· Web viewTempat pengendapannya adalah tempat dimana binatang laut itu hidup dosekitar ......
-
Upload
nguyendang -
Category
Documents
-
view
243 -
download
2
Transcript of · Web viewTempat pengendapannya adalah tempat dimana binatang laut itu hidup dosekitar ......
LAPORANPRAKTEK LAPANGAN
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSADesa Tellumpanua, Kecamatan Mallawa
Kabupaten Maros
Oleh:
NAMA : EDI PUTRA IRAWAN
NIM : 20404109016
KELAS : Fisika 1
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
2
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK LAPANGANILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA (IPBA) 2011
Praktikum Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) telah
dilaksanakan oleh:
Nama : Abdul Majid
Nim : 20404109003
Jurusan : Pendidikan Fisika
Kelompok/Kelas : I/Fiika I
Hari/Tanggal : Jumat-Minggu, 30 Desember 2011 – 01 Januari 2012
Dinyatakan Sah Laporan Praktek Lapangan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika.
Makassar, Januari 2012
Dosen Pembimbing Asisten
Drs. SUPRAPTO . M.Si SUHARDIMAN S.Pd NIP: NIP :
Mengetahui,Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika
Drs.MUH.YUSUF HIDAYAT,M.PdNIP. 19631231031994029
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
3
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam semesta
dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat Allah
SWT. Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami diberikan
kekuatan dan kesempatan menyelesaikan laporan praktek lapangan terlaksana dengan
baik.
Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari
tantangan dan hambatan. Namun berkat kerja keras dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannnya penyusunan laporan
ini. Olehnya itu, secara mendalam kami menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan ini.
Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus, ikhlas dan
suci kepada:
1. Bapak Drs.Suprapto,M.Si sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah.
2. Bapak Drs.Muh.Yusuf Hidayat,M.Pd sebagai dosen penanggung jawab
praktikum.
3. Bapak Kepala Desa Tellumpanua, Kec. Mallawa Kab. Maros beserta keluarga
sebagai tuan rumah dari objek penelitian ini.
4. Suhardiman S.Pd, dan Nur Taqwa S.Pd sebagai asisten dosen praktikum di
lapangan.
5. Rekan-rekan peserta praktikum lapangan mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika UIN Alauddin Makassar Angkatan 2009.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
4
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepadaNyalah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat curahan
rahmat dan ridho dari-Nya, Amin.
Makassar, Januari 2012
Penyusun
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu usaha untuk mencapai sasaran belajar-mengajar adalah
dilaksanakannya suatu kurikulum dimana kegiatan tersebut wajib diikuti oleh
setiap mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa (IPBA) yang merupakan mata kuliah pada jurusan pendidikan
Fisika Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar.
Pelaksanaan praktek lapangan ini atas dasar kurikulum 1992, khususnya
pada semester ganjil dengan jumlah kredit 3. Praktek lapangan ini dilaksanakan
pada bulan November selama 3 hari dilokasi Lembah Mallawa. Praktek lapangan
ini dilaksanakan sebagai salah satu realisasi dari penerimaan materi, baik dalam
bentuk teori maupun dalam bentuk praktek lapangan seperti yang telah kita
lakukan ini. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap materi secara
teoritis, maka dilaksanakan praktek lapangan yang bertujuan menunjang
kebenaran teori tersebut terhadap kenyataan di lapangan, selain itu juga dapat
membantu pengembangan wawasan intelektual secara umum dan pengetahuan
Fisika secara khusus.
Bidang kajian Fisika adalah masalah keruangan dan gejala-gejalanya,
maka penyampaian secara teori saja, tidaklah mendukung. Praktek lapangan
adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan, yang nantinya diharapkan
dapat membantu mahasiswa lebih jauh dalam memahami dan mengetahui materi
kajiannya. Dengan tujuan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.
B. Tujuan Peraktik Lapangan
1. Tujuan Instruksional Umum
Adapun tujuan Instruksional yang ingin dicapai dalam praktek
lapangan ini adalah sebagai berikut:
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
6
a. Melatih mahasiswa mengobservasi, mengukur dan mengumpulkan
data-data tentang suatu peristiwa alam pada suatu lokasi tertentu.
b. Melatih mahasiswa mengolah dan menginterprestasi data yang telah
dikumpulkan melalui observasi mengukur.
c. Dan cara pengumpulan lainya untuk menyusun karya ilmiah mengenai
peristiwa alam tersebut.
d. Berlatih menjadikan lapangan sebagai salah satu pengajaran yang
berbentuk media.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Adapun tujuan Instruksional yang ingin dicapai dalam praktek
lapangan ini adalah sebagai berikut:
a. Memahami pemakaian beberapa alat praktek lapangan dan metode
praktek lapangan berupa metode ploting dan shooting serta mampu
mengenal cara observasi lapangan berupa road trevers, river trivers, dan
kompas trivers
b. Dengan menunjukkan bermacam-macam formasi bantuan beku, bantuan
sedimen, dan batuan metamorfosis dilokasi air panas dan sekitarnya,
disertai penjelasan seperlunya maka mahasiswa diharapkan dapat,
Membuat irisan vertikal lokasi itu dengan menampakkan masing-masing
formasi batuan.
c. Menjelaskan proses terjadinya/terbentuknya susunan formasi batuan
yang ada dilokasi.
d. Menjelaskan proses terjadinya air panas pada lokasi tersebut dengan
mengobservasi, mengukur batuan sedimen dan batuan metamorfosis
pada singkapan batu sabak dan batu bara serta yang ada disekitarnya.
e. Menjelaskan proses terbentuknya batu sabak dan batu bara yang ada
dilokasi, menjelaskan irisan vertikal lokasi tersebut.
f. Menjelaskan mengapa batu sabak dan batu bara berada pada wilayah
atau lokasi tersebut.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
7
g. Dengan mengobservasi wilayah batuan kapur dan bentuk dari pengerjaan
air pada batuan kapur, maka mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan
proses terbentuknya wilayah kapur, menjelaskan proses pengerjaan air
pada batuan kapur, membuat gambar bentuk hasil pengerjaan air.
2. Lokasi Praktek Lapangan
Paktek lapangan mata kuliah IPBA dilaksanakan di lembah Mallawa
yaitu di Desa Tellumpanua kecamatan Mallawa kabupaten Maros. Praktek
ini berlangsung selama 3 hari yaitu pada tanggal 30 desember 2011 – 01
Januari 2012. Lembah Mallawa merupakan suatu daratan yang terletak
antara deretan pegunungan, dimana desa tersebut terdiri atas beberapa dusun
kemudian terhimpun menjadi sebuah desa. Lokasi praktek lapangan tersebut
berjarak kurang lebih 150 Km dari kota Makassar. Perjalanan ditempuh
dengan menggunakan 2 buah kendaraan bus campus, sedangkan waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh perjalanan tersebut yaitu sekitar 3 – 4 jam.
Karena lokasi tersebut merupakan daerah pedesaan maka jalan yang dilewati
merupakan jalan semi permanen, jaraknya kira-kira 13 Km dari jalan raya
atau jalan provinsi.
Dalam perjalanan ke lokasi praktek ditemukan berbagai gejala atau
penomena alam yang menajubkan. Dengan memperhatikan sekitar jalan
yang dilalui, mulai dari perjalanan utama sampai ke tempat tujuan, kita dapat
melihat kelokan-kelokan jalan diantara lembah dan bukit dengan jelas secara
langsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi lembah Mallawa sangat
cocok digunakan sebagai tempat untuk melakukan penelitian tentang alam
fisis. Dengan kesempurnaan gejala - gejala alam sehingga menarik untuk
diteliti, dimana daerah tersebut pernah terjadi gejala - gejala alam seperti
gaya endogen maupun eksogen, gejala alam berupa patahan, sesaran,
pelipatan, dan sebagainya merupakan hasil kerja gaya endogen. Sedangkan
yang merupakan singkapan batuan yang disebabakan oleh pengikisan,
pelapukan angina atau oleh manusia serta hewan dan tumbuh - tumbuhan
adalah merupakan hasil kerja eksogen.Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
8
Dengan demikian jelaslah bahwa lembah Mallawa memiliki sejumlah
gejala yang dapat memberikan nilai tambah dalam memperluas wawasan dan
cakrawala berfikir manusia. Karena adanya eksistensi dari daerah tersebut
beserta gejala - gejala alamnya maka cocok digunakan sebagai objek study
bagi para mahasiswa.
3. Alasan Memilih Lokasi
Lokasi yang dipilih sebagai tempat untuk melakukan praktek lapangan
tentu memiliki kriteria tersendiri, sehingga cukup dijadikan alasan mengapa
sehingga lokasi ini dijadikan sebagai tempat praktek lapangan.
Lembah Mallawa merupakan salah satu lokasi yang terpilih sebagai
objek penelitian, hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain :
a. Berdasarkan pengalaman; bahwa setiap pelaksanaan praktek, lokasi ini
merupakan sasaran utama karena memiliki banyak gejala - gejala alam
yang dapat dijadikan sebagai objek dalam praktek lapangan pada mata
kuliah IPBA untuk mencapai tujuan pengajaran di kampus.
b. Lembah Mallawa memiliki sejumlah sejarah yang menampakkan proses
kerja alam, baik berupa hasil kerja tenaga endogen maupun hasil kerja
tenaga eksogen.
c. Dalam membuktikan kebenaran teori yang didapatkan dalam perkuliahan
di kampus, maka dengan melakukan praktek di lapangan secara langsung
seperti di Mallawa ini dengan tujuan untuk memperkuat teori yang telah
dipelajari sebelumnya.
C. Metode Pratek Lapangan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek lapangan ini adalah
metode Deskriftif, dimana selama praktek lapangan tersebut dilakukan observasi
atau pengamatan - pengamatan terhadap gejala alam yang dijumpai di lapangan.
Kemudian gejala - gejala tersebut dianalisa berdasarkan teori yang didapatkan.
D. Pelaksanaan Praktek
1. Persiapan Praktek.Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
9
Dalam melaksanakan praktek lapangan, tentu selalu mengharapkan
agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu
sebelum menuju ke lokasi praktek, terlebih dahulu kita mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan selama melakukan praktek di lapangan. Baik
kesiapan jasmani maupun rohani kita serta alat-alat yang diperlukan.
a. Pengkajian Proposal Penelitian.
Pengkajian proposal penelitian perlu dilaksanakan terlebih
dahulu agar memudahkan kita untuk melakukan praktek lapangan.
Karena di dalamnya mencakup petunjuk baik berupa pokok materi
pelitian maupun perlengkapan –perlengkapan yang diperlukan dan
untuk dipersiapkan .Dengan demikian setidak tidaknya memudahkan
gambaran kita tentang tujuan penelitian yang kita laksanakan .Sehingga
dengan demikian maka para mahasiswa sebelum terjung langsung
kelokasi peraktik terlebih dahulu ia perlu membekali diri dengan
sejumlah teori teori dari buku yang dapat mempermudah untuk
memahami gejala-gejalah yang ditemukan dilokasi .Terutama mengenai
makna yang ditampakkan oleh gejalah tersebut atau dengan kata lain
membandingkan teori dengan kenyataan sesungguhnya yang ada di
lapangan .
b. Persiapan alat dan bahan peraktek .
Salah satu sarana yang sangat penting dalam menunjang
penelitian atau pelaksanaan peraktek adalah persiapan alat dan bahan
peraktek ,baik perlengkapan peribadi ,perlengkapan kelompok dan
perlengkapan secara umum.
1) Alat –alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek lapangan ini
adalah sebagai berikut:
Kompas geologi dan kompas biasa ,digunakan untuk menentukan
arah sterike, sudut deep ,dan kemiringan lereng .
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
10
Peta topografi wilayah peraktek yang digunakan untuk
menentukan tempat dan garis kontur pada lokasi peraktek di
Mallawa.
Altimeter yang digunakan untuk mengetahui ketinggian suatu
tempat di atas permukaan laut pada lokasi peraktek .
Papan pengalas yang dipakai untuk mengalasi atau tempat untuk
Menulis.
2) Bahan –Bahan .
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek lapangan ini
adalah sebagai berikut:
Kertas polio yang digunakan untuk mencatat data data pada saat
praktek berlangsung .
Pensil ,balpoin ,dan baterai.
Penggaris atau mistar panjang dan busur derajat .
Roolfilm berwarna .
Kertas hvs .
Coorrektion peen (stip).
3) Perlengkapan pribadi .
Yustel atau kamera untuk memotret obyek .
Lampu senter .
Jas hujan atau payung .
Obat –obatan dan lain –lain
2. Pengurusan Surat Izin Peraktek .
Agar lebih terciptanya suasana tertib dan lancarnya pelaksanaan
peraktek Lapangan ini, maka perlu dilakukan pengurusan surat izin praktik
dilokasi yang dituju. Ternyata pengurus surat izin praktek memakan waktu
yang cukup lama sehingga memerlukan kesabaran dan ketekunan panitia
untuk mengurus surat izin tersebut .adapun tahap –tahap pengurusan surat
izin yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
11
a. Membuat proposal yang ditandatangani oleh dosen yang bersangkutan
atau pemegang/penanggung jawab mata kuliah yang bersangkutan .
b. Surat izin atau proposal harus disetujui oleh ketua jurusan yang
bersangkutan .
c. Setelah mendapatkan persetujuan dari ketua jurusan kemudian proposal
tersebut kami bawa ke pembantu dekan 1(PD 1).
d. Setelah mendapat persetujuan dari PD 1 ,proposal tersebut kami bawa
kepembantu retor 1,kemudian untuk mendapatkan persetujuan
e. Setelah mendapatkan persetujuan dari PR 1, maka proposal itu kami
antar ke puslit (pusat penelitian ).
f. Setelah mendapat persetujuan dari puslit ,kami bawa ke bapenda TK 1
provinsi. Selanjutnya ke kabupaten, camat dan kepala desa yang
bersangkutan yang dijadikan lokasi tempat praktek .
E. Kegiatan Peraktik Lapangan
Beberapa kegiatan dalam peraktek lapangan yang dilaksanakan selama
berada dilokasi ,merupakan suatu usaha yang mengarah kepada apa yang
menjadi tujuan praktik lapangan. Adapun yang menjadi kegiatan–kegiatan yang
berlangsung selama di lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan .
Kegiatan observasi lapangan ini adalah merupakan suatu kegiatan
pokok dalam pelaksanaan praktik lapangan ini. Dengan kegiatan ini kita
berusaha untuk mengumpulkan dan merekam sejumlah gejala- gejala yang
ditemukan selama observasi. Dalam kegiatan ini perlu ketelitian yang tinggi
setiap peserta praktek, agar kita bisa mendapatkan data yang akurat.
Kegiatan observasi adalah merupakan awal langkah yang harus dapat
ditempuh dalam usaha menuangkan apa yang tampak dimata kita dalam
lembaran–lembaran kertas yang berbentuk laporan hasil praktek. Dengan
bekal –bekal teori yang kita dapatkan sebagai landasan maka kita juga perlu
menyusun beberapa hipotesa sebagai dugaan sementara. Dengan demikian Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
12
sedikit demi sedikit wawasan kita mengenal gejalah yang tampak untuk
dicermati dan mengantar kita untuk mendapatkan kesesuaian teori yang
didapatkan dengan kenyataan yang ada dilapangan. Kegiatan observasi ini
ditempuh dengan menelusuri sejumlah tempat yang bisa dijadikan sebagai
pematang sawah, pinggir sungai, setapak, hutan, bukit dll.
Tetapi yang terpenting adalah bagaimana cara untuk mendapatkan
data dan informasi yang lengkap sesuai dengan gejala yang ada .
a. Perjalanan menelusuri jalan raya (Road Travers)
Perjalanan menelusuri jalan raya berbeda dengan kondisi
jalanan yang sudah diaspal .cara ini ditempuh apabila yang kita kaji bisa
dijangkau dengan mudah apabila kita melewati jalan raya .sepanjang
jalan pun akan nampak oleh kita beberapa gejala geologi yang sangat
menarik oerhatian untuk dijadikan sebagai obyek penelitian .
b. Perjalanan Menelusuri Sungai (River Travers)
Perjalanan menelusuri sungai ini ditempuh apabila daerah obyek
penelitian berada berada pada pinggir sungai atau harus melalui sungai
tersebut untuk dapat mencapai lokasi yang dimaksud.Dalam perjalanan
menelusuri sungai maka akan tampak oleh kita berbagai gejala gaologi
yang disebabkan oleh adanya pengerjaan-pengerjaan air sungai seperti
mengikis batuan ,mengangkut material-material sungai,dan
pengendapan material-material sungai. Dalam perjalanan menelusuri
sungai ini kadangkala juga kita berjalan menelusuri hutan yang mana
diperlukan ketelitian dan kewaspasaan yang tinggi agar tidak mengalami
hambatan yang dapat mengganggu pelaksanaan praktek.Di hutan kita
menemukan adanya aktivitas manusia,seperti adanya pohon yang
tumbang akibat penebangan.Hal ini menunjukkan bahwa lokasi tersebut
sering dikunjungi oleh penduduk setempat.
c. Perjalanan menelusuri arah kompas (Compas Travers)
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
13
Perjalanan dengan menelusuri arah kompas ini dipergunakan
apabila kita berada di dalam hutan atau untuk mempecepat rute atau
jalan yang akan kita tempuh. Adapun caranya yaitu dengan menentukan
arah mata angina daripada lokasi yang akan kita datangi atau dimana
obyek tersebut berada, misalnya arah utara. Sesuai dengan petunjuk
kompas tersebut kita menempuh perjalanan sesuai dengan arah kompas.
Selain dengan cara-cara tersebut observasi lapangan juga didukung dengan
cara observasi lapangan lainnya seperti barikut ini :
a. Diskusi
Setelah ilaksanakan observasi lapangan pada siang harinya,maka
hasil observasi kemudian didiskusikan pada malam harinya .Bahan
diskusi tersebut adalah gejala-gejala yang ditemukan selama observasi
berlangsung.Kegiatan malam itu berlangsung dengan diskusi antara
personal dalam kelompok,kemudian hasil laporan-laporan tiap
kelompok dilaporkan dan didengarkan oleh dosen pembimbing.
Diskusi malam itu berlangsung kurang lebih 6 jam kesimpulan
dan permasalahan-permasalahan yang telah dipecahkan atau dibahas
bersama-sama dari hasil observasi di lapangan menjadi bahan catatan
yang sangat berharga dan berarti unuk pembuatan laporan hasil praktek
mata kuliah geologi umum.
b. Ceramah singkat
Metode semacam ini dilaksanakan pada saat penelitian
berlangsung maupun sebelum diskusi. Dari ceramah dapat disimpulkan
oleh dosen pembimbing maka diambil kesimpulan atas dasar
pertimbangan serta memadukannya dengan apa yang diperoleh di
lapangan.Sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara teori dengan
kenyataan di lapangan pada saat melakukan observasi lapangan di
lembah Mallawa.
BAB IILaporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
14
KAJIAN TEORI
A. Defresi Walanae
1. Pengertian Defresi
Defresi adalah suatu proses penurunan permukaan bumi sebagai akibat
dari gaya-gaya asal dalam (endogen), dalam kawasan wilayah yang luas. Atau
defresi adalah suatu bentuk lipatan berupa cekungan dimana kemiringan
lapisan-;apisannya menurun menuju kesatu titik tengah.
2. Proses Terjadinya Defresi Walanae
Defresi walanae merupakan salah satu wilayah yang terjadi karena
adanya tenaga-tenaga tektonik atau tenaga endogen, sehingga wilayah ini
meupakan antiklinarium dimana terdiri dari antiklin-antiklin pada daerah yang
luas, ini terjadi karena adanya proses pelekungan atau pelipatan pada daerah
tersebut.
Adapun proses terjadinya defresi walanae tidak terlepas dari tinjauan
geologi dan mofologi menurut Van Benmlem dalam bukunya The Geology Of
Indonesia, bahwa cekungan lengan selatan Sulawesi itu terdorong ke atas
selama meozen atas. Terlipat pelahan-lahan dan mengalami patahan karena
pengangkatan itu, hal ini diperlihatkan oleh Van Benmlem pada irisan kedua.
Pada irisan ketiga diperlihatkan pada puncak undasi Makassar
(Makassar Undation) pecah atau neogen turun pada neugen muda, kemidian
disusul dengan turunnya seluruh undasi itu. Karena subkruskal kompleks
dasanya terpecah sebagai akibat dari gerakan horizontal. Gerakan ini
merupakan diastropisme (fase pertama), kejadian ini menyebabkan terjadinya
tranresi laut dan terbentuklah batuan sedimen. Neugen muda diatas undasi
yang turun itu, pada neugen muda itu kegiatan vulkanik berlangsung terus
dengan naiknya intrusi neogen facifik, pada sejumlah batu kapur neolen
sampai meosen.
Pada irisan vertical ke empat Van Benmlem menjelaskan bahwa pada
irisan ke empat diperlihatkan kuarter tepatnya pilo-plestosen terjadi Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
15
diastropisme fase kedua. Peristiwa ini menyebabkan poros utamam undasi
Makassar, terbagi menjadi dua yaitu pegunungan Maros di bagian barat dan
pegunungan Bone bi bagian timur. Kedua deretan pegunungan itu ditemukan
defresi tempe dengan endapan tanh liat marine yang berfusia ploestocen,
maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar irisan vetikal sebagai berikut.
Gambar 2.1. Sinklin dan Antiklinal
Jadi dapat ditaik kesimpulan bahwa turunnya permukaan bumi
(defresi) di walanae sebagai akibat adanya pengangkatan di timur dan di barat
defresi walanae. Pengangkatan ini disertai dengan keluarnya magma
kepermukaan bumi. Volume magma ini sangat besar serta wilayah defresi
walanae memungkinkan keadaannya lunak sehingga pada saat menerima gaya
berat yang cukup kuat dari kedua deretan pegunungan itu maka secara
perlahan-lahan terbentuklah derfresi walanae dengan kata lain terjadilah
pegunungan disamping kiri dan samping kanan, terjadi pengangkatan
(pegunungan Maros dan pegunungan Bone).
Pelengkungan atau pelipatan yang terjadi karena adanya tenaga-tenaga
tektonik (Distropisme), lipata ini terjadi Karena kekuatan besar pada masa
tertentu. Bahwa terjadnya karena grafitasi tektonik epidemic yang dapat
mnyebabkan terjadinya pengangkatan, penurunan, pelipatan, dan patahan.
Menurut J.A. Katili dlam bukunya “GEOLOGI” pelengkungan atau pelipatan
tejadi karena suatu farmasi lapisan sendimen yang letaknya mendatar, bekerja
tenagan tangensial maka pada stadium pertama terbentuklah suatu lipatan. Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
16
Jika tenaga tangensial dari sebelah tidak begitu kuat maka pada awalnya
terbentuk lipatan tegak. Punggung lipatan itu disebut antiklin dan lembah
lipatan disebut sinklin
BARAT TIMUR
Gambar 2.2 Irisan Vertikal Sulawesi Selatan
Penjelasan :
1. Batuan pada awal zaman tertier terdiri dari batuan kristal dan batuan-
batuan mengkilat (crateaus) dan merupakan dasar batuan aphiolit.
2. Batuan vulkanik tengah (andesitic) berasal dai awal zaman tersier,
kemungkinan erupsinya terjadi diselat Makassar.
3. Sedimentasi awal zaman tertier (cuaca dingin menimbulkan batuan-batuan
Eucene dan Cocene towoncene introtus)Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
17
4. Bentuk vulkanik meocen, basalto, andesitic menengah disebabkan erupsi
yang berpusat dilengan Sulawesi.
5. Sedimentasi muda.
6. Vulkanik neogene muda dibagian pasifik dan disebahagaian lagi pada
intrusi dan ekstrusi di Mediterania.
7. Batu koral pada zaman pleistocen terdapat dikepulauan Spermande dan
juga terdapat di Walanae dan Bone.
a. Batuan granit terjadi pada awal zaman tertier
b. Batuan granit terjadi pada zaman tertier akhir.
c. Batuan granit terjadi pada zaman quarter
3. Struktur Defresi Walanae.
Jika ditinjau lagi dari proses terbentuknya Defresi Walanae maka
jelaslah defresi ini terjadi karena pengaruh dari dalam bumi (endogen). Gaya
tektonik sangat memegang peranan penting dalam pembentukan muka bumi.
Akibatnya dari gaya tangensial, sehingga daerah ini terlipat wlaupun pada
akhinya bagian dari punggungnya mengalami pemeosotan dalam bentuk
defresi.
Jadi struktur posisi batuan yang terjadi pada defresi walanae ini
adalah berstruktur pegunungan lipatan.
4. Stadia defresi walanae
Dalam menentukan stadia pada defresi walanae sangatlah sukar,
karena daerah ini telah tertutupi oleh lava berupa vulkan gunung Lompo
Battang.
5. Dampak social Ekonomi Dai Defresi Walanae
Karena adanya defresi walanae yang dapat dijadikan bendungan,
dimana pada daerah ini mengalir sungai walanae. Untuk mengairi sawah-
sawah yang ada disekitarnya, selain itu karena defresi walanae ini terjadilah
vulkan Lompo Battang yang merupakan areal yang sangat subur sehingga
sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pertanian dan perkebunan. Lokasi
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
18
ini juga memiliki daya tarik dan keindahan dengan pemandangan yang sangat
indah dan sejuk.
B. Daerah Karst
1. Pengertian Karsting
Karst adalah batuan kapur berupa pegunungan yang terbentuk dalam
proses yang memerlukan waktu yang cukup lama dan merupakan salah satu
jenis kerja tenaga geologi yang berasal dari dalam (endogen). Zat-zat yang
larut dalam air yang merupakan hasil erosi sungai atau tenaga-tenaga asal luar
yanfg kemudian diangkut ke laut. Tempat pengendapannya adalah tempat
dimana binatang laut itu hidup dosekitar kedalaman beberapa puluh meter ke
dasar laut.
2. Struktur Karst
Adapun struktur pegunungan karst di Maros itu bervariasi dari yang
sederhana ke yang rumit, struktur yang sederhana adalah horizontal atau agak
miring terdapat pada bagian barat dari pegunungan kapur tersebut atau yang
terdapat pada bagian yang berbatasan daerah pantai.
Sedangkan struktur yang rumit yaitu “foldin dan faltin” terutama pada
bagian yang beimpitan dengan westrem divide range yang pada pegunungan
kapur itu ditemukan gejalah-gejalah pelarutan menghasilkan bentang alam
yang spesifik daerah tropis.
3. Poses Tebentuknya Karst
Selama sejarah bumi yang berjuta-juta tahun lamanyakepulauan
Indonesia sering mengalami perubahan bentuk, bentuk-bentuk yang sekarang
pula di Maros dan daerah sekitarnya serta Sulawesi pada umunya melalui
perjalanan hidupnya selama 86 juta tahun.
Secara geologi Maros terletak di daerah yang dulunya merupakan laut
dimana pengendapan marine dan kapu, telah dimulai sejak eocone dan
berlangsung terus sampai terangkat pada Plio-Pleistocen. Menurut J.H.
UMBGROE bahwa daerah ini dan sekitarnya (Sulawesi Selatan) adalah suatu
Ideosinklin 4,400 m yang terdir dari sedimen nigne setelah 3,000 m. Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
19
Pegunungan Maros yang memanjang arah utara selatan terbentuk sebagi
pemindahan kearah timur dan mengembang kulit bumi yang mempunyai pusat
diastropisme di pulau laut. Sistem pengelombangan kulit bumi ini disebut
Mesodaftor bekembang dalam suatu teori R.W.Van Benmlem,
menggolongkan pegunungan Maros bersama-sama dengan palung Makassar,
kepulauan Spormonde, defresi walanae/defresxi tempe, pegunungan Bone
yang masih tergolong kedalam system pegunungan muda.
Pemandangan tentang bentang alam karst sebagai hasil pelarutan oleh
air pada batuan kapur yang dimulai dengan plateau batu kapur yang
menjulang diatas permukaan laut, dimana batu kapur yang menjulang diatas
pemukaan laut, demikian tebalnya. Pada mula-mula yaitu setelah daerah ini
terangkat diatas permukaan laut, batu iut boleh dikatakan batuan yang tidak
dapat ditembus oleh air (kedap). Akan tetapi diaklas-aklas tadi akan
mengambil air kapiler karena itu dindingnya akan larut dan akibatnya diaklas
itu menjadi lebar. Lama kelamaan akan menjadi celah-celah tiga dimensial
dan semua air hujan hilang melalui jalinan celah tadi. Pada mulanya iar hujan
dpat mengalir diatas permukaan plateau saja jadi membentuk susunan. Setelah
stadium berakhir dan tidak terjadi lagi eosi pad permukaan, maka seluruh
pengaliran air terjadi di bawah tanah.
Proses terjadinya pelapukan kimia pada daerah karst adalah sebagai
berikut:
CaCO3 + CO2 + H2O = (CaHCO3)2
Yang berarti bahwa daerah kapur selain terjadi reaksi kimia yang
menyebabkan kerusakan, juga terjadi kimia yang sifatnya membangun. Akibat
dari proses diatas maka menimbulkan gejalah-gejalah yang unik pada batuan
kapur sebagai hasil pelarutan. Gelajah-gejalah karst ini tidak hanya terjadi
pada batuan kapur (CaCO3), gitsum, CaSO4, 2H2O, dan garam (NaCl).
Menurut W.D.YHORNBURI bahwa untuk perkembangan karst
diperlihatkan beberapa syarat antara lain:
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
20
a. adanya batuan yang mudah larut pada permukaan dan atau bawa
permukaan bumi.
b. Batuan itu mempunyai celah-celah yang sangat banyak.
c. Ada lembah-lembah besar yang terfiris dalam sekali yang penting un tuk
mengalrkan hasil pelarutan tersebtu.
d. Curah hujan yang cukup besar.
Adapun gejala-gejala karst itu aalah sebagai beikut:
a. Bentukan-bentukan singkholes, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Didepan
gua Matampa terdapat karst lake yang sekarang ini telah dijadikan
swimming pool.
b. Pelarutan oleh ai biasanya meninggalkan residu tanah liat merah yang
menutupi permukaan dan celah-celah dari batuan kapur.
c. Karst atau alur-alur hujan pada batuan kapur yang begitu lanjut usia yang
masih dangkal-dangkal terdapat pada beberapa tempat terutama pada
bagian yang kurang vegetasi dan terrarosanya.
d. Pengaliran dibaeah tanah.
e. Sisa pelarutan, beberapa bukit kerucut atau conical terdapat sendiri-
sendiri maupun secara kumpul-kumpulan.
f. Pada umumnya terletak pada kaki dinding kapur yang terjal atau pada
escamen.
4. Stadia Karst Maros
Morfologi daerah karst adalah hasil pelarutan atau proses pelarutan
yang belangsung terus, mengakubatkan perkembangan topografi karst dari
usia mudah, dewasa, dan sampai tua sesuai dengan sifat-sifat ditunjukkannya,
sehingga tejadi siklus yang disebut “geomorphic Cisls” A.K LOBEC
menggunakan empat tingkat perkembangan dari plateau kapur yang
berstruktur horizontal dengan pengaliran dibawsah tanah.
a. Early youth.
Pada permukaan terjadi pola pengaliran denritik, karena diatas
lapisan kapur terdapat lapisan yang dapat menahan air apabila lapisan Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
21
kapur tersingkapkarena pendalaman sungai. Maka terjadilah pengaliran
dibawah tanah melalui celah-celah.
b. Late Youth
Pada tingkat ini pelautan subteral dalam lapisan kapur menjadi
berkembang, diikuti oleh pemerosotan yang disebut sinkholes dan hilang
dibawah tanah. Beberapa sinkholes begabung membentuk Vallenshink.
c. Naturity
Paleisink semakin bertambah banyak dan bertambah luas dasarnya
berfombak dan berulang-ulang dapat membentuk ponds (kolam air)
sedangkan pada dinding lembah terbentuk gua.
d. Old Age
Permukaan semakin diperendah oleh pelarutan, memperlihatkan
sifat, datar sisa plateau kapur disebut “Mesa dan Butte”. Pengaliran
muncul kembali pada permukaan bila lapisan kapur tertutup oleh lapisan
tanah terarosa.
Untuk lebih jelasnya pehatikanlah gambar pekembangan topografi
karst pada struktur horizontal (menurut H.LOBEC), agar kita dapat
memahami betul tentang bagaimana sebetulnya batuan karst tersebut.
Sebagai bahan untuk lebh mengkaji mengenai karst itu sendiri.
Gambar 2.3(a). Early youth b). Late youth c). Maturty d). 0ld ageLaporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
a
b
c
d
22
Berdasarkan literature yang ada, maka penulis sepakat bahwa
stadia pada pegunungan kapur Maros termasuk stadia dewasa. Alasannya
karena pada daerah karst Maros terdapat vallensink semakin bertambah
banyak dan bertambah luas dan terdapat bentuk pondasi atau kolam air
serta pada dinding lembah atau terbentuk gua-gua.
Grund, juga telah mengadakan penelitian/penyelidikan bagaimana
perkembangan daerah karst pada permukaannya merupakan peneplaink
yang terangkat. Dan tingkat-tingkat yang mana mengalami oleh daerah-
daerah karst itu. Dimana terjadi peningkatan secara berturut-turut sebagai
berikut:
1) Stadium Dolina
2) Permukaannya sedikit demi sedikit oleh dolina-dolina. Stadium ini
bersesuaikan dengan EARBY YOUTH STAGE menurut LOBEC.
3) Stadium Cockkpit
4) Pada permukaan daerah itu tedapat banyak lekukan yang diselang-
selingi dan dikelilingi oleh bukit kapur, bebentuk kubah atau stadia
cokpit, sebagai sisa pelarutan. Bentuk dasar tinggi dari hampirate asal
itu sama sekali tidak ada.
5) Stadium Hum
Hum adalah bukit kecil yang puncaknya membulat, seluruh
daerah itu menjadi dataran lagi, hanya disana-sini tedapat bukit-bukit
kecil yang berdiri pada titik potongan antara deretan cockpit itu.
Stadium ini bersesuaikan OLD AGE menurut LOBEC.
5. Dampak Sosial Ekonomi Karst di Maros
Nilai social ekonomi yang dikandung oleh pegunungan kapur Maros
sangat besar. Selain bahan baku semen yang dikelolah langsung sebagai bahan
baku semen Tonasa dan semen Bosowa yang menghasilkan bahan bangunan,
dimana sudah tentu merupakan pemasukan devisa yang sangat besar.
Disamping itu sebagai objek wisata yang memiliki pemandangan alam dan
panorama alam yang indah serta gua-gua, dam air terjunnya yang sangat Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
23
menarik. Sehingga wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara akan
berkunjung ke lokasi tesebut.
Selain itu daerah karst terdapat tanah terarosa, yang sangat subur
sehingga sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Dan terdapat pula
sungai yang dijadikan pengairan, sekaligus sebagai pembangkit tenaga listrik,
an untuk air bersih.
Tetapi tak kalah pentingnya yaitu bentang alam karst Maros
merupakan obyek penelitian laboratorium terbuka yang sangat menunjang
tercapainya tujuan pendidikan dengan baik, sekaligus sebagi tempat untuk
pengenalan alam bagi generasi-generasi muda agar memiliki rasa cinta dan
rasa peduli terhadap lingkungan hutan yang kaya akan sumber daya alamnya.
C. SUNGAI
Air hujan dan air tanah yang keluar sebagai mata air akan mengalir
ketempat yang lebih rendah. Pada waktu mengalir, air mengikis batuan yang
dilewatinya, sehingga terbentuklah alur-alur kecil atau parit. Makin lama alur itu
makin lebar, air yang dapat ditampung makin banyak sehingga terbentuklah aliran
yang disebut sungai.
Sungai sebagai badan air, mempunyai sifat yang berbeda antara bagian
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Bagian hulu biasanya mempunyai
kemiringan yang besar. Pada daerah ini, proses erosi atau pengikisan berjalan
sangat cepat adalah mengarah kedasar sungai (Vertikal). Oleh karena itu, bentuk
lembah sungai bagian hulu menyerupai V. Lereng lembah sungai berbentuk
cembung dan sering kita jumpai adanya jeram dengan aliran yang cepat.
Bagian tengah, kemiringannya sudah berkurang. Poses erosi tidak
hanya vertical, tetapi juga horizontal. Oleh karena itu, bentuk lembah memngarah
kehuruf U, dan lereng lembah berbentuk cekung. Pada bagian tengah sering
dijumpai adanya jeram seperti halnya dibagian hulu. Pada beberapa tempat,
kadang-kadang sudah kita jumpai bentuk-bentuk sedimentasi atau pengendapan.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
24
Bagian hilir sungai, kemiringannya sangat kecil atau landai. Proses
erosi sudah tidak ada lagi, yang ada adalah proses sedimentasi atau pengendapan.
Oleh karena itu, pada bagian ini banyak kita jumpai floodplain (dataran banjir).
Bentuk lembah pada bagian ini seperti huruf U, dengan tanggul alam dikanan kiri
sungai. Aliran sungai berjalan lambat dengan bekali-kali membuat belokan-
belokan atau meander. Pada daerah ini kadang-kadang kita jumapai bekas aliran
sungai yang sudah mati, dan berubah menjadi danau. Danau demikian disebut
dengan danau tapal kuda (oksbow lake). Untuk lebih jelasmnya perhatikan
gambar-gambar berikut ini:
Gambar 2.4 Arah garis arus sungaiLaporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
25
1. Jenis-Jenis Sungai
Jenis sungai ditentukan berdasarkan struktur lapisan batuan yang
dilalui oleh sungai. Jenis sungai dibedakan menjadi tujuh macam sebagai
berikut.
a. Sungai anteseden adalah sungai yang dapat mengimbani pengangkatan
daerah lapisan batuan yang dilauinya. Setiap kali terjadi pengangkatan, air
sungai tersebut behasil mengikisnya. Lihat gambar dibawah ini
Gambar 2.5 Sungai anteseden
Contoh sungai anteseden adalah Bengawan Madium di Jawa
Tengah sungai ini mengikis pegunungan Kendeng yang mengalami
pengangkatan. Contoh lainnya adalah sungai Oya di Daerah Istimewa
Yokyakarta. Sungai ini mengikis plateau Wonosari yang mengalami
pengangkatan.
b. Sungai Epigenesa adalah sungai yang terus menerus mengikis batuan yang
dilaluinya, sehingga mencapai daerah batuan asli (induk). Proses
terjadinya sungai epigenesa dimulai pada waktu daerah itu mangalami
penurunan. Dan terjadilah sedimentasi, sehingga mencapai batuan asli
(induk) daerah itu. Perhatikan gambar dibawah ini:
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
26
Gambar2.6 sungai epigenesa
c. Sungai konsekuen adalah sungai yang arah aliannya sesuai dengan
kemiringan batuan daerah yang dilaluinya. Sungai jenis ini banyak
dijumapai pada daerah gunung berapi stadium (umur) muda yaitu sungai
yang mengalir pada lereng-lerang gunung berapi. Contoh; sungai Progo di
Jawah Tengah pada saat menuruni lereng gunung Merbabu.
d. Sungai subsekuen adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai
konsekuen yang bermuara pada sungai konsekuen tersebut, sungai ini
mengalir pada batuan yang kurang resisten. Contoh; Sungai Opak di
Daerah Istimewa Yokyakarta.
e. Sungai Obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan arah
dengan arah kemiringan lapisan batuan daerah itu. Sungai ini merupakan
anak sungai dari sungai subsrkuen.
f. Sungai resekuen adalah sungai konsekeun yang timbul kemudian. Sungai
ini merupakan anak sungai subsekuen. Sungai resekuen searah dengan
sungai konsekuen. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
27
Gambar 2.7 jenis sungai
Keterangan : K = Sungai konsekuen
S = Sungai subsekuen
R = Sungai resekuen
O = Sungai obsekuen
g. Sungai insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak teatur. Sungai ini
tidak terikat lapisan batuan dari daerah yang dilaluinya. Contoh sungai-
sungai didataran rendah. Lihat gambar dibawah ini
Gambar2.8 sungai insekuen
Selain perbedaan/perincian sungai-sungai yang disebutkan diatas,
masih ada perbedaan jenis sungai yang didasarkan pada keadaan aliran
airnya. Sungai-sungai tersebut sebagai berikut:
1) Sungai episodic, yaitu sungai yang aliran airnya hampir tetap, baik
pada musim penghujan maupun pada musim kemarau. Sungai jenis ini
terdapat didaerah yang masih banyak hutannya, misalnya sungai di
Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya.
2) Sungai Periodik, yaitu sungai yang hanya mengalir pada musim
penghujan. Misalnya sungai di Jawa dan Nusa Tenggara. Sungai jenis
ini pada daerah yang hutannya sangat sedikit atau tidak ada sama
sekali.
3) Sungai hujan yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan.
Pada musim hujan volume airnya tidak tetap. Pada musim penghujan Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
28
banyak, sedangkan pada musim kemarau sedikit. Sungai yang ada di
Indonesia, sebahagian besar adalah sungai hujan.
4) Sungai campuran adalah sungai yang sumber airnya berasal dari air
hujan dan gletser, sungai campuran di Indonesia terdapat di Irian Jaya,
yaitu sungai Mamberamo dan sungai Digul.
2. Pola Aliran Sungai
Beberapa sungai akan menyusun pola aliran tertentu. Pola alian sungai
dipengaruhi oleh strkutr geomorfologi atau geologi daerah yang dilaluinya.
Pola aliran sungai sering dijumpai antara alain sebagai berikut.
a. Pola aliran radial atau menjari
Pola aliran radial ada dua macam yaitu pola aliran radial
sentripugal dan radial sentripetal. Pola alian sentrifugal merupakan pola
aliran-aliran radial yang meninggalkan pusat. Pola ini terdapat didaerah
vulkan atau gunung yang berbentuk kerucut. Sedangkan pola aliran radial
sentripetal yang menuju ke pusat. Pola aliran ini terdapat pada daerah
basin atau ledukan yang mempunyai outlet (sudetan keluar). Perhatikan
gambar dibawah ini
Gambar 2.8(a) par. Sentrifugai (b) par. Sentripetal
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
a b
29
b. Pola aliran dendritik
Pola aliran dendritik merupakan pola aliran yang tidak teratur,
biasanya terdapat dataran atau dataran pantai. Pola aliran ini dijumpai
didaerah plateau. Perhatikan gambar berikut
Gambar 2.9 Pola aliran dendritik
c. Pola aliran trelis
Pola aliran trelis merupakan pola aliran berbentuk sirip daun atau
trellis, terdapat pada gunung lipatan. Perhatikan gambar dibawah ini
Gambar 2.10 pola aliran trellis
d. Pola aliran rektanular
Pola aliran rektanular merupakan pola aliran berbentuk sudut siku-
siku atau hampir siku-siku. Pola aliran rektanular terdapat pada daerah
patahan. Perhatikan gambar dibawah ini
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
30
Gambar2.11 pola aliran rektanular
e. Pola aliran anular
Bentuk pola aliran anular pada ulan yang merupakan pilar aliran
radial sentrifugal, kemudian timbul sungai subsekuen yang sejajar kontur,
sungai obsekuen, dan resekuen. Pola aliran anular terdapat pada dome
stadium dewasa. Pehatikan gambar dibawah ini
Gambar sungai konsekuen, resekuen, subsekuen, obsekuen.
Gambar 2.12 pola aliran anular
3. Fungsi Sungai
Fungsi sungai dapat memberikan, dampak positif dan dampak
negative.
a. Dampak positif
1) Sumber air bagi pengairan wilayah pertanan atau irigasi serta untuk
kebutuhan sehari-hari.
2) Sumber tenaga pembangkit listrik tenaga air
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
31
3) Tempat rekreasi, misalnya untuk melihat keindahan air terjun dan
bendungam
4) Tempat berolahraga, sepeti arum jeram.
b. Dampak negative
1) Dapat menyebabkan media penyebaran bibit penyakit.
2) Dapat menyebabkan populasi air atau pembuangan sampah oleh
masyarakat setempat
3) Dapat mendatangkan banjir sehingga menimbulkan kerugian yang
cukup besar.
4) Dapat menimbulkan rayapan tanah yang mengganggu wilayah
pemukiman jalan, dan penggunaan lahan lain.
D. BATUAN
Sebelum kita mengetahui jenis batuan nilai darimana pembentukannya
sampai pada zat-zat penyusunnya maka kita harus mengetahui dan membedakan
pengertian batu, batuan dan pembatuan. Adapun pengertiannya masing-masing
adalah sebagai berikut:
- Batu adalah benda padat atau setengah padat yang terjadi dari pembekuan
magma baik yang berada didalam maupun diluar permukaan bumi.
- Batuan adalah segala sesuatu yang menjadi bahan dalam membentuk kerak
bumi, seperti tanah, debu dan pasir dll.
- Pembatuan adalah Proses mulai dari magma yang cair dan pijar atau poses
pengendapan menjadi batuan.
Induk dari segala batuan adalah magma. Magma yaitu batuan cair pijar
yang terdiri dari berbagai mineral serta gas yang larut didalamnya.
Oleh karena itu, daerah sekitar magma dingin, maka magma itu juga
mendingin. Secara lambat laun magmapun membeku, tempat pembekuan itu
mungkin dipermukaan bumi dan mungkin larutan litosfer yang tidak begitu
dalam, atau didalam dapur magma bersama-sama dengan proses pembekuan
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
32
magma seluruhnya. Oleh karena itu, batuan yang berasal dari magma semuanya
dinamakan batuan beku.
1. Jenis Batuan
Berdasarkan gambar dan proses terjadinya, batuan dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Batuan beku
Telah diuraikan diatas bahwa karena magma mengalami
pendingingan, maka zat cair pijar itu secara berangsur-angsur menjadi
dingin dan menjadi beku. Bedasarkan tempat pembekuannya dan akibat
dari letaknya itu, strukturnya pun berbeda, maka batuan beku dapat
diklasifikasikan pula menjadi tiga golongan, yaitu:
- Batuan beku dalam
Batuan beku dalam adalah hasil pembekuan magma didalam
litosfer, sehingga proses pendinginginannya itu berlangsung sangat
lambat. Hasilnya adalah batuan beku dengan kristal penuh yang
besar-besar. Dimana prosesnya disebabkan oleh penghamburan
(kristal) pada magma. Sehingga pada umumnya batuan ini
mempunyai struktur holo kristalin artinya batuan ini seluruhnya
terdiri dari kristal-krustal.
Gambar 2.13: Bagan urutan kristalisasi batuan beku(Fe-Mg,
feldspar dan kwarsa)
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
33
- Batuan beku korok
Jika magma telah meresap diantara lapisan-lapisan
litosfer, maka pembekuannya berlangsung secara cepat sehingga
kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar. Campuran kristal
mineral yang besarnya beraneka ragam itu merupakan ciri batuan
beku korok.
b. Batuan maliham
Batuan malihan proses terjadinya yaitu magma yang merayap
sampai kepermukaan bumi akan menjadi lava yang meleleh. Proses
pembekuan lava dipermukaan bumi relative cepat. Akibatnya, batuan
beku lelehan itu berkristal halus atau bahkan ada yang tidak berkristal.
c. Batuan sediment
Batuan beku luar maupun batuan beku dalam dan korok yang
telah tersingkap oleh tenaga luar akan diangkut ketempat lain. Ditempat
baru batuan yang terangkut itu diendapkan, sehingga tejadi batuan
endapan (batuan sediment). Klasifikasi batuan sediment bergantung
pada kiteria yang dipakai, seperti berikut ini
- Batuan sediment klastik (mekanik)
Batuan sediment klastik adalah sediment yang sama dengan
susunan kimia batuan asal. Artinya batuan itu ketika diangkut hanya
memngalami penghancuran secara mekanik dari besar ke kecil.
Atau batuan-batuan yang terdiri dari bagian-bagian atau fragmen-
fragmen.
- Batuan kimiawi
Pembentukan batuan sediment kimiawi, terjadi karena
proses-proses penguapan konsentrasi dan pengendapan dari larutan-
larutan yang telah jenuh. Contohnya hujan digunung kapur. Air
hujan yang mengandung CO2 meresap kedalam retakan halus
(diaklas). Pada batu gamping (CaCO3). Air itu melarutkan gamping
yang dilaluinya menjadi larutan air kapur atau Ca(HCO3)2. aliran Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
34
larutan air kapur itu akhirnya sampai keatap gua kapur. Tetesan air
kapur itu membentuk stalaktid diatap gua dan stalakmit didasar gua.
Contoh lain adalah garam dapur dan gips sebagai hasil penguapan
air laut.
- Batuan Sediment Organik
Batuan sediment organic terbentuk karena proses biokimia
dan proses biomekanik. Artinya proses pengendapannya dapat
bantuan dari organisme, yaitu sisa, rumah atau bangkai binatang
laut seperti karan terumbu karang, tulang belulang, kotoran burung
guano yang menggunung di Peru, lapisan humus dihutan.
- Batuan sediment vulkanik
Meskipun endapan-endapan tersebut berbentuk secara pimer
dari magma, namun digolongkan juga dalam batuan sediment
karena cara terjadinya adalah endapan dari udara. Sediment-
sedimen vulkanik ini adalah bahan-bahan lepas seperti bom, lapilli,
pasir, dan debu vulkanik. Penggalan-penggalan lava yang
dilemparkan keluar selama erupsi. Akan jatuh sekitar gunung
berapi. Batua-batuan ini dapat direkatkan oleh larutan-larutan dan
zat-zat tertentu. Sehinggga akan terbentuk agglomerate dan breksi
vulkanik. Agglomerate mempunyai komponen-komponen yang
bundar,sedang breksi mempunyai komponen yang tajam. Debu
vulkanik yang disemburkan keluar oleh gunung berapi Krakatau
mencapai tinggi 50 km dan selama 3,5 tahun debu itu masih ada di
atmosfer. Seandainya debu gunung api diendapkan dalam lapisan
lempung , akan terbentuk bentonik. Batuan apaung juga merupakan
sefimen vulkanik, dan biasanya batuan-batuan ini akhirnya akan
tenggelam juga dan akan membentuk lapisan yang tebal.
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya, batuan sediment
dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu : Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
35
- Batuan sediment aeolik oleh tenaga angin dan udara.
- Batuan sediment akuatik oleh air mengalir.
- Batuan sediment glacial oleh gletser (es), dan
- Bataun sediment marin oleh tenaga air laut. Kreatan-kreatan batuan,
contohnya adalah batu pasir, tanah liat, konglomerat, dan breksi.
d. Batuan Metamorfosis
Proses terjadinya batuan metamorfosis, secara umum tejadi
karena penambahan suhu atau penambahan tekanan yang berarti
keduanya terjadi secara bersamaan, misalnya : batuan sediment dapat
berubah menjadi batuan malihan.
1) Batuan metamorfosis kontak (Pneumatolysis).
Karena penambahan suhu yang berarti, artinya terjadi
penambahan bahan-bahan dalam batuan yang akan berubah secara
metamorfosis. Dimana gas yang memainkan peranan penting yang
menimbulkan panas disebut dengan proses hydrothermal. Batuan
andesit misalnya oleh proses ini akan dapat menjadi batuan
propolit, dimana batuan tadi akan menjadi kaya akan mineral-
mineral epidot, pirit, dan clorit. Pada waktu terjadi perubahan
bentuk karena panas yang tinggi ( misalnya ada kontak dengan
magma), kadang-kadang masuk pula gas-gas yan mengandung luor
atau bor. Kemudian berubah menjadi mineral-mineral
penematolistis kontak. Mineral-mineral ini bentuknya seperti seat-
serta yang sangat indah, sedangkan turmalin adalah silikat yang
mengandung bor. Contohnya Topas yaitu, selikat yang
mengandung flour. Sehinggga batuan metamorfosis kontak sangat
baik untuk dibuat batu akik untuk kehidupan manusia.
2) Batuan metamorfosis dinamik
Batuan metamorfosis dinamik, proses terjadinya karena
penambahan tekanan yang berarti biasanya akibat dari gaya
tektonik, akhirnya apabila tekanan dan temperature bekerja secara Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
36
bersamaan, pada suatu tempat (wilayah). Didalam kerak bumi
diaman terdapat temperature yang tinggi dan tekana tinggi, maka
akan terjadi perubahan yang disebut dengan proses metamorfosis
pada batuan-batuan dalam daerah yang luas. Metamorfosis dinamik
demikian disebut metamorfosis regional.
Tekanan yang berarah yang menimbukan mineral yang
disebut mineral tekanan. Beberapa contoh dari mineral tekanan
adalah serisit, muskovit, epidot, dll. Biasanya batuan yang terletak
tidak jauh dari permuaka bumi. Oleh karena tekanan terus-menerus,
maka batuan sediment menjadi batuan kristalin.
3) Batuan metamorfosis termik pneumatolik
Jenis batuan pneumatolik terjadi karena penambahan suhu
disertai masuknya zat bagian magma ke dalam batuan itu. Seperti
azurite mineral (pembawa tembaga), topas dan turmalin (batu
permata). Seperti dijelaskan pada jenis batuan termik (kontak),
sehingga dua jenis batuan ini proses terjadinya hamper sama.
2. Siklus Batuan
Siklus batuan merupakan proses perubahan dari magma menjadi
batuan, yang mengalami beberapa tahap, dan akhirna bersentuhan dengan
magma atau masuk kembali ke dalam magma dan menjadi campuran baru,
kemudian mengalami pembekuan kembali dan terisolasi terus-menerus maka
terbentuklah daur batuan. Dalam siklus batuan kita kenal lima tahap, yang
digambarkan dalam lingkaran, perhatikan gambar dibawah ini !
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
37
Gambar 2.14 siklus Batuan
Keterangan gambar :
A : Magma
B1 : Batuan beku dalam
B2 : Batuan beku korak
B3 : Batuan beku luar
C1 : Batuan sediment kletik
C2 : Batuan sediment organic
C3 : Batuan malihan termik
D1 : Batuan malihan dinamik
D2 : Batuan malihan termik
D3 : batuan malihan pneumatolik
1 : Pendinginan
2 : Pangangkutan
3 : Pelarutan
4 : Organima
5 : Penambahan suhu dan tekanan
6 : Penelana oleh magma Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
38
Penjelasan :
1. Bahan cair pijar atau magma yang terdapat didalam kulit bumi
(lithosfer),dan merupakan bentuk awal batuan sebagai induk segala
pembetuk bumi.
2. Batuan beku, yaitu batuan yang terjadi akibat proses pendinginan
magma, membeku dan mengeras.
3. batuan sediment klatik, yaitu batuan yang terjadi oleh tenaga
eksogen ( air hujan, panas-dingin, organisme dll).
4. batuan sediment Khemis, yaitu batuan yang terjadi dari batuan
sediment klastis yang mengalami perusakan oleh tenaga eksogen,
dan larut dalam air dan selanjutnya diendapkan, contohnya gips dan
garam.
5. batuan sediment organic, yaitu batuan yang terjadi dari batuan
bahan organic yang mengalami proses kimia dan biokimia.
6. batuan metamorfosis, yaitu bataun yang terjadi dari batuan beku
dan batuan sediment, yang mendapat tekanan yang tingggi serta
terjadi secara bersamaan baik didalam maupun di luar permuakan
bumi.
E. Daur Geologi
Daur geologi adalah urutan sejumlah peristiwa –peristiwa geologi, yang
mempunyai hubungan yang tertentu dan dipandang secara global terjadinya pada
waktu yang bersamaan ditempat-tempat yang letaknya terpisah-pisah jauh.
Dalam geologi kita mengenal adanya sebuah daur yang dinamakan daur
feologi atau silkus geologi, daur geologi dapat dibagi dalam :
- Orogenesis : pembentukan pegununagan-pegunungan
- Glyptogenesis : penghancuran relief-relief.
- Lhitogenesis : pembentukan kembali batuan endapan .
Ketiga kegiatan itu berjalan silih berganti selama zaman geologi yang
berlangsung jutaan tahun. Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
39
Gambar 2.15 Daur Geologi
Daur geologi ini dibagi kedalam beberapa fase atau tahap terjadinya antara
lain sebagai berikut :
1. Sebagai permulaan suatu daur geologi adalh terjadinya suatu cekungan dan
pengendapan didalamnya. Dibagian-bagian eugeosinklin yang lebih dalam,
bersama-sama dengan pembentukan sediment-sedimen itu terjadi pula
penerobosan (intrusi) dan pelelehan (ekstrusi) bataun asal magma yang cair.
Gambar :2.16
Fase pertama sebuah daur geologi dalam cekungan-cekungan epikontinen
dan geosinklin kerapkali kejadian itu diiringi oleh pelelehan magma basah
di bawah laut.
2. Fase kedua dalam daur geologi adalah pengangkatan dan pengubahan bentuk
sediment –sedimen dalam cekungan itu ( lihat gambar di atas). Dalam
eugeosinklin dan miogeosinklin pengubahan itu kerapkali bersifat lipatan, Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
40
tetapi dalam parageosinklin terutama bersifat gerak-gerak patahan, di daerah
uegosinklin acapkali kita dapatkan kumpulan-kumpulan batuan intrusi yang
kaya akan kwarsa (asam), yang disebut batolit. Dalam para geosenklin
gerak-geak patahan diiringi dengan kgiatan vulkanik dan pelelehan batuan
yang kerapkali bersifat basa. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
dibawah ini !
Gambar 2.17 : Dalam geosenklin terjadi pelipatan hebat dan
pembentukan pelipatan penutup, dalam cekungan-cekungan
epikontenen terjadi patahan. Vulkanisme dan pelipatan yang tidak
berkekuatan kerapkali dalam geosenklin timbul intrusi magma asam.
3. Fase ketiga adalah peromabakan daerah yang telah terangkat tadi oleh erosi
yang berakhir dengan pembentukan suatu hampir rata atau peneplain,
Setelah daur yang kedua, daur yang ketiga dapat menyusul dan seterusnya,
sehingga pengubahan bentuk-bentuk lapisan yang lebih tua dan perubahan-
perubahan fisika dan kimia, yang menyertainya menjadi semakin hebat.
Dengan berdasarkan pada tingkat metamorfosis serta pengubahan bentuk,
kadang-kadang orang dapat menentukan termasuk kedalam daur manakah
suatu system tertentu.
Gambar 2.18: Pengikisan dan pembentukan suatu hampir rata atau peneplain.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
41
4. Pembagian menjadi Daur
Dengan jalan ini terbukalah kemungkinan untuk membagi sejarah
geologi dalam bebeapa daur, Dengan fase ketiga ini selain daur itu dapat
pula terjadi bawah hampir itu merupakan suatu cekungan sediment. Mulailah
kini suatu daur baru seperti pada gambar dia atas, lapisan-lapisan dari daur
yang kedua ini diendapkan lagi mendatar diatasnya daur yang pertama yang
telah terangkat itu. Bidang batasnya dinyatakan dengan skordansi sudut, jika
terjadi cekungan yang baru itu, disertai dengan masuknya laut atau
tergenagngnya laut (transkrsesi), maka kerapkali kita dapatkan alasnya suatu
lapisan yang terdiri dari keratan-keratan tanh bawahnya. Lapisan sepeti itu
dinamakan konglomerta alas (konglomerat basal).
Fase pertama suatu daur baru, di atas hamir rata, diendapkan
mendatar sediment-sedimen baru. Kedua daur terpisahkan oleh suatu bidang
diskordansi, baik dalam batuan-bataun yang tua yang tak berfosil dapat kita
mengenal L.K.empat daur, karena setiap daur memerlukan beberapa ratus
juta tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur kerk bumi telah lama sekali.
Dalam bagian sejarah geologi yang dapat kita pelajari karena adanya
fosil-fosil, kita dapatkan pula L.K. empat buah daur. Adalah sebagai berikut:
a. Paleosoikum tua (daur kaledonia)
Daur ini dimulai denga suatu genangan laut dan pembentukan
cekungan pada suatu hampir rata dari fase terakhir dari pra cambium,
fase yang pertama ini meliputi kambrium dan ordovisium. Semenjak
ordevisium dan terutama diantaa ordevisium dan silur mulailah fase
yang kedua yaitu pembentukan pegunungan dimana diseluruh dunia.
Pembentukan pengunungan ini terjadi paling hebat selama dan pada
akhir silur, meskipun silir bawah masih sangat mengesankan silur
pertama, yaitu genangan-genagan laut yang besar dan pembentukan
sediment. Fase kitiga kita dapatkan dalam devon : perombakan
pegunungan-pegunungan kaledonia secara besar-besaran. Pada waktu
yang sama devon itu merupakan permulaan satu adur baru. Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
42
b. Daur varscia (daur Hercynia)
Kita dapat lagi pembentukan geosinklin geosinklin baru, para
geosinklin dan seterusnya, dan selanjutnya terjadi pula pengendapan
perombakan kasar yang berasal dari pegunungan daur yang dahulu.
Puncak fase kesatu dari daur itu memliki karboan bawah, dan transresi
selama yang terbesar selama daur itu fase kedua dari daur veriscia
terjadi selama karbon bawah dan karbon atas. Fase ketiga dari daur
adalah pren, yang juga merupakan fase pertama bagi daur yang baru.
c. Daur larami
Daur yang ketiga disebut daur larami, puncak fase kedua ini dari
daur ini adalah genang laut yang besar dalam kapur atas. Fase ketiga
dari daerah ini adalah pelipatan yang besar pada akhir mesozoikum
selama permulaan zaman tersier. Dalam tersier(kneosoikum) mulailah
ramia pengendapan dari hasil rombakan daurlarami dan suatu genangan
laut yang puncak penrkemangannya ada dalam miozen.
d. Daur arvina
Daur keempat disebut daur arvina, fase ketiga terjadi pada akhir
tersier. Suatu oogenesis yang berlangsung hingga sekarang dan
menyebabkan pula timbulnya pula penggunungan-penggununan itu,
seperti gunung Alpina dan pengunungan Himalayah.
e. Pelapukan
Sebelum kita membahas jenis-jenis pelapukan, terlebih dahulu kita
harus mengetahui posisi, batuan dasar dan tanah sebab proses pelapukan
dengan batuan dasar denga tanah memiliki hubungan yang sangat erat
sekali.
Batuan dasar (Beedrok ) terletak dibawah permukaan tanah,
adanya batuan dasar ini dapat dilihat dengan melakukan pengeboran.
Batuan dasar ini ditutupi oleh sebuah tundung atau selubung terdiri dari
tubuh tanah lapisan ini terdiri dari lumpung yang tebalnya bergantin dari
beberapa cm sampai beberapa ratus cm, batua dasar yang terletak Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
43
dipermukaan bumi hamper semuanya telah berubah. Sebagian dari batu
ini telah demikian lapuknya sehinggga dengan gampang sekali hancur.
Itulah sebabnya dikatakann batuan tadi mengalami pelapukan.
1. Pelapukan mekanik
Didalam proses pelapukan mekanik, dalam hal ini batu-batu
menjadi pecah, sehingga bahagian-bahagian kecil disertai oleh
pengerjaan kimia dinamakan desintegrasi. Pelapukan kering atau
isolasi kita kenal didaerah-daerah gurun, sebagai akibat penyinaran
cahaya matahari disebut dengan proses pelapukan fisika. Dimana
materi batuan tersebut tidak mengalami perubahan disebabkan
temperature yang tinggi pada waktu siang dan pada waktu amalam
hari temperaturnya rendah, sehingga batuan mengalami ketegangan
yang menyebabkan batuan itu pecah.
Bentuk pelapukan lainnya, misalnya dipegunungan-
pegunungan tinggi. Pada sang hari terjadi pencairan salju dan es,
sampai menjadi air kemudian mengikis dicelah-celah batuan sampai
retak. Sedangkan pada malam hari mengalami proses pembekuan
sehinggga terjadilah ketegangan –ketegangan yang mengakibatkan
terjadinya pecahan-pecahan pada batu tersebut.
Pelapukan meknik menghasilkan bongkah-bongkah batu
yang lambat alun diahncurkan menjada material-material yang
halus. Dengan demikian pengerjaan kimiawi dari batuan
dipermudah.
2. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi, sebahagian besar dari pelapukan-
pelapukan ini, bersamaan prosesnya antara pelarutan-pelatutan dan
perubahan-perubahan materi dari batuan. Contohnya air yang jatuh
kepermukaaan bumi tidak saja terdiri dari air murni, akan tetapi
membawa serta O2, CO2, dari atmosfer dan HCL, NH3 yang
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
44
berasal dari gunung api.di dalam tanah air ini mengambil pula CO2
dan hasam humus dari tutupan tumbuhan.
Air tersebut mengambil zat-zat, dan bekerja melarutkan
mengoksidasi atau juga mereduksi sehingga terjadilah reaksi kimia.
Air mempunyai fungsi untuk memindahkan mineral-mineral lain
dari suatu tempat-ketempat lain, contohnya di daerah kapur, garam,
gipsun.
Pelapukan yang disbabkan air yang memasuki diaklas-
diaklas batuan, terjadi pada daerah batuan pasir. Salah satu
pelapukan yang sangta sukar dibayangkan ialah proses
pembentukan tanah seperti tanah terra rossa. Dalam hal ini air
mempunyai peranan penting.
f. Eksfolisasi
Proses terjadinya eksfolisasi adalah karena selama pelapukan
mineral lempung yang dihidrasikan dibentuk dari mebieral-mineral pada
batuan, sehingga mineral itu mengenbang. Bagian yang luar lapuk dan
mengembang itu terlepas pada bagian dalam yang masih utuh. Bagian
yang utuh ini kemudian akan mengalami proses yang sama sehingga
proses pelapukan ini berurutan bekerja kedalam batuan. Pengembangan
material-material akibat pelapukan kimia itu, menyebabkan terjadinya
eksfolisasi secara mekanik.
g. Tubuh Tanah
Terbentuknya tubuh tanah yang baik, adalah satu proses yang
berlangsung secara lambat. Pertama-tama bagian atas dari selubung
tanah hancur, sedemikian rupa sehingga dapat ditumbuhi oleh vegetasi
secara sedikit demi sedikit. Pada umumnya tubuh tanah memiliki
lapisan-lapisan nyata dari beberapa cm sama bebera meter.
Urutan yang sempurna dari lapisan-lapisan ini masing-masing dari
permukaan sampai bahagian bawahnya disebut penampang tubuh tanah
(profil tubuh tanah). Untuk menggambarkan pengaruh iklim pada tubh Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
45
tanah, maka disini akan diberi contoh pertumbuhan dua macam tubuh
tanah yang berlainan :
a. Daerah subtropika : tubuh tanah yang baik berwarna hitam sebab
mempunyai kadar humus, yang tinggi yaitu zat organic yang beasl
dari tumbuhan.
b. Daerah tropika : pada umumnya daerah tropika kaya akan AL dan
besi tanahnya berwarna merah sebab hasil dari oksidasi yang
disebut dengan laterit contohnya tubuh tanah yang berada pada
daerah yang tertutup luas seperti India dan Brasil.
Perhatikan penampang bagan mealui tubuh tanah dan batuan
lapuk yang mengandung bauksit (menurut JOHSO dan MARJONO)
Gambar 2.19 tanah yang mengandung bauksitLaporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
46
F. Sedimentasi
Sedimentasi atau endapan dapat berlangsung didalam air dan udara. Jika
sebuah sungai mengalir melalui pegunungan maka didalamnya akan terangkat
sejumlah beban bahan-bahan padat yang besarnya tergantung pada kecepatan air.
Jika sungai semacam itu mengalir kedalam danau yang luas maka bahan-bahan
padat yang diangkut oleh sungai, kemudian diendapkan. Perhatikan gambar
dibawah ini!
Gambar 2.20: kecepatan aliran sungai.
Jika kecepatan aliran sungai dalam keadaan yang sama tetap saja maka
selama itu dalam waktu yang lamaakan diendapkan butiran-butiran yang sama
besarnya pada suatu tempat tertentu didanau itu. Tetapi jika hujan turun dengan
jumlah yang banyak didaerah aliran-aliran terjadilaj arus yang lebih kuat
didalamnya dan karenanya ditransportir butiran kasar. Lapisan B pada gambar
diatas terbentuklah. Sekarang kita dapat menyatakan bahwa didalam danau itu
telah terjadi dua buah lapisan endapan yang dikenal pada lapisan butirnya.
Bidang diantara kedua lapisan disebut bidang lapisan (gambar diatas).
Di samudera-samudera tertentu terdapat daerah-daerah yang luas dimana
sedimentasi membentuk lapisan-lapisan yang datar. Sebgian batuan tersebut
diendapkan di laut dan membentuk kompleks-kompleks dari lapisan horizontal,
tapi biasanya condong. Hal ini terjadi Karena lapisan itu sejajar yang disebut
concordan, sedangkan lapisan yang tidak sejajar disebut dengan dicirdan.Lapisan
ialah suatu gejalah khas dari sediment-sedimen yang tergantung dari peubahan-
perubahan sifat pengendapan. Adanya pergantian dari sdimen berbutir halus
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
47
dengan sediment berbutir kasar, sebagai akibat dari kecepatan arus yang berubah-
ubah dalam hal ini tergantung lagi dari jumlah air yaitu banyaknya hujan atau
pencairan es yang terjadi disuatu wilayah tertentu.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
48
Gambar 2.21 Lokasi Kegiatan Praktek lapangan
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
49
BAB IIIANALISA GEJALA
Dengan melaksanakan observasi atau pengamatan dilokasi praktek lembah
Malawa, maka kami dapatkan adanya beberapa kenampakan atau gejala geologi yang
memerlukan observasi atau pengamatan yang lebih teliti serta memerlukan
penjelasan-penjelasan yang terperinci dan mendetail.
Karena dihubungkan dengan teori yang telah kita peroleh dalam ruangan atau
hasil dari kuliah yang diikuti, gejala-gejala geologi tersebut masing-masing akan
kami bahas satu persatu agar lebih mudah kita pahami.
A. Lokasi Sumber Mata Air Panas Dan Dingin
Lokasi air panas dan dingin merupakan lokasi yang pertama kami
kunjungi, pada lokasi ini didapati beberapa gejala-gejala yang memerlukan
penjelasan agar dapat meyakinkan diri kita semua. Adapun gejala-gejala yang
kami maksudkan disini setelah magadakan observasi lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Mata air panas berdampingan mata air dingin
Gejala timbulnya air panas ini mungkin secara langsung tidak masuk
akal, tetapi setelah kami melakukan observasi secara individu maupun secara
berkelompok barulah kami memperoleh sedikit keyakinan akan kebenaran
teori.
Kemudian kami merasionalkan dan dapatlah kami menarik
kesimpulan besar kemungkinan mata air panas ini berasal dari mata air.
Magma yang cair dan pijak terdesak keluar memangaruhi suhu air melalui
celah sehingga terasa agak panas, yang terlatak pada dinding terjal.
Sedangkan air dingin yang letaknya ±5 m dari mata air panas
tersebut karena kebetulan air yang terdesak keluar melewati magma yang
cair dan pijar. Air mungkin juga disebabkan karena bercampur dengan air
hujan yang berasal dari persawahan, sehingga tidak dapat meresap ke dalam
batuan.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
50
2. Batuan Konglonerat dan gamping yang bersebelahan
Pada lokasi air panas ini ditemukan batu gamping dan konglomerat
berada pada tempat yang tidak sejenis, yaitu ada jenis batuan laut dalam
(konglomerat) dan jenis batuan laut dangkal (Gamping).
Ini diperkirakan pada masa tertier lokasi ini merupakan cekungan
laut yang terisi oleh endapan material pembentukan sedimen laut. Dari
kenyataan yang kita dapatkan sehri-hari bahwa jika suatu benda ditekan
maka benda tersebut akan turun tetapi gejala yang kami dapatkan di daerah
ini adalah merupakann kebalikan dari teori.
Hal ini dapat kami jelaskan sesuai hasil observasi dan analisis kami,
sehingga kami berpendapat bahwa lokasi ini merupakan cekungan laut yang
kemudian tersis oleh endapan, oleh sebab itu menyebabkan ia tertekan dan
pada akhirnya daerah yang ada disekitarnya terjadi gerakan balik yang
disebut dengan dislokasi dan pada akhirnya terbentuknya antiklinal.
Perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar
3.1 sebuah cekungan laut
Pembentukan punggung klinal mengalami pemerosotan kembali,
selanjutnya terjadi patahan tangga. Dari patahan tersebut menyebabkan
batuan gamping dan konglomerat berdampingan.Kemudian setelah terjadi
depresi maka di antara batuan gamping tersebut terjadi penyusupan air yang Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
51
menyebabkan terjadinya palung sungai yang lebih besar dibanding dengan
sungai yang ada di sebelah timurnya. Menurut teori mengenai terjadinya
lengan selatan sulawesi bahwa lokasi air panas tersebut pernah bersatu
dengan gunung Malempong dan sungi yang ada di sekitarnya. Setelah kita
amati sungai tersebut lebih tinggi dari bukit Malempong dan lokasi air panas
dari lokasi persawahan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gamabr di bawah
ini:
Gambar 3.2 struktur lokasi di sekitar gunung malempong
Keterangan :
ii. Bukit Malempong
iii. Daerah sawah sebelum
iv. Mengalami depresi malanae
v. Sawah yang ada sekarang
vi. Lokasi air panas sebelum depresi
vii. Lokasi mata air panas sekarang
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
52
B. Lokasi Karst
Lokasi karst, dan tidak jauh dari lokasi air panas. Kami melakukan
observasi, maka kami dapat menemukan suatu gejala yang kami maksud adalah
gejala karsd, yaitu: Dolina, Gua karst, dan aliran sungai.
1. Dolina.
Dolina yaitu beberapa cekungan kecil yang kemungkinan terbentuk
dari batu kapur yang mengalami depresi bagian tengahnya sehingga
terbentuklah apa yang dinamakan dolina.
Menurut dugaan kami lapisan tanah yang menutupi cekungan ini
terdapat batu gamping yang memiliki lubang pori yang tersbar pada batuan
tersebut, sehingga air sawah dapat meresap ke dalam cekungan (dolina) ini.
Di sebalah utara dolina ini, penulis menemukan dolina yang terdapat
bekas-bekas aliran air. Kenyataan ini penulis dapat buktikan dengan tanda-
tanda sebagai berikut:
- Di tempat tersebut penulis mmenemukan kayu yang hampir lapuk, kami
perkirakan kayu tersebut pernak hanyut dibawa oleh air.
- Tanahnya subur karena endapan lumpur yang dibawa oleh air.
Adapun proses terjadinya dolina adalah sebagai berikut:
Dolina ini merupakn salah satu gejala dari karsd yang merupakan
lubang yang membentuk corong, perlu kita ketahui bahwa karsd adalah kedap
air yang mempunyai banyak diaklas-diaklas dimana air hujan dapat mengisi
diaklas-diaklas tersebut dengan melarutkan kapur yang kedap.
Tetapi secara teori air hujan tersebut mengandung zat CO2 yang dapat
menyebabkan batu kaur yang kedap itu menjadi rapuh dengan proses yang
sangat lama
2. Gua karsd.
Selain gejala yang kami temukan di atas di sekitar sungai ini maka
kami dapati pula batu gamping (gejala karsd) pada tepi sungai ini khususnya
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
53
pada bagian utara sungai, menurut analisis kami gua terbentuk akibat
pekerjaan tenaga air.
Yang semula terjadi akibat air yang meresap ke dalam batuan tersebut
yang menyebabkan kekerasannya berubah, karena adanya perbedaan gaya
berat sehingga akhirnya pada bagian yang diresapi oleh air runtuh, sehingga
terbentuklah yang disebut gua. Yang semulanya kecil karena adanya
pekerjaan air yang mengikis batuan tersebut gua semakin besar.
Sedangkan pada bagian atas gua ditemukan adanya tonjolan batu
kapur yang dalam geologi dikenal dengan nama satlatik. Yang secara teoritis
disebabkan oleh air yang mersap secara terus-menerus membawa zat kapur,
setelah sampai di atas gua maka air akan menetes.
Pada saat menetes unsur CO3 dan H2O dilepaskan dan menguap
sehingga yang tinggal hanyalah zat kapur, penetesan ini berlangsung secara
terus-menerus dalam waktu yang sehingga membentuk Stalaktit.
Sedangkan air yang terus menetes sampai pada dasar gua bersama zat
kapur akan memebentuk stalakmit, sehingga bawah dari gua ini ada gejala
terbentuknya stalakmit. Dan mengenai sungai yang ada di tengah-tengah karsd
tersebut disebabkan adanya pengerjaan air yang berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, di mana batu karsd ini menurut dugaan kami dulunya
bersatu, tetapi dengan adanya pengikisan yang dilakukan oleh air mersap ke
dalam batuan sehingga batuan karsd tersebut berpisah, dan di tengah-tengah
terjadilah aliran air kecil, dan menurut dugaan kami kira-kira aliran air kecil
tersebut bersambung dengan bagian sungai lembah mallawa.
4. Lokasi Batu Bara.
Setelah kami mengamati lokasi karsd, kami mengadakan obsevasi atau
pengamatan pada lokasi batu bara yang letaknya tidak jauh dari tempat kami
menginap, yaitu tepatnya di bawah jembatan pendek pada penurunan jalan.
Batu bara ini adalah merupakan jenis batuan sedimen (endapan), yang
sebagian besar endapannya secara kimiawi dari air tetapi batu bara ini
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
54
diendapakan secara organisme tumbuhan. Batu bara merupakan salah satu dari
batuan sedimen organis yang pembentuknya dari tumbuh-tumbuhan.
Pada lokasi batu bara ini terlihat jelas bahwa batu bara terdapat pada
lokasi tersebut tergolong masih mudah yang dalam istilah geologi disebut liknit.
Hal ini dapat kita jelaskan setelah kami mengadakan observasi yang didasrkan
pada bukti-bukti sebagai berikut:
- Mempunyai warna coklat.
- Masih sangat rapuh apabila kita pegang atau kita sentuh.
- Lapisannya masih sangat tipis.
Setelah kami mengamati secara dekat dari batu bara pada lokasi tersebut,
maka dapatlah kami menarik kesimpulan bahwa susunan batu bara adalah
sebagai berikut:
1. Tanah liat.
2. Lempung.
3. Batu bara.
Gambar 3.3 susunan pembentukan batu bara.Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
55
Tetapi dalam hal menajadi tanda tanya pada diri kita adalah mengapa
terjadi susunan batu bara dan bagaimana proses sehingga terjadi demikian?.
Kami akan mencoba membahas sesuai dengan sesuai dengan hasil analisa kami
setelah mengadakan obsevasi pada lokasi batu batu bara tersebut.
1. Proses Pembentukan Batu Bara.
Pertama-tama terbentuk sebagai hasil sedimentasi tumbuh-tumbuhan,
tetapi dengan proses geologi yang sangat panjang sehingga terbentuklah batu
bara. Dengan mencocokkan dengan teori maka kita dapat melihat bahwa
batu bara dapat terbentuk secara insitu yang berarti tumbuhan tersbut
tumbang di atas di atas temapt tumbuhnya kemudian mengalami proses
pembatu baraan, tetapi ada pula yang terjadi setelah tumbuhan mengalami
transportasi lalu mengendap yang kemudian membentuk lapisan batu bara.
Oleh karena itu apabila ada suatu tempat kita menemukan lapisan
batu bara, maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa dulunya di
darah ini merupakan daerah rawa. Kemudian ada lempeng yang merupakan
lumpur yang memadat, yang sebelumnya pada lumpur itu tumbuh pohon-
pohon paku dan sebagainya, karena proses kimia pohon-pohon itu akan
mati.
Setelah mati dan memadat di atas rawa yang kemudian ditutupi oleh
lumpur yang mengakibatka proses penghancuran yang tidak sempat lagi
memainkan peranannya untuk merusak sisa-sisa tumbuhan dalam hal ini
tumbuhan tidak lagi mengalami pembusukan atau luminasi dari tumbuhan
tersebut maka terbentuklah batu bara. Pada rawa-rawa ini tidak terdapat
konsentrasi zat-zat pembakar yang banyak sehingga bekas tumbuhan itu
ditumbuhi oleh endapan-endapan seperti lempung dan batu pasir.
Dengan waktu yang sangat lama sampai berjuta-juta tahun
mengalami perubahan tekanan, begitu pila dengan derajat panas sehingga
terjadi proses pengeluaran gas. Sehingga demikian tertinggalah zat karbon
dalam perbandingan yang relatif lebih banyak.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
56
Dalam proses pembentukan batu bara ini akan keluar zat antara lain:
N2, O2, dan H2, sehingga dengan demikian kadar C semaki bertambah
banyak, dengan demikian proses pembentukan batu bara dipengaruhi oleh
tekanan.
Adapun penyebab sehingga batu bara berlapis-lapis dengan proses
sebagai berikut: Di mana daerah itu dulunya merupakan rawa yang
ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan, misalkan tumbuhan paku dan lain-
lain. Setelah tumbuhan tersebut mati maka terjadilah proses pembatubaraan
seperti penjelasan sebelumnya mengenai proses pembentukan batu bara,
apabila terjadi penyumbatan pada rawa akan naik, sehingga tumbuhan rawa
akan memadat lalu ditumbuhi oleh lumpur yang kemudian berubah menjadi
lempung, kemudian mengisolasi lagi tumbuhan rawa kemudian mati lagi
dan ditutupi lagi oleh lumpur dan seterusnya terjadi berulang-ulang hingga
kita dapatkan lapisan seperti sekarang.
Munculnya batu bara disebabkan karena adanya penganggkatan lalu
mengalami erosi mengakibatkan batu bara tadi mengalami denutasi atau
penelanjangan. Pada lokasi batu bara ini kita belum bisa membedakan
kualiitas batu baranya, sebab tidak ada perbedaan antara lapisan bawah dan
lapisan atas. Batu bara yang ada di atas dan ayang ada di bawah kaluau
ditinjsu dari faktor yang memungkinkan meningkat kualitas batu bara ini
adalah: Tekanan dari atas, Pemansan, Penyerapan
5. Lokasi Batu Sabak
Setelah kami mengamati gejala yang terdapat pada lokasi batu bara, maka
kamipun berjalan menuju sungai Mallawa yang agak ke hulu yang letaknya ±500
m ke sebelah utara lokasi batu bara. Pada lokasi ini kami melakukan obsevasi
lapangan, di mana yang kami maksudkan di sini adalah meneliti batuan Sabak
dan batuan Border.
Namun sebelum kami sampai pada lokasi tersebut kami menemukan
beberapa cekungan, setelah kami amati cekungan tersebut besar kemungkinan Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
57
pernah dilali air. Karena di sekitar lokasi tersebut didapati persawahan, dan daun
analisi kami sehingga daerah itu kami katakan pernah dilalui oleh air sungai
ialah:
Sungai yang pernah melewati cekungan itu tidak jauh dari lokasi yang
menampakkan pola palung sungai yang berada di tengah persawahan seperti
punggung sungai.
Tersebarnya bongkah-bongkah batuan yang menurut anggapan kami adalah
merupakan golongan batu guling, yang berarti hasil pengerjaan dari air.
Dengan gejala yang kami dapatkan tersebut maka kami perkirakan
bahwa aliran sungai Mallawa ini pernah mengalami perpindahan ke arah barat
dari pengaliran yang dulu. Setelah itu observasi kami yang pertama kami
laksanakan adalah penelitian batuan border dan batua sabak yang terdapat di
lembah sungai Mallawa.
a. Batuan border
Maksud dari batu border sesuai dengan pengamatan kami adalah
batuan yang agak bundar yang besarnya atau ukurannya sebesar kepalan
tangan hingga sebasar kepala yang merupakan pecahan abtu border yang
besar.
Adapun yang menyebabkan hingga batuan tersebut agak bulat
adalah di mana sebelumnya batua ini agak runcing karena merupakan
pecahan dari batuan besar, tetapii dengan adanya pengerjaan air, yang
menyebaka batuan tersebut menggelinding mengakibatkan batuan tersebut k
sana ke mari. Sehingga akhirnya bentuknnya agak bulat.
Tetapi pada lokasi ini kami dapatkan gejala yang sangat bertentangan
dengan teori, di mana yang akami dapati bahwa batu border yang kami
dapati di hulu ukurannya lebih kecil dibandung dengan batu border yang di
temukan di hilir yang ukurannya lebih besar, sedangkan teoori yang kami
baca adalah sebaliknya dari gejala tersebut.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
58
b. Batu Sabak
Batu sabak yang kami maksudkan di sini adalah batu yang agak
lebar, dengan ukuran yang beraneka ragam. Ada yang lebar, sedang dan ada
yang kecil. Adapun mengenai batuan yang belapis-lapis.
Gejala ini dapat diperkirakan bahwa di lengan selatan sulawesi pada
masa tertier merupakan cekungan laut yang terisi oleh sedimen. Di mana
menurut dugaan kami sedimen ini adalah sedimen yang susunannya yang
susunannya berneka ragam, dengan ukuran lapisan 1-5 cm dari lapisan yang
tipis sampai dengan ke lapisan yang tebal sesuai dengan lapisan observasi
dan analisis kami.
Menurut dugaan kami terbentuk pada zaman tertier, terjadi keadaan
cuaca dengan curah hujan yang berbeda-beda dalam satu periode. Di mana
pelapisan yang tebal menandakan jumlah tahun tertentu dengan curah hujan
yang sangat banyak sehingga menyebabkan erosi kemudian menimbulkan
sebuah banjir yang membawa material-material hasil pelapukan masuk ke
dalam cekungan sehingga mengendap dan membentuk lapisan yang tebal.
Sedangkan apabila terjadi curah hujan yang tidak begitu banyak
maka terjadi pelapisan sedimen yang tipis karena kurangnya material yang
diendapkan. Di samping itu kamipun menemukan gejala geologi lain yang
kami maksudkan adalah lapisan konkordan dan lapisan diskondan. Lapisan
ini merupakan pasis laut. Lapisan konkordan adalah lapisan batuan sidimen
yang tidak saling memotong. Adapun proses terjadinya lapisan konkordan
ini terjadi pada waktu magma menerobos permukaan bumi yang biasanya
tidak sampai di atas. Karena magma mencair menerobos dan menyilinap
diantara lapisan sidimen dan akan membentuk apa yang dinamakan pipih
instrusi yang sejajar dengan sidimen di atas dan dibawahnya disebut
konkordan. Sedangkan lapisan diskordan terjadi karena magma yang
mencair tidak dapat menerobos dan menyelinap diantara lapisan sidimen
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
59
sehingga tidak dapat membentuk pipih instrusi, yang tidak sejajar dengan
sidimen diatas dan dibawahnya.
c. Pengukuran Strike Dan Deep.
Pengkuran strike dab deep kami laksanakan di daerah dengan tujuan
untuk mengetahui ketebalan lapisan dan kemiringan pada satu batuan:
1. Pengukuran strike.
Strike adalah merupakan arah jurus dari suatu pelapisan atau
dapat pula dikatakan sebagai arah yang dimiliki oleh rata-rata jurus
disekitar tempat pengukuran.
Strike arah jurus perlapisan (perlapisan yang berbeda dengan
arah slope). Dapat pula dikatakan bahwa strike adalah arah yang
dimiliki oleh rata-rata jurus disekitar tempat pengukuran, perhatikan
gambar strike dibawah ini!
Gambar 3.4 strike sebuah lapisan batuan sedimen
Yang penting dalam melakukan pengukuran adalah rata-rata arah jurus
disekitar wilayah yang akan diukur, kemudian dipilih tempat yang akan
mewakili tempat tersebut untuk dijadikan bord fiel atau pengalas.
Langkah-langkah pengukuran selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Bukalah kompas geologi sehingga cermin berposisi sedemikian
rupa sehingga dapat melihat pemandangan searah dengan rata-rata
arah strike secara kasar.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
60
b. Letakkan pengalas pada tempat yang telah diplih untuk dijadikan
tempat pengukuran.
c. Peganglah kompas dengan tangan kanan pada posisi menghadap ke
depan.
d. Letakkan kompas pada pengalas dengan posisi nivo tabung dan
nivo kotak ditengah-tengah.
e. Hentikan goyangan jarum kompas yang masih bergerak dengan
menekan tombol yang berada pada pinggir lingkaran kompas dan
hasil baca jarum kompas yang berkepala kuning (indeks
pembacaan) itulah arah strike.
2. Pengukuran Deep
Deep adalah sudut kemiringan lapisan batuan. Jika strike dan
deep sebuah perlapisan diketahui maka struktur batuan di tempat itu
diketahiu pula.
Pengukuran deep selain melakukan kompas juga diperlukan alat-
alat seperti mistar dan waterpas. Adapun langkah-langkah pengukuran
deep adalah sebagai berikut:
a. Tentukan arah deep yang besarnya selalu konstan yakni arah strike
ditambah 90º (arah deep = arah strike ± 90o) yaitu dan memutar
kompas ke arah kanan tampa memutar kompas ke arah kanan tanpa
mengubah posisi ketika mengukur strike.
b. Miringkan kompas dengan menggerakkan ke arah vertikal dengan
perputaran sebesar 90o. Usaha nivo tabung dapat terbaca, karena
kecilnya alat ini maka sewaktu membaca nivo tabung, bada kita
rebah/ berbaring di tanah.
c. Gerakan handle penggeraj tabung, badan kita rebahkan sehingga
posisi nivo tepat pada indeks nivo tabung.
d. Jika nivo sudah berposisi tepat pada indeksnya angkatlah kompas
tanpa mengubah posisi handle penggerak nivo tabung.
e. Bacalah sudut deep yang terdapat pada lingkaran skala tengah.Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan Bumi
Tanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari hasil observasi lapangan (Maros) mata kuliah
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa adalah sebagai berikut:
a. Disekitar lokasi bukit Mallempong ditemukan air panas, dan sumber air
dingin.
b. Dimana didalam analisa penulis dapat dsimpulkan bahwa mata air panas ini
disebabkan karena adanya pengaruh magma cair di sekitar wilayah tersebut.
c. Doline dan gua merupakan gejalah karst yang terbentuk didaerah kapur,
dapat
terbentuk karena adanya proses pengerjaan air pada batu kapur, dan begitu
pula pada stalaktid dan stalakmit serta aliran sungai yang membelah dua
batuan karst tersebut.
d. Konglomerat yang ditemukan pada bagian hulu banyak terdapat vestulat-
vestulat akibat pengerjaan air.
e. Doline yang ditemukan dipinggir sawah belum ditutupi dengan lapisan tanah
karena waktu terbetuknya belum lama.
f. Antara batu bara dan lempung, terjadi perlapisan secara selang-seling terjadi
apabila pada rawah terjadi penyumbatan.
g. Adapun lapisan yang terdapat pada lokasi batu bara seperti tanah liat,
lempung, batu bara, dan seterusnya.
h. Pelapisan batuan pada lokasi batu sabak dapat memberikan analisa tentang
keadaan cuaca dan iklim pada masa tertier.
i. Tumbuhan di sekitar pegunungan dapat menentukan jenis batuan yang ada di
bawahnya, yaitu dominasi dari pohon kemiri menentukan jenis batuan kapur.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
62
B. Saran-Saran
Adapun saran-saran kami sehubungan dengan hasil observasi lapangan
adalah sebagai berikut:
1. Mudah-mudahan setelah selesainya makalah ini, mengenai hasil laporan
praktek mata kulia Ilmu Pengetahuan Bumi Antariksa, mampu memberikan
pandangan-pandangan mengenai fenomena-fenomena proses terjadinya muka
bumi ini.
2. Dengan adanya observasi langsung di lapangan, maka teori yang kita peoleh
diperkuliahan ternyata sesuai dengan fenomena yang kita dapati di lapangan.
3. Dengan adanya observasi di lapangan kita telah melihat bagaimana kekuasaan
Allah SWT, sehingga setiap manusia akan merasa rendah di hadapan Allah
SWT. Dan ini akan menambah iman dan taqwa kita terhadap sang
pencipta.Mudah-mudahan dengan seringnya diadakan kuliah langsung
dilapangan, maka setiap mahasiswa mampu menumbuhkan rasa peduli
terhadap lingkungan alam semesta ini. Senantiasa selalu menjaga dan
memelihara fenomena-fenomena alam sebagai laboratorium untuk
perkembangan ilmu dan tekhnologi, untuk sekarang dan sampai pada masa
yang akan datang.
5. Dengan selesainya praktikum lapangan ini, diharapkan dapat menjadi bahan
referensi untuk praktikum selanjutnya.
6. Dengan selesainya laporan praktek mata kulia Ilmu Pengetahuan Bumi
Antariksa ini, penulis mengharapkan kritikan-kritikan dari saudara-saudara
apabila membaca hasil laporan praktek saya, karena penulis menyadari bahwa
penilis adalah manusia biasa yang memiliki ilmu pengetahuan yang minim
dan masih kurang.
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
63
DAFTAR PUSTAKA
Escer, Gronslagen der algemen geologi
Gunawan, hand out
Katili J.A, Geologi Umum
Tanu Djaya Mamur Muhammad, Drs, Penuntun pelajaran geografi semester 3 dan 4,
Ganeca Exact, Bandung
Toroun M.Sl, Ikhtisar Ilmu Bumi Alam Untuk SMU
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
64
LAMIRA
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
65
N
Gambar 1: Batu Bara
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
66
Gambar 2: Gunung Samaenre
Gambar 3: Gunung Malempong
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
67
Gambar 4: Gunung Lekke’
Gambar 5: Mengukur kemiringan bukit
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)
68
Gambar 6: Air Panas
Laporan Lengkap Ilmu Pengetahuan BumiTanjung Bayang dan Mallawa(Edi Putra Irawan)