Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

27
DOKUMEN PERENCANAAN PRAKTIKUM PIPETASI, QUALITY CONTROL (QC) DAN PENENTUAN KADAR GLUKOSA PRAKTIKUM KIMIA KLINIK AN Nama Anggota Kelompok 1 Gelombang 2 Ekstensi 2014: Ahmad Riduan 13141003 Btari Karlinda 13141010 Fedri Baysar 13141015 Hafiezah Yuristina 13141019 Nelly Dandan Tibe 13141030 Nurul Hikmah 13141034 Rizky D.N.S 13141036 1

description

kimia klinik

Transcript of Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Page 1: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

DOKUMEN PERENCANAAN PRAKTIKUM

PIPETASI, QUALITY CONTROL (QC) DAN PENENTUAN

KADAR GLUKOSA

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

AN

Nama Anggota Kelompok 1 Gelombang 2

Ekstensi 2014:

Ahmad Riduan 13141003

Btari Karlinda 13141010

Fedri Baysar 13141015

Hafiezah Yuristina 13141019

Nelly Dandan Tibe 13141030

Nurul Hikmah 13141034

Rizky D.N.S 13141036

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1

PROGRAM STUDI FARMASI

2015

1

Page 2: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

PRE-ANALITIK

A. PERSIAPAN SUBJEK UNTUK PROSES SAMPLING

Dalam menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium, harus

memperhitungkan faktor-faktor seperti aktivitas fisik pasien, diet, intake obat,

merokok dan postur tubuh pasien.

Persiapan subjek :

1. Pasien dianjurkan puasa 8-12 jam sebelum pengambilan darah. Catatan,

diperbolehkan minum air putih.

2. Pasien dalam posisi mendekati keadaan basal, yakni :

Telah mendapat istrihat tidur yang cukup sebelum pemeriksaan.

Tidak dalam keadaan/mendapatkan setress yang berlebih.

Tidak/belum melakukan aktivitas berlebih, seperti berolahraga sebelum

pemeriksaan.

Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 06.00-09.00

WIB.

3. Menginformasikan kepada petugas, obat-obatan yang sedang dikonsumsi

pasien.

4. Menhindari merokok, mengkonsumsi alkohol sebelum pemeriksaan

B. PROSES PENGAMBILAN SAMPEL

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara

vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),

sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

Prosedur Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum, adalah :

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali

pembendung (turniket), plester, tabung vakum.

Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

Identifikasi pasien sesuai dengan data di lembar permintaan.

2

Page 3: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila

pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

Minta pasien mengepalkan tangan.

Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis

dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari

arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah

lengan.

Bersihkan kulit pada baklnlgian yang akan diambil dengan kapas alkohol

70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.

Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian

posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam

tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa

tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,

begitu seterusnya.

Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume

darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang

diperlukan untuk pemeriksaan.

Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan

kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik

jarum sebelum turniket dibuka.

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

Lengan pada sisi mastectomy

Daerah edema

Hematoma

Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

3

Page 4: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Daerah bekas luka

Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat

menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau

menurunkan kadar zat tertentu.

C. JENIS SAMPEL

Spesimen yang diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis pemeriksaan

yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam

pemeriksaan pada praktikum kali ini yaitu serum.

D. PENANGANAN SAMPEL

Identifikasi dan registrasi spesimen

Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli

label

Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

E. IDENTITAS SAMPEL

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus

dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas

meliputi pengisian formulir permintaan, pemeriksaan laboratorium dan

pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok/sama.

Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor

rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas

dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya

disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium

F. KUALITAS SAMPEL

4

Page 5: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Plasma dan serum dalam kondisi normal nampak jernih dan berwarna

kuning pucat. Perubahan warna dapat menjadi tanda bahwa sampel tidak

layak untuk dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh tampilan yang tidak

normal yaitu hemolisis. Hemolisis adalah Warna merah muda hingga merah,

menunjukkan adanya destruksi sel darah merah. Hemolisis terjadi ketika sel

darah merah rusak selama pengumpulan sampel yang mengakibatkan

hemoglobin dan komponen lain intraseluler keluar ke dalam serum atau

plasma. Spesimen dengan hemolisis juga bisa didapatkan pada pasien dengan

anemia hemolitik, penyakit hepar atau pada reaksi transfusi, tetapi

sebagian besar sampel dengan hemolisis adalah hasil dari kesalahan

dalam pengumpulan dan penanganan spesimen. Hemolisis dapat

menginterferensi beberapa pemeriksaan laboratorium dengan peningkatan

kadar ammonia, katekolamin, creatinin kinase dan enzim lainnya, besi,

magnesium, fosfat, dan natrium.

Gambar 1. Sampel serum normal, sampel serum dengan hemolisis ringan, sampel serum dengan hemolisis.

5

Page 6: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

PIPETASI

G. PERSIAPAN BAHAN PIPETASI

KMnO4

Aquadest

H. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN SAMPEL DAN REAGENT

PIPETASI DAN QC

a. Kebutuhan Sampel Larutan KMnO4 50 ppm

0,005 g = 5 mg

5mg100 ml

= 5000 μl100 ml

= 50 µl/ml (ppm)

b. Kebutuhan Pelarut Aquadest

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penambahan ke-1 sebanyak 100 ml

2. Pipetasi dan QC

Penambahan ke-1 sebanyak 100 ml

Penambahan ke-2 sebanyak 1 ml

Penambahan ke-3 sebanyak 500 µl(0,5 ml)

Total penggunaan pelarut aquadest adalah 101,5 ml

I. KELENGKAPAN ALAT

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. bersih, kering

2. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

3. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

4. sekali pakai buang (disposable)

5. steril (terutama untuk kultur kuman)

6

Page 7: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

6. tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan

volume spesimen

ANALITIK

A. DETAIL SETTING ALAT

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

1. Dibuat larutan KMnO4 kadar 50 ppm dengan menimbang 0,005 gram

KMnO4 dilarutkan dengan 100 ml aquadest sebagai larutan baku.

2. Dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum pada daerah visibel

400 – 800 nm. (panjang gelombang (λ) max KMnO4 = 546 nm).

3. Dicatat panjang gelombang maksimum yang didapat. Panjang gelombang

yang diperoleh digunakan untuk mengukur absorbansi pada proses

pipetasi.

4. Dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada panjang gelombang

maksimumnya.

B. DETAIL PROSEDUR ANALISIS

Prosedur Percobaan Pipetasi dan QC

1. Dibuat larutan KMnO4 kadar 50 ppm dengan menimbang 0.005 gram

KMnO4 dilarutkan dengan 100 ml aquadest sebagai larutan baku. Diukur

absorbannya pada panjang gelombang (λ) maksimum yang telah diperoleh.

2. Dari Larutan baku, d i buat larutan KMnO4 kadar 25 ppm dengan

mengencerkan (menggunakan pipet ukur gelas) 1 ml larutan Baku

ditambah 1ml aquadest. (Kelompok. 1)

3. Dari Larutan baku, dibuat larutan KMnO4 kadar 25 ppm dengan

mengencerkan 500 µl larutan baku ditambah 500 µl aquadest (Kelompok

2)

4. Dibuat masing masing 5 tabung untuk setiap larutan yang diencerkan.

5. Diukur masing masing larutan dengan Spektrofotometer Uv-Vis pada

panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh kemudian catat

absorbansinya.

7

Page 8: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

6. Dihitung masing masing larutan dengan menggunakan Larutan Baku

sebagai standard.

7. Dihitung mean (nilai rata-rata), SD (Standar Deviasi)/penyimpangan dan

KV (Koefisien Variasi) dari tiap pengukuran.

8. Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan

ditentukannya batas peringatan (x+2SD) dan batas kontrol (x+3SD)

C. TEKNIK ANALISIS

D. LANDASAN TEORI ANALISIS

Pipet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan/cairan

dalam jumlah tertentu dari suatu wadah/tempat ke wadah lain.

Jenis-jenis pipet adalah :

Pipet Tetes (Drop Pipette)

Untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah

kecil dan tidak terukur teliti.

Pipet Ukur (Measuring Pipette)

Untuk memindahkan larutan dengan berbagai ukuran dengan menggunakan

bantuan alat hisap (1-50 ml).

Pipet Volume (Volume Pipette)

Untuk memindahkan larutan dengan satu ukuran/volume tertentu dengan

bantuan alat hisap.

Pipet Buret

Mirip pipet ukur tapi ada setelannya. Biasa dipakai untuk titrasi.

Mikro/Makro Pipet

Untuk memindahkan larutan dengan ukuran tertentu secara otomatis tanpa

bantuan alat hisap. Mikropipet untuk ukuran 5-1000 μl

Makropipet untuk ukuran > 1000 μl

Pipet yang banyak digunakan di Laboratorium klinik adlaah mikropipet

yang dikenal dengan nama Clinipet (pipet piston).

8

Page 9: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

POST ANALITIK

A. PEGUKURAN PANJANG GELOMBANG

Panjang Gelombang Maksimum KMnO4 : nm

B. PENGUKURAN ABSORBANSI SAMPEL

Tabel 1. Nilai Absorban Sampel pada Panjang Gelombang Maksimum nm

Nilai

Absorban

Larutan

Baku

Sampel 25 ppm

(1ml/1ml)Sampel 25 ppm (50μl/50

S1 S2 S3 S4 S5 S1 S2 S3 S4 S5

C. PERHITUNGAN KONSENTRASI SAMPEL DENGAN

MEMBANDINGKAN ABSORBAN SAMPEL DAN ABSORBAN

LARUTAN BAKU

Cs= A sAb

x Cb

Keterangan : Cs = Konsentrasi Sampel

Cb = Konsentrasi Baku

As = Absorbansi Sampel

Ab = Absorabansi Baku

D. PERHITUNGAN MEAN, SD DAN KV PADA PIPETASI (QC)

1. Dihitung mean ( nilai rata rata ) dari setiap konsentrasi dengan rumus

X = Σx /n

Keterangan : X = nilai rata rata Σ = jumlah X = nilai tiap pengamatan n= Jumlah pengamatan

9

Page 10: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

2. Hitung SD ( Standard Deviasi ) / penyimpangan dari tiap pengukuran

dengan rumus

SD = √ Σ ( X−× )2

n−1

3. Hitung KV ( Koefisien Variasi ) dari tiap pengukuran dengan rumus

KV = SDX

x 100%

Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan

ditentukannya batas peringatan (x+2SD) dan batas kontrolnya (x+3SD).

GLUKOSA

G. PERSIAPAN BAHAN GLUKOSA

Sampel (Serum)

Alkohol 70%

Reagent → Komposisi Reagent :

Glucose oxidase ≤ 23 U/mL

Peroxidase ≤ 0,75 U/mL

Aminoantipyrine 0,30 mM

4-Chlorophenol < 10 mM

Non reactive stabilizers and fillers Sodium Azide 0,05%

pH 7,4 ± 0,15

H. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN SAMPEL DAN REAGENT

GLUKOSA DAN QC

a. Kebutuhan Sampel @10µl

Delapan kali pengukuran untuk sampel (8x10µl = 80µl)

b. Kebutuhan Reagent @1.000µl

10

Page 11: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Delapan kali pengukuran untuk sampel (8x1.000µl = 8.000µl)

Satu kali pengukuran untuk standar (1x1.000µl = 1.000µl)

Satu kali pengukuran untuk blanko (1x1.000µl = 1.000µl)

Total kebutuhan reagent adalah 10.000µl

c. Kebutuhan Blanko @10µl

Satu kali pengukuran untuk blanko (1x10µl = 10µl)

d. Kebutuhan Standar @10µl

Satu kali pengukuran untuk standar (1x10µl = 10µl)

I. KELENGKAPAN ALAT

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. bersih, kering

2. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

3. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

4. sekali pakai buang (disposable)

5. steril (terutama untuk kultur kuman)

6. tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan

volume spesimen

ANALITIK

A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

1. Dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum pada daerah visibel

500-550 nm. (panjang gelombang (λ) max glukosa = 510 nm).

2. Dicatat panjang gelombang maksimum yang didapat. Panjang gelombang

yang diperoleh digunakan untuk mengukur absorbansi pada proses

absorbansi pengukuran glukosa.

B. DETAIL PROSEDUR ANALISIS

Prosedur Pemeriksaan Glukosa

1. Pasien yang akan diambil darah berpuasa selama ± 12 jam (20.00-08.00)

11

Page 12: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

2. Pada saat sebelum pengambilan, pasien tidak boleh melakukan aktivitas

yang berlebihan (seperti berolahrga ataupun setress)

3. Pengambilan darah dilakukan dengan metode tabung vakum

4. Tabung yang akan dgunakan sebelumnya diberi label agar tidak mudah

tertukar dengan tabung pasien lain

5. Pada saat pengambilan darah tabung yang memiliki daya vakum dapat

memompa darah pasien pada saat setelah disuntikkan.

6. Tabung yang berisi darah dibekukan pada suhu ruang selama 2 jam

7. Kemudian darah akan disenrufugasi dimana terdapat 2 lapisan yaitu

supernatan (atas) dan endapan (bawah), bagian supernatan (serum) yang

akan digunakan sebagai sampel.

8. Dipipet masing-masing sampel (serum) pada tabung 10 μL dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

9. Ditambah 1000 µL reagen pada masing-masing tabung reaksi

10. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37°C

11. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang yang telah diperoleh

Tabel 2. Volume Sampel dan Reagen pada Pemeriksaaan Glukosa

JenisBlanko

(µL)

Standar

(µL)

Sampel 1

(µL)

Sampel 2

(µL)

Sampel 3

(µL)

Reagent 1000 1000 1000 1000 1000

Aquadest 10 - - - -

Standar - 10 - - -

Sampel - - 10 10 10

Tipe pengujian : Endpoint

PROSEDUR QC PEMERIKSAAN GLUKOSA

1. Serum awal yang telah diperoleh

2. Ditambahkan serum pada satu tabung dari masing-masing tabung pada tiap

kelompok (serum campuran)

3. Diambil 10 μL serum campuran

12

Page 13: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

4. Dimasukkan kedalam masing-masing tabung (total 5 tabung)

5. Ditambahkan 1000 μL reagent pada masing-masing tabung

6. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit

7. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm (500-550 nm)

Tabel 3. Volume Sampel dan Reagent pada QC Pemeriksaan Glukosa

Jenis Sampel 1

(µL)

Sampel 2

(µL)

Sampel 3

(µL)

Sampel 4

(µL)

Sampel 5

(µL)

Reagent 1000 1000 1000 1000 1000

Sampel 10 10 10 10 10

E. TEKNIK ANALISIS

F. LANDASAN TEORI

Glukosa merupakan karbohidrat yang paling penting dalam biokimia

mamalia karena hampir semua karbohidrat dalam makanan akan dikonersi

menjadi glukosa untuk metabolisme selanjutnya. Penggunaan glukosa diatur

dalam tubuh oleh insulin. Kelebihan glukosa akan diubah menjadi glukagon

dan akan disimpan dalam hati dan otot dan akan digunakan bila diperlukan dan

akhirnya diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai jaringan lemak.

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang dinyatakan dengan adanya

hiperglikemia kronik dan ganguaan terutama pada metabolisme karbohidrat;

selan itu juga berkaitan dengan gangguan metabolisme lemak dan protein.

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia yang terjadi akibat kerusakan sekresi ataupun aksi insulin.

Kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan

menyebabkan perubahan fungsi dasn biokimia, dan selanjutnya perubahan

tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan inilah

yang menimbulkan komplikasi (baik komplikasi mikrovaskuler maupun

komplikasi makrovaskular).

13

Page 14: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

Diagnosis untuk kelainan metabolisme kerbohidrat yang paling umum

digunakan, dilakukan dengan mengukur kadar glukosa plasma pada keadaan

puasa dan kadar glukosa 2 jam post prandial /sesudah makan (2 jam pp).

Spesimen yang digunakan adalah darah vena, tetapi untuk bayi ataupun

pasien yang venanya sukar ditusuk dapat digunakan darah kapiler. Sesuadah

puasa satu malam nilai glukosa kapiler hanya 2-3 mg/dl lebih tinggi daripada

konsentrasi glukosa vena, tetapi sesudah malan nilai glukosa kapiler lebih

tinggi 20-30 mg/dl.

Metode Pemeriksaan Glukosa

Metode pemeriksaan glukosa dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu secara

kimiawi dan enzimatik.

1. Metode Kimiawi :

Cara Reduksi (Hagendorn Jensen, Somogyi Nelson)

Cara Kondensasi (o-Toluidin)

Pada metode kimiawi cara reduksi perlu dilakukan deproteinasi dulu

(filtrat bebas protein dengan menggunakan TCA/Trikhloroacetat/Uranil

asetat). Metode kimiawi, cara reduksi ini tergantung pada sifat pereduksi

glukosa, tetapi karena tidak spesifik metode ini tidak dipakai lagi.

Metode orto-toluidin adalah metode kimia yang berdasarkan pada

kondensasi aldosakarida. Warna hijau stabil yang terbentuk kemudian

diukur secara spektrofotometri. Metode ini dapat digunakan untuk plasma,

urin, atau cairan serebrospinal tanpa pengendapan protein.

Galaktosa dan manosa bereaksi sedikit. Jadi nilai glukosa pada metode

kimiawi sedikit lebih tinggi daripada metode enzimatik.

2. Metode Enzimatik :

a. Metode Heksokinase (Metode-UV)

b. Metode Glukose-dehydrogenase (GLUC-DH)

c. Metode Glukose-Oxsidase (GOD)

Metode enzimatik sekarang ini banyak dipakai karena pada

pemeriksaan glukosa memberikan spesifitas maksimum untuk nilai glukosa.

Metode enzimatik untuk penentuan kadar glukosa yang banyak digunakan

14

Page 15: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

adalah metode GOD-PAP, dimana glukosa dapat diukur dari reaksinya

dengan glukosa oksidase terbentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida kemudian bereaksi dengan aseptor oksigen,

misalnya fenilaminfenazon (reagen Trinder) atau aseptor oksigen

kromogenat, dalam reaksi yang dikatalis oleh peroksidase untuk kemudian

membentuk warna merah-violet quinonirnine sebagai indikator.

Glukosa ditetapkan kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis

menggunakan enzim GOD (Glucose oksidase). H2O2 yang terbentuk

kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan katalis enzim

peroksidase (POD) yang membentuk quinoneimine. Intensitas warna yang

bterbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam sampel.

GOD (Glucose oksidase) adalah suatu enzim spesifik FAD yang

diperoleh dari jamur, karena dipakai untuk penafsiran glukosa. Semua

aerobic dehidrogenase yang diterangkan mengandung 2 molekul glukosa

nukleotida. PAP (Phenol Amino Peroksidase) mengandung antigen atau

antibodi dalam patogen jaringan. Mempertahankan kadar glukosa dalam

darah hingga stabil adalah salah satu yang paling baik pengaturannya dari

semua mekanisme homeostatik.

Glucose + H2O + O2 H2O2 + Gluconate

2H2O2 + 4-Chlorophenol + Aminoantipyrine Quinoneimine + 4 H2O

Kadar Gula Darah Normal Menurut WHO

Untuk mengetahui berapa kadar gula darah yang ideal, kita bisa

merujuk pada kadar gula darah normal menurut WHO. Dengan demikian,

kita memiliki acuran yang jelas agar tetap bisa menjaga kadar gula tidak

terlalu tinggi atau terlalu rendah. 

- Ketika puasa: 4 - 7 mmol/l atau 72 - 126 mg/dl

- 90 menit setelah makan: 10 mmol/l atau 180 mg/dl

- Malam hari: 8 mmol/l atau 144 mg/dl

15

Glucose Oxidase

POD

Page 16: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

POST ANALITIK

A. PEGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN STANDAR

GLUKOSA

Panjang Gelembong Maksimum : nm

B. PERHITUNGAN KONSENTRASI GLUKOSA

Tabel 4 . Nilai Absorbansi Blanko, Standar dan Sampel pada Panjang Gelombang Nilai Blanko Standar Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Absorban

Tabel 5. Nilai Absorbansi Sampel pada Pemeriksaan Glukosa dengan Panjang Gelombang nm

Nilai Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

Absorban

Konsentras

i

(X-x)

(X-x)2

Perhitungan konsentrasi glukosa = |sampel||standar|

x C standar (mg/dL)

= Glukosa (mg/dL)

Keteranagan : Abs = Absorbansi

Faktor Konversi = Glukosa (mg/dL) x 0,05551

= Glukosa (mmol/L)

C. PERHITUNGAN MEAN, SD DAN KV PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA

(QC)

1. Dihitung mean ( nilai rata rata ) dari setiap konsentrasi dengan rumus

16

Page 17: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

X = Σx /n

Keterangan : X = nilai rata rata Σ = jumlah X = nilai tiap pengamatan n= Jumlah pengamatan

2. Hitung SD ( Standard Deviasi ) / penyimpangan dari tiap pengukuran

dengan rumus :

SD = √ Σ ( X−× )2

n−1

3. Hitung KV ( Koefisien Variasi ) dari tiap pengukuran dengan rumus :

KV = SDX

x 100%

Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan

ditentukannya batas peringatan (x+2SD) dan batas kontrolnya (x+3SD).

17

Page 18: Dokumen Perencanaan Praktikum Fix

18

MANAGER

FEDRI BAYSAR

BAGIAN PERSIAPAN

KELENGKAPAN ANGGOTA/TIM

AHMAD RIDUAN

KETERSEDIAAN DAN PERSIAPAN SAMPEL

(JUMLAH, PUASA)

BTARI KARLINDA

BAGIAN PERBEKALAN

KETERSEDIAAN REAGEN(JUMLAH) & ALAT

RIZKY D.N.S

BAGIAN PELAKSANA KERJA

PIPET SAMPEL/REA

GEN

HAFIEZAH Y.

BACA/UKUR

NELLY D.T.

HITUNG/LAPORAN

NURUL HIKMAH

STRUKTUR ORGANISASI