis, terutama untuk propinsi di luarjawa dan daerahkepulauan. Dan kelima, daerah masih merasakan kekurangan danauntuk membiayai sektor publik (Mahdiansyah, et. al., 2003: 6-7).

Manajemen berbasis sekolah atau manajeman peningkatan mutuberbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaanpendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitassekolah, dan ini merupakan salah satu model dari desentralisasipendidikan (Nurkolis, 2003: 41). Beberapa indikator yangmenunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagaiberikut: (1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (2) sekolahmemiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai; (3) sekolah memilikikepemimpinan yang kuat; (4) adanya harapan yang tinggi dari personel

Page 40: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

40 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untukberprestasi; (5) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerussesuai tuntutan IPTEK; (6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terusmenerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, danpemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu; dan (7)adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat (Umaedi, 1999: 7).

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untukmeningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelolaperubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan,kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telahditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendekatan inimenuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponensekolah; kepala sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasukorang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantusekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasidalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung olehpengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir darisemua ini ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkanpendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memiliki tanggungjawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahanadministrasi, keuangan dan fungsi setiap personal sekolah di dalamkerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah.Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harusmembuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping harusmenyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, danmeningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinanmasyarakat tentang sekolah/pendidikan. Kepala sekolah harus tampilsebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagaikelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secaraprofesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolahmelalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan

Page 41: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

41Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendirimaupun sekolah lain.

Menurut Umaedi (1999: 8-9) ada empat hal yang terkait denganprinsip-prinsip pengelolaan kualitas total, yaitu; (1) perhatian harusditekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkanpeningkatan mutu, (2) kualitas/mutu harus ditentukan oleh penggunajasa sekolah, (3) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukandengan pemaksaan aturan, (4) sekolah harus menghasilkan siswa yangmemiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arif bijaksana,karakter, dan memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisitersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri,sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi danmeningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah, khususnyasiswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya termasuksumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakansecara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yangbermanfaat bagi peningkatan mutu khususnya. Sementara itu, kebijakanmakro yang dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikanlainnya masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yangbersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.

Hadirin yang Mulia,

Biaya dan Pembiayaan Pendidikan di IndonesiaMenurut Supriadi (2004: 3), biaya pendidikan merupakan salah

satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangatpenting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Dalam setiapupaya pencapaian tujuan pendidikan —baik tujuan-tujuan yang bersifatkuantitatif maupun kualitatif— biaya pendidikan memiliki perananyang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yangdapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwatanpa biaya, proses pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan. Biayadalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis

Page 42: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

42 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baikdalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakandengan uang). Dalam pengertian ini, misalnya iuran siswa adalah jelasmerupakan biaya, tetapi sarana fisik, buku sekolah dan guru juga adalahbiaya. Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh, dialokasikan,dan dikelola merupakan persoalan pembiayaan atau pendanaanpendidikan (educational finance).

Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataranmakro maupun mikro, dikenal beberapa kategori biaya pendidikan(Anwar, 1991; Gaffar, 1991; Thomas, 1972). Pertama, biaya langsung(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalahsegala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraanpendidikan. Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secaralangsung menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan prosespendidikan tersebut terjadi di sekolah, misalnya biaya hidup siswa,biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan, dan hargakesempatan (opportunity cost). Kedua, biaya pribadi (private cost) dan biayasosial (social cost). Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untukpendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga (householdexpenditure). Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakatuntuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yangdihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayaipendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah pada dasarnyatermasuk biaya sosial. Ketiga, biaya dalam bentuk uang (monetary cost)dan bukan uang (non-monetary cost). Lebih lanjut, dalam kenyataannya,ketiga kategori biaya pendidikan tersebut dapat “bertumpang tindih”,misalnya ada biaya pribadi dan sosial yang bersifat langsung dan tidaklangsung serta berupa uang dan bukan uang, dan ada juga biaya langsungdan tidak langsung serta biaya pribadi dan sosial yang dalam bentukuang maupun bukan uang.

Di samping itu, dikenal juga anggaran belanja pendidikan (educationbudget) yang terdiri atas dua komponen, yaitu (1) pendapatan, pemasukanatau penerimaan di satu pihak dan (2) pengeluaran atau belanja. Bila

Page 43: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

43Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

dibedakan berdasarkan sifatnya, maka dikenal biaya rutin (routine/recurret budget) dan biaya investasi atau pembangunan (investment/development budget). Dalam sistem anggaran di Indonesia, alokasi biayarutin kepada lembaga-lembaga atau satuan-satuan penyelenggaranpendidikan dituangkan dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan), sedangkanbiaya pembangunan dialokasikan dalam DIP (Daftar Isian Proyek). Disamping itu dikenal pula DIKS (Daftar Isian Kegiatan Suplemen), yaitualokasi anggaran yang sumber dananya berasal dari masyarakat.Penyaluran subsidi pemerintah ke satuan-satuan pendidikan (sekolah)dapat berupa uang yang telah jelas peruntukannya (earmarket allocation),dana tambahan berbentuk hibah (block grant), atau berupa tenaga danbarang (inkind allocation) seperti guru/tenaga kependidikan, buku-bukupelajaran, dan perlengkapan sekolah (Caldwell, Levacic dan Ross,1999).

Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya pendidikan pada tingkatmakro (nasional) berasal dari: (1) pendapatan negara dari sektor pajak(yang beragam jenisnya), (2) pendapatan dari sektor non-pajak, misalnyadari pemanfaatan sumber daya alam dan produksi nasional lainnya yanglazim dikategorikan ke dalam “gas” dan “non-migas”, (3) keuntungandari ekspor barang dan jasa, (4) usaha-usaha negara lainnya, termasukdari divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN), serta (5) bantuandalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik darilembaga-lembaga keuangan internasional (seperti bank Dunia, ADB,IMF, IDB, JICA) maupun pemerintah, baik melalui kerjasamamultilateral maupun bilateral. Alokasi dana untuk setiap sektorpembangunan, termasuk pendidikan, dituangkan dalam RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun(Supriadi, 2004: 5).

Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, anggaran untuk sektorpendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan daripemerintah pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (RAPBD). Pada era sentralisasi di masa lalu, sebagian besar

Page 44: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

44 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

(bahkan hampir semua) dana pendidikan yang ada di tingkat provinsidan kabupaten/kota berasal dari pemerintah pusat, sementarapemerintah daerah hanya mengelola dan menyalurkannya sesuai denganperuntukannya yang telah direncanakan sebelumnya. Hanya sebagiankecil (kurang dari 1%) dana pendidikan di daerah yang berasal darianggaran daerah (Ditjen PUOD, 1993).

Pada era otonomi daerah sekarang, keadaan tersebut sesungguhnyamasih belum banyak mengalami perubahan. Sebagian besar dana dalamRAPBD provinsi dan kebupaten/kota diperoleh dari pusat yangdisalurkan dalam bentuk paket yang disebut Dana Alokasi Umum(DAU) dan untuk sebagian ditambah lagi dengan Dana Alokasi Khusus(DAK). Perbedaannya hanya terletak pada tanggung jawabpengalokasiannya yang diserahkan sepenuhnya kepada daerah, namunterdapat pengecualian. Daerah-daerah yang memiliki sumber daya alamyang dikuasai oleh negera (misalnya berupa hasil tambang atau industriberskala nasional) mendapatkan bagian dalam proporsi tertentu darikeuntungan yang diperoleh dengan mengacu kepada UU No. 25/1999tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Daerah-daerah yangkaya akan sumber daya alam (misalnya Riau, Aceh, Kalimantan Timur,Irian Jaya) tidak hanya mengandalkan pendapatannya pada PADS danDAU, melainkan juga dari bagi hasil tersebut. Pendapatan dari bagihasil diturunkan oleh pemerintah pusat ke pemerintah provinsi,kemudian sebagian didistribusikan lagi ke tingkat kabupaten/kotadengan menggunakan formula tertentu. Hal ini memungkinkan merekauntuk dapat mengalokasikan dana yang lebih besar untuk sektorpendidikan (Supriadi, 2004: 6).

Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikandiperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa,dan sumbangan masyarakat. Sejauh tercatat dalam Rencana AnggaranPendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sebagian besar biayapendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkanpada sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan. Pada tahun1991/1992, sebanyak 92,39% penerimaan biaya pendidikan di SD

Page 45: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

45Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

berasal dari pemerintah pusat, hanya 0,23% dari pemerintah daerah,6,98% dari iuran siswa yang ditampung melalui BP3 (Badan PembantuPenyelenggara Pendidikan) yang sebelumnya bernama POMG(Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), 0,20% dari masyarakat dan0,20% dari sumber-sumber lain (Ditjen PUOD, 1993). Keadaan inibelum banyak berubah hingga tahun 1995/1996; sebanyak 93-96%penerimaan SD Negeri, 78-91% penerimaan SLTP Negeri, dan 80%pada SLTA Negeri berasal dari pemerintah (Clark et. al., 1998; Triaswatiet. al., 2001). Dengan hanya memperhitungkan dua sumber penerimaan,yaitu pemerintah dan (keluarga) siswa, pada tahun 2000/2001 subsidipemerintah untuk SD Negeri meliputi 81,5% sedangkan 19,5% lainnyadari iuran siswa (Supriadi, 2004: 7).

Besar kecilnya biaya pendidikan, terutama pada tingkat satuanpendidikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu pendidikan,seperti angka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, danprestasi belajar siswa (Ditjen PUOD, 1993; Triaswati et. al., 2001;Supriadi, 2002). Oleh sebab itu, dalam konteks perencanaanpembiayaan pendidikan, pemahaman terhadap berbagai aspekpembiayaan pendidikan sangatlah penting. Pemahaman dimaksudmerentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan) hinggayang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber pembiayaanpendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas danefesiensi dalam penggunaannya, dan akuntabilitas hasilnya yang diukurdari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi padasemua tataran, khususnya di tingkat sekolah.

Uraian di atas menunjukkan kompleksnya masalah pembiayaanpendidikan. Di Indonesia, hal tersebut semakin kompleks lagi karenasistem anggarannya yang rumit, birokratis, kaku, dan fragmentaris yaknimelibatkan banyak instansi, tentu saja dengan egoismenya masing-masing. Pada era otonomi daerah sekarang —yang salah satu tujuannyaadalah menyederhanakan dan memangkas jalur birokrasi dalam sistempenganggaran pendidikan (juga untuk sektor-sektor lain)— belumbanyak perubahan terjadi. Alokasi anggaran pendidikan tetap sangat

Page 46: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

46 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

kompleks dan fragmentaris dengan akibat terjadi kerawanan (in-efisiensi, kebocoran, atau penghamburan) dalam pengelolaan dana disana sini. Dana dialokasikan melalui DAU, tetapi ada pula yangditurunkan melalui DAK serta proyek-proyek berskala nasional,regional dan lokal.

Sebenarnya, dilihat dari perspektif pembiayaan pendidikan,pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan terjadinya perubahandalam sistem alokasi dan manajemen pembiayaan pendidikan. Diantaranya adalah semakin besarnya peranan daerah di satu pihak dansemakin berkurangnya peranan pusat dalam menentukan berbagaikebijakan yang berkenaan dengan penggunaan anggaran pendidikan.Kewenangan pemerintah pusat terbatas pada penetapan kebijakan yangbersifat makro dalam bentuk pengalokasian anggaran untuk sekolah-sekolah dengan mengikuti standar rata-rata, sedangkan kebijakan-kebijakan yang bersifat mikro seperti alokasi dan distribusi anggaranpendidikan ke sekolah menjadi kewenangan daerah (dalam hal inipemerintah kabupaten/kota).

Di banyak negara, perubahan dari sistem sentralisasi kedesentralisasi menuntun perubahan pula dalam sistem alokasipembiayaan pendidikan, antara lain dengan menerapkan formulapembiayaan pendidikan yang didasarkan atas kebutuhan riil sekolah(needs-based funding formula). Formula pembiayaan yang dimaksud di siniadalah “an agreed set of criteria for allocating resources to schools which areimpartially applied to each school” (Caldwell, Levacic dan Ross, 1999: 9).Lebih lanjut, formula dimaksud diperlukan untuk menjawab pertanyaanseperti, “berapakah jumlah dana yang perlu dialokasikan untuk sekolah-sekolah” dan “faktor-faktor apakah yang harus diperhitungkan dalammenentukan alokasi dana untuk sekolah tertentu?” Jawaban yang jelasterhadap kedua pertanyaan tersebut akan mampu mencegah, atau palingtidak mengurangi, terjadinya bias atau penyimpangan lainnya dalammenentukan alokasi dana karena alasan politik atau kepentingan lainnya(di tingkat lokal).

Di samping itu, perlunya formula pembiayaan yang berbasis

Page 47: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

47Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

kebutuhan sekolah berkaitan dengan terjadinya pergeseran dalamfilosofi dan kebijakan pendidikan di banyak negara. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, isu-isu pemerataan kesempatan (equality of opportunity)melalui perluasan kesempatan belajar sangat dominan. Pada tahun1980-an, isu-isu tentang keadilan (equity) dalam memperoleh (sumberdaya) pendidikan (dari pemerintah) menjadi tema sentral dengan fokusutama pada kelompok siswa yang kurang beruntung, dengan resikoberkurangnya perhatian pada kelompok yang beruntung (Ross danHallak, 1999).

Mulai tahun 1990-an hingga sekarang, filosofi pendidikan di banyaknegara mengakomodasi sekaligus ide-ide tentang pemerataan dankeadilan dengan jangkauan semua siswa yang berasal dari berbagai latarbelakang sosial-ekonomi (jadi, lebih bersifat inklusif). Dalam halpendanaan pendidikan, persoalan-persoalan bukan lagi “siapakah yangharus dan tidak harus mendapatkan prioritas dalam pembiayaanpendidikan” (isu tahun 1980-an), melainkan “dalam jumlah berapakelompok siswa/sekolah tertentu mendapatkan alokasi dana dan dalamjumlah berapa pula untuk kelompok siswa yang lain dan apakriterianya?” Dalam sejarah pembiayaan pendidikan yang menggunakanformula, maka “needs-based funding formula” mewakili “generasi keempat”(Caldwell, Levacic dan Ross, 1999: 20-23).

Mengingat kondisi sekolah-sekolah di Indonesia sangat beragamdan untuk memastikan tidak terjadinya keragaman yang terlalu luasdalam penetapan kebijakan pembiayaan untuk satuan pendidikan olehpemerintah kabupaten/kota, maka semakin besarnya peran pemerintahdaerah justru menuntut adanya rambu-rambu yang berlaku secaranasional yang menjadi pedoman bagi daerah dalam menentukan alokasianggaran untuk satuan pendidikan, mulai tingkat SD hingga SLTA.Oleh sebab itu, diperlukan studi untuk menetapkan standar-standarbiaya pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Hadirin yang Mulia,Pertimbangan Penyusunan Pembiayaan Pendidikan

Page 48: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

48 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Pada dasarnya pembiayaan pendidikan dilakukan untuk mengetahuidengan pasti bagaimana alokasi sumber-sumber yang dimilikipemerintah, lembaga-lembaga pendidikan maupun masyarakat yangbergerak di bidang pendidikan. Atau dengan pertanyaan lain, bagaimanasumber-sumber yang dimiliki itu dialokasikan untuk mendukungpencapaian tujuan pendidikan. Alokasi sumber-sumber pendidikanbanyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebijakan yang dianut,tujuan yang ingin dicapai, lokasi kegiatan, tingkat hidup masyarakat,kebutuhan masyarakat, partisipasi masyarakat, penilaian masyarakatpada hasil pendidikan dan strategi yang dianut.

Kedelapan faktor tersebut sebagaimana yang dijelaskan olehSihombing dan Indardjo (2003: 17-28), sebagai berikut:

a. Kebijakan yang dianutDi Indonesia, pemerintah menggariskan kebijakan bahwa

pendidikan diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Daristatemen tersebut sebenarnya dapat dibaca bahwa ada keinginan daripemerintah untuk membuat seluruh warga negara memiliki kehidupanyang cerdas. Artinya, bijak dalam menggunakan pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang diperoleh dari bangku pendidikan dalamusaha meningkatkan taraf dan mutu kehidupannya dalam berbangsadan bernegara.

Apabila kebijakan ini yang diinginkan, maka sebagai konsekuensiyang ditimbulkannya adalah, pemerintah perlu memikirkan biayapendukung yang memadai. Sehingga alokasi dari sumber-sumber yangdimiliki benar-benar mampu mendukung kebijakan tersebut. Misalnya,untuk mewujudkan kebijakan mencerdaskan kehidupan bangsadiperlukan: (1) peserta didik yang sehat dan memiliki semangat juanguntuk berhasil, (2) guru yang cukup dan berkualitas, (3) gedung danperalatan yang pantas, (4) orang tua yang sadar akan pentingnyapendidikan dan merasa bahwa pendidikan adalah kebutuhan dasardalam kehidupannya, (5) penghasilan masyarakat cukup untukmembiayai kebutuhan pendidikan anak-anaknya, (6) pengelolaan

Page 49: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

49Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

sekolah yang berorientasi pada mutu, serta (7) menghindari pemborosanberupa pengorbanan yang tidak perlu, dan lain-lain.

Kebijakan yang sudah ditentukan, sudah sewajarnya kalaudiusahakan untuk dimanifestasikan, tentang bagaimana untukmemanifestasikan, diserahkan pada para pengelola pendidikan.Pemerintah dalam hal ini cukup mengadakan kontrol pelaksanaan,namun tidak terkesan mencampuri para pengelola pendidikan, kecualiapabila pendidikan itu dikelola oleh pemerintah. Semakin banyakcampur tangan pemerintah semakin besar kemungkinan timbulnyapenolakan semu dari para pengelola pendidikan dan semakin besarpula kemungkinan penyimpangan dalam pengelolaan. Sedangkankontrol dalam hal ini hanya dilakukan untuk mengukur tingkatkeberhasilan yang dicapai oleh setiap lembaga.

b. Tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikanKebijakan yang sudah digariskan perlu dijabarkan dalam tujuan.

Tujuan tidak perlu sama dengan apa yang ditulis oleh pemerintah pusatatau pemerintah daerah sebagai penjabaran dari kebijakan dasarnya.Tiap lembaga dapat merumuskan tujuannya sendiri sepanjang tidakbertentangan dengan kebijakan pemerintah. Dengan demikian tujuanini dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain, atau darisatu lembaga dengan lembaga yang lain. Pemerintah pusat dapatmenentukan misi konstitusionalnya, namun bagaimana daerah ataulembaga-lembaga tertentu untuk mencapainya, dapat merumuskantujuan dan strategi sendiri-sendiri. Untuk mencapai apa yang sudahdirumuskan tersebut diperlukan alokasi anggaran atau biaya, dan dalammengalokasikan anggaran perlu diketahui alokasi sumber-sumber yangada.

Tujuan sering didasari oleh latar belakang pemikiran yangmenyebabkan suatu lembaga didirikan. Misalnya, satu lembagadidirikan karena melihat banyak anak atau anggota masyarakat yangtidak memperoleh pendidikan. Maka tujuan dari lembaga ini adalahmemperluas kesempatan belajar bagi seluruh anggota masyarakat.

Page 50: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

50 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Sedang lembaga yang didirikan karena tidak puas dengan mutupendidikan di sekitarnya, maka akan digariskan tujuannya adalahmeningkatkan mutu keluaran pendidikan. Sedang lembaga yang melihatada kesenjangan antara dunia pendidikan dengan apa yang dibutuhkanlingkungannya, maka perlu digariskan tujuan untuk meningkatkanrelevansi pendidikan dengan dunia kerja dan lain-lain. Setelah tujuandigariskan, baru kemudian dialokasikan sumber-sumber yangdiperlukan dan dihitung kebutuhan biaya yang diperlukan.

c. Lokasi pendidikanTidak semua kegiatan pendidikan ada di satu lokasi. Ada yang di

kota, di pedesaan, di pegunungan, dan ada juga yang di pantai.Mengingat tingkat kesulitan daerah berbeda satu dengan yang lain,dengan mudah dapat diperkirakan bahwa untuk memperoleh keperluanbaik untuk pengelola pendidikan, peserta didik maupun orang tuamemiliki tingkat kesulitan yang berbeda, akibatnya harga keperluantersebut juga berbeda. Oleh karena itu pembiayaan untuk mendukungpendidikan yang akan dilakukan juga akan berbeda.

Alokasi sumber-sumber yang diperlukan untuk melakukanpendidikan juga banyak dipengaruhi oleh lokasi yang dipilih. Olehkarena itu, tempat kedudukan atau lokasi dimana pendidikan akandilakukan turut mempengaruhi pembiayaan pendukungnya.

d. Tingkat kehidupan masyarakatSebagaimana penyebaran lokasi sekolah, penyebaran tingkat

kesejahteraan penduduk juga tidaklah sama, sehingga tingkatkemampuan untuk membiayai pendidikan juga tidak sama. Apabilahal ini tidak disadari, tidak tertutup kemungkinan bahwa pelaksanaanpendidikan akan mengalami kesulitan, kecuali semua kebutuhanpendidikan dibebankan pada pemerintah, padahal ini tidak mungkin,karena input yang diperlukan pada pendidikan banyak yang di luarperkiraan dan harus dipenuhi. Misalnya, untuk daerah yang

Page 51: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

51Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

masyarakatnya miskin, adalah suatu yang menyulitkan untuk membelisepatu, pakaian, buku, dan lain-lain. Apabila ini harus dipikul olehmasyarakat miskin maka dapat diperkirakan jumlah orang yang tidakmengikuti pendidikan akan semakin banyak.

Faktor tersebut sangat besar pengaruhnya dalam pendidikan danbukan karena masyarakat tidak ingin belajar, namun karena keadaanekonomi yang sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, untuk daerahseperti ini diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah, apabilamencerdaskan kehidupan bangsa akan dirasakan oleh semua warganegara. Bagi penyelenggara pendidikan bukan pemerintah, melakukanpendidikan untuk situasi seperti ini, mungkin akan tetap dilakukantetapi dengan pengorbanan yang cukup besar dan hasil keluaran yangmungkin tidak seperti yang diharapkan dalam kebijakan pemerintah.

e. Kebutuhan belajar masyarakatPerencanan pendidikan sering berperilaku seperti mengetahui

secara tepat apa yang dibutuhkan masyarakat yang akan mengikutipendidikan. Masyarakat tidak ikut, atau memilih suatu programpendidikan hanya sekedar ikut tetapi mereka mengharapkan setelahikut program akan mendapatkan peningkatan dalam kehidupannya.Apabila hal ini tidak terjadi dapat dapat menyebabkan anggotamasyarakat akan merasa “untuk apa mengirim anak sekolah/belajar”atau untuk apa mengikuti pendidikan seperti itu kalau ternyatakehidupannya tidak lebih baik dari apa yang mereka alami sebelumnya.

Ada kalanya para perencana beranggapan bahwa yang penting adapendidikan, dan masyarakat akan ikut dengan sendirinya. Hal ini dapatterjadi pada lokasi dimana masyarakat telah merasakan bahwapendidikan itu merupakan suatu kebutuhan untuk dapat memperbaikitingkat dan mutu kehidupannya. Mengingat kebutuhan belajar iniberaneka ragam adalah sangat tidak bijaksana dengan mengembangkansatu model pendidikan dengan metode dan isi yang sama untuk semualapisan masyarakat.

Keanekaragaman ini menjadi faktor yang banyak berpengaruh pada

Page 52: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

52 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

alokasi sumber-sumber yang dimiliki, karena kebutuhan berbeda makaalokasi juga pasti berbeda. Misalnya, masyarakat yang membutuhkanketrampilan menjahit akan membutuhkan alokasi sumber-sumber yangberbeda dengan masyarakat yang menginginkan ketrampilan tukangkayu.

f. Partisipasi masyarakatPartisipasi sering diartikan sebagai keterlibatan dalam satu program,

hanya saja pengertian ini ada kalanya dibatasi pada keikutsertaan, jarangmelihat persoalan kenapa tidak mau terlibat atau ambil bagian, kenapaketerlibatan yang ada hanya separuh hati atau terlibat tetapi denganperasaan terpaksa, hanya karena diinginkan pemerintah atau adakeuntungan yang akan diperoleh. Atau kemungkinan lain masyarakattidak berdaya untuk ambil bagian secara aktif, karena persoalan ekonomiyang dihadapinya. Semua persoalan tersebut perlu diungkap sebelummengajak masyarakat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan.

Keterlibatan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk dukungandana, prasarana melalui pembayaran pajak yang tepat waktu atau hal-hal yang bersifat material, namun partisipasi ini dapat juga dalam bentuksesuatu yang tidak biasa dapat diukur dengan uang. Seperti memberisumbangan pemikiran, memberikan dorongan, membangun situasi yangmemungkinkan warga masyarakat tertarik untuk ambil bagian baiksebagai peserta, pengamat, maupun dukungan moral lainnya, namunapabila dihitung dengan uang nilainya jauh lebih besar, dan bahkanmungkin tidak dapat dihitung.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sumbangan masyarakat padadunia pendidikan sangat besar, malah mungkin lebih besar dari apayang disumbangkan pemerintah. Ada beberapa faktor yang perludiamati dan diselesaikan agar masyarakat tanpa diminta mau ikut ambilbagian dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Antara laindengan menciptakan situasi yang bersih dalam pengelolaan seluruhaspek pendidikan sehingga tercipta situasi saling percaya antaramasyarakat dengan pengelola pendidikan. Di sisi lain perlu dihasilkan

Page 53: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

53Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

keluaran pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Kebutuhan masyarakat sebenarnya cukup sederhana yaitu ingin agarsetiap keluaran pendidikan tidak menjadi tenaga penganggur, karenahal ini berarti pendidikan harus dikelola dengan prinsip link and matchyang diartikan luluh dan bersenyawa dengan tuntutan dunia kerja.

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam membangunpendidikan, masyarakat itu sendiri harus berdaya, bagaimana mungkinikut berpartisipasi kalau kehidupan masyarakat masih dalam himpitankemiskinan. Sehingga masyarakat dalam hal ini harus diberdayakan.Pemberdayaan ini akan menjadi kenyataan apabila pada diri setiapinsan yang memiliki daya, ada keinginan yang tulus dan sungguh-sungguh untuk memajukan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.Konsekuensi dari ketulusan itu adalah kesediaan berkorban,mendengar, bertukar pikiran dan berbeda pendapat. Hal ini sangatpenting mengingat manusia diciptakan oleh Tuhan dengankeanekaragaman, baik dalam kebutuhan, pandangan hidup,kemampuan dan lain-lain. Keberagaman ini memerlukan polapendekatan usaha pemberdayaan harus berbeda pula, oleh karena itustrategi pemberdayaan tidak mungkin terstandarisasi antara berbagailingkungan yang berbeda.

Dalam hal ini ada empat komponen penting dalam usahapemberdayaan masyarakat, yaitu: (1) keterbukaan; dalam mengelolasegala aspek yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengankepentingan kehidupan masyarakat, diperlukan adanya kesediaan daripara penguasa, pengelola untuk terbuka tantang apa dan bagaimanakegiatan yang dirancang untuk mereka; (2) mendengar; kesediaanmendengar apa yang diinginkan masyarakat agar mereka dapat keluardari berbagai kesulitan yang mereka hadapi; (3) menghargai; baikpemerintah, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan maupunanggota masyarakat perlu berani dalam kesanggupan untuk melihatkedudukannya masing-masing dengan tidak mengabaikan fungsi danperan orang lain, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa salingmenghargai; dan (4) keswadayaan; membangun dengan mendaya-

Page 54: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

54 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

gunakan apa yang dimiliki, merupakan ciri kebudayaan. Oleh karenaitu prinsip ini harus menjadi salah satu ciri yang perlu dimiliki(Sihombing dan Indardjo, 2003: 25-27).

g. Penilaian masyarakat terhadap hasil pendidikanTidak ada orang tua yang memasukkan anaknya pada satu lembaga

pendidikan, tanpa suatu harapan atau keinginan baik yang dinyatakanmaupun tidak. Harapan-harapan ini sering kurang diperhatikan olehpara pengelola pendidikan, karena mereka berasumsi apapun yangdiberikan selama proses pendidikan masyarakat akan menerima saja,masyarakat tahu apa tentang pendidikan. Asumsi yang salah iniseharusnya dihilangkan dari pemikiran para perencanan pendidikan.Masyarakat tahu apa yang diinginkannya, hanya ada kalanya kurangmampu mengkomunikasikannya. Harapan masyarakat ini kemudianakan mereka perbandingkan dengan apa yang mereka lihat, dengar danalami. Apabila apa yang mereka lihat, dengar, alami tidak sesuai denganharapan mereka, maka kekecewaan pada sektor pendidikan semakinberkurang.

h. Strategi yang dianutDalam mengembangkan strategi membutuhkan analisis lingkungan

yang baik agar strategi yang dipilih tepat dapat digunakan untukmewujudkan tujuan yang sudah digariskan. Tidaklah mungkinmengembangkan hanya satu strategi untuk kondisi dan tujuan yangberaneka ragam. Keanekaragaman lokasi, kebutuhan mendorong parapengelola pendidikan menggunakan strategi yang beraneka ragam juga.Walaupun dikatakan bahwa metode pembelajaran dimana saja samayaitu tatap muka, penugasan, praktek, diskusi dan lain-lain, namundalam penerapannya harus berbeda.

Strategi pembelajaran, pendekatan, pengelolaan pendidikan pastiberbeda-beda juga. Berdasarkan pemikiran ini maka sudah dapatdiperkirakan bahwa alokasi sumber-sumber yang akan mendukung jugaakan terpengaruh, dan akibatnya sudah jelas akan jatuh pada

Page 55: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

55Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

perhitungan, pengelolaan dan distribusi biaya. Oleh karena itu,pemikiran tentang pembiayaan pendidikan tidak linear, tetapidipengaruhi oleh berbagai faktor yang sudah disebut di atas, dan tidaktertutup kemungkinan masih ada faktor lain.

Hadirin yang Mulia,

Kurikulum 2013 sebagai Bagian Reformasi PendidikanSebagaimana diketahui bahwa aplikasi Kurikulum 2013 sudah

diatur Permendikbud nomor 103 tahun 2014 dengan PendekatanPembelajaran Saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan.

a. Kriteria Pembelajaran Saintifik(1). Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebataskira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2). Penjelasan guru,respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangkayang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpangdari alur berpikir logis. (3). Mendorong dan menginspirasi siswa berpikirsecara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalammelihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materipembelajaran. (4). Mendorong dan menginspirasi siswa mampumemahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yangrasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (5).Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggungjawabkan. (6). Tujuan pembelajaran dirumuskan secarasederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

b. Strategi Pembelajaran SaintifikPendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti

Page 56: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

56 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatubentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, danbudaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-basedlearning , inquiry learning. Kurikulum 2013 menggunakan moduspembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirectinstructional).

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkanpengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakanpengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumberbelajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaranlangsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilanlangsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadiselama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkandampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsungberkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandungdalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentangnilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsungoleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sertaPendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dansikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan olehseluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas,sekolah, dan masyarakat.

Karakter Pembelajaran saintifik meliputi: interaktif dan inspiratif;menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untukberpartisipasi aktif; kontekstual dan kolaboratif; memberikan ruangyang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik;dan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisikserta psikologis peserta didik.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik moderndalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

Page 57: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

57Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimanadimaksud meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkaninformasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolah informasi, sertamenyajikan atau mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 menyarankanpenerapan model-model pembelajaran seperti project based learning,problem based learning, dan discovery learning dan model model pembelajarnlain yang relevan.

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalahmembaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,ketelitian, mencari informasi.

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan prosespembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulantertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didiksenang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Kegiatan menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaantentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati ataupertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yangdiamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yangbersifat hipotetik).

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkankreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untukmembentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajarsepanjang hayat

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, pesertadidik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materiatau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memilikiketerampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alamsekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiahuntuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah sebagai berikut: mengolah informasi yangsudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/

Page 58: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

58 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatanmengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifatmenambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahaninformasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yangmemiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasilpengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapanmengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapatdengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasayang baik dan benar

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatanmengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuankelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelahmendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas yangdikerjakan bersama dalam satu kelompok kemudian dipresentasikanatau dilaporkan kepada guru dan teman sekelas. Kegiatan ini sekaligusmerupakan kesempatan bagi guru untuk melakukan konfirmasiterhadap apa yang telah disimpulkan oleh siswa.

Aplikasi PembelajaranDalam proses ini perlu mendapatkan kesamaan pemahaman,

dimana dalam pelaksanaannya dimulai dari KI3 yaitu aspekpengetahuan, selanjutnya dimasukkan KI4 yaitu aspek ketrampilan,sehingga aspek ketrampilan harus bertumpu pada aspek pengetahuan.Jika aspek ketrampilannya sudah bisa diaplikasikan baru dimasukkanKI1 yaitu aspek sikap spiritual dan dilanjutkan aspek KI2 yaitu sikapsosial.

Sebagai contoh mengajarkan perkalian pecahan,maka KI3 aspekpengatahuan sebagai pilihan utama, baru aspek KI2 di sini siswa dilatihterampil menggunakan rumus-rumus yang dibuktikannya, untuk KI1

Page 59: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

59Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

aspek spiritualnya siswa cukup diajak berdoa agar mendapatkankemudahan dari Tuhannya dan diakhiri dengan berdoa pula, kemudianKI2 aspek sosialnya bisa dilakukan saat proses pembelajaran denganmengisi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau kerja kelompok.Buku siswa dan buku Guru sebagai pedoman, Guru juga bolehmembuat sendiri sesuaikan dengan kondisi yang ada dilingkungansiswa.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan guru dan berpedoman padaKI3 aspek pengetahuan, dilanjutkan dengan KI3, KI1, dan KI2, makaKurikulum 2013 akan bisa membentuk karakter anak secara utuh danterpadu.

Hadirin yang Mulia,

Kesimpulan1. Reformasi pendidikan di era otonomi daerah masih semu, karena

peran Komite Sekolah sekedar memenuhi mekanismeprosedural dan kurang dilibatkan dalam kerangka substansial.

2. Apabila transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraanpendidikan di era otonomi daerah belum membuka ruang untukpublik, maka masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya secarasukarela belum bisa terpenuhi secara optimal (menyampaikanpendapat, kritik, dan menyatakan kehendak).

3. Jika implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) tidaksesuai dengan ide-ide dasarnya, maka peningkatan mutupendidikan tidak bisa sesuai dengan harapan.

4. Dalam kaitannya dengan reformasi pendidikan, Kurikulum2013 sebenarnya merupakan pengembangan kurikulum berbasiskompetensi yang dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yangmencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu,sehingga Kurikulum 2013 bisa disebut Kurikulum PLUSartinya Kurikulum KBK ditambah lagi Kurikulum KTSP. Jikahal ini bisa dilaksanakan dengan baik sesuai kondisi lingkungan

Page 60: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

60 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

dan tuntutan masyarakat, maka dapat membentuk karakter anakbangsa secara utuh.

5. Reformasi merupakan sunnatullah:

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga merekamerubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. ar-Ra’du: 11)

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulusebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan padasunnah Allah (QS. al-Ahzab: 62).

“Sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh”.

Page 61: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

61Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin, Fadillah Putra dan Saiful Arif, 2002. MasaDepan Otonomi Daerah, Kajian Sosial, Ekonomi dan Politik untukMenciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah, Surabaya: PenerbitSIC.

Abdurrahmansyah, 2001. Desentralisasi: Harapan dan Tantangan bagiDunia Pendidikan, dalam Millah, Jurnal Studi Agama, vol. 1 No. 1Agustus 2001, Yogyakarta: Magister Studi Islam Universitas IslamIndonesia.

Adiwikarta, Sudardja, 1988. Sosiologi Pendidikan, Isyu dan Hipotesis tentangHubungan Pendidikan dengan Masyarakat, Jakarta: Depdikbud, DitjenDikti, Proyek Pengembangan LPTK.

————, 1994. “Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian,Kedisinian, dan Kemasadepanan”, dalam Kurikulum untuk Abadke-21, Jakarta: Grasindo.

Agrawal, Arun and Jesse Ribot, 2000. Accountability in Decentralization,A Framework with South Asian and West African Cases, YaleUniversity: Departemen of Political Science.

Alisjahbana, Armida S., 2000. Otonomi Daerah dan DesentralisasiPendidikan, Bandung, 4 April 2000, E-mail:[email protected]

Anonim, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku IKonsep dan Pelaksanaan, Jakarta: Direktorat SLP Dirjen DikdasmenDepdiknas.

Bacharach, Samuel B (editor), 1990. Education Reform: Making Sense ofIt All, Massachusetts: Allyn dan bacon.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2002.Selintas Pendidikan Indonesia Awal 2003: Tujuh Isu Pendidikan, Jakarta:Pusat Data dan Informasi.

Burhanuddin, dkk., (ed.), 2002. Manajemen Pendidikan, Malang:Universitas Negeri Malang.

Caldwell, B.J., Levacic, R. & Ross, K.N. 1999. “The Role of FormulaFunding of Schools in Different Educational Policy Contexts”,

Page 62: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

62 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

dalam Ross, K.N. & Levacic, R., eds., Needs-Based Resource Allocationin Education via Formula Funding of Schools, Paris: InternationalInstitute for Educational Planning, UNESCO.

Depdikbud, 1996. Petunjuk Umum Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal,Jakarta.

Depdiknas, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, BukuPanduan, Jakarta: Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Djohar, 2003. Pendidikan Strategik Alternatif untuk Pendidikan MasaDepan, Yogyakarta: LESFI.

Freeman, Andrew R., 1983. The Network Nation —The Relevance of ThisFor Possible Education and General Administrative Structure and Strategiesin the 1980s— And 90s, Master of Education Minor Thesis, Universityof Melboure (updated 28 August 1996), [email protected].

Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: LP3ES.Gunawan, Ary H., t.t. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang

Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.Heryanto, A. 2000. “Industrialisasi Pendidikan: Berkah, Tantangan atau

Bencana bagi Indonesia?”, dalam Sindhunata (ed.), MenggagasParadigma Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi, Civil Society,Globalisasi, Yogyakarta: Kanisius.

Idi, Abdullah, 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Irawan, Ade, 2004. Mendagangkan Sekolah Studi Kebijakan ManajemenBerbasis Sekolah di DKI Jakarta, Jakarta: ICW.

Jalal, Fasli & Dedi Supriadi, 2001. Reformasi Pendidikan Dalam KonteksOtonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Jhingan, M.L., 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.

Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika.Lauer, Robert H., 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.Levin, Benjamin, 2001. Conceptualizing the Process of Education Reform

Page 63: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

63Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

from an International Perspective. Education Policy Analysis Archieves:Volume 9 Number 14, April. http://www.olam.ed.asu.edu/epaa/vol9.html.

Mahdiansyah, dkk. (ed.), 2003. Hasil Reviu Sektor Pendidikan diKabupaten/Kota, Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Maksum, Ali dan Luluk Yunan Ruhendi, 2004. Paradigma PendidikanUniversal di Era Modern dan Post-Modern: Mencari “Visi Baru” atas‘Realitas Baru” Pendidikan Kita, Yogyakarta: IRCiSoD.

Marsh, C. dan Stafford, K., 1988. Curriculum Practices and Issues, Sydney:McGraw-Hill Book Company.

Maryanto, A., 1994. Kurikulum Lintas Bidang Studi, Jakarta: Grasindo.McAnany, Emile G. (ed.), 1980. Communications in The Rular Third World:

The Role of Information in Development, New York: Praeger Publishers.McMahon, Walter W., dkk., 2001, Memperbaiki Keuangan Pendidikan di

Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitiandan Pengembangan, DEPDIKNAS, UNICEF dan UNESCO.

Mohrman, Susan Albers et. al., 1994. School-Based Management:Organizing for High performance, San Francisco: Josey Bass.

Muhadi, 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”, makalahdisampaikan pada tanggal 10 Agustus.

Mulyasa, E., 2002. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi danImplikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

————, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristikdan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.Pongtuluran, Aris, 1995. Kebijakan Organisasi dan Pengambilan Keputusan

Manajerial, Jakarta: Buletin LPMP No. 9.Rich, John Martin (compiler), 1988. Innovation in Education Reformers

and Their Critics, Massachusetts: Allyn dan Bacon, Inc.Ritzer, George, 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,

Penyadur: Alimandan, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali Pers.

Page 64: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

64 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

Rogers, Everett & F. Floyd Shoemaker, 1987. Communication ofInnovation, terj. Abdillah Hanafi, Surabaya: Usaha Nasional.

Schultz, Theodore W., 1965. The Economic Value of Education, NewYork & London: Columbia University Press.

Shah, Anwar, 1999. Balances, Accountability and Responsiveness: Lessonsabout Decentralization, Washington D.C., USA: World Bank.

Sihombing, Umberto, 2004. Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Enam IsuPendidikan di Triwulan III, Jakarta: Balitbang.

———— & Indardjo, 2003. Pembiayaan Pendidikan, t.t.: t.p.Slamet, PH, 2001. “Manajemen Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan

dan Kebudayaan No. 27. http://www.pdk.go.id/jurnal/27/manajemen-berbasis-sekolah.htm.

Soekanto, Soerjono, 1986. Seri Pengenalan Sosiologi 4, Talcott Parsons,Fungsionalisme Imperatif, Jakarta: Rajawali Press.

————, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.Soelaiman, M. Munandar, 1998. Dinamika Masyarakat Transisi, Mencari

Alternatif Teori Sosiologi dan Arah Perubahan, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi, 1964. Setangkai BungaSosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia.

Soetopo, H.S dan Soemanto, W., 1993. Pembinaan dan PengembanganKurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara.

Soewartoyo, et. al., 2003. Persepsi Masyarakat Terhadap DesentralisasiPendidikan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Subakir, Supriono dan Achmad Sapari, 2001. Manajemen Berbasis Sekolah,Surabaya: Penerbt SIC.

Subandijah, 1993. Pengambangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sudjana, Nana, 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,Bandung: Sinar Baru.

Supriadi, Dedi, 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah,Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Page 65: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

65Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Thomas, J. Alan, 1972. The Productive School, New York: John Wiley &Sons, Inc.

Tilaar, H.A.R., 1998. Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian PendidikanMasa depan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

————, 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalamPerspektif Abad 21, Magelang: Indonesia Tera.

————, 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: RinekaCipta.

————, 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar PedagogikTransformatif untuk Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia WidyasaranaIndonesia.

Umaedi, 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: SebuahPendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu,Jakarta: Depdikbud.

————, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: SebuahPendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu,Jakarta: Depdikbud.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan DaerahUndang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan DaerahWidiastono, Tonang D. (ed.). Pendidikan Manusia Indenesia, Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2004.Zaltman, Gerald, Kotler Philip, dan Kaufman, Ira (ed.), 1972. Creating

Social Change, New York: Holt, Reinhart & Winston, Inc.

Page 66: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

66 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR66

A. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.PdNIP/NIK : 19570626 198403 1 002Tempat, tanggal lahir : Blitar, 26 Juni 1957Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamGolongan/Pangkat : IV/d, Pembina Utama MadyaJabatan Akademik : Dosen/ Lektor KepalaPerguruan Tinggi : Universitas Negeri MalangAlamat Kantor : Jl. Surabaya MalangAlamat Rumah : Jl. Wisanggeni Blok G 87 Kota BlitarTelp./Faks. : (0342) 803326. No. HP. 08563632166Keluarga

1. Istri : Dra. Hj. Khuzaimah, M.Pd.2. Anak : Sofwan Hadi

Moris Saiful AminZainur RofiqM. Haninul FuadMukhtar FauziHilmi Ahmad FalahiBadi’ RahmawatiAnis MarzukiNizar ZakariaRahmatur Rabi’ahNadira RahmasariMaftuh AhnanAhmada Ilyas Ar-RasyidiYahya MuhaiminKhuddin Ni’mah

MenantuPundi Raras PurbosariIndasariUmi Kholifah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 67: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

67Daftar Riwayat Hidup

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Lulus Tingkat Pendidikan

Nama dan Tempat Sekolah/Perguruan

Tinggi

Jurusan/ Program

Studi 1970 SDN Blitar 1973 SMPN 1 Blitar 1976 SMAN 1 Blitar 1982 S-1 Universitas Negeri Malang Pendidikan

Matematika 1998 S-2 Universitas Negeri Malang Pendidikan

matematika SD

2006 S-3 Universitas Merdeka Malang

Ilmu Sosial

C. PELATIHAN PROFESIONAL

Tahun Jenis Pelatihan (dalam/luar negeri) Penyelenggara Jangka

waktu 2001 Implementasi UU No.22

tentang otonomi Pendidikan Depdagri Jakarta

Depdagri 7 hari

2002 Penerapan Good Governance Depdagri di Bali

Depdagri 3 hari

2002 Implementasi UU No.23 tentang dana perimbangan untuk daerah dekonsentralisasi Depdagri di Surabaya

Depdagri 3 hari

2003 Managemen Strategis Depdagri 15 hari 2007 Managemen Berbasis Sekolah

(MBS) Direktorat Pendidikan dasar di Surabaya

Direktorat Pendidikan Dasar

7 hari

2007 Penulisan naskah Video Diknas Jakarta 4 hari 2011 Penulisan bahan ajar FIP UM 3 hari 2011 Implementasi Model Base

Learning Solusi 1 hari

2011 Assesmen dalam pembelajaran Solusi 1 hari 2010 Seleksi Tim Penilai Angka

Kredit jabatan fungsional Prop.Jatim

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

7 hari

2011 Penyusunan handout KSDP UM 2 hari

Page 68: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

68 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

D. PENGALAMAN MENGAJAR

Mata Kuliah Program Pendidikan

Institusi/Jurusan/ Program Studi

Sem/tahun Akademik

Pendidikan Matematika

KSDP Universitas Negeri Malang/KSDP

2002 – sekarang

Manajemen Pendidikan SD

KSDP Universitas Negeri Malang/KSDP

2006 – sekarang

Sosiologi Antropologi SD

KSDP Universitas Negeri Malang/ KSDP

2006 – sekarang

Perspektif Global KSDP Universitas Negeri Malang/KSDP

2007 – sekarang

Pembimbing PPL KSDP Universitas Negeri Malang/ KSDP

2003 – sekarang

Pembimbing TA KSDP Universitas Negeri Malang/KSDP

2004 – sekarang

Pembimbing Skripsi

KSDP Universitas Negeri Malang/ KSDP

2007 – sekarang

Mengembangkan Bahan Ajar Sosiologi SD

KSDP Universitas Negeri Malang/KSDP

2008

E. PRODUK BAHAN AJAR

Mata Kuliah Program Pendidikan

Jenis Bahan Ajar (Cetak dan non Cetak)

Tahun Akademik

Pengajaran Bangun-bangun Datar dengan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar

KSDP Cetak 2007

Peran Media Massa dalam Perpektif Pendidikan di SD

KSDP Cetak 2008

Makna Kebijakan Biaya Pendidikan di Era Otonomi Daerah

KSDP Cetak 2008

Manajemen Pendidikan Dasar di Era Otonomi Daerah

KSDP Cetak 2008

Sosio-Antropologi Pendidikan SD (ISBN:978.907.078..3)

KSDP Cetak 2006

Teori Sosilal Pendidikan (ISBN:978.907.079.1)

KSDP Cetak 2007

Perubahan social Budaya (ISBN:979.952.379.6)

KSDP Cetak 2008

Prilaku menyimpang (ISBN:979.952.380.x)

KSDP Cetak 2009

Page 69: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

69Daftar Riwayat Hidup

Dinamika Sosial (ISBN:979.495.942.1)

KSDP Cetak 2009

Membentuk karakter Anak (ISBN:979.495.944.8)

KSDP Cetak 2010

Interaksi Sosial Anak (ISBN:979.495.943.x)

KSDP Cetak 2011

Dampak Sosial Budaya terhadap perkembangan Pendidikan di Indonesia

KSDP Cetak 2010

Membangun Soft skill dalam diri siswa

KSDP Cetak 2010

Membangun karakter Anak KSDP Cetak 2010 Internet dan perkembangan sosial anak

KSDP Cetak 2011

Pembelajaran bagi anak yang berprilaku menyimpang

KSDP Cetak 2011

F. PENGALAMAN PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian Ketua/

Anggota Tim

Sumber dana

2006 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional di Kota Blitar

Ketua APBD

2006 Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah “Kajian Makna Atas Kebijakan Biaya Pendidikan di SMU 1 Blitar”

Ketua APBD

2007 Pembinaan karakter mahasiswa melalui Pembelajaran CTL dengan Mata kuliah sosiologi di PGSD PP3 Semester 4”

Ketua Hibah Pengembangan PGSD

2008 Pengaruh penggunaan metode Exspositori dalam peningkatan pemahaman mata kuliah sosiologi di PGSD FIP UM”

Ketua Swadana

2012 Implementasi Pembetukan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Inquiri Mapel IPS Pada Siswa Kelas VI Kardinamassa Kota Blitar

Ketua Swadana

Page 70: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

70 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

2012 Implementasi Pendidikan Karakter Bersahabat Melalui Model Group Investigation Mapel IPS Pada Siswa Kelas V SDN Jingglong 01 Kabupaten Blitar

Mandiri DIPA FIP UM

2013 Pengembangan Model Piranti Olah Pikir-Emosi (Model POP-E) Untuk Menumbuhkembangkan Karakter Cinta Budaya Bangsa Pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar di Indonesia Strategi Pengembangan Karakter Anak Indonesia Tahap I

Ketua DIPA UM

2014

Pengembangan Model Piranti Olah Pikir-Emosi (Model POP-E) Untuk Menumbuhkembangkan Karakter Cinta Budaya Bangsa Pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar di Indonesia Strategi Pengembangan Karakter Anak Indonesia

Ketua DIPA UM

G. KARYA ILMIAH (Buku/Bab Buku/Jurnal)

Tahun Judul Penerbit/Jurnal

2001 Menghayati Otonomi Pendidikan Wahana Sekolah Dasar 2006 Makna Kebijakan Biaya Pendidikan

di Era Otonomi Daerah Wahana Sekolah Dasar

2006 Implementasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Widya wacana

2007 Manajemen Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar

Wahana Sekolah Dasar

2007 Desentralisasi di Era Otonomi Daerah Widya Wacana 2007 Pengajaran Bangun-bangun Datar

dengan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar

Wahana Sekolah Dasar

2007 Reformasi Pendidikan “Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis Sekolah”

Jurnal Wahana Sekolah Dasar

Page 71: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

71Daftar Riwayat Hidup

2007 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pendidikan Menuju Pendidikan Demokratis

Widya Wacana

2007 Perubahan Sosial dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan

Jurnal Pembelajaran

2008 Pendidikan Sebagai Barang Publik “Telaah Pendidikan dalam Berbagai Persepsi Teori Sosial Pendidikan”

Jurnal Ilmu kependidikan

2008 Persepsi Masyarakat Tentang Pelaksanaan Ujian Nasional di Kota Blitar

Jurnal IPS Jember

2008 Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Kajian Makna Atas Kebijakan Biaya Pendidikan di SMUN I Blitar

JIP UM

2008 Peran Media Massa dalam Perpektif Pendidikan di SD

Jurnal Pembelajaran UM

2008 Makna Kebijakan Biaya Pendidikan di Era Otonomi Daerah

Sosio Religion

2008 Manajemen Pendidikan Dasar di Era Otonomi Daerah

Widya wacana

2011 Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar

Jurnal Pendidikan Islam

2012 Peran Tri Pusat Pendidikan dalam perkembangan anak

Jurnal Wahana Sekolah Dasar

2012 Perubahan Sosial Masyarakat terhadap inovasi Pendidikan di SD

Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajaran

2012 Inovasi Pendidikan SD melalui Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

Jurnal Pendidikan Islam

2012 Dampak Media Massa Dalam Perubahan Sosial

Pemakalah Prosding

2012 Pemimpin Kelompok Sosial Pemakalah Prosding 2012 Membudayakan Tatakrama Berbahasa

yang baik bagi siswa dilingkungan sosial

Jurnal Pendidikan Islam

2012 Membentuk Karakter Anak Bangsa Buku Refrerensi Universitas Wisnu

Wardana Press 2013 Membangun Budaya sekolah berbasis

Karakter terpuji Jurnal Inovasi Pendidikan

SD 2013 Pemanfaatan Kedisiplinan Jurnal Ilmu Pendidikan

dan Pembelajaran

Page 72: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

72 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

2013 Perilaku Sosial Buku Referensi Universitas Negeri Malang

Press 2013 Perilaku Menyimpang dan Karakter

Kreatif Buku Monograf C.V Bayumedia

2014 SOSIOLOGI-ANTROPOLGI PENDIDIKAN (Suatu Kajian dalam Perspektif Sosial Pendidikan)

Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang

Makalah/ Poster

Tahun Judul Penyelenggara

2010 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Dinas Pendidikan Provinsi

2011 Karya Tulis Ilmiah dan karya Inovatif

Dinas Pendidikan Provinsi

Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi

Tahun Judul Penerbit/Jurnal

2006-sekarang Widya wacana dinas pendidikan kota blitar

Dinas pendidikan kota Blitar

2006-sekarang Wahana Sekolah Dasar PP 3 FIP UM 2006-sekarang Jurnal Riset Pendidikan

Dan Pembelajaran (JRPP) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

H. KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM

Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara Panitia/ Peserta/

Pembicara 2001 Lokakarya Pembelajaran Matematika

Beracuan Konstruktivistik-Realistik (Realistics Mathematics Education)

Stiken Blitar Peserta

2002 Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Menuju Ekonomi Daerah. Sebagai Pembicara.

PGTKIT Qurrota’ayun Blitar

Pembicara

Page 73: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

73Daftar Riwayat Hidup

2002 Kualitas Pendidikan dalam Pembentukan Pribadi Anak. Sebagai Pemateri/Pembicara.

PGTKIT bina Insan Jombang

Pembicara

2007 Sarasehan Pakar dan Lokakarya Pengembangan Model Pembelajaran MKK I. Sebagai Peserta

FIP UM Peserta

2007 Penyusunan Silabus dan SAP Program Studi S1 PGSD.

FIP UM Peserta

2007 Pelaksanaan Program Hibah Pengajaran Kegiatan PHK S 1 PGSD. Sebagai Ketua Tim

FIP UM Ketua

2007 Kegiatan Mahasiswa S 1 Berasrama di Bidang Peningkatan Keimanan dan Kajian Multi Kultural. Sebagai Ketua Tim Pembina

Asrama UPP 3 UM

Ketua

2007 Workshop Pembimbingan Tugas Akhir mahasiswa D II PGSD FIP UM. Sebagai Peserta

FIP UM Peserta

2007 Pengurus Pimpinan Cabang Jami’atul Qurro’ wal Hufadh Kota Blitar. Sebagai Penasehat

PCNU Kota Blitar

Penasehat

2008 Lokakarya Penyusunan Proposal Penelitian Hibah Bersaing dan Penelitian Fundamental Perguruan Tinggi. Sebagai Peserta

UM Peserta

2008 Workshop Pembimbingan Skripsi Mahasiswa S 1 PGSD Jurusan KSDP FIP UM. Sebagai Peserta

FIP UM Peseta

2008 Membentuk Pribadi Anak menjadi Insan Berkualitas dan Berakhlak Mulia. Sebagai Pembicara.

PGTKIT Insan Mulia Jombang

Pembicara

2008 Sekolah Berstandar Internasional antara Teori dan Implementasi di Indonesia. Sebagai Pembicara.

Dinas Pendidikan Kota Blitar

Pembicara

2008 Seminar Nasional” Reformasi Pendidikan di Era Millenium II. Sebagai Ketua Panitia

Lembaga Solusi Ketua panitia

Page 74: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

74 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

2008 Local Governance Forum, Lokal Implementation of Sustainable Development.Sebagai Peserta

Pemda Kota Blitar

Peserta

2009 PDS Task Force 2009 PHK-A S 1 PGSD. Sebagai Peserta

UM Peserta

2009

Workshop Review Kurikulum, Penyusunan SAP, Silabus Prodi S 1 PG-PAUD. Sebagai Peserta

FIP UM Peserta

2009 Pelatihan Tindakan Kelas Se Kota/ kabupaten Blitar. Sebagai Narasumber

LPP SDM Lentera

Pembicara

2009 Diklat Nasional Assesment dalam pembelajaran Untuk memenuhi Profesionalitas Guru di Bojonegoro. Sebagai Narasumber

Solusi Pembicara

2009 Lokakarya Pendidikan Se Kota/ Kabupaten Blitar. Sebagai Narasumber

LPP SDM Lentera

Pembicara

2009 Diklat Nasional 2009 Implementasi Model Base Learning Dalam Pembelajaran di sekolah

Solusi Pembicara

2009 Work Shop Nasional PMRI untuk Dosen S 1 Matematika PGSD di Bandung.Sebagai Peserta

Depdiknas Peserta

2009 Diklat Bimbingan dan Pelatihan Tingkat Regional “ Pelatihan Tindakan Kelas”. Sebagai narasumber

LPP SDM Lentera

Pembicara

2009 Diklat Bimbingan dan Pelatihan Tingkat Regional “ Pelatihan Matematika Realistik Indonesia”. Sebagai narasumber

LPP SDM Lentera

Pembicara

2010 Diklat Nasional Assesment dalam pembelajaran Untuk memenuhi Profesionalitas Guru di Blitar. Sebagai Narasumber

Solusi Pembicara

2011 Diklat Kompetensi pengawas TK-SD tentang KTI dan Karya Inovatif

Dinas Pendidikan Prop.Jatim

Pembicara

2011 Diklat Kompetensi Publikasi Ilmiah bagi guru-guru SMP

Dinas Pendidikan Prop.Jatim

Pembicara

Page 75: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

75Daftar Riwayat Hidup

I. KEGIATAN PROFESIONAL/ PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT

Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat

2006 Pelatihan Pembelajaran IPS dan Matematik Bagi Guru-guru MI Nurul Huda Kelurahan Ngadirejo Blitar

MI Nurul Huda

2006 Pelatihan Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-guru MI Nurul Huda Kelurahan Ngadirejo Blitar

MI Nurul Huda

2007

Pelatihan Pembelajaran IPA dan Matematika Bagi Guru-guru Ma’arif Blitar

MAKNU Blitar

2008

Pelatihan Model-model Pembelajaran IPA dan Matematika Bagi Guru-guru SMP Bustanul Muta’alimin Blitar

SMP Bustanul Muta’alimin

2000-2005

Pengabdian pada masyarakat, menduduki jabatan sebagai Wakil Walikota Blitar

Pemda Kota Blitar

2011 Peningkatan Profesionalisme bagi mahasiswa berasrama melalui penulisan karya tulis ilmiah

UPP III PGSD UM

J. JABATAN DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI

Peran/Jabatan Institusi (Universitas,Fakultas,

Jurusan, lab, studio, manajemen system informasi akademik, dll

Tahun

Anggota Bidang Penalaran Senat Fakultas MIPA IKIP Malang

1980-1982

Ketua Remas Masjid Agung Malang 1981-1999 Ketua UPP III PGSD Universitas Negeri

Malang di Blitar 1998-2001

Wakil Ketua PCNU Kota Blitar 2001-2006 Wakil Ketua PCNU Kota Blitar 2006-2011 Dosen Dosen Tetap KSDP UM Malang 1992-sekarang Guru SPG Negeri Blitar 1984-1992 Wakil walikota Pemerintah Kota Blitar 2000-2005 Direktur utama PDAM Kota Blitar 2003-2004 Penilai angka Kredit Guru Dinas Prop.Jatim 2010-sekarang Ketua Lajnah LPTNU PCNU Blitar 2014-sekarang KPP 3 Universitas negeri Malang 2015 - sekarang Nara Sumber Nasional K13 untuk SD

Kemendikbud 2015-sekarang

Page 76: Dowload Pidato Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd

76 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR

K. PERAN DALAM KEGIATAN MAHASISWA

Tahun Jenis/Nama Kegiatan Peran Tempat

2009-2011 Satgas seminar untuk mahasiswa PGSD

Satgas PGSD UM

2010-2012 Satgas seminar untuk mahasiswa PAUD

Satgas PGSD UM

2010-2011 Pembina Asrama bidang kerohanian

Pembina Asrama UPP III

Malang, 26 Oktober 2015Yang Membuat,

Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.PdNIP: 19570626 198403 1 002

L. ORGANISASI PROFESI/ ILMIAH

Tahun Jenis/Nama Organisasi Jabatan/ Jenjang Keanggotaan

2011 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kota Blitar

Ketua