DOKUMEN , MOSUL ARIF.docx

download DOKUMEN , MOSUL ARIF.docx

of 74

Transcript of DOKUMEN , MOSUL ARIF.docx

BAB IAPA ITU FILSAFAT ?1. Pengertian

Pengetian filsafat dapat ditinjau dari dua segi :1.Secara etimologi:Kata Filsafat (Inggris : philosophy, Arab: falsafah) berasal dari bahasa Yunani: philosophia, terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia berarti kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologi istilah filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom). Seorang Filsuf adalah pencinta kebijaksanaan.Kata Filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian arti filsafat dipertegas oleh Socrates (470-399 SM).2.Secara terminologiSecara terminologi filsafat diartikan sebagai berikut :a. Plato : filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai kebenaran yang asli.b. Aristoteles: Filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu metafisika,logika,retorika,etika,ekonomi,politik, dan estetika.c. Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikand. Immanuel Kant : Filsafat adalah Ilmu yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan, di dalamnya tercakup masalah epistemology untuk menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.e. Driyarkara : Filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ada dan berbuat, permenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai ke mengapa yang penghabisan.Dengan melihat beberapa makna filsafat yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena-fenomena tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Filsafat membahas masalah yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada/being. Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala secara mendalam. Filsafat itu reflektif, radikal dan integral. Radikal berarti filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya, sampai pada akar-akarnya, sejauh akal manusia mampu menemukannya. Filsafat tidak membatasi objeknya seperti ilmu pengetahuan yang lain. Filsafat tidak berhenti pada pengetahuan periferis (kulit atau penampakannya) tetapi menembus hingga inti masalah dengan mencari faktor-faktor fundamental yang membentuk adanya sesuatu. Filsafat itu integral dengan mengkaji pengetahuan secara keseluruhan dan untuh.

2. Obyek FilsafatObyek adalah bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap Ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Ada dua objek filsafat:a.Obyek materialObjek material filsafat adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek material adalah juga hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh satu disiplin imu. Para ahli menguraikan objek material filsafat sebagai berikut:-Mohammad Noor Syam : Segala sesuatu yang ada dan mungkun ada adalah objek filsafat. Dengan demikian objek filsafat tidak terbatas.-Louis O.Kattsoff : Lapangan kerja filsafat meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.-H.A. Dardiri : Segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek materiil dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang ada. b. Objek formal Objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan, atau sudut dari mana objek materi itu dosorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama mebedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya objek materialnya manusia dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia antara lain, psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.Objek formal filsafat, adalah sudut pandang yang menyeluruh, secara umum sehingga bisa mencapai hakikat dari objek materialnya. Oleh karena itu yang membedakan filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak pada objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Objek formal filsafat membahas objek materialnya sampai ke hakikatnya atau esensi yang dihadapinya.3. Metode FilsafatKata metode berasal dari kata Yunani: methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan,cara, arah). Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu.Metode filsafat :-Metode kritis : Socrates dan plato: Bersifat analisis istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan perbedaan. Dengan jalan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan mengolah, akhirnya ditemukan hakikat.-Metode intuitif :Plotinus,Bergson: Dengan jalan intropeksi intuitif dan dengan memakai simbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan penyucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan pikran. Bergson: dengan jalan pembaharuan antara kesadaran dan proses perubahan tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.-Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan. Bersifiat sintetis deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang jelas dengan sendirinya ditarik berbagai kesimpulan.-Metode geometris: Rene Descartes dan pengikutnya: Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana, dari hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.-Metode empiris :Hobbes,Locke, Berkeley, David Hume: Hanya pengalaman menyajikan pengertian yang benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun sersama secara geometris.-Metode transedental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik: Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.-Metode Fenomenologis :Husserl, Eksistensialisme: Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (rediction) efleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.-Metode dialektis : Hegel, Marx : dengan jalan mengikuti dinamis pemikiran atau alam sendiri, tesis, antithesis, sintesis dicapai hakikat kenyataan.-Metode Neo-Positivistis : Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksata).-Metode Analitika bahasa : Wittgenstein : Dengan jalan analis pemakaian bahasa sehari-hari, ditentukan sah atau tidaknya ucapan filosofis.4.Ciri filsafat. a.Menyeluruh:Artinya pemikiran luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang. Pemikiran kefilsafatan ingin megetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup.b.Mendasar:Artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai keilmuan.c.Spekulatif:Artinya hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya, Hasil pemikiran selalu menjadi dasar menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. 5. Asal dan peran Filsafat

-Asal FilsafatAda tiga hal yang mendorong manusia berfilsafat :a. Keheranan : Banyak filsuf menunjukan rasa heran (Yunani: Thaumasia) sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan itu berasal filsafat.b. Kesangsian: Agustinus (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650) menujukan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya? c. Kesadaran akan keterbatasan : Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam di sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan tertikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.- Peran filsafat :-Pendobrak : Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal yang serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan tahyul merupakan bagian yang hakiki dari warisan nenek moyang, dan tradisi itu benar serta tidak dapat diganggu gugat maka dongen dan tahyul itu pasti benar dan tidak diganggu gugat.Orang-orang Yunani yang memiliki suatu rasionalitas yang luar biasa perna percaya kepada dewa-dewi yang duduk di meja perjamuan di Olympus sambil mengguncangkan kayangan dengan sorakan dan gerak tawa tidak henti-hentinya. Mereka percaya kepada dewa-dewi yang saling menipu satu sama lain, licik dan sering memberontak. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsuf telah mendobrak pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu skral yang selama itu tidak boleh digganggu gugat.-Pembebas: Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohan. Filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir mistis. Sesungguhnya filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari kekurangan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak kritis yang membuat manusia menerima kebenaran semu dan menyesatkan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis penjara yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.

-Pembimbing: Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni perpikir secara universal sambil berupaya menemukan esensi suatu permasalahan. FIlsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tida utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan koheren.

6. Pembagian/ cabang-cabang filsafatFilsafat secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis berperan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Meliputi logika, metodologi, epistemology, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi),filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain-lain. Sedangkan sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa, sejak zaman kuno sampai dengan zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat),India,Cina, sejarah filsafat Islam.Studi kita terfokus pada cabang filsafat: logika, epistemology, filsafat ilmu, etika dan estetika.Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika bergelut dengan azas-azas yang menentukan pemikirran yang lurus tepat dan sehat.Epistemologi, adalah bagian filsafat yang membicarakan terjadinya pengetahuan,sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, ciri pengetahuan ilmiah dan cara bagaimana mendapatkannya. Dengan belajar epistemology dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan pengetahuan dan ilmu serta menggunakan dan mengetahui metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya. Persoalan dalam epistemology antara lain : bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan itu diperoleh? Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai? Apa perbedaan pengetahuan apriori dan aposteriori?Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidaknya tingkah laku manusia. Persoalam dalam etika di antaranya: Apa yang dimaksudkan baik dan buruk secara moral? Bagaimana kaitan antara kebebasan kehendak dan perbuatan susila? Apa yang dimaksudkan dengan kesadaran moral? Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbutan manusia?Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Persoalan estetika di antaranya: Apakan keindahan itu? Keindahan bersifat subjektif atu objektif? Apa yang merupakan ukuran keindahan? Apa peranan dalam kehidupan manusia? Bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran?

BAB IIFILSAFAT PENGETAHUAH ( EPISTEMOLOGI )

1. Pengertian EpistemologiIstilah episetemology dipakai pertama kali oleh J.F.Feriere, untuk membedakan dua cabang filsafat yaitu epistemology dan ontologi (metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaan pokoknya adalah: apakah hal yang ada itu? Maka pertanyaan dasar dalam epistemology adalah : Apakah yang dapat saya ketahui. Epistemology berasal dari bahasa Yunani, Episteme dan logos. Epiasteme berarti pengetahuan dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan lazim disebut teori pengetahuan, dalam bahasa ingris menjadi theory of knowledge.Istilah lain yang artinya setara dengan epistemology sebagaimana yang diuraikan dalam berbagai kepustakaan filsafat adalah logika formal, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology,dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan.(Abbas Amami. M; 1982,hlm.1).

a. Logika materilLogika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain yang disebut logika formal. Apabila logika formal berbicara tentang bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi pemikiran. Dengan kata lain apabila logika formal yang biasanya disebut logika berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya.Dapat dikatakan bahwa logika formal berhubungan dengan masalah kebenaran formal yang acap kali juga dinamakan keabsahan(jalan)pemikiran. Adapun logika material berhubungan dengan kebenaran materil yang kadang-kadang juga disebut kebenaran autentik atau autentisitas isi pemikiran. b. Kriteriologi .Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Maksudnya adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.c. Kritika pengetahuan.Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan istilah kriteriologi. Kritika pengetahuan adalah usaha manusia untuk menetapkan, apakah suatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak benar dengan jalan meninjaunya secara mendalam.Secara singkat dapat dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjukan kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya sesuatu pikran atau pengetahuan manusia.

d. Gnoseologia.Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis dan logos. Gnosis berarti pengetahuan yang bersifat keilahian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian.

e. Filsafat pengetahaunFilsafat pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Jadi filsafat pengetahuan adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.Mengenai batasan epistemology, tidak sedikit yang memberikan batasan dengan corak yang sedikit berlainan:J.A. Niels Mulder menuturkan, epistemolgi adalah cabang filsafat yang mempelajari soal watak, dan batas-batas berlakunya ilmu pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan bahwa epistemology adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Pendek kata epistemology adalah pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita.Abbas Hamami Mintarejo berpendapat bahwa epistemology adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahun yang telah terjadi.Apabila kita perhatikan definisi di atas tampak bahwa semuanya hampir senada. Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Jadi objek material epistemology adalah pengetahuan, sedangkan objek formal adalah hakikat pengetahuan. Oleh karena itu sitematika penulisan epistemology adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal usul pengetahuan.

2. Arti Pengetahuan:Pengetahuan adalah istilah yang digunakan untuk menuturkan apa bila seseorang mengenal sesuatu. Satu hal yang menjadi pengetahuan adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenal hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia tentang sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.Semua pengetahuan hanya ada dan dikenal dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pikiran dan pengetahuan merupakan sesuatu yang kodrati. Bahm menyebutkan ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia :a. Mengamati (observasi). Pikiran berperan dalam mengalami objek-objek. Dalam melaksanakan pengamatan terhadap objek, pikiran haruslah mengandung kesadaran. Oleh karena itu di sini pikiran merupakan suatu bentuk kesadaran. Kesadaran adalah suatu karakteristik atau fungsi pikiran. Kesadaran melibatkan dua unsur penting, yakni kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan menampakan sesuatu objek dan ini merupakan unsur yang hakiki dalam pengetahuan intuisi. Intuisi senantiasi hadir dalam kesadaran. Sebuah pikiran mengamati apa saja yang nampak. Pengamatan sering kali timbul dari rasa ketertarikan pada objek. b. Menyelidiki (inquires), ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil. Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada objek itu sangat tergantung padadaya tariknya. Kehadiran dan durasi suatu minat biasanya bersaing dengan minat lainnya, sehingga paling tidak seseorang memiliki banyak minat pada perhatian yang terarah. Minat-minat itu ada dalam banyak cara. Ada yang berkaitan dengan kepentingan jasmani, permintaan lingkungan, tuntutan masyarakat, tujuan pribadi, konsep diri, rasa tanggung jawab, rasa kebebasan bertindak, dan lain-lain. Minat terhadap objek cendrung melibatkan komitmen, kadang kala komitmen itu hanya merupakan kelanjutan atau menyertai pengamatan terhadap objek. Minatlah yang membimbing seseorang secara alami untuk terlibat kedalam pengalaman pada objek-bjek.c. Percaya (believes), manakala suatu objek muncul dalam kesadaran biasanya objek-objek itu diterima sebagai yang menampak. Kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima sesuatu yang menampak dinamakan kepercayaan.d. Hasrat (desires), kodrat hasrat mencakup kondisi biologis serta psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Karena pikiran dibutuhkan dalam aktualisasi hasrat, kita dapat mengatakannya sebagai hasrat pikiran. Tanpa pikiran tidak mungkin ada hasrat. Beberapa hasrat muncul dari kebutuhan jasmani seperti makan, minum,istirahat, tidur dan lain-lain. Beberpa hasrat juga bisa timbul dari pengertian yang lebih tinggi seperti hasrat diri, keinginan pada objek-objek, pada orang lain, kesenangan pada binatang, pada tumbuhan, dan proses interaktif. Beberapa hasrat bisa timbul dari ketertarikan pada tindakan, pengaruh, pengendalian, dan ketertarikan pada kesenangan dan dalam melupakan penderitaan, ketertarikan pada kehormatan, dan lain-lain.e. Maksud (intends) setiap bentuk observasi dan penyelidikan, selalu memiliki maksud atau tujuan tertentu.f. Mengatur (organizes), setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang.g. Menyesuaikan (adapts), menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh di dalam fisik, biologis, lingkungan sosial dan cultural serta keuntungan yang terlihat pada tindakan, hasrat, dan kepuasan.h. Menikmati (enjoys), pikiran-pikiran mendatangkan keasikan. Orang yang asik dalam menentukan suatu persoalan, ia akan menikmati itu dalam pikirannya.

3. Terjadinya pengetahuan

Menurut John Hospers ada enam hal dasar terjadinya pengetahuan:

a. Pengalaman Indra (sense experience)Pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia. Karena selalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya bentuk-bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas-bekas dalam batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Gagasan ini dikebangkan oleh Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang tidak ditangkap oleh indra.Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekilafan akan terjasi apabila ada ketidaknormalan di antara alat-alat itu.b. Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Hal yang perlu diperhatikan adalah tentang azas-azas pemikiran berikut:Principium Identitas. Adalah sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A).Azas ini disebut azas kesamaan.Principium Contradictionis, bila terdapat dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan, atau dengan kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Azas ini bisa disebut azas pertentangan.Principium tertii exclusi, pada dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di antara keduanya, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Azas ini biasa disebut azas tidak adanya kemungkinan yang ketiga.c. Otoritas (authority)Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi pengetahuan yang terjadi karena otiritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.d. Intuisi (intuition)Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan tanpa melalui suatu proses ransangan atau stimulus untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan kareana pengetahuan itu muncul tanpa ada pengetahuan lebih dahulu.

e. Wahyu (revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabinya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik.f. Keyakinan (faith)Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang berupa wahyu dan keyakinan sangat sukar dibedakan secara jelas karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Bedanya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dokmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melulu kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Karena keprcayaan itu bersifat dinamis mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Adapun keyakinan sangat statis, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok untuk kepercayaannya.

4. Jenis PengetahuanMenurut Soejono soemargono, pengetahaun dibagi atas:-Pengetahuan ilmiah -Pengetahuan nonilmiah

Secara umum yang dimaksudkan dengan pengetahuan non-ilmiah adalah segala hasil pemahaman manusia atas sesuatu objek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan mata, mendengar dengan telinga, pembauan hidung, pengecapan lidah, dan perabaan kulit. Termasuk hasil pemahaman campuran penyerapan secara indrawi dan pemikiran secara akali. Juga segenap pemahaman manusia berupa tangkapan hal-hal gaib, yang diperoleh dengan intuisi yang biasa disebut pengetahuan intuitif .Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pengetahuan manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat cara bepikir khas yaitu metodologi ilmiah. Pengetahuan semacam ini biasa disebut ilmu pengetahuan.

Plato membagi tingkatan-tingkatan ilmu pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya:

a. Pengetahuan eikasia (khayalan) Tingkat yang paling rendah yang biasa disebut pengetahuan eikasia adalah pengetauan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini mengandung hal-hal berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan. Misalnya orang yang mengkayal bahwa dirinya memiliki rumah mewah, kayalannya ini terbawa mimpi.

b. Pengetahuan pistis (substansial)Suatu tingkat pengetahuan di atas eikasia adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek pengetahuan pistis disebut zooya karena isi pengetahuan semacam ini mendekati suatu keyakian (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subjektif) dan pengethuan ini mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai syarat-syarat yang cukup bagi suatu tindakan pengatahuan. Misalnya mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan normal,serta indra yang normal.c. Pengetahuan dianoya (matematik)Plato menerangkan pengathuan ini sebagai tingkatan pengetahuan yang ada di dalamnya tidak hanya terletak pada fakta objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Contoh, para ahli matematik dan geometri, di mana objeknya adalah matematik yang harus diselidiki dengan akal budi melalui gambar-gambar, diagram, kemudian ditarik hipotesis, selanjutnya diolah sampai mencapai suatu kepastian. Pengetahuan ini disebut pengetahuan pikir.

d. Pengetahuan noesis (filsfat)Pengetahuan tingkat tertinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya adalah arche, ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini disenut IDE. Menurut Plato, pengetahuan ini hampir sama dengan pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar, diagram, melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak. Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai pengetahuan tertinggi dari pengetahuan adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang disebut episteme.

5. Asal-Usul Pengetahuan

a. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan mutlak, yaitu syarat yang dipakai oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahaun yang dipakai oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri yaitu atas dasar azas-azas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adal deduktif. Telaah yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Filsufnya antara lain Rene Descartes, B.Spinoza, Leibniz.

b. EmpirismeAliran ini berpendapat bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah induksi. Tokoh empirisme adalah John Locke,David Hume.

c. KritisismePertentangan antara rasionalisme dan empirsme hendak diselesaikan oleh Imanuel Kant dengan kritisismenya. Menurut Kant peranan budi sangat besar. Hal ini ampak dalam pengetahuan apriorinya, baik yang analitis maupun yang sintetis. Di samping itu peranan pengalaman (empiris) tampak jelas dalam pengetahuan aposteriorinya.

Dalam kritik atas ratio murni Kant membedakan tiga macam pengetahuan :1. Pengetahuan analitis. Predikat sudah termuat dalam subyek. Predikan diketahui melalui suatu analisis subjek. Misalnya : lingkran itu bulat.2. Pengetahuan sintetis aposteriori : predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalam indrawi. Misalnya kalimat hari ini sudah hujan ,merupakan suatu hasil observasi indrawi sesudah observasi, saya bisa mengatakan bahwa S adalah P.3. Pengetahuan sintesis apriori : akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, ilmu pesawat, ilmu alam bersifat sintetis apriori. Kalau saya tahu bahwa 10+5=15 memang terjadi sesuatu yang sangat istimewa (Abbas Hamami, 1982).

d . PositivismePositivisme perpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu metafisika ditolak. Apa yang kita ketahui secara positif adalah segala yang tampak, segala gejala. Arti segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi kita hanya dapat mengatakan atau mengkosntatir fakta-faktanya dan menyelidiki hubungan satu dengan yang lain. Tidak ada gunanya untuk menanyakan pada hakikatnya atau kepada penyebab yang sebenarnya dari gejala-gejala tersebut. Yang harus diusahakan adalah menentukan syarat-syarat di mana fakta-fakta tetentu tampil dan menghubungkan fakta-fakta itu menurut persamaannya dan urutannya.Tokoh positivisme adalah Agust Comte. Menurut Comte, prekembangan pemikiran manusia terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, tahap ilmiah atau positif. Perkembangan demikian itu berlaku baik bagi perseorangan maupun bagi seluruh umat manusia. 1. Tahap teologis, orang mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah, kepada sebap pertama atau tujuan terakhir segala sesuatu. Jadi orang masih percaya kepada kemungkinan adanya pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Oleh karena itu orang berusaha untuk memilikinya. Orang yakin bahwa di belakang setiap kejadian tersirat suatu pernyataan kehendak khusus. Pemikiran ini dikelompokan lagi dalam tiga tahap yaitu tahap yang paling bersahaja atau primitive, ketika orang menganggap bahwa segala benda berjiwa (animisme), tahap kedua adalah ketika orang menurunkan hal-hal tertentu masing-masing dari yang bersifat adikodrati, yang melatar belakanginya sedemikian rupa sehingga setiap gejala memiliki dewa-dewanya sendiri (politeisme), tahap ketiga, adalah tahap tetinggi, ketika orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan suatu tokoh tertinggi yaitu dalam monoteisme.2. Tahap metafisika, merupakan suatu perubahan dari tahap teologi, sebab kekuatan yang adikodrati atau kekuatan dewa-dewa diganti dengan kekuatan yang abstrak, dengan pengertian atau dengan pengada yang lahiriah, yang kemudian disatukan dalam persatuan yang bersifat umum, yang disebut alam dan dipangdang sebagai asal segala penampakan atau gejala yang khusus.3. Tahap positif, adalah zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengetahuan teologis maupun metafisis, orang tidak mau lagi melacak asal dan tujuan terakhir alam semesta, atau melacak hakikat sejati dari segala yang berada di belakang segala sesuatu. Tahap ini orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau disajikan kepadanya, dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya. 6 .Metode-metode Ilmiah

Menurut Soejono Soemargono (1983), secara garis besar metode ilmiah teridiri dari dua macam:

1. Metode Ilmiah yang bersifat umumMetode ilmiah yang bersifat umum dibagi atas dua, yaitu metode analitika-sintesa dan metode nondeduksi. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Pengetahuan analitis terdiri atas dua macam yaitu pengetahuan anailtik apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.Metode analisis ialah cara penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain. Pengetahuan analitis apriori misalnya, definisi segi tiga sebagai satu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus saling beririsan yang membentuk sudut berjumlah 180 derajat.Pengetahuan analitis aposteriori berarti dengan menerapkan metode analitis terhadap suatu bahan yang terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman sehari-hari akan memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya setelah kita mengamati sejumlah kursi, kemudian kita berusaha untuk menentukan apakah yang dinamakan kursi itu? Definisnya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah tangga yang khusus disediakan untuk tempat duduk.Metode sintesa adalah cara penangan terhadap sesuatu objek dengan menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan baru. Pengetahuan sintesis apriori misalnya satu ditambah empat sama dengan lima.Aposteriori menunjukkan kepada hal-hal yang adanya berdasarkan pengalaman dan dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan indrawi. Pengetahuan sistesis aposteriori merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara menggabung-gabungkan pengetian yang satu dengan pengetian yang lainnya menyangkut hal-hal yang terdapat di dalam alam tangkapan indrawi atau yang ada dalam pengalaman empiris.Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan ketentuan hal-hal yang bersifat umum.Metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek dengan jalan mencari kesimpulan yang bersifat umum atau yang lebih umum berdasarkan pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.

2. Metode penyelidikan ilmiah Metode penyelelidikan ilimiah dapat dibagi menjadi dua yaitu metode penyeledikian yang berbentuk daur/ metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang berbentuk garis lempeng/metode linier.Metode siklus empiris adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris -kealaman dan penerapannya terjadi di tempat yang tertutup, seperti di dalam laboratorium. Penerapan metode empiris pertama-tama berupa pengamatan terhadap sejumlah hal atau kasus yang sejenis, kemudian berdasarkan pengamatan itu kita menarik kesimpulan yang bersifat sementara berupa hipotesa-hipotesa dan yang terakhir kita mengadakan pengujian terhadap hipotesa itu dalam eksperimen-eksperimen.Apa bila sudah berulang-ulang mengadakan eksperimen dan hasilnya sama, berarti hipotesa itu mengandung kebenaran. Jika sifat atau objeknya begitu penting, orang melakukan kajian lebih lanjut. Apabila hipotesa tersebut dapat bertahan maka hipotesa itu bisa ditingkatkan menjadi teori. Tetapi apabila objeknya dipandang sangat menentukan bagi kehidupan manusia, dengan melakukan kajian-kajian berikutnya dapatlah teori-teori yang bersangkutan ditingkatkan menjadi hukum-hukum alam. Ini berarti bahwa isi kebenaran dari teori-teori itu dapat diperiksa atau diteliti secara mendalam kenenarannya (verivikasi terhadap teori-teori). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manakala kita menerapkan metode penelitian ilmiah yang berbentuk daur/metode siklus-empiris, maka pengetahuan yang akan dihasilkan akan berupa hipotesa, teori dan hukum-hukum alam. (Soejono Soemargono,1983).Metode vertikal/berbentuk garis tegak lurus atau metode linier/berbentuk garis lempeng digunakan dalam penyelidikan yang objek materialnya hal-hal bersifat kejiwaan, yang terjelma dalam tingkah laku manusia di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.(Soejono Soemargono, 1983, hlm. 16-18). Penerapan metode ini diawali dengan pengumpulan bahan penyelidikan, kemudian bahan dikelompokan menurut pola tententu. Akhirnya menarik kesimpulan umum berdasarkan pengelompokan tersebut dan apabila dipandang perlu dapat diadakan peramalan/prediksi menyangkut objek penyelidikan bersangkutan. Penyelidikan ini biasanya dilakukan pada alam bebas atau alam terbuka, yaitu kelompok manusia tertentu.

1. Sarana Berpikir Ilmiah

a. Bahasa Ilmia

Bahasa memegang peranan penting dan merupakan hal yang lazim dalam kehidupan manusia, termasuk yang membedakan manusia dengan makluk lain. Ernest Cassier menegaskan keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Ernest menyebutkan manusia sebagai animal symbolicum yaitu makluk yang mempergunakan simbol.Bahasa merupakan pernyataan pikir atau perasaan dan sebagai alat komunikasi masnusia. Bahasa pada dasarnya terdiri atas kata-kata atau istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu benda, kejadian, proses atau hubungan. Sedangkan sintaksis adalah cara untuk menghubungkan kata-kata atau istilah di dalam kalimat untuk menyatakan arti.Kalimat dapat dibedakan atas kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat bermakna dibedakan antara kalimat berita dan kalimat bukan berita. Kalimat berita adalah klimat yang dapat dinilai benar atau salah. Sedangkan kalimat bukan berita dibedakan menjadi kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru, kalimat harapan.Dari bentuk kalimat di atas yang disebut bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan ungkapan suatu pernyataan atau pendapat.

1. Pengelompokan habasa:

b. Bahasa alamiBahasa alami adalah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan atas dua macam :Bahasa isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat pula berlaku khusus. Berlaku umum misalnya menggelengkan kepala tanda tidak setuju, mengangguk tanda setuju, hal ini tanpa ada persetujuan dapat dimengerti secara umum. Sedangkan yang belaku khusus adalah untuk kelompok tertentu dengan isyarat tertentu pula.Bahasa biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Simbol sebagai pengandung arti dalam bahasa biasa disebut kata sedangkan arti yang dikandungnya disebut makna.c. Bahasa buatan.Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata buatan disebut istilah, kandungan istilah disebut konsep.Bahasa buatan dibagi atas dua bagian:Babasa istilah,bahasa ini rumusannya diambil dari bahasa biasa yang diberi arti tertentu, misalnya: demokrasi (demos dan kratein), medan, daya, masa.Bahasa artifisial, adalah murni bahasa buatan, sering juga disebut bahasa simbolik, berupa simbol-simbol sebagaimana digunakan oleh logika maupun matematika. Misalnya, 2+3= 5Dari pembagian di atas, bahasa buatanlah yang sebut bahasa ilmiah. Dengan demikian dapat dirumuskan, bahasa ilmiah adalah bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.Bahasa sehari-hari bersifat kognitif evaluative sedangkan bahasa ilmiah bersifat deskriptif. Kognitif evaluative, mengatakan sesuatu masih perlu dievaluasi karena hanya menyampaikan saja. Misalnya, melarang duduk di depan pintu.Bahasa sehari-hari banyak variasi, banyak peluang, banyak nuansa, bersifat subjektif. Sedangkan bahasa ilmiah bersifat eksak, pasti,objektif.

2. Fungsi BahasaAliran filsafat bahasa dan psikolinguistik mengartikan bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi. Sedangkan aliran sosiolinguistik mengartikan bahasa sebagai sarana untuk perubahan masyarakat.Secara umum bahasa diartikan sebagai pernyataan pikiran atau perasaan serta sebagai alat komunikasi manusia.Bahasa memiliki tiga fungsi pokok:-Fungsi ekspresif atau emotif, nampak pada pencurahan rasa takut serta takjub, demikian pula pencurahan seni seperti seni suara dan seni sastra.-Fungsi efektif atau praktis, untuk menimbulkan efek psikologis terhadap orang lain dan mempengaruhi tindakan-tindakan mereka kearah kegiatan atau sikap tertentu yang diinginkan.-Fungsi simbolik, mempunyai fungsi komunikatif yang disampaikan dalam bentuk simbol, bukan hanya untuk menyatakan fakta, melainkan juga untuk menyampaikan sesuatu maksud tertentu kepada orang lain.

a. Logika dan matematika.Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Matematika memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Perhitungan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis memberi inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi, bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsitektur dan seni lukis. Kontribusi matematik dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan menggunanakan lambang-lambang untuk penghitungan dan pengukuran. Logika dan matematika memiliki keterkaitan yang sangat erat, sebagai sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artificial yakni murni bahasa buatan. Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Matematika dan logika sebagai sarana berpikir deduktif mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedangkan matematika jauh lebih terperinci. Walaupun demikian, hukum matematika dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum logika.

b. Logika dan statistikaSecara etimologi, kata statistic berasal dari kata status (latin)-state (inggris)-Negara (Indonesia). Pada umumnya kata statistic berarti kumpulan bahan keterangan (data) baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif) yang mempunyai arti penting untuk suatu negara.Ditinjau dari segi etimlogi kata statistic mempunyai beberapa pengertian:-Sebagai kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.- Sebagai kegiatan perstatistikan.- Cara tertentu yang ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberi interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka.Logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif untuk mencari konsep yang berlaku umum.Peranan statistic dalam penellitian ilmiah dapat dikemukakan sebagai berikut:-Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak-memandu penelitian untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak-Menyajikan cara-cara peringkasan data kedalam bentuk yang brmakna lebih banyak dan lebih muda mengerjakannya.-memberi dasar-dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti tatacara yang diterima oleh ilmu.-memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui.-Memungkinkan peneliti untuk menganalisis menguraikan sebab akibat yang kompleks dan rumit, andaikan tanpa statistik, hal itu bakal menjadi pristiwa yang membingungkan dan tidak dapat diuraikan.

BAB IIIFILSAFAT ILMU

I. Pengertian Filsafat IlmuCabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu menganalisis ilmu pengetahuan dan cara-cara bagaimana pengetahuan ilmiah diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatiam filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), meta science (adi-ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai segenap pemikiran reflektif tentang persoalan-persoalan mengenai landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua :

1. Filsafat ilmu dalam arti luas, menampung permasalahan menyangkut hubungan dengan dunia luar dari kegiatan ilmiah, seperti :-implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah-tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu-konsekwensi pragmatic-etik penyelenggara ilmu, dan sebagainya.2. Filsafat ilmu dalam arti sempit, menampung permasalahan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu, yaitu sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakannya serta mencapai pengetahuan ilmiah.Untuk mendapat gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum tiga medan telaah yang mencakup dalam filsafat ilmu:1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang-lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu rasional juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan, antropologi, geologi, dan sebagainya. Dalam hubungan ini yang terutama sekali ditelaah adalah ihwal penalaran dan teorinya.2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai konsep dasar, wacana, dan postulat mengenai ilmu serta upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan. Aspek filsafat ini erat kaitannya dengan hal yang logis dan epistemologis. Jadi peran filsafat ilmu di sini berganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap anggaran dasar,seperti kuantitas, kualitas, waktu, ruang, dan hukum. Pada sisi yang lain filsafat ilmu mencakup studi mengenai keyakinan tertentu, seperti keyakinan mengenai dunia sana keyakinan mengenai keserupaan di dalam alam semesta. 3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beranekamacam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu (Hartono Kasmadi, dkk; 1990,hlm.17-18).

Tempat kedudukan filsafat di dalam lingkungan filsafat sebagai keseluruhan:

Being

KnowingAxiologi

(ada)OntologyMetafisika(tahu)EpistemologiLogika dan MetodologiFilsafat Ilmu

(nilai)EtikaEstetika

Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan peneyelidikan filsafat ilmu:1. Filsafat pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemology yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat pengetahuan manusia dan bentuk pengetahuan manusia.2. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan epistemologi. Ini berarti cara-cara mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat dalam kegiatan ilmu pada umumnya.Baik bidang pertama maupun kedua di atas dibahas dalam filsafat ilmu umum. Adapun dalam filsafat ilmu khusus membicarakan kategori dan metode yang digunakan dalam ilmu tertentu seperti kelompok ilmu alam, ilmu masyarakat, ilmu teknik, dan sebagainya. (Berling,1988).

II. Objek Filsafat Ilmu

1.Objek material filsafat Ilmu

Objek material filsafat ilmu adalah objek material yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.

2.Objek Formal filsafat ilmuObjek formal adalah sudut pandang dari mana subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian pada problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan bagi manusia? Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan otologis, epistemologis, dan psikologis.Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Aliran materialisme mengatakan bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Sedangkan aliran spiritualisme mengatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.Pengetahuan ilmu berdasarkan materialisme cendrung pada ilmu alam yang menganggab bidang ilmunya sebagai induk bagi pengembang ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern aliran ini disuarakan oleh positivisme.Sedangkan spiritualisme cendrung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggab bidang ilmunya sebagai wadah utama dan titik tolak pengembangan bidang ilmu-ilmu yang lain. Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang seorang ilmuwan terhadap realitas. Kalau realitas yang dimaksud adalah materi maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Sedangkan kalau realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh maka lebih terarah pada ilmu humaniora. Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur ilmiah dalam memperoleh kebenaran. Yang dibagi atas dua kelompok: siklus empiris untuk ilmu alam dan metode linier untuk ilmu social dan humaniora. Cara kerja siklus empiris meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimental (percobaan), verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesi yang diajukan sehingga melahirkan sebuah teori. Adapaun cara kerja metode linier meliputi langkah-langkah antara lain, penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepi) akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian. suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideology yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangakan.

III. Lingkup Filsafat Ilmu

Lingkup filsafat ilmu dari para filsuf dapat dijelaskan sebagaimana dikemukakan The Liang Gie (2000) sebagai berikut:

1. Pater AngelesFilsafat ilmu mempunyai empat bidang utama:a. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan dan metode ilmu, analisis, perluasan dan penyusunannya untuk memperoleh pengetehuan yang lebih cermat.b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu dan struktur penalarannya.c. Telaah mengenai saling kait di antara berbagai ilmu.d. Telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.2. A. Kornelius BenjaminFislsuf ini membagi pokok soal filsafat atas tiga bidang:a. Telaah mengenai metode ilmiah, lambang ilmiah dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan dan teori umum tentang tanda.b. Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan dan pangkal pendirian ilmu, landasan-landasan empiris, rasional atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika, karena mencakup telaah mengenai berbagai keyakinan terhadap dunia nyata, keragaman alam, dan rasionalitas dari proses alamiah.c. Aneka telaah mengenai saling kait di antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti misalnya idealisme, materialisme, monisme, atau pluralisme.3. Marx WartofskyMenurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi : a. Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmub. Persoaln-persoalan ontologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.4. Ernest Nagel Filsafat ilmu mencakup tiga bidang:a. Pola logis ditunjukan oleh penjelasan dalam ilmub. Pembuktian konsep ilmiah c. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah

IV. Problem-problem filsafat ilmu:

1. Apakan konsep dasar dari ilmu? Maksudnya, bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menjelaskan praanggapan-praanggapan dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagi setiap cabang ilmu. Dalam masalah ini filsafat ilmu tidak dapat lepas begitu saja dari cabang filsafat lainnya yang lebih utama yaitu epistemology atau filsafat pengetahuan dan metafisika.2. Apakah batas-batas dari ilmu. Artinya: langkah-langkah apa yang dilakukan suatu pengetahuan sehingga mencapai sifat keilmuan.3. Apakah batas-batas dari ilmu. Maksudnya, apakah setiap ilmu mempunyai kebenaran yang bersifat sangat universal ataukah ada norma-norma fundmental bagi kebenaran ilmu.

V. Manfaat belajar Filsafat Ilmu

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus kritis terhadap bidang ilmunya sendiri sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic, yakni menganggap hanya pendapat atau pikirannyalah yang paling benar.2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecendrungan yang terjadi di kalangan ilmuwan menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Suatu sikap yang diperlukan di sini adal menerapkan metode ilmiah sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya.3. Filsafat ilmu memberi pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

BAB IV ILMU PENGETAHUAN

I. Definisi Ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja sciere yang berarti mempelajari, mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian Ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh suatu pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.

Aktivitas

Ilmu

Metode Pengetahuan

Bagan di atas memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, yang dilaksanakan dengan metode tertentu untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang sistematis.Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt for find) atau pencarian (search). Oleh karena itu pencarian biasanya dilakukan berulang kali, sehingga dalam dunia ilmu dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. Metode yang perkaitan dengan pola prosedural meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survey, deduksi, induksi, analisis, dan lain-lain. Berkaitan dengan tata langkah meliputi penentuan masalah, perumusan hipotesis,pengumpulan data,perumusan kesimpulan dan pengujian hasil. Yang berkaitan dengan berbagai teknik meliputi daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan, pemanasan, dan lain-lain. Yang berkaitan dengan aneka alat, meliputi timbangan, meteran, perapian, komputer, dan lain-lain.

Menurut Bahm (dalam Koento Wibisono, 1997) definisi ilmu pengetahuan melibatkan enam komponen:a. Masalah (problem)Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukan bahwa suatu masalah bersifat scientific, yaitu communicapibility, the scientific attitude, scientific method. Communicspibility berarti masalah adalah sesuatu untuk dikomunikasikan. The scientific attitude paling tidak memenuhi karakteristik curiosity, speculativeness, willingness to suspend judgement, dan tentativty. The scientific method berarti masalah harus dapat diuji (testable).b. Sikap (attitude)Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain:Curiosity berarti adanya rasa ingin tahu tentang bagaiman sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain. Speculativeness, scientist: harus mempunyai usaha dan hasrat untuk mencoba memecahkan masalah melalui hipotesa-hipotesa yang diusulkan.Willingness to be objective, hasrat dan usaha untuk bersikap dan bertindak objektif merupakan hal yang penting bagi seorang scientist.Willingness to suspend judgement, ini berarti bahwa seorang scientist dituntut untuk betindak sabar dalam mengadakan observasi dan bersikap bijaksana berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan karena apa yang dikemukakan masih serba tentatif.c. Metode (method)Sifat scientific method berkaitan dengan hipotesi yang kemudian diuji. Esensi science terletak pada metodenya. Science sebagai teori merupakan sesuatu yang selalu berubah. Berkaitan dengan sifat metode scientific, para scientist tidak memiliki ide yang pasti yang dapat ditunjukan sesuatu yang absolut dan mutlak.d. Aktivitas (activity)Science adalah sesuatu lahan yang dikerjakan oleh para scientist melalui apa yang disebut scientific research, terdiri dari dua aspek yaitu individual dan social. Dari aspek individual science adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang. Adapun dari aspek social, science has become a vast institutional undertaking. Scientist menyuarakan kelompok orang-orang elite dan science merupakan suatu perjalanan yang tanpa akhir atau suatu usaha yang tanpa akkhir.e. Kesimpulan (conclutions)Science lebih sering dipahami sebagai a body of knowledge. Body dari ide-ide ini merupakan science itu sendiri. Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan pembenaran dari sikap, metode dan aktivitas.f. Pengaruh (effecs)Sebagian dari apa yang dihasilkan melalui science pada gilirannya memberi berbagai pengaruh. Pertimbangannya dibatasi oleh dua penekanan yaitu pertama, pengaruh ilmu terhadap ekologi, malalui apa yang disebut dengan applied science, dan kedua, pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat serta membudayakannya melalui berbagai macam nilai.

II: Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan.

Ciri pengetahuan ilmiah antara lain persoalan dalam ilmu itu mudah dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Memang ilmu muncul dari adanya problema dan harus dari satu problema, tetapi problema itu telah diketahuinya sebagai suatu persoalan yang tidak dapat diselesaikan dalam pengetahuan sehari-harinya.Di samping itu setiap ilmu dapat memecahkan masalah sehingga mencapai kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap jawaban dalam persoalan ilmu yang berupa kebenaran harus dapat diuji oleh orang lain. Pengujian baik berupa pembenaran maupun penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu harus dapat dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian keilmuan yang saksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan.Dengan menilik persoalan keilmuan, maka pada dasarnya masalah yang terkandung dalam ilmu harus merupakan suatu problema yang telah diketahuinya, kemudian ada suatu penelaahan dan penelitian agar dapat memperoleh kejelasan dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie mempunyai lima ciri pokok: 1. Empiris: pengetahuan itu diperoleh berdasarkan percobaan dan pengamatan.2. Sistematis: berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.3. Objektif: pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.4. Anslitis: pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok persoalan ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian itu.5. Verifikatif: dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Van Melsen (1985) mengemukakan delapan ciri yang menandai ilmu :1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) serta susunan logis.2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggungjawab ilmuwan.3. Bersifat universal4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.Muhammad Hatta, mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. Demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara ilmiah. Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan apabilah dipenuhi syarat-syarat berikut:1. Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya.2. Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa ilmu mencapai kebenaran yang objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa menggunakan metode yang rapi.3. Ilmu harus sistematik, ini berarti dalam memberikan pengalaman objeknya dipadukan secara harmonis sebagai satu kesatuan yang teratur.4. Ilmu bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus melainkan kebenaran yang berlaku umum.

III.Keragaman dan pengngelompokan ilmu pengetahuan

The Liang Gie membaginya dalam empat bentuk:

1. DeskripsiMerupakan kumpulan pernyataan bercorak deskriptif dengan memberikan bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-cabang ilmu khusus yang bercorak deskriptif seperti ilmu anatomi atau geografi.2. PreskripsiIni merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskreptif dengan memberikan petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaikanya dilakukan dalam hubungannya dengan objek. Bentuk ini dapat dijumpai dalam cabang-cabang ilmu social, misalnya ilmu pendidikan yang memuat petunjuk cara mengajar yang baik dalam kelas. Demikian pula dalam ilmu administrasi negara, dipaparkan misalnya azas, ukuran, dan berbagai ketentuan preskreptif lainnya tentang organisasi yang baik, managemen yang efektif, atau prosedur kerja yang efisien.3. Ekposisi polaBentuk ini merangkum pernyataan yang memaparkan pola, sifat, ciri, kecendrungan, atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah. Misalnya dalam antropologi dapat dipaparkan pola kebudayaan di berbagai suku bangsa atau dalam sosiologi dibeberkan pola perubahan masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan.4. Rekonstruksi historisBentuk ini merangkum pernyataan yang berusaha menggambarkan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan tentang sesuatu hal pada masa lampau secara ilmiah. Cabang ilmu khusus banyak mengandung pernyataan ini misalnya historiografi, ilmu purbakala dan paleontologi.

Berikut ini merupakan penggolongan ilmu-ilmu:

a. Ilmu formal dan ilmu nonformal atau ilmu formal/ilmu nonempirisNon-empiris tidak berarti bahwa empiris/pengalaman indrawi tidak mempunyai peran. Empiris/pengalam indrawi tentu saja selalu memainkan peranan karena dalam pengalaman manusiawi, unsur indrawi tidak mungkin dilepaskan dari unsur intelektual.Suatu ilmu disebut ilmu non empiris (formal) karena ilmu ini dalam seluruh kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Dua contoh ilmu formal/ilmu nonempiris, yaitu matematika dan filsafat.Sedangkan suatu ilmu disebut ilmu non formal/ilmu empiris karena memainkan peranan sentral/utama. Ilmu empiris dalam seluruh kegiatannya berusaha menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang konkret. Yang termasuk ilmu empiris/non formal adalah ilmu hayat, ilmu alam dan ilmu manusia.

b. Ilmu murni dan ilmu terapanIlmu teoritis adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Contoh: matematika dan fisika. Ilmu terapan praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk diaplikasikan/ diambil manfaatnya. Contoh: ilmu kedokteran, ekonomi, hukum, teknik, psikologi, sosiologi, administrasi dan ekologi.

c. Ilmu nomoteis dan idiografisNomoteis ilmu, yang termasuk ilmu ini adalah ilmu-ilmu alam. Objek pembahasannya adalah gejala-gejala alam yang dapat diulangi terus menerus serta kasus-kasus yang berhubungan dengan hukum alam. Ilmu idiografis, yang termasuk dalam ilmu ini adalah ilmu-ilmu budaya. Objek pembahasannya adalah objek yang bersifat individual, unik, yang hanya terjadi satu kali dan mencoba memahami objeknya menurut keunikannya. d. Ilmu deduktif dan induktif

1. Ilmu deduktifDisebut ilmu deduktif karena pemecahan persoalan tidak didasarkan atas pengalaman indrawi/empiris melainkan atas dasar deduksi/penjabaran. Deduksi adalah proses pemikiran di mana akal budi manusia menyimpulkan pengetahuan dari hal-hal yang umum dan abstrak kepada hal-hal yang khusus dan individual. Contoh ilmu deduktif adalah matematika.

2. Ilmu induktifDisebut ilmu induktif apabila penyelesaian masalah-masalah dalam ilmu didasarkan atas pengalaman indrawi/empiris. Yang termasuk dalam kelompok ilmu induktif adalah ilmu alam. Ilmu induktif bekerja selalu atas dasar induksi. Induksi adalah proses pemikiran dimana akalbudi manusia menyimpulkan pengetahuan dari hal-hal yang bersifat khusus dan individual kepada hal-hal yang bersifat umum dan abstrak.

3. Naturwissenschaften dan geisteswissenschaftenPembedaan antara natur dab geist dikemukakan oleh Wilhelm Dilthey berdasarkan pembedaan antara ilmu monotetis dan idiografis yang sudah digarap oleh Wilhelm Windelband.

Natur, adalah ilmu pengetahuan alam, dengan objek pembahasannya adalah benda/gejala alam. Geist adalah ilmu budaya dengan objek pembahasannya adalah produk-produk manusiawi.Ciri khas ilmu budaya: mempunyai metode sendiri yang tidak bisa diambil dari metode ilmu alam. Ilmu budaya mendekati objeknya dengan cara verstehen (mengerti/memahami). Ilmu alam mendekati objeknya dengan cara erklaren (menerangkan). Erklaren menjelaskan tentang sesuatu peristiwa berdasarkan penyebabnya atau berdasarkan suatu hukum umum yang berlaku di alam. Berbeda dengan benda-benda alam, produk-produk manusiawi hanya bisa didekati dengan menggunakan metode verstehen. Misalnya, suatu karya seni hanya bisa dipahami dalam zaman historisnya/kehidupan seniman yang bersangkutan. Jadi,verstehen menangkap makna produk manusiawi dan itu hanya bisa dilakukan dengan menempatkan dalam konteks tertentu.

Bebeparapa pandangan tentang klasivikasi ilmu pengetahuan menurut para filsuf.

Dalam buku filsafat ilmu karya Rizal Mustansyir dan Misnal Munir yang diterbitkan pustaka pelajar tahun 2001, mengklasifikasikan sebagai berikut :

a. The Liang GieThe Liang Gie membagi pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal yakni ragam pengetahuan dan jenis pengetahuan. Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagaian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Sifat atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat. Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada sifat dasar tersebut dan pengetauan teoretis akan memuaskan hasrat untuk mengetahui, sedangkan pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian The Liang Gie membagi ilmu menjadi dua bentuk yakni ilmu teoretis (theoretical science) dan ilmu praktis (practical science).Menurut The Liang Gie, ada enam jenis objek material pengetahuan ilmiah yakni, ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa social, dan proses tanda. Berdasarkan enam jenis pokok soal ini Liang Gie membagi ilmu menjadi tujuh jenis:-Ilmu matematis-Ilmu fisis-Ilmu biologis-Ilmu psikologis-Ilmu sosial-Ilmu linguistik-Ilmu interdisipliner

Konsep pembagian ilmu yang sistematis menurut Liang Gie sebagai berikut:

noJenis ilmu Ragam ilmu

Ilmu teoretisIlmu praktis

1 Ilmu matematis

AljabarGeometriAccountingstatistik

2Ilmu fisis

KimiaFisikaEngineringMetalurgi

3Ilmu BiologisBiologi molekulerBilogi selIlmu pertanianIlmu peternakan

4

Ilmu psikologisPsikologis ekperimental dan perkembanganPsikologi pendidikan dan perindustrian

5Ilmu sosial

AntropolgiEkonomiIlmu administrasiIlmu marketing

6Ilmu linguistik

Linguistik teoretisLinguistik perbandinganLinguistik terapanSeni terjemahan

7Ilmu interdisiplinerBiokimiaIlmu lingkunganFarmasiIlmu perencanaan kota

b. Cristian Wolff.

Wolff mengklasifikasikan pengetahuan atas tiga kelompok:1. Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita dapat menemukan sifat yang benar dari alam semesta. Semua yang ada di dunia ini terletak di luar pemikiran kita yang direfleksikan dalam proses berpikir rasional. Alam semesta merupakan suatu sistim rasional yang isinya dapat diketahui dengan menyusun cara deduksi dari hukum-hukum berpikir.2. Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni yaitu teologi rasinal yang berkaitan dengan pengetahuan jiwa dan kosmologi rasional yang terkait dengan kodrat dunia fisik. Filsafat praktis mencakup etika sebagai ilmu tetang tingkah laku manusia, politik atau ilmu pemerintahan, ekonomi sebagai bidang ilmu apa yang harus dilakukan seorang untuk mencapai kemakmuran.3. Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis merupakan produk metode berpikir deduktif. Ilmu-ilmu teoritis dijabarkan dari hukum yang tidak bertentangan yang menyatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat ada dan tidak ada dalam waktu yang bersamaan. Apa yang kita ketahui tentang dunia fisik ditentukan dari hukum yang menyatakan bahwa ada sesuatu alasan yang niscaya bagi keberadaan segala sesuatu.4. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum berpikir. Apa yang dikatakannya tentang moral dan religi adalah suatu koadrat yang abstrak dan formal. Etika dalam pandangannya tidak lebih dari seperangkat aturan yang kaku dan harus diikuti, sesuatu yang tidak terjawab yang hanya hadir dalam kasus tertentu. Agama diformalkan kedalam seperangkat kepercayaan tentang Tuhan dan jiwa manusia. Unsur-unsur emosi yang bermain secara normal masing-masing berperan penting di dalam wilayah pengalaman yang sangat minim.5. Jiwa manuia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan. Ketiga aspek jiwa manusia ini mempengaruhi pandangan Emanuel Kant tentang tiga kritik yang terkenal yaitu kritik atas ratio murni, kritik atas ratio praktis, dan kritik atas daya pentimbangan.

c. Aguste Comte

Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Aguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan, yang menunjukan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampak terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan Aguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupn sehari-hari. Urutan pengolongan ilmu pengetahuan menurut Aguste Comte sebagai berikut.a. Ilmu pasti (matematika)b. Ilmu perbintangan( astronomi)c. Ilmu alam(fisika)d. Ilmu kimiae. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)f. Fisika social (sosiologi)

d. Krl Raimun ProperProper mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat dikelompokan kedalam tiga dunia yaitu: dunia pertama adalah kenyataan fisis dunia, dunia kedua adalah kenyataaan dan kejadian psikis dalam diri manusia, dunia ketiga adalah segala hipotesa hukum dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara dunia 1 dan 2 serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama dan lain sebagainya. Menurut Proper, dunia tiga hanya ada selama dihayati, yaitu dalam karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, menbaca buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para seniman dan penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka.Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung mengendap dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni dan lain sebaganya.

e. Thomas S.KuhnKuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan komulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah pertama-tama menyentuh wilayah paradigma yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret. Menurut Khun, cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktifitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Di sini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah, para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang digunakan sebagai bimbingan atau arahan aktifitas ilmiahnya, dan ini dinamakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal.Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

f. Jurgen HabermasPandangan Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Ignas Kleden menunjukan pandangan Habermas tentang ada tiga kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi dan kekuasaan. Kerja dibimbing oleh kepentingan yang bersifat teknis. Interaksi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat praktis. Sedangkan kekuasaan dibimbinga oleh kepentingan yang bersifat emansipatoris. Ketiga kepentingan ini mempengaruhi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris analitis, ilmu historis hermeneutis, dan ilmu sosial kritis(ekonomi, sosiologi dan politik).

IV.Susunan ilmu pengetahuan

a. Langkah-langkah ilmu pengetahuan

Setiap penyelidikan ilmiah selalu diawali dengan suatu masalah dan berlangsung dalam tahap sebagai berikut:

1. Perumusan masalah.Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.2. Pengamatan dan pengumpulan data/observasiPenyelelidikan ilmiah dalam tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif dimana seluruh kegiatan diarahkan pada pengumpulan data dengan melalui pengamatan yang cermat sambil didukung oleh berbagai sarana yang canggih. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.3. Pengamatan dan klasifikasi dataDalam tahap ini ditekankan penyusunan fakta-fakta dalam kelompok menurut jenis tertentu, kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Kegiatan inilan yang disebut klasifikasi. Dengan klasifikasi, menganalisis, membandingkan dan membedakan data-data yang relevan.4. Perumusan pengetahuan (definisi)Dalam tahap ini, ilmuwan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif. Lewat analisis dan sintesis ilmuwan mengadakan generalisasi (kesimpulan umum). Generalisasi merupakan pengetahuan umum yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan umum/universal. Dari sinilah teori terbentuk.5. Tahap ramalan (prediksi)\Dalam tahap ini, deduksi memainkan peranan. Di sini dari teori yang sudah terbentuk, diturunkan hipotesis baru dan dari hipotesis ini, lewat deduksi pula, ilmuwan mulai menyusun implikasi-implikasi logis agar ia dapat mengadakan ramalan tentang gejala-gejala yang perlu diketahui atau yang masi terjadi. Deduksi ini selalu dirumuskan dalam bentuk silogisme.6. Pengujian kebenaran hipotesis (verifikasi)Dalam tahap ini dilakukan pengujian kebenaran hipotesis, artinya menguji kebenaran ramalan-ramalan melalui pengamatan atau observasi terhadap fakta yang sebenarnya atau percobaan-percobaan. Dalam hal ini keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung hipotesis, hipotesis itu harus dibongkar dan diganti dengan hipotesis lain dan seluruh kegiatan ilmiah harus dimulai lagi dari permulaan. Itu berarti data empiris merupakan penentu bagi benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian, langkah terakhir dari seluruh kegiatan ilmiah adalah pengujian kebenaran ilmiah dan itu artinya menguji konsekuensi yang telah dijabarkan secara deduktif.

b.Siklus Empiris

Sumber pengetahuan empiris berasal dari pengalaman. Program penyelidikan ilmiahnya terdiri dari lima tahap.a. Observasi. Pengamatan yang biasa. Ilmu empiris memperoleh bahan-bahan dari kenyataan empiris yang dapat diamati dengan pelbagai cara. Bahan itu disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi, didaftar,diklasifikasi secara ilmiah. Observasi dibedakan antara observasi sehari-hari dan observasi ilmiah. Observasi sehari-hari bersifat emosional, berkaitan dengan emosi pengamat, pengamatannya bersifat subjektif, sangat dipengaruhi oleh presepsi social, dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat pribadi, menguntungkan dirinya sendiri.Dalam observasi ilmiah emosi harus dikesampingkan bahkan unsur subjektif dihilangkan, hal-hal yang dikenal dan berpengaruh terhadap subjek dan variasi-variasi yang ada tidak diperhatikan, tidak ada kepentingan dirinya sendiri, dipakai sarana tertentu, ditingkatkan.

b. Induksi.Hal-hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudian disimpulkan kembali dalam pernyataan-pernyataan umum. Setelah diulang-ulang maka pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum.c. Deduksi.Matematika dan logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut oleh bahan-bahan empiris begitu bahan itu tercakup dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.d. Kajian (eksperimentasi)Berdasarkan atas sistem itu dapatlah dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus tertentu, yang kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi eksperimental atau bukan eksperimental. Dengan kajian eksperimental maka pernyataan yang telah dijabarkan secara deduktif mendapatkan verifikasi atau klarifikasi secara empiris.e. Evaluasi. Hasil-hasil kajian membawa kita kepada evaluasi, suatu teori yang disusun dengan menggunakan induksi dan deduksi.

c. Penjelasan dan ramalan.

a.Penjelasan.Penjelasan yang lazim desertai dengan pemahaman (verstehen) merupakan pelengkap dari permulaan dalam penelitian yang dicatat untuk disusun suatu hipotesis yang baik dan menarik.Adapun jenis penjelasan dalam pengetahuan ilmiah antara lain :-Penjelasan logis.Penjelasan dedukti: penjelasan ini terdiri atas serangkaian tindakan berpikir untuk menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat umum. Dengan demikian dalam penjelasan deduktif diperlukan adanya suatu pernyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai pangkal tolak atau dalil.Penjelasan induktif atau penjelasan kausal adalah penjelasan yang mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus tertentu untuk sampai pada hal-hal umum.-Penjelasan probalistik, apabila terdapat suatu pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara pasti yang biasa dikemukakan dengan mengajukan kata-kata mungkin, hampir pasti, atau boleh jadi. Penjelasan probalistik banyak dipergunakan dalam ilmu sosial, utamanya ilmu politik.-Penjelasan finalistic, dalah penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. Penjesalan semacam ini bersifat pragmatis, karena menerangkan sesuatu dari segi kegunaannya.-Penjelasan historic atau genetic. Penjelasan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Hal ini menuntut suatu jawaban tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang lampau.-Penjelasan fungsional. Adalah bentuk penjelasan yang hendak memberikan gambaran atas sesuatu dengan mengemukakan apa yang diselidiki dalam hubungan dengan tempat atau keadaan yang sedang diteliti secara keseluruhan sistem dunia objek itu berada.

b. Ramalan

-Ramalan menurut hukum. Bentuk ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak pada keajegan-keajegan. Keajegan diperlukan untuk memecahkan atau menghampiri suatu permasalahan yang hampir mirip, baik dalam ilmu sosial maupun ilmu alam, karena hukum adalah suatu keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan pada setiap keadaan atau persoalan.- Ramalan menurut struktur. Ramalan ini secara langsung mampu memperhitungkan keadaan di masa datang berdasarkan pada suatu kemajuan baik yang vertikal maupun yang horizontal, karena perubahan menurut struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.-Ramalam menurut proyeksi. Ramalan yang mempelajari kejadian terdahulu sehingga memperoleh suatu pernyataan berdasarkan kejadian itu. Ramalan proyeksi banyak dipergunakan dalam perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.-Ramalan menurut utopia. Ramalan yang terjadi berdasarkan pengetahuan teoretis yang sekarang dimiliki untuk mengetahui kejadian dan keadaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh dewasa ini ada penjelasan ruang angkasa. Hal ini sebelumnya hanya merupakan fantasi belaka, dan kebetulan sudah difilmkan. (Abbas Hamami,M; 1980.31-35).

BAB VPRINSIP-PRINSIP METODOLOGI

1. Pengertian

Metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Kata metode berasal dari kata Yunani : methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti,sesudah) dan kata benda hodos (jalan,perjalanan, cara,arah). Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.Pengertian metode berbeda dengan metodologi. Metoda adalah suatu cara, jalan, petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis, sihingga memiliki sifat yang praktis. Adapun metodologi disebut juga science of methods, adalah ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian sehingga metodologi penelitian membahas konsep teoritis tentang metode. Dapat pula dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah membahas tentang dasar-dasar ilmu dari metode penelitian, karena metodologi belum memiliki langkah-langkah praktis, adapun derivasinya adalah pada metode penelitian. Bagi ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum serta ilmu-ilmu kealaman, metodologi adalah dasar-dasar ilmu dari suatu metode, dasar dari langkah praktis penelitian. Jadi metode bisa dirumuskan sebagai suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin ilmu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode, aturan yang harus dipakai dalam kegiatan penelitian. Metodologi lebih bersifat umum sedangkan metode lebih bersifat khusus. Metodologi bersangkut paut dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai cara-cara, aturan dan patokan prosedur jalannya penyelidikan yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Adapun metode adalah cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematik menurut metodologi, agar tercapai suatu tujuan yaitu kebenaran ilmiah.

2. Unsur-unsur metodologi

Menurut Anton Bakker dan Acmad Charis Zubair metodologi memiliki unsur-unsur :a. InterpretasiArtinya menafsirkan, membuat tafsiran yang tidak bersifat subjektif (menurut selera penafsir) melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif untuk mencapai kebenaran yang autentik. Dengan interpretasi diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.b. Induksi dan deduksiMenurut Beerling, setiap ilmu selalu menggunakan metode deduksi dan induksi, berdasarkan pengertian siklus empiris. Siklus empiris melewati beberapa tahapan yakni observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi) dan evaluasi. Cara ini berlaku tidak secara berturut-turut melainkan sekaligus.

c. KoherensiUsaha memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukan semua unsur struktural yang konsisten sehingga benar-benar merupakan internal struktur atau internal telations. Walau mungkin terdapat oposisi di antaranya tetapi unsur itu tidak boleh bertentangan satu dengan yang lain. Dengan demikian akan terjadi satu lingkaran pemahaman yang hakiki menurut keseluruhannya dari satu pihak dan unsur-unsurnya di pihak lain.d. HolistisTinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. Objek dilihat berinteraksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat bila ada komunikasi dan korelasi dengan lingkungan. Objek(manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri dalam hubungan dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi dengan tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut totalisasi, semua dipandang dalam kesinambungnnya dengan totalitas.e. Kesinabugan historisDari perkembangannya, manusia adalah makluk historis, karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama dengan lingkungan zamannya. Maisng-masing orang bergumul dalam relasi dengan dunianya untuk membentuk nasib, sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka. Perkembangan pribadi itu dijalani dengan suatu proses kesinambungan. Rangkaian