Dodi Ardiansyah -...
Embed Size (px)
Transcript of Dodi Ardiansyah -...

PENYALURAN SUSU SAPI MURNI DITINJAU DARI PENDEKA TAN TRANSAKSI SYARl'AH
(Stu di Kasus: Peternakan Sapi Perah Swndayn Pondok Rnnggon, Jakarta Timur)
Dodi Ardiansyah 10092020301
.JlJIUJSAN EKONOMI PERTAl\IAN/AGIUBISNIS FAKlJL TAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSIT AS ISLAl\I NEGll<:RI SYARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA 2006 !\'t/1427 H

PENYALURAN SUSU SAPI MURNI DITINJAU DARI PENDEKATAN TRANSAKSI SYAR/'AH
(Studi Kasus: Peternakan Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur)
Oleh: DODI ARDIANSYAH
10092020301
Skripst Sebagai Salah San1 Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Jurnsan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Sains dan Tcknologi
Universitas Islam Ncgeri Syarif Hidayatullah Jakarta
JllRllSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKliLTAS SAl:\S DAN TEKi"IJOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF lllDA YATULLAH
JAKARTA 2006 M/ 1427H

PENGESAHAN U.llAN
Skripsi yang be1judul "Penyaluran Susu Sapi Murni Ditinjau Dari
Pcndclrntan Trasal<si Syari'ah" (Studi Kllsus: Petcrnalrnn Sapi i>erah
Swadaya Pondok Ranggon, .Jakarta Timur). Telah diuji dan dinyatakan lulus
sidang munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakiu1a pada hari Jum'at 27 Januari 2006. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Saijana Strata Satu (SI) Pad a Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.
Tim Penguji, Penguji I
Jakarta, Febuari 2006
( Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc )
Penguji II
\-
( Ir. Muhan~iwirya, MM.M . .Si ) ( A.M. Hasan Ali, MA ) NIP: 150 370 226
aya Putra, M.Sis) 15) 317 956 'f~

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF lllDAYATlJLLAH .JAKARTA
_ .. _ ...... _ .. __ -_,ii"iiiiiiiiiiiiiiiiiii"""~"""iiiiiiii""~"'-"""'"""iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiOii'i-iiiiiiiiiii=iiiiii-..
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama NIM Program Studi Juclul Sklipsi
: Dodi Ardiansyah : 10092020301 : Sosial Ekonomi P~1tanian : Pcnyaluaran Su.>u Sa pi Murni Dil injau Dari Pendekatan Transaksi Syari 'ah (Studi Kasus : Peternak Susu Sapi Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk munperoleh gelar Smjana Pertnnian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pe11anian/ Agribisnis, Fakultas Sains clan Teknologi, Universitas Islam Negeri SyariCHidayatullah Jakmta.
Pembimbing I
,.--
Jakarta, Maret 2006 Menyetujui
Dosen Pembimbing
(Ir. Muhandis Natadiwirya, MM.M.Si)
Mengetahui,
Pembimbing JI (/
(A~ . Hasa::li.-MA) NIP: 150 370 226
Ketua forusan
Y1 ians ah ,Jaya Putra, M.Sis) NIP: 50 317 956 • ~
4 ( ( Ir. :.::tsi~din, MM )
NIP: 150 317 958

PERNVATAAN
DENGAN !NI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN! BENAR-
BENAR HASIL KARY A SENDIRJ YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARY A ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
AT AU LEMBAGA MANAPUN.
Jakana. Maret 2006
(Dodi Ardiansyah) 100092020301

RINGKASAN
DODI ARDIANSYAH. Penyaluran Susu Sapi Mumi Ditinjau Dari Pendekatan Transaksi Syari 'ah (Studi kasus: Petemakan Susu Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur). (Dibawah bimbingan MUHANDIS NATADIWIRYA dariA.M HASAN ALI).
Subsektor petemakan mempakan bagian yang udak terpisahkan dari pembangunan di sektor pertanian, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Susu mempakan salah satu komoditas produk petemakan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut Namun bedasarkan data Dirjen Petemakan (2003) di Indonesia kesenjangan yang tcrjadi antara persediaan dan pennintaan susu masih cukup besar, yaitu ketersediaan yang ada dalam negeri sebesar 32% dan sisanya 68% masih masih hams impor. berdasarkan peluang usaha dalam menghasilkan susu segar masih besar. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari masalah pemiagaan atau perdagangan prakte:k perdagangan tersebut diwujudkan dalam bentuk jual-beli dengan lltiuan mencari kcuntungan dan mewujudkan kepuasan pelanggan. Dalarn melakukan kegiatan transaksi yang didasarkan pada syari 'ah Islam tidak tertutup kemungkinan adanya bentuk barn dalam melakllkan transaksi antara sesama manusia, selama ha! terscbut membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat dan tidak mernbawa nilai mafsadah (kcmsakan) bagi manusia serta tidak bertentangan dengan nash al-Qur'an dan asSunnah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (I) Menganalisis fungsi, jalur tataniaga dan biaya-biaya dalam penyaluran susu sapi. (2) Mcngetahui mekanisme transaksi antara pctemak dan pedagang dalam penyaluran susu sapi. (3) Mengetahui metode transaksi yang sesuai dengan .1yari 'ah Islam. ( 4) Mengetahui penerapan transaksi yang berdasarkan syari ·ah Islam.
Penelitian ini dilakukan di kawasan usaha petemakan untuk pengembangan dan budidaya sapi perah Pondok Ranggon yang ada di DKI Jakarta yaitu di Kclornpok Tani Temak Sapt Pcrah Swada\a tKTTSP) Hal ini tclah ditctapkan dengan Surat Kcputusan Gubemur OKI Jakarta tentang pengembangan wilayah pctemakan Nornor: 300 tahun 1986. Adapun jenis sapi pcrah yang di pelihara adalah jenis sapi sapi Fries Holland (FH) dengan jumiah petemak sebanyak 23 kcpala keluarga dcngan populasi sapi perah 768 ekor.
Data yang diperoleh di lapangan unmk melihat JCnis transaksi dalam penyaluran susu sapt mum1 yang akan dtttnJaU dari bentuk transaksi syan 'ah. (Ra 'i Murahahah. Ra·, Salam dan Ra '1 /s//.\lma). Konsep yang digunakan dalam pcnclitian ini adalah konscp tataniaga, fungsi dan jalur tataniaga yang dijabarkan secara deskriptif, dan dalam bentuk tabel mengenai biaya dan marjin tataniaga.
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh KTTSP Swadaya meliputi : (I) Fungsi pertukaran yang tcrdiri sub fungsi pernbelian clan penJualan. (2) Fungsi fisik. mcncakup sub fungs1 pengangkutan dan penyimpanan, (3) Fungsi fasilitas. rnencakup sub fungsi standarisasi, pe1,angungan resiko. pembiayaan dan sub fungsi infonnasi pasar.

Penyaluran susu sapi murni KTISP Swadaya meliputi: (I) Peternak (2) Koperasai (3) Agen (4) Looper (5) Konsumen. Adapun biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh KTTSP Swadaya dalam saluran tataniaga susu adalah sebesar Rp 187,50-/liter (100%) yang terdiri dari biaya angkut susu Rp 125,00-/liter (66,7%), biaya retribusi susu Rp 25,00-/liter (13,3%) danbiaya pengelolaan susu Rp 37,50-/liter (20,0%). Marjin tataniaga yang diperoleh peternak dengan menjual susu kepada koperasi adalah Rp 250,00-/liter dengan persentase (18,51 %). Untuk marjin peternak dari agen adalah sebesar Rp 550,00-/liter (40,74%). Sedangkan marjin peternak dari looper Rp 850,00-/liter (62,96%).
Adapun akad transaksi jual-beli yang tijauan syari 'ah dalam penyaluran susu sapi adalah sebagai berikut : I). Koperasi
Dalam melakukan transaksi jual-beli antara peternak dan koperasi dapat dilihat beberapa kesepakatan antara lain:
a). Koperasi memesan terlebih dahulu kepada peternak untuk menyiapkan susu sapi murni yang kualitasnya baik tanpa ada campuran apapun.
b ). Dalam pembayaran koperasi meyakinkan peternak dengan memberikan uang muka. Setelah berkelanjutan koperasi juga dapat mengambil susu dengan cara pembayarannya tenunda.
c). Dalam melunasi pembayaran koperasi diberi waktu sampai awal bulan. d). Resiko bila terjadi kernsakan pada susu karena basi di tanggung oleh
peternak sedangkan resiko kecelakaan atau susu tumpah maka koperasi yang menanggungnya.
2). Agen Agen dan peternak membuat kesepakatan tentang mekanisme pembayaran dan
rcsiko untuk berlangganan susu diantaranya adalah: a). Agen terlebih dahulu memesan susu kepada petemak agar bisa disiapkan. b ). Pembayaran susu dengan uang muka cicilan. Agen diberi kesempatan
untuk membayar pada 3 sampai I 0 hari setelah susu diterima. c). Jumlah pembayaran sesuai dcngan pesanan susu yang ditcrima agen. d). Dcnda bila terlambat pembayaran adalah pcmbayaran susu menjadi harian
(tidak tcnunda lagi) e) Resiko bi la terjadi kernsakan pad a susu karena bas1 di tanggung oleh
peternak. Sedangkan resiko bila terjadi kecclakaan atau susu tumpah agen yang menanggungnya.
3). Looper Cntuk pernbayaran susu antara pt."f1emak dl!lll looper Ilda belx.'rl!pa kcsepakatan
antara lain adalah: a). Looper membayar harga susu di muka pada setiap awal bulan dengan kata
lain looper memesan susu terlebih dahulu. b ). Peternak menjual kepada looper dengan harga yang ditetapkan petemak
tanpa memberitahukan harga dasar. c). Looper diberi kebebasan dalam menentukan 1umlah harga yang dijual
kepada pelanggan.

d). Resiko bila terjadi kerusakan pada susu karena basi di tanggung oleh pctcrnak, scdangkan bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah maka resiko ditanggung bcrsama oleh looper dan pctemak .
e ). Keterlambatan pembayaran dendanya adalah mel.unasi pembayaran dan selanjutnya pembayaran harus tunai.
Dari ketiga kriteria kesepakatan di atas, transaksi tersebut menyerupai ba '; is//s/ma karena dalam segi pembayaran maupun pemesanan sudah memenuhi kriteria dasar dari ba 'i istislma yaitu koperasi, agen dan looper memesan terlebih dahulu baik jumlah dan takaran dan membayarnya bisa saat kontrak, diangsur dan kemudian hari. Sedangkan untuk konsumen dilihat dari segi pembayarannya yaitu jcnis transaksi biasa antara peternak dan konsumen (ba 'i muthlaqah) .

KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirrobbil'alamin, segala puji serta syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik clan hidayah-Nya kcpada kita
scmua. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada nabi muhammad SAW, sebagai
suri tauladan bagi umatnya dimana saja berada dan semoga k1ta mendapatkan
syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Skripsi ini mcrupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar satjana pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian di Fakultas Sams dan Tcknolog1, Umvcrsitas Islam
Negeri Syarif Hidayatul!ah Jakarta. Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tulis ini masih jauh sempuma, sehingga tanpa bantuan dari
berbagai pihak skripsi yang disusun ini tidak akan terlaksanan. Untuk itu
perkenankanlah penulis menghaturkan penghargaan yang sebesar-besamya dan
ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
I. Dr. Sopiansyah Jaya Putra, M.Sis. sclaku Dckan Fakultas Sams dan Tcknologi
Univcrsitas Islam Ncgeri SyarifHidayatullah Jakarta.
1 Ir Mudatsir Najamuddin. MM dan Drs Accp l\fohib. MM. sdaku Kctua
Jurusan dan sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pcrtanian
3. Ir. Muhand1s Natadiwirya, MM, M.Si, selaku pemb1mbmg utama dan A.M
Hasan Ali, MA, sclaku pembimbmg kcdua yang bcrscdian mcluangkan
waktu. tcnaga clan pikirannya dcngan sabar mcmhimbing. mcngarahkan dan

memberikan ilmu serta pengalamannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc selaku penguji pertama yang telah
memberikan petunjuk dan saran atas penyelesaian skripsi ini.
5. Kedua orang tua, H. Mansur dan my moom Hj. Sapinah berserta keluarga
kakak dan adik-adiku ( Siti Nurseha dan Muhajib Ramzi Al-Hijr).
6. Suhendar, SE dan dr. Eva Devita selaku kakak dan kakak iparku yang selalu
memberi dukungannya, baik waktu dan fasilitas komputemya.
7. Bapak Ahmad, bapakYudha, ibu Rizki, ibu Lilis dan dosen lainya yang ada
pada jurusan Agribisnis.
8. Pa' Sainih, Pa' Taba, Pa' Wadud, Bu Ova, Bu Yus, Pa'Gun, Pa' Muksin dan
Pa' Amir, selaku staf administrasi pada akademik F akultas Sains dan
Teknologi.
9. lbu Ir. Elisabeth Baso, SE. M.Si sdaku kepala UPT balai teknologi
pengembangan produksi petemakan dan hcscrta paira Staff UPT.
I 0. Bapak Rohmani, H. Sholahudm. H Zem sdaku kepala petemakan dan
peternak yang ada di Kelopok Tani Temak Sapi Perah Swadaya.
11 Ade. Ida. Agus dan Nursan \'ang telah membantu dalam mcmberikan
infonnasi dalam petemakaan mengenai pedagang susu.
12. Teman-teman ku Agribisnis 2000(A) Citra, Ame:!, Prucul, Husnul,Red-one
(B) MGW, Yosep, Arman, Acak, D-11, Rmo BEMJ 2003 dan semuanya yang
tak bisa ku scbutkan.

13. Teman FST dan FEIS . Ikhsan, Fahri ,Febri, Reza, Pras, Praguno, Yasin,
"Sunni, Maryadi, Wardah, Ina, Silvi, SE. Lisa, 0-Wi (endut), Riko, dll
14. Teman rumahku, Marjuki, Supodono, Munir, Toro, Aam (Eeg), Si:iagur,
A.UJang, Sopiandi, Ayudan Marsya.
15. Ustd. Karjono, ST. Ustd. Toupik, Ustd. Salam, Ustd. Tanuri, Ustd. Kartolo,
dan Ustd. Hasan Ali terimakasih alas pcrhatiannya selama ini.
Semoga orang-orang yang telah membantu dalam pcnyelesaian skripsi ini,
kebaikan dan kerido'anya akan dibalas oleh Allah SWT.Amin. Harapan penulis,
semoga skripsi ini dapat diterima oleh pcmbaca dan be:rmanfaat bagi pihak yang
melakukan pcnelitian lcbih lanjut.
Jakarta, Febuari 2006
(Dodi Ardiansyah)

DAFTAR ISi
Halaman Halaman Judul... ...................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................ . . .............. II
Datiar lsi ................................................. . . ........... Ill
Daftar Tabel ..... . . ....... IV
Datiar Gambar .. . . ......... v
Daftar Lampi ran .................................. . . ........... VI
BAB I. PENDAHULUAN ... ........ I
I. I Latar Belakang ............................................... . . ........... I
l.2 Perumusan Masalah ............................. . ' . ................... . .J
1.3 Tujuan Penelitian . . ........ .4
1.4 Kegunaan Pcnclitian .......................................................... 5
I 5 Sistimatika Penulisan .. . .5
BAB IL TINJAUAN PUST AKA ........................................................... 8
2.1 Penyaluran Susu Sapi Mumi ................................................ 8
2.2 Fungsi Tataniaga ............................................................. I 0
2.3 Lembaga dan Saluran Tataniaga ... . .12
2.4 Biaya dan Marj in Tataniaga .................... . . .... 14
2.5 Bauran Pemasaran ............................................................................... 15
2.6 Tinjauan Um urn Ten tang Transaksi Jual-Beli ............................ 17
2.6.1 Pcngertian Transaksi Jual-Bcli .. 17
2.6.2 Rukun dan Syarat Jual-Bcli ...................................................... 19
2.6.3 Hal Yang Menyangkut Jual-Beli .................................... 23
2.6.4 Hukum dan Landasan Dalam Jual-Beli ,\)•ari 'ah .... . ....... 25
2.7 Bentuk Transaksi Jual-Beh .................................................... 28
2.8 Bentuk Transaksi Syariah Dalam Pcnyaluran Susu Sapi 30

2.8.1 Ba '1 al-ivfurabahaah .................................................... 30
2.8.2 Ba 'i as-Salam ............................................................ ............... 32
2.8.3 Ba 'i Jsthisna ................ .............................................. 34
2.9 Kerangka Pemikiran ...................................................... 37
BAB Ill. METODE PENELITIAN .................... . ....... ······· .. .40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........... . . .......... .40
3.2 Metode Pengumpulan Data dan lnformasi ... . ........... .40
3.3 Analisis Data ................. . . ........ .41
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASl PENELITIAN ............................ 42
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... .42
4.2 Sejarah Pctemakan . . . . . . . .. ... . . . ... . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . ............... .43
4.3 Temak Sapi ..................................................................................... .44
4.4 Aspek Kelembagaan ..... .46
4.4.1 Struktur Organisasi ................................................. 46
4.2.1 Kctcnagakcrjaan .................................................. .47
4.2.2 Waktu Kcrja ...................................................... .48
4.5 Unit Kegiatan Dalam Pctcmakan ........................................ .48
4.5. l Unit Kcschatan Hewan dan lnseminasi Buatan ........... .48
4.5.2 Unit Pembinaan dan Penyuluhan ... . . .................... .49
4.5.3 Unit Produksi ....................................................................... 50
4.5.4 Unit Makanan Ternak .............................................. 51
-t5.5 Unit Pcnanganan Limbah . ........... .52
BAB V. HASlL DAN PEMBAHASAN ........ . . ....................... .53
5.1 Kegiatan Tataniaga Dalam Penyaluran Susu Sapi ..................... 53
5.1.1 Pclaksanaan Fungsi-Fungsi Tataniaga ........................ .53
5.1.2 Mekanismc Pcnyaluran Susu Sapi Murni ....................... 57

5. I .3 Cara Penyaluran Susu Sapi di Lernbaga Tataniaga ................ 58
5. 1.4 Biaya Dan Marjin Tataniaga Dalam Penyaluaran Susu Sapi .59
5.2 Transaksi Dalarn Penyaluran Susu Sapi ............................................ 61
5.2. I Koperasi .. . ... . .. .. . . .. ... .. . ................ ............. . ...... 62
5.2.2 A gen .......................................................................... 62
5.2.3 Looper ....................................................................... 63
5.2.4 Konsumen .................................... .. ....................... 63
5.3 Pesamaan Bentuk Transaksi Jual Beli Syariaih Dalam Penyaluran Susu
~~Mumi........................... . ....... M
5.3. I KOPERASI ................................................................ 64
5.3.2 A~n .. ... ... ..... .. . ....... .65
5.3.3 Looper. ....................................................................... 66
5.3.4 Konsumcn ...... ..................................................... 67
5.4 Tinjauan Syariah Dalam Transaksi Penyaluran Susu Sapi Murni Di
"KTTSP" Swadaya ... ....... . ..................................... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 70
6.1 Kcsimpulan ................................................................... 70
6.2 Saran ................................................ . . .................... 73
DAFT AR PUST AKA ... .................. 74
LAMPIRAN ................................................................................... 76

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I. Komsumsi Susu Tahun 1999-2003 (Indonesia) ...................................... 1
2. Perbandingan Antara Ha 'i Salam dan Ha 'i Istislma .. ........................... .35
3. Hubungan Harga dan Barang Dalam Transaksi Syari'ah ..... . . .... .36
4. Kemampuan Produksi Sapi Perah ...................................................... .44
5. Jumlah Sapi Perah di "KTTSP" Swadaya Pondok Ranggon .............. ..45
6. Jumlah Produksi Susu Perbulan ............................................................ 50
7. Biaya Tataniaga Susu Sapi di ''KTTSP" Swadaya ...... . . ................. 60
8. Harga Penjualan dan Marjin Tataniaga di" KITSP" Swadaya ............. 61
9. Transaksi di Saluran Tataniaga .............................................................. 62
l 0. Tinjuan Transaksi Syari 'ah ................................................. . . ... 68

DAFTAR GAMBAR
Garn bar Halaman
I. Saluran Tataniaga Untuk Barang Konsumsi .......................................... 13
2. Alur Kerangka Pemikiran ...................................................................... 39
3. Susunan Organisasi Peternak Susu ................................................ 46
4. Fasilitas Peternakan ...................... . . .............................................. 50
5. Pola Saluran Tataniaga di ··KTTSP"Swad_aya ........................................ 57

DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran Halaman
1. Surat Bukti Peneli ti an dari Dinas Petemakan ........ . . ... 76
2. S.K. Gubemur Tentang Relokasi Petemakan ................................. 77
3. S.K. Gubemur No. 300 tahun 1986 ............... ........ . ...... .... . . 78
4. Peta Lokasi KTTSP Swadaya Pondok Ranggon .................. .. ..80
5. Peta Lokasi Peningkatan Prasarana di KTTSP Swadaya.. . ..... 81
6. Peta Kelurahan Pondok Ranggon ................................................. 82
7. Foto-Foto Di Tempat Penelitian .................................................... 83

1.1. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Subsektor petemakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan di sektor pertanian. terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan
dan gizi. Dengan seiring waktu bcrjalan dan semakin meningkatnya jumlah
penduduk. tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat. maka itu akan
berdampak terhadap meningkatnya pennintaan akan kebutuhan pangan hewani.
Dengan demikian produksi untuk memenuhi pennintaan tersebut akan meningkat
juga. Dalam hal 101 susu sapi merupakan salah satu pangan hewani yang dapat
diandalkan. namun di Indonesia ada kesenjangan yang terjadi antara persedimm
dan pennintaan susu yang masih cukup besar. Ketersediaan yang ada belum dapat
memenuhi kebutuhan, sebagaimana terlihat dari tabel. I di bawah ini.
Tabel I. Komsumsi Susu Tahun 1999-2003 (Indonesia)
\No\ Tahun I !-·-···-·· ·1 1 1_~9J .....
2 2000_ .. 3 2001
i 4; 2002 __ 15:-- 2003' J
Ket. •) :\ngla se~4; Sumber \\ ,._ -., "; - .:...-
436 0 4957 479.9 493.4
--~-------.....
577.5
Susu
. -~--·-·~ - - --- -------
822 0 142 0 ·------·---- ------14798 575.5
----------~-
1.476.0 693.0 1.382.6 609.6 1.382.6 609.6
1 116.0 1.400.0 1.262.9 1.266.4 J 1.350.5
Dan 1ahu:-. 1999 sampa1 2003 Indonesia lebih banyak meng1mpor susu
sapi, karena produ..:s1 dalam negeri belum mcncukupi kebutuhan dalam negeri.
Seiling dengan k:!:laJuan zaman dan pengetahuan masy8r3kat jumlab kebutuhan

susu tersebut bisa saJa meningkat setiap saat. Kesadaran akan pentingnya
kebutuhan pangan yang bemilai gizi merupakan salah satu indikator dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Soribaya Siregar: 1992:3 ). Temak sapi
pcrah mempunyai peranan besar dan penting dalam subsektor petemakan terutama
dalam pemenuhan kebutuhan susu domestik.
Berdasarkan data Dirjen Petemakan (2003) kebutuhan dalam negeri masih
belum tercukupi, hanya sebesar 32% saja itupun berupa susu olahan. Dalam
memenuhi kebutuhan dalam negeri masih hams impor dari luar negeri sebesar
68%. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu
segar masih prospektif Ada pun dalam penyalurannya, ipara petemak mencoba
menempa dan membangun suatu saluran distribusi yang baik agar dapat diterima
oleh konsumen dengan baik. Susu merupakan komoditas yang tidak dapat
bertahan lama, sehingga perlu penanganan cepat sehingga konsumen dapat
menikmati susu dalam keadaan baik, oleh karena itu peny.aluran mcrupakan salah
satu fak1or penentu suksesnya produk yang akan disalurkan, sehingga menentukan
sukscsnya usaha tcmak sapi ini juga.
Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dlan masalah pem1agaan
atau perdagangan, karena praktek perdagangan tersebut diwtyudkan dalam bentuk
jual-beli dengan tujuan mencari ketmtungan dan mewujudkan kepuasan
pelanggan. Hal ini menjadi bagian terpenting dalam aktivitas usaha. Praktek
transaksi jual beli yang masih dapat diakses dari berbagai sumber referensi awal
Islam dapat menjadi warisan bagi generasi sekarang. Warisan tersebut dapat
memberikan informasi kepada kita akan model dan bentuk transaksi jual-beli baik

yang dibenarkan oleh syari 'ah Islam ataupun yang dilarang. Oleh sebab itu,
menjadi suatu kewajiban bagi usahawan muslim untuk mengenal hal-hal yang
menentukan sah dan tidaknya usaha yang mendasarkan transaksi jual-beli
tersebut, dan mengenal mana yang haram dan mana yang halal dari kei,>iatan itu
sehinga ia mengerti persoalan yang terjadi (Al-Mushlih dan Ash -Shawi, 2004:
89).
Dalam dunia modem. implementasi pnns1p syan 'ah dalam bisnis
sebagaimana telah disebutkan di atas. telah ditcrapkan pada lembaga keuangan
.\yan 'ah, seperti perbankan syari 'ah dan asuransi :.yari 'ah. Di Indonesia
perkembangan dua lembaga keuangan tersebut tumbuh sangat pesat. terbukti
dengan berjamumya lembaga keuangan ~yan 'ah barn. baik yang bentukan barn
ataupun hasil konversi lembaga keuangan konvensional. Pada sektor Iii!, terutama
sektoril fonnal. metode transaksi .\yari 'ah ini belum dikenal secara luas.
Berdasarkan hal tcrsebut penulis mengangkat topik "Penyaluran Susu Sapi
Murni Ditinjau Dari Pcndckatan Transaksi Syari'alt".
1.2. Pcrumusan Masalah
Dalam penyaluran atau distribusi susu sapi mclibatkan petemak, pedagang
perantara dan konsumen untuk memperoleh kcuntungan bersama. Diantara
mereka akan mclakukan suatu akad transaksi yang saling mcngikat. agar masing
masing memperolch kcuntuni,'llll yang bcrdasarkan suka-sama suka Dalam
melakukan kei,>iatan transaksi yang didasarkan pada .\yari 'ah Islam tidak tcrn1tup
kcmungkinan adanya bL"lltuk barn dalam melakukan transaksi antara sesama
manusia, selama hal tersebut membawa manfaat bagi kehidupm1 masyarakat dan

tidak membawa nilai mqf.i·adah (kerusakan) bagi manus1a
bertentangan dengan nash al-Qur'an dan as-Sunnah.
serta tidak
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa per-
masalahan sebagai berikut :
I. Bagaimana mekanisme kegiatan penyaluran susu sapi dari petemak
sampai ke konsumen ?
2. Bagamana cara petemak susu sapi melakukan transaksi dalam penyaluran
susu sapi?
3. Bentuk transaksi jual-beli .1yari 'ah apakah yang dilakukan dalam
penyaluran susu sapi ?
4. Bagaimana tinjauan syan 'ah dalam transaksi penyaluran susu sapi?
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan menjadikan permasalahan di atas sebagai obyek kajian dalam
skripsi ini, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :
I. Menganalisis fungsi tataniaga, jalur tataniaga clan biaya-biaya dalam
penyaluran susu sapi.
2. Mengetahui mekamsme transaksi antara petemak dan pedagang dalam
penyaluran susu sapi.
3. \tcng1.1ahui mctode transaksi yang scsuai dcngan .1yari 'ah Islam.
4. Mengetahui penerapan transaksi yang bcrdasarkan .1yari 'ah Islam.

1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan manfaat dari
penelitian ini antara lain :
I. Sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja usaha yang telah
dilakukan oleh para petemak sapi, serta memberikan spirit syariah dalam
menjalankan muamalah.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang menjalani bisnis ini.
maupun bagi para pihak yang berkepentingan.
3. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga sebagai aplikasi
ilmu yang didapatkan selama di bangku kuliah darr sebagai media latihan
daiam mengamati. mengumpulkan data. menganalisis dan rnelaporkan
dalam bentuk karya ilmiah tentang transaksi dalam penyaluran berdasarkan
.\)'Ort 'ah.
I.S. Sistematik.i Penulisan
Skripsi ini terdiri dari cnam bab. masing-masing bab terdiri dan sub-sub
bab. Secara sistimatis. bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
HAB I : Pendahuluan
Pendahuluan 1111 bens1 ura1an secara umum dan menyeluruh mcngcnai
materi yang dibahas. Di dalamnya terdiri dari latar belakang, perumusan masalah.
lUJUan penehtian. kcgunaan pcnclitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi penggunaan konsep-konsep yang berasal dari kepustakaan
yang berkaitan dengan penelitian. Konsep yang ditulis adalah konsep tataniaga,
fungsi tataniaga, lembaga dan saluran tataniaga, biaya dan margin tataniaga.
bauran pemasaran serta tinjauan umum tentangjual-beli yang meliputi penge1tian
jual-beli. rnkun dan syarat jual-bch. ha! yang menyangkut jual-beli. hukum dan
landasan jual-bcli .1yari 'ah dan _1uga bcntuk transaksi svan 'ah yang dikaji dalam
penyaluaran susu sapi yaitu: ha '1 murahahah. as-salam dan ha·, 1st/11.111a. Bab ini
juga bcrisi kerangka pcmikiran yang mcncakup alur tujuan akhir skripsi kemudian
dapat dirinci dengan gambar alur pcmikiran penelitian tersebut.
BAB Ill: Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang metode penelitan yang terdiri dari tempat dan waktu
penehtian. metode pengumpulan data dan infomiasi serta analisis data.
BAB IV: Gambaran l'mun Tempat Penelitian
Bab ini mengulas tentang gambaran tcmpat pcnclitian yang ada di
kclompok tani temak sapi pcrah swadaya meliputi prop1l tcmpat pcnelitian.
seJarah pctcmakan, temak sapi. aspck kelcmbagaan dan unit kcgiatan pctcmakan.
BAB V : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil dan pembahasan yang mernpakan ulasan singkat dari
kesclurnhan hasil penchuan di lapangan yang meliputi: pclaksanaan sistcm
tataniaga dalam pcnyaluran susu sapi mumi di "'KTTSP .. Swadaya Pondok
Ranggon. cara transaks1 petemak dengan pedagang pcrantara. serta tinjauan
svari 'ah dalam pelaksanaan transaksi dalam menyalurkan susu sapi mumi.

BAB VI: Kcsimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan hasil akhir dari
penelitian untuk memberikan masukan dan motivasi kepada pihak-pihak yang
terkait. Pada lembaran terakhir penulis mencantumkan daftar pustaka dan
lampiran dari hasil penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyaluran Susu Murni
Susu mempakan protein yang digemari, karena rasanya lembut dan juga
penuh gizi. Susu yang berasal dari sapi perah sangat memberikan banyak
keuntungan dan nilai jual yang tinggi dikarenakan susu mengandung swnber gizi
bempa protein, gula dan lainnya yang sangat menunjang kecerdasan dan daya
tahan tubuh. Berkenaan dengan produk susu agama Islam mengaturnya rnelalui
ayat-ayat Al-Quran. Hendaklah hal tersebut menjadi pelajaran dan renungan bagi
manusia, seperti firman Allah S WT.
,.. "'"~ / ,.. '=',.. !J -t"' J ~.!::,,.~,, ,,.,!· ... J,,.:;
I{,)~ c;.J~.)j <j:J) ~ ~ ~~~ J ~ ~ ~f..;J ~~i J/<J OIJ
~_;-~.if ~L -- -{)an SC.\11/lf!J.,'li/1/lya pada bina/ang femak i/11 henar-benar terdapat pe/a;aran bagi kamu. Kami memberimu minwn dari pada apa yang berada dalam penanya (benipa) s11.111 yang hersih antara tahi dan darah, yang m11dah ditelan bag! orangorang yang meminumnya. (A11-Nah/: 66)
Dilain ayat mengenai susu Allah S\\'T bcrfinnan
Dan ses11ng&'11/111ya pada bmatang-bmatang temak, henar-ht•tiar terdapat pelajaran yang penting hagi kam11. kamt memhert mm11m kam11 dart arr .m.111 yang ada da/am penitnya. dan (j11ga) pada hmatang-hmal'ang temak 1111 terdapat faedah yang hanyak 1111/uk ka11111. dan sehagwn dartpadanya kamu makan, dan dt atas pung&'lmg btnatang-bmatang temak 1111 dan (!11ga) dt uta.\ perahu-perahu kamu diang!a1t.(Al Mu'minum: 21-22)

Susu merupakan salah satu sumber protein yang paling murah
dibandingkan dengan daging. Oleh karena itu, produktivitas agribisnis subsektor
petemakan hendaknya ditingkatkan dalam rangka kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat (Gumbira, 2005 :66). Semakin majunya perkembangan pembani,'Unan
dan semakin banyaknya orang sadar akan gizi membuat pcrluasan wilayah pasar
semakin dimungkinkan. Hal ini terutama ialah bagaimana caranya susu cair dari
petemak dapat tiba di konsurnen akhir dengan baik secepat mungkin dengan
kualitas baik (Rasyaf, 2000:235). Susu juga mcrupakan komoditas yang mudah
rusak apabila dibiarkan begitu saja di ruangan terbuka susu akan menjadi rusak
dan asam. Agar susu dapat dikonsumsi oleh konsumen dengan segar, maka harus
ada penanganan yang hiegenis serta kegiatan tataniaga, sehingga susu dapat
diterima konsumen dengan baik.
Menurut Mubyarto (1989: 167) istilah tataniaga di negara kita diartikan
sama dengan pemasaran atau disribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang
berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.
Sistcm tataniaga dianggap efisicn apabila mcmenuhi dua syarat, yaitu:
I. Mampu menyampa1kan hasil-hasil pcrtanian dari produsen kcpada
konsumen dengan biaya screndah-rendahnya.
2. Mampu mengadakan pcmbagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen tcrakhir kcpada scmua pihak yang ikut serta dalam
kegiatan produksi dari tataniaga barang itu.
Sedangkan Kotler (1995 :6) mendefinisikan pen1asaran sebagai berikut: "
Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untul; memenuhi

kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran". Peter Drucker salah seorang
ahli manajemen dalam buku Philip Kotler (1995: 7) mengemukakan hal itu
sebagai berikut: Tujuan pemasaran adalah membuat agar penjualan berlebihan dan
mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehinga produk atau
pelayanan cocok dengan konsumen tersebut dan laku dengan sendirinya.
2.2. Fungsi Tataniaga
Dalam menyalurkan barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen
memerlukan serangkaian kegiatan yang berbeda, berbagai kegiatan tersebut
dinamakan sebagai fungsi-fungsi tataniaga. Limbong dan Sitorus (1985:8)
mcngcmukakan bal1wa umumnya fungsi-fungsi tataniaga dikelompokan sebagai
herikut:
I J. Fungsi pertukaran
Fungsi pertukaran adalal1 kegiatan yang memperlancar perpindahaan hak
milik atas barang dan jasa dari pcnjual kcpada pcmbeli. fungsi pertukaran terdiri
dari:
a. Fungsi penjualan. ini dtperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang
tcpat agar penjualan barang scsuai dengan yang diini,,>inkan konsumen.
baik dilihat dari jumlah, bentuk dan mutunya.
b. Fungsi pembelian. ini diperlukan untuk mcnentukan jenis barang yang
akan dibeli yang sesuai dengan kcbutuhan, baik untuk dikomsumsi
langsung maupun kebutuhan produksi.

2). Fungsi fisik
Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan
barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan bentuk, tempat dan waktu.
Adapun fimgsi fisik terdiri dari :
a. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum
dikomsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu
sebelum diolah.
b. Fungsi pengangkutan ini bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di
daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsume:n, baik menurut waktu.
jumlah dan mutunya.
3 ). Fungsi fasilitas
Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk
memperlancar semua kegiatan pertukaran yang terjad1. antara produsen dan
konsumen. Adapun fungsi fasilitas terdiri dari:
a. Standarisasi dan Grading. Standarisasi adalah merupakan suatu ukuran atau
penentuan mutu suatu barang dengan ment,>unakan berbagai ukuran sepert1
wama, susunan kimia, kadar air. rasa dan lain-la.in. Sedangkan gradmg
adalah tindakan mengolong-golongkan atau memilah-milahkan hasil
pertanian menurut standarisasi yang diinginkan. sehingga terk1m1pul barang
yang sudah menurut ukuran standard.
h. Penanggungan resiko. Fungsi penanggungan resiko mengandung usaha
bagaimana menghindar atau mengurangi kemungkinan rugi karena barang
rusak. hilang. turunnya harga dan tingginya biaya.

c. Fungsi pennodalan yaitu penyedian biaya untuk keperluan selama proses
pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya tersebut. Biaya ini berupa
uang kontan dan juga dalam bentuk kredit.
d. Infonnasi pasar fungsi ini meliputi kegiatan pengumpulan infonnasi pasar
serta menafsirkan data infonnasi tersebut. Sehingga dapat mengambil suatu
keputusan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan perusahaan badan atau
orang yang bersangkutan.
2.3. Lembaga Dan Saluran Tataniaga
Komoditas pertanian pada umumnya mempunyai sifat pensahle atau
mudah rusak, mudah husuk dan hulky atau mempunyai bobot dan volume yang
besar. Pada dasa_rnya komoditi pertanian perlu pcnanganan yang baik sehingga
dapat sampa1 kc tan1o'lln konsumen akhir sesuai dengan yang diinginkannya.
Menurut Hanifah dan Saefuddin (1986: 26) lembaga tataniaga rnerupakan
badan-badan yang mcnyelcnggarakan kegiatan atau fungs.i tataniaga dengan mana
barang-barang bergerak dari pihak produsen sarnpai kepihak konsumen. Dalam
istilah tatan1aga ini adalah tcnnasuk golongan produsen, pedagang perantara dan
lembaga pemberi jasa.
Sedangkan Napitupulu (dalam Mesy, 2003:4) panjang pendeknya saluran
tataniaga tergantung bcberapa faktor, antara lain adalah skala produks1 temak.
jarak antara produsen dcngan konsumen, banyak sedi1kitnya jasa yang harus
ditambah pada komoditas tersebut dan infrastruktur lainya, seperti sarana
pengangkutan dan pergudangan, juga dipengaruhi oleh Jasa yang dapat atau t1dak
dapat dilakukan oleh lembaga tersebut.

Berdasarkan proses tataniaga dapat dijelaskan te:ntang sistem tataniaga
suatu produk atau suatu barang yang terdiri dari komponen-komponen produsen ,
lembaga tataniaga dan konsumen. Kegiatan dari masing-masing komponen
tersebut sating berkaitan dan merupakan satu kesatuan.
Berikut dibawah ini beberapa saluran pemasaran untuk barang konsumsi
menurut Kotler (1994:9).
Garn bar l. Saluran Taraniaga Untuk Barnng Komsumsi
p K
R 0
0 Pengecer N
D s u Grosir I Pcngcccr] ... u s M
I E I~ I liJ - Gosir ---+ Jobber - [ Pe11gecer -Dalam pelaksanan penyaluran banyak usaha yang gaga! dikarenakan
kurang tepatnya saluran distribusi, oleh kerena itu di dalam memilih saluran
distribusi haruslah hati-hati dan memakai pertimbangan yang mantap. Ada pun
pokok-pokok dalam saluran distribusi dapat kita lihat dibawah ini, dtantaranya:
I). Secara langsung
Produsen Konsumen ....
Produsen menjual barangnya lansung mcndatangi rumah-rumah
konsumen. Saluran ini, disebut saluran lansung.
2). Secara semi langsung
Produsen Pengecer ___ _.. Konsumen

Saluran distrbusi ini disebut saluran distribusi semi langsung. Disini
pengecer membeli barangnya dari produsen dan terakhir dijual lagi kekonsumen.
Ada pula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer agar langsung dapat
melayani konsumen.
3 ).Secara tidak langsung
Produsen pedagang besar --• Pengecer __ Konsumen
Barang yang dihasilkan produsen disampaikan secara tidak langsung ke
tangan konsumen, tetapi penyalurannya harus mclalui lcmbaga-lembaga penyalur.
Pola saluran tataniaga diatas yang digambarkan pada mnumnya ditemui untuk
barang industri dan barang atau komoditi pertanian. Tidak jarang kita lihat bahwa
satu Jenis komodni melalui beberapa saluran untuk rnencapai konsumen akhir.
Untuk komoditi-komoditi pertanian pada urnurnnya sebelum ke pedagang besar
dan pengecer, terlebih dahulu rnelalui pedagang pengurnpul dt tingkat desa yang
mengumpulkan hasil-hasil pertanian dari para petani.
2.4. Konsep Biaya Dan Marjin Tataniaga
Biaya tataniaga dalam komoditi pertanian mencakup jumlah pengeluaran
yang d1keluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah peni~cluaran oleh lembaga
tatamaga ( badan perantara ). Limbong dan Si torus (1987 :7 4 ). mendefimsikan
biaya tataniaga sebagai semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga suatu komoditi dalam proses
penyampa1an barang mulai dari titik produsen sampa1 ke konsumen.

Swasta (dalam Yatni, 2002: 13) menyatakan apabila saluran tataniaga di
tin jau sebagai satu kelompok a tau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan
sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi,
marjin merupakan suatu imbalan, atau harga atas hasil jasa. Apabila di tinjau
sebagai pembayaran atas jasa-jasa, marjin menjadi suatu elemen yang penting
dalam strategi penyaluran. Pengertian lain dari majin adalah perbedaan antara
harga beli dengan harga jual.
2.5. Bauran Pcmasaran
Bauran pemasaran ini merupakan konsep terpadu dalam sistim pemasaran
modem. di mana aspek tcrsebut saling mendulnmg dan terkait dengan satu dengan
yang lainnya. Adapun bauran pemasaran meliputi 4 ( cmpat) aspek, yaitu dikenal
sebagai 4 P Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat/ Distibusi) dan
Promotion (Promosi). Philip Kotler sendiri menjelaskan dalam bukunnya (1995:
74) bahwa bauran pemasaran adalah : Serangkaian variabel pemasaran terkendali
yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang dikehendaki
prusahaan dari pasar sasaranya.
Masing-masmg aspek dari bauran pemasaran tersebut c!apat dijelaskan sebagai
hcrikut:
I ). Product (Produk) adalah scgala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah
pasar agar dipcrhatikan, diminta, dipakai atau dikomsumsi sehingga mungkin
memuaskan, keinginan atau kebutuhan. Produk bisa berupa benda fisik, jasa,
orang, organisasi dan gagasan.

2). Price (Harga) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konswnen untuk
mendapatkan, suatu produk. Penetapkan harga suatu produk ditentukan oleh
jenis pasar yang ada, yang oleh para ahli, dibedakan menjadi 4( empat) jenis
pasar. yaitu:
a. Pasar persaingan mum1, yaitu pasar yang terdiri da.ri banyak penjual dan
pembeli dengan jenis komoditas yang sama. Pada pasar ini pedagang tidak
dapat menjual lebih tinggi dari pedagang sekitamya. Penetapan harga
sepenuhnya ditentukan oleh pasar dan pedagang tidak perlu mengadakan riset
pasar: pengembangan produk ataupun melakukan promosi.
b. Pasar persaingan monopoli, di mana penjual dan pembeli mengadakan
transaksi dengan memberlakukan beberapa tingkat harga. Hal m1
ditnungkinkan karena adanya variasi dalam produk misalnya kualitasnya lebih
baik dari mereknya lebih dikenal, sehingga pembeli mau dengan harga yang
berbeda.
c. Pasar oligopoli, dimana hanya ada sedikit penjual dengan jenis produk yang
mungkin scrupa, scperti semen, minyak goreng, minyak tanah dan sebagainya.
Pada pasar jenis ini sangat suht bag1 produsen baru untuk ikut masuk kepasar.
d. Pasar monopoli mumi, di mana hanya terdiri dari satu penjual dan dapat
dikuasai olch pemerintah maupun swasta.
3) Place (Tempat) merupakan sarana untuk menjual barang jasa agar dapat
dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran
distribusi. Dcfinisi saluran distribusi menurut Kotler (1995: 6) adalah: adalah
sepenmgkat atau sekelompok organisasi yang saling tergantung yang terlibat

dalam proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi
pengi,'llnaan atau komsumsi oleh konsumen. Saluran distribusi ini ada
beberapa macam tergantung dari jenis barang yang dipasarkan. Semakin
banyak tingkatan saluran distribusi, maka semakin sedikit peran produsen
terhadap barang/jasa yang diperdagangkan. Yang umum dii,'llnakan ada 4
(em pat) tingkat saluran distribusi yang ada pada gambar. I.
4). Promotion (l'romosi). pemasaran masa kini lebih diarahkan untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan dengan lebih banyak memperhatikan apa
kebutuhan mereka dan berusaha selalu dapat rnemenuhinya. Cara yang
ditempuh perusahaan antara lain mengembangkan produk baik segi mutu.
kemasan. variasi produk dan manfaatnya. juga hams menetapkan harga yang
bersaing. sehingga konsumen tetap setia dengan prnduk yang ditawarkan.
Untuk dapat mengkomunikasikan hal-hal tersebut kepada konsmnen
diperlukan sarana promosi. Menurut Kotler (1995: 75), promosi adalah
kegiatan yang mengkomunikasikan jasa produk dan menganjurkan pelanggan
sasaran untuk mcmbclinya
2.6. Tinjauan Umum Tentang Transaksi .Jual-Beli
2.6.1. Pcngcrtian Transaksi Jual-Bcli r>alam Islam
Transaksi jual-beli berasal dan kata "transakst'' dan "Jual-beli... Transaks1
adalah ikatan atau pcrsctujuan Scdangkan jual-bcli st:cara harfiah adalah sating
menukar (tukar-menukar). jadi jual-beli adalah persetujuan beli. ( Yunus. l 987: 23)

Adapun jual beli menurut istilah (tenninologi) adalah penakaran benda
dengan benda lain melalui jalan saling merelakan. atau memindahkan hak milik
dengan adanya pengantian dengan cara yang diperbolehkan. ( Suhendi , 1997: 14)
Kata al-ha 'i dalam bahasa adalah masdar (bentuk perbuatan) dari kata
ha 'a. Kata ha 'a-yahi 'u mempunyai arti ma/aka dan 1shtara (memiliki dan
mcmbelil. Adapu!l pengertian al-ha 'i secara .1yari 'at adalah pertukaran harta
kepemilikan dan menjadi hak milik. Sebagian ulama mendefenisikan kata
tersebut dengan '"pertukaran harta", sekalipun yang dip•:rtukarkan terscbut: 1 ).
Harta dalam tangungan. 2). Manfaat yang sifatnya mubah (diperbolehkan oleh
syariat). 3 ). Barta yang dipertukarkan tersebut serupa dan nntuk selamanya.
(Saleh, 1997:13)
Disamping itu Djarnili ( 1992: l 40), memberikan unsur-llllsur pengertian
ten tang jual-bel i sebagai berikut :
1 ). Menukar suatu barang dengan barang
Artinya hubungan hukum akan terjadi antara manusta kalau masmg
masing pihak akan bcrkcpentingan bcmsaha mcmcnuhi kebutuhan hidupnya
dalam suatu obyek tertentu. Kcpcntingan memcnuhi kcbutuhan itu diwujudkan
dalam menukar barang (benda) yang dimilik1 dcngan benda lain milik seseorang.
2 ). Dilakukan dengan cara tertentu
Maksudnya dengan menggunakan suatu proses yang menimbulkan tukar
menukar dilakukan melalui tawar menawar sampai tcrjadi akad (perikatan),
karena kata sepakat. yang berkenaan dengan ( benda) sebagai objek. yang
dilakukan da!arn ta war mcnawar oleh rnasrng-masing pihak .

Dengan memahami beberapa pengertian jual-beli tersebut di atas, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jual-beli adalah suatu perjanjian timbal
balik antar dua belah pihak (transaksi) dimana pihak pertama disebut sebagai
penjual men!,>ikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang (benda)
kepada pihak kedua yang disebut sebagai pembeli, dan pembeli berjanji untuk
membayar harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan
pembeli) berupa uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik suatu barang
( benda) tersebut. Dari kesepakatan atau akad-akad dalam 3ual beli hamslah sesuai
yang dibenarkan oleh syara' agar rukun-rukun serta ketetapan lmkum jual-beli
dapat dijalankan sehingga terhindar dari keragu-ra!,'llan dalam hal jual-beli.
2.6.2. Rukun Dan Syarat Jual-Beli.
~lenurut Sabiq l 1995: 126) mkunjual-beli ada tigayaitu:
I). Pelaku akad (a/-Aquf)
Seorang pedagang hams memiliki kompetensi dalam melakukan ak1ivitas
jual-beli, yakni dengan kondisi yang sudah akil-baligh serta memiliki kemampuan
untuk memilih. Tidak sah transaksi yang dilakukan oleh anak kec1I yang belum
nalar, orang gila atau orang yang terpaksa. Dari unsur··unsur yang disebutkan
dapat dirinci sebagai berikut :
a. Orang yang lakukan jual-beli hams sudah baligh
Bagi seorang yang belum dewasa 1idak sah mclakukan jual-beli kecuali atas
tanggung-jawab walinya terhadap barang-barang yang nilainya kecil. Adapun ba!,>i
anak-anak yang sudah mcngcrt1, tc1ap1 bclum sampa1 umur dewasa mereka

diperbolehkan untuk melakukan jual-beli. Barang yang diperjual-belikan adalah
seperti makanan, pulpen buku dan jajanan lain sebagainya.
b. Berakal.
Penjual dan pembeli hams memiliki aka! pikiran yang sehat, agar dapat
mempetimbangkan antara untung dan rugi yang akan diperoleh dari akad tersebut.
Apabila aka! tidak sehat jnal-beli tersebut tidak sah. sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur'an, yaitu:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang be/um Sempurna aka!nya, harta (mereka yang ada da!am kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sehagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian (dari hasil harta llU) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. {A11-NL~sa: S)
c. Atas kchcndak scndiri dan tidak muha:::ir (pcmboros).
Orang melakukan akad tidak boleh dalam keadaan terpaksa dan tertekan
karena ada ancaman oleh seseorang agar ia melakukan akad. Oleh karcna itu
seorang pelaku akad harus berdasarkan kehendak sendiri. Dalam akad jual-beli
akan terjadi bila keduanya sating merelakan atau suka-sarna suka.
Hadits Nabi Muhammad Saw, mengenai hal atas kehendak scndiri:
"Dari Ahu Huraira r.a berkata, Rasu/111/ah Saw hcrsahda: .langan/ah penjua/ dan pembelr sating berpisah sete/ah peryua/an, kernali masmg-masmg pt/wk salmg ridha". (HR. Ahmad)

2). Barang yang diperjual-belikan (ma 'qud 'a/aih}.
Adapun syarat dari barang yang diperjual-belikan adalah:
a. Barang yang diperjualbelikan tersebut hams suci, bermanfaat, bisa diserah
terimakan. mcrupakan milik penuh salah satu piha.k. Tidak sah memper-
jualbelikan barang najis atau barang haram sepe1ti darah, bangkai dan
daging babi. Juga tidak sah menjual barang yang belum menjadi hak milik.
karena ada dalil yang menunjukan larangan terhadap itu tak ada
pengecualian.
Juga ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad Saw, yaitu:
··oari Jahir hin Ahdullah r.a. hawasannya Rasulul/ah Saw hersahda pada ta/11111 kemenangan di Makkah: Sesunguhnya Allah dan Ra.111/-Nya meng-haramkan jua/hcli arak. hans:;kar, hahr dan hcrhala" (/IR, Bukhari da11 Muslim)
b. Mengetahui objek yang diperjual-belikan dan juga pembayarannya, agar
tidak terkena faktor "ketidaktahuan" yang bisa termasuk menjual kucing
dalam karung. karena nu dilarang. Hadits Rasululah Saw:
'"/Jurr Ahr H11ra1r.1h 1<1 herkata: Rusu/111/ah Saw melarang p1al-helr dengan lemparan ham dan 111dara11gp1al-heli t1puan ". (HR. Mus/.fm)
c. Mcmbcri batasan waktu yang tidak jelas. Tidak sah mcnjual barang untuk
jangka masa terten\u tanpa akad yangjelas (ijon).

Finnan Allah Swt:
"Hai orang-orang yang heriman, apahila kamu hermu 'amalah tidak secara tunai 1111111k waktu ditentukan. hendaklah kamu menuliskan ". (A/ .. Baqarah : 282)
3 ). Akad (ijah-qahu/)
Rukun jual-beli ketiga, adalah pengucapan lafadz ijah-qahu/. Syarat
adalah adanya ucapan ijah (pcnawaran) dan qahul (pencrimaan) yang bcrlangsung
secara kcsinambungan. Yaitu dengan ucapan yang benar-benar dipahami, baik
dengan kata-kata maupun yang terselubung. Ucapan ijah-qahul dcngan kata-kata
yang jelas lebih menjamin tidak timbulnya perselisihan atau perbedaan
pengertian. (al-Ghazali, 200 !:29). Menumt Suhendi (2002: 70), akad adalah
ikatan kata antara penjual dan pembeli, jual-beli belum dikatakan sah sebelum
ijah-qahul dilakukan, sebab ijah-qahul menunjukan kerelaan (keridha-an) pada
dasamya 1Jah-qah11/ dilakukan dengan lisan akan tetapi kalau mungkin bisu atau
yang lainnya, maka boleh ijah-qahu/ dengan surat-menyurat yang mengandung
artinya sama dengan 1fah dan qahul. Kcrclaan yang tdah d1scbutkan di atas
menunjukan kcrelaan yang berhubungan dengan hati, s·~bab kerelaan itu tidak
dapat dilihat, oleh karena itu kerelaan dapat diketahui d·~ngan tanda-tanda yang
jclas yaitu dengan I/ah dan qahul. Rasulullah Saw bersabda:

"Dari Ahi Hurairah r.a dari Nahi Saw. hersabda: Jangantah dua orang yang juat-beli berpisah, sebetum sating meridhai. " (HR Abu Daud da11 Timridzi)
Dilain Hadits Rasulullah Saw bersabda:
"Ra.,111/ah Saw. hersahda: Se.111ngguhnya juat-heti hanya sah dengan sating meretakan. ··(HR lbn llibha11 dan Majah)
2.6.3. llal Yang Menyangkut Jual-Beli
I). Khiyar
Kh~var artinya boleh memilih diantara dua, meneruskan akad jual-beli atau
membatalkannya. Diadakan kh~var oleh kedua belah pihak yang mcngadakan
transaksi jual-beli dapat mempertimbangkan kcmaslahatan masing-masing supaya
jangan sampai terjadi penyesalan dikemudian hari. Khiyar :ada tiga macam:
a. Kluyar ma;lis, artinya pembeli dan penjual boleh memilih antara dua perkara
tersebut, selama keduanya masih berada di tempat jual-beli, khiyar majelis ini
boleh dalam macam jual-beli.
b. Khiyar .\yarat, yaitu khiyar terscbut dijadikan syarat sewaktu akad jual-beli
oleh keduanya atau salah satu pihak, seperti ucapan penjual : "saya juat ini
dengan harga sekian. dengan ·'Yara/ khiyar datam liga hari atau kurang dari
11ga hart·. Kluyar .\yarat boleh dilakukan dalam segala hal macam jual-beli
kecuali barang yang wajib diterima ditempat jual-beli, seperti barang riba.
~asa kh(var .'J'arat paling lamanya tiga hari tiga malam dari waktu akad
perJan.1ian.

c. Khiyar '01h, adalah bahwa si-pembeli boleh menge:mbalikan barang yang
dibelinya apabila terdapat pada barang yang dibeli itu ada suatu kecacatan
yang dapat mengurangi pada nilai barang itu atau mengurangi harganya.
Biasanya barang yang seperti itu ketika akad kelihatan baik, padahal ada
kecacatan, namim si-pembeli tidak mengetahuinya. (Rasyid, 1996: 286)
2). Riba
Riba menurut bahasa berarti: tambah. Sedangkan menurut ;yara artinya:
Akad yang terjadi dalam penukaran bamg-barang tertentu, tidak diketahui sama
atau tidaknya menurut aturan syara atau terlambat menetimanya.(Sunarto, thn:
401 ). Dalam Al-Qur'an tiba dikategorikan menjadi dua bagian yaitu nasiah dan
fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Sedangkan tiba fadhl iala11 penukaran suatu barang dengan barang
yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya, karena orang yang menukarkan
mensyarntkan demikian, seperti penukaran emas dengan •:mas, padi dengan padi,
dan sebagainya.
Berikut dibawah ini ayat yang menerangkan tcntang riba dan bahayanya bagi
orang yang memakan hasil dari riba:
•• I J J ~_, .,.f ,,. ..
,::JJ,.U:;. y ~A ).JI ~cl J..y.ljl!
"OranJ!··oranJ! yanJ! makan (mengamhil riha} tidak dapat herd1ri melainkan seperti herdirmya orang yang kemasulran .1ya11an lantaran ftekanan) penyakit

gila. Keadaan mereka yang demikian ilu, ada/ah disebahkan mereka herkata (herpendapat), se.,1mggulmya jual heli ilu sama dengan riha, padahal Allah Te/ah mengha/alkan jual heli dan mengharamkan riha. Orang-orang yang 1elah sampai kepadanya /arangan dari Tuhannya, lalu terus herhenti (dari mengambil riba), maka haginya apa yang te/ah diambilnya dahulu (sebelum datang /arangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kemba/i (mengambil riba). maka orang ilu ada/ah penghuni-penghuni neraka: mereka kekal di dalamnya" (Albaqoralt:275)
Dari kutipan ayat diatas bahwa Allah telah mengharamkan riba, oleh sebab
itu kaum muslimin seluruhnya telah sepakat bahwa asal dari riba adalah
diharamkan. terutama sekali riba pinjaman atau hutang. Bahkan mereka telah
berkonsesus dalam hal itu pada setiap masa dan tempat (Al-Mushlih dan Ash-
Shawi, 2004: 349)
2.6.4. Hukum Dan Landasan Jual-Beli Dalam lsL1m
Pada dasamya berusaha dan berikhtiar mencari re:zeki itu adalah waJib, hal
itu ditegaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunah serta ijma para ulama. Karenajual-
beli termasuk bagian dari muamalah, maka jual-bdi segala bcntuk bolch
dilakukan, akan tetapi bila ada dalil yang melarangnya hal tersebut jangan
dilakukan. Pcmyataan Dewan Syari'ah Nasional (2000:31) dalam kaidah fiqih
adalah:
"/'oda da.v.m~1·a. wmua kegwtan muama/ah ho/eh di!akukan kecuail ada da/il yang mengharamkannya ...
Adapun bagi para pihak yang melakukan jual-beli, harus mengetahui
objck, hukum dan kritcria dalam jual-bcli agar jauh dari penipuan. oleh sebab itu
hukum jual-beli barns ada, diantaranya hukmn-hukumjual-beli adalah:

I). Mubah (boleh) ialah asal hukum jual-beli.
2). Wajib, seperti menjual harta anak yatim jika terpaksa, begitu juga bagi seorang
qadhi (hakim) yang menjual harta muflis (orang yang banyak hutang dan
melebihi harta miliknya).
3). Haram, bagijual-beli yang dilarang agama.
4 ). Sunah, apabila jual-beli itu dilakukan kepada teman atau sanak keluarga atau
saudara yang dikasihi dan juga kepada orang yang sangat memerlukan barang
tersebut. ( Rasyid, l 996:278)
Berdasarkan konsensus (ijma) kaum muslimin, di-syariat-kannyajual-beli,
karcna kehidupan umat manusia tidak bisa tcgak tanpa ada.nya jual-beli. Berikut di
bawah ini adalah landasan hukum dalamjual-beli, Allah SWT berfirman:
"Dan Allah menghalalkan jual-beli 'erta mengharamkan riba ". ( Al-Baqarail : 275)
Dilain ayat Allah S\\1 berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, .1anganlah kamu sating memakan harta sesamamu dengan Jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang herlaku .\1/ka sama .\11ka di a/1/ara kamu ". ( An-Ni'ill: 29)
Had its Rasulullah Saw tentang tentang landasan hukllll1 jual-beli. ~ / / / ,,.
/. l<. / ~ .ilil I, - , .;11 ~ i'.UC .ilil ' · ,. ~I,.. · 'A.C:li : ,. \'.J, ~ • ~ ~ u ~.J 1_,..J l.>: .J UC ;:_p_ ,.. / r /,,... J /,.. "";
, • / '/ "IC:'/" ' I?)' 1 ,_: J'~ (' ,. 1 • ·<II ? I ,,,_ ~ 1 a u.o ~ U.:. a o ~ U.::>o- ~ 1-!S • '-..l.l..b t 1 , " ; r LJ.l-1.'J -"-'~- .... -',, / .... ,,. • • ... • \..;7 ;/' ,, -: ,.
c~' 01.J.J)

Rasulullah Saw telah bersabda: "Rasulullah Saw ditanya : Pencarian apakah yang paling baik? Be/iau menjawab: "/a/ah orang yang bekerja dengan tanggannya dari tiap ;ua/-beli yang bersih" (IIR.A/1mad)'
Dalam ayat dan hadits diatas jual-beli merupakan jenis usaha atau
pekerjaan yang halal (boleh dilakukan) dalam mencari rezeki. Setiap manusia
bebas memilih dan menentukan sendiri jenis usaha atau pekerjaan sesuai dengan
bakat, kemampuan, keterampilan, keahlian dan faktor-·faktor lainnya masing-
masing. Menurut (Shaleh, 1997: 16) salah satu jenis usaha (pekerjaan) yang
disyariatkan agama Islam adalah berdagang. Telah tetjacii kesepakatan (ijma ') di
kalangan umat Islam akan kebolehan berdab>ang atau bemiaga secara total selama
tidak mengabaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang wajib.
Apabila perniagaan itu mengakibatkan pe:lakunya meninggalkan
kewajiban, maka yang demikian dilarang oleh agama. Allah Swt berfinnan dalam
al-Quran Surat al-Jurnu'ah ayat 9:
.. Hai orang-orang yang beriman, apabila diseni untuk menunaikan shalat pada hari ;um 'at, maka ber.,·9~eralah untuk mengmgat Allah dan tingga/kan/ah 1ual· bell. Yang de1111ktan ilu /eb1h baik hagimu jika kamu mengetahui".(Al-Jumu 'all :9)
Demikian pula halnya apabila melakukan transaksi jual-beli dalarn
ranggka yang dihararnkan agama atau .\yari 'ah, maka p<:rbuatan pemiagaan yang
demikian tidak dibenarkan dan sangat dilarang oleh agama.

2.7. Bentuk Transaksi Jual-beli.
Menurut Rahardi (2003:19) sistem pembayaran ada empat macam, yakni
inden (pembayaran di muka), tunai (cash), kredit dan konsinyasi. lnden hanya
berlaku jika permintaan lebih besar dari pada pasokan, atau dalam perdagangan
sering disebut dengan sistem bursa berjangka. Apabila pasokan lebih besar
pembayaran kredit dan konsiyasi. Namun dalam jual··beli ada beberapa kategori
pembayaran yang diperbolehkan diantaranya adalah:
I ). Barter, yaitu perdagangan pertukaran barang dengan barang yang dibolehkan
dengan kualifikasi tertentu. Dalam Islam tidak diperk•~ankan menukar barang
yang berbeda kualitasnya, hal ini menunjukan suatu validitas atau transaksi
barter diangap benar.
2). Tunai, meskipun perdagangan dalam bentuk barter diperbolehkan dalam Islam
dengan kualifikasi tertentu, namun penggunaan transaksi dengan cara tunai
mendapat preferensi oleh masyarakat, dan juga lebih dianjurkan oleh Islam.
Hal ini yang maksudkan agar terhindar dari segala bentuk riba.
3 ). Pemhayaran tanj!g!Jh. Tuntunan mengenai hat ini tercantum didalam Al-Quran
surat Al-Baqoroh ayat 282, yang secara lengkap memberikan ketentuan
ketentuan antara lain tentang :
a. Kewajiban mencatat dengan benar dan tepat.
b. Syarat-syarat orang yang mencatat (hams cakap, tidak lemah akalnya)
c. Tentang keberadaan saksi dimana dicantumkan hams ada dua orang saksi
laki-laki atau seorang saksi lelaki dan dua orang perempuan.

Finnan Allah SWT:
J .., ?" (.J JJ .,, ,,,,..,
~, 0-C<'.-.\j . - -' .:r.---
"!fat orang-orang yang beriman. apab1/a kamu bennu'amalah 11dak secara 11mm umuk waktu yang dilentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan heJUlaklah seorang penulis di alllara kamu menuliskannya dengan benar. Dan ;angan/ah penu/is enggan me11u/iska1111ya sebagaimana Allah mengajarkannya. maka hendak/ah ia menu/is, dan hendak/ah orang yang berhutang itu mengim/akkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. J1ka yang herltutang ilu orang yang /emah akalnya atau /emah (keadaannya) atau dw sendm 11dak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walmya meng1mlakkan dengan .1u;ur. Dan persaksikanlah dengan dua orang .wks1 dart orong-arang /e/ak1 (diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-sak.'i yang kamu ridhai, ~upaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-.wk.•i itu enKJ!an (memben keterangan) apabi/a mereka dtpanggtl; dan ;anganlah kamu ;emrt menuiis hutang ilu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayamya. Yang demikian ilu, /ebih adil di sisi Allah dan /ebih menguatkan persaksian dan

/ebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulis/ah mu'amalahmu ilu), kecuali jika mu'amalah itu perriagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikan/ah apabila kamu beljua/ beli: dan janganlah penulis dan saksi saling su/i/ menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesunggulmya ha/ itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah: Allah mengajarmu: dan Allah Maha mengetahui segala se.matu. {Al Baqoroh : 282)
2.8. Bentuk Transaksi Jual-beli Syari'ah Dalam Penyal1~ran Susu Sapi Mumi
Dari bentuk transaksi jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk
pernbayarannya dan waktu penyerahan barang diantaranya adalah:
2.8.l. Ba'i Murabahah
Murabahah berasal dari kata nbhu (ketmtungan). jadi ha '1 murabahah
adalah menjual sesuatu dengan harga modal dengan tambahan untung sejumlah
yang dipersetujui BIRT ( 1999·4 I) Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional
Nomor: 04/DSN/MUl/IV 12000, ba 'i murabahah adalah menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayamya
dengan harga yang lebih sebagai laba. Sedangkan (Antonio 200 I: I 0 I)
mendcfinisikan ha '1 murahahah adalah JUal beli barang pada asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam ba'i murahahah penjual hams
mcrnbcritahu harga pokok yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
scbagai tambahannya. 8a '1 murahahah juga banyak mernberi keuntungan salah
satunya adalah selisih dari harga beli penjual, sclain itu sistem murahahah juga
sederhana. (Antonio, 1999: 127). Adapun salah satu landasan .1yari 'ah ha 'i
murahahah scbagaimana dijclaskan di bawah ini:

Hadist mengenai ba'i murabahah :
"Nabi bersabda, 'ada liga ha/ yang mengandung berkah: jual-beh tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah). dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bu/can untuk dijual." (HR. lbn Majah dan Shullaib)
Namun secara umum ba ·; murabahah sama dengan rukun-rukun dan syarat-
syarat jual-beli lainnya. Menurut Antonio ( 1999: 122) beberapa syarat khusus
tentangjual-beli murabahah, antara lain:
1 ). Penjual memberitalmka..'1 biaya modal kepada nasabah (pembeli).
2). Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3 ). Kontrak hams bebas dari riba.
4 ). Penjualan hams menjelaskan kepada pembeli bila terJadi cacat atas
barang sudah pembelian.
5 ). Penjual hams menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian. misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Secara prinsip jika syarat (I), (4), atau (5) tidak terpenuhi, maka pembeli
memilik1 pilihan
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b. Kembali kepada penjual dan mengatakan ketidak setujuan atas barang
yang dijual.
c. Membataikan kontrak.

Dengan adanya jual-beli murabahah pembeli dapat mengetahui cost harga
yang sebenamya yang dibeli dari si-penjual. Mungkin ini berfaedah kepada
pembeli untuk menilai suatu barang yang dibeli serta keuntungan yang diperoleh
si-penjual. Ba 'i murabahah adalah salah satu jenis jual-bdi yang dihalalkan oleh
agama.
2.8.2. Ba'i Salam
Salam yaitu menjual sesuatu tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan
sifat barang tersebut ada di dalam pengakuan (tanggungan) si-penjual (Rasyid
1997: 273). Menurut Ari fin, (1999:201) ba 'i salam ialah jual-beli yang dilakukan
di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang telah
disebutkan spesifikasinya, dan diantarkan kemudian. Sedangkan menurut Fal\va
Dewan Syari'ah Nasional Nomor:OS/DSN-MUl/IV/2000, jual-beli barang dengan
cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu,
disebut dengan sa/am. Dengan kata lain (Rifa'i, 2002:68) mengemukakan salam
adalah pembelian barang dengan membayar uang terlebih dahulu dan barang yang
dibeli diserahkan kcmudian artinya penyctoran harga baik lunas maupun sebag1an
harga pembelian sebagai bukti kepercayaan, sehubungan d:engan dengan transaksi
yang telah dilakukan.
Finnan Allah S\'ol .
"Hai orang-orang yang beriman apabi/a kamu bennua 'ma/ah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan. hendaklah kamu menuliskannya".(Al-Baqarah :282)

Dalam ayat ini Allah Swt memetintahkan para kawn mukmin apabila
berhutang pada jangka wal.1U tertentu. agar dapat dituliskart dengan benar.
Sehingga dalam menangguhkan barang dengan pembayaran yang tunai dapat
jelas waktu pengembaliannya. Hikmah diperlukannya penulisan adalah
mempakan sikap kehati-hatian agar terltindar dati pertengkaran-pentengkaran
yang mungkin terjadi. lbnu Abbas r.a metiwayatkan bahwa Rasulullah Saw datang
ke Madinah di masa penduduknya melakukan salam dalmn buah-buahan (untuk
jangka waktu) satu dua dan tiga tahun. Beliau bcrsabda:
"Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula. untuk jangka waktu yang dikerahui ".(HR E11am Imam Alt!i Hadi/$)
Syarat-syarat ha 'i salam menumt (Rifa'i, 2000: 69)sebagai berikut:
I). Uang harganya hendaklah dibayar di majelis akad (uang dibayar lebih dulu)
2 ). Barangnya menjadi utang atas si-penjual.
3 ). Barangnya dapat diberikan sewaktu janjinya telah sampai, berarti pada
waktunya yang dijanjikan barang itu biasanya telah ada.
4 ). Barang itu hendaklah jelas ukurannya. baik dengan lakaran atau timbangan
atau ukuran atau bilangan.
5). Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya yang berarti dcngan sifat itu
dapat berbeda harga dan kemauan orang pada barang itu. Si fat barang haruslah
jelas agar tidak ada perselisihan.
6 ). Hendaklah ditentukan tempat penyerahan barang itu
Adapun salam menghamskan adanya dua ha!:

a. Ukuran, timbangan dan besar atau kecilnya barang yang dibeli harus sudah
jelas. Di awal mengadakan transaksi bentuk barangnya, ukuran dan
timbangannya serta kualitasnya sudah jelas. lni yang sudah dijelaskan hadits
lbnu Abbas r.a diatas.
b. Dilakukan dengan suka sama suka, saling rela-merelakan, sesuai finnan Allah Swt:
" .. Kecuali dengan perdagangan suka sama suka diantara kamu". (A11-Nisa: 29)
2.8.3. Ba 'i lstishna
Arti ha·, istislma menurut baliasa "minta dibuatkan", menurut istilah
kontra!rJtransaksi yang c!itandatangani bersama atara pemesan dengan produsen
umuk pembuatan suatu jenis barang atau suatu perjanjian jual-beli dimana barang
•
yang dijual bclikan bclum ada (Rifa'i, 2002: 73). Menurut Fatwa Dewan Syari'ah
Nasional Nomor:06/DSN-MUl/!V /2000, ba 'i fstishna adalah akad jual-beli dalam
bentuk pemesananan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat).
menurut Ari fin ( 1999: 202) ha 'i istislma adalah jual-beli yang dilakukan dimana
penjual membuat barang yang dipesan pembeli dengan modal sendiri. Adapun
ketentuan umum ha '1 fs11slma menurut Ka nm Busmees < 'om11/tmg (200 I :4)
adalah spesifikasi barang harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan
jumlah. Ba 'i istishna merupakan lanjutan dari ha 'i salam maka seM!ra umum
landasan ~yari 'ah yang berlaku pada ba ·, salam JUga berlaku pada ba 'i istishna.

Adapun perbandingan ha 'i istishna dengan ha 'i salam menurut (Antonio 1999:
152 ) ditunjukan pada table.2. di bawah ini
Tabel 2. Perbandingan Antara Ba'i Salam Dan Ba'i Istishna
Subyek Salam lstishna G"i,turan & Kcterangan
h.arang ditangguhkan Pokok Kontrak Mus/am Fiih Mashnu I dengan spesifikasi
Harga Dibayar Pada Bisa saat J Cara penyelesaian saat kontrak kontrak, bisa pembayaran merupakan
diangsur, bisa perbedaan utama antara kemudian hari salam dan isthisna
Sifat kontrak Mengikat secara Mengikat Salam mengikat semua asli (thabi'i) secara ikutan pihak sejak semula,
(Taba'i) sedangkan Isthisna menjadi pengikat untuk melindungi produsen
I sehingga tidak ditinggalkan begitu saja I oleh konsumen secara I
! 1 tidak bcrtanggung
Jiawab Swnber: M. Syafi'1 Antonio. 1999
Walaupun demikian, para ulama membahas lebih lanjut "' Keabsahan "
ba 'i is/is/ma dengan penjelasan sebagai berikut .
a. Masyarakat tclah mempraktikkan ha·, 1st1slma secara luas dan terns menerus
tanpa ada kcberatan sama sekali. Hal demikian menjadi ba 'i istislma scbagai
kasus ijma dalam konsensus umum.
b. Di dalam .\)'an 'ah dimungkinkan adanya pcny1mpangan terhadap q1yax
bcrdasarkan ijma ulama.
c. keberadaan ha 'i is/is/ma didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Banyak orang
sering sekali memerlukan barang yang tidak sedia di pasar sehingga mereka
cenderung kontrak agar orang lain membuatkan ba:1lllg untuk mereka.

d. Ba 'i istishna ' sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak
selama tidak bertentangan dengan nash dan aturan .~vari 'ah (Antonio,
2001 :114).
Di bawah ini merupakan hubungan harga dan barang dari ketiga transaksi
syari 'ah diatas.
Tabel 3. Hubungan Harga Dan Barang Dalam Transaksi Jual-Beli Syari'a/1
Variable Harga Barang Model jual-beli
- -· ~-------
__ ._. ____ ----Ba'i Murabahah Tangguh . Tunai
Ba'i Salam Tunai Tangguh
Ba' i I stishna Tunai, cicilan, kcmudian Tangguh hari !
I
Sumber: Data d1olah
Tabel.3 diatas dapat kita bedakan masing-masmg transaksi jual-beli
menurut .\yan "ah dilihat dari segi harga dan barang. Ba ',i murabahah dalam segi
pembayarannya secara tangguh dan untuk barang diterima dengan tunai namun
dilihat dari konsep transaksi ini penjual diharuskan menycbutkan harga (modal)
dasar kepada pcmbeli. Sedangkan ba '1 sa/am dan ha·, 1s1is/ma mcmpunyai
pcrsamaan dan perbcdaan. Persamannya adalah dalam mcncrima barang diterima
secara tangb'llh scdangkan letak perbedaan yang paling mcncolok dapat dilihat
dari scgi pcmbayaran. Dari ketiga transaksi ,,yari 'ah dapal disimpulkan d1atas
mempunyai ciri khusus yang dapat membedakannya ba1k dari segi pembayaran
maupun penerimaan barang.

2.9. Kerangka Pemikiran
Susu merupakan salah satu produk petemakan yang sensitif dan
mempunyai umur yang pendek. Di Iihat dari sifatnya susu memang komoditas
mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga para petemak perlu membangun suatu
wadah atau lembaga agar dapat memasarkan susu segar kepada konsumen. Untuk
memperlancar kegiatan penyaluran barang atau susu dari produsen ke konsumen
diperlukan kegiatan tataniaga terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan
fasilitas yang merupakan komponen-komponen terjadinya kegiatan tataniaga.
Penulis akan mengkaji permasalahan penyaluran susu sapi mumi di tinjau dari
transaksi berdasarkan syari 'ah. Adapun transaksi yang dipilih adalah transaksi
jual beli, mengingat transaksi ini sering dilakukan oleh masyarakat dibandingkan
dengan transaksi lainnya.
Bila prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. maka dalam penyaluran susu sapi
antara petemak dan pedagang perantara akan terjadi suatu transaksi jual-beli yang
bisa diiakukan secara tunai. tcrtunda. atau diangsur transaksi tersebut lazim
dilakukan ditengah-tengal1 masyarakat sesuai dengan k<:sepakatan bersama. Di
dalam konsep syari 'ah transaksi jual-beli diatas mempunyai kriteria tersendiri,
oleh sebab itu seorang wirausaha muslim hams mengenal dan mengetahui
permasalahan jual-beli yang ada. Dari definisi tentang jual-beli menurut syari 'ah
ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain yimg menerima-nya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

Garn bar 2. Alur Kerangka Pemikiran
Produsen (Petemak Susu Sapi)
Pedagang Perantara Dalan1 P1~nyaluran Susu Sapi Murni
/ Masalah: Penyaluran, Aplikasi dan
Fungsi Penyaluran ( Pertukaran, Fisik dan Fasilitas)
Transaksi Dalam Penyaluran Ditinjau Dari Sudut Pandang
Syan'ah
l Pengumpulan Data,
Menggunakan Metode Studi Kasus
Analisis Data
Hasil Penelitian
Unit Pelaksana Teknis DKI Jakarta Agribisnis Universitas Islam Ncgeri Pelaku Bisnis Petemakan Sapi di!
.. [
Ba'i Murabahah Ba'i Salam Ba'i Istishna
____,

BABIII
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Temak Sapi
Perah Swadaya Pondok Ranggon di Kecamatan Cipayimg, Jakarta Timur. Waktu
pelaksanaan penelitian ini selama dua bulan yaitu dimulai bulan Desember, 2004
sampai bulan Januari, 2005.
3.2. Metode Pengumpulan Data Dan lnformasi
Penelitian ini mengunakan metode studi kasus mengenai penyaluran susu
sapi mumi serta karyawan dan peternak melakukan transaksi yang akan ditinjau
dari sudut pandang .\yari 'ah. Adapun data yang diambil dalam peneliiian studi
kasus ini terdiri dari data primer dan data sek'Under. Pengumpulan data primer
diperoleh dengan cara observasi atau pengamatan langsung di lapangan tempat
penelitian berada dan juga melaksana-kan wawancara dengan ketua peternakan,
staf. pekerja, p~'dagang perantara serta para petemak. Wawancara dibautu dengan
instrumen kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang
dikumpulkan diantaranya: cara transaksi peternak dengan pedagang perantara,
mekanismc penyaluran, jumlah biaya dan margin tataniaga. Data sekunder
diperoleh dari laporan-laporan yang ada di petemakan, dinas petemakan setempat
dan dari pustaka yang berkaitan dengan sumber data.

3.3. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk tabulasi. Menurut Whitney (1960) diacu dalam Naj1:r (2003: 54), penelitian
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan
antar fenomena yang diselidiki.
Aspek- aspek yang diamati meliputi:
1. Kegiatan tataniaga di KTTSP Swadaya.
a. Fungsi-fimgsi tataniaga, yaitu mengambarkan kegiatan pelaksanaan
fungsi dari tataniaga yang ada di KTTSP Swadaya.
b. Mekanisme penyaluran susu sapi mumi dari produsen hingga konsumen
dan biaya tataniaga. Adapun biaya yang dikeluarkan dalam proses
penyaluran susu sapi mumi meliputi: biaya pengangkutan, biaya
pengepakan, biaya pengolahan susu dan lain-lain. Sedangkan marjin
adalah sclisih keuntungan dari harga jual dari sellap tingkatan saluran.
2. Transaksi dalam penyaluran susu sapi mumi.
Transaksi antara petemak dan penyalur (pedagang perantara yang meliputi:
koperasi , a gen, loper dan konsumen ). Dari jenis transaksi dalam penyaluran susu
sapi mumi ada akan ditinjau dari sudut pandang .\)Uri 'ah, sehingga terjadi
transaksi jual-beli yang sesuai dengan .,yari 'ah.

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Letak wilayah petemak sapi perah Pondok Ranggon berada pada
perbatasan antara OKI Jakarta dengan Bekasi. Adapun petemakan sapi perah
tcrscbut beralamatkan di JI. Sapi Perah RT 001/02, Kelurahan Pondok Ranggon,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pondok Ranggon merupakan kawasan usaha
temak satu-satunya dalam pengembangan dan budidaya sapi perah yang ada di
OKI Jakarta. hal ini telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubemur OKI
Jakarta tentang pcngembangan wilayah petemakan Nomor: 300 tahun I 986.
Adapun area kawasan sapi perah yang direncanakan seluas 30 ha, akan tetapi
tcrcalisasi scluas hanya I I .9 ha yang terdiri dari 2.9 ha un1tuk kebun dinas Pondok
Ranggon dan 9 ha untuk petemakan sapi perah. Jumlah petemak yang ada
scbanyak 23 kepala keluarga dcnganjumlah populasi sapi perah 768 ekor.
Pondok Ranggon merupakan kawasan usaha petemakan yang sudah cukup
berkcmbang dan juga mcrupakan salah satu kawasan pe:rtumbuhan ekonomi di
wilayah Jakarta Timur, khususnya yang berkaitan dengan usaha petemakan susu
sapi perah, serta kawasan kunjungan dalam rangka pendidikan baik dari Sekolah
Dasar hingga Pcrguruan Tinggi. L'ntuk lcbih mengoptimalkan kawasan tersebut
dinas petemakan sctempat tclah mcmbangun prasarana yang mcndukung
diantaranya: jalan masuk petemakan, pclayanan dokter hewan, penampungan
limbah dan Iain-lain.

4.2. Scjarah Pctcrnakan
Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah
nama organisasi petemak yang mengkoordinir kegiatan para peternak. Sejak
zaman Belanda petemak ini sudah melakukan kegiatan bertcmak sapmya secara
tradisional di Jakarta, tepatnya di Kclurahan Kuning.an Timur Kecamatan
Setiabudi, Jakarta Selatan. Setelah Indonesia mcrdeka usaha pctcmakan sapi perah
mcngalami kcmajuan yang: sang:at pcsat semenjak ditctapkannya Jakarta scbag:ai
ibukota neg:ara Indonesia, yang: artinya dapat mcmbuka pcluang pasar susu di
daerah sendiri.
Pada tahun 1968 keberadaan usaha petemakan di Jakarta diwujudkan
sccara berkelompok dengan dibcntuknya KOPERDA (Kopcrasi Pctcmakan Sapi
Perah Rakyat Djakarta) deng:an badan hukum No.229/BH/1112-67 tangg:al i 7-12-
1968 yang juga merupakan ang:g:ota dari GKSI (Gabungan Koperasi Susu
lndonc,ia ). Dampak Jakarta ditetapkan scbagai ibukota rwgara, maka sccara tidak
lang:sung cksistcnsi petcmak yang ada di Jakarta khususnya wilayah Kuning:an
akan dipindahkan, karena wilayah tcrsebut akan dijadikan kawasan konsulat dan
pusat bisnis atau sering dikenal sebagai kawasan SEGI TIGA EMAS. Dengan
dipindahkan tempat tcrsebut demi peng:embangan usaha peternakan, maka usaha
pctcmakan sapi resmi dipindahkan kc dacrah yang baru yaitu di Kelurahan
Pondok Ranggon dengan jumlah petemak yang ada pada :;aat itu adalah 23 kepala
keluarga dcngan latar belakang pendidikan yang bcrbcda, yaitu dari SD sampai
l'erg:uruan Tingg:i. Adapun setiap kcluarga memiliki sapr perah antara 20-45 ekor,
para petemak diberi ianggung~jawab masing-masiug d~!am mengelola usahanya

di bawah pengawasan Dinas Peternakan DK! Jakarta. Dalam pengelolanya
peternak membuat struktur organisasi yang ada di wilayah tersebut, agar dapat
mempermudah dan mengkoordinasikan dalam menjalankan usaha peternakan
yang ada.
4.3. Ternak Sa pi Perah
Pctcmakan sapi pcrah Pondok Ranggon tcrnak yang dipelihara adalah
jenis sapi Fries Holland (FH) dan keturunannya. Adapun ciri khas jcnis sapi ini
antara lain wama bulu hitam bercak putih. pada bagian ata.s depan kepala terdapat
segitiga putih, dan ujung ekor berwama putih. Sapi perah FH merupakan sapi
yang mempunyai produksi tinggi, sehingga hampir semua sapi FH yang dipelihara
mempunyai produksi tinggi. Sapi FH mcmpunyai karakteristrik yang bagus dari
scgi produkttfitas tmggi d1antara sapi jL"llis lainnya. Berikut tabcl tentang
kemampuan produksi sapi perah tiap laktasi dari jenis sapi perah yang terkenal
termasuk sapi Fries Holland.
Tabel 4. Kemampuan Produksi Sapi Perah
Jcnis Sapi Kcmampuan Produksi/ Laktasi (Kg)
• Fries Holland 5982 • Brown Swiss 5052 • Ayrshire 4853 • Guernsey 4009 • Jersey 3844 • Milking Shorhorm 4019
Sumber· f\t Zian Syarief. 1990· 11>
Kadar Lemak (%)
3,7 4,05 4,12 4,86 5,24 3,90

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sapi perah Fries Holland
mempunyai kemampuan produksi yang tertinggi dibandingkan dengan jenis sapi
lainnya. Sedangkan sapi Jersey mempunyai kemarnpuan produksi yang paling
rendah, namun dengan kadar lemak susu tcrtinggi.
Pada KTTSP Swadaya, pedet (anak sapi) betina dari ketunman induk
produksi rendah akan dijual begitupun dcngan pedet jantan. sedangkan dari
ketunman dari induk produksi tinggi akan dipertahankan. Pedet yang di3ual
biasanya yang bcrumur 1-2 tahun untuk bisa di potong scbagai sapi pcdaging, dan
sapi dewasa yang sudah 4 -5 kali melahirkan atau sapi sudah afk1r (sapi yang
sudah tidak berprodt!ksi la!,>i). Penjualan sapi-sapi tersebut tetap memperhatikan
jumlah sapi perah yang ada, sehinggajumlah total relatiftetap dari tahun ke tahun.
Ada pun jumlah sapi perah pada KTTSP Swadaya pada bulan januari 2004
ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 5. Jumlah Sapi Perah Pada Kelompok Tani Ternak Sapi Pcrah Swadaya Pondok Ranggon Pada Bulan .Januari 2004.
Kctcrangan 1mlijh Ekor !"·o~
Pedet : *Belina 60 7.81 • Jantan 49 6,38
Dara: *13etina 99 12.89
• Jantan 53 6,90 Dewasa:
•Belina 476 61,98 • Jantan 31 4,04
Total 768 100
Sumbcr Data scnsus tcmal. (Januari_ 2004)

4.4. Aspck Kelcmbagaan
4.4.1. Struktur Organisasi
Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya dapat berjalan lancar jika
ada gambaran atau struktur organisasi yang jelas yang dapat menjalankan roda
usaha petemakan.Oleh sebab itu struktur organisasi sangat diperlukan oleh
petemak sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Dalam setiap mengambil
keputusan petemak memmuskan melailui musyawarah atau rapat dengan para
petemak lainya yang ada dilingkungan tersebut. Adapun kepengurusan yang
dipilih terjadi pada setiap tiga tahun sekali tugasnya adalah melaksanakan
kegiatan secara bersama-sama sehingga kewajiban dalam KTTSP Swadaya dapat
terpenuhi apa yang telah ditetapkan. Susunan pengurus periode 2003-2005 yang
dipilih dan ditetapkan <lalam musyawarah ada!ah:
NO
Gambar 3. Susunan Organisani Peternak Susu
STRUKTUR ORGANISASI Kl=rsPI SWADAYA PERIODE2003-~~
JABATAN NAMAILEMBAGA !---+-c-=c-=-c-::-=-c-=-------+~-.,.-,-,--,.-~·
!---l-i --P=E=L--IN_'_D-'U'-'N-'-'G-=--------+-'K_._' e'-'--a-'la'-K'-''-'-e-'-Iu .... ra __ h.an Pondok Ranggo_n __ _J·' i 2 i PEMBl1'iA I I. Dinas Petcmakan dan Pcrikanan. i / Kclautan DK! Jakarta.
2. Sudin Petemakan. Perikanan dan L .. l------------i--~K_e __ Ja_u~tru_1_Ja_k_·a_r_t_a_T_i_m......cur i_3.:.. .. KETL.:A _l_ _______ -+:_R_o_l_1m_a_· n_i __ i 4 KETUA II Bahro·i ~-~
····~] i ' 5 I SEKRET A"-R"-1 s=-------+-'-R"-'a-'-hm-=at"'H-"i--da'-'-at
i ~ J ~~f 1~~:~~-. ·-···· ··· 1·~~;~~i:a::·~~un ~·~·"·-···---·-·-+ .---------·
! Falahin L9 i LIMBAH Sumberc Data Pet-ern-a-:kan-· -.-=2"'rn"'14,-----~-----

4.4.2. Kctcnaga Kcrjaan
Petemakan susu sapi yang ada di Pondok Ranggon memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai suatu kawasan agrowisata, sebagai pemacu ekonomi di
kawasan tersebut. Adapun tujuan dan perencanaan pengembangan daerah
tersebut adalah :
I). Untuk lebih mengoptimalkan pontensi lahan kebun Dinas Petemakan
Pondok Ranggon.
2). Lebih meningkatkan mutu produksi, kualitas scrta komoditas susu sapi.
Untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada di wilayah temak dapat
mengurangi pengangguran serta sebagai sarana pendukung kegiatan penyuluhan
bai,,>i petemak dan masyarakat. (Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertemakan DK!
Jakarta.2004)
Keberadaan petemakan di wilayah Pondok Ranggon berdampak kepada
penyerapan tenaga kerja yang terlibat langsung maupun tidak langsung.
Penyerapan tenaga kerja dalam industri petemakan yang ada di KTTSP Swadaya
Pondok Ranggon dapat menjadi dua bagian besar antara lain:
I). Pekerjaan langsung meliputi:
a. Pemilik dan keluarga petemak
b. Pekerja kandang atau pencari rumput
c. Pengiriman atau looper susu
2). Pekerja tidak langsung (indutri terkait)
a. Pabrik tahu tempe
b. Pabrik pakan ternak

c. Usaha tanaman hias
d. Industri obat-obatan temak
Ketenagaan kerja dalam petemakan ditujukan untuk mencapai hasil yang seefektif
mungkin dan sebagai penyerap tenaga kerja untuk di wilayah sekitar petemak.
4.4.3. \Vaktu Kerja
Jumlah hari kerja yang ada di KTTSP Swadaya adalah tujuh hari dalam
seminggu, dengan jumlah jam kerja tujuh jam ini hanya untuk para para pekerja
kandang dan pencari rumput. Sedangkan hari senin sampai hari minggu dengan
waktu kerja jam 07.30 - 14.30 WIB, kecuali hari Jum'at 07.30- 11.00 WIB
khusus pekerja produksi (pemeras susu). Adapun jadwall pemerahan telah diatur
yaitu : pagi hari dari jam 04.30-07.00 WIB dan untuk sore hari dari jam 13.00-
14.30 WIB. Untuk petugas lapangan yang terdiri dari tenaga medis dan
inseminator harus siap melayani petemak selama 24 jam tergantung banyaknya
kasus yang ada.
4.5. Unit Kcgiatan Pctcrnakan
4.5.1. Unit Kcschatan Hcwan (KESEWAN) Dan lnseminasi Buatan (IB)
Tujuan didirikan unit KESEWAN adalah untuk memberikan pelayanan
pada petemak agar sapi dalam keadaan sehat. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap produksi susu dan untuk meningkatkan volume penerimaan susu. Jika
tidak ada unit kesewan akan menyulitkan unit produksi untuk meningkatkan
volume susu. Bagi petemak KTTSP Swadaya akan mengalami kesulitan dalam

membiayai beban operasionalnya secara keseluruhan, karcna pemasukan sebagian
besar dari unit produksi susu.
Dal am sekali melakukan inseminasi buatan ( lB) pad a sapi perah, peternak
dikenakan biaya sebcsar Rp 35.000 untuk sekali suntik. Adapun inseminator
datang setiap harinya kepetemakan. Dari 90 % populasi sapi perah di KTTSP
Swadaya semuanya mclakukan inseminasi buatan, yang ditanggani oleh petugas
kesehatan hewan ternak yang terdiri dari dua dok'ter jaga .
4.5.2. Unit Pcmbinaan dan Penyuluhan
Tujuan dari unit pembinaan dan penyuluhan sumber daya manusia adalah
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia pada
KTTSP Swadaya. Hal ini juga untuk mewujudkan reaiisasi dalam nmgka
meningkatkan kesejahtcraan para pctcrnak dan mcmbangun peternakan.
Pembinaan dan pcnyuluhan yang dilakuka11 secara langsung dan tidak lansung.
Penyuluhan secara langsung diberikan secara terjadwal oleh tim penyuluh yaitu
petugas KESEW AN (Inseminator) dan fasilitator. Selain lerjadwal pembinaan dan
penyuluhan ini juga sering dilakukan secara spontan apabila petcrnak
membutuhkan atau dirasa harus mcngadakan pembinaan terhadap ternak.
Penyuluhan ini diadakan pada forum tertutup secara rutin yaitu para peternak
dilibatkan langsung scsuai dcngan tcma yang telah ditcntukan. L'ntuk pcnyuluhan
yang tidak langsung biasanya dilakukan dengan pemberitahuan saja lewat telepon
atau pamflet, tctapi penyuluhan scperti inijarang dilakukan karena kurang efektif.
Dalam mcnjalani usaha para pctcrnak juga dilcngkapi dengan fasilitas dan tenaga
Pembina untuk mt.'tlgontrol keberadaan temak yang terdiri dari :

Gambar 4. Fasilitas Petemakan
I lzin lokasi sesuai SK Gubemur 5 Sarana Prasarana pendukung DK! Jakarta petemakan.
2 Dokter Hewan 6 Penampungan Limbah 3 Petugas lB 7 Dan Lain-Lain 4 Penvuluhan Lapangan '
' Sumber: Data peternakan, 2004
4.5.3. Unit Produksi Susu di KTTSP Swadaya
Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon mempunyai sapi perah sebanyak
768 ekor terdiri dari sapi pedet, dara, dewasa. Dari jumlah sapi perah yang ada
KTTSP Swadaya dapat menghasilkan susu 3500-4000 lit(:r/hari. Adapun seorang
petemak sapi perah di KTTSP Swadaya pada setiap bulanya dapat menghasilkan
susu sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Produksi Susu Perbulan
I a Pagi I September QSOre
Somber Data Pnmer dtolah
Oktober Nopernber Des.ember
Dari gambar tabel diatas dapat di lihat bahwa pctemak memeras susu pada
pagi dan sore hari. karcna pada waktu terscbut susu segera di kemas dan di kirim
kepedagang perantara dan juga sapi pcrah dapat berprocluksi optimal pada pagi
hari dibanding dcngan sore hari. Pctemak dalam mcnanggani susu perahannya
secara tradisional namun secara kualitas susu tetap terjaga ini terbukti KTTSP

Swadaya menjuarai produksi unggulan tingkat DK! Jakarta tahun 2002 (Data
Petemakan, 2004 ).
4.5.4. Unit Makanan Ternak
Semua mahluk hidup memerlukan makanan begitu pula dengan sapi perah.
Agar kcbutuhan untuk perawatan tubuh dan untuk bcrpmduksi dapat terpenuhi,
maka bahan makanan yang disajikan pada sapi harus mengandung unsur-unsur
gizi sepcrti energi, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air. Tujuan dari
pcngadaan pakan temak ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pakan temak
khususnya sapi perah. Sapi perah mengkonsumsi pakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi. Pcmberian pakan mempakan
salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan suatu usaha petemakan
sapi perah, karena pakan sangat mempengamhi kualitas dan kuantitas susu yang
dihasilkan serta kcsehatan temak.
Pakan yang diberikan pada sapi perah terdiri dari hijauan dan konsetrat
(pcnguat). Pcmberian konsentrat untuk memenuhi gizi atau zat-zat pakan yang
t1dak terdapat pada hijauan. Makanan sapi dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok yaitu : makanan hijau, konsentrat dan makanan tambahan. Tennasuk
makanan hijau adalah mmput gajah, mmput benggala, kolonjono. mmput rusi,
pengola dan lain sebagainya. Termasuk pada konsentrat adalah b1ji-b1J1an. m~'"llir,
bulgur. katul, dedak, bungkil, berbagai jenis umbi dan lamnya. Konsentrat
mengandung kadar ener1,>i dan protein yang tinggi dan serat kasamya rendah.
Fungsi konsentrat adalah memperkaya nilai gizi pada bahan makanan yang mlai
rendah. Dari pemberian pakan dapat mempengamhi kualitas susu, karena susu

yang kental merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen, disamping
kebersihan dan kualitas susu.
4.5.5. Unit Penanganan Limbah Sapi
Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon mempunyai penanganan limbah
yang mereka sebut dengan !PAL (lnstalasi Pengolahan Air Limbah). Sebelum
limbah dibuang, limbah tersebut ditampung di sebuah tempat untuk diproses.
Limbah sapi berupa kotoran atau feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi tersebut
dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat untuk bercocok
tanam. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif malml dan merusak zat hara
tanah. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung dari bahan yang digunakan. Ada yang menggunakan bakteri ada pula
dengan cara alamiah. Penanganan limbah di KTTSP Swadaya wnumnya
menggunakan cara alamiah karena mempunyai tempat pengolah kompos,
sehingga memudahkan penanganannya.

BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kegiatan Tataniaga Dalam Penyaluran Susu Sapi
5.1.1. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Tataniaga Dalam IPenyaluran Susu Sapi.
I). Fungsi Pertukaran
Pelaksanaan dari fungsi pertukaran adalah perpindahan hak milik alas
barang atau jasa sehingga dapat memperlancar kegiatan dari tataniaga. Adapun
fungsi pertukaran terbagi menjadi dua sub yaitu sub fun.gsi pembelian dan sub
penjualan.
a. Sub fungsi pembelian
Tujuan dari sub pembelian adalah tmtuk mencari produsen atau sumber
pemasaran sehingga menjadi kontiniunitas persediaan barang bagi konsumen
ataupun pcdagang (Atmakusuma, dalam Messy. 2003: 31 ). Dalam ha! ini KTTSP
Swadaya sebenamya berperan sebagai produsen atau penyedia susu sapi,
kemudian para pedagang perantara dapat membeli susu yang telah dipesan.
Penyaluran susu di KTTSP Swadaya mcliputi koperasi. agen. looper dan
konsumen.
b. Snb fungsi penjualan
Fungsi penjualan tujuannya adalah untuk menciptakan permmtaan
terhadap barang dan berusaha untuk mencari konsumen yang akan menggunakan
barang tersebut dengan harga yang memuaskan sehingga memperoleh
keuntungan. (Atmakusuma dalam Mcs''Y· 2003: 34 ).Adapun KTfSP Swadaya
dalam melakukan penjualan susu melalui perantara koperasi KTTSP Swadaya

juga menjual susu tersebut kepada industri pengolahan susu seperti PT. Fajar
Taurus dan PT. lndomilk dengan kualitas standar susu yang telah ditentukan.
Harga yang dibayarkan koperasi kepada peternak adalah s<~besar Rp. 1600,-/liter.
Selain menjual ke !PS melalui koperasi , KTTSP Swadaya juga melakukan
penjualan susu kepada agen, looper dan konsumen dengan harga susu lmtuk agen
adalah Rp.1900,-/liter, dan looper Rp 2200,-/liter.
2). Fungsi Fisik
\1enurut Limbong dan Sitorus (1985:8) flmgsi fisik adalah semua tindakan
yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan
kegtmaan bentuk. tempat dan waktu. Fungsi fisik terdiri dari sub fungsi
pengangkutan dan sub penyimpanan.
a. Sub fungsi pengangkutan
Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon dalam melakukan pengangkutan
susunya yaitu menggunakan sepeda, motor dan mobil, dengan jumlah produksi
susu 3500-4000 liter per hari dari 23 petemak yang ada (Data peternakan, 2004 ).
Pengangkutan merupakan faktor yang beipengaruh dalam mengembangkan pasar,
karena menghubungkan sumber penawaran dan pennintaan. Adapun untuk
pengiriman susu melalui looper dan agen mereka menggunakan sepeda motor dan
mobil tergantung dengan jumlah susu yang diambil dari peternak. Jika kualitas
dan kuantitas alat angkut terbatas maka radius penyebaran susu akan terbatas
dengan daerah pemasaran.

b. Sub penyimpanan
Susu mumi yang dihasilkan hams segera ditangani dengan cepat dan
benar, agar susu dapat diolah dengan baik. Hal ini disebabkan sifat susu mumi
yang sangat mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Beberapa ha! yang hams di
perhatikan agar susu mumi dapat terjual dengan kualitas baik sebagai berikut :
I ). Dalam menangani susu peralatan yang hams digunakan adalah ala!
pcnampung susu scgar baik bcrupa ember perah atau milk can (ember
susu). Keadaan alat-alat tersebut haruslah bersih dan kering. Jika peralatan
itu bersih, umur susu segar bisa mencapai 3 jam, setelah itu akan msak
atau asam.
2 ). Sebclum dimasukan kedalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu
agar bulu sapi dan vaselin yaug tercampur dengan susu tidak terbawa
masuk kedalam wadah
3 ). Wal.1u pcngiriman hams dihitung pada saal susu selesai diperah hingga
susu tiba di konsumen.
4). Pendinginan susu dengan suhu 4° C, agar lebih tahan lama. Jika susu lebih
dari 4° C, baktcri mudah berkembang baik. (Sadono 2003: 79)
Karena posisi pctcmakan dckat dengan daerah pasar petemakan sapi perah
l'ondok Ranggon. dalam pengiriman susu muminya menggunakan milk can dan
kemasan dalam palstik untuk siap langsung dikirim konsumen. Ada pun
penyimpan susu mumi di KTISP Swadaya tidak ada penampungan khusus ini
dikarenakan pctemakan masih mengunakan sitem tradisional. Biasanya para

petemak lansung mengemas dengan plastik ukuran 0.5-1 Kg atau dimasukan milk
can kemudian dikirim langsung ke tempat tujuan.
3 ). Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas menjadi empat sub fungsi, yaitu sub fungsi standarisasi,
sub risiko, sub fungsi pembiayaan dan sub fungsi informasi pasar.
a. Sub fungsi standarisasi
Untuk menentukan kualitas suatu susu diperlukan peni,'lljian atas susu
tersebut, karena kualitas susu sangat berpengaruh atas harga jual. Peni,'lljian yang
dilakukan di KTTSP Swadaya dilakukan dengan tester or,ganoleptik (rasa, wama,
bau)
b. Sub fimgsi penanggungan risiko
Sifat susu yang mudah rusak menjadi kendala bagi para petemak dalam
pemasaranya. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat dan hati-hati.
Namun secara umum di KTIPS Swadaya Pondok Ranggon jarang sekali terjadi
kerusakan susu, karena setelah diperas susu di saring k1emudian langsung dikcmas
dan scgera dipasarkan.
c. Sub fungsi pembiayaan
Biaya tataniaga susu sapi di KTTSP Swadaya sebcsar Rp 185.-flitcr.
scdangkan bagian yang ditcrima olch pctcmak adalah hasil dari pcnjualan susu
kepada koperasi, agen, looper dan konsumen langsung.

d. Sub fungsi infonnasi pasar
lnfonnasi pasar yang bisa diterima di KTTPS Swadaya biasanya berupa
harga jual susu dan kualitas susu yang diterima KOPERDA maupun dari GKSI
(Gabungan Koperasi Susu Indonesia) mengenai harga susu yang ditetapkan.
5.1.2. Mekanisme Penyaluran Susu Murni.
Dalam menyalurkan susu sapi diperlukan saluran tataniaga sehingga susu
dapat disalurkan sampai pada sasaran. Saluran tataniaga merupakan suatu jalur
tataniaga yang melibatkan beberapa pedagang perantara untuk menyampaikan
suatu barang atau komoditi dalam penyaluran susu sapi dari produsen kepada
konsumen. Di bawah ini merupakan pola saluran tataniaga pada KTISP Swadaya
Pondok Ranggon:
Garn bar 5. Pola Saluran Tataniaga "Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon"
KOPERASI
Petemak ( Konsumen )
~ (~Ag-en~) , I
Dari gambar 5. di alas, dapat dilihat bahwa susu yang berasal dari
peternak disalurkan kepada pedagang perantara, dalam penyaluran susu di alas

koperasi, agen, pengecer (looper) dan konsumen. Untuk penyaluran koperasi
hanya menyalurkan susu sapi ke IPS untuk dijadikan susu olahan. Sedangkan
pedagang perantara lainya diantaranya agen, pengecer (looper), dan konsumen
semuanya itu adalah sebagai penyalur susu mumi dan pembeli yang kemudian
dijual kembali kepada konsumen akhir. Adapun konsumen yang ini,>in membeli
susu ke petemak secara langsung, petemak pun dapat memberikannya itupun
hanya untuk di komsumsi sendiri. Konsumen yang bisa membeli langsung
biasanya adalah penduduk sekitar dan para pendatang yang ingin menikmati susu
mum1.
5.1.3. Cara Penyaluran Susu Sapi di Lembaga tataniai~a
!). KOPERAS!
Penyaluran susu sap1 ditingkat koperasi, biasanya petemak
meni,>umpulkan produksi susunya yang kemudian diambil oleh koperasi. Adapun
wadah naungan koperasi bai,>i pctcmak susu sapi perah adalah KOPERDA
(Koperasi Petemakan Sapi Perah Rak--yat Djakarta) dalam hal ini koperasi adalah
sebagai penyalur susu atau sebagai perantar yang menyalurkan ke !PS. Setiap
anggota KITSP Swadaya hams menyetorkan susu kepada koperasi minimal 10
liter setiap harinya, kcmudian susu yang sudah terkumpul dapat disalurkan kepada
lndusrti Pengolahan Susu (fl'S) seperti PT. fndomilk dan PT. Fajar Taurus ( Data
petemakan, 2004 ).
2)_ Agen
Dalan1 penyaluran susu, agen berperan sebagai pembeli biasanya mercka
mengambil susu dari petemak dengan meni,>unakan milk can atau dengan gentong

susu kemudian diangkut dengan motor atau mobil. Pengambilan susu para agen
adalah pagi dan sore hari, karena susu akan mereka takar kemudian dijual kembali
dalam bentuk kemasan dengan ukuran 0,5 sampai I kg, rnereka juga rnenjual susu
pasturasi, yaitu susu yang sudah diolah dicampur dengan pemanis lewat pengecer.
3). Pengecer (Looper)
Looper adalah pekerja yang mempunyai ikatan dengan petemak untuk
mengantarkan susu kepada pelanggan. Para petemak telah terlebih dahulu
menyiapkan atau memilah bagian susu yang akan dijual oleh looper. Biasanya
susu tersebut tclah dikemas dengan plastik ukuran 0.5 kg sampai I kg, dalam
pcnyaluran susu mereka mcmakai sepcda dan juga acla yang berkendaraan
(motor), karena jarak mengatarkan susu kepada pelangan ada yang jauh juga ada
yang dekat.
4). Konsumen
Petemakan KTTSP Swadaya tidak hanya melakukan penjualan kcpada
koperasi, agen, looper tetapi juga melakukan penjualan ke konsumen secara
langsung. Adapun cara penjualan susu antara pctemak kepada konsumen adalah
konsumen datang langsung kepetcmakan sapi. kemudiain membeli susu dari
petcmak.
5.1..1. Biaya Dan Margin Tataniaga D:ilam l'enyaluaran Susu Sapi
I). Biaya Tataniaga
Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tataniaga.
Adapun biaya tataniaga meliputi biaya angkut. biaya pengeringan, pungutan
rctribusi dan lain-lain Sedangkan besamya biaya yang clikeluarkan oleh setiap

lembaga akan berbeda satu sama lain disebabkan karena, 1) Macam komoditi 2 ).
Lokasi pasar 3 ). Macam lembaga pemasaran dan ektivitas pemasaran yang
dilakukan. (Soekartawi,1993 :196).
Tabel 7. Biaya Tataniaga Susu "KTTSP" Swadaya Pondok Ranggon
Macam Biaya Besar Biaya (Rp/ 40Liter) Biaya (Rp/Liter ) %
Biaya-biaya Tataniaga -Biaya Pengangkutan Susu Rp.5000 Rp.125 66,7 -Biaya Retribusi susu Rp. 1000 Rp.25 13,3 -Biaya pengelolaan susu Rp. 1500 Rp. 37,5 20,0
Total Biaya Rp. 7500 Rp. 187,5 100
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel di atas biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh "KTTSP"
Swadaya dalam 40 liter susu sebesar Rp 7500, namtm biaya per iiter susu adalah
sebesar Rp 187,50-/liter (100%) . Biaya tataniaga "KTTSP" Swadaya meliputi
biaya angkut susu Rp 125,00-/liter (66,7%), biaya renibuisi susu Rp 25,00-/liter
(13,3%), dan biaya pengelolaan susu 37,50-/liter (20,0%). Secara tidak langsung
biaya tataniaga susu ditanggung oleh petemak.
2 ). Mar1,>in Tataniaga
Margin tataniaga adalah perbedaan harga suatu produk di tingkat eceran
dengan nilai harga di tingkat petani. Pada umumnya penyebaran harga ini
mencakup semua ongkos pergerakan komoditi tersebut dan keuntungan yang
didapatkan oleh pedagang perantara. (Azzaino,1982:97). Dengan kata lain
Perhitungan margin tataniaga dihitung berdasarkan selisih antara harga penjualan
dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga.

Tabel 8. Harga Penjualan Dan Margin Tataniaga Disetiap Lembaga Tataniaga Menurut Jalur Tataniaga Susu Di KTTSP Swadaya Pondok Ranggon.
Keterangan
Harga rata-rata Dasar Jual Petemak
Harga jual ke Koperasi Marjin Tataniaga
Harga Jual ke Agen Marjin Tataniaga
Harga Jual ke Looper Marjin Tataniaga
Sumber: Data Primer diolah
Harga (Rp/Liter)
Rp 1350
RP 1600 Rp 250
Rp 1900 Rp 550
Rp 2200 Rp 850
Persentase
-· 18,51
-40,74
..
62,96
Dari tabel di atas, dapat di lihat harga penjualar1 susu kepada pedagang
perantara terdapat selisih. Petemak menjuai susu kepada koperasi adalah Rp
l 600,-/liter , sedangkan harga dasar jual petemak Rp 1350,-/liter. Maka diperoleh
keuntungan petemak dari koperasi adalah Rp 250,00-/liter (18.51 %). Untuk
margin petemak dari agen adalah sebesar Rp 550,00-/liter (40,74%). Sedangkan
Mari,,>in petemak dari looper Rp 850,00-/liter (62,96%).
5.2. Transaksi Dalam Penyaluran Susu Sapi
Mekanisme pembayaran yang ada di KTTPS Swadaya Pondok Ranggon
sebagaimana dt bawah dapat disimpulkan, bahwa mekanisme pembayaran yang
dilakukan oleh peternak kepada pedagang perantara dan konswnen. yaitu dengan
pembayaran secara tunai, tertunda atau uang muka. Pada saat barang diserahkan
dari pctcrnak kepada pedagang perantara, pembayaran diiatas pedagang perantara
terlebih dahulu memcsan susu kepada peternak. Penulis dalam melakukan

penelitiannya menemukan bentuk-bentuk transaksi dalarn pembayaran susu murni
yang ada di KTIPS Swadaya seperti tabel dibawah ini.
Tabel 9. Transaksi Jual-Beli di Saluran Tataniaga Susu Sapi Murni KTTSP Swadaya Pondok Ranggon
TRANSAKSI PETERNAK::Nc :;:Koperasi.(ll'S)4ts\\z i'AGEN\Ci:.:;;\:: :;:; •:LOOPJ!ltlilh~.';i KONSUMEN.:• ' .. ., """" -... -· /,___ ,,_ ...
TIJNAI '1
TERTUNDA '1 -.J -VANG --!---·----+~ ,---- ----t-,~- __ , _______ ----·----
MUKA
V ) Kctcrangan mclakukan transaksi. -) Tidak mctakukan transaksi Sumber: Data Primer diolah
5.2.1. Koperasi
Petemak meajual susu sapi melalui koperasi berdasarkan pesanan atau
kualitas susu yang diinginkan. Petemak dalam setiap harinya harus menyetor susu
minimal IO/liter kepada koperasi dengan harga jual susu d.i tingkat petemak rata-
rata Rp.1600/liter. Dalam hal ini koperasi berperan sebagai penyalur untuk
disampaikan kepada lndustri Pengolahan Susu. Adapun cara pembayaran susu
antara peternak dan koperasi pada awalnya koperasi m(:mbayar dengan uang
muka dan selanjutnya dibayar pada awal bulan setelah susu diterima, karena
pembelian susu di berdasarkan pesanan.
5.2.2. Agen
Dalam pengambilan susu para agen memesan susu terlebih dahulu kepada
petemak, terutama agen yang sudah menjadi langganan, karena agen yang
menjadi langganan akan didahulukan pesanannya. Dari ha! sebri pembayaran
petemak memberi jangka waktu kepada agen membayar 3 sampai to hari

kemudian uang dapat dibayarkan kepada petemak. Untuk agen yang belum
menjadi langganan pembayaran dilakukan secara tunai/ kas. karena jumlah
pembelian susu dibutuhkan banyak yaitu 40-100 liter/hari agen tersebut haruslah
memesan terlebih dahulu. Adapun Harga jual susu di tingkat petemak untuk agen
rata-rata Rp. 1900/liter.
5.2.3. Looper (Pengecer)
Transaksi jual beli susu mumi antara petemak dan looper dalam hal ini
looper mengambil terlebih dahulu susu kepada petemak kemudian di awal bulan
uang atau secara tertunda barulah dibayarkan kepada petemak, karena dalam
pembayaran looper mengambil tagihan kepada konsumt:n (pelanggan). Jumlah
pengambilan susu untuk seorang looper setiap harinya bisa menghabiskan 30 liter
susu/hari. Tergantung jumlah konsumen langanan yang ada. Harga Jual susu
petemak kepada looper rata-rata Rp. 2200/ liter.
5.2,4. Konsumen
Apabila konsumen ingin membeli susu ke pctcmak lansung pclaksanaan
transaksi antara petemak dan konsumcn dilakukan se:cara tunai. Konsumcn
langsung datang ke petemak dan membeli susu dengan jumlah sesuai kebutuhan,
karena untuk dikonsumsi sendiri. Harga jual petemak kepada konsumcn adalah
Rp. 3000/liter.

5.3. Bentuk Transaksi Jual-Beli Syari'ali Yang Dilakukan Dalam Penyaluran Susu Sapi
5.3.1. Koperasi (IPS)
Dalam melakukan transaksi jual-beli antara petemak dan koperasi dapat
dilihat beberapa kesepakatan antara lain :
a). Koperasi memesan terlebih dahulu kepada petemak untuk menyiapkan
susu sapi mumi yang kualitasnya baik tanpa ada campuran apapun.
b ). Dalam pembayaran koperasi meyakinkan petemak dengan memberikan
uang muka. Setelah berkelanjutan koperasi juga dapat mengambil susu
dengan cara pembayarannya tertunda.
c ). Dalam melunasi pembayaran koperasi diberi waktu sampai awal bu Ian.
d). Resiko bila terjadi kerusakan pada susu karena basi d1 tanggung oleh
petemak. Sedangkan resiko kecelakaan atau susu lumpah maka koperasi
yang1nenanggungnya.
Dari kriteria kesepakatan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa transaksi
antara petemak dengan Koperasi menyerupai transaksi ha 'i fsthishna, karena
kesepakatan I akad transaksi diatas termasuk dalam kriteria ha '1 f.1·1tslma, yaitu:
I). Uang dibayar pada saat kontrak, cicilan atau kemudian hari.
2). Barang menjadi tanggungan produsen
3 ). Barang dapat diberikan sewaktu janji sampai, berarti pada walmmya yang
dijanjikan barang itu biasanya tclah ada.
4 ). Barang itu hcndaklah jelas ukurannya, baik dengan lakaran atau timbangan
atau bilangan.

5.3.2. Agen
Agen dan peternak membuat kesepakatan tentang mekanisme
pembayaran dan resiko untuk berlanganan susu diantaranya adalah :
a). Agen terlebih dahulu memesan susu kepada peternak agar bisa disiapkan.
b ). Pembayaran susu dengan uang muka cicilan. Agen diberi kesempatan
untuk membayar pada 3 sampai I 0 hari setelah susu diterima.
c). Jurnlah pembayaran sesuai dengan pesanan susu yang diterima agen.
d). Denda bila terlambat pembayaran adalah pembayaran susu menjadi harian
( tidak tertunda lagi)
e) Resiko bi la terjadi kerusakan pad a susu karena basi di tanggung oleh
petemak. Sedangkan resiko bila terjadi kecelakaan atau susu turnpah agen
yang menanggungnya.
Dari kriteria kesepakatan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa transaksi
antara peternak dengan agen menyerupai transaksi ha 'i isthisna karena ha·;
isthisna adalah akad jual beli di mana pembeli memesan kepada penjual untuk
membuatkan sesuatu barang yang dikehcndaki supaya disiapkan dalam masa
tertentu dengan cara pembayaran yang telah ditetapkan (BIRT,1999:50). Agen
melakukan pembelian susu sapi murni dengan pembayaran tanglo,'llh dengan
terlebih dahulu memesan susu kepada peternak sebelumnya dengan Akad yang
dipersetujui diatas. Transaksi ini merupakan kebalikan dari ha '1 sa/am, dimana
agen menerima susu kemudian setelah menyerahkan uang dimuka. Dengan
adanya bentuk transaksi ini pembeli diringankan dalam s•egi pembayaran, karena
dalam pembayaran pembeli dapat mengangsurnya tanpa ada nilai tambah dari

uang diangsumya, sebab itu akan membuat transaksi itu menjadi tidak berkah
karena mengandung riba. Dalam transaksi jual -beli Islam riba adalah suatu yang
diharamkan seperti kutipan ayat Al-Qur'an."
5.3.3. Looper (Pengecer)
Dalam melakukan penyaluran susu mumi mefalui looper, petemak
memberi kelonggaran dalam segi pembayaran susu yaitu dengan cara diangsur
atau setiap awal bulan looper wajib membayar uang susu kepada petemak. Untuk
pembayaran susu ada beberapa kesepakatan antara lain adalah:
a). Looper membayar harga susu di muka pada setiap awal bulan dengan kata
lain looper memesan susu terlebih dahulu.
b ). Petemak menjual kepada looper dengan harga ym1g ditetapkan petemak
tanpa memberitahukan harga dasar.
c ). Looper diberi kebebasan dalam menentukan jurnlah harga ym1g dijual
kepada pelanggan.
d ). Resiko bi la terjadi kerusakan pada susu karena basi di tanggung oleh
petemak. Sedangkan bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah maka resiko
ditanggung bersama oleh looper dan petemak .
e ). Keterlambatan pembayaran dendanya adalah me:lunasi pembayaran dan
selanjutnya pembayaran harus tunai.
Dari kriteria kesepakatan di atas, transaksi tersebut menyerupai ha 'i
1stishna karena dalam segi pembayaran maupun pemesanan sudah memenuhi
kriteria dasar dari ha 'i islishna yaitu looper memesan terlebih susu terlebih
dahulu baik jumlah dan takaran. Dengan kata lain looper mengambil susu sesuai

dengan jumlah pelanggan dan takaran susu yang sesuai, jual beli secara pesanan
memberi kemudahan kepada orang banyak, supaya mereka dapat membeli barang
mengikuti bentuk, jenis, dan takaran.
5.3.4. Konsumen
Konsumen merupakan pembelian akhir dari sistem tataniaga untuk
mendapatkan susu mumi. Konsumcn biasanya berlanganan susu melalui looper
kemudian susu mumi akan dikirim berdasarkan kesepakatan antara konsumen
dan looper. Adapun konsumen yang ini,>in membeli susu langsung kepada
petemak cara pembayarannya secara tunai. Di lihat dari jems jual-beli susu antara
pctemak dan konsumcn adalah (ba 'i af-muthfaqoh) jual-b<:li biasa antara barang
(susu) dcngan uang.
5.4. Tinjauan Syari'ali Dalam Transaksi Penyaluran Susu Sapi Murni di "KTTSP" Swadaya.
Adapun dari hasil pengamatan serta wawancara dengan petemak
sebagaimana penulis tel ah jelaskan pad a butir 5 .3 diatas, yaitu dari jenis transaksi
yang ditemukan dilapangan adalah jual-beli susu dengan harga tunai, uang muka,
tertunda (awal bulan), dan jual-beli pesanan. ditinjau dari sudut pandang syariah.
bentuk transaksi di alas sesuai dengan bentuk transaksi syariah ba 'i murabahah,
ba '1 safam dan ha '1 istislma. Analogi tcrsebut dapat dijelaskan scbagaimana tabcl
dibawah ini:

Tabel 10. Tinjauan Trausaksi Syari'ah Dan Kasus Transaksi Di "KTTSP" Swadaya
· .SyruiJlny:!:~0! Ba'i
Murabahah
I I
L
2.
3. 4.
5.
I 1.
I 1
2. 3.
Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah (pembeli). Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. Kontrak harus bebas dari riba Penjualan harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sudah pembelian. Penjual harus menyampaikan semua ha! yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilak'1kan secara hutang
0,;hhlf-~;i:i~•.m.~liJ~~s~.il)·ln.sakJf ;,::;: ;_. '.:::-· :{~-;';f(;i;J,?,SJ:~-~~l?-yalur8Jt'1UJU.1_~pHJ ..
Petemak susu sebagai produsen harus mengetahui harga dasar I modal dalarn menjual susu sap1 perahannya Kemudian untuk mencapai ketmtungan petemak bisa menan1bahkan untung dalarn menjual susu. Contoh: Petemak menjualkan susu ke pada looper seharga Rp.2500,- /liter. dalam hal mi pelemak tidak menyebutkan harga dasar susu yang ia JU3l sehingga looper tidak dapat mengetahuinya Dalarn jualbeli ba'i murabahah memang pe1~ual dituntut
I meml>eritahukan modal. I sehingga harga dapat disetujui I leduru1ya
Uang harganya hendaUah dibayar d1 ! Biasar<ya koperasi \ang ingin maje!is akad (uang dibayar lebih <lulu) I menyalurkan susu kepada !PS Barangnya menjadi utang atas si penjual. I , S<lbelumnya sudah memesan Barangnya dapat diberikan sewaktu I kepada para petemak agar janjinya sarnpai, berarti pada waktunya 1 kuahtas dan iumlah susu yang dijanjikan barang itu biasanya telah I sesuru dengan kebutuhan !PS. ada Dalam transaksi jual beli
4. Barang itu hendaklah jelas ukuranya, baik j antara petemak dan koperasi, dengan takaran atau timbangan atau
1 diantamya:
ukuran atau bilangan , : 5 D1ketahui dan d1sebutkan 51fa1-sifa1 f
I barangnya yang beraru dengan Sifat nu i 11 I dapat berbeda harga dan kemauan orang I pada barang itu. Sifat barang haruslah I I jelas agar tidak ada perselisihan i
1
6. Disebutkan tempat menerimanya , kalau I tempat ·akact tidak buat menerima barang ! uu ·Al.ad salarn mesh terns. beran1 tidal : ada lh1yar syarat.
Koperas1 memesan kepada peH:mak untuk menyiapkan susu sapi yang kual itas nya bail; tanpa ada carnpuran apapun.
2. Koperasi dalarn meyakinkan petemak adalah membenw uang mu!ralcicilan. Setelah satu bulan kemudian ber1kelanj utan koperasi dapat mengarnbll susu dengan cara pen1bayarannya te11unda.
3. Dalam melunas1 pe!TJbayaran koperasi diberi
r \va.kiu sampai a\\·al bulan. L_----··· ----------------~-4~.~B~i~l'·~lt~e~n~•=d'~· k~·e~rus=•~k=an~p=ad~•~

Al-Bai Jstishna
I.
2. 3.
4.
Uang bisa saal akad, bisa diangsur, bisa kemudian hari. Barangnya menjadi utang atas si penjual. Barangnya dapat diberikan sewaktu janjinya sarnpai, berani pada wak1unya yang dijanjikan barang itu biasanya telah ada Barang harus jelas bentuk jenis dan ukuran. baik dengan takaran atau timbangan atau ukuran atau bilangan.
susu karena basi petemak yang menangung. Bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah koperasi yang menangung.
Biasanya dalam hal ini Agen dan looper lebih memilih transaksi ini, karena cara pembayarannya bisa diangsur dan juga berang yang di pesan dapat terpenuhi sesuai degang keinginan. Dalam transaksi jual beli antara petemak dan agen, loop<'f diantarnya: I. Agen I loop<'f membuat kesepakatan mekanisme pembayaran dengan petemak 2. A.gen/looper memesan susu dengan jwnlah yang dipesan. 3. Sisa pembayaran biasanya penemak memberi jangka waktu, uang muka /cicilan 3-l 0 atau lertunda pada a\val I
--·-- ________________ ,_.L_b_u __ lar __ , _________ ~
Dari tabel diatas menunjukan bahwa transaksi syari 'ah belum dapat
sepenuhnya dijalankan semuanya, karena ada ketentuan khusus yang belum
terpenuhi dari syarat-syarat transaksi syari 'ah. Namun demikian transaksi tcrsebut
yang dilakukan di"KITSP" Swadaya bcntuk transaksinya menycrnpai ha·,
istislma. Hal terpenting dalam jual-beli adalah barang (komoditas) yang diperjual
belikan hams halal sesuai yang disyariatkan dan juga kejujuran antara kedua belah
pihak (pcnjual dan pcdagang) itu lebih diutamakan agar tidak ada pcrsclisihan
dintara keduanya.

6.1. Kesimpulan
BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian studi kasus di Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya
Pondok Ranggon Jakarta Timur dapat disimpulkan beberapa ha! antara lain:
I). Kegiatan tataniaga susu sapi mumi meliputi:
a. Pada KTISP Swadaya dalam menjalankan penyaluran susu
melakukan fungsi tataniaga, yaitu : l ). Fungsi pertukaran yang
terdiri dari sub fungsi pembelian dan penjualan, 2 ). fungsi fisik
yang terdiri dari sub fungsi pengangkutan dan sub fungsi
penyimpanan, 3 ). fungsi fasilitas yang terdiri dari sub fungsi
standarisasi, sub fimgsi penanggunagaan resiko, sub fungsi
pembiyaan dan sub informasi pasar.
b. Pelaksanaan penyaluran susu sapi di KTISP Swadaya dari
petemak sampai ke konsumen yang melibatkan beberapa pedagang
perantara antara lain adalah: I). Petemak berperan sebagai
produsen atau penghasil susu. 2 ). Koperasi berperan sebagai
koperasi primer yang menyalurkan susu sapi mumi kepada IPS. 3 ).
Agen berperan sebagai pembeli tetap dalam jumlah banyak untuk
kemudian dijual kembali susu dalam bentuk kemasan rasa. 4 ).
Looper berperan sebagai kerja bagi petemak dalam menyalurkan
susu sapi mumi kepada konsumen/pdanggan. 5). Konsumen
adalah pembeli langsung yang datang kepertenakan.

c. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh "KTTSP" Swadaya per liter
susu adalah sebesar Rp. 187 .50 (I 00%) . Biaya tataniaga
"KTTSP" meliputi biaya angkut susu Rp 125,00/liter (66.7%),
biaya retribusi susu Rp 25,00-/liter (13.3%), dan biaya pengelolaan
susu 37,50 (20.0%).
d. Harga dasar peternak adalah Rp 1350/liter clan harga jual standar
kepada Koperasi (JPS) Rp 1600,-/liter dengan keuntungan
peternak Rp 250,-/liter dengan persentaS<l (18.51 %). Untuk
keuntungan peternak dari agen adalah s•ibesar Rp 550,-/liter
( 40.74%). Sedangkan keuntungan yang peternak dari looper Rp
850,-/liter (62.96%).
2). Cara pelaksanaan transaksi jual beli susu murni di "KTTSP" Swadaya
adaiah : I). Peternak dalam hal ini peternak adalah :;ebagai penyedia susu,
jadi petemak hanya menerima pembayaran dari pcdagang perantara dan
konsumen. 2). Koperasi cara pelaksanaan transaksinya adalah koperasi
membayaran susu murni kepada peternak dilakukan dengan uang muka
(pesanan) dan pada awal bulan, sebelumnya petemak menyetorkan susu
sapi mumi I 0 liter I hari kepada koperasi dengan harga jual adalah Rp.
16001 liter. 3 ). Agen dalam pelaksanaan transaksinya agen diberi
kelongaran oleh peternak yaitu membayaran den&'lln diangsur 3-10 hari
kemudian uang dibayarkan kepada peternak. Adapun harga ditingkat agen
adalah Rp. 1900. 4 ). Looper cara pelaksanaan transaksi pembayarannya
adalah dibayar diawal bnlan. Harga ditingkat looper adalah Rp. 2200/liter.

5). Konsumen cara pelaksanaan transaksi jual-belinya, konsumen
membeli susu sapi mumi secara tunai. Adapun harga ditingkat konsumen
langsung adalah Rp. 3000/liter.
3). Transaksi syari 'ah yang dilakukan di "KTTSP" Swadaya memenuhi
prinsip ha 'i istishna .. Pada ha 'i istishna pedagang perantara (koperasi,
agen dan looper dan konsumen) mengambil pesanan terlebih dahulu
dengan pembayaran yang disepakati ( tunai , tertunda/ kemudian hari dan
uang muka/ cicilan) . Untuk sisa pembayar petcmak memberi jangka
waktu 3-10 atau di awal bulan. Ada pun transaksi antara petemak dan
konsumen merupakan transaksi jual-beli biasa (ha 'i almutlaqoh).
4 ). Dari ketiga transaksi .1yari 'ah (Ba 'i murahahah, Ba 'i salam dan Bai
istis/ma) bila diterapkan dapat bennanfaat bagi petemak antara lain:
a. Ba 'i murahahah dapat membangun sikap saling terbuka antara penjual
dan pembeli dalam ha! ini pembeli tidak perlu merasa takut kehilangan
untung dcngan menyatakan harga dasar. Dengan keterbukaan kepada
pembeli memberikan kesempatan kepada si-pembeli agar dapat menilai
suatu barang yang dibeli serta keuntungan yang diperoleh si-penjual.
Ba 'i murahahah mengcmbangkan sikap saling percaya dan dapat
membentuk konsumen yang loyal dan fanatik. Ha 'i murahahah tennasuk
jual-beli yang dibolchkan agama.
b. Ha·; salam merupakan altematif transaksi clalaiill melakukan jual-beli
yang mcnginginkan barang sesuai dengan keinginan tanpa berspekulatif
Pedagang perantara dalam membeli susu murni salah satunya adalah

dengan memesan kepada petemak, karena dengan menyebutkan kriteria
susu yang diinginkan petemak dapat menyediakan susu tesebut, jadi
kedua belah pihak saling diuntungkan. Dengan ba 'i salam pembeli tidak
perlu ragu membeli suatu barang akan kebolehannya di sisi agama.
c. Dengan adanya ba 'i istishna petemak dapat meringankan para pedagang
perantara yang ingin meraih keuntungan dalam berbisnis susu sapi
mumi, karena dengan prisip ba 'i 1.1·11slma adalah rnemesan suatu barang
supaya dapat dipenuhi sesuai dengan keini,>inan baik jumlah.bentuk dan
takaran serta pernbayaran bisa dengan tunai, cicil dan diakhir.
Keuntungan bagi petemak dengan sistem ini, petemak tetap dapat
menjaga jalur distribusi susu sapi muminya. Apabila scmua transaksi
dalan1 bentuk tunai semua, maka petemak telah menyempitkan peluang
dalam menciptakan jalur distribusi sampai ke konsumen akhir.
6.2.Saran
I). Untuk mendapatkan kcuntungan yang lebih petemak diajurkan untuk
membuat susu pasturasi agar nilai jual akan lebih tin:ggi.
2 l. Dalam melakukan penyaluran susu mumi petemak agar lebih terbuka
untuk mengembangkan usahanya. serta tidak memberi kesulitan dalam
bertransaksi dan pembayarannya
3 ). Petemak harus mengetahui prinsip jual-beli sesua1 dt:ngan prinsip .1yari 'ah,
secara umum serta dapat menjalankannya. Dengan demikian petemak
tidak cuma sekedar berjualan. tetapi berjualannya mengandung spirit
dalam mcnerapkan prinsip sesuai .<·yar ·;ah.

DAFT AR PUST AKA
Al-Qur'an dan Tafsimya, Departemen Agama R.l, 2003
Antonio, M. Syafi'I. Bank s:vari 'ah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Tazkia, 1999
Al-Muslih, A dan Ash-Shawi, S. Flkih Keuangan ls/am. Jakarta: Dami Haq, 2004
Azziano, Z. Pengamar Tataniaga Pe1a111an. JJ1k1a1 Kuliah. Jurusan llmu-Iimu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor, 1982
Ari fin, Zainul. Memahami Bank ,\)'ariah. Jakarta: Alva Bet, 1999
Dirjen Bina Produksi Petemakan. Buku Slatistik Petemakan. Jakarta: Departemen Pertanian, 2003
Djamili, A, R. Hu/mm ls/am, A.'iO••asas Hukum lslam l, Hukum !s/am 11. Bandung: Mandar M~jn,l 992
Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Me11ge11ai Transaksi di Bank Syari 'ah, 2000
Gazali. Al. Adat lvfencari Nafkah. Bandung: Kharisma, 2001
Gumbira-Said, E dan Eka Prastiwi, Y. Agrib1s11is .~vari 'ah. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005
Hanafiah, AM dan AM Saefuddin. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta: UI Press, 1983
Konsep Syariah Dalam Sistim Perbangkan Islam. Kuala Lumpur: BIRT( Bimb Institute of Rescart and Training), I 998
Kotler, P dan Amstrong, G. JJa.'iOr-dasar pemasaran . Jakarta: lntermedia, I 992
Limbong, W. H., dan P. Sitorus. Pengantar Tataniaga Petanian. JJiktatKuliah Juru.'iOll /111111-i/11111 Sosial flwnomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor,1987
Melani, Yatni. A11alis1 Saluran Pemasaran lkan Kai Dikecamatan Cisaat Kabupaten Sukabu1111 .Imm Baral / Skripsi / . Fakultas Perikanan Dan Kelautan .Bogor. !PB, 2003

Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES, 1989
Najir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
Nurul Riatilah, Messy. Jalur Tataniaga Susu Segar Dikoperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSBU).[ Laporan G/adikarya} .BOGOR: !PB, 2003
Rahadi, F. Cerdas Beragrobisnis. Jakarta: AgroMedia, 2003
Rasid,.H. Sualiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996
Rasyaf, Muhamad. Memasarkan hasil Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya, 2000
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah. Bandung: Al-ma'arif, 1995
Soekartawi. Prinsip dasar ekonomi pertanian, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1993
Shaleh, Asy -Syaikh. Perbedaan Jual Be/i dan Riha, Jakarta: Al-Kautsar, 1999
Siregar, S. Sap/ Perah : Jenis, Teknik. Pemeliharaan dan Analisis usaha, Jakarta: Penebar Swadaya, 1992
Sudono, Adi. Bertemak Sap1 Perah Secara Jntensif. Jakarta: AgroMedia, 2003
Suhendi, Hendi. Fiqih Muama/ah. Jakarta: Raja Grasfindo Persada, 2002
Syarief, M. Zian. Ternak Sapi Perah. Jakarta: CV. Yosa Guna, 1990
Unit Pelaksana Teknik Dinas Petemakan OKI Jakarta Timur, 2004
WWW.bps.co.id.
Wualandari, Yuliani. Strateg1 Pemasaran Susu Segar IJ1koperasi Produksi Su.\u /)an {f.mha Peternakan (KPS)Bogor Jawa Baral. f Laporan G/adiKaryaj. Bogor. IPB. 2003
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-!ndone.•tal. Jakarta: Penyelengara penterjemah alQur'an, 1973

JAVA RAYA
:\a1na Lampiran Hal
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN
UPT. BALAI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUKSI PETERNAKAN
J!. Bambu Apus Raya No. 20 l'elp. 8441818
JAKARTA TIMUR
22 Aguslus 2005
: 127 /1.&23.57
: Pengembalian Kepada
Yth. Uniwrsitas Islam Kegeri Jakarta JI.Ir Juanda ( Ciputat ) di
Jakarta.
Diberitahukan dengan hormat bahwa
Nama
NIP
Jum~an
Dodi Ardiansyah
10092020Ji
Agrobisnis (Universitas Islam Negeri Jakarta)
Telah melaksanakan tugas pcnelitian di kelompok tani temak Sapi Pcrah
Swadaya Jaka11a Timur dan sudah st:lcsai, okh karena iru karni kcmbalikan
Mahasiswa terschut, di alas kc Uniwrsitas Islam Negcri Jakarta.
Alas perhati<mya di ucapkan terima kasih.
KEPALA UPT BA.LAI TEKNGLOG! PENGEMBANGAN PRODUKSI PETF.RNAKAN
DJNAS ~E'~~"l\~~_N,~; KANA.N & KELA.UT AN /; .",>--PROPQ'JS!.. . AKAi· TA
,/:_:,/ ... ~.:;·t \·:_\ . . :/1 ....... ,-_:-;;:-i.'-... \ \.._. . '/ f
' • •I '". '>--J.. ,,,....,. -: .,I \'· -\ ·v ! ;,', l , - ' .. - . • \ I j ,.
\ ':. , . \· .• • ,. J I \ •• ,Ir . .ELIS;\D-h11-I BASO. SF.. MSi.
\ .. ·.._~\.!Tr..,.,.,.., ___ _

·[
. ··
...
I'"/' i!_/. · •.•.• • .,., ;,·· r. /. ,"·.·,·,,, .• , . ' .......... <·,,/,,·.-.·· : .. ··;,;~1:0/;1 - , ,// /i
II. )
• CIJIJCl:IHI!/ ~:~:1·r.!J. !:,\!::1.".ll 1;11u::.:;;~ :11u~:ur/\ ,J/\Y.l\l!f/\
I. h'nl1\~ut.a .:;1l-;;11·t.:1 .:.:•.·!;1\.:\11
~. Ho.i.1V_;.1t;i J;,;.;;·11·1.,;\ :· 1.:::11:·
j, Y.cp.:ll:; lll11;i.·; !\:L•.:1·11.:i\~;:1;1
. ··~··.: .. · .. ..
J ''" l l'cl.Jk~a11:1;\o r:-1~11.;,:1:.;I. p<:l1;1'11;11< ;.;ipl pc1·t11! U~r·l }:u11l11etu1 Tl111u1· kc l'ontlolc ll:u11·; 1,;Jr-,
!,.;'".·i:\11Jl:111·~1r1 d~n1·~H1 :-:c·p11' .. u·.<;.1:1 C\1!;::1'11'.1:· ~:11!-:J J;1lc:11·t..n tlcu!{J~' ll'1l Li1hun 1990 :.:-.;l :f. l1:7:1:·;;:1J:.l 19;j0 L:.:::t.111:: P~:111.:1:~:1:~;1n r.e1·::-11c:;111;li..111 1.1:_!1:1:;1~1Htl,"'1tl U1<.Jnr.c; ta11oh
> ·~ .• , , I' V....,
11< tr;.1;:.~ j;il-,""ln pcn1!.l1t1U•;:1:~ :1'.:i'.1:1:i • J,'f l:ll d.i11 pcnt1t0:1n lJlo~c 'I.Oil\\ pcrl~untor'':"r1.·~ic\l·111 tlc:'enru r .. :1111~~ 1'.;:11 !"."':"1il·~·~:1:111::;1 ::1":lt1.1:1 ~JU 11:1, lo:'.1HtLu:1:1:1 C1.1Ucrnur
.ft.~-:.:-.:·t."'l :!':'"lmJr lti:;I) t:i11~1:1 !•}"}0 r.an::,g:1! 9 lil·:lnl·~:r· llJl)!} t·.:11L.1t1/', f'cnunJul~;jn
;..1 1;n1.•.r1\ :·:.;1;i;ih jrt\Jo'.lt;1n ·: ::-1 i. :..~•.:!F'1·11111· ;.:(·r•;1l;i d:t':.:1·~d1 r1,,1:~u:: IL•ukoL;: Ji!kilt'L~
r•:·.-r.i~:;'1:1,, .-:.e~1;.:1:• i.IC'l ·:: .. ~· :..:·:r·1.~1 1:1:1t1·u!~:;l ~~1.1trc1·n1.11· ~:UY..i J:\l-:ilrt\l flo1;ior JJO •1. 11:?0 t.,1•:-';;.:,·1l in-:.:: .• , .• ~.~::-.:1 .. ~r l')<J0. •1:.1k:1 d··1·1:_:\11 1111 c11111:~lri1:::;1l~:'\ll :~cr>c'lt!ct
.'"IJ 11· ,•_-. .1. ·· 11·1.:1 :: ~ .. : •. ,: .. ·;,•.:··~ :•tt·:n~ .. ::·11~;1:1 ~·\:11'J·.ilu!1~111 kc:11~HJ,·1 p~11·n p~J..cr·n<.il~
.1p1 ,'".".r··1;· ·Jl r:-:-l1.1r::!1;v\ :·.:n::t:_-:.~:i 1"11111.11· t•.:11t:111c; rcn~:a11.1 p11111111cJ.:ih;1111lyl.1 1~1' Pon ~.1.· i•:tl'/·"::;""";11 ·~··1·L.i r. ... , .. u:111 :" r·:·i. fp;: t1~,":"_.u1 t1,1 I ;1i:1 pc: l.Jl{:;;1n;1.111 pc:11,lJcl.Ja~:1t1/;~.1n tlit: l :;:11:•11 1'.111 t,.·1:•!;:.1n~11 ··~-.1.·;: ;:-·: .. 1·11:1i~ •lc:111.·.:111 lu.:rp1;rJom.'1n j1,;t1.1 pc11eul~ul1)n
'':-.~: .. .,· : .... 1.1L t~1 1 . 1 ·1 .. :,• .. ::. :: .. ,:.··1·:1111· ~:1·1·:tl;1 11:: .. 1·:111 Y.IHt;;u:; !.uulcoL:i j;tl~;J:'t.1
·:;••'\'. '.··~ot;\\1:;:111 ::~;•:1•.·1· :!•;i,•, 1.·111F.t·',.il J{J 11\::;:-;11!•:-1· l<J•J:J.
\ l t '•.•J 1 • • 1 .1 ·,1.;;1 ;· t:1 T1:11~:r·, 1::1 .._,,~~ t:i·:.::1:t1:1:1 tu /'f'I. t:1111l111:,;1:1 rn~riy l ttpk.in lol~i\-~ 1 pcnLlrn
11n~;11; pt·::il11d:th1n c 1.:t.~!·:1,1;; ::.1;:1 1·!·1·;1:1 t.c1·:;1:l.•:1t. i·;1111-: 1t:cny;i11.z:lut pembclJ;'lsan ·r.1~1.:>. 11•;1· J :. i:1:.\rl U;in p:-1,1:;•,::; p1·11;".-;.:1·'..1 t" I h.1L:111 ;1l;1:1 L.111;1!1 Lc1·:,cUut'
'Ji.·, i.:-. L· 111.1:: l't: t1~1·11_.1k;.1i:' •.1Jt 1 .11~'. l~~t·:1-,· 1 ;1:11c~1:1 jll":.)•·,1·:11;1 JIL'llll.1111;.1;.111 Lcrfl.")l.ii)fl netcr-1: :i:1r:~ ;1·:r·:1/1 rJ;1l:im r-;1111:1'.:1 l"'111l11:J:d1;111111.i cl:11·1 :1r~;1l Y.l111l111~·:111 T11nu1· l~e nrc
i'r-110•;1~ fl ;1: li!IJ.Ofl.
Pc.:rr.!1(1;1:1 l11:;1.1·v1~:1l !1rt 1,;1L11~{ di !1d!:1;111:1J::~•1 :lt. .. ·nr.:111 :~c:l1;1ll{··h~1llo1~·.i <l<:n}:'.:1n 1·0"':1 I :111;•.;';Jfl(~ Ja~1;t11.
· 1 \)
0 ld.
'I ~, ,, \1

...
"· :.. ; ......
1 ..
·;· u· '; ! ! ., j
"
.· . ,.
..
~lcn t..~ n ;··· ~ ..
.·
... : ~1 ... ~, ' ••.
,_1; .. ·: , ,•· ~ \~ . • • J •
'· ··~;
. ~:
I
-----r--
! · 1:' IJ ... U :jJJ I , f.!I Ut:JU ldil \~:! 1 1. ~- n I lt. ~.i:.r\! I YJ Ill Jtl:,; , , uu:-:.:;iJ\ J,.K"iir1\
~~
n.:::.1·.>1· : m j~it·.u1 1i;D6
...
. :::-.
.-.. ·:
.:t:~ ~.·; -~ :7 ~·~·- rr:.i.~~1::.~-1·.~;;.;~t:: ;.l'f :~~l~~:!_~~~V,~11 1.' = :r~{~~;[; Ult-~·~!:tL.£.i!;:&1:t\~~ -;-,0~: :i·~:l~ 1t7:·~=···fWi .. "'i'.iTl:'"-:~·:~i:iii1~ .. ii;:t-, -1·7iiR~u;mrr1.~. ! --·•·---- .,_,. ___ ,.,., • - ••--·"'•- ''" .. ,,.,_,., ___ ,_.,._,,_,, ___ I
r .. ,,:\," i';·;'l · r·; .. 'ini\ h.~·J' 1.1 -··~·.LUi.:.: • ~) 11,\ \") l.J\Yll1'1 J1\i<J\H1'1\ -·--·--·--·- .. ---·-·--·:"":·-··- - . ~-~;i~-. .
. '. . .
·.
..: ·. .. .. :
· . "• ~· ... ··" '..:~;.h.:. 1••: !,.:-.1! .. ".~·.-.:1 :;.:!·ii pr: l\".li ti},' iJ.\I .J\\~::O.?'l.."'. 1 1.],:Ju~·U.!'" .. ";j",'\ di
'f.",;,•,'\.7,;. t t..'t '$i.:t ! •~•.:,:di• d.'Jl !!.1-.:1 .. :111 (:: !1 :·1\p,i t..ii\', tct't:\' 6uk d.lC\'.'.\h ,pc..r,;\Jt; r:i''Jl :::1ri.; p .•. : .. \t Jh-':i...11J !u!•J1/'•', ;."\"f· <.Jil...\Y.!J.:\n\\i:.."\11 !fc·c..,1~ t:·~di!Ji.'.·; .. ,1 :!;.11 t.c:·\~t ~':::'.\n·11:t nlr.i, 1.."\:;:,·,..,1,.,i:•\t::ll~k~i·l..1 l'l:sll Y•'"\l"\G r.ioobo . :·\!:.4 ::t l;.,p."'..:l(.•'n. ('lt.:k.:..·1·j.'..='-1f :;·.:1·~\.., · !J\.!l.'\l:c'1·. p\'J'IC.1.:\[>\\t.."J\ h."\,si. f.'\."\:r/.:\1'.:\'t,nt.
.1i\1i:\:r;.l,V1C·J1Cl'll1 u1tuk lct;lj' 'cli.bi.11~1 d~·1n Ui,po1·t.i."\hnt}k\:n; ·
!'>. ! ....... ~'.·:t\ ~1~tt1!~ ::lc:1~nc.}',."\U:,".ll pr...r.'1Ll~~,,1;u1 u::-;\l'I\\ pbt.ci;l\\1~.'.\ii}~.'.\j'TL pc1·C\h ,!! ~·:::· Jni-:,..,1·: .. ·, t.:.\l,'\-:1 1·."':.n;J:i\ t:H;.11\:.:1j\\J\C }:onLSJ_l\JJ.t..."\
0
!!0
pcn/cili,l\o"\n cJ.v. •. • r10--:~.:iC):.:,L.,"\t1 r,1·u-11.J.:;1i. !lll!HI r.nul'l\ 1 l"l~l"iitCk,'\l\\n 11c11cJ,"\p.,t...'\1"1° pot.ctil.:"11<
.-: ... ,.,l j'c1·:-.h ·~·r:1·to:\ pi;-Jl) 11r;l·:..i l,;.\1t Y.cl'tt'tli lh"'l.f\ t.1;'\n k,c,,d\,"\~n l\nS)~\Ci&•4:., • 1:·.::·~-..: ;;j,.,.l,!t-:.::1 1·1~)l'1\::\sl u:::J!i\ pc:~c:-;\c..i.~:~"\1'1 ·snpi J)Cl',".h d~'l'i lo i~.·~~~ pr;:~u•.~ .... :1 :1;1~~'-~ 1io·11~h:-..lu~: 'i:c.• t.l.'.\1:1-.'.'\h r~i"c .. ~11·;in' tJ't ...... l;.ny\lh D':\1.' .l.•\-;.·.j·:.·1 j • ~ ~I'" •• ~ •
•• t . .-Jn.."'·· ~1. .. ~:.,, ;.-:1::L., pr.l::.l::;~1:1 .. \~tt1 1 :1·.:.ir1;:~ 'l<cn:.ioliO.'.\.t:i/r~~'l.:'\~n t....~;h c.::. ~:.·.:"':':: ,:.·.:. :1:-.~11 '.;.·:1 1:,,~1l:1~:.~J, 'j;r.:\:1· t.l~r. .. '\na t.e\•l'ct..'\\': .11·c:~ pct.er :-..\1· .. ·.:: :;.·-::·~ : : 11 1 1t"·::·~1; :;·7:.":t'i~ 1:".1.:.-::i:1.,t:•Jt1:.-\11 loi:u:;i Lr:1·:;cbu~ Y.o c..•.cr:.:1 l.-.~•· ·i\ :·1i.\.'.:.-;\f1 f1\1 ~ ,j;,~·.11·L:i.;
.. t-:·JL.~. ~~1~:·.!: ::•··':; :.·;:·l€:~·'t tii. i-:~~l(1t\,ll.\/1 Poildo1~ ·n~1n~·ic:i Kt~"\i.\."';.L.'\Jl l-'!\: .. '\t· fl:!bu i.·i; j,,:1,\!i .l,l\ .. 1:.:l..:1 Ti,i:1u;· · .'.;\!lu:\:::i ... ,:O ll~ dlpMdMC:' r.icr.n nuh~ .:)'~\:·.,~.\-.:~:.11'.-: .\1:;~.11.~ pe:Lc:1·n."l~:.\."1 :,;.'\j1). PCt':\h c.l.!.r:\"'l.Y.!JU!.l :;chill£..C:.~ r,c.:·l.~1 ;,}'~ • ... ~:....'\j)l.".:l c~·u:;:.:\ ~'...:jl\J~\t:.;t;l Cubc~1'1W" l:.cp ... i.1r, l.),"\CJ'c\J1. .
. . . . . ·. 1. l':,<..:.-,11·i:,7 t..:j~i:u1L: i:.,, ) t,.'\11\l'\ ?1J:JO :.(..._n:.:•nri ?c1·~t.w·:u' O.'.\ocr Poi<'ok-r,>
Y.i..k.' l· (;~·' :-i ~'.; .. .. . , . ·~. \l~?,~·.r".c,-,_;:-ic'h"':'I~ t:.:,, ~ fnr~ t.~111 .. ·n 19(~1 lcllt.:"J1t.:, 'ru::e:int:-.h:-J1 D.·.e;:-:-.h
i:j, 1~t.;:; 1 '..."\l.J.:Jt.~. J:-j:.~r~ ..... i!:.y:'.; ·.• ... ·.
). G:::!~);.r.c-~:j\,".1~ t0
:o:lo L:.:1~1:,:19G.\ lc:1~ ... J\z Ft:rn:,.r~t~.-Ji D:-.'c1·:";1~ iifiurus 1bu.kot .... J:-1:.1:~:-.-:-\;"'.r.". t.c~.7 :.c\):-.c:-..l !°b-Jltot.."". ~.I. <\Crl{';:'.n :::'.:;)t". J:r-1 ......... . ..... .... , · .
.\. ~nti."'.n~-\.'l\~\.'".rv;
Ui IJ~·.c-r:.!li
). tn .. l:ui::.'t· i:r..:1lt:l'i J1.".lf.m i 1 1::~c.ri :-..n '·ic\'/Cn."'.n(~"'c\:".!\ t:-.ncc1;11ii .. \.:.., ... :-.t,' f\l\cl ... , t;\1~(.·\.11\\.t' :~c1t:'.lr. J\, .... 1~t':.l1;
.•. :·:o.2·l,"'.hun"~r::60 tcnt~.nc; P·Ciicrp~h f·[1r."'.1:i<'\ ·,\:-.ri JlC"i':'.crint:-.h P\Js.."'.t kc-
. .. : . . .( •. l'c:-~l-Jr:.:1 tt.:·:·\':•::1:-.n .J, ... lt:'.rt .... l'Jl~,._l'.>·11 ·j::>. Pcr~.lt•.r:-.i, tr.cr:'.h -;:-.nse:-.:
~)) ?'r.:\iru:".t•l ,'j!J~·1.} (1'li'i11t t:·.:1,'.tt•".l. '2•1 l:~p1:1nlu:t" ~9.:33 Nor.i.o!' 9·~ t:-.r.\·n.. .... h .~'. · PJ\ }~o. l1l) j · •.-, · " • ·
~ . ... . . . . . . .. :·.:.7, i>cr.".~t;i·:-.:l f\ .. cr:·.!1"J.'.:).·~ t;'.!:\::1 l9l\·\· t.c-.nt:-.1~r:; l'olr-. l}.."\s,"'..t Jlr:.ob."'.r~VT'l::.ii ·
J1,~.cri-.':-1 l\"'..i:t·~·.:1 !.';;":..'~:. 1 ·v.:::\1t."'. ..i;·.l.:·.rt~:-.i , )

~) c:l:.". ~LL:· .. -.
1ct~·r'""' ::/.!.!./,
j(..,,
. r
j i·!i,
.. ~ ~ .
--·------.-. -. -.-.
Dcc~Uc:-.
.··. ~ .. r
:~c,ui...·,·.;..". ..... ;i 11-:::-•:::...:,"1; ....... >.~11·:·1~:'.1!:: ..... 11 \1lc' ...... :~c, ':..:-.:·.:-.II untuk ?l:~~:-:i:·J.::"'.r. 0 -:..;,-!1. :·'' .M·.!: J"':.:--.~, ~·::: 1,•.:-.~: :.: !:.~· . .o:·:::.!1 ?::\:..,,:.: !!.:'.:\.35on, t:Cll.!rf.1·.:<:;'I ;o·,~
. '• ... i .. ' x •.•• ~·.:~t·:·r .. ·.:1f.£'•:-· ::i:r.':'::;-.•.:.~~ : 1 ;-.~·~·.::- t~.i·J ·;::..1".:·•.!.1 . .'r.~~~::t.:'. 1 -1.' c7=' oc_t:. .. :> • -:-::.. jO il;·.: .·.c:.·.--:-::·:·.::::··. ::~ ; .. ·,!.-::0.;;:,:·:1 : 1.L~:._;:·.:·, 1...".:".( ... c:-.:-:..:> <;.~!.'.:".<': !::'--!-.;.;
I. t '' ' •·· ···1· .... ,., ... J ·· .. _,._ :ic·- .. ··<l·•"'n '-2'/"/SD/!J.·'J/ ;1."'.l.1 p1: ... r.1 ·.'.:."' ... :. .......... :.:.t. 1'·J ...... , ...... - ............ ,,, .• .,, -
:·:.i!iC·; ::7:"~ :.:.:.!.:1i" .. ., .'.~-~ii.:·~1· ... :1 c.~ :;'...:-:-:.·-;~ .... ::i.•\t \iiln:,7J:/:1;-.C:~!-- ... ~~-..::; 1J.n r:.,,:~):.".' .J .... !::·.:·'.;~ (!!l:.'-J !::;;~'::~) j'~::~·.: jlC.:•!:(:::t· ..... .: ... ,j\';:-",."'l:,:n c\i:ic:n:C'.i,!:;""..!'\ do:-.:.,;·:.1·Hr.: .. ::-.::.: .. ~··.·.::.': 'l"."'.~.·. :: .. :,'".:·~; j\_'.1::-:\h j;;.1 J;".!~ .... :-t ..... ·_(.icl:..~.~·'.t rur..""'-C -· l~:. ;:-.-...: '. r.: :.•.:: "':'.,i • • •
- . . !'cl,..,t:':;.:::~".t.:1 :"! 1.:1:-!:-~~~ !.: P~~.-:::t.:::-.::\·.;1~:-:1 Pcl:;!-:\,..,~:..'"'Mi J:·'.".t!,, c':o.c1":).h t.ct":lo' ·,~·.i':. ~\i . .... t \".,; oi'.·:."\:l :~': Li~~;:.!::,"'.l·:.~1 !JC\' .. '.\l(\ bc~·t..:Jt~lj) :..'.J.:"I, dt~C~lUi.~:~ do_ r;i_,'·.:\ ~:c.-.~:.:...:.rt Lc:··..!:\:f-:d·\:J:~ ~:c·J.i\Jt.:: ..... :\ t.·..:·-·:..:tij d~1I\ ·cY.o:-ic~:J C..'Ui. p:;--..>c,·:::. p-:ll 0:1i.i.\% ::i ~~i.i"i. ;lc1-.:.1 {)~:1 J,'\:t."".l't..."'.. •• •
. . i'.~::.1 ,t-.::-."1!1 ~cl\"\.;:,\i:\·.rl\\ t~\c . .".l-:;>\1:i p:·.U,\ L!;kt.c:.; i';J1.Tt~I.\ <li,l.lt·.i.-.s : ·•• l! ::."":.~\I\ f:\!:' t~'; 1 i:-.u \.".: 1-; ''.11:7'1:~."':. 11 l~o c\:-:\l ~ :J.--. ~JV~ 1·.:'..'~ & ... \ pc:.c.t-Ati Q.!.'i..:.n ·
:i·;•J\C lc\.".l\ di :".t::~\'ij'.ti (iu\J·.::11111· :·:n·:1 ./,"".k,\1·t.. ... ; . . •
11. r.:::if;-:.l\L"\1·1·_.11: h.,:·~ ,,1;\~ t;•J\,"'.h l~,1·t1 r:-.. ·.1.:r:-•;:,· p:.!:.'i:ol.1.f:-..c::-jn h ..... ~:..-~..!k · :•::·Jli,; :.~l.-.11 h:'.!:1t:1 c.,:~"I \:c!r.l.11~;t:\j'~~·.. .. : -. . • .
:1 ... 1::-.~n:,; 1.:'t:i·.:1\k,".:". \~~~;\~ ... i·: ...... t·\l:.1·.;~1'.\t•'.,,\, r ...... ~<_1·c' oin:\ .. ?o~.\115'.:-1~ i.J,,(1'.'•J1 f!.1 ,l;, 1 ·'~1".,.\ f',\ ;::l'U 1'•,\·1:-•)"J•'' 1-,·,·1• J .. 1, .. ,,,,. V• O~•·Q v,_
'"' I " ' '•• ··' <.I' •-• ~·- '''•\" -•1 ....... .,..._. <'I.....- fi/ t:-::·!.t ·:-..... :: ~-:1 J,"\l;:\1"l.,"., t/.\}\l:o~., J.'.~:-.-.~·t..\ Tir..U!·, P!\1Q. KC"'".L"'!. D..0 U .:.. . t····• ... , ... ' . I' ···-· ri·- . .. t 't•
••. 1 '"' •• , .•11-. .. :1 r:i:.1:11 .. 1r ... 11 ;., ./:\~:.;1:·L,\ c.:\.'1 !1::..1...-. Xcr>'ln !luY:\l !Ji 11.1:.1 :·:1, ·;·.-:,~ 1 : ::, 1·::r.1::ll·~~•~n, r..\, ':'.·.\J\'..'.;:: 1-.[..~-.,~"i·'\ J~kn:·t...'"'.' Ttr..u;- :J2 · 1~.,· : .. ~:-.. \'- rj:·.:-, ~ 1t:t:!1 1 .. -;:·;·:.;\G~:\ti .. ".11 \..1\t.11~: t:'\i;:~:d~!:1'' •. l\,\k,.\:\ .).cbih l..inju!:. • ·.· i :1~ }:~;-.u 1.i.1:.1,'\:1 i:-1 1•• · • · •
11,:.1:..:~u
::-..::1; :·:· .•

PETA COIZ.t\SI Peter:nakan SA.PI PEf\:.A.Fl .
.Tl. Sapi Perah Rt 01Rw02 Pc!k Ranggon Jak-Ti111.
I
~ uu.< ... ww
I
./.: .
0

" •,•

.,...·:-·. ' ' . ' ... . '•
,.,.. " .·'.-..•. . ~ , ..
l<f L ' MUJi)UL
I
u
....
1·;·;)J~1·1f ~1·" •.. ........__ • I .... ,\I I\ l'i T:\'j'I . ., '.i·• ., ... " , "'' ' !XiV RAN",
----·········... "· :1; ;, ·11 1;.;r: " . 1.1COH
P~-ir A ':I LL\ YJ~ ll
DESA JATI ~EMpUflliA

FOTO-FOTO DI TEMPAT PENELITIAN
Pintu Masuk Peternakan
Wawancara dengan Ketua Peternakan

Pemberian Pakan Sapi
Jenis Sapi Fries Holland