Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

25
1 Clinical Pathways dalam Mutu Layanan Rumah Sakit Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta. Pendahuluan Mu tu /Kuali ta s dapat ditinjau dari berb ag ai perspektif baik itu dari perspekstif pasien dan penyandang dana, manajer dan profesi dari pemberi  jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanan kesehatan di tin gka t reg ional, nasi ona l dan institusi. (Qu ali ty is dif ferent thing s to different people based on their belief and norms). 1 Perk embangan ev ol usi me ngenai bi dang mutu (Quality), kaidah te hni k mek ani sme pen gambil an kep utusan unt uk pro fes i sep erti Evidence-based (Medi cin e, Nur sin g, Hea lth ca re, Hea lth Tec hno log y Ass ses sme nt) , dan Sistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum men eta pka n arah pen gembangan sua tu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga aka n lebih mudah dalam menilai pro gre siv ita s dan kinerj a (performance ) dalam bentuk indikator indikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 1 berikut menunjukkan evolusi mutu dari inspection , quality control, quality assurance hingga total quality serta kompon en kompone nnya ; dan evo lusi epi demiol ogi kli nik , evidence-based, health technology assessment sampai information mastery. 2,3,4,5,6 Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Clinical Pathways RSUD Tulungagung Jawa Timur, 2-3 Agustus 2010. 1 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23. 2 Firmanda D. Clinical Governance : Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan pada seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti ( Evidence- ased Medicine /EBM) menuju Clinical Governance ” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedun g Bidakara Jakarta 30 Mei 2000. 3 Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures, clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144. 4 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.

Transcript of Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

Page 1: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 1/25

1

Clinical Pathways  dalam Mutu Layanan Rumah Sakit

Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MAKetua Komite Medik

RSUP Fatmawati, Jakarta.

Pendahuluan

Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dariperspekstif pasien dan penyandang dana, manajer dan profesi dari pemberi

 jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanan kesehatandi tingkat regional, nasional dan institusi. (Quality is different things to 

different people based on their belief and norms).1 

Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnik

mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based 

(Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), danSistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk

diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu

sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalammenilai progresivitas dan kinerja (performance ) dalam bentuk indikatorindikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.

Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 1 berikut menunjukkan evolusi mutu

dari inspection , quality control, quality assurance  hingga total quality  sertakomponen komponennya; dan evolusi epidemiologi klinik, evidence-based,

health technology assessment  sampai information mastery. 2,3,4,5,6

Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Clinical Pathways  RSUD Tulungagung Jawa Timur,

2-3 Agustus 2010.1 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence

2000; 4(3):19-23.2 Firmanda D. Clinical Governance : Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan

pada seminar dan business meeting  “Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence- ased Medicine /EBM) menuju Clinical Governance ” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di GedungBidakara Jakarta 30 Mei 2000.

3 Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures,clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144.

4 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasarmetodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.

Page 2: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 2/25

2

Gambar 1. Evolusi bidang mutu dan epidemiologi klinik.2-6

Sedangkan evolusi sistem layanan kesehatan di rumah sakit secara prinsipnyamulai dari yang bercirikan ’doing things cheaper’  dalam hal ini efficiency  pada

tahun 1970an pada waktu krisis keuangan dan gejolak OPEC, kemudianekonomi mulai pulih dan masyarakat menuntut layanan kesehatan bercirikan

’doing things better’ dalam hal ini quality improvement .

Selama dua dekade tersebut manajemen bercorak ’doing things right’  yang

merupakan kombinasi ’doing things cheaper’  dan ’doing things better’.Ternyata prinsip ’doing things right’  tidak memadai mengikuti perkembangan

kemajuan teknologi maupun tuntutan masyarakat yang semakin kritis; danprinsip manajemen ‘doing things right’ tersebut telah ketinggalan zaman dandianggap sebagai prinsip dan cara manajemen kuno.

5 Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada Pendalaman materirapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001.

6 Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical Governance.Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd July 2001.

Page 3: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 3/25

3

Pada abad 21 ini menjelang era globalisasi dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right 

things’  (dikenal sebagai increasing effectiveness ) sehingga kombinasikeduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’ . (Gambar 2). 7,8,9,

Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan.7-9

Pada saat ini kita sedang mengalami periode krisis keuangan global.10 Istilahakan krisis keuangan global  itu sendiri mempunyai batasan dan persepsi yangberbeda untuk setiap individu dan bersifat relatif tergantung sudut pandang

dari berbagai dimensi.11,12,13

7 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global Health Journal  2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm

8 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and

implementation. Global Health Journal  2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm9 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;

1(1):43-9.10 Pisani-Ferry J, Santos I. The world in crisis – reshaping the global economy. Finance and 

Development  March 2009; 8-13.11 Cottarelli C. Paying the piper. Finance and Development  March 2009; 27-30.12 Hoffman D. Deep impact. Finance and Development  March 2009; 13-4.

Page 4: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 4/25

4

Berdasarkan data World Bank yang disajikan pada pertemuan G20 di LondonInggris terjadi penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari

6.4% menjadi 4.5% bahkan ada yang sampai 0.1% (Gambar 3).14

Kerugian dandana talangan (bailouts)  untuk mengatasi akibat krisis keuangan global diAmerika dan Eropa sebagaimana dalam Gambar 4 berikut.

Sedangkan di dalam negeri saat terakhir ini kondisi nilai tukar rupiah dalam

posisi konsolidasi karena imbas dari kebijakan pemerintah Amerika yangmencetak mata uang USD beredar lebih banyak (M1) sehingga menekan

indeks nilai tukar USD, dan secara tidak langsung meningkatkan nilai tukarrupiah sebagai leading economics index  meskipun tidak harus paralel dengan

real effective exchange rate index sebagaimana dalam Gambar 5.

Gambar 3. GDP Growth 1980 t0 2010.5

13 Higgot R, Robotti P. Reshapping globalization – multilateral dialogues and new policyinitiatives. Budapest: Central European University, 200114 World Bank Group G20 Summit on Financial Markets and the World Economy. Background

Paper - G20 Global Financial Crisis: Responding Today, securing Tomorrow. Wahington DC,November 15, 2008.

Page 5: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 5/25

5

Gambar 4. Kerugian dan dana talangan di Amerika dan Eropa akibat krisiskeuangan global

Page 6: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 6/25

6

Gmabar 5. Peredaran USD dan kaitannya dengan Rupiah.

Pada tanggal 12 November 2008 WHO15 mengimbau seluruh anggotanya untukmengambil langkah langkah sebagai berikut:

1. Melindungi rakyat miskin (protecting the poor) 2. Mempromosikan perbaikan ekonomi (promoting economic recovery) 

3. Mempromosikan stabilitas sosial (promoting social stability) 4. Menganjurkan efisiensi (generating efficiency) 5. Menganjurkan pembangunan jejaring pengamanan kesehatan (building 

security) Pada tanggal 19 Januari 2009 lalu, hasil konsultasi tingkat tinggi WHO16

menganjurkan kerangka kerja tindak lanjut meliputi bidang sebagai berikut:

15 WHO Director General statement. Impact of the global financial economic crisis onhealth. Geneva; November 12, 2008.

Page 7: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 7/25

7

1. Kepemimpinan (leadership) 2. Pelaksanaan monitoring dan analisis (monitoring and analysis) 

3. Kebijakan publik biaya berorientasi keberpihakan kepada rakyatmiskin (pro-poor and pro-health public spending) 

4. Kebijakan sektor kesehatan (policies for the health sector) 

5. Perilaku usaha bidang layanan kesehatan internasional (new ways of doing business in international health) 

Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan

semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu,keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip ’good corporate governance’ 

(dalam hal ini mencakup hospital governance  dan clinical governance ) – yaknitransparency, responsiveness  dan accountable  akan semakin menonjol serta

mengedepankan akan efesiensi dan efektifitas suatu layanan.

Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs  dan proses,

sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkanistilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang  jelas dan eksplisit – tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat

digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency) , efisiensi

produksi/hasil (productive efficiency)  dan efisiensi alokatif(allocative/societal efficiency)  termasuk didalamnya bidang market  dankesehatan.

Oleh karena saat ini dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi

  juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’  (dikenal sebagaiincreasing effectiveness ) sehingga kombinasi keduanya disebut sebagai

prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’ . (Gambar 2).17,18,19,

16 WHO. The financial crisis and global health. Report of a High-Level Consultation WHO, Geneva;January 19, 2009.17 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global 

Health Journal  2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm18 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, andimplementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm19 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr  1999;1(1):43-9.

Page 8: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 8/25

8

Maka bila ketiga filosofi dan konsep di atas dipadukan sertadiimplementasikan dalam praktek layanan kesehatan di rumah sakit melalui

suatu sistem yang terintegrasi dinamakan clinical governance .

Berbagai tantangan dari luar saat ini adalah era globalisasi pasar terbuka

  yang telah memasuki modus operandi tahap empat (resources ) dengan cara

harmonizations of reciprocal agreement  (dalam hal standarisasi dan

indikator). Profesi medis berperan penting dalam melaksanakan analisisefektivitas klinis, sedangkan pihak manajerial dan direksi dalam bidang

analisis ekonomi dan pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan danDinas Kesehatan) selaku pembuat kebijakan dan regulator  berperan dalam

melakukan analisis dampak terhadap sistem layanan kesehatan (Gambar 5 dan6) termasuk sistem pembiayaan dan keamanan pasien (patient safety) .

Gambar 5. Strata pemanfaatan pendekatan Health Technology Assessment (HTA) dari tingkat pembuat kebijakan/regulator, pelaksana kebijakan daninstrumen aplikasinya pada tingkat layanan kesehatan (rumah sakit) dalamrangka kendali mutu dan biaya.20-21

20 Firmanda D. Pedoman implementasi HTA di RS Fatmawati. Disampaikan pada Sidang Pleno KomiteMedik RSUP Fatmawati, Jakarta 2 Juni 2008.

Page 9: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 9/25

9

Gambar 6. Kerangka konsep implementasi evidence-based medicine  dan HTA

dalam penyusunan SPM, Clinical Pathways  dan Audit Medis dikaitkan dengansistem pembiayaan Casemix (INA DRG) dan Undang Undang Nomor 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang Undang Nomor 25 tahun 2009tentang Pelayanan Publik dan Undang Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit .

Menjaga mutu layanan medis (dalam hal ini quality assurance  di bidang profesi

medis) yang mencakup standar pelayanan medis, audit medis dan peningkatanmutu berkesinambungan. Maka diperlukan suatu instrumen yang dapat

21 Firmanda D. Pedoman HTA di Rumah Sakit. Disampaiakan pada pada Pertemuan Finalisasi Pedomandan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan MedikSpesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty, Bandung 27 –

30 Agustus 2008.

Page 10: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 10/25

10

merangkum seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalampenyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit melalui Clinical Pathways .

Kendala utama adalah kemauan untuk ikut berpartisipasi dan kemampuan akandalam menguasai evidence-based, tehnik health technology assessment  dan

membuat standar pelayanan medis, audit medis serta menyusun clinical pathways  sesuai bidang keahliannya serta mampu mengakomodir perbedaan

pendapat antar profesi.

Maka dalam rangka antisipasi kendala di atas dan dalam rangkamempersiapkan kader kepemimpinan Komite Medik RSUP Fatmawai telah

menyusun buku Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) yang terdiri dari 16 modul berikut22;

1. Clinical Governance 

2. Medical Staff Bylaws 

3. Evolusi Mutu bidang kesehatan dan kedokteran

4. Sistem Mutu (Quality Systems) 5. Standar (Setting the standards) 

6. Sistem Komite Medik dan Sistem SMF di rumah sakit.

7. Mekanisme Kerja Sub Komite dan Tim Klinis Komite Medik

8. Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and 

Patient Safety) 9. Layanan berkesinambungan dan fokus kepada pasien (Patient focussed and

continouos care)

10. Efektifitas Klinis (Clinical Efectivity) 

11. Audit Medis dan High Impact interventions (HII) 

12. Clinical Pathways 

13. Evidence-based Medicine/Healthcare and Health technology Assessment 

14. Tatakelola obat dan alat kesehatan (Drugs and Therapeutics Committee) 

15. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial I16. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial II

Serta melakukan berbagai pelatihan berjenjang kepada seluruh anggotaprofesi yang diselenggarakan oleh Sub Komite Pendidikan/Pelatihan, Subkomite Etik dan Mutu Profesi dan Sub Komite Pengedalian Infeksi

Nosokomial Komite Medik secara terintegrasi dan terjadwal. Diharapkan

22 Firmanda D. Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) RSUP Fatmawati, Jakarta 2004.

Page 11: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 11/25

11

dengan pembekalan tersebut setiap anggota dan ketua SMF dapat ’menguasai’ ilmu dan ketrampilan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin.

Standar Pelayanan Medis/Kedokteran

Standar Pelayanan Medis/Kedokteran tidak identik dengan Buku Ajar, Text- books  ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi. Karena

Standar Pelayanan Medis merupakan alat/bahan yang diimplementasikan padapasien; sedangkan buku ajar, text-books , jurnal, bahan seminar maupun

pengalaman pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusunStandar Pelayanan Medis.

Standar Pelayanan Medis di rumah sakit pada umumnya dapat diadopsi dari

Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesimasing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dankompetensi yang ada di rumah sakit. Bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis

  yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut sesuai dengan kondisirumah sakit – maka tinggal disepakati oleh anggota profesi (SMF) terkait dandisahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit tersebut.

Namun bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat olehorganisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi rumahsakit atau dalam Pedoman/Standar Pelayanan Medis dari profesi belum

mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologipenyakit di daerah/rumah sakit tersebut – maka profesi di rumah sakit

tersebut wajib membuat Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakittersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah

sakit.

Dalam menyusun Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakit - profesi medismemberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan

pendekatan evidence-based medicine . Secara ringkasnya langkah tersebutsebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Page 12: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 12/25

12

Gambar 7. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence- based , tingkat evidens dan rekomendasi dalam bentuk standar pelayananmedis dan atau standar prosedur operasional.23-24

Page 13: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 13/25

13

Format Pedoman/Standar Pelayanan Medis

Nomor : .............................................................

SMF : ............................................................

Rumah Sakit : ...........................................................

1. Judul/topik : ……………………………………………………

2. Tanggal/Nomor/ Update: ………………../………………../……………….

3. Ruang Lingkup pengguna: dokter umum/spesialis/konsultan*

4. Sumber informasi/literatur/bahan acuan:i. ……………………………..

ii. ……………………………..

iii. ……………………………..

iv. ……………………………..

v. ……………………………..

5. Nama Reviewer /Penelaah kritis:i. ………………………...

ii. ………………………...

iii. …………………………

6. Tingkat eviden: ………

7. Hasil Telaah/Rekomendasi:…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………….dst

8. Tingkat Rekomendasi: ………….

9. Indikator klinis : …………………………………………………………………

Page 14: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 14/25

14

Proses selanjutnya setelah menyusun Standar Pelayanan Medis RumahSakit adalah membuat Clinical Pathways  sebagai salah satu komponen dari

Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk JaminanPemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit sebagaimana dalamGambar 6 di atas.

Jadi bila dihubungkan antara mutu (quality)  dan efisiensi pembiayaan layanankesehatan rumah sakit – dari segi hal mencegah pemborosan dari hal yang

mubazir secara elimating waste , efisiensi disini adalah sebagai komponenmutu; dan mutu bila ditinjau dari segi azas manfaat (net benefit)  akan

menjadi salah satu bagian dari efisiensi disamping bagian lainnya yaitu biayasumber atau inputs (resource costs)  – maka secara ringkas sebagai suatu

formula:Efisiensi layanan kesehatan = azas manfaat (net benefit) 

biaya sumber (resource costs) 

Untuk tingkat direksi dan manajer rumah sakit untuk segi azas manfaat (net benefit) di atas dapat dicapai dalam hal menentukan pengadaan sarana (obat,

alat kesehatan penunjang diagnostik dan terapeutik/operasi, ruangan, laundri,

makanan pasien dan sebagainya) berdasarkan pendekatan :a. Efisiensi dan produktivitas:i. Efisiensi = episode perawatan / biaya

ii. Efisiensi = Jumlah episode perawatan / Jumlah tenaga profesiiii. Efisiensi = Jumlah intervensi yang bermanfaat (more good 

than harm) / biayaiv. Efisiensi = Jumlah intervensi terbukti efektif / biaya

b. Efisiensi berdasarkan hasil (outcomes) i. Efisiensi = pasien keluar hidup / biaya

ii. Efisiensi = pasien keluar hidup – kejadian tidak diharapkan /biaya

→ QALY (Quality Adjusted Life years) 

Sedangkan untuk profesi medis dapat melalui pendekatan mekanisme

pengambilan keputusan klinis evidence-based medicine  (EBM) dan Health 

Technology Assessment  dalam bentuk standar pelayanan medis dan clinical 

Page 15: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 15/25

15

pathways  yang diimplementasikan secara konsisten, tidak mengulang (not repetitive) dan tidak duplikasi.23

Untuk memudahkan pihak manajerial dalam menentukan pemilihan danpengadaan berbagai alat penunjang diagnostik (dengan menggunakan kaidah

evidence based-healthcare  dan health technology assessment ) serta profesimedis dalam memilih penunjang pemeriksaan diagnostik dalam penanganan

pasien di rumah sakit (dengan menggunakan kaidah evidence based-medicine dan health technology assessment ) – manfaatkan dan pergunakan hubungan

sensitifitas, spesifisitas dan rasio kemungkinan positif (positive likelihood 

ratio)  dapat digunakan Gambar 8 berikut.24

23 Kenagy JW, Berwick DM, Shore MF. Service quality in healthcare. JAMA 1999:281(7):661-5.

24 Firmanda D. Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment/HTA)  di rumah sakit. Disampaikan pada Pertemuan Finalisasi Pedoman dan Draft

Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan MedikSpesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty,

Bandung 27 – 30 Agustus 2008.

Page 16: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 16/25

16

Gambar 8. Hubungan sensitifitas, spesifisitas dan penghitungan rasio

kemungkinan positif (positive likelihood ratio)  LR (+) - sebaiknya dipilih alatpenunjang yang mempunyai LR(+) > 5.

Sedangkan untuk obat obatan dilihat dari nilai NNT dan NNH (numbers needed to treatment/harm) , disamping adanya kebijakan (policy)  yang

mengahruskan/mengutamakan produk dalam negeri atau PMDN atau PMA  yang membuka pabrik perusahaannya di tanah air – sehingga sirkulasi

keuangan dan konsumsinya terjadi di dalam negeri termasuk nilai tambah

(value added)  seperti fiskal, pajak dan membuka/menambah lapangan kerja –

sehingga leading economic index  kita meningkat dan daya beli masyarakat

(purchasing power parity)  bertambah serta ekonomi negara rebound  keluardari krisis keuangan global (down-ward spiral effects ).

Page 17: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 17/25

17

Clinical Pathways  dapat digunakan sebagai alat (entry point)  untuk melakukanaudit medis dan manajemen baik untuk tingkat pertama maupun kedua (1st

Party and 2nd

Party Audits) dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutupelayanan.25,26,27,28,29

Clinical Pathways  dapat digunakan juga sebagai salah satu alat mekanismeevaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active errors)  dan

laten (latent/system errors)  maupun nyaris terjadi (near miss)  dalamManajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management)  dalam rangka menjaga

dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety) .30,31

Sebagai ilustrasi contoh kasus adalah sebagai berikut: selama ujicobapenerapan Clinical Pathways di SMF Kesehatan Anak pada bulan Desember

2005 lalu dalam Sistem SMF Kesehatan Anak sebagaimana dalam Gambar 9berikut.

25 Firmanda D. Pedoman Audit Medis. Komite Medis RS Fatmawati Jakarta 2003.26 Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

2003.27 Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan dalam rangka Penyusunan dan

Penyempurnaan Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Depkes RI, Jakarta 2004.28 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di

Rumah Sakit.29 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global

Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm30 Firmanda D. Pedoman dan Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamnan Pasien (Clinical Risks

Management and Patients Safety ). Pleno Komite Medik RS Fatmawati 21 Juni 2005.31 Firmanda D. Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and

Patients Safety). Disampaikan dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan Instrumen ManajemenRisiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Patients Safety) dan uji coba di 4propinsi di Depkes RI Jakarta 2005.

Page 18: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 18/25

18

Gambar 9. Contoh ujicoba format Clinical Pathways sebelum revisi

Terjadi ‘delayed’  pemulangan pasien selama 1 hari, setelah dilakukan 1st Party

Managerial Audit - yang mengakibatkan terjadi stagnasi pasien masuk di UnitEmergensi yang melampaui batas waktu yang ditentukan. Kasus tersebutdilakukan variance tracking  dengan cara 1st Party Managerial Audit  sesuai

dengan Pedoman Audit Medis Komite Medik RS Fatmawati – ditemukan

adanya keterlambatan dalam proses administrasi billing keuangan yang

Page 19: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 19/25

19

memakan waktu cukup lama. Maka Ketua Komite Medik memberikan masukanusul kepada:

1. Direktur Keuangan untuk membenahi sistem billing rumah sakit.2. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan mendesain sistem

triage di Unit Emergensi yang lebih baik sebagaimana dapat dilihat

dalam Gambar 10 di bawah.3. Kepala Instalasi Rawat Inap untuk menyediakan ruangan khusus

semacam transisi selama pengurusan administrasi pulang dan tidaktetap di ruang inap.

4. Ketua SMF dan Kepala Instalasi Gawat Darurat untuk membuatClinical Pathways kasus kasus di Unit Emergensi sebagaimana

Format dalam Gambar 11 di bawah.

Gambar 10. Usul Ketua Komite Medik tentang stagnasi di Unit Emergensi

Page 20: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 20/25

20

Gambar 11. Contoh format Clinical Pathways untuk Unit Emergensi.

Page 21: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 21/25

21

Ilustrasi contoh dimana Clinical Pathways dapat mengubah/revisi StandarPelayanan Medis (SPM)/Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam

penatalaksanaan pasien di ruangan berdasarkan kaidah Evidence-based Medicine (EBM)  yakni tentang pemberian vitamin K1 kepada bayi baru lahir32

sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Contoh Clinical Pathway Bayi Baru Lahir di SMF Kesehatan AnakRS Fatmawati.

32 American Academy of Pediatrics. Policy Statement – Controversies concerning Vitamin K and thenewborn. Pediatrics 2003;112(1):191-2.

Page 22: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 22/25

22

Sesuai dengan rencana skema Komite Medik RSUP Fatmawati sebagaimanadalam Gambar 6 di atas. Titik penting (crucial point)  adalah pada clinical 

pathways  sebagai entry point  dalam melaksanakan kegiatan praktik profesikedokteran sehari hari di rumah sakit – baik untuk tingkat sistem maupunindividu – dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana

diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang PraktikKedokteran dengan tujuan memberikan perlindungan kepada

pasien/masyarakat (patient safety) , profesi kedokteran sendiri danmeningkatkan mutu pelayanan serta mutu kompetensi profesi.

Gambar 13. Hubungan Clinical Pathways  dengan Clinical Risks Management/ Patient Safety  dan kegiatan Health/High Impact Interventions (HII)  di

RSUP Fatmawati.

Page 23: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 23/25

23

Gambar 14. Hubungan Clinical Pathways  dengan jasa dokter dan kinerjaindividu.

Gambar 15. Hubungan Clinical Pathways dengan penggunaan obat rasional.

Page 24: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 24/25

24

Gambar 16. Hubungan Clinical Pathways  dengan audit medis dan surveilans

infeksi nosokomial

Gambar 17. Hubungan Clinical Pathways  dengan sistem pembiayaan DRG

Casemix dan mutu pelayanan.

Page 25: Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

8/9/2019 Dody Firmanda 2010 - RSUD Tulungagung Clinical Pathways dalam Mutu Layanan RS

http://slidepdf.com/reader/full/dody-firmanda-2010-rsud-tulungagung-clinical-pathways-dalam-mutu-layanan 25/25

25

Dengan mempergunakan Clinical Pathways  secara micro-system: untukindividu pasien/keluarga, penyandang dana (asuransi) sebagai purchasers dan

external customers, dan profesi (dokter, apoteker, perawat, penata, akuntasidan rekam medik) serta penyelenggara rumah sakit sebagai provider daninternal customer menjadi jelas, eksplisit dan akauntabel dari segi mutu

layanan maupun biaya yang dikeluarkan (value for money)  .

Secara macro-system  – dalam hal ini pemerintah mudah untukmengalokasikan biaya kesehatan yang diperlukan untuk masyarakat dan dapat

menilai benchmarking efisiensi biaya dan mutu layanan setiap penyelenggarakesehatan sehingga mempertajam skala prioritas pembangunan kesehatan

dalam menyusun national health accounts  dan universal coverage system asuransi nasional.