Doc1

31
Top of Form Rubrik Finansial Berita Utama International Metropolitan Naper Nusantara Bisnis & Investasi Opini Olahraga Jawa Tengah Humaniora Politik & Hukum Berita Yang lalu Pustakaloka Swara Otonomi Audio Visual Humaniora Selasa, 27 Januari 2004 Tiap Warga Negara Perlu Punya Rekam Medis Gigi Jakarta, Kompas - Untuk keperluan identifikasi seseorang setiap warga negara Indonesia (WNI) seharusnya memiliki dental record (rekam medis data gigi) yang menjelaskan susunan, bentuk dan kondisi gigi masing-masing. Seharusnya, rekam medis gigi itu tercatat dan tersimpan pada sebuah pusat data gigi dan mulut, sehingga setiap saat dengan surat dari kepolisian bisa digunakan untuk mempermudah proses penyidikan berbagai peristiwa yang melibatkan WNI. Hal itu disampaikan drg Mayor (Purn) Alphons Quendangen DFM di sela Temu Ilmiah Dokter Gigi TNI dan Polri di Jakarta, Senin (26/1). Peran odontologi (kedokteran gigi) forensik dalam identifikasi personil, terutama yang jasadnya tak dikenal lagi menjadi salah satu topik dalam temu ilmiah tersebut. Pembicara yang juga menyinggung soal itu, Kombes Pol drg Kadaryati Sp BM (Pusat Kesehatan Kepolisian Mabes Polri) dan drg Sindhy R Malingkas DFM. Gigi diketahui sebagai salah satu bagaian tubuh yang terbaik untuk identifikasi tubuh manusia. Melalui pemeriksaan gigi bisa diketahui usia, golongan darah, ras, jenis kelamin, kebiasaan/pekerjaan dan identifikasi spesifik lainnya. Bagi jajaran TNI-Polri, peran odontologi forensik dipandang penting untuk mengindentifikasi jenazah prajurit yang gugur dalam tugas, sementara bagi warga umum odontologi dibutuhkan bagi identifikasi korban, tersangka tindak kriminal atau korban bencana massal. Search : Berita Lainnya : · Soal Pembangunan Kembali Ruang Kelas SD yang Rusak · Relasi antara Kampus dan Industri Masih Macet · Daerah Diminta Berpartisipasi Perbaiki Sekolah Rusak di Aceh · Mendiknas: Orang yang Memalsukan Ijazah Berarti Menipu Diri Sendiri · Transparansi Diperlukan untuk Perangi Korupsi Dana Pendidikan · Tiap Warga Negara Perlu Punya Rekam

description

forensik

Transcript of Doc1

Page 1: Doc1

Top of Form

 

Rubrik

Finansial

Berita Utama

International

Metropolitan

Naper

Nusantara

Bisnis & Investasi

Opini

Olahraga

Jawa Tengah

Humaniora

Politik & Hukum

Berita Yang lalu

Pustakaloka

Swara

Otonomi

Audio Visual

Rumah

Teknologi Informasi

Fokus

Humaniora Selasa, 27 Januari 2004

Tiap Warga Negara Perlu Punya Rekam Medis Gigi

Jakarta, Kompas - Untuk keperluan identifikasi seseorang setiap warga negara Indonesia (WNI) seharusnya memiliki dental record (rekam medis data gigi) yang menjelaskan susunan, bentuk dan kondisi gigi masing-masing. Seharusnya, rekam medis gigi itu tercatat dan tersimpan pada sebuah pusat data gigi dan mulut, sehingga setiap saat dengan surat dari kepolisian bisa digunakan untuk mempermudah proses penyidikan berbagai peristiwa yang melibatkan WNI.

Hal itu disampaikan drg Mayor (Purn) Alphons Quendangen DFM di sela Temu Ilmiah Dokter Gigi TNI dan Polri di Jakarta, Senin (26/1). Peran odontologi (kedokteran gigi) forensik dalam identifikasi personil, terutama yang jasadnya tak dikenal lagi menjadi salah satu topik dalam temu ilmiah tersebut. Pembicara yang juga menyinggung soal itu, Kombes Pol drg Kadaryati Sp BM (Pusat Kesehatan Kepolisian Mabes Polri) dan drg Sindhy R Malingkas DFM.

Gigi diketahui sebagai salah satu bagaian tubuh yang terbaik untuk identifikasi tubuh manusia. Melalui pemeriksaan gigi bisa diketahui usia, golongan darah, ras, jenis kelamin, kebiasaan/pekerjaan dan identifikasi spesifik lainnya.

Bagi jajaran TNI-Polri, peran odontologi forensik dipandang penting untuk mengindentifikasi jenazah prajurit yang gugur dalam tugas, sementara bagi warga umum odontologi dibutuhkan bagi identifikasi korban, tersangka tindak kriminal atau korban bencana massal. Kasus bom Bali misalnya, juga bom Marriot dan bencana massal lain makin mengukuhkan betapa pentingnya odontologi forensik.

Sebagian belum punya

Sebagian WNI ada yang memiliki dental record namun sebagian besar lainnya belum. Akan tetapi, rekam medis pada para dokter gigi diakui belum distandarisasi secara nasional misalnya bagaimana cara penulisan rekam gigi. Berangkat dari keadaan tersebut, Alphons mengusulkan agar Departemen Kesehatan segera membuat standar nasional rekam medis data gigi bagi setiap WNI.

Pembuatan rekam medis gigi diusulkan dibuat dokter gigi yang merawat

Search :

 

 

 

 

 

 

Berita Lainnya :

· Soal Pembangunan Kembali Ruang Kelas SD yang Rusak

· Relasi antara Kampus dan Industri Masih Macet

· Daerah Diminta Berpartisipasi Perbaiki Sekolah Rusak di Aceh

· Mendiknas: Orang yang Memalsukan Ijazah Berarti Menipu Diri Sendiri

· Transparansi Diperlukan untuk Perangi Korupsi Dana Pendidikan

· Tiap Warga Negara Perlu Punya Rekam Medis Gigi

· Anhidrida Ftalat Memang Mudah Terbakar

· Dampak Ledakan Pabrik Kimia

Page 2: Doc1

Jendela

Otomotif

Furnitur

Agroindustri

Musik

Dana Kemanusiaan

Properti

Muda

Pergelaran

Didaktika

Teropong

Ekonomi Rakyat

Telekomunikasi

Wisata

Sorotan

Pendidikan

Makanan dan Minuman

Esai Foto

Perbankan

Pengiriman & Transportasi

Investasi & Perbankan

Pendidikan Dalam Negeri

WNI bersangkutan. Rekaman itu tiap lima tahun harus diperbarui dan menjadi catatan rahasia pasien yang hanya bisa diminta dengan surat resmi dari polisi.

Semula ia mengajukan konsep pembuatan rekam gigi lewat pembuatan kartu tanda penduduk (KTP)/surat izin mengemudi (SIM). Pembuatan KTP/SIM lebih bisa menjangkau seluruh WNI tetapi pemerintah harus menyiapkan tenaga dokter gigi hingga puskesmas berikut sistem pembuatan rekaman dan pusat data. "Cara ini ideal tetapi pemerintah masih sulit menyediakan dokter gigi di puskesmas. Maka opsinya adalah rekaman dibuat di dokter gigi masing-masing ,"ujar Alphons.

Opsi kedua diakuinya membutuhkan waktu lama untuk mencocokkan identifikasi seseorang, tetapi itulah yang mampu dilakukan saat ini. Saat dokter gigi forensik bekerja, polisi juga ikut mencari orang yang hilang sampai kemungkinan ia memeriksakan gigi ke seorang dokter gigi. Selama ini cara itu cukup efektif," katanya. (TRI)

Page 4: Doc1

Senin, 15 Januari 2007 SEMARANG

Rame KondheIdentifikasi Korban, Masalah Krusial Bencana Massal

Oleh: Summy Hastry P DI era globalisasi dan teknologi yang kian canggih, dinamika penduduk semakin cepat terjadi. Masyarakat yang kian dinamis membutuhkan alat transportasi, baik darat, laut, dan udara, yang mampu memuat banyak orang. Namun, apabila tidak ditangani dengan baik, risiko terjadinya bencana massal pasti akan meningkat.Selain itu, keadaan sosial ekonomi sebagian besar masyarakat dituding memudahkan terpicunya konflik horisontal, hingga timbul korban jiwa dalam jumlah banyak. Ditambah lagi dengan kasus terorisme global dan bencana alam yang sering melanda. Bencana massal seakan sudah menjadi berita sehari-hari di negara kita ini.Masalah krusial dalam bencana massal, selain evakuasi dan penanganan korban hidup, adalah identifikasi korban mati. Identifikasi sederhana sering tidak dapat dilakukan, karena potongan tubuh sudah tercerai-berai, hangus ataupun mengalami pembusukan. Karena itu memerlukan alat yang lebih canggih, dan juga butuhk waktu pemeriksaan lama serta biaya besar. Identifikasi korban bencana massal (Disaster Victim Identification) mutlak diperlukan, terutama pada korban mati. Ini penting, karena menyangkut masalah pengendalian kekacauan pada masyarakat, terutama pada kondisi psikologis keluarga korban. Pada dasarnya, prinsip identifikasi adalah membandingkan data yang ada pada orang yang tidak dikenal dengan data yang diduga sebagai orang hilang. Namun data yang diduga sebagai orang hilang sering tidak lengkap, bahkan tidak ada sama sekali. Identifikasi kemudian dilakukan melalui berbagai metode, seperti sidik jari, medik, odontologi (ilmu gigi dan mulut), anthropologi sampai dengan pemeriksaan biomolekuler.Pada kasus bencana massal dengan potongan tubuh yang sulit dikenal, memerlukan keahlian kedokteran forensik yang meliputi berbagai bidang keilmuan dan bidang keahlian penunjang untuk dapat melakukan

Page 5: Doc1

identifikasi. Secara universal yang bertanggung jawab dalam identifikasi korban mati yang tidak dikenali adalah kepolisian. Namun dalam pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan berbagai disiplin ilmu, antara lain keahlian bidang forensik patologi, forensik odontologi, forensik anthropologi, ahli sidik jari, ahli DNA, radiologi dan fotografer. Pelaksanaan identifikasi pada korban bencana massal di Indonesia mengikuti standar prosedur yang dikeluarkan oleh Interpol Disaster Victim Identification. Pengumpulan atau pengambilan jenazah dan serpihannya di tempat kejadian perkara, sangat menentukan untuk proses identifikasi. Bila potongan atau serpihan tubuh saling tercampur, maka proses identifikasi kacau. Korban bisa dianggap tersangka atau sebaliknya. Metode IdentifikasiTeknik yang digunakan untuk menentukan identitas seseorang, meliputi identifikasi sekunder, yakni melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian (properti), dan kartu identitas yang ditemukan atau membandingkan dengan foto sewaktu hidup.Identifikasi primer, melakukan pemeriksaan seperti sidik jari, data gigi dan deoxyrebose nucleic acid (DNA). Cara ini digunakan bila jenazah telah rusak berat karena proses pembusukan, mutilasi atau hangus terbakar. Korban dinyatakan positif teridentifikasi apabila satu atau lebih ukuran identifikasi primer telah terbukti dengan atau tanpa data sekunder, serta minimal dua data sekunder dapat ditemukan bila data primer tidak ada.Metode ilmiah cara identifikasi adalah dengan memanfaatkan ilmu kedokteran (identifikasi medik), dan dibagi beberapa jenis, yakni Identifikasi Medik Umum. Cara ini memperhatikan ciri-ciri umum seseorang, seperti tinggi dan berat badan, warna kulit, warna tipe rambut, warna mata, cacat yang menyolok, tanda-tanda khas dan bekas-bekas penyakit/operasi. Jenis lainnya, identifikasi tulang belulang, gigi, serologis, rekonstruksi wajah dan superimposed. Tak jarang diperlukan pemeriksaan untuk memperkirakan profil suatu tengkorak. Teknik yang digunakan untuk hal ini adalah rekonstruksi wajah. Dengan diketahui ketebalan-ketebalan tersebut dan dengan teknik-teknik tertentu akhirnya dapat dibentuk perkiraan tampang dari suatu tengkorak. Superimposed menawarkan cara yang lebih mudah dan akurat untuk memperkirakan bentuk wajah seseorang. Prinsip teknik ini adalah mencocokkan tengkorak yang tidak dikenal dengan foto wajah orang diduga. Teknik ini yang diterapkan untuk

Page 6: Doc1

rekonstruksi wajah pelaku Bom Mariot, Kuningan, dan Bom Bali II serta teroris Wonosobo.DNA profiling merupakan suatu sarana identifikasi yang paling baru. Cara ini diperkenalkan Jeffreys sebagai 'DNA Finger Printing' . Metode ini sangat dipercaya untuk mengidentifikasi seseorang, karena tidak ada dua manusia yang mempunyai urutan DNA yang tepat sama, kecuali kembar identik (berasal dari satu telur).Alat sangat berperanan dalam ilmu kedokteran forensik. Kasus-kasus identifikasi yang menyangkut relasi ayah-anak dilakukan pemeriksaan melalui tes paternitas dengan menggunakan material/bahan pemeriksaan yang bersumber pada DNA inti. Pada kasus yang berkaitan dengan relasi ibu-anak, dilakukan pemeriksaan melalui tes maternitas, dengan menggunakan material/ bahan yang bersumber pada mitokondria. (18)- AKP dokter Summy Hastry P DFM SpF adalah ahli forensik dan tim DVI Polda Jateng

Berita Utama | Ekonomi | Internasional | OlahragaSemarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas

Budaya | Wacana | RagamCybernews | Berita Kemarin

Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA

Page 7: Doc1

dokter   <-- Terurut Topik --> <-- Terurut Waktu -->

Cari

[MLDI] Artikel tentang forensikTogu LumbantobingTue, 07 Jan 2003 17:50:06 -0800

Ilmu forensik yang dipraktekkan di Indonesia boleh dibilang (sangat)tertinggal jika dibandingkan praktek forensik di negara maju. Selain ahlinyabelum banyak, sarana pendukungnya juga tidak difasilitasi dengan baik olehpemerintah. Selain dari itu, kemampuan RS/Institusi kesehatan menyimpan datarekam medis juga sangat terbatas.

Banyak dokter yang memandang sebelah mata terhadap ilmu forensik; sebagiankarena bagian ini lebih banyak berkecimpung dengan badan yang sudah dinginatau busuk, sebagian lagi karena menjadi dokter spesialis forensik tidakpotensial untuk medatangkan keuntungan materi dibandingkan dengan menjadispesialis lain. Jangan dibandingkan kerja dokter yang prakteknya bisa sampaijam tiga bagi, demi kepentingan pasien katanya; dokter forensik jugaseringkali dipanggil ke tempat kejadian perkara (crime scene) subuh subuhuntuk bisa mengambil bukti forensik dan membuat analisis dini. Spesialisyang belakangan ini tidak bisa imbalan langsung dari 'pasien'nya untuk jasayang diberikan.

Untuk kasus bom Bali, saya cukup kagum melihat laju pengungkapan identitaskorban. Artikel dibawah ini cukup menarik untuk dibaca....

T

-----------

Page 8: Doc1

Selasa, 07 Januari 2003, 11:53 WIB

Gigi, Menguak Tabir Korban Bom Bali..!

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0301/07/005436.htm

Peristiwa ledakan bom di Sari Club Bar dan Paddy’s Café di Jln. Legian,Kuta, Bali, 12 Oktober 2002, sangat memilukan orang, baik di Indonesiamaupun mancanegara. Belum lagi proses identifikasi para korbannya tidakmudah. Begitu panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi di belakang prosesidentifikasi 184 kantong jenazah korban?Minggu, 13 Oktober 2002, pukul 06.30, saya mendapat perintah dariKapusdokkes Polri Brigjenpol dr. Bambang Ibnu Suparto agar segera berangkatke Denpasar dalam kesempatan pertama. Saya ditugaskan untuk ikut serta dalamproses identifikasi jenazah korban bom di Kuta. Jawaban saya singkat saja,"Siap, Komandan!"

Pihak Depkes, melalui Direktur RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar, sangatmembantu dalam pengurusan administrasi dan perlengkapan yang diperlukan.

Setiba di Denpasar, kami melihat tim Mabes Polri dipimpin Kombespol Dr. EdiSaparwoko Sp. JP, MM, DFM (Wakapusdokkes Polri) sebagai Kepala DVI (DisasterVictim Identification) Indonesia. Beberapa di antara mereka telah mendapatpendidikan Disaster Victim Identification di Pusdik Reserse Zutphen danNational Forensic Institute Rijswijk, Belanda. Maka, proses identifikasidengan standar kerja internasional bukan merupakan barang baru bagi tim ini.

Kapolri selalu menghendaki para anggota Polri bekerja secara profesional dansesuai standar atau kaidah yang berlaku internasional. Hal tersebut jugaberlaku bagi para dokter Polri maupun dokter universitas yang membantu Polridalam bidang forensik, terutama dalam kasus bom Kuta ini.

Kami segera melakukan pembagian tugas dan tanggungjawab, sesuai yang berlakudalam prosedur penatalaksanaan bencana massal internasional (Interpol DVIGuide/Juklak Interpol). Antara lain, mengkoordinasikan para dokter,mahasiswa, dan relawan. Melakukan penomoran jenazah dalam kantong jenazah,serta menyeleksi jenazah berdasarkan jenis kelamin, ras (Caucasoid/bule,Mongoloid/Asia, Negroid/hitam). Proses seleksi ini berlangsung sampai pukul24.00

Page 9: Doc1

Gerai Antemortem dan Postmortem

Seksi antemortem (semasa hidup) bertugas mengumpulkan informasisebanyak-banyaknya dari pihak keluarga, kerabat dan lainnya. Yang pertamadilakukan adalah membangun jaringan telepon, faksimili, internet, mesinfotokopi serta ruang penerima tamu yang memadai.Itu karena para tamu yang akan datang adalah para pejabat tinggi RI, dutabesar, dan konsul yang warga negaranya menjadi korban.

Senin pagi sudah terjalin hubungan via internet dengan Markas Besar Interpoldi Lyon . Kami pun mendapat dukungan sepenuhnya dalam mengumpulkan data-dataantemortem dari negara yang warganya menjadi korban. Semua informasi dicatatdalam formulir interpol berwarna kuning. Barang-barang korban yang tersisadi hotel seperti sisir, sikat gigi, alat pencukur kumis, pakaian dll. jugadikumpulkan dan di data di bagian antemortem.

Sedangkan di Gerai Postmortem dilakukan pemeriksaan korban/jenazah.Pemeriksaan dilakukan di ruang autopsi RS Sanglah oleh dokter ahli patologiforensik dan dokter gigi forensik, baik dari Indonesia maupun mancanegara.Hari Selasa, sudah berdatangan dokter ahli dari mancanegara. Diantaranya,dari Australia dipimpin Prof. Chris Griffiths (odontologist) dan Prof. JohnHilton (pathologist), dokter dari Swedia, Jepang, Hongkong, dan Taiwan. Kamipun dibantu oleh para dokter, dokter gigi, dan mahasiswa dari FK Udayana danF-KG Mahasaraswati.

Satu persatu jenazah naik ke meja autopsi. Mereka menjalani pemeriksaansecara lengkap oleh dokter ahli patologi forensik. Data-data temuan diisikandalam formulir DVI Interpol berwarna pink, serta dibuatkan foto oleh timIndentifikasi Mabes Polri dan Polisi Australia.

Selanjutnya, jenazah tersebut disalurkan ke gerai dokter gigi untukdilakukan pengisian data gigi dalam formulir pink. Dokter gigi membukarahang atas dan rahang bawah untuk dibuatkan foto sinar-X nya. Setiap rahangdibuatkan 10-12 foto. Tak hanya sampai disitu, dengan kamera polaroid yangmemakai lensa makro setiap jenazah dibuatkan foto rahang atas, rahang bawah,dan foto tampak gigi depan.

Pekerjaan itu cukup berat. Ada lebih dari 100 jenazah, padahal pada satu

Page 10: Doc1

jenazah dilakukan 10 kali pemotretan Sinar X. Bisa dibayangkan, radiasi yangditerima oleh dokter gigi pemeriksa. Tak heran kalau pemeriksaan postmortemtersebut berlangsung sekitar satu minggu.

Gigi, terpercaya

Gigi, merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya (sukardibantah), khususnya bila rekaman data gigi dan rontgen foto gigi atau modelcetakan gigi semasa hidup pernah dibuat dan disimpan secara baik dan benar.Mengapa? Karena gigi adalah bagian terkeras pada tubuh manusia, yangkomposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali. Sebagian besar kandungangigi terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak. Selain itu,gigi terlindung karena berada dalam rongga mulut dan dilingkupi olehbasahnya air liur. Dengan demikian, gigi baru menjadi lapuk pada suhu 200derajat Celcius dan baru menjadi abu pada suhu 450 derajat Celcius.

Menurut penelitian Sims (1972) kemungkinan dua orang identik data gigi danmulutnya adalah satu dalam dua miliar, sehingga hampir mustahil ada duaorang yang sama kondisi giginya. Itu karena rata-rata manusia mempunyai 32gigi dengan bentuk yang jelas, sedangkan masing-masing gigi mempunyai limapermukaan, berarti dalam mulut ada 160 permukaan gigi dengan variasikeadaan, mulai dari baik sampai rusak, sisa akar, penambalan, pencabutan,gigi palsu, impant, dll.

Namun, sebagai sarana identifikasi, gigi juga memiliki kelemahan. Misalnya,mayoritas masyarakat Indonesia, jarang berobat ke dokter gigi. Dokter gigipun belum tentu melakukan penyimpanan data gigi yang tertata. Akibatnya,ketika diperlukan sebagai pembanding data jika terjadi suatu musibah, tidakdapat diperoleh data gigi yang tepat.

Pada kasus Kuta, sampai minggu ketiga sudah teridentifikasi 120 jenazah yangmayoritas (60 persen) teridentifikasi melalui data gigi yang lengkap danbaik. Mereka diantaranya dari Swedia sebanyak lima korban, Denmark tigakorban, Australia 40 korban, Jerman empat korban, Amerika Serikat empatkorban, Inggris 10 korban. Belanda satu korban, Perancis dua korban, danJepang dua korban.

Pengalaman unik kami hadapi dengan para korban dari Australia, beberapadiantaranya pemain rugby. Umumnya anak-anak muda Australia bergigi baguskarena berhasilnya program pencegahan keruakan gigi dengan fluoridasi air

Page 11: Doc1

minum. Lalu apakah kemudian mereka tidak mempunyai cetakan gigi? Untungnya,para pemain rugby biasanya harus membuat pelindung gigi, maka kami mendapatkiriman model cetakan gigi dari dokter gigi mereka. Dari cetakan itu dibuatcetakan negatif lagi, kemudian cetakan tersebut dipaskan ke jenazah yangdiduga. Foto polaroid yang dibuat menunjukkan ketepatan 100 persen.

Tak diputuskan sendiri

Oleh Direktur RS Sanglah dr. I Gusti Lanang M. Rudiartha MHA, sebuah ruangyang baru dibangun di bagian THT RS. Sanglah disiapkan menjadi ReconciliatioRoom yang nyaman.Disini kami seperti bermain bingo (kim untuk di Indonesia). Data-datapostmortem digelar di meja panjang, kemudian masing-masing dokter memegangformulir antemortem. Kami mulai mencari dan membandingkan data jenazahdengan data korban semasa hidup.

Data-data antemortem kiriman Interpol Swedia, Denmark, dan Hongkong melaluiMarkas Besar Interpol di Lyon sangat lengkap. Ada foto rontgen, foto korban,ciri-ciri tato beserta sertifikat pembuat tato-nya, bahkan juga ada nomorpen yang dipasang pada kaki yang pernah patah. Data terakhir ini tentudiperoleh dari dokter ortopedi yang merawat korban. Data yang lengkap sangatmemudahkan kerja tim identifikasi.

Biasanya, jika menemukan data yang cocok para dokter asing akan menunjukkanekspresi dengan setengah berteriak, "Bingo!" Bagi yang mendapat"bingo" –setelah berdiskusi denagn rekan lain – wajib memberikan paparandihadapan Majelis Rekonsiliasi (Reconciliation Board Meeting ) yangberlangsung dua kali setiap hari, pukul 09.00 dan 15.00 WITA.

Dalam Majelis Rekonsiliasi para ahli dan polisi harus siap melakukan debat,argumentasi serta memperlihatkan bukti ilmiah yang dapat meyakinkan semuapihak. Jika ada satu pihak ragu atau kurang setuju, berkas tersebut turun kelantai. Harus dilakukan pemeriksaan ulang ke jenazahnya, membuat fotosinar-X baru, foto baru, cetakan gigi dll

Sebaliknya, jika berhasil disepakati, para wakil ahli patologi forensik,ahli odontologi forensik, ahli sidik jari/polisi harus menandatanganiformulir tersebut, untuk terakhirnya nanti disahkan oleh Chief DVI IndonesiaKombespol Dr. Edi Saparwoko. Tanpa pengesahan pimpinan DVI Indonesia hasilidentifikasi dinilai tidak berlaku. Peraturan itu ditaati oleh semua pihak

Page 12: Doc1

asing yang terlibat. Karena, hal itu menyangkut pembuatan sertifikatkematian, sertifikat autopsi, dan sertifikat pengeluaran jenazah dari RSSanglah.

Selesai rekonsiliasi, pihak Australia meminta waktu 24 jam untuk menghubungipihak keluarga korban secara resmi di negara masing-masing, sebelum hasiltemuan diumumkan ke media massa.

Informasi terakhir pada 16 November, telah teridentifikasi 131 jenazah,sedangkan 121 jenazah telah diambil keluarganya. Namun, tidak satu punjenazah orang Indonesia yang diidentifikasi melalui gigi. Mayoritasteridentifikasi secara visual atau pengenalan oleh keluarga. Itu karenajenazah masih dapat dikenali.

Untuk itu, PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) atau Departemen KesehatanRI, perlu diimbau agar menganjurkan para dokter gigi kita untuk mempunyairekaman data gigi pasien yang lengkap dan baik sesuai standar internasional(Odontogram Interpol) di klinik masing-masing. Bukankah identifikasi adalahhak azasi setiap manusia terutama di era globalisasi saat ini?

( AKBP drg. Peter Sahelangi DFM, Kepala RS. Bhayangkara Makassar, anggotatim DVI Mabes Polri, di Makssar /Intisari no 474, Januari 2003 )

---------------------------------------------------------------------MAILING LIST DOKTER INDONESIA (MLDI)Chatting, arsip, konsultasi pakar, info obat tradisional dapatidi : http://www.mldi.or.idSubscribe, kirim mail kosong ke [EMAIL PROTECTED]Unsubscribe, kirim mail kosong ke [EMAIL PROTECTED]-----------------------------------------------------------------

[MLDI] Seandainya Dokter Boleh Mengeluh! W P o Re: [MLDI] Seandainya Dokter Boleh Mengeluh! Kurniadji o Re: [MLDI] Seandainya Dokter Boleh Mengeluh! Syarifuddin Syah P.

[MLDI] Artikel tentang forensik Togu Lumbantobing

Kirimkan email ke

Page 13: Doc1

!   Perputakaan Unair Website   !    Catalog OnLine     !    LARIS Catalog     !Untuk Akses Full Text koleksi skripsi,tesis dan disertasi silahkan mengunjungi Perpustakaan Universitas Airlangga

Airlangga University

LibraryCentral of the ADLN Airlangga Universityhttp://adln.lib.unair.a

c.id/

Selamat DatangPengunjung > Login

Alamat: /Top / Unair Research / Exacta / Dentistry / jiptunair-gdl-res-2005-soesilawat-1523

Research Report dari JIPTUNAIR / 2005-03-18 09:29:00

 

Page 14: Doc1

Klik disini Untuk melihat Kode Aktivasi

Menu

Beranda

FAQLoginRegistrasiMengaktifkan Account

Sub-folder1 - 5 dari 47

Ke atas..Hubungan AntaraIndeks KeparahanKaries Dengan JumlahLactobacillus Sp. DiDalam Saliva AnakTk. (res)Mekanisme NekrosisSel Kanker OlehSel ImunokompetenMakrofag KarenaPemberian EkstrakTeh Hitam PadaMukosa Rongga MulutYang TerpaparBenzopirene. (res)AnalisisSitomorfometri SelMukosa Mukosa PadaPerokok Yang MinumTeh. (res) BiokompatibilitasAkrilik Jenis ColdCuring Tanpa DanDengan Poliklaf(dentaurum) Pada

ISOLASI DNA JARINGAN PULPA GIGI UNTUK MENENTUKAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN AMELOGENIN DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

Oleh: Soesilawati, Pratiwi Email: [email protected]; [email protected] of Dentistry Airlangga UniversityDibuat: 2005-03-18 , dengan 1 file(s).

Keywords: FORENSIC DENTISTRY ; POLYMERASE CHAIN REACTIONSubject: FORENSIC DENTISTRY ; POLYMERASE CHAIN REACTIONCall Number: 614.18 (LP)

Pemeriksaan gigi dalam odontologi Forensik berdasar pada kemampuan gigi yang tidak mengalami perubahan post mortem, dan tidak terpengaruh oleh faktor eksogen, misalnya trauma atau kebakaran.Pada gigi, DNA terdapat dalam ruang pulpa, dentin dan sementum. Ruang pulpa mengandung DNA yang cukup memadai untuk dapat diambil dari jaringan lunak dalam ruang pulpa.Protein penting yang berperan dalam penentuan jenis kelamin melalui gigi adalah Amelogenin . Yaitu salah satu protein matriks mayor yang disekresi oleh ameloblast dari enamel. Gen amelogenin yang mengkode protein terletak pada kromosom X dan Y pada manusia.Setelah dilakukan isolasi DNA, selanjutnya digandakan. dengan metode PCR menggunakan primer Amelogenin untuk dapat dianalisa jenis kelaminnya.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan isolasi DNA dari pulpa gigi untuk pemeriksaan jenis kelamin seseorang menggunakan primer Amelogenin dengan metode PCR untuk kebutuhan

Beri Komentar # (0)

Bookmark Printer

Tips

Perlu informasi? Klik Bookmark, lalu tulis pesan anda kepada petugas kami.

Kontributor

Editor: [email protected]

Download

Tidak ada file yang diupload bersama dokumen ini.

Page 15: Doc1

Tekanan 2 Atmosfir.(res)Kebersihan PermukaanDentin Akar SetelahPemberian LarutanTetrasiklinHidrokloridaDibanding AsamSitrat . (res)

1 - 5 dari 47

odontologi forensik.Jenis penelitian ini adalah observasional laboratoris, dengan sampel jaringan pulpa dari 8 gigi yang telah dicabut untuk perawatan ortodonsia. Lokasi penelitian di Tropical Disease Center ( TDC ) Universitas Airlangga. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan melalui isolasi DNA dart 8 jaringan pulpa gigi, karena jaringan ini kaya akan pembuluh darah. Setelah diisolasi a selanjutnya digandakan dengan metode PCR untuk dapat dianalisa jenis kelaminnya. Pasangan primer yang digunakan adalah5' -CCCTGGGCTCTGT AAAGAA TAGTG-3' dan5'-ATCAGAGCTTAAACTGGGAAGCTG-3'. Dengan primer ini akan dihasilkan 106 Base Pair X-spesifik dan 112 Base Pair Y-spesifik. Protokol Amplifikasi adalah sebagai berikut: lnkubasi awal 95°C selama 4 menit untuk denaturasi. Cycle terdiri dari denaturasi dengan pemanasan 95° C selama 1 menit, annealing dengan penurunan suhu menjadi 58°C, extension dengan katalis enzim DNA Polymerase pada suhu 72°C. Reaksi ini diulang sampai 35 kali putaran. Analisa hasil reaksi PCR dilakukan dengan Agarose gel Elektrophoresis, menggunakan pengecatan Silver Staining.Hasil elektrophoresis menunjukkan penampakan 2 band pada 106 Base Pair dan 112 Base Pair pada sampel dengan jenis kelamin pria. Sedangkan pada sampel wanita tampak satu band pada 112 Base Pair. Kedelapan band hasil elektrophoresis menunjukkan hasil yang sesuai dengan data status asal sampel.Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah jsolasi DNA dari jaringan pulpa gigi dapat diperoleh DNA dengan kadar yang mencukupi untuk digandakan dengan metode PCR dan primer Amelogenin dapat memberikan informasi jenis kelamin seseorang, yang dibutuhkan dalam bidang odontologi forensik.Disarankan untuk meneliti lebih lanjut

Page 16: Doc1

penentuan jenis kelamin menggunakan primer amelogenin dengan beda base pair yang lebih besar agar didapatkan band yang tampak jelas perbedaannya antara band X dan Y. Karena dengan beda hanya 6 Base Pair, separasi antara band X dan Y tidak tampak jelas dengan pengamatan biasa.

Copyrights:

Copyright©2003 by Airlangga University Library, Surabaya

Hubungi kami:DL Name: Airlangga University LibraryPublisherID: JIPTUNAIR Organization: Universitas Airlangga Surabaya

Contact: library[at]lib.unair.ac.id Address: Dharmawangsa Dalam City: Surabaya Region: Jawa Timur Country: Indonesia Phone: 031-5030826 Fax: 62-31-5020468 Admin Email: admin[at]lib.unair.ac.id CKO Email: cko[at]lib.unair.ac.id

Copyright © 2002-2003 - KMRG ITB. All rights reserved. This work was carried out with the aid of a grant from YLTI Indonesia and IDRC Canada.

Knowledge Officer: cko[at]lib.unair.ac.id Address: Dharmawangsa Dalam Surabaya Indonesia

Phone: 031-5030826 - Fax: 62-31-5020468Execution time: 0:1

Page 17: Doc1

!   Perputakaan Unair Website   !    Catalog OnLine     !    LARIS Catalog     !Untuk Akses Full Text koleksi skripsi,tesis dan disertasi silahkan mengunjungi Perpustakaan Universitas Airlangga

Airlangga University

LibraryCentral of the ADLN Airlangga Universityhttp://adln.lib.unair.a

c.id/

Selamat DatangPengunjung > Login

Alamat: /Top / Unair Research / Exacta / Dentistry / jiptunair-gdl-res-2005-soesilawat-1523

Pencarian

Indonesia English

Klik disini Untuk melihat Kode Aktivasi

Menu

Beranda

FAQLoginRegistrasiMengaktifkan Account

Sub-folder1 - 5 dari 47

Ke atas..Hubungan Antara

Research Report dari JIPTUNAIR / 2005-03-18 09:29:00

ISOLASI DNA JARINGAN PULPA GIGI UNTUK MENENTUKAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN AMELOGENIN DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

Oleh: Soesilawati, Pratiwi Email: [email protected]; [email protected] of Dentistry Airlangga UniversityDibuat: 2005-03-18 , dengan 1 file(s).

Keywords: FORENSIC DENTISTRY ; POLYMERASE CHAIN REACTIONSubject: FORENSIC DENTISTRY ; POLYMERASE CHAIN REACTIONCall Number: 614.18 (LP)

Pemeriksaan gigi dalam odontologi Forensik berdasar pada kemampuan gigi yang tidak mengalami perubahan post mortem, dan tidak terpengaruh oleh faktor eksogen, misalnya trauma atau kebakaran.Pada gigi, DNA terdapat dalam ruang pulpa, dentin dan sementum. Ruang pulpa mengandung DNA yang cukup memadai untuk dapat diambil dari jaringan lunak dalam ruang pulpa.Protein penting yang berperan dalam penentuan jenis kelamin melalui gigi

 

Beri Komentar # (0)

Bookmark Printer

Tips

Perlu informasi? Klik Bookmark, lalu tulis pesan anda kepada petugas kami.

Kontributor

Editor: [email protected]

Download

Tidak ada file yang diupload bersama dokumen ini.

Page 18: Doc1

Indeks KeparahanKaries Dengan JumlahLactobacillus Sp. DiDalam Saliva AnakTk. (res)Mekanisme NekrosisSel Kanker OlehSel ImunokompetenMakrofag KarenaPemberian EkstrakTeh Hitam PadaMukosa Rongga MulutYang TerpaparBenzopirene. (res)AnalisisSitomorfometri SelMukosa Mukosa PadaPerokok Yang MinumTeh. (res) BiokompatibilitasAkrilik Jenis ColdCuring Tanpa DanDengan Poliklaf(dentaurum) PadaTekanan 2 Atmosfir.(res)Kebersihan PermukaanDentin Akar SetelahPemberian LarutanTetrasiklinHidrokloridaDibanding AsamSitrat . (res)

1 - 5 dari 47

adalah Amelogenin . Yaitu salah satu protein matriks mayor yang disekresi oleh ameloblast dari enamel. Gen amelogenin yang mengkode protein terletak pada kromosom X dan Y pada manusia.Setelah dilakukan isolasi DNA, selanjutnya digandakan. dengan metode PCR menggunakan primer Amelogenin untuk dapat dianalisa jenis kelaminnya.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan isolasi DNA dari pulpa gigi untuk pemeriksaan jenis kelamin seseorang menggunakan primer Amelogenin dengan metode PCR untuk kebutuhan odontologi forensik.Jenis penelitian ini adalah observasional laboratoris, dengan sampel jaringan pulpa dari 8 gigi yang telah dicabut untuk perawatan ortodonsia. Lokasi penelitian di Tropical Disease Center ( TDC ) Universitas Airlangga. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan melalui isolasi DNA dart 8 jaringan pulpa gigi, karena jaringan ini kaya akan pembuluh darah. Setelah diisolasi a selanjutnya digandakan dengan metode PCR untuk dapat dianalisa jenis kelaminnya. Pasangan primer yang digunakan adalah5' -CCCTGGGCTCTGT AAAGAA TAGTG-3' dan5'-ATCAGAGCTTAAACTGGGAAGCTG-3'. Dengan primer ini akan dihasilkan 106 Base Pair X-spesifik dan 112 Base Pair Y-spesifik. Protokol Amplifikasi adalah sebagai berikut: lnkubasi awal 95°C selama 4 menit untuk denaturasi. Cycle terdiri dari denaturasi dengan pemanasan 95° C selama 1 menit, annealing dengan penurunan suhu menjadi 58°C, extension dengan katalis enzim DNA Polymerase pada suhu 72°C. Reaksi ini diulang sampai 35 kali putaran. Analisa hasil reaksi PCR dilakukan dengan Agarose gel Elektrophoresis, menggunakan pengecatan Silver Staining.Hasil elektrophoresis menunjukkan penampakan 2 band pada 106 Base

Page 19: Doc1

Pair dan 112 Base Pair pada sampel dengan jenis kelamin pria. Sedangkan pada sampel wanita tampak satu band pada 112 Base Pair. Kedelapan band hasil elektrophoresis menunjukkan hasil yang sesuai dengan data status asal sampel.Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah jsolasi DNA dari jaringan pulpa gigi dapat diperoleh DNA dengan kadar yang mencukupi untuk digandakan dengan metode PCR dan primer Amelogenin dapat memberikan informasi jenis kelamin seseorang, yang dibutuhkan dalam bidang odontologi forensik.Disarankan untuk meneliti lebih lanjut penentuan jenis kelamin menggunakan primer amelogenin dengan beda base pair yang lebih besar agar didapatkan band yang tampak jelas perbedaannya antara band X dan Y. Karena dengan beda hanya 6 Base Pair, separasi antara band X dan Y tidak tampak jelas dengan pengamatan biasa.

Copyrights:

Copyright©2003 by Airlangga University Library, Surabaya

Hubungi kami:DL Name: Airlangga University LibraryPublisherID: JIPTUNAIR Organization: Universitas Airlangga Surabaya

Contact: library[at]lib.unair.ac.id Address: Dharmawangsa Dalam City: Surabaya Region: Jawa Timur Country: Indonesia Phone: 031-5030826 Fax: 62-31-5020468 Admin Email: admin[at]lib.unair.ac.id CKO Email: cko[at]lib.unair.ac.id

Copyright © 2002-2003 - KMRG ITB. All rights reserved. This work was carried out with the aid of a grant from YLTI Indonesia and IDRC Canada.

Knowledge Officer: cko[at]lib.unair.ac.id Address: Dharmawangsa Dalam Surabaya Indonesia

Phone: 031-5030826 - Fax: 62-31-5020468

Page 20: Doc1

Execution time: 0:1

unair

<-- Kronologi --> Cari  <-- Struktur Balasan --

>

UNAIR: Rekam Medis Soeharto

Dari: W P Judul: UNAIR: Rekam Medis Soeharto Tanggal: Tue, 11 Apr 2000 08:54:12 -0700

An archive of all of the messages sent to the UNAIR's List is available at:http://www.egroups.com/group/unair/From: "W P" <[EMAIL PROTECTED]>

FYI

Wass,W P```````

TEMPOKolom NO. 05/XXIX/3 - 9 April 2000

Rekam Medis Soeharto

Kartono Mohamad

Page 21: Doc1

Mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia

BEBERAPA pertanyaan muncul berkaitan dengan kesimpulan Kejaksaan Agungterhadap hasil pemeriksaan tim medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yangkemudian dibalas oleh tim pembela Soeharto dengan pembeberan isi rekam medisSoeharto ke media massa. Pertanyaan pertama: bolehkah isi rekam medisseseorang diungkapkan di media massa, dan dilakukan bukan oleh dokter pula?Dalam tradisi Hippocrates, cerita tentang penyakit seseorang yang diketahuidokter, yang di masa kini dicatat dalam rekam medis, memang harusdirahasiakan. Hippocrates mengatakan dalam sumpahnya: "Segala sesuatu yangsaya lihat dan saya dengar tentang pasien saya akan saya jaga kerahasiaannyadan tidak akan saya ungkapkan kepada siapa pun."Tetapi, pada zaman modern, prinsip konfidensialitas rekam medis itu sudahdiperlonggar atas tuntutan zaman. Kini isi rekam medis dapat diungkapkan kepihak lain jika hal itu dilakukan atas izin pasien, perintah pengadilan,kepentingan umum (misalnya untuk kasus penyakit menular), kepentinganpendidikan, dan untuk proses penyembuhan pasien itu sendiri.

Dalam pengertian kepentingan umum itu termasuk juga jika pasien dianggapsebagai tokoh publik. Penyakit bulimia yang diderita oleh Lady Di, atauMagic Johnson yang mengidap HIV, misalnya, diberitakan di media massaseluruh dunia. Tidak ada ketentuan hukum atau kedokteran yang mengizinkanhal tersebut, tetapi toh masyarakat menganggap itu wajar dan menerimanya.Seakan-akan ada kesepakatan bahwa publik berhak mengetahui segala sesuatuyang terjadi pada tokoh yang sudah dianggap sebagai milik mereka.

Bahkan Dr. Li Zhisui, salah seorang dokter pribadi Mao Zedong, membeberkansecara panjang lebar berbagai penyakit yang diderita oleh almarhum MaoZedong dalam buku The Private Life of Chairman Mao. Protes yang dilancarkanoleh Harian Rakyat yang terbit di Beijing terhadap buku itu bukan masalahtentang pengungkapan rahasia penyakit Ketua Mao, tetapi lebih menuduh bahwaDr. Li berbohong dalam beberapa aspek kehidupan pribadi Ketua Mao. Meskipunbeberapa kalangan kedokteran Indonesia mempersoalkan pengungkapan penyakitSoeharto, penerimaan masyarakat terhadap pembeberan isi rekam medis Soehartoini pun karena Soeharto adalah tokoh publik dan mungkin pula dilakukan atasizin Soeharto sendiri.

Page 22: Doc1

Pertanyaan kedua: mungkinkah terdapat hasil dan kesimpulan yang berbeda daridua tim dokter yang memeriksa Soeharto? Perbedaan kesimpulan antara dua timyang memeriksa Soeharto dapat terjadi karena saat pemeriksaan sudah berbeda.Penyakit seseorang dapat berkembang menjadi lebih baik dan dapat pulamenjadi lebih buruk sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan yang berbeda jikadilakukan pada waktu yang berbeda. Tetapi, jika hasil pemeriksaannya sama,masih saja ada kemungkinan terjadi perbedaan dalam menafsirkan hasil-hasiltersebut sehingga dicapai kesimpulan yang berbeda.

Dalam kalangan kedokteran, perbedaan kesimpulan atas hasil pemeriksaan yangsama atas orang yang sama bukan hal yang aneh. Dalam menghadapi tumor yangsama pada pasien yang sama, misalnya, ada dokter yang berkesimpulan harussegera dioperasi dan ada juga dokter yang berpendapat tidak perlu dioperasi.Pengalaman dan pengetahuan dokter yang berbeda dapat mempengaruhi terjadinyaperbedaan kesimpulan semacam itu tanpa harus berarti bahwa dokter yang satulebih pandai dari dokter yang lain. Perbedaan terjadi karena adanyapenafsiran yang berbeda atas data statistik dari pengalaman atau literaturyang biasanya menjadi acuan para dokter. Pembuatan kesimpulan itu akanmenjadi lebih rumit jika sudah menyangkut kondisi kejiwaan. Meskipun dalampsikiatri ada kriteria yang jelas untuk menentukan diagnosis, dalamkenyataan sehari-hari sering kriteria yang jelas itu pun mempunyaibatas-batas yang tidak tegas. Seperti kata Prof. Slamet Iman Santoso, batasantara jenius dan gila itu sangat tipis. Tentu bukan berarti bahwaorang-orang yang jenius itu berarti hampir menjadi gila.

Pertanyaan ketiga: bolehkah penyidik perkara mengabaikan hasil pemeriksaandokter terhadap seorang tersangka? Yang dapat menjawab pertanyaan ini tentupara pakar hukum. Di sisi lain pertanyaan ketiga ini patut menjadi renungankalangan kedokteran di Indonesia. Perlu dijadikan bahan untuk mawas diri,seberapa jauh para dokter Indonesia dapat menjaga integritas profesinyadalam membuat keterangan sakit atau sehat seseorang.

Copyright @ PDAT 1 9 9 8

"What sets worlds in motion is the interplay of differences, theirattractions and repulsions; life is plurality, death is uniformity."- Octavio Paz

Page 24: Doc1

 

 

 

  Search   

| Advance search | Registration

  Home    Budaya    Digital    Ekonomi    Internasional    Iptek    Jakarta    Nasional    Nusa  

Olahraga    Majalah    Koran    Pusat Data    Tempophoto    Indikator  

EnglishApa Itu

RSS?

  

Jawa Tengah

Beberkan Rekam Medis Disidik PolisiSelasa, 05 April 2005 | 16:53 WIB

TEMPO Interaktif, Purwokerto:Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Purwokerto, Margono Soekarjo Hartanto, dipanggil Markas Kepolisian Resor (Polres) Banyumas, Selasa (5/4) sehubungan dengan somasi dugaan malpraktik. Gara-gara salah seorang pasien RS tersebut meninggal dunia. Margono juga dituduh telah melanggar aturan karena mempublikasikan data rekam medis pasien yang seharusnya menjadi rahasia.

Permintaan keterangan itu berlangsung satu jam lebihdi salah satu ruang di Mapolres Banyumas. Margonomendapat 16 pertanyaan yang diajukan Inspektur Satu(Iptu) Sudiro. Dalam pemeriksaan itu Margono didampingi seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Polisi sempat menolak kehadiran dosen itu dengan alasan tak punya izin praktek pengacara. Padahal, untuk mendampingi seorang tersangka tak perlu izin praktek pengacara, kecuali di pengadilan.

AKP Sudiro menyatakan, pertanyaan yang dia ajukanlebih berfokus pada tindakan Margonoo selaku DirekturRSUD Margono yang membeberkan rekam medis pasienbernama Warsinah, warga Kelurahan Sumampir, KecamatanPurwokerto Utara. Warsinah adalah pasien yangmeninggal setelah tiga hari dirawat di RSUD Margonoakibat diabetes yang dideritanya. Namun dalamperawatan itu Darno, suami Warsinah melayangkansomasi kepada RSUD Margono melalui kuasa hukumnyayakni Dwi Prasetyo Sasongko SH dan Joko Susanto SH,keduanya dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kesehatandan Perumahsakitan.

  

dibuat oleh Radja:danendro   Berita Terkait

• Dua Kali Beri Obat Kadarluarsa, Seorang dokter dilaporkan ke Polda

• Dokter RS Fatmawati Menolak Mengakui Malpraktik

• Keluarga Marta Tegaskan Dokter St. Carolus Pernah Minta Maaf

• Carolus Bantah Dugaan Malpraktek• Pelaku Perampokan Pegadaian Bogor

Teridentifikasi • Buntut Meninggalnya Martha, RS St

Carolus Siap ke Pengadilan• Setelah Disuntik Vitamin di RS St.

Carolus, Marta Lumpuh• Suami Siti Julaeha Menilai Euthanasia

adalah Keputusan Terbaik• LBHK: Keluarga Siti Julaeha akan

Ajukan Euthanasia • Korban Malpraktik Adukan Dua

dokter RS Fatmawati >selengkapnya...

Referensi

• Penjelasan Menteri Kesehatan Tentang Praktek Kedokteran (Termasuk Malapraktek)

Website

• Kepolisian Negara Republik Indonesia • Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Komentar Anda - Kirim

Berita Utama

• Indeks Saham Tertekan

Page 25: Doc1

Somasi yang dikirimkan kepada 19 instansi itu berisi dugaan malpraktik yang dilakukan RSUD Margono yang mengakibatkan kematian Warsinah. Saat dirawat di RS Margono 13-16 Februari 2004 lalu Warsinah meninggal akibat karena kadar gula yang terlalu tinggi. Hal itu diduga karena dipicu pemberian infus berisi cairan mengandung gula sehingga memicu kenaikan kadar gula dalam tubuh Warsinah.

Selain somasi, LBH Kesehatan dan Perumahsakitan juga meminta RSUS Margono memberikan catatan rekam medis mengenai Warsinah. RS Margono lantas mengirimkan permintaan LBH yakni mengirimkan hasil rekam medis. Surat penjelasan rekam medis itu tidak hanya diberikan pada pengacara melainkan juga ke-18 instansi yang lain, salah satunya ke kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Banyumas. Beberapa hari kemudian muncul pemberitaan di harian Suara Merdeka Kamis, 31 Maret 2005.

Dalam pemberitaan itu disebutkan, Warsinah menderitaFebris berdasar gejala yang dialami sewaktu masukInstalasi Gawat Darurat yakni panas enam hari, mual,muntah dan lemas. Infus yang diberikan saat itu berupacairan gula. Cairan infus lantas diganti dengan jenisRL dan Warsinah diberi Actrapid begitu hasil analisa dokter menunjukkan Warsinah mengidap diabetes.Beberapa saat kemudian Warsinah mengalami koma danmeninggal dunia. Rekam medis itulah yang dibeberkandalam surat yang tembusan pada 19 instansi tersebut.

Joko Susanto menyatakan, rekam medis seharusnya tidakdibeberkan kepada khalayak karena merupakan rahasiapasien. "Pihak RS telah melakukan pelanggaran hukumyakni Pasal 322 KUHP yang berisi larangan membukarahasia yang seharusnya wajib disimpan karena jabatanatau pekerjaan seorang dokter,"kata Joko. Ancamanhukuman terhadap pelanggaran pasal ini sembilan bulanpenjara.

Iptu Sudiro menyatakan, setelah Margono, polisijuga akan memanggil dr I Gede Arinton, yang langsungmenangani Warsinah dan wartawan harian yang memuathasil rekam medis. "Untuk sementara masih kamipanggil mereka sebagai saksi. Kelanjutan status akanditentukan hasil pemeriksaan nanti. Kami masih fokuspada pembeberan rahasia rekam medis kepada publik,"katanya. Ada-ada aja.

Ari Aji HS

INDEKS BERITA LAINNYA :

 

• Lima Perusahaan Minati Palapa Ring• Balikpapan Belum Perlu Perda Flu

Burung • Pengaman Poso Terus Dijalankan

dengan Segala Resikonya• PT AdamAir Janjikan Santunan Rp 500

Juta

<<MApril,2005

Sn Sl R

       03 04 05 0610 11 12 1317 18 19 2024 25 26 27