dokter kerluarga

65
LAPORAN MODUL 5 BLOK XXI MANAJEMEN KESEHATAN KERJA 1 Disusun oleh : Kelompok III Fendy Saputra Fathul Rizkiansyah Hardin Setya Girindra W Lita Novia Anindyta Audie D.A Ria Afrianti Nur Aprillia R Dinar Wulan H Helty Shari R Chika Ahsanu A Tutor : dr. Riris Choiru, M.Kes.

description

kesehatan

Transcript of dokter kerluarga

Page 1: dokter kerluarga

LAPORAN MODUL 5 BLOK XXI

MANAJEMEN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2012

1

Disusun oleh : Kelompok III

Fendy Saputra

Fathul Rizkiansyah

Hardin

Setya Girindra W

Lita Novia

Anindyta Audie D.A

Ria Afrianti

Nur Aprillia R

Dinar Wulan H

Helty Shari R

Chika Ahsanu A

Tutor : dr. Riris Choiru, M.Kes.

Page 2: dokter kerluarga

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-

Nya lah laporan dengan tema “Manajemen Kesehatan Kerja” ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok

kecil (DKK) kami. Laporan ini secara garis besar berisikan tentang penjelasan mengenai kasus

pelayanan kesehatan kerja.

Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Riris Choiru, M.Kes, selaku tutor kelompok III yang telah membimbing kami dalam

melaksanakan diskusi kelompok kecil pada modul 5 ini mengenai “Manajemen Kesehatan

Kerja“.

2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami sehingga dapat

membantu dalam penyelesaian laporan hasil diskusi kelompok kecil ini.

3. Teman-teman kelompok III yang telah mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya

sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi

ini.

4. Teman-teman mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2009 khususnya

yang telah bersedia untuk sharing bersama mengenai materi yang kita bahas.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi

tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini.

Hormat Kami,

Penyusun

2

Page 3: dokter kerluarga

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Tujuan Modul................................................................................................. 1

Bab II. Isi

1. Terminologi Asing....................................................................................... 2

2. Identifikasi Masalah..................................................................................... 2

3. Brainstorming............................................................................................... 3

4. Skema........................................................................................................... 5

5. Learning Objective....................................................................................... 5

6. Belajar Mandiri............................................................................................. 5

7. Sintesis Hasil Belajar

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan.................................................................................................... 41

B. Saran............................................................................................................... 41

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 42

3

Page 4: dokter kerluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan

lingkungan kerja agar setia pekerja dapat pekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya

sendiri maupun masyarakat disekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal

.Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi bahaya yang dihadapi

tenaga kerja antara lain berupa kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan

lainnya seperti kelelahan dan ketidaknyamanan. Selain itu, tenaga kerja juga dapat menderita

penyakit dan gangguan kesehatan yang didapat dari lingkungan di luar tempat kerja sehingga

dapat diperberat atau memperberat penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Apabila

kondisi tersebut tidak diantisipasi maka kesehatan tenaga kerja sangat terganggu sehingga

produktifitas kerja akan menurun.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di atas dan meminimalkan dampak yang terjadi

apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan

lainnya, maka setiap perusahaan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan kerja.

B. Manfaat

Seperti yang sudah dijelaskan, dengan laporan ini kita diharapkan dapat menjelaskan

mengenai standart pelayanan kesehatan kerja, dokter perusahaan, mengenai pemeriksaan

kesehatan kerja, dan langkah deteksi penyakit akibat kerja (PAK).

4

Page 5: dokter kerluarga

BAB II

PEMBAHASAN

Step 1. Identifikasi Istilah Sulit

1. Fit & Unfit : Status kesehatan pekerja, meliputi keadaan kesehatan dan kebugaran untuk

kepentingan pekerjaan.

o Fit : kondisi bugar sehingga sesorang dapat terus bekerja.

o Unfit : kondisi tidak bugar sehingga seseorang perlu beberapa syarat/ rekomendasi untuk

tetap dapat bekerja.

2. Penyakit Akibat Kerja : Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat, bahan, lingkungan,

maupun proses pekerjaaan.

3. Pemeriksaan kesehatan kerja : Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja, meliputi pemeriksaan

awal ,berkala, dan rutin.

4. Klinik perusahaan : Tempat yang berada di perusahaan, berfungsi untukmemberi pelayanan

kesehatan kepada pekerja sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku, pelayanan yang

diberikan berupa preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

5. Dokter pemeriksa kesehatan : dokter yang ditunjuk oleh badan/perusahaan yang telah

memenuhi syarat seperti pelatihan khusus, mendapat sertifikat dll.

6. Kesehatan kerja : Layanan bagi bekerja, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi untuk

mencapai derajat kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya.

7. Manajemen Kesehatan Kerja : Suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memberikan

pelayanan kesehatan bagi pekerja dan meminimalisir kecelakaan untuk mencapai derajat

kesehatan pekerja yang setingi-tingginya dengan prinsip K3.

Step 2. Identifikasi Masalah

1. Apa setiap perusahaan mempunyai klinik dan apa fungsi dari klinik di perusahaan?

2. Apa syarat-syarat dan langkah pendirian klinik di suatu perusahaan?

3. Apa syarat bagi dokter yang melakukan pemeriksaan kesehatan di perusahaan?

4. Apa saja tugas dokter perusahaan dalam memberikan pelayanan kesehatan kerja?

5. Apa tujuan pemeriksaan kesehatan kerja? Dan apa yang membedakannya dari pemeriksaan

kesehatan biasa?

5

Page 6: dokter kerluarga

6. Bagaimana standar minimal pelayanan kesehatan kerja?

7. Apa saja yang termasuk dalam penyakit akibat kerja? Dan bagaimana langkah-langkah

diagnosisnya?

8. Apa indikator penetapan status “fit” atau “unfit” seseorang?

9. Bagaimana manajemen kesehatan kerja di suatu perusahaan seharusnya?

10. Apa isi dari pelatihan Hiperkes?

Step 3. Brainstorming

1. Fungsi dari klinik di perusahaan:

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja, juga meminimalisir kemungkinan

kecelakaan kerja.

b. Membantu menentukan kebijakan dalam bidang kesehatan kerja.

c. Memelihara produktivitas pekerja.

Idealnya perusahaan dengan jumlah pekerja:

a. < 100 pekerja, klinik dapat ikut dengan perusahaan lain

b. 100 – 200 pekerja dengan bahay tinggi, harus ada klinik dengan buka setiap 2 hari

c. 200 – 500 pekerja dengan bahaya rendah, harus ada klinik dengan buka tiap 3 hari sekali

d. > 500 pekerja, harus ada praktek tiap hari

2. Syarat pendirian klinik:

a. Tersedianya tempat (berada di tengah dan aksesnya mudah)

b. Perijinan dari perusahaan.

c. Mminimal ruangan 3X4, terdapat dokter, perawat, dan asisten perawat.

d. Terdapat peralatan untuk penanganan kasus kecelakaan kesehatan kerja.

Langkah : harus mendapat ijin dari dinas kesehatan kota dengan rekomendasi puskesmas

setempat.

3. Syarat dokter: memiliki surat ijin dari perusahaan dengan tembusan ke Dinkes dan

Disnakertans, surat ijin praktek dokter, sertifikat pelatihan khusus dokter kesehatan kerja.

4. Tugas dokter perusahaan:

a. Melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus.

b. Pengawasan tenaga kerja.

c. Pengawasan lingkungan kerja.

6

Page 7: dokter kerluarga

d. Pengawasan sanitasi perusahaan.

e. Pengawasan perlengkapan kerja.

f. Promotif dan preventif, serta pertolongan pertama kecelakaan kerja.

5. Yang membedakan keduanya adalah, pada pemeriksaan kesehatan kerja terdapat beberapa

jenis pemeriksaan: awal, berkala, dan khusus. Selain itu dalam mendiagnosis penyakit akibat

kerja, dokter harus mempertimbangkan resiko dari bahan di lingkungan sekitar tempat kerja.

6. Standar minimal :

a. Promotif -> pengetahuan dasar hidup sehat, penyuluhan, konsultasi kesehatan.

b. Preventif -> pengenalan resiko kerja, pengenalan penggunaan APD.

c. Kuratif -> pengobatan kecelakaan kerja.

d. Rehabilitatif -> evaluasi hasil kesimpulan pelayanan kesehatan kerja yang telah diberikan.

7. Penyakit yang diakibatkan oleh bahan pekerjaan, alat kerja, cara kerja, dan lingkungan kerja,

termasuk juga stres akibat kerja:

a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan : pneumonokniasis.

b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah akibat pekerjaan : Ca Bronkogenik.

c. Penyakit yang pekerjaan adalah salah satu penyebab diantara yang lain : bronkitis kronis.

d. Penyakit yang pekerjaan adalah faktor yang memperparah : Asthma.

8. Langkah-langkah dalam menentukan diagnosis:

a. Anamnesis

i. Riwayat penyakit karyawan.

ii. Lingkungan kerja.

iii. Jenis pekerjaan.

iv. Resiko penyakit akibat kerja.

b. Evaluasi

c. Penelusuran dokumen tenaga kerja.

d. Pemeriksaan (fisik, radiologi, lab).

9. Sesuai nomor 8. Status kesehatan pekerja:

a. Sehat dan siap kerja.

b. Sehat dengan catatan. Misal overweight.

c. Temporary unfit. Gangguan kesehatan namun masih dapat bekerja, tapi dengan batasan

dan perlu follow up.

7

Page 8: dokter kerluarga

d. Unfit. Kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk bekerja.

10. Factor yang mempengaruhi

a. Biologis

b. Fisik

c. Kimia

d. Psikososial

e. psikologis

Step 4. Skema

8

Manajemen Kesehatan Kerja

Kesehatan pekerja

Tenaga Kerja

Produktivitas kerjaResiko KerjaPekerjaan

dokter

Klinik

Page 9: dokter kerluarga

Step 5. Learning Objective

1. Klinik perusahaan ( peraturan, tata cara, fasilitas, syarat)

2. Dokter Perusahaan ( Syarat, Tugas Ruang Lingkup, diagnosis, standard pelayanan)

3. PAK

Step 6. Belajar Mandiri

Pada langkah ini mahasiswa diberi waktu untuk belajar mandiri, agar lebih paham dengan

materi yang akan dibahas serta mempersiapkan diri dalam diskusi kelompok kecil yang ke dua

( DKK II ) dan pleno nantinya.

Step 7. Sintesis Hasil Belajar

A. Pelayanan Kesehatan Kerja

Menurut Occupational Medical Practise Comitee dari AOMA (American Occupational

Medical Association), program minimal kesehatan kerja adalah :

Menaati semua perundang-undangan

Melakukan tindakan yang mampu menjamin semua operasi dan produk perusahaan

agar tidak membahayakan kesehatan tenaga kerja, consumen dan masyarakat umum

Mampu memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan bagi mereka yang kesehatannya

terganggu akibat pekerjaan, lingkungan kerja atau hasil produksi.

Program ini akan dijabarkan dalam dua komponen yakni :

1. Komponen Pokok yang meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara awal, berkala dan khusus

b. Diagnosis dan pengobatan penyakit atau kecelakaan akibat kerja, termasuk

rehabilitasinya.

c. Pertolongan pertama dan pengobatan kecelakaan yangf bukan akibat kerja

d. Pendidikan akan bahaya potensial akibat kerja

e. Program pemilihan dan penggunaan APD

f. Inspeksi berkala dan evaluasi lingkungan dan tempat kerja

g. Studi tentang toksikologi bahan kimia

h. Studi epidemiologi pengaruh lingku

i. ngan kerja

9

Page 10: dokter kerluarga

j. Imunisasi penyakit infeksi

k. Pencatatan medik kesehatan kerja

l. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi asuransi kesehatan

m. Berpartisipasi dalam penyusunan program kesehatan di perusahaan

n. Evaluasi efektivitas program kesehatan kerja

2. Komponen Pilihan

a. Penyediaan fasilitas kesehatan sederhana dan non okupasional. Fasilitas kesehatan

yang lebih canggih umumnya tidak termasuk dalam program kesehatan kerja,

kecuali bila memungkinkan

b. Pengobatan berulang dan non okupasional yang disediakan untuk mencegah masalah

yang berkaitan dengan kesehatan

c. Program konsultasi untuk mencegah masalah yang berkaitan dengan kesehatan

d. Pendidikan/pelatihan kesehatan

e. Pemantauan angka absen karena sakit

f. Imunisasi penyakit infeksi

g. Koordinasi dengan unit lain di dalam dan diluar perusahaan

B. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Dasar

1. Pengertian

1. Standar

Adalah dokumen yang menyatakan karakteristik suatu produk atau jasa yang harus

diikuti secara tahap asas untuk meningkatan mutu.

2. Pelayanan kesehatan kerja dasar

Adalah upaya pelayanan yang diberikan pada masyarakat pekerja secara minimal dan

paripurna (peningkatan kesehatan kerja pencegahan dan penyembuhan PAK & PAHK serta

pemulihan PAK & PAHK) oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar.

3. Institusi Pelayanan Kesehatan Kerja dasar

Suatu lembaga yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kerja dasar meliputi

: Pos UKK, Poliklinik Perusahaan dan Puskesmas termasuk Pustu.

4. Pos UKK

Suatu wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada ditempat kerja dan dikelola oleh

pekerja itu sendiri (kader) yang berkoordinasi dengan Puskesmas (sebagai pembina) dalam

10

Page 11: dokter kerluarga

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produk-tivitas

kerjanya. Dalam Pos pelayanan kesehatan kerja atau pada unit-unit satuan pelayanan yang

terdepan diharapkan ada Kelompok kader yang memiliki peran sebagai :

1) Pembina dan penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja.

2) Pelaksana pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) dan Gejala Penyakit (P3P).

3) Koordinator penyediaan fasilitas alat kesehatan kerja.

4) Koordinator kegiatan pencatatan dan pelaporan.

5. Poliklinik Perusahan/Klinik Yang Setara

PoliklInik Perusahaan ialah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama

bidang pelayanan kesehatan kerja minimal (Peningkatan, pencegahan, Pengobatan dan

pemulihan) yang diselenggarakan oleh perusahaan atau badan hukum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

6. Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Upaya pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas

dengan diagnosis dan deteksi dini serta pengobatan segera dan tepat. Prasarana dan sarana yang

dimiliki Puskesmas umumnya bersifat pelayanan dasar

Oleh sebab itu memiliki keterbatasan, khususnya dalam penilaian faktor risiko dan

penegakan diagnosa khusus yang memerlukan alat bantu khusus. Untuk itu perlu pelatihan

khusus bagi dokter dan penyediaan sarana.

2. Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar

a. Pemeriksaan dan seleksi kesehatan calon pekerja

b. Peningkatan mutu dan kondisi tempat kerja

c. Penyerasian kapasilitas kerja, beban kerja dan likungan kerja

d. Pemeliharaan Kesehatan , Konseling dan rehabilitasi medis.

e. Pembentukan dan pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan

kesehatan kerja

3. Institusi Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

1. Pos UKK

a. Kedudukan

11

Page 12: dokter kerluarga

Pos UKK diperlukan untuk mengadakan pelayanan kesehatan kerja di bawah binaan

Puskesmas yang ditujukan untuk kelompok masyarakat pekerja seperti buruh, petani, nelayan,

perajin, dan lain-lain. Pos UKK dapat dibentuk dimana terdapat kelompok masyarakat pekerja.

Sebagai standar 1 Pos UKK untuk 10-50 pekerja. Pos UKK diutamakan berada di lokasi

kelompok pekerja yang jauh dari Puskesmas. Untuk memberikan kemudahan/menolong pekerja

jika menderita penyakit ringan atau perlu pertolongan pertama pada kecelakaan atau pada gejala

penyakit ataupun pekerja yang sehat dapat juga memanfaatkan pelayanan kesehatan di Pos UKK

pada setiap hari disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

b. Fungsi

Melaksanakan komunikasi, informasi dan motivasi tentang kesehatan kerja. Mengadakan

pelayanan kesehatan kerja dasar terbatas. Melaksanakan kerjasama dengan sektor terkait sesuai

sifat dan lapangan pekerjaannya.

c. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja

d. Kompetensi Petugas Kesehan Kerja

12

Page 13: dokter kerluarga

e Peralatan

f. Prosedur Operasional

· Inventarisasi jenis usaha 1 tahun satu kali kecuali ada tambahan aktivitas baru.

· Penyuluhan/sarasehan 3 bulan sekali.

· P3K dan P3P sesuai dengan potensi risiko yang ada atau sesuai dengan jenis

pekerjaan.

· Pencatatan dan Pelaporan ke Puskesmas 3 bulan sekali/kecuali kecelakaan dan

kedaruratan atau KLB sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

2. Poliklinik Perusahaan/Klinik Yang Setara

a. Kedudukan

Secara struktural merupakan bagian dari perusahaan dan secara administratif

bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan serta secara fungsional bertanggung jawab

pada pimpinan perusahaan dan puskesmas.

b. Fungsi

· Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan keluarganya.

· Membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan –kebijakan dalam bidang

kesehatan kerja.

· Memelihara produktivitas pekerja.

c. Jenis Pelayanan Kesehatan kerja

13

Page 14: dokter kerluarga

d. Kompetensi Petugas Kesehatan Kerja

14

Page 15: dokter kerluarga

e. Peralatan

f. Prosedur Operasional

· Sosialisasi pelayanan kesehatan kerja

· Pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna:

Pemeriksaan prakarya ( pra employment )

- Jenis perusahaan

- Jenis Pekerjaan

- Apakah Calon Pekerja Cocok dengan pekerjaannya.

Penyuluhan

- Potensial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ).

- Bahaya yang dihadapi :

1.Pencegahan

15

Page 16: dokter kerluarga

2.P3K

3.Stadar Operasional Prosedus ( SOP )

Pemeriksaan kesehatan berkala ( 1 tahun sekali )

- Penyakit umum yang dominan di kalangan pekerja

- Penyakit spesifik potensial bahaya yang dihadapi

- Umur 35 tahun ke atas : dilakukan pemeriksaan cardio vascular (EKG)

Pemeriksaan kesehatan khusus

- Tergantung jenis dan besarnya bahaya risiko yang dihadapi

- Dilakukan setiap 6 bulan/1 tahun sekali bila usia muda.

Pelayanan kesehatan rutin

Survailans

- Penyakit umum yang dominan dikalangan pekerja

- PAK, PAHK dan KK

- Khusus

Pencegahan PAK, PAHK, penanganan dan analisis KK

Rehabilitasi medik dan kerja.

Pencatatan dan Pelaporan dilakukan 3 bulan sekali

Pelatihan P3K

Pelaporan PAK,PAHK dan KK disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

· Pemeriksaan Tempat Kerja :

Membuat perencanaan (rencana karja, menentukan peralatan, menyiapkan

personal/petugas, Waktu yang diperlukan, Jadual dan negosiasi).

1) Surat kepada direksi tentang rencana kerja (temui sendiri dan negasiasi).

2) Pelaksanaan Kegiatan.

3) Pelaporan awal termasuk pemetaan (mapping) berbagai bahaya/risiko.

4) Laporan dan rekomendasi akhir.

· Monitoring:

1) Walk Through survey 3 bulan sekali

2) Inspeksi dengan formulir inspeksi 6 bulan sekali ( isi formulir Inspeksi ada desainnya ).

3) Isian formulir dikirim kepada :

Kepada bagian yang bersangkutan

16

Page 17: dokter kerluarga

Atasan Kepala bagian

P2K3 Perusahaan

4) Dikerjakan bersama petugas perusahaan.

5) Bila ada perubahan proses produksi dilakukan penilaian atau pengkajian ulang

6) Limbah cair, padat, gas dan debu harus sesuai baku mutu lingkungan

3. Puskesmas

a. Fungsi

Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan kerja dasar mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai

berikut:

1) Fungsi pembinaan terhadap Pos UKK dan pembinaan administrasif

2) terhadap poliklinik perusahaan

3) Fungsi pelaksana pelayanan kesehatan kerja dasar

4) Fungsi peran serta masyarakat

b. Kedudukan

Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1) Bidang Organisasi

Puskesmas merupakan organisasi struktural dan kedudukan puskesmas

sebagai unit pelaksana Teknis Dinas.

2) Aspek Fungsional :

- Bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana

pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

- Bidang pelayanan medik. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan medik

dasar tingkat pertama yang secara teknis dapat berkoordinasi dan bekerja sama

dengan RSUD melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3) Dalam Sistem Kesehatan Nasional

Dalam Urutan tingkat pelayanan kesehatan Puskesmas berkedudukan

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

c. Program Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

Program pelayanan kesehatan kerja dasar Puskesmas merupakan wujud dari

pelaksanaan ketiga fungsi Puskesmas diatas Program tersebut antara lain :

17

Page 18: dokter kerluarga

1) Promosi kesehatan (Kesehatan pekerja dan lingkungan kerja)

2) Pencehan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan PAK, PAHK dan

3) KK dikalangan pekerja

4) Pemeriksaan Kesehatan (Sebelum kerja/berkala tahunan/khusus)

5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

6) Rehabilitasi medik akibat kecelakaan atau PAK & PAHK

7) Pembinaan dan pengawasan terhadap kondisi kerja dan tempat kerja.

8) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi (pemeriksaan kualitas air minum,

pemrtiksaan kualitas kebersihan makanan pekerja/kantin dan Sanitasi lingkungan)

9) Pembinaan dan pengawasan APD (penyuluhan dan pemilihan alat pelindungan diri)

10) Melaporkan secara berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota

11) Melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi ke Depnaker/trans

12) Memberikan umpan balik kepada perusahaan setiap kali menemukan kasus kesehatan

kerja

13) Koordinasi dengan lintas sektor terkait.

d. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja

18

Page 19: dokter kerluarga

e. Kompetensi Petugas Kesehatan Kerja

f. Peralatan

19

Page 20: dokter kerluarga

g. Prosedur Operasional

· Sosialisasi pelayanan kesehatan kerja

· Pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna:

Pemeriksaan prakarya ( pre employment )

- Jenis Perusahaan

- Jenis pekerjaan

- Calon pekerja cocok dengan pekerjaannya

Penyuluhan

- PHBS dan Norma sehat dalam bekerja ( Budaya K3 )

- Potensi bahaya /risiko yang dihadapi :

1) Pencegahan

2) P3K

3) Standar Operasional Prosedur ( SOP )

Pemeriksaan kesehatan berkala ( 1 Tahun sekali )

-Penyakit Umum yang dominan dikalangan pekerja Penyakit spesifik potensi bahaya /

risiko yang dihadapi

- Umur 35 Tahun keatas : dilakukan pemeriksaan cardio vascular (EKG )

Pemeriksaan kesehatan khusus

- Tergantung jenis dan besarnya risiko yang dihadapi

- Dilakukan setiap 6 bulan/1 tahun sekali bila usia muda

Pelayanan Kesehatan rutin

Survailans

- Penyakit Umum yang dominan dikalangan pekerja

- PAK , PAHK, dan KK

- Khusus

Pencegahan PAK, PAHK, penanganan dan analisis KK

Rehabilitasi medik dan kerja

Pencatatan dan pelaporan dilakukan 3 bulan sekali

Pelatihan P3K dan Pembinaan kader

Pembinaan Pos UKK dan Poliklinik Perusahaan

20

Page 21: dokter kerluarga

Pelaporan PAK,PAHK,dan KK disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

f. Kegiatan penatalaksanaan PAK dan PAHK

1) Pemeriksaan fisik diagnostik

2) Pemeriksaan Laboratorium (yang dimiliki maupun rujukan) dengan mengarah pada

penyebab dari pekerjaannya

3) Mendapatkan riwayat pekerjaan beserta proses kerja dan pajanan yang dialami ditempat

kerja

4) Penilaian faktor risiko terkait dari tempat kerja

5) Mengambil kesimpulan (yang berhubungan dengan pekerjaan)

6) Mengobati sendiri bila mampu

7) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu (baik rujukan diagnostik, rujukan

pengobatan/rehabilitasi maupun rujukan lainnya)

8) Setelah dinyatakan sembuh klinis dilakukan evaluasi tingkat kecacatannya

9) Memberi rekomendasi untuk tempat kerja/ pekerja

i. Kegiatan penatalaksanaan kasus KK

1) Layanan P3K dan diagnostik antara lain kecelakaan kerja

2) Melakukan upaya rujukan atau konsultasi

3) Setelah sembuh klinis dilakukan evaluasi tingkat kecacatannya dan rehabilitasi jika

diperlukan

4) Mencatat dan mendokumentasikan perjalanan penderita akibat kecelakaan kerja men urut

tempat waktu dan orang serta melaporkan sesuai dengan tatalaksana pelaporan jamsostek

j. Melakukan upaya rujukan kesehatan kerja

PEMERIKSAAN KESEHATAN KERJA (MEDICAL CHECK UP)

Tujuan

1. Terselenggaranya Medical Check Up sesuai dengan pekerjaan dan sesuai dengan jadwal

yang ditetapkan

2. Terkumpulnya data dasar kesehatan karyawan

3. Terpenuhinya peraturan perundangan yang berlaku

Ruang lingkup

21

Page 22: dokter kerluarga

Pemeriksaan Kesehatan berkala,Pemeriksaan Pra kerja,Pemeriksaan Khusus (mutasi),

Pemeriksaan Purna Karya,Pengumpulan data karyawan, hasil pemeriksaan lingkungan,

pemilihan provider, penentuan item pemeriksaan, laporan individu dan executive summary.

Tanggung Jawab

1. Departemen HRD

2. Dokter Perusahaan

3. Depertemen HSE

Rujukan

1. No. : Per.02/Men/1980 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan

keselamatan kerja

2. No. : Per.03/Men/1982 Pelayanan kesehatan kerja

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kepts. 333/men/1989 dan

Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 1993

4. Klausul OHSAS tentang Monitoring

Istilah

1) Provider

Penyedia jasa laboratorium atau fasilitas lain untuk Pemeriksaan Kesehatan Berkala

2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Evaluasi kesehatan berkala karyawan berdasarkan kurun waktu tertentu yang telah

dilakukan atau berdasarkan pertimbangan resiko pekerjaan

3) Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Evaluasi kesehatan pada karyawan baru sesuai dengan persyaratan pekerjaan,lingkungan

tempat kerja dan kesehatannya.

4) Pemeriksaan Kesehatan Khusus (mutasi)

Evaluasi kesehatan pada karyawan jika pindah departemen atau bagian dari pekerjaan

tertentu ke bagian lain yang berbeda persyaratan pekerjaan,lingkungan tempat kerja dan

kesehatan.

5) Pemeriksaan Purna karya

Evaluasi kesehatan pada karyawan jika berhenti/pensiun atau PHK untuk memastikan

kondidi kesehatan terakhir saat keluar dari pekerjaan diperusahaan.

22

Page 23: dokter kerluarga

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Urutan Aktifitas Pemeriksaan Kesehatan Berkala :

1) Menentuan Jadwal MCU sesuai jadwal MCU yang telah ditentukan oleh kebijakan

perusahaan melalui Rapat HSE dan HR dengan penanggung jawab HR manager dan di

validasi dengan Notulen dan daftar yang hadir telah di tandatangani

2) Menentukan Jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai

dengan bahaya potensial tiap departemen telah di identifikasi (heatlh risk

assesment),umur dan jenis kelamin rincian ada dalam lampiran) dengan cara analisa data

oleh dokter perusahaan dan hasil analisa berbentuk laporan.

3) Menentukan jumlah populasi yang akan diperiksa sesuai dengan bahaya potensial dan

jenis pemeriksaan dari data karyawan per departemen dan line telah dengan cara analisa

data hasil analisa berbentuk laporan.

4) Penyampaian penawaran MCU kepada provider dengan surat penawaran email atau fax

oleh Departemen HR dan provider menjawab dalam bentuk proposal.Melalui rapat HR

serta dokter perusahaan penyeleksian provider dilakukan dengan cara dan syarat semua

provider telah menyerahkan proposal sampai batas waktu yang telah ditentukan dengan

kriteria sebagai berikut (lampiran):

a. Kesanggupan pelaksanaan on site

b. Menyerahkan bukti kalibrasi alat

c. Menyerahkan bukti perijinan,sertifikat dan kompetensi petugas

d. Penyerahan laporan maksimal 8 hari

e. Bentuk laporan dalam soft copy dan hard copy dengan format yang telah

ditentukan

f. Laporan individu dalam bentuk map tertutup

g. laporan populasi dengan grafik dan keterangan 2 minggu setelah seluruh

pemeriksaan selesai.

h. provider punya prosedur pengelolaan limbah

Validasi provider jika seluruh persyaratan dipenuhi

5) Menentukan provider lolos seleksi yang memenuhi semua kriteria dengan harga bersaing

melalui rapat HR serta dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani.

23

Page 24: dokter kerluarga

6) Menetapkan waktu,teknis pelaksanaan lapangan dengan provider jika data jumlah

karyawan perdepartemen telah di tetapkan melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan

notulen telah ditandatangani.

7) Sosialisasi dan pengaturan alur periksa perdepartemen melalui rapat HR dan dokter

perusahaan dan notulen telah ditandatangani.

8) Melaksanaan MCU dengan pemantauan HR dan dokter perusahaan dengan membuat

daftar hadir Pelaksana MCU dan Karyawan.

9) Menerima laporan dari provider ,data hasil MCU berbentuk laporan telah sesuai dengan

format yang ditentukan dan tepat waktu seperti yang telah disepakati dengan mencakup :

a. Waktu pemeriksaan

b. NIK

c. Nama

d. Jenis pemeriksaan

e. Hasil pemeriksaan

f. Keterangan normal atau tidak

g. Dalam bentuk hard copy dan softcopy (Excel)

10) Menyusun laporan medis hasil MCU jika seluruh data hasil MCU dari provider telah

diterima dengan cara analisa dan pembuatan laporan komputer oleh dokter perusahaan.

11) Summary report di buat 2 minggu kemudian setelah selesai secara keseluruhan sebagai

laporan populasi

12) Menerima Laporan Individu sesuai dengan format yang ditentukan dan dialamatkan

kepada Dokter

Perusahaan dengan Kesimpulan Status Kesehatan sebagai berikut :

a. Status Kesehatan Baik

b. Status Kesehatan cukup dengan kelainan yang dapat di pulihkan/tidak menganggu

c. Status Kesehatan terbatas untuk pekerjaan tertentu

d. Status Kesehatan Kurang baik dan tidak aman untuk semua pekerjaan

Seluruh hasil diserahkan dengan tanda terima di departemen HR.

13) Membagikan Laporan Individu kepada karyawan menyimpan copy nya di Poliklinik

dengan syarat semua berkas telah di terima lengkap jika tidak lengkap atau kurang/salah

24

Page 25: dokter kerluarga

pemeriksaan maka harus dikembalikan ke provider untuk di perbaiki atau periksa ulang.

Semua laporan telah ditanda tangani dokter pemeriksa

Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

1) Dokter perusahaan menerima data calon karyawan yang ada di Dept. HRD beserta

dengan spesifikasi pekerjaannya.

2) Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi.

3) Menentukan jadwal pemeriksaan Pra Kerja sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk

pemeriksaan fisik.

4) Melaksanakan Pemeriksaan Pra Kerja untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan

penunjang lainnya dan provider telah dipilih.

5) Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan hasil

sesuai dengan standar dan telah ditanda tangani oleh dokter pemeriksa, jika ada kesalahan

pemeriksaan maka akan diulang. Peninjauan oleh dokter perusahaan.

6) Dokter perusahaan menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan

Fisik secara komprehensip dan mengeluarkan rekomendasi:

a. Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan

ini.

b. Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di

tuju pada perusahaan ini.

c. Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dituju pada

perusahaan ini.

d. Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di

perusahaan ini.

e. Ditanda tangani oleh Dokter perusahaan dengan rekomendasi bilamana perlu.

7) Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer dengan validasi terinput sesuai form.

8) Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut dengan bukti penyerahan.

Pemeriksaan Kesehatan Khusus (Mutasi)

1) Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

25

Page 26: dokter kerluarga

2) Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan dimutasi/dipindahkan dari

Dept. HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya dengan syarat data karyawan sesuai

dengan data terkini dan daftar Nama telah ditanda tangani oleh Manajer HRD.

3) Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi

4) Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk

Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

5) Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik

6) Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer

7) Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara

komprehensip dan mengeluarkan rekomendasi:

a. Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan

ini

b. Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di

tuju pada perusahaan ini.

c. Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada

perusahaan ini.

d. Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di

perusahaan ini.

8) Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer

9) Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut

Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya/Mengundurkan diri/PHK.

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya

1. Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan purna kaya dari Dept. HRD

beserta dengan spesifikasi pekerjaannya

2. Mengidentifkasi status kesehatan bagi pekerja purna karya pada lingkungan produksi

3. Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk

Pemeriksaan Fisik

4. Menentukan jadwal pemeriksaan untuk Laboratorium dan Foto X-Ray.

5. Melaksanakan Pemeriksaan untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang dan

biologi monitoring jika perlu.

26

Page 27: dokter kerluarga

6. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan

menganalisa dengan identifikasi hazard ditempat kerja,riwayat penyakit dan data lain

yang dianggap perlu.

7. Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer

8. Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara

komprehensif dan mengeluarkan rekomendasi:

a. Kondisi kesehatan baik

b. Kelainan /gangguan kesehatan sementara tidak berhubungan dengan pekerjaan

c. Kelainan/gangguan kesehatan akibat kecelakaan kerja

d. Kelainan/gangguan kesehatan akibat kecelakaan non kerja

e. Menderita enyakit akibat Kerja

9. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer

10. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut

Kesimpulan Pemeriksaan Kesehatan Kerja

Langkah-langkah menentukan status kesehatan (fit – unfit) untuk digunakan dalam penentuan

kelayakan kerja / kebutuhan asuransi kesehatan.

1) Lakukan pemeriksaaan fisik terhadap calon /karyawan dan calon / peserta asuransi

2) Setelah anda melakukan pemeriksaan fisik anda akan mendapat hasil pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien tsb sesuai dengan kebutuhan / factor

risiko pekerjaan / paket pemeriksaan yang dilakukan

3) Bacalah dengan teliti hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dilakukan,

verifikasi data (samakan data hasil pemeriksaan fisik anda dengan print out

laboratorium / penunjang)

4) Buat kesimpulan REVIEW sesuai dengan temuan yang ada : diagnosis saja atau temuan

saja. JANGAN DITULIS “PAK” seperti NIHL, Pneumokoniosis, dll

5) Buatlah saran sesuai kondisi kesehatan pasien

6) Tentukan status kesehatan (fit – unfit)

Kesiapan Kerja

a. Sehat untuk bekerja

27

Page 28: dokter kerluarga

Karyawan memenuhi persyaratan kesehatan untuk kerja.

Pada perusahaan atau pekerjaan tertentu mensyaratkan karyawan harus dalam keadaan

sehat

Pemeriksaan Fisik, laboratorium, dan penunjang normal

Namun secara umum berlaku ketentuan berikut; mungkin ditemukan gangguan kesehatan

ringan, tetapi tidak memerlukan follow up / perawatan oleh dokter (misal : alergi

makanan, penyakit kulit ringan, maag, dll)

Pemeriksaan fisik mungkin ditemukan prehipertensi, laboratorium kolesterol

boleh batas tinggi, tetapi laboratorium lain dalam batas normal

IMT mungkin Overweight, tetapi hasil pemeriksaan fisik dan lab secara umum

sehat

Mungkin ditemukan kelainan hasil pemeriksaan gigi : disarankan berkonsultasi

dengan dokter gigi

Gangguan visus jauh di bawah / sama dengan skala 6/10

Hasil rontgen mungkin ditemukan bekas TB lama, tenang

Kelainan kulit : terbatas, tunggal, (panu lokal, bukan seluruh tubuh) tidak

mengganggu pergerakan (sikatriks bekas luka bakar yang mengganggu gerakan)

Calon karyawan masih harus memenuhi persyaratan kerja khusus sesuai dengan

penempatannya (misalnya : tinggi badan minimum 165 cm untuk operator, tidak buta

warna untuk mekanik, dll)

b) Sehat untuk bekerja dengan catatan

a. Secara umum dalam kondisi sehat tetapi memiliki cacat tubuh / keterbatasan fungsional

buta warna,

buta salah satu mata / keduanya,

kelemahan / cacat anggota badan akibat sakit / cedera / bawaan

paru restriksi ringan – sedang

tuli ringan – sedang

gangguan visus jauh di atas skala 6/10

Gangguan visus dekat di atas skala 40

dll

28

Page 29: dokter kerluarga

b. Yang bersangkutan tetap layak untuk pekerjaan tertentu selama cacat / keterbatasannya

tidak menghalangi produktivitas dan keselamatan.

c. Pada perusahaan / pekerjaan tertentu mensyaratkan hasil laboratorium / penunjang

karyawan boleh 2 organ tidak normal (hati, jantung, ginjal, paru, hati, pancreas, dll)

Contoh batasan pekerjaan terkait kondisi fisik :

Seorang dengan buta satu mata harus dinyatakan unfit untuk pekerjaan yang

membutuhkan persepsi mata yang baik (driver, pilot, pekerja kilang / offshore, pekerjaan

yang membutuhkan keahlian memanjat / meloncat).

Seorang dengan buta warna harus dinyatakan unfit untuk pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan membedakan warna (pilot, pemadam kebakaran, teknisi kelistrikan, teknisi

laboratorium, teknisi elektronik, operator panel)

Disaran kadang cukup ditulis tidak cocok untuk tipe pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan membedakan warna

c) Temporary unfit

Ditemukan Gangguan kesehatan yang bersifat akut baik saat pemeriksaan fisik,

laboratorium maupun penunjang yang memerlukan follow up / pengobatan oleh dokter

(HT, DM, kolesterol, hepatitis, jantung, dll)

Hipotensi / hipertensi < 90 / > 140

Gula Darah Sewaktu > 200 mg/dl

Lebih dari 2 organ yang terlibat (hati, jantung, ginjal, paru, hati, pancreas dll)

Ulkus Varicosum

Kontraktur kulit – otot dan syaraf terputus

EKG : bradikardi, takikardi, aritmia, iskemik, review dengan keluhan saat MCU

Lab Kreatinin ≥ 1,2 U/l

Foto Rontgen : TBC – laboratorium → LED meningkat, limfosit meningkat

Fungsi Hati : SGOT/SGPT > 2 kali

Follow up dilakukan oleh dokter perusahaan /dokter spesialis konsulen /rumah sakit

rujukan

29

Page 30: dokter kerluarga

Karyawan tetap dapat melaksanakan pekerjaannya selama /setelah masa perawatan

(kecuali jika dokter merawat memberikan rekomendasi khusus / istirahat / kerja ringan,

yang dibuktikan secara tertulis

Status fit / unfit ditentukan oleh dokter perusahaan, dengan mempertimbangkan seluruh

catatan medis karyawan

Temporary unfit adalah status kesehatan yang bersifat sementara. Status finalnya

tergantung hasil folllow up dokter. Status final dapat "FIT" jika proses pengobatan

terlaksana dengan baik atau "UNFIT" jika pengobatan gagal / tidak dilakukan.

Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan dengan pengobatan : TBC,

pneumonia, gangguan hati dan ginjal akut.

Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan dengan operasi : hernia

d) Unfit

Memiliki masalah kesehatan serius yang memerlukan tindakan medis tertentu. Dengan

demikian kondisi kesehatan / calon karyawan tersebut tidak sesuai untuk semua

pekerjaan.

Pada beberapa perusahaan / pekerjaan mensyaratkan tensi tidak boleh lebih > 160

Penyakit mental dan fisik yang kronis biasanya ditetapkan sebagai unfit kecuali terbukti

kondisinya dapat disembuhkan.

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,

proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit

yang artifisial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab

lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

30

Page 31: dokter kerluarga

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya

asma.

FAKTOR PENYEBAB

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan

dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu

per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi,

vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang

terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur.

4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja.

5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu

pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya

secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

1. Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-

fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu

penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah

penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk

dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan

anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara

khronologis

b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

c. Bahan yang diproduksi

31

Page 32: dokter kerluarga

d. Materi (bahan baku) yang digunakan

e. Jumlah pajanannya

f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

g. Pola waktu terjadinya gejala

h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan

sebagainya)

3. Mentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa

pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak

ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat

ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung

perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan

penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan

penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan

yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan

membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis

penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat

mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa

sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan

(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan

yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita

mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun

demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab

di tempat kerja.

32

Page 33: dokter kerluarga

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan

informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan

sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-

kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu

dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai

penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan

tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada

atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi

pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat

Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik

dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan)

dan data epidemiologis.

Secara hukum Penyakit Akibat Kerja ada dalam Kepres RI No. 22 tahun 1993 tentang

penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Pasal 1. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja

Penyakit itu terdiri atas :

1. Pneumokoniosis (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) & silikotbc.

2. Penyakit paru karena debu logam keras

3. Penyakit paru karena debu kapas, vlas, henep & sisal (bissinosis)

4. Asma akibat kerja

5. Alveolitis alergika karena debu organic

6. Penyakit karena berilium atau senyawanya

7. Penyakit karena kadmium atau senyawanya

8. Penyakit karena fosfor atau senyawanya

9. Penyakit karena krom atau senyawanya

10. Penyakit karena Mn atau senyawannya

11. Penyakit karena As atau senyawanya

33

Page 34: dokter kerluarga

12. Penyakit karena Hg atau senyawanya

13. Penyakit karena Pb atau senyawanya

14. Penyakit karena F atau senyawanya

15. Penyakit karena CS2

16. Penyakit karena Halogen dari senyawa alifatik atau aromatic

17. Penyakit karena benzena atau homolognya

18. Penyakit karena nitro dan amina dari benzena atau homolognya

19. Penyakit karena nitrogliserin atau ester asam nitrat

20. Penyakit karena alkohol, glikol atau keton

21. Penyakit karena gas/uap penyebab asfiksia atau keracunan CO, HCN, HS2 atau derivatnya,

NH3, Zn, braso dan Ni.

22. Kelainan pendengaran karena kebisingan

23. Kelainan karena getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah

tepi atau saraf tepi)

24. Penyakit karena udara bertekanan lebih

25. Penyakit karena radiasi elektromagnetik dan radiasi pengion

26. Penyakit kulit karena penyebab fisik, kimia, atau biologi

27. Penyakit kulit epitelioma primer karena pit, bitumen, minyak mineral, antrasena atau

senyawanya, produk atau residu zat tsb.

28. Kanker paru atau mesotelioma karena asbes

29. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit pada pekerja berisiko kontaminasi khusus

30. Penyakit karena suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi

31. Penyakit karena bahan kimia lain termasuk bahan obat.

Apabila acuan yang digunakan semata-mata hanya pada daftar penyakit, menentukan

enyakit akibat kerja terlihat mudah dan sepenuhnya tergantung pada diagnosis dokter, akan tetapi

sering terdapat berbagai hal yang merupakan kendala seperti:

1. Kesulitan dalam diagnosis penyakit akibat kerja. Kekurang mampuan dan kesulitan

menentukan apakah suatu penyakit merupakan penyakit akibat kerja atau bukan sering

dihadapi oeh seorang dokter, sehingga pelaporan penyakit akibat kerja sangat sedikit. Hal

tersebut sering digambarkan sebagai “ice berg phenomen” berupa:

34

Page 35: dokter kerluarga

Oleh karenanya ‘keahlian’ atau ‘expertise’ khusus perlu dimiliki oleh dokter, disamping

perlunya kerjasama dengan berbagai keahlian lain.

2. Data pendukung diagnosis penyakit akbat kerja kurang, terutama hasil pengujian

kingkungan kerja dan pemantauan biologic. Pengujian lingkungan kerja umumnya tidak

dimiliki oleh tiap perusahaan, padahal data yang diperoleh akan membantu penilaian

tingkat pemaparan pada pekerja dan sekaligus juga menentukan langkah pengendalian

selanjutnya, yakni dengan membandingkan hasil pengujian dengan NAB (Niali Ambang

Batas) atau norma/standar lain yang beraku. Demikian juga pemantauan biologic yang

dilakukan khususnya pada pekerjaan dengan bahan kimia, serta pemeriksaan spesifik

lainnya seperti pengujian audiometric, spirometri, rontgen photo dan sebagainya akan

sangat berperanan dalam menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat suatu

penyakit.

3. Adanya beberapa cirri khusus penyakit akibat kerja yang sering kali merupakan kendala

dalam diagnosis seperti misalnya: timbulnya penyakit akibat kerja memerlukan jangka

35

Tidak dilaporkan

Dilaporkan Penyakit yang ada

kaitan dengan pekerjaanAda upaya medik,

hubungan sebab akibat tidak jelas

Ada gejala, penelitian lebih lanjut tidak dilakukan

Ada potensi bahaya, faktor risiko dan pemaparan, gejala penyakit tidak ada

Page 36: dokter kerluarga

waktu yang lama, dan seperti telah disebutkan di atas penyakit kerja akibat kerja

sulit/tidak dapat disembuhkan atau diobati. Obat atau alat bantu yang diberikan oleh

dokter hanya untuk mengurangi keluhan atau gejala yang ada, atau sekedar member

penawar agar penyakit tidak berlanjut. Hasil pembacaan pemeriksaan medic lainnya

seringkali juga menunjukkan adanya tanda yang spesifik misalnya pada analisis

audiogram berupa penurunan tajam pada frekuensi 4000Hz, hasil foto thorax dengan

tanda khas untuk pneumoconiosis, nilai indeks biologic yang lebih besar atau sebagainya.

Pendapat atau persepsi salah yang masih sering terjadi, yang kemungkinan disebabkan oleh

kurangnya pemahaman terhadap penyakit akibat kerja, sebagai contoh: setiap penyakit atau

gangguan kesehatan yang timbul pada saat bekerja dianggap sebagai penyakit akibat kerja atau

dikaitkan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja missal muntah darah atau betuk darah karena

menghirup bahan kimia, ingsan karena bekerja di tempat panas, hernia karena mengangkat

beban, stroke Karen aterjatuh, yang ternyata disebabkan oleh factor “non occupational” dan

merupakan penyakit yang tergolong “work related”. Sebaliknya pula terdapat pendapat yang

seolah-olah mengabaikan kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja.

DOKTER PERUSAHAAN

Dokter Perusahaan adalah dokter yang ditunjuk oleh perusahaan, dengan berbagai tugas

sebagai dokter perusahaan. Yang terpenting adalah memberikan pertolongan pertama pada

kecelakaan sesuai dengan amanah UU No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja. Tugas lainnya jika

terkait dengan pelaksanaan SMK3 antara lain adalah melakukan penilaian risiko, health

surveillance, medical emergency response plan, pelatihan pekerja, promosi kesehatan kerja,

diagnosis penyakit akibat kerja dan membuat catatan medik.

Namun Jika ditanya secara rinci apa saja yang menjadi tugas, wewenang dan fungsi seoramg

dokter perusahaan? Menurut konvensi International Labour Organization (ILO) tugas,

wewenang dan fungsi dokter perusahaan adalah Counselling; Hygiene; Administration;

Reasearch; Advocacy; Collaboration; Treatment Education; Rehabilitation; Safety; Medical

Examination.

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menakertrans No.03/Men/1982 disebutkan

ketentuan tentang kewajiban perusahaan menyediakan dokter sesuai dengan jumlah tenaga kerja

(TK) :

36

Page 37: dokter kerluarga

TK > 500 orang : harus memiliki sebuah poliklinik, dan ada dokter yang praktik tiap hari

TK 200 – 500 orang dgn tingkat bahaya rendah : harus memiliki sebuah poliklinik, yang

buka tiap hari dengan dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 2 hari sekali

TK 200 – 500 orang dgn tingkat bahaya tinggi : harus memiliki sebuah poliklinik, dengan

dikepalai oleh seorang dokter yang praktik tiap hari

TK 100 – 200 orang dgn tingkat bahaya rendah : harus memiliki sebuah poliklinik yang

buka tiap hari dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 3 hari sekali

TK 100 – 200 orang dgn tingkat bahaya tinggi : harus memiliki sebuah poliklinik, yg

buka tiap hari dgn dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 2 hari sekali

TK < 100 orang : dapat melakukan pelayanan kesehatan bersama dengan perusahaan lain

Banyak perusahaan yang enggan untuk menggaji dokter secara penuh. Mereka

melakukan oursourcing dan menyerahkan kepada klinik atau rumah sakit sebagai pemasok

tenaga kerja. Dalam banyak hal klinik atau rumah sakit ini, lebih sering berorientasi kuratif atau

pengobatan. Dokter yang dipasoknya diharapkan bisa memberikan pengobatan kepada karyawan

dan memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan. Namun apapun status dokter itu,

dia adalah dokter perusahaan dan terkena kewajiban pelatihan Hiperkes sesuai Permenaker

no.01/1976 tentang wajib latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.

Adapun standar pelayanan kesehatan kerja minimal bagi puskesmas dan perusahaan telah

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1758/Menkes/SK/XII/2003 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar, dimana pada

prinsipnya pelayanan dilakukan secara holistic dengan tetap memperhatikan aspek preventif,

promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Tabel 1. Standar minimal pelayanan kesehatan kerja di institusi pelayanan kesehatan

dasar (puskesmas) ditujukan untuk kelompok masyarakat pekerja seperti buruh, petani, nelayan,

perajin, dan lain-lain.

Peningkatan

(Promotif)

Dasar-dasar hidup sehat.

· Penyuluhan sederhana (materi Penyuluhan: dasar-dasar prosedur kerja,

dasar-dasar prosedur kerja, dasar-dasar risiko ditempat kerja, dasar-dasar

hygiene perorangan, Alat Pelindung Diri/APD, dasar-dasar gizi kerja).

· Konsultasi.

· Sarasehan intervensi menuju norma sehat dalam bekerja.

37

Page 38: dokter kerluarga

· Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko yang mungkin

timbul.

· Pencatatan dan pelaporan sederhana.

Pencegahan

(Preventif)

· Pengenaian Potensi risiko ditempat kerja.

· Penyediaan contoh dan kepatuhan penggunaan APD

· Medorong Upaya perbaikan lingkungan kerja seperti perbaikan ventilasi,

pengolahan limbah cair, perbaikan ergonomi.

· Pencatatan dan pelaporan sederhana.

Pengobatan

(Kuratif)

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan Pertolongan pertama pada

gejala penyakit (P3P).

· Pencatatan dan Pelaporan sederhana.

Pemulihan

(Rehabilitatif)-

Tabel 2. Standar minimal pelayanan kesehatan kerja di perusahaan

Peningkatan

(Promotif)

Konsultasi

Penyuluhan (materi penyuluhan SOP kerja risiko pekerjaannya dan

pencegahan, hygiene perorangan, jenis-jenis Alat Pelindung Diri/APD,

pemakaian APD, pemilihan APD, Gizi kerja).

Norma Sehat dalam Bekerja (Budaya K3)

Memberikan masukan/pertimbangan kebijakan tentang kesehatan kerja

kepada pimpinan manajemen

Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko yang mungkin

timbul.

Promosi kesehatan dalam rangka pencegahan penyakit umum PAK, PAHK

dan KK

Sanitasi industri, good house keeping dan potensi risiko ditempat kerja

SOP kerja dan proses produksi

Pelatihan P3K

Pelatihan kader Pos UKK

Pembinaan Pos UKK dan Ppliklinik Perusahaan

38

Page 39: dokter kerluarga

Sosialisasi kegiatan tentang kesehatan kerja bagi tokoh masyarakat, lintas

program, lintas sektor dan dunia Usaha

Pencatatan dan pelaporan

Pencegahan

(Preventif)

Identifikasi dan pengukuran potensi risiko kesehatan ditempat kerja/

lingkungan kerja

Memfasilitasi/merekomendasikan perbaikan lingkungan kerja sep :

perbaikan ventilasi, pengolahan limbah cair, perbaikan ergonomi

Penyediaan contoh dan penggunaan APD

Pemeriksaan kesehatan :

Sebelum kerja (calon pekerja, pra mutasi dan pra mutasi intern)

Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan kesehatan khusus

Prosedur Tanggap Darurat (emergency response procedure) dan manajemen

disaster.

Pemantauan Kondisi Kerja/tempat kerja

Surveilans PAK, PAHK, KK, dan penyakit umum yang dominan dikalangan

pekerja

Pemeriksaan kualitas air minum dan kebersihan makanan/pekerjakatin

Pencatatan dan pelaporan

Pengobatan

(Kuratif)

Penyakit Umum. PAK, PAHK dan KK

Klinik gawat darurat (Emergency clinic)

Deteksi dini PAK, PAHK dan KK

Melakukan Upaya Rujukan

Pencatatan dan Pelaporan

Pemulihan

(Rehabilitatif)

Melakukan evaluasi tingkat kecacatan pekerja

Rekomendasi terhadap penempatan kembali pekerja sesuai kemampuannya

dan pentahapan untuk dapat kembali pada pekerjaan semula setelah senbuh

dari sakit/KK

Pencatatan dan pelaporan

39

Page 40: dokter kerluarga

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03 / Men / 1982, Tugas

dan wewenang dari dokter perusahaan dalam pelayanan kesehatan kerja adalah :

Melakukan pemeriksaan kesehatan, baik awal mulai bekerja, berkala, maupun

secara khusus.

Melakukan pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga

kerja.

Melakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja.

Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter.

Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga

kerja.

Melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat

kerja.

Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Mengadakan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan pelatihan P3K.

Memberikan nasehat tentang tempat kerja, alat perlindungan diri, gizi dan

penyelenggaraan makanan di tempat kerja.

Membantu rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Mengadakan pembinaan dan pengawasan tenaga kerja yang mempunyai kelainan

tertentu.

Membuat laporan secara berkala.

DOKTER PEMERIKSA KESEHATAN KERJA

Dokter pemeriksa kesehatan kerja Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan telah

memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.

Per10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan

Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Adapun persyaratan menjadi dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja diatur dalam

Permenaker No.02 tahun 1980 :

1. Surat Permohonan bermaterai 6000 Ditujukan kepada Direktur Pengawasan Kesehatan

Kerja, Dirjen Binwasnaker, Depnakertrans RI.

Surat Permohonan dilengkapi syarat-syarat sbb :

a. Surat Penunjukan dari Pimpinan Perusahaan apabila bekerja diperusahaan

40

Page 41: dokter kerluarga

b. Membuat Surat Pernyataan

c. Salinan Surat Keterangan telah training Hiperkes

d. Salinan Ijasah Dokter

e. Salinan Surat Ijin Dokter

f. Salinan Surat Ijin Praktek

g. Pas foto ukuran 3X4 cm = 5 lembar

2. Surat Keputusan Penunjukan berlaku selama 3 (tiga) tahun.

3. Pengajuan Permohonan Perpanjangan harus diajukan 1 (satu) bulan sebelum berakhir

masa berlaku Keputusan Penunjukan dengan melampirkan :

a. Foto kopi Surat Keputusan Penunjukan.

b. Pas foto ukuran 3X4 cm sebanyak 5 lembar.

c. Daftar kegiatan sebagai dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja selama

berlakunya Surat Keputusan Penunjukan.

Beberapa persyaratan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di klinik tempat kerja

(perusahaan) meliputi beberapa aspek yaitu :

a) Kelembagaan

b) Sumber Daya Manusia

c) Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja atau Perusahaan

A. Kelembagaan

Klinik di tempat kerja atau perusahaan berada dalam system kesehatan nasional berada

dalam upaya kesehatan masyarakat pada strata pertama atau ukm tingkat dasar, oleh karena itu

menyelenggarakan atau mendirikan klinik di tempat kerja (perusahaan) harus memperileh izin

dari menteri kesehatan yang di delegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

B. Sumber Daya Manusia

Kebutuhan sumber daya manusia diklinik tempat kerja atau perusahaan, disesuaikan

dengan tingkat perkembangan dari klinik tersebut yakni, tingkat I (awal), tingkat II (dasar),

tingkat III (pelayanaan standar international), dan tingkat IV (pelayanan komprehensif).

Jenis tenaga kesehatan yang minimal harus dimiliki oleh klinik di tempat kerja atau

perusahaan yaitu :

41

Page 42: dokter kerluarga

Tingkat I (awal) : perawat, petugas sanitasi yang telah mengikuti pelatihan jangka

pendek di bidang pelayanan kesehatan kerja dan bekerja di unit perawatan kesehatan

dasar atau fasilitas tingkat awal sejenis.

Tingkat II (dasar) : dokter, perawat dan tenaga sanitasi yang telah mendapatkan

pelatihan singkat tentang kesehatan kerja. Penggunaan tenaga kesehatan ini dapat

menguntungkan dalam hal dukungan tenaga keselamatan yang berkompetan dalam

pencegahan kecelakaan dan keselamatan dasar.

Tingkat III (pelayanan standar international) : penyelenggaraan dalam pelayanaan ini

harus dipimpin oleh seorang ahli yang terlatih secara khusus atau biasanya doker

kesehatan kerja dan tim yang terlibat sebaiknya berasal dari multidisiplin keilmuan yang

didukung dengan pekayanan kesehatan rujukan tersistem.

Tingkat IV (pelayanan komprehensif) : penyelenggara pelayanan ini biasanya

bekerja sebagai tim multidisiplin, terdiri dari dokter spesialis, perawat kesehatan kerja,

ahli higienis kerja, ergonomis, psikolog, insinyur keselamatan,dll

C. Jenis pelayanan kesehatan kerja di tempat kerja atau perusahaan.

Jenis-jenis pelayanan kesehatan kerja di klinik tempat kerja atau perusahaan meliputi

sebagai berikut :

1. Pelayanan promotif

Pendidikan dan pemyuluhan PHBS( Pola Hidup Bersih dan Sehat) di tempa

kerja

Perbaikan gizi pekerja, menu seimbang dan pemeliharaan makanan seha dan

aman serta hygiene kantin

Pemeliharaan tempat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja yanng sehat

Konsultasi, meliputi psikologi kerja, KB dan masalah kesehatan lainnya

Olahraga fisik dan kebugaran

Koordinasi di dalam perusahaan dan diluar perusahaan dengan pihak terkait

Advokasi

2. Pelayanan Preventif

Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus pada karyawan

Identifikasi daan pengukuran potensi rissiko kesehatan di tempat

kerja/lingkungan kerja

42

Page 43: dokter kerluarga

Pengendalian bahaya lingkungan kerja (fisil, kimia, biologi, psikososial,

ergonomi)

Surveilans penyakit akibat kerja (PAK), kecelakaan kerja (KK),dan penyakit

umum yang dominan di kalangan pekerja.

Surveilans kesehatan kerja, monitoring lingkungan kerja, dan monitoring

biologis

Pemeriksaan kualitas air minum dan kualitas kebersihan makanan/pekerja

kantin

3. Pelayanan kuratif

Pertolongan pertama pada kasus emergency

Pemeriksaan fisik dan penunjang

Deteksi dini dan pengobatan segera PAK dan KK

Melakukan rujukan bila perlu

4. Pelayanan rehabilitatif

Melakukan evaluasi tingkat kecacatan pekerja

Merekomendasikan penempatan kembali tenaga kerja yang cacat dan

sesudah perawatan yang lama secara selektif sesuai dengan kemampuannya

5. Pelayanan rujukan

Rujukan pasien atau mengirim penderita ke sarana yang lebih tinggi kemampuannya.

43

Page 44: dokter kerluarga

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam dunia usaha, peran kesehatan sangat penting guna meningkatkan kesehatan para

pekerjanya. Dengan begitu produktivitas pun akan meningkat. Standar pelayanan yang harus

dilengkapi dalam kesehatan kerja ini harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Baik itu

untuk instansi kesehatan maupun sumber dayanya yaitu dokter perusahaan. Dokter perusahaan

tersebut memiliki tugas dan fungsi dalam pengendalian dan mengatasi PAK yang terjadi pada

para pekerja. Jika sudah terjadi PAK maka akan berdampak buruk baik bagi perusahaan maupun

pekerja itu sendiri.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, dokter

perusahaan memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan.

Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan

dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja, proses kerja dan

kondisi.

Saran

Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat termotivasi untuk

mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat

menerapkannya.

44

Page 45: dokter kerluarga

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penilaian

Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1758/Menkes/SK/XII/2003 tentang

Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEPTS 333/MEN/1989 Tentang Diagnosis dan Pelaporan

Penyakit Akibat Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Republik Indonesia No:

PER/01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. per-02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka Publisher,

Jakarta.

45