Dona Yuliyanti Eklampsia

25
Eklampsia Dona Yuliyanti 10.2011.442 – A1 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat Pendahuluan Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak. Anamnesis Sebelum melakukan pemeriksaan yang melibatkan sesuatu tindakan fisik terhadap pasien, dokter haruslah terlebih dahulu melakukan anamnesis. Anamnesis adalah pengambilan riwayat kesehatan dari seorang pasien yang merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang mengakibatkan dia sukar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan alloanamnesis, cara menanyakan tertentu kepada 1

description

medicine

Transcript of Dona Yuliyanti Eklampsia

Page 1: Dona Yuliyanti Eklampsia

Eklampsia

Dona Yuliyanti

10.2011.442 – A1

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

Pendahuluan

Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena

diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi

karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-

beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang

tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan

angka mortalitas ibu dan anak.

Anamnesis

Sebelum melakukan pemeriksaan yang melibatkan sesuatu tindakan fisik terhadap pasien,

dokter haruslah terlebih dahulu melakukan anamnesis. Anamnesis adalah pengambilan

riwayat kesehatan dari seorang pasien yang merupakan informasi yang diperoleh dokter

dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang

sesuai. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang mengakibatkan dia sukar untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan alloanamnesis,

cara menanyakan tertentu kepada orang yang terdekat pada pasien dalam tujuan untuk

mengobati pasien. Anamnesis merupakan suatu proses yang amat penting dalam

mendapatkan diagnosis yang tepat.

Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:

Identitas Pasien

o Nama/Kelamin/Umur

o Perkawinan

o Alamat

o Pekerjaan/pendidikan terakhir

o Suku bangsa

1

Page 2: Dona Yuliyanti Eklampsia

Keluhan yang harus ditanya berkaitan :

Haid

o Kapan hari pertama haid terakhir

o Umur terjadinya menarche

o Haid teratur atau tidak teratur

o Berapa lama

o Nyeri semasa haid

Tanyakan mengenai gejala kehamilan

o Tidak ada menstruasi

o Payudara penuh atau nyeri tekan

o Frekuensi berkemih yang sering

o Pemeriksaan kehamilan dengan pengujian serum atau urine untuk beta human

chorionic gonadotropin (hCG)

Kehamilan

o Berapa kali hamil

o Komplikasi pada kehamilan terdahulu

o Pernah terjadi keguguran atau tidak, berapa kali dan pada umur berapa ketika

terjadi.

Persalinan

o Persalinan ke berapa

o Cara persalinan terdahulu (jika Sectio Caesarea apakah alasannya)

Riwayat Perkawinan

o Berapa kali bernikah

o Pernikahan sekarang sudah berapa lama.

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

o Jumlah Saudara

o Status Ekonomi Keluarga

o Kondisi Rumah

Riwayat ginekologis dahulu

Hal-hal yang harus ditanyakan menjurus kepada keadaan pre-eklampsia berat:

2

Page 3: Dona Yuliyanti Eklampsia

o Apakah ada gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat, seperti sakit kepala berat

yang menetap, penglihatan kabur.

o Apakah ada gejala peregangan kapsul hati, misal nyeri epigastrium menetap.

Pertanyaan untuk menyingkirkan penyebab lain:

o Apakah sebelum hamil pasien memiliki riwayat hipertensi?

o Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi?

o Apakah pasien pernah mengalami trauma kepala?

o Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit serebrovaskular?

o Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun ensefalitis

Pemeriksaan Fisik1

1. Tekanan darah

Pada masa pertengahan kehamilan, hasil pemeriksaan mungkin lebih rendah pada

keadaan tidak hamil. Hipertensi dalam kehamilan bisa dibagi ke dalam beberapa

klasifikasi yaitu:2

Hipertensi gestasional

Bila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140mmHg dan tekanan darah diastolic (TDD) ≥90

mmHg, yang pertama terjadi setelah minggu ke-20 dan tanpa proteinuria.

Hipertensi kronis

Bila TDS ≥ 140 mmHg dan TDD ≥90 mmHg sebelum kehamilan, sebelum minggu

ke-20 dan setelah kelahiran minggu ke-12.

Pre-eklampsia

Bila TDS ≥ 140mmHg dan TDD ≥ 90 mmHg setelah minggu ke-20 dan dengan

proteinuria.

2. Tinggi badan dan berat badan

Data ini digunakan untuk mengukur Body Mass Index (BMI). Penurunan berat badan

trimester pertama tidak boleh lebih dari 5% dari berat badan prapartum. Bila ditemukan

keadaan dimana terdapat penurunan berat badan lebih dari 5% maka diduga ibu hamil

mengalami hiperemesis gravidarum.

3. Inspeksi

- Wajah

Adakah pada muka pucat atau merah. Memeriksa pada wajah apakah ada kloasma

atau bercak-bercak kecoklatan pada wajah atau tidak. Diperiksa apakah ada udema

3

Page 4: Dona Yuliyanti Eklampsia

pada wajah pada usia kehamilan diatas 24 minggu karena dapat merupakan pertanda

adanya hipertensi gestasional. Periksa mata apakah ada tanda-tanda anemia pada

keamilan atau tidak.

- Leher

Apakah terdapat pembesaran tyroid atau kelenjar limfe

- Dada

Bentuk payudara, pada inspeksi ditemukan pola vena yang terlihat jelas, puting dan

areola tampak lebih gelap dan kelenjar montgomeri tampak lebih menonjol. Selama

kehamilan bila dilakukan palpasi pada payudara maka terdapat nyeri tekan dan teraba

nodul atau benjolan. Dan dapat juga dipijat pada putting susu untuk melihat apakah

ada kolustrum yang keluar atau tidak.

- Perut

Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran, pergerakan pernapasan, kondisi kulit (tebal,

kriput dan striae), jaringan parut operasi.

- Vulva

Keadaan perineum, varises atau condyloma.

4. Palpasi

Tujuan pemeriksaannya ialah untuk menentukan :

- Besarnya rahim dan dengan ini bisa menentukan umur kehamilan.

- Menentukan letak anak dalam rahim.

Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, karena kandung kemih

yang penuh akan teraba seperti kista. Jikalau perlu pasien disuruh buang air kecil terlebih

dahulu. Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak

menegang dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruh bernapas

dalam. Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian :

1. Leopold I

Pasien tidur telentang dengan lutut ditekuk

Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien menghadap kearah kepala pasien

Uterus dibawa ketengah (kalau posisinya miring)

Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus

Dengan satu tangan tentukan bagian apa dari anak yang terletak dalam fundus

(Kepala berbentuk bulat, keras dan ada ballottement. Bokong konsistensinya

4

Page 5: Dona Yuliyanti Eklampsia

lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballottement. Pada letak lintang, fundus

kosong)

Gambar 1: Leopold I

2. Leopold II

Posisi pasien dan pemeriksa tetap.

Kedua tangan pindah kesamping uterus.

Dengan kedua belah jari-jari uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana

letak punggung anak : kanan atau kiri. (Punggung anak memberikan tahanan

terbesar)

Pada letak lintang dipinggir kanan kiri uterus terdapat kepala atau bokong.

Gambar 2: Leopold II

3. Leopord III

Posisi pasien dan pemeriksa tetap.

Pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang menjadi bagian bawah

(kepala atau bokong).

5

Page 6: Dona Yuliyanti Eklampsia

Bagian bawah coba digoyangkan, apabila masih bisa, berarti bagian tersebut

belum terpegang oleh panggul. (bagian terbesar kepala belum melewati pintu atas

panggul).

Gambar 3: Leopold III

4. Leopold IV

Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien.

Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk kedalam

panggul.

Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul.

Bila posisi tangan sejajar, berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga

panggul.

Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.

Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.

Gambar 4: Leopold IV

6

Page 7: Dona Yuliyanti Eklampsia

Diraba dari luar :

Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas symphisis

Pertengahan antara sympisis dengan pusat = 16 mg

3 jari dibawah pusat = 20 minggu

½ pusat – procesus xympoideus = 32 Minggu

Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah proc. Xympoideus = 36 minggu

½ pusat – procesus xympoideus = 40 Minggu

Gambar 5

5. Auskultasi

Dilakukan dengan menggunakan stetoskop fetal heart detector (Doppler). Pada auskultasi

bisa didengar bermacam bunyi :

- Dari anak : bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak.

- Dari ibu : bising a. uterina, bising aorta, bising usus.

Bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu

sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi

7

Page 8: Dona Yuliyanti Eklampsia

bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi jantung orang dewasa antara

60-80 per menit.

Gambar 6: Stetoskop fetal heart detector (Doppler).

6. Pemeriksaan GCS

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran

pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien

terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,

bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang

angka 1 – 6 tergantung responnya.

Eye (respon membuka mata) :

- (4) spontan

- (3) dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

- (2) dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku

jari)

- (1) tidak ada respon

Verbal (respon verbal) :

- (5) orientasi baik

- (4) bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi

tempat dan waktu.

- (3) kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

- (2) suara tanpa arti (mengerang)

- (1) tidak ada respon

Motor (respon motorik) :

- (6) mengikuti perintah

8

Page 9: Dona Yuliyanti Eklampsia

- (5) melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri)

- (4) withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus

saat diberi rangsang nyeri)

- (3) flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki

extensi saat diberi rangsang nyeri).

- (2) extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan

jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

- (1) tidak ada respon

Pemeriksaan Penunjang

Test Diagnostik Penjelasan

Hemoglobin dan

hematokrit 1

Peningkatan Hb dan Ht berarti :

1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis PE

2. Menggambarkan beratnya hipovolemia

3. Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis

Morfologi sel darah

merah pada apusan

darah tepi 1

Untuk menentukan :

adanya mikroangiopatik hemolitik anemia -  Morfologi

abnormal eritrosit : schizocytosis dan spherocytosis

Trombosit 2 Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia berat

Protein dalam urin 3 Dalam urin terdapat protein menggambarkan eklampsia

Kreatinin serum Asam

Urat serum Nitrogen

Urea Darah (BUN)

Peningkatan menggambarkan :

Beratnya hipovolemia

Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal

Tanda Pre eklampsia berat

Transaminase serum

Peningkatan Transaminase serum menggambarkan gangguan fungsi

hepar

9

Page 10: Dona Yuliyanti Eklampsia

Lactic Acid

Dehidrogenase (LDH)

Menggambarkan adanya hemolisis

Albumin serum dan

faktor koagulasi Menggambarkan kebocoran endotel dan kemungkinan koagulopati

Tabel 1: Pemeriksaan Laboratorium pada Wanita hamil

Working Diagnosis (Eklampsia)3

Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeclampsia yang tidak

dapat disebabkan oleh hal yang lain. Kejangnya bersifat grand mal dan mungkin timbul

sebelum, selama atau setelah persalinan. Daripada anamnesis dan pemeriksaan dapat

ditegakkan bahawa pasien menderita eklampsia.

Differential Diagnosis

Penyakit Eclampsia Chronic

Hypertension

Epilepsy

Riwayat Hipertensi - + -

Hipertensi + + -

Kejang + - +

Nyeri kepala + + +/-

Takikardia + + +/-

Udema + +/- -

Proteinuria + - -

Gangguan

Penglihatan

+ +/- -

Tabel 2: Diagnosis Banding Eklampsia

10

Page 11: Dona Yuliyanti Eklampsia

Epidemiologi

Di usia kehamilan eklampsia terjadi pada satu dari 2.000 kelahiran, di negara miskin dan

menengah terjadi 1 dari 100 dan 1 dari 1.700 kelahiran. Eklampsia menyebabkan 50.000

kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari kematian maternal.

Etiologi

Sehingga kini penyebab pasti dari eklampsia masih belum diketahui. Namun ada beberapa

teori yang kontraversial mencoba menjelaskan perkiraan dari kelainan yang terjadi yang

disebut sebagai the diseases of theory.

Teori-teori tersebut antara lain:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.

Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan

produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi

penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.

Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi

trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga

terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran Faktor Imunologis.

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun

pada penderita PE-E:

a) Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.

b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada

PE-E diikuti dengan proteinuri.

Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa

sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada

bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.

3. Peran Faktor Genetik/Familial

11

Page 12: Dona Yuliyanti Eklampsia

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara

lain:

a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.

b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari

ibu yang menderita PE-E.

c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil

dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.

4. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

Faktor Resiko

Primigravida

Partner laki yang pernah menikah wanita yang kemudian hamil dan mengalami

preeclampsia

Pemaparan terbatas terhadap sperma

Inseminasi donor dan donor oocyte

Mola Hidatidosa

Kehamilan multiple

Infeksi saluran kencing pada kehamilan

Hydrops fetalis

Riwayat pernah preeclampsia

Obesitas

Patofisiologi

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampsia. Vasokonstriksi menimbulkan

peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga

akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,

kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel

mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya

penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta.

Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses

hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan

demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses

oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak

merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana

12

Page 13: Dona Yuliyanti Eklampsia

peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess

oksidatif. 4

Pada pre-eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber

terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung

transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat.

Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak

ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan

mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan

mengakibatkan antara lain:

a) adhesi dan agregasi trombosit

b) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.

c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya

trombosit.

d) produksi prostasiklin terhenti.

e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.

f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.

Gambar 7: Patofisiologi Eklampsia

13

Page 14: Dona Yuliyanti Eklampsia

Manifestasi Klinis

Eklampsia dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (48 jam postpartum).

Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering

mendekati aterm. Terdapat 4 fase eklampsia: 4

1. Premonitory stage

Gejala seperti preeklampsia berat.

2. Tonic stage

Serangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan

(twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu

kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20 detik.

3. Clonic stage

Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera diikuti oleh

kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudian semua otot melakukan

kontraksi dan relaksasi bergantian secara cepat. Secara bertahap gerakan otot menjadi

lebih lemah dan jarang sampai akhirnya tidak bergerak. Sepanjang serangan,

diafragma terfiksasi dan pernapasan tertahan. Selama beberapa detik, akan menjadi

seolah-olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam,

panjang dan berbunyi lalu kembali bernapas. Fase ini dapat berlangsung selama satu

menit.

4. Stage of coma

Ia kemudian mengalami koma dan tidak akan mengingat serangan kejang tersebut

maupun kejadiaan sesaat sebelum atau sesudah bangkitan kejang. Namun, seiring

waktu ingatan itu akan pulih kembali.

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan eklampsia:

Untuk menghentikan dan mencegah kejang

Pengelolaan airway, breathing, circulation

Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi

Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat

14

Page 15: Dona Yuliyanti Eklampsia

Medikamentosa

Secara umum dapat disimpulkan penangan pasus eklamsia adalah sebagai berikut:

Hindari dari trauma saat kejang.

Monitor kebutuhan oksigen ibu dan janin.

Beri oksigen 8-10 L/menit.

Monitor oksigenasi dan status metabolik dengan transcutaneous pulse oximetry atau

dengan pemeriksaan gas darah arteri.

Minimalisasi aspirasi.

- Posisi lateral decubitus sinistra

- Hisap bahan lambung dan sekret oral

- Lakukan pemeriksaan x-ray dada setelah kejang untuk melihat apakah terjadi

aspirasi atau tidak.

Pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang berulang.

Kontrol hipertensi dengan obat antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg

Jika terjadi intoksikasi diberikan antidotum kalsium glukonat 1 gr dalam larutan 10%

secara perlahan.

Segera lakukan persalinan.

Anti Kovulsi

o Magnesium sulfat, MgSO4 (obat pilihan) 5

- Mekanismenya kejang berulang adalah kontroversial tetapi efektif dan

mempertahankan aliran darah rahim dan janin dengan menghambat pelepasan

asetilkolin dan mempunyai efek langsung pada otot rangka berdasarkan efek

kompetitif antagonis dengan kalsium.

- Diberikan baik IV dan IM. Rute intravena lebih disukai daripada rute IM

karena administrasi lebih mudah dikontrol dan waktu untuk tingkat terapeutik

yang lebih pendek. Intramuskular magnesium sulfat cenderung lebih

menyakitkan dan kurang nyaman. Diberikan IV 2 gr secara perlahan

dilanjutkan (1-2 gr)/jam/infus.

- Lanjutkan pemberian hingga 24 pascapersalinan.

- Baringkan pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi isi lambung.

- Semua pemberian dengan syarat frekuensi nafas minimal 16/menit. Refleks

patella +, urin minimal 30 ml/jam. Tidak terpenuhi – dihentikan.

o Diazepam

15

Page 16: Dona Yuliyanti Eklampsia

- Jika MgSO tidak tersedia

- Resiko depresi nafas janin karena dapat bebas melintasi plasenta dan

berakumulasi dalam sirkulasi janin.

- Dosis awal 10 mg IV secara perlahan selama 2 menit, jika kejang berulang

ulangi dosis awal.

- Dosis konservatif diberikan 40 mg dalam 500 ml Ringer Laktat per infus.

- Depresi nafas ibu boleh terjadi jika dosis >30 mg/jam. Jangan berikan 100

mg/24 jam.

- Jika IV tidak memungkinkan per rektal boleh diberi dengan dosis 20 mg

dalam semprit tanpa jarum,

- Jika masih tidak dapat diatasi ± 10 menit beri tambahan 10 mg/jam

(bergantung pada berat badan pasien & respon klinik)

Anti Hipertensi

Metildopa (obat pilihan) 5

- Menurunkan resistensi vascular tanpa banyak mempenaruhi frekuensi & curah

jantung.

- Obat ini masih merupakan pilihan utama pada hipertensi dalam kehamilan karena

terbukti aman untuk janin.

- Dosis maksimal yaitu 3 g per hari.

- Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi, pusing, mulut kering

dan sakit kepala, jarang terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.

- Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound berupa

peningkatan tekanan darah mendadak.

- Pemberian besi bisa mengurangi absorbsi

Komplikasi

Pada Ibu

o Solusio plasenta.

Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi

pada pre-eklampsia.

o Hipofibrinogenemia.

o Hemolisis.

Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik

hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

16

Page 17: Dona Yuliyanti Eklampsia

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis

periportal hati yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia

dapat menerangkan ikterus tersebut.

o Perdarahan otak.

o Kelainan mata.

Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama seminggu.

Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina akan terjadinya apopleksia serebri.

o Edema paru-paru.

o Nekrosis hati.

Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat

vasopasmus arteriol umum.

o Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

o Kematian Ibu atau janin

o Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.

Pada Anak

o Prematuritas

o Gawat janin

o IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)

o Kematian janin dalam rahim

Pencegahan

Pemeriksaan prenatal, antenatal dan postnatal yang teratur dan bermutu serta teliti,

mengenali tanda-tanda sedini mungkin.

Ubah gaya hidup yang sehat.

Nutrisi yang adekuat dan diet yang seimbang pada prenatal dan antenatal.

Suplemen.

Prognosis

Prognosis baik dengan penanganan yang cepat dan betul. Namun dapat terjadi pada

kehamilan akan datang.

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut dengan gejala klinik berikut

dapat ditegakkan bahwa pasien ini menderita Eklampsia.

17

Page 18: Dona Yuliyanti Eklampsia

Daftar Pustaka

1. Bickley. Lynn S. Mengkaji wanita hamil. Dalam: Buku saku Pemeriksaan Fisik &

Riwayat Kesehatan Bates. Edisi ke-5. Jakarta: EGC, 2008. Hal 351-64.

2. Cunningham. F. Gary, Gabt. Norman F., Leveno. Kenneth J. dkk. Gangguan Hipertensi

dalam kehamilan. Dalam: Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta:EGC, 2006. Hal 624-

72.

3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Preeklampsia dan

Eklampsia. Dalam: Kapita selekta kedokteran jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI, 2009.

Hal. 270-73.

4. Fauci, Braunwald, kasper, et al. Medical Disorders during Pregnancy. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 17th Ed. Vol I. United State of America. Mc-Graw Hill;

2008: 44-6.

5. Katzung, B. Susan, J.Anthony. Antihypertensive Agent. Basic And Clinicak

Pharmacology. International 11th Ed. Singapore. Mc-Graw Hill; 2009: 167-90.

18